no registrasi

4
enteri Pertanian Republik Indonesia Selamat Datang di website resmi Direktorat Kesehatan Hewan-Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan- Kementerian Pertanian Selamat Tahun Baru 2015, Kesehatan Hewan Mendukung Swasembada Pangan Yang Mandiri Beranda / Blog / Berita Pembinaan Terhadap Obat Hewan Ilegal 600 dibaca Pada bulan Februari 2014, Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan melakukan kegiatan Pengawasan Obat Hewan Ilegal di pet shop dan poultry shop di wilayah Jakarta, Bogor dan Tangerang. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Monitoring Obat Hewan Ilegal yang dilaksanakan di bulan Desember 2013. Kegiatan ini dilakukan berkaitan dengan semakin banyaknya peredaran obat hewan ilegal di pasaran, yaitu obat hewan yang tidak terdaftar di Kementerian Pertanian, obat hewan kadaluarsa maupun obat hewan yang tidak memenuhi persyaratan baik mutu dan keamanannya. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada pasal 50 ayat (2) bahwa untuk memperoleh nomor pendaftaran, setiap obat hewan harus didaftarkan, dinilai, diuji dan diberikan sertifikat mutu setelah lulus penilaian dan pengujian, serta ayat (4) Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas pembuatan, penyediaan dan peredaran obat hewan. Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 1992 tentang obat hewan pasal 11 ayat (1) dan (2) menyatakan Badan usaha dan perorangan dilarang menyediakan atau mengedarkan obat hewan yang tidak layak pakai, meliputi sediaan obat hewan yang tidak lulus pengujian mutu berdasarkan standar mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah, baik pada waktu pendaftaran sebelum beredar maupun dalam peredaran. Pada pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa "apabila dalam pemeriksaaan ditemukan penyimpangan maka Menteri atau Pejabat Pengawas Obat Hewan dapat memerintahkan untuk a) menghentikan sementara kegiatan pembuatan obat hewan, b) melarang peredaran obat hewan, c) menarik obat hewan dari peredaran d) menghentikan pemakaian obat hewan yang tidak

Upload: oview-liefde-paby

Post on 14-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

enteri Pertanian Republik Indonesia Selamat Datang di website resmi Direktorat Kesehatan Hewan-Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan-Kementerian Pertanian Selamat Tahun Baru 2015, Kesehatan Hewan Mendukung Swasembada Pangan Yang Mandiri Beranda / Blog / BeritaPembinaan Terhadap Obat Hewan Ilegal 600 dibaca Pada bulan Februari 2014, Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan melakukan kegiatan Pengawasan Obat Hewan Ilegal di pet shop dan poultry shop di wilayah Jakarta, Bogor dan Tangerang. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Monitoring Obat Hewan Ilegal yang dilaksanakan di bulan Desember 2013. Kegiatan ini dilakukan berkaitan dengan semakin banyaknya peredaran obat hewan ilegal di pasaran, yaitu obat hewan yang tidak terdaftar di Kementerian Pertanian, obat hewan kadaluarsa maupun obat hewan yang tidak memenuhi persyaratan baik mutu dan keamanannya. Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada pasal 50 ayat (2) bahwa untuk memperoleh nomor pendaftaran, setiap obat hewan harus didaftarkan, dinilai, diuji dan diberikan sertifikat mutu setelah lulus penilaian dan pengujian, serta ayat (4) Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pengawasan atas pembuatan, penyediaan dan peredaran obat hewan. Selain itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 78 tahun 1992 tentang obat hewan pasal 11 ayat (1) dan (2) menyatakan Badan usaha dan perorangan dilarang menyediakan atau mengedarkan obat hewan yang tidak layak pakai, meliputi sediaan obat hewan yang tidak lulus pengujian mutu berdasarkan standar mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah, baik pada waktu pendaftaran sebelum beredar maupun dalam peredaran. Pada pasal 20 ayat (2) menyatakan bahwa "apabila dalam pemeriksaaan ditemukan penyimpangan maka Menteri atau Pejabat Pengawas Obat Hewan dapat memerintahkan untuk a) menghentikan sementara kegiatan pembuatan obat hewan, b) melarang peredaran obat hewan, c) menarik obat hewan dari peredaran d) menghentikan pemakaian obat hewan yang tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil Monitoring terhadap Obat Hewan Ilegal antara Sub Direktorat Pengawas Obat Hewan dengan Dinas terkait adalah :1. Beberapa obat hewan yang diperdagangkan di seluruh petshop/poultryshop/klinik dokter hewan praktek tidak memiliki nomor pendaftaran obat hewan atau belum didaftarkan secara legal di Kementerian Pertanian.2. Ditemukannya beberapa obat hewan tanpa identitas dimana tidak memiliki nama produsen, nomor pendaftaran obat hewan, nomor batch, tanggal produksi dan masa kadaluarsa.3. Ditemukan hampir sebagian besar obat hewan tidak menggunakan penandaan (etiket, brosur dan label) yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.4. Ditemukan di beberapa petshop/klinik dokter hewan praktek masih memperjualbelikan obat hewan yang masa berlakunya sudah habis.5. Ditemukan beberapa obat hewan yang masih mencantumkan nomor pendaftaran yang kadaluarsa.Ditemukan obat hewan dengan nomor registrasi palsu (dibuat sendiri).6. Adanya pencampuran sendiri (self mixing) obat hewan menggunakan bahan baku farmasetik terutama antibiotik oleh peternak tanpa pengawasan dokter hewan/apoteker serta tidak ada penentuan dosis pemakaian yang benar.7. Penggunaan obat hewan jenis hormon banyak dilaporkan dari hasil pengujian laboratorium Pemerintah melebihi ambang batas serta ditemukannya praktek penggunaan/penyuntikan hormon pada sapi lokal oleh tenaga medis dan paramedis dibeberapa wilayah Indonesia.Untuk penggunaan obat hewan terutama antibiotik yang tidak sesuai dengan ketentuan pemberian dosis terutama pada unggas dan hewan besar seperti sapi secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dikhawatirkan menimbulkan residu dalam daging yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan UndangUndang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, pada pasal 50 ayat (1) dinyatakan bahwa obat hewan yang dibuat dan disediakan dengan maksud untuk diedarkan harus memiliki nomor pendaftaran, sedangkan pada pasal 51 ayat (3) dinyatakan bahwa setiap orang dilarang menggunakan obat hewan tertentu pada ternak yang produknya untuk dikonsumsi manusia. Melalui Surat Edaran No: 30059/HK.340/F/11/2011 menyatakan Pelarangan untuk peredaran dan penggunaan obat hewan kelompok beta agonist 2 tersebut karena tidak terdaftar serta berbahaya dan tidak aman bagi hewan, manusia dan lingkungan. Adapun yang termasuk kelompok beta agonist 2 antara lain adalah Salbutamol, Clenbuterol, Albutamol, Salmoterol, Farmaterol, Cimaterol dan Zilpaterol.Menurut keterangan dari pemilik pet shop dan poultry shop dari hasil investigasi di lapangan, maraknya obat hewan ilegal karena pihak pet shop maupun poultry shop mendapatkan obat hewan ilegal dari distributor yang produknya belum terdaftar di Kementerian Pertanian, sehingga obat hewan yang ditemukan relatif sama di beberapa pet shop dan poultry shop. Obat hewan yang sangat laku di pasaran juga banyak dipalsukan di pasaran, sehingga sangat merugikan produsen obat hewan yang bersangkutan. Ditemukan obat hewan palsu, obat hewan tersebut telah dikonfirmasi secara tertulis oleh pihak perusahaan yang tidak lagi memproduksi obat hewan tersebut, tetapi masih ditemukan di pasaran.Meningkatnya jumlah pecinta hewan kesayangan di kota besar saat ini berdampak pada peningkatan kebutuhan akan jasa dokter hewan, pet shop, dan obat hewan. Sayangnya peningkatan ini tidak diimbangi dengan pengetahuan masyarakat tentang ketentuan obat hewan di Indonesia, sehingga banyak masyarakat yang belum mengetahui apakah obat yang diberikan pada hewan kesayangannya itu legal atau ilegal. Obat hewan ilegal yang dimaksud disini adalah obat yang tidak terdaftar, atau dapat pula obat hewan yang sudah kadaluarsa. Masyarakat selama ini hanya mengenal obat manusia yang bertanda registrasi BPOM, sedangkan pada obat hewan juga harus didaftarkan di Kementerian Pertanian dan diuji di Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH). Obat hewan terdaftar menandakan bahwa obat hewan tersebut telah memenuhi aspek aman dan berkhasiat karena dokumen obat hewan tersebut telah terverifikasi dan dikaji oleh para ahli obat hewan dan telah diuji secara klinis di BBPMSOH. Sedangkan obat hewan ilegal tidak menjamin bahwa obat hewan tersebut berkhasiat dan aman dipakai pada hewan dan karena belum diuji di BBPMSOH.Berikut adalah cara untuk mengenal obat hewan yang telah terdaftar yaitu dapat dilihat dari kode dan bentuk penomoran yang ditempelkan pada obat hewan tersebut.Kementan RI No. I. 13015769 PKC.1Kode dan bentuk nomor pendaftaran terdapat 13 digit.12345678910111213

I13015769PKC1

Nomor Pendaftaran 13 digitDigit 1:D menyatakan Domestik, sedangkan I menyatakan Impor

Digit 2 dan 3:Tahun terbit pendaftaran

Digit 4 dan 5:Bulan diterbitkan

Digit 6,7,8 dan 9 :Nomor urut pendaftaran

Digit 10:P = Pharmasetik, F= Feed (Premiks), V = Vaksin, BOH = Bahan Baku Obat Hewan, A = Obat Alami Industri, J = Obat Alami Non Industri, PRG = Obat Hewan Produk Rekayasa Genetika

Digit 11:K = Keras, T = Terbatas, B = Bebas

Digit 12:C = cair, S = serbuk, M = Selain cair/serbuk (salep,kaplet, bolus)

Digit 13:Angka yang menyatakan berapa kali didaftar ulang (1,2,3 dst)

Pelaksanaan pengawasan obat hewan ilegal masih dirasakan sulit untuk diatasi karena keterbatasan pengawas obat hewan serta kesadaran bahaya pemakaian obat hewan ilegal di masyarakat masih rendah. Dengan dilaksanakannya Sosialisasi dan Pengawasan Obat Hewan Ilegal, diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya obat hewan ilegal (Erna-F)- See more at: http://keswan.ditjennak.deptan.go.id/index.php/blog/read/berita/pembinaan-terhadap-obat-hewan-ilegal#sthash.U856UNev.dpuf