nilai-nilai pendidikan rohani dalam buku mistik dan...

82
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh: Indra Maulana NIM 11150110000079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK

DAN MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh:

Indra Maulana

NIM 11150110000079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi
Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi
Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

v

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

vi

ABSTRAK

Indra Maulana (NIM: 1110110000079). Nilai-nilai pendidikan Rohani dalam

buku Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga.

Penelitian ini bertujuan untuk mengathui serta memahami nilai-nilai

pendidikan rohani dalam rangka menumbuh kembangkan potensi fitrah dalam diri

yang terdapat pada ajaran tarekat Sunan Kalijaga. Persoalan mengenai pendidikan

rohani dianggap sangat urgen untuk dikaji. Banyaknya masalah yang ditemui

seorang, tentang agama hanya sebatas tanda pembeda dan sikap yang ditunjukkan

tidak memperlihatkan bahwa keadaan rohaninya terbina dengan baik. Tarekat

hadir menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang didalamnya tentang tata

cara bagaimana mendekatkan diri sedekat mungkin ke Allah. Bisa dipastikan

dengan tarekat seorang bisa memulai merawat, membina rohaninya dalam rangka

menumbuh kembangkan potensi dalan diri yang berdampak positif juga terhadap

kehidupan sosial. Adapun pemilihan tokoh tarekatnya Sunan Kalijaga, dipilih

karena keunikannya dalam tarekatmya yang menyatu dengan kultur budaya

setempat. Tidak mendahuluan simbol-simbol luar, melainkan esensi dalam

menjalani hidup dengan ajaran islam. Bisa dikatakan juga bahwa corak tasawuf

yang dibawa Sunan kalijaga Ialah Akhlaki yang puncaknya ialah Makrifat. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research), dengan metode

penelitian deskriptif, dan digunakan teknik dokumentasi dalam pengumpulan data

tersebut.

Berdasarakan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

pendidikan rohani yang terdapat pada ajaran tareka Sunan Kalijaga secara teoritik,

pertama, dapat dilihat sisi kerohanian dari perjalanan hidup Sunan Kalijaga

sendiri. Mulai dari perjalanan hidup setelah bertemu dengan gurunya yaitu Sunan

Bonang, perjalanan hidup dalam mencari ridla seorang guru saat belajar ilmu

sampai tersebarnya tarekatnya dalam istilah jawa Mati Sajroning Urip

(menghayati kematian dalam kehidupan), Metidasi (berdialog dengan

Tuhan/dzikir atas kehidupan), Maguru (berguru). Kedua, nilai-nilai pendidikan

rohani pada tarekat Sunan Kalijaga dapat dilihat dari wujud tarekat tersebut.

Terdapat nilai pendidikan rohani yaitu menerima Kodrat sebagai manusia,

mengenal diri sebagai manusia, menjadi manusia sejati, Sadar tujuan hidup, spirit

takwa, menjadi pribadi yang patuh. Nilai-nilai pendidikan rohani tersebut

merupakan nilai yang universal, tidak terikat untuk satu daerah atau sebatas satu

rasa tau golongan, akan tetapi dapat diambil pelajaran oleh setiap orang tanpa

memandang latar belakang dalam sisi apapun.

Kata Kunci: Pendidikan Rohani, Tarekat, Sunan Kalijaga

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

vii

ABSTRACT

Indra Maulana (NIM: 1110110000079). The Value of Spiritual Education in

the Mystical and Makrifat Sunan Kalijaga Books.

This study aims to recognize and understand the values of spiritual

education in order to develop the potential for self-nature found in the teachings of

the Sunan Kalijaga order. The issue of spiritual education is considered very

urgent to study. The many problems that a person encounters, regarding religion

are only limited to the distinguishing signs and the attitude shown does not

indicate that his spiritual condition is well-nurtured. The Tariqa comes to be one

branch of science in which the procedures for how to get as close as possible to

God. It can be ascertained that a tarekat can start caring for, nurturing spiritually

in order to develop and develop the potential within oneself that also has a

positive impact on social life. As for the election of the tarekat, Sunan Kalijaga,

was chosen because of his uniqueness in his tarekat which blends with the local

culture. Do not precede external symbols, but the essence in living life with

Islamic teachings. It can also be said that the style of Sufism brought by Sunan

Kalijaga was Akhlaki whose peak was the Makrifat. This type of research is

library research, with descriptive research methods, and documentation techniques

are used in the collection of these data.

Based on the results of the study, it can be concluded that the values of

spiritual education contained in the teachings of Sunan Kalijaga Tareka

theoretically, first, it can be seen the spiritual side of Sunan Kalijaga's life journey.

Starting from the journey of life after meeting with his teacher, Sunan Bonang, the

journey of life in finding the pleasure of a teacher while studying science until the

spread of his tarekat in Javanese terms: Death Sajroning Urip (living death in life),

Metidation (dialogue with God / dzikir on life), Maguru (studied). Second, the

values of spiritual education in the Sunan Kalijaga tariqah can be seen from the

form of the tarekat. There is a value of spiritual education that is accepting Nature

as a human being, knowing oneself as a human being, becoming a real human

being, being aware of the purpose of life, the spirit of piety, being an obedient

person. The values of spiritual education are universal values, not bound to one

area or limited to a sense of class, but can be taken as a lesson by everyone

regardless of background in any side.

Keywords: Spiritual Education, Tarekat, Sunan Kalijaga

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt., yang senantiasa melimpahkan nikmat,

rahmat, Hidayah dan karunia-Nya, karena-Nya peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan penuh khidmat. Salawat serta salam senantiasa terlimpahkan

kepada Rasulullah, Nabi Muhammad Saw., beserta semua keluarganya, para

sahabatnya, dan para pengikut sunnahnya hingga akhir zaman.

Peneliti menyadari, bahwa begitu banyak hambatan dan kesulitan yang

peneliti alami pada proses penyusunan skripsi ini, akan tetapi berkat kekuatan dan

kesabaran yang Allah berikan kepada peneliti, doa yang telah Allah kabulkan

untuk peneliti, serta segala bentuk pertolongan-Nya melalui berbagai pihak yang

terlibat dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga semua dapat dijalani dengan

tanpa rasa kesulitan yang mendalam. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

Jamil, M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan PAI FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Seluruh Dosen FITK Jurusan PAI yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada peneliti dengan

penuh kesabaran dan kasih sayang.

3. Drs. Ahmad Ghalib, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam

memberikan bimbingan, arahan serta nasehat kepada peneliti selama

proses penyusunan skripsi ini dengan kasih sayang.

4. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

dengan tanpa bosan memberikan dukungan, arahan, kasih sayang, do’a

serta ridlo bahkan motivasi yang sangat kuat kepada peneliti.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

ix

5. Kedua orang tua peneliti yaitu Bapak Suparman serta Ibu Rubai’ah, yang

senantiasa menjadi sumber kekuatan doa dalam setiap langkah penulis,

cinta, dan kasih sayang, serta yang paling berpengaruh bagi peneliti demi

terselesaikannya skripsi ini.

6. Kedua Kakakku yaitu, Ro’ichatul ithriyah dan Andri Ardiyanto yang

senantiasa memberikan do’a serta kepercayaan kepada adik bungsunya.

semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya selalu.

7. Indini Rahmawati, S.Pd., yang sering mengingatkan atas proses

penyelesaian penelitian ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan serta

perhatianmu.

8. Teman-teman semuanya, mahasiswa-mahasiswi PAI angkatan 2015,

terkhusus teman-teman kelas C, yang telah melewati berbagai kemalasan

bersama peneliti, tidak jarang berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam

maupun di luar kelas. Semoga apa yang menjadi maksud dan tujuan

kawan-kawan, dapat tercapai dan terlaksana dengan baik sesuai apa yang

kita diharapkan.

9. Seluruh keluarga dan sahabat Santri peneliti di Kosan Pelek, Kang Azi,

Kang Fajar, Kang Riski, dek Asep, Haikal dkk yang selama hampir 5

tahun hidup di bawah atap yang sama, melewati manis dan pahitnya hidup

merantau. Tak lupa Mas Ali, Pak Hadlir, Pak Mu’min, Pak Mufid, serta

teman-teman LPQ Fathullah yang selalu membantu dalam memberikan

referensi serta informasi dalam proses penelitian ini, dan kesemuanya yang

selalu memberikan dukungan positif bagi peneliti.

10. Terakhir, Bapak Lasta Yani sekeluarga yang senantiasa merangkul saat

peneliti sedang down atau sedang lapar. Semoga Allah senantiasa

menetapkan kesabaran, cinta, dan kasih sayang dalam diri kita semua, agar

dapat hidup selalu dalam keharmonisan.

Demikian ungkapan terima kasih peneliti sampaikan kepada seluruh pihak

yang telah memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebaikan untuk kita semua. Akhir kata,

hanya kepada Allah-lah peneliti mengharapkan rida serta ampunan.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

x

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Jakarta, 11 Februari 2019

Jakarta, 6 Maret 2020

Peneliti

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 7

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................................ 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 8

BAB II: KAJIAN TEORI ..................................................................................... 9

A. Nilai-nilai pendidikan Rohani ..................................................................... 9

1. Pengertian Nilai ..................................................................................... 9

2. Pengertian Pendidikan ......................................................................... 11

3. Pengertian Rohani ............................................................................... 14

4. Kaitan Rohani dengan Jasmani ........................................................... 17

5. Pengertian Pendidikan Rohani ............................................................ 18

6. Tujuan Pendidikan Rohani .................................................................. 22

7. Tarekat................................................................................................. 24

8. Relasi Rohani dengan Akhlak ............................................................. 27

B. Hasil Penelitian Yang Relevan.................................................................. 34

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 37

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

xii

A. Objek dan waktu penelitian ....................................................................... 37

B. Metode penelitian ...................................................................................... 37

C. Fokus Penelitian ........................................................................................ 38

D. Prosedur Penelitian.................................................................................... 39

BAB IV: TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 41

A. Biografi Penulis buku ................................................................................ 41

1. Achmad Chodjim ................................................................................ 41

2. Karya-karya Achmad Chodjim ........................................................... 42

B. Perjalanan Hidup Sunan Kalijaga ............................................................. 42

1. Latar belakang Keluarga Sunan Kalijaga ............................................ 42

2. Masa Muda Sunan Kalijaga ................................................................ 43

3. Awal kesadaran untuk memilih jalan yang benar ............................... 44

4. Tarekat Sunan Kalijaga ....................................................................... 46

C. Tarekat Sebagai Nilai Pendidikan Rohani Oleh Sunan Kalijaga .............. 50

1. Menerima Kodrat sebagai Manusia .................................................... 50

2. Mengenal Diri sebagai Manusia.......................................................... 51

3. Tahu Tujuan Hidup sebagai Manusia ................................................. 53

4. Spirit takwa Kepada Allah .................................................................. 54

5. Pribadi yang Patuh .............................................................................. 56

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 58

A. Kesimpulan ............................................................................................... 58

B. Saran .......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 66

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin hari semakin dirasakan pentingnya ilmu pengetahuan, lebih-

lebih ilmu agama. Salah satu kepentingan pendidikan yaitu untuk

menumbuhkan kesadaran hidup sebagai seorang hamba, yang harus berlaku

sebagaimana mestinya serta untuk menghadapi perkembangan ilmu dan

teknologi pada pola kehidupan yang semakin Universal. Permasalahan yang

sering muncul di masyarakat yaitu pada ketidak sesuaian Akhlak/perilaku

yang ditunjukkan oleh seseorang, bahkan seorang pelajar dalam pergaulannya

di masyarakat yang tidak menunjukkan bahwa sholat dan ibadahnya tidak

berdampak pada perilakunya. Seperti ia tidak merawat rohaninya dengan

baik.

Dalam jurnal studi islam oleh Saryono menjelaskan bahwa potensi

rohani manusia terdapat tanggung jawab. Meski manusia merupakan makhluk

yang di merdekakan oleh agama. Salah satu bukti kemerdekaan tersebut yaitu

dijadikan manusia itu bebas dalam menggunakan akal fikirannya yang telah

diberikan-Nya. Akan tetapi diberikannya kekuatan fitrah tersebut merupakan

untuk memenuhi tanggungjawab untuk mengarahkan kepada potensi-potensi

Fitrah yang berkembang pada lading pahala kebaikan1

Akhlak pada umumnya merupakan semua perbuatan manusia.

Keberadaan akhlak pada manusia itulah yang membedakan manusia dengan

makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Akhlak hal yang sangat penting dalam

diri manusia, adanya akhlak yang baik menjadi salah satu bukti bahwa

manusia tersebut berhasil menuai buah dari ibadahnya serta berhasil dalam

1 Saryono, “Konsep Fitrah dalam perspektif islam”, Te- Jurnal Studi Islam, vol. 14, no. 2, 2016, h.

169.

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

2

usahanya membina, menumbuhkan potensi dalam diri untuk menjadi manusia

yang baik. Yatimin Abdullah mengatakan :

Kemuliaan seseorang terletak pada akhlaknya, bila akhlaknya baik, dapat

mengangkut status derajat yang tinggi lagi mulia baginya, bila akhlaknya

rusak, maka rendahlah derajatnya melebihi hewan. Kemuliaan seseorang

terletak pada akhlaknya, bila berakhlak baik dapat membuat seseorang

menjadi aman, tenang, tentram dan tidak tercela. Seorang yang berakhlak

mulia dia melakukan kewajiban yang menjadi hak dirinya, terhadap

Tuhannya, terhadap makhluk lain, dan sesama manusia.2

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa jelaslah penting

sekali peranan pendidikan untuk seseorang agar berakhlak baik. sebab derajat

diri seseorang dapat dilihat dari akhlaknya, dan adanya akhlak itu akan

dipandang oleh masyarakat. Dalam dunia pendidikan, akhlak selalu menjadi

salah satu capaian penting dalam keberhasilan mendidik seorang pelajar tapi

tidak untuk capaian Rohaninya.

Sejalan dengan masalah tersebut Suparlan mengungkapkan bahwa

”kekerasan hati sebab utama rusaknya karakter”.3 Sedangkan bab setelahnya

beliau mengatakan hati merupakan inti dari karakter, jika dipahami

pengertian ruhaniyah hati merupakan tempat keimanan, keyakinan dan

pengagungan kepada Allah SWT. dimaknai dengan pendidikan sebagai salah

satu upaya mengoptimalan perkembangan potensi manusiawi, kecakapan

hidup dan sikap kepribadian seorang yang sempurna dan kedewasaan yang

baik.4

Pendidikan Rohani merupakan hal yang sangat urgen dilakukan di

zaman ini. Melihat berbagai fenomena yang terjadi, yang menggambarkan

kemerosotan kerohanian manusia. Saat ini saja kita sudah dihadapkan dengan

kondisi keagamaan umat Islam dan moral bangsa Indonesia yang

2 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an cet.1, (Jakarta : AMZAH, 2007), h.

V. 3 Suparlan, Mendidik Hati Membentuk Karakter, cet. 1, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,

2015), h. 1. 4 Suparlan., Op. Cit., h. 7-8

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

3

memprihatinkan karena munculnya fenomena kemunduran yang signifikan.

Salah satunya yaitu kemajuan intelektualitas, ekonomi, sarana hidup dan

teknologi cukup pesat, tetapi perkembangan moral dan agama seorang

terutama kurang mendapatkan perhatian. Penulis menemukan banyak berita

yang disiarkan dalam media masa, setiap hari ada saja mengenai kenalakan

remaja bahkan sebagaian besar tindak kriminal yang disebabkan oleh

narkotika dan obat-obatan terlarang sejenisnya.

Padahal penulis menemukan beberapa referensi bahwa masa remaja

bisa dikatakan masa mengenali dirinya. Dengan begitu perilaku, sikap, ketika

tidak terkontrol menimbulkan dampak negatif bagi dirinya. Masa remaja juga

bisa disebut masa keterombang-ambingan dikarenkan memang proses transisi

kanak-kanak menuju dewasa dalam pikiran, perasaan, kemauan, sikap serta

perilaku5. Masa remaja dalam media yang bersangkutan merupakan masa

remaja terakhir, sebagaimana yang dinyatakan Zakiah Daradjat mengatakan

“masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi

jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan”6.

Disinilah peranan pendidikan untuk menjawab dari masalah-masalah

tersebut serta dirasa penting menjadi perhatian bersama, untuk membentuk

masa depan yang terarah. Pendidikan disbutkan Saiful sagala dalam bukunya

mengatakan bahwa:

Pendidikan sebagai suatu upaya/perbuatan yang di arahkan pada

kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat sudah

berlangsung sejak dahulu dan tidak diragukan lagi eksistensinya. Hal yang

penting disini adalah proses melatih peserta didik yang dirancang dalam

bentuk pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi yang dapat dijadikan modal dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.7

5 TB Aat Syafaat dkk, Peranan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2008), h. 182-183. 6 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama cet. XIV, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), h. 117.

7 Syaiful sagala, Etika Dan Moralitas Pendidikan. Cet.1, (Jakarta: PRENAMEDIA GROUP,

2013),h. 42

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

4

Kembali pada kondisi sekarang, sebagian besar remaja dari berbagai

teman dan kenalan penulis yang tinggal di Demak dan Jepara. Penulis

menemukan seorang menggunakan agama hanya sebatas pengakuan luar

melalui status sosial, moral hanya sebatas pujian semata. Norma-norma

agama dan kesusilaan bisa dikatakan sering ditemukan dalam pergaulan

muda-mudi Islam yang tidak memelihara jiwanya dengan baik seperti,

meninggalkan ibadah kepada Allah, dan tidak berusaha menumbuhkan

potensi dirinya untuk senantiasa berkembang menjadi seseorang yang lebih

baik dari sisi rohani yang berdampak pada sosial. Sebagian besar alasan yang

didapatkan penulis dari remaja tersebut ialah kurangnya pemahaman, bahkan

tidak begitu tertarik belajar agama sehingga mereka tidak begitu tau

bagaimana menjalin harmoni dengan Tuhan. Bahkan pendidikan yang

didapatkan di sekolah pun tidak begitu menjawab rasa ketidaktauannya

terhadap keadaan ruhaninya tersebut. ironisnya masalah yang penulis temui,

mereka tidak bisa ditegur dengan membawa ancaman bagi perbuatan

buruknya. Mereka justru lebih antusias dengan cerita kearifan lokal yang

menjadi sejarah penyebaran islam di Nusantara.

Belum selesai disitu, penulis juga menemukan masalah yang sama di

kalangan para remaja di daerah penulis sekarang. Dengan kenakalan yang

sedikit berbeda namun dengan skala yang lebih besar. Permasalahan yang

ditemui penulis terasa lebih kompleks disini, para remaja ini tetap

melaksankan ibadah akan tetapi ia masih juga menunjukkan prilaku tidak

sesuai agama. Tidak hanya melibatkan dirinya sendiri, namun melibatkan

pihak remaja lain seperti halnya tawuran, permusuhan antar kampung bahkan

tidak sedikit pula remaja tersebut beranggotakan beberapa perempuan yang

masih berstatus pelajar menengah pertama.

Dalam melaksanakan atau mengamalkan perbuatan baik, Anwar Sutoyo

juga mengatakan bahwa remaja perlu mengetahui keadaan dirinya terkadang

menonjol di saat tertentu dan tidak menonjol pula disaat tertentu. Lanjut

Anwar Sutoyo mengatakan

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

5

bahwa salah satunya kuat kelemahan tersebut ialah melalaikan agama.

Banyak remaja yang sebenernya mengetahui aturan agama, namun ia tidak

mematuhinya. Semua itu karena seorang banyak menuruti hawa nafsunya,

manusia punya hati tetapi tidak dimanfaatkan untuk memanfaatkan tuntunan

Allah, manusia punya panca indera tetapi tidak digunakan untuk memahami

tanda-tanda kebesaran Allah.8

Kenyataan tersebut merupakan suatu bukti nyata buat penulis atas tidak

terbinanya rohani yang kemudian terlihat kemunduran moral yang dialami di

berbagai tempat entah itu di desa maupun di kota tentunya dengan skala yang

berbeda. Sikap-sikap tersebut jauh berbeda Islam yang dibawa dan di

syiarkan oleh para ulama kemudian diajarkan kepada masyarakat Nusantara

yang sampai pada penulis. Mewujudkan manusia yang bermoral, berakhlak

mulia dan berbudi pekerti luhur. Ajaran Islam bersumber dari Allah melalui

Al-Qur’an dan hadis Nabi menjadi sumber ajaran akhlak. Perilaku rasulullah

merupakan suri tauladan bagi manusia. Sesuai Firman Allah SWT Q.S. Al-

Ahzab ayat 21 yang berbunyi :

ااأسوة حسنة ليمن كان يرجوا الل اللي لقد كان لكم في رسول ر وككرالل كيي واليوم اخري

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap(rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.9

Mengenai akhlak rasulullah saw. dijelaskan dalam hadis yang berbunyi:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” (H.R.

Bukhari), kemudian, dalam hadis yang lain dijelaskan bahwa aisyah berkata:

“Sesungguhnya Akhlak Rasulullah itu adalah Al-Qur’an” (H.R. Muslim).10

Setelah penulis melewati beberapa referensi dan lawan diskusi atas

permasalahan tersebut dan dapat dikatan bahwa Akhlak baik salah satu

bentuk keberhasilan dalam menumbuh kembangkan fitrah rohaninya dan

8 Anwar Sutoyo, Manusia dalam perspektif Al-Qur’an cet. I, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR,

2015 ),h. 124 9 Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 420

10 Veithzal Rivai Zainal dkk, Manajemen Akhlak: Menuju Akhlak Alquran, (Jakarta: Salemba

Diniyah, 2018),h. 18

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

6

keberadaannya benar sangat diharapkan semua orang yang berdampak juga

ke sosial. Setiap orangtua pasti menginginkan agar anak cucunya memiliki

akhlak yang baik. Bahkan setiap masyarakat di berbagai belahan daerah

sangat mengharapkan kedamaian dengan adanya akhlak baik antar warga

tanpa adanya ancaman hidup dari orang lain. Begitu juga negara yang

menginginkan warganya untuk selalu berbuat kepada akhlak baik. Dengan

ini penulis sadar betul akan pentingnya kepribadian rohani dengan berbuah

akhlak mulia pada seseorang dalam kehidupan agama dan sosial.

Berdasarkan kebutuhan masyarakat tersebut penulis menemukan

banyak tokoh agama dan tokoh sosial, bahkan para sejarawan menjelaskan

pemikirannya yang dituangkan dalam karya-karya mengenai pendidikan

Rohani dengan kearifan lokalnya, untuk menjawab permasalahan yang ada

pada masyarakatnya. Salah satunya adalah Achmad Chodjim. Beliau

merupakan seorang penulis buku-buku spiritual, terutama dibidang

Kerohanian. Beliau juga penulis buku Syech Siti Jenar dan Alfatihah,

Alikhlas serta Alnas.

Penulis menemukan keistimewaan dari buku-buku tersebut, yang bisa

dikatakan tidak dimakan zaman dikarenakan objek yang dibahas mengenai

kaya akan nilai menjadi pribadi yang sadar diri. Banyak karya-karyanya

berbicara mengenai bagaimana menjadi manusia yang bisa mencapai tingkat

kerohanian mulia. Penulis juga menemukan buku mistik dan makrifat sunan

kalijaga. Di dalamnya membahas perjalanan hidup Sunan bahkan tarekat

untuk menuju kepada kesempurnaan seorang manusia.

Buku tersebut sangat menarik untuk ditelaah sarana menjawab

persoalan diatas. Melalui pendidikan Rohani pada buku tersebut yang

membicarakan perjalanan sunan Kalijaga serta ajarannya dan pada setiap

babnya terdapat kandungan makna yang secara tersirat mengingatkan

pembaca bahwa hanya Allah-lah satu-satunya tempat bergantung dan Allah-

lah satu satunya alasan seorang bisa hidup tentram.

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

7

Setelah penulis mempelajari beberapa referensi mengenai pokok materi

pendidikan rohani, maka penulis memilih buku tersebut menjadi buku primer

dalam mengkaji Nilai-Nilai Pendidikan Rohani. Itulah yang melatar

belakangi penulis dalam kajian ilmiah di Pendidikan Agama Islam dengan

judul : “ Nilai-Nilai Pendidikan Rohani dalam buku Mistik dan Makrifat

Sunan Kalijaga”.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, dapat di

identifikasi beberapa permasalahan yaitu:

1. Minimnya pengetahuan tentang Nilai-Nilai kepribadian Rohani.

2. Kurangnya ketertarikan terhadap Nilai-Nilai Pendidikan Rohani.

3. Rendahnya tingkat kepribadian remaja yang mencerminkan Nilai-Nilai

Rohani dengan Akhlak yang baik.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, untuk meminimalisir ketidakfokusan pembahasan, maka

dalam permasalahan tersebut dibatasi pada: Bagaimana Nilai-Nilai

Pendidikan Rohani Yang Terdapat Dalam Buku Mistik Dan Makrifat

Sunan Kalijaga?

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka penulis merumuskan pokok

pembahasan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Nilai-

Nilai Pendidikan Rohani yang terdapat pada buku Mistik dan Makrifat

Sunan Kalijaga?

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

8

D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dilakukannya penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan memahami Nilai-Nilai Pendidikan

Rohani yang terdapat pada buku Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat terhadap diri sendiri

kemudian manfaat baik secara akademik, sosial, maupun praktis:

a. Sebagai refleksi diri sendiri dalam kesadaran kehidupan sehari-hari

yang nantinya berhubungan dengan spiritual keagamaan dan sosial

b. Secara akademik, Semoga penelitian ini bermanfaat untuk

memperkaya khazanah studi islam mengenai kerohanian diri sendiri

yang tidak hanya berorientasi pada etika dan moral. Melainkan juga

studi yang membuka diri terhadap kesadaran para para remaja dalam

hal kerohanian.

c. Secara sosial, penelitian ini bermanfaat untuk membuka dialog yang

lebih inklusif antar para ahli pendidik modern, sehingga diharapkan

munculnya solusi alternatif dalam pemecahan problem-problem

kemanusiaan ini.

d. Secara praktis, penelitian ini untuk memberi wawasan dan pedoman

akhlak kepada para remaja terutama seorang pelajar dalam menuntut

ilmu.

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Nilai-nilai pendidikan Rohani

1. Pengertian Nilai

Pada umumnya kata “nilai” mempunyai makna yang luas. Dalam

artian segala sesuatu yang ada ini mempunyai nilai tertentu, yang dalam

filsafat pendidikan dikenal dengan istilah aksiologi. Dalam Ensiklopedia

Britanica disebutkan “bahwa nilai adalah suatu penerapan atau suatu

kualitas suatu objek yang menyangkut suatu jenis apresiai tertentu”.11

Nilai merupakan sesuatu yang abstrak tetapi secara fungsional

mempunyai ciri yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Dalam

pengertian abstrak, bahwa nilai itu tidak dapat ditangkap oleh panca indra,

yang dapat dilihat adalah objek yang mempunyai nilai atau tingkah laku

yang mengandung nilai. Nilai dalam bahasa Inggris disebut juga value

yang berasal dari bahasa latin yatu valere yang berarti berguna, mampu,

berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah sifat-sifat atau (hal-hal) yang

penting atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI, 2008; 590).12

Menurut Chabib Thoha, nilai adalah sifat yang telah tetap pada

sesuatu, yang berhubungan dengan subjek yang mengandung arti. Jadi,

nilai merupakan sesuatu yang memiliki manfaat dan berguna bagi manusia

sebagai patokan dalam berperilaku.13

Menurut Hamid Darmadi dalam penelitian Bekti Taufiq Ari

Nugroho dan Mustaidah, nilai termasuk ke dalam kajian tentang filsafat.

Istilah nilai dalam filsafat digunakan untuk menunjukkan kata benda

abstrak yang berarti keberhargaan atau kebaikan, dan kata kerja yang

11

Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, cet. II,

(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), h. 134. 12

La Ode Gusal, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Karya

La Ode Sidu”, Jurnal Humanika, Vol. 3, 2015, h. 1 13

M. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1996), Cet. I, h. 61.

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

10

berarti suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan

penilaian.14

Nilai-nilai sedemikian universal dan tidak punya batas. Namun

tetap ada saja bisa dikelompokkan sesuai dengan perspektif manusia,

sebagai norma tertentu. Seperti yang dinyatakan oleh Celcius:

Dimana ada masyarakat di sana ada hukum. Hukum dalam hal ini

dimaksud sebagai nilai-nilai, norma, pengatur ketertiban kehidupan

sosial. Nilai hokum ialah dalam potensinya untuk mewujudkan

kesejahteraan dan ketertiban hidup bersama. Dengan demikian

dapat ditafsirkan hokum merupakan nilai instrumental, nilai yang

mendatangkan nilai lain, yakni ketertiban sosial.15

Menurut Scheler, nilai adalah sesuatu yang dituju oleh perasaan

yang mewujudkan "apriori emosi". Nilai bukan ide atau gagasan,

melainkan sesuatu yang konkrit yang hanya dapat dialami dengan jiwa

yang tergetar dengan emosi. Scheler menjelaskan “pengenalan tentang

nilai mendahului pengenalan tentang benda”. Ketika kita melihat lukisan

yang indah ini berarti kita menerapkan nilai keindahan pada benda/lukisan.

Jika kita melihat seseorang melakukan perbuatan menolong, kita

mengatakan itu perbuatan yang baik. Kita telah memiliki peresepsi nilai

kebaikan manusia dan diterapkan pada perbuatan ini. Kesimpulan yang

dapat diperoleh ialah nilai itu berlaku objektif apriori.16

Berdasarkan penelitian fenomenologi Scheler menggolongkan sifat

itu dalam empat kelompok:

a. Nilai kesenangan, yaitu yang menyenangkan dan yang tidak

menyenangkan. Nilai ini terdapat dalam objek-objek yang

bersangkutan dengan makhluk yang memiliki indera.17

b. Nilai vital, yaitu suatu potensi untuk berkembang, seperti yang

terjadi pada makhluk hidup sesuai potensi yang sudah ada

14

Bekti Taufiq Ari Nugroho dan Mustaidah, Identifikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam

dalam Pemberdayaan Masyarakat pada PNPM Mandiri, Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 1, 2017, h.

74-75. 15

Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan

Pancasila, (Surabaya, USAHA NASIONAL, 1986), h.131 16

R. Parmono, “Konsep Nilai Menurut Max Scheler”, Staf prngajar Fakultas Filsafat UGM

dalam matakuliah Filsafat Nilai, 16 November 1993, h. 48 17

Ibid.

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

11

sebelumnya tumbuh dan berkembang menuju tatanan/tingkatan yang

lebih tinggi.18

c. Nilai rukhani, yakni berkaitan dengan fitrah manusia seperti

kehendak, akal, rasa. Nilai-nilai tersebut keberadanya tidak

tergantung dari hubungan timbal balik antara organisme lingkungan

sekitar, melainkan berfungsi mandiri dalam kehidupan manusia

sebagai unsur yang menentukan keberadaan manusia.19

d. Nilai yang tertinggi (suci), yakni bersangkutan dengan "objek

absolut" sering pula disebut sebagai nilai "yang kudus/yang suci".

Nilai-nilai ini bersangkutan dengan hal-hal yang bersitat

transendental yang pengembangannya dibidang relegius. Pada taraf

manusia, contoh orang yang dianggap suci, biarawan, pendeta,

sedang pada taraf supra manusia adalah nilai ketuhanan.20

Menurut Falsafah pendidikan Islam, yaitu falsafah al-hadhariyah,

nilai terbagi menjadi nilai absolut dan nilai relatif. Mirip dengan klasifikasi

pada poin pertama, bahwa nilai absolut adalah nilai yang bersumber dari

wahyu Allah Swt., yang sifatnya tetap, benar, dan kekal abadi, sehingga

dapat diterapkan di semua tempat dan waktu. Adapun nilai relatif, adalah

nilai yang berasal dari akal, ide, dan budaya yang sifatnya tidak kekal,

selalu berubah-ubah seiring perubahan zaman yang dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi.21

2. Pengertian Pendidikan

Istilah pendidikan Ramayulis mengatakan bahwa “semula berasal

dari bahasa Yunani, yaitu “pedagogie”, yang berarti bimbingan yang

diberikan kepada anak, istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau

18

Ibid., h. 49. 19

R. Pramono. Loc. cit. 20

R. Pramono. Loc. cit. 21

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan

Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 224.

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

12

bimbingan”.22

“Pendidikan adalah suatu proses mebimbing dari kegelapan,

kebodohan, dan pencerahan pengetahuan”.23

Istilah pendidikan dalam Islam kadang-kadang disebut dengan al-

tarbiyah yang diterjemahkan dengan “pendidikan”. Kadang-kadang

disebut dengan al-ta’lim yang diartikan dengan “pengajaran”. Ia kadang-

kadang juga disebut dengan al-ta’dib secara etimologi diterjemahkan

dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.24

Dijumpai pula kata tarbiyah dalam istilah pendidikan. Tarbiyah

adalah bahasa Arab yang sering digunakan oleh para ahli pendidikan Islam

untuk menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia.

Abdurrahman al-Nahlawi dalam Abuddin Nata, cenderung menggunakan

kata tarbiyah untuk kata pendidikan. Menurutnya, kata tarbiyah berasal

dari kata raba, yarbu, yang artinya bertambah dan bertumbuh, karena

pendidikan mempunya tujuan untuk menambah pengetahuan pada peserta

didik dan menumbuhkan potensi yang ada dalam dirinya. Kedua, dari kata

rabiya, yarba, yang artina menjadi besar, karena pendidikan juga memiliki

misi untuk membesarkan jiwa dan memperbanyak wawasan seseorang.

Ketiga, tarbiyah dari kata rabba yarubbu yang artinya memperbaiki,

menguasai urusan, menuntun, menjaga dan memelihara.25

Undang-undang Pendidikan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 mendefinisikan pendidikan sebagai berikut :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.”26

22

Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta :

Kalam Mulia, 2015), h.15 23

Yatimin Abdullah, Studi AKhlak dala Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), h.21. 24

Ramayulis. op. cit., h.16 25

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, (Pamulang: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 8. 26

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, h. 1.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

13

Muzayyin Arifin mengutip beberapa pengertian pendidikan dari

para ahli pendidikan Barat, yang akan dipaparkan sebagai berikut:

a. Mortimer J. Adler, menjelaskan pendidikan adalah sebuah proses yang

melibatkan semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang

diperoleh), yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan

dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, dengan sarana yang dibuat dan

dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan , yaitu kebiasaan yang

baik.

b. William Mc Gucken, S.J. mengartikan pendidikan sebagai suatu

perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan

manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang

diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan individual atau sosial,

dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan

penciptanya sebagai tujuan akhir.27

Pendidikan sebagai suatu upaya/perbuatan yang di arahkan pada

kemaslahatan dan kesejahteraan peserta didik dan masyarakat sudah

berlangsung sejak dahulu dan tidak diragukan lagi eksistensinya. Hal yang

penting disini adalah proses melatih peserta didik yang dirancang dalam

bentuk pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan kompetensi yang dapat dijadikan modal dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya.28

Pendidikan adalah hak esensial bagi seluruh manusia, karena

pendidikan adalah persoalan yang strategis bagi suatu bangsa. Pendidikan

yang berkualitas bukan hanya penting untung melahirkan individu dan

masyarakat terpelajar, akan tetapi juga menjadi suatu modal untuk

menghadapi masa yang akan datang. mengingat ketatnya psersaingan

27

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bui Aksara, 2010), h. 18. 28

Syaiful sagala, Etika Dan Moralitas Pendidika, ( Jakarta : PRENAMEDIA GROUP,

2013), Cet. I, h. 42.

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

14

antara negara yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Pendidikan

yang berkualitas juga menentukan kualitas suatu bangsa kedepannya,

untuk menjadi suatu negara yang modern dan maju.29

3. Pengertian Rohani

Rohani merupakan sesuatu yang samar, ruwet, dan belum jelas

batasannya. Manusia tidak akan mampu mengetahui hakikatnya, karena itu

rahasianya hanya ada pada Allah, Swt.30 Sebagaimana dalam al-Qur’an

dijelaskan.

ن العيلمي إيلا قلييلاا ويسئ لونك عني الروحي قلي الروح مي {85}ن أمري ربي ومآأوتييتم مي

“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh.

Katakanlah, ‘Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu

diberi pengetahuan hanya sedikit.’” (Q.S. Al-Isra’: 85).

Rohaniah dalam bahasa Indonesia dan rûhaniyyah (Arab) berasal

dari kata “Ruh” yang berarti “spirit” atau “roh” yang berkaitan dengan

ungkapan al-Qur'an di Atas, “Rûh adalah bagian dari titah Tuhanku”,

(QS. [17]: 85). Istilah ru-haniyyah/spiritualitas merujuk pada sesuatu yang

berkaitan dengan dunia rohani, dekat dengan Tuhan, yang batini dan sering

diidentifikasikan dengan kenyataan yang kekal dan abadi.31

Secara bahasa , kata ruh atau ruhiyah mempunyai dasar kata yang

sama, yaitu ( ورح ). Akan tetapi secara kontekstual penggunaan keduanya

memiliki makna yang berbeda. Ruh merupakan nyawa sedangkan ruhiyah

bersifat spirit, semangat serta belum tentu berasal dari ruh (nyawa).

Ruhani dimaknai sebagai hasil pancaran dari Dzat Tuhan. Tuhan dan

manusia pada hakikatnya dapat bersaatu (Widat al-wujud) dengan dasar

bahwa jarak manusia dengan Tuhannya terdapat pada ruh yang pada diri

29

Makmudi ,dkk, “ Pendidikan Jiwa Perspektif Ibn Qayyim Al-Jauziyyah”, Ta’dibuna,

Vol. 7, 2018, h. 49. 30

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, (Bandung: Rosda, 2012), h. 62. 31

M. Amir Langko, “Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam”, Jurnal

expose,Vol. XXIII, 2014, h. 49-50.

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

15

manusia. Jika ruh dikotori dengan sesuatu yang buruk dari sifat duniawi

maka jarak anatara manusia akan jauh dengan Tuhannya. Sebaliknya jika

ruh bersih dari kotoran yang bersifat duniawi maka ia akan menjadi

kekuatan yang lebih ruhani.32

Beberapa literatur tasawuf menyebut rohani sebagai qalb (hati).

Kalbu yang dimaksudkan, meski belum jelas hakikatnya, namun tanda-

tandanya dapat dirasakan dengan jelas. Misalnya dalam istilah rasa sedih,

gelisah, rindu, sabar, serakah, putus asa, cinta, benci, iman, juga

kemampuan “melihat” hal yang gaib.33

Kata ruh, digunakan untuk menyebutkan dua hal, pertama, sesuatu

yang halus, berpusat pada rongga hati, ruh menyebar melalui urat nadi ke

seluruh tubuh manusia, membuat pelita kehidupan, menjadikan indera

perasa, penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Kedua, ruh merupakan

sebuah rahasia yang lembut dan dapat mengetahui juga menyadari yang

dimiliki oleh manusia.34

Ruh merupakan sesuatu yang menakjubkan, yang bersifat Rabbani,

yang dengannya tidak dapat diketahui hakikatnya oleh kemampuan akal

manusia yang terbatas. Hasan al-Banna berpendapat, hati (qalb)

merupakan wadah pengajaran, kasih sayang, rasa takut dan keimanan.

Dengan begitu, hati manusia menjadi tempat hal-hal yang dapat disadari

oleh dirinya. Hati manusia dapat melahirkan berbagai aktivitas. Jika

hatinya baik, maka aktivitasnya pun akan baik. Dalam konteks pendidikan,

pendidikan rohani memiliki dominan afektif.35

Menurut istilah, rohani merupakan inti dari dari sisi batin dari

manusia, demikian juga jasmani adalah nama bagi keseluruhan yang ada

32

Yadi Purwanto, Psikologi Kepribadian Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah Perspektif

Psikologi Islami, cet. II, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), h. 73-74. 33

Ibid. 34

Sa’id Hawwa, Pendidikan Spiritual, (Yogyakarta: Mira Pustaka, 2006), h. 28-29. 35

A. Sunanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 65.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

16

pada bagian secara lahir manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut salah

satu bentuk penyakit rohani adalah adanya sifat dan sikap (budi pekerti)

yang baik dalam rohani seorang manusia, yang mendorongnya untuk

berbuat buruk dan merusak, yang menyebabkan terhalangnya seseorang

dari memperoleh ke-ridhaan Allah.36

Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh A. Sunanto,

pendidikan rohani atau pendidikan kejiwaan akan berimplikasi pada

akhlak islam, yang merupakan potensi bagi jiwa manusia. Ibnu Qayyim

menjelaskan, bahwa potensi yang dimiliki manusia perlu dilatih dan

dibiasakan sehingga menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan. Jiwa

pada hakikatnya merupakan sesuatu yang memiliki kedudukan paling

tinggi, dalam hubungannya dengan sifat-sifat seorang hamba. Jiwa perlu

dididik dengan kesungguhan, kesabaran, dan pengetahuan yang matang,

agar dapat menghasilkan manfaat yang baik bagi manusia.37

Dimensi rohani merupakan dimensi kejiwaan yang amat penting, dan

memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar hidup

dapat berjalan dengan tentram dan bahagia.38

Rohani merupakan isim nisbat yang berfungsi mengaitkan sesuatu

kepada yang lainnya. Jadi rohani adalah suatu yang dikaitkan dengan roh

yang bermakna susunan badan halus, unsur-unsur halus atau gaib yang

keberadaannya merupakan syarat utama bagi proses hayati, lebih-lebih

yang berhubungan dengan kesadaran, pikiran dan kemauannya. Unsur-

unsur halus tersebut mencakup : jiwa, akal, hati dan nafsu.39

Pendidikan rohani sebagaimana yang dipaparkan oleh Abdul Halim

Mahmud adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengajarkan pada roh

ini bagaimana memperbaiki hubungannya dengan Allah Swt melalui jalan

36

M. Amir Langko, op. cit., h. 50. 37

Ibid., h. 36-37. 38

Romlah, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandar Lampung: Fakta Press, 2009), h. 64. 39

M. Shodiq, Kamus Istilah Islam, (Jakarta : C.V. Sientarama, 1998), h. 83

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

17

menyembah dan merendah kepada-Nya serta taat dan tunduk kepada

manhaj-Nya.40

Samsul hady dalam bukunya mengatakan dalam bab eksistensi

spiritual dalam diri manusia bahwa dalam pemikiran islam, ada yang

menyatakan bahwa kepribadian manusia dibagi menjadi 3 aspek, yaitu

aspek jasmani, aspek nafsani dan aspek ruhani. Penjelasan mengenai

perkembangan jasmani di jelaskan secara elaboratif oleh disiplin Biologi.

Sedangkan aspek nafsani sebagian dijelaskan oleh disiplin Psikologi.

Selain dengan model tersebut ada yang berpendapat bahwa eksistensi

manusia dikenal hanya wujud fisik dan wujud ruhani. Wujud Rohani

dikenal dengan surah (form, bentuk), seperti dalam sabda Nabi yang

menyatakan bahwa adam, yang merupakan simbil eksistensial untuk

manusia seluruhnya, diciptakan Allah berdasarkan surah-Nya. Perspektif

lain, dimensi spiritual manusia disimbolkan pula oleh ruh Allah yang

ditanamkan pada diri manusia, berdasarkan ayat Al-Qur’an yang berbicara

mengenai penciptaan manusia.41

4. Kaitan Rohani dengan Jasmani

Seperti yang telah diuraikan oleh Samsul Hady di atas bahwa

pembagian manusia itu menjadi 3 bagian yaitu: Jasmani, Nafsani dan

Rohani. Menurut Imam Ghazali yang telah dikutip oleh Akhmad Shodiq

dalam bukunya yang berjudul Prophetic Character Building tema pokok

pendidikan Akhlak menurut Al-Ghazali menyatawakan bahwa manusia

merupakan makhluk yang memiliki dua bagian yang berbeda, yaitu bagian

badan dan bagian jiwa.

Dalam buku tersebut menjelaskan bahwa badan dan jiwa yang

disebutkan diatas keduanya merupakan yang sangat berbeda. Badan

merupakan bentuk fisikal yang bisa diklasifikasi bagian-bagiannya.

40

Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), h. 70 41

M. Samsul Hady, Islam Spiritual Cetak Biru Keserasian Eksistensi, (Malang: UIN-

Malang Press, 2007), h. 169, 170.

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

18

Sedangkan hakikat manusia itu sendiri yaitu Rohani. Dalam buku tersebut

juga menyebutkan bahwa manusia merupakan manusia punya bagian alam

amr dana lam khalq.42

Relasi anatara rohani dan jasmani yang terdapat dalam diri manusia,

Akhmad Sodiq juga menyebutkan bahwa dalam diri manusia juga terdapat

3 jiwa yang menjadi alat untuk Rohani. Pertama Jiwa Vegetatif sebagai

penyempurna badan dan potensi yang terkait makanan, tumbuhan serta

reproduksi. Pada daya tersebut merupakan pelayan bagi jasmani, sedang

jasmani sebagai pelayan bagi daya sensitif. Kedua Jiwa Sensitif sebagai

penyempurna jasmani seperti halnya nafsu terdiri atas syahwat dan ghadab

masuk dalam unsur jiwa ini yang berada di dalam qalb. Ketiga Jiwa

Rasional yaitu jiwa manusia yang dasar yaitu sebagai inti yang hidup

dengan sendirinya. Kebaikan dan keuburkan dalam beragama terbentuk

dalam jiwa ini. Jiwa ini tidak akan mati ataupun hancur bahkan

sempurnanya jiwa ini setelah matinya badan.43

5. Pengertian Pendidikan Rohani

Pendidikan rohani merupakan suatu kebutuhan seorang manusia

untuk memenuhi kebutuhan ruh, seperti halnya seorang yang

mengkonsumsi makanan untuk menambah tenaga untuk jasmaninya.

Pendidikan rohani merupakan salah satu aspek dari bidang pendidikan

dalam Islam. Secara defenisi, menurut ‘Ali Abd al-Hamid Mahmud dalam

bukunya al-Tarbiyah al-Rûhiyyah mengatakan:

“Pendidikan rohani merupakan sebuah sistem yang lebih

memfokuskan pada pembinaan aspek rohaniah manusia. Artinya, dalam

pendidikan ro-hani terdapat interelasi antara aspek wilayah rohaniah

manusia yaitu: Qalb, Nafs, rûh dan ‘‘aql. Dengan demikian pendidikan

rohani adalah sebu-ah pembinaan bagi seseorang untuk mengembangkan

segala potensi roha-niahnya yang dapat melahirkan perilaku atau sikap

42

Akhmad Sodiq, Prophetic Caracter Building, cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2018), h. 18 43

Ibid., h. 10-11

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

19

terpuji menuju terwu-judnya suatu kepribadian mulia, sehingga bermanfaat

bagi dirinya dan masyarakat.44

Sebagaimana aspek pendidikan Islam lainnya, pendidikan rohani

mem-punyai tujuan yang spesifik. Pendidikan rohani adalah usaha

merobah, menga-rahkan serta mempengaruhi unsur-unsur rohani manusia

tersebut menuju ke arah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Dengan

demikian, tujuan pendi-dikan rohani dalam Islam adalah merubah,

mengarahkan, melatih dan membim-bing serta mempengaruhi unsur-unsur

kerohanian yang bersifat dinamis itu me-nuju ke arah terbentuknya

kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.45

Pendidikan rohani ini banyak dijelaskan di dalam al-Quran di

antaranya:

a. Zikrullah (mengingat dan menyebut nama Allah )

Dalam hal ini Allah Swt berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 41:

ا را ي يي ا ك را ك كي وا الله ر ك وا اك ن آم ن ي ذي ا ال ه ي ي

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kepada Allah, dengan

mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya”.46

Ibnu Katsir menjelaskan mengenai ayat ini, Allah Swt berfirman

memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk banyak

menyebut nama Tuhan mereka yang telah melimpahkan nikmat kepada

mereka berupa berbagai macam nikmat dan beraneka ragam anugerah.

Karena dalam melaksanakan hal tersebut terdapat pahala yang berlimpah

bagi mereka dan tempat kembali yang sangat baik.47

Begitu juga hadis Nabi yang berbunyi:

44

M. Amir Langko, “Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam”, Jurnal

expose,Vol. XXIII, 2014, h. 47. 45

Ibid., h. 48. 46

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 423. 47

Tirmidzi, “Pendidikan Rohani dalam Al-Qur’an”, Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-ilmu

Keislam. Vol. 02, 2016, h. 132.

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

20

اء ط ع إي ن مي ر ي ر م و ك اتي ج ر د ا في ه ع رف أ م و ك يكي لي م د ن ا عي هم وأزكاك ال عم أ م بي ك ئ ب ن أ ألا

ل و س ر ي اك اك وا م ال ق م.ك اق ن وا أع ب ري ض ي م و ه اق ن وا أع ب ري ض ت ف مك و د وا ع ق ل ت ن أ و قي ر و ال و بي ه الذ

)رواه مسلم( الله ر ك م؟ قال :كي ل ع ص اللهي

Rasulullah Saw bersabda: Maukah kamu kuberitahu mengenai amal

yang paling baik dan paling suci di sisi Tuhanmu dan paling tinggi

derajatnya serta lebih dari bersedekah dengan emas dan perak atau

berjihad di jalan Allah sehingga kamu memenggal leher musuhmu

atau mereka memenggal lehermu. Para sahabat bertanya kepada

Rasulullah Saw: amal apakah itu wahai Rasulullah Saw? Belia

bersabda: menyebut dan mengingat Allah (diriwayatkan oleh

Muslim).48

Berdasarkan hadis dan ayat Al-Qur’an tersebut bisa dikatakan bahwa

ibadah lisan yang paling tinggi derajatnya di hadapan Allah ialah

berdzikir. Karena dzikir merupakan suatau ibadah yang mencakup aspek

banyak kebaikan. Andai lisan tidak pernah menyantuh kalimat (dzikir)

Allah maka bisa jadi kita merupakan salah satu hamba-Nya yang telah

melupakan bahkan kufur kepada-Nya atas nikmat yang telah kita terima.

b. Shalat

ري ك ن م ال و اءي ش ح الف ني ع ىه ن ت ة لا الص ن إي ة لا الص مي قي أ و

“Sesungguhnya Sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan

mungkar”.49

Wahbah Az-zuhaili menjelaskan ayat ini bahwa Allah Swt

memerintahkan untuk mendirikan shalat pada waktu-waktunya yang telah

ditentukan serta senantiaslah melakukan hal tersebut karena sesungguhnya

shalat tersebut dapat mencegah orang-orang yang beriman dari melakukan

segala amal yang buruk.50

c. Puasa

48

Ibid., h. 133. 49

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 401. 50

Tirmidzi., op. cit. h. 136.

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

21

Salah satu bentuk mendidik rohani adalah puasa, karena puasa

adalah salah satu wujud ibadah seorang hamba yang mengabdi kepada

Tuhannya. Saat ibadah lain tampak dengan niat dan perbuatannya, puasa

tidak terdapat transparansi dalam menjalankannya. Seprti halnya saat sahur

di waktu malam dimana waktu orang-orang untuk istirahat. Menahan lapar

mulai dari terbitnya fajar dimana orang-orang mulai beraktifitas, berbuka

puasa saat terbenamnya matahari dimana orang selesai dari melaksanakan

aktifitas luar. Boisa di simpulkan bahwa puasa adalah ibadah murni

dimana proses menjalankannya hanya untuk taqwa kepada Tuhannya.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 183 berbunyi:

ن و ق ت م ت ك ل ع م ل ك لي ب ق ن مي ن ي الذي يل ع ب تي ا ك م ك امي ي الصي م ك ي ل ع ب تي وا ك ن آم ن ي ا الذي ه ي ي

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu

bertaqwa.”51

Puasa juga bentuk penguatan spritual manusia dan penguatan

hubungan kepada Allah sehingga menghasilkan ketaqwaan. Al-Maragi

dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt mewajibkan puasa seperti

diwajibkan atas umat-umat sebelumnya, karena puasa ialah sarana yang

paling besar dalam membersikan jiwa dan membenahinya. Ia adalah

ibadah yang paling kuat untuk mengekang syahwat nafsu. Oleh sebab itu

puasa ini dikenal dalam seluruh agama bahkan telah dilakukan oleh orang

Mesir kuno. Kemudian puasa ini dilakukan oleh orang Yunani dan

Romawi begitu juga orang India. Di dalam Taurat dan Injil tidak

dijelaskan kewajibannya namun puasa ini dipuji sebagai ibadah

pendekatan kepada Allah Swt. Dengan puasa ini manusia terlatih untuk

mengekang nafsu syahwatnya di samping itu pula menanamkan kepada

dirinya merasa diawasi oleh Allah Swt setiap detiknya. Karena hanya dia

dan Tuhannya yang tahu bahwa ia sedang berpuasa. Dengan demikian,

51

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 27.

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

22

jelas puasa dapat mewujudkan ketaqwaan dan hubungan yang dekat

dengan Allah Swt.52

d. Tazkiyah an-nafs

Tazkiyah an-nafs merupakan suatu upaya secara sadar dengan

kemantapan niat bertujuan untuk menjadikan hati bersih dan suci, baik

dzatnya maupun keyakinannya.53

Salah satu manfaat dari Tazkiyah an-nafs

yaitu menadi suci jiwanya dan juga termasuk orang yang beruntung.

Sebagaimana firman Allah pada Q. S. As-Syams ayat 9 yang berbunyi:

ا اه ك ز ن م ح ل ف أ د ق

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan (jiwa itu)”.54

Tazkiyah an-nafs juga berarti penyucian diri dari sifat kebinatangan

serta sifat-sifat setan, yang kemudian mengisi akhlak ketuhanan. Tazkiyah

an-nafs berusaha mengobati jiwa setelah mengetahui sebab-sebabnya.

Tazkiyah an-nafs sangat erat kaitannya dengan akhlak, kejiwaan dan

dengan usaha mendekatkan diri kepada Allah. Karena Allah maha suci

maka perlu didekati dengan keadaan hati yang suci juga. Karenanya,

tingkat kedekatan, pengenalan, dan kecintaan manusia kepada Tuhan

tergantung kesuciannya jiwa.55

6. Tujuan Pendidikan Rohani

Adapun orientasi tujuan pendidikan rohani, menurut Arifin, berkaitan

dengan kemampuan manusia dalam menerima ajaran Islam secara

menyeluruh. Intinya adalah terbinanya keimanan dan ketundukan kepada

semua perintah dan larangan Allah. Sikap yang demikian akan terlihat

52

Tirmidzi., op. cit. h. 138. 53

Fahrudin. “Tasawuf Upaya Tazkiyatun Nafsi Sebagai Jalan Mendekatkan Diri Kepada

Tuhan”, Jurnal Pendidikan Islam-Ta’lim. Vol. 12, 2014., h. 130. 54

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 595. 55

Fahrudin., op. cit. h. 140.

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

23

lewat pantulan nilai-nilai moralitas religius dengan mengikuti keteladanan

Rasulullah dalam kehidupannya sehari-hari.56

Menurut Harun Nasution dalam buku yang berjudul pendidikan

agama dalam perspektif agama-agama mengatakan bahwa:

Tujuan pendidikan agama, mulai dari TK sampai perguruan tinggi,

haruslah sejalan dengan tujuan diturunkannya agama untuk menjadi jalan

hidup bagi manusia. Agama hadir untuk manusia bertujuan untuk

membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan

kebahagiaan, baik dunia yang dijalani saat ini hingga di akhirat nanti.

Manusia disamping punya unsur jasmani, juga mempunyai unsur rohani.

Daya merasa yang biasa disebut kalbu yang berpusat di dada dan daya

pikir disebut akal yang berpusat dikepala. 57

Berdasarkan pernyataan tersebut bisa dikatakan bahwa salah satu

tujuan pendidikan dalam islam ialah untuk menumbuhkan potensi dalam

diri para pelajar. Sebagaimana pendidikan rohani yang dibahas disini yaitu

mengenai bagaimana menumbuhkan potensi diri dengan jalan pendidikan

rohani. Abd al-Halim Mahmud berpendapat bahwa “aspek rohani

merupakan bagian manusia yang paling mulia”. Manusia mesti dididik

agar memudahkan seorang nantinya dalam mengenal Tuhannya,

membiasakan, melatih untuk melaksanakan sebagai mana tugas manusia.58

Dikatakan juga bahwa orientasi pendidikan rohani adalah

kemampuan manusia dalam menerima ajaran islam secara totalitas.

Terbinanya keimanan dan tunduk kepada Allah. Sikap tersebutlah yang

terlihat dari nilai-nilai moralitas religious dengan mengkuti teladan Nabi

dalam kehidupan. Tujuan pendidikan rohani mempersiapkan peserta didik

agar menjadi seorang yang ideal serta berakhlakul karimah. Karena sikap

56

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 11 57

Harun Nasution, Pendidikan Agama dalam Perspektif Agama-Agama, (Jakarta:

konsorsium Pendidikan Agama, 1995), h. 9. 58

M. Akmansyah. “Tujuan Pendidikan Rohani dalam Perspektif Pendidikan Sufistik”,

Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Ijtima’iyya, Vol. 9, 2016. H. 102-103.

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

24

dan tingkah laku mulia merupakan salah satu cerminan jiwa yang bersih

dan seseorang yang terbina rohaninya.59

Mencermati dari beberapa pendapat tersebut bisa ditarik benang

merah bahwa tujuan utama dari pendidikan rohani ialah membersihkan

jiwa, dari segala macam penyimpangan dan ketidaksesuaian perbuatan

yang dapat mengotori ruh tersebut. Maka dari itu kerohanian seseorang

tersebut menjadi suci bersih serta tenang.

Tujuan pendidikan rohani, diarahkan untuk mempersiapkan peserta

didik yang ideal dan berakhlak mulia (insan kamil). Yaitu insan, menurut

Iqbal, mukmin yang dalam dirinya memiliki kekuatan, wawasan, aktivitas,

dan kebijaksanaan. Sifat-sifat luhur ini dalam wujudnya yang tertinggi

tergambar dalam akhlak nabawi.60

M. Akmansyah, seorang dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Intan

Lampung, menulis dalam jurnalnya, secara garis besar, dapat tujuan

pendidikan rohani jangka panjang (final goal) adalah mendekatkan diri

(taqarrub) kepada Allah. Sehingga pendidikan dalam prosesnya harus

mengarahkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri

kepada Tuhan pencipta alam. Sedangkan tujuan pendidikan jangka

pendeknya adalah terwujudnya kemampuan manusia melaksanakan tugas-

tugas keduniaan dengan baik sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal

di akhirat.61

7. Tarekat

Tarekat diserat dalam bahasa Arab yaitu Tariqah, yang berarti jalan,

cara, madzhab, aliran dan lain sebagainya.62

Tarekat merupakan suatu cara

atau metode yang berupa petunjuk untuk mendekatkan diri kepada Allah

59

Ibid., h. 104. 60

Dawan Raharjo, Insan Kamil: Konsepsi Manusia menurut Islam, (Jakarta: Pustaka Grafiti

Press, 1987, h. 25 61

M. Akmansyah, Tujuan Pendidikan Rohani dalam Perspektif Pendidikan Sufistik,

Ijtima’iyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat, Vol. 9, 2016, h. 106. 62

Ahmad Khoirul Fata, Tarekat: Jurnal Al-Ulum, Vol. 11, no. 2, 2011, h. 374.

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

25

dengan jalan yang diyakini berasal dari Nabi. Kemudian berkembang

menjadi suatu kelompok berbentuk kependidikan dalam hal kerohanian.63

Pada dasarnya orang yang melukan tarekat atau sedang belajar

tarekat tidak hanya dituntut focus terhadap ajaran tarekat tersebut, akan

tetapi tetap berkewajiban untuk tetap menjaga syariat dan tarekat tersebut

dibenarkan oleh syariat. Oleh karena itu untuk melakukan tarekat seorang

tidak boleh sembarangan, harus dibimbing oleh seorang guru yang biasa

dikenal dengan sebutan “Mursyid”. Disebutkan juga bahwa Mursyid disini

bertanggung jawab atas bimbingan serta pengawasan kepada para

muridnya dalam kehidupan lahiriyah maupun rohaniyah berdasarkan Al-

Qur’an, Hadist, serta Ijma’.64

Muh. Nasir juga menyebutkan bahwa seorang murid harus sudah

siap patuh dalam mengikuti jejak Mursyidnya, agar tarekat terlaksana

dengan baik. Tidak diperkanankan untuk mencari jalan pintas atau bahkan

keringanan dalam melaksanakan amaliyah yang telah dianjurkan kepada

mursyidnya. Seorang murid tersebut juga diharapkan untuk dalam

mengendalikan hawa nafsunya yang bisa menodai amaliyahnya. Dengan

memperbanyak wirid, zikir, doa serta memanfaatkan waktu ditempat

tertentu. Umum juga diketahui bahwa murid dalam melaksanakan

amaliyah tersebut harus di suatu ruangan atau tempat tertentu yang biasa

disebut ribat agar terlaksana dengan baik amalan tersebut.65

Rahmawati juga menyebutkan bahwa para sufi dalam melaksanakan

tarekatnya dengan cara individu. Jadi dalam satu malan tarekat satu

dengan yang lainnya bisa sangat berbeda amaliyah antara sufi satu dengan

lainya. Sehingga pada prakteknya terdapat beberapa perbedaan dalam cara

63

Muh. Nasir, Perkembangan Tarekat dalam Lintasan Sejarah Islam Indonesia, Jurnal

Adabiyah, Vol. 11, no. 1, 2011, h. 114. 64

Ibid., h. 114 65

Ibid.

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

26

maupun aturannya. Lebih jauh lagi munculah beberapa tarekat dengan

nama dan kaifiyah yang berbeda-beda.66

a. Munculnya Tarekat

Menurut Sri Mulyati dalam bukunya mengatakan bahwa Ajaran

yang dilaksankan secara murni itu pada masa Islam yang dibawa oleh Nabi

Muhammad. Setelah Rasulullah wafat, segi amaliyah dan ibadah para

sahabat serta tabiin masih tetap memlihara dan membina sesuai ajaran

Rasulullah yang disebut dengan amalan salaf al-shalih. Lanjut pada abad

pertama hijriyah mulai muncul teologi, sehingga muncul juga formalisasi

syariah.67

Abad ke- 2 Hijriyah mulai muncul tasawuf, dan mulai

berkembang dengan pemahaman luar yaitu filsafat. Yang setelah abad ke-

2 tersebut para sufi yang mengamalkan amalam-amalannya mereka dalam

rangka mensucikan jiwa untuk mendekatkan diri pada Allah. Dari situ

mulailah para sufi membedakan pengertian antara syariat, thariqat,

haqiqat, dan makrifat. Menurutnya Syariat hubungannya dengan amalan

lahir, tariqat untuk amalan hati, haqiqat untuk amalan segala yang ghaib,

sedangkan makrifat merupakan suatu tujuan akhir yaitu mengnal hakikat

Allah baik dzat, sifat-Nya.68

Sri Mulyati juga mengatakan bahwa orang yang sudah mencapai

makrifat biasa disebut sebagai wali. Kemampuan luar biasa yang

dimilikinya disebut supranatural sehingga dijumpai hal-hal yang diluar

akal baik dalam kehidupannya atau setelah kematiannya. Lanjut abad ke- 5

mulai muncul tarekat sebagai kelanjutan dari amalan sufi sebelumnya.

Dikenalnya Tarekat Qadiriyah yang dikembangkan oelh Syaikh Abdul

Qadir di Asia Tengah yang sampai ke negara-negara luar termasuk

Indonesia.69

66

Rahmawati, Tarekat dan Perkembangannya, Al-Munzir, Vol. 7, No. 7, 2014, h. 87. 67

Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia, cet. 2,

(Jakarta: Kencana, 2005), h. 6. 68

Ibid., 69

Ibid.. h. 7.

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

27

Muh. Nasih menyampaikan bahwa di Indonesia merupakan suatu

lahan yang subur akan tarekat-tarekat sufi yang tergolong tarekat sufi yang

terkenal atau Mu’tabar atau tarekat sufi yang bersifat lokal. Beberapa

jumlah tarekat yang mendapatkan julukan Zamrud Khatulistiwa ada tujuh.

Meski banyak terkat-terkat lain, tetapi popular di Indonesia ini yaitu

tarekat: 1. Qadiriyah, 2. Rifa’iyah, 3. Naqsabandiyah, 4. Sammaniyah, 5.

Khalwatiyah, 6. Al-Haddad, 7. Khalidiyah.70

8. Relasi Rohani dengan Akhlak

a. Akhlak secara bahasa

Dalam bahasa Indonesia pertain akhlak sudah lazim digunakan

sebagai tingkah laku. Dalam makna lain akhlak disebut dengan istilah

etika Islam. Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, dari kata

khuluqun خلق yang menurut Bahasa berarti budi pekerti, perangai,

tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi

persesuaian dengan kata Khalqun yang berarti kejadian, yang juga erat

hubungannya dengan Khaliq, yang berarti pencipta, demikian pula

dengan Makhluqun yang berarti yang diciptakan.

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang

memungkinkan adanya hubungan baik antara Khaliq dangan Makhluq.

Ibnu Athir menjelaskan bahwa : “Hakikat makna Khuluq itu, ialah

gambaran batin, manusia yang tepat (yaitu jiwa dan sifat-sifatnya), sedang

khalqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit,

tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya”71

.

Imam Ghazali mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut :

70

Muh. Nasir, op. cit., h. 115 71

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, cet. VI, ( Bandung : CV PUSTAKA SETIA, 2014), h. 11-

12

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

28

ة اج ح ي غ من ري س ي و ة ل و ه س بي الي ع ف اخ ر دي ص ا ت ه ن ع ة خ اسي ر س ف الن ف ة ئ ي ه ن ع ة ار ب عي ق ل أل

ة ي و ور ر ك في ل إي .

“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya

timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan

pertimbangan pikiran (lebih dahulu).”

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, dalam Mu’jam Al-

Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa Akhlak adalah :

كر في ل إي ة اج حي ي ن غ مي ري و ش ا ي ن ر مي ال عم ا خ انه ع ر دي ص ا ت نه ع ة ح اسي ر سي ف لن ا ال ح

ة ي ؤ ر و

Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-

macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.72

Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan diatas,

Dr. M Abdullah Dirroz, mengemukakan definisi Akhlak sebagai berikut :

“ akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,

kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan

pada pemilihan pihak yang benar (salam hal akhlak yang baik) atau pihak

yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat”.73

b. Menurut Istilah

Setiap usaha yang dilakukan secara sadar oleh manusia, pasti tidak

lepas dari tujuan, begitu juga halnya dengan tujuan pendidikan akhlak

bahwa yang akan dicapai dalam pendidikan akhlak tidak berbeda dengan

72

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : PTRajaGrafindo Persada, 2008), h. 4. 73

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, h. 14.

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

29

tujuan pendidikan Islam itu sendiri. Tujuan tertinggi agama dan akhlak

ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, kesempurnaan jiwa bagi

individu, dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan, dan

keteguhan bagi masyarakat.

Akhlak ada yang bersumber dari agama dan ada pula yang

bersumber dari selain agama (sekuler). Secara umum, akhlak yang

bersumber dari agama akan menyangkut dua hal penting yaitu :

1) Akhlak merupakan bukti dari keyakinan seseorang kepada yang

ghaib yang merupakan pelaksanaan aturan kemasyarakatan yang

sesuai dengan tuntutan agama.

2) Sanksi dari masyarakat apabila seseorang tidak melaksanakan

perbuatan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam agama.

Agama Islam sebagai agama yang bersumber pada wahyu memiliki

seperangkat bimbingan bagi umat manusia untuk mencapai keselamatan

perjalanan hidup di dunia dan akhirat. Akhlak dalam kehidupan manusia

merupakan faktor yang sangat penting dalam Islam. Oleh karena itu,

sumber ajaran Islam tidak luput memuat akhlak sebagai sisi penting dalam

kehidupan manusia. Dalam Islam telah nyata-nyata diterangkan secara

jelas bahwa akhlak pada hakikatnya bersumber pada Al-Qur’an dan

Sunnah.74

Abu Hamid Yunus mengartikan akhlak secara sederhana dengan

sifat-sifat manusia yang terdidik. Kemudian, ilmu akhlak didefinisikannya

sebagai ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan bagaimana cara

mengikutinya hingga jiwa seseorang terisi dengannya dan tentang

keburukan serta bagaimana pula cara menghindarinya sehingga jiwa

kosong dari keburukan tersebut. Menurut Ibrahim Anis yang di kutip oleh

Damanhuri, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang

74

Eko Setiawan, 2017 “Jurnal Kependidikan: Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif

Imam Al Ghazali”, vol. 5 no. 1 2017 h. 53

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

30

melahirkan bermacam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa

membutuhkan pertimbangan.75

c. Tujuan Akhlak

Menurut imam Ghazali tujuan akhlak adalah terbentuknya sikap

batin yang mendorong munculnya keutamaan jiwa, kebahagiaan yang

hakiki. Dikatakan kebahagiaan yang hakiki karena akhlak merupakan

pusat yang menjadi dasar penilaian keutamaan pada manusia. Keutamaan

jiwa menjadi salah satu jalan ketenangan batin manusia sehingga tercapai

tujuan hidup yang sebenarnya. Kemudian yang menjadi landasan akhlak

yang dijelaskannya ialah Al-Qur’an dan Hadis.

Selanjutnya pendidikan akhlak menurut Al-Ghazali adalah

mendekatkan diri kepada Allah Swt., selain itu juga sebagai tujuan akhir

yang akan dicapai oleh manusia. Membersihkan diri (Tazkiyatun an-Nafs),

terbiasa selalu berbuat kebaikan dengan akhlak yang kaamil (sempurna),

ma’rifah, dengan kata lain ia selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.,

untuk mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat.76

d. Pembagian Akhlak

Dalam ajaran Islam terbagi dalam kitreria tertentu, sejalan dengan

pendapatnya Abdurrauf As-Singkili yang di kutip oleh Damanhuri dalam

bukunya Akhlak perspektif tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili, secara

garis besarnya akhlak terbagi kepada baik dan buruk. Dalam menentukan

suatu perbuatan apakah dipandang baik atau buruk, sedangkan orang

dihadapkan dengan berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tidak,

ukurannya adalah :

Pertama, ukuran sebuah tindakan moralitas adalah melihat akibat

yang ditimbulkannya. Jika baik maka tindakan itu adalah benar, jika

75

Damanhuri, Akhlak : Perspektif tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili, (Jakarta :

Lectura Press, 2013), h. 29-30 76

Syamsul Rizal Mz, Jurnal Pendidikan Islam : “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf”.

Vol. 07. No. 1. h. 78-79

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

31

sebaliknya maka itu dianggap salah. Kedua, sifat perbuatan itu berguna

dan bernilai untuk diri sendiri. Ketiga, perbuatan yang dilakukan berguna

untuk menunjang kebahagiaan. Keempat, berakibatkan mendatangkan

kebaikan.77

Sesungguhnya akhlak-akhlak islami memiliki beberapa

karakteristik dan keistimewaan yang membedakannya dari sistem akhlak

lainnya. Diantaranya :

1) Rabbaniyah atau Akhlak terhadap Allah

Rabbaniyyah yang dimaksud yaitu meliputi Rabbaniyah dari sisi

tujuan akhirnya (Rabbaniyah al-ghoyah) dan Rabbaniyah dari sisi

sumbernya (Rabbaniyah al-masdar). Rabbaniyah al-ghoyah

maknanya adalah Islam menjadikan tujuan akhir dan sasaran

terjauh yang hendak dijangkau oleh manusia adalah terjaganya

hubungan yang berhasil menggapai Ridho Allah. Ini merupakan

tujuan akhir yang digariskan Islam sehingga semua usaha dan kerja

keras manusia serta puncak cita-citanya adalah bagaimana manusia

berhasil mendapatkan ridha Allah. Sejalan dengan firmannya Q.S.

An-Najm ayat 42 yang berbunyi:78

ت هى (42)وأن إيل ربيك المن

“Dan Bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan segala

sesuatu”79

Adapun Rabbaniyah al-masdar maknanya adalah konsep

yang telah ditetapkan Islam guna mencapai tujuan akhir tersebut

ialah konsep yang Rabbani karena sumbernya adalah wahyu Allah

kepada penutup para rasul-Nya, Muhammad Saw. konsep ini tidak

lahir dari rekayasa maupun ambisi individu, keluarga maupun

golongan, partai dan lain sebagainya. Tetapi murni datang dari

77

Damanhuri, Akhlak : Perspektif tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili. h. 197 78

Ibrahim Bafadhol, 2017 “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam”. Jurnal

pendidikan islam. Vol. 06. No. 12, h. 47. 79

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 527

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

32

kehendak Allah yang menjadikannya hidayah atau nur, atau

penjelas, kabar gembira, serta rahmat bagi seluruh hamba-Nya.

Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 174 yang

berbunyi :80

نا م نوراا مبيي (174)يي ها الناس قد جاءكم ب رهان مين ربيكم وأن زلنا إيليهي

“Wahai manusia, sesungguhnya telah dating kepadamu

bukti kebenaran dari Tuhanmu (yaitu Muhammad Saw. dan

mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya

yang terang benderang (Al-Qur’an)”81

2) Insaniyah (Manusiawi)

Akhlak dalam islam memiliki sebuah risalah atau misi yang

sangat penting yaitu kemerdekaan manusia, membahagiakan,

menghormati dan memuliakan manusia. Risalah yang Insaniyah

tersebut diturunkan untuk manusia, sebagai pedoman hidup

manusia, untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dan selaras

dengan fitrah manusia. Menurut Abdurrauf apa yang hendak

dikerjakan harus dibarengi dengan kesucian batin, dengan hidup

qana’ah dan iffah serta berkorban.

Menurut Abdurauf bahwa teori Rabbaniyah dan Insaniyah

pada dasarnya akal dan wahyu tidak dapat dipisahkan. Dengan

menggunakan akal, manusia akan sampai kepada pengetahuan

ketuhanan yang menciptakan alam semesta. Sedangkan penciptaan

alam semesta dan planet-planetnya adalah suatu tanda dari

kkebesaran Allah SWT. satu sisi manusia mengakui keagungan

Allah, dipihak lain manusia tersebut sadar akan dirinya sebagai

hamba-Nya.82

3) Shumuliyah (Mencakup Semua Isi Kehidupan)

80

Ibrahim Bafadhol, 2017 “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam”, h. 48. 81

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 105 82

Damanhuri, Akhlak : Perspektif tasawuf Syeikh Abdurrauf As-Singkili. h. 190

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

33

Teori Syumuliyah berarti universal, meliputi zaman,

eksistensi dalam kehidupan manusia. Islam adalah risalah yang

shumul berbicara kepada seluruh umat, suku, bangsa dan semua

status sosial. Agama Islam benar-benar merupakan hidayah Allah

SWT. bagi segenap manusia dan seluruh alam, rahmat bagi seluruh

hamba-Nya secara menyeluruh. Dalam hal inilah yang telah

ditegaskan oleh al-Qur'an sejak periode Mekkah. Q.S. al-Anbiya’

ayat 107 :

(107)وما أرسلنك إيلا رحمةا ليلعالميي

“ Dan tidak Kami mengutus engkau wahai Muhammad melainkan

untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam “83

Berkaitan dengan teori shumuliyah ini yang di kemukakan

oleh Dmanhuri yang dikutip dari Abdurrauf membaginya kepada

beberapa bagian yaitu : akhlak berkaitan dengan diri, berkaitan

keluarga, berkaitan dengan masyarakat, berkaitan dengan makhluk,

berkaitan dengan alam macro bahkan berhubungan dengan Khaliq.

4) Wasathiyah (Bersikap Pertengahan)

Wasathiyah (sikap pertengahan) atau ungkapan lain

tawazun (berkeseimbangan) yang dimaksud sikap pertengahan

disini yaitu keseimbangan yang saling bertolak belakang. Seimbang

dlam arti tidak lebih berat ke satu sisi dan mengabaikan sisi yang

lainnya. Pertengahan dalam islam maknanya memberikan kepada

masing-masing aspek haknya yang sesuai dengan porsinya, tanpa

ada unsur berlebihan atau mengurangi, dan juga tanpa

mengabaikan hak-hak yang lainnya. Aspek tersebut mendapatkan

perhatian dan haknya dalam islam secara adil, proporsional,

harmonis dan tidak sampai melampaui batasnya.84

83

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 331 84

Ibrahim Bafadhol, 2017 “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam”, h. 53.

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

34

Hal ini selaras dengan yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala

dalam firman-Nya Q.S. Ar-Rahman ayat 78 yang berbunyi :

ي زان والسماء رف عها ووضع المي ي زان ألا , تطغوا في المي

“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakan mizan

(keadilan). Agar engkau tidak melampaui batas tentang mizan

itu”85

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam pemenuhan kebutuhan peneliti dalam pengumpulan data-data

yang sejalan dengan Nilai-Nilai Pendidikan Rohani dalam buku Mistik dan

Makrifat Sunan Kalijaga, peneliti menemukan hasil penelitian yang serupa,

seperti :

1. Supriyanto, Dosen jurusan Hukum Islam (Syari’ah) STAIN Purwokerto,

menulis jurnal yang berjudul “Dakwah Sinkretis Sunan Kalijaga”,

dengan ISSN: 1978-1261. Hasil dari penelitian yang dilakukannya

terdapat model dakwah sunan kalijaga yang sinkretis atau menyesuaian

dakwah dengan kultur yang ada. Didalamnya banyak nilai pendidikan,

salah satunya pendidikan akhlak melalui tokoh wayang. Maka dari itu,

Penyelenggaraan pendidikan akhlak melalui dakwah sinkretis atau

penyesuian kultur dari sunan kalijaga sangat efektif kepada masyarakat

terutama kalangan suku Jawa dan masyarakat datang dengan perasaan

suka cita tanpa ada paksaan.

2. Siti Muawanah dari menulis sebuah jurnal yang berjudul “Penjamasan

Pusaka Sunan Kalijaga”. Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam

jurnalnya yaitu mengenai model penyebaran ajaran islam yang mencakup

perilaku secara adat yang dialihkan bernuansa ajaran islam berupa akhlak

tepatnya menggunakan skulturasi budaya dalam dakwahnya sunan

kalijaga. Mengingat begitu pentingnya akhlak untuk diterapkan dalam

85

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 547.

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

35

kehidupan sehari-hari dan demi kesadaran manusia yang bisa

memanusiakan manusia dengan tetap menjaga kelestarian budaya yang

ada.

3. Budi Sulistiono, Gubes dan Dosen Fakultas Adab dan Tarbiyah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta menulis sebuah makalah tulisan berjudul

“Walisongo Dalam Pentas Sejarah Nusantara”, yang di sampaikan

dalam acara kajian Walisongo diselenggarakan oleh Universitas

Teknologi Mara Sarawak, di Quds Royal Surabaya. Berisi mengenai

peran walisongo dalam sejarah penyebaran agama islam di nusantara

melalui budaya dan lembaga lembaga pendidikan berupa pesantren serta

biografi walisongo tersebut. Walisongo atau wali sembilan sangat besar

peranannya dalam rangka dakwah penyebaran islam di Nusantara melalui

akhlak kepribadian maupun melalui pondok-pondok pesantren yang

didirikan di masrakat yang di singgahinya.

4. Miftakhurrahman Hafidz, Sutjitro, Kayan Swastika, Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember (UNEJ) menulis

sebuah artikel ilmiah mahasiswa yang berjudul “Peranan Sunan Kalijaga

Dalam Islamisasi di Jawa Tahun 1470-1580”. Kesimpulan tulisan ini

ialah Raden Syahid sebelum jadi Wali adalah seorang penyamun,

perampok, dan di bagikan ke rakyat kecil daerah Tuban yang merupakan

daerah kepemimpinan ayahnya yaitu Tumenggung Wilatikta. Dakwah

Sunan Kalijaga memberikan makna piker bahwa Islam dianggap sebagai

sebagai system kebudayaan, hal ini diartikan sebagai kontruksi sosial

yang menganggap islam sebagai hasil dari prosukdi dan reproduksi

manusia. Kontruksi sosial terkait dengan sistem pengetahuan atau

refleksi dan pengetahuan kesadaran yang melibatkan seperangkat

pengalaman manusia didalam kaitannya dengan dunia sosio-kulturalnya.

5. Dimas Indianto S, mahasiswa S2 Konsentrasi Pendidikan Agama Islam

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta meneliti dalam bentuk Tesis yang

berjudul “Pendidikan Karakter Menurut Sunan Kalijaga”, kesimpulan

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

36

dari penelitian tersebuat ialah kisah hidup dan laku prihatin sejak kecil

hingga wafatnya Sunan Kalijaga banyak pembelajaran yang dapat

dicontoh oleh generasi bangsa. Adanya akulturasi budaya serta

perkembangan teknologi informasi pada masa kini, mengharuskan

generasi muda untuk tidak mudah terpengaruh arus kea rah yang

negative. Karakter yang dimiliki Sunan Kalijaga sangat relevan untuk

menghadapi akulturasi budaya yang tengah ada. Dengan penanaman

karakter seperti seperti Sunan Kalijaga dalam berbagai bidang.

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

37

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek dan waktu penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Nilai-Nilai Pendidikan Rohani Yang

Terdapat Pada Buku Mistik Dan Makrifat Sunan Kalijaga. Waktu dalam

penelitian disini yaitu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka

mengumpulkan data berupa literatur yang terkait dengan objek yang diteliti.

Penelitian ini dimulai pada awal bulan Maret 2019.

B. Metode penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kajian pustaka

(library research). Dalam penelitian kajian pustaka, penggunaan kajian

pustaka bukan hanya berfungsi sebagai pendalaman informasi terkait hasil

penelitian relevan yang terdahulu, memperdalam kajian teoritis, atau

menyesuaikan metodologi, dalam menyiapkan kerangka awal penelitian dan

atau proposal penelitian. Kajian pustaka dalam penelitian ini juga berfungsi

untuk memperoleh data penelitian itu sendiri. Jadi, secara ringkas kegiatan

penelitian kajian pustaka hanya terbatas pada koleksi buku dan sumber lainnya

yang ada di perpustakaan saja, tidak membutuhkan penelitian lapangan (field

research).86

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan gejala-gejala, fakta-fakta, maupun kejadian-

kejadian, secara terperinci dan akurat, yang berhubungan dengan sifat-sifat

populasi ataupun suatu daerah. Dalam penelitian deskriptif, kegiatan

86

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008), Cet. I, h. 1-2.

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

38

penelitian cenderung tidak perlu mencari atau menjelaskan hubungan dan

tidak perlu menguji hipotesis.87

Adapun teknik pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian ini

adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi

adalah mengumpulkan data terkait hal-hal atau variabel berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda,

dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan data yang

lain, teknik ini tidak begtiu sulit, jadi jika terjadi kekeliruan, sumber datanya

masih tetap dan tidak berubah, karena metode dokumentasi yang diamati

adalah benda mati dan bukan benda hidup.88

C. Fokus Penelitian

Dalam penelitian disini, yaitu penelitian yang fokus pada Nilai-Nilai

Pendidikan Rohani yang terdapat di Buku Mistik dan Makrifat Sunan

Kalijaga. Nilai-nilai pendidikan rohani disini yaitu nilai-nilai yang bersifsat

dasar serta universal. Nilai yang mencakup mengenali diri dalam rangka

menumbuhkan potensi diri dan mengembangkan potensi rohani untuk

mencapai derajat yang lebih baik.

Berdasarkan beberapa referensi mengenai pendidikan rohani, nilai-

nilai yang terdapat pada pembahasan tersebut bisa diamalkan oleh semua

kalangan khusunya remaja yang belum terawat serta terdidik jiwanya sesuai

fitrah seorang manusia. Karena dirasa pentingnya akan kebutuhan pendidikan

rohani maka Nilai-nilai pendidikan akan dikaji secara rinci dalam penelitian

ini juga terpusat pada buku Mistik Dan Makrifat Sunan Kalijaga oleh Achmad

Chodjim.

87

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. II, h. 47. 88

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2013), h. 274.

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

39

D. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dalam kegiatan penelitian dapat dijabarkan sebagai

berikut:

1. Peneliti perlu mengumpulkan informasi tentang subjek biografi

2. Peneliti perlu memiliki suatu pemahaman yang jelas tentang materi

historis, kontekstual untuk menempatkan subjek di dalam kecenderungan

yang lebih luas dalam masyarakat atau dalam budaya.

3. Melihat secara tujuan untuk menentukan cerita-cerita khusus,

kecenderungan, atau sudut yang bekerja dalam penulisan sebuah biografi

dan untuk mengungkapkan “figure di balik layar” yang dapat menjelaskan

berbagai konteks yang dibidik dari suatu kehidupan.

4. Penulis menggunakan suatu pendekatan interpretif, perlu mampu

membawa dirinya ke dalam naratif dan mengakui pendiriannya.89

Kajian pustaka disini, memerlukan adanya sumber data berupa buku-buku

yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Sumber data adalah subjek dari mana

data diperoleh sesuai jenis penelitian dan teknik pengumpulan datanya. Jika

peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara, maka sumber datanya disebut

responden, yakni orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti baik

berupa tulisan atau lisan. Jika peneliti menggunakan teknik observasi, maka

sumber datanya berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Sedangkan jika peneliti

menggunakan teknik dokumentasi, maka sumber datanya adalah dokumen atau

catatan.90

Sumber data pada penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber

data sekunder. Sumber data primer antara lain adalah buku Mistik dan Makrifat

Sunan Kalijaga oleh Achmad Chodjim. Adapun sumber data sekunder, adalah

sumber data pendamping yang digunakan sebagai sumber data pendukung.

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, baik buku yang

89

Emzir, Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.

29. 90

Suharsimi Arikunto, Ibid., h. 172.

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

40

berbahasa Indonesia maupun buku berbahasa asing, surat kabar, majalah, atau

sumber lainnya yang relevan dengan judul penelitian ini.

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

41

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Penulis buku

1. Achmad Chodjim

Achmad Chodjim seorang yang lahir pada tahun 1953, yang hidup

dan tumbuh dari lingkungan agraris, tradisional islami. Dalam perjalanan

belajarnya ia di asuh oleh paman dai pihak ibunya. Tidak hanyha sekolah

formal yang ia tempuh, tetapi juga menjadi santri di salah satu pondok

pesantran di Jombang, Jawa Timur, pondok modern Darussalam, Gontor.

Dari latar pendidikan tersebut tidak heran ia masih terus berjalan menggali

ilmu-ilmu agama.91

Pada Tahun 1974 ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah

Pertanian Menengah Atas di Malang. Semasa belajarnya ia tetap belajar

ilmu agama kepada K.H Achmad Chair, yang pada saat itu adalah seorang

ketua rohani Islam di Korem Angkatan Darat di Malang. Disebutkan juga

Achmad Chodjim belajar ilmu tafsir serta ilmu hadis kepada mubalig

nasional Muhammadiyah.92

Disebutkan juga bahwa melalui guru-guru

tersebut achmad chodjim mempelajari ilmu tafsir serta hadist.

Dari para gurunya tersebut Achmad Chodjim semakin terdorong

belajar ilmu alat khususnya bahasa Arab. Ilmu alat seperti nahwu sorof

balaghah mantiq yang digunakan untuk mengkaji kitab-kitab klasik pada

perkumpulan yang dikenalkan oleh para gurunya. Pada Tahun berikutnya

beliau menyelesaikan gelar sarjana serta Magister Manajemen di Jakarta.

91

Irwan, “Apresiasi Spiritual Q.S Al-Fatihah; Survei Profil Karya-karya Jalaluddin

Rakhmat, Anand Krishna dan Ahmad Chodjim,” (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 37. 92

Ibid., h. 37.

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

42

Disamping itu beliau juga membuka majelis ta’lim untuk pengajian

diantara karyawan tempat kerjanya.93

2. Karya-karya Achmad Chodjim

Diantara beberapa karya intelektual Achmad Chodjim antara lain :

buku Alfatihah, Islam Esoteris: Kemuliaan Dan Keindahannya, Syekh Siti

Jenar: Makna Kematian. Annas: Segarkan Jiwa Dengan Surah Manusia,

Al-Alaq: Sembuh Penyakit Batin Dengan Surah Subuh, Al-Ikhlas:

Bersihkan Iman Dengan Surah Kemurnian, Membangun Surge:

Bagaimana Hidup Damai Di Bumi Agar Damai Pula Di Akhirat, rahasia

sepuluh malam, Meaningful Life, Menerapkan Keajaiban Surah Yasin

dalam Kehidupan sehari-hari.

B. Perjalanan Hidup Sunan Kalijaga

1. Latar belakang Keluarga Sunan Kalijaga

Raden Syahid yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga yang selama ini

kita kenal ternyata memang benar beliau ialah putra seorang raja

Kadipaten. Saden Syahid merupakan putra Bupati Tuban yang bernama

Tumenggung Wilatikta putra dari Aria Teja, yang nama aslinya

Abdurrahman seorang keturunan Arab yang menikah dengan putri Adipati

Dikara. Saat menggatikan sebagai Adipati Tuban Abdurrahman dikenal

sebagai Aria Teja. Jelas disebutkan oleh Agus Sunyoto dalam bukunya

Atlas Walisongo yang di ambil dari babad Tuban menyatakan bahwa

Sunan Kalijaga adalah Keturunan arab yaitu garis dari Abdul Muthalib.94

Penulis mempunyai pemahaman bahwa Raden Syahid merupakan

seorang yang bernasab baik dari keluarga yang baik, akan tetapi karena

keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan serta bertolak belakang

93

Ibid., h. 38. 94

Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, cet. 1, (Tangerang Selatan : Pustaka IIMaN, 2016), h.

258.

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

43

dengan kehendak, bisa dikatakan hubungan Raden Syahid dengan keluarga

yang kurang harmonis. Zainal Abidin bin Syamsuddin menyatakan bahwa

Raden Syahid meskipun keturunan bangsawan beliau tetap lebih memilih

hidup bebas dari kebangsawanannya. Seperti halnya bergaul dengan para

mayarakat. Semua itu merupakan bukti bagi penulis bahwa lingkungan

luar lebih disukai disbanding keluarganya.95

2. Masa Muda Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga lahir ketika keadaan Majapahit mulai surut. Sunan

kalijaga lahir bernama Raden Syahid atau Said. Keadaan surut yang

dimaksud yaitu biaya upeti kadipaten kepada kerajaan pusat sangatlah

tinggi, dan keadaan tersebut menjadi salah satu faktor keprihatinan hidup

Raden Syahid sampai masa remaja. Saat datang kemarau panjang keadaan

Raden Syahid semakin merasa prihatin kepada keadaan masyarakat.

Sampai apada akhirnya Raden Syahid memberanikan diri bertanya kepada

ayahandanya mengenai kenapa masyarakat yang hidup sengsara makin

dibuat menderita dengan upeti yang sangat tinggi. Mendengar pertanyaan

dari Raden Syahid tersebut ayahandanya merasa sedikit malu, tapi apa

boleh dibuat sedangkan ayahnya hanya sebagai Raja kadipaten.96

Karena keadaan yang semakin menjadi lebih prihatin, sampai

akhirnya Raden Syahid memilih menjadi seorang pencuri, seperti

membongkar gudang kerajaan dan mengambil bahan persediaan makanan

yang kemudian di bagi-bagi kepada masyarakat secara sembunyi-

sembunyi. Para masyrakat yang menerima makanan tersebut pun tidak

mengetahui siapa yang telah memberikan makanan di rumahnya.

Bagaimanapun caranya Raden Syahid dalam mencuri secara diam-diam

tetap saja tidak lepas dari intaian para penjaga keamanan kadipaten,

sampai pada akhirnya, para penjaga menangkap basah aksinya Raden

95 Zainal Abidin bin Syamsuddin, Op., Cit., h. 296. 96

Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, cet. 1, (Jakarta : PT Serambi

Ilmu Semesta, 2003), h. 8

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

44

Syahid kemudian di bawa dihadapan ayahandanya Adipati Tumwnggung

Wilatikta.97

Karena merasa sangat malu oleh perbuatan Raden Syahid tersebut

Raden Syahid diusir dari istana kadipaten, uniknya diusirnya Raden

Syahid oleh ayahnya tersebut tidak membuat raden Syahid merasa jera.

Bisa dikatakan pengusiran tersebut membuat Raden syahid menjadi

perampok serta pembegal terhadap orang-orang kaya di Kadipaten Tuban

namun hasilnya tetap dibagikan kepada mayrakat yang menderita.

Bagaimanapun itu Raden Syahid tetap tertangkap lagi. Sampai akhirnya

Raden Syahid diusir dari wilayah Kadipaten, tidak jelas pergi kesana

kemari Raden Syahid masih belum sadar akan kesalahannya dan tetap

melanjutkan perbuatannya sebagai seorang pencuri.98

3. Awal kesadaran untuk memilih jalan yang benar

Dari sekian peristiwa yang membuat Raden Syahid diusir dan

diasingkan dari Kadipaten, sampai Raden Syahid pergi ke sutau Hutan

yang bernama Jati Wangi bertemu dengan seorang laki-laki tua yang

bernama Sunan Bonang. Tanpa berpikir siapa lelaki tua tersebut, Raden

Syahid melancarkan rencananya untuk merampok lelaki tua tersebut.

Dengan kepandaiannya dalam ilmu bela diri, lelaki tua tersebut dibuat

kalah oleh Raden Syahid. Lelaki tua tersebut diminta menyerahkan bekal

yang dibawanya, serta tongkat emas yang dibawa oleh lelaki tua tersebut,

sambil mengutarakan tujuannya merampok untuk menolong orang-orang

miskin. Dari pertemuannya dengan lelaki tua yang ternyata Sunan Bonang

itulah yang membuat Raden Syahid tercerahkan hidupnya. Sampai

akhirnya disadarkan bahwa perbuatan mencuri merampok membegal

merupakan salah yang salah meskipun tujuan akhirnya mulia. Tumbuhnya

rasa bersalah tersebut merupakan awal dari Raden Syahid berniat berguru

97

Ibid., h. 8-9. 98

Achmad Chodjim, Ibid., h. 9

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

45

spiritual untuk pertama kalinya kepada Sunan Bonang yang kemudian

Sunan Bonang menerima Raden Syahid sebgai Murid Spiritualnya.99

Dalam proses berguru kepada Sunan Bonang Raden Syahid

diperintahkan untuk menunggu di tepi sungai sampai Sunan Bonang

kembali kepada Raden Syahid. Menunggunya Raden Sayhid di tepi sungai

dengan setia serta kepatuhan dalam ajaran makrifat. Sikap tunduk terhadap

guru spiritual. Bukan teori yang diajarkan saat itu, melainkan mujahadah

dalam mencari kebenaran. Diceritakan karea saking lamanya Raden

Syahid bermeditasi serta bermujahadah di tepi sungai tersebut sampai

banyak tumbuhan yang menutupi tubuhnya. Sampai pada akhirnya Sunan

Bonang tiba untuk menemuinya yang kemudian mengajarkan ilmu-ilmu

agama dan spiritual kepada Raden Syahid tersebut. Belum cukup disitu

setelah bergutu kepada Sunan Bonang, Raden Syahid masih berguru

kepada para wali lainnya seperti Sunan Ampel serta Sunan Giri dan ke

Pasai.100

Berdasarkan pemaparan tersebut bisa ditarik benang merah bahwa

dalam melakukan perbuatan yang baik akan tetapi dilakukan dengan cara

yang buruk maka tetap bernilai buruk. Dalam hal ini Raden Syahid muda

tetap dianggap sebagai kenakalan, karena meresahkan pihak pemerintahan

Kadipaten serta aksi-aksi pembegalan, perampokan, yang disebabkan

kurang harmonisnya ikatan dengan keluarga yang menjadi salah satu

faktor beliau melakukan hal tersebut. Kesadaran diri yang membuat Raden

Syahid kembali kepada Fitrahnya yaitu untuk menjadi sebagaimana

manusia yang merawat dan menumbuh kembangkan potensi Taqwa

kepada sang Khaliq.

99

Ibid., h. 10 100

Achmad Chodjim, Ibid., h. 10

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

46

4. Tarekat Sunan Kalijaga

Dalam buku Achmad Chodjim juga menyebutkan bahwa sunan

kalijaga adalah seroang mistikus Islam dan juga jawa. Seorang sufi dan

pengamal tarekat dari bergbagai tembang dan ajarannya atau mengenai

suluk tentang dirinya sangat susah untuk digolongkan kedalam tarekat

tertentu. Kata terakat yang sisampaikannya dengan kata “tirakat”.101

Sunan

mengajarkan tarekatnya dengan caranya sendiri tarekat khas jawa yang

berupa tembang atau kidung serta dalam istilah istilah jawa.

a. Mati Sajroning Urip

Jika kita buka lagi di pembahasan perjalanan dakwah sunan

kalijaga saat berada di Dearth Patani Raden Syahid dikenal juga

sebagai tabib. Bahkan mengobati Raja Patani yang sedang sakit kulit

yang sampai akhirnya dikenal sebagai Syaikh Sa’id, Syaikh Malaya

karena pernah berguru di wilayah Malaya. Gelar Syaikh Malaya

menurut Achmad Chodjim berasal dari Bahasa Jawa dari kata “ma-

laya” yang artinya mematikan diri. Orang jawa sangat akrab dengan

istilah “Mati sajroning urip”, yaitu mati dalam hidup ini. Dengan arti

menghayati kematian dalam kehidupan akan akan membuat orang

akan merasakan hakikat hidup. Kembalinya Raden Syahid ke tanah

Jawa kemudian beliau diangkat menjadi anggota wali sanga, yaitu

Sembilan pemuka dan penyebar islam di tanah Jawa.102

Rusydie Anwar mengatakan bahwa istilah mati sak jroning urip

merupakan salah satu dari bagian tarekat Sunan Kalijaga. Bagian dari

tarekat tersebut bisa diambil makna bagaimana menjalani kematian

dalam kehidupan. Seeperti yang dipaparkan diatas bahwa Sunan

Kalijaga saat menemukan kesadaran diri dan berguru kepada para

sunan lainnya. Sunan kalijaga tetap tidak memutuskan kembali untuk

101

Ibid., h. 208. 102

Ibid., h. 11

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

47

menyandang gelar Raden di kadipaten. Penulis memahmi bahwa apa

yang dipilih Sunan Kalijaga merupakan usaha untuk memahami

hakikat kehidupan untuk memahami hakikat kematian. Hakikat

kemstian yang disebutkan yaitu mengenai bagaimana mengendalikan

hawa nafsu pada dunia dengan cara mendekatkan diri kepada yang

maha kuasa. Bila dikaji secara lebih mendalam bisa dipahami bahwa

tarekat ini bukan hanya berupa pesan untuk selalu dekat dengan Allah,

melainkan ada nilai untuk menusia agar menyiapkan diri sebelum

menghadap Allah.103

Dalam perjalannya dakwah di Tanah Jawa Sunan Kalijaga

menyebarkan agama dengan cara pendekatan kebudayaan yaitu dengan

menggunakan metode kultural yang disisipi dengan ajaran-ajaran

agama. Achmad Chodjim juga menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga

orang yang kreatif dengan menciptakan pakaian takwa, tembang-

tembang Jawa serta seni yang memperingati Maulid Nabi yang di Jawa

biasa dikenal dengan sebutan Grebeg Mulud, upara Sekaten yang

bermaksudkan Syahadatain yang dilakukan untuk mengajak orang

Jawa untuk masuk Islam, serta menciptakan wayang kulit dari bentuk

manusia menjadi kreasi yang berbentuk karikatur yang kaya akan

telaah kehidupan diri manusia. 104

Sunan Kalijaga mengajarkan kepada masyarakat tentang jati

diri manusia. Seperti halnya tembang-tembang yang berisi lantunan

doa memohon lindungan dari Allah yang dituangkan berbentuk

kidungnya. Kidung Sunan Kalijaga mengjarkan bagaimana hidup

menjadi manusia yang waspada. Bagi orang Jawa tidak asing jika

dikatakan hidup itu harus eling lan waspada. Dari kedua kata itu hanya

kata waspada yang yang mungkin terserap dalam bahasa Indonesia.

103

Rusydie Anwar, Kesaktian dna Tarekat SUnan Kalijaga, cet. 1, (Yogyakarta: Araska,

2018). H. 157. 104

Achmad Chodjim, Ibid., h. 15.

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

48

Kata eling jika di alihkan ke nahasa Indonesia bisa berarti ingat atau

sadar. Penulis memahami dari tulisan Achmad Chodjim bahwa kata

eling sebenarnya artinya lebih luas daripada ingat atau sadar. Bisa

dikatakan bahwa yang di maksud dalam kalimat tersebut ialah

bagaimana manusia harus selalu siaga dalam keadaan sadar bahwa

hidup ini penuh dengan resiko dan ancaman dan akan kemana kita

pergi di ujung kehidupan. Dari sinilah penulis sadar betul bahwa

manusia memang benar adanya sangat membutuhkan guide atau

petunjuk sebagai pegangan hidup.105

Achmad Chodjim juga menyebutkan bahwa dalam mencari

guide atau petunjuk hidup salah satunya dengan Bergama atau

keyakinan. Agama mengandung unsur kepercayaan sedangkan

kepercyaan belum tentu terbingkai agama. Unsur utama dalam

beragama yang banyak dipegang erat yaitu kepercayaan. Banyak orang

yang beragama secara status serta secara yakin akan masuk surga

sesuai dengan keyakinan yang dimilikinya daripada melakukan amal

shaleh yang dilandasi dengan keimanan. Banyak juga yang

memandang bahwa iman lebih utama dibandingkan perbuatan, padahal

salah satu buah dari agama yaitu penghayatan batin dalam

melaksanakan tingkah tersebut. Dari sinilah peran kesadaran kodrat

sebagai manusia yang kemudian mengenal diri kemudian menyadari

tujuan hidup.106

b. Meditasi

Meditasi atau semedi merupakan salah satu cara dalam

tarekatnya sunan Kalijaga. Orang jawa tidak asing dengan kata semedi

yang dapat dipahami dengan bertapa. Dalam versinya Rusydie Anwar

meditasi dalam tarekatnya sunan Kalijaga disebutkan Martapa yaitu

105 Ibid. 106

Achmad Chodjim, Ibid., h. 87-88.

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

49

tindakan menyepi atau menghindari keadaan yang bisa membuat

seorang lupa diri. Ia juga menyebutkan bahwa martapa disini

merupakan salah satu tindakan mawas diri, melakukan sikap

waspada.107

Dalam islam semedi dapat diartikan sebagai dzikir, berkhalwat

dan lain sebagainya. Disebutkan juga oleh Achmad Chodjim bahwa

semedi merupakan kata yang diserat dalam bahasa Jawa yang artinya

tunduk. Namun pada akhirnya dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai

zikir atau meditasi. Achmad Chodjim mengatakan Zikir dari kata Arab

dzikir, yang berarti ingatan atau mengingat sesuatu. Dalam khazanah

sufisme zikir berarti mengulang-ulang melantunkan atau menyebutkan

suatu kata. Terlebih lagi zikir merupakan salah satu cara untuk

mengingat Allah.108

Sejalan dengan tarekat sunan Kalijaga tersebut Akhmad Sodiq

mengatakan “zikir, berpikir dan wirid merupakan hal yang sangat

penting dalam transformasi rohani lebih lanjut”.109

Akan tetapi,

amaliyah tersebut dalam tarekat al-Ghazali yang dilaksanakan dengan

keadaan khalwah dan memperbanyak ibadah. Begitu juga dengan

meditasi yang disebutkan sebagai tarekat sunan Kalijaga yang

prakteknya menuangi pikiran serta hati dengan kata pujian terhadap

Tuhan.110

Samadi, meditasi atau dzikir merupakan salah satu cara

untuk membersihkan diri dengan banyak dzikir dan diisi dengan amal

saleh.111

107

Rusydie Anwar, op. cit. h. 133. 108

Achmad Chodjim, op. cit. h. 209. 109

Akhmad Sodiq, op. cit., h. 151 110

Achmad Chodjim, op. cit., h. 210. 111

Ibid., h. 218.

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

50

C. Tarekat Sebagai Nilai Pendidikan Rohani Oleh Sunan Kalijaga

Sebagaimana dijelaskan diatas setelah memahami, serta memaknai

pendidikan rohani dengan benar, bisa ditemui bahwa kesadaran jati diri

manusia merupakan nilai pendidikan rohani yang terdapat pada tarekat sunan

kalijaga yang penting untuk disadari pada diri seseorang sejak dini. Pada

hakikatnya, nilai-nilai pendidikan rohani yang terdapat pada buku mistik dan

makrifat Sunan Kalijaga untuk menumbuhkan potensi dalam diri untuk

merawat fitrah beragama untuk menjadi manusia yang lebih baik, kesaadaran

tersebut dapat penulis diuraikan sebagai berikut.

1. Menerima Kodrat sebagai Manusia

Berdasarkan pemaparan di atas secara garis besar penulis

memahami bahwa menerima kodrat sebagai manusia merupakan salah satu

bentuk kesadaran diri untuk menjadi manusia sejati. Karena bagaimanapun

itu kebehagiaan hidup ini tergantung sejauh mana kita menerima kodrat

kita. Dengan lapang dada suka cita kita menerima qadla dan qadar yang

terjadi pada diri kita. Penting diketahui bahwa menerima kodrat bukan

untuk bersikap pasif. Menerima kodrat dan bersikap pasi jelas dua perkara

yang berbeda.112

Menerima kodrat yang di maksudkan penulis yaitu berusaha

menghadirkan kesadaran sepenuhnya siapa, apa misi kita, serta akan

kemana diri kita. Sedangkan bertindak menjadi pasif yaitu tidak mau

berusaha sungguh-sungguh dalam menjalankan tugas hidup kita sebagai

diri manusia dan menjalankan misi kita sebagai khalifah di bumi, yang

inilah malah menyalahi kodrat.

Kodrat yang dibahas penulis yaitu kodrat dari sisi kuasanya dalam

pembentukan tingkah jasmani. Bukan kodrat yang mencakup nasib sebuah

kehidupan. Jadi berpikir bagaimana bisa kita hidup, apa misi kita dalam

112

Ibid.,

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

51

hidup. Karena bagaimanapun itu kita hidup bukan karena kehendak buta

oleh alam yang tidak jelas tujuannya. Jika kodrat diri manusia dalam sisi

jasmani untuk menyempurnakan jiwa agar sang diri manusia bisa kembali

lagi kepada fitrah-Nya.113

Sejalan dengan pemahaman tersebut Jalaluddin Rakhmat

mengatakan bahwa Al-Qur’an menyuruh kita untuk senantiasa berjalan

bahkan ia menyebutnya berlari kepada-Nya”. Dengan alasan hidup ini

terlalu singkat jika kita hanya berjalan menuju Tuhan.114

Penulis

memahami disitu terdapat makna sungguh-sungguh secara totalitas diri

manusia perlu berikhtiar untuk bisa sampai ke Allah, dan bukan malah

bersikap pasif dengan tidak menerima tau bahkan menjadikan alasan

bahwa perbuatan buruk yang dilakukan sesorang adalah merupakan takdir

Tuhan belaka.

Rusydie Anwar dalam bukunya Tarekat sunan kalijaga juga

menjelaskan bahwa salah satu tarekat sunan kalijaga yaitu dengan

menghargai diri sendiri. Jika dilihat dengan kacamata orang jawa bisa

pahami tarekat tersebut terserat dalam istilah “Marsudi Ajining Sira”.

Sejalan dengan paragraf sebelumnya, pesan penting dari tarekat ini yaitu

tidak untuk bersikap pasif dalam enerima kodrat. Melainkan untuk

menyadari bahwa dalam diri manusia mempunyai keharusan untuk

melakukan kebaikan untuk dan demi dirinya sendiri.115

2. Mengenal Diri sebagai Manusia

Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal bahwa dalam tahap

mengenal diri manusia, perlunya kesadaran diri secara penuh. Karena saat

manusia mengenal dirinya, merupakan satu langkah awal dalam

memahami hidup dan mengenali sang maha hidup. Seperti halnya

113

Ibid., h. 92-94. 114

Jalaluddin Rakhmat, Tahap-tahap perjalanan ruhani menuju Allah. Cet. 5, (Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2008), h. 69. 115

Rusydie Anwar, op. cit., h. 80.

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

52

ungkapan Imam Ghazali dijelaskan dalam kitab Kimiya’ al-Sa’adah

mengatakan bahwa “sesungguhnya kunci untuk mengenal Allah yaitu

mengenal diri sendiri”116

sebagaimana Sabda Nabi saw. yang berbunyi:

ه ب ر ف ر د ع ق ف ه س ف ن ف ر ع ن م

“Siapa yang mengenal Dirinya, ia akan mengenal Tuhannya”.

Karena bagaiamapun itu diri kitalah yang paling dekat dengan kita,

bukan yang lain. Jika seorang hanya mengenal dirinya sebagai anggota

tubuh saja, maka tidak akan sampai pada Tuhannya pemahaman

tersebut.117

Jika kita sudah paham akan asal-usul dari semua yang hidup

adalah karena adanya sang maha hidup maka kita bisa paham bahwa kita

dengan makhluk lain harus saling kenal dan menjalin suatu harmoni.

Sampai pada akhirnya kita tau serta sadar tujuan hidup kita masing-masing

tidak lain dan tidal bukan untuk menghamba kepada Allah SWT.118

Sejalan dengan yang ungkapan tersebut, Buya Hamka dalam

bukunya yang berjudul Pribadi Hebat juga mengatakan bahwa sangat

perlu kita mempelajari pribadi diri manusia. Akan tetapi, lebih penting lagi

seperti kata Socrates yang terkenal dan di kutip beliau “kenalilah dirimu,

kenalilah pribadimu sendiri”. Namun kita juga perlu sadar bahwa

mengenali diri lebih sulit dibandingkan mengenali manusia lainnya. Nabi

Muhammad saw. bersabda “berbahagialah orang yang mementingkan

memperhatikan cela diri diri sendiri sehingga tidak sempat

memperhatikan cela orang lain”.119

Sunan Kalijaga mengingatkan agar

dalam hidup ini tidak sekadar berjalan, tetapi sungguh-sungguh

memperhatikan apa yang ada disekelilingnya. Karena tanpa adanya

perhatian kepada sekeliling secara sungguh-sungguh manusia akan

116

Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali, Kimiya’ al-Sa’adah dalam majmu’at rasail al-

Imam Ghazali, (Kairo: Mktabah Taufiqiyah), h. 448. 117

Al-Ghazali., Ibid., 448. 118

Achmad Chodjim, Ibid., h. 105. 119

Hamka, Pribadi Hebat, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2014), h. 5.

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

53

kehilangan jati dirinya serta akan kehilangan orientasi hidupnya bahkan

sampai lupa kalau diri manusia itu harus bisa menemukan tujuan

Hidupnya.

Siti Khasinah dalam jurnal ilmiahnya juga mengatakan bahwa salah

satu wujud hakikat manusia yaitu kemampuan untuk menyadari diri.

Kemudian dari kemampuan mengenal dan menyadari diri tersebut

membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi fitrah yang ada

pada diri sendiri sebagai manusia. Kemampuan ini juga yang membuat

manudia terdorong mampu untuk menjadi manusia yang sempurna dengan

berbagai caranya, dan salah satunya dnegan pendidikan.120

3. Tahu Tujuan Hidup sebagai Manusia

Seperti yang telah di jelaskan di bab sebelumnya, dalam islam

manusia merupakan makhluk yang mempunyai aspek jasmani yang tidak

dapat dipisahkan dari aspek rohani selama manusia masih dalam keadaan

hidup. Manusia juga mempunyai aspek akal. Setelah manusia benar telah

memahami aspek serta potensi tersebut, manusia seharusnya sudah benar-

benar sadar akan tujuan hidupnya. Dengan menerima kodrat manusia serta

memahami jati dirinya dalam hidup ini dari sang maha hidup selanjutnya

seorang manusia harus mengetahui tujuan hidupnya.

Sunan Kalijaga menanamkan pelajaran tersebut pada kalimat yang

berupa istilah-istilah jawa yang merupakan tarekat sunan Kalijaga dalam

membina masyarakat jawa. Salah satunya yaitu siapa yang mengerti tujuan

hidupnya maka seolah-olah ia mengetahui “pagere wesi, rineksa wong

sajagad”, yang artinya pagar besi yang dijaga oleh orang seluruh dunia.

Tujuan hidup dari Sunan kalijaga jelas hanya untuk kembali kepada sang

Khaliq. Pemilihan katanya yang berbeda. Achmad Chodjim memberikan

contoh bahwa yang dimaksud Sunan Kalijaga yaitu salam tapi orang jawa

120

Siti Khasinah, Hakikat Menusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat, Jurnal Ilmiah

DIDAKTIKA, Vol. XIII, No. 2, 2013, h. 305.

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

54

pahamnya dari ajaran tersebut yaitu dengan kata ”slamet”. Selamat lahir

batin, selamat dunia akhirat.

Jika dilihat segi maknanya salam atau selamat merupakan suatu

tujuan yang ingin di tuju oleh manusia. Karena dalam keadaan itulah

manusia bisa menikmati kebahagiaan. Karena tujuan pokok dari manusia

itu sama maka manusia hidup harus saling mengenal dan untuk menjalin

sebuah harmoni dalam rangka berjalan bersama mencapai tujuan hidup. 121

Oleh karena itu manusia yang dilahirkan di dunia ini bersandingkan

hawa nafsu, kuasa nafsu maka manusia harus bisa mengenali dirinya serta

mengetahui asal usulnya. Karena tanpa mengetahui serta menyadari

adanya itu semua manusia tidak akan dapat mengenali jadi dirinya serta

lupa akan harmoni yang harus dijalankan manusia dalam hidupnya dengan

manusia lainya sarana berjalan bersama menuju ridla Allah SWT.

4. Spirit takwa Kepada Allah

Dalam perjalanan dakwah sunan kalijaga tidak hanya berdakwah

melalui lagu yang berisi doa yang terbungkus nama kidung. Namun

banyak istilah-istilah yang diserat dalam bahasa Jawa yang sebenatnya

merupakan tarekat Sunan Kalijaga mengajarkan untuk bertakwa kepada

Allah. Sejalan dengan penulis, Rusydie Anwar dalam bukunya juga

mengatakan bahwa salah satu tarekat Sunan kalijaga yaitu Marsudi Ajining

Sira yang didalamnya terdapat unsur spirit takwa.122

sebagaimana perintah

Allah SWT. kepada hamba-Nya untuk dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2

yang berbunyi:

ييي رسولاا مينهم ي ت لوا عليهيم ءايتيه وي زكييهيم وي عليمهم الكيتاب هو الذيى ب عث في اخمي واليكمة وإينكان وا مين ق بل لفيي ضلال مبيي

121

Achmad Chodjim, Ibid., h.115. 122

Rusydie Anwar., Op, cit., h. 80-81.

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

55

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang

rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada

mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan

ilmu hikmah. Dan sesungguhnya mereka benar benar dalam

kesesatan yang nyata.123

Berdasarkan ayat tersebut dapat penulis pahami bahwa manusia

yang memiliki pengetahuan akan mencapai Tuhannya, sehingga akan

menjadi orang yang takwa. Takwa yang penulis ambil dari maksud di atas

yaitu takwa yang dilandasi dengan kesadaran penuh entah melalui

perasaan cinta ataupun rasa takut. Kurang lebihnya takwa disini yaitu taat

perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Seperti yang penulis temukan

di buku dari kitab Nashaiul Ibad, mengatakan bahwa “Allah memberikan

wahyu kepada sebagian para nabi”:

عني فييما امرتك ولا ت عصيني فييما نصحتك اطي

“Taatlah Anda Kepada-Ku terhadap apa yang telah Aku

perintahkan kepadamu dan janganlah anda mendurhakai terhadap

apa yang telah Aku nasehatkan kepadamu”124

Dalam buku tersebut menjelaskan maksud kata “mendurhakai”

yaitu melalaikan yang akibatnya bisa mengancam kemaslahatan.

Sedangkan apa yang dimaksud dari ungkapan larangan tersebut ialah

untuk di jauhi karena larangan yang dilakukan akan mendatangkan

kerusakan yang mungkin akan dirasakan oleh orang lain juga. 125

Mustofa Bisri dalam bukunya yang berjudul Saleh Ritual Saleh

Sosial juga mengatakan bahwa untuk kalangan santri sangat umum

memahami takwa sebagai menjalankan segala perinta-Nya serta Menjauhi

segala larangan-Nya. Tapi dirasa sangat berat untuk dilaksanakan kerana

larangan maupun perintah sangatlah banyak terlbih lagi di perinci sperti

shalat menghadap Allah, puasa menguasai nafsu, zakat sebagai keadilan

123

Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 553. 124 Moh. Syamsi Hasan, Nasehat buat Hamba Allah, (Surabaya: Amelia, 2005), h. 34. 125 Ibid., h. 34

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

56

sosial serta haji dan lain sebagainya. Dirasa berat, beliau mengutip ayat

Al-Qur’an Surat Al-Taghabun ayat 16 yang berbunyi:

126الت قوااالله مااستطعتمف

“bertakwalha semampu kalian” (Q.S. 64: 16).

Dari situ Mustofa Bisri menyampaikan maksud kata

“semampunya” bukan “seenakya”. Semampunya tersebut merupakan

sebagai upaya niat kuat, berlatih tekun serta mengerahkan segenap

tenaga.127

Bahkan salah satu tulisannya, Nurcholis Madjid yang dikutip oleh

Rusydie Anwar mengatakan bahwa pokok dari ajaran islam yaitu takwa.

Lebih jauh lagi “Takwa pada dasarnya adalah pola hidup atau gaya hidup

yang disertai kesadaran, bahwa Allah itu hadir dan beserta kita dalam

setiap tindak tanduk dan perilaku kita”.128

Begitu pula ajaran Sunan

Kalijaga yang terserat dalam kidungnya berjudul Rumeksa Ing Wengi,

merupakan salah satu ajaran Sunan Kalijaga bermakna bahwa hanya Allah

lah satu-satunya tempat kita bergantung.

5. Pribadi yang Patuh

Salah satu tarekat Sunan Kalijaga yang terkandung dalam istilah

Jawa lainnya menurut Ruysdie Anwar yaitu Maguru yang berarti berguru.

Penulis ber pandangan Sunan kalijaga dalam tarekatnya ini banyak

dipengaruhi oleh perjalanan saat bertemu dengan Sunan Bonang. Dalam

bergurunya, Sunan Kalijaga menemukan kesadaran atas yang telah ia

lakukan selama ini merupakan perbuatan dirinya yang salah. Dalam

berguru pula Sunan Kalijaga memenukan kesadaran bahwa kebenaran

tidak bisa di tempuh dengan jalan yang salah. Sikap patuh kepada Sunan

126 Al-Qur’an terjemah kementrian agama, h. 557.

127 Mustofa Bisri, Saleh Ritual Saleh Sosial cet. 2, (Yogyakarta: DIVA Press, 2016), h. 31-

33. 128

Ibid., h. 82.

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

57

Bonang, merupakan salah satu bentuk keseriusan dalam bertaubat kepada

Allah SWT. Sampai akhirnya buah dari ilmu tersebut yaitu mengajarkan

lebih patuhlah kepada Allah untuk menjalankan amar makruf.129

Achmad Chodjim juga menyebutkan bahwa “dalam bahasa agama,

amar makruf merupakan wujud kesalehan hidup. Baik kesalehan pribadi

maupun kesalehan sosial”.130

Kesalehan yang dimaksudkan yaitu jalinan

harmoni. Disini jika syariat dikatakan sebagai disiplin hidup, maka tarekat

adalah untuk membangkitkan kesadaran serta mematangkan spiritual.

Makruf yang dimaksudkan Sunan Kalijaga yaitu suatu kearifan lokal.

129

Rusydie Anwar., Op, cit. h. 121. 130

Achmad Chodjim., Op, cit., h. 227

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dibahas pada bab

sebelumnya, dan penulis menemukan inti dari terjawabnya pertanyaan pada

rumusan masalah mengenai nilai-nilai pendidikan rohani yang terdapat pada

buku mistik dan makrifat sunan Kalijaga. Dapat diambil kesimpulan dari 2

aspek. Aspek pertama, aspek perjalan hidup sunan Kalijaga yang menyingkap

bagaimana cara menumbuh kembangkan potensi dalam diri. Serta dalam

ajaran yang disampaikannya pada nilai-nilai pendidikan rohani dalam tarekat-

tarekatnya seperti istilah-istilah jawa seperti, mati sajroning urip, martapa,

maguru serta marsudi ajining sira.

Aspek kedua, nilai-nilai pendidikan rohani dalam buku mistik dan

makrifat sunan kalijaga dilihat dari proses perjalanan hidup serta tarekat-

tarekat sunan Kalijaga. Nilai-nilai pendidikan rohani tersebut diantaranya,

yaitu: menerima kodrat sebagai manusia, mengenal diri sendiri, tahu tujuan

hidup, bertakwa, serta menjadi prinadi yang patuh.

Semua nilai pendidikan rohani pada buku tersebut khususnya bab

mengenal diri serta tarekat sunan Kalijaga tersebut merupakan nilai-nilai

rohani yang bersifat dasar dan universal. Tidak hanya teruntuk kalangan jawa

saja, namun untuk semua orang. Jadi nilai-nilai pendidikan rohani yang

terpaparkan di atas dapat diaplikasikan serta diamalkan untuk semua orang

maupun golongan yang tidak memandang suku, budaya, ras maupun keadaan

ekonomi dan lain-lainnya.

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

59

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peniliti ingin menyampaikan bahwa

penelitian ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti dari penelitian ini

berharap:

1. Bagi kaum pelajar seperti halnya peneliti, baiknya menyadari bahwa kita

sebagai diri manusia merupakan karunia Allah yang dibekali berbagai

potensi sejak lahir. Maka alangkah baiknya kita untuk sesegera mungkin

mengenali serta menyadari fitrah kita sudah tumbuh ke nilai yang bersifat

positif atau belum. Saat kita sadar maka kita dapat menimbang ibadah kita

untuk apa, pendidikan kita untuk apa saat kita masih melakukan hal-hal

yang bersifat merusak diri bahkan kualitas beragama kita.

2. Untuk para lebaga pendidikan jangan lupa senantiasa mengingatkan para

pelajar mengenai essensi diri seorang manusia dan juga tetap istiqomah

dalam mendoakan para pelajar agar menjadi harapan bangsa kedepannya.

3. Pemimpin selaku berkuasa atas keputusan dalam lingkup kependidikan.

Mohon untuk memberikan kebijakannya dalam meminimalisir dan

mengarahkan peserta didik lebih mengenal bahwa negara kita punya

tokoh-tokoh yang luar biasa. Pendidikan menjadi senjata kita dalam

melawan perkembangan zaman dan rohani sebagai spirit kita untuk

berperang dengan hal-hal negatif yang bisa mengancam masa depan

negara.

4. Untuk rakyat sebegai tokoh utama dalam negara yang sudah berjalan

dengan tanggung jawabnya masing-masing semoga istiqomah dalam

kesadaran penuh untuk menjalin sebuah harmoni antar rakyat lainnya.

Terutama untuk para orang tua jangan pernah lepaskan anak dari agama,

jangan sesekali memalingkan perhatian anda ke yang lain. Karena jika

amal kita sudah terputus anak mudalah yang jadi harapan selanjutnya.

5. Bagi para pelajar diharapkan bisa mengambil pelajaran dari penelitian ini

meski hanya sedikit. Nilai-nilai rohani yang telah dibahas merupakan salah

satu bentuk muhasabah juga dari peneliti, jadi ayo kita bersama-sama

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

60

berjalan ke jalan yang diridloi Allah swt. dari para alim, ulama, guru,

orang tua, bahkan dari teman kita sendiri. Dengan begitu kita bisa percaya

kepada harapan kita semua untuk hidup bahagia dengan jalinan harmoni

dalam negara maupun harmoni dengan Allah SWT.

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

61

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Suparlan, Mendidik Hati Membentuk Karakter, Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR, cet. I, 2015.

Abdullah Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : AMZAH,

cet. I, 2007.

TB Aat Syafaat dkk, Peranan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja,

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Daradjat Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Bulan Bintang, cet. XIV, 1993.

Sagala Syaiful, Etika Dan Moralitas Pendidikan. Jakarta: PRENAMEDIA

GROUP, Cet.I, 2013

Sutoyo Anwar, Manusia dalam perspektif Al-Qur’an. Yogyakarta: PUSTAKA

PELAJAR, cet. I, 2015.

Al-Qur’an terjemah kementrian agama.

Veithzal Rivai Zainal dkk, Manajemen Akhlak: Menuju Akhlak Alquran. Jakarta:

Salemba Diniyah, 2018.

Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat, dan Pendidikan.

Jakarta: PT Grafindo Persada, cet. II, 2012.

Thoha M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Cet. I, 1996.

Noor Syam Mohammad, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan

Pancasila. Surabaya, USAHA NASIONAL, 1986.

R. Parmono, “Konsep Nilai Menurut Max Scheler”, Staf prngajar Fakultas

Filsafat UGM dalam matakuliah Filsafat Nilai, 16 November 1993.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

62

Assegaf Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan

Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Ramayulis, Dasar-dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan.

Jakarta: Kalam Mulia, 2015.

Abdullah Yatimin, Studi AKhlak dala Perspektif al-Quran. Jakarta: Amzah, 2007.

Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam 1. Pamulang: Logos Wacana Ilmu,

1997.

Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bui Aksara, 2010.

Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Islami. Bandung: Rosda, 2012.

Purwanto Yadi, Psikologi Kepribadian Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah

Perspektif Psikologi Islami. Bandung: PT Refika Aditama, cet. II, 2011.

Hawwa Sa’id, Pendidikan Spiritual. Yogyakarta: Mira Pustaka, 2006.

A. Sunanto, Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2015.

Romlah, Ilmu Pendidikan Islam. Bandar Lampung: Fakta Press, 2009.

M. Shodiq, Kamus Istilah Islam. Jakarta : C.V. Sientarama, 1998.

Mahmud Abdul Halim, Pendidikan Ruhani. Jakarta : Gema Insani Press, 2000.

Hady M. Samsul, Islam Spiritual Cetak Biru Keserasian Eksistensi. Malang: UIN-

Malang Press, 2007.

Sodiq Akhmad, Prophetic Caracter Building. Jakarta: Kencana, cet. 1, 2018.

H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Nasution Harun, Pendidikan Agama dalam Perspektif Agama-Agama. Jakarta:

konsorsium Pendidikan Agama, 1995.

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

63

Raharjo Dawan, Insan Kamil: Konsepsi Manusia menurut Islam. Jakarta: Pustaka

Grafiti Press, 1987.

Mulyati Sri, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia.

Jakarta: Kencana, cet. 2, 2005.

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, cet. VI 2014.

Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008.

Zed Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

Cet. I, 2008.

Zuriah Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 2007.

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta, 2013.

Emzir, Analisis Data Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers,

2010.

Sunyoto Agus, Atlas Walisongo. Tangerang Selatan : Pustaka IIMaN, cet. I, 2016.

Chodjim Achmad, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga. Jakarta : PT Serambi

Ilmu Semesta, cet. I, 2003

Anwar Rusydie, Kesaktian dna Tarekat SUnan Kalijaga. Yogyakarta: Araska,

cet. I, 2018.

Rakhmat Jalaluddin, Tahap-tahap perjalanan ruhani menuju Allah. Bandung: PT

Mizan Pustaka, Cet. V, 2008.

Al-Ghazali Abu Hamid, Kimiya’ al-Sa’adah dalam majmu’at rasail al-Imam

Ghazali. Kairo: Mktabah Taufiqiyah.

Hamka, Pribadi Hebat. Jakarta: Gema Insani, cet. I, 2014.

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

64

Hasan Moh. Syamsi, Nasehat buat Hamba Allah. Surabaya: Amelia, 2005.

Bisri Mustofa, Saleh Ritual Saleh Sosial. Yogyakarta: DIVA Press, cet. II, 2016.

Jurnal

Siti Khasinah, Hakikat Menusia Menurut Pandangan Islam Dan Barat, Jurnal

Ilmiah DIDAKTIKA, Vol. XIII, No. 2, 2013.

Syamsul Rizal Mz, Jurnal Pendidikan Islam : “Akhlak Islami Perspektif Ulama

Salaf”. Vol. 07. No. 1.

Ibrahim Bafadhol, 2017 “Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam”. Jurnal

pendidikan islam. Vol. 06. No. 12.

M. Akmansyah, Tujuan Pendidikan Rohani dalam Perspektif Pendidikan Sufistik,

Ijtima’iyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat, Vol. 9, 2016.

Ahmad Khoirul Fata, Tarekat: Jurnal Al-Ulum, Vol. 11, no. 2, 2011.

Muh. Nasir, Perkembangan Tarekat dalam Lintasan Sejarah Islam Indonesia,

Jurnal Adabiyah, Vol. 11, no. 1, 2011.

Rahmawati, Tarekat dan Perkembangannya, Al-Munzir, Vol. 7, No. 7, 2014.

M. Akmansyah. “Tujuan Pendidikan Rohani dalam Perspektif Pendidikan

Sufistik”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Ijtima’iyya, Vol. 9,

2016.

Irwan, “Apresiasi Spiritual Q.S Al-Fatihah; Survei Profil Karya-karya Jalaluddin

Rakhmat, Anand Krishna dan Ahmad Chodjim,” (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).

M. Amir Langko, “Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam”, Jurnal

expose,Vol. XXIII, 2014.

Tirmidzi, “Pendidikan Rohani dalam Al-Qur’an”, Fitrah Jurnal Kajian Ilmu-ilmu

Keislam. Vol. 02, 2016.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

65

Fahrudin. “Tasawuf Upaya Tazkiyatun Nafsi Sebagai Jalan Mendekatkan Diri

Kepada Tuhan”, Jurnal Pendidikan Islam-Ta’lim. Vol. 12, 2014.

M. Amir Langko, “Metode Pendidikan Rohani Menurut Agama Islam”, Jurnal

expose,Vol. XXIII, 2014.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Bekti Taufiq Ari Nugroho dan Mustaidah, Identifikasi Nilai-nilai Pendidikan

Islam dalam Pemberdayaan Masyarakat pada PNPM Mandiri, Jurnal

Penelitian, Vol. 11, No. 1, 2017.

Saryono, “Konsep Fitrah dalam perspektif islam”, Te- Jurnal Studi Islam, vol. 14,

no. 2, 2016.

La Ode Gusal, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara

Karya La Ode Sidu”, Jurnal Humanika, Vol. 3, 2015.

Makmudi ,dkk, “ Pendidikan Jiwa Perspektif Ibn Qayyim Al-Jauziyyah”,

Ta’dibuna, Vol. 7, 2018.

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

67

Lampiran 1: Surat Bimbingan Skripsi

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

68

Lampiran 2: Surat Pernyataan Jurusan

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ROHANI DALAM BUKU MISTIK DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · 2. Drs. Abdul Haris, M.Ag., sebagai Ketua Jurusan PAI. Serta Drs. Rusdi

69

Lampiran 3: Biografi Penulis

PROFIL PENULIS

Indra Maulana, Lahir di Demak, Kamis, 17

Agustus 1995. Anak bungsu dari 4 bersaudara

yang lahir dari kebahagiaan pasangan suami

istri, Ibu Rubai’ah dan Bapak Suparman.

Berasal dari keluarga sederhana, yang

dijadikannya motivasi untuk terus menuntut

ilmu sampai akhir hayat. Mulai dari tenaga

pikiran serta doa yang tercurahkan dari orang

tua, indra menekuni sekolah mulai dari

pendidikan formal maupun pendidikan non

formal berupa pondok pesantren dan kajian lainnya diberbagai tempat. Mulai dari

belajar dirumah, lanjut tingkatan TK dan TPQ di lingkungan rumah, dilanjutkan

sekolah dasar SDN Pasir 1 dibarengi dengan sekolah sore Madrasah Diniyah,

kemudian lanjut ke jenjang Madrasah Tsanawiyyah Al-Hikmah oleh yayasan

Yaismah dan masih berlanjut sekolah sorenya, kemudian mondok di Pesantren

daerah Pecangaan Jepara, tentunya masih melanjutkan pendidikan formalnya pada

pendidikan menengah atas di lingkungan pesantren tersebut, tepatnya di bawah

lembaga pendidikan oleh yayasan Walisongo Jepara.

Setelah selesai pendidikan formal dan masih mengabdikan dirinya di

pesantren Jepara, tahun 2015 penulis melanjutkan jenjang pendidikannya ke

Perguruan Tinggi dengan Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama menjalani

masa kuliah, penulis juga banyak menimba ilmu di pondok Daruts Tsaqofah

Bogor, dan juga mengabdikan dirinya di Lembaga pendidikan Al-Quran Masjid

Fathullah UIN Syarif Hidayatullah sebagai tenaga pendidik. Karena menurut

penulis, ilmu yang sudah di raih pada masa sebelumnya harus tetap bermanfaat

untuk masyrakat, meskipun hanya itu yang penulis bisa.