pikiranrakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/...20110523-kampusdanradikalisme.pdfgerakan nyata dari...

2
Pikiran Rakyat ecUNPAD ) OCNON UNPAD ) ( ) o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 3 4 5 6 78 9 10 11 12 13 14 15 16 20 21 22 ~ 24 25 26 27 28 29 30 31 o Mar OApr .Mei o Ju~- 0 Jul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes 'Kampus dan Radikalisme kampus, menjadi makanan empuk kekuatan-kekuatan po- litik tertentu yang ingin meng- alihkan persoalan bangsa yang sesungguhnya kepada kehidu- pankampus. Semenjak isu jaringan Ne- gara Islam Indonesia (Nil) berhasil merekrut sejumlah mahasiswa di berbagai kam- . pus, pimpinan perguruan ting- gi di negeri ini ramai-ramai mencoba menangkalnya. Ada yang berusaha mengubah dan menggabungkan beberapa ma- ta kuliah, seperti Pancasila, il- mu budaya dasar, ilmu alamiah dasar, kewiraan, dan kewar- ' ganegaraan menjadi satu mata kuliah yang tujuannya untuk mengubah perilaku mahasiswa agar tidak tercuci otak oleh NIl. Ada pula ide untuk menitipkan berbagai ilmu tersebut di atas dalam setiap mata kuliah agar secara persuasif masuk dalam ranah afeksi mahasiswa. Ada pula yang ingin men- cangkokkannya pada kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa, dan berbagai konsep lainnya. Pen- dek kata kampus merasa curiga mahasiswa telah terkontami- nasi dengan ajaran radikalisme. Padahal sebelumnya kalangan kampus tidak mempersoalkan hal itu. Gerakan nyata dari pe- ngelola kampus terlihat pada perguruan tinggi yang maha- siswanya dilaporkan menjadi korban diduga direkrut jaringan Nil dan mengalami pencucian otak. Karena selama ini pergu- man tinggi diharapkan menjadi salah satu benteng ' penting menanggulangi penyebaran gerakan radikalisme agama. Penulis berpendapat heboh tentang kampus yang dianggap --- Oleh YESMIL ANWAR K AMPUS dan radikal- isme, seolah-olah dua pengertian yang tidak seharusnya disandingkan. Pa- dahal dalam sejarah kehidupan kampus, semangat radikal me- rupakan salah satu ciri dalam pengembangan pola pikir insan kampus. Contoh, ketika orang mengatakan bumi itu datar seperti papan, secara radikal, Galileo Galilei mengatakan bu- mi itu bundar seperti bola. Meskipun Galileo harus mem- bayar dengan nyawanya. Demi- kian juga Socrates, Niccolo Machiavelli, Ibnu Khaldun, dan lain-lain. Apakah hal itu bukan cara berpikir yang radikal? Mereka meruntuhkan teori lama yang sangat berbeda de- ngan kenyataan baru, yang pa- da gilirannya, diruntuhkan pu- la oleh penemu-penemu baru lain. Itulah dunia ilmu, dunia radikal dan berpikir bebas. ltulah sebabnya kampus se- lalu berusaha mencari kebe- naran keilmuan yang menem- bus hingga ke radix (akar) yang merupakan asal kata radikal (radical). Ciri khas yang lain kampus adalah berpikir skeptis, meragukan segala fenomena, Dengan sikap 5W 1 H, what, when, where, why, who, dan how, memulai sesuatu dengan mempertanyakan kebenaran dari nilai-nilai keilmuan yang lengkap yang ditawarkan se- hingga dapat ditemukan kebe- naran ilmu yang lebih tinggi. Dalam doktrin keilmuan di- katakan bahwa ilmu barn dapat dianggap benar apabila bisa dibuktikan salah. Hal itu di- katakan filosof Karl Popper. Ji- ka ilmu tidak bisa dikatakan salah, ilmu itu berubah menja- di ideologi atau agama. Hal itu hams dihindari karena bersifat dogmatis absolut. Dalam for- mat alur berpikir seperti itu, radikalisme, ideologi, atau ajaran agama tertentu dipak- sakan untuk masuk ke dalam kampus melalui penyebaran kepada mahasiswa yang pada galibnya sudah memiliki se- mangat radikal keilmuan, yaitu bersikap kritis terhadap sesuatu yang mapan dalam kehidupan di bidang sosial budaya ataupun politik dalam negara. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari dikonfrontasi de- ngan cita-cita keagamaan yang disampaikan secara radikal se- olah-olah kehidupan dalam masyarakat berseberangan se- cara diametral dengan ajaran agama yang fundamental. Hal itu membuat kampus menjadi sasaran tembak dan berbagai tudingan masyarakat yang ti- dak paham esensi khazanah Kliping Humas Onpad 2011 l

Upload: dinhdang

Post on 29-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PikiranRakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/...20110523-kampusdanradikalisme.pdfGerakan nyata dari pe-ngelola kampus terlihat pada perguruan tinggi yang maha- ... Fanatisme sempit,

Pikiran Rakyat ecUNPAD )OCNON UNPAD )

( )o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1620 21 22 ~ 24 25 26 27 28 29 30 31

oMar OApr .Mei oJu~- 0 Jul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

'Kampus dan Radikalismekampus, menjadi makananempuk kekuatan-kekuatan po-litik tertentu yang ingin meng-alihkan persoalan bangsa yangsesungguhnya kepada kehidu-pankampus.

Semenjak isu jaringan Ne-gara Islam Indonesia (Nil)berhasil merekrut sejumlahmahasiswa di berbagai kam-

. pus, pimpinan perguruan ting-gi di negeri ini ramai-ramaimencoba menangkalnya. Adayang berusaha mengubah danmenggabungkan beberapa ma-ta kuliah, seperti Pancasila, il-mu budaya dasar, ilmu alamiahdasar, kewiraan, dan kewar- 'ganegaraan menjadi satu matakuliah yang tujuannya untukmengubah perilaku mahasiswaagar tidak tercuci otak oleh NIl.Ada pula ide untuk menitipkanberbagai ilmu tersebut di atasdalam setiap mata kuliah agarsecara persuasif masuk dalamranah afeksi mahasiswa.

Ada pula yang ingin men-cangkokkannya pada kegiatanekstrakurikuler mahasiswa, danberbagai konsep lainnya. Pen-dek kata kampus merasa curigamahasiswa telah terkontami-nasi dengan ajaran radikalisme.Padahal sebelumnya kalangankampus tidak mempersoalkanhal itu. Gerakan nyata dari pe-ngelola kampus terlihat padaperguruan tinggi yang maha-siswanya dilaporkan menjadikorban diduga direkrut jaringanNil dan mengalami pencucianotak. Karena selama ini pergu-man tinggi diharapkan menjadisalah satu benteng ' pentingmenanggulangi penyebarangerakan radikalisme agama.

Penulis berpendapat hebohtentang kampus yang dianggap---

Oleh YESMIL ANWAR

K AMPUS dan radikal-isme, seolah-olah duapengertian yang tidak

seharusnya disandingkan. Pa-dahal dalam sejarah kehidupankampus, semangat radikal me-rupakan salah satu ciri dalampengembangan pola pikir insankampus. Contoh, ketika orangmengatakan bumi itu datarseperti papan, secara radikal,Galileo Galilei mengatakan bu-mi itu bundar seperti bola.Meskipun Galileo harus mem-bayar dengan nyawanya. Demi-kian juga Socrates, NiccoloMachiavelli, Ibnu Khaldun, danlain-lain. Apakah hal itu bukancara berpikir yang radikal?Mereka meruntuhkan teorilama yang sangat berbeda de-ngan kenyataan baru, yang pa-da gilirannya, diruntuhkan pu-la oleh penemu-penemu barulain. Itulah dunia ilmu, duniaradikal dan berpikir bebas.

ltulah sebabnya kampus se-lalu berusaha mencari kebe-naran keilmuan yang menem-bus hingga ke radix (akar) yangmerupakan asal kata radikal(radical). Ciri khas yang lainkampus adalah berpikir skeptis,meragukan segala fenomena,Dengan sikap 5 W 1 H, what,when, where, why, who, danhow, memulai sesuatu denganmempertanyakan kebenarandari nilai-nilai keilmuan yanglengkap yang ditawarkan se-hingga dapat ditemukan kebe-naran ilmu yang lebih tinggi.

Dalam doktrin keilmuan di-katakan bahwa ilmu barn dapatdianggap benar apabila bisadibuktikan salah. Hal itu di-

katakan filosof Karl Popper. Ji-ka ilmu tidak bisa dikatakansalah, ilmu itu berubah menja-di ideologi atau agama. Hal ituhams dihindari karena bersifatdogmatis absolut. Dalam for-mat alur berpikir seperti itu,radikalisme, ideologi, atauajaran agama tertentu dipak-sakan untuk masuk ke dalamkampus melalui penyebarankepada mahasiswa yang padagalibnya sudah memiliki se-mangat radikal keilmuan, yaitubersikap kritis terhadap sesuatuyang mapan dalam kehidupandi bidang sosial budayaataupun politik dalam negara.

Kenyataan dalam kehidupansehari-hari dikonfrontasi de-ngan cita-cita keagamaan yangdisampaikan secara radikal se-olah-olah kehidupan dalammasyarakat berseberangan se-cara diametral dengan ajaranagama yang fundamental. Halitu membuat kampus menjadisasaran tembak dan berbagaitudingan masyarakat yang ti-dak paham esensi khazanah

Kliping Humas Onpad 2011

l

Page 2: PikiranRakyatpustaka.unpad.ac.id/wp-content/...20110523-kampusdanradikalisme.pdfGerakan nyata dari pe-ngelola kampus terlihat pada perguruan tinggi yang maha- ... Fanatisme sempit,

sebagai tempat suburnya radi-kalisme, sebenarnya tidaklahterlalu tepat karena persoalansebenarnya terjadi di luar kam-pus. Persoalannya, karena pe-merintah dan elite politik tidakmampu me-manajemen negaradengan semestinya. Sebagaicontoh ketidakmampuan pe-merintah menanamkan nilai-nilai kebangsaan didalam peri-laku kehidupan berpolitik mi-salnya dalam pemilu kepaladaerah yang selalu ricuh, didalam dunia peradilan, partaipolitik yang tersandera korupsi,kebangkrutan moral penegakhukum, komersialisasi pen-didikan yang bertumpu padanilai-nilai kapitalisme, dansederet salah urns lainnya.

Menurut penulis, radikalis-me yang dikenal di Indonesiaadalah paham yang berbasispada keyakinan yang mengakarkuat pada kebenaran subjektifterhadap sesuatu ajaran, dog-ma, pemahaman agama terten-tu yang terekspresi sebagai fa-natisme sempit dan fundamen-talisme. MempeIjuangkan danmempertahankannya dilaku-kan melalui pemaksaan, ke-kerasan, dan persuasif yangberbasis nilai-nilai keagamaan.Faktor pendorong radikalismeadalah kekesalan mendalamyang menyakitkan, puncaknyamenghasilkan pergulatan an-tara logika, keyakinan, keku-atan di luar nalar, dan tindakankekerasan. Fanatisme sempit,fundamentalisme, dan radikal-isme mau pun terorisme akanterus berlanjut selama adaumat manusia yang tidak me-miliki akses terhadap keadilansosial, dituding sebagai kelom-pok tidak mau sadar akan reali-

ta atas diri dan atau kelom-poknya dalam kehidupan nya-ta. Perasaan dimarjinalkan iniakan berkembang ketika kon-disi kehidupan masyarakatyang sarat dengan 5 K (ke-bodohan, kemiskinan, keterbe-lakangan, kesehatan yang bu-ruk, dan ketidakadilan) dantiadanya keteladanan dariberbagai tokoh lainnya yangbisajadi panutan. Hal pentingpula adalah lemahnya pene-gakan hukum.

Kemampuan penangkalandan penanggulangan terhadapradikalisme bukan menjadi tu-gas kampus atau pemerintahsemata-mata. Kemampuan pe-nangkalan dan penanggulang-an teror harus dibangun secaratotal, melibatkan partisipasiseluruh komponen kekuatanbangsa. Kemampuan penang-kalan dan penanggulanganteror antara lain meliputi ke-mampuan deteksi dini, cegahdini, penanggulangan, peng-ungkapan, rehabilitasi akibatteror dan tak kalah pentingnyaderadikalisasi. Deradikalisasiadalah upaya sistematik untukmembangun kesadaran masya-rakat bahwa fanatisme sempit,fundamentalisme, dan. radi-kalisme potensial membang-kitkan terorisme. Deradikalisasiditempuh melalui reedukasi,resosialisasi, rehabilitasi, rein-tegrasi. Dengan demikian, upa-ya pemeliharaan stabilitas kea-manan publik merupakantanggung jawab dan memer-lukan partisipasi seluruh kom-ponen kekuatan bangsa dengandifasilitasi pemerintah. ***

Penulis, dosen Unpad danUnpas Bandung.

---------------------------------------- -I