nilai - nilai budaya dalam cerita rakyat putri lopian
TRANSCRIPT
NILAI - NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:
TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA
SKRIPSI
OLEH
NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI
140701062
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:
TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA
OLEH
NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI
140701062
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi.
Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain, kecuali yang saya kutip dalam naskah ini dan dituliskan di
dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Juli 2018
Penulis,
Nurdi I.C.N Sianturi
140701062
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT PUTRI LOPIAN:
TINJAUAN ANTROPOLOGI SASTRA
OLEH:
NURDI IWANI CRISTINA NATALIA SIANTURI
SASTRA INDONESIA FIB USU
Nilai budaya adalah konsep dalam pikiran masyarakat yang digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan dan yang dianggap sangat berharga. Dalam cerita rakyat Putri Lopian terdapat nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai budaya masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah.Salah satu pembagian dalam nilai budaya adalah nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri.Tujuan penelitian ini mendeskripsikan nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yang terdapat dalam Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopian.Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sastra yaitu pendekatan yang membahas mengenai karya sastra untuk melihat nilai dan estetikanya, dan hubungannya dengan kebudayaan.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kepustakaan atau Library Research.Heuristik dan hermeneutik digunakan sebagai teknik dalam menganalisis data.Teknikanalisis deskriptifdigunakan untuk mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat sepuluh nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada cerita rakyat Putri Lopian yaitu: 1) kerendahan hati, 2) tahan menderita, 3) menuntut malu, 4) kemauan keras, 5) berusaha bekerja keras, 6) menuntut ilmu, 7) menghargai adat dan agama, 8) kegagahan, 9) kekayaan, dan 10) kebangsawanan. Kata kunci: cerita rakyat, nilai budaya, dan diri sendiri
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus karena berkat dan
kasih karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang diberi judul “Nilai
Budaya dalam Cerita Rakyat Putri Lopian: Tinjauan Antropologi Sastra” ini
merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Program Studi
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara.
Sangat banyak kesulitan yang penulis alami dari proses awal sampai akhir
penulisan skripsi ini. Berkat doa, saran, dan dukungan dari semua pihak hambatan-
hambatan itu dapat teratasi. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang berjasa mengarahkan dan membimbing penulis sehingga dapat
menyelesaikan studi yang ditempuh. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Terima kasih kepada Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas
kesempatan dan fasilitas-fasilitas yang penulis gunakan selama kuliah di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Terima kasih kepada Bapak Ketua dan Sekretaris Program Studi Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Terima kasih
atas keramahan yang telah diberikan selama penulis mengurus administrasi di
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3. Terima kasih kepada Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum sebagai dosen
pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk
saran-saran perbaikan dan motivasi selama membimbing penulis.
4. Terima kasih kepada seluruh dosen di Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga penulis mampu meyelesaikan
skripsi ini.
5. Terima kasih penulis ucapkan yang sebanyak-banyaknya kepada bapak
Slamet dan bapak Joko sebagai staf pekerja di Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
membantu penulis dalam kesulitan hal administrasi selama masa perkuliahan
dan kelengkapan-kelengkapan penyusunan skripsi.
6. Terima kasih kepada almarhum Ayahanda yang semasa hidupnya mendukung
dan telah mengizinkan saya untuk menempuh pendidikan S1.
7. Terimakasih kepada Ibunda terkasih yang setia berdoa untuk anaknya. Terima
kasih sudah menjadi orang tua tunggal yang hebat untuk saya. Terima kasih
sudah bersabar untuk kesuksesan saya menempuh pendidikan S1 di Program
Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
8. Terima kasih kepada kakak, abang, dan adik saya yang selalu berdoa untuk
kelancaran studi saya. Terima kasih kepada PN (PeripateoNarwastu) dan PKK
saya saudara dalam Tuhan Yesus. Doa dari kalian menguatkan saya dalam
pergumulan yang selama ini saya lewati. Terima kasih telah hadir dan ada
dalam hidup saya terutama dalam masa perkuliahan sampai dengan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
penyelesaian skripsi ini kalian tetap memegang tangan saya. Terima kasih
sudah merawat saya ketika sakit, menemani saya ketika ketakutan dan
menghibur saya ketika lelah.
9. Terima kasih kepada sahabat-sahabat saya The Baling (Gita, Jonatan,
Lamganda, Martua, Siska, Veronika) yang selalu memberikan saya semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini, menghibur saya ketika dalam kondisi lelah.
10. Terima kasih kepada abangda Pebrianto Zai yang selalu memberikan
perhatiannya atas perkembangan skripsi ini, memberikan semangat ketika
penulis kurang bersemangat.
11. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2014 yang telah memberikan
sumbangan pemikiran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Terima kasih kepada semua saudara, sahabat, dan teman-teman yang sudah
mendukung penulis dalam doa. Terima kasih atas segala bentuk bantuan yang
pernah ada. Penulis tidak dapat menyebutkannya satu per satu namun penulis
akan mengenang semua kebaikan itu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Akhir kata, jika ada kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini
penulis bersedia menerima saran yang bersifat membangun dan membina untuk
perbaikan bagi penulis pada masa mendatang.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia Sastra Indonesia.
Medan, Juli 2018
Penulis,
NurdiI.C.N Sianturi
140701062
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………………………………………………………….... .. i
ABSTRAK ………………………………………………………………….. ii
PRAKATA ………………………………………………………………… .. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………. .. vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 4
1.3 Batasan Masalah ……………………………………..………... 5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………….. 6
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep …………………………………………………………... 7
2.1.2 Cerita Rakya ………………………………………..………... 7
2.1.2 Nilai Budaya ………………………………………………..... 8
2.2 Tinjauan Pustaka ……………………………………………….... 9
2.3 Landasan Teori ………………………………………………..... 10
2.3.1 Antropologi Sastra …………………………………………… 10
2.3.2 Nilai Budaya …………………………………………………. 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Metode Penelitian ……………….……………………………....... 16
3.2 Sumber Data …………………………………………………….. 16
3.3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 18
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4 Teknik Analisis Data …………………………………………….. 19
BAB IV NILAI BUDAYA DALAM HUBUNGAN MANUSIA DENGAN DIRI
SENDIRI
4.1 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri pada Cerita
Rakyat Putri Lopian …………………………………………………. 21
4.1.1 Nilai Kerendahan Hati …………………………………………. 21
4.1.2 Nilai Tahan Menderita …………………………………………. 23
4.1.3 Nilai Menuntut Malu …………………………………………... 24
4.1.4 Nilai Kemauan Keras ………………………………………….. 26
4.1.5 Nilai Berusaha Bekerja Keras …………………………………. 27
4.1.6 Nilai Menuntut Ilmu …………………………………………... 29
4.1.7 Nilai Menghargai Adat dan Agama …………………………... 30
4.1.8 Nilai Kegagahan ……………………………………………… 33
4.1.9 Nilai Kekayaan ……………………………………………….. 34
4.1.10 Nilai Kebangsawanan ……………………………………….... 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan …………………………………………………………. 38
5.2 Saran ……………………………………………………………... 41
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 43
LAMPIRAN ………………………………………………………………….. 45
Cerita Rakyat Putri Lopian Terjemahan dalam Tiga Bahasa ………………… 45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sangat terkenal dengan keanekaragaman suku dan budaya, terutama
suku dan budaya yang terdapat di Sumatera Utara. Terdapat delapan suku yang
menghuni daerah Sumatera Utara, yaitu suku Batak Toba, Karo, Simalungun,
Angkola, Pak-Pak, Melayu,Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah), dan suku Nias(Siregar
dan Haron, 2004:125). Setiap suku di Sumatera Utara memiliki ciri khas tersendiri
terutama dalam bidang sastra khususnya cerita rakyat.
Salah satu suku yang tinggal di Sumatera Utara adalah suku Pesisir (Sibolga-
Tapanuli Tengah), masih sebagian kecil orang yang mengetahui bahwa suku Pesisir
(Sibolga-TapanuliTengah) ini berdiri sendiri membentuk suku yang baru (termasuk
penulis). Masyarakat Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) bertempat tinggal di daerah
pantai dan daerah pegunungan, sehingga terdapat berbagai macam jenis sastra baik
sastra lisan maupun sastra tulisan.
Sastra lisan merupakansuatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat dan diwariskan turun-temurun secara lisan sebagai milik
bersama (Siregar, 1997:1). Cerita rakyat Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) banyak
menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat pada zaman dahulu. Cerita rakyat
di daerah Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah) juga banyak mengandung nilai-nilai
budaya yang mampu memberikan pembelajaran kepada pembaca dan pendengar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cerita tersebut, baik dalam hubungannya dengan diri sendiri, maupun dengan
masyarakat, dan dengan alam sekitar.
Dalam cerita rakyat terdapat berbagai nasihat dari nenek moyang suku
tersebut. Baik yang tersurat maupun yang tersirat didalam teks cerita yang kemudian
nasihat dan nilai-nilai budaya tersebut dapat bermanfaat pada masa kini dan masa
depan suku bangsa itu. Tradisi lisan (termasuk menceritakan secara lisan cerita
rakyat) merupakan kegiatan luhur pada masa lalu yang berkaitan dengan keadaan
masa kini dan yangperlu diwariskan pada masa mendatang untuk mempersiapkan
masa depan generasi yang akan datang ( Sibarani, 2014:3 ).
Cerita rakyat Putri Lopian merupakan cerita rakyat Pesisir (Sibolga-Tapanuli
Tengah) yang telah ditulis dalam bentuk buku. Cerita rakyat ini ditulis dalam
terjemahan tiga bahasa, yaitu bahasa Pesisir, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris
yang diterbitkan untukpertama sekali pada tahun 2016 oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Balai Bahasa
Sumatera Utara. Cerita rakyat Putri Lopian menceritakan kisah seorang putri raja
yang bernama Lopian. Putri Lopian hidup sebatang kara setelah kematian kedua
orang tuanya secara misterius. Putri Lopian adalah seorang putri yang cantik jelita,
bersahabat dan memiliki kemampuan dalam bercocok tanam dan mengarungi lautan
lepas yang tak jauh dari istananya. Setelah sekian banyak cobaan yang dihadapinya
akhirnya Putri Lopian mendapatkan kebahagiaannya ketika Putri Lopiantidak sengaja
tersesat di desa dekat pemerintahan kerajaan Sipan Siaporas. Kerajaan Sipan Siaporas
adalah kerajaan Batak yang terletak di kaki Gunung Batara, penduduk kerajaan ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berbahasa Batak dan Pesisir. Sang pangeran dari kerajaan Sipan Siaporas melihat
sang Putri Lopian sehingga pangeran ingin bertemu dengan dia.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh keluarga kerajaan Sipan Siaporas untuk
menemukan Putri Lopian, mulai dari menggelar syukuran kepada Tuhan yang
Mahakuasa memohon untuk mempertemukan pangeran dan Putri Lopian dengan
Mangusung Buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas. Akan tetapi cara yang
pertama ini tidak membuahkan hasil. Selanjutnya keluarga kerajaan membuat
sayembara memasak karena menurut guru spritual kerajaan Putri Lopian sangat suka
memasak. Pihak kerajaan mengumumkan siapa saja yang menjadi pemenang dalam
sayembara ini maka akan diangkat menjadi menantu raja. Akhirnya sayembara pun
berlangsung. Putri Lopian muncul setelah semua gadis-gadis bangsawansibuk
memasak.Putri Lopian menjadi pemenang sayembara memasak tersebut.
Putri Lopian dan Pangeran Badiri pun menikah dengan syarat setiap bulan
purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk dipersembahkan
kepada roh ibu Putri Lopian. Selain itu, setelah tujuh belas tahun umur pernikahan
mereka harus diadakan upacara Mangusung Buntie. Pangeran Badiri pun bersedia
untuk melaksanakan permintaan Putri Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu.
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Putri Lopiandapat dilihat dari tokoh-
tokoh cerita dan percakapan-percakapan yang ada dalam cerita tersebut.Dalam cerita
rakyat Putri Lopianterdapat nilai-nilai budaya hubungan manusia dengan diri
sendiri.Nilai-nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiriyang terdapat dalam
cerita Putri Lopian seperti nilai berusaha keras yang ditunjukkan oleh Putri Lopian,
nilai menghargai adat dan agama yang ditunjukkan oleh Pangeran Badiri, dan nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kebangsawanan yang ditunjukkan oleh Raja Sipan Siaporas. Nilai-nilai budaya
tersebut dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca dan pendengarcerita rakyatPutri
Lopian dan dapat mempengaruhi karakter suku Pesisir (Sibolga-Tapanuli Tengah).
Berdasarkan latar belakang diatas, nilai-nilai budaya yang terdapat dalam
cerita rakyat Putri Lopian sangat menarik untuk diteliti karena menurut penulis
sampai saat ini belum ada yang meneliti nilai-nilai budaya cerita rakyat tersebut.
Nilai-nilai budaya dalam cerita rakyat Putri Lopian dikaji dengan pendekatan
antropologi sastra yang objek kajiannya adalah sastra, budaya, dan masyaratkat. Oleh
karena itu, perlu diadakan penelitian mendalam terhadap cerita rakyatPutri Lopian.
Sehubungan dengan itu penelitian ini dibuat untuk menganalisis nilai-nilai budaya
yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan diri sendiri yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian?
1.3Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi supaya penelitian terarah dan terfokus pada masalah
yang telah dibatasi sehingga pembahasan tidak melebar atau meluas.Batasan masalah
pada penelitian ini sesuai dengan latar belakang masalah.Penelitian ini hanya
berfokus pada nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri pada
cerita rakyat Putri Lopian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri yang terdapat dalam cerita rakyat Putri
Lopian.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini:
1.4.2.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memahami nilai-nilai budaya pada
cerita rakyat Putri Lopian.
2. Penelitian ini dapat memberi manfaat kepada pembaca untuk memahami
pendekatan antropologi sastra untuk menganalisis karya sastra.
3. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah wawasan bagi pembaca
untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih
menghargai, menjaga, dan melestarikan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh
setiap suku yang ada di Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kebudayaan
Indonesia.
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang nilai-nilai budaya yang
terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB II
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
2.1.1 Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita tentang kegiatan luhur masa lalu yang
berkaitan dengan keadaan masa kini dan yang perlu diwariskan pada masa mendatang
(Sibarani, 2014:3). Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai
media pengungkap perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam
kehidupan masyarakat ( Bunanta, 1998:21).
Cerita rakyat merupakan bagian dari tradisi sastra lisan yang menyimpan
informasi berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat penuturnya. Bahkan dapat
dikatakan bahwa, “ Sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat gudang adat istiadat,
buku sumber peradapan” (Wellek dan Austin Warren, 1989:122).
Cerita rakyat merupakan bagian dari folklor. Menurut Alan Dundes dalam
Danandjaja (1984:1-2), folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang
tersebar dan secara turun temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat
pembantu pengingat.
Brunvand dalam Danandjaja (1984:21), mengungkapkan bahwa folklor
dibedakan menjadi tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu : (1) folklor lisan
(verbal folklor), (2) Folklor sebagian lisan (partly verbal folklor), (3) Folklor
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bukanlisan (non verbal folklor) atau masing-masing dengan istilah mentifacts,
sociofaact, dan artifact.
2.1.2 Nilai Budaya
Nilai budaya merupakan suatu bentuk atau konsep umum yang dijadikan
pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok,
atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak
patut. Koentjaraningrat (2002:8), mengemukakan bahwa nilai budaya terdiri atas
konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat
mengenai hal-hal yang mereka anggap sangat bernilai dalam hidup.
Menurut Djamaris (1996:3), nilai budaya dapat dikelompokkan berdasarkan
lima kategori hubungan manusia, yaitu (1) nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan Tuhan,(2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai
budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan manusia lain, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri.
2.2 Tinjauan Pustaka
Sampai saat ini, peneliti tidak menemukan penelitian yang membahas nilai-
nilai budaya dalam cerita rakyatPutri Lopian dengan menggunakan pendekatan
antoropologi sastra. Namun sudah dilakukan penelitian sastra lisan di Pesisir
(Sibolga-Tapanuli Tengah), dan penelitian nilai-nilai budaya pada beberapa karya
sastra daerah di Sumatradengan menggunakan pendekatan antropologi sastra.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Penelitian tentang sastra lisan di Pesisir (Sibolga-TapanuliTengah) sudah
pernah dilakukan oleh Yolferi dkk dan hasil penelitian mereka telah dibukukan
berjudul Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah (2016).Penelitian ini
mengkhususkan pada cerita rakyat. Cerita rakyat yang berhasil dicatat berjumlah 9
buah cerita dalam bahasa Pesisir yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris.
Penelitian tentang nilai-nilai budaya juga pernah dilakukan oleh Djamaris dkk
dan hasil penelitian mereka telah banyak dibukukan. Salah satu buku Djamaris
berjudul Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara: Sastra Daerah di
Sumatra (1993). Hasil penelitian Djamaris dkk menggolongkan nilai budaya menjadi
lima kelompok yaitu, (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2)
nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan
manusia dengan masyarakat, (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
manusia lain, (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Nilai
budaya diteliti dengan menggunakan karya sastra dari Sumatra yaitu dari Sumatra
Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Aceh, Riau, Jambi, Bengkulu, dan Lampung.
Salsa (2015) dalam skripsinya berjudul “Nilai-Nilai Budaya Masyarakat
Melayu Langkat di Secanggang pada Tradisi Ahoi: Kajian Antropologi Sastra”. Ahoi
merupakan nyanyian para petani ketika melepaskan gabah dari tangkainya dengan
cara diinjak-injak. Tradisi ini biasa dilakukan ketika musim panen tiba.Ahoi ini sudah
mulai memudar karena tekhnologi yang semakin canggih.Hasil penelitian ini
menguraikan beberapa nilai yang terdapat dalam tradisi Ahoi.Nilai-nilai tersebut
sangat berpengaruh pada masyarakat Langkat pada zaman dahulu.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.3Landasan Teori
2.3.1 Antropologi Sastra
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologi sastra. Antropologi sastra
merupakan salah satu kajian sastra yang mempelajari kebudayaan yang terdapat
didalam sebuah teks sastra, dan melihat penerapannya dalam masyarakat pemilik
sastra tersebut dalam bersikap atau bertingkahlaku.Antropologi sastra merupakan
kajian mengenai karya sastra dengan relevansi manusia.Antropologi sastra
memberikan perhatian pada manusia sebagai agen kultural, sistem kerabat, sistem
mitos, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Antropologi sastra cenderung memusatkan
perhatian pada masyarakat kuno (Ratna, 2015 : 351-353).
Antropologi sastra termasuk kedalam pendekatan yang meneliti karya sastra
berupa tulisan-tulisan yang berbau sastra untuk melihat nilai dan
estetikanya.Antropologi sastra juga meneliti karya sastra dari sisi pandang etnografi,
yaitu pendekatan karya sastra yang menekankan pada warisan budaya masyarakat
masa lalu yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, dan
adat- istiadat (Endraswara, 2008:107).
Koentjaraningrat (2002:13), antropologi sastra adalah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi kebudayaan, mempelajari berbagai warna, tradisi, bentuk fisik
masyarakat, nilai-nilai pedoman kehidupan bermasyarakat pada masa dahulu hingga
masa sekarang, sebagai fenomena yang terjadi di tengah kehidupan kultural
masyarakat dewasa ini. Walaupun dikaitkan dengan kehidupan masa lampau, karya
sastra dalam konteks kebudayaan memiliki banyak manfaat yang mencerminkan nilai
yang dapat membangun karakter bangsa. Antropologi sastra memiliki tugas
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengungkapkan nilai sebagai salah satu wujud kebudayaan khususnya kebudayaan
tertentu dan masyarakat tertentu (Ratna, 2015 :41).
Endraswara (2008:109),analisis antropologi sastra memfokuskan perhatian
dan mengungkap hal-hal berikut, (1) kebiasaan-kebiasaan masa lampau yang
berulang-ulang masih dilakukan dalam sebuah cipta sastra. Kebiasaan leluhur
melakukan semedi, melantunkan pantun, mengucapkan mantra-mantra, dan
sejenisnya menjadi fokus penelitian, (2) penelitiakan mengungkapakan tradisi atau
subkultur serta kepercayaan seorang penulis yang terpantul dalam karya sastra.
Dalam kaitan ini tema-tema tradisional yang diwariskan turun temurun akan menjadi
perhatian sendiri, (3) kajian juga dapat diarahkan pada aspek penikmat sastra
etnografis, mengapa mereka sangat taat menjalankan pesan-pesan yang ada dalam
karya sastra, (4) peneliti juga perlu memperhatikan bagaimana proses pewarisan
sastra tradisional dari waktu ke waktu, (5) kajian diarahkan pada unsur-unsur
etnografis atau budaya masyarakat yang mengitari karya sastra tersebut, (6) perlu
dilakukan kajian terhadap simbol-simbol mitologi dan pola pikir masyarakat
pengagumnya. Misalkan, peneliti dapat mengkaji mitos Nyi Roro Kidul yang terkenal
sampai sekarang.
Ratna (2015 : 65), antropologi sastra memusatkan perhatian pada penelitian
yaitu (1) aspek-aspek karya sastra dari kebudayaan yang berbeda-beda, (2) penelitian
karya sastra sejak zaman dahulu hingga novel yang paling modern, (3) bentuk-bentuk
arkhais dalam karya satra, baik dalam konteks karya individual maupun generasi, (4)
bentuk-bentuk mitos dan sistem religi dalam karya sastra, (5) pengaruh mitos, sistem
religi, dan citra primordial yang lain dalam kebudayaan popular.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Analisis dengan pendekatan antropologi sastra memiliki keterkaitan dengan
analisis nilai budaya.Pola perilaku anggota masyarakat terlihat dari nilai budayanya.
Hadirnya kajian antropologi sastra merupakan salah satu upaya melacak hubungan
nilai-nilai budaya yang ada di dalam cerita rakyat yang akan penulis paparkan dalam
penelitian ini.
2.3.2 Nilai Budaya
Menurut Djamaris (1996:3),nilai budaya dibagi atas beberapa sub bagian,
yaitu:
1. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan
Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang serupa dan segambar dengan-Nya,
manusia memiliki hubungan yang paling utama dengan sang penciptanya. Ada suatu
pengharapan dalam setiap doa-doa yang dipanjatkan manusia kepada Tuhan.
Berbagai cara dilakukan manusia untuk menjalin hubungan dengan Tuhannya.
Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah terlepas dengan
sang pencipta. Sebagai manusia yang beragama manusia selalu mengingat Tuhan
dengan melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.Manusia adalah makhluk
yang religius dalam arti bahwa manusia menyembah Tuhan, melakukan ritual atau
ibadah serta upacara untuk minta ampun dan menyesali diri.Nilai yang menonjol
dalam hubungan manusia dengan Tuhan adalah nilai suka berdoa, berserah diri, nilai
ketakwaan, dan menyerah kepada takdir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam
Persoalan manusia dalam hubungannya dengan alam dapat berwujud tindakan
manusia dalam mengolah sumber daya alam yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia.Setiap kebudayaan memiliki persepsi yang berbeda tentang
alam.Ada kebudayaan yang menganggap alam itu untuk ditaklukkan, ada juga yang
kebudayaan yang menganggap alam itu sebagai sesuatu yang hebat dan sakral, dan
kebudayaan yang menganggap manusia hanya mencari keselarasan dengan alam.Nilai
yang menonjol dalam hubungan manusia dengan alam adalah nilai peduli dengan
lingkungan sekitar dan pemanfaatan alam.
3. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat
Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah nilai-nilai
yang berhubungan dengan kepentinggan para anggota masyarakat, bukan nilai yang
dianggap penting dalam satu anggota masyarakat sebagai individu atau
pribadi.Individu atau perseorangan berusaha mematuhi nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat karena dia berusaha untuk mengelompokkan diri dengan anggota
masyarakat yang ada, mementingkan kepentingan bersama bukan kepentingan diri
sendiri.Nilai yang menonjol dalam hubungan manusia dengan masyarakat adalah
nilai gotong royong, kerukununan, dan musyawarah atau mufakat.
4. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain
Manusia dalam bermasyarakat pasti berhubungan dengan manusia lain. Yang
dicari manusia dalam hubungan ini adalah keselarasan hidup yang positif. Nilai yang
menonjol dalam hubungan manusia dengan manusia lain adalah nilai kepatuhan, suka
memaafkan, kesetiaan, keramahan, penyantun, kasih sayang, dan nilai keikhlasan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri
Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak keinginan diri sendiri untuk
dipenuhi dan dipuaskan baik lahiriah maupun batiniah.Nilai yang menonjol dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri adalah menuntut ilmu, berusaha keras,
kemauan yang keras, kerendahan hati, menuntut malu, menghargai adat dan agama,
dan kekayaan.
Kelima nilai budaya di atas dijadikan manusia menjadi konsep yang akan
membentuk kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. Nilai-nilai budaya
itu akan dijadikan tolak ukur dari satu generasi kegenerasi berikutnya.
Nilai budaya yang menjadi fokus penelitian ini adalah nilai budaya dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri.Diri sendiri adalah objek yang pertama harus
dibenahi, harus diisi dengan hal yang positif sebelum manusia itu menjalin hubungan
dengan manusia lainnya. Manusia yang tidak dapat membatasi diri sendiri adalah
manusia yang mungkin memiliki dampak yang kurang positif untuk dirinya dan untuk
orang lain.
Manusia harus mampu mangatur dirinya sendiri sebelum terjun ke dalam
masyarakat dan alangkah baik jika manusia memiliki perananan bukan hanya untuk
diri sendiri melainkan juga untuk orang lain. Nilai-nilai budaya yang tergolong dalam
hubungan manusia dengan diri sendiri adalah: (1) menuntut ilmu, (2) berusaha keras,
(3) kemauan keras, (4) tahan menderita,(5) kekayaan, (6) kerendahan hati, (7)
menuntut malu, (8) menghayati adat dan agama, (9) kegagahan, (10) kebangsawanan
( Djamaris dkk, 1966 : 9-10). Kesepuluh nilai budaya hubungan manusia dengan
dirinya sendiri akan dikaji di dalam penelitian cerita rakyat Putri Lopian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III
METODE PENILITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai suatu penyelesaian
masalah dengan mengumpulkan dan menganalisis data untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatifbersifat deskriptif karena penelitian kualitatif
menguraikan data yang terkumpul, menganalisisnya, dan menginterpretasikannya
dalam rangka menemukan model, kaidah, pola, formula, nilai, dan norma dari sebuah
fenomena yang diteliti(Sibarani, 2014:277 ).
Data deskriptif diuraikan dalam bentuk kata-kata atau gambar jika diperlukan,
bukan berbentuk angka-angka (Endraswara, 2008:5).Metode ini sesuai dengan
pendapat Lofland (dalam Moleong) yang menyebutkan sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
3.2 Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah:
Judul : Putri Lopian dalamBunga Rampai Cerita Rakyat
Tapanuli Tengah
Penerjemah : Yolferi dan Medtolia Jurlianti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terjemahan : Terjemahan dalam tiga bahasa(Bahasa Pesisir, Bahasa
Indonesia, Bahasa English)
Penerbit : Balai Bahasa Sumatera Utara
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
Tebal : 168 halaman (1cm)
Ukuran : 21 cm x 15 cm
Cetakan : Cetakan pertama
Tahun : 2016
Warna Sampul : Perpaduan warna biru, putih, hijau, kuning,
merah dan oranye
Gambar Sampul :
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
kepustakaan atau Library Research.Teknik penelitian kepustakaan merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang terdapat di ruang kepustakaan, yang menggunakan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
buku sebagai objek penelitian (Koentjaraningrat, 1983:420). Begitu juga dengan
(Tantawi, 2015:61), yang menjadi objek penelitian dalam teknik kepustakaan adalah
buku sebagai sumber data yang akan diolah.
Teknik kepustakaan sangat umum digunakan dalam suatu penelitian karena
mempermudah cara kerja peneliti. Penelitian dengan teknik ini tidak harus terjun
langsung kelapangan, cukup hanya menggunakan buku sebagai
objeknya.Pengumpulan data melalui bahan-bahan pustaka sangat penting dalam
teknik penelitian kepustakaan.Teknik pengumpulan data berguna untuk
mengumpulkan jawaban dari rumusan masalah sehingga rumusan masalah itu dapat
terjawab atau terselesaikan.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dengan membaca
cerita rakyat Putri Lopian yang menjadi sumber utama atau data primer.Kemudian
mencatat data-data yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian yaitu berupa nilai-
nilai budaya hubungan manusia dengan diri sendiri, lalu dianalisis menggunakan
pendekatan antropologi sastra.
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah
dikumpulkan menjadi seperangkat hasil, baik dalam bentuk penemuan baru maupun
dalam bentuk kebenaran hipotesis (Mohammad Hasyim, 1982 : 41). Hal ini
sependapat dengan Sugiyono (2012:244), teknik analisis data merupakan serangkaian
kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan menjadi seperangkat hasil yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bermakna dan berguna dalam memecahkan masalah sehingga hasil dari penelitian
tersebut dapat dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Data-data yang ada dikelompokkan dan dianalisis dengan teori yang
digunakan. Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan cara
mengkategorikan atau mengklasifikasikan berdasarkan fokus penelitiannya (Sutinah
dan Suyanto, 2016:173).
Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis data heuristik dan hermeneutik.Hermeneutik merupakan pembacaan
karya sastra dengan cara berulang-ulang, kemudian menggali makna yang tepat dari
ceritanya (Sumaryono, 1999:111). Hal ini sependapat dengan Tantawi (2015:61),
hermeneutik yaitu pembacaan karya sastra dengan cara berulang-ulang atau
pembacaan bolak-balik untuk mendapatkan konvensi cerita atau makna ceritanya.
Heuristik merupakan teknik analisis untuk mendapatkan makna melalui struktural
bahasanya dengan cara menginterpretasikan teks sastra lewat tanda-tanda bahasa
(Tantawi, 2015 : 61).
Analisis yang digunakan dalam menganalisis teks sastra adalah analisis
deskriptif. Metode deskriptif adalah mendeskripsikan fakta-fakta dan fenomena-
fenomena pada objek penelitian ( Ratna, 2015:53). Metode deskriptif berupaya
mendeskripsikan tentang situasi atau kejadian, gambaran, lukisan, secara sistematis,
faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
dengan fenomena pada objek yang diteliti, hasil penelitian yang diperoleh adalah
berupa penjelasan yang sifatnya deskriptif (Tantawi, 2015 : 66).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Nilai Budaya dalam Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri pada Cerita
Rakyat Putri Lopian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, hasil penelitian mencakup
nilai-nilai budaya yang terdapat dalam hubungan manusia dengan diri sendiri dalam
Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopianakan dijelaskan pada
bagian ini. Dalam cerita rakyat Putri Lopianterdapat sepuluh nilai budaya hubungan
manusia dengan diri sendiri, selanjutnya penulis akan menganalisis kesepuluh nilai
budaya itu dalam Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah Putri Lopian seperti
berikut ini.
4.1.1 Nilai Kerendahan Hati
Kerendahan hati merupakan sifat seseorang yang tidak sombong atau tidak
angkuh. Orang yang rendah hati adalah orang yang selalu menghargai orang lain.
Kerendahan hati biasanya ditemui pada orang yang benar-benar telah merasakan
berbagai pengalaman hidup yang mengajarkannya untuk tidak meninggikan
diri.Kerendahan hati diperoleh dari dalam diri seseorang bukan karena dipelajari terus
menerus atau karena paksaan orang-orang disekitar.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kerendahan hati dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian datang ke kerajaan
Sipan Siaporas dengan tidak menonjolkan statusnya sebagai putri raja, melainkan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berpenampilan layaknya seorang gadis yang tinggal di pedesaan terpencil.Nilai
kerendahan hati pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita
di bawah ini.
Kutipan (1)
“ Keesokan harinya, dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana Putri Lopian berangkat ke ibu kota kerajaan untuk mengikuti sayembara memasak. Sorak-sorai penonton dan lenggang-lenggok peserta membuat sayembara memasak semakin meriah.Masing-masing peserta menunjukkan kebolehannya” (PL : 66 ).
Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian memiliki kerendah
hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘mengenakan
pakaian yang sangat sederhana’.Walaupun Putri Lopian seorang putri raja akan tetapi
dia tidak memperlihatkan kepada orang lain status sosialnya. Putri Lopian datang ke
sayembara dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana.Mengenakan pakaian
yang sangat sederhana bukanlah kebiasaan seorang putri raja atau anggota kerajaan.
Kutipan (2)
“ Sebelum acara dimulai, dari kejauhan tampaklah Putri Lopian sedang manjinjing sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa,dan sebagainya. Saat semua orang sibuk dengan kegiatan menyiapkan masakan, sang putri tampak memasak dengan tenang. Hasil masakannya pun sangat memuaskan.Sambal yang dibuatnya lezat, gulai lemaknya pun sedap. Semua yang mencicipi masakan sang putri terlihat sangat puas” ( PL : 67 ). Pada kutipan yang kedua Putri Lopian juga menunjukkan kerendahan
hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘menjinjing
sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa, dan sebagainya’.Putri Lopian datang ke
sayembara dengan menjinjing sendiri bahan-bahan yang akan digunakannya saat
sayembara. Pada umumnya seorang putri raja mendapatkan pengawalan dan dayang-
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dayang untuk membantunya dalam segala hal.Salah satu tugas pengawalan dan
dayang-dayang adalah membawakan barang-barang milik putri raja, akan tetapi Putri
Lopian menjinjing sendiri barang-barangnya.
Kutipan (3)
“ Putri Lopian menyerahkan kura-kura raksasa itu kepada sang raja. Permaisuri dan Pangeran Badiri yang berada di samping raja tidak dapat menahan ketakjubannya melihat Putri Lopian beserta kura-kura raksasanya tersebut ( PL : 68 ). Pada kutipan yang ketiga Putri Lopian juga menunjukkan kerendahan
hati.Nilai kerendahan hati pada kutipan ketiga terdapat pada kata-kata ‘meyerahkan
kura-kura raksasa itu kepada sang raja’.Putri Lopiandengan kerendahan hati
meyerahkan kura-kura kesayangannya kepada yang mulia raja.Walaupun raja belum
memerintahkan Putri Lopian untuk menyerahkan kura-kura tersebut, akan tetapi Putri
Lopian tidak keberatan sama sekali menyerahkan kura-kura miliknya kepada yang
mulia raja. Sekalipun kura-kura tersebut adalah hewan kesayangannya.
4.1.2 Nilai Tahan Menderita
Tahan menderita merupakan sikap seseorang yang kuat atau sanggup
menanggung sesuatu.Tahan menderita adalah suatu sifat yang patut dicontoh.Orang
yang mempunyai sifattahan menderita akan kuat hati menghadapi cobaan yang
menimpa dirinya. Seseorang yang memiliki sifat tahan menderita selalu merasa yakin
bahwa suatu saat nanti pasti akan menemukan kebahagiaan.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai tahan menderita dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian yang memberanikan
diri hidup sendirian dan mempertahankan hidup dengan memakan tumbuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
liar.Nilai tahan menderita pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan
teks cerita di bawah ini.
“ Akan tetapi, karena sudah terbiasa, lama-kelamaan dia menjadi berani dan berusaha mempertahankan hidup dengan memakan buah-buahan dan umbi-umbian liar yang tumbuh di sekitar istana” ( PL : 62 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian memiliki sifat yang
tahan menderita.Nilai tahan menderita pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata
‘berusaha mempertahankan hidup’.Setelah ayah dan ibu Putri Lopian menghilang,
Putri Lopian tinggal sendiri di istana. Awalnya Putri Lopian sangat ketakutan,akan
tetapi lama-kelamaan dia menjadi berani. Putri Lopian mempertahankan hidupnya
dengan cara memakan buah-buahan dan umbi-umbian liar yang tumbuh di sekitar
istananya.
4.1.3 Nilai Menuntut Malu
Menuntut malu merupakan sikap yang dipilih seseorang apabila dia merasa
melakukan suatu hal yang salah atau perbuatan yang salah.Pada zaman sekarang nilai
menuntut malu sangat sedikit sekali ditemui pada diri seseorang.Akan tetapi pada
zaman dahulu nilai menuntut malu ini sangat melekat pada setiap pribadi seseorang
dan menjadi sebuah tolak ukur untuk menentukan baik atau buruknya sikap
seseorang.
Menuntut malu ada tiga jenis yaitu, malu kepada Tuhan, malu kepada sesama
manusia, dan malu kepada diri sendiri.Orang yang malu kepada Tuhan adalah orang
yang malu ketika meninggalkan perintah-Nya. Demikian juga ia sangat malu bila
Tuhan mengetahui bahwa ia mengerjakan larangan-Nya. Malu kepada Tuhan berarti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan mengetahui seluruh aktivitas setiap
manusia.Pada titik inilah iman seseorang dipertaruhkan.
Malu kepada sesama manusia adalah malu mengerjakan hal-hal yang tidak
pantas dilakukan dalam pandangan masyarakat.Malu jenis ini sangat tergantung pada
pandangan sosial.Seseorang yang tidak memiliki rasa malu terhadap sesamanya
biasanya dikucilkan dalam masyarakat.Malu pada sesama manusia ini sangat perlu
dikaitkan dengan rasa malu kepada Tuhan.
Malu pada diri sendiri adalah rasa malu yang tumbuh secara otonom dalam
diri manusia.Dengan kemampuan berpikir yang dianugerahkan Tuhan, seseorang
dapat secara sadar memilih perbuatan mana yang pantas dikerjakan dan mana yang
harus ditinggalkan.Dari ketiga jenis malu di atas yang terdapat dalam cerita rakyat
Putri Lopian ialah malu kepada sesama manusia dan malu kepada diri sendiri.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menuntut malu dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu anak gadis bangsawan yang mengundurkan diri dari sayembara
karena tidak pandai memasak.Nilai menuntut malu pada cerita rakyat Putri Lopian
dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.
“ Namun, tidak sedikit pula anak gadis bangsawan itu yang mengundurkan diri karena ternyata mereka hanya pandai bersolek tetapi tidak pandai memasak” ( PL : 66 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa anak gadis bangsawan tersebut
memiliki sikap yang malu kepada sesama dan malu kepada dirisendiri.Nilai menuntut
malu pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata ‘anak gadis bangsawan itu
mengundurkan diri’.Ketika raja mengumumkan sayembara tersebut ibu-ibu
bangsawan mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian, bedak, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
wangi-wanginya terbaik yang mereka miliki.Ibu-ibu bangsawan berharap anak
mereka menang sayembara dan menjadi menantu raja, akan tetapi anak gadis
bangsawan tersebut tidak pandai memasak sehingga mereka mengundurkan diri dari
sayembara tersebut karena malu.
4.1.4 Nilai Kemauan Keras
Kemauan keras merupakan sikap seseorang yang sungguh-sungguh hendak
mendapatkan apa yang diinginkan dan yang dipikirkan. Kemauan keras adalah tekad
untuk meraih sesuatu yang diinginkan.Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu
harus mempunyai kemauan keras.Kemauan keras datang dari dalam diri manusia itu
sendiri.Salah satu bentuk kemauan keras ialah memiliki berbagai ide dan inisiatif.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kemauan keras dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu keinginan dan inisiatif dari Pangeran Badiri untuk menemukan
keberadaan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada cerita rakyat Putri Lopian dapat
dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.
Kutipan (1)
“ Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon untuk mempertemukan kita dengan Putri Lopian?” usul Pangeran Badiri dengan bersemangat. Baginda raja terdiam sejenak, tampak memikirkan usul itu dengan khidmat ( PL : 64 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Pangeran Badiri memiliki
kemauan keras untuk menemukan keberadaan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada
kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘usul Pangeran Badiri dengan
bersemangat’.Pangeran Badiri memiliki ide untuk menggelar syukuran kepada Tuhan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
yang Mahakuasa supaya mempertemukan mereka dengan Putri Lopian. Pageran
Badiri sangat bersemangat dan bersukacita mendengar bahwa usulnya diterima sang
raja.
Kutipan (2)
“ Tuan Guru kerajaan juga menceritakan bahwa Putri Lopian sangat suka memasak. Konon, masakannya sangat lezat dan nikmat.Mendengar hal itu, Pangeran Badiri mengusulkan, untuk memancing Putri Lopian keluar dari hutan,mereka harus menggunakan siasat, yaitu mengadakan sayembaramemasak. Menurut Sang Pangeran, pasti Putri Lopian ikut persayembaraan itu karena memasak adalah hobi sang putri” ( PL : 65 ). Pada kutipan yang kedua Pangeran Badiri juga memiliki ide untuk
menemukan Putri Lopian.Nilai kemauan keras pada kutipan kedua terdapat pada
kata-kata ‘Pangeran Badiri mengusulkan untuk memancing Putri Lopian keluar dari
hutan’ yaitu dengan caramelakukan sayembara memasak.Sayembara memasak
dilakukan untuk memancing Putri Lopian keluar dari
persembunyiannya.Menurutguru kerajaanPutri Lopian sangat suka memasak sehingga
Pangeran Badiri menemukan ide sayembara tersebut.
4.1.5 Nilai Berusaha Bekerja Keras
Berusaha bekerja keras merupakan sikap seseorang yang melakukan suatu
usaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan yang dicita-citakan dengan cara
bekerja dengan giat. Manusia pada umumnya mempunyai cita-cita atau harapan untuk
masa depannya. Cita-cita atau harapan itu akan terwujud apabila diiringi dengan kerja
keras. Kerja keras adalah suatu upaya yang terus dilakukan dan tidak pernah
menyerah dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasnya sampai tuntas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Nilai berusaha bekerja keras tersebut mengandung ajaran supaya manusia
berusaha sungguh-sungguh untuk memperoleh apa yang dibutuhkan dan diinginkan.
Manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik untuk masa
sekarang maupun untuk masa depan.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai berusaha bekerja keras dapat
ditemukan pada teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian
berusaha bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Nilai berusaha bekerja
keras pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah
ini.
Kutipan (1)
“ Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana. Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah” ( PL : 62 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Putri Lopian berusaha bekerja
keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Nilai berusaha bekerja keras pada
kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan
umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya’.Untuk memenuhi kebutuhan
pangannya Putri Lopian bercocok tanam dan berusaha mengunakan alat yang sangat
sederhana untuk bercocok tanam.Selain bercocok tanam, Putri Lopian juga sangat
mahir mengemudikan biduk.
Kutipan (2)
“ Kehebohan pun terjadi di seluruh penjuru negeri. Ibu-ibu bangsawan sibuk mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian terbaik dan memakai bedak serta minyak wangi” ( PL : 66 ).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada kutipan yang kedua terungkap bahwa ibu-ibu bangsawan berusaha
bekerja keras untuk mengikut sertakan anak gadis mereka dalam sayembara.Nilai
berusaha bekerja keras pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘Ibu-ibu
bangsawan sibuk mendandani anak gadis mereka’.Ibu-ibu bangsawan tersebut
berusaha bekerja keras untuk mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan
pakaian terbaik dan memakai bedak serta minyak wangi yang terbaik, dengan
harapan anak gadis mereka memenangkan sayembara tersebut.
Kutipan (3)
“ Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri dan membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya. Di dalam keranjangnya sudah penuh dengan daun pakis, jantung pisang, dan andaliman yang dipetiknya di hutan” ( PL : 66 ).
Pada kutipan yang ketiga terungkap bahwa Putri Lopian berusaha bekerja
keras untuk mengikuti sayembara tersebut.Nilai berusaha bekerja keras pada kutipan
ketiga terdapat pada kata-kata ‘Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri
dan membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya’. Putri
Lopian sudah bekerja keras sehari sebelum sayembara dilaksanakan.
4.1.6 Nilai Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu merupakan suatu usaha untuk mendapatkan
pengetahuan.Pengetahuan berfungsi untuk mencerdaskan manusia.Menuntut ilmu
adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan ke dunia hingga
akhir hayat.Masalah ini sangat penting dan merupakan suatu kewajiban yang harus
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dilakukan. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menuntut ilmu, baik melalui
pendidikan formal, informal, maupun melalui non pendidikan.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menuntut ilmu dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu seorang putri raja yang bernama Putri Lopian pandai bercocok
tanam dan mengemudikan biduk.Nilai menuntut ilmu pada cerita rakyat Putri Lopian
dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.
“ Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana. Dia menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah” ( PL:62 ). Dalam kutipan tersebut terungkap bahwa Putri Lopian menuntut ilmu, terlihat
dari cara Putri Lopian sangat pandai dalam bercocok tanam dan mengemudikan
biduk.Nilai menuntut ilmu pada kutipan di atas terdapat pada kata-kata ‘Putri Lopian
sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang sangat sederhana’.Pada
zaman sekarang untuk pandai bercocok tanam kita harus belajar teknik-teknik
pertanian melalui jalur pendidikan. Putri Lopian tidak menutut ilmu melalui jalur
pendidikan, akan tetapi Putri Lopian menuntut ilmu dengan cara belajar sendiri
(autodidak) dan belajar dari alam.
4.1.7 Menghargai Adat dan Agama
Menghargai adat dan agama merupakan sikap seseorang yang menghormati
aturan yang dilakukan sejak dahulu kala dan mengindahkan sistem yang mengatur
tata keimanan ( kepercayaan ) kepada Tuhan yang Mahakuasa. Pada suku tertentu ada
pepatah yang mengatakan “Manusia tanpa adat kehilangan jati diri atau
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
identitasnya”.Adat sangat perlu begitu juga dengan agama, keduanya itu tidak dapat
dipisahkan.
Menghargai adat dan agama adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran adat dan agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
kepercayaan agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Agama
berfungsi untuk mengkomunikasikan manusia ke dunia luar yang merupakan
perwujudan dari usaha manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhan yang mereka
yakini.
Manusia yang beradat sangat dihargai pada masa lampau karena adat bagi
mereka adalah tolak ukur yang sangat kuat untuk menentukan baik atau buruknya
suatu sikap seseorang.Bahkan adat dapat digunakan untuk menghukum orang yang
melanggar aturan adat tersebut.Hingga kini masih ada suku yang menggunakan
hukum adat sebagai tolak ukur.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai menghargai adat dan agama dapat
ditemukan pada teks cerita, yaitu Pangeran Badiri menghargai keputusan Putri Lopian
untuk mengadakan upacara adat melepas buntie ke laut lepas.Nilai menghargai adat
dan agama pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita
dibawah ini.
Kutipan (1)
“ Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar syukuran kepada Tuhan yang Mahakuasa memohon untuk mempertemukan kita dengan Putri Lopian?” ( PL : 64 ). Pada kutipan yang pertama terungkap nilai menghargai agama. Terlihat dari
Pangeran Badiri yang memiliki kepercayaan bahwa dengan melaksanakan syukuran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kepada Tuhan yang Mahakuasa maka Tuhan akan menunjukkan keberadaan Putri
Lopian, dan mereka akan bertemu dengan Putri Lopian. Kepercayaan itu dipegang
teguh oleh Pangeran Badiri sehingga dia selalu bersemangat dan bersukacita
melakukan syukuran kepada Tuhan yang Mahakuasa untuk menemukan Putri Lopian.
Kutipan (2)
“ Dengan demikian, persiapan acara syukuran dilakukan. Tuan Guru beserta pembesar istana lainya mengawasi persiapan acara syukuran. Acara syukuran mengusung buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas” ( PL : 65 ). Kutipan (3)
“ Pada malam yang ditentukan, dilakukanlah acara melepas buntie ke laut lepas. Seluruh penghuni istana, raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru, panglima, dayang, para pengawal, semua hadir dalam acara tersebut” ( PL : 65 ).
Pada kutipan yang kedua dan yang ketiga terungkap nilai menghargai
adat.Terlihat dari seluruh penghuni kerajaan yang ikut mempersiapkan dan
melaksanakan syukuran melepas bekal ke laut lepas.Seluruh penghuni istana, baik
raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru, panglima, dayang, dan para
pengawal, semuanya hadir dalam acara tersebut.Terlihat jelas bahwa seluruh
penghuni istana menghargai adat dan agama.
“ Singkat cerita dinikahkanlah mereka, namun sebelum acara parnikahan berlangsung, Putri Lopian meminta syarat kepada Pangeran Badiri supaya setiap bulan purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk dipersembahkan kepada ibunda tercintanya. Selain itu, pada tahun ke-17 setelah pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan “Mangusung Bunti“. Pangeran Badiri bersedia untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu” ( PL : 69 ). Pada kutipan yang keempat terungkap bahwa Pangeran Badiri menghargai
adat, dengan menerima keputusan Putri Lopian untuk mengadakan persembahan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
setiap bulan purnama.Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning setiap
bulan purnama untuk dipersembahkan kepada ibu Putri Lopian. Selain itu, pada tahun
ke-17 setelah pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan
“Mangusung Bunti”. Pangeran Badiri pun melaksanakan permintaan Putri Lopian
tersebut.
4.1.8 Nilai Kegagahan
Kegagahan merupakan sifat seseorang yang gagah, kuat, berani, dan
berwibawa dalam memimpin dan mengambil keputusan. Wibawa adalah pembawaan
untuk dapat menguasai, memengaruhi, dan dihormati orang lain melalui sikap dan
tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik. Salah satu ciri
pemimpin yang baik adalah raja yang gagah, adil, arif, dan bijaksana.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kegagahan dapat ditemukan pada teks
cerita, yaitu ketika raja menayakan dengan penuh wibawa kepada guru kerajaan
perihal kehadiran Putri Lopian yang membuat desa gempar.Nilai kegagahan pada
cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.
Kutipan (1)
“Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah. Walaupun mengalami kehidupan yang berat, Putri Lopian tidak melupakan kodratnya sebagai wanita.Dia sangat pandai memasak.Jika dia sedang memasak, aroma sedap dari masakan yang dimasaknya menyebar keseluruh rimba tempat tinggalnya. Hampir seluruh hewan yang tinggal disekitar tempat tinggalnya pernah mencicipi masakan Putri Lopian yang baik hati dan suka berbagi” ( PL : 62 ). Pada kutipan yang pertama terungkap bahwa Putri Lopian memiliki
kegagahan dalam hidup.Putri Lopian seorang putri raja yang gagah, kuat, dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
berani.Nilai kegagahan pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘Jangankan
sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya dengan mudah’.Walaupun Putri
Lopian seorang wanita tapi mampu menaklukkan lautan ganas dengan mudah.Putri
Lopian memiliki sifat gagah dalam dirinya, akan tetapi dia tidak melupakan
kodratnya sebagai wanita.
Kutipan (2)
“ Saya mendengar rakyat gempar dengan kehadiran seorang wanita cantik dari dalam hutan. Apakah berita itu benar, Guru?” tanya raja dengan penuh wibawa. Saat itu Sang Raja ditemani oleh putra tercintanya, Pangeran Badiri yang tampan rupawan” ( PL : 63 ).
Pada kutipan yang kedua terungkap bahwa raja memiliki kegagahan dalam
memimpin kerajaan.Raja Sipan Siaporas memiliki sifat gagah, kuat, berani, dan
berwibawa. Terlihat dari cara raja menayakan kepada guru kerajaan perihal kehadiran
Putri Lopian dengan penuh wibawa.
4.1.9 Nilai Kekayaan
Tiap-tiap orang mengkehendaki supaya hidupnya berkecukupan bahkan
sebahagian orang menginginkan lebih dari apa yang dimilikinya, yaitu kekayaan.
Kekayaan merupakan sesuatu yang kita miliki berupa uang, perhiasan, tanah, atau
apapun yang termasuk ke dalam jenis barang. Kekayaan juga dapat terlihat dari gaya
hidup seseorang.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kekayaan dapat ditemukan pada teks
cerita, yaitu Putri Lopian memiliki istana yang luas dan kalung emas berbentuk
manusia, ketika Pangeran Badiri menjadi pewaris tahta kerajaan, dan ketika
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengadakan pesta pernikahan selama tujuh hari tujuh malam. Nilai kekayaan pada
cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita dibawah ini.
Kutipan (1)
“ Awalnya, Putri Lopian sangat ketakutan tinggal sendirian di dalam istana yang luas” ( PL:61 ). Kutipan (2)
“ Dilahernya tergantung kalung emas yang berbentuk patung manusia. Kalung itu adalah pemberian ayahnya” ( PL:62 ). Pada kutipan yang pertama dan yang kedua terungkap bahwa Putri Lopian
memiliki kekayaan.Putri Lopian seorang putri raja yang memiliki kekayaan dari
orangtuanya.Nilai kakayaan pada kutipan pertama terdapat pada kata-kata ‘istana
yang luas’.Nilai kakayaan pada kutipan kedua terdapat pada kata-kata ‘kalung emas
yang berbentuk patung manusia’.Putri Lopian memiliki istana yang sangat luas dan
memiliki perhiasan berupa kalung emas yang berbentuk patung manusia.
Kutipan (3)
“ Baginda Raja segera mempertemukan Pangeran Badiri, pewaris tahta kerajaan dengan Putri Lopian. Singkat cerita dinikahkanlah mereka”( PL:68). Pada kutipan yang ketiga terungkap bahwa Pangeran Badiri adalah pewaris
tahta kerajaan.Jika dikatakan pewaris tahta kerajaan maka kekayaan juga menjadi
salah satu milik Pangeran Badiri.
Kutipan (4)
“ Pesta besar pun dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Rakyat seluruh negeri turut berpesta gembira.Para tamu dan undangan semuanya hadir. Para raja taklukan dan pembesar negara sahabat juga hadir dengan membawa kado yang sangat mewah” ( PL:69 ).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada kutipan keempat terungkap bahwa Pangeran Badiri dan Putri Lopian
memiliki kekayaan, terlihat dari pesta pernikahan mewah yang dilangsungkan selama
tujuh hari tujuh malam.Pada acara pernikahan mereka hadir raja-raja dan pembesar
negara membawa hadiah yang sangat mewah.
4.1.10 Nilai Kebangsawanan
Kebangsawanan merupakan kelas sosial tertinggi dalam masyarakat pra
modern.Gelar kebangsawanan biasanya diberikan secara turun-temurun dari yang
mulia raja kepada keturunannya. Gelar kebangsawanan juga diberikan kepada orang-
orang yang mendapatkan penghargaan atas kerja keras dan kepatuhan mereka kepada
sang raja. Masyarakat pra modern sangat menghormati bangsawanan dan
menginginkan suatu saat nanti mereka juga mendapatkan gelar kebangsawaan
tersebut.
Dalam cerita rakyat Putri Lopian nilai kebangsawanan dapat ditemukan pada
teks cerita, yaitu tampak pada guru kerajaan yang sembah sujud ketika menghadap
sang raja dan ketika raja memberi perintah kepada pengawalnya. Nilai
kebangsawanan pada cerita rakyat Putri Lopian dapat dilihat pada kutipan teks cerita
dibawah ini.
Kutipan (1)
“ Sembah sujud duli Tuanku Raja yang mulia. Apa yang tuan ku tanyakan adalah benar adanya. Kemarin dua orang pemuda melihat seorang wanita cantik jelita keluar dari dalam hutan.Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan membawa tombak. Agaknya dia sedang berburu yang mulia,” jawab sang guru kerajaan” (PL:63 ).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kutipan (2) “ Ketika musibah itu terjadi, saya memerintahkan panglima membawa pasukannya ke kerajaan itu untuk menyelamatkan penduduk kerajaan. Tapi tak satu pun yang dapat diselamatkan,” imbuh raja menyayangkan” (PL:64). Kutipan (3) “ Benar yang mulia. Menurut penglihatan batin saya, ketika itu pastilah sang putri bersembunyi di ruang rahasia istananya, dia sangat ketakutan waktu itu sehingga prajurit kita tidak menemukan siapa pun di situ,” kata guru kerajaan” (PL:64). Kutipan (4) ” Mengetahui hal itu, sang raja segera memerintahkan pengawal untuk mempertemukan kura-kura raksasa yang dibawa Putri Lopian dengan kura-kura raksasa kepunyaan Pangeran Badiri yang dipelihara selama bertahun-tahun di dalam istana. Baginda Raja pun sangat terkesan dan takjub akan peristiwa yang jarang terjadi itu. Hatinya sangat bahagia tatkala mempertemukan kedua kura-kura itu di kuali yang terbuat dari tanah liat, terdengarlah suara riuh-rendah silih berganti. Raja segera memerintahkan para dayang istana untuk mempersiapkan pakaian dan pelayanan terbaik untuk Putri Lopian, calon menantunya” (PL:68). Pada kutipan pertama dan kutipan ketiga terungkap bahwa raja memiliki gelar
kebangsawanan. Terlihat ketika sang guru kerajaan sujud menghadap sang raja.
Bentuk sujud ketika menghadap raja adalah suatu bentuk penghormatan yang besar,
yang tidak semua orang mendapatkannya, hanya yang memiliki gelar
kebangsawananlah yang berhak mendapatkan perlakuan seperti itu.
Pada kutipan kedua dan kutipan keempat terungkap bahwa sang raja dengan
tegas memerintahkan panglima untuk menyelamatkan penduduk kerajaan Putri
Lopian. Semua perintah raja harus dilakukan, pada masyarakat pra modern perintah
raja adalah yang terutama karena siapa pun yang tidak patuh akan mendapatkan
hukuman dari raja.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli
TengahPutri lopian ditemukan 10 nilai budaya dalam hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, yaitu
1) Nilai Kerendahan Hati
Nilai kerendahan hati yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap
ketika Putri Lopian datang kesuatu pesta dengan tidak menonjolkan
kebangsawanannya melainkan berpenampilan layaknya seorang gadis yang
tinggal di pedesaan yang terpencil.Putri Lopian juga menunjukkan sifat
kerendahan hatinya ketika datang ke sayembara dengan menjinjing sendiri
bahan-bahan yang akan digunakannya saat sayembara memasak.
2) Nilai Tahan Menderita
Nilai tahan menderita yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap
ketika Putri Lopian memberanikan diri hidup sendirian ketika ayah dan
ibunya menghilang.Putri Lopian mempertahankan hidup dengan memakan
tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar istana dan di hutan.
3) Nilai Menuntut Malu
Nilai menuntut malu yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika
anak gadis bangsawan mengundurkan diri dari sayembara karena tidak pandai
memasak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Nilai Kemauan Keras
Nilai kemauan keras yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika
Pangeran Badiri memiliki keinginan dan inisiatif untuk menemukan
keberadaan Putri Lopian.Berbagai ide diberikan Pangeran Badiri kepada raja
untuk dapat bertemu Putri Lopian.
5) Nilai Berusaha Bekerja Keras
Nilai berusaha bekerja keras yang terdapat dalam cerita Putri Lopian
terungkap ketika Putri Lopian berusaha bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan pangannya Putri Lopian bercocok
tanam dan berusaha mengunakan alat yang sangat sederhana untuk bercocok
tanam.Putri Lopian menanam sayur-sayuran, padi, dan umbi-umbian untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
6) Nilai Menuntut Ilmu
Nilai menuntut ilmu yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika
Putri Lopian pandai bercocok tanam dan mengemudikan biduk.Putri Lopian
menuntut ilmu dengan cara belajar sendiri (autodidak) dan belajar dari alam.
7) Nilai Menghargai Adat dan Agama
Nilai menghargai adat dan agama yang terdapat dalam cerita Putri Lopian
terungkap ketika Pangeran Badiri menghargai keputusan Putri Lopian untuk
mengadakan upacara adat melepas buntie ke laut lepas. Pangeran Badiri juga
memiliki kepercayaan bahwa dengan melaksanakan syukuran maka Tuhan
yang Mahakuasa akan menunjukkan keberadaan Putri Lopian.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8) Nilai Kegagahan
Nilai kegagahan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika raja
menayakan dengan penuh wibawa kepada Guru Kerajaan perihal kehadiran
Putri Lopian yang membuat desa gempar.Nilai kegagahan juga terungkap
ketika Putri Lopian mampu menaklukkan lautan ganas dengan mudah.
9) Nilai Kekayaan
Nilai kekayaan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap ketika Putri
Lopian memiliki istana yang luas dan kalung emas berbentuk manusia.Nilai
kekayaan juga terungkap ketika Pangeran Badiri menjadi pewaris tahta
kerajaan dan mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.
10) Nilai Kebangsawanan
Nilai kebangsawanan yang terdapat dalam cerita Putri Lopian terungkap
ketika guru kerajaan yang sembah sujud menghadap sang raja dan ketika raja
memberi perintah kepada pengawalnya.
Nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Putri Lopian tersebut
diharapkan dapat menjadi pedoman sebagai pengembangan karakter bangsa
terkhususnya suku Pesisir Tapanuli Tengah.
5.2Saran
Melalui hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran, saran untuk
peneliti, pendidik, pembaca, dan masyarakat, seperti berikut ini:
1. Untuk para peneliti sastra diharapkan dapat melakukan penelitian selanjutnya
dengan lebih baik dan sempurna terhadap karya-karya sastra lama seperti
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
cerita rakyat dan mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam hubungan manusia
dengan dirinya sendiri sehingga pembaca sastra dapat memahami nilai budaya
tersebut dan menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka.
2. Untuk para pendidik, khususnya para pendidik karya sastra, hendaknya dapat
menjadikan karya sastra sebagai sumber pengajaran, baik di tingkat dasar
maupun menengah, khususnya karya sastra yang memiliki hubungan dengan
nilai budaya. Sehingga pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat
berkembang dengan baik.
3. Untuk para pembaca, dari tingkat penikmat sampai tingkat pengkritik sastra,
agar menjaga dan melestarikan nilai budaya yang terdapat di dalam karya
sastra, sehingga nilai budaya tersebut dapat menjadi pedoman dalam
kehidupan masa kini untuk memperbaiki kepribadian menjadi yang lebih baik
lagi.
4. Untuk masyarakat Tapanuli Tengah, dalam hal melestarikan nilai budaya
adalah tanggung jawab semua pihak. Masyarakat harus memiliki kesadaran
untuk mempertahankan nilai budayanya karena merupakan identitas etnik
Tapanuli Tengah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Pustaka
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain.
Jakarta: Grafiti.
Djamaris, Edwar dkk. 1993. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara:
SatraDaerah di Sumatra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamaris, Edwar dkk. 1996. Nilai Budaya dalam Beberapa Karya Sastra Nusantara:
SatraDaerah di Kalimantan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemologi, Model,
Teori danAplikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
Hasyim, Mohammad. 1982. Penuntun Dasar ke Arah Penelitian Masyarakat.
Surabaya: Bina Ilmu.
Koentjaraningrat. 1984. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Moelong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Salsa, Rini. 2015. “Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Melayu Langkat di Secanggang
pada Tradisi Ahoi: Kajian Antropologi Sastra”. (Skripsi). Medan: USU.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Sibarani, Robert. 2014. Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan).
Jakarta:Asosiasi Tradisi Lisan.
Siregar, Ahmad Samin. 1997. Sastra Tradisi di Indonesia. Medan: USU PRESS.
Siregar, Ahmad Samin dan Haron Daud. 2004. Mutiara Sastra Malaysia-Indonesia.
Medan: USU PRESS.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumaryono, E. 1999. HermeneutikSebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2016. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Tantawi, Isma. 2015. Bahasa Indonesia Akademik. Bandung: Citapustaka Media
Wellek dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Yolferi dkk. 2016. Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah. Medan:
KementrianPendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangandan
Pembinaan Bahasa BalaiBahasa Sumatera Utara.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN
Putri Lopian ( Bahasa Pesisir )
Sawaktu Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, masih hutan balantaro dan
banyak ditamui rawa-rawa. Manuruk kisah dari masyarakat sacaro turun-tamurun di
daerah Lopian dan sakitarnyo, panah ado carito nan malegenda, yaitu tantang saorang
padusi nan ditinggakan oleh nanggaek nyo nan ala menjelma manjadi sang peri di
Samudera Hindia. Inyo tingga di hutan balantaro dan samak balukar nan sangat ganas
dek karano dulu tampekko pana jadi pasanggerahan pertapaan Batara guru, ditampek
tulah Batara Guru mampartajam ilmu batinnyo. Konon kok curito sabagian urang, itu
adolah peri tapi sasungguhnyo adolah saurang putri nan rancak rupawan banamo
Lopian ato Putri Lopian. Di lihinyo tagantung patung nan tabuek dari emas.
Sekalipun inyo hidup saurang diri di hutan balantaro dan samak-balukar
sasudah ditinggakan mamaknyo, tarnyato inyo bisa juo bartahan hidup. Si Putri ko
tadi urangnyo sangat kuat, tangguh, dan tarampil dalam baburu walaupun jongon
persenjataan nan sangat sadarhano, dek karano inyo hidup dari hasil buruannyo. Inyo
pun mahir mangamudikan biduk sahinggo lautan nan ganas pun bisa ditaklukkannyo.
Walaupun sademikian inyo tatap indak kahilangan kodratnyo sebagai padusi, di saat
tertentu inyo turun ka parkampungan sembari manjuakan hasil buruannyo dan
sakaligus mambaok buah-buahan nan tumbuh lia dari hutan balantaro di sikitar
tampek tingganyo. Memang keseharian ka hidupannyo adolah baburu, makonyo
samar-samar ado juo tacalik dek masyarakat nan kalawik dan baburu di sakitar hutan
balantaro tu, dan Putri ko tadi acok pulo taparogok samo saurang pemuda nan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ganteng sadang baburu di hutan balantoro tu, tapi Putri ko langsung mahindar dan
basondok di balik samak-samak nan rindang.
Di dalam paburuannyo acok juo inyo tasasek ka parkampungan sekitar,
bahkan suatu ketika tasasek inyo di satu perkampungan nan indak jauh dari kawasa
pusat pamarintahan karajaan Batak nan talatak di kaki Gunung Batara yaitu tapeknyo
banamo Sipan Siaporas, karano nampak duo buah Hau Sundung (hariana) di sabalah
kiri dan kanan rumah Sang Bagindo Rajo. Masyarakat di karajaan tu babahaso Batak
asli sabagian bahoso Pasisi, urangnyo tardiri dari barbagai suku bangso, banyak nan
badagang, batani, bataranak, dan nalayan.
Bantuk rumah-rumah di padalaman ciri khas rumah Batak nan baratok ijuk di
ujungnyo ado ulu paungnyo sadangkan nan di tapi pante rumah-rumah panduduk
disokong jongon soko kayu bako dan kayu nibung. Kerajaan ko tarkenal jongon hasil
buluh suratannyo (buluh gadang warna kuning untuk manulis aksara dan torombo) di
samping panghasilan tu tadi, ado juo nan lain sarupo sagu, rumbio, karambi, lauk,
lokan, dan garam. Karajaan ko banyak di datangi padagang dari Silindung (parlanja
sira), Angkola, Natal, Mandailing, dan banyak juo dari daerah lain.
Pado waktu itu datang surang guru karajaan mang hadok Bagindo Rajo
basamo pembesar kerajaan, untuk manyampekan tantang kahadiran saurang putri nan
misterius nan bamukin di daerah kekuasannyo .
“Sambah sujud kami Tuan Bagindo Rajo nan mulia.”
“Apo garangan kabar barito nan tuan Guru sampekan?“ tanyo Bagindo Rajo.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Berkatolah tabib kerajaan, ”Manuruk ramalan hamba nan mulia sebagai tabib
nan alah lamo di negeri ko, hamba meliek jongon mato batin hamba ado sasuatu
panampakan nan mulia.
“Kalau baitu cobo la curitokan,“ kato Bagindo jongon wajah murung.
“Hamba mancalik ado saurang wanita nan sangat rancak, sarupo curito nan
kini sadang banyak dicuritokan masyarakat kito Bagindo, inyo benar adolah Putri
Lopian nan dulu urang tuonyo pun saurang rajo,“ sembari Paduka rajo mangguk-
anggukkan kapalonyo mandanga panuturan guru istana ko.
“Lalu di mano inyo kini dan mangapo inyo basondok, kalau indak salah
sidaklah nan nandak kito bantu dulu sawaktu karajaan sidak nan kanesarang tu dan
nanggaeknyo tu kan saperguruan samo ayahanda ambo, kalaulah itu urangnyo,“
sabda Baginda Rajo.
“Memang benarlah itu Tuanku, meraka memang urang nan randah hati indak
mau sidak manyusahkan urang dan sapanjang pancalitan mato batin hamba inyo Putri
Lopian Baginda.”
“Apo?“Baginda Rajo heran.
“Iyo nan Mulia, kalau kito buek acara syukuran kapado Tuhan nan kuaso di
lawik lapeh dan mamohon untuk mempertemukan kito jongon Putri Lopian ambo
raso pasti kito akan dipasuokan,“ kato guru istana tu.
“Kalau macam tu, persiapkan kianlah apo-apo sajo kaparluannyo,” kato Rajo
ka guru istana.
Sajak malam pado waktu nan alah ditantukan acara tu pun dilaksanakan
sakaligus mambuek syukuran dan acara “Mangusung Bunti“ sampai dihanyukkan ka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lawik lapeh. Sakatiko juo Pulo Mursala nan jauh di tangah bacahayo, sinarnyo bakiro
palangi dan muncul wajah padusi nan sangek rancak.
Barisuknyo diumumkan pulo sayembara Bagindo Rajo akan mancari manantu
ka saluruh palosok Nagari, mako baduyun-duyunlah habi padusi nan gadi hadir dan
samo untuk mangikuti acara sayembara dengan harapan akan manang dan akan
dipasunting manjadi manantu rajo.
Ibu-ibu paro bangsawan pun sibuk mandandani dan Merie anak gadi sidak
jongon mandinyo pun pake aroma farpum nan sangat harum, namun indak saketek
pula habi anak-anak gadi paro bangsawan nan mangundurkan diri dek karano peserta
sayembara diwajibkan harus menyiapkan bahan-bahan sayuran untuk dimasak,
samantaro anak gadi paro bangsawan tu indak ado nan pande mamasak dek karanoko
sidak alah tabiaso dilayani oleh parah dayangdayangnyo.
Di hutan rimbo balantaro ruponyo Putri Lopian pun alah basiap-siap untuk
barangkek katampek sayembara tu dengan mangumpukan rampah-rampah dan sayur-
mayur tarutamo daun pakis, jantung pisang, asam nan dipetiknyo dari hutan sekitar
tampek tingganyo. Sabananyo Putri lopian indak polah harok bana untuk mangikuti
sayembara tu, cuma jongon samonyo Putri Lopian di acara tu inyo labih leluasa
mancalik-calik lingkungan istano dan babaur samo-samo masyarakat salagi
sayembara ko indak ado-ado batasan.
Sapagi-pagi hari Putri Lopian pun barangkek ka Karajan tu jongon bawokan
dan pakaian nan sangat sedarhana. Riak-riuh peserta dan habi panonton mambuek
acara tu samakin cariah gembira peserta masing-masing manunjukkan kabolehannyo,
ado nan harumnyo sampai manusuk hidung, ado nan gayanyo balenggang-lenggok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bakiro itik bagage mancari tampek batalu, ado pulo bamekap ala bakiro si upik songe,
pokoknya bamacam-ragam la panampilan sidak biar dapek manarik hati Tuanku Rajo
dan biar dijodokannyo pulo beko ka Pangeran Lopian. Dari kajahuan nanpaklah Putri
Lopian sadang manjinjing sayuran, daun pakis, dan lainnyo. Cuma nan agak
mambuek urang tacangang-cangang adalah karang raksasa nan dibaoknyo tu.
Seluruh pembesar istana, masyarakat heran macalik karang nan gadang dan
sangat indah. Kilouannyo mambuek silau mato mamandangnyo, para pembesar istana
langsung manyambut kadatangan Putri Lopian.Putri Lopian pun manyarahkan karang
raksasa tu untuk disampaikan ka Tuanko Rajo. Tuanku Rajo mamparintahkan ka
pengawal untuk mampatamukan karang Putri Lopian jongon karang raksasa punyo
Pangeran Badiri nan dipali haro salamo batahun-tahun di dalam Istana. Bagindo Rajo
sangat terkesan dan takjub akan peristiwa nan jarang tajadi tu. Hatinyo sangat bahagia
dan tatkala dipatamukan kaduo karang tu di kuali nan tabuek dari tanah liek,
tadangalah suaro riuh-randah nan silih baganti. Rajo segera mamarintahkan paro
dayang istana untuk mempersiapkan pakayan nan terbaik dan nan paling rancak untuk
Putri Lopian.
Baginda Rajo segera mampatamukan Pangeran Badiri nan bakal pewaris tahta
jongon Putri Lopian, tapi alangkah takajuknyo sidak baduo, tanyato urangko alah
acok basuo di rimbo balantaro sawaktu sidak samo-samo baburu.
Singkek carito dinikahkanlah sidak, namun sabalum acara parnikahan
balangsung Putri Lopian maminta syarat ka Pangeran Badiri supayo satiap bulan
purnamo Pangeran basadia mambuekkan sipuluk kuning untuk dipersembahkan ka
ibunda tacintonyo. Dan pada tahun ka 17 setelah pernikahan sidak kelak akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
diadakan upacara kebesaran karajaan “Mangusung Bunti“ Pangeran Badiri basadia
untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri Lopian dan bajanji akan
malaksanakannyo kelak.
Baralek gadang nan dinanti-nantikan oleh karajan dating. Rakyat saluruh
nagari turuk bapesta gembira, para tamu undangan nan datang dari kerajaan tetangga
pun cukup rami. Dan sajak saat itu pulo tagak Karajaan Badiri, babilang hari,
babilang bulan dan tahun silih baganti Rajo Badiri dan permaisuri Putri Lopian hidup
rukun dan bahagia.
Konon caritonyo, setelah perkawinan sidak ala 17 tahun Puteri Lopian
manganugerahkan duo urang Putra dan duo urang puteri. Batapatan saat tu pulo
acara “Mangusung Bunti“ diadakan, tajadilah badai, taufan, dan ombak di lawik
bagamuruh, tibo-tibo Putri Lopian rahib tanpa bekas, keluarga istana, kerabat
karajaan, dan seluruh rakyat di perintahkan untuk mancari Putri Lopian, namun Putri
Lopian bakiro dilulu bumi.
Satelah kejadian itu badatanganlah kapal-kapal urang Portugis dan
Spanyol.Karajaan Badiri pun silih baganti diserang sidak sahinggo Karajaan Badiri
pun runtuh. Dan konon juo dicaritokan, apo bilo wajah Putri Lopian muncul di
rembang sanjo di ufuk barat, bueklah parmintaan pasti akan takabul dan itu pun
sebagai patando bagi nalayan untuk basiap-siap turun ka lawik dan ditaringekkan
kapado palawik indak lamo sasudah itu mako akan turun badai taufan dan sangat
ganas. Iko la mitos nan masih dipicayoi sabagian masyarakat sampai ini ko.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Putri Lopian ( Bahasa Indonesia )
Dahulu kala di daerah Lopian, Tapanuli Tengah, hiduplah seorang putri yang
bernama Lopian. Putri Lopian hidup sebatang kara. Konon, ayah dan ibunya
menghilang di dasar Samudera Hindia, menjelma menjadi peri penunggu dasar
samudera yang sangat luas itu.Para pengawal dan hulubalang kerajaan juga hilang
secara misterius. Tinggallah sang putri sendirian di bekas istana ayahandanya.
Karena tidak dihuni dengan layak, lama-kelamaan istana dan lingkungannya
ditumbuhi semak-belukar.Semakbelukar tersebut kemudian menjadi hutan lebat
karena tidak ada orang yang tersisa di sekitar istana kerajaan itu selain Putri
Lopian.Awalnya, Putri Lopian sangat ketakutan tinggal sendirian di dalam istana
yang luas. Akan tetapi, karena sudah terbiasa, lama-kelamaan dia menjadi berani dan
berusaha mempertahankan hidup dengan memakan buahbuahan dan umbi-umbian
liar yang tumbuh di sekitar istana.
Hewan-hewan hutan adalah sahabatnya.Tidak ada satu hewan pun yang
berniat mengganggunya karena dia sangat baik kepada hewan-hewan itu.Hewan
kesayangannya adalah seekor kura-kura raksasa yang menemaninya ke mana pun dia
pergi. Penduduk di sekitar bekas istana banyak yang menganggap bahwa sang putri
adalah peri, namun sesungguhnya dia adalah putri nan cantik jelita, anak raja yang
menjelma menjadi peri penunggu Samudera Hindia. Di lehernya tergantung kalung
emas yang berbentuk patung manusia.Kalung itu adalah kalung pemberian ayahnya.
Putri Lopian sangat terampil bercocok tanam walaupun dengan alat yang
sangat sederhana.Dia menanam sayursayuran, padi, dan umbi-umbian untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain bercocok tanam, sang putri juga sangat mahir
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mengemudikan biduk. Jangankan sungai, lautan ganas pun dapat ditaklukkannya
dengan mudah.
Walaupun mengalami kehidupan yang berat, Putri Lopian tidak melupakan
kodratnya sebagai wanita.Dia sangat pandai memasak.Jika dia sedang memasak,
aroma sedap dari masakan yang dimasaknya menyebar ke seluruh rimba tempat
tinggalnya.Hampir seluruh hewan yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya pernah
mencicipi masakan Putri Lopian yang baik hati dan suka berbagi.
Sang Putri sering juga tersesat ke perkampungan ketika sedang bermain di
hutan.Bahkan pernah suatu kali dia tersesat di satu kampung yang tidak jauh dari
pusat pemerintahan Kerajaan Sipan Siaporos.Kerajaan Batak yang terletak di kaki
Gunung Batara.Penduduk di kerajaan ini berbahasa Batak dan bahasa Pesisir.
Suatu ketika, Sang Putri tersesat di desa dekat pusat pemerintahan kerajaan
Sipan Siaporos, saat itu dia bertemu dengan beberapa orang penduduk.Mereka sangat
heran melihat penampilan Putri Lopian yang aneh.Gemparlah penduduk desa.Mereka
mulai menduga-duga, siapa gerangan wanita cantik yang keluar dari hutan belantara
tersebut.
Berita itu tentang kehadiran wanita cantik dari dalam hutan itu sampailah ke
telinga raja Kerajaan Sipan Siaporos.Baginda memanggil guru kerajaan menanyakan
perihal putri itu.
“Saya mendengar rakyat gempar dengan kehadiran seorang wanita cantik dari
dalam hutan. Apakah berita itu benar, Guru?” tanya raja dengan penuh wibawa. Saat
itu Sang Raja ditemani oleh putra tercintanya, Pangeran Badiri yang tampan rupawan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Sembah sujud duli Tuanku Raja yang mulia.Apa yang Tuanku tanyakan
adalah benar adanya.Kemarin dua orang pemuda melihat seorang wanita cantik jelita
keluar dari dalam hutan.Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan membawa tombak.
Agaknya dia sedang berburu yang mulia,” jawab sang guru kerajaan.
“Siapa gerangan wanita itu, wahai Guru?” tanya Pangeran Badiri dengan
antusias. Sepertinya, sang pangeran sangat tertarik dengan berita tersebut.
“Menurut mata batin hamba, yang mulia.Sebagai tabib yang sudah lama di
kerajaan ini, dia adalah Putri Lopian. Dahulu, orang tuanya adalah seorang raja yang
menjelma menjadi peri penunggu Samudera Hindia,“ guru kerajaan menjelaskan
dengan sangat rinci.
Raja mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian berkata, dengan takjub,
“Benarlah dugaan saya, ayah Puteri Lopian itu adalah sahabat saya. Ketika musibah
itu terjadi, saya memerintahkan panglima membawa pasukannya ke kerajaan itu
untuk menyelamatkan penduduk kerajaan.Tapi tak satu pun yang dapat
diselamatkan,” imbuh raja menyayangkan.
“Benar yang mulia. Menurut penglihatan batin saya, ketika itu pastilah sang
putri bersembunyi di ruang rahasia istananya, dia sangat ketakutan waktu itu sehingga
prajurit kita tidak menemukan siapa pun di situ,” kata guru kerajaan.
“Ayahanda, andai Ayahanda berkenan, bagaimana jika kita menggelar
syukuran kepada Tuhan Yang Maha Kuasa memohon untuk mempertemukan kita
dengan Putri Lopian?” usul Pangeran Badiri dengan bersemangat. Baginda raja
terdiam sejenak, tampak memikirkan usul itu dengan khidmat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“Kalau begitu, persiapkanlah segala sesuatunya!” putus Baginda Raja
kemudian. Pangeran Badiri terlihat sangat bersuka cita mengetahui usulnya disetujui
oleh sang raja.
Dengan demikian, persiapan acara syukuran dilakukan. Tuan Guru beserta
pembesar istana lainya mengawasi persiapan acara syukuran. Acara syukuran
mengusung buntie, yaitu acara melepas bekal ke laut lepas.
Pada malam yang ditentukan, dilakukanlah acara melepas buntie ke laut
lepas.Seluruh penghuni istana, raja, permaisuri, pangeran, hulubalang, para guru,
panglima, dayang, para pengawal, semua hadir dalam acara tersebut.Seketika itu,
Pulau Mursala yang berada jauh di tengah laut tampak bercahaya.Sinarnya seperti
pelangi sehingga terlihat sangat indah. Lalu keajaiban muncul, di tengah-tengah sinar
itu muncullah wajah seorang wanita yang sangat cantik jelita, wajah Putri Lopian.
Raja, permaisuri, pangeran, pembesar istana, dan semua yang hadir sangat kagum
dengan kecantikan wajah yang mereka lihat dalam sinar cahaya tadi. Melihat hal itu,
guru istana menyampaikan bahwa itu adalah pertanda dari ayah Putri Lopian yang
menjadi peri Laut Hindia untuk menyuruh baginda Raja Batak agar membawa Putri
Lopian ke istananya.
Tuan Guru kerajaan juga menceritakan bahwa Putri Lopian sangat suka
memasak. Konon, masakannya sangat lezat dan nikmat.Mendengar hal itu, Pangeran
Badiri mengusulkan, untuk memancing Putri Lopian keluar dari hutan, mereka harus
menggunakan siasat, yaitu mengadakan sayembara memasak. Menurut Sang
Pangeran, pasti Putri Lopian ikut persayembaraan itu karena memasak adalah hobi
sang putri.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lagi-lagi, Raja menyetujui usulan Pangeran Badiri.Raja sangat senang
melihat putranya sangat bersemangat.Keesokan harinya, diumumkanlah ke seluruh
penjuru negeri perihal sayembara memasak tersebut. Juga diumumkan bahwa
pemenang sayembara memasak akan diangkat menjadi menantu raja. Mendengar hal
itu, berduyunduyunlah wanita di Kerajaan Sipan Siaporos mengikuti sayembara
memasak dengan harapan menjadi menantu raja.
Kehebohan pun terjadi di seluruh penjuru negeri.Ibuibu bangsawan sibuk
mendandani anak gadis mereka dengan mengenakan pakaian terbaik dan memakai
bedak serta minyak wangi.Namun, tidak sedikit pula anak gadis bangsawan itu yang
mengundurkan diri karena ternyata mereka hanya pandai bersolek tetapi tidak pandai
memasak.
Jauh di dalam hutan, Putri Lopian rupanya sudah bersiap untuk mengikuti
sayembara memasak. Dia memilih sayuran segar yang ditanamnya sendiri dan
membawa serta rempah-rempah yang telah diracikya sehari sebelumnya. Di dalam
keranjangnya sudah penuh dengan daun pakis, jantung pisang, dan andaliman yang
dipetiknya di hutan.
Keesokan harinya, dengan mengenakan pakaian yang sangat sederhana Putri
Lopian berangkat ke ibu kota kerajaan untuk mengikuti sayembara memasak. Sorak-
sorai penonton dan lenggang-lenggok peserta membuat sayembara memasak semakin
meriah.Masing-masing peserta menunjukkan kebolehannya.Ada yang masakannya
beraroma sangat wangi, tetapi setelah dicicipi raja, ternyata terlalu banyak
garamnya.Ada yang masakannya terlihat sangat indah, tetapi setelah dicicipi ternyata
tidak berasa.Adalagi yang hanya melengang-lenggok kian kemari seperti itik pulang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
petang karena tidak bisa memasak. Sepertinya ia mengikuti lomba karena dipaksa
ibunya. Pokoknya bermacam ragam tingkah-polah para peserta untuk menarik
perhatian raja dan pangeran.
Sebelum acara dimulai, dari kejauhan tanpaklah Putri Lopian sedang
manjinjing sayuran, daun pakis, jantung pisang, kelapa, dan sebagainya. Saat semua
orang sibuk dengan kegiatan menyiapkan masakan, sang putri tampak memasak
dengan tenang. Hasil masakannya pun sangat memuaskan.Sambal yang dibuatnya
lezat, gulai lemaknya pun sedap. Semua yang mencicipi masakan sang putri terlihat
sangat puas.
Akan tetapi, ada yang agak mengherankan tentang sang putri, yaitu kura-kura
raksasa yang dibawanya. Seluruh pembesar istana dan masyarakat heran melihat
kura-kura besar dan sangat indah itu. Kulitnya memiliki motif yang sangat indah,
selain itu kulit kura-kura itu tampak berkilau.Kilauannya membuat silau mata setiap
orang yang memandangnya.Setelah selesai sayembara dan dinobatkan menjadi
pemenang, Putri Lopian menghadap raja dan permaisuri.
Putri Lopian menyerahkan kura-kura raksasa itu kepada sang raja.
Permaisuri dan Pangeran Badiri yang berada di samping raja tidak dapat menahan
ketakjubannya melihat Putri Lopian beserta kura-kura raksasanya tersebut.
Sebenarnya, sejak kecil, sang pangeran juga memiliki peliharaan seekor kura-kura
raksasa. Hal inilah yang membuat sang pangeran terlihat sangat heran. Mungkinkah
mereka memang ditakdirkan berjodoh?Begitu dalam pikiran Pangeran Badiri.
Mengetahui hal itu, sang raja segera memerintahkan pengawal untuk
mempertemukan kura-kura raksasa yang dibawa Putri Lopian dengan kura-kura
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
raksasa kepunyaan Pangeran Badiri yang dipelihara selama bertahun-tahun di dalam
istana. Baginda Raja pun sangat terkesan dan takjub akan peristiwa yang jarang
terjadi itu. Hatinya sangat bahagia tatkala mempertemukan kedua kura-kura itu di
kuali yang terbuat dari tanah liat, terdengarlah suara riuh-rendah silih berganti. Raja
segera memerintahkan para dayang istana untuk mempersiapkan pakaian dan
pelayanan terbaik untuk Putri Lopian, calon menantunya.
Baginda Raja segera mempertemukan Pangeran Badiri, pewaris tahta kerajaan
dengan Putri Lopian. Singkat cerita dinikahkanlah mereka, namun sebelum acara
parnikahan berlangsung, Putri Lopian meminta syarat kepada Pangeran Badiri supaya
setiap bulan purnama Pangeran Badiri bersedia membuatkan pulut kuning untuk
dipersembahkan kepada ibunda tercintanya. Selain itu, pada tahun ke-17 setelah
pernikahan mereka, kelak akan diadakan upacara kebesaran kerajaan “Mangusung
Bunti“. Pangeran Badiri bersedia untuk malaksanakan saluruh parmintaan Puteri
Lopian dan berjanji akan melaksanakan hal itu.
Pesta besar pun dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam.Rakyat seluruh
negeri turut berpesta gembira.Para tamu dan undangan semuanya hadir.Para raja
taklukan dan pembesar negara sahabat juga hadir dengan membawa kado yang sangat
mewah. Sejak saat itu Kerajaan Sipan Siaporos berganti nama menjadi Kerajaan
Badiri. Raja dan putri hidup rukun dan damai.Mereka dianugerahi empat orang anak,
dua orang putra dan dua orang putri.
Setelah 17 tahun perkawinan mereka, sesuai dengan permintaan Putri Lopian,
diadakanlah acara “Mangusung Bunti”.Namun tiba-tiba terjadilah badai hebat yang
melanda negeri Badari.Angin topan berhembus sangat kencang, ombak bergulung
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sangat tinggi, menyeret Putri Lopian ke tengah laut. Raja Badiri berusaha keras
menyelamatkan permaisurinya, namun tidak berhasil. Raja Badiri dan anakanaknya
sangat sedih menerima kenyataan itu.Istri dan ibu dari anak-anak mereka hilang
terseret ombak Samudera Hindia.
Konon ceritanya, apabila wajah Putri Lopian muncul di ambang senja, alamat
laut akan tenang dan para nelayan akan mendapatkan ikan yang banyak. Akan tetapi,
selang beberapa saat kemudian akan turun badai topan yang sangat ahsyat.
Demikianlah kisah tentang Putri Lopian yang berasal dari daerah pesisir pantai
Tapanuli Tengah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Princess Lopian ( Bahasa Inggris )
Once upon a time, in Lopian Eastern Tapanuli, there lived princes named
Lopian. She lived alone. Her parents vanished in the bottom of Indian Ocean, turned
into ocean guardian fairies. Guards and commanders of the kingdom were also
vanished mysteriously. The princess lived alone in the palace. The yard of the palace
was overgrown with grass and even bushes. Several years later the palace was
covered with bushes and woods.
Initially, Princess Lopian was very afraid living alone in a big palace. In the
long run, she began to get used to it. She tried to live by eating fruits and tubers
growing wildly around the palace. She began to play with animals in the jungle. All
animals loved her and her favorite animal was a giant tortoise. It would follow her
wherever she went. People around the ruin palace thought that she was a fairy. In her
neck hung a human-figured necklace. Her father gave it to her several days before the
disaster.
Princess Lopian is a skillful farmer although she used simple tools. She
planted vegetables, paddy and tubers to support her life. The prince was also a skillful
boat rower. She could row her boat to the sea. She was also good at cooking. When
she was cooking, the smell of her cooking spared all over the jungle. Almost all
animals around her ruin palace ever tasted her cooking. The princess often strays into
villages while playing in the woods. Even once a time she lost in a village not far
from the center of Sipan Siaporos kingdom. Batak kingdom located at the foot of the
mountain Batara. Residents in this kingdom spoke Batak language and Pesisir
Language, a language that is similar to that of Minang Language. Once, the princess
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
lost in a village near the royal administrative center of Sipan Siaporos, when he met
with several of them. They were very surprised to see a strange appearance of
Princess Lopian. They were starting to guess who the beautiful girl coming from the
jungle was.
The news about the presence of a beautiful woman in the forest came to the
ears of the king of Sipansiaporos. The king called the Royal Advisors and asked
about the appearance of a beautiful lady.
“I heard that people are shocked by the appearance of a mysterious girl from
the forest. Is it true?” ask the king wisely. The king was accompanied by his son,
Prince Badiri, a handsome prince.
“You are right your majesty. It is true that there was a girl, a beautiful girl
came from the jungle. Two young men saw her running with her giant tortoise in the
bushes.” The Royal advisor replied.
“Who do you think she is?” Prince Badiri asked enthusiastically. Apparently,
the Prince was very interested in the news.
“Based on my view as a traditional healer in this kingdom, I saw a beautiful
princess. He told me through spiritual conversation that she is Princess Lopian. Her
father was the king of Lopian kingdom which was ruined by a huge waves from
Indian Ocean. And again, through spiritual conversation she told me that her father
became Indian Ocean watchman fairy,” the royal adviser explained in detail.
King nodded his head, and then said in amazement, "My guess is true,
Princess Lopian’s father was my friend. When the accident happened, I ordered the
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
commanders brought troops to the kingdom to rescue residents of the kingdom. But
none could be saved," said the king.
"It is true you majesty, according to my inner vision, when the disaster
happened Princess Lopian hid in a secret room in his palace, he was very scared at
that time so that our soldiers did not find anyone there," said the Royal Adviser.
“Your Majesty, If you allow me, I suggest that we hold thanks giving
ceremony to the Almighty god beg Him that we could meet Princess Lopian.” Prince
Badiri begged the king. The king was silent for a moment, thinking about the
proposal solemnly.
“Then, prepare everything for the ceremony!” said the king. Prince Badiri
looked very glad to know his proposal was approved by the King. M a n g u s u n g b
u n tie ceremony, removing food to the sea, was held. All the inhabitants of the
palace, the king, queen, prince, warrior, teacher, commander, maids, bodyguards, all
attended the event. suddenly, Mursala that was far from the sea seemed to glow. Its
rays like a rainbow that looks very beautiful. Then the miracle appeared, in the
middle of the light appeared the face of a very beautiful lady, the face of Princess
Lopian. The king, the queen, the prince, and all the audience impressed with the
beauty of the face appearing in the middle of the light. Seeing that the royal adviser
told that it was the sign from Princess Lopian’s father who was now became a fairy in
the middle of Indian Ocean to bring his daughter to King Badiri palace.
The Royal adviser also told that Princess Lopian liked to cook. Her cooks
were very delicious. Hearing this, Prince Badiri proposed hold cooking contest in
order to lure Princess Lopian out of the woods. The next day, it was reported all over
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
the country about the cooking contest. It was also announced that the winner of the
contest would be come king daughter-in-law. Hearing this, the kingdom of Sipan
Siaporas joined the cooking contest with hopes of becoming a king's daughter-in-
law.
Deep in the woods, Princess Lopian seemed to ready to follow cooking
contest. She chose the fresh vegetables she planted herself, took the spices which had
been formulated the day before.
On the next day, by wearing very simple cloth, Princess Lopian went to the
capital of the kingdom to join the cooking competition. Cheering spectators and
participants attitude made contest became more interesting. Each contestant showed
her cooking skill. One of them cooked with much seasoning and smelled good, but
when the king tasted it the taste was too salty. Another contestant cooked and
arranged the food well but the taste was not good. Some others only walked to and fro
without doing anything because they could not cook. They apparently joined the
contest due to their mother insistence.
Before the contest started, from a distance appeared Princess Lopian carrying
vegetables, ferns, banana, coconut, and so forth. When everyone was busy preparing
dishes, the princess cooked calmly. The result was very satisfactory. Chilly sauce she
made tasted very delicious, the curry was also delicious. Every body was satisfied
with Lopian’s cooking.
However, there was a rather surprising about the Princess pet, the giant turtle.
The entire palace officials and the public were surprised to see the giant turtle. It
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
shell had a very beautiful motif and gleaming. The shine made the eyes dazzled.
Princess Lopian won the contest and she was brought to visit the king and the queen.
Princess Lopian handed the giant turtle to the King. The queen and Prince
Badiri could not resist the fascination seeing Princess Lopian along with the giant
turtle. Actually, since his childhood, the Prince also had a pet, a giant turtle.This
makes the prince look very surprised. Perhaps they were destined soul mates? Prince
Badiri thought.
Knowing this, the King immediately ordered the guards to bring the giant
turtles. The two giant turtles met. The king was very impressed and amazed at the
rare event. He was very happy when he saw the two turtles played happily in a
cauldron. The king immediately ordered the palace maids to prepare the clothes and
the best service for Princess Lopian.
In short, they planned to get married soon. But Princess Lopian asked Prince
Badiri a condition. Every full moon, The Prince had to prepare a ceremony to
Lopian’s late mother by throwing yellow rice into the sea. Moreover, at the 17th year
of their wedding, the ceremony will be held in massive way. It was the Mangusung
bunti ceremony. Prince Badiri agreed to Princess Lopian request.
The wedding party was held for seven days and seven nights. People of the
kingdom were also very happy. There were so many people from neighbourhood
countries came to the party. They brought very luxurious gifts. Since then,
Sipansiaporos kingdom was chenged into Badiri Kingdom. The new king and the
princess lived hapily and peacefully. They had four children.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
After 17 years of their marriage, according to the request of Princess Lopian,
they held the event " m angusung bunti ". But suddenly there was a great storm.
Hurricane blew very hard, very high waves rolling, dragging Prince Lopian to the sea.
King Badiri tried to save his queen, but he failed. King Badiri and her children were
very sad to accept it. His beloved wife missed swept by huge waves of the Indian
Ocean.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA