notulensi fgd kompilasi
DESCRIPTION
Notulensi rapat pengembangan EBTTRANSCRIPT
Notulensi FGD 1 “ Potret, Tantangan/Hambatan dan Peluang Pengembangan Energi Baru Terbarukan Nasional”
Koordinasi Strategis Perwilayahan Perencanaan Pengembangan Energi Baru Terbarukan
Hari, Tanggal : Kamis, 18 Juni 2015Tempat : Bappenas, Ruang SS 1-2Waktu : 13.00-16.30 WIBPimpinan : Ir. Umiyatun Hayati Triastuti, M.ScModerator : Ir. Josaphat Rizal Primana, M. ScPembicara : 1. Ir. La Ode M. Abdul Wahid ( Penilit Senior BPPT)
2. Dian Rosdianan, S. Sos, M. E (Kasubbag Fasiltas DEN) 3. Ir. Maritje Hutapea (Direktur Aneka Energi Baru Tebarukan Kemen-ESDM)Pembahas : 1. Prof. Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek (Pusat Penelitian EBT ITB)
2. Prof. Dr. Ir. Adi Surjostyo, M. Eng (Tropical Renewable Energy Center UI) 3. Ir. Hanan Nugroho, M.Sc
SESI PEMBUKA DAN PAPARAN 1
Umiyatun Triastuti (Staf Ahli Menteri Bidang SDA, LH dan PI Kementerian PPN/BAPPENAS)
Latar belakang munculnya Koordinasi Strategis ini merupakan penugasan dari bapak Menteri PPN, yang mendapat tanggapan dari beberapa daerah tentang besarnya potensi EBT di daerah tersebut, tetapi tidak kunjung dibangun. Serta banyak tawaran dari negara lain untuk membantu mengembangkan EBT di Indonesia namun karena belum ada pemetaan yang komprehensif, jadi belum dapat dilakukan pembahasan lebih lanjut.
Sudah banyak dilakukan studi untuk mengembangkan EBT namun berjalan sendiri-sendiri/tidak terkoordinasi dengan baik, untuk itu kegiatan ini lebih diarahkan pada kegiatan koordinasi strategis untuk merumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh masing-masing Kementerian/ Lembaga, agar tidak overlapping.
Bebarapa pertanyan penting yang harus di jawab dalam pengembangan EBT antara lain: i) Bagaimana Road Map/ Action Plan Menuju 2025 dan 2050
(RUEN/RUED) dan mencapai target RPJMN 2015-2019? ii) Bagaimana Peta Potensi dan Kebutuhan EBT di setiap wilayah (Sumatera, Jawa-Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua?iii) Bagaimana tata kelola pemenuhan EBT (Regulasi, Organisasi, Tata ruang dan lahan, Infrastruktur,
Pembiayaan Pembagian Peran Pusat dan Daerah, dan Pengembangan Kerja sama Pemerintah dan Swasta)? iv) Tantangan/Hambatan dan peluang apa yang akan dihadapi ?
Target pencapaian rasio elektrifikasi 100% dirasa masih cukup sulit dengan mempertimbangkan kondisi daerah-daerah terpencil dan perbatasan.
Ir. Josaphat Rizal Primana, M.Sc (Moderator)
Bagaimana mengembangkan EBT sesuai dengan potensi per wilayah dan bagaimana hal ini dapat mendorong pengembangan wilayahnya. Telah menjadi komitmen bersama bahwa EBT bukan lagi menjadi alternatif tetapi malah menjadi sumber energi utama
Ir. La ode M. Abdul Wahid (Pembicara 1)
Outlook disusun berdasarkan kondisi saat ini, sedangkan outlook di DEN mencakup bagaimana mencapai target energi. Kendala pemenuhan kebutuhan energi: ketersediaan energi fosil sangat terbatas PLN di daerah belum banyak menggunakan energi EBT (biofuel, panas bumi) karena biaya yang sangat besar dibandingkan dengan sistem yang telah
ada di daerah tersebut. Bagaimana mendorong BUMN untuk berinvestasi di luar Indonesia untuk mendorong peningkatan Kunci sukses pemenuhan kebutuhan energi: 4P Saat ini, sudah banyak pelaku industri yang telah menggunakan EBT namun perlu didukung dengan insentif bagi pelaku industri untuk dapat
menggunakan EBT Perlu dicermati: Perlu didalami bagaimana net importer energi, kondisi ini perlu diantisipasi
Dian Rosdianan, S. Sos, M. E (Pembicara 2)
KEN menjadi pedoman pengelolaan energi nasional untuk mencapai kemandirian energi Sasaran KEN: i) Merubah paradigma yang sebelumnya menjadikan energi sebagai komoditas menjadi modal pembangunan nasional ii) Elastisitas Energi iii) Intensitas Energi iv) Rasio elektrifikasi v) Rasio penggunaan gas rumah tangga vi) Bauran energiAsumsi dasar outlook energi DEN:
Disesuaikan dengan target tahun 2050 sesuai KEN dengan tahun dasar 2013 Sudah mempertimbangkan penggunaan teknologi efisiensi
Proyeksi yang dipaparkan adalah: (i) Kebutuhan energi final berdasarkan jenis energi; (ii) Kebutuhan energi final menurut sektor; (iii) Pembangunan pembangkit listrik; (iv) Kapasitas pembangkit; (v) Penyediaan energi primer
Berdasarkan proyeksi tersebut, maka dilakukan analisis bahwa: (i) Potensi penghematan energi final sebesar 20.9% sektor industri dan 25,8%
sektor transportasi; (ii) Potensi penghematan energi primer sebesar 47.4% batubara, 9,2% gas, 46,9% minyak bumi dan peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan sebesar 117.8% dengan total penghematan energi primer sebesar 21%; (iii) Potensi penurunan emisi CO 2
sebesar 42,5% pada tahun 2050; (iv) Kebutuhan biodiesel terus meningkat dari tahun ke tahun dan pada tahun 2050 mencapai 64.62 MTOE; (v) Kebutuhan bioetanol belum ada di 2013 namun mulai ada kebutuhan di 2014 dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2050 diproyeksikan mencapai 9.56 MTOE
Ir. Josaphat Rizal Primana, M.Sc (Moderator)
Pencapaian target EBT akan sulit dicapai jika tidak memasukan nuklir. RPMN ditetapkan melalui Perpres namun dibahas di DPR sehingga setara dengan UU dan disusun inline dengan kebijakan lain yang ada.
SESI DISKUSI 1Dr. Tatang Hernas Soerawidjaja ( ITB)
Terjadi perbedaan sumber untuk energi fosil dan energi terbarukan, karakternya berbeda. Energi fosil lebih ke bahan bakar sedangkan energi terbarukan lebih ke listrik dimana saat ini tidak ada teknologi yang bisa mengubah listrik menjadi bahan bakar. Faktor-faktor rencana teknologi yang akan digunakan belum menjadi paramater dalam penyusunan outlook
Bapak Taufik ( BPPT)
Outlook adalah kajian sehingga memiliki tema per tahunnya dengan melihat apa yang sudah direncanakan sampai dengan outlook disusun. Outlook DEN disusun untuk melihat bagaimana perencanaan, mencoba melihat inisiatif dibandingkan dengan BAU. Permasalahan: Bagaimana mengarahkan teknologi dapat muncul dalam perencaaan ? dan Bagaimana polanya ?
Bapak Andri ( Menko Kemaritiman)
Apakah yang dimaksud dengan perwilayahan ? Limbah sawit juga dapat menghasilkan listrik dan potensinya sangat besar. Beberapa data mengaktakan 15 ribu ha perkebunan sawit dapat melistriki
2-3 kecamatan. Hal ini dapat di contoh di bangka-belitung Dapatkah hal ini di jadikan aturan untuk seluruh pengusaha sawit, untuk juga memanfaatkan limbahnya. Untuk terwujudnya hal ini perlu dukungan
oleh BAPPENAS dalam koordinasi.
SESI PAPARAN II DAN PEMBAHASANIr. Maritje Hutapea (Pembicara 3)
Dirketorat EBTKE menargetkan minimal 96% seluruh kebutuhan energi di Sumba akan di penuhi oleh EBT Banyak Pilot-Pilot project yang telah dibuat unutk mendukung terwujudnya kedaulatan energi Tidak mundah untuk mencapai target yang telah ditetapkan kan karena besarnya investasi yang dibutukan. Masalah dari EBT ini salah satunya adalah Pemberian Izin lahan. Peran dari Menteri Keuangan sangat besar untuk perkembangan pembangunan EBT dalam pemberian insentif. Serta perlunya dukunga kemudahan
dalam membangun industri peralatan EBT
Prof. Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek (Pembahas 1)
Perlu diperhatkan: sumber finansial untuk mendanai pengembangan EBT. Jika ingin mengembangkan EBT dengan dana sendiri, maka dana yang ada tidak akan mencukupi.
Pengembangan EBT tidak menguntungkan dilihat dari aspek bisnis, misalnya pengembangan energi surya yang terkendala kondisi matahari yang sering tertutup awan.
Hambatan EBT: (1) Tidak ekonomis/ menguntungkan dari segi bisnis; (2) Belum adanya kepastian dan kelengkapan data untuk memetakan potensi EBT dalam pengembangan dan keberlangsungannya; (3) Belum ada perencanaan EBT yang terintegrasi dengan sector lain (mis, transportasi dan konservasi ekosistem)
Sudah ada kerjasama dengan Pusat Penelitian ITB dengan beberapa instasi, untuk mengembangkan energi baru terbarukan Di negara maju sudah ada standar untuk mengembangkan energi baru terbarukan, indonesia dapat mencontoh dari mereka. Di Kyoto University
sudah ada perencanaan sampai dengan 100 tahun ke depan Penyediaan energi di masa yang akan datang akan semakin mahal sehingga kita harus mampu memanfaatkan seluruh potensi yang ada termasuk
nuklir. Indonesia sudah memiliki cukup pemahaman tentang pengembangan nuklir Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan biofuel dari sawit. Karena potensi limbah dari sawit yang sangat besar di beberapa daerah Indonesia perlu mengembangkan geothermal, meskipun biaya yang diperlukan pada awalnya akan sangat mahal namun dalam waktu 20 tahun ke
depan akan terasa manfaatnya, Dengan melakukan Konservasi Energi kita dapat memanfaatkan energi secara efisien, sebagai contoh: Green Building , yang dapat menekan konsumsi
listrik secara signifikan
Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng (Pembahas 2)
Perlu dibentuknya BUMD berbasis pengembangan listrik daerah. Pengembangan energi tidak terlepas dari masalah budaya di lokasi setempat dan bisnis yang dilakukan di daerah tersebut, sehingga diberikan saran
untuk pengembangan konsep distributed generation Belum adanya penjelasan evaluasi dan metodologi yang digunakan dalam kedua outlook yang dilakukan oleh BPPT dan DEN Kebijakan Feed in Tariff untuk EBT sudah cukup baik, namun masih perlu perbaikan dibeberapa segi antaranya FIT untuk PLTB Kemampuan industri dalam negeri untuk memproduksi komponen teknis EBT masih kurang, sehingga dikhawatirkan Indonesia akan dibanjiri produk
impor Perlu adanya standarisasi produk dan tenaga kerja sector EBT UI telah menjalin kerja sama dengan beberapa daerah dan perusahan untuk mengembangkan Teknologi Biomass
Ir. Hanan Nugroho (Pembahas 3)
RPJMN mengamanatkan pembangunan dari daerah pinggiran dengan mempertimbangkan potensi di masing-masing daerah
SESI DISKUSI II DAN PENUTUPIr. Kasbani, M. Sc
Sedang dilakukan survei untuk energi angin sudah dibuat peta di masing-masing daerah, draftnya sudah diserahkan ke bu maritje. Daerah yang memiliki potensi sebagian besar di indonesia bagian selatan (jawa, ntb)
Litbang P3TKEBTKE telah memiliki peta potensi hidro diseluruh indonesia Semua potensi EBT yang ada harus dikembangkan. Perencanaan yang paling utama adalah kepastian data untuk memetakan potensi EBT yang ada. Selain survei juga dilakukan pengukuran setempat dan akan ditambah titik-titik pengukurannya Pulau terluar/pulau terdepan: pengembangan EBT dapat dilakukan bersinergi dengan pengembangan wilayahnya
Hambatan: izin lokasi
Bapak Andi (Kemen-KKP)
Semua sudah setuju pada pengembangan pada pulau kecil dan terluar. Pengembangan EBT perlu didasarkan pada kepulauan. Bagaimana pengembangan EBT benar-benar memberikan hasil dan manfaat bagi masyarakat. Bagaimana teknologi dapat dimengerti oleh masyarakat. Kita harus memikirkan teknologi yang sesusai dengan pulau-pulau kecil dan terluarBagaimana mengimplementasikan EBT di pulau-pulau kecil dan terluar.Roadmap dari Kemendagri (Lokpri) : bagaimana meningkatkan kualitas hidup masyarakat 13,466 pulau yang sudah dilaporkan ke PBB dan hanya 30% yang berpenghuni. Ingin membantu masyarakat tapi sering terkendala ketersediaan listrik di daerah pulau kecil dan terluar. Untuk itu diharapkan EBT dapat digunakan untuk meningkatkan ketersediaan listrik di daerah.
Bapak Heru ( Manager Energi Alternatif PT. PLN)
Untuk perencanaan di PLN: ada peta kelistrikan di semua wilayah. Untuk yg kurang dari 10 MW kebawah, bisa langsung disampaikan ke PLN. Tujuan pengembangan EBT : untuk meningkatkan RE, dan menurunkan biaya produksi listrik, meningkatkan keandalan.PLN siap menyediakan peta untuk listrik daerah secara detailPeta potensi ebt, di statistic ebt sudah tersedia.Realisasi di PLN, cukup menggembirakan PLTMH, sampah, pome, kayu. Angin ada satu di 12,5 sen/Kwh.
Bapak Djohardi (PT. Pertamina)
Oil adalah masa lalu, gas adalah masa transisi, 2025 kita harus mengimpor dari luar. Kita harus mengembangkan energy alternative. Dari 7 GW target di tahun 2025, hanya akan tererelaisasi deikitar 3-4 GW, kami membutuhkan suntikan dana dari pemerintah.wind energy, dll akan segera di ujicobakan namun tidak akan bisa dilakukan secara maksimal hanya sekitar 1 GW.
Bapak Andika (Kemen Rstek- Dikti)
Jika bisa, kita jadi pelaku bukan hanya pasar untuk ebt. PLTN, ada beberapa orang ahli nuklir di batan akan segera pensiun dan kemungkinan akan dimanfaatkan oleh negara tetangga.Apakah mungkin bappenas ini memfasilitasi pengembangan riset dan teknologi di masa mendatang. Sebagai acuan untuk semua, sehingga bisa
dikembangkan teknologi apa yang akan dikembangkan di masa mendatang. Biar focus dan sinergi antara lembaga penelitian dan PT, untuk itu kita membutuhkan kejelasan roadmap energi. Ketika ingin mengembangkan energi dalam jumlahj besar, masalah kesiapan teknologi, penyediaan SDM. Ada berapa banyak SDM yang perlu disiapkan, sehingga kapasitas SDM dapat memenuhi dalam pengembanagan EBT.