nurbaya sukri: jurnal guru halaman 27-31
DESCRIPTION
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)TRANSCRIPT
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 27 - 31
ISSN : 2459-9743 | 27
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Materi Konsep Pecahan Biasa di Mata Pelajaran Matematika
Melalui Metode Demonstrasi dan LKS
Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sekayu
Nurbaya Sukri Kepala SD Negeri 1 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi konsep pecahan biasa melalui metode demonstrasi dan LKS pada peserta didik kelas IV SDN 1 Sekayu. Penelitian dilaksanakan di kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 dengan kemampuan yang heterogen berjumlah 20 peserta didik yang terdiri dari 13 orang perempuan dan 7 orang laki-laki. Metode penelitian ini menggunakan demonstrasi dan LKS kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil ulangan harian pada siklus pertama dan siklus kedua. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran demonstrasi dan LKS dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar yaitu 65% (13 orang) pada siklus pertama, menjadi 85% (17 orang) pada siklus kedua. . Kata Kunci: hasil belajar, pecahan biasa, metode demonstrasi, LKS.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pada mata pelajaran Matematika dalam
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan 2006
dinamai mata pelajaran Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang di
ajarkan di Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Dinamai Matematika karena mata
pelajaran Matematika di SD tidak bersifat
keilmuan melainkan bersifat pengetahuan
(Kosasih,1995 : 6) ini bermakna bahwa yang
diajarkan bukanlah teori-teori sosial atau ilmu-
ilmu sosial melainkan pengetahuan fungsional
dan hal-hal praktis yang berguna bagi diri
siswa dan kehidupannya sekarang maupun
masa yang akan datang dalam berbagai
lingkungan dan berbagai asspek kehidupan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
proses pembelajaran mata pelajaran
Matematika siswa kelas IV SD negeri 1 Sekayu
pada semester 2 tahun 2012 menunjukan hasil
yang kurang memuaskan. Permasalahan ini
teridentifikasi 20 siswa kelas IV hanya 8 siswa
yang memperoleh nilai 75 atau hanya 40
persen siswa yang menguasai minimal 60
persen pada pelajaran. Pembelajaran dapat
dikatakan berhasil jika tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran tidak kurang
dari 75 persen. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran matematika sangat rendah. selama
pembelajaran berlangsung siswa kurang aktif,
kurang memperhatikan penjelasan guru. Jarang
sekali siswa mengajukan pertanyaan mereka
tidak bisa menjawab dengan benar. siswa
kesulitan dalam mengerjakan soal soal ulangan
sehingga nilai ulangan siswa rendah. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kualitas
pembelajaran Matematika dikelas IV SD Negeri
1 Sekayu belum memuaskan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut,: apakah metode demonstrasi dan LKS dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sekayu?
3. Cara Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah akan
dilakukan tindakan kelas yaitu :
a. Membuat RPP yang menggunakan metode
demonstrasi dan LKS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa mengenai konsep
-
Nurbaya Sukri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Konsep Pecahan Biasa
28 | ISSN : 2459-9743
pecahan biasa pada siswa kelas IV SD
negeri 1 Sekayu.
b. Membelajarkan siswa memahami konsep
pecahan biasa menggunakan metode
demonstrasi dan LKS.
c. Membuat lembar pengamatan siswa untuk
untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam memahami konsep pecahan biasa.
d. Mengukur pemahaman siswa tentang
membaca pemahaman konsep pecahan
biasa sesudah proses pembelajaran.
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalahh untuk
meningkatkan hasil belajar siswa konsep
pecahan biasa melalui metode demonstrasi dan
LKS kelas IV SD negeri 1 Sekayu. Penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Peserta didik, agar mengerti akan
pentingnya belajar dengan menggunakan
metode demonstrasi dan LKS agar siswa
saling berinteraksi dan dapat
meningkatkan hasil belajar.
b. Guru, untuk memperbaiki kinerja guru,
meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
meingkatkan profesionalisme guru.
c. Sekolah, untuk dapat meningkatkan
kualitas dan mutu sekolah melalui
peningkatan hasil belajar siswa dan
kinerja guru.
B. Tinjauan Pustaka
1. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting
dalam pembelajaran. Sudjana (2009:3)
mendefinisikan hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidangkognitif, efektif dan
psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-
4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru,tindak belajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar.
2. Metode Demonstrasi
a. Pengertian metode
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia ,
metode artinya cara yang telah diatur dan
terfikir baik-baik untuk mencapai suatu
maksud. (Poerwodarminto,2005:767). Slameto
(2010:82) mengemukakan,metode adalah cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2010:46), metode
adalah suatu cafra yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari
beberapa pendapat diatas, dapat penulis
simpulkan bahwa metode adalah suatu cara
yang telah diatur dan terpikir dengan baik
untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
Suatu kegiatan belajar mengajar tidak
akan dapat tercapai tujuan yang diharapkan
tanpa adanya metode yang pengajaran yang
baik. Untuk itu diperlukan suatu metode agar
tujuan yang diharapkan dapat terwujud.
seringkali hasil yang diharapkan dalam
kegiatan belajar mengajar tidak
maksimal,karena tidak efektipnya metode yang
digunakan dalam pembelajaran. maka memilih
metode yang tepat,efektif dan efisien mutlak
untuk diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Metode demonstrasi adalah dimana
seorang guru ataupun peserta didik
memperagakan langsung suatu hal yang
kemudian diikuti oleh peserta didik sehingga
ilmu keterampilan yang didemonstrasikan
lebih dapat bermakna dalam ingatan masing
masing peserta didik.
b. Tujuan dan Fungsi Metode Demonstrasi
Tujuan pokok penggunaan metode
demonstrasi menurut Roestiyah (2008:83)
adalah untuk memperjelas pengertian konsep
dan memperlihatkan (meneladani) cara
melakukan sesuatu atau proses terjadinya
sesuatu,Ditinjau dari sudut tujuan
penggunaanya dapat dikatakn bahwa metode
demonstrasi bukan metode yang dapat
diimplementasikan dalam proses belajar
mengajar secara independen.
c. Langkah Langkah Penerapan Metode
Demonstrasi
Untuk melaksanakan metode demonstrasi
yang baik atau efektif , ada beberapa digunakan
langkah langkah yang harus dipahami dan
digunakan oleh guru,yang terdiri dari
perencanaan,uji coba dan pelaksanaan oleh
guru lalu diikuti oleh peserta didik dan diakhiri
dengan evaluasi. Menurut Muhamad Ali
(2010:85-86) langkah langkah penerapan
metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan kecakapan atau
keterampilan yang hendak dicapai setelah
demonstrasi.
2) Mempertimbangkan penggunaan metode
yang tepat dan efektif untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan.
3) Memilih alat yang mudah didapat,dan
mencobanya sebelum didemonstrasikan
supaya tidak gagal saat diadakan
demonstrasi.
4) Menetapkan langkah langkah yang akan
dilaksanakan.
5) Memperhitungkan waktu yang tersedia.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 27 - 31
ISSN : 2459-9743 | 29
6) Pelaksanaan demonstrasi
7) Membuat perencanaan penilaian terhadap
kemajuan peserta didik.
3. Lembar Kerja Siswa
a. Pengertian LKS
Sumber belajar adalah merupakan
bahan/materi untuk menambah ilmu
pengetahuan yang mengandung hal baru bagi
siswa. Ardiwinata (Djamarah,1995:49)
berpendapat bahwa sumber sumber belajar itu
dapat berasal dr manusia ,buku,media massa,
lingkungan dan media pendidikan. dengan
demikian,LKS dapat dikategorikan sebagai
salah satu sumber belajar yang dapat
digunakan siswa.
b. Manfaat LKS
Menurut Tim Instruktur PKG
(Andayani,(2005:10),manfaat LKS dalam
pengajaran matematika adalah :
1) Merupakan alternatif bagi guru untuk
mengerahkan pengajaran atau
memperkenalkan suatu kegiatan tertentu
sebagai variasi belajar mengajar
2) Dapat mempercepat dan mempersingkat
waktu penyajian materi pelajaran sebab
LKS ini dapat disiapkan diluar jam
pelajaran
3) Memudahkan penyelesaian tugas
perorangan,kelompok,atau klasikal karena
tidak setiap peserta didik dapat
memahami persoalan itu pada keadaan
bersamaan
4) Mengoptimalkan penggunaan alat bantu
pengajaran.
5) Membangkitkan minat belajar siswa jika
LKS disusun secara menarik.
c. Jenis jenis LKS
1) Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur
Lembar kerja tak bersturuktur adalah
lembaran yang berisi sarana untuk
materi pelajaran,sebagai alat bantu
kegiatan peserta didik yang dipakai
untuk menyampaikan pelajaran
2) Lembar Kerja Siswa Berstruktur
Lembar Kerja Siswa berstruktur
memuat informasi , contoh dan tugas-
tugas
4. Konsep Pecahan Biasa
a. Pengertian pecahan biasa
Pecahan yang dipelajari anak ketika di SD,
sebetulnya merupakan bagian dari bilangan
rasional yang dapat ditulis dalam bentuk
dengan a dan b merupakan bilangan bulat dan
b tidak sama dengan nol. Secara simbolik
pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu
dari: (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal,
(3) pecahan persen dan (4) pecahan campran.
Begitu pula pecahan dapat dinyatakan menurut
kelas evaluasi yang tak terhingga banyaknya:
=
=
=
= . . . . . . . . . . pecahan biasa adalah
lambang bilangan pecahan dan rasio
(perbandingan).
b. Mengenal konsep pecahan
Pecahan dapat diperagakan dengan
cara melipat kertas berbentuk lingkaran atau
persegi, sehingga lipatannya tepat menutupi
satu sama lain. Selanjutnya bagian yang dilipat
dimuka dan diarsir sesuai bagian yang
dikehendaki, sehingga akan didapat gambar
daerah yang diarsir seperti dibawah ini :
Pecahan dibaca setengah atau per-dua
atau seperdua. 1 disebut pembilang yaitu
merupakan bagian pengambilan atau 1 bagian
yang diperhatikan dari keseluruhan bagian
yang sama. 2 bagian yang diperlukan dari
kesimpulan. Peragaan tersebut di atas dapat
dilanjutkan untuk pecahan an,
an dan
sebagainya, seperti gambar di bawah ini:
Pecahan
dibaca tiga per delapan 3
disebut yaitu pembilang yaitu merupakan 3
bagian yang diambil atau 3 bagian yang
diperhatikan dari keseluruhan bagian yang
sama 8 disebut penyebut yaitu merupakan 8
bagian yang sama dari keseluruhan. Selain
melipat dan mengarsir pada kertas,peragaan
dapat pula menggunakan pita atau tongkat
yang dipotong dengan pendekatan pengukuran
panjang,yang dapat pula untuk mengenalkan
letak pecahan pada garis bilangan.
Pita di potong menjadi 2 bagian sama
panjang untuk memperagakan pecahan
-
Nurbaya Sukri | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Konsep Pecahan Biasa
30 | ISSN : 2459-9743
Pengenalan terletak pecahan pada garis
bilangan tersebut sangat bermanfaat untuk
mencari pencerahan yang senilai.
C. Pembahasan
1. Deskripsi Per-Siklus
Pada bagian ini memuat deskripsi data
dan pengolahan data yang diperoleh
berdasarkan hasil observasi terhadap aktifitas
belajar siswa dan hasil evaluasi yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran
Matematika di kelas IV SD Negeri 1 Sekayu.
a. Hasil Observasi
Hasil observasi yang dilakukan guru
terhadap aktifitas siswa sebelum
perbaikan pembelajaran dan setelah
pembelajaran tersaji pada tabel 1.
Tabel 1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV
dalam Pembelajaran Matematika
Keterangan :
Terlibat aktif, artinya siswa menyimak dengan sungguh-sungguh aktif bertanya, dan menjawab pertanyaan dengan benar tentang materi pelajaran.
Terlibat Pasif, artinya siswa menyimak dgan sungguh-sungguh tetapi tidak aktif bertanya, dan menjawab pertanyaan seadanya.
Tidak terlibat, artinya siswa duduk dan diam saja. Tidak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan.
Berdasarkan tabel I diatas terlibat
bahwa jumlah siswa dan persentase siswa
yang terlihat aktif dalam pembe1ajar
belum perbaikan pembelajaran dan
setelah perbaikan pembelajaran
menunjukkan adanya kenaikan. Sebelum
perbaikan pembelajaran siswa yang
terlibat aktif hanya 7 orang (3 5%),
kemudian pada siklus ke II naik menjadi
14 orang (70%) dan pada siklus ke III
menjadi 18 orang (80%). Hal mi
menunjukkan bahwa aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran Matematika
mengalami pengingkatan.
Peningkatan aktivitas belajar siswa
sebelum perbaikan pembelajaran dan
pada setiap siklus pembelajaran lebih jelas
tersaji pada grafik 1.
Grafik 1
Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Dalam
Pembelajaran Matematika
b. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan guru
sebelum perbaikan pembelajaran dan
pada setiap siklus pembelajaran tersaji
pada tabel 2 Hasil Belajar Siswa. Keadaan
sebelum penelitian Tindakan Kelas,
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar atau memperoleh nilai > 75 barn
mencapai 8 orang (40%) kemudian
meningkat menjadi 13 orang (65%) pada
siklus I dan pada siklus II berjumlah 17
orang (85%). Peningkatan ketuntasan
belajar siswa dan keadaan sebelum
perbaikan pembelajaran ke setiap siklus
pembelajaran secara lebth jelas dapat di
lihat pada grafik 2 berikut.
Grafik 2
Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Dalam
Pembelajaran Matematika
2. Pembahasan dari Setiap Siklus
Berdasarkan evaluasi hasil belajar
Matematika di kelas IV SD negeri 1 sekayu
perbaikan pembelajaran terlihat jumlah siswa
yang memperoleh nllai > 75 hanya 8 orang
(40%) dan hanya 7 orang (34%) siswa yang
terlibat secara aktif pembelajaran. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil
belajar siswa kurang memuaskan, belum
memenuhi target yang diinginkan. Dan hasil
observasi dan refleksi terhadap pembelajaran
kemudian dilakukan diskusi dengan supervisor
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 27 - 31
ISSN : 2459-9743 | 31
dan teman sejawat diperoleh temuan antara
lain bahwa penjelasan materi pelajaran terlalu
abstrak sehingga sulit dimengerti siswa dan
hasil belajar siswa sangat rendah. Hal ini
dilakukan karena guru tidak menggunakan
media pembelajaran. Sehubungan dengan itu
maka dikalukan upaya perbaikan pembelajaran
dengan fokus pada penggunaan media gambar.
Proses pembelajaran berikutnya dilakukan
melalui Penelitian Tmdakan Kelas (PTK) uang
dilakukan dalam 2 siklus.
Pada pembelajaran siklus I dilakukan
upaya perbaikan dengan menggunakan media
gambar. Hasil observasi dan hasil evaluasi
pada siklus I menunjukkan adanya kenaikan
aktifitas belajar dan hasil belajar siswa. Siswa
yang terlibat aktif dalam pembelajaran
sebanyak 14 orang (70%). Walaupun telah
menunjukkan adanya peningkatan aktifitas
belajar maupun hasil belajar siswa, namun
pembelajaran belum dapat dikalakan berhasil
atau masih ka memuaskan.
Upaya perbaikan pada pembelajaran
siklus II dengan menggunakan media gambar
lebih ditingkatkan, dan menunjnkkan siswa
aktif dalam pembelajaran sebanyak 18 siswa
(90%). Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap upaya perbaikan pembelajaran pada
siklus I dan II ternyata penggunaan media
gambar garis bilangan pada pembelajaran
Matematika di kelas IV SD Negeri 1 Sekayu
cukup efektif meningkatkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembelajaran yang
dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dapat disimpulkan bahwa penggunaan -
media gambar dalam pembelajaran Matematika
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh
siswa selama kegiatan perbalk pembelajaran,
yaitu:
1. Pada Siklus I, siswa yang terlibat aktif dan
yang telah mencapai ketuntasan
pembelajaran berjumlah 14 siswa (70%).
Hal ini menunjukkan adanya kenaikan bila
dibanding dengan hasil-hasil yang
diperoleh sebelum perbaikai
pembelajaran dilakukan.
2. Pada Siklus II menunjukkan adanya
peningkatan baik aktifitas maupun basil
belajar siswa bila dibandingkan dengan
basil yang dicapai pada siklus I. Hal ini
terlihat dan jumlah siswa yang tenlibat
aktif dan telah mencapai ketuntasan
belajar berjumlah 18 orang (90%).
3. Dengan demikian terjadi adanya
peningkatan pada setiap siklus
pembelajaran Matematika dengan
menggunakan media gambar, hal ini dapat
dikatakan pembelajaran berhasil.
Daftar Pustaka
Andayani, Dkk. 2007. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dahar, R.W. 1995. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Mendikbud. 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Ditjen Dikdas Depdikbud.
Mendikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kompetensi Dasar mata Pelajaran Matematika SD/MI. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang.
Wardani, I.G., Dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.