neymar's back injury.docx

Upload: desember

Post on 09-Mar-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

Neymars Back InjurySkenario di berikan dalam bentuk videoStep 1Tidak adaStep 21. Bagaimana susunan medulla spinalis ?2. Apa saja kelainan yang mungkin timbul dalam kasus?3. Apa saja penyebab dan bagaimana patofisiologi dari kelainan yang terjadi pada kasus?4. Apa saja komplikasi dari cedera medulla spinalis?5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan bagimana penatalaksanaanya?Step 31. Bagaimana susunan medulla spinalis a. Substansia Alba : berada di luar dan memiliki myelinb. Substansia Grisea : berada di dalam dan tidak bermielin. Terbagi menjadi : 1) cornu ventral2) cornu dorsal3) cornu lateralc. Medulla spinalis dibungkus duramater, arachnoid, piamater, LCS.d. Medulla spinalis atas : foramen magnume. Medulla spinalis bawah : L1 pada orang dewasa L3 pada anak-anakf. N. Cervical 1-8g. N. Thoracal 1-12h. N. Lumbal 1-5i. N. Sacral 1-2j. Filum terminal dan cauda equine 2. Apa saja kelainan yang mungkin timbul dalam kasusa. Cedera bagian lumbal atau bagian sacralb. Cedera primerc. Tumor spinald. Cedera tulange. Shock spinalf. Cedera medulla spinalis C.T.L.S3.Apa saja penyebab dan bagaimana patofisiologi dari kelainan yang terjadi pada kasus a. Fleksib. Rotasic. Dislokasid. Frakture. Kecelakaanf. Pukulan atau tendangan yang kuatg. Jatuhh. Menyelami. Whiplash (jatuh duduk) 4. Apa saja komplikasi dari cedera medulla spinalis a. Hipoksia b.Gangguan paru-paru c.Disabilitas paru d.Gangguan kemih e.Incontinential bladder : merusak membrane mitokondria yang menyebabkan terjadinya tumor atau kanker f.Iskemik 5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan bagimana penatalaksanaanya Pemeriksaan Penunjanga. CT-Scanb. MRIc. Elektromigrafi (EMG)d. Sinar-x spinale. Lumbal fungsif. Fungsi parug. Serum kimiah. Urodinamiki. Foto polos vertebra AP, Lateral-ObliquePenatalaksanaan a.Terapi non-farmakologik : akupuntur,operasi sesuai indikasi dikompresi neurologi b.Terapi Farmakologik : golongan steroid seperti nomidipin atau dopamine untuk memprebaiki aliran darah daerah medulla spinalis. Atau methyl prednisolone untuk mengurangi cedera yangn termasukk golongan antihistamin steroid. Bisa juga anti hipertensi seperti diazolsid untuk mengontrol tekanan darah, anti colinergen untuk menurukan act bladder dan juga anti depresen seperti tripamisin hidroclorida.Step 41. Bagaimana susunan medulla spinalisa. Menempati 2/3 bagian atas columna vertebra superior C1 sampai dengan Vertebra L2.1) Traktus ascenden : sensoris, traktus spinothalamicus untuk nyeri dan suhu2) Traktus spinothalamicus anterior : raba dan tekan, fasiculus grasicilis untuk getar, raba, sadar, sendi3) Traktus descenden : motorik, kortikospinal untuk gerak cepat terlatih4) Traktus radiks spinalis : gerak volunter, saraf simpatis dan parasimpatis5) Traktus fectospinalis : gerak postur6) Traktus vestibulospinalis : ekstrusenb. Serabut afferent : neuron menuju otakc. Serabut efferent : menuju efektord. Cornu ventral : motorike. Cornu dorsal : sensorikf. Cornu lateral : saraf otonom2. Apa saja kelainan yang mungkin timbul dalam kasusa. Quadriplegia : paralysis (lumpuh) diatas segmen C6b. Quadriplegia gerakan tangan : C6-C7c. Quadriplegia jari tangan : C7-C8d. Respiratorik quadriplegia : C1-C3 (Kapasitas paru turun C4-C5)e. Paraplegia : T1-T4f. Neuropati perifer : trauma dan cedera saraf bagian otak atau tullang belakang. Dimana terjadi disfungsi anggota gerakg. Tumor spinal terbagi menjadi 3 :1) Ekstradura : diluar duramater2) Intradura ekstramedular3) Spina intramedularh. L1-L2 : hilang fungsi motorik dan sensorik, defekasi dan kemih.i. Hipereksresi cedera : tekanan yang berasal dari belakang, fraktur unilateral, bilateralj. Cedera medulla spinalis : terjadi di1) C1 : tidak berpengaruh banyak2) L2 : kelemahan otot gangguan respiratorik3) C5 : bahu tidak dapat dikendalikan4) C6 : paralysis5) C7 : tidak fleksi pergelangan tangan3. Apa saja penyebab dan bagaimana patofisiologi dari kelainan yang terjadi pada kasus Cedera : akibat kecelakaan, terdapat gangguan tambahan,mengakibatkan kerusakan sekunder dan tambahan sehingga terjadi spasme otak. Dipengaruhi oleh faktor sistemik, iskemik, hipoksia, hipotensi. Dapat juga terjadi pelepasan neurotransmitter berlebihan (glutamat). Cedera medulla spinalis thoracal dan servikal. Untuk dislokasi bias terjadi seperti trauma destruksi pada batang otak dan fraktur axis yang terjadi C2 dapat dilihat terdapat tonjolan seperti pasak. Hal ini diperkirakan terjadi karena trauma columna vertebra nya sendiri. Ada 3 faktor yang mempengaruhi1) Hiperekstensi2) Hiperfleksi3) Kompresi vertikal edemaAdanya perdarahan (penyebab vaskuler)4. Apa saja komplikasi dari cedera medulla spinalisIskemik thipoksia : termasuk dalam cedera primer pada medulla spinalis5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan bagimana penatalaksanaanyaa. Serum kimia : untuk mengetahui adanya hiperglikemia atau hipoglikemiab. Urodinamik : pengosongan bladderc. Foto rongent : adanya rongga pada vertebrad. EMG : mengetahui gangguan neurogenic atau tidake. Akupunturf. Pemberian steroidg. Imobiliitash. Tindakan operasii. Pemasangan MGTj. Tehabilitasik. Stabilisasi daerah tulang

BAGAN

Non-Farmakologik

farmakologikPenatalaksanaan

Pemeriksaan Penunjang

Struktur anatomiCedera Vertebra

Patofisiologi

Tulang vertebraMedulla spinalis

Kelainan yang mungkin timbul

Penyebab kelainanQuadriplegia

komplikasi

hipoksia

Gangguan kemih

Iskemik

hipotensi

Step 51. Apa saja struktur makroskopis,mikroskopis,dan fisiologis vertebra dan medulla spinalis?2. Bagaimana pendekatan klinis, pemeriksaan penunjang, diagnose banding kelainan yang terjadi pada os. vertebra dan medulla spinalis?Step 6Belajar mandiriStep 71. Apa saja struktur makroskopis,mikroskopis,dan fisiologis vertebra dan medulla spinalis? MikroskopisMedulla spinalis adalah struktur silinder panjang jaringan saraf yang berjalan dari batang otak. Struktur ini memiliki panjang 45 cm dan garis dengan 2 cm. Di bungkus oleh komula vertebralis. Terdapat 8 pasang nervus servikalis (leher),12 pasang nervus torakalis(dada),5 pasang nervus lumbalis (perut),5 pasang nervus sakralis(panggul) dan 1 pasang nervus koksegous (tulang ekor). Subtansia grisea di medulla spinalis membentuk suatu regio berbentuk kupu-kupu di sebelah dalam di kelilingi oleh substansia alba di sebelah luar. Substansia grisea medulla terutama terdiri dari badan sel neuron dan dendrit-dendritnya,antar neuron pendek dan sel glia. Subtansia alba tersusun membentuk banyak jaras atau traktus (jalur saraf).Traktus asendens yaitu (medulla spinalis ke otak) yang menyalurkan sinyal dari masukan eferen ke otak,traktus desendens adalah (otak ke medulla spinalis) yang menyampaikan otak ke neuron eferen. (Snell,2013).Substansi grisea tersusun secara fungsional. Kanalis sentralis yang terisi oleh CSS terletak di bagian tengah substansia grisea. Masing-masing belahan substansia grisea terbagi menjadi tanduk (kornu) dorsal,tanduk vektor dan tanduk lateral. Tanduk dorsal mengandung badan sel antarneuron. Tanduk ventral mengandung badan sel neuron motorik eferen yang menyarafi otot rangka. Serat-serat saraf otonom yang menyarafi otot jantung dan otot polos serta kelenjar eksokrin berasal dari badan sel yang terletak di tanduk lateral. (Snell,2013).

Gambar 1. Medulla Spinalis (Snell,2013)Terdapat 31 pasang saraf spinalis yang di namai bedasarkan regio kolumna vetebralis,maka akar-akar saraf spinalis harus turun di samping medulla sebelum keluar dari kolumna vertebralis di celah antar vetebra yang sesuai,terutama akar yang keluar setelah vetebra lumbal pertama. (Snell,2013).1. Tractus Asendens Medulla SpinalisSaat memasuki medulla spinalis, serabut-serabut saraf sensorik dari berbagai ukuran dan fungsi dipilah dan dipisahkan menjadi berkas-berkas atau traktus-traktus saraf di substansia alba. Beberapa saraf berperan untuk menghubungkan segmen segmen medulla spinalis yang berbeda, sedangkan serabut lain naik dari medulla spinalis ke pusat yang lebih tinggi sehingga menghubungkan medulla spinalis dengan otak. Berkas-berkas serabut yang berjalan keatas ini disebut traktus asendens. (Snell,2013).Fungsi Tractus Asendens, sensasi nyeri dan suhu naik melalui traktus spinothalamicus lateralis, Sensasi raba (kasar) dan tekanan naik melalui traktus spinothalamicus anterior. Jaras sensasi otot ke cerebellum. (Snell,2013).1. Tractus spinocerebellaris posteriorSerabut-serabut spinocerebellaris posterior menerima informasi dari otot, sendi, muscle spindle, organ-organ tendon dan reseptor-reseptor. (Snell,2013).1. Tractus spinocerebellaris anteriorJaras-jaras spinocerebellaris anterior dan posterior menuju cortex cerebri menerima informasi mengenai otot dari muscle spindle, organ-organ tendon dan reseptor sendi dari badan dan ekstremitas superior dan inferior. Cerebelum menerima informasi dari kulit dan fascia superfisialis melalui traktus ini. (Snell,2013).1. Tractus cuneocerebellarisSerabut-serabut saraf ini berfungsi meneruskan informasi sensasi otot sendi ke cerebellum. (Snell,2013).1. Tractus spinotectalisMelalui medulla oblongata dan pons. Berakhir dengan bersinaps pada neuron-neouron collicus superior mesenchepali . (Snell,2013).1. Tractus spinoreticularisMerupakan jaras aferen formation retikularis yang berperan penting dalam mempengaruhi kesadaran. (Snell,2013).1. Tractus spinoolivarisBerfungsi membawa informasi ke cerebellum dari kulit dan organ-organ propioseptif. (Snell,2013).1. Tractus sensorik visualProses susperifelsel tersebut menerima impuls saraf dari ujung-ujung reseptor nyeri dan regangan divisera. Banyak serabut aferen visceral yang masuk melalui medulla spinalis dan bercabang untuk ikut dalam aktifitas refleks. (Snell,2013).1. Tractus Descendens Medulla Spinalis1. Tractus corticospinalisBerfungsi sebagai gerakan-gerakan voulunter yang cepat dan terlatih terutama pada ujung distal ekstremitas. (Snell,2013).1. Tractus reticulospinalisBerfungsi menghambat atau memfasilitasi gerakan volunteer hypothalamus mengatur saluran keluar sistem simpatis dan parasimpatis. (Snell,2013).1. Tractus tectospinalisBerfungsi sebagai reflex gerakan postural berkaitan dengan penglihatan. (Snell,2013).1. Tractus rubrospinalisBerfungsi memfasilitasi aktifitas otot-otot fleksor dan menghambat aktifitas otot-otot extensor (Snell,2013).Sel Saraf :1. Sel saraf motorik (saraf eferen)Yang berfungsi untuk menghantarkan atau membawa impus syaraf dari otak dan sumsum tulang belakang ke otak atau saraf tepi atau saraf perifer. Sel saraf motorik disebut juga sel saraf penggerak. (Snell,2013).Sistem motorik dimulai dari sel-sel area motorik, serabut kortikospinal, melintas ke bawah dalam bentuk seperti kipas, kemudian melewati kapsul interna, yang melintas diantara thalamus dan ganglia basalis. Semua serabut motorik mempersyarafi satu titik tubuh, sehingga jika terjadi cereda akan menyebabkan paralisis pada sisi yang terkena (hemiplegic). Serabut saraf kemudian melewati pons ke medulla oblongata dan membentuk proyeksi yang panjang dan sempit, yang disebut pyramid. Sehingga serabut saraf muncul pada hemisfer serebral kiri dan selanjutnya akan mempersyarafi tubuh bagian kanan. Serabut saraf jalan ke medulla spinalis sebagai traktus kortikospinalis lateral. Serabut saraf, yang tak menyebrang ke sisi yang berlawanan, berjalan meninggalkan medulla spinalis pada traktus kortikospinal anterior dan menyebrang kea rah yang berlawanan di medulla spinalis. (Snell,2013).Serabut saraf melewati kornu anterius medulla spinalis, tempat terjadinya sinaps. Kemudian dari depan medulla spinalis, serabut syaraf muncul sebagai akar anterior dan dan bergabung dengan akar posterior untuk membentuk saraf spinal campuran. Saraf perifer berakhir pada percabangan diberbagai area, termasuk di otot. (Snell,2013).Serabut motorik dibagi menjadi cabang-cabang dan tiap cabang berakhir pada lempeng ujung motorik (motor end plate). Yang menempel pada serabut otot. (Snell,2013).Area motorik menerima impuls dari berbagai bagian otak, termasuk area sensorik. Dari korteks , impuls dikirim ke medulla spinalis, inti otorik pada batang otak, basal ganglia, serebelum, dan pons,. Melalui berbagai traktus saraf, stimulus masuk melewati saraf perifer ke otot skeletal, yang tetap dalam keadaan tegang, yang disebut tonus otot. (Snell,2013).1. Sistem sensorikBertugas menginterpretasi impuls yang secara konstans menstimulasinya, banyak impuls tidak mencapai tingkat kesadaran, karena system saraf secara otomatis menyesuaikan diri dengan tekanan darah., nadi dan derajat tonus otot. (Snell,2013).Sistem sensori pada indera khusus (Mata). Impuls sinar dibawa dari retina mata melalui saraf optic (saraf cranial ke dua) ke kiasma optic. Disini serabut medial setiap saraf optic menyebrangi sisi yang berlawanan. Hal ini, bagian yang menyebrangi daerah fisual hemisfer serebral kiri menerima kesan dari sisi luar (temporal) retina mata kiri dan sisi dalam (nasal) mata kanan. Impuls kemudian dibawa ke daerah visual lobus oksipital. Disini impuls tersebut diinterpretasi. Akan terlihat bahwa pembagian saraf optic kiri menyebabkan kebutaan mata pada sisi yang sama. Tetapi pembagian pada traktus optic kiri akan mengakibatkan individu tidak dapat melihat isi kiri lapang pandang normal. (Snell,2013).Saraf tepi merupakan saraf cranial (nervus kranialis) dan saraf spinal (nervis spinalis). Setiap saraf tepi terdiri dari berkas serabut saraf parallel yang terdiri dari berkas serabut saraf parallel yang dapat berupa akson eferen atau aferen, dapat bermielin atau tidak bermielin serta dibungkus oleh sarung jaringan ikat. (Snell,2013). Makroskopis1. Nervus SpinalisTerdapat 31 pasang nervus spinalis yang meninggalkan medulla spinalis dan berjalan melalui foramina intervertebralis di columna vertebralis, masing-masing nervus spinalis berhubungan dengan medulla spinalis melalui duoradix, radix anterior dan radix posterior. Radix anterior terdiri dari berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf menjauhi susunan saraf pusat, serabut ini disebut serabut eferen. Radix posterior terdiri dari berkas serabut saraf yang membawa impuls saraf menuju susunan saraf pusat, serabut ini disebut serabut aferen. Oleh karena berfungsi meneruskan informasi ke susunan saraf pusat, serabut ini disebut serabut sensorik. Badan sel serabut saraf ini terletak dalam pembesaran radix posterior yang disebut ganglion radix posterior. (Snell,2013).

Gambar 2. Nervus Spinalis (Snell,2013)

1. Nervus CranialisAda 12 pasang nervus cranialis yang meninggalkan otak dan berjalan melalui foramina pada tengkorak. Beberapa nervus cranialis seluruhnya tersusun dari serabut aferen yang membawa impuls ke otak (n. olfactorius, n. opticus, n. vestibulocochlearis). Beberapa terdiri dari serabut eferen (n.oculomotorius, n. trochlearis, n. abducens, n. accessories, n. hypoglossus) dan sisanya tersusun dari serabut aferen dan eferen (n. trigeminus, n. facialis, n. glosopharinges dan n. vagus). (Snell,2013).Tulang Pembentuk Columna Vertebra dan Bagian-bagiannyaCulumna vertebra menyangga berat tubuh manusia dalam posisi tegak yang secara mekanik sebenranya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh tetap tegak dan melindungi medulla spinalis, cplumna ini terdiri dari vertebra-vertebra yang dipisahkan diskusfibrokartilago intervertebral. (Snell,2013).Tulang belakang ( spine ) terdiri dari 33 tulang dan 24 tulang yang membentuk columna yaitu 7 tulang vertebraservikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, dan 5 tulang vertebra sacrum yang menyatu menjadi sacrum dan 3 sampai 5 tulang koksigeal yang menyatu dengan tulang coccygeus. (Snell,2013).Fungsi tulang belakang dibagi atas dua segmen yaitu segmen anterior dan segmen posterior. Segmen anterior berfungsi sebagai penahaan berat badan dan meredam gerakan, yang terdiri dari corpus vertebra yang dihubungkan satu sama lain oleh discus intervrtebralis dan dikuat oleh beberapa ligamen. Dan segmen posterior berfungsi sebagai pelindung organ dan penentu arah gerakan segmen ini terdiri dari arcus vertebra, processus trenverses, processus spinosus, facet sendi superior dan inferior dan beberapa ligamen. (Snell,2013).

Gambar 3. Anatomi Vertebra (Moore,2013)Beberapa bagian tulang tubuh manusia, columna vertebra terdiri dari beberapa bagian yaitu :1)Vertebra servikalisVertebra srvikalis terbentuk dari 7 ruas tulang vertebra, vertebra sevikalis pertama dan kedua dimodifikasikan untuk menyangga dan menggerakan kepala. Columna vertebra memiliki hubungan dan saling terkait antara temporamendibular jont, shoulder kompeks, dan upper thorakal dengan upper costa. Corpus dari vertebra yang paling atas adalah Atlas dan yang menyatu dengan vertebra dibawah adalah Aksis. (Snell,2013).

2)Vertebra torakalisVertebra torakalis terbentuk dari 12 ruas tulang vertebra, memiliki processus spina panjang yang melengkung kebawah dan processus transverses panjang dengan facet untuk tuberculum kosta. Vertebra torakalis merupakan merupakan regio columna vertebralis yang paling stabil dengan limitasi gerak lebih dominan karena stabilisasi rongga torax. (Snell,2013).3)Vertebra lumbalisVerterbra lumbalis terbentuk dari 5 ruas tulang vertebra, merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil. (Snell,2013).

4)Vertebra SakralisDimana sacrum adalah tulang triangular. Bagian dasar tulang ini beratikulasi dengan vertebra lumbal kelima. Terdapat 5 tulang dibagian ini ( S1-S5 ). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki celah atau diskusi intervertebra atau sama lainnya. (Snell,2013).LigamenUntuk memperkuat dan menunjang tugasvertebraatau tulang belakang dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuatligamen-ligamen, antara lain :LigamentIntersegmental ( menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari ujung ke ujung ) :1) Ligament Longitudinalis Anterior2)Ligament Longitudinalis Posterior3)Ligamnet praspinosum LigamentIntrasegmental ( Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang berdekatan )1)Ligamentum Intertransversum2)Ligamentum flavum3)Ligamentum InterspinosumLigamentum ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang pinggul. (Snell,2013).OtotOtot-otot spine selain berfungsi sebagai pengerak dan berfungsi sebagai posis tubuh tetap tegak.Pada bagian depan regio cervical terdapat otot-otot :1)M. Rectus capitis anterior2)M. Rectus capitis lateralis3)M. Longus capitis4)M. Longus colli5)M. hyoideusPada bagian servikal terdapat otot-otot splenius capitis sebagai penggerak utama ekstensi leher dan bagian lateralis leher terdapat M. Stemocleidomastoideus, M .Levator scapula, M. Scalenus anterior-posterior-medius.Pada regio abdominial terdapat otot-otot:1)M. Rectus Abdominis2)M. Obliques Eksternus dan InternusPada Regio Thorachal dan Lumbalis terdapat otot-otot :1) M. Sacospinalis2) M. Semispinalis3) M. Spinalis4) M. Longisimus5) M. Iliocostalis`Otot-otot Spinalis seperti :1)M. Multifidus2)M. Rotators3)M. Interspinalis4)M. IntertransversariPada Regio bagian lumbal terdapat otot-otot yang dominan yaitu :1) M. Quardratus Lumborum2) M. Psoas Mayo

SarafSaraf pada columna vertebra terdiri dari beberapa bagian diantaranya :1) Saraf spina serviks( C1 sampai dengan C2 )2) Saraf spina toraks( T1 sampai T12 )3) Saraf spina lumbal ( L1 sampai dengan L5 )4) Saraf spina sakral ( S1 sampai dengan S5 )Jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna lumbal vertebra yang memanjang dari medula batang otak sampai kearea vertebra lumbal pertama disebut medula spinalis. (Snell,2013).Fungsi medulla spinalis yaitu medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh, bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalu traktus asenden dan desenden. (Snell,2013).Struktur utama medulla spinalis yaitu :1) Medulla spinalis berbentuk selinder berongga agak pipih. Walaupun diameter medulla spinalis bervarias, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking, panjang rata-rata 42 cm.2) Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks, menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.3) Tiga puluh satu pasang saraf spina keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral4) Korda berkhir dibagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Saraf spina l bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah disebut korda ekuina, muncul dari kolumna spinalis pada foramina intervertebral lumbal dan sacral yang tepat.5) Konos medularis ( terminalis ) adalah ujung kaudal korda.6) Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa pia meter yang melekat pada konus medularis sampai kekolumna vertebra.7) Meninges ( dura meter, araknoid, dan pia meter ) yang melapisi otak juga melapisi korda.8) Fisura median anterior ( ventral ) dalam dan fisura posterior ( dorsal ) yang lebih dangkal menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri.Saraf spinal tiga puluh satu pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radik dorsal ( posterior ) dan ventral ( anterior ). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion , dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal, semua saraf tersebut adalah gabungan ( motorik dan sensorik ) membawa informasi kekorda melalui neuron eferen dan meninggalkan korda melalui neoren eferen. (Snell,2013).Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra tempat munculnya saraf tersebuta.Saraf serviks ; delapan pasang. C1 sampai C2b.Saraf toraks ; 12 pasang. T1 sampai T2c.Saraf lumbal ; lima pasang. L1 sampai L5d.Saraf servikal ; lima pasang. S1 sampai S5e.Saraf koksiks; satu pasangDevisi, setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebra, saraf kemudian bercabang menjadi empai devisi.a.Cabang meningeal kecil masuk kembali ke medulla spinal melalui foramen sama yang digunakan saraf untuk keluar dan mempersarafi meningeas, pembuluh darah medulla spianalis,dan ligamen intervetebral.b.Ramus dorsal ( posterior ) terdiri dari serabut yang menyebar kearah posterior untuk mempersarafi otot dan kulit pada bagia belakang kepala, leher, dan pada trunskus di regia saraf spinal.c.Cabang ventral ( anterior ) trediri dari serabut yang mensuplai bagian anterior dan lateral pada trusnkus dan anggota gerak.d.Cabang visceral adalah bagian dari SSO. Cabang ini memilii ramus komonikans putih dan ramus komunikans abu-abu yang membentuk hubungan antara medulla spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis SSO. (Snell,2013).Pleksus adalah jaringan-jaringan serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal. Kecuali T1 dan T11, yang merupakan awal saraf interkostal. (Snell,2013).a.Pleksus serviks terbentuk dari ramus venteral keempat saraf serviks pertama C1,C2,C3,C4 dan sebagian C5, saraf ini menginervasikan otot leher, dan kulit kepala,leher,serta dada. Saraf terpenting yang berawal pada pleksus ini adalah saraf fenik, yang menginerfasi diafragma.b.Pleksus brakial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5,C6,C7,C8 dan saraf toraks pertama T1, dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf dari pleksus brakial mensuplai lengan atas dan memerapa otot pada leher dan bahu.c.Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1,L2,L3,dan L4, dengan bantuan T12. Saraf dari pleksus ini menginervasi kulit dan otot dinding abdomen, paha dan genitalia eksternal, saraf terbesar adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor paha dan kulit pada paha anterior, regia panggul, dan tungkai bawah.d.Pleksus sacral trebentuk dari ramus venteral saraf sacral S1,S2, dan inervasi anggota gerak bawah, bokong dan regia perineal : saraf terbesar adalah saraf skiatik.e.Pleksus koksiks, terbentuk dari ramus venteral S5 dan saraf spinal koksiks, dengan kontribusi dan ramu S4. Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensuplai regio koksiks. (Snell,2013).2. Bagaimana pendekatan klinis, pemeriksaan penunjang, diagnosis banding kelainan yang terjadi pada os. vertebra dan medulla spinalis? Pendekatan klinisAnamnesis 1. IdentitasTrauma medula spinalis dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada. usiamuda),jenis kelamin (kebanyakan laki-laki karena sering mengebutsaat mengendarai motor tanpa pengaman helm), pendidikan, alamat,pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit(MRS), nomor register, dan diagnosis medis.1. Keluhan utamaKeluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri, kelemahan dan kelumpuhan ekstremitas,inkontinensia urine dan inkontinensia alvi, nyeri tekan otot,hiperestesia tepat di atas daerah trauma, dan deformitas pada daerahtrauma.1. Riwayat penyakit sekarangAdanya riwayat trauma yang mengenai tulang belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, kecelakaan industri, kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman dan kejatuhan benda keras. Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas, paralisis (dimulai dari paralisis layu disertai hilangnya sensibilitas yang total dan melemah/menghilangnya refleks alat diam). Ini merupakan gejala awal dari tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu, ileus paralitik, retensi urine, dan hilangnya refleks-refleks.Kaji adanya riwayat trauma tulang belakang akibat kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga, kecelakaan industri, jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk, luka tembak, trauma karena tali pengaman (frakturchance),dan kejatuhan bendakeras. Pengkajian yang didapat meliputi hilangnya sensibilitas,paralisis (dimulai dari paralisis layu disertai hilangnya sensibilitassecara total dan melemah/menghilangnya refleks alat dalam) ileusparalitik, retensi urine, dan hilangnya refleks-refleks.Perlu ditanyakan pada klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak sadar tentang penggunaan obat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada beberapa klien yang suka kebut-kebutan.

1. Riwayat penyakit dahuluPengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang seperti osteoporosis, osteoartritis, spondilitis, spondilolistesis, spinal stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang. Penyakit lainnya seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obatan adiktif perlu ditanyakan untuk menambah komprehensifnya pengkajian.Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien sebelum menderita penyakit sekarang , berupa riwayat trauma medula spinalis. Biasanya ada trauma/ kecelakaan.Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang belakang, seperti osteoporosis, osteoartritis, spondilitis, spondilolistesis, spinal stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang (Masalah penggunaan obat-obatan adiktif dan alkohol). 1. Riwayat penyakit keluargaKaji apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita hipertensi, DM (Diabetes Melitus), penyakit jantung untuk menambah komprehensifnya pengkajian (Untuk mengetahui ada penyebab herediter atau tidak).1. Riwayat psiko-sosioPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Adanya perubahan berupa paralisis anggota gerak bawah memberikan manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami cedera tulang belakang.Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga.Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.(Price Sylvia A. 2013) Pengkajian Primer1) Airway.Jika penderita dapat berbicara maka jalan napas kemungkinan besar dalam keadaan adekuat. Obstruksi jalan napas sering terjadi pada penderita yang tidak sadar, yang dapat disebabkan oleh benda asing, muntahan, jatuhnya pangkal lidah, atau akibat fraktur tulang wajah. Usaha untuk membebaskan jalan napas harus melindungi vertebra servikalis (cervical spine control), yaitu tidak boleh melakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi yang berlebihan dari leher. Dalam hal ini, kita dapat melakukan chin lift atau jaw thrust sambil merasakan hembusan napas yang keluar melalui hidung.Bila ada sumbatan maka dapat dihilangkan dengan cara membersihkan dengan jari atau suction jika tersedia. Untuk menjaga patensi jalan napas selanjutnya dilakukan pemasangan pipa orofaring. Bila hembusan napas tidak adekuat, perlu bantuan napas.2) Breathing.Bantuan napas dari mulut ke mulut akan sangat bermanfaat. Apabila tersedia, O2 dapat diberikan dalam jumlah yang memadai. Jika penguasaan jalan napas belum dapat memberikan oksigenasi yang adekuat, bila memungkinkan sebaiknya dilakukan intubasi endotrakheal.1,3,5,6,7,8.3) Circulation.Status sirkulasi dapat dinilai secara cepat dengan memeriksa tingkat kesadaran dan denyut nadi Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah mencari ada tidaknya perdarahan eksternal, menilai warna serta temperatur kulit, dan mengukur tekanan darah. Denyut nadi perifer yang teratur, penuh, dan lambat biasanya menunjukkan status sirkulasi yang relatif normovolemik.4) Disability.Melihat secara keseluruhan kemampuan pasien diantaranya kesadaran pasien.5) Exprosure,Melihat secara keseluruhan keadaan pasien. Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15) dengan :Simple head injury bila tanpa deficit neurologya. Dilakukan rawat lukab. Pemeriksaan radiologyc. Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan kesadaran segera bawa ke rumah sakit(Price Sylvia A. 2013)Pemeriksaan fisik.Pemeriksaanfisik sangat berguna untuk mendukungdata pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan B3(Brain)dan B6(Bone)yangterarah dan dihubungkan dengan keluhan klien.1) Pernapasan.Perubahansistempernapasan bergantung padagradasi blok saraf parasimpatis (klien mengalami kelumpuhan otot-otot pernapasan) dan perubahan karena adanya kerusakan jalur simpatik desenden akibat trauma pada tulang belakang sehinggajaringan saraf di medula spinalis terputus.Dalam beberapa keadaan trauma sumsum tulang belakang padadaerah servikal dan toraks diperoleh hasil pemeriksaan fisik sebagaiberikut.a. Inspeksi. Didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,sesak napas, penggunaan otot bantu napas, peningkatanfrekuensi pemapasan, retraksi interkostal, dan pengembangan paru tidak simetris.Respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi). Pola napas inidapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak mampu mcnggerakkandinding dada akibat adanya blok saraf parasimpatis.b. Palpasi. Fremitus yang menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan apabila trauma terjadi pada rongga toraks.c. Perkusi. Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabilatrauma terjadi pada toraks/hematoraks.d. Auskultasi.Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada klien dengan peningkatan produksi sekret, dankemampuan batuk menurun sering didapatkan pada klien cederatulang belakang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran(koma).(Price Sylvia A. 2013)2) KardiovaskularPengkajiansistem kardiovaskular pada klien cederatulang belakang didapatkan renjatan (syok hipovolemik) denganintensitas sedang dan berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskular kliencedera tulang belakang pada beberapa keadaan adalah tekanandarah menurun, bradikardia, berdebar-debar, pusing saat melakukan perubahan posisi, dan ekstremitas dingin atau pucat.3) PersyarafanTingkatkesadaran. Tingkat keterjagaan dan respons terhadapIingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.Pemeriksaan fungsi serebral. Pemeriksaan dilakukan denganmengobservasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresiwajah, dan aktivitas motorik klien. Klien yang telah lama mengalami cedera tulang belakang biasanya mengalami perubahanstatus mental. Pemeriksaan Saraf kranial:a. SarafI. Biasanya tidak ada kelainan pada klien cedera tulangbelakang dan tidak ada kelainan fungsi penciuman.b. SarafII. Setelah dilakukan tes, ketajaman penglihatan dalamkondisi normal.c. SarafIII, IV, dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkatkelopak mata dan pupil isokor.d. Saraf V. Klien cedera tulang belakang umumnya tidak mengalamiparalisis pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak adakelainane. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris.f. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.g. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Ada usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kudukh. SarafXII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi, Indra pengecapan normal.PemeriksaanPenunjangPemeriksaan Refleks:a. Pemeriksaan refleks dalam. Refleks Achilles menghilang dan refleks patela biasanya melemah karena kelemahan pada otot hamstring.b. Pemeriksaan refleks patologis. Pada fase akut refleks fisiologis akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali yang didahului dengan refleks patologis.c. RefleksBullbo Cavemosuspositif menandakan adanya syok spinald. Pemeriksaan sensorik. Apabila klien mengalami trauma pada kaudaekuina, mengalami hilangnya sensibilitas secara me-netap pada kedua bokong, perineum, dan anus. Pemeriksaan sensorik superfisial dapat memberikan petunjuk mengenai lokasi cedera akibat trauma di daerah tulang belakang4) PerkemihanKaji keadaan urine yang meliputi warna, jumlah, dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.5) Pencernaan.Pada keadaan syok spinal dan neuropraksia, sering dida-patkan adanya ileus paralitik. Data klinis menunjukkan hilangnya bising usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini merupakan gejala awal dari syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan kurangnya asupan nutrisi.6) Muskuloskletal.Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam bergantung pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkenaPemeriksaan Sistem Perkemihan dan Pencernaan1) Bila terjadi lesi pada kauda ekuina (kandung kemih dikontrol oleh pusat S1-S4) atau dibawah pusat spinal kandung kemih akan menyebabkan interupsi hubungan antara kandung kemih dan pusat spinal. Pengosongan kandung kemih secara periodik tergantung dari refleks lokal dinding kandung kemih. Pada keadaan ini pengosongan dilakukan oleh aksi otot-otot destrusor dan harus diawali dengan kompresi secara manual pada dinding perut atau dengan meregangkan perut. Pengosongan kandung kemih yang bersifat otomatis seperti ini disebut kandung kemih otonom. Trauma pada kauda ekuina klien mengalami hilangnya refleks kandung kemih yang bersifat sementara dan klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten dengan teknik steril.2) Pada keadaan syok spinal, neuropraksia sering didapatkan adanya ileus paralitik, dimana klinis didapatkan hilangnya bowel sound, kembung, dan defekasi tidak ada. Ini merupakan gejala awal dari tahap syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan intake nutrisi yang kurang.3) Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukkan adanya dehidrasi.Pemeriksaan MotorikParalisis motorik dan paralisis alat-alat dalam tergantung dari ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.Pemeriksaan lokalisLook. Adanya perubahan warna kulit, abrasi dan memar pada punggung. Pada klien yang telah lama dirawat dirumah sering didapatkan adanya dekubitus pada bokong. Adanya hambatan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.Feel. Prosesus spinosus dipalpasi untuk mengkaji adanya suatu celah yang dapat diraba akibat sobeknya ligamentum posterior menandakan cedera yang tidak stabil. Sering didapatkan adanya nyeri tekan pada area lesiMove. Gerakan tulang punggung atau spinal tidak boleh dikaji.Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan dan kelumpuhan pada ekstremitas bawah. Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan derajat kekuatan otot didapatkan.

KlasifikasitraumaMedula SpinalisTraumamedulaspinalis dapat diklasifikasikan :1) Komosio modula spinalisadalah suatu keadaan dimana fungsi mendula spinalis hilang sementara tanpa disertai gejala sisa atau sembuh secara sempurna. Kerusakan pada komosio medula spinalis dapat berupa edema, perdarahan verivaskuler kecil-kecil dan infark pada sekitar pembuluh darah.2) Komprensi medula spinalisberhubngan dengan cedera vertebral, akibat dari tekanan pada edula spinalis.3) Kontusioadalahkondisi dimana terjadi kerusakan pada vertebrata, ligament dengan terjadinya perdarahan, edema perubahan neuron dan reaksi peradangan.4) Laserasio medula spinalismerupakan kondisi yang berat karena terjadi kerusakan medula spinalis. Biasanya disebabkan karena dislokasi, luka tembak. Hilangnya fungsi medula spinalis umumnya bersifat permanen.(Mardjono Mahar. 2014)Klasifikasi Cedera Medulla SpinalisBerdasarkan sifat kondisi fraktur yang terjadi, Kelly dan Whitesides mengkategorikan cedera spinal menjadi cedera stabil dan cedera non-stabil. Cedera stabil mencakup cedera kompresi korpus vertebra baik anterior atau lateral dan burst fracture derajat ringan. Sedangkan cedera yang tidak stabil mencakup cedera fleksi-dislokasi, fleksi-rotasi, dislokasi-fraktur (slice injury), dan burst fracture hebat.1) Cedera stabilBila kemampuan fragmen tulang tidak memengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh selain yang terjadi saat cedera. Komponen arkus neural intak serta ligament yang menghubungkan ruas tulang belakang, terutama ligament longitudinal posterior tidak robek. Cedera stabil disebabkan oleh tenga fleksi, ekstensi, dan kompresi yang sederhana terhadap kolumna tulang belakang dan paling sering tampak pada daerah toraks bawah serta lumbal (fruktur baji badan ruas tulang belakang sering disebabkan oleh fleksi akut pada tulang belakang).a. FleksiCedera fleksi akibat fraktura kompresi baji dari vertebra torakolumbal umum ditemukan dan stabil. Kerusakan neurologik tidak lazim ditemukan. Cedera ini menimbulkan rasa sakit, dan penatalaksanaannya terdiri atas perawatan di rumah sakit selama beberapa hari istorahat total di tempat tidur dan observasi terhadap paralitik ileus sekunder terhadap keterlibatan ganglia simpatik. Jika baji lebih besar daripada 50 persen, brace atau gips dalam ekstensi dianjurkan. Jika tidak, analgetik, korset, dan ambulasi dini diperlukan. Ketidaknyamanan yang berkepanjangan tidak lazim ditemukan.b. Fleksi ke Lateral dan EkstensiCedera ini jarang ditemukan pada daerah torakolumbal. Cedera ini stabil, dan defisit neurologik jarang. Terapi untuk kenyamanan pasien (analgetik dan korset) adalah semua yang dibutuhkan.c. Kompresi VertikalTenaga aksial mengakibatkan kompresi aksial dari 2 jenis : (1) protrusi diskus ke dalam lempeng akhir vertebral, (2) fraktura ledakan. Yang pertama terjadi pada pasien muda dengan protrusi nukleus melalui lempeng akhir vertebra ke dalam tulang berpori yang lunak. Ini merupakan fraktura yang stabil, dan defisit neurologik tidak terjadi. Terapi termasuk analgetik, istirahat di tempat tidur selama beberapa hari, dan korset untuk beberapa minggu.Meskipun fraktura ledakan agak stabil, keterlibatan neurologik dapat terjadi karena masuknya fragmen ke dalam kanalis spinalis. CT-Scan memberikan informasi radiologik yang lebih berharga pada cedera. Jika tidak ada keterlibatan neurologik, pasien ditangani dengan istirahat di tempat tidur sampai gejala-gejala akut menghilang. Brace atau jaket gips untuk menyokong vertebra yang digunakan selama 3 atau 4 bulan direkomendasikan.Jika ada keterlibatan neurologik, fragmen harus dipindahkan dari kanalis neuralis. Pendekatan bisa dari anterior, lateral atau posterior. Stabilisasi dengan batang kawat, plat atau graft tulang penting untuk mencegah ketidakstabilan setelah dekompresi.(Mardjono Mahar. 2014)2) Cedera Tidak StabilFraktur memengaruhi kemampuan untuk bergeser lebih jauh. Hal ini disebabkan oleh adanyan elemen rotasi terhadap cedera fleksi atau ekstensi yang cukup untuk merobek ligament longitudinal posterior serta merusak keutuhan arkus neural, baik akibat fraktur pada fedekel dan lamina, maupun oleh dislokasi sendi apofiseal.a. Cedera Rotasi FleksiKombinasi dari fleksi dan rotasi dapat mengakibatkan fraktura dislokasi dengan vertebra yang sangat tidak stabil. Karena cedera ini sangat tidak stabil, pasien harus ditangani dengan hati-hati untuk melindungi medula spinalis dan radiks. Fraktura dislokasi ini paling sering terjadi pada daerah transisional T10 sampai L1 dan berhubungan dengan insiden yang tinggi dari gangguan neurologik.Setelah radiografik yang akurat didapatkan (terutama CT-Scan), dekompresi dengan memindahkan unsur yang tergeser dan stabilisasi spinal menggunakan berbagai alat metalik diindikasikan.b. Fraktura PotongVertebra dapat tergeser ke arah anteroposterior atau lateral akibat trauma parah. Pedikel atau prosesus artikularis biasanya patah. Jika cedera terjadi pada daerah toraks, mengakibatkan paraplegia lengkap. Meskipun fraktura ini sangat tidak stabil pada daerah lumbal, jarang terjadi gangguan neurologi karena ruang bebas yang luas pada kanalis neuralis lumbalis. Fraktura ini ditangani seperti pada cedera fleksi-rotasi.

c. Cedera Fleksi-RotasiChange fracture terjadi akibat tenaga distraksi seperti pada cedera sabuk pengaman. Terjadi pemisahan horizontal, dan fraktura biasanya tidak stabil. Stabilisasi bedah direkomendasikan. (Mardjono,2014) Sindrom spesifik medulla spinalis 1) Lesi ekstrinsik dan intrinsikKompresi ekstrinsik medulla spinalis misalnya akubat tumor atauprolaps diskus intervertebralis, umumnya menyebabkan pola gangguan sensorik yang melibatkan dermatom sakral (saddel anaesthesia). Hal ini karena bagan trakttu spinothalamikus yang terletak dekat dengan permukaan medulla spinalis paling retan terhadap efek kompresi eksternal. Sebaliknya, lesi intrinsik medulla spinalis cenderung merusak bagian yang lebih sentral dari traktus spinothalamikus terlebih dahulu (sacral sparing) walaupun ini bukanlah hal yang mutlak. (Ginsberg, 2008)a. Sindrom Brown Sequard Pola khas defisit sensorik da motorik yang terjadi jika lesi hanya merusak salah satu sisi medulla spinalis. Pada bentuk ang paling lengkap, yang disebebkan oleh paling lengkap, yang disebabkan oleh hemiseksi medulla spinalis disebut juga sindrom brown-sequard. Sindrom ini merupakan alah satu keadaan dimana tingkat sensorik menunjukan infoemasi lokalisasi yang akurat. (Ginsberg, 2008)b. SiringomieliaSiringomelia merupakan kondisi yang jarang, dimana terjadi rongga yang berisi cairan serebrospinal pada pusat medulla spinalis yang juga menyebabkan defisit motorik dan sensorik yang khas. Umumnya siring pertama kali terjadi pada medulla spinalis dalam waktu bertahun-tahun. Sehingga terjadi paraparesis spastik tetapi disertai tanda LMN pada anggota gerak atas ( karena kerusakan kedua traktus kortikospinalis dibagian kornu anterior medulla spinalis servikal). Fungsi kolumna posterior relatif tidak terganggu ( anestesia disosiatif), tetapi sensasi spinothalamikus sangat terganggu akibat ganguan pada jaras yang menghilang oleh siring. Hilangnya sensasi kulit ( nyeri dan suhu ) umunya dideskripsikan sebagai distribusi atau gangguan sensorik tersuspensi dengan level lesi atas dan bawah terganggu dari besarnya siring. Pada beberapa pasien, siring dapat meluas sampai ke medulla oblongata (siringobulbia) sehingga menyebabkan palsi nevus kranialis bilateral dan sindrom Horner. (Ginsberg, 2008)2) Sindrom spesifik lainGangguan klasik lainnya terhadap fungsi medulla spinalis , misalnya akibat neurosifilis dan ( tabes dorsalis ) dan defisiensi vitamin B12 (degenerasi kombinasi medulla spinalis subakut).Medulla spinalis yang disebbakan oleh trombosis arteri spinalis anterior umumnya mempunyai fungsi kolumna posterior yang masih baik. (Ginsberg, 2008)a. Penyakit radiks saraf spinal (radiokulopati)Radiks saraf spialis keluar dari sisi kana dan kiri kolumna spinalis melalui foramen intervertebralis dimana saraf dorsal( sensorik) dan ventaral (motorik) bersatu membentuk saraf spinal. Setiap saraf spinlis dinakaman sesuai vertebra dibawh foramen keluarnya. Prolaps diskus intervertebral lumbal biasanya akan merusak saraf dengan nomor yang sama dengan vertebra di bawahnya, hal ini karena pengaturan intraspinal tiga dimensi radiks saraf lumbosakral. (kauda equina). (Ginsberg, 2008)b. Radikulopati servikal Prolaps diskus intertebralis servikal yang berdegenerasi ke arah belakang dari posisi normalanya dapat menyebabkan penjepitan saraf servikal pada foramen tempat keluarnya saraf. Penyebab lain kompresi radiks meliputi spondilosis dan yang lebih jarang tumor. Gambaran klinis lesi tersebut meliputi nyeri leher yang menjalar ke lengan, seringkali sesuai dengan distribusi miotom, dan bukan dermatom. Dapat juga terjadi kelemahan otot segmental, hilangnya refleks tendon yang relevan, dan gangguan sensorik dermatom. Protrusi diskud servikal atau akibat dari spondilosis, dapat secara simultan menjepit saraf spinalis dan medulla spinalis juga (mieloradikulopati). Jika hal ini terjdi pada satu tingkat refleks tendo ektremitas bawah, tanda lokalisasi yang penting adalah refleks inversi. (Ginsberg, 2008)c. Kauda equinaMedulla spinalis berakhir denga konus medularis, biasanya teretak pada batas bawah vertebra L1. Dibawah vertebra ini , radiks lumbabl dan sakral berjalan dalam kanalis spinalis sebelum mencapai foramen tempat keluarnya saraaf, dan membentuk kauda equina. Lesi pada regio ini, misalnya akibat adanya tumor, akan menyebabkan gejala dan tanda keterlibatan radiks saraf multiple. Sering disertai tanda ya g asimetris dan hilangnya sensasi berbntuk bercak. Serig terjadi gangguan pada kandung kenmih. Pola umunya berupa retensi urin kronik, dengan inkontinensia overflow dan infeksi saluran kemih berulang. (Ginsberg, 2008) d. Klaudikosia intermiten kauda equinaKeadaan ini merupakan sindrom klinis yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah ke kauda equina akibat penyempitan kanalis spinalis lumbal oleh penyakit degeneratif. Gejala dan tanda neurologis transien meliputi nyeri pada bokong dan tungkai serta gangguan sensorimotorik pada anggota gerak bawah yang terjadi serta olahraga dan membaik jika istirahat terutama fleksi lumbal (yang akan meningkatkan area cross-sectional). (Ginsberg, 2008).Manifestasi KlinisGambaran klinis bergantung pada lokasi dan besarnya kerusakan yang terjadi. Kerusakan melintang memberikan gambaran berupa hilangnya fungsi motorik maupun sensorik kaudal dari tempat kerusakan disertai syok spinal. Syok spinal terjadi pada kerusakan mendadak sumsum tulang belakang karena hilangnya rangsang yang berasal dari pusat. Peristiwa ini umumnya berlangsung selama satu hingga enam minggu, kadang lebih lama. Tandanya adalah kelumpuhan flaksid, anestesia, arefleksi, hilangnya perspirasi, gangguan fungsi rektum dan kandung kemih, priapismus, bradikardia dan hipotensi. Setelah syok spinal pulih kembali, akan terjadi hiperrefleksi. Terlihat pula tanda gangguan fungsi autonom, berupa kulit kering karena tidak berkeringat dan hipotensi ortostatik, serta gangguan fungsi kandung kemih dan gangguan defekasi. Sindrom sumsum belakang bagian depan menunjukkan kelumpuhan otot lurik di bawah tempat kerusakan disertai hilangnya rasa nyeri dan suhu pada kedua sisinya, sedangkan rasa raba dan posisi tidak terganggu.Cedera sumsum belakang sentral jarang ditemukan. Keadaan ini pada umumnya terjadi akibat cedera di daerah servikal dan disebabkan oleh hiperekstensi mendadak sehingga sumsum belakang terdesak dari dorsal oleh ligamentum flavum yang terlipat. Cedera tersebut dapat terjadi pada orang yang memikul beban berat di atas kepala, kemudian terjadi gangguan keseimbangan yang mendadak sehingga beban jatuh dan tulang belakang hiperekstensi. Gambaran klinis berupa tetraparese parsial. Ganguan pada ekstremitas bawah lebih ringan daripada ekstremitas atas, sedangkan daerah perianal tidak terganggu. Sindrom Brown-Sequard disebabkan oleh kerusakan separuh lateral sumsum tulang belakang. Sindrom ini jarang ditemukan. Gejala klinis berupa gangguan motorik dan hilangnya rasa vibrasi dan posisi ipsilateral; di kontralateral terdapat gangguan rasa nyeri dan suhu. Kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan anestesia perianal, gangguan fungsi defekasi, miksi, impotensi serta hilangnya refleks anal dan refleks bulbokavernosa. Sindrom ini disebut sindrom konus medularis. 5Sindrom kauda equina disebabkan oleh kompresi pada radiks lumbosakral setinggi ujung konus medularis dan menyebabkan kelumpuhan dan anestesia di daerah lumbosakral yang mirip dengan sindrom konus medialia. Gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien dengan trauma tulang belakang adalah: 1) Nyeri mulai dari leher sampai bawah2) Kehilangan fungsi (misal tidak dapat menggerakkan lengan)3) Kehilangan atau berubahnya sensasi di berbagai area tubuh.Diagnosa BandingTrauma tulang belakang perlu dicurigai pada kondisi-kondisi berikut :1) Pasien tidak sadar2) Pasien dengan multipel trauma3) Trauma diatas clavicula4) Jatuh dari ketinggian lebih dari 10 kaki (atau dua kali tinggi pasien)5) Kecelakaan dengan kecepatan tinggi Pada pemeriksaan jasmani dipentingkan pemeriksaan neurologik dengan mengingat kemungkinan cedera sumsum belakang. Pada pemeriksaan laboratorium, perlu diperiksa dan dimonitor kadar hemoglobin dan hematokrit untuk mendeteksi atau memonitor kehilangan darah. Selain itu, urinalisis juga perlu untuk mendeteksi trauma traktus genitourinarius. Diagnosis ditegakkan dengan foto rontgen proyeksi antero-posterior dan lateral, dan bila perlu tomografi. Rontgen tulang belakang dilakukan untuk melihat kerusakan vertebra (rontgen bagus untuk menunjukkan tulang tetapi tidak untuk jaringan lunak seperti sumsum tulang belakang). Jika pasien memiliki gejala atau terdapat trauma sumsum tulang belakang, dilakukan CT-Scan atau MRI yang akan menunjukkan lebih detail dibanding rontgen. CT scans lebih baik daripada MRI dalam menunjukkan tulang, sedangkan MRI biasanya lebih baik dalam menunjukkan jaringan lunak seperti sumsum tulang belakang. Semua tindakan diagnostik tersebut dikerjakan tanpa memindahkan atau mengubah posisi penderita. Mielografi dikerjakan pada penderita dengan gangguan neurologik, seperti kelumpuhan, tetapi pada foto polos maupun tomografinya tidak tampak fraktur.PenatalaksanaanSemua penderita korban kecelakaan yang memperlihatkan gejala adanya kerusakan pada tulang belakang, seperti nyeri leher, nyeri punggung, kelemahan anggota gerak atau perubahan sensitivitas harus dirawat seperti merawat pasien kerusakan tulang belakang akibat cedera sampai dibuktikan bahwa tidak ada kerusakan tersebut. Setelah diagnosis ditegakkan, di samping kemungkinan pemeriksaan cedera lain yang menyertai, misalnya trauma kepala atau trauma toraks, maka pengelolaan patah tulang belakang tanpa gangguan neurologik bergantung pada stabilitasnya. Pada tipe yang stabil atau tidak stabil temporer, dilakukan imobilisasi dengan gips atau alat penguat. Pada patah tulang belakang dengan gangguan neurologik komplit, tindakan pembedahan terutama ditujukan untuk stabilisasi patah tulangnya untuk memudahkan perawatan atau untuk dapat dilakukan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan syarat penting sehingga penyulit yang timbul pada kelumpuhan akibat cedera tulang belakang seperti infeksi saluran nafas, infeksi saluran kencing atau dekubitus dapat dicegah. Pembedahan juga dilakukan dengan tujuan dekompresi yaitu melakukan reposisi untuk menghilangkan penyebab yang menekan medula spinalis, dengan harapan dapat mengembalikan fungsi medula spinalis yang terganggu akibat penekanan tersebut. Dekompresi paling baik dilaksanakan dalam waktu enam jam pascatrauma untuk mencegah kerusakan medula spinalis yang permanen. Tidak boleh dilakukan dekompresi dengan cara laminektomi, karena akan menambah instabilitas tulang belakang. Perhatian utama pada penderita cedera tulang belakang ditujukan pada usaha mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah atau cedera sekunder, yaitu dengan dilakukannya imobilisasi di tempat kejadian dengan memanfaatkan alas yang keras.Pengangkutan penderita tidak dibenarkan tanpa menggunakan tandu atau sarana apapun yang beralas keras. Hal ini dilakukan pada semua penderita yang patut dicurigai berdasarkan jenis kecelakaan, penderita yang merasa nyeri di daerah tulang belakang, lebih-lebih lagi bila terdapat kelemahan pada ekstremitas yang disertai mati rasa. Selain itu harus selalu diperhatikan jalan napas dan sirkulasi.Bila dicurigai cedera di daerah servikal, harus diusahakan agar kepala tidak menunduk dan tetap di tengah dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan kain untuk menyangga leher pada saat pengangkutan. Setelah semua langkah tersebut di atas dipenuhi, barulah dilakukan pemeriksaan fisik dan neurologik yang lebih cermat. Pemeriksaan penunjang seperti radiologik dapat dilakukan. Pada umumnya terjadi paralisis usus selama dua sampai enam hari akibat hematom retroperitoneal sehingga memerlukan pemasangan pipa lambung. Pemasangan kateter tetap pada fase awal bertujuan mencegah terjadi pengembangan kandung kemih yang berlebihan, yang lumpuh akibat syok spinal. Selain itu pemasangan kateter juga berguna untuk memantau produksi urin, serta mencegah terjadinya dekubitus karena menjamin kulit tetap kering. Perhatian perlu diberikan untuk mencegah terjadinya pneumoni dan memberikan nutrisi yang optimal.Penanggulangan Cedera Tulang Belakang dan Sumsum Tulang Belakang mempunyai prinsip :1) pikirkan selalu kemungkinan adanya cedera mielummencegah terjadi cedera kedua 2) waspada akan tanda yang menunjukkan jejas lintang3) lakukan evaluasi dan rehabilitasiTindakan :1) adakan imobilisasi di tempat kejadian (dasar papan)2) optimalisasi faal ABC : jalan nafas, pernafasan, dan peredaran darah3) penanganan kelainan yang lebih urgen4) pemeriksaan neurologik untuk menentukan tempat lesi5) pemeriksaan radiologik (kadang diperlukan)tindak bedah (dekompresi, reposisi, atau stabilisasi)6) pencegahan penyulita. ileus paralitik sonde lambungb. penyulit kelumpuhan kandung kemih kateterc. pneumoni decubitus Tindakan Bedah :1) Jika terdapat tanda kompresi pada sumsum belakang karena deformitas fleksi, fragmen tulang, atau hematom, maka diperlukan tindakan dekompresi2) Dislokasi yang umumnya disertai instabilitas tulang belakang memerlukan tindakan reposisi dan stabilisasi.3) Pembedahan darurat diperlukan bila terdapat gangguan neurologik progresif akibat penekanan, pada luka tembus, dan pada sindrom sumsum belakang bagian depan yang akut.Pembedahan selalu harus dipertimbangkan untuk mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dan rehabilitasi dapat berlangsung lebih cepat. Pembedahan akan mengurangi kemungkinan terjadinya penyulit, tetapi tidak harus dilakukan sebagai tindakan darurat untuk mengatasi gangguan stabilitas tulang belakang.Pada pasien yang tidak sadar mungkin terdapat tanda syok spinal (nadi lambat dan tekanan darah rendah, kelemahan umum pada seluruh anggota gerak, kehilangan kontrol buang air besar atau buang air kecil.Penting untuk diingat bahwa trauma tulang belakang tidak tersingkir jika pasien dapat menggerakkan dan merasakan anggota geraknya. Jika mekanisme trauma melibatkan kekuatan yang besar, pikirkan yang terburuk dan dirawat seperti merawat korban trauma tulang belakang.Pertolongan Pertama Pada Trauma Tulang Belakang meliputi :1) Perhatikan ABC nya (Airway, Breathing, Circulation)2) Pertahankan posisi pasien. Jangan pindahkan atau membiarkan korban bergerak kecuali korban dapat meninggal atau terluka jika tetap pada posisinya (misal menghindari batu yang jatuh). Posisi leher harus tetap dipertahankan dengan menahan kepala pada kedua sisi.Ketika petugas datang, korban dipasang kolar servikal yang keras dengan sangat hati-hati, kemudian diimobilisasi dengan sistem transportasi spinal yang bisa berupa matras, papan keras.Komplikasi1) Defisit neurologis sering meningkat selama beberapa jam atau hari pada trauma sumsum tulang belakang akut, meskipun sudah mendapat terapi optimal.Salah satu tanda adanya kemunduran neurologis adalah adanya deficit sensorisPasien dengan trauma sumsum tulang belakang beresiko tinggi terjadi aspirasi, karena itu perlu pemasangan NGT (Nasogastric Tube)Manajemen Pre-HospitalPerlu diperhatiakan tatalaksana disaat pre-hospital yaitu :1. Stabilisasi manual1. Penanganan imobilitas vertebra dengan kolar leher dan vertebra brace Manajemen Di Unit Gawat DaruratTindakan darurat mengacu pada:1. A (Airway)Manjaga jalan nafas tetap lapang1. B (Breathing)Mengatasi gangguan pernafasan, kalau perlu lakukan intubasi endotrakeal (padacedera medula spinalis, cervikalis atas) dan pemasangan alat bantu nafas.1. C (Circulation)Memperhatikan tanda-tanda hipotensi, harus dibedakan antara:a)Syok hipovolemik. Tindakan : berikan cairanj kristaloid, kalo perlu dengan koloid.b)Syok neurogenik. Pemberian cairan tidak akan menaikkan tensi (awasi edemaparu) maka harus diberikan obat vasopressor :1. Dopamin untuk menjaga MAP > 701. Bila perlu adrenalin 0,2 mg s.k1. Boleh diulangi 1 jam kemudian1. Selanjutnya :Pasang foley kateter untuk moniter hasil urin dan cegah retensi urin.Pasang pipa naso gastrik dengan tujuan untuk dekompresi lambung padadistensi dan kepentingan nutrisi enteral.1. Pemeriksaan umum dan neurologis khusus.Jika terdapat fraktur atau dislokasikolumna vertebralis :Servikal : pasang kerah fiksasi leher, jangan dimanipulasi dan di sampingkanan kiri leher ditaruh bantal pasir.Torakal : lakukan fiksasi (brace)Lumbal : fiksasi dengan korset lumbal1. Pemeriksaan penunjang1. Laboratorium :Darah perifer lengkapUrin lengkapGula darah sewaktuUreum dan kreatininAGDA1. Radiologi :Foto vertebra posisi AP/L dengan sesuai letak lesi.CT-Scan/MRI jika dengan foto konvensional masih meragukan.c.1. Pemeriksaan lainEKG bila terdapat aritmia jantung1. Pemberian kortikosteroid :0. Bila diagnosis ditegakkan < 3 jam pasca trauma berikan : methylprednisolon30 mg/kgBB i.v bolus selama 15 menit, ditunggu selama 45 menit (tidakdiberikan methylprednisolon dalam kurun waktu ini), selanjutnya diberikaninfus teus-menerus methylprednisolon selama 23 jam dengan dosis 5,4mg/KgBB/jam.0. Bila 3-8 jam, sama seperti yang diatas hanya infuse methylprednisolondilanjutkan untuk 47 jam.0. Bila > 8 jam tidak dianjurkan pemberian methylprednisolon. Manajemen Di Ruang Rawat1. Perawatan umum1. Lanjutkan A,B,C sesuai keperluan1. Usahakan suhu badan tetap normal1. Jika ada gangguan miksi pasang kateter1. Pemeriksaan neurofisiologi klinik

1. Medikamentosa0. Lanjutkan pemberian methylprednisolon0. Anti spastisitas otot sesuai keadaan klinis0. Analgetik0. Mencegah dekubitus0. Mencegah trombosis vena dalam dengan stoking kaki khusus atau fisioterapi.0. Mencegah proses sekunder dengan pemberian vitamin C, dan vitamin E.0. Stimulasi sel saraf dengan pemberian GM1-ganglioside dimulai kurun waktu72 jam sejak onset sampai dengan 18-32 hari.0. Terapi obat lain sesuai indikasi seperti antibiotik bila ada infeksi.0. Memperbaiki sel saraf yang rusak dengan stem sel.1. Operasi8. Waktu operasiTindakan operatif awal (< 24 jam) lebih bermakna menurunkan perburukanneurologis, dan komplikasi.8. Indikasi operatif0. Ada fraktur, pecahan tulang menekan medula spinalis0. Gambaran neurologis progresif memburuk0. Fraktur, dislokasi yang labil0. Terjadi herniasi diskus intervertebralis yang menekan medula spinalisKonsultasi ke bagian bedah saraf berdasarkan indikasi. Neurorehabilitasi Tujuan :1. Memberikan penerangan dan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenaimedula spinalis.1. Memaksimalkan kemampuan mobilisasi danself care atau latih langsung.1. Mencegah komorbiditi (kontraktur, dekubitus, infeksi paru dll)Tindakan :1. Fisioterapi1. Terapi okupasi1. Latihan miksi dan defekasi rutin1. Terapi psikologis

DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg, Lionel. 2008. Lecture Notes Neurologi. Edisi ke Delapan.Erlangga : Jakarta.Mardjono Mahar. 2014. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat : JakartaMescher,Anthony L. 2014. Histologi Dasar Junqueira teks dan atlas.Edisi 12. EGC : JakartaMoore,Keith L. 2013. Anatomi Klinik Dasar. Hipokrates : JakartaPrice Sylvia A. 2013. Patofisiologi Konsep Klinis. Edisi 6. EGC : JakartaSnell,Richard. 2013. Anatomi Klinis Dasar Berdasarkan Sistem. EGC :Jakarta