nilai-nilai profetik dan implikasinya bagi...

113
NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (STUDI PEMIKIRAN KUNTOWIJOYO) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam Oleh : SRIYANTO NIM: 053111418 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: lecong

Post on 02-Feb-2018

267 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA

BAGI PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(STUDI PEMIKIRAN KUNTOWIJOYO)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam

Ilmu Pendidikan Islam

Oleh :

SRIYANTO

NIM: 053111418

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

Meterai

tempel

Rp

6000,00

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sriyanto

NIM : 053111418

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau

karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 09 Juni 2011

Saya yang menyatakan,

Sriyanto

NIM. 053111418

Page 3: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

KEMENTERIAN AGAMA R.I. INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang

Telp. 024-7601295 Fak. 7615387

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan: Judul : Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya Bagi Pengembangan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran Kuntowijoyo)

Nama : Sriyanto NIM : 05311418 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 09 Juni 2011

DEWAN PENGUJI

Ketua, Sekretaris, Alis Asikin, M.A. Nadhifah, S.Th.I, M. S.I NIP. 19690724 199903 1 002 NIP. 19750827 200312 2 003

Penguji I, Penguji II, Dr. H. Fatah Syukur, M. Ag. Amin Farih M. Ag. NIP. 19681212 199403 1 003 NIP. 19710614 200003 1 002

Pembimbing I, Pembimbing II, Ahmad Muthohar, M.Ag. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. NIP. 19691107 199603 1 001 NIP. 19780930 200312 1 001

Page 4: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

NOTA PEMBIMBING Semarang, 09 Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya Bagi Pengembangan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran

Kuntowijoyo)

Nama : Sriyanto

NIM : 053111418

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing I

Ahmad Muthohar, M.Ag.

NIP. 19691107 199603 1 001

Page 5: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

NOTA PEMBIMBING Semarang, 09 Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya Bagi Pengembangan

Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran

Kuntowijoyo)

Nama : Sriyanto

NIM : 053111418

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Pembimbing II

Dr. Ahwan Fanani, M.Ag.

NIP. 19780930 200312 1 001

Page 6: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

ABSTRAK

Judul : Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya bagi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran Kuntowijoyo)

Penulis : Sriyanto NIM : 053111418

Skripsi ini membahas nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo dan

implikasinya bagi pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam. Kajian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Apa konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo? (2) Bagaimana implikasi konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo terhadap pengembangan kurikulum pendidikan Islam?

Penelitian ini, tergolong dalam jenis penelitian pustaka (library research), karena penulis menggunakan data dari sumber-sumber pustaka, seperti buku, jurnal, artikel, dan sebagainya yang mempunyai relevansi dengan tema permasalahan yang diteliti. Adapun teknik analisa data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis isi (content analysis) dan metode interpretasi. Teknik ini dipilih karena penelitian ini bertujuan membedah ‘isi pemikiran’ atau konsep dari nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo. Di samping itu dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan historis dan pendekatan filosofis.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, menghasilkan beberapa temuan sebagai berikut: a. Nilai-nilai profetik perfektif Kuntowijoyo terdiri dari: nilai humanisasi yang

mengandung arti memanusiakan manusia, menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari manusia, dengan melawan dehumanisasi, agresivitas, dan loneliness. Nilai liberasi berarti membebaskan, yang mempunyai signifikansi sosial. Membebaskan manusia dari belenggu sistem sosial, pengetahuan, politik, dan ekonomi, yang bersifat menindas dan tidak adil. Adapun transendensi bermakna teologis, yakni ketuhanan, artinya beriman kepada Allah SWT sebagai otoritas tertinggi.

b. Implikasi nilai-nilai pfofetik bagi pengembangan kurikulum PAI adalah: kurikulum secara substansi yaitu mengarah pada semua aktifitas sekolah yang mempengaruhi peserta didik agar tercapai tujuan yang diinginkan yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman dan penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga tujuan terbentuk manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa dan bernegara. Dari ketiga nilai inilah (humanisasi, liberasi, transendensi) yang menjadikan transformasi pendidikan Islam. Masing-masing mempunyai peran yaitu nilai humanisasi bertujuan untuk memanusiakan manusia. Liberasi bertujuan yaitu proses pembebasan manusia sebagai makhluk yang berpotensi. Sedangkan nilai transendensi bertujuan sebagai tujuan akhir pendidikan Islam (membentuk manusia yang beriman dan bertakwa. Dan sesuai dengan landasan pengembangan kurikulum nilai-nilai profetik (humanisasi, liberasi dan

Page 7: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

transendensi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum untuk pencapaian tujuan pendidikan PAI. Karena dari ketiga nilai ini mempunyai implikasi yang sangat mendasar dalam rangka membimbing kelangsungan hidup yang humanistic. Sehingga nilai-nilai transformasi pendidikan Islam merupakan bentuk dari proses pembentukan insan kamil. Nilai inilah yang semestinya harus dimainkan umat Islam untuk memberikan kontribusinya bagi pendidikan Islam melalui pengembangan kurikulum PAI. Dan kurikulum yang relevan untuk memuat ketiga nilai tersebut adalah integrated kurikulum dengan mengutamakan metode problem solving.

Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, seorang anak diharapkan dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Page 8: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman

pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor:

158/1987 dan Nomor 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-)

disengaja secara konsisten supaya sesuai teks Arabnya.

t ط A ا

z ظ B ب

‘ ع T ت

g غ S ث

f ف J ج

q ق H ح

k ك Kh خ

I ل D د

m م Z ذ

n ن R ر

w و Z ز

S \ h س

, ء Sy ش

y ي S ص

D ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong

a = a Panjang َاْو = au

i = i Panjang َاْي = ai

u = u Panjang

Page 9: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang berkat rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya skripsi penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

Pendidikan Agama Islam (Studi Pemikiran Kuntowijoyo)” dapat disajikan,

shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW yang

telah menuntun manusia ke jalan yang telah diridhai Allah.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu demi kelancaran dalam penulisan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Dr. Sudja’i, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Ahmad Muthohar M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

3. Dr. Ahwan Fanani, M.Ag., selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan petunjuk dalam penulisan skripsi.

4. Ratih Rizqi Nirwana S.Si. selaku dosen Wali studi serta Bapak, Ibu dosen dan

segenap karyawan/wati yang secara langsung ikut berpartisipasi.

5. Untuk kedua orang tua tercinta, yang telah membesarkan, mendidik, dan

menyayangi dengan seluruh jiwa dan raga dengan sepenuh hati.

6. Untuk seluruh Guru yang telah mendidik dan mengajar jiwa dan ragaku

dengan tulus dan ikhlas.

7. Seluruh anggota keluarga, Kakak dan Adikku yang telah memberi dukungan

yang sangat berharga baik fisik maupun secara material.

8. Seseorang yang ada di hatiku “Semoga Allah menjadikan engkau sebagai

penyejuk Jiwaku”. Dan membuat kedamaian untuk siap berjuang di jalan

Allah SWT dalam meniti kehidupan di dunia.

Page 10: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

9. Sedulur tunggal kecer, Mas-mas, Mbak-mbak dan Adik-adik keluarga besar

UKM PSHT IAIN Walisongo. Dadio wong sing sabar! “sepira gedhening

sengsara yen tinompo amung dadi coba”

10. Untuk kawan-kawan HMI jayalah selalu. Apapun yang terjadi dan

bagaimanapun keadaannya tetap YAKUSA...!!!!!

11. Sahabat-sahabat PAI C 2005, semoga Allah mempermudah jalan hidup kita

dan sukses luar biasa

12. Para sahabatku pedagang kaki lima yang selalu memberi semangat dan

motivasi. Semoga kita semua sukses dan jaya selalu.

Teriring doa semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dari

semuanya dengan sebaik-baik balasan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa

penulisan skripsi ini belum mencapai kesempurnaan. Namun demikian, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada

umumnya.

Semarang, 09 Juni 2011

Sriyanto

NIM. 053111418

Page 11: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

TRANSLITERASI ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

BAB I : Pendahuluan

A. Latar belakang masalah ...................................................... 1

B. Penegasan Istilah ................................................................ 7

C. Rumusan masalah............................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat penulisan ........................................... 8

E. Kajian Pustaka .................................................................... 9

F. Metode Penelitian............................................................... 12

G. Sistematika Pembahasan .................................................... 16

BAB II : Biografi Kuntowijoyo dan Pemikiran Nilai-nilai Profetik

A. Biografi Kuntowijoyo ........................................................ 18

1. Riwayat Hidup ............................................................. 18

2. Latar Belakang Pemikiran ............................................ 20

3. Sosio-historis Perpolitikan Kuntowijoyo ..................... 23

4. Karya-karya Kuntowijoyo ............................................ 28

5. Penghargaan yang Diperoleh ....................................... 29

B. Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai Profetik ......... 30

1. Pengertian Nilai Profetik .............................................. 30

2. Perlunya Ilmu Sosial Profetik ...................................... 39

3. Ilmu Sosial Profetik ..................................................... 45

BAB III : Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum ............................... 49

Page 12: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

1. Pengertian Kurikulum .................................................. 49

2. Pengertian Pengembangan Kurikulum ......................... 52

B. Landasan Pengembangan Kurikulum ................................ 54

C. Pendekatan Pengembangan Kurikulum ............................. 56

D. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum ............................ 59

1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum .................. 59

2. Kerangka Pengembangan Kurikulum .......................... 61

E. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ................................. 66

1. Pengertian PAI ............................................................. 66

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 68

3. Pendekatan Pendidikan Agama Islam .......................... 70

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................. 71

BAB IV : Analisis Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-nilai Profetik

dan Implikasinya terhadap Pengembangan Kurikulum PAI

A. Nilai-nilai Profetik sebagai Landasan Pengembangan

Kurikulum PAI ................................................................... 78

B. Implikasi Nilai-Nilai Profetik Bagi Pengembangan

Organisasi Kurikulum PAI ................................................. 82

1. Tujuan Pendidikan ....................................................... 82

2. Organisasi Kurikulum .................................................. 84

3. Pokok Pendidikan Agama Islam .................................. 87

4. Proses Pembelajaran..................................................... 88

5. Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Agama Islam . 90

BAB V : Penutup

A. Kesimpulan ........................................................................ 93

B. Saran-saran ......................................................................... 95

C. Penutup ............................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 13: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di abad milenium seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan dan

teknologi semakin maju, hal ini ditandai dengan peradaban manusia yang

telah mengalami pergeseran yang signifikan dalam berbagai bidang (sosial,

budaya, pendidikan, ekonomi, agama, dan iptek). Dengan peradaban dunia

yang semakin pesat pengaruhnya, dirasakan di Indonesia yaitu dengan

lahirnya globalisasi. Globalisasi adalah sebuah sistem yang mendunia,

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia baik ekonomi, politik, budaya, dan

tentu di dalamnya termasuk juga pendidikan.1

Melihat realitas tersebut umat Islam harus mampu menyesuaikan diri

dengan perkembangan global tersebut. Guna menyelaraskan dengan tuntutan

zaman, transformasi (perubahan) sosial umat Islam tentunya harus tetap

dalam bingkai ajaran Islam. Maka agama harus mampu menjawab persoalan-

persoalan kontemporer yang muncul. Relevansi penafsiran agama dalam

merespon perubahan dunia yang begitu dahsyat menjadi sebuah tuntutan.

Sebagaimana disinyalir oleh Mun'im A. Sirry bahwa umumnya, agama yang

kehilangan kemampuan untuk merespon secara kreatif perubahan sosial,

kerap menampakkan wajah fundamentalistiknya. Jika agama gagal

membimbing umatnya, maka agama akan memasung pengikutnya pada

lembah kebingungan, kefrustrasian, dan pada akhirnya memunculkan reaksi

destruktif, konflik, dan kekerasan. Dengan kata lain, kesulitan dalam

mengatasi perubahan sosial dapat menyebabkan agama kehilangan pengaruh

dan relevansinya.2

Menurut Kuntowijoyo, pemahaman terhadap ajaran Islam, lebih

khusus lagi pada aspek teologi memerlukan penafsiran-penafsiran baru dalam

1 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan

Pendidikan Di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: TERAS, 2010), hlm. 13-15. 2 Mun’im A. Sirry, Membendum Militansi Agama; Iman dan Politik dalam Masyarakat

Modern, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 124.

Page 14: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

2

rangka memahami realitas yang senantiasa berubah. Usaha melakukan

reorientasi pemahaman keagamaan, baik secara individual maupun kolektif

adalah untuk menyikapi kenyataan-kenyataan empiris menurut perspektif

ketuhanan.3 Jadi, ajaran agama perlu diberi interpretasi atau tafsir baru dalam

rangka memahami realitas.

Tafsir baru dalam rangka memahami realitas ini dapat dilakukan

dengan cara mengelaborasi ajaran agama ke dalam bentuk suatu teori sosial.

Ini dipilih karena akan mampu merekayasa perubahan melalui bahasa yang

obyektif dan lebih menekankan bahwa bidang garapannya lebih bersifat

empiris, historis, dan temporal. Ruang lingkup dari teori ini adalah pada

rekayasa untuk transformasi sosial. Maka muncullah konsep ilmu sosial yang

dicetuskan oleh Kuntowijoyo, yaitu Ilmu Sosial Profetik (ISP). ISP ialah ilmu

sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi

juga memberi petunjuk ke arah mana transformasi itu dilakukan, untuk apa,

dan oleh siapa.

Dalam pengertian ini, maka ilmu sosial profetik secara sengaja

memuat kandungan nilai dari cita-cita perubahan yang diidamkan

masyarakatnya. Perubahan yang didasarkan pada cita-cita humanisasi atau

emansipasi, liberasi dan transendensi, suatu cita-cita profetik yang

diderivasikan dari misi historis Islam sebagaimana terkandung dalam QS. Ali

Imran (3) ayat 110:

öΝçGΖä. u�ö�yz >π̈Βé& ôMy_ Ì�÷zé& Ĩ$ ¨Ψ=Ï9 tβρ â÷ß∆ù' s? Å∃ρ ã�÷èyϑø9$$ Î/ šχöθyγ ÷Ψ s? uρ Ç tã

Ì�x6Ζßϑø9$# tβθãΖÏΒ÷σè? uρ «! $$ Î/ 3 .... ) ا ا. : ال عمران (

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)4

3 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.

287. 4 Depag RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), hlm. 80.

Page 15: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

3

Kata (=>?آ) kuntum yang digunakan ayat di atas, ada yang

memahaminya sebagai kata kerja yang sempurna, (ABCD نCآ) kana tammah

sehingga ia diartikan wujud, yakni kamu wujud dalam keadaan sebaik-baik

umat. Ada juga yang memahaminya dalam arti kata kerja yang tidak

sempurna (AFGCH Iآ) kana naqishah dan dengan demikian ia mengandung

makna wujudnya sesuatu pada masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi

dan tidak juga mengandung isyarat bahwa pernah tidak ada atau suatu ketika

akan tiada. Jika demikian, maka ayat ini berarti kamu dahulu dalam ilmu

Allah adalah sebaik-baik umat.5

Ayat di atas menggunakan kata (ABأ) ummah atau umat. Kata ini

digunakan untuk menunjuk semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu,

seperti agama yang sama, waktu atau tempat yang sama, baik

penghimpunannya secara terpaksa, maupun atas kehendak mereka. Bahkan

al-Qur’an dan Hadits tidak membatasi pengertian umat hanya pada kelompok

manusia. “Tidak satu burungpun yang terbang dengan kedua sayapnya

kecuali umat-umat juga seperti kamu” (QS. Al-An’am (6): 38). “Semut yang

berkeliaran, juga umat dari umat-umat Tuhan” (HR. Muslim).

Ikatan persamaan apapun yang menyatukan makhluk hidup, manusia

atau binatang seperti jenis, bangsa, suku, agama, ideologi, waktu, tempat dan

sebagainya, maka ikatan itu telah melahirkan satu umat, dan dengan demikian

seluruh anggota adalah bersaudara. Seungguh indah, luwes, dan lentur kata

ini, sehingga dapat mencakup aneka makna, dan dengan demikian dapat

menampung dalam kebersamaan dan aneka perbedaan.

Dalam kata ummah terselip makna-makna yang dalam. Ia

mengandung arti gerak dinamis, arah, waktu, jalan yang jelas, serta gaya

dan cara hidup. Dalam konteks sosiologi, umat adalah himpunan manusiawi

yang seluruh anggotanya bersama-sama menuju satu arah yang sama, bahu

membahu dan bergerak secara dinamis dibawa kepemimpinan bersama.

5

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 185-186

Page 16: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

4

Kalimat (N CO نP?BQD) tu’minuna billah dapat dipahami sebagai percaya

kepada ajakan bersatu untuk berpegang teguh pada tali Allah, tidak bercerai

berai. Dengan demikian, ayat ini menyebutkan tiga syarat yang harus

dipenuhi untuk meraih kedudukan sebagai sebaik-baik umat, yaitu amar

makruf, nahi munkar dan persatuan dalam berpegang teguh pada tali atau

ajaran Allah.6

Tiga muatan atau pilar sebagai karakteristik ISP dari ayat di atas

adalah amar ma’ruf (humanisasi), nahi mungkar (liberasi), dan iman kepada

Allah (transendensi).7

Humanisasi yang dimaksud adalah memanusiakan manusia,

menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian dari

manusia. Tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia. Kita tahu bahwa

kita sekarang mengalami proses dehumanisasi karena masyarakat industrial

kita menjadikan kita sebagai bagian dari masyarakat abstrak tanpa wajah

kemanusiaan.

Liberasi (bahasa Latin liberare berarti memerdekakan) artinya

pembebasan, semuanya dengan konotasi yang mempunyai signifikansi sosial.

Tujuan dari liberasi adalah pembebasan dari kekejaman, kemiskinan

struktural, keangkuhan teknologi, dan pemerasan kelimpahan.

Transendensi (bahasa Latin transcendere berarti naik ke atas; bahasa

Inggris to transcend ialah menembus, melewati, melampaui) artinya

perjalanan di atas atau di luar. 8 Tujuan transendensi adalah menambah

dimensi transendental dalam kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah

kepada arus hedonisme, materialisme, dan budaya yang dekaden. Kita

percaya bahwa sesuatu harus dilakukan, yaitu membersihkan diri dengan

mengingatkan kembali dimensi transendental yang menjadi bagian sah dan

fitrah kemanusiaan.9

6 M. Quraish Shihab, Tafsir…, hlm. 185-186

7 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm. 99.

8 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu..., hlm. 98-99. 9 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu..., hlm. 87-88.

Page 17: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

5

Gagasan ini sebenarnya diilhami oleh Muhammad Iqbal khususnya

ketika Iqbal berbicara tentang peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad SAW

seandainya Nabi itu seorang mistikus atau sufi, kata Iqbal tentu beliau tidak

ingin kembali ke bumi, karena telah merasa tentram bertemu dengan Tuhan

dan berada di sisi-Nya. Nabi mengubah jalannya sejarah. Beliau memulai

transformasi sosial budaya berdasarkan cita-cita profetik.10

Menanggapi konsep ISP Kuntowijoyo ini, Moeslim Abdurrahman

dalam Islam Transformasi menyebutkan pemikiran Kuntowijoyo ini tidak

jauh beda dengan istilah Teologi Transformatif, yaitu pemikiran yang

bertolak dari pandangan dasar bahwa misi Islam yang utama adalah

kemanusiaan.11

Upaya menanamkan dan memupuk nilai-nilai humanisasi, liberasi,

dan transendensi akan lebih efektif dilakukan melalui proses pendidikan.

Proses pendidikan tidak akan pernah lepas dari penanaman nilai-nilai, guna

membentuk profil manusia yang dewasa dalam pola pikir, sikap, dan tingkah

laku serta berakhlakul karimah. Hal tersebut senada dengan yang dikatakan

Prof. Ahmad Tafsir bahwa tugas pendidikan termasuk pendidikan di sekolah

yang paling utama ialah menanamkan nilai-nilai.12

Pengembangan kurikulum berbasis akhlak mulia dirasakan mendesak

untuk kondisi bangsa Indonesia. Terlebih mengingat kita mendambakan

terwujudkan Konsesus Nasional yang berparadigma Pancasila dan UUD

1945.13 Konsensus tersebut selanjutnya diperjelas dalam UU No. 20 tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

10 Kuntowijoyo, Paradigma Islam ..., hlm. 289.

11 Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1997), hlm. 40.

12 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

Memanusiakan Manusia, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hlm. 49. 13

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. III, hlm. 3.

Page 18: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

6

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokrasi serta bertanggung jawab”.14

Namun, dalam kenyataannya kecenderungan dunia pendidikan saat ini

masih kurang dalam menjalankan fungsi sosialnya. Hal ini ditandai dengan

banyaknya kejadian yang sering kali terlihat kasat mata seperti tawuran dan

tindakan asusila lainya, menunjukkan masih dipertanyakan tingkat

keberhasilan institusi pendidikan yang ada sementara ini. 15 Selain itu,

peristiwa yang acap kali terjadi pada masyarakat kita seperti korupsi, hukum

yang tidak adil, penipuan, kerusuhan sesama warga, pembunuhan, dan

perbuatan tercela lainnya juga sering terjadi. Kurikulum pendidikan diarahkan

hanya untuk mencetak manusia-manusia yang sudah dipeta-petakan menurut

keahliannya masing-masing. Pendidikan telah menciptakan manusia-manusia

mesin, manusia-manusia pragmatis, yang sangat kering akan dimensi spiritual.

Pendidikan semakin menjauhkan manusia dari kemanusiaannya

(dehumanisasi), dari kemerdekaannya (deliberasi), bahkan dari Tuhan-nya

(detransendensi).

Kurikulum sebagai acuan atau program untuk mencapai tujuan

pendidikan berpengaruh besar dalam membentuk output pendidikan

berkualitas. Begitu juga nilai-nilai yang tertanam dalam peserta didik juga

bergantung pada nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum yang menjadi

acuan. Terlebih lagi bila berbicara tentang Pendidikan Agama Islam (PAI), di

mana penanaman nilai-nilai menjadi suatu hal yang dominan, yang akan

berefek pada aspek afektif dan psikomotor sebagai wujud nyata kesalehan

vertikal dan kesalehan horizontal dalam diri peserta didik. Penelitian ini

dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis konsep nilai-nilai profetik

perspektif Kuntowijoyo kemudian apa implikasinya bagi pengembangan

kurikulum PAI. Yang dimaksud kurikulum PAI di sini adalah kurikulum PAI

di jenjang menengah. Jenjang ini dipilih dengan asumsi bahwa output jenjang

14 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, hlm. 8.

15 Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004),

hlm. 169.

Page 19: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

7

ini telah dianggap cukup dewasa secara fisik, psikis maupun intelektual dan

mampu bereksistensi dalam kehidupan kemasyarakatan. Ditemukannya

implikasi dari nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo terhadap

pengembangan kurikulum PAI ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif

kriteria bagi pengembangan kurikulum PAI di masa depan.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas pengertian serta untuk menghindari adanya

kekeliruan memahami skripsi ini, perlu dijelaskan beberapa istilah yang

menjadi sentral dari judul skripsi ini, antara lain:

1. Nilai-nilai profetik

Nilai-nilai profetik yang dimaksud adalah nilai yang dapat

dijadikan tolak ukur perubahan sosial, hal ini tercakup pada ketiga

kandungan nilai ayat 110 surah Ali-Imran: “Engkau adalah umat yang

terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan

(amar ma’ruf), mencegah kemungkaran (nahi munkar) dan beriman

kepada Allah SWT.”

Kuntowijoyo menginterpretasikan bahwa ayat di atas memuat tiga

nilai dasar, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Humanisasi

sebagai deriviasi dari amar ma’ruf mengandung pengertian kemanusiaan

manusia. Liberasi yang diambil dari nahi munkar mengandug pengertian

pembebasan. Sedangkan transendensi merupakan dimensi keimanan

manusia. Ketiga muatan nilai itu mempunyai implikasi yang sangat

mendasar dalam rangka membingkai kelangsungan hidup manusia yang

lebih humanistik.16

2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga

pada zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere, yang

pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh

16 Khoiron Rasyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) , hlm. 304.

Page 20: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

8

oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat berpacu

atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.

Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan.

Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang berbeda-beda tentang

kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu ada

yang kesamaannya. Kesamaan tersebut adalah bahwa kurikulum

berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.17

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan tentang ajaran. Ajaran

agama Islam dan merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

disetiap lembaga pendidikan baik pendidikan dasar, menengah maupun

menengah atas negeri maupun swasta. Dan dalam penelitian ini

difokuskan pada pendidikan menengah atas.

C. Rumusan Masalah

Latar belakang di atas, dapat diambil permasalahan yang menjadi

fokus pembahasan pada skripsi ini yaitu:

1. Apa konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo?

2. Bagaimana implikasi konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo

terhadap pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI)?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang akan dicapai pada

penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

a. Untuk mengungkapkan konsep nilai-nilai profetik perspektif

Kuntowijoyo.

17 Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 2-3.

Page 21: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

9

b. Untuk meneliti implikasi dari pemikiran Kuntowijoyo tentang nilai-

nilai profetik terhadap pengembangan kurikulum Pendidikan Agama

Islam (PAI).

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat yang akan dicapai

pada penelitian ini yakni:

a. Ingin memberikan wawasan pada seluruh elemen masyarakat,

khususnya pelaku dan pemerhati pendidikan Islam tentang nilai-nilai

profetik perspektif Kuntowijoyo.

b. Ingin memberikan pengalaman yang konstruktif kepada para

akademisi dan pemikir pendidikan Islam, bahwa salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap perkembangan kualitas pendidikan Islam

adalah kurikulum, maka pengembangan kurikulum yang

komprehensif dan mampu berdialog dengan realitas global, mampu

berdinamisasi dengan tuntutan zaman, serta responsif terhadap

kecenderungan perubahan masyarakat adalah suatu yang perlu.

c. Ingin memberikan sumbangsih pemikiran pada praktisi dan

akademisi pendidikan Islam dalam hal pengembangan kurikulum

PAI bahwa pengembangan kurikulum PAI yang berdasarkan nilai-

nilai profetik merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan

Islam agar output pendidikan ini mampu menyesuaikan diri dengan

tuntutan globalisasi tanpa kekurangan ruh keislamannya.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap

penelitian yang ada, baik mengenai kekurangan dan kelebihan yang ada

sebelumya. Selain itu juga mempunyai andil besar dalam rangka mendapatkan

suatu informasi yang ada sebelumya tentang teori-teori yang ada kaitannya

dengan judul yang digunakan untuk mendapatkan landasan teori ilmiah.

Sejauh pengamatan dan penelusuran peneliti ke berbagai literatur kepustakaan

Page 22: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

10

tentang nilai-nilai profetik dan pemikiran Kuntowijoyo peneliti menemukan

beberapa tulisan dan penelitian. Berikut adalah daftar penelitian yang sudah

ada.

1. Skripsi yang ditulis oleh Sami’un di IAIN Walisongo Semarang pada

tahun 2006 yang berjudul: “Konsep Al-Qur’an tentang Khairu Al-Ummah

dalam Perspektif Pendidikan Islam”. Penelitian ini meneliti konsep al-

Qur’an tentang Khairu al-Ummah dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif data dan analisis semantik. Yang mejelaskan bahwa

karakteristik khairu al-ummah terdiri dari amar ma’ruf nahi munkar dan

iman kepada Allah SWT. sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat

Ali Imran ayat 110.18

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti

lakukan pada fokus penelitiannya. Pada penelitian tersebut yang menjadi

fokus penelitiannya adalah Konsep Al-Qur’an tentang Khairu Al-Ummah

dalam Perspektif Pendidikan Islam. Sedangkan pada penelitian yang

peneliti lakukan yang menjadi fokus penelitian adalah Nilai-Nilai Profetik

dari Pemikiran Kuntowijoyo dan Implikasinya Bagi Pengembangan

Kurikulum PAI. Penelitian skripsi ini lebih spesifik dibanding penelitian

yang dilakukan oleh Sami’un.

2. Skripsi yang ditulis Indriyana dengan judul: “Pesan-Pesan Dakwah dalam

Novel Khotbah di Atas Bukit Karya Kuntowijoyo”. Fakultas dakwah IAIN

Walisongo Semarang tahun 2006. Penelitian ini, membahas mengenai

pesan-pesan dakwah yang disampaikan Kuntowijoyo dalam novel khotbah

di atas bukit. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang peneliti

lakukan pada fokus penelitiannya. Pada penelitian tersebut yang menjadi

fokus penelitianya adalah pesan-pesan dakwah dalam novel di atas bukit

dari karya Kuntowijoyo.19 Sedangkan pada penelitian ini yang menjadi

18

Sami’un, Konsep Al-Qur’an tentang Khairu Al-Ummah dalam Perspektif Pendidikan Islam,tinjauan analisis deskriptif kualitatif data dan analisis semantik, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2006).

19 Indriyana, Pesan-Pesan Dakwah dalam Novel Khotbah Di Atas Bukit Karya

Kuntowijoyo, Skripsi, (Semarang: IAIN Walisongo, 2006).

Page 23: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

11

fokus penelitiannya adalah nilai-nilai profetik Kuntowijoyo dan

implikasinya bagi pengembangan kurikulum PAI.

3. Selain itu, juga terdapat sebuah buku atau tulisan tentang nilai-nilai

profetik yaitu tulisan yang disajikan oleh Moh. Shofan dengan judul

“Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif Membongkar

Dikotomi Sistem Pendidikan Islam”. Yang diterbitkan oleh IRCiSoD

bekerja sama dengan UGM press pada tahun 2004 dalam buku ini

ditawarkan sebuah “Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya

Konstruktif Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam”. sebuah

paradigma pendidikan yang berusaha melakukan sintesa antara sistem

pendidikan tradisional yang konsen dengan penjagaan iman dan sistem

pendidikan Islam modern yang konsen dengan perkembangan nilai-nilai

kemanusiaan dengan paradigma yang ditawarkan ini, pendidikan Islam

diharapkan mampu mencapai puncak tujuannya yaitu melahirkan manusia-

manusia yang beriman kokoh dan berilmu pengetahuan luas (Ulul Albab).

Untuk tujuan itu, paradigma profetik yang ditawarkan dengan

meminjam istilah Kuntowijoyo meliputi dimensi humanisasi, liberasi dan

transendensi. Sebagai sebuah cita-cita profetik yang sebenarnya adalah

derivasi dari misi historis Islam yang terkandung dalam al-Qur’an surat Ali

Imran ayat 110: “Engkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah-

tengah manusia untuk menegakkan kebaikan (humanisasi), mencegah

kemungkaran (liberasi), dan beriman kepada Allah (transendensi)”.20

Tulisan tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan, keduanya

sama-sama membahas tentang nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Sehingga tulisan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan kajian pendukung

pada penelitian ini.

4. M. Fahmi dalam bukunya yang berjudul “Islam Transedental; Menelusuri

Jejak-jejak Pemikiran Islam Kuntowijoyo” membahas tentang gagasan

Kuntowijoyo, seorang profesor ilmu budaya yang banyak memberikan

20

Selanjutnya baca buku karya Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Pofetik; Upaya

Konstruktif Membongkar Dikotomi Sitem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004).

Page 24: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

12

perhatian terhadap kajian keislaman, pencetus gagasan perlunya Ilmu

Sosial Profetik.

Perbedaan dengan yang peneliti lakukan adalah fokus pada

kajiannya. Bahwasannya pada penelitian yang peneliti lakukan fokus pada

nilai-nilai profetik dan implikasinya bagi pengembangan kurikulum.

sedangkan pada buku M. Fahmi membahas pada kajian keislamannya.

F. Metode Penelitian

Pada dasarnya penelitian adalah kegiatan untuk menemukan,

mengembangkan dan mengkaji suatu pengetahuan, oleh karena itu penelitian

harus didasarkan pada penyelidikan dan pengumpulan data dengan analisa

yang logis untuk tujuan tertentu.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (library research)

yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.21

Penelitian kepustakaan ini dimaksudkan bahwa data-data informasi yang

dipakai sebagai dasar penelitian skripsi ini diambil dari membaca,

memahami buku-buku, majalah maupun literatur lainnya. Artinya

penulisan dengan kepustakaan murni yaitu menggunakan buku-buku

yang berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua pendekatan yaitu

pendekatan historis dan pendekatan filosofis. Pendekatan historis di sini

adalah sejarah hidup Kuntowijoyo. Pendekatan ini ditujukan untuk

meneliti kondisi sosial pada masa Kuntowijoyo karena pemikiran tokoh

tidak lepas dari pengaruh kondisi sosial sekitarnya.

Sedangkan pendekatan filosofis yang dimaksud adalah prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki secara rasional melalui pernungan

21

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 3.

Page 25: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

13

atau pemikiran yang terarah mendalam dan mendasar tentang hakikat

sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, dengan mempergunakan pola

berfikir aliran filsafat tertentu maupun dalam bentuk analisa sistematik

berdasarkan pola berfikir induktif, deduktif, fenomenologis, dan lain-lain.

Dan dengan memperhatikan hukum berfikir (logika). Cara kerja metode

ini selalu dihadapkan pada data kualitatif, di mana data yang digunakan

berbentuk uraian atau simbol-simbol verbal yang penafsirannya

bergantung pada pemakaian dalam kalimat. Penggunaan data di sini

untuk memberikan dasar berfikir bukan untuk memberikan hipotesis.22

Pendekatan ini dimaksudkan untuk meneliti kondisi kehidupan

Kuntowijoyo dalam kapasitasnya sebagai seorang pemikir yang tentu

mengalami tahap-tahap perkembangan pemikiran.

3. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pencarian dan pengumpulan data

adalah metode dokumentasi. Metode ini digunakan untuk mencari data-

data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pokok pembahasan.

Seperti catatan, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya.23 Langkah

yang ditempuh adalah mencari tahu atau mengumpulkan data-data

tertulis sesuai bahasan, data diambil dari sumber-sumber tersebut di atas

serta notulen, catatan harian dan sebagainya baik sumber tersebut sudah

dipublikasikan maupun yang belum atau tidak dipublikasikan.

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka dan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberi gambaran penyajian tersebut.24

22

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hlm. 66.

23 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet. VIII, hlm. 188.

24 Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remadja Karya CV., 1989), hlm. 7.

Page 26: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

14

Dalam hal ini data yang dikumupulkan penulis:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah informasi yang secara langsung

memiliki wewenang dan tanggungjawab terhadap pengumpulan atau

penyimpanan data. Sumber data semacam ini dapat disebut juga

dengan sumber data atau informasi dari tangan ke tangan.25 Adapun

sumber data primer yang peneliti gunakan adalah buku yang berjudul

Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi; dan Islam sebagai Ilmu:

Epistemologi, Metodologi, dan Etika; karya Kuntowijoyo.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek

penelitiannya.26 Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan

diantaranya: “Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif

Membongkar Dikotomi Sistem Pendidikan Islam oleh Moh. Shofan,

Islam Transendental; Menelusuri Jejak-jejak Pemikiran Islam

Kuntowijoyo oleh M. Fahmi, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat-

Pikir Barat Lainnya oleh Ali Syari’ati penerjemah Husin Anis Al-

Habsyi dan sumber lain yang berkaitan dengan tema.

4. Teknik Analisis Data

Adapun analisis yang digunakan terhadap pemikiran Kuntowijoyo

diantaranya:

a. Content Analisis

Setelah data terkumpul, data dipilah-pilah, diklasifikasikan

dan dikategorikan sesuai dengan tema pembahasan yang peneliti

angkat. Proses analisis ini dilakukan dengan menggunakan content

analisis, yaitu mengungkapkan isi pemikiran dari tokoh yang

diteliti.27

25 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa,

1993), hlm. 34. 26

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 91. 27 Hadari Nawawi, Metodologi...., hlm. 68.

Page 27: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

15

Secara teknis, content analisis mencakup: 28

1) Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi

2) Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi

3) Menggunakan teknik analisis tertentu

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam analisis

data adalah dengan mendasarkannya pada prosedur yang ditetapkan

Hadari Nawawi, yaitu sebagai berkut: 29

1) Menyeleksi teks (buku, majalah, dokumen) yang akan diselidiki

dengan mengadakan observasi untuk mengetahui keluasan

pemakaian buku tersebut, menetapkan standar isi buku di dalam

bidang tersebut dari segi teoritis dan praktisnya.

2) Menyusun item-item yang spesifik tentang isi dan bahasa yang

akan diteliti sebagai alat pengumpul data.

3) Menetapkan cara yang ditempuh yaitu dengan meneliti

keseluruhan isi buku dan bab per bab.

4) Melakukan pengukuran terhadap teks secara kualitatif, misalnya

tentang tema dalam paragraf pesan yang akan disampaikan.

5) Membandingkan hasil berdasarkan standar yang telah ditetapkan.

6) Mengetengahkan kesimpulan sebagai hasil analisis.

Dalam hal ini yang dianalisis adalah pemikiran Kuntowijoyo

tentang nilai-nilai profetik dan implikasinya terhadap pengembangan

kurikulum PAI.

b. Interpretasi

Yaitu cara menyelami isi buku untuk secepat mungkin

menangkap isi dan nuansa uraian yang disajikan.30 Dengan analisis

ini peneliti berusaha untuk menyelami pemikiran Kuntowijoyo

kemudian diungkapkan apa adanya dalam bentuk tulisan sesuai

28

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1991), hlm. 49.

29 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2005), hlm. 90-91. 30 Anton Beker dan Ahmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta:

Kanisius, 1992), Cet. IV, hlm. 63.

Page 28: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

16

dengan sumber data yang ada, baik dengan bahasa sendiri maupun

bahasa tokoh tersebut.

Dari sini, setiap data atau informasi yang diperoleh dari

masalah demi masalah dibandingkan dengan informasi lain yang ada.

Mekanisme tersebut dilakukan secara terus menerus dan bolak-balik,

sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan kemudian diambil

kesimpulan.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam penyusunan skripsi ini penyusun menggunakan sistematika

pembahasan yang dituangkan dalam tiga bagian dan disusun secara sistematis

untuk mempermudah pemahaman, sehingga mampu mencapai tujuan yang

dikehendaki oleh peneliti.

1. Bagian muka

Pada bagian ini terdiri dari: halaman judul, halaman pernyataan

keaslian, halaman pengesahan, halaman nota pembimbing, halaman

abstraksi, halaman transliterasi, halaman kata pengantar dan halaman

daftar isi.

2. Bagian isi

Bagian isi terdiri dari beberapa bab yang masing-masing terdiri

beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut:

Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan gambaran umum pembahasan skripsi yang

meliputi: latar belakang, penegasan istilah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi

penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II : KUNTOWIJOYO DAN PEMIKIRANNYA TENTANG

NILAI-NILAI PROFETIK

Bab ini menjelaskan tentang biografi Kuntowijoyo yang

meliputi daftar riwayat hidup, latar belakang pemikiran

Page 29: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

17

Kuntowijoyo, sosio-historis perpolitikan Kuntowijoyo, karya-

karya Kuntowijoyo dan penghargaan yang diperoleh

Kuntowijoyo serta pemikiran Kuntowijoyo tentang nilai-nilai

profetik yang meliputi pengertian profetik, perlunya ilmu sosial

profetik, ilmu sosial profetik.

Bab III : TEORI TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM

Bab ini menjelaskan pengertian pengembangan kurikulum yang

meliputi pengertian kurikulum, pengertian pengembangan

kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum. Pendekatan

pengembangan kurikulum. Dasar-dasar pengembangan

kurikulum yang meliputi prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum, kerangka pengembangan kurikulum. Dan kurikulum

pendidikan agama Islam meliputi pengertian PAI, tujuan PAI,

pendekatan PAI, fungsi PAI.

Bab IV: ANALISIS TENTANG KONSEP NILAI-NILAI PROFETIK

MENURUT KUNTOWIJOYO DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Bab ini menjelaskan analisis pemikiran Kuntowijoyo tentang

nilai-nilai profetik sebagai landasan pengembangan kurikulum

pendidikan islam. dan implikasi nilai-nilai profetik bagi

pengembangan organisasi kurikulum PAI.

Bab V : PENUTUP

Bab ini akan diuraikan tentang: kesimpulan saran-saran dan

penutup.

3. Bagian akhir

Bagian akhir skripsi ini terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-

lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.

Page 30: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

18

BAB II

BIOGRAFI KUNTOWIJOYO DAN PEMIKIRAN NILAI-NILAI

PROFETIK

A. Biografi Kuntowijoyo

1. Riwayat Hidup

Kuntowijoyo adalah seorang pemikir yang komplet. Ia

menyandang banyak identitas dan julukan. Selain seorang guru besar, ia

juga sejarawan, budayawan, sastrawan, penulis-kolumnis, intelektual

muslim, aktivis dan juga seorang khatib. Kuntowijoyo yang merupakan

putra pasangan Martoyo sebagai Pedalang dan Warastri, yang eyang

buyutnya adalah seorang penulis mushaf Al-Qur’an dengan tangan.

Kuntowijoyo lahir di Desa Ngawonggo, Kecamatan Ceper, Kabupaten

Klaten pada tanggal 18 September 1943. Ia merupakan anak kedua dari

delapan bersaudara.

Kuntowijoyo menempuh dunia pendidikan Sekolah Dasarnya di

Sekolah Rakyat Negeri Klaten, lulus pada tahun 1956. Setamat dari SD

Klaten, ia melanjutkan ke SMP Negeri Klaten, lulus pada tahun 1959.

Lalu melanjutkan studi ke SMA Negeri Solo, lulus pada tahun 1962.

Kemudian ia melanjutkan studinya di Fakultas Sastra UGM Yogyakarta,

lulus pada tahun 1969.1

Setelah lulus dari UGM, Kuntowijoyo melanjutkan kuliah di

University of Connecticut dan meraih master (M.A., American Studies,

1974) dan gelar doktor (Ph.D., Ilmu Sejarah, 1990) di Universitas

Columbia, dengan disertasi yang berjudul Social Change in an Agrarian

Society: Madura 1850-1940.2

Kuntowijoyo merupakan sosok yang dikenal sebagai seorang

intelektual yang rendah hati dan bisa bergaul dengan siapa saja. Ia juga

1 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia,(Yogyakarta: e-Nusantara,

2009), hlm. 180. 2 Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), (Yogyakarta: Tiara Wacana,

2008), hlm. 177.

Page 31: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

19

seorang intelektual muslim yang jujur dan berintegritas tinggi, meskipun

dalam kondisi sakit, Kuntowijoyo masih dengan sabar melayani

bimbingan mahasiswa.

Dalam perjalanan hidupnya Kuntowijoyo menikahi seorang

perempuan yang bernama Susiloningsih. Istrinya tersbut juga menjadi

dosen Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Jogja dan juga telah

meyelesaikan studi di Psychology Department, Hunter College of The

City University of New York pada tahun 1980. Dari pernikahannya

tersebut Kuntowijoyo dikaruniai dua orang anak yakni Punang Amari

Puja dan Alun Paradipta. 3 Dalam masa hidupnya, Kuntowijoyo

mengalami serangan virus meningo enchepalitis (infeksi yang menyerang

bagian otak). Dan Kuntowijoyo meninggal pada hari Selasa, 22 Februari

2005.

Kiprah Kuntowijoyo yang selain sebagai sejarawan, Kuntowijoyo

juga sebagai seorang kiai. Julukan kiai bagi Kuntowijoyo bukanlah hal

yang mengada-ada. Selain ia piawai dalam menjelaskan problem-

problem keIslaman, dan tulisan-tulisannya pun bernuansa Islami. 4

Kuntowijoyo juga ikut dalam pembangunan dan pembinaan Pondok

Pesantren Budi Mulia pada tahun 1980 dan mendirikan Pusat Pengkajian

Strategi dan Kebijakan (PPSK) di Yogyakarta pada tahun 1980.

Kuntowijoyo menyatu dengan pondok pesantren yang menempatkan

dirinya sebagai seorang kiai.

Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Syafi’i Maarif menyebut

kuntowijoyo sebagai sosok pemikir Islam dan sangat berjasa bagi

perkembangan Muhammadiyah. Menurutnya kritik Kunto sangat pedas

tetapi merupakan pemikiran yang sangat mendasar.

Kuntowijoyo sebagai seorang pemikir Islam ini, semasa kuliah, ia

sudah akrab dengan dunia seni dan teater karena semenjak kecil hidup di

lingkungan dunia seni dari ayahnya. Kunto bahkan pernah menjabat

3 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak ..., hlm. 181. 4 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak ..., hlm. 179.

Page 32: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

20

skretaris Lembaga Kebudayaan Islam (Leksi) dan ketua Studi Grup

Mantika, hingga tahun 1971. Di organisasi ini, ia berkesempatan bergaul

dengan beberapa seniman dan kebudayaan muda, seperti Arifin C. Noer,

Syu’ban Asa, Ikranegara, Chaerul Umam, dan Salim Said.

2. Latar Belakang Pemikiran

Kiprah Kuntowijoyo dalam dunia tulis menulis berawal ketika

Kuntowijoyo duduk di bangku Sekolah Dasar. Kuntowijoyo ditempa oleh

dunia lingkungan yang sangat mempengaruhi pertumbuhannya semasa

kecil dan remaja. Ketika SD, Kuntowijoyo juga dimasukkan ke sekolah

agama, yaitu Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Di MI inilah, Kunto kecil

sangat kagum kepada guru ngajinya, yaitu Ustadz Mustajab yang sangat

piawai menerangkan tarikh (sejarah Islam) secara dramatik. Seolah-olah

dia dan peserta didik lainnya ikut mengalami peristiwa yang disampaikan

oleh gurunya. Sejak itu, Kuntowijoyo tertarik dengan sejarah, yang

hingga kemudian ditekuni dan serius terjun mendalami ilmu sejarah. Di

MI inilah bakat menulis Kuntowijoyo sudah mulai tumbuh. Kedua

gurunya, Sariamsi Arifin (penyair) dan Yusmanam (pengarang) telah

membangkitkan gairah Kuntowijoyo untuk menulis. Hingga akhirnya

Kunto kecil sangat gemar membaca dan menulis.5

Kuntowijoyo yang dibesarkan di lingkungan Muhammadiyah,

yang semenjak kecil sudah akrab dengan dunia seni. Ayahnya yang suka

mendalang, mendidiknya untuk mendalami agama dan seni.

Latar belakang cetusan-cetusan pemikiran Kuntowijoyo salah

satunya bersumber dari pengaruh para filosof baik barat maupun timur

yang tidak bisa dipungkiri ikut mewarnai hampir semua ide-ide

Kuntowijoyo. Hal ini bisa dilihat dalam buku Kuntowijoyo yang berjudul

Penjelasan Kuntowijoyo (Historical Explanation), dengan piawai

Kuntowijoyo mengajak pembaca untuk melakukan “wisata akademik”,

yakni dengan mengamati bagaimana sejarawan bekerja (historians at

5 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak..., hlm. 180.

Page 33: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

21

work) dan membekali para pembaca dengan “panduan wisata” yang

berupa rangkaian “review” konkret atas berbagai karya sejarawan.

Tema-tema karya-karya Kuntowijoyo antara lain menyoroti

fenomena sejarah kesadaran sosial umat Islam, tentang transformasi umat

Islam dalam menyikapi perkembangan global dengan industrialisasinya,

serta bagaimana agar umat Islam mampu dalam melakukan transformasi

sosial ke arah yang lebih baik. Perubahan yang didasarkan pada cit-cita

humanisasi, liberasi, dan transendensi, suatu cita-cita yang diderivasikan

dari misi historis Islam sebagaimana yang terkandung dalam QS. Ali

Imran (3), ayat 110.

Gagasan pemikiran Kuntowijoyo ini diilhami oleh Muhammad

Iqbal, khususnya ketika Iqbal berbicara tentang peristiwa mi’raj Nabi

Muhammad SAW. Seandainya Nabi itu seorang mistikus atau sufi, kata

Iqbal, tentu beliau tidak ingin kembali ke bumi, karena merasa tenteram

bertemu dengan Tuhan dan berada di sisi-Nya. Nabi kembali ke bumi

untuk menggerakkan perubahan sosial, untuk mengubah jalannya sejarah.

Beliau memulai suatu transformasi sosial budaya, berdasarkan cita-cita

profetik.

Dalam buku yang berjudul Dinamika Sejarah Umat Islam

Indonesia diterangkan bahwa Nabi telah memimpin umat secara berhasil,

dan itulah tugas sejarahnya. Dia telah mengubah superstruktur (budaya

musyrik, politeis diubah menjadi budaya-budaya tauhid, monoteis) dan

mengatur kembali struktur sosial (mengangkat derajat wanita dan kaum

budak pada kedudukan yang mulia). Di tengah-tengah umat Islam

terdapat suatu golongan yang dipanggil Allah untuk menyeru kepada

kebaikan dan mencegah kemungkaran. Yang mana setiap manusia adalah

sebagai khalifah, maka umat Islam diperintahkan Allah sebagai

pengendali sejarah, subyek sejarah di tengah-tengah manusia.6

6 Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta: Shalahuddin

Press dan Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 113-114.

Page 34: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

22

Perwujudan sikap menurut Kuntowijoyo adalah obyektifikasi

yang merupakan perbuatan rasional nilai (wertrational) yang diwujudkan

ke dalam perbuatan rasional, sehingga orang luarpun dapat menikmati

tanpa harus menyetujui nilai-nilai asal. Misalnya ancaman Allah terhadap

orang Islam sebagai orang yang mendustakan agama bila tidak

memperhatikan kehidupan ekonomi orang-orang miskin dapat

diobyektifkan dengan IDT (Inpres Desa Tertinggal). Kesetiakawanan

Nasional adalah obyektifikasi dari ajaran tentang ukhuwah.7

Dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an, Kuntowijoyo

menawarkan bentuk penafsiran ajaran Islam yang lebih fungsional yang

mampu menjadi titik pijak penerapan ajaran Islam itu sendiri. Mampu

diterapkan dalam realitas masa kini dan di sini,8 pada periode ilmu, di

tengah transformasi sosial umat Islam yang sedang berjalan dalam era

globalisasi. Metode ini ia namakan strukturalisme transendental.

Melalui metode ini, Kuntowijoyo mencoba mengangkat teks

(nash) Al-Qur’an dari konteksnya, yaitu dengan mentransendensikan

makna tekstual dari penafsiran kontekstual berikut bias-bias historisnya.

Kuntowijoyo mencoba mengembalikan makna teks yang sering

merupakan respon terhadap realitas historis kepada pesan universal dan

makna transendentalnya.9

Dari pandangan Kuntowijoyo tentang sosok ideal cendekiawan,

dapat disimpulkan bahwa seorang tokoh, meskipun dia sudah meraih

gelar yang tinggi, secara intelektual atau akademik, tapi belum atau tidak

memiliki kepedulian terhadap persoalan sosial umat Islam di sekitarnya,

atau keberadaannya tidak fungsional dalam masyarakat, maka belum

pantaslah ia disebut seorang cendekiawan. Selain pandangannya tentang

sosok ideal seorang cendekiawan, pergumulan Kuntowijoyo yang intens

7 Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 68-69.

8 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi, dan Etika, (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2007), hlm. 27. 9 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.

331-332.

Page 35: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

23

dengan ilmu-ilmu sosial dan budaya, serta kemampuan menelaah

pemikiran-pemikiran para filosof, baik dari barat maupun dari Islam

sendiri banyak mewarnai cetusan gagasan-gagasannya dalam wacana

pemikiran Islam, yang selalu menjadi tema-tema menarik untuk

diperbincangkan.

3. Sosio-historis Perpolitikan Kuntowijoyo

Menurut Kuuntowijoyo, pada masa Orde Baru terdapat beberapa

perubahan masalah, misalnya masalah politik kelas. Pada masa sebelum

tahun 1965, perkumpulan politik dan kelompok kepentingan kelas

banyak sekali.

Kuntowijoyo beranggapan bahwa pola kehidupan politik

Indonesia bersifat patron client. Pengelompokan politik tidak tidak

didasarkan hubungan atas aliran budaya maupun solidiritas kelas, tetapi

berdasarkan hubungan antara patron dan clients mereka, sebagai

hubungan berantai tanpa terputus. Seperti ditunjukkannya dengan

keterlibatan para pembesar dan pejabat, sebagai mesin birokrasi yang

sangat efektif untuk memobilisasi massa dalam kampanye pemilu pasca

1965. Sedemikian rupa, pada masa Orde Baru umat mengalami situasi

yang pada akhirnya memperpecah menjadi bentuk kelompok-kelompok

politik patron clients.10

Yang berakibat pada perubahan sistem ekonomi dari kapitalisme

agraris menuju kapitalisme industrial, yang menurut Kuntowijoyo

mempunyai paralelisme historis diantara keduanya. Pergantian tersebut,

apabila tidak bisa terkendali akan timbul sebuah ancaman terhadap

kehidupan material dan seluruh tatanan hidup. Kuntowijoyo

menyebutkan contohnya, yaitu dua gejala sosial yang mengancam;

industrialism dan urbanism. Industrialism adalah gejala sosial-ekonomi

yang menekankan kegiatan komersial dan industri, sehingga menggeser

10

M. Fahmi, Islam Transendental Menelusuiri Jejak-Jejak Pemikiran Islam Kuntowijoyo, (Yogyakarta: Pilar Religia, 2005), hlm. 179.

Page 36: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

24

perekonomian petani, atau dengan bahasa radikal disebut sebagai

perampokan petani. Sedangkan urbanism, merupakan gejala sosial-

budaya. Urbanisasi menimbulkan keinginan baru, sensibilitas baru, dan

aspirasi baru.11

Kekhawatiran terhadap ancaman di atas, dapat dilihat dalam

masyarakat industrial yang disebutkan Kuntowijoyo, bahwa ada

kemungkinan akan terjadinya gejala anomy dan alienation. Anomi yaitu

situasi tidak adanya norma, atau hanya terjadi penyimpangan. Sedangkan

alienasi menurut Marxis Orthodox adalah hasil dari sebuah rezim

kapitalis, karena adanya pemilikan perorangan atas alat-alat produksi

yang menyebabkan kaum buruh tersingkirkan dari hasil kerjanya. Atau

menurut kaum Fredian melihat alienasi sebagai hilangnya keberanian

untuk menjadi diri sendiri.

Dalam memasuki masyarakat modern dan industrial,

meniscayakan dua hal: Rasionalisasi dan sistemisasi. Menurut Barrigton

Moore, Jr. Sebagaimana yang dikutip oleh Kuntowijoyo, ada tiga jalan

yang ditempuh masyarakat dunia dalam melakukan industrialisasi yaitu:

demokrasi, fasisme dan komunisme. Sementara Indonesia, menurut

Kuntowijoyo masih mencari ‘jalan’ menuju industrialisasi. Dengan

masyarakat yang plural, Indonesia tentunya akan ‘jalan’ sendiri.

Pancasila dan UUD 1945, menuntut untuk menggabungkan antara nilai

(value) dan kepentingan (interst), memadukan yang abstrak dengan yang

kongkrit yang absolut-universal-abadi dengan yang relatif-partikular-

sementara, dan yang ukhrawi dengan yang dunia. Sehingga muncullah

konsep teodemokrasi, yaitu konsep tentang kekusaan negara yang di

dalamnya terdiri dari konsep tentang kekuasaan (ketuhanan, kedaulatan

rakyat), konsep mengenai proses (kemanusiaan, kebangsaan), dan konsep

tentang tujuan (keadilan sosial).12

11

M. Fahmi, Islam Transendental..., hlm. 181-182. 12

Kuntowijoyo, Identitas..., hlm. 61.

Page 37: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

25

Menurut Kuntowijoyo, konsep teodemokrasi telah dijalankan di

Indonesia namun masih tersendat-sendat. Terutama konsep demokrasi

karena masih ada pembredelan dan pencekalan-pencekalan. telah banyak

terjadi transformasi dalam umat Islam di Indonesia. Apalagi setelah

terbentuknya ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Di dalam

periode ini, Islam menjadi agama yang obyektif (untuk siapa saja tanpa

memandang predikatnya, memandang sesuatu sebagai sebenarnya tanpa

dipengaruhi pengetahuan pribadi), yang dapat diterima orang luar tanpa

menyetujui nilai-nilai asalnya.

Hasil dari pereode ini, menurut Kuntowijoyo dapat dilihat dalam

tiga bidang yaitu ilmu ekonomi Islam dan aplikasinya, politik praktis,

serta pemikiran agama dan juga psikologi Islam. Dalam periode ilmu,

ekonomi kini baru dimulai aplikasinya. Penerapan ekonomi syari’ah

dimulai dengan menggarap institusi modern, yaitu perbankan Islam

(Bank Syari’ah) yang dimulai pada tahun 1992 oleh minoritas kreatif

disekitar MUI (Majelis Ulama Indonesia). Bank Muamalat Indonesia

(BMI) adalah bank pertama yang direkomendasikan ke publik, setelah

keluar UU perbankan baru pada tahun 1992 (UU Perbankan No. 7/1992)

bahwa bank tanpa bunga atau bank “syari’ah” bisa didirikan. Kemudian

diikuti oleh pembentukan beberapa bank pedesaan yang beroperasi atas

dasar tanpa bunga.

Dalam bidang politik praktis, Kuntowijoyo beranggapan bahwa

PAN (Partai Amanat Nasional) yang berdiri pada 1998. Ketua

pertamanya adalah M. Amien Rais, PAN menyatakan diri sebagai partai

politik yang berakar pada moral agama, kemanusiaan dan kemajemukan.

Yang memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan

keadilan sosial untuk cit-cita suatu masyarakat Indonesia yang

demokratik berkeadilan sosial, otonom dan mandiri.

Tentang pemikiran agama, Kuntowijoyo menyebutkan pribadi

yang sesuai sebagai pemikir dan paling terprogram, menurutnya tidak

ada ad boc , namun Kuntowijoyo mencalonkan M. Amin Abdillah dari

Page 38: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

26

IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga. Dalam pandangan Kuntowijoyo

Amin Abdullah memiliki tiga program yang telah dirintisnya. Ketiga

program tersebut adalah pertama, menjadikan agama sebagai gejala

objyektif. Kedua, budaya agama yang mengikuti zaman. Ketiga, ilmu

agama yang kritis.13

Tentang perkembangan psikologi Islam, Kuntowijoyo tidak

memperjelas keberadaanya. Hanya saja, ia menambahkan, bahwa

psikologi Islam masih dibawah umur dengan menyebutkan istilah

nggenduki.14

Dari uraian di atas, Kuntowijoyo mengemukakan gagasannya

tentang periodesasi sejarah kesadaran keagamaan umat Islam Indonesia,

setidaknya telah melakukan dua hal penting. Pertama, rekonstruksi

historiografi Indonesia dengan menepatkan Islam sebagai subyek historis

yang bukan hanya bagi umat Islam tapi juga bagi seluruh bangsa karena

signifikansi umat Islam dalam proses-proses sosio-kultural dan politik

bangsa yang selama ini seringkali diabaikan dalam historiografi formal.

Kedua, melalui periodesasi yang dikemukakannya, Kuntowijoyo ingin

meningkatkan perlunya belajar dari sejarah, sehingga tidak sekedar

mengulang-ulang cerita lama.

Selama ini, pengetahuan agama didapat melalui pendidikan yang

konvensional yang juga mengalami transformasi, seperti pesantren,

madrasah dan sekolah, yan diasuh oleh kiai, ustadz atau guru. Namun,

generasi baru tersebut mendapatkan pengetahuan agama melalui sumber

anonim-elektronik. Sehingga komunikasi-elektronik yang bersifat

terbuka antara elite dengan massa. Kuntowijoyo menyebutkan adanya

peubahan hubungan antara cendekiawan muslim dan masyarakat.15

Saat masa komunikasi lisan dan tulisan masih berjalan,

komunikasi dengan cara baru muncul sebagai perubahan penting dalam

komunikasi sosial, yaitu munculnya elektronika. Hubungan

13 M. Fahmi, Islam Transendental..., hlm. 190-191.

14 M. Fahmi, Islam Transendental..., hlm. 192.

15 M. Fahmi, Islam Transendental..., hlm. 194-195.

Page 39: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

27

cendekiawan-masyarakat menjadi hubungan antara elite dan massa.

Menurut Kuntowijoyo, sifat solidaritas pada masa ini menjadi empat sifat,

yaitu; terbuka, kelompok kecil, proliferasi, dan mobile.

1) Terbuka. Penguasaan cendekiawan atas masyarakat melonggar,

semakin terbuka, tanpa perantara.

2) Kelompok kecil. Ada suatu gerakan keagamaan yang memutar jam

kembali, atau dalam pandangan sekuler disebut cuenter culture.

3) Proliferasi. Menyebarnya cendekiawan muslim di berbagai tempat

seperti di kampus, perusahaan, LSM dan sebagainya yang

menyebabkan tidak ada organisasi Islam yang dapat mengklaim

sebagai umatnya.

4) Mobile. Keberadaan cendekiawan dan masyarakat, selalu bergerak

dan berpindah.

Dalam pemahaman Kuntowijoyo, “Islamisasi pengetahuan”

merupakan upaya agar umat Islam tidak begitu saja meniru metode-

metode dari pengetahuan Barat yang telah mempengaruhi kebudayaan

Islam. Yaitu dengan cara mengembalikan pengetahuan kepada pusatnya

(tauhid). Menurut Kuntowijoyo, gerakan intelektual yang mainstream

Islamisasi pengetahuan yang berusaha mengembalikan pengetahuan

kepada tauhid, merupakan gerakan dari konteks kepada teks.16

Dengan memberikan alternatif Ilmu Sosial Profetik, tidak

bermaksud membedakan antara ilmu sosial Islam, dan ilmu sosial sekuler,

akan tetapi bertujuan merumuskan ilmu sosial yang obyektif.

Transformasi keilmuan menurut Kuntowijoyo, terdapat perbedaan yang

mendasar dari ilmu-ilmu sekuler dan ilmu-ilmu integralistik. Perbedaan

terletak dalam tempat berangkat, rangkaian proses, produk keilmuan dan

tujuan-tujuan ilmu.

Bingkai periodesasi kesadaran umat Islam apabila dilihat dari

penjelasan transformasi sosial umat Islam di atas, secara implisit

kuntowijoyo ingin agar Islam hadir sebagai agama yang mampu

16

Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 8.

Page 40: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

28

merangkul sebanyak mungkin orang, golongan, ideologi, kelas, budaya,

ataupun etnis. Ia ingin Islam menjadi agama yang menawarkan

kedamaian, bukan kebencian. Ia menolak cara pandang ideologis yang

bersifat tetutup, seraya menganjurkan cara pandang ilmu yang bersifat

terbuka. Hal ini terlihat dalam pemahamannya bahwa teori sosial Islam

bukan sesuatu yang bersifat permanen, tetapi dapat berubah-ubah sesuai

dengan kondisi-kondisi sosial masyarakat.17

4. Karya-Karya Kuntowijoyo

Kuntowijoyo merupakan sosok yang mumpuni. Sejumlah

identitas atau julukan yang ia sandang. Antara lain sebagai sejarawan,

budayawan, sastrawan, penulis-kolumnis, intelektual muslim, aktivis,

khatib dan sebagainya. Melalui kemampuan menulisnya Kunto mampu

menghasilkan karya-karya antara lain:

a. Karya-karya Kuntowijoyo yang berupa non-fiksi, antara lain: 18

1) Dinamika Sejarah Umat Islam (1985)

2) Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi (Mizan, 1991)

3) Radikalisasi Petani (Bentang, 1993)

4) Demokrasi dan Budaya Birokrasi (1994)

5) Pengantar Ilmu Sejarah (Bentang, 1995)

6) Identitas Politik Umat Islam (Mizan, 1997)

7) Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik

dalam Bingkai Strukturalisme Transendental (Mizan, 2001)

8) Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris: Madura, 1980, 1940

(Mata Bangsa, 2002)

9) SelamatTinggal Mitos Selamat Datang Realitas (Mizan, 2002)

10) Metodologi Sejarah, Edisi kedua (Tiara Wacana, 2003)

11) Raja, Priyayi, dan Kawula (Ombak, 2004)

12) Peran Borjuasi dalam Transformasi Eropa (Ombak, 2005)

17 M. Fahmi, Islam Transendental Menelusuiri Jejak-Jejak Pemikiran Islam Kuntowijoyo,

hlm. 207-208. 18 Kuntowijoyo, Penjelasan..., hlm. 177-178.

Page 41: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

29

13) Maklumat Sastra Profetik (Grafindo Litera Media, 2006)

14) Budaya dan Masyarakat (1987; terbit ulang 2006)

15) Islam Sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, Dan Etika (Tiara

Wacana, 2007)

b. Karya Kuntowijoyo yang berupa Puisi, antara lain:

1) Suluk Awang-Awung (1975)

2) Isyarat (1976)

3) Makrifat Daun, Daun Makrifat (1995)

c. Karya-karya Kuntowijoyo yang berupa fiksi, antara lain:

1) Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari, novel (1966)

2) Dilarang Mencintai Bunga-Bunga, kumpulan cerpen (1992)

3) Khotbah Di Atas Bukit, novel (1976, terbit ulang 1993)

4) Pasar, novel ( 1972, terbit ulang 1994)

5) Mengusir Matahari, kumpulan fabel (1999)

6) Hampir Sebuah Subversi, kumpulan cerpen (1999)

7) Impian Amerika, novel (1998)

8) Mantra Penjinak Ular, novel (2000)

9) Topeng Kayu, drama (2001)

5. Penghargaan yang Diperoleh

Beberapa penghargaan yang pernah diperoleh oleh Kuntowijoyo,

antara lain: 19

a. Penghargaan Sastra Indonesia, dari Pemda DIY (1986)

b. Penghargaan Penulisan Sastra, dari Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, untuk kumpulan cerpen Dilarang Mencintai

Bunga-Bunga (1994)

c. Penghargaan Kebudayaan ICMI (1995)

d. Satya Lencana Kebudayaan RI (1997)

e. ASEAN Award on Culture (1997)

f. Mizan Award (1998)

19 Kuntowijoyo, Penjelasan..., hlm. 178.

Page 42: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

30

g. Penghargaan Penulisan Sastra, dari Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (1999)

h. S.E.A. Write Award, dari Pemerintah Thailand (1999)

i. Kalyanakretya Utama untuk Teknologi Sastra, dari Menristek (1999)

Sedangkan hadiah yang pernah diterima Kuntowijoyo adalah

sebagai berikut:

a. Majalah Sastra, Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” (1968)

b. BPTNI (Badan Pembina Teater Nasional Indonesia), naskah drama

“Rumput-Rumput Danau Bento” (1968)

c. Panitia Hari Buku Internasional, novel “Pasar” (1972)

d. Dewan Kesenian Jakarta, naskah drama “Tidak Ada Waktu bagi

Nyonya Fatmah, Barda, dan Carta” (1972)

e. Dewan Keseniaan Jakarta; drama “Topeng Kayu” (1973)

f. Harian Kompas, cerpen “Laki-laki yang Kawin dengan Peri” (1995)

g. Harian Kompas, cerpen “Anjing-anjing Menyerbu Kuburan” (1997)

B. Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-Nilai Profetik

1. Pengertian Nilai Profetik

Menurut bahasa, nilai artinya sifta-sifat (hal-hal) yang penting

atau berguna bagi kemanusiaan.20 Sedangkan secara istilah, nilai adalah

esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan

manusia.21 Nilai dapat didefinisikan sebagai konsepsi-konsepsi abstrak di

dalam diri manusia atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap

baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk dan salah. Misalya nilai

agama. Maksudnya adalah konsep mengenai penghargaan yang diberikan

oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam

kehidupan beragama yang bersifat suci sehingga menjadi pedoman

tingkah laku keagamaan warga masyarakat bersangkutan.

20 Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia,

2008), Cet. I, Edisi, IV, hlm.963. 21 M. Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996), hlm. 60-61.

Page 43: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

31

Sedangkan pengertian profetik, berasal dari bahasa inggris yaitu

prophet yang berarti nabi.22 Profetik juga berarti kanabian atau sifat yang

ada dalam diri seorang nabi. Yaitu sifat nabi yang mempunyai ciri

sebagai manusia yang ideal secara spiritual-individual, tetapi juga

menjadi pelopor perubahan, membimbing masyarakat ke arah perbaikan

dan melakukan perjuangan tanpa henti melawan penindasan.

Dalam sejarah, dapat dicontohkan misalnya kisah Nabi Ibrahim

melawan Raja Namrud, Nabi Musa melawan Fir’aun, Nabi Muhammad

yang membimbing kaum miskin dan budak belia melawan setiap

penindasan dan ketidakadilan. Dan mempunyai tujuan untuk menuju ke

arah pembebasan. Dan tepat menurut Ali Syari’ati “para nabi tidak hanya

mengajarkan dzikir dan do’a tetapi mereka juga datang dengan suatu

ideologi pembebasan.”

Secara definitif nilai profetik dapat dipahami sebagai esensi yang

melekat pada sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia

seperti halnya sifat seorang Nabi. Nilai profetik juga merupakan

seperangkat teori yang tidak hanya mendeskripsikan dan

mentransformasikan gejala sosial, dan tidak pula hanya mengubah suatu

hal demi perubahan, namun lebih dari itu, diharapkan dapat mengarahkan

perubahan atas dasar cita-cita etik dan profetik.23

Untuk mendapatkan nilai-nilai profetik itu dapat kita peroleh dari

al-Qur’an dan al-Hadits. Rasulullah saw. bersabda:

JKوMNOP QآST UOVW XYZ[ا] وV^آ ]YO_اS`اJ_ا اabcT dbP U_ M^ef^g]Wا]`

)Mآ]hiوا ji]eiا kروا(

“Sungguh aku tinggalkan kepadamu sesuatu, jika kamu berpegang teguh dengannya kamu tidak akan sesat selama-

22

John Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. XXVIII, hlm. 452.

23 Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif Membongkar

Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004), hlm. 131.

Page 44: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

32

lamanya, suatu perkara yang terang; Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.”24 Nilai Profetik menurut Kuntowijoyo merupakan nilai yang

memuat tiga hal yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi yang

diderivikasi dari kandungan surat Ali Imran ayat 110.25

a. Humanisasi

Dalam bahasa agama, konsep humanisasi adalah terjemahan

dari amar al ma’ruf yang makna asalnya menganjurkan menegakkan

kabaikan. Dalam bahasa ilmu, secara etimologi, humanisasi berasal

dari bahasa latin humanitas yang artinya “makluk manusia”, “kondisi

menjadi manusia”. Secara terminologi berarti memanusiakan manusia,

menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian

dari manusia.26

Menurut Kuntowijoyo, konsep humanisasi berakar pada

humanisme-teosentris yang tak bisa difahami secara utuh tanpa

memahami yang menjadi konsep dasarnya. Humanisme-teosentris

maksudnya manusia harus memusatkan diri pada Tuhan, tetapi

tujuannya adalah untuk kepentingan manusia sendiri. Artinya

keyakinan religius yang berakar pada pandangan teosentris, selalu

dikaitkan dengan amal, yaitu perbuatan atau tindakan manusia,

keduanya merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.

Humanisme-teosentris inilah yang merupakan nilai inti (core-value)

dari seluruh ajaran Islam.27

Humanisme-teosentris dalam Islam di satu sisi memusatkan

perhatian pada fitrah manusia dengan SDMnya, baik jasmaniah

maupun ruhaniah sebagai potensi yang siap dikembangkan dan

ditingkatkan kualitasnya melalui proses humanisering sehingga

keberadaan manusia semakin bermakna. Di sisi lain pengembangan

24

Sirah Ibnu Hisyam, Juz 4, hlm. 603. 25

Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 87. 26

Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 98. 27

Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 228-230.

Page 45: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

33

kualitas SDM tersebut dilaksanakan selaras dengan prinsip-prinsip

ketauhidan, baik tauhid rububiyah maupun uluhiyah.28

Menurut Ali Syari’ati, humanisme adalah ungkapan dari

sekumpulan nilai ilahiah yang ada dalam diri manusia yang

merupakan petunjuk agama dalam kebudayaan dan moral manusia,

yang tidak berhasil dibuktikan adanya oleh ideologi-ideologi modern

akibat pengingkaran mereka terhadap agama.29

Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme merupakan

konsep kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini

sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan

martabat manusia dan menfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

manusia untuk memelihara dan menyempurnakan keberadaannya

sebagai makhluk paling mulia.30

Dalam pandangan Erich Fromm, bahwa manusia saat ini telah

melewati revolusi industri tahap pertama dan memasuki revolusi

industri tahap ke dua yang tidak hanya mengganti energi hidup dengan

energi mekanik tapi sampai pikiran manusiapun diganti dengan mesin-

mesin. Sibernetika dan otomatisasi (sibernasi memungkinkan

terciptanya mesin-mesin yang fungsinya jauh lebih cepat dan tepat

dibanding dengan otak manusia dalam menjawab persolan-persoalan

taknik dan organisasi yang penting. Ketika mesin-mesin sudah

menguasai pikiran manusia, secara tidak sadar manusia saat ini telah

berhenti fungsinya sebagai manusia, tapi tadak lain beralih menjadi

robot-robot yang tidak berpikir atau pikirannya dikendalikan dan tidak

berperasaan.31

28 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 12. 29Ali Syari’ati, Humanisme: Antara Islam dan Mazhab Barat, terj.: Afif Muhammad

(Bandung: Pustaka Hidayah, 1996), hlm. 119. 30 Achmadi, Ideologi Pendidikan..., hlm. 21. 31 Erich Fromm, Revolusi Harapan: Menuju Masyarakat yang Manusiawi, terj.: Kamdani,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 27-29.

Page 46: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

34

Salah satu efek industrialisasi menurut Kuntowijoyo adalah

terbentuknya masyarakat abstrak, masyarakat tanpa wajah

kemanusiaan. 32 Manusia telah menjadi robot atau mesin-mesin

industri. Manusia mengalami objektivikasi ketika berada di tengah-

tengah mesin poralitik dan mesin-mesin pasar. Sadar atau tidak sadar

kemajuan ilmu dan teknologi juga telah membantu kecenderungan

reduksionalistik. Yang melihat manusia dengan cara parsial. Maka

sngat tepat kalu tujuan humanisasi adalah memanusiakan manusia

yang dikatakan Kuntowijoyo.

Kuntowijoyo menambahkan, musuh humanisasi yang lain

adalah agrevitas kolektif ia mencontohkan adanya kerusuhan masal

yang dilakukan oleh mas man (manusia massa) yang terjadi di

Indonesia pada masa-masa sekarang dengan berbagai macam

sebabnya. Menurutnya, hal ini disebabkan karena kekumuhan material

yang berkembang menjadi kekumuhan spiritual. Humanisasi berusaha

untuk mencegah agar kekumuhan materi tersebut tidak berkembang

menjadi kekumuhan spiritual.33

Dan aspek lain yang menjadi titik tuju dari humanisasi adalah

loneliness (privatisasi, individuasi), yang saat ini sudah menggejala

dalam masyarakat kota. Contoh kecil adalah masyarakat kota jarang

sekali mengeahui tetangganya meskipun bergerombol mereka hidup

sendiri-sendiri. Pola hidup sendiri dan cenderung acuh terhadap

masyarakat sekitarnya ini dapat kita lihat pada kalangan masyarakat

menengah ke atas. 34 Saat ini yang masih punya fungsi melawan

lonelines adalah adanya pengajian, pertemuan karangtaruna, RT dan

RW.

Revolusi industri yang saat ini sudah merambah pada revolusi

sains dan teknik yang luar biasa telah menimbulkan problem-problem

moral yang belum pernah terjadi. Maka diperlukan adanya bimbingan

32 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 88. 33 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 101. 34 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 102.

Page 47: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

35

supaya manusia mampu menuju nilai-nilai luhur kemanusiaan, yang

disatu sisi mendapatkan maknanya dari nilai-nilai transendensi.

b. Liberasi

Liberasi dalam pandangan Kuntowijoyo adalah bahasa ilmu

dari nahi munkar. Jika dalam agama, nahi munkar artinya mencegah

dari segala tindak kejahatan yang merusak, memberantas judi, lintah

darat, korupsi, dan lain sebagainya, maka dalam bahasa ilmu, nahi

munkar artinya pembebasan dari kebodohan, kemiskinan ataupun

penindasan.35

Secara etimologi, liberasi berasal dari bahasa latin liberare

yang artinya memerdekakan. Secara istilah, liberasi dapat diartikan

dengan pembebasan, semua dengan konotasi yang mempunyai

signifikansi sosial. 36

Menurut M. Amien Rais, pemahaman teologi harus dirubah.

Menurutnya, teologi hendaknya tidak lagi berbicara mengenai

ketuhanan saja, melainkan teologi lebih dari itu, yaitu juga berbicara

tentang hubungan antara ketuhanan dan kemanusiaan, teologi harus

kontekstual yang betul-betul mampu menyelesaikan masalah-masalah

kemasyarakatan yang sedang kita hadapi, misalnya membuat

pembebasan terhadap setiap gejala eksploitasi dalam masyarakat,

kemudian juga memberi santunan kepada anak-anak yatim dan

memperhatikan kaum fakir miskin.37

Liberasi dalam sistem pengetahuan menurut Kuntowijoyo

adalah usaha untuk membebaskan orang dari sistem pengetahuan

materialistis dari dominasi struktur misalnya dari kelas dan seks.38

Karena dalam ajaran Islam tidak mengenal ada struktur atau

perbedaan kelas sosial dalam masyarakat. Ajaran Islam juga

35 Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 229. 36 Kuntowijoyo, Islam sebagai Ilmu..., hlm. 98. 37

M, Amien Rais, Tauhid sosial: Formula Menggempur Kesenjangan, (Bandung: Mizan, 1998), hlm 55.

38 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 103.

Page 48: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

36

mengandung suatu moderasi, yaitu kemitra sejajaran antara pria dan

wanita dengan perspektif gender.39

Menurut Kuntowijoyo, the great transformation bagi umat

Islam adalah transformasi sosial umat dari sistem sosial agraris

menuju sosial industrial. Oleh karena itu, pembebasan dari sistem dari

sistem sosial yang membelenggu menjadi amat penting.40

Dari pandangan Kuntowijoyo tersebut, belenggu sistem sosial

berpengaruh dalam transformasi umat. Jika belenggu tersebut masih

ada dan tidak dilepaskan, maka umat Islam akan kesulitan untuk

beradaptasi dengan perkembangan dunia modern. Jika hal itu terjadi

maka efek selanjutya adalah umat tidak akan pernah maju, akan

terpinggirkan, hanya jalan di tempat bahkan bisa jadi melangkah

mundur.

Persoalan umat Islam yang semakin trend ke depan akan lebih

banyak berkutat pada persoalan sosial. Sebagai contoh dari

ketimpangan sosial adalah kemiskinan struktural, penindasan terhadap

kaum mustadh’afin (kaum tertindas) menuntut kepedulian segenap

elemen umat Islam. Dengan adanya ini agama harus berperan.

Meminjam pendapat Moeslim Abdurrahman bahwa agama harus

berani lebur memihak pada ajaran tauhid sosial dengan misinya yang

paling esensial adalah sebagai kekuatan emansipatoris yang selalu

peka terhadap pederitaan kaum tertindas.41

Pembebasan dari belenggu sistem ekonomi juga menjadi

sasaran lanjutan dari liberasi. Ekonomi yang menyebabkan

kesenjangan, memperbesar disparitas (jarak) antara si kaya dan si

miskin, sudah saatnya dihilangkan. Islam menentang kondisi seprti ini.

Menurut Kuntowijoyo umat Islam harus mampu meyatu rasa dengan

39 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 104. 40 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 104. 41 Moeslim Abdurrahman, Islam Sebagai Kritik Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 70.

Page 49: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

37

mereka yang miskin, mereka yang terperangkap dalam kesadaran

teknokratis, dan mereka yang tergusur oleh ekonomi raksasa.42

Islam sebenarnya bersifat afirmatif terhadap upaya-upaya

pembebasan dari sistem ekonomi yang tidak adil, sistem ekonomi

yang menindas dan menguntungkan kelompok kecil. Dalam

pandangan Kuntowijoyo ini dikemukakan didasarkan pada Al-Qur’an

surat Al- Hasyr ayat 7 yang menyatakan bahwa Islam melarang harta

umatnya.43

Selanjutnya, liberasi politik berarti membebaskan sistem

politik dari otoritarianisme, diktator, dan neofeodalisme. Menurut

Kuntowijoyo, demokrasi HAM dan masyarakat madani adalah juga

tujuan Islam. Terkait dengan pembebasan sistem politik ini

menurutnya seorang intelektual Islam tidak boleh takut bernahi

munkar asal dilandasi dengan ilmu.44 Di sini tampak ada beban yang

harus dipikul di pundak intelektual muslim untuk selalu mengawasi

dan korektif terhadap penyimpangan dalam kehidupan politik, yang

merugikan kepentingan umat.

c. Transendensi

Transendensi dalam bahasa latin adalah transcendere yang

artinya “naik ke atas”. Dalam bahasa inggris adalah to transcend yang

artinya “menembus”, ”melewati”, “melampaui”. Menurut istilah

artinya perjalanan di atas atau di luar. Yang dimaksud Kuntowijoyo

adalah transendensi dalam istilah teologis. Yakni bermakna ketuhanan,

makhluk-makhluk gaib.45

Tujuan transendensi adalah untuk menambahkan dimensi

transendental dalam kebudayaan, dan tidak menyerah pada arus

hidonisme, materialisme dan budaya yang dekaden dan mampu untuk

42 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 88. 43 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 104. 44 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 105. 45 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 69.

Page 50: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

38

membersihkan diri dari hal tersebut. 46 Dengan mengingat kembali

dimensi trnsendental yang menjadi bagian sah dari fitrah kemanusiaan

sebagai bentuk persentuhan dengan kebesaran tuhan

Banyak yang mengatakan bahwa pada abad 21 adalah

merupakan peradaban posmodernisme, yang menjadi cirinya adalah

semakin menguatnya spiritualisme yang menjadi salah satu tandanya

adalah dedifferentiation yaitu agama akan menyatu kembali dengan

“dunia”.47

Bagi umat Islam dedifferentiation ini bukanlah merupakan

sesuatu hal yang baru karena dalam Islam sendiri tidak meletakkan

urusan dunia dan akhirat suatu hal yang terpisah akan tetapi

berhubungan. Bagi umat Islam urusan dunia eksistensi selama hidup

di dunia akan mempengaruhi kehidupan akhirat kelak. Amal di dunia

tidak akan sia-sia begitu saja melainkan akan mendapat balasan di

akhirat kelak. Oleh karena itu, menurut Kuntowijoyo sudah

selayaknya jika umat Islam menempatkan Allah SWT sebagai

pemegang otoritas, Tuhan yang objektif, dengan 99 nama itu.48

Menurut Fromm, jika manusia tadak menerima Tuhan sebagai

otoritas, maka akan tampak: 1) relativisme penuh, di mana nilai dan

norma sepenuhnya adalah urusan pribadi, 2) nilai tergantung pada

masyarakat, sehingga nilai dari golongan yang dominan akan

menguasai, dan 3) nilai tergantung pada kondisi biologis, sehingga

darwinisme sosial, egoisme, kompetisi, dan agresivitas adalah nilai-

nilai kebajikan (1968: 87-88).49

Dengan melihat paparan di atas, nilai-nilai humanisasi dan

liberasi harus bertitik pangkal dari nilai-nilai transendensi. Yaitu kerja

kemanusiaan dan kerja pembebasan harus didasarkan pada nilai-nilai

46 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 88. 47 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 105. 48 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 107. 49 Roger Garaudy, Mencari Agama pada Abad XX: Wasiat Filsafat Roger Garaudy

(Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 261.

Page 51: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

39

keimanan kepada Allah SWT. Nilai transendensi menghendaki umat

Islam meletakkan posisi Allah SWT sebagai pemegang kekuasan

tertinggi. Dalam perspektif Roger Garaudy, transendensi menghendaki

kita mengakui keunggulan norma-norma mutlak yang melampaui akal

manusia.

Para Nabi pun masuk ke wilayah perjuangan politik, ekonomi,

pendidikan dan lainya pada zaman dahulu dengan dasar nilai-nilai

transenden ini dengan landasan keimanan dan penyerahan total kepada

Allah SWT.

2. Perlunya Ilmu Sosial Profetik

Yang melatar belakangi perlunya ilmu sosial profetik adalah

karena adanya perdebatan masalah tentang teologi yang terus menerus

yang tidak kunjung usai yaitu mereka yang berlatar belakang tradisi ilmu

keIslaman konvensional mengartikan ilmu teologi sebagai ilmu kalam,

yaitu suatu disiplin yang mempelajari ilmu ketuhanan, dan skolastik. Dan

sementara bagi yang berlatih dalam tradisi barat, katakanlah dari

cendekiawan Muslim yang tidak mempelajari Islam dari studi-studi

formal lebih melihat teologi sebagai penafsiran sebagai realitas dalam

perspektif ketuhanan, jadi lebih merupakan refleksi-refleksi empiris.

Perdebatan semacam ini misalnya, terlihat dalam seminar

mengenai teologi pembangunan yang diadakan di Kaliurang,

Yogyakarta. 50 Sementara pandangan dari kalangan pertama lebih

menekankan pada kajian ulang mengenai ajaran-ajaran normatif dalam

berbagai karya kalam klasik, kalangan kedua cenderung menekankan

reorientasi pemahaman keagamaan pada realitas kekinian yang empiris.

Ketika itu gagasan yang menarik adalah gagasan yang dikemukakan dari

pihak kedua yaitu bahwa dewasa ini kita perlu merumuskan suatu teologi

baru yang disebut telogi transformatif. Yang semula dilontarkan oleh

50 Seminar Nasional “Teologi Pembangunan”, Lajnah Kajian dan Pengembangan

Sumberdaya Manusia, Nahdhatul Ulama DIY, Kaliurang, 25-26 Juni 1988, sebagaimana dikutip Kuntowijoyo dalam Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, hlm. 286.

Page 52: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

40

Moeslim Abdurrahman yang menyiratkan serangkaian kritik tajam

terhadap teologi-teologi tradisioal yang dianggap sudah tidak tepat

sehingga perlu dirombak. Sehingga hal ini mengundang reaksi dari pihak

pertama yang menimbulkan perdebatan dan salah paham.51

Dengan mengemukakan contoh tersebut Kuntowijoyo hanya ingin

menyatakan bahwa di lingkungan kita, gagasan mengenai pembaruan

teologi atau sejenisnya, tampak belum bisa diterima. Dan harus ada cara

lain untuk menjembatani perdebatan tersebut yaitu dengan cara

menghindari istilah teologi, karena di samping akan membingungkan

istilah tersebut tampakya kurang begitu cocok dengan dengan apa yang

kita kehendaki. Gagasan Moeslim Abdurrahman tentang teologi

transfomasi akan lebih tepat misalnya jika diterjemahkan dengan istilah

ilmu sosial transformatif.52

Dengan mengganti istilah “teologi” ke “ilmu sosial”, Kuntowijoyo ingin menegaskan sifat dan maksud dari gagasan tersebut. Jika gagasan pembaruan teologi adalah agar agama diberi tafsir baru dalam rangka memahami realitas, maka metode yang efektif adalah mengelaborasi ajaran-ajaran agama ke dalam bentuk suatu teori sosial. Jelas bahwa lingkup yang menjadi sasaran dari gagasan tersebut adalah lebih pada rekayasa untuk transformasi sosial. Oleh karena itu, lingkupnya bukan pada aspek-aspek normatif yang bersifat permanen seperti pada teologi, tetapi pada aspek-aspek yang bersifat empiris, historis dan temporal. Dengan istilah “ilmu sosial”, maka gagasan tersebut tidak perlu diberi potensi doktrinal karena kita juga mengakui relativitas ilmu.53 Dengan perangkat teori sosial, kita akan mampu merekayasa

transformasi melalui bahasa yang objektif. Di samping itu dengan teori

sosial menekankan bahwa bidang garapannya lebih bersifat empiris,

historis, dan temporal.

Dalam dunia pendidikan nilai-nilai profetik sangat penting dan

pendidikan sudah saatnya menjalankan missi profetik. Hancurnya rasa

51

Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 286. 52

Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 84. 53

Kuntowijoyo, Paradigma..., hlm. 287.

Page 53: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

41

kemanusiaan dan terkikisnya semangat religius serta kaburnya nilai-nilai

kemanusiaan merupakan kekhawatiran manusia yang paling puncak

dalam kancah pergulatan global ini. Semua tataran kehidupan sudah

mengalami perubahan yang sangat mendasar dalam setiap ruas

kehidupan. Manusia sudah dihinggapi apa yang disebut globalisasi.

Globalisasi sudah melanda dunia, sikap interdependensi antar negara

semakin besar, dunia lebih tampak transparan dan terbuka, sehingga apa

yang terjadi di belahan barat dunia dapat kita terima beritanya dalam

waktu yang sangat cepat dan dengan serta merta akan membias

dampaknya pada setiap sendi kehidupan manusia, baik positif maupun

negatif.

Dengan mencermati perkembangan pendidikan Islam yang ada,

tampak jelas, bila kondisi Islam saat ini sangat tertinggal jauh dari

tuntutan masyarakat modern ataupun kepentingan dunia global. Sebagai

perubahan sosial pandidikan Islam dituntut untuk mampu memainkan

peranannya secara dinamis dan proaktif, dan diharapkan mampu

membawa perubahan dan kontribusi yang berarti bagi perbaikan umat

Islam.

Pendidikan umat Islam bukan sekedar proses penanaman nilai-

nilai moral untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi. Tetapi

yang paling urgen adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah

ditananamkan pendidikan Islam tersebut mampu berperan sebagai

kekuatan pembebas (liberating force) dari himpitan kemiskinan,

kebodohan, dan keterbelakangan sosial budaya dan ekonomi. Kandungan

materi pelajaran dalam pendidikan Islam yang masih berkutat pada

tujuan yang lebih bersifat ortodoksi diakibatkan adanya kesalahan dalam

memahami konsep-konsep pendidikan yang masih bersifat dikotomis.54

Berdasarkan pengamatan sosio–kultural, Kuntowijoyo menilai

bahwa selama ini umat Islam belum mendasarkan gerakannya pada

elaborasi yang mendalam tentang realitas sosial yang obyektif. Umat

54

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma..., hlm. 28.

Page 54: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

42

Islam masih mendasarkan diri pada kesadaran subyektif-normatif, artinya

Islam baru kita tampilkan dalam realitas subyektif. Usaha untuk

membentuk pribadi muslim, jama’ah, komunitas, dan umat misalnya,

hanya didorong oleh kesadaran normatif dalam realitas subyektif-

normatif. Akibatnya kita tidak pernah siap merespon tantangan-tantangan

perubahan sosial yang empiris, yang terjadi di masyarakat.

Dalam transformasi nilai yang sangat cepat dan pelik ini,

pendidikan tampil sebagai satu-satunya institusi yang mempunyai

peluang banyak untuk meluruskan bias dari nilai-nilai transformatif itu.

Pasalnya sekarang, pendidikan tidak hanya mengalami perubahan, akan

tetapi berganti wujud dan penampilannya, kalau tidak dikatakan lepas

sama sekali dari missi profetik, yaitu memanusiakan manusia.55

Pernyataan di atas memang sangat beralasan, paling tidak ada dua

pembenaran yang harus diformulasikan, yaitu: 1) Kekaburan konsepsi

pendidikan Islam, dan 2) kekaburan orientasi pendidikan Islam, yang

pada gilirannya pendidikan Islam akan kehilangan peran sentral dalam

missi profetik.56

Dengan tidak mengabaikan beberapa konsep pendidikan Islam,

maka pendidikan Islam merupakan suatu ikhtiar menanamkan nilai-nilai

Islami yang tidak terlepas dari landasan organik (al-Qur’an dan al-

Sunnah) yang sebagai tujuan akhirnya (ultimate goal) adalah manusia

taqwa.57

Kehadiran pendidikan Islam, baik ditinjau secara kelembagaan

maupun tujuan-tujuan yang hendak dicapai, masih sebatas memenuhi

tuntutan yang bersifat formalitas dan bukan sebagai tuntutan yang

bersifat substansial, yakni tuntutan untuk melahirkan manusia-manusia

penggerak sejarah. Walaupun dalam beberapa hal terdapat perubahan-

perubahan ke arah yang lebih baik, akan tetapi karena perubahan yang

terjadi masih sangat lamban, sementara gerak perubahan masyarakat

55 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 302.

56 Khoiron Rosyadi, Pendidikan..., hlm. 302-303.

57 Khoiron Rosyadi, Pendidikan..., hlm. 303.

Page 55: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

43

berjalan cepat, bahkan bisa dikatakan sangat revolusioner, maka di sini

pendidikan Islam selalu tertinggal dan arahnya semakin terbaca tidak

jelas.58

Umumnya pendidikan adalah permasalahan kemanusiaan yang

menjadi sasaran bidik yang pertama. Pendidikan yang berwawasan

kemanusiaan bahwa pendidikan harus memandang manusia sebagai

subjek pendidikan. Oleh karena itu, starting point dari proses pendidikan

berawal dari pemahaman teologis-filosofis tentang manusia, yang pada

akhirnya manusia diperkenalkan akan keberadaan dirinya sebagai

khalifah Allah di muka bumi. Pendidikan yang lepas dari dasar-dasar

inilah yang pada akhirnya melahirkan tatacara hidup yang tidak lagi

konstruktif bagi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

Menurut Kuntowijoyo, pendidikan Islam dulu sudah memiliki

komitmen yang tinggi dalam menngembangkan ilmu pengetahuan, baik

ilmu pengetahuan keagamaan meupun ilmu pengetahuan sekuler.

Komitmen keilmuan inilah yang mengharumkan nama Islam dan telah

menghantarkan masyarakatnya ke puncak peradaban. Hanya saja, setelah

muncul gerakan renaissance di Eropa, pusat pengembangan ilmu

pengetahuan yang pernah diraih dunia Islam kemudian diambil alih oleh

bangsa Barat hingga berlangsung sampai sekarang.59

Pendidikan Islam dimaknai sebagai sebuah tujuan beragama,

bukan sebagaimana fungsi pendidikan itu sendiri. Inilah yang disebut

sebagai krisis konseptual dalam sejarah pendidikan Islam. Hal ini terlihat

bahwa, pemaknaan pendidikan Islam telah menyimpang dari makna yang

sebenarnya, sehingga pengertian tentang pendidikan Islam hanya terbatas

pada pendidikan tentang agama Islam, dan bukan pengertian pendidikan

Islam dalam arti proses penggalangan intelektualisme Islam. Krisis

58

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma..., hlm. 29. 59

Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 290.

Page 56: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

44

konseptual dalam pendidikan Islam yang kemudian berimplikasi kepada

terjadinya disintegrasi dan fragmentasi pendidikan.60

Dari fenomena di atas, urgensitasnya dalam diskursus pendidikan

Islam kontemporer adalah pentingnya untuk dilakukan rekonseptualisasi

pendidikan Islam seperti terajut dari nilai-nilai yang yang terdapat di

dalam al-Qur’an.

Oleh karena itu, perlu adanya penyegaran kembali terhadap

konsep pendidikan Islam agar berfungsi sebagai praktek pembebasan

dengan tetap berpegang diri pada pesan-pesan yang terdapat dalam al-

Qur’an, merujuk pada teori Kuntowijoyo tentang paradigma profetik

yang terdiri dari dimensi humanisasi, liberasi, dan transendensi.

Gagasan pendidikan berparadigma profetik layak untuk

ditawarkan sebagai solusi pendidikan Islam di masa sekarang dan di

masa yang akan datang. Seperti Thomas Kuhn menyebutkan bahwa pada

dasarnya realitas sosial itu dikonstruksi oleh made of though atau made of

inquiry tertentu yang pada gilirannya akan menghasilkan made of

knowing tertentu pula.61

Dalam pengertian ini, paradigma berarti suatu konstruksi

pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas sebagaimana

al-Qur’an memahaminya. Konstruksi pengetahuan dibangun dengan

tujuan agar kita memiliki “hikmah” yan atas dasar itu dapat dibentuk

perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai al-Qur’an, baik pada level moral

maupun sosial.

Menurut Freire mengenai paradigma pendidikan terhadap

perubahan sosial, adalah sedagai upaya penyadaran terhadap sistem

pendidikan yang menindas yang menjadikan masyarakat mengalami

proses dehumanisasi. Paradigma yang dikembangkan memberikan ruang

bagi masyarakat untuk mampu mengidentifikasi ketidak-adilan dalam

sistem dan struktur yang ada, kemudian melakukan analisis bagaimana

60

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma..., hlm. 31. 61

Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 230.

Page 57: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

45

sistem dan struktur ini bekerja, serta bagaimana mentransformasikannya

untuk perubahan.

Adapun paradigma profetik dapat dipahami sebagai seperangkat

teori yang tidak hanya mendiskripsikan dan mentransformasikan gejala

sosial, dan pula hanya mengubah suatu hal demi perubahan. Namun,

lebih dari itu diharapkan dapat mengerahkan perubahan atas dasar cita-

cita etik dan profetik. Nilai profetik yang dapat dijadikan tolak ukur

perubahan sosial ini tercakup pada ketiga kandungan nilai dalam surat

Ali Imran ayat 110: “Engkau adalah umat yang terbaik yang diturunkan

di tengah manusia untuk menegakkan kebaikan (amar ma’ruf),mencegah

kemungkaran (nahi munkar), dan beriman kepada Allah SWT.”

Kandungan nilai-nilai humanisai, liberasi, dan transendensi,

diharapkan tingkat kesadaran teologis kita pada dataran normatif dapat

menjadi lebih historis dan konseptual. Dialektika antara kaidah normatif

dan teoritik sebagai upaya untuk membumikan spirit profetik (kenabian)

dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam dapat tercapai

denga baik dengan tetap berporos pada ketiga nilai kandungan profetik.

Dengan demikian, pendidikan Islam tidak mengenal

persimpangan antara ilmu-ilmu objektif yang empirik dengan ilmu

subjektif metafisik, ilmu agama dengan ilmu umum, atau bukanlah

keterpisahan antara lapangan berfikir empirik dengan lapangan ideal

normatif. Kalau kita mau menelusuri sejarah, maka ilmu pengetahuan itu

integral, tidak dikotomik, semua bersumber dari al-Qur’an. Oleh karena

itu, pendidikan harus kembali pada missi profetik, yaitu memanusiakan

manusia, yang dalam terminologi islam sering disebut sebagai insan

kamil, syumul, dan manusia taqwa.62

3. Ilmu Sosial Profetik

Transformasi sosial adalah merupakan salah satu gagasan

Kuntowijoyo dengan dicetuskannya konsep Ilmu Sosial Profetik (ISP).

62

Khoiron Rosyadi, Pendidikan..., hlm. 306.

Page 58: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

46

Yang ditawarkan Kuntowijoyo sebagai sebuah paradigma baru umat

Islam dalam memasuki periode ilmu. Yang diterima sebagai konsekuensi

munculnya masyarakat industri atau pasca industri.

Konsep ilmu sosial profetik tidak hanya berusaha menjelaskan

dan mengubah fenomena sosial tetapi juga memberi petunjuk ke arah

mana transformasi itu dilakukan, untuk apa dan oleh siapa.

Ilmu Sosial Profetik tidak sekedar mengubah demi perubahan

tatapi mengubah berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu. Dan

secara sengaja memuat kandungan nilai dari cita-cita perubahan yang

diidamkan oleh masyarakat. Cita-cita masyarakat ini, menurut

Kuntowijoyo dapat dilacak dalam al-Qur’an al-Karim surat Ali Imran (3)

ayat 110:63

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”64

Menurut Kuntowijoyo terdapat tiga muatan nilai yang dapat

ditarik dari penafsiran ayat terebut, yaitu amar ma’ruf (menyuruh

kebaikan), nahi munkar (mencegah kemungkaran), dan tu’minuna billah

(beriman kepada allah).65

Amar ma’ruf (menyuruh kebaikan) utuk mengangkat dimensi

dan potensi positif (ma’ruf) manusia, untuk mengemansipasi manusia

pada nur, kepada cahaya petunjuk ilahi untuk mencapai keaaan fitrah.

Fitah adalah keadaan dimana manusia mendapatkan posisinya sebagai

makluk yang mulia, sesuai kodrat kemanusiaannya. Yang disebut oleh

Kuntowijoyo humanisasi artinya memanusiakan manusia,

menghilangkan “kebendaan”, ketergantungan, kekerasan, dan kebencian

63 Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 288. 64 Depag RI, Al-Quran dan Terjemah, (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), hlm. 80. 65

Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 92.

Page 59: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

47

dari manusia. 66 Humanisasi yang dimaksudkan Kuntowijoyo, berakar

pada humanisme teosentris yang memiliki arti bahwa manusia harus

memusatkan diri pada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan

manusia sendiri.

Nahi munkar (mencegah kemungkaran) dalam bahasa agama

melarang atau mencegah segala tindak kejahatan segala tindak kejahatan

yang merusak, dari mencegah orang mengkonsumsi narkoba, melarang

twuran, memberantas judi, menghilangkan lintah darat, sampai membela

nasib buruh dan memberantas korupsi. Dan disebut liberasi yang berarti

pembebasan semuanya dengan konotasi yang mempunyai signifikansi

sosial. Untuk membebaskan manusia dari kekejaman, kemiskinan,

pemerasan kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni

kesadaran palsu.67

Iman kepada Allah dalam Al-Qur’an yang mempunyai arti khusus,

Kuntowijoyo menggunakan terminologi yang sangat umum, yaitu

transendensi sebagai padanan. Yaitu dalam istilah tologis, yakni

bermakna ketuhanan, makluk-makluk ghaib yang merupakan dimensi

keimanan manusia. 68 Transendensi adalah unsur terpenting dari etika

profetik dan sekaligus menjadi dasar dari dua unsur lainnya; humanisasi

dan liberasi. Transendensi memberi arah ke mana dan untuk tujuan apa

humanisasi dan libersi itu dilakukan.

Ketiga unsur etika profetik ini merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Dan dari ketiga nilai tersebut di atas,

berhubungan dengan masalah sosial, artinya lebih menekankan pada

aspek interaksi dengan sesama manusia. Hal ini tidak lepas dari ide-ide

Kuntowijoyo yang memang banyak memperbincangkan persoalan sosial

umat Islam.

66

Kuntowijoyo, Paradigma Islam..., hlm. 229. 67

M. Fahmi, Islam Transendental..., hlm. 228-229. 68

Kuntowiyoyo, Islam Sebagai..., hlm. 98-99.

Page 60: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

48

Amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban mu’min di mana

saja dan kapan saja, dalam segala dimensi baik politik, ekonomi, sosial,

budaya, pendidikan dan lainnya.

Page 61: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

49

BAB III

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang digunakan dalam

dunia olah raga pada zaman Yunani kuno. Secara etimologi kurikulum

berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata “curir” artinya pelari. Kata

“curere” artinya tempat terpacu. Kurikulum diartikan jarak yang ditempuh

oleh seorang pelari.1 Sedangkan pengertian kurikulum secara terminologi

banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan diantaranya:

Kurikulum menurut Saylor dan Alexander sebagaimana yang

dikutip oleh Peter F. Oliva, bahwa: “Curriculum as the plan for providing

sets of learning opportunities to achieve broad goals and related specific

objectives for an identifiable population served by a single school

center.”2

Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan

guna mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya

bersifat idea, suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan

dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapan-harapan yang sering

berbunyi muluk-muluk.

Apa yang dapat diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum

yang real. Karena tidak segala sesuatu yang direncanakan dapat

direalisasikan, maka terdapatlah kesenjangan antara idea dan real

curriculum.

Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian

pengalaman yang secara potensi dapat diberikan kepada anak, jadi dapat

disebut potential curriculum. Namun apa yang benar-benar dapat

1

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Aglesindo, 1995), hlm. 1. 2 Peter F. Oliva, Developing the Curriculum, (Canada: Little, Brown and Company

Boston Toronto, 1982), hlm. 6.

Page 62: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

50

diwujudkan pada anak secara individual, misalnya bahan yang benar-benar

diperolehnya, disebut actual curriculum.

Ibnu Sina secara sederhana mengemukakan bahwa kurikulum

adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan sejumlah mata pelajaran

yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah.3 Sedangkan

kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan istilah manhaj, yang

berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya

untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.4

Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,

sehingga kita peroleh penggolongan sebagai berikut:

a) Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para

pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya

dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, yang

misalnya berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.

b) Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang

dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini dapat berupa

mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala

kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan siswa

misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan pramuka, warung

sekolah dan lain-lain.

c) Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan

dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan tertentu. Apa

yang diharapkan akan dipelajari tidak selalu sama dengan apa yang

benar-benar dipelajari.

Mengenai masalah kurikulum senantiasa terdapat pendirian yang

berbeda-beda, bahkan sering yang bertentangan. Ketidakpuasan dengan

kurikulum yang berlaku adalah sesuatu yang biasa dan memberi dorongan

mencari kurikulum baru. Akan tetapi mengajukan kurikulum yang ekstrim

3

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat

Prendidikan Islam, (Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2001), hlm. 69. 4 Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, (terj: Hasan

Langgulung), (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 478.

Page 63: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

51

sering dilakukan dengan mendiskreditkan kurikulum yang lama, padahal

kurikulum itu pun mengandung kebaikan, sedangkan kurikulum pasti tidak

akan sempurna dan akan tampil kekurangannya setelah berjalan dalam

beberapa waktu.5

Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum.

Lazimnya kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung

jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa

kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan

melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan

sekolah, jadi selain kegiatan kurikulum yang formal juga kegiatan yang

non formal. Yang terakhir ini sering disebut kegiatan ko-kurikuler atau

ekstrakurikuler (co-curriculum atau extra-curriculum). Kurikulum formal

meliputi:

1) Tujuan pelajaran, umum dan spesifik

2) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis

3) Strategi belajar mengajar serta kegiatan-kegiatannya

4) Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai

Kurikulum non formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga

direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran

akademis dan kelas tertentu. Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap

kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum non formal ini antara lain:

pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar sekolah,

perkumpulan berbagai hobby, pramuka dan lain-lain.

Ada lagi yang harus diperhitungkan yaitu kurikulum

“tersembunyi” (hidden curriculum). Kurikulum ini, antara lain berupa

aturan yang tak tertulis di kalangan siswa misalnya “harus kompak

terhadap guru” yang turut mempengaruhi suasana pengajaran dalam kelas.

5 S. Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),

hlm. 8-9.

Page 64: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

52

Kurikulum tersembunyi ini dianggap oleh kalangan tertentu tidak

termasuk kurikulum karena tidak direncanakan.6

2. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Telah disinggung pada pembahasan sebelumnya bahwa banyak

para ahli yang memberikan pengertian yang berbeda dalam mengartikan

kurikulum, namun secara substansial adalah sama yaitu mengarah pada

semua aktifitas sekolah yang mempengaruhi siswa agar tercapai tujuan

yang diinginkan.

Menurut Audrey Nichols dan S. Howard Nichools sebagaimana

yang dikutip oleh Oemar Hamalik, bahwa pengembangan kurikulum

(curriculum development) adalah: the planning of learning opportunities

intended to bring about certain desered in pupils, and assessment of the

extent to which these changes have taken place.

Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum

adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan

untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan

menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri

siswa. Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning

opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol

antara peserta didik, guru, bahan peralatan dan lingkungan di mana belajar

yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan

belajar direncanakan oleh guru; bagi peserta didik sesungguhnya adalah

“kurikulum itu sendiri”

Dalam pengertian di atas sesungguhnya pengembangan kurikulum

adalah proses siklus yang tidak pernah berakhir. Proses kurikulum tersebut

dapat ditampilkan dalam diagram sebagai berikut: proses tersebut terdiri

dari empat unsur yakni:

a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan

dan pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang

6 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), hlm. 5-6.

Page 65: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

53

berkenaan dengan mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum

secara menyeluruh.

b. Metode dan material: mengembangkan dan mencoba menggunakan

metode-metode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan

tadi yang serasi menurut pertimbangan guru.

c. Penilaian (assessment): menilai keberhasilan pekerjaan yang telah

dikembangkan itu dalam hubungan dengan tujuan dan bila

mengembangkan tujuan-tujuan baru.

d. Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah

diperoleh yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi

selanjutnya.7

Menurut UU No. 20 tahun 2003, kurikulum dianggap sebagai

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.8

Sesuai dengan konsep di atas maka pengembangan kurikulum pada

hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan

pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana mempelajarinya. Namun

demikian persoalan pengembangan isi dan bahan pelajaran serta

bagaimana cara belajar peserta didik bukanlah suatu proses yang

sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat

dari visi, misi serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan

tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan

masyarakat. Persoalan inilah yang kemudian membawa kita pada

persoalan menentukan hal-hal yang mendasar dalam proses pengembangan

kurikulum yang kemudian kita namakan asas-asas atau landasan-landasan

pengembangan kurikulum.

7 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008), Cet. III, hlm. 96-97. 8 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.

6.

Page 66: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

54

Menurut David Pratt, sebagaimana yang dikutip oleh Wina

Sanjaya, bahwa istilah desain lebih mengena dibandingkan dengan

pengembangan yang mengandung konotasi yang bersifat gradual. Disain

adalah proses yang disengaja tentang suatu pemikiran, perencanaan dan

penyeleksian bagian-bagian, teknik dan prosedur yang mengatur suatu

tujuan atau usaha. Atas dasar itu, maka pengembangan kurikulum

(curriculum development atau curriculum planning) adalah proses atau

kegiatan yang disengaja dan dipikirkan untuk menghasilkan sebuah

kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan

pembelajaran oleh guru di sekolah.9

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan suatu kurikulum,

yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial budaya, serta

perkembangan ilmu dan teknologi.

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis adalah dasar pemikiran yang mendalam untuk

menggambarkan dan menyatakan pandangan yang sistematis dan

komprehensif tentang pendidikan. Tujuan falsafah pendidikan pada

dasarnya sama dengan dasar dan tujuan ajaran Islam. Falsafah pendidikan

berisi teori umum tentang pendidikan Islam yang tercantum dalam al-

Qur’an dan Hadist. Jadi tujuan pendidikan Islam adalah mencapai tingkat

pengabdian yang paling tinggi yang mana tujuan itu seiring dengan tujuan

penciptaan manusia dalam al-Qur’an.10

Filsafat merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan mengkaji satu

bidang pengetahuan manusia, daerah cakupannya terbatas. Filsafat

mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat segala

yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba

9 Wina Sanjaya, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung: Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia, 2007), hlm. 48-49. 10

Burhan Nurgitantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah

Pengantar Teoritik dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm.15.

Page 67: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

55

mengetahui kedudukan manusia di dalamnya. Sering dikatakan bahwa

filsafat merupakan ibu dari segala ilmu.11

Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh

manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini yang disebut filsafat

pendidikan. Walaupun dilihat sepintas, filsafat pendidikan ini hanya

merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan

masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya yaitu antara filsafat

dan filsafat pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat. Menurut

Donald Butler, filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik

pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi

pertimbangan-pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat.

2. Landasan Psikologis

Untuk mencapai suatu proses pendidikan yang optimal, maka

dalam penyusunan kurikulum perlu melibatkan apa yang disebut dengan

psikologis. Suatu proses pendidikan yang menuntut perubahan yang terjadi

pada diri peserta didik dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan

perkembangan individu peserta didik, yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan mendasari penngembangan kurikulum.12

Kepentingan dasar psikologis di sini menyangkut beberapa faktor

fundamental yang dimiliki oleh manusia, yaitu tahap-tahap kematangan

bakat-bakat jasmani dan intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan-

kebutuhan, minat, kecakapan yang bermacam-, perbedaan antara mereka,

faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, proses

belajar, pengamatan mereka terhadap sesuatu, pemikiran mereka dan lain

sebagainya. Dengan mengetahui faktor di atas dapat mempermudah untuk

mengorganisir isi kurikulum, menjadi mudah bagi pendidikan dalam

menyampaikan materi pelajarannya sesuai dengan metode yang dipakai,

dan lain sebagainya.

11 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 11, hlm. 39-40. 12 Syamsul Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need’s Press, 2009),

hlm. 54-55.

Page 68: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

56

3. Landasan Sosial Budaya

Nilai sosial budaya masyarakat bersumber pada hasil karya akal

budi manusia, sehingga dalam menerima, menyebarluaskan, melestarikan

dan atau melepaskannya manusia menggunakan akalnya. Dengan

demikian, apabila tidak terdapat nilai-nilai sosial budaya yang tidak

diterima atau tidak sesuai dengan akalnya akan dilepaskan. 13

Kurikulum

yang berorientasi pada landasan sosial budaya adalah agar turut serta

dalam proses pemasayaakatan (socialization) bagi peserta didik,

penyesuaian mereka dengan masyarakat Islam tempat mereka hidup,

memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya, cara

berfikir serta tingkah laku yang diinginkan, cara bergaul yang sehat, sikap

kerjasama dan menghargai, tanggung jawab dan kesediaan berkorban demi

membela akidah, tanah air, pengetahuan dan kemahiran yang akan

menambahkan produktivitas dan keikutsertaan mereka dalam membina

umat dan kepentingan membangun bangsanya.14

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknlogi

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber

pada pikiran atau logika. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

secara langsung akan menjadi isi atau materi pendidikan. Sedangakan

secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk

membekali masyarakat dengan kemempuan pemecahan masalah yang

dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.15

C. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara kerja dengan

menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-

13 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),

hlm. 270. 14 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 253.

15 Dimyati dan Mudjiono, Belajar..., hlm. 270.

Page 69: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

57

langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang

lebih baik. Pendekatan-pendekatan yang dikembangkan antara lain:

1. Pendekatan Subjek Akademis

Pendekatan subjek akademik dalam menyusun kurikulum PAI

dilakukan dengan berdasarkan sistematisasi disiplin ilmu. Pengembangan

kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih

dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang

diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu. Masing-masing

aspek atau mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang

dapat dipergunakan untuk pengembangan disiplin ilmu lebih lanjut bagi

para peserta didik yang memiliki minat di bidangnya. Namun demikian,

dalam pembinaannya harus memperhatikan kaitan antara aspek atau mata

pelajaran yang satu dengan yang lainnya.16

2. Pendidikan Berorientasi pada Tujuan

Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan

rumusan atau penerapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral,

sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar-

mengajar. Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang

berorientasi pada tujuan adalah:17

a) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum

b) Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalam

menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang

diperlukan untuk mencapai tujuan

c) Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam

mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai

d) Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusunan

kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan

3. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan

16 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 140-142. 17

Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2009), hlm. 200-201.

Page 70: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

58

Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter

curriculum, corelated curriculum, dan integrated curriculum. 18

a) Pendekatan pola Subject Matter Curriculum

Pendekatan ini ditekankan pada berbagai mata pelajaran secara

terpisah-pisah dan tidak berhubungan satu sama lain.

b) Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum

Dan Pendekatan dengan pola mengelompokkan beberapa mata

pelajaran (bahan) yang sering dan bisa secara dekat berhubungan,

misalnya pengajaran materi shalat (fiqih) yang akan berkaitan dengan

materi keimanan (akidah) dan kekhusyu’an (akhlak).

c) Pendekatan dengan Pola Integrated Curriculum

Kurikulum ini merupakan usaha untuk mengintegrasikan bahan

pelajaran dari berbagai mata pelajaran, agar menghasilkan kurikulum

yang terpadu (integrated).

4. Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan ini memfokuskan kurikulum pada masalah penting yan

dihadapi masyarakat. Pendekatan ini meliputi: (a) rekonstruksionalisme

konservatif, meningkatkan mutu kehidupan individu maupun masyarakat

dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak

yang dihadapi masyarakat. (b) rekonstruksionalisme radikal ini ingin

menggunakan pendidikan untuk merombak tata sosial dan lembaga sosial

yang ada dan membangun struktur sosial baru.

5. Pendekatan Humanistik

Kurikulum ini berpusat pada peserta didik dan mengutamakan

perkembangan afektif peserta didik sebagai prsyarat dan sebagai bagian

integral dari proses belajar.19

18 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),

hlm. 160. 19 Abdullah Idi, Pengembangan..., hlm. 202-203.

Page 71: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

59

D. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum

1. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Sistem pendidikan akan melakukan perubahan bilamana kondisi-

kondisi pada supra-sistem, masyarakat, mengalami perubahan. Perubahan

kurikulum adalah hal yang normal, dan diharapkan, sebagai akibat

perubahan dalam lingkungannya. Para pekerja atau spesialis kurikulum

bertanggung jawab untuk mencari cara untuk melakukan perbaikan

kurikulum secara berkesinambungan. Tugas para pekerja (tim

pengembang) kurikulum akan lebih mudah atau lancar, bilamana

mengikuti sejumlah prinsip yang telah diterima secara umum untuk

pengembangan kurikulum. Diantara prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum antara lain:20

a. Prinsip Relevansi

Dalam pendidikan prinsip relevansi berarti perlunya kesesuaian

antara (program) pendidikan dengan tuntunan kehidupan masyarakat

(the needs of society). Prinsip relevansi ini dapat dilihat dari beberapa

aspek yaitu: (a) relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik; (b)

relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan datang; (c) relevansi

pendidikan dengan dunia kerja; (d) relevansi pendidikan dengan ilmu

pengetahuan.

b. Prinsip Efektivitas

Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana

perencanaan kurikulum dapat dicapai sesuai dengan keinginan yang

telah ditentukan. Dalam proses pendidikan, efektivitasnya dapat dilihat

dari dua sisi, yakni: (1) efektivitas mengajar pendidik berkaitan dengan

sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan dapat

dilaksanakan dengan baik; (2) efektivitas belajar anak didik, berkaitan

dengan sejauh mana tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah

dicapai melalui kegiatan belajr mengajar yang telah dilaksanakan.

20 Abdullah Idi, Pengembangan..., hlm. 179-183.

Page 72: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

60

c. Prinsip Efisiensi

Efisiensi proses belajar mengajar akan tercipta, apabila usaha,

biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program

pengejaran tersebut sangat optimal dan hasilnya bisa seoptimal

mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

d. Prinsip Kesinambungan (Kontinuitas)

Prinsip ini menunjukkan adanya keterkaitan antara tingkat

pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Dalam

pengembangan kurikulum harus memperhatikan hubungan antara

bidang studi yang satu dengan yang lainnya.

e. Prinsip Fleksibilitas (Keluwesan)

Fleksibilitas berarti tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak

yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Fleksibiltas dalam

memilih program pendidikan dengan pengadaan program-program

pilihan yang dapat berbentuk jurusan. Dan fleksibilitas dalam

pengembangan program pengajaran ini dengan memberikan

kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri

program-program pengajaran dengan berpatok pada tujuan dan bahan

pengajaran di dalam kurikkulum yang masih bersifat umum.

f. Prinsip Berorientasi Tujuan

Artinya bahwa sebelum bahan ditentukan, langkah yang perlu

dilakukan oleh seorang pendidik adalah menentukan tujuan terlebih

dahulu. Agar semua jam dan aktivitas pengajaran yang dilaksanakan

oleh pendidik maupun anak didik dapat betul-betul.

g. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum

Dalam prinsip ini harus ada pengembangan kurikulum secara

bertahap dan terus menerus, yakni dengan cara memperbaiki,

memantapkan dan mengembangkan lebih lanjut kurikulum yang sudah

berjalan setelah ada pelaksanaan dan sudah diketahui hasilnya.

Page 73: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

61

2. Kerangka Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum ini harus mengacu pada sebuah

kerangka umum, yang berisikan hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan

keputusan.

a. Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam pengembangan kurikulum ini

menekankan pada keharusan pengembangan kurikulum yang telah

terkonsep dan diinterpretasikan dengan cermat, sehingga upaya-upaya

yang terbatas dalam reformasi pendidikan, kurikulum yang tidak

berimbang, dan inovasi jangka pendek dapat dihindarkan.

Dalam konteks ini kurikulum didefinisikan sebagai suatu

rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diharapkan, atau dengan kata

lain suatu rencana mengenai tujuan, hal yang dipelajari dan hasil

pembelajaran. Dengan demikian, kurikulum terdiri atas beberapa

komponen, yaitu hasil belajar dan struktur (sekuens berbagai kegiatan

belajar).

Konsekuensi lebih jauh dari keharusan penggunaan dasar

teoritis untuk pengembangan kurikulum adalah pada pembelajaran

(instruction). Pembelajaran adalah proses mengajar yaitu menyiapkan

lingkungan mengajar agar siswa dapat berinteraksi dengan orang,

benda, tempat dan ide melalui penyampaian kurikulum merupakan

suatu proses perencanaan yang kompleks, mulai dari penilaian

kebutuhan, identifikasi hasil belajar yang diharapkan, serta persiapan

pembelajaran untuk mencapai tujuan dan pemenuhan kebutuhan

budaya, sosial dan personal.

Sesuai dengan definisi tersebut, kriteria evaluasi kurikulum

disiapkan jika hasil-hasil belajar yang diharapkan sudah teridentifikasi.

Pengembangan kurikulum melibatkan banyak keputusan pada

beberapa level yang berbeda, seperti anak-anak usia prasekolah, SD,

sekolah lanjutan (SLTP dan SMA), dan perguruan tinggi (termasuk

pendidikan kejuruan). Pengembangan kurikulum dapat difokuskan

Page 74: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

62

pada unit yang sangat terbatas, misalnya pada satu guru dan satu siswa,

sampai pada scope yang luas dengan melibatkan kelompok besar,

misalnya kelompok guru di suatu daerah atau negara.

Dilihat dari aspek ruang lingkup pengembangan kurikulum,

tersirat adanya sejumlah pilihan untuk melakukan pengembangan

kurikulum. Akibatnya terjadi pertentangan antarkonsepsi kurikulum,

hal ini dapat memunculkan kontroversi di sekolah atau dalam

masyarakat. Oleh karena itu, administrator sekolah hendaknya

memahami secara mendalam perbedaan orientasi berbagai konsep

kurikulum tersebut.

Dalam pengembangan kurikulum kepemimpinan yang efektif

bergantung pada kemampuan menjelaskan dan menerapkan

pendekatan dalam tercapainya tujuan kurikulum, serta melibatkan

orang lain dalam proses perencanaan dan implementasinya.

b. Tujuan Pengembangan Kurikulum

Istilah yang digunakan untuk menyatakan tujuan

pengembangan kurikulum adalah goals dan objectives. Tujuan sebagai

goals dinyatakan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat

umum, dan pencapaiannya relatif dalam jangka pendek.

Aspek tujuan, baik yang dinyatakan dalam goals maupun

objectives, memainkan peran yang sangat penting dalam

pengembangan kurikulum. Tujuan berfungsi untuk menentukan arah

seluruh upaya kependidikan sekolah atau unit organisasi lainnya,

sekaligus menstimulasi kualitas yang diharapkan. Berbagai kegiatan

lain dalam pengembangan kurikulum seperti penentuan ruang lingkup,

sekuensi dan kriteria seleksi konten, tidak akan efektif jika tidak

berdasarkan tujuan yang signifikan. tujuan pendidikan pada umumnya

berdasarkan filsafat yang dianut atau yang mendasari pendidikan

tersebut.

Mengingat pentingnya tujuan ini, tidak heran jika perumusan

tujuan menjadi langkah pertama dalam pengembangan kurikulum.

Page 75: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

63

Filosofi yang dianut pendidikan atau sekolah biasanya menjadi dasar

pengembangan tujuan. Oleh karena itu, tujuan hendaknya

merefleksikan kebijaksanaan, kondisi masa kini dan masa datang,

prioritas sumber-sumber yang sudah tersedia, serta kesadaran terhadap

unsur-unsur pokok dalam pengembangan kurikulum.

Secara lebih jauh, tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi

pengembangan tujuan-tujuan spesifik (objective), kegiatan belajar,

implementasi kurikulum dan evaluasi untuk mendapatkan balikan

(feedback). Sebagai contoh, menurut Komite Pengembangan

Kurikulum Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum (goals),

yaitu ketrampilan dasar (basic skills), konseptualisasi diri, pemahaman

terhadap orang lain penggunaan pengetahuan yang telah terkumpul

untuk menginterpretasi dunia (lingkungan kehidupan), belajar

berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia

ekonomi, produksi dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggung

jawab, kreativitas dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with

change).

Setiap tujuan yang bersifat umum di atas harus diuraikan lagi

menjadi beberapa sub tujuan (subgoals) yang lebih operasional.

Misalnya tujuan pengembangan ketrampilan dasar diuraikan menjadi:

1) Mendapatkan informasi dan pengertian melalui kegiatan

mengamati, mendengar, dan membaca.

2) Mengolah informasi dan pengertian yang diperoleh melalui

ketrampilan berpikir reflektif.

3) Berbagi informasi dan mengekspresikan pengertian melalui

kegiatan percakapan, menulis dan alat-alat nonverbal.

4) Memanipulasi lambang dan menggunakan pikiran matematis dan

sebagainya.

c. Penilaian Kebutuhan

Kebutuhan merupakan suatu hal yang pokok dalam

perencanaan (Unruh dan Unruh, 1984) dalam kaitannya dengan

Page 76: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

64

pengembangan kurikulum dan pembelajaran, kebutuhan didefinisikan

sebagai perbedaan antara keadaan aktual (actual circumstance) dan

keadaan ideal yang dicita-citakan (envisioned ideal circumstance).

Dengan kata lain, suatu perbedaan antara keadaan riil dan ideal

kondisi, kualitas dan sikap.

Penilaian kebutuhan adalah prosedur, baik secara terstruktur

maupun informal untuk mengidentifikasi kesenjangan antara situasi

“di sini dan sekarang” (here and now situation) dan tujuan yang

diharapkan. Penilaian kebutuhan dapat mendahului maupun mengikuti

penentuan tujuan. Kebutuhan juga dapat dimanfaatkan oleh

pengembang kurikulum untuk melakukan revisi dan modifikasi

kurikulum.

d. Konten Kurikulum

Pada umumnya, konten kurikulum dipandang sebagai

informasi yang terkandung dalam bahan-bahan yang dicetak, rekaman

audio dan visual, komputer dan alat-alat elektronik lainnya, atau yang

ditransmisikan secara lisan. Konten kurikulum seperti ini sebenarnya

sangat potensial bagi siswa informasi menjadi konten bagi siswa jika

dapat memberi pengertian terhadap aktivitas yang berguna. Karena itu,

seleksi konten untuk kurikulum dan pembelajaran hanya merupakan

salah satu bagian dari tugas-tugas pengembangan kurikulum yang

berhubungan dengan konten tersebut. Konsekuensi yang lebih jauh,

penentuan konten kurikulum harus disertai dengan perencanaan

aktivitas yang bermakna.

e. Sumber Materi Kurikulum

Materi kurikulum yang diperlukan oleh para pengembang

kurikulum dapat diperoleh di buku-buku teks dan petunjuk bagi guru.

Materi tersebut juga dapat diperoleh di beberapa tempat seperti

perpustakaan kurikulum di berbagai universitas, khususnya pada

bagian pendidikan. Selain itu pusat-pusat sistem sekolah umum, pusat

pendidikan guru, kantor konsultan kurikulum, departemen pendidikan

Page 77: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

65

dan agen-agen pelayanan regional lainnya, hg merupakan tempat untuk

memperoleh materi kurikulum.

Deskripsi dan analisis suatu pandangan komprehensif tentang

lapangan kurikulum tidak mungkin tersaji hanya dalam satu literatur.

Oleh karena itu, diperlukan sumber-sumber yang mendukung dalam

memperoleh informasi dan ide-ide lebih jauh tentang lapangan

kurikulum yang dikaji. Sumber-sumber yang dimaksud meliputi karya-

karya yang diterbitkan oleh asosiasi profesional, penerbitan berkala

dan buku-buku teks yang relevan.

f. Implementasi Kurikulum

Sebuah kurikulum yang telah dikembangkan tidak akan berarti

(menjadi kenyataan) jika tidak diimplementasikan, dalam artian

digunakan secara aktual di sekolah dan di kelas. Dalam implementasi

ini, tentu saja harus diupayakan penanganan terhadap pengaruh faktor-

faktor tertentu, misalnya kesiapan sumber daya, faktor budaya

masyarakat dan lain-lain.

Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk

dicermati adalah materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum,

peranan atau perilaku, pengetahuan dan internalisasi nilai.

Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek

perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya,

implementasi ini mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan,

subject matter, strategi mengajar dan kegiatan belajar, serta evaluasi

dan feedback.

g. Evaluasi Kurikulum

Evaluasi adalah suatu proses interaksi, deskripsi, dan

pertimbangan (judgment) untuk menemukan hakikat dan nilai dari

suatu hal yang dievaluasi, dalam hal ini kurikulum. Evaluasi

kurikulum sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi

kurikulum, prosedur implementasi, metode instruksional, serta

pengaruhnya pada belajar dan perilaku siswa.

Page 78: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

66

Pertimbangan penting lainnya bagi evaluator kurikulum adalah

evaluasi formatif (Untuk perbaikan program), dan evaluasi sumatif,

untuk memutuskan melanjutkan program yang dievaluasi untuk

menghentikannya dengan program lain. Model-model evaluasi

kurikulum yang dapat dipilih dan diaplikasikan adalah model

pencapaian tujuan (goal attainment model), model pertimbangan

(judgment evaluation model), model pengambilan keputusan (decision

facilitative evaluation model), dan model deskriptif.

h. Keadaan di Masa Mendatang

Oleh karena manusia memiliki visi terhadap masa yang akan

datang, maka manusia selalu menghadapi tantangan yang semakin

berat. Dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, pandangan

dan kecenderungan pada kehidupan masa datang sudah menjadi

kepentingan pokok.

Pesatnya perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi,

teknologi, serta berbagai peristiwa dunia, memaksa setiap warga

masyarakat berpikir dan merespon setiap perubahan yang dihadapi.

Oleh karenanya, harus dipikirkan solusi alternatif dalam menghadapi

situasi masa yang akan datang tersebut. Prediksi keadaan penduduk,

persediaan makanan, polusi, sumber-sumber yang tidak dapat

diperbaharui, ancaman nuklir, serta gejolak politik dan ekonomi, harus

direspons sejak sekarang, tidak terkecuali respon dari pengembangan

pendidikan. Dengan kata lain, setiap rencana pengembangan

kurikulum harus memasukkan pertimbangan kehidupan di masa depan,

serta implikasinya pada perencanaan kurikulum.21

E. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian PAI

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan

terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,

21 Oemar Hamalik, Manajemen..., hlm. 185-191.

Page 79: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

67

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau latihan. Pendidikan Agama Islam yang dipelajari

oleh peserta didik dimaksudkan untuk membentuk peserta didik manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia.22

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendidikan adalah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.23

Kalau dikorelasikan dengan agama Islam, maka banyak tokoh-tokoh

pendidikan yang mendefinisikan pendidikan agama Islam.

Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip Abdul Majid dan Dian

Andayani, Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina

dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

agama Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan yang pada

akhirya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup.24

Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama islam sebagai usaha

sadar genersi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengwetahuan

kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi

manusia bertakwa kepada Allah SWT. Sedangkan menurut A. Tafsir

pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seorang

kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan

ajaran Islam.

Sedangkan Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu

transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada

generasi muda agar mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut

22 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar(KD) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab di Madrasah Aliyah, hlm. 81. 23

Tim Penyusun Pusat Pembinaan Dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), Cet. III, hlm. 204. 24

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005), hlm.

130.

Page 80: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

68

pendidikan Islam, maka mencakup dua hal, yaitu (a) mendidik peserta

didik untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam; (b)

mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran Islam berupa

pengetahuan tentang ajaran Islam.25

PAI yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam

perkembangannya juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah maupun di Perguruan Tinggi. Jadi berbicara

tentang PAI maka dapat dimaknai dalam dua pengertian; sebagai sebuah

proses penanaman ajaran Islam, maupun sebagai bahan kajian yang

menjadi materi proses itu sendiri.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik

tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih

tinggi.26

Di dalam Garis-garis Besar Pedoman Pendidikan agama Islam

dijelaskan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk

meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

peserta didik tentang ajaran agama Islam sehingga terbentuk manusia

muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.27

Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Menjadi hamba Allah

25 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan..., hlm. 131.

26 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan..., hlm. 133.

27 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama

Islam di Sekolah, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hlm.78.

Page 81: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

69

Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan ini dijelaskan dalam

surat Adz Dzariat ayat 56 sebagai berikut:

$ tΒuρ àMø)n=yz £ Åg ø:$# }§Ρ M}$#uρ āω Î) Èβρ ߉ ç7÷èu‹Ï9 ∩∈∉∪

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariat (51): 56)28

b) Mengantarkan peserta didik menjadi khalifah fil ardh

Yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih

jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan

penciptaannya dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam

sebagai pedoman hidup. Firman Allah SWT:

!$ tΒ uρ š�≈ oΨù=y™ö‘r& āω Î) ZπtΗôq y‘ šÏϑn=≈ yè ù=Ïj9 ∩⊇⊃∠∪

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)

c) Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat, baik individu maupun masyarakat.29

Æ�tGö/$#uρ !$ yϑ‹ Ïù š�9 t?#u ª! $# u‘#¤$!$# nοt� ÅzFψ$# ( Ÿωuρ š[Ψs? y7t7ŠÅÁ tΡ š∅ÏΒ

$ u‹÷Ρ‘‰9 $# .... ∩∠∠∪

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi....” (QS. Al-Qashash: 77)

28 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2005), hlm. 756.

29 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm.

30-31.

Page 82: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

70

Rumusan tujuan PAI tersebut mengandung pengertian bahwa

proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh peserta

didik di sekolah dimulai dari tahapan kognitif, yakni pengetahuan dan

pemahaman peserta didik terhadap ajaran nilai-nilai yang terkandung

dalam ajaran Islam untuk selanjutnya menuju ketahapan afektif, yakni

terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai agama ke dalam diri

peserta didik, dalam arti menghayati, dan menyakininya. Tahapan afektif

ini terkait dengan kognisi dalam arti penghayatan dan keyakinan peserta

didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya

terhadap ajaran dan nilai Agama Islam. Melalui tahapan afektif tersebut

diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan tergerak

untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik)

yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan

terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

3. Pendekatan Pendidikan Agama Islam

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam ada enam

pendikatan

a. Pendekatan rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran yang lebih menekankan pada aspek penalaran

b. Pendekatan emosional yaitu upaya menggugah perasaan (emosi)

peseta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran

agama dan budaya bangsa

c. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikamn kesempatan kepada

peserta didik untuk mempratikkkan dan merasakan hasil-hasil

pengalaman ibadah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam

kehidupan

d. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran

agama Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi persoalan

kehidupan

Page 83: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

71

e. Pendekatan fungsional, yaitu menyajikan materi pokok dari segi

manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti

luas

f. Pendekatan keteladanan, yaitu menjadikan figur guru (pendidik),

petugas lainya, orang tua serta anggota masyarakat sebagai cermin

bagi pesert didik.30

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta

didik kepada alloh SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan

keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan

keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalm

keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih

lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan

agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara

optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental yaitu untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan

dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam

d. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan,

pemahaman dan pengalaman ajaran agama islam peserta didik dalam

kehidupan sehari-hari

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan

atau budaya lain yang dapat membahayakan diri peserta didik dan

menghambat perkembangannya menuju manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Allah SWT

30 Abdul Majid dan Diyan Andayani, Pendidikan..., hlm.86-87.

Page 84: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

72

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam

nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat

khusus dibidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembang

secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan

orang lain.31

Sebagai mata pelajaran, rumpun mata pelajaran atau bahan kajian

PAI memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakannya

dengan mata pelajaran lain. Adapun karakteristik mata pelajaran PAI itu

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti.

Pendidikan Agama Islam mengikuti aturan atau garis-garis yang sudah

jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak dan di tawar. Aturan itu adalah

Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, semua yang

terlibat dalam Pendidikan Agama Islam itu harus senantiasa

berpegang teguh pada aturan ini.

Pendidikan pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan

itu diajarkan sebagai mana adanya dan terserh kepada manusia yang

hendak mengarahkan pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkan, tetapi

tidak memberikan petunjuk ke arah mana dan bagaimana

memberlakukan pendidikan itu.

Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan, keterampilan,

nilai, dan sikap yang bersifat relative, sehingga tidak bisa diramalkan

ke arah mana pengetahuan keterampilan dan nilai itu digunakan,

disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena terperangkap oleh.

perhitungan untung rugi, sedangkan Pendidikan Agama Islam

memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak seperti pendidikan umum.

b) Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua sisi

kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya.

Pendidikan Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang

31Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan..., hlm 134-135.

Page 85: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

73

mempunyai dua sisi, pertama; sisi keagamaan yang menjadi pokok

dalam substansi ajaran yang akan dipelajari, kedua; sisi pengetahuan

berisikan hal-hal yang mungkin umum dapat di indera dan diakali,

berbentuk pengalaman factual maupun pengalaman pikir.

Sisi pertama lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi

kedua lebih cenderung menekankan pada kehidupan akhirat namun,

kedua sisi ini tidak dapat dipisahkan karena terdapat hubungan sebab

akibat, oleh karena itu, kedua sisi ini selalu diperhatikan dalam setiap

gerak dan usahanya, karena memang Pendidikan Agama Islam

mengacu kepada kehidupan dunia dan akhirat.

c) Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah

Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan

akhlakul karimah, hati nurani untuk selalu berbuat baik dan bersikap

dalam kehidupan sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tidak

menyalahi aturan dan berpegang teguh pada dasar Agama Islam yaitu

Al-Qur’an dan Hadits.

d) Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas suci

Pada umumnya, manusia khususnya kaum muslimin berkeyakinan

bahwa penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian

dari risalah, karena itu mereka menganggapnya sebagai misi suci.

Karena itu dengan menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam

berarti pula menegakkan agama, yang tentunya bernilai suatu

kebaikan di sisi Allah.

e) Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah. Sejalan dengan hal

yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah Pendidikan Agama

Islam merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah,

dari segi mengajar, pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas yang

mulia, disamping tugas itu sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus

berlangsung hingga yang bersangkutan meninggal dunia, dengan

Page 86: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

74

ketentuan ilmu yang diajarkan itu diamalkan oleh peserta didik

ataupun ilmu itu diajarkan secara berantai kepada orang lain.32

Berikut ini adalah Standar Kompetensi Kelulusan kurikulum

Pendidikan Agama Islam di tingkat Madrasah Aliyah, dan Madrasah

Aliyah Program Keagamaan:

a. Madrasah Aliyah

1) Al-Qur’an dan Hadits

Memahami isi pokok Al-Qur’an, fungsi dan bukti-bukti

kemurniannya, istilah-istilah hadits, fungsi hadits terhadap Al-

Qur’an, pembagian hadits ditinjau dari segi kualitas dan

kuantitasnya, serta memahami dan mengamalkan ayat-ayat Al-

Qur’an dan hadits tentang manusia dan tanggungjawabnya di muka

bumi, demokrasi serta pengembangan IPTEK.

2) Aqidah Akhlak

a) Memahami istilah-istilah aqidah, prinsip-prinsip, aliran-aliran

dan metode peningkatan kualitas Aqidah serta meningkatkan

kualitas keimanan melalui pemahaman dan penghayatan

asma’ul khusna serta penerapan perilaku bertauhid dalam

kehidupan.

b) Memahami istilah-istilah akhlak dan tasawuf, meningkatkan

metode peningkatan kualitas akhlak, serta membiasakan

perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela

3) Fiqih

Memahami dan menerapkan sumber hukum Islam dan

hokum taklifi, prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam, fiqih

ibadah, mu’amalah, munakahat, mawaris, jinayah, siyasah serta

dasar-dasar Istinbath, dan kaidah ushul fiqih

4) Sejarah Kebudayaan Islam

32

Ahmad Azhar, “Kapita Selekta PAI”, dalam

http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/11/07/makalah-kapita-selekta-pai/, diakses 02 Juni 2011.

Page 87: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

75

a) Memahami dan mengambil ibrah sejarah dakwah Nabi

Muhammad pada periode Mekah dan Madinah, masalah

kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat.

Perkembangan Islam pada abad klasik atau zaman keemasan

(650 – 1250 M), abad pertengahan atau zaman kemunduran

(1250 – 1800 M), masa modern atau zaman kebangkitan (1800 -

sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia

b) Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah

dan mengaitkannya dengan kehidupan sosial, budaya, politik,

ekonomi, IPTEK dan seni

c) Meneladani tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam

perkembangan sejarah atau peradaban Islam.33

b. Madrasah Aliyah Program Keagamaan

1) Akhlak

Memahami istilah-istilah akhlak dan tasawuf, menerapkan

metode peningkatan kualitas akhlak, dan membiasakan perilaku

terpuji serta menghindari perilaku tercela.

2) Sejarah Kebudayaan Islam

a) Memahami dan mengambil ibrah sejarah dakwah Nabi

Muhammad pada periode Mekah dan Madinah, masalah

kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat.

Perkembangan Islam pada abad klasik atau zaman keemasan

(650–1250 M), abad pertengahan atau zaman kemunduran (1250

–1800 M), masa modern atau zaman kebangkitan (1800-

sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia

b) Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah

dan mengaitkannya dengan kehidupan sosial, budaya, politik,

ekonomi, IPTEK dan seni

33 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,

hlm. 5-6.

Page 88: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

76

c) Meneladani tokoh-tokoh Islam yang berprestasi dalam

perkembangan sejarah atau peradaban Islam

3) Tafsir

a) Mengenali pokok-pokok ilmu tafsir serta ilmu-ilmu yang dapat

membantu dan diperlukan dalam memahami dan menafsirkan

Al-Qur’an, sehingga dapat dijadikan bekal dasar dalam

memahami ayat-ayat Al-Qur’an, serta dijadikan pondasi untuk

melanjutkan pendidikan ke lanjutan yang lebih tinggi

b) Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang:

c) Makanan yang halal, sehat, dan bergizi, dan bahaya minuman

keras

d) Pendayagunaan akal pikiran, pentingnya pengembangan alam,

dan pemanfaatan alam semesta bagi kehidupan manusia

e) Tata cara menyelesaikan perselisihan, musyawarah, dan ta’aruf

dalam kehidupan

f) Kepemimpinan, syarat0syarat, tugas dan tanggungjawab

pemimpin

g) Pembinaan pribadi dan keluarga, serta pembinaan masyarakat

secara umum

4) Hadits

a) Memahami ilmu hadits dan sejarahnya, sejarah penghimpunan

dan pembukuan hadits, cara menerima dan menyampaikan

hadits, pembagian hadits, ilmu jarh wa ta’dill, generasi perawi

hadits dan kitab-kitab hadits.

b) Memahami Al Hadits tentang taat kepada Allah dan Rasul-Nya,

kebesaran dan kekuasaan Allah, nikmat Allah, kewajiban dan

tanggungjawab manusia, serta pengembangan IPTEK

5) Ushul Fiqih

a) Memahami ilmu ushul fiqih, sumber hokum Islam yang

muttafaq maupun yang mukhtalaf dan kaidah-kaidah ushul fiqih

serta mampu mempraktekkannya.

Page 89: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

77

b) Memahami dan menerapkan sumber hukum Islam dan hokum

taklifi, prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam, fiqih

ibadah, mu’amalah, munakahat, mawaris, jinayah, siyasah, serta

dasar-dasar Istinbath dan kaidah ushul fiqih

6) Ilmu Kalam

a) Memahami istilah-istilah aqidah, prinsip-prinsip, aliran-aliran

dan metode peningkatan kualitas aqidah serta meningkatkan

kualitas keimanan melalui pengamalan dan penghayatan al-

asma’ al-husna serta penerapan perilaku bertauhid dalam

kehidupan.

b) Memahami ilmu kalam, fungsi dan peranannya dalam

kehidupan, aliran-aliran dan tokok-tokoh yang berperan dalam

pengembangannya serta berbagai pandangan tentang ilmu

kalam.34

34 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,

hlm. 8-10.

Page 90: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

78

BAB IV

Analisis Pemikiran Kuntowijoyo tentang Nilai-Nilai Profetik dan Implikasinya

terhadap Pengembangan Kurikulum PAI

A. Nilai-Nilai Profetik sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum PAI

Kuntowijoyo adalah salah seorang pemikir yang komplit, ia

menyandang banyak identitas. Selain seorang guru besar, ia juga seorang

sejarawan, budayawan, sastrawan, penulis-kolumnis, intelektual muslim,

aktivis dan juga seorang khatib.1 Dan dari hasil karya-karyanya mempunyai

banyak sumbangan terhadap pendidikan. Transformasi sosial merupakan

gagasan Kuntowijoyo dengan dicetuskannya konsep ilmu sosial profetik,

sebuah paradigma baru terhadap umat Islam dalam memasuki pereode ilmu.

Konsep nilai-nilai profetik perspektif Kuntowijoyo ini, terdiri dari humanisasi,

liberasi dan transendensi yang merupakan derivasi dari ayat al-Qur’an surat Ali

Imran (3) ayat 110.

Dari ketiga nilai tersebut berimplikasi dengan pengembangan

kurikulum yang dapat kita lihat dari peran penting atau fungsi nilai-humanisasi,

liberasi dan transendensi terhadap pengembangan kurikulum.

1. Nilai-nilai Humanisasi

Humanisasi menurut Kuntowijoyo adalah memanusiakan manusia.

Konsep humanisme ini berakar dari humanisme-teosentris maksudnya

adalah manusia harus memusatkan diri pada Tuhan, tetapi tujuannya adalah

untuk kepentingan manusia itu sendiri. Artinya keyakinan religius yang

berakar pada pandangan teosentris, selalu dikaitkan dengan amal, yaitu

perbuatan atau tindakan manusia, keduanya merupakan suatu kesatuan yang

tak terpisahkan. Humanisme–teosentris inilah yang merupakan nilai inti

(core-velue) dari seluruh ajaran Islam.2

1 Badiatul Rozikin, dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009)

hlm. 180. 2 Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.

228-230.

Page 91: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

79

Humanisasi menegaskan manusia sebagai makhluk yang

berkesadaran. Ia ada di dalam dan bersama dalam dunia. Implikasinya ia

harus hidup sendiri bersama dengan manusia lainnya dan dapat menghadapi

realitas kehidupannya. Bagi Freire humanisasi inilah yang akan membawa

rakyat pada perubahan realitas secara manusiawi.3

Dengan demikian, citra manusia (nilai dasar menjadi manusia

sesungguhnya) adalah berfungsinya potensi dasar manusia secara optimal

sehingga sanggup menjalankan aktivitas kehidupan.

Humanisme dalam pendidikan adalah proses pendidikan yang lebih

memperhatikan potensi manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk

religius serta individu yang diberikan kesempatan oleh tuhan untuk

mengoptimalkan semua potensinya. Humannisme dimaknai sebagai

kekuatan atau potensi individu untuk mengukur dan mencapai tingkat

ilahiah dan persoalan-persoalan sosial sehingga dalam hal ini tujuan

pendikan Islam dalam tataran humanistik adalah membudayakan manusia

utau memanusiakan manusia.

Dengan demikian, humanisasi sebagai derivasi amr ma’ruf

mengandung pengertian memanusiakan sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa atau insan kamil. dan

cara untuk mengoptimalisasi tidak lain melalui rangsangan pendidikan.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum harus bisa mengarahkan

dan membawa proses pendidikan seperti apa yang menjadi tujuan dan cita

cita manusia atau warga negara yang dibentuk Seperti dijelaskan pada bab

sebelumnya.

2. Nilai-nilai Liberasi

Islam merupakan agama pembebas. Bersamaan dengan visi Nabi

Muhammad SAW. adalah membebaskan umatnya dari kebodohan menuju

pencerahan, maka pendidikan Islam diharapakan bisa memproses manusia-

manusia pembebas. Menurut Kuntowijoyo, liberasi adalah usaha untuk

3 Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, (Jakarta: LP3S), hlm. 1.

Page 92: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

80

mebebaskan orang dari sistem pengetahuan matrealistis dari dominasi

struktur misalnya dari kelas dan seks.4

Demikian halnya dengan pendidikan Islam kebebasan merupakan

syarat mutlak untuk mengambangkan potensi peserta didiknya. Pendidikan

Islam harus mengemban misi membebaskan manusia dari keterkaitan

belenggu tradisi yang membawa kebekuan dan kemuduran. Pendidikan

Islam harus menciptakan dan membentuk lahirnya masyarakat baru dan

proses baru.5

Dengan demikian, liberasi sebagai derivasi dari nahi munkar

mengandung pengertian pembebasan terhadap segala bentuk determinisme

kultural dan struktural dan pembebasan dari sentralisasi menuju

desentralisasi. Sehingga liberasi pendidikan Islam adalah usaha

membebaskan manusia yang kreatif dan berkompetensi sesaui dengan

fitrahnya. dengan dasar hal tersebut hendaknya dalam pengembabangan

kurikulum menekankan pada pembebasan. kurikulum PAI harus dapat

menciptakan pribadi-pribadi manusia yang memiliki dimensi pembebasan

dari segala bentuk penindasan, orientasi pada materialisme dan hedonisme,

atau keterkungkungan pada kapitalisme global. Menjadi manusia yang

mampu memposisikan diri sebagai pemain perubahan serta dapat

mengendalikannya.

3. Nilai-nilai Transendensi

Transendensi dalam bahasa latin adalah transcendere yang artinya

“naik ke atas”. Dalam bahasa inggris adalah to transcend yang artinya

“menembus”, ”melewati”, “melampaui”. Menurut istilah artinya perjalanan

di atas atau di luar. Yang dimaksud Kuntowijoyo adalah transendensi dalam

istilah teologis. Yakni bermakna ketuhanan.6

4 Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, Dan Etika, (Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2007), hlm. 103 5 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),

hlm. 49. 6 Kuntowijoyo, Islam sebagai..., hlm. 69.

Page 93: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

81

Yang merupakan dimensi keimanan manusia yang dijadikan sebagai

frame nilai humanisasi dan liberasi. Karena ajaran Islam sebagai pedoman

hidup yang sifatnya universal dan internal tidak mungkin bisa dipahami

secara rinci dan detail, mengingat kompleksitas masalah dan perubahan

zaman yang tidak linier.

Iman kepada Allah merupakan frame dari ajaran amr ma’ruf nahi

munkar. Kata amr ma’ruf nahi munkar terdiri dari beberapa unsur anggota

badan seperti hati, ucapan, tangan, sedangkan iman juga mengandung unsur

yang sama yaitu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan

dikerjakan dengan perbuatan. Hal ini bisa dipahami jikalau amr ma’ruf nahi

munkar bentuk realisasinya berupa tindakan pribadi dan sosial, yang

menekankan pada perbuatan. Sedangkan iman adalah bentuk justifikasi

realitas ilahiyah dan diwujudkan dalam perbuatan (amal shaleh).

Sedangkan yang berkenaan dengan mu’amalah duniawiyah Islam

harus memberikan pedoman yang berupa nilai-nilai transformatif yang

dibutuhkan kompetensi manusia.

Nilai-nilai transendensi inilah yang dijadikan sebagai pokok-pokok

ajaran Islam diantaranya yaitu: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-

Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-Kitab Allah, Iman kepada Nabi dan

Rasul Allah, Iman kepada hari Akhir dan Iman kepada Qada dan Qadar

Allah.7

Dari ketiga nilai dasar transformasi pendidikan Islam mempunyai

implikasi yang sangat mendasar dalam rangka membimbing kelangsungan

hidup yang humanistik. humanisasi sebagai derivasi dari amr ma’ruf

mengandung pengertian kemanusiaan manusia sebagai proses perubahan,

liberasi yang diambil dari nahi munkar mengandung pengertian pembebasan

terhadap segala bentuk determinisme kultural dan struktural. Sedangkan

transendensi merupakan dimensi keimanan manusia yang menempatkan

perubahan tetap berada dalam bingkai kemanusiaan dan ketuhanan

7 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), hlm.

201.

Page 94: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

82

(humanisme-teosentris). Sehingga nilai-nilai transformasi pendidikan Islam

tersebut merupakan bentuk dari proses pembentukan manusia takwa atau

insan kamil.

Mengingat pentingnya muatan transendensi, Demikian halnya dalam

pengembangan kurikulum PAI, harus menekankan dengan adanya muatan

transendensi seperti yang menjadi tujuan pendidikan agama islam yaitu

untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

peserta didik tentang ajaran agama islam sehingga terbentuk manusia

muslim yang beriman dan bertakwa kepada alloh SWT serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,

seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Islam memberikan

kebebasan dalam menginterprtasikan pendapat, gagasan untuk

dikontektualisasikan dan dirubah sesuai dengan perubahan zaman. Yang

tetap berada dalam bingkai kemanusiaan dan ketuhanan.

B. Implikasi Nilai-Nilai Profetik Bagi Pengembangan Organisasi Kurikulum

PAI

1. Tujuan Pendidikan

Nilai–nilai profetik Kuntowijoyo terdiri dari nilai humanisasi,

liberasi dan transendensi. Ketiga nilai tersebut hubungannya terhadap

pendidikan dapat dijelaskan bahwa pendidikan sebagai proses humanisasi

dan liberasi dapat berarti suatu proses penyadaran akan eksistensi diri

manusia sendiri (manusia sesungguhnya menurut pandangan Islam)

terhadap realitas historis yang obyektif dan aktual sebagai bentuk tuntutan

yang menghendaki pertanggungjawaban akan makna hidup di tengah-tengah

lingkungan masyarakat.

Nilai liberasi yang merupakan pembebasan manusia dari segala

bentuk penindasan. Dalam pendidikan Islam merupakan media transformasi

Page 95: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

83

nilai-nilai Islam yang di dalamnya terdapat misi pembebasan sebagai wujud

nyata dari Islam sebagai agama pembebasan.8

Praktik-praktik pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip

kebebasan ini, menuntut keterbukaan dan intensitas dialog dalam proses

belajar mengajar. Hal ini diperlukan karena dengan penciptaan suasana

dialogis, secara psikologis membuat peserta didik merasakan dirinya turut

terlibat, ikut menciptakan dan bahkan merasa memiliki. Karena berdampak

positif terhadap berkembangnya potensi-potensi dasar anak, sehingga

mudah menciptakan gagasan kreatif, mandiri dan mampu merekayasa

perubahan-perubahan secara bertanggungjawab. Sikap-sikap kemandirian

inilah yang dikehendaki dari kerja-kerja pendidikan sebagai praktek

pembebasan. Dengan berpijak dan berporos al-Qur’an dan Hadist.

Sedangkan nilai transendensi yang membawa manusia untuk

beriman kepada Allah. Al-Qur’an merupakan sumber inspirasi dan motivasi

yang dapat menggerakkan umat Islam untuk melibatkan diri dalam kerja

dan pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai landasan teologis. Dalam

pandangan al-Qur’an, kerja ilmu pengetahuan bukan sekadar dimaksudkan

untuk membaca hasil ciptaan Allah secara diskriptif semata-mata diletakkan

sebagai obyek ilmu apalagi seperti paradigma keilmuan modern yang

menolak penjelasan metafisis dan filosofis terhadap alam kosmik.9 Akan

tetapi, ilmu pengetahuan perlu diarahkan secara teologis, etis, moral untuk

membangun hubungan yang lebih dekat antara manusia dengan Allah SWT

sebagai pencipta dari mana semua pengetahuan bersumber, serta untuk

membantu manusia menjalankan tugas kekhalifahannya di bumi.

Dengan humanisasi, Islam menekankan pentingnya memanusiakan

dalam proses perubahan. Sedangkan dengan liberasi, Islam mendorong

gerakan pembebasan terhadap segala bentuk determinisme kultural dan

struktural seperti kemiskinan, kebodohan. Dan dengan transendensi,

8

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Profetik; Upaya Konstruktif Membongkar

Dikotomi Sistem Pendidikan Islam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2004), hlm. 146. 9 Moh. Shofan, Pendidikan..., hlm. 148.

Page 96: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

84

perubahan dicoba diberi sentuhan yang lebih maknawi, yaitu perubahan

yang tetap berada dalam bingkai kemanusiaan dan ketuhanan.

Dengan demikian pendidikan memiliki peran banyak, diantaranya

adalah membebaskan peserta didik dari belenggu kebodohan, kemiskinan,

keterbelakangan. Selain itu, pendidikan juga membebaskan kejumudan

berfikir dan determinisme sejarah. Pendidikan Islam yang semacam inilah

yang seharusnya perlu dipertimbangkan dalam kerangka mewujudkan

pendidikan yang meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik,

sebagai wujud nyata kesalehan vertikal dan kesalehan horizontal dalam diri

peserta didik.

Dengan melihat tujuan nilai-nilai profetik Kuntowijoyo tersebut

terhadap pendidikan yaitu nilai humanisasi dijadikan sebagai tujuan

pendidikan untuk memanusiakan manusia. Nilai liberasi dijadikan sebagai

tujuan pendidikan yaitu pembebasan manusia sebagai makhluk yang

berpotensi. Nilai transedensi dijadikan sebagai tujuan pendidikan yaitu

tujuan akhir pendidikan Islam. Membentuk manusia yang beriman dan

bertakwa (insan kamil).

2. Organisasi Kurikulum

Pola organisasi kurikulum pendidikan Islam terdiri dari: 1)

kurikulum berdasarkan mata pelajaran terpisah (separate subject

curriculum), 2) kurikulum berdasarkan mata pelajaran gabungan

(corelated curriculum) dan 3) kurikulum terpadu (integrated

curriculum).10

Dengan melihat penjelasan landasan filosofis nilai profetik

terhadap tujuan pendidikan agama Islam adalah nilai humanisasi

dijadikan sebagai tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia. Nilai

liberasi dijadikan sebagai tujuan pendidikan yaitu pembebasan manusia

sebagai makhluk yang berpotensi. Nilai transedensi dijadikan sebagai

10

Abdul Majid dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008),

hlm. 159-161.

Page 97: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

85

tujuan pendidikan yaitu tujuan akhir pendidikan Islam. Membentuk

manusia yang beriman dan bertakwa (insan kamil). Dan implikasi nilai-

nilai profetik terhadap pengembangan organisasi yang relevan adalah

menggunakan kurikulum terpadu (integrated curriculum).

Bahwasannya dari ketiga nilai tersebut berbicara mengenai etik

profetik yang tidak hanya berorientasi pada dunia saja akan tetapi juga

untuk akhirat. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut dalam PAI dengan

menerapkan Integrated curriculum yaitu meniadakan batas-batas antara

berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan-bahan pelajaran dalam

bentuk unit keseluruhan. Kurikulum ini merupakan usaha untuk

mengintegrasikan berbagai mata pelajaran, agar menghasilkan kurikulum

yang terpadu (integrated). Integrasi ini tercapai dengan memusatkan

pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan pemecahannya dengan

bahan dan berbagai disiplin atau mata pelajaran yang diperlukan. Bahkan

mata pelajaran menjadi instrumen dan fungsional untuk memecahkan

masalah itu. Oleh karena itu, batas-batas antara mata pelajaran ditiadakan.

Hal ini, karena semua kegiatan kurikulum mengintegrasikan

semua masalah kehidupan tanpa kecuali, sehingga kurikulum ini dapat

menghasilkan manusia yang sempurna (kamil) dan manusia yang komplit

(kaffah).

Berbagai disiplin atau mata pelajaran mencakup dari isi

kurikulum pendidikan agam Islam yang meliputi:11

a. Isi kurikulum yang berorientasi pada ketuhanan. Rumusan isi

kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenai dzat, sifat,

perbuatannya dan realisasinya terhadap manusia dan alam. Ilmu fiqih,

ilmu akhlak, ilmu-ilmu tentang al-Qur’an dan Hadits. Isi kurikulum

yang berpijak pada wahyu Allah SWT.

b. Isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan. Rumusan isi

kurikulum yang berkaitan dengan perilaku manusia baik manusia

sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya dan

11

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu..., hlm. 155.

Page 98: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

86

makhluk berakal. Bagian ini meliputi ekonomi, kebudayaan, sosiologi,

antropologi, sejarah, seni, biologi, matematika dan sebagainya. Isi

kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat anfusi.

c. Isi kurikulum yang berorientasi pada kealaman. Rumusan isi

kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai

makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian

ini meliputi fisika, kimia dan sebagainya.

Ketiga bagian isi kurikulum tersebut, disajikan dengan terpadu

tanpa adanya pemisahan, misalnya apabila membicarakan Tuhan dan

sifatNya akan berkaitan pula dengan relasi tuhan dengan manusia dan

alam semesta. Membicarakan asmaul husna sebagai penjelasan

mengesakan Allah dari sifat-sifatNya juga menjelaskan pula bagaimana

manusia berlaku seperti perilaku Tuhannya, baik terhadap sesama

manusia maupun pada alam semesta. Jika Allah SWT. cinta yang inklusif

(ar-rahman) dan cinta eksklusif (ar-rahim), maka manusiapun harus cinta

demikian. Dengan demikian, isi kurikulum tersebut akan membicarakan

hakikat Tuhan manusia dan alam semesta.

Untuk merealisasikan kurikulum terpadu menurut Kuntowijoyo

dapat dilakukan dengan pendekatan lima metode, yaitu: (1) memasukkan

mata pelajaran keislaman sebagai bagian integral dari sistem kurikulum

yang ada. Misalnya memasukkan materi-materi bidang studi Islam secara

wajib mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi; (2) menawarkan mata

pelajaran pilihan dalam tudi keislaman. Setelah mengikuti mata pelajaran

keislaman yang diwajibkan pada tingkat pemula, pada tingkat berikutnya

diharuskan memilih studi-studi Islam secara bebas; (3) mengarahkan

terjadinya integrasi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum,

atau paling tidak untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya,

misalnya diajarkan mata pelajaran ilmu sosial Islam, psikologi Islam dan

sebagainya; (4) tujuan utama program ini adalah memberikan semacam

keterangan keagamaan kepada mata pelajaran tersebut kemudian

mengintegrasikan ke dalam orde dan hierarki ilmu keislaman; dan (5)

Page 99: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

87

terlebih dahulu mengintegrasikan semua disiplin ilmu di dalam kerangka

kurikulum pendidikan agama Islam. Setelah menempuh mata pelajaran

yang telah diintegrasikan di dalam kurikulum yang sudah dipadukan

antara ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum, dalam jenjang

berikutnya, maka mereka akan memilih spesialisasi yang diminati.12

3. Pokok Pendidikan Agama Islam

Sebagaimana diketahui, bahwa dalam inti ajaran Islam meliputi;

a. Masalah keimanan (akidah), bersifat I’tiqod batin, mengajarkan

keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan

meniadakan alam ini.

b. Masalah keislaman (syariah), syariah behubungan dengan amal lahir

dalam rangka menaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur

pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c. Masalah ikhsan (akhlak) merupakan amalan yang bersifat pelengkap

peyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata

cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran Islam itu kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun

iman, rukun Islam, dan akhlak; serta beberapa keilmuan yaitu tauhid, ilmu

fiqih, dan ilmu akhlak. Ketiga kelompok ilmu agama itu kemudian

dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan

Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah Islam (tarikh), sehingga secara

berurutan menjadi; a) Ilmu tauhid atau keimanan, b) Ilmu fiqih, c) Al-

Qur’an, d) Al-Hadits, e) Akhlak

Ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam secara

garis besar mewujudkan keserasian, dan keseimbangan antara:13

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

12

Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi Untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1998), hlm.

352-354. 13

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 22.

Page 100: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

88

c. Hubungan manusia dengan sesama manusia

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya

Bagian bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi;

a. Keimanan

b. Ibadat

c. Al-Qur’an

d. Akhlak

e. Syariah

f. Muamalah

g. Tarikh

4. Proses Pembelajaran

a. Media Pembelajaran

Penerapan media yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai

profetik dalam pembelajaran adalah yang berhubungan langsung dengan

benda, kejadian, dan keadaan yang sebenarnya.14 Media tersebut dapat

bersumber dari kegiatan dan pengalaman masyarakat atau yang

bersumber dari benda-benda alam, alam itu sendiri, dan contoh-contoh

aktivitas masyarakat. Media pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

dapat digunakan, misalnya buku, majalah, surat kabar, audio-visual,

praktik ibadah, keteladanan, dan perayaan-perayaan keagamaan,

termasuk juga menghadapkan peserta didik kepada maslah untuk

dipecahkan (problem solving).

b. Teknik atau strategi

Strategi model dalam pembelajaran PAI ini dapat menggunakan

media pendidikan yang berbasis moralitas ke dalam setiap materi

pembelajaran yang lain, sehingga isi atau muatan dari masing-masing

materi pembelajaran tersebut tidak hanya berupa verbalisme dan sekedar

hafalan, tetapi betul-betul berhasil membentuk sosok peserta didsik yang

14

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003),

hlm. 113-115.

Page 101: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

89

memiliki akhlaqul karimah. Jadi, materi pembelajaran Pendidikan Agama

Islam bukan hanya sekedar untuk diketahui dan dihafalkan agar lulus

dalam ujian, namun harus diinternalisasikan dan dipraktikkan secara

nyata dalam proses pembelajaran tersebut. Di sinilah terjadi

pembentukan kepribadian (character building) peserta didik.

c. Metode

Ada sejumlah cara yang dapat ditempuh atau sejumlah metode

interaksi yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif untuk

membina tingkah laku belajar secara edukatif dalam berbagai peristiwa

interaksi. Dalam pendidikan agama, hampir semua bahan dan materinya

dapat disampaikan dengan metode ceramah, baik yang menyangkut

akidah, syariah, maupun, akhlak. Hanya saja di dalam penerapannya

hendaknya dipadukan dengan metode-metode yang lain yang

memungkinkan dan dibantu alat-alat bantu mengajar lainya serta

peragaan.

Salah satu metode yang dapat yang diterapkan untuk

menanamkan nilai-nilai profetik dalam pengembangan kurikulum PAI ini

dapat menggunakan strategi pemecahan masalah (problem solving) yaitu

suatu metode dalam pendidikan PAI yang digunakan sebagai jalan untuk

melatih peserta didik dalam menghadapi suatu masalah, baik yang timbul

dari diri, keluarga, sekolah, maupun masyarakat, mulai dari masalah yang

paling sederhana sampai kepada masalah yang paling sulit.15 Hal ini

dimaskudkan untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

kritis dan analitis bagi peserta didik dalam menghadapi situasi dan

masalah. Dengan demikian, pembelajaran ini sasarannya untuk melatih

dan mengembangkan keberanian peserta didik dan menumbuhkan rasa

tanggung jawab dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin

muncul dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat tempat ia kelak

berada.

15

Mukhtar, Desain..., hlm. 143.

Page 102: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

90

Dengan menggunakan suatu metode ini akan mempermudah

guru dalam menyampaikan materi. Penggunaan metode atau stategi

inilah diharapkan dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar. Namun dalam pemilihan metode ini disesuaikan dengan materi

yang akan diajarkan sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajar

mengajar.

Dalam konsep pendidikan Islam ada dua landasan utama yang

menjadi dasar pijakan pengembangan pendidikan selanjutnya yaitu al-

Qur’an dan al-Hadits sendiri. Sedangkan secara umum tujuan

pelaksanaan pendidikan Islam adalah:

a. Mengenal Tuhannya (Allah SWT; di sinilah urgensi tektualitas al-

Qur’an dan al-Hadits sebagai landasan untuk mengenalkan Allah

sebagai satu- satunya Tuhan dan tanpa sekutu).

b. Mengenal hukum-hukumnya; mengenal hukum-hukumnya

menemukan titik temunya dengan pembelajaran materi umum

misalnya ilmu alam, biologi, sosial, politik, ekonomi, budaya,

teknologi dan sebagainya yang hari ini banyak diminati manusia

modern.

c. Mengenal cara belajar hidup yang benar sesuai dengan tuntutan dan

tuntunan nilai- nilai yang telah diajarkan Allah dan rasulnya.

d. Mengenal dan belajar menyelesaikan masalah yang dimulai dari

mengenali masalah kemudian mampu secara mandiri

5. Cara Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Agama Islam

Selama ini, para guru PAI lebih banyak mengenal rodel-model

evaluasi acuan norma atau kelompok (Norm/Group Referenced Evaluation),

dan evaluasi acuan patokan (Criterian Referenced Evaluation). Dalam

pendidikan agama ternyata yang dinilai bukan hanya hafalan surat-surat

pendek, hafalan rukun shalat dan seterusnya, tetapi apakah shalatnya rajin

atau tidak. Di sinilah perlunya memahami model Evaluasi Acuan Etik.

Page 103: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

91

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi adalah sebagai

berikut:

a. Jika yang akan dites atau dievaluasi adalah kemampuan dasar (aptitude),

maka digunakan evaluasi acuan norma atau kelompok (Norm/Group

Referenced Evaluation)

b. Jika yang akan dites atau dievaluasi adalah prestasi belajar (achievement),

maka digunakan evaluasi acuan patokan (Criterian Referenced

Evaluation)

c. Jika yang akan dites atau dievaluasi adalah kepribadian (personality),

maka digunakan evaluasi acuan etik. Pendidikan Agama Islam banyak

terkait dengan masalah ini.16

Dengan menggunakan evaluasi acuan etik ini, diasumsikan bahwa:

a. Manusia asalnya fitrah atau baik

b. Pendidikan berusaha mengembangkan fitrah (aktualisasi)

c. Satunya iman, ilmu, dan amal.

Yang akan berimplikasi pada:

a. Tujuan pembelajaran: menjadikan manusia “baik”, bermoral, beriman

dan bertakwa

b. Proses belajar mengajar: sistem mengajar berwawasan nilai

c. Kriteria: kriteria benar atau baik bersifat mutlak

Selain menggunakan evaluasi di atas, dapat juga menggunakan

evaluasi kegiatan orang lain. Evaluasi terhadap perilaku orang lain harus

disertai dengan amr ma’ruf dan nahi munkar (mengajar yang baik dan

mencegah yang mungkar).17 Tujuannya adalah untuk memperbaiki tindakan

orang lain, bukan untuk mencari aib atau kelemahan seseorang.

Dengan dorongan hawa nafsu dan bisikan setan, individu terkadang

melakukan kesalahan dan perilaku yang buruk. Ia tidak merasakan bahwa

tindakannya itu merugikan di kemudian hari. Dalam kondisi ini, perlu ada

evaluasi dari orang lain, agar ia dapat kembali ke fitrah aslinya yang

16

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah

dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 53. 17

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu..., hlm. 216.

Page 104: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

92

cenderung baik. Evaluasi dari orang lain cenderung objektif, karena tidak

dipengaruhi hasrat primitifnya.

Dengan menerapkan model pendidikan di atas peserta didik akan

berfikir kritis, mampu berkomunikasi efektif, memahami lingkungan

manusia, memahami individu dan masyarakat dan meningkatkan

kompetensi berpengetahuan, berpendidikan, bertanggung jawab, peduli

pada kesejahteraan sosial, dan beriman, takwa. Sehinggaa tercipta

pendidikan yang humanistik.

Page 105: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

93

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menyajikan berbagai uraian dalam bab-bab

sebelumnya tentang kerangka pemikiran Kuntowijoyo tentang nilai-nilai

pofetik dan pengembangan kurikulum PAI penulis memberikan hipotesa

sederhana sesuai dengan kapasitas kemampuan dan pemahaman penulis dalam

melakukan telaah serta analisis dari berbagai permasalahan. Adapun

kesimpulan itu adalah sebagai berikut.

1. Nilai-nilai profetik Kuntowijoyo terdiri dari tiga pilar yaitu: humanisasi,

liberasi dan transendensi yang diderivasi dari al-Qur’an surat Ali Imran

ayat 110. Konsep humanisasi adalah memanusiakan manusia,

menghilangkan kebendaan, ketergantungan, kekerasan dan kebencian dari

manusia. Konsep humanisme yang berakar pada humanisme-teosentris

yang tak bisa dipahami secara utuh tanpa memahami yang menjadi konsep

dasarnya. Humanisme-teosentris maksudnya manusia harus memusatkan

diri pada Tuhan, tetapi tujuannya adalah untuk kepentingan manusia

sendiri. Artinya keyakinan religius yang berakar pada pandangan

teosentris, selalu dikaitkan dengan amal, yaitu perbuatan atau tindakan

manusia, keduanya merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan.

Humanisme-teosentris inilah merupakan nilai inti (core-value) dari seluruh

ajaran Islam. Liberari yang dimaksud Kuntowijoyo dalam ilmu sosial

profetik adalah berada dalam konteks ilmu dan bukan pada konteks

idiologis; yaitu ilmu yang didasari nilai-nilai luhur transendental.

Sedemikian rupa, nilai-nilai liberatif tersebut harus dipahami atau

didudukkan dalam ilmu soaial yang memiliki tanggung jawab profetik

untuk membebaskan manusia dari kekejaman kemiskinan, pemerasan

kelimpahan, dominasi struktur yang menindas dan hegemoni kesadaran

palsu. Sedangkan transendensi adalah unsur terpenting dari etika profetik

yang sekaligus menjadi dasar dari dua unsur lainnya; humanisasi dan

Page 106: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

94

liberasi. Transendensi memberi ke arah ke mana dan untuk tujuan apa

humanisasi dan libersi itu dilakukan.

2. Implikasi nilai-nilai pfofetik bagi pengembangan kurikulum PAI adalah:

kurikulum secara substansi yaitu mengarah pada semua aktifitas sekolah

yang mempengaruhi peserta didik agar tercapai tujuan yang diinginkan

yaitu untuk meningkatkan keimanan, pemahaman dan penghayatan dan

pengamalan peserta didik, penghayatan dan pengamalan peserta didik

tentang ajaran agama Islam sehingga tujuan terbentuk manusia muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa dan bernegara. Dari

ketiga nilai inilah (humanisasi, liberasi, transendensi) yang menjadikan

transformasi pendidikan Islam. Masing-masing mempunyai peran yaitu

nilai humanisasi dijadikan tujuan pendidikan, yaitu untuk memanusiakan

manusia. Liberasi dijadikan tujuan, yaitu proses pembebasan manusia

sebagai makhluk yang berpotensi. Sedangkan nilai transendensi dijadikan

tujuan pendidikan yaitu, sebagai tujuan akhir pendidikan Islam

(membentuk manusia yang beriman dan bertakwa. Dan sesuai landasan

pengembangan kurikulum nilai-nilai profetik (humanisai, liberasi dan

transendensi) mempunyai peranan yang sangat penting dalam

pengembangan kurikulum untuk pencapaian tujuan pendidikan PAI.

Karena dari kitiga nilai ini mempunyai implikasi yang sangat mendasar

dalam rangka membimbing kelansungan hidup yang humanistik.

Humanisasi mengandung pengertian kemanusiaan manusia sebagai proses

perubahan, liberasi mengandung pengertian pembebasan tergadap segala

bentuk determinisme kultural dan struktur, sedangkan transendensi

merupakan dimensi keimanan manusia yang menempatkan perubahan

tetap berada dalam bingkai kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga nilai-

nilai transformasi pendidikan Islam merupakan bentuk dari proses

pembentukan insan kamil. Nilai inilah yang semestinya harus dimainkan

umat Islam untuk memberikan kontribusinya bagi pendidikan Islam

Page 107: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

95

melalui pengembangan kurikulum PAI. Dan kurikulum yang relevan untuk

memuat ketiga nilai tersebut adalah integrated kurikulum.

B. SARAN-SARAN

Dengan segala kerendahan hati, penulis skripsi ini yakin bahwa di

dalam penulisannya masih banyak kesalahan dan kekurangan baik data

maupun sistematika yang masih butuh evaluasi. Hal ini tidak lain karena

keterbatasan kapasitas peneliti. Dengan demikian, kepada semua pihak,

peneliti sangat mengharapkan evaluasi dan kritik untuk kesempurnaan karya

ini. Hipotesis dari penelitian semacam ini sangat di perlukan tentunya dengan

data yang lebih lengkap dan valid untuk keberlangsungan perkembangan

pengetahuan baru yang bermanfaat bukan hanya menjadi coretan-coretan

naskah yang tidak berguna bagi masyarakat secara umum.

C. PENUTUP

Alhamdulillah, Segala puja dan puji syukur senantiasa kami panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan bimbingan dengan segala

rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat berikhtiyar

menyelesaikan penelitian ini meski masih banyak kekurangan yang perlu

dikoreksi. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada beliau Nabi

dan Rasulullah SAW sang pembaharu sejati pembawa risalah ilahiyyah,

beserta para sahabat dan keluarga-Nya.

Ucapan terimakasih senantiasa penulis sampaikan kepada seluruh

pihak yang telah memberikan motivasi dan support selama penulis melakukan

penelitian, terutama dosen pembimbing skripsi yang selalu menyempatkan

waktunya untuk memberikan masukan dan bimbingan kepada peneliti.

Harapan yang sangat besar adalah peneliti mengharap semoga skripsi

ini bermanfaat dan menambah khazanah ilmu pengetahuan minimal bagi diri

peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga apa yang teah

dikerjakan peneliti mendapat bimbingan dan ridha Allah SWT. Amin.

Page 108: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

A. Sirry, Mun’im, Membendum Militansi Agama; Iman dan Politik dalam

Masyarakat Modern, Jakarta: Erlangga, 2003

Abdurrahman, Moeslim, Islam Sebagai Kritik Sosial, Jakarta: Erlangga, 2003

_______, Islam Transformatif, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1997

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme Teosentris,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung:

Angkasa, 1993

Amien Rais, M., Tauhid sosial: Formula Menggempur Kesenjangan, Bandung :

Mizan, 1998

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:

Rineka Cipta, 1991, Cet. VIII

Azhar, Ahmad, “Kapita Selekta PAI”, dalam

http://ahmadazhar.wordpress.com/2009/11/07/makalah-kapita-selekta-

pai/, diakses 02 Juni 2011.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

Beker dan Ahmad Charris Zubair, Anton, Metode Penelitian Filsafat, Yogyakarta:

Kanisius, 1992

Chabib Toha, M., Kapikta Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996

Daud Ali, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo,

1998

Depag RI, Al-Quran dan Terjemah, Surabaya: Duta Ilmu, 2005

_______, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surabaya: Duta Ilmu, 2005

Echols dan Hassan Shadily, John, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2006, Cet. XXVIII

F. Oliva, Peter, Developing the Curriculum, Canada: Little, Brown and Company

Boston Toronto, 1982

Page 109: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

Fahmi, M., Islam Transendental Menelusuiri Jejak-Jejak Pemikiran Islam

Kuntowijoyo, Yogyakarta: Pilar Religia, 2005

Freire, Paulo, Pendidikan Kaum Tertindas, Jakarta: LP3S

Fromm, Erich, Revolusi Harapan: Menuju Masyarakat yang Manusiawi, terj.:

Kamdani, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

Garaudy, Roger, Mencari Agama pada Abad XX: Wasiat Filsafat Roger Garaudy

Jakarta: Bulan Bintang, 1986

Hamalik, Oemar, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2008, Cet. III

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2009

Indriyana, Pesan-Pesan Dakwah dalam Novel Khotbah di Atas Bukit Karya

Kuntowijoyo, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2006

J. Maleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remadja Karya

CV., 1989

Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, Yogyakarta: Shalahuddin

Press dan Pustaka Pelajar, 1994

_______, Identitas Politik Umat Islam, Bandung: Mizan, 1997

_______, Islam sebagai Ilmu Epistemologi, Metodologi, dan Etika, Yogyakarta:

Tiara Wacana, 2007

_______, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1998

_______, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation), Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2008

Ma’arif, Syamsul, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, Semarang: Need’s Press,

2009

Majid dan Dian Andayani, Abdul, Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya, 2005

Majid dan Jusuf Mudzakkir, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,

2008

Page 110: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999

Moh. Shofan, Pendidikan Berparadigma Pofetik; Upaya Konstruktif Membongkar

Dikotomi Sitem Pendidikan Islam, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004

Mudjiono dan Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2009

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan

Agama Islam di Sekolah, Bandung PT. Remaja Rosda Karya, 2008

_______, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2007

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,

1991

Muhammad al-Toumi al-Syaibani, Omar, Filsafat Pendidikan Islam, (terj: Hasan

Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang, 1984

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza,

2003

Nasution, S., Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2008

_______, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1989

Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam: Seri Kajian Filsafat

Prendidikan Islam, Jakarta: Raja Gravindo Persada, 2001

Nawawi dan Mimi Martini, Hadari, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 2005

Nawawi, Hadari, Metodologi Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada, 1993

Nurgitantoro, Burhan, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah

Pengantar Teoritik dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE, 1988

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar(KD) Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah Aliyah

Page 111: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

_______, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan

Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah

Quraish Shihab, M., Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,

Jakarta: Lentera Hati, 2002

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005

Rembangy, Musthofa, Pendidikan Transformatif Pergulatan Kritis Merumuskan

Pendidikan Di Tenngah Pusaran Arus Globalisasi, Yogyakarta: Penerbit

TERAS, 2010

Rosyadi, Khoiron, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004

Roziqin, Badiatul, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia,Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009

Sami’un, Konsep Al-Qur’an tentang Khairu Al-Ummah dalam Perspektif

Pendidikan Islam,tinjauan analisis deskriptif kualitatif data dan analisis

semantik, Skripsi, Semarang: IAIN Walisongo, 2006

Sanjaya, Wina, Kajian Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, 2007

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

Aglesindo, 1995

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo,

2004

Syaodih Sukmadinata, Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. 11

Syari’ati, Ali, Humanisme: antara Islam dan Mazhab Barat, terj.: Afif

Muhammad, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996

Tafsir, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu

Memanusiakan Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008

Tim Penyusun Pusat Pembinaan Dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, Cet. III

Tim Redaksi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: PT.

Gramedia, 2008, Cet. I, Edisi, IV

Page 112: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009,

Cet. III

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004

Page 113: NILAI-NILAI PROFETIK DAN IMPLIKASINYA BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/103/jtptiain-gdl... · dilatarbelakangi oleh pentingnya nilai-nilai profetik dalam pendidikan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sriyanto

Tempat tanggal lahir : Wonogiri, 09 Mei 1985

Alamat Asal : Dukuh, RT/RW. 03/06. Ngaglik, Kec.

Bulukerto, Kab. Wonogiri

Jenjang Pendidikan Formal :

1. SD 01 Ngaglik Tahun 1997

2. SLTP N 01 Bulukerto Tahun 2000

3. SMK PGRI 02 Wonogiri Tahun 2004

4. IAIN Walisongo Semarang. Tahun 2011

Pendidikan Non Formal :

1. -

Pengalaman Organisasi :

1. PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) Tahun 2009/2010

2. HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Tahun 2006/2007

3. LBMI (Lembaga Bahasa Mahasiswa Islam) Tahun 2006/2007

4. CDIS (Central Democration for Islamic Studis) Tahun 2006/2007

Semarang, 09 Juni 2011

Penulis

Sriyanto

NIM. 053111418