nilai - nilai budaya dalam cerita rakyat putri lopian

70
NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN: TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI 140701062 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:

TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH

NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI

140701062

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

LEMBAR PERNYATAAN

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:

TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA

OLEH

NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI

140701062

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi.

Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan dituliskan di

dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2018

Penulis,

Nurdi I.C.N Sianturi

140701062

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

ABSTRAK

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:

TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA

OLEH:

NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI

SASTRA INDONESIA FIB USU

Nilai budaya adalah konsep dalam pikiran masyarakat yang digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan dan yang dianggap sangat berharga. Dalam cerita rakyat Putri Lopian terdapat nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai budaya masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah.Salah satu pembagian dalam nilai budaya adalah nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri.Tujuan penelitian ini mendeskripsikan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang terdapat dalam Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopian.Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sastra yaitu pendekatan yang membahas mengenai karya sastra untuk melihat nilai dan estetikanya, dan hubungannya dengan kebudayaan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan atau Library Research.Heuristik dan hermeneutik digunakan sebagai teknik dalam menganalisis data.Teknikanalisis deskriptifdigunakan untuk mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada cerita rakyat Putri Lopian yaitu: 1) kerendahan hati, 2) tahan menderita, 3) menuntut malu, 4) kemauan keras, 5) berusaha bekerja keras, 6) menuntut ilmu, 7) menghargai adat dan agama, 8) kegagahan, 9) kekayaan, dan 10) kebangsawanan. Kata kunci: cerita rakyat, nilai budaya, dan diri sendiri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena berkat dan

kasih karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang diberi judul “Nilai

Budaya dalam Cerita Rakyat Putri Lopian: Tinjauan Antropologi Sastra” ini

merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Program Studi

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara.

Sangat banyak kesulitan yang penulis alami dari proses awal sampai akhir

penulisan skripsi ini. Berkat doa, saran, dan dukungan dari semua pihak hambatan-

hambatan itu dapat teratasi. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

banyak pihak yang berjasa mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan studi yang ditempuh. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak

Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas

kesempatan dan fasilitas-fasilitas yang penulis gunakan selama kuliah di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Terima kasih kepada Bapak Ketua dan Sekretaris Program Studi Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Terima kasih

atas keramahan yang telah diberikan selama penulis mengurus administrasi di

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

3. Terima kasih kepada Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai dosen

pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk

saran-saran perbaikan dan motivasi selama membimbing penulis.

4. Terima kasih kepada seluruh dosen di Program Studi Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis mampu meyelesaikan

skripsi ini.

5. Terima kasih penulis ucapkan yang sebanyak-banyaknya kepada bapak

Slamet dan bapak Joko sebagai staf pekerja di Program Studi Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

membantu penulis dalam kesulitan hal administrasi selama masa perkuliahan

dan kelengkapan-kelengkapan penyusunan skripsi.

6. Terima kasih kepada almarhum Ayahanda yang semasa hidupnya mendukung

dan telah mengizinkan saya untuk menempuh pendidikan S1.

7. Terimakasih kepada Ibunda terkasih yang setia berdoa untuk anaknya. Terima

kasih sudah menjadi orang tua tunggal yang hebat untuk saya. Terima kasih

sudah bersabar untuk kesuksesan saya menempuh pendidikan S1 di Program

Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

8. Terima kasih kepada kakak, abang, dan adik saya yang selalu berdoa untuk

kelancaran studi saya. Terima kasih kepada PN (PeripateoNarwastu) dan PKK

saya saudara dalam Tuhan Yesus. Doa dari kalian menguatkan saya dalam

pergumulan yang selama ini saya lewati. Terima kasih telah hadir dan ada

dalam hidup saya terutama dalam masa perkuliahan sampai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

penyelesaian skripsi ini kalian tetap memegang tangan saya. Terima kasih

sudah merawat saya ketika sakit, menemani saya ketika ketakutan dan

menghibur saya ketika lelah.

9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya The Baling (Gita, Jonatan,

Lamganda, Martua, Siska, Veronika) yang selalu memberikan saya semangat

dalam menyelesaikan skripsi ini, menghibur saya ketika dalam kondisi lelah.

10. Terima kasih kepada abangda Pebrianto Zai yang selalu memberikan

perhatiannya atas perkembangan skripsi ini, memberikan semangat ketika

penulis kurang bersemangat.

11. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2014 yang telah memberikan

sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Terima kasih kepada semua saudara, sahabat, dan teman-teman yang sudah

mendukung penulis dalam doa. Terima kasih atas segala bentuk bantuan yang

pernah ada. Penulis tidak dapat menyebutkannya satu per satu namun penulis

akan mengenang semua kebaikan itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Akhir kata, jika ada kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini

penulis bersedia menerima saran yang bersifat membangun dan membina untuk

perbaikan bagi penulis pada masa mendatang.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dunia Sastra Indonesia.

Medan, Juli 2018

Penulis,

NurdiI.C.N Sianturi

140701062

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………………………………………………………….... .. i

ABSTRAK ………………………………………………………………….. ii

PRAKATA ………………………………………………………………… .. iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. .. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4

1.3 Batasan Masalah ……………………………………..………... 5

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….. 6

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep …………………………………………………………... 7

2.1.2 Cerita Rakya ………………………………………..………... 7

2.1.2 Nilai Budaya ………………………………………………..... 8

2.2 Tinjauan Pustaka ……………………………………………….... 9

2.3 Landasan Teori ………………………………………………..... 10

2.3.1 Antropologi Sastra …………………………………………… 10

2.3.2 Nilai Budaya …………………………………………………. 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1Metode Penelitian ……………….……………………………....... 16

3.2 Sumber Data …………………………………………………….. 16

3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

3.4 Teknik Analisis Data …………………………………………….. 19

BAB IV NILAI BUDAYA DALAM HUBUNGAN MANUSIA DENGAN DIRI

SENDIRI

4.1 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri pada Cerita

Rakyat Putri Lopian …………………………………………………. 21

4.1.1 Nilai Kerendahan Hati …………………………………………. 21

4.1.2 Nilai Tahan Menderita …………………………………………. 23

4.1.3 Nilai Menuntut Malu …………………………………………... 24

4.1.4 Nilai Kemauan Keras ………………………………………….. 26

4.1.5 Nilai Berusaha Bekerja Keras …………………………………. 27

4.1.6 Nilai Menuntut Ilmu …………………………………………... 29

4.1.7 Nilai Menghargai Adat dan Agama …………………………... 30

4.1.8 Nilai Kegagahan ……………………………………………… 33

4.1.9 Nilai Kekayaan ……………………………………………….. 34

4.1.10 Nilai Kebangsawanan ……………………………………….... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan …………………………………………………………. 38

5.2 Saran ……………………………………………………………... 41

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 43

LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 45

Cerita Rakyat Putri Lopian Terjemahan dalam Tiga Bahasa ………………… 45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat terkenal dengan keanekaragaman suku dan budaya, terutama

suku dan budaya yang terdapat di Sumatera Utara. Terdapat delapan suku yang

menghuni daerah Sumatera Utara, yaitu suku Batak Toba, Karo, Simalungun,

Angkola, Pak-Pak, Melayu,Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah), dan suku Nias(Siregar

dan Haron, 2004:125). Setiap suku di Sumatera Utara memiliki ciri khas tersendiri

terutama dalam bidang sastra khususnya cerita rakyat.

Salah satu suku yang tinggal di Sumatera Utara adalah suku Pesisir (Sibolga-

Tapanuli Tengah), masih sebagian kecil orang yang mengetahui bahwa suku Pesisir

(Sibolga-TapanuliTengah) ini berdiri sendiri membentuk suku yang baru (termasuk

penulis). Masyarakat Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) bertempat tinggal di daerah

pantai dan daerah pegunungan, sehingga terdapat berbagai macam jenis sastra baik

sastra lisan maupun sastra tulisan.

Sastra lisan merupakansuatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di

tengah-tengah masyarakat dan diwariskan turun-temurun secara lisan sebagai milik

bersama (Siregar, 1997:1). Cerita rakyat Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) banyak

menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman dahulu. Cerita rakyat

di daerah Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) juga banyak mengandung nilai-nilai

budaya yang mampu memberikan pembelajaran kepada pembaca dan pendengar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

cerita tersebut, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, maupun dengan

masyarakat, dan dengan alam sekitar.

Dalam cerita rakyat terdapat berbagai nasihat dari nenek moyang suku

tersebut. Baik yang tersurat maupun yang tersirat didalam teks cerita yang kemudian

nasihat dan nilai-nilai budaya tersebut dapat bermanfaat pada masa kini dan masa

depan suku bangsa itu. Tradisi lisan (termasuk menceritakan secara lisan cerita

rakyat) merupakan kegiatan luhur pada masa lalu yang berkaitan dengan keadaan

masa kini dan yangperlu diwariskan pada masa mendatang untuk mempersiapkan

masa depan generasi yang akan datang ( Sibarani, 2014:3 ).

Cerita rakyat Putri Lopian merupakan cerita rakyat Pesisir (Sibolga-Tapanuli

Tengah) yang telah ditulis dalam bentuk buku. Cerita rakyat ini ditulis dalam

terjemahan tiga bahasa, yaitu bahasa Pesisir, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris

yang diterbitkan untukpertama sekali pada tahun 2016 oleh Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa

Sumatera Utara. Cerita rakyat Putri Lopian menceritakan kisah seorang putri raja

yang bernama Lopian. Putri Lopian hidup sebatang kara setelah kematian kedua

orang tuanya secara misterius. Putri Lopian adalah seorang putri yang cantik jelita,

bersahabat dan memiliki kemampuan dalam bercocok tanam dan mengarungi lautan

lepas yang tak jauh dari istananya. Setelah sekian banyak cobaan yang dihadapinya

akhirnya Putri Lopian mendapatkan kebahagiaannya ketika Putri Lopiantidak sengaja

tersesat di desa dekat pemerintahan kerajaan Sipan Siaporas. Kerajaan Sipan Siaporas

adalah kerajaan Batak yang terletak di kaki Gunung Batara, penduduk kerajaan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

berbahasa Batak dan Pesisir. Sang pangeran dari kerajaan Sipan Siaporas melihat

sang Putri Lopian sehingga pangeran ingin bertemu dengan dia.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh keluarga kerajaan Sipan Siaporas untuk

menemukan Putri Lopian, mulai dari menggelar syukuran kepada Tuhan yang

Mahakuasa memohon untuk mempertemukan pangeran dan Putri Lopian dengan

Mangusung Buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas. Akan tetapi cara yang

pertama ini tidak membuahkan hasil. Selanjutnya keluarga kerajaan membuat

sayembara memasak karena menurut guru spritual kerajaan Putri Lopian sangat suka

memasak. Pihak kerajaan mengumumkan siapa saja yang menjadi pemenang dalam

sayembara ini maka akan diangkat menjadi menantu raja. Akhirnya sayembara pun

berlangsung. Putri Lopian muncul setelah semua gadis-gadis bangsawansibuk

memasak.Putri Lopian menjadi pemenang sayembara memasak tersebut.

Putri Lopian dan Pangeran Badiri pun menikah dengan syarat setiap bulan

purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk dipersembahkan

kepada roh ibu Putri Lopian. Selain itu, setelah tujuh belas tahun umur pernikahan

mereka harus diadakan upacara Mangusung Buntie. Pangeran Badiri pun bersedia

untuk melaksanakan permintaan Putri Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu.

Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Putri Lopiandapat dilihat dari tokoh-

tokoh cerita dan percakapan-percakapan yang ada dalam cerita tersebut.Dalam cerita

rakyat Putri Lopianterdapat nilai-nilai budaya hubungan manusia dengan diri

sendiri.Nilai-nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiriyang terdapat dalam

cerita Putri Lopian seperti nilai berusaha keras yang ditunjukkan oleh Putri Lopian,

nilai menghargai adat dan agama yang ditunjukkan oleh Pangeran Badiri, dan nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

kebangsawanan yang ditunjukkan oleh Raja Sipan Siaporas. Nilai-nilai budaya

tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca dan pendengarcerita rakyatPutri

Lopian dan dapat mempengaruhi karakter suku Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah).

Berdasarkan latar belakang diatas, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam

cerita rakyat Putri Lopian sangat menarik untuk diteliti karena menurut penulis

sampai saat ini belum ada yang meneliti nilai-nilai budaya cerita rakyat tersebut.

Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Putri Lopian dikaji dengan pendekatan

antropologi sastra yang objek kajiannya adalah sastra, budaya, dan masyaratkat. Oleh

karena itu, perlu diadakan penelitian mendalam terhadap cerita rakyatPutri Lopian.

Sehubungan dengan itu penelitian ini dibuat untuk menganalisis nilai-nilai budaya

yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia

dengan diri sendiri yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian?

1.3Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi supaya penelitian terarah dan terfokus pada masalah

yang telah dibatasi sehingga pembahasan tidak melebar atau meluas.Batasan masalah

pada penelitian ini sesuai dengan latar belakang masalah.Penelitian ini hanya

berfokus pada nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada

cerita rakyat Putri Lopian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya dalam

hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang terdapat dalam cerita rakyat Putri

Lopian.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini:

1.4.2.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami nilai-nilai budaya pada

cerita rakyat Putri Lopian.

2. Penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pembaca untuk memahami

pendekatan antropologi sastra untuk menganalisis karya sastra.

3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah wawasan bagi pembaca

untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih

menghargai, menjaga, dan melestarikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh

setiap suku yang ada di Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kebudayaan

Indonesia.

3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang nilai-nilai budaya yang

terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

BAB II

KONSEP TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Konsep

2.1.1 Cerita Rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita tentang kegiatan luhur masa lalu yang

berkaitan dengan keadaan masa kini dan yang perlu diwariskan pada masa mendatang

(Sibarani, 2014:3). Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai

media pengungkap perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam

kehidupan masyarakat ( Bunanta, 1998:21).

Cerita rakyat merupakan bagian dari tradisi sastra lisan yang menyimpan

informasi berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat penuturnya. Bahkan dapat

dikatakan bahwa, “ Sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat gudang adat istiadat,

buku sumber peradapan” (Wellek dan Austin Warren, 1989:122).

Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor. Menurut Alan Dundes dalam

Danandjaja (1984:1-2), folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang

tersebar dan secara turun temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik

dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat

pembantu pengingat.

Brunvand dalam Danandjaja (1984:21), mengungkapkan bahwa folklor

dibedakan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu : (1) folklor lisan

(verbal folklor), (2) Folklor sebagian lisan (partly verbal folklor), (3) Folklor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

bukanlisan (non verbal folklor) atau masing-masing dengan istilah mentifacts,

sociofaact, dan artifact.

2.1.2 Nilai Budaya

Nilai budaya merupakan suatu bentuk atau konsep umum yang dijadikan

pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok,

atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak

patut. Koentjaraningrat (2002:8), mengemukakan bahwa nilai budaya terdiri atas

konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat

mengenai hal-hal yang mereka anggap sangat bernilai dalam hidup.

Menurut Djamaris (1996:3), nilai budaya dapat dikelompokkan berdasarkan

lima kategori hubungan manusia, yaitu (1) nilai budaya dalam hubungan manusia

dengan Tuhan,(2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai

budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya dalam

hubungan manusia dengan manusia lain, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia

dengan dirinya sendiri.

2.2 Tinjauan Pustaka

Sampai saat ini, peneliti tidak menemukan penelitian yang membahas nilai-

nilai budaya dalam cerita rakyatPutri Lopian dengan menggunakan pendekatan

antoropologi sastra. Namun sudah dilakukan penelitian sastra lisan di Pesisir

(Sibolga-Tapanuli Tengah), dan penelitian nilai-nilai budaya pada beberapa karya

sastra daerah di Sumatradengan menggunakan pendekatan antropologi sastra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Penelitian tentang sastra lisan di Pesisir (Sibolga-TapanuliTengah) sudah

pernah dilakukan oleh Yolferi dkk dan hasil penelitian mereka telah dibukukan

berjudul Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah (2016).Penelitian ini

mengkhususkan pada cerita rakyat. Cerita rakyat yang berhasil dicatat berjumlah 9

buah cerita dalam bahasa Pesisir yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris.

Penelitian tentang nilai-nilai budaya juga pernah dilakukan oleh Djamaris dkk

dan hasil penelitian mereka telah banyak dibukukan. Salah satu buku Djamaris

berjudul Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di

Sumatra (1993). Hasil penelitian Djamaris dkk menggolongkan nilai budaya menjadi

lima kelompok yaitu, (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2)

nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan

manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan

manusia lain, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Nilai

budaya diteliti dengan menggunakan karya sastra dari Sumatra yaitu dari Sumatra

Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Lampung.

Salsa (2015) dalam skripsinya berjudul “Nilai-Nilai Budaya Masyarakat

Melayu Langkat di Secanggang pada Tradisi Ahoi: Kajian Antropologi Sastra”. Ahoi

merupakan nyanyian para petani ketika melepaskan gabah dari tangkainya dengan

cara diinjak-injak. Tradisi ini biasa dilakukan ketika musim panen tiba.Ahoi ini sudah

mulai memudar karena tekhnologi yang semakin canggih.Hasil penelitian ini

menguraikan beberapa nilai yang terdapat dalam tradisi Ahoi.Nilai-nilai tersebut

sangat berpengaruh pada masyarakat Langkat pada zaman dahulu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

2.3Landasan Teori

2.3.1 Antropologi Sastra

Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sastra. Antropologi sastra

merupakan salah satu kajian sastra yang mempelajari kebudayaan yang terdapat

didalam sebuah teks sastra, dan melihat penerapannya dalam masyarakat pemilik

sastra tersebut dalam bersikap atau bertingkahlaku.Antropologi sastra merupakan

kajian mengenai karya sastra dengan relevansi manusia.Antropologi sastra

memberikan perhatian pada manusia sebagai agen kultural, sistem kerabat, sistem

mitos, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Antropologi sastra cenderung memusatkan

perhatian pada masyarakat kuno (Ratna, 2015 : 351-353).

Antropologi sastra termasuk kedalam pendekatan yang meneliti karya sastra

berupa tulisan-tulisan yang berbau sastra untuk melihat nilai dan

estetikanya.Antropologi sastra juga meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi,

yaitu pendekatan karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masyarakat

masa lalu yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan

adat- istiadat (Endraswara, 2008:107).

Koentjaraningrat (2002:13), antropologi sastra adalah ilmu yang mempelajari

manusia dari segi kebudayaan, mempelajari berbagai warna, tradisi, bentuk fisik

masyarakat, nilai-nilai pedoman kehidupan bermasyarakat pada masa dahulu hingga

masa sekarang, sebagai fenomena yang terjadi di tengah kehidupan kultural

masyarakat dewasa ini. Walaupun dikaitkan dengan kehidupan masa lampau, karya

sastra dalam konteks kebudayaan memiliki banyak manfaat yang mencerminkan nilai

yang dapat membangun karakter bangsa. Antropologi sastra memiliki tugas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

mengungkapkan nilai sebagai salah satu wujud kebudayaan khususnya kebudayaan

tertentu dan masyarakat tertentu (Ratna, 2015 :41).

Endraswara (2008:109),analisis antropologi sastra memfokuskan perhatian

dan mengungkap hal-hal berikut, (1) kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang

berulang-ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta sastra. Kebiasaan leluhur

melakukan semedi, melantunkan pantun, mengucapkan mantra-mantra, dan

sejenisnya menjadi fokus penelitian, (2) penelitiakan mengungkapakan tradisi atau

subkultur serta kepercayaan seorang penulis yang terpantul dalam karya sastra.

Dalam kaitan ini tema-tema tradisional yang diwariskan turun temurun akan menjadi

perhatian sendiri, (3) kajian juga dapat diarahkan pada aspek penikmat sastra

etnografis, mengapa mereka sangat taat menjalankan pesan-pesan yang ada dalam

karya sastra, (4) peneliti juga perlu memperhatikan bagaimana proses pewarisan

sastra tradisional dari waktu ke waktu, (5) kajian diarahkan pada unsur-unsur

etnografis atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra tersebut, (6) perlu

dilakukan kajian terhadap simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat

pengagumnya. Misalkan, peneliti dapat mengkaji mitos Nyi Roro Kidul yang terkenal

sampai sekarang.

Ratna (2015 : 65), antropologi sastra memusatkan perhatian pada penelitian

yaitu (1) aspek-aspek karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda, (2) penelitian

karya sastra sejak zaman dahulu hingga novel yang paling modern, (3) bentuk-bentuk

arkhais dalam karya satra, baik dalam konteks karya individual maupun generasi, (4)

bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra, (5) pengaruh mitos, sistem

religi, dan citra primordial yang lain dalam kebudayaan popular.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Analisis dengan pendekatan antropologi sastra memiliki keterkaitan dengan

analisis nilai budaya.Pola perilaku anggota masyarakat terlihat dari nilai budayanya.

Hadirnya kajian antropologi sastra merupakan salah satu upaya melacak hubungan

nilai-nilai budaya yang ada di dalam cerita rakyat yang akan penulis paparkan dalam

penelitian ini.

2.3.2 Nilai Budaya

Menurut Djamaris (1996:3),nilai budaya dibagi atas beberapa sub bagian,

yaitu:

1. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan

Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang serupa dan segambar dengan-Nya,

manusia memiliki hubungan yang paling utama dengan sang penciptanya. Ada suatu

pengharapan dalam setiap doa-doa yang dipanjatkan manusia kepada Tuhan.

Berbagai cara dilakukan manusia untuk menjalin hubungan dengan Tuhannya.

Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah terlepas dengan

sang pencipta. Sebagai manusia yang beragama manusia selalu mengingat Tuhan

dengan melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.Manusia adalah makhluk

yang religius dalam arti bahwa manusia menyembah Tuhan, melakukan ritual atau

ibadah serta upacara untuk minta ampun dan menyesali diri.Nilai yang menonjol

dalam hubungan manusia dengan Tuhan adalah nilai suka berdoa, berserah diri, nilai

ketakwaan, dan menyerah kepada takdir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

2. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam

Persoalan manusia dalam hubungannya dengan alam dapat berwujud tindakan

manusia dalam mengolah sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat bagi

kehidupan manusia.Setiap kebudayaan memiliki persepsi yang berbeda tentang

alam.Ada kebudayaan yang menganggap alam itu untuk ditaklukkan, ada juga yang

kebudayaan yang menganggap alam itu sebagai sesuatu yang hebat dan sakral, dan

kebudayaan yang menganggap manusia hanya mencari keselarasan dengan alam.Nilai

yang menonjol dalam hubungan manusia dengan alam adalah nilai peduli dengan

lingkungan sekitar dan pemanfaatan alam.

3. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat

Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah nilai-nilai

yang berhubungan dengan kepentinggan para anggota masyarakat, bukan nilai yang

dianggap penting dalam satu anggota masyarakat sebagai individu atau

pribadi.Individu atau perseorangan berusaha mematuhi nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat karena dia berusaha untuk mengelompokkan diri dengan anggota

masyarakat yang ada, mementingkan kepentingan bersama bukan kepentingan diri

sendiri.Nilai yang menonjol dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah

nilai gotong royong, kerukununan, dan musyawarah atau mufakat.

4. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain

Manusia dalam bermasyarakat pasti berhubungan dengan manusia lain. Yang

dicari manusia dalam hubungan ini adalah keselarasan hidup yang positif. Nilai yang

menonjol dalam hubungan manusia dengan manusia lain adalah nilai kepatuhan, suka

memaafkan, kesetiaan, keramahan, penyantun, kasih sayang, dan nilai keikhlasan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

5. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri

Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak keinginan diri sendiri untuk

dipenuhi dan dipuaskan baik lahiriah maupun batiniah.Nilai yang menonjol dalam

hubungan manusia dengan dirinya sendiri adalah menuntut ilmu, berusaha keras,

kemauan yang keras, kerendahan hati, menuntut malu, menghargai adat dan agama,

dan kekayaan.

Kelima nilai budaya di atas dijadikan manusia menjadi konsep yang akan

membentuk kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Nilai-nilai budaya

itu akan dijadikan tolak ukur dari satu generasi kegenerasi berikutnya.

Nilai budaya yang menjadi fokus penelitian ini adalah nilai budaya dalam

hubungan manusia dengan diri sendiri.Diri sendiri adalah objek yang pertama harus

dibenahi, harus diisi dengan hal yang positif sebelum manusia itu menjalin hubungan

dengan manusia lainnya. Manusia yang tidak dapat membatasi diri sendiri adalah

manusia yang mungkin memiliki dampak yang kurang positif untuk dirinya dan untuk

orang lain.

Manusia harus mampu mangatur dirinya sendiri sebelum terjun ke dalam

masyarakat dan alangkah baik jika manusia memiliki perananan bukan hanya untuk

diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Nilai-nilai budaya yang tergolong dalam

hubungan manusia dengan diri sendiri adalah: (1) menuntut ilmu, (2) berusaha keras,

(3) kemauan keras, (4) tahan menderita,(5) kekayaan, (6) kerendahan hati, (7)

menuntut malu, (8) menghayati adat dan agama, (9) kegagahan, (10) kebangsawanan

( Djamaris dkk, 1966 : 9-10). Kesepuluh nilai budaya hubungan manusia dengan

dirinya sendiri akan dikaji di dalam penelitian cerita rakyat Putri Lopian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

BAB III

METODE PENILITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai suatu penyelesaian

masalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatifbersifat deskriptif karena penelitian kualitatif

menguraikan data yang terkumpul, menganalisisnya, dan menginterpretasikannya

dalam rangka menemukan model, kaidah, pola, formula, nilai, dan norma dari sebuah

fenomena yang diteliti(Sibarani, 2014:277 ).

Data deskriptif diuraikan dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan,

bukan berbentuk angka-angka (Endraswara, 2008:5).Metode ini sesuai dengan

pendapat Lofland (dalam Moleong) yang menyebutkan sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

3.2 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah:

Judul : Putri Lopian dalamBunga Rampai Cerita Rakyat

Tapanuli Tengah

Penerjemah : Yolferi dan Medtolia Jurlianti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Terjemahan : Terjemahan dalam tiga bahasa(Bahasa Pesisir, Bahasa

Indonesia, Bahasa English)

Penerbit : Balai Bahasa Sumatera Utara

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Kementerian Pendidikan dan kebudayaan

Tebal : 168 halaman (1cm)

Ukuran : 21 cm x 15 cm

Cetakan : Cetakan pertama

Tahun : 2016

Warna Sampul : Perpaduan warna biru, putih, hijau, kuning,

merah dan oranye

Gambar Sampul :

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

kepustakaan atau Library Research.Teknik penelitian kepustakaan merupakan suatu

teknik pengumpulan data yang terdapat di ruang kepustakaan, yang menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

buku sebagai objek penelitian (Koentjaraningrat, 1983:420). Begitu juga dengan

(Tantawi, 2015:61), yang menjadi objek penelitian dalam teknik kepustakaan adalah

buku sebagai sumber data yang akan diolah.

Teknik kepustakaan sangat umum digunakan dalam suatu penelitian karena

mempermudah cara kerja peneliti. Penelitian dengan teknik ini tidak harus terjun

langsung kelapangan, cukup hanya menggunakan buku sebagai

objeknya.Pengumpulan data melalui bahan-bahan pustaka sangat penting dalam

teknik penelitian kepustakaan.Teknik pengumpulan data berguna untuk

mengumpulkan jawaban dari rumusan masalah sehingga rumusan masalah itu dapat

terjawab atau terselesaikan.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan membaca

cerita rakyat Putri Lopian yang menjadi sumber utama atau data primer.Kemudian

mencatat data-data yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian yaitu berupa nilai-

nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri, lalu dianalisis menggunakan

pendekatan antropologi sastra.

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah

dikumpulkan menjadi seperangkat hasil, baik dalam bentuk penemuan baru maupun

dalam bentuk kebenaran hipotesis (Mohammad Hasyim, 1982 : 41). Hal ini

sependapat dengan Sugiyono (2012:244), teknik analisis data merupakan serangkaian

kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi seperangkat hasil yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

bermakna dan berguna dalam memecahkan masalah sehingga hasil dari penelitian

tersebut dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Data-data yang ada dikelompokkan dan dianalisis dengan teori yang

digunakan. Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara

mengkategorikan atau mengklasifikasikan berdasarkan fokus penelitiannya (Sutinah

dan Suyanto, 2016:173).

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis data heuristik dan hermeneutik.Hermeneutik merupakan pembacaan

karya sastra dengan cara berulang-ulang, kemudian menggali makna yang tepat dari

ceritanya (Sumaryono, 1999:111). Hal ini sependapat dengan Tantawi (2015:61),

hermeneutik yaitu pembacaan karya sastra dengan cara berulang-ulang atau

pembacaan bolak-balik untuk mendapatkan konvensi cerita atau makna ceritanya.

Heuristik merupakan teknik analisis untuk mendapatkan makna melalui struktural

bahasanya dengan cara menginterpretasikan teks sastra lewat tanda-tanda bahasa

(Tantawi, 2015 : 61).

Analisis yang digunakan dalam menganalisis teks sastra adalah analisis

deskriptif. Metode deskriptif adalah mendeskripsikan fakta-fakta dan fenomena-

fenomena pada objek penelitian ( Ratna, 2015:53). Metode deskriptif berupaya

mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis,

faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena

dengan fenomena pada objek yang diteliti, hasil penelitian yang diperoleh adalah

berupa penjelasan yang sifatnya deskriptif (Tantawi, 2015 : 66).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri pada Cerita

Rakyat Putri Lopian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, hasil penelitian mencakup

nilai-nilai budaya yang terdapat dalam hubungan manusia dengan diri sendiri dalam

Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopianakan dijelaskan pada

bagian ini. Dalam cerita rakyat Putri Lopianterdapat sepuluh nilai budaya hubungan

manusia dengan diri sendiri, selanjutnya penulis akan menganalisis kesepuluh nilai

budaya itu dalam Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopian seperti

berikut ini.

4.1.1 Nilai Kerendahan Hati

Kerendahan hati merupakan sifat seseorang yang tidak sombong atau tidak

angkuh. Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu menghargai orang lain.

Kerendahan hati biasanya ditemui pada orang yang benar-benar telah merasakan

berbagai pengalaman hidup yang mengajarkannya untuk tidak meninggikan

diri.Kerendahan hati diperoleh dari dalam diri seseorang bukan karena dipelajari terus

menerus atau karena paksaan orang-orang disekitar.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kerendahan hati dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian datang ke kerajaan

Sipan Siaporas dengan tidak menonjolkan statusnya sebagai putri raja, melainkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

berpenampilan layaknya seorang gadis yang tinggal di pedesaan terpencil.Nilai

kerendahan hati pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita

di bawah ini.

Kutipan (1)

“ Keesokan harinya, dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana Putri Lopian berangkat ke ibu kota kerajaan untuk mengikuti sayembara memasak. Sorak-sorai penonton dan lenggang-lenggok peserta membuat sayembara memasak semakin meriah.Masing-masing peserta menunjukkan kebolehannya” (PL : 66 ).

Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian memiliki kerendah

hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘mengenakan

pakaian yang sangat sederhana’.Walaupun Putri Lopian seorang putri raja akan tetapi

dia tidak memperlihatkan kepada orang lain status sosialnya. Putri Lopian datang ke

sayembara dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana.Mengenakan pakaian

yang sangat sederhana bukanlah kebiasaan seorang putri raja atau anggota kerajaan.

Kutipan (2)

“ Sebelum acara dimulai, dari kejauhan tampaklah Putri Lopian sedang manjinjing sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa,dan sebagainya. Saat semua orang sibuk dengan kegiatan menyiapkan masakan, sang putri tampak memasak dengan tenang. Hasil masakannya pun sangat memuaskan.Sambal yang dibuatnya lezat, gulai lemaknya pun sedap. Semua yang mencicipi masakan sang putri terlihat sangat puas” ( PL : 67 ). Pada kutipan yang kedua Putri Lopian juga menunjukkan kerendahan

hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘menjinjing

sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa, dan sebagainya’.Putri Lopian datang ke

sayembara dengan menjinjing sendiri bahan-bahan yang akan digunakannya saat

sayembara. Pada umumnya seorang putri raja mendapatkan pengawalan dan dayang-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

dayang untuk membantunya dalam segala hal.Salah satu tugas pengawalan dan

dayang-dayang adalah membawakan barang-barang milik putri raja, akan tetapi Putri

Lopian menjinjing sendiri barang-barangnya.

Kutipan (3)

“ Putri Lopian menyerahkan kura-kura raksasa itu kepada sang raja. Permaisuri dan Pangeran Badiri yang berada di samping raja tidak dapat menahan ketakjubannya melihat Putri Lopian beserta kura-kura raksasanya tersebut ( PL : 68 ). Pada kutipan yang ketiga Putri Lopian juga menunjukkan kerendahan

hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan ketiga terdapat pada kata-kata ‘meyerahkan

kura-kura raksasa itu kepada sang raja’.Putri Lopiandengan kerendahan hati

meyerahkan kura-kura kesayangannya kepada yang mulia raja.Walaupun raja belum

memerintahkan Putri Lopian untuk menyerahkan kura-kura tersebut, akan tetapi Putri

Lopian tidak keberatan sama sekali menyerahkan kura-kura miliknya kepada yang

mulia raja. Sekalipun kura-kura tersebut adalah hewan kesayangannya.

4.1.2 Nilai Tahan Menderita

Tahan menderita merupakan sikap seseorang yang kuat atau sanggup

menanggung sesuatu.Tahan menderita adalah suatu sifat yang patut dicontoh.Orang

yang mempunyai sifattahan menderita akan kuat hati menghadapi cobaan yang

menimpa dirinya. Seseorang yang memiliki sifat tahan menderita selalu merasa yakin

bahwa suatu saat nanti pasti akan menemukan kebahagiaan.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai tahan menderita dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian yang memberanikan

diri hidup sendirian dan mempertahankan hidup dengan memakan tumbuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

liar.Nilai tahan menderita pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan

teks cerita di bawah ini.

“ Akan tetapi, karena sudah terbiasa, lama-kelamaan dia menjadi berani dan berusaha mempertahankan hidup dengan memakan buah-buahan dan umbi-umbian liar yang tumbuh di sekitar istana” ( PL : 62 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian memiliki sifat yang

tahan menderita.Nilai tahan menderita pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata

‘berusaha mempertahankan hidup’.Setelah ayah dan ibu Putri Lopian menghilang,

Putri Lopian tinggal sendiri di istana. Awalnya Putri Lopian sangat ketakutan,akan

tetapi lama-kelamaan dia menjadi berani. Putri Lopian mempertahankan hidupnya

dengan cara memakan buah-buahan dan umbi-umbian liar yang tumbuh di sekitar

istananya.

4.1.3 Nilai Menuntut Malu

Menuntut malu merupakan sikap yang dipilih seseorang apabila dia merasa

melakukan suatu hal yang salah atau perbuatan yang salah.Pada zaman sekarang nilai

menuntut malu sangat sedikit sekali ditemui pada diri seseorang.Akan tetapi pada

zaman dahulu nilai menuntut malu ini sangat melekat pada setiap pribadi seseorang

dan menjadi sebuah tolak ukur untuk menentukan baik atau buruknya sikap

seseorang.

Menuntut malu ada tiga jenis yaitu, malu kepada Tuhan, malu kepada sesama

manusia, dan malu kepada diri sendiri.Orang yang malu kepada Tuhan adalah orang

yang malu ketika meninggalkan perintah-Nya. Demikian juga ia sangat malu bila

Tuhan mengetahui bahwa ia mengerjakan larangan-Nya. Malu kepada Tuhan berarti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan mengetahui seluruh aktivitas setiap

manusia.Pada titik inilah iman seseorang dipertaruhkan.

Malu kepada sesama manusia adalah malu mengerjakan hal-hal yang tidak

pantas dilakukan dalam pandangan masyarakat.Malu jenis ini sangat tergantung pada

pandangan sosial.Seseorang yang tidak memiliki rasa malu terhadap sesamanya

biasanya dikucilkan dalam masyarakat.Malu pada sesama manusia ini sangat perlu

dikaitkan dengan rasa malu kepada Tuhan.

Malu pada diri sendiri adalah rasa malu yang tumbuh secara otonom dalam

diri manusia.Dengan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Tuhan, seseorang

dapat secara sadar memilih perbuatan mana yang pantas dikerjakan dan mana yang

harus ditinggalkan.Dari ketiga jenis malu di atas yang terdapat dalam cerita rakyat

Putri Lopian ialah malu kepada sesama manusia dan malu kepada diri sendiri.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menuntut malu dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu anak gadis bangsawan yang mengundurkan diri dari sayembara

karena tidak pandai memasak.Nilai menuntut malu pada cerita rakyat Putri Lopian

dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.

“ Namun, tidak sedikit pula anak gadis bangsawan itu yang mengundurkan diri karena ternyata mereka hanya pandai bersolek tetapi tidak pandai memasak” ( PL : 66 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa anak gadis bangsawan tersebut

memiliki sikap yang malu kepada sesama dan malu kepada dirisendiri.Nilai menuntut

malu pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata ‘anak gadis bangsawan itu

mengundurkan diri’.Ketika raja mengumumkan sayembara tersebut ibu-ibu

bangsawan mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian, bedak, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

wangi-wanginya terbaik yang mereka miliki.Ibu-ibu bangsawan berharap anak

mereka menang sayembara dan menjadi menantu raja, akan tetapi anak gadis

bangsawan tersebut tidak pandai memasak sehingga mereka mengundurkan diri dari

sayembara tersebut karena malu.

4.1.4 Nilai Kemauan Keras

Kemauan keras merupakan sikap seseorang yang sungguh-sungguh hendak

mendapatkan apa yang diinginkan dan yang dipikirkan. Kemauan keras adalah tekad

untuk meraih sesuatu yang diinginkan.Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu

harus mempunyai kemauan keras.Kemauan keras datang dari dalam diri manusia itu

sendiri.Salah satu bentuk kemauan keras ialah memiliki berbagai ide dan inisiatif.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kemauan keras dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu keinginan dan inisiatif dari Pangeran Badiri untuk menemukan

keberadaan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada cerita rakyat Putri Lopian dapat

dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.

Kutipan (1)

“ Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon untuk mempertemukan kita dengan Putri Lopian?” usul Pangeran Badiri dengan bersemangat. Baginda raja terdiam sejenak, tampak memikirkan usul itu dengan khidmat ( PL : 64 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Pangeran Badiri memiliki

kemauan keras untuk menemukan keberadaan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada

kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘usul Pangeran Badiri dengan

bersemangat’.Pangeran Badiri memiliki ide untuk menggelar syukuran kepada Tuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

yang Mahakuasa supaya mempertemukan mereka dengan Putri Lopian. Pageran

Badiri sangat bersemangat dan bersukacita mendengar bahwa usulnya diterima sang

raja.

Kutipan (2)

“ Tuan Guru kerajaan juga menceritakan bahwa Putri Lopian sangat suka memasak. Konon, masakannya sangat lezat dan nikmat.Mendengar hal itu, Pangeran Badiri mengusulkan, untuk memancing Putri Lopian keluar dari hutan,mereka harus menggunakan siasat, yaitu mengadakan sayembaramemasak. Menurut Sang Pangeran, pasti Putri Lopian ikut persayembaraan itu karena memasak adalah hobi sang putri” ( PL : 65 ). Pada kutipan yang kedua Pangeran Badiri juga memiliki ide untuk

menemukan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada kutipan kedua terdapat pada

kata-kata ‘Pangeran Badiri mengusulkan untuk memancing Putri Lopian keluar dari

hutan’ yaitu dengan caramelakukan sayembara memasak.Sayembara memasak

dilakukan untuk memancing Putri Lopian keluar dari

persembunyiannya.Menurutguru kerajaanPutri Lopian sangat suka memasak sehingga

Pangeran Badiri menemukan ide sayembara tersebut.

4.1.5 Nilai Berusaha Bekerja Keras

Berusaha bekerja keras merupakan sikap seseorang yang melakukan suatu

usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan yang dicita-citakan dengan cara

bekerja dengan giat. Manusia pada umumnya mempunyai cita-cita atau harapan untuk

masa depannya. Cita-cita atau harapan itu akan terwujud apabila diiringi dengan kerja

keras. Kerja keras adalah suatu upaya yang terus dilakukan dan tidak pernah

menyerah dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Nilai berusaha bekerja keras tersebut mengandung ajaran supaya manusia

berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan.

Manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk masa

sekarang maupun untuk masa depan.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai berusaha bekerja keras dapat

ditemukan pada teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian

berusaha bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Nilai berusaha bekerja

keras pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah

ini.

Kutipan (1)

“ Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana. Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah” ( PL : 62 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Putri Lopian berusaha bekerja

keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Nilai berusaha bekerja keras pada

kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan

umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya’.Untuk memenuhi kebutuhan

pangannya Putri Lopian bercocok tanam dan berusaha mengunakan alat yang sangat

sederhana untuk bercocok tanam.Selain bercocok tanam, Putri Lopian juga sangat

mahir mengemudikan biduk.

Kutipan (2)

“ Kehebohan pun terjadi di seluruh penjuru negeri. Ibu-ibu bangsawan sibuk mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian terbaik dan memakai bedak serta minyak wangi” ( PL : 66 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Pada kutipan yang kedua terungkap bahwa ibu-ibu bangsawan berusaha

bekerja keras untuk mengikut sertakan anak gadis mereka dalam sayembara.Nilai

berusaha bekerja keras pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘Ibu-ibu

bangsawan sibuk mendandani anak gadis mereka’.Ibu-ibu bangsawan tersebut

berusaha bekerja keras untuk mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan

pakaian terbaik dan memakai bedak serta minyak wangi yang terbaik, dengan

harapan anak gadis mereka memenangkan sayembara tersebut.

Kutipan (3)

“ Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri dan membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya. Di dalam keranjangnya sudah penuh dengan daun pakis, jantung pisang, dan andaliman yang dipetiknya di hutan” ( PL : 66 ).

Pada kutipan yang ketiga terungkap bahwa Putri Lopian berusaha bekerja

keras untuk mengikuti sayembara tersebut.Nilai berusaha bekerja keras pada kutipan

ketiga terdapat pada kata-kata ‘Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri

dan membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya’. Putri

Lopian sudah bekerja keras sehari sebelum sayembara dilaksanakan.

4.1.6 Nilai Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu merupakan suatu usaha untuk mendapatkan

pengetahuan.Pengetahuan berfungsi untuk mencerdaskan manusia.Menuntut ilmu

adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan ke dunia hingga

akhir hayat.Masalah ini sangat penting dan merupakan suatu kewajiban yang harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

dilakukan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menuntut ilmu, baik melalui

pendidikan formal, informal, maupun melalui non pendidikan.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menuntut ilmu dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian pandai bercocok

tanam dan mengemudikan biduk.Nilai menuntut ilmu pada cerita rakyat Putri Lopian

dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.

“ Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana. Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah” ( PL:62 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian menuntut ilmu, terlihat

dari cara Putri Lopian sangat pandai dalam bercocok tanam dan mengemudikan

biduk.Nilai menuntut ilmu pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata ‘Putri Lopian

sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana’.Pada

zaman sekarang untuk pandai bercocok tanam kita harus belajar teknik-teknik

pertanian melalui jalur pendidikan. Putri Lopian tidak menutut ilmu melalui jalur

pendidikan, akan tetapi Putri Lopian menuntut ilmu dengan cara belajar sendiri

(autodidak) dan belajar dari alam.

4.1.7 Menghargai Adat dan Agama

Menghargai adat dan agama merupakan sikap seseorang yang menghormati

aturan yang dilakukan sejak dahulu kala dan mengindahkan sistem yang mengatur

tata keimanan ( kepercayaan ) kepada Tuhan yang Mahakuasa. Pada suku tertentu ada

pepatah yang mengatakan “Manusia tanpa adat kehilangan jati diri atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

identitasnya”.Adat sangat perlu begitu juga dengan agama, keduanya itu tidak dapat

dipisahkan.

Menghargai adat dan agama adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran adat dan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

kepercayaan agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Agama

berfungsi untuk mengkomunikasikan manusia ke dunia luar yang merupakan

perwujudan dari usaha manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang mereka

yakini.

Manusia yang beradat sangat dihargai pada masa lampau karena adat bagi

mereka adalah tolak ukur yang sangat kuat untuk menentukan baik atau buruknya

suatu sikap seseorang.Bahkan adat dapat digunakan untuk menghukum orang yang

melanggar aturan adat tersebut.Hingga kini masih ada suku yang menggunakan

hukum adat sebagai tolak ukur.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menghargai adat dan agama dapat

ditemukan pada teks cerita, yaitu Pangeran Badiri menghargai keputusan Putri Lopian

untuk mengadakan upacara adat melepas buntie ke laut lepas.Nilai menghargai adat

dan agama pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita

dibawah ini.

Kutipan (1)

“ Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar syukuran kepada Tuhan yang Mahakuasa memohon untuk mempertemukan kita dengan Putri Lopian?” ( PL : 64 ). Pada kutipan yang pertama terungkap nilai menghargai agama. Terlihat dari

Pangeran Badiri yang memiliki kepercayaan bahwa dengan melaksanakan syukuran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

kepada Tuhan yang Mahakuasa maka Tuhan akan menunjukkan keberadaan Putri

Lopian, dan mereka akan bertemu dengan Putri Lopian. Kepercayaan itu dipegang

teguh oleh Pangeran Badiri sehingga dia selalu bersemangat dan bersukacita

melakukan syukuran kepada Tuhan yang Mahakuasa untuk menemukan Putri Lopian.

Kutipan (2)

“ Dengan demikian, persiapan acara syukuran dilakukan. Tuan Guru beserta pembesar istana lainya mengawasi persiapan acara syukuran. Acara syukuran mengusung buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas” ( PL : 65 ). Kutipan (3)

“ Pada malam yang ditentukan, dilakukanlah acara melepas buntie ke laut lepas. Seluruh penghuni istana, raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru, panglima, dayang, para pengawal, semua hadir dalam acara tersebut” ( PL : 65 ).

Pada kutipan yang kedua dan yang ketiga terungkap nilai menghargai

adat.Terlihat dari seluruh penghuni kerajaan yang ikut mempersiapkan dan

melaksanakan syukuran melepas bekal ke laut lepas.Seluruh penghuni istana, baik

raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru, panglima, dayang, dan para

pengawal, semuanya hadir dalam acara tersebut.Terlihat jelas bahwa seluruh

penghuni istana menghargai adat dan agama.

“ Singkat cerita dinikahkanlah mereka, namun sebelum acara parnikahan berlangsung, Putri Lopian meminta syarat kepada Pangeran Badiri supaya setiap bulan purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk dipersembahkan kepada ibunda tercintanya. Selain itu, pada tahun ke-17 setelah pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan “Mangusung Bunti“. Pangeran Badiri bersedia untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu” ( PL : 69 ). Pada kutipan yang keempat terungkap bahwa Pangeran Badiri menghargai

adat, dengan menerima keputusan Putri Lopian untuk mengadakan persembahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

setiap bulan purnama.Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning setiap

bulan purnama untuk dipersembahkan kepada ibu Putri Lopian. Selain itu, pada tahun

ke-17 setelah pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan

“Mangusung Bunti”. Pangeran Badiri pun melaksanakan permintaan Putri Lopian

tersebut.

4.1.8 Nilai Kegagahan

Kegagahan merupakan sifat seseorang yang gagah, kuat, berani, dan

berwibawa dalam memimpin dan mengambil keputusan. Wibawa adalah pembawaan

untuk dapat menguasai, memengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan

tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Salah satu ciri

pemimpin yang baik adalah raja yang gagah, adil, arif, dan bijaksana.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kegagahan dapat ditemukan pada teks

cerita, yaitu ketika raja menayakan dengan penuh wibawa kepada guru kerajaan

perihal kehadiran Putri Lopian yang membuat desa gempar.Nilai kegagahan pada

cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.

Kutipan (1)

“Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah. Walaupun mengalami kehidupan yang berat, Putri Lopian tidak melupakan kodratnya sebagai wanita.Dia sangat pandai memasak.Jika dia sedang memasak, aroma sedap dari masakan yang dimasaknya menyebar keseluruh rimba tempat tinggalnya. Hampir seluruh hewan yang tinggal disekitar tempat tinggalnya pernah mencicipi masakan Putri Lopian yang baik hati dan suka berbagi” ( PL : 62 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Putri Lopian memiliki

kegagahan dalam hidup.Putri Lopian seorang putri raja yang gagah, kuat, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

berani.Nilai kegagahan pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘Jangankan

sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah’.Walaupun Putri

Lopian seorang wanita tapi mampu menaklukkan lautan ganas dengan mudah.Putri

Lopian memiliki sifat gagah dalam dirinya, akan tetapi dia tidak melupakan

kodratnya sebagai wanita.

Kutipan (2)

“ Saya mendengar rakyat gempar dengan kehadiran seorang wanita cantik dari dalam hutan. Apakah berita itu benar, Guru?” tanya raja dengan penuh wibawa. Saat itu Sang Raja ditemani oleh putra tercintanya, Pangeran Badiri yang tampan rupawan” ( PL : 63 ).

Pada kutipan yang kedua terungkap bahwa raja memiliki kegagahan dalam

memimpin kerajaan.Raja Sipan Siaporas memiliki sifat gagah, kuat, berani, dan

berwibawa. Terlihat dari cara raja menayakan kepada guru kerajaan perihal kehadiran

Putri Lopian dengan penuh wibawa.

4.1.9 Nilai Kekayaan

Tiap-tiap orang mengkehendaki supaya hidupnya berkecukupan bahkan

sebahagian orang menginginkan lebih dari apa yang dimilikinya, yaitu kekayaan.

Kekayaan merupakan sesuatu yang kita miliki berupa uang, perhiasan, tanah, atau

apapun yang termasuk ke dalam jenis barang. Kekayaan juga dapat terlihat dari gaya

hidup seseorang.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kekayaan dapat ditemukan pada teks

cerita, yaitu Putri Lopian memiliki istana yang luas dan kalung emas berbentuk

manusia, ketika Pangeran Badiri menjadi pewaris tahta kerajaan, dan ketika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

mengadakan pesta pernikahan selama tujuh hari tujuh malam. Nilai kekayaan pada

cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.

Kutipan (1)

“ Awalnya, Putri Lopian sangat ketakutan tinggal sendirian di dalam istana yang luas” ( PL:61 ). Kutipan (2)

“ Dilahernya tergantung kalung emas yang berbentuk patung manusia. Kalung itu adalah pemberian ayahnya” ( PL:62 ). Pada kutipan yang pertama dan yang kedua terungkap bahwa Putri Lopian

memiliki kekayaan.Putri Lopian seorang putri raja yang memiliki kekayaan dari

orangtuanya.Nilai kakayaan pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘istana

yang luas’.Nilai kakayaan pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘kalung emas

yang berbentuk patung manusia’.Putri Lopian memiliki istana yang sangat luas dan

memiliki perhiasan berupa kalung emas yang berbentuk patung manusia.

Kutipan (3)

“ Baginda Raja segera mempertemukan Pangeran Badiri, pewaris tahta kerajaan dengan Putri Lopian. Singkat cerita dinikahkanlah mereka”( PL:68). Pada kutipan yang ketiga terungkap bahwa Pangeran Badiri adalah pewaris

tahta kerajaan.Jika dikatakan pewaris tahta kerajaan maka kekayaan juga menjadi

salah satu milik Pangeran Badiri.

Kutipan (4)

“ Pesta besar pun dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Rakyat seluruh negeri turut berpesta gembira.Para tamu dan undangan semuanya hadir. Para raja taklukan dan pembesar negara sahabat juga hadir dengan membawa kado yang sangat mewah” ( PL:69 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Pada kutipan keempat terungkap bahwa Pangeran Badiri dan Putri Lopian

memiliki kekayaan, terlihat dari pesta pernikahan mewah yang dilangsungkan selama

tujuh hari tujuh malam.Pada acara pernikahan mereka hadir raja-raja dan pembesar

negara membawa hadiah yang sangat mewah.

4.1.10 Nilai Kebangsawanan

Kebangsawanan merupakan kelas sosial tertinggi dalam masyarakat pra

modern.Gelar kebangsawanan biasanya diberikan secara turun-temurun dari yang

mulia raja kepada keturunannya. Gelar kebangsawanan juga diberikan kepada orang-

orang yang mendapatkan penghargaan atas kerja keras dan kepatuhan mereka kepada

sang raja. Masyarakat pra modern sangat menghormati bangsawanan dan

menginginkan suatu saat nanti mereka juga mendapatkan gelar kebangsawaan

tersebut.

Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kebangsawanan dapat ditemukan pada

teks cerita, yaitu tampak pada guru kerajaan yang sembah sujud ketika menghadap

sang raja dan ketika raja memberi perintah kepada pengawalnya. Nilai

kebangsawanan pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita

dibawah ini.

Kutipan (1)

“ Sembah sujud duli Tuanku Raja yang mulia. Apa yang tuan ku tanyakan adalah benar adanya. Kemarin dua orang pemuda melihat seorang wanita cantik jelita keluar dari dalam hutan.Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan membawa tombak. Agaknya dia sedang berburu yang mulia,” jawab sang guru kerajaan” (PL:63 ).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Kutipan (2) “ Ketika musibah itu terjadi, saya memerintahkan panglima membawa pasukannya ke kerajaan itu untuk menyelamatkan penduduk kerajaan. Tapi tak satu pun yang dapat diselamatkan,” imbuh raja menyayangkan” (PL:64). Kutipan (3) “ Benar yang mulia. Menurut penglihatan batin saya, ketika itu pastilah sang putri bersembunyi di ruang rahasia istananya, dia sangat ketakutan waktu itu sehingga prajurit kita tidak menemukan siapa pun di situ,” kata guru kerajaan” (PL:64). Kutipan (4) ” Mengetahui hal itu, sang raja segera memerintahkan pengawal untuk mempertemukan kura-kura raksasa yang dibawa Putri Lopian dengan kura-kura raksasa kepunyaan Pangeran Badiri yang dipelihara selama bertahun-tahun di dalam istana. Baginda Raja pun sangat terkesan dan takjub akan peristiwa yang jarang terjadi itu. Hatinya sangat bahagia tatkala mempertemukan kedua kura-kura itu di kuali yang terbuat dari tanah liat, terdengarlah suara riuh-rendah silih berganti. Raja segera memerintahkan para dayang istana untuk mempersiapkan pakaian dan pelayanan terbaik untuk Putri Lopian, calon menantunya” (PL:68). Pada kutipan pertama dan kutipan ketiga terungkap bahwa raja memiliki gelar

kebangsawanan. Terlihat ketika sang guru kerajaan sujud menghadap sang raja.

Bentuk sujud ketika menghadap raja adalah suatu bentuk penghormatan yang besar,

yang tidak semua orang mendapatkannya, hanya yang memiliki gelar

kebangsawananlah yang berhak mendapatkan perlakuan seperti itu.

Pada kutipan kedua dan kutipan keempat terungkap bahwa sang raja dengan

tegas memerintahkan panglima untuk menyelamatkan penduduk kerajaan Putri

Lopian. Semua perintah raja harus dilakukan, pada masyarakat pra modern perintah

raja adalah yang terutama karena siapa pun yang tidak patuh akan mendapatkan

hukuman dari raja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli

TengahPutri lopian ditemukan 10 nilai budaya dalam hubungan manusia dengan

dirinya sendiri, yaitu

1) Nilai Kerendahan Hati

Nilai kerendahan hati yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap

ketika Putri Lopian datang kesuatu pesta dengan tidak menonjolkan

kebangsawanannya melainkan berpenampilan layaknya seorang gadis yang

tinggal di pedesaan yang terpencil.Putri Lopian juga menunjukkan sifat

kerendahan hatinya ketika datang ke sayembara dengan menjinjing sendiri

bahan-bahan yang akan digunakannya saat sayembara memasak.

2) Nilai Tahan Menderita

Nilai tahan menderita yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap

ketika Putri Lopian memberanikan diri hidup sendirian ketika ayah dan

ibunya menghilang.Putri Lopian mempertahankan hidup dengan memakan

tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar istana dan di hutan.

3) Nilai Menuntut Malu

Nilai menuntut malu yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika

anak gadis bangsawan mengundurkan diri dari sayembara karena tidak pandai

memasak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

4) Nilai Kemauan Keras

Nilai kemauan keras yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika

Pangeran Badiri memiliki keinginan dan inisiatif untuk menemukan

keberadaan Putri Lopian.Berbagai ide diberikan Pangeran Badiri kepada raja

untuk dapat bertemu Putri Lopian.

5) Nilai Berusaha Bekerja Keras

Nilai berusaha bekerja keras yang terdapat dalam cerita Putri Lopian

terungkap ketika Putri Lopian berusaha bekerja keras untuk memenuhi

kebutuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan pangannya Putri Lopian bercocok

tanam dan berusaha mengunakan alat yang sangat sederhana untuk bercocok

tanam.Putri Lopian menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

6) Nilai Menuntut Ilmu

Nilai menuntut ilmu yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika

Putri Lopian pandai bercocok tanam dan mengemudikan biduk.Putri Lopian

menuntut ilmu dengan cara belajar sendiri (autodidak) dan belajar dari alam.

7) Nilai Menghargai Adat dan Agama

Nilai menghargai adat dan agama yang terdapat dalam cerita Putri Lopian

terungkap ketika Pangeran Badiri menghargai keputusan Putri Lopian untuk

mengadakan upacara adat melepas buntie ke laut lepas. Pangeran Badiri juga

memiliki kepercayaan bahwa dengan melaksanakan syukuran maka Tuhan

yang Mahakuasa akan menunjukkan keberadaan Putri Lopian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

8) Nilai Kegagahan

Nilai kegagahan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika raja

menayakan dengan penuh wibawa kepada Guru Kerajaan perihal kehadiran

Putri Lopian yang membuat desa gempar.Nilai kegagahan juga terungkap

ketika Putri Lopian mampu menaklukkan lautan ganas dengan mudah.

9) Nilai Kekayaan

Nilai kekayaan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika Putri

Lopian memiliki istana yang luas dan kalung emas berbentuk manusia.Nilai

kekayaan juga terungkap ketika Pangeran Badiri menjadi pewaris tahta

kerajaan dan mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.

10) Nilai Kebangsawanan

Nilai kebangsawanan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap

ketika guru kerajaan yang sembah sujud menghadap sang raja dan ketika raja

memberi perintah kepada pengawalnya.

Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian tersebut

diharapkan dapat menjadi pedoman sebagai pengembangan karakter bangsa

terkhususnya suku Pesisir Tapanuli Tengah.

5.2Saran

Melalui hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran, saran untuk

peneliti, pendidik, pembaca, dan masyarakat, seperti berikut ini:

1. Untuk para peneliti sastra diharapkan dapat melakukan penelitian selanjutnya

dengan lebih baik dan sempurna terhadap karya-karya sastra lama seperti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

cerita rakyat dan mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia

dengan dirinya sendiri sehingga pembaca sastra dapat memahami nilai budaya

tersebut dan menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka.

2. Untuk para pendidik, khususnya para pendidik karya sastra, hendaknya dapat

menjadikan karya sastra sebagai sumber pengajaran, baik di tingkat dasar

maupun menengah, khususnya karya sastra yang memiliki hubungan dengan

nilai budaya. Sehingga pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat

berkembang dengan baik.

3. Untuk para pembaca, dari tingkat penikmat sampai tingkat pengkritik sastra,

agar menjaga dan melestarikan nilai budaya yang terdapat di dalam karya

sastra, sehingga nilai budaya tersebut dapat menjadi pedoman dalam

kehidupan masa kini untuk memperbaiki kepribadian menjadi yang lebih baik

lagi.

4. Untuk masyarakat Tapanuli Tengah, dalam hal melestarikan nilai budaya

adalah tanggung jawab semua pihak. Masyarakat harus memiliki kesadaran

untuk mempertahankan nilai budayanya karena merupakan identitas etnik

Tapanuli Tengah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Daftar Pustaka

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.

Jakarta: Grafiti.

Djamaris, Edwar dkk. 1993. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara:

SatraDaerah di Sumatra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Djamaris, Edwar dkk. 1996. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara:

SatraDaerah di Kalimantan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan

BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model,

Teori danAplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Hasyim, Mohammad. 1982. Penuntun Dasar ke Arah Penelitian Masyarakat.

Surabaya: Bina Ilmu.

Koentjaraningrat. 1984. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moelong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Salsa, Rini. 2015. “Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Langkat di Secanggang

pada Tradisi Ahoi: Kajian Antropologi Sastra”. (Skripsi). Medan: USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Sibarani, Robert. 2014. Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan).

Jakarta:Asosiasi Tradisi Lisan.

Siregar, Ahmad Samin. 1997. Sastra Tradisi di Indonesia. Medan: USU PRESS.

Siregar, Ahmad Samin dan Haron Daud. 2004. Mutiara Sastra Malaysia-Indonesia.

Medan: USU PRESS.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumaryono, E. 1999. HermeneutikSebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2016. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Tantawi, Isma. 2015. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media

Wellek dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Yolferi dkk. 2016. Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah. Medan:

KementrianPendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangandan

Pembinaan Bahasa BalaiBahasa Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

LAMPIRAN

Putri Lopian ( Bahasa Pesisir )

Sawaktu Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, masih hutan balantaro dan

banyak ditamui rawa-rawa. Manuruk kisah dari masyarakat sacaro turun-tamurun di

daerah Lopian dan sakitarnyo, panah ado carito nan malegenda, yaitu tantang saorang

padusi nan ditinggakan oleh nanggaek nyo nan ala menjelma manjadi sang peri di

Samudera Hindia. Inyo tingga di hutan balantaro dan samak balukar nan sangat ganas

dek karano dulu tampekko pana jadi pasanggerahan pertapaan Batara guru, ditampek

tulah Batara Guru mampartajam ilmu batinnyo. Konon kok curito sabagian urang, itu

adolah peri tapi sasungguhnyo adolah saurang putri nan rancak rupawan banamo

Lopian ato Putri Lopian. Di lihinyo tagantung patung nan tabuek dari emas.

Sekalipun inyo hidup saurang diri di hutan balantaro dan samak-balukar

sasudah ditinggakan mamaknyo, tarnyato inyo bisa juo bartahan hidup. Si Putri ko

tadi urangnyo sangat kuat, tangguh, dan tarampil dalam baburu walaupun jongon

persenjataan nan sangat sadarhano, dek karano inyo hidup dari hasil buruannyo. Inyo

pun mahir mangamudikan biduk sahinggo lautan nan ganas pun bisa ditaklukkannyo.

Walaupun sademikian inyo tatap indak kahilangan kodratnyo sebagai padusi, di saat

tertentu inyo turun ka parkampungan sembari manjuakan hasil buruannyo dan

sakaligus mambaok buah-buahan nan tumbuh lia dari hutan balantaro di sikitar

tampek tingganyo. Memang keseharian ka hidupannyo adolah baburu, makonyo

samar-samar ado juo tacalik dek masyarakat nan kalawik dan baburu di sakitar hutan

balantaro tu, dan Putri ko tadi acok pulo taparogok samo saurang pemuda nan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

ganteng sadang baburu di hutan balantoro tu, tapi Putri ko langsung mahindar dan

basondok di balik samak-samak nan rindang.

Di dalam paburuannyo acok juo inyo tasasek ka parkampungan sekitar,

bahkan suatu ketika tasasek inyo di satu perkampungan nan indak jauh dari kawasa

pusat pamarintahan karajaan Batak nan talatak di kaki Gunung Batara yaitu tapeknyo

banamo Sipan Siaporas, karano nampak duo buah Hau Sundung (hariana) di sabalah

kiri dan kanan rumah Sang Bagindo Rajo. Masyarakat di karajaan tu babahaso Batak

asli sabagian bahoso Pasisi, urangnyo tardiri dari barbagai suku bangso, banyak nan

badagang, batani, bataranak, dan nalayan.

Bantuk rumah-rumah di padalaman ciri khas rumah Batak nan baratok ijuk di

ujungnyo ado ulu paungnyo sadangkan nan di tapi pante rumah-rumah panduduk

disokong jongon soko kayu bako dan kayu nibung. Kerajaan ko tarkenal jongon hasil

buluh suratannyo (buluh gadang warna kuning untuk manulis aksara dan torombo) di

samping panghasilan tu tadi, ado juo nan lain sarupo sagu, rumbio, karambi, lauk,

lokan, dan garam. Karajaan ko banyak di datangi padagang dari Silindung (parlanja

sira), Angkola, Natal, Mandailing, dan banyak juo dari daerah lain.

Pado waktu itu datang surang guru karajaan mang hadok Bagindo Rajo

basamo pembesar kerajaan, untuk manyampekan tantang kahadiran saurang putri nan

misterius nan bamukin di daerah kekuasannyo .

“Sambah sujud kami Tuan Bagindo Rajo nan mulia.”

“Apo garangan kabar barito nan tuan Guru sampekan?“ tanyo Bagindo Rajo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Berkatolah tabib kerajaan, ”Manuruk ramalan hamba nan mulia sebagai tabib

nan alah lamo di negeri ko, hamba meliek jongon mato batin hamba ado sasuatu

panampakan nan mulia.

“Kalau baitu cobo la curitokan,“ kato Bagindo jongon wajah murung.

“Hamba mancalik ado saurang wanita nan sangat rancak, sarupo curito nan

kini sadang banyak dicuritokan masyarakat kito Bagindo, inyo benar adolah Putri

Lopian nan dulu urang tuonyo pun saurang rajo,“ sembari Paduka rajo mangguk-

anggukkan kapalonyo mandanga panuturan guru istana ko.

“Lalu di mano inyo kini dan mangapo inyo basondok, kalau indak salah

sidaklah nan nandak kito bantu dulu sawaktu karajaan sidak nan kanesarang tu dan

nanggaeknyo tu kan saperguruan samo ayahanda ambo, kalaulah itu urangnyo,“

sabda Baginda Rajo.

“Memang benarlah itu Tuanku, meraka memang urang nan randah hati indak

mau sidak manyusahkan urang dan sapanjang pancalitan mato batin hamba inyo Putri

Lopian Baginda.”

“Apo?“Baginda Rajo heran.

“Iyo nan Mulia, kalau kito buek acara syukuran kapado Tuhan nan kuaso di

lawik lapeh dan mamohon untuk mempertemukan kito jongon Putri Lopian ambo

raso pasti kito akan dipasuokan,“ kato guru istana tu.

“Kalau macam tu, persiapkan kianlah apo-apo sajo kaparluannyo,” kato Rajo

ka guru istana.

Sajak malam pado waktu nan alah ditantukan acara tu pun dilaksanakan

sakaligus mambuek syukuran dan acara “Mangusung Bunti“ sampai dihanyukkan ka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

lawik lapeh. Sakatiko juo Pulo Mursala nan jauh di tangah bacahayo, sinarnyo bakiro

palangi dan muncul wajah padusi nan sangek rancak.

Barisuknyo diumumkan pulo sayembara Bagindo Rajo akan mancari manantu

ka saluruh palosok Nagari, mako baduyun-duyunlah habi padusi nan gadi hadir dan

samo untuk mangikuti acara sayembara dengan harapan akan manang dan akan

dipasunting manjadi manantu rajo.

Ibu-ibu paro bangsawan pun sibuk mandandani dan Merie anak gadi sidak

jongon mandinyo pun pake aroma farpum nan sangat harum, namun indak saketek

pula habi anak-anak gadi paro bangsawan nan mangundurkan diri dek karano peserta

sayembara diwajibkan harus menyiapkan bahan-bahan sayuran untuk dimasak,

samantaro anak gadi paro bangsawan tu indak ado nan pande mamasak dek karanoko

sidak alah tabiaso dilayani oleh parah dayangdayangnyo.

Di hutan rimbo balantaro ruponyo Putri Lopian pun alah basiap-siap untuk

barangkek katampek sayembara tu dengan mangumpukan rampah-rampah dan sayur-

mayur tarutamo daun pakis, jantung pisang, asam nan dipetiknyo dari hutan sekitar

tampek tingganyo. Sabananyo Putri lopian indak polah harok bana untuk mangikuti

sayembara tu, cuma jongon samonyo Putri Lopian di acara tu inyo labih leluasa

mancalik-calik lingkungan istano dan babaur samo-samo masyarakat salagi

sayembara ko indak ado-ado batasan.

Sapagi-pagi hari Putri Lopian pun barangkek ka Karajan tu jongon bawokan

dan pakaian nan sangat sedarhana. Riak-riuh peserta dan habi panonton mambuek

acara tu samakin cariah gembira peserta masing-masing manunjukkan kabolehannyo,

ado nan harumnyo sampai manusuk hidung, ado nan gayanyo balenggang-lenggok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

bakiro itik bagage mancari tampek batalu, ado pulo bamekap ala bakiro si upik songe,

pokoknya bamacam-ragam la panampilan sidak biar dapek manarik hati Tuanku Rajo

dan biar dijodokannyo pulo beko ka Pangeran Lopian. Dari kajahuan nanpaklah Putri

Lopian sadang manjinjing sayuran, daun pakis, dan lainnyo. Cuma nan agak

mambuek urang tacangang-cangang adalah karang raksasa nan dibaoknyo tu.

Seluruh pembesar istana, masyarakat heran macalik karang nan gadang dan

sangat indah. Kilouannyo mambuek silau mato mamandangnyo, para pembesar istana

langsung manyambut kadatangan Putri Lopian.Putri Lopian pun manyarahkan karang

raksasa tu untuk disampaikan ka Tuanko Rajo. Tuanku Rajo mamparintahkan ka

pengawal untuk mampatamukan karang Putri Lopian jongon karang raksasa punyo

Pangeran Badiri nan dipali haro salamo batahun-tahun di dalam Istana. Bagindo Rajo

sangat terkesan dan takjub akan peristiwa nan jarang tajadi tu. Hatinyo sangat bahagia

dan tatkala dipatamukan kaduo karang tu di kuali nan tabuek dari tanah liek,

tadangalah suaro riuh-randah nan silih baganti. Rajo segera mamarintahkan paro

dayang istana untuk mempersiapkan pakayan nan terbaik dan nan paling rancak untuk

Putri Lopian.

Baginda Rajo segera mampatamukan Pangeran Badiri nan bakal pewaris tahta

jongon Putri Lopian, tapi alangkah takajuknyo sidak baduo, tanyato urangko alah

acok basuo di rimbo balantaro sawaktu sidak samo-samo baburu.

Singkek carito dinikahkanlah sidak, namun sabalum acara parnikahan

balangsung Putri Lopian maminta syarat ka Pangeran Badiri supayo satiap bulan

purnamo Pangeran basadia mambuekkan sipuluk kuning untuk dipersembahkan ka

ibunda tacintonyo. Dan pada tahun ka 17 setelah pernikahan sidak kelak akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

diadakan upacara kebesaran karajaan “Mangusung Bunti“ Pangeran Badiri basadia

untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri Lopian dan bajanji akan

malaksanakannyo kelak.

Baralek gadang nan dinanti-nantikan oleh karajan dating. Rakyat saluruh

nagari turuk bapesta gembira, para tamu undangan nan datang dari kerajaan tetangga

pun cukup rami. Dan sajak saat itu pulo tagak Karajaan Badiri, babilang hari,

babilang bulan dan tahun silih baganti Rajo Badiri dan permaisuri Putri Lopian hidup

rukun dan bahagia.

Konon caritonyo, setelah perkawinan sidak ala 17 tahun Puteri Lopian

manganugerahkan duo urang Putra dan duo urang puteri. Batapatan saat tu pulo

acara “Mangusung Bunti“ diadakan, tajadilah badai, taufan, dan ombak di lawik

bagamuruh, tibo-tibo Putri Lopian rahib tanpa bekas, keluarga istana, kerabat

karajaan, dan seluruh rakyat di perintahkan untuk mancari Putri Lopian, namun Putri

Lopian bakiro dilulu bumi.

Satelah kejadian itu badatanganlah kapal-kapal urang Portugis dan

Spanyol.Karajaan Badiri pun silih baganti diserang sidak sahinggo Karajaan Badiri

pun runtuh. Dan konon juo dicaritokan, apo bilo wajah Putri Lopian muncul di

rembang sanjo di ufuk barat, bueklah parmintaan pasti akan takabul dan itu pun

sebagai patando bagi nalayan untuk basiap-siap turun ka lawik dan ditaringekkan

kapado palawik indak lamo sasudah itu mako akan turun badai taufan dan sangat

ganas. Iko la mitos nan masih dipicayoi sabagian masyarakat sampai ini ko.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Putri Lopian ( Bahasa Indonesia )

Dahulu kala di daerah Lopian, Tapanuli Tengah, hiduplah seorang putri yang

bernama Lopian. Putri Lopian hidup sebatang kara. Konon, ayah dan ibunya

menghilang di dasar Samudera Hindia, menjelma menjadi peri penunggu dasar

samudera yang sangat luas itu.Para pengawal dan hulubalang kerajaan juga hilang

secara misterius. Tinggallah sang putri sendirian di bekas istana ayahandanya.

Karena tidak dihuni dengan layak, lama-kelamaan istana dan lingkungannya

ditumbuhi semak-belukar.Semakbelukar tersebut kemudian menjadi hutan lebat

karena tidak ada orang yang tersisa di sekitar istana kerajaan itu selain Putri

Lopian.Awalnya, Putri Lopian sangat ketakutan tinggal sendirian di dalam istana

yang luas. Akan tetapi, karena sudah terbiasa, lama-kelamaan dia menjadi berani dan

berusaha mempertahankan hidup dengan memakan buahbuahan dan umbi-umbian

liar yang tumbuh di sekitar istana.

Hewan-hewan hutan adalah sahabatnya.Tidak ada satu hewan pun yang

berniat mengganggunya karena dia sangat baik kepada hewan-hewan itu.Hewan

kesayangannya adalah seekor kura-kura raksasa yang menemaninya ke mana pun dia

pergi. Penduduk di sekitar bekas istana banyak yang menganggap bahwa sang putri

adalah peri, namun sesungguhnya dia adalah putri nan cantik jelita, anak raja yang

menjelma menjadi peri penunggu Samudera Hindia. Di lehernya tergantung kalung

emas yang berbentuk patung manusia.Kalung itu adalah kalung pemberian ayahnya.

Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang

sangat sederhana.Dia menanam sayursayuran, padi, dan umbi-umbian untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya

dengan mudah.

Walaupun mengalami kehidupan yang berat, Putri Lopian tidak melupakan

kodratnya sebagai wanita.Dia sangat pandai memasak.Jika dia sedang memasak,

aroma sedap dari masakan yang dimasaknya menyebar ke seluruh rimba tempat

tinggalnya.Hampir seluruh hewan yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya pernah

mencicipi masakan Putri Lopian yang baik hati dan suka berbagi.

Sang Putri sering juga tersesat ke perkampungan ketika sedang bermain di

hutan.Bahkan pernah suatu kali dia tersesat di satu kampung yang tidak jauh dari

pusat pemerintahan Kerajaan Sipan Siaporos.Kerajaan Batak yang terletak di kaki

Gunung Batara.Penduduk di kerajaan ini berbahasa Batak dan bahasa Pesisir.

Suatu ketika, Sang Putri tersesat di desa dekat pusat pemerintahan kerajaan

Sipan Siaporos, saat itu dia bertemu dengan beberapa orang penduduk.Mereka sangat

heran melihat penampilan Putri Lopian yang aneh.Gemparlah penduduk desa.Mereka

mulai menduga-duga, siapa gerangan wanita cantik yang keluar dari hutan belantara

tersebut.

Berita itu tentang kehadiran wanita cantik dari dalam hutan itu sampailah ke

telinga raja Kerajaan Sipan Siaporos.Baginda memanggil guru kerajaan menanyakan

perihal putri itu.

“Saya mendengar rakyat gempar dengan kehadiran seorang wanita cantik dari

dalam hutan. Apakah berita itu benar, Guru?” tanya raja dengan penuh wibawa. Saat

itu Sang Raja ditemani oleh putra tercintanya, Pangeran Badiri yang tampan rupawan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

“Sembah sujud duli Tuanku Raja yang mulia.Apa yang Tuanku tanyakan

adalah benar adanya.Kemarin dua orang pemuda melihat seorang wanita cantik jelita

keluar dari dalam hutan.Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan membawa tombak.

Agaknya dia sedang berburu yang mulia,” jawab sang guru kerajaan.

“Siapa gerangan wanita itu, wahai Guru?” tanya Pangeran Badiri dengan

antusias. Sepertinya, sang pangeran sangat tertarik dengan berita tersebut.

“Menurut mata batin hamba, yang mulia.Sebagai tabib yang sudah lama di

kerajaan ini, dia adalah Putri Lopian. Dahulu, orang tuanya adalah seorang raja yang

menjelma menjadi peri penunggu Samudera Hindia,“ guru kerajaan menjelaskan

dengan sangat rinci.

Raja mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian berkata, dengan takjub,

“Benarlah dugaan saya, ayah Puteri Lopian itu adalah sahabat saya. Ketika musibah

itu terjadi, saya memerintahkan panglima membawa pasukannya ke kerajaan itu

untuk menyelamatkan penduduk kerajaan.Tapi tak satu pun yang dapat

diselamatkan,” imbuh raja menyayangkan.

“Benar yang mulia. Menurut penglihatan batin saya, ketika itu pastilah sang

putri bersembunyi di ruang rahasia istananya, dia sangat ketakutan waktu itu sehingga

prajurit kita tidak menemukan siapa pun di situ,” kata guru kerajaan.

“Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar

syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon untuk mempertemukan kita

dengan Putri Lopian?” usul Pangeran Badiri dengan bersemangat. Baginda raja

terdiam sejenak, tampak memikirkan usul itu dengan khidmat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

“Kalau begitu, persiapkanlah segala sesuatunya!” putus Baginda Raja

kemudian. Pangeran Badiri terlihat sangat bersuka cita mengetahui usulnya disetujui

oleh sang raja.

Dengan demikian, persiapan acara syukuran dilakukan. Tuan Guru beserta

pembesar istana lainya mengawasi persiapan acara syukuran. Acara syukuran

mengusung buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas.

Pada malam yang ditentukan, dilakukanlah acara melepas buntie ke laut

lepas.Seluruh penghuni istana, raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru,

panglima, dayang, para pengawal, semua hadir dalam acara tersebut.Seketika itu,

Pulau Mursala yang berada jauh di tengah laut tampak bercahaya.Sinarnya seperti

pelangi sehingga terlihat sangat indah. Lalu keajaiban muncul, di tengah-tengah sinar

itu muncullah wajah seorang wanita yang sangat cantik jelita, wajah Putri Lopian.

Raja, permaisuri, pangeran, pembesar istana, dan semua yang hadir sangat kagum

dengan kecantikan wajah yang mereka lihat dalam sinar cahaya tadi. Melihat hal itu,

guru istana menyampaikan bahwa itu adalah pertanda dari ayah Putri Lopian yang

menjadi peri Laut Hindia untuk menyuruh baginda Raja Batak agar membawa Putri

Lopian ke istananya.

Tuan Guru kerajaan juga menceritakan bahwa Putri Lopian sangat suka

memasak. Konon, masakannya sangat lezat dan nikmat.Mendengar hal itu, Pangeran

Badiri mengusulkan, untuk memancing Putri Lopian keluar dari hutan, mereka harus

menggunakan siasat, yaitu mengadakan sayembara memasak. Menurut Sang

Pangeran, pasti Putri Lopian ikut persayembaraan itu karena memasak adalah hobi

sang putri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Lagi-lagi, Raja menyetujui usulan Pangeran Badiri.Raja sangat senang

melihat putranya sangat bersemangat.Keesokan harinya, diumumkanlah ke seluruh

penjuru negeri perihal sayembara memasak tersebut. Juga diumumkan bahwa

pemenang sayembara memasak akan diangkat menjadi menantu raja. Mendengar hal

itu, berduyunduyunlah wanita di Kerajaan Sipan Siaporos mengikuti sayembara

memasak dengan harapan menjadi menantu raja.

Kehebohan pun terjadi di seluruh penjuru negeri.Ibuibu bangsawan sibuk

mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian terbaik dan memakai

bedak serta minyak wangi.Namun, tidak sedikit pula anak gadis bangsawan itu yang

mengundurkan diri karena ternyata mereka hanya pandai bersolek tetapi tidak pandai

memasak.

Jauh di dalam hutan, Putri Lopian rupanya sudah bersiap untuk mengikuti

sayembara memasak. Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri dan

membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya. Di dalam

keranjangnya sudah penuh dengan daun pakis, jantung pisang, dan andaliman yang

dipetiknya di hutan.

Keesokan harinya, dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana Putri

Lopian berangkat ke ibu kota kerajaan untuk mengikuti sayembara memasak. Sorak-

sorai penonton dan lenggang-lenggok peserta membuat sayembara memasak semakin

meriah.Masing-masing peserta menunjukkan kebolehannya.Ada yang masakannya

beraroma sangat wangi, tetapi setelah dicicipi raja, ternyata terlalu banyak

garamnya.Ada yang masakannya terlihat sangat indah, tetapi setelah dicicipi ternyata

tidak berasa.Adalagi yang hanya melengang-lenggok kian kemari seperti itik pulang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

petang karena tidak bisa memasak. Sepertinya ia mengikuti lomba karena dipaksa

ibunya. Pokoknya bermacam ragam tingkah-polah para peserta untuk menarik

perhatian raja dan pangeran.

Sebelum acara dimulai, dari kejauhan tanpaklah Putri Lopian sedang

manjinjing sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa, dan sebagainya. Saat semua

orang sibuk dengan kegiatan menyiapkan masakan, sang putri tampak memasak

dengan tenang. Hasil masakannya pun sangat memuaskan.Sambal yang dibuatnya

lezat, gulai lemaknya pun sedap. Semua yang mencicipi masakan sang putri terlihat

sangat puas.

Akan tetapi, ada yang agak mengherankan tentang sang putri, yaitu kura-kura

raksasa yang dibawanya. Seluruh pembesar istana dan masyarakat heran melihat

kura-kura besar dan sangat indah itu. Kulitnya memiliki motif yang sangat indah,

selain itu kulit kura-kura itu tampak berkilau.Kilauannya membuat silau mata setiap

orang yang memandangnya.Setelah selesai sayembara dan dinobatkan menjadi

pemenang, Putri Lopian menghadap raja dan permaisuri.

Putri Lopian menyerahkan kura-kura raksasa itu kepada sang raja.

Permaisuri dan Pangeran Badiri yang berada di samping raja tidak dapat menahan

ketakjubannya melihat Putri Lopian beserta kura-kura raksasanya tersebut.

Sebenarnya, sejak kecil, sang pangeran juga memiliki peliharaan seekor kura-kura

raksasa. Hal inilah yang membuat sang pangeran terlihat sangat heran. Mungkinkah

mereka memang ditakdirkan berjodoh?Begitu dalam pikiran Pangeran Badiri.

Mengetahui hal itu, sang raja segera memerintahkan pengawal untuk

mempertemukan kura-kura raksasa yang dibawa Putri Lopian dengan kura-kura

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

raksasa kepunyaan Pangeran Badiri yang dipelihara selama bertahun-tahun di dalam

istana. Baginda Raja pun sangat terkesan dan takjub akan peristiwa yang jarang

terjadi itu. Hatinya sangat bahagia tatkala mempertemukan kedua kura-kura itu di

kuali yang terbuat dari tanah liat, terdengarlah suara riuh-rendah silih berganti. Raja

segera memerintahkan para dayang istana untuk mempersiapkan pakaian dan

pelayanan terbaik untuk Putri Lopian, calon menantunya.

Baginda Raja segera mempertemukan Pangeran Badiri, pewaris tahta kerajaan

dengan Putri Lopian. Singkat cerita dinikahkanlah mereka, namun sebelum acara

parnikahan berlangsung, Putri Lopian meminta syarat kepada Pangeran Badiri supaya

setiap bulan purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk

dipersembahkan kepada ibunda tercintanya. Selain itu, pada tahun ke-17 setelah

pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan “Mangusung

Bunti“. Pangeran Badiri bersedia untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri

Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu.

Pesta besar pun dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam.Rakyat seluruh

negeri turut berpesta gembira.Para tamu dan undangan semuanya hadir.Para raja

taklukan dan pembesar negara sahabat juga hadir dengan membawa kado yang sangat

mewah. Sejak saat itu Kerajaan Sipan Siaporos berganti nama menjadi Kerajaan

Badiri. Raja dan putri hidup rukun dan damai.Mereka dianugerahi empat orang anak,

dua orang putra dan dua orang putri.

Setelah 17 tahun perkawinan mereka, sesuai dengan permintaan Putri Lopian,

diadakanlah acara “Mangusung Bunti”.Namun tiba-tiba terjadilah badai hebat yang

melanda negeri Badari.Angin topan berhembus sangat kencang, ombak bergulung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

sangat tinggi, menyeret Putri Lopian ke tengah laut. Raja Badiri berusaha keras

menyelamatkan permaisurinya, namun tidak berhasil. Raja Badiri dan anakanaknya

sangat sedih menerima kenyataan itu.Istri dan ibu dari anak-anak mereka hilang

terseret ombak Samudera Hindia.

Konon ceritanya, apabila wajah Putri Lopian muncul di ambang senja, alamat

laut akan tenang dan para nelayan akan mendapatkan ikan yang banyak. Akan tetapi,

selang beberapa saat kemudian akan turun badai topan yang sangat ahsyat.

Demikianlah kisah tentang Putri Lopian yang berasal dari daerah pesisir pantai

Tapanuli Tengah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

Princess Lopian ( Bahasa Inggris )

Once upon a time, in Lopian Eastern Tapanuli, there lived princes named

Lopian. She lived alone. Her parents vanished in the bottom of Indian Ocean, turned

into ocean guardian fairies. Guards and commanders of the kingdom were also

vanished mysteriously. The princess lived alone in the palace. The yard of the palace

was overgrown with grass and even bushes. Several years later the palace was

covered with bushes and woods.

Initially, Princess Lopian was very afraid living alone in a big palace. In the

long run, she began to get used to it. She tried to live by eating fruits and tubers

growing wildly around the palace. She began to play with animals in the jungle. All

animals loved her and her favorite animal was a giant tortoise. It would follow her

wherever she went. People around the ruin palace thought that she was a fairy. In her

neck hung a human-figured necklace. Her father gave it to her several days before the

disaster.

Princess Lopian is a skillful farmer although she used simple tools. She

planted vegetables, paddy and tubers to support her life. The prince was also a skillful

boat rower. She could row her boat to the sea. She was also good at cooking. When

she was cooking, the smell of her cooking spared all over the jungle. Almost all

animals around her ruin palace ever tasted her cooking. The princess often strays into

villages while playing in the woods. Even once a time she lost in a village not far

from the center of Sipan Siaporos kingdom. Batak kingdom located at the foot of the

mountain Batara. Residents in this kingdom spoke Batak language and Pesisir

Language, a language that is similar to that of Minang Language. Once, the princess

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

lost in a village near the royal administrative center of Sipan Siaporos, when he met

with several of them. They were very surprised to see a strange appearance of

Princess Lopian. They were starting to guess who the beautiful girl coming from the

jungle was.

The news about the presence of a beautiful woman in the forest came to the

ears of the king of Sipansiaporos. The king called the Royal Advisors and asked

about the appearance of a beautiful lady.

“I heard that people are shocked by the appearance of a mysterious girl from

the forest. Is it true?” ask the king wisely. The king was accompanied by his son,

Prince Badiri, a handsome prince.

“You are right your majesty. It is true that there was a girl, a beautiful girl

came from the jungle. Two young men saw her running with her giant tortoise in the

bushes.” The Royal advisor replied.

“Who do you think she is?” Prince Badiri asked enthusiastically. Apparently,

the Prince was very interested in the news.

“Based on my view as a traditional healer in this kingdom, I saw a beautiful

princess. He told me through spiritual conversation that she is Princess Lopian. Her

father was the king of Lopian kingdom which was ruined by a huge waves from

Indian Ocean. And again, through spiritual conversation she told me that her father

became Indian Ocean watchman fairy,” the royal adviser explained in detail.

King nodded his head, and then said in amazement, "My guess is true,

Princess Lopian’s father was my friend. When the accident happened, I ordered the

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

commanders brought troops to the kingdom to rescue residents of the kingdom. But

none could be saved," said the king.

"It is true you majesty, according to my inner vision, when the disaster

happened Princess Lopian hid in a secret room in his palace, he was very scared at

that time so that our soldiers did not find anyone there," said the Royal Adviser.

“Your Majesty, If you allow me, I suggest that we hold thanks giving

ceremony to the Almighty god beg Him that we could meet Princess Lopian.” Prince

Badiri begged the king. The king was silent for a moment, thinking about the

proposal solemnly.

“Then, prepare everything for the ceremony!” said the king. Prince Badiri

looked very glad to know his proposal was approved by the King. M a n g u s u n g b

u n tie ceremony, removing food to the sea, was held. All the inhabitants of the

palace, the king, queen, prince, warrior, teacher, commander, maids, bodyguards, all

attended the event. suddenly, Mursala that was far from the sea seemed to glow. Its

rays like a rainbow that looks very beautiful. Then the miracle appeared, in the

middle of the light appeared the face of a very beautiful lady, the face of Princess

Lopian. The king, the queen, the prince, and all the audience impressed with the

beauty of the face appearing in the middle of the light. Seeing that the royal adviser

told that it was the sign from Princess Lopian’s father who was now became a fairy in

the middle of Indian Ocean to bring his daughter to King Badiri palace.

The Royal adviser also told that Princess Lopian liked to cook. Her cooks

were very delicious. Hearing this, Prince Badiri proposed hold cooking contest in

order to lure Princess Lopian out of the woods. The next day, it was reported all over

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

the country about the cooking contest. It was also announced that the winner of the

contest would be come king daughter-in-law. Hearing this, the kingdom of Sipan

Siaporas joined the cooking contest with hopes of becoming a king's daughter-in-

law.

Deep in the woods, Princess Lopian seemed to ready to follow cooking

contest. She chose the fresh vegetables she planted herself, took the spices which had

been formulated the day before.

On the next day, by wearing very simple cloth, Princess Lopian went to the

capital of the kingdom to join the cooking competition. Cheering spectators and

participants attitude made contest became more interesting. Each contestant showed

her cooking skill. One of them cooked with much seasoning and smelled good, but

when the king tasted it the taste was too salty. Another contestant cooked and

arranged the food well but the taste was not good. Some others only walked to and fro

without doing anything because they could not cook. They apparently joined the

contest due to their mother insistence.

Before the contest started, from a distance appeared Princess Lopian carrying

vegetables, ferns, banana, coconut, and so forth. When everyone was busy preparing

dishes, the princess cooked calmly. The result was very satisfactory. Chilly sauce she

made tasted very delicious, the curry was also delicious. Every body was satisfied

with Lopian’s cooking.

However, there was a rather surprising about the Princess pet, the giant turtle.

The entire palace officials and the public were surprised to see the giant turtle. It

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

shell had a very beautiful motif and gleaming. The shine made the eyes dazzled.

Princess Lopian won the contest and she was brought to visit the king and the queen.

Princess Lopian handed the giant turtle to the King. The queen and Prince

Badiri could not resist the fascination seeing Princess Lopian along with the giant

turtle. Actually, since his childhood, the Prince also had a pet, a giant turtle.This

makes the prince look very surprised. Perhaps they were destined soul mates? Prince

Badiri thought.

Knowing this, the King immediately ordered the guards to bring the giant

turtles. The two giant turtles met. The king was very impressed and amazed at the

rare event. He was very happy when he saw the two turtles played happily in a

cauldron. The king immediately ordered the palace maids to prepare the clothes and

the best service for Princess Lopian.

In short, they planned to get married soon. But Princess Lopian asked Prince

Badiri a condition. Every full moon, The Prince had to prepare a ceremony to

Lopian’s late mother by throwing yellow rice into the sea. Moreover, at the 17th year

of their wedding, the ceremony will be held in massive way. It was the Mangusung

bunti ceremony. Prince Badiri agreed to Princess Lopian request.

The wedding party was held for seven days and seven nights. People of the

kingdom were also very happy. There were so many people from neighbourhood

countries came to the party. They brought very luxurious gifts. Since then,

Sipansiaporos kingdom was chenged into Badiri Kingdom. The new king and the

princess lived hapily and peacefully. They had four children.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN

After 17 years of their marriage, according to the request of Princess Lopian,

they held the event " m angusung bunti ". But suddenly there was a great storm.

Hurricane blew very hard, very high waves rolling, dragging Prince Lopian to the sea.

King Badiri tried to save his queen, but he failed. King Badiri and her children were

very sad to accept it. His beloved wife missed swept by huge waves of the Indian

Ocean.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA