newsletter x3 biennale jogja

36
THE EQUA- TOR PENJELAJAHAN NUSANTARA Edisi 4, Februari 2014 Terbitan triwulan | GRATIS NEWSLETTER YAYASAN BIENNALE YOGYAKARTA LAPORAN PELAKSANAAN BIENNALE JOGJA XII EQUATOR #2

Upload: biennale-jogja

Post on 07-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

The Equator edisi Februari 2014 ini merupakan edisi yang disiapkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dari masyarakat seni Yogyakarta tentang Biennale Jogja seri Equator. Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) sebagai penyelenggara even ini dianggap kurang melakukan sosialisasi perihal Biennale Jogja (BJ) seri Equator ini.

TRANSCRIPT

Page 1: Newsletter x3 Biennale Jogja

THEEQUA-TOR

PENJELAJAHANNUSANTARA

Edisi 4, Februari 2014Terbitan triwulan | GRATIS

NEWSLETTERYAYASAN BIENNALE YOGYAKARTA

LAPORANPELAKSANAAN

BIENNALE JOGJA XIIEQUATOR #2

Page 2: Newsletter x3 Biennale Jogja

PENGANTAR REDAKSI

The Equator edisi Februari 2014 ini merupakan edisi yang disiapkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dari masyarakat seni Yogyakarta tentang Biennale Jogja seri Equator. Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) sebagai penyelenggara even ini dianggap kurang melakukan sosialisasi perihal Biennale Jogja (BJ) seri Equator ini.

BJ seri Equator yang dirancang akan dilangsungkan selama 10 tahun (terhitung sejak Biennale Jogja XI 2011, sebagai seri ke 1 pelaksanaan Biennale Equator) dikhawatirkan akan menjadi monoton, kurang imajinatif, dan kurang daya kreatif karena selama 10 tahun hanya akan memikirkan Equator.

Apa sih pentingnya Equator? Apa pentingnya membuat kegiatan jangka panjang? Mengapa menyusuri Equator harus mulai dengan berjalan ke arah Barat, tidak ke Timur atau ke Utara atau ke Selatan? Pada hakekatnya Biennale Jogja seri Equqtor ini adalah penjelajahan nusantara. Hari ini, telah terlaksana 2 kali even BJ seri Equator. 3 tahun sudah terlewati sejak dicanangkannya perjalanan menempuh khatulistiwa sampai dengan tahun 2021 yang penuh tantangan itu. Nusantara yang terletak di khatulistiwa terlalu penting untuk diabaikan sebagai ruang hidup.

YBY harus terus memotivasi diri untuk bekerja dengan tekun dan belajar disiplin karena menetapkan tujuan dan sasaran jauh di depan adalah barang langka di negeri kita Indonesia ini, saat ini. Catatan pendek Ahmad Suaedy dalam Edisi ini sedikitnya juga berkisah tentang penjelajahan Nusantara oleh para peneliti dari luar Indonesia. Merujuk catatan pendek Ahmad Suaedy tersebut, sekiranya kita bisa melakukan penjelajahan lain di Nusantara ini dan membuat catatan lain, mengapa tidak?

Selain itu, edisi ini juga memuat Laporan Pelaksanaan Biennale Jogja XII Equator #2 yang baru usai pada 6 Januari 2014 yang lalu. Selamat membaca The Equator dan membaca kembali dunia melalui Khatulistiwa, lokasi di mana kita menjalani hidup sehari-hari.

Salam hangat,

Yustina Neni

The Equator merupakan newsletter berkala setiap tiga bulan diterbitkan Yayasan Biennale Yogyakarta. Newsletter ini dapat diakses secara online pada situs:www.biennalejogja.org.

Redaksi The Equator menerima kontribusi tulisan dari segala pihak sepanjang 800 - 1000 kata dengan tema terkait Nusantara Khatulistiwa .Tulisan dapat dikirim via e-mail ke:[email protected] kompensasi untuk tulisan yang diterbitkan.

Tentang Yayasan Biennale YogyakartaMisi Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) adalah:Menginisiasi dan memfasilitasi berbagai upaya mendapatkan konsep strategis perencanaan kota yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan blue print kultural kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis. Berdiri pada 23 Agustus 2010.

Alamat: Taman Budaya YogyakartaJl. Sri Wedari No.1 Yogyakarta

Telp: +62 274 587712E-mail: [email protected].

Februari 2014, 1000 exp

Penanggung jawab: Yustina YeniEditor: WulansariKontributor: Yustina Neni, Anik Rusmawati, Wulansari, Ahmad Suaedy, Nindityo AdipurnomoFotografi: Dokumentasi Yayasan Biennale YogyakartaFotografer: Dwi “Oblo”, Arief Sukardono, Indra Ariesta, Wisnu ASADesainer: Yohana Titis

Outlet PenyebaranJakarta: Ruangrupa, IFI Jakarta, Komunitas Salihara, Dewan Kesenian Jakarta, dia.lo.gueBandung: Selasar Sunaryo Art Space, Common Room, IFI Bandung, Galeri Soemardja, TobucilYogyakarta: IVAA, Kedai Kebun, IFI Jogjakarta, Cemeti Art House, Via Via Cafe, LKiS, Sangkring Art Space, Ark GallerieSurabaya: C2ODenpasar: Taman 65, Kopi Kultur

Dukungan untuk Yayasan Biennale Yogyakarta dikirim ke:Yayasan Biennale Yogyakarta BNI 46 YogyakartaNo.rek: 224 031 615

Yayasan Biennale Yogyakarta BCA YogyakartaNo.rek: 0373 0307 72

NPWP: 03.041.255.5-541.000

2 3

“Pocung”instalasi karya Samuel Indratma,November 2013Foto: Arief Sukardono

“Perjumpaan Subuh” 1 Desember 2013,Desa Salam, Pasar Glagah, Kulonprogo.Di inisiasi oleh Ketjil Bergerak, Bagian dariFestival Equator Biennale Jogja XII

Page 3: Newsletter x3 Biennale Jogja

PENGANTAR REDAKSI

The Equator edisi Februari 2014 ini merupakan edisi yang disiapkan untuk menjawab berbagai pertanyaan dari masyarakat seni Yogyakarta tentang Biennale Jogja seri Equator. Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) sebagai penyelenggara even ini dianggap kurang melakukan sosialisasi perihal Biennale Jogja (BJ) seri Equator ini.

BJ seri Equator yang dirancang akan dilangsungkan selama 10 tahun (terhitung sejak Biennale Jogja XI 2011, sebagai seri ke 1 pelaksanaan Biennale Equator) dikhawatirkan akan menjadi monoton, kurang imajinatif, dan kurang daya kreatif karena selama 10 tahun hanya akan memikirkan Equator.

Apa sih pentingnya Equator? Apa pentingnya membuat kegiatan jangka panjang? Mengapa menyusuri Equator harus mulai dengan berjalan ke arah Barat, tidak ke Timur atau ke Utara atau ke Selatan? Pada hakekatnya Biennale Jogja seri Equqtor ini adalah penjelajahan nusantara. Hari ini, telah terlaksana 2 kali even BJ seri Equator. 3 tahun sudah terlewati sejak dicanangkannya perjalanan menempuh khatulistiwa sampai dengan tahun 2021 yang penuh tantangan itu. Nusantara yang terletak di khatulistiwa terlalu penting untuk diabaikan sebagai ruang hidup.

YBY harus terus memotivasi diri untuk bekerja dengan tekun dan belajar disiplin karena menetapkan tujuan dan sasaran jauh di depan adalah barang langka di negeri kita Indonesia ini, saat ini. Catatan pendek Ahmad Suaedy dalam Edisi ini sedikitnya juga berkisah tentang penjelajahan Nusantara oleh para peneliti dari luar Indonesia. Merujuk catatan pendek Ahmad Suaedy tersebut, sekiranya kita bisa melakukan penjelajahan lain di Nusantara ini dan membuat catatan lain, mengapa tidak?

Selain itu, edisi ini juga memuat Laporan Pelaksanaan Biennale Jogja XII Equator #2 yang baru usai pada 6 Januari 2014 yang lalu. Selamat membaca The Equator dan membaca kembali dunia melalui Khatulistiwa, lokasi di mana kita menjalani hidup sehari-hari.

Salam hangat,

Yustina Neni

The Equator merupakan newsletter berkala setiap tiga bulan diterbitkan Yayasan Biennale Yogyakarta. Newsletter ini dapat diakses secara online pada situs:www.biennalejogja.org.

Redaksi The Equator menerima kontribusi tulisan dari segala pihak sepanjang 800 - 1000 kata dengan tema terkait Nusantara Khatulistiwa .Tulisan dapat dikirim via e-mail ke:[email protected] kompensasi untuk tulisan yang diterbitkan.

Tentang Yayasan Biennale YogyakartaMisi Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) adalah:Menginisiasi dan memfasilitasi berbagai upaya mendapatkan konsep strategis perencanaan kota yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan blue print kultural kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis. Berdiri pada 23 Agustus 2010.

Alamat: Taman Budaya YogyakartaJl. Sri Wedari No.1 Yogyakarta

Telp: +62 274 587712E-mail: [email protected].

Februari 2014, 1000 exp

Penanggung jawab: Yustina YeniEditor: WulansariKontributor: Yustina Neni, Anik Rusmawati, Wulansari, Ahmad Suaedy, Nindityo AdipurnomoFotografi: Dokumentasi Yayasan Biennale YogyakartaFotografer: Dwi “Oblo”, Arief Sukardono, Indra Ariesta, Wisnu ASADesainer: Yohana Titis

Outlet PenyebaranJakarta: Ruangrupa, IFI Jakarta, Komunitas Salihara, Dewan Kesenian Jakarta, dia.lo.gueBandung: Selasar Sunaryo Art Space, Common Room, IFI Bandung, Galeri Soemardja, TobucilYogyakarta: IVAA, Kedai Kebun, IFI Jogjakarta, Cemeti Art House, Via Via Cafe, LKiS, Sangkring Art Space, Ark GallerieSurabaya: C2ODenpasar: Taman 65, Kopi Kultur

Dukungan untuk Yayasan Biennale Yogyakarta dikirim ke:Yayasan Biennale Yogyakarta BNI 46 YogyakartaNo.rek: 224 031 615

Yayasan Biennale Yogyakarta BCA YogyakartaNo.rek: 0373 0307 72

NPWP: 03.041.255.5-541.000

2 3

“Pocung”instalasi karya Samuel Indratma,November 2013Foto: Arief Sukardono

“Perjumpaan Subuh” 1 Desember 2013,Desa Salam, Pasar Glagah, Kulonprogo.Di inisiasi oleh Ketjil Bergerak, Bagian dariFestival Equator Biennale Jogja XII

Page 4: Newsletter x3 Biennale Jogja

BIENNALE JOGJASelama 22 tahun, terhitung sejak 1988- melakukan intervensi menjadi sangat 2010 Biennale Jogja (BJ) telah mendesak. menempati posisi sangat penting

YBY mengangankan suatu sarana (bahkan dijadikan acuan utama) untuk (platform) bersama yang mampu mengukur kemajuan seni rupa menyanggah, menyela atau sekurang-Indonesia.kurangnya memprovokasi dominasi

Maka kini sudah tiba saatnya untuk sang pusat, dan memunculkan menjadikan BJ sebagai rangkuman dari alternatif melalui keragaman praktik seluruh potensi kreativitas budaya seni rupa kontemporer dari perspektif dalam bidang seni rupa Indonesia, Asia Indonesia. maupun dunia.

Dalam waktu 10 tahun ke depan, yang Biennale Jogja seri Equator : dimulai pada tahun 2011, YBY akan 2011 – 2021 menyelenggarakan BJ sebagai

rangkaian pameran yang berangkat Pada 2010 Yayasan Biennale

dari satu tema besar, yaitu EQUATOR Yogyakarta (YBY) merancang dan

(KHATULISTIWA). Rangkaian biennale meluncurkan proyek BJ sebagai

ini akan mematok batasan geografis rangkaian pameran dengan agenda

tertentu di planet bumi sebagai jangka panjang yang akan berlangsung

wilayah kerjanya, yakni kawasan yang sampai dengan tahun 2022

terentang di antara 23.27 LU dan 23.27 mendatang. YBY bertekad menjadikan

LS.Yogyakarta dan Indonesia secara lebih luas sebagai lokasi yang harus Dalam setiap penyelenggaraannya BJ diperhitungkan dalam konstelasi seni akan bekerja dengan satu, atau lebih, rupa internasional. negara, atau kawasan, sebagai

'rekanan', dengan mengundang Di tengah dinamika medan seni rupa

seniman-seniman dari negara-negara global yang sangat dinamis — seolah-

yang berada di wilayah ini untuk olah inklusif dan egaliter — hirarki

bekerja sama, berkarya, berpameran, antara pusat dan pinggiran sebetulnya

bertemu, dan berdialog dengan masih sangat nyata. Oleh karena itu

seniman-seniman, kelompok-pula, kebutuhan-kebutuhan untuk

kelompok, organisasi-organisasi seni

dan budaya Indonesia di Yogyakarta. Perjalanan mengelilingi planet Bumi di sekitar Khatulistiwa ini dimulai dengan berjalan ke arah Barat. Biennale Jogja tidak mengawali perjalanan ini ke arah Timur karena menyadari keterbatasan pengetahuan tentang Pasifik dan bahkan Nusantara itu sendiri.

Selain itu Yayasan Biennale Yogyakarta yang baru berdiri pada Agustus 2010 memiliki tenggat waktu untuk melaksanakan Biennale Jogja XI pada tahun 2011.

Wilayah-wilayah atau negara-negara di sekitar Khatulistiwa yang direncanakan akan bekerja sama dengan BJ sampai dengan tahun 2021 adalah:

1. India (Biennale Jogja XI 2011) – Telah berlangsung

2. Negara-negara Arab (Biennale Jogja XII 2013) – Telah berlangsung dengan mempertemukan Indonesia dengan Mesir, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Oman, dan Yaman.

3. Negara-negara di benua Afrika (Biennale Jogja XIII 2015)

4. Negara-negara di Amerika Latin (Biennale Jogja XIV 2017)

5. Negara-negara di Kepulauan Pasifik dan Australia, termasuk Indonesia sebagai Nusantara (Biennale Jogja XV 2019) – karena kekhasan cakupan wilayah ini, BJ XV dapat disebut sebagai 'Biennale Laut' (Ocean Biennale)

6. Negara-negara di Asia Tenggara (Biennale Jogja XVI 2021)

7. Kesimpulan perjalanan menempuh Khatulistiwa akan ditutup dengan KONFERENSI KHATULISTIWA pada tahun 2022.

4 5

Dari atas ke bawah

Pembukaan Biennale Jogja XII oleh Diah Tutuko

Suryandaru, Kepala Taman Budaya Yogyakarta

Suasana pembukaan BJ XII di Jogja Nasional

Museum

Pembekalan untuk sukarelawaan

Seniman partisipan Pameran Utama BJ XII

Page 5: Newsletter x3 Biennale Jogja

BIENNALE JOGJASelama 22 tahun, terhitung sejak 1988- melakukan intervensi menjadi sangat 2010 Biennale Jogja (BJ) telah mendesak. menempati posisi sangat penting

YBY mengangankan suatu sarana (bahkan dijadikan acuan utama) untuk (platform) bersama yang mampu mengukur kemajuan seni rupa menyanggah, menyela atau sekurang-Indonesia.kurangnya memprovokasi dominasi

Maka kini sudah tiba saatnya untuk sang pusat, dan memunculkan menjadikan BJ sebagai rangkuman dari alternatif melalui keragaman praktik seluruh potensi kreativitas budaya seni rupa kontemporer dari perspektif dalam bidang seni rupa Indonesia, Asia Indonesia. maupun dunia.

Dalam waktu 10 tahun ke depan, yang Biennale Jogja seri Equator : dimulai pada tahun 2011, YBY akan 2011 – 2021 menyelenggarakan BJ sebagai

rangkaian pameran yang berangkat Pada 2010 Yayasan Biennale

dari satu tema besar, yaitu EQUATOR Yogyakarta (YBY) merancang dan

(KHATULISTIWA). Rangkaian biennale meluncurkan proyek BJ sebagai

ini akan mematok batasan geografis rangkaian pameran dengan agenda

tertentu di planet bumi sebagai jangka panjang yang akan berlangsung

wilayah kerjanya, yakni kawasan yang sampai dengan tahun 2022

terentang di antara 23.27 LU dan 23.27 mendatang. YBY bertekad menjadikan

LS.Yogyakarta dan Indonesia secara lebih luas sebagai lokasi yang harus Dalam setiap penyelenggaraannya BJ diperhitungkan dalam konstelasi seni akan bekerja dengan satu, atau lebih, rupa internasional. negara, atau kawasan, sebagai

'rekanan', dengan mengundang Di tengah dinamika medan seni rupa

seniman-seniman dari negara-negara global yang sangat dinamis — seolah-

yang berada di wilayah ini untuk olah inklusif dan egaliter — hirarki

bekerja sama, berkarya, berpameran, antara pusat dan pinggiran sebetulnya

bertemu, dan berdialog dengan masih sangat nyata. Oleh karena itu

seniman-seniman, kelompok-pula, kebutuhan-kebutuhan untuk

kelompok, organisasi-organisasi seni

dan budaya Indonesia di Yogyakarta. Perjalanan mengelilingi planet Bumi di sekitar Khatulistiwa ini dimulai dengan berjalan ke arah Barat. Biennale Jogja tidak mengawali perjalanan ini ke arah Timur karena menyadari keterbatasan pengetahuan tentang Pasifik dan bahkan Nusantara itu sendiri.

Selain itu Yayasan Biennale Yogyakarta yang baru berdiri pada Agustus 2010 memiliki tenggat waktu untuk melaksanakan Biennale Jogja XI pada tahun 2011.

Wilayah-wilayah atau negara-negara di sekitar Khatulistiwa yang direncanakan akan bekerja sama dengan BJ sampai dengan tahun 2021 adalah:

1. India (Biennale Jogja XI 2011) – Telah berlangsung

2. Negara-negara Arab (Biennale Jogja XII 2013) – Telah berlangsung dengan mempertemukan Indonesia dengan Mesir, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Oman, dan Yaman.

3. Negara-negara di benua Afrika (Biennale Jogja XIII 2015)

4. Negara-negara di Amerika Latin (Biennale Jogja XIV 2017)

5. Negara-negara di Kepulauan Pasifik dan Australia, termasuk Indonesia sebagai Nusantara (Biennale Jogja XV 2019) – karena kekhasan cakupan wilayah ini, BJ XV dapat disebut sebagai 'Biennale Laut' (Ocean Biennale)

6. Negara-negara di Asia Tenggara (Biennale Jogja XVI 2021)

7. Kesimpulan perjalanan menempuh Khatulistiwa akan ditutup dengan KONFERENSI KHATULISTIWA pada tahun 2022.

4 5

Dari atas ke bawah

Pembukaan Biennale Jogja XII oleh Diah Tutuko

Suryandaru, Kepala Taman Budaya Yogyakarta

Suasana pembukaan BJ XII di Jogja Nasional

Museum

Pembekalan untuk sukarelawaan

Seniman partisipan Pameran Utama BJ XII

Page 6: Newsletter x3 Biennale Jogja

Mengapa 'Khatulistiwa'? merintis pembentukan topografi kebudayaan global yang baru;

Konsep 'Khatulistiwa' tidak saja diangankan untuk menjadi semacam 2. Menjadikan Biennale Jogja sebagai bingkai yang mewadahi kesamaan, tapi sarana bersama bagi perbincangan, juga sebagai titik berangkat untuk pemikiran, dan pengkajian mengejawantahkan berbagai kebudayaan melalui seni rupa keragaman budaya masyarakat global kontemporer di Indonesia; dewasa ini. 'Khatulistiwa' adalah

3. Menjadikan Biennale Jogja sebagai sarana bersama untuk 'membaca sarana menyosialisasikan kembali' dunia. perbincangan, pemikiran, dan

Perjumpaan melalui kegiatan seni rupa pengkajian alternatif terhadap dalam BJ Khatulistiwa akan dominasi pemikiran-pemikiran dari diselenggarakan dengan semangat Eropa dan Amerika;membangun jejaring yang

4. Menjadikan Biennale Jogja sebagai berkelanjutan, sehingga dialog, salah satu lembaga yang aktif dan kerjasama, dan kemitraan dapat memiliki reputasi kuat dalam melahirkan kerjasama-kerjasama baru percaturan seni rupa internasional. yang lebih luas dan kontinyu, di antara

para praktisi di kawasan Khatulistiwa. BJ XII seri Khatulistiwa 1 – 2011, Indonesia bertemu IndiaDengan demikian BJ dapat

memberikan kontribusi pada India dipilih karena memiliki kaitan terbentuknya topografi medan seni sejarah politik dengan prakarsa rupa global yang dirumuskan secara Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 baru. oleh Indonesia di Bandung. Selain itu

kaitan dengan sejarah kebudayaan Sasaran Biennale Jogja seri Equatorkedua kawasan pada masa pra-

Dalam jangka waktu 10 tahun, BJ – modern, ketika interaksi yang luar Khatulistiwa menyasar tujuan-tujuan biasa di antara kedua negara strategis yang diharapkan berdampak berlangsung melalui perdagangan dan pada identitas Yogyakarta di mata penyebaran agama Hindhu dan dunia, peradaban baru Indonesia, dan Buddha.perkembangan medan seni rupa

Pameran Utama BJ XI dikuratori oleh kontemporer Indonesia secara internal Alia Swastika (Indonesia) dan Suman maupun eksternal, sebagai berikut: Gopinath (India), sedangkan Joned

1. Menjadikan Yogyakarta sebagai Suryatmoko adalah Direktur Artistik pemrakarsa upaya-upaya untuk untuk Festival Equator.

BJ XII seri Khatulistiwa 2 – 2013, Indonesia bertemu dengan 5 negara Arab (Arab Saudi, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab, dan Yaman)

Terbentuknya Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia saat ini memang tidak bisa dipungkiri memiliki keterkaitan dengan sejarah persentuhan masyarakat lokal dengan Islam melalui perdagangan dengan bangsa Arab pada masa lalu.

Islam di nusantara kemudian berkembang dengan sangat canggih. Pertemuan Indonesia dan Arab pada BJXII bukan saja kemudian sebagai upaya pembacaan kembali situasi sosial di Indonesia dan dunia kaitannya dengan isu agama tetapi juga isu-isu lainnya, seperti misalnya pergerakan orang-orang. Pameran Utama BJXII dikuratori oleh Agung Hujatnika (Indonesia) dan Sarah Rifky (Mesir) dengan Direktur Artistik Farah Wardhani.

Lebih jauh tentang Biennale Jogja XII bisa dibaca pada artikel lain dalam newsletter edisi Februari 2014 ini.

6 7

Tisna Sanjaya,“Doa Kora-Kora” Performance art, pada pembukaan BJ XII, 16 November 2013Jogja National Museum

Page 7: Newsletter x3 Biennale Jogja

Mengapa 'Khatulistiwa'? merintis pembentukan topografi kebudayaan global yang baru;

Konsep 'Khatulistiwa' tidak saja diangankan untuk menjadi semacam 2. Menjadikan Biennale Jogja sebagai bingkai yang mewadahi kesamaan, tapi sarana bersama bagi perbincangan, juga sebagai titik berangkat untuk pemikiran, dan pengkajian mengejawantahkan berbagai kebudayaan melalui seni rupa keragaman budaya masyarakat global kontemporer di Indonesia; dewasa ini. 'Khatulistiwa' adalah

3. Menjadikan Biennale Jogja sebagai sarana bersama untuk 'membaca sarana menyosialisasikan kembali' dunia. perbincangan, pemikiran, dan

Perjumpaan melalui kegiatan seni rupa pengkajian alternatif terhadap dalam BJ Khatulistiwa akan dominasi pemikiran-pemikiran dari diselenggarakan dengan semangat Eropa dan Amerika;membangun jejaring yang

4. Menjadikan Biennale Jogja sebagai berkelanjutan, sehingga dialog, salah satu lembaga yang aktif dan kerjasama, dan kemitraan dapat memiliki reputasi kuat dalam melahirkan kerjasama-kerjasama baru percaturan seni rupa internasional. yang lebih luas dan kontinyu, di antara

para praktisi di kawasan Khatulistiwa. BJ XII seri Khatulistiwa 1 – 2011, Indonesia bertemu IndiaDengan demikian BJ dapat

memberikan kontribusi pada India dipilih karena memiliki kaitan terbentuknya topografi medan seni sejarah politik dengan prakarsa rupa global yang dirumuskan secara Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 baru. oleh Indonesia di Bandung. Selain itu

kaitan dengan sejarah kebudayaan Sasaran Biennale Jogja seri Equatorkedua kawasan pada masa pra-

Dalam jangka waktu 10 tahun, BJ – modern, ketika interaksi yang luar Khatulistiwa menyasar tujuan-tujuan biasa di antara kedua negara strategis yang diharapkan berdampak berlangsung melalui perdagangan dan pada identitas Yogyakarta di mata penyebaran agama Hindhu dan dunia, peradaban baru Indonesia, dan Buddha.perkembangan medan seni rupa

Pameran Utama BJ XI dikuratori oleh kontemporer Indonesia secara internal Alia Swastika (Indonesia) dan Suman maupun eksternal, sebagai berikut: Gopinath (India), sedangkan Joned

1. Menjadikan Yogyakarta sebagai Suryatmoko adalah Direktur Artistik pemrakarsa upaya-upaya untuk untuk Festival Equator.

BJ XII seri Khatulistiwa 2 – 2013, Indonesia bertemu dengan 5 negara Arab (Arab Saudi, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab, dan Yaman)

Terbentuknya Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia saat ini memang tidak bisa dipungkiri memiliki keterkaitan dengan sejarah persentuhan masyarakat lokal dengan Islam melalui perdagangan dengan bangsa Arab pada masa lalu.

Islam di nusantara kemudian berkembang dengan sangat canggih. Pertemuan Indonesia dan Arab pada BJXII bukan saja kemudian sebagai upaya pembacaan kembali situasi sosial di Indonesia dan dunia kaitannya dengan isu agama tetapi juga isu-isu lainnya, seperti misalnya pergerakan orang-orang. Pameran Utama BJXII dikuratori oleh Agung Hujatnika (Indonesia) dan Sarah Rifky (Mesir) dengan Direktur Artistik Farah Wardhani.

Lebih jauh tentang Biennale Jogja XII bisa dibaca pada artikel lain dalam newsletter edisi Februari 2014 ini.

6 7

Tisna Sanjaya,“Doa Kora-Kora” Performance art, pada pembukaan BJ XII, 16 November 2013Jogja National Museum

Page 8: Newsletter x3 Biennale Jogja

penyebutan “Silang Jawa” adalah gambaran prakolonial sebagai betapa lalu lintas laut ketika itu berpusat di Jawa sesungguhnya menjadi utama dalam merupakan pergeseran yang perdagangan dan tentu saja dalam semula berpusat di Indochina atau pertukaran peradaban dan kini sering disebut Mainland atau kebudayaan. Laut, simpul Semenanjung Asia Tenggara Lombard, tidak dengan sendirinya meliputi Kamboja, Vietnam, Laos, menjadi faktor pemisah melainkan Myanmar, dan Thailand. Jadinya justru penyatu dari pulau-pulau dalam peta belakangan, Asia dan penduduk yang tinggal di Tenggara bisa dibagi menjadi dua pulau-pulau kawasan Nusantara wilayah besar yaitu Nusantara dan tersebut. Indochina.

Karena itulah, kolonial Belanda Nusantara meliputi terutama ketika itu mengambil kebijakan wilayah-wilayah yang dominan transportasi laut sebagai sarana oleh Muslim seperti Indonesia, utama dengan mendasarkan pada Malaysia, Brunei, Thailand Selatan peta tradisi prakolonial itu, dengan dan Filipina Selatan. Maka Asia jadwal yang tepat waktu dan Tenggara dari sudut karakter frekuensi sesuai kebutuhan geografis dan sumber kebudayaan pelayaran. Namun, lalu lintas itu terdiri dari dua blok besar, yaitu praktis mati justeru ketika terjadi Semenanjung Indochina yang nasionalisasi perusahaan- dominan Buddhisme dan perusahaan Belanda oleh Nusantara yang dominan Islam. pemerintah Indonesia, dan nyaris

Dominasi Protestan dan Katolik tidak lagi siuman secara memadai tersebar di antara dua dominasi hingga kini.besar tersebut seperti Filipina

Pemetaan atas wilayah itu paska utara dan tengah, NTT, Papua, kolonial lebih sering merujuk pada Papua New Guine, dan Timor hasil perebutan pembagian Timur. Meski demikian, keterkaitan wilayah jajahan dari Inggris, antara Indochina dan Nusantara Belanda, Perancis, Portugis, dan itu, terutama dalam perdagangan, lainnya yang kemudian disebut peradaban dan kebudayaan, Asia Tenggara. Penyebutan itu, terjalin sangat erat. Keduanya boleh jadi, menyimpang agak jauh mungkin bisa dibedakan tetapi dari peta detail Nusantara itu tidak bisa dipisahkan untuk tidak sendiri. Lagi-lagi, menurut dikatakan saling menyatu. Lombard, Nusantara yang dalam

Dennys Lombard malah menyebut dengan nama yang jauh dari dua kata “nusa” dan “antara”, yaitu “Silang Jawa.” Karena Lombard melihat Nusantara dari sudut pandang para pelaut dari luar, bukan dari dalam atau pun dari informasi formal pemerintahan.

Marco Polo, mula-mula menginformasikan bahwa Pulau Jawa adalah pulau terbesar di antara pulau-pulau sekitarnya, seperti Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan Ricklefs, misalnya, menunjukkan pluralitas kerajaan dan kesultanan.

Di dalamnya terkandung ekspresi lokal Islam dengan berbagai latar belakang etnis, sub etnis, paham keagamaan, dan tradisi lokalnya. Sedangkan Martin van Bruinessen memperlihatkan dinamika intelektual keagamaan dan sufisme.

Tetapi, informasi Marco Polo pun, tidak terlalu salah jika yang dimaksud adalah besaran informasi tentang peradaban dan kebudayaan, bukan semata-mata luas geografis. Sedangkan Lombard beralasan bahwa dibalik

NUSANTARADAN ISLAMMERCUSUARAhmad SuaedyKoordinator Abdurrahman Wahid CentreUniversitas Indonesia

“Sesungguhnya, setidaknya bagi penulis,masih tampak samar informasi geografis darisebuah wilayah yang disebut “Nusantara”.”

8 9

Page 9: Newsletter x3 Biennale Jogja

penyebutan “Silang Jawa” adalah gambaran prakolonial sebagai betapa lalu lintas laut ketika itu berpusat di Jawa sesungguhnya menjadi utama dalam merupakan pergeseran yang perdagangan dan tentu saja dalam semula berpusat di Indochina atau pertukaran peradaban dan kini sering disebut Mainland atau kebudayaan. Laut, simpul Semenanjung Asia Tenggara Lombard, tidak dengan sendirinya meliputi Kamboja, Vietnam, Laos, menjadi faktor pemisah melainkan Myanmar, dan Thailand. Jadinya justru penyatu dari pulau-pulau dalam peta belakangan, Asia dan penduduk yang tinggal di Tenggara bisa dibagi menjadi dua pulau-pulau kawasan Nusantara wilayah besar yaitu Nusantara dan tersebut. Indochina.

Karena itulah, kolonial Belanda Nusantara meliputi terutama ketika itu mengambil kebijakan wilayah-wilayah yang dominan transportasi laut sebagai sarana oleh Muslim seperti Indonesia, utama dengan mendasarkan pada Malaysia, Brunei, Thailand Selatan peta tradisi prakolonial itu, dengan dan Filipina Selatan. Maka Asia jadwal yang tepat waktu dan Tenggara dari sudut karakter frekuensi sesuai kebutuhan geografis dan sumber kebudayaan pelayaran. Namun, lalu lintas itu terdiri dari dua blok besar, yaitu praktis mati justeru ketika terjadi Semenanjung Indochina yang nasionalisasi perusahaan- dominan Buddhisme dan perusahaan Belanda oleh Nusantara yang dominan Islam. pemerintah Indonesia, dan nyaris

Dominasi Protestan dan Katolik tidak lagi siuman secara memadai tersebar di antara dua dominasi hingga kini.besar tersebut seperti Filipina

Pemetaan atas wilayah itu paska utara dan tengah, NTT, Papua, kolonial lebih sering merujuk pada Papua New Guine, dan Timor hasil perebutan pembagian Timur. Meski demikian, keterkaitan wilayah jajahan dari Inggris, antara Indochina dan Nusantara Belanda, Perancis, Portugis, dan itu, terutama dalam perdagangan, lainnya yang kemudian disebut peradaban dan kebudayaan, Asia Tenggara. Penyebutan itu, terjalin sangat erat. Keduanya boleh jadi, menyimpang agak jauh mungkin bisa dibedakan tetapi dari peta detail Nusantara itu tidak bisa dipisahkan untuk tidak sendiri. Lagi-lagi, menurut dikatakan saling menyatu. Lombard, Nusantara yang dalam

Dennys Lombard malah menyebut dengan nama yang jauh dari dua kata “nusa” dan “antara”, yaitu “Silang Jawa.” Karena Lombard melihat Nusantara dari sudut pandang para pelaut dari luar, bukan dari dalam atau pun dari informasi formal pemerintahan.

Marco Polo, mula-mula menginformasikan bahwa Pulau Jawa adalah pulau terbesar di antara pulau-pulau sekitarnya, seperti Kalimantan dan Sumatra. Sedangkan Ricklefs, misalnya, menunjukkan pluralitas kerajaan dan kesultanan.

Di dalamnya terkandung ekspresi lokal Islam dengan berbagai latar belakang etnis, sub etnis, paham keagamaan, dan tradisi lokalnya. Sedangkan Martin van Bruinessen memperlihatkan dinamika intelektual keagamaan dan sufisme.

Tetapi, informasi Marco Polo pun, tidak terlalu salah jika yang dimaksud adalah besaran informasi tentang peradaban dan kebudayaan, bukan semata-mata luas geografis. Sedangkan Lombard beralasan bahwa dibalik

NUSANTARADAN ISLAMMERCUSUARAhmad SuaedyKoordinator Abdurrahman Wahid CentreUniversitas Indonesia

“Sesungguhnya, setidaknya bagi penulis,masih tampak samar informasi geografis darisebuah wilayah yang disebut “Nusantara”.”

8 9

Page 10: Newsletter x3 Biennale Jogja

Tidak hanya belakangan melainkan pribumi Nusantara dan sebagian jauh mengakar ke belakang sejak besarnya para sufi berasal dari tiga prakolonial. Artinya, melihat poros tersebut. Namun, memang, Nusantara dalam kerangka Islam hadir di Nusantara bukan geografis tidak bisa dilepaskan dari hanya diantar melainkan juga kerangka Asia Tenggara dijemput. belakangan.

Belakangan, banyak orang Pentingnya melihat konteks Nusantara sendiri yang datang ke geografis adalah untuk pusat Islam terutama Arab baik memastikan keterkaitan satu sama untuk ibadah haji maupun belajar lain baik dalam perdagangan dan Islam kemudian membawanya ke peradaban serta, paling penting, sini. Sedangkan Barat lebih banyak sumber-sumber kebudayaan. Jika menyediakan pendidikan bagi tidak berlebihan, tidak ada kaum priyayi dan borjuis.sejarawan yang tidak mencatat

Islam melewati tiga poros dunia bahwa lalu lintas masuknya Islam tersebut, Persia, Cina dan India ke Nusantara berasal dari arah tidak hanya numpang lewat Indochina ini, melewati Persia, melainkan terlebih dahulu Cina dan India. menaklukkan pusat kekuasaan dan

Tiga poros dalam sejarah jauh menguasai rakyatnya. Islam tampil masa lampau sebagai pusat bukan hanya dalam bentuk kebudayaan paling moncer di kekuasaan melainkan menjadi dunia. Dan di tiga pusat peradaban tradisi dan spiritual yang itu Islam mencuat bagai menghunjam ke dalam masyarakat mercusuar. Barat yang sekarang dengan sangat dalam. tampak mendominasi masih

Taj Mahal, sebagai salah satu pusat tenggelam di bawah perang agama kebudayaan Islam yang sangat ketika itu.menonjol di India, misalnya,

Dengan demikian, Islam masuk ke hanyalah sebuah simbol fisik. Nusantara dalam bentuknya yang Tetapi tradisi kehidupan dan sangat matang berkaitan dengan spiritual masyarakatnya di wilayah konteks kebudayaan dan itu jauh lebih dalam.peradaban serta perdagangan dari

India hingga sekarang masih tiga poros tersebut. Konon, tidak tercatat sebagai di antara negara satu pun dari sembilan wali di Jawa berpenduduk Islam terbesar di yang sangat terkenal itu adalah dunia setelah Indonesia. Islam juga

menundukkan kerajaan besar di mengakui sebagai keturunan wilayah Indochina seperti Cham mereka. Jika disebut kata Cham atau Champa. maka akan berkonotasi Muslim

meskipun sebagian secilnya Cham adalah kerajaan Hindu besar beragama Hindu.yang sempat ditundukkan oleh Angkor di Kamboja segenerasi Dengan demikian, ada sejumlah dengan besarnya Majapahit di ciri dan tiang penyangga Islam Jawa dan Sriwijaya di Sumatera Nusantara, yaitu pasar atau yang kemudian timbul kembali. perdagangan, kekuasaan atau Pada timbul yang kedua inilah keraton termasuk di dalamnya kemudian dikuasai oleh Islam empu atau intelektual, serta sebelum dihabisi oleh kerajaan kebudayaan dan tradisi spiritual Viet di Vietnam. atau sufistik dalam masyarakat

yang menghunjam dan kuat. Betapa kuatnya hegemoni Cham di masyarakat, maka meskipun kata Ketiga-tiga tiang tersebut, itu hanya sebagai nama kerajaan bersumber dari tradisi yang dan bukan sejenis etnis, ras atau pluralistik dan multikulturalistik warna kulit, tetapi penduduk sesuai dengan karakter Asia wilayah itu yang kemudian Tenggara saat ini yang memiliki terpencar karena aksi bumi hangus fungsinya masing-masing yang Viet dan juga yang masih tertinggal kurang lebih bersifat independen di sekitaran wiayah itu, menyebut satu sama lain.dirinya sebagai Cham, setara degan

Nusantara dalam kenyataannya etnis atau ras.sekarang, baik disebut hanya

Sebuah situs overseas milik meliputi Indonesia maupun jaringan dunia orang-orang Cham kawasan mayoritas Islam di Asia mengumumkan secara agak aneh, Tenggara, akan selalu mengikutkan bahwa barang siapa yang merasa tiga tiang dengan karakter keturunan penduduk dari kerajaan pluralitas dan multikulturalitasnya Cham silahkan bergabung dengan tersebut. Islam adalah pengakuan dan mendaftar diri ke dalam keimanan dan mungkin identitas jaringan situs yang berpusat di kolektifnya, tetapi seluruh California itu. referensi baik

Kerajaan Cham telah pengetahuan, ekonomi, tradisi dibumihanguskan sejak abad ke-18 serta spiritual dan praktek tetapi penduduknya masih keagamannya sesungguhnya

10 11

Page 11: Newsletter x3 Biennale Jogja

Tidak hanya belakangan melainkan pribumi Nusantara dan sebagian jauh mengakar ke belakang sejak besarnya para sufi berasal dari tiga prakolonial. Artinya, melihat poros tersebut. Namun, memang, Nusantara dalam kerangka Islam hadir di Nusantara bukan geografis tidak bisa dilepaskan dari hanya diantar melainkan juga kerangka Asia Tenggara dijemput. belakangan.

Belakangan, banyak orang Pentingnya melihat konteks Nusantara sendiri yang datang ke geografis adalah untuk pusat Islam terutama Arab baik memastikan keterkaitan satu sama untuk ibadah haji maupun belajar lain baik dalam perdagangan dan Islam kemudian membawanya ke peradaban serta, paling penting, sini. Sedangkan Barat lebih banyak sumber-sumber kebudayaan. Jika menyediakan pendidikan bagi tidak berlebihan, tidak ada kaum priyayi dan borjuis.sejarawan yang tidak mencatat

Islam melewati tiga poros dunia bahwa lalu lintas masuknya Islam tersebut, Persia, Cina dan India ke Nusantara berasal dari arah tidak hanya numpang lewat Indochina ini, melewati Persia, melainkan terlebih dahulu Cina dan India. menaklukkan pusat kekuasaan dan

Tiga poros dalam sejarah jauh menguasai rakyatnya. Islam tampil masa lampau sebagai pusat bukan hanya dalam bentuk kebudayaan paling moncer di kekuasaan melainkan menjadi dunia. Dan di tiga pusat peradaban tradisi dan spiritual yang itu Islam mencuat bagai menghunjam ke dalam masyarakat mercusuar. Barat yang sekarang dengan sangat dalam. tampak mendominasi masih

Taj Mahal, sebagai salah satu pusat tenggelam di bawah perang agama kebudayaan Islam yang sangat ketika itu.menonjol di India, misalnya,

Dengan demikian, Islam masuk ke hanyalah sebuah simbol fisik. Nusantara dalam bentuknya yang Tetapi tradisi kehidupan dan sangat matang berkaitan dengan spiritual masyarakatnya di wilayah konteks kebudayaan dan itu jauh lebih dalam.peradaban serta perdagangan dari

India hingga sekarang masih tiga poros tersebut. Konon, tidak tercatat sebagai di antara negara satu pun dari sembilan wali di Jawa berpenduduk Islam terbesar di yang sangat terkenal itu adalah dunia setelah Indonesia. Islam juga

menundukkan kerajaan besar di mengakui sebagai keturunan wilayah Indochina seperti Cham mereka. Jika disebut kata Cham atau Champa. maka akan berkonotasi Muslim

meskipun sebagian secilnya Cham adalah kerajaan Hindu besar beragama Hindu.yang sempat ditundukkan oleh Angkor di Kamboja segenerasi Dengan demikian, ada sejumlah dengan besarnya Majapahit di ciri dan tiang penyangga Islam Jawa dan Sriwijaya di Sumatera Nusantara, yaitu pasar atau yang kemudian timbul kembali. perdagangan, kekuasaan atau Pada timbul yang kedua inilah keraton termasuk di dalamnya kemudian dikuasai oleh Islam empu atau intelektual, serta sebelum dihabisi oleh kerajaan kebudayaan dan tradisi spiritual Viet di Vietnam. atau sufistik dalam masyarakat

yang menghunjam dan kuat. Betapa kuatnya hegemoni Cham di masyarakat, maka meskipun kata Ketiga-tiga tiang tersebut, itu hanya sebagai nama kerajaan bersumber dari tradisi yang dan bukan sejenis etnis, ras atau pluralistik dan multikulturalistik warna kulit, tetapi penduduk sesuai dengan karakter Asia wilayah itu yang kemudian Tenggara saat ini yang memiliki terpencar karena aksi bumi hangus fungsinya masing-masing yang Viet dan juga yang masih tertinggal kurang lebih bersifat independen di sekitaran wiayah itu, menyebut satu sama lain.dirinya sebagai Cham, setara degan

Nusantara dalam kenyataannya etnis atau ras.sekarang, baik disebut hanya

Sebuah situs overseas milik meliputi Indonesia maupun jaringan dunia orang-orang Cham kawasan mayoritas Islam di Asia mengumumkan secara agak aneh, Tenggara, akan selalu mengikutkan bahwa barang siapa yang merasa tiga tiang dengan karakter keturunan penduduk dari kerajaan pluralitas dan multikulturalitasnya Cham silahkan bergabung dengan tersebut. Islam adalah pengakuan dan mendaftar diri ke dalam keimanan dan mungkin identitas jaringan situs yang berpusat di kolektifnya, tetapi seluruh California itu. referensi baik

Kerajaan Cham telah pengetahuan, ekonomi, tradisi dibumihanguskan sejak abad ke-18 serta spiritual dan praktek tetapi penduduknya masih keagamannya sesungguhnya

10 11

Page 12: Newsletter x3 Biennale Jogja

Nusantara berpotensi untuk Malaysia dan Gus Dur dari mengambil peran mercusuar bagi Indonesia, perlu terbangunnya dunia, khususnya dunia Islam. sebuah “etik Nusantara” yang

diambil dari sumber-sumber Disebabkan faktor ekonomi dan kebudayaan tersebut.teknologi, dunia Arab yang cenderung puritan dalam Bahan Bacaan:kebudayaan dan Barat yang fanatik

Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning, rasional memang kini tampak Pesantren dan Tarekat, (Yogyakarta:

mendominasi. Dan karena faktor Gading Publishing, 2012).

nafsu kekuasaan Orde Baru, militer mendominasi budget Coedès, George, Asia Tenggara Masa pemeliharaan warisan sejarah. Hindu-Buddha, (Jakarta: KPG, 2010),

Terj.Tetapi jika sumber-sumber lama

Ibrahim, Anwar, The Asian dan lebih dalam tersebut Renaissance, (Singapore: Marshall dilupakan maka Nusantara akan Cavedish International, 1996).kehilangan sesuatu yang besar,

yaitu sumber ilmu pengetahuan, Lombard, Dennys, Nusa Jawa: Silang tradisi petualang laut dan spiritual Budaya, (Jakarta: GPU, 2005), Terj. yang menghunjam dalam ke dalam Cetk III, Jilid 1 dan 2. masyarakat.

Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Maka, kekuasaan negara dan empu Modern 1200 – 2004 M., (Jakarta: atau sekarang perguruan tinggi, Serambi, 2005), Terj.tidak terkecuali pusat-pusat

Tarling, Nicholas (ed.), The Cambridge perguruan Islam, sudah harus History of Southeast Asia, Volume IV menyentuh lebih rapat sumber-From World War II to the Present,

sumber tersebut: keraton atau (Cambridge: Cambridge University

bekas keraton dengan segala Press, 1999).warisannya, tradisi menguasai laut, pesantren, serta situs-situs Wahid, Abdurrahman, Islam

Kosmopolitan: Nilai-nilai Budaya dan kebudayaan lainnya dan tradisi sufi Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: dalam masyarakat, harus WI, 2009).dimasukkan ke dalam sumber

kebudayaan agenda besar Indonesia ke depan.Mungkin, dengan meminjam kata dan spirit dari Anwar Ibrahim dari

mengikuti ciri-ciri tersebut. Dan strategi Inggris atas Malaysia yang karena perkembangan berikutnya, tetap memelihara kesultanan maka kawasan Arab dan Barat sebagai entitas politik resmi harus dimasukkan ke dalamnya. meskipun hanya simbolik.

Dengan melihat kembali dinamika Karena, untuk Indonesia, hal itu Islam di masa penjajah Belanda sesungguhnya telah diselamatkan seperti ditunjukkan, misalnya, oleh oleh masyarakat pesantren melalui Ricklefs dan juga Lombard, Nahdlatul Ulama dengan sesungguhnya mungkin benar deklarasinya sebelum secara geografis dan perdagangan kemerdekaan bahwa wilayah internasional bahwa kawasan Indonesia atau Hinda-Belanda Nusantara selama 300 tahun adalah wilayah Islam yang tidak dijajah Belanda tetapi dunia diperlukan lagi deklarasi formal perdagangan antar pasar dan antar dan konstitusional sebagai Negara pulau, eksistensi keraton-keraton, Islam.dinamika keagamaan dan tradisi

Namun, yang perlu disesali sufisme berjalan sebagaimana mendalam adalah pengabaian biasanya.Negara RI terhadap warisan

Bahkan hingga hari terakhir kebudayaan, peradaban, tradisi menjelang kemerdekaan, pedagangan, dan ilmu perlawanan bukan hanya dilakukan pengetahuan di dalamnya yang oleh para pejuang nasionalisme berlangsung hingga kini. melainkan sejumlah kerajaan dan

Pengabaian ini berandil besar, kesultanan masih berlangsung lambat tetapi pasti, bagi termasuk di dalamnya pesantren terkikisnya identitas Indonesia, sebagai pusat spiritual dan daya tahan kebudayaan serta sufisme. Bukan hanya fisik lambatnya kemajuan masyarakat melainkan melalui perlawanan Indonesia sebagai basis kebudayaan, spiritual, dan kebudayaan, perdagangan dan keilmuan.sumber ilmu pengetahuan.

Tidak perlu disesali bahwa Menengok ke masa lalu tentang Indonesia pada akhirnya sumber-sumber kebudayaan dan menghapuskan kesultanan sebagai perdagangan Nusantara serta entitas politik resmi di bawah RI pergulatan di dalam Nusantara kecuali Ngayogyokarto sendiri serta tambahan sumber Hadiningrat, berbeda dengan baru kawasan Arab dan Barat,

12 13

Page 13: Newsletter x3 Biennale Jogja

Nusantara berpotensi untuk Malaysia dan Gus Dur dari mengambil peran mercusuar bagi Indonesia, perlu terbangunnya dunia, khususnya dunia Islam. sebuah “etik Nusantara” yang

diambil dari sumber-sumber Disebabkan faktor ekonomi dan kebudayaan tersebut.teknologi, dunia Arab yang cenderung puritan dalam Bahan Bacaan:kebudayaan dan Barat yang fanatik

Bruinessen, Martin van, Kitab Kuning, rasional memang kini tampak Pesantren dan Tarekat, (Yogyakarta:

mendominasi. Dan karena faktor Gading Publishing, 2012).

nafsu kekuasaan Orde Baru, militer mendominasi budget Coedès, George, Asia Tenggara Masa pemeliharaan warisan sejarah. Hindu-Buddha, (Jakarta: KPG, 2010),

Terj.Tetapi jika sumber-sumber lama

Ibrahim, Anwar, The Asian dan lebih dalam tersebut Renaissance, (Singapore: Marshall dilupakan maka Nusantara akan Cavedish International, 1996).kehilangan sesuatu yang besar,

yaitu sumber ilmu pengetahuan, Lombard, Dennys, Nusa Jawa: Silang tradisi petualang laut dan spiritual Budaya, (Jakarta: GPU, 2005), Terj. yang menghunjam dalam ke dalam Cetk III, Jilid 1 dan 2. masyarakat.

Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia Maka, kekuasaan negara dan empu Modern 1200 – 2004 M., (Jakarta: atau sekarang perguruan tinggi, Serambi, 2005), Terj.tidak terkecuali pusat-pusat

Tarling, Nicholas (ed.), The Cambridge perguruan Islam, sudah harus History of Southeast Asia, Volume IV menyentuh lebih rapat sumber-From World War II to the Present,

sumber tersebut: keraton atau (Cambridge: Cambridge University

bekas keraton dengan segala Press, 1999).warisannya, tradisi menguasai laut, pesantren, serta situs-situs Wahid, Abdurrahman, Islam

Kosmopolitan: Nilai-nilai Budaya dan kebudayaan lainnya dan tradisi sufi Transformasi Kebudayaan, (Jakarta: dalam masyarakat, harus WI, 2009).dimasukkan ke dalam sumber

kebudayaan agenda besar Indonesia ke depan.Mungkin, dengan meminjam kata dan spirit dari Anwar Ibrahim dari

mengikuti ciri-ciri tersebut. Dan strategi Inggris atas Malaysia yang karena perkembangan berikutnya, tetap memelihara kesultanan maka kawasan Arab dan Barat sebagai entitas politik resmi harus dimasukkan ke dalamnya. meskipun hanya simbolik.

Dengan melihat kembali dinamika Karena, untuk Indonesia, hal itu Islam di masa penjajah Belanda sesungguhnya telah diselamatkan seperti ditunjukkan, misalnya, oleh oleh masyarakat pesantren melalui Ricklefs dan juga Lombard, Nahdlatul Ulama dengan sesungguhnya mungkin benar deklarasinya sebelum secara geografis dan perdagangan kemerdekaan bahwa wilayah internasional bahwa kawasan Indonesia atau Hinda-Belanda Nusantara selama 300 tahun adalah wilayah Islam yang tidak dijajah Belanda tetapi dunia diperlukan lagi deklarasi formal perdagangan antar pasar dan antar dan konstitusional sebagai Negara pulau, eksistensi keraton-keraton, Islam.dinamika keagamaan dan tradisi

Namun, yang perlu disesali sufisme berjalan sebagaimana mendalam adalah pengabaian biasanya.Negara RI terhadap warisan

Bahkan hingga hari terakhir kebudayaan, peradaban, tradisi menjelang kemerdekaan, pedagangan, dan ilmu perlawanan bukan hanya dilakukan pengetahuan di dalamnya yang oleh para pejuang nasionalisme berlangsung hingga kini. melainkan sejumlah kerajaan dan

Pengabaian ini berandil besar, kesultanan masih berlangsung lambat tetapi pasti, bagi termasuk di dalamnya pesantren terkikisnya identitas Indonesia, sebagai pusat spiritual dan daya tahan kebudayaan serta sufisme. Bukan hanya fisik lambatnya kemajuan masyarakat melainkan melalui perlawanan Indonesia sebagai basis kebudayaan, spiritual, dan kebudayaan, perdagangan dan keilmuan.sumber ilmu pengetahuan.

Tidak perlu disesali bahwa Menengok ke masa lalu tentang Indonesia pada akhirnya sumber-sumber kebudayaan dan menghapuskan kesultanan sebagai perdagangan Nusantara serta entitas politik resmi di bawah RI pergulatan di dalam Nusantara kecuali Ngayogyokarto sendiri serta tambahan sumber Hadiningrat, berbeda dengan baru kawasan Arab dan Barat,

12 13

Page 14: Newsletter x3 Biennale Jogja

LAPORANPELAKSANAANBIENNALE JOGJA XIIEQUATOR #2

Indonesia bertemu wilayah Arab

Biennale Jogja XII telah berlangsung dengan sukses, lancar, dan aman pada 16 November 2013 s.d 6 Januari 2014, di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulonprogo.

Pembukaan Biennale Jogja XII berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013, dimulai pada pukul 16.00 bertempat di Jogja National Museum, Yogyakarta. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono yang sedianya akan membuka acara berhalangan hadir, sehingga Drs. Diah Tutuko Suryandaru, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, mewakili beliau untuk membuka acara ini.

Acara pembukaan yang berlangsung di Indonesia adalah agama dan tengah gerimis diawali dengan ketenagakerjaan.

Diskusi mengenai isu lain yang performance art “Doa Kora-Kora” oleh menyentuh persoalan sehari-sehari Tisna Sanjaya, salah satu seniman dan dinamika masyarakat di kedua peserta Pameran Utama Biennale wilayah penting dunia ini nyaris Jogja XII. Performance Art Tisna tenggelam oleh dua isu utama Sanjaya menggunakan perahu kora-tersebut. kora dan diiringi pertunjukan seni

Emprak Kali Opak.Bertemunya Indonesia dan wilayah Arab dalam Biennale Jogja XII akan Hujan yang semakin lebat sama sekali membuka diskusi dan wawasan lebih tidak mengurangi kegembiraan dan luas mengenai kedua wilayah tersebut rasa syukur telah berhasil melalui berbagai program yang mempersembahkan kepada bertujuan menunjukkan keragaman masyarakat luas perhelatan besar seni budaya kontemporer dan perubahan rupa berskala internasional yang telah sosial dari masyarakat sebagai dipersiapkan sejak bulan Maret 2012 pembentuk dinamika kebudayaan di ini.kedua wilayah tersebut. Sekaligus

Pembukaan BJ XII berlangsung di 5 dengan berbincangnya Indonesia dan situs sekaligus, yaitu Taman Budaya kawasan Arab, yang merupakan dua Yogyakarta, Jogja National Museum, wilayah penting di dunia internasional SaRang Building, Langgeng Art saat ini, maka Yogyakarta sebagai Foundation, dan HONFabLab. wilayah dengan produktifitas tertinggi

dalam bidang senirupa di Asia Rangkaian Pembukaan ditutup dengan

Tenggara, akan lebih dikenal secara performance art oleh Duto Hardono

lebih luas.dan Venzha Christiawan di situs Taman Budaya Yogyakarta dan selesai pada BENTUK KEGIATANpukul 24.00.

Biennale Jogja XII 2013 mempunyaiMAKSUD DAN TUJUAN lima program pokok:

Negara-negara Arab yang dimaksud 1. Pameran Utama2. Program Pengiring yang terdiri dari oleh Biennale Jogja, adalah wilayah

Festival Equator dan Parallel Events,kebudayaan yang meliputi lima negara 3. Program Pendukung yang terdiri yaitu, Arab Saudi, Mesir, Oman,

dari Seminar, Diskusi/Wicara Yaman, dan Uni Emirat Arab. Selama Seniman, dan Workshopini di Indonesia, isu terkuat dalam

4. Program Penghargaan yang terdiri membincang antara Arab dan

14 15

Agung Kurniawan, “Masyaallah Transgenik” Performance art,SaRang Building, pada pembukaan BJ XII, 16November 2013

Page 15: Newsletter x3 Biennale Jogja

LAPORANPELAKSANAANBIENNALE JOGJA XIIEQUATOR #2

Indonesia bertemu wilayah Arab

Biennale Jogja XII telah berlangsung dengan sukses, lancar, dan aman pada 16 November 2013 s.d 6 Januari 2014, di wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul, dan Kabupaten Kulonprogo.

Pembukaan Biennale Jogja XII berlangsung pada hari Sabtu, tanggal 16 November 2013, dimulai pada pukul 16.00 bertempat di Jogja National Museum, Yogyakarta. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono yang sedianya akan membuka acara berhalangan hadir, sehingga Drs. Diah Tutuko Suryandaru, Kepala Taman Budaya Yogyakarta, mewakili beliau untuk membuka acara ini.

Acara pembukaan yang berlangsung di Indonesia adalah agama dan tengah gerimis diawali dengan ketenagakerjaan.

Diskusi mengenai isu lain yang performance art “Doa Kora-Kora” oleh menyentuh persoalan sehari-sehari Tisna Sanjaya, salah satu seniman dan dinamika masyarakat di kedua peserta Pameran Utama Biennale wilayah penting dunia ini nyaris Jogja XII. Performance Art Tisna tenggelam oleh dua isu utama Sanjaya menggunakan perahu kora-tersebut. kora dan diiringi pertunjukan seni

Emprak Kali Opak.Bertemunya Indonesia dan wilayah Arab dalam Biennale Jogja XII akan Hujan yang semakin lebat sama sekali membuka diskusi dan wawasan lebih tidak mengurangi kegembiraan dan luas mengenai kedua wilayah tersebut rasa syukur telah berhasil melalui berbagai program yang mempersembahkan kepada bertujuan menunjukkan keragaman masyarakat luas perhelatan besar seni budaya kontemporer dan perubahan rupa berskala internasional yang telah sosial dari masyarakat sebagai dipersiapkan sejak bulan Maret 2012 pembentuk dinamika kebudayaan di ini.kedua wilayah tersebut. Sekaligus

Pembukaan BJ XII berlangsung di 5 dengan berbincangnya Indonesia dan situs sekaligus, yaitu Taman Budaya kawasan Arab, yang merupakan dua Yogyakarta, Jogja National Museum, wilayah penting di dunia internasional SaRang Building, Langgeng Art saat ini, maka Yogyakarta sebagai Foundation, dan HONFabLab. wilayah dengan produktifitas tertinggi

dalam bidang senirupa di Asia Rangkaian Pembukaan ditutup dengan

Tenggara, akan lebih dikenal secara performance art oleh Duto Hardono

lebih luas.dan Venzha Christiawan di situs Taman Budaya Yogyakarta dan selesai pada BENTUK KEGIATANpukul 24.00.

Biennale Jogja XII 2013 mempunyaiMAKSUD DAN TUJUAN lima program pokok:

Negara-negara Arab yang dimaksud 1. Pameran Utama2. Program Pengiring yang terdiri dari oleh Biennale Jogja, adalah wilayah

Festival Equator dan Parallel Events,kebudayaan yang meliputi lima negara 3. Program Pendukung yang terdiri yaitu, Arab Saudi, Mesir, Oman,

dari Seminar, Diskusi/Wicara Yaman, dan Uni Emirat Arab. Selama Seniman, dan Workshopini di Indonesia, isu terkuat dalam

4. Program Penghargaan yang terdiri membincang antara Arab dan

14 15

Agung Kurniawan, “Masyaallah Transgenik” Performance art,SaRang Building, pada pembukaan BJ XII, 16November 2013

Page 16: Newsletter x3 Biennale Jogja

Awards dan Penghargaan Perancangan Program Terbaik Parallel Events.

5. Program Magang dan Kesukarelawanan.

Berikut ini adalah laporan singkat pelaksanaan BJXII:

1. Pelaksanaan BJXII diawali dengan kunjungan dan riset ke wilayah Arab yaitu Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab pada Desember 2012. Kunjungan ke Oman dan Yaman tidak dilakukan karena tim survey BJXII tidak mendapatkan kontak lokal.

2. Kunjungan dan riset ini bertujuan untuk: Menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga seni dan kebudayaan di wilayah Arab. Menemukan kurator mitra untuk BJ. Menemukan kesesuaian tema dengan situasi aktual yang terjadi di wilayah Arab dan konteks lokal Indonesia.

3. Sebagai even yang dirancang bisa bersaing di tingkat internasional, kerjasama-kerjasama resmi dengan lembaga-lembaga dan individu-individu penting di negara partner harus dijalin. Dari kunjungan dan riset di 3 negara itu Yayasan

17

Biennale Yogyakarta berhasil menjalin kerjasama dengan institusi pokok dan terpenting saat ini di wilayah Mesir, Emirat, dan Saudi Arabia. Mereka adalah:

a. Sharjah Art Foundation (SAF), lembaga seni yang berbasis di Sharjah UAE. Lembaga yang menginisiasi Sharjah Biennale sejak 1993 ini merupakan mitra resmi BJXII dalam pembiayaan program pertukaran seniman. Seniman Indonesia yang beresidensi selama 30 hari di SAF adalah Tintin Wulia.

b. Maraya Art Center (MAC), lembaga seni yang berdiri pada tahun 2010 dan berbasis di Sharjah UAE. Lembaga ini sebelumnya bernama Maraya Art Gallery yang berdiri pada tahun 2006. MAC adalah mitra resmi BJXII dalam pembiayaan program pertukaran seniman. Seniman Indonesia yang beresidensi di MAC adalah Prilla Tania. MAC juga mendukung pembiayaan transportasi bagi seniman UAE yaitu Mobius (terdiri dari 2 orang seniman perempuan yaitu Hala dan Hedeyeh) yang beresidensi di Yogyakarta. MAC juga menerbitkan buku mengenai pengalaman seniman UAE selama tinggal di Yogyakarta. Buku ini dicetak dalam bahasa Inggris dan Arab dan disebarluaskan di Emirat.

c. Beirut di Cairo, adalah ruang gagas seniman yang didirikan oleh 3 orang kurator muda asal Mesir, Jerman, dan Swedia. Beirut di Cairo merupakan institusi yang menerima 2 seniman Indonesia yaitu Venzha Christiawan dan Duto Hardono selama menjalankan residensi di Cairo selama 30 hari.

Residensi seniman Arab di Yogyakarta.

Atas:Mobius (Hala Al-Ani dan Hedeyeh Badri) dari Emirate, mengerjakan karya di Honfablab, November 2013

Bawah:Salwa Aleryani dari Yaman, November 2013

Kiri:Briefing Panitia BJ XII

Kanan:Kelas magang Penulisan Seni bersamq Mikke Sussanto (kurator/staf pengajar Institut Seni Indonesia Yogyakarta)

Page 17: Newsletter x3 Biennale Jogja

Awards dan Penghargaan Perancangan Program Terbaik Parallel Events.

5. Program Magang dan Kesukarelawanan.

Berikut ini adalah laporan singkat pelaksanaan BJXII:

1. Pelaksanaan BJXII diawali dengan kunjungan dan riset ke wilayah Arab yaitu Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab pada Desember 2012. Kunjungan ke Oman dan Yaman tidak dilakukan karena tim survey BJXII tidak mendapatkan kontak lokal.

2. Kunjungan dan riset ini bertujuan untuk: Menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga seni dan kebudayaan di wilayah Arab. Menemukan kurator mitra untuk BJ. Menemukan kesesuaian tema dengan situasi aktual yang terjadi di wilayah Arab dan konteks lokal Indonesia.

3. Sebagai even yang dirancang bisa bersaing di tingkat internasional, kerjasama-kerjasama resmi dengan lembaga-lembaga dan individu-individu penting di negara partner harus dijalin. Dari kunjungan dan riset di 3 negara itu Yayasan

17

Biennale Yogyakarta berhasil menjalin kerjasama dengan institusi pokok dan terpenting saat ini di wilayah Mesir, Emirat, dan Saudi Arabia. Mereka adalah:

a. Sharjah Art Foundation (SAF), lembaga seni yang berbasis di Sharjah UAE. Lembaga yang menginisiasi Sharjah Biennale sejak 1993 ini merupakan mitra resmi BJXII dalam pembiayaan program pertukaran seniman. Seniman Indonesia yang beresidensi selama 30 hari di SAF adalah Tintin Wulia.

b. Maraya Art Center (MAC), lembaga seni yang berdiri pada tahun 2010 dan berbasis di Sharjah UAE. Lembaga ini sebelumnya bernama Maraya Art Gallery yang berdiri pada tahun 2006. MAC adalah mitra resmi BJXII dalam pembiayaan program pertukaran seniman. Seniman Indonesia yang beresidensi di MAC adalah Prilla Tania. MAC juga mendukung pembiayaan transportasi bagi seniman UAE yaitu Mobius (terdiri dari 2 orang seniman perempuan yaitu Hala dan Hedeyeh) yang beresidensi di Yogyakarta. MAC juga menerbitkan buku mengenai pengalaman seniman UAE selama tinggal di Yogyakarta. Buku ini dicetak dalam bahasa Inggris dan Arab dan disebarluaskan di Emirat.

c. Beirut di Cairo, adalah ruang gagas seniman yang didirikan oleh 3 orang kurator muda asal Mesir, Jerman, dan Swedia. Beirut di Cairo merupakan institusi yang menerima 2 seniman Indonesia yaitu Venzha Christiawan dan Duto Hardono selama menjalankan residensi di Cairo selama 30 hari.

Residensi seniman Arab di Yogyakarta.

Atas:Mobius (Hala Al-Ani dan Hedeyeh Badri) dari Emirate, mengerjakan karya di Honfablab, November 2013

Bawah:Salwa Aleryani dari Yaman, November 2013

Kiri:Briefing Panitia BJ XII

Kanan:Kelas magang Penulisan Seni bersamq Mikke Sussanto (kurator/staf pengajar Institut Seni Indonesia Yogyakarta)

Page 18: Newsletter x3 Biennale Jogja

d. Athr Gallery, sebuah galeri 4. Selama riset di Arab, tim BJXII juga untuk seni kontemporer di bertemu dengan individu-individu Jeddah, Arab Saudi. Athr Gallery pokok yang memegang peranan sangat mendukung hubungan penting dalam perkembangan seni kemitraan dengan BJ dalam dan kebudayaan di wilayah Arab usaha saling memromosikan dan Mediterania. Mereka antara seniman dari masing-masing lain: Bassam El Baroni, Ehab negara. Pertukaran seniman Ellaban, Dahlia Moustapha - Staf Indonesia-Saudi penting Kementerian Budaya Mesir, dll.dilaksanakan mengingat

5. Pameran Utama dikuratori oleh hubungan antar ke dua negara Agung Hujatnika (Indonesia) dan selama ini hanya menyangkut isu Sarah Rifky (Mesir), dengan agama dan tenaga kerja. Direktur Artistik (Farah Wardani) Sedianya seniman Indonesia berlangsung di 5 situs yaitu Taman yaitu Tisna Sanjaya akan Budaya Yogyakarta (TBY), Jogja beresidensi di galeri tersebut National Museum (JNM), SaRang namun belum terlaksana karena Building, Langgeng Art Foundation, proses visa Saudi yang berlarut-dan HONFablab. larut dan tidak kunjung

mendapat kejelasan. Begitu juga 6. Kurator BJXII mengangkat tema

sebaliknya, seniman Saudi yang “mobilitas” untuk menjelajahi

sedianya akan datang dan gagasan-gagasan tentang tanah air,

beresidensi di Yogyakarta yaitu diaspora, tempat asing, migrasi,

Ahmed Mater dan Ayman perjalanan, sirkulasi, keuangan,

Youssri juga batal dilaksanakan karya seni, pengalaman, dari garis-

karena tidak mendapat visa garis imajiner yang

Indonesia. menghubungkan tempat, melalui ekonomi dan pengalaman buruh e. Goethe Institut wilayah Asia migran hingga sirkulasi barang-Pasifik, ikut menyokong even BJ barang. Karya-karya seni dan dengan membiayai perjalanan pameran ini secara menyeluruh pembicara utama Simposium menjadi situs sinkretisme – dalam Khatulistiwa yaitu Stefan arti linguistik — yang berbicara Weidner, editor kepala majalah kepada Yogyakarta, sebuah kota pemikiran kebudayaan yang sinkretik dalam formasi politik kontemporer “Art and Thought”. budayanya.Namun sayang, Stefan Weidner

tidak jadi hadir karena sakit.

7. Jumlah seniman yang terlibat Utama selama 52 hari adalah dalam Pameran Utama adalh 35 12.866 orang: TBY 5964, JNM 3943, orang, memamerkan 45 karya. SaRang 850, HONF 416, LAF 1693Seniman-seniman partisipan

12. Kompetisi Penciptaan Peristiwa Pameran Utama berasal dari

Seni Parallel Events BJXII menjaring Indonesia dan 5 negara Arab,

jumlah pelamar 28 kelompok. dengan komposisi: Indonesia 20

Lolos seleksi 15 kelompok. Peserta orang (9 orang dari Yogyakarta, 3

yang selamat dan sukses sampai dari Jakarta, 6 dari Bandung, 1 dari

akhir adalah 12 kelompok. 2 yang Denpasar, 1 Indonesia/Belanda),

terbaik adalah Collieq Pujie dan Saudi 2 orang, Oman 1 orang,

Perempuan Eksperimental. Juri Yaman 1 orang, Uni Emirat 3 orang,

kompetisi ini terdiri dari 5 orang dan Mesir 8 orang.

dengan komposisi: 1 dari YBY 8. BJXII mengadakan program (Mella Jaarsma), 1 seniman (Woto

residensi seniman di Yogyakarta, Wibowo), 1 akademisi (Bambang Sharjah (UAE), dan Cairo (Mesir), Kusumo), 1 ahli Islam (Heru dengan rincian: 2 seniman Prasetia), 1 aktivis seni komunitas Indonesia ke Cairo, 2 seniman (Hanindawan dari Taman Budaya Indonesia ke Emirat, 1 seniman Surakarta dan staf pengajar ISI Yaman ke Yogyakarta, 2 seniman Surakarta). 2 pemenang PE Emirate ke Yogyakarta. Program mendapat hadiah uang senilai Rp. residensi seniman ke Saudi Arabia 15.000.000,- untuk masing-masing belum berhasil dilaksanakan kelompok selain mendapat piala disebabkan oleh administrasi untuk tiap-tiap anggota kelompok kenegaraan yang tidak kunjung pemenang.selesai.

13. Jumlah pengunjung Parallel Even, 9. Program residensi seniman Arab di belum dicatat oleh YBY.

Yogyakarta mendapat dukungan 14. Program-program Festival Equator

dari Langgeng Art Foundation, adalah Lomba Komik bekerjasama

Sarang Building, Honfablab, dan dengan DGTMB (kelompok pegiat

Rumah Seni Cemeti.komik Daging Tumbuh), Seminar

10. Jenis karya seni yang dipamerkan media film dalam senirupa adalah instalasi, foto, video, seni bekerjasama dengan Jogja Netpac bunyi, performance art, dan Asia Film Festival, Lomba Blog, gambar. Budaya Bergerak di Plaza Ngasem

dan Pasar Glagah, Desa Salam, 11. Jumlah pengunjung Pameran

Kulon Progo.

18 19

Page 19: Newsletter x3 Biennale Jogja

d. Athr Gallery, sebuah galeri 4. Selama riset di Arab, tim BJXII juga untuk seni kontemporer di bertemu dengan individu-individu Jeddah, Arab Saudi. Athr Gallery pokok yang memegang peranan sangat mendukung hubungan penting dalam perkembangan seni kemitraan dengan BJ dalam dan kebudayaan di wilayah Arab usaha saling memromosikan dan Mediterania. Mereka antara seniman dari masing-masing lain: Bassam El Baroni, Ehab negara. Pertukaran seniman Ellaban, Dahlia Moustapha - Staf Indonesia-Saudi penting Kementerian Budaya Mesir, dll.dilaksanakan mengingat

5. Pameran Utama dikuratori oleh hubungan antar ke dua negara Agung Hujatnika (Indonesia) dan selama ini hanya menyangkut isu Sarah Rifky (Mesir), dengan agama dan tenaga kerja. Direktur Artistik (Farah Wardani) Sedianya seniman Indonesia berlangsung di 5 situs yaitu Taman yaitu Tisna Sanjaya akan Budaya Yogyakarta (TBY), Jogja beresidensi di galeri tersebut National Museum (JNM), SaRang namun belum terlaksana karena Building, Langgeng Art Foundation, proses visa Saudi yang berlarut-dan HONFablab. larut dan tidak kunjung

mendapat kejelasan. Begitu juga 6. Kurator BJXII mengangkat tema

sebaliknya, seniman Saudi yang “mobilitas” untuk menjelajahi

sedianya akan datang dan gagasan-gagasan tentang tanah air,

beresidensi di Yogyakarta yaitu diaspora, tempat asing, migrasi,

Ahmed Mater dan Ayman perjalanan, sirkulasi, keuangan,

Youssri juga batal dilaksanakan karya seni, pengalaman, dari garis-

karena tidak mendapat visa garis imajiner yang

Indonesia. menghubungkan tempat, melalui ekonomi dan pengalaman buruh e. Goethe Institut wilayah Asia migran hingga sirkulasi barang-Pasifik, ikut menyokong even BJ barang. Karya-karya seni dan dengan membiayai perjalanan pameran ini secara menyeluruh pembicara utama Simposium menjadi situs sinkretisme – dalam Khatulistiwa yaitu Stefan arti linguistik — yang berbicara Weidner, editor kepala majalah kepada Yogyakarta, sebuah kota pemikiran kebudayaan yang sinkretik dalam formasi politik kontemporer “Art and Thought”. budayanya.Namun sayang, Stefan Weidner

tidak jadi hadir karena sakit.

7. Jumlah seniman yang terlibat Utama selama 52 hari adalah dalam Pameran Utama adalh 35 12.866 orang: TBY 5964, JNM 3943, orang, memamerkan 45 karya. SaRang 850, HONF 416, LAF 1693Seniman-seniman partisipan

12. Kompetisi Penciptaan Peristiwa Pameran Utama berasal dari

Seni Parallel Events BJXII menjaring Indonesia dan 5 negara Arab,

jumlah pelamar 28 kelompok. dengan komposisi: Indonesia 20

Lolos seleksi 15 kelompok. Peserta orang (9 orang dari Yogyakarta, 3

yang selamat dan sukses sampai dari Jakarta, 6 dari Bandung, 1 dari

akhir adalah 12 kelompok. 2 yang Denpasar, 1 Indonesia/Belanda),

terbaik adalah Collieq Pujie dan Saudi 2 orang, Oman 1 orang,

Perempuan Eksperimental. Juri Yaman 1 orang, Uni Emirat 3 orang,

kompetisi ini terdiri dari 5 orang dan Mesir 8 orang.

dengan komposisi: 1 dari YBY 8. BJXII mengadakan program (Mella Jaarsma), 1 seniman (Woto

residensi seniman di Yogyakarta, Wibowo), 1 akademisi (Bambang Sharjah (UAE), dan Cairo (Mesir), Kusumo), 1 ahli Islam (Heru dengan rincian: 2 seniman Prasetia), 1 aktivis seni komunitas Indonesia ke Cairo, 2 seniman (Hanindawan dari Taman Budaya Indonesia ke Emirat, 1 seniman Surakarta dan staf pengajar ISI Yaman ke Yogyakarta, 2 seniman Surakarta). 2 pemenang PE Emirate ke Yogyakarta. Program mendapat hadiah uang senilai Rp. residensi seniman ke Saudi Arabia 15.000.000,- untuk masing-masing belum berhasil dilaksanakan kelompok selain mendapat piala disebabkan oleh administrasi untuk tiap-tiap anggota kelompok kenegaraan yang tidak kunjung pemenang.selesai.

13. Jumlah pengunjung Parallel Even, 9. Program residensi seniman Arab di belum dicatat oleh YBY.

Yogyakarta mendapat dukungan 14. Program-program Festival Equator

dari Langgeng Art Foundation, adalah Lomba Komik bekerjasama

Sarang Building, Honfablab, dan dengan DGTMB (kelompok pegiat

Rumah Seni Cemeti.komik Daging Tumbuh), Seminar

10. Jenis karya seni yang dipamerkan media film dalam senirupa adalah instalasi, foto, video, seni bekerjasama dengan Jogja Netpac bunyi, performance art, dan Asia Film Festival, Lomba Blog, gambar. Budaya Bergerak di Plaza Ngasem

dan Pasar Glagah, Desa Salam, 11. Jumlah pengunjung Pameran

Kulon Progo.

18 19

Page 20: Newsletter x3 Biennale Jogja

19. BJXII menerbitkan 3 buku. Buku Taman Budaya Yogyakarta.Volume 1 berupa Buku Program terbit pada saat Pembukaan BJXII 21. Wicara Seniman / Artists Talk tanggal 16 November 2013, berlangsung beberapa kali. Acara sebanyak 3000 eksemplar, Buku yang berlangsung pada 18

November 2013 adalah acara Volume 2 berupa buku teks, Wicara Seniman pamungkas gambar, dan foto, yang berjudul dengan dimoderatori oleh Alia “Jalan Berlubang: Menyisir Swastika, Kurator Biennale Jogja Pinggiran dan Pusaran Hubungan seri Indonesia-India. Wicara Indonesia-Kawasan Arab melalui Seniman lainnya berlangsung Biennale Jogja XII 2013. Buku ini sebelum pembukaan pada saat terbit pada akhir Februari 2014 seniman-seniman dari wilayah dalam 3 bahasa: Indonesia, Inggris, Arab menjalankan residensinya di dan Arab. Penerjemahan dalam Yogyakarta. Wicara Seniman dan Bahasa Arab dikerjakan oleh Workshop berlangsung menyebar mahasiswa-mahasiswa Universitas di ruang-ruang seni dan ruang Islam Negeri Sunan Kalijaga gagas seniman di Yogyakarta.

Yogyakarta. Buku ke 3 adalah Selain itu, Wicara Seniman juga

Katalog Parallel Event dan Festival berlangsung pada hari Minggu, 17

Equtor akan terbit pada bulan April November 2013 di Langgeng Art

2014.Foundation dan Sarang Building di desa Kalipakis, Kasihan Bantul.20. Biennale Forum adalah media

pertanggungjawaban kurator 22. Pada 19 November 2013 Biennale Jogja XII. Dalam forum berlangsung acara Peluncuran seminar ini dihadirkan Leeza Simposium Khatuliswa yang juga

adalah program Yayasan Biennale Ahmady, kurator dan kritikus Yogyakarta. Acara ini berlangsung senirupa dari New York, USA. di Universitas Kristen Duta Wacana Pembicara lainnya adalah Ade Yogyakarta dan berlangsung 2 hari. Darmawan, Direktur Biennale Meskipun bersifat peluncuran Jakarta 2013, serta kurator dan namun acara ini mengundang T.K. pengamat seni Hendro Wiyanto Sabapathy sejarawan seni dari dari Jakarta. Hadir pula dalam Singapura sebagai salah satu

forum internasional ini, pengamat-pembicara kunci. Hadir dalam

pengamat seni dari manca negara. acara internasional ini pengamat

Biennale Forum berlangsung pada perubahan sosial budaya dari luar tanggal 18 November 2013 di Yogyakarta dan dari luar negeri.

15. Festival Equator “Perjumpaan Subuh” di Pasar Glagah, Desa Salam, Kulon Progo, dikerjakan bersama dengan masyarakat Desa Salam. Kelompok Ketjil Bergerak ditunjuk untuk menginisasi program ini, berupa workshop yang diakhiri dengan membuat Jam Matahari di perempatan Pasar Glagah. Puncak acara terjadi pada 1 Desember 2013 dimulai pada pukul 05.00 waktu setempat. Ritual kenduri desa dilaksanakan dalam bentuk membuat Gunungan dari hasil bumi setempat yang dikerjakan bersama di perempatan Pasar Glagah, Desa Salam. Jumlah penonton tidak tercatat (seluruh penduduk terlibat).

16. Jumlah tercatat di awal, peserta program volunteer dan magang BJXII adalah 100 orang. Jumlah peserta aktif dalam berkegiatan tercatat 92 orang, dengan rincian 30 orang diantaranya adalah Pemagang. Volunteer dan pemagang berasal dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Universitas Islam Negeri, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Khatolik Atmajaya, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Institut Seni Indonesia, dan 2 orang masih pelajar SMA.

17. Anugerah Lifetime Achievement Award Biennale Jogja XII diberikan kepada Djokopekik.

18. BJXII menghasilkan 3 edisi newsletter, ukuran setengah folio, 28 halaman. Terbit 1000 eksemplar setiap edisi yang disebarluaskan di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.

20 21

Pembukaan dan selamatan Parallel Event BJ XII, Parang Kusumo, Bantul, Yogyakarta

Page 21: Newsletter x3 Biennale Jogja

19. BJXII menerbitkan 3 buku. Buku Taman Budaya Yogyakarta.Volume 1 berupa Buku Program terbit pada saat Pembukaan BJXII 21. Wicara Seniman / Artists Talk tanggal 16 November 2013, berlangsung beberapa kali. Acara sebanyak 3000 eksemplar, Buku yang berlangsung pada 18

November 2013 adalah acara Volume 2 berupa buku teks, Wicara Seniman pamungkas gambar, dan foto, yang berjudul dengan dimoderatori oleh Alia “Jalan Berlubang: Menyisir Swastika, Kurator Biennale Jogja Pinggiran dan Pusaran Hubungan seri Indonesia-India. Wicara Indonesia-Kawasan Arab melalui Seniman lainnya berlangsung Biennale Jogja XII 2013. Buku ini sebelum pembukaan pada saat terbit pada akhir Februari 2014 seniman-seniman dari wilayah dalam 3 bahasa: Indonesia, Inggris, Arab menjalankan residensinya di dan Arab. Penerjemahan dalam Yogyakarta. Wicara Seniman dan Bahasa Arab dikerjakan oleh Workshop berlangsung menyebar mahasiswa-mahasiswa Universitas di ruang-ruang seni dan ruang Islam Negeri Sunan Kalijaga gagas seniman di Yogyakarta.

Yogyakarta. Buku ke 3 adalah Selain itu, Wicara Seniman juga

Katalog Parallel Event dan Festival berlangsung pada hari Minggu, 17

Equtor akan terbit pada bulan April November 2013 di Langgeng Art

2014.Foundation dan Sarang Building di desa Kalipakis, Kasihan Bantul.20. Biennale Forum adalah media

pertanggungjawaban kurator 22. Pada 19 November 2013 Biennale Jogja XII. Dalam forum berlangsung acara Peluncuran seminar ini dihadirkan Leeza Simposium Khatuliswa yang juga

adalah program Yayasan Biennale Ahmady, kurator dan kritikus Yogyakarta. Acara ini berlangsung senirupa dari New York, USA. di Universitas Kristen Duta Wacana Pembicara lainnya adalah Ade Yogyakarta dan berlangsung 2 hari. Darmawan, Direktur Biennale Meskipun bersifat peluncuran Jakarta 2013, serta kurator dan namun acara ini mengundang T.K. pengamat seni Hendro Wiyanto Sabapathy sejarawan seni dari dari Jakarta. Hadir pula dalam Singapura sebagai salah satu

forum internasional ini, pengamat-pembicara kunci. Hadir dalam

pengamat seni dari manca negara. acara internasional ini pengamat

Biennale Forum berlangsung pada perubahan sosial budaya dari luar tanggal 18 November 2013 di Yogyakarta dan dari luar negeri.

15. Festival Equator “Perjumpaan Subuh” di Pasar Glagah, Desa Salam, Kulon Progo, dikerjakan bersama dengan masyarakat Desa Salam. Kelompok Ketjil Bergerak ditunjuk untuk menginisasi program ini, berupa workshop yang diakhiri dengan membuat Jam Matahari di perempatan Pasar Glagah. Puncak acara terjadi pada 1 Desember 2013 dimulai pada pukul 05.00 waktu setempat. Ritual kenduri desa dilaksanakan dalam bentuk membuat Gunungan dari hasil bumi setempat yang dikerjakan bersama di perempatan Pasar Glagah, Desa Salam. Jumlah penonton tidak tercatat (seluruh penduduk terlibat).

16. Jumlah tercatat di awal, peserta program volunteer dan magang BJXII adalah 100 orang. Jumlah peserta aktif dalam berkegiatan tercatat 92 orang, dengan rincian 30 orang diantaranya adalah Pemagang. Volunteer dan pemagang berasal dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Universitas Islam Negeri, Universitas Islam Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Khatolik Atmajaya, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Institut Seni Indonesia, dan 2 orang masih pelajar SMA.

17. Anugerah Lifetime Achievement Award Biennale Jogja XII diberikan kepada Djokopekik.

18. BJXII menghasilkan 3 edisi newsletter, ukuran setengah folio, 28 halaman. Terbit 1000 eksemplar setiap edisi yang disebarluaskan di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.

20 21

Pembukaan dan selamatan Parallel Event BJ XII, Parang Kusumo, Bantul, Yogyakarta

Page 22: Newsletter x3 Biennale Jogja

Catatan dari Forum ‘Binnale Jogja Bercermin’Ruang Seminar, Taman Budaya YogyakartaSelasa 11 Februari 2014Dihadiri 63 orang (seniman, akademisi, umum)

Disarikan oleh Nindityo Adi PurnomoDewan Yayasan Biennale Yogyakarta

EVALUASI

Yang terhormat para pembaca budiman, ...terutama pemerhati Biennale Ekuator Jogja, ...Perkenankanlah dalam kapasitas saya sebagai anggota Dewan Pembina Yayasan Biennale Yogyakarta, menyampaikan hormat dan penghargaan besar kepada seluruh hadirin pengunjung; para pembicara aktif, moderator, dan terutama para penyampai komentar, kritik dan gagasan pada forum 'Biennale Jogja Bercermin' pada siang sore hari tanggal 11 Februari 2014 di ruang seminar TBY.

Sekali lagi saya sangat bersukur dan berterimakasih atas terwujudnya forum yang produktif tersebut.

22 23

Acara peluncuran ini dihadiri oleh 115 orang. Simposium Khatulistiwa I akan dilaksanakan pada November 2014 yang akan datang.

23. BJXII bekerjasama dengan media massa cetak dan elektronik baik di tingkat lokal (24), nasional (5), dan internasional (4).

24. Pelaksanaan Biennale Jogja XII menyerap dana sebesar Rp. 2.351.302.262,- (dua milyar tiga ratus lima puluh satu juta, tiga ratus dua ribu, dua ratus enam puluh dua rupiah). Sumber dana BJXII berasal dari (1) Hibah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp. 375.000.000,-, (2) APBD Pemda DIY sebesar Rp. 215.000.000,-, dan (3) Dukungan sponsor swasta dan sumbangan pribadi.

BIAYA PELAKSANAAN BIENNALE JOGJA XII 2013

Selain dukungan berupa dana, Biennale Jogja XII juga memperoleh dukungan dari sponsor berupa gratis atau harga khusus kamar hotel untuk para tamu, kaos, kertas, jamuan-jamuan makan, dll.

Workshop dengan anak-anak, di inisiasi oleh Habitus Ainun, salah satu peserta Parallel Event BJ XII.

Presentasi kelompok KNYT SOMNIA, peserta Parallel Event Bienalle Jogja XII, Jogja National Museum

Page 23: Newsletter x3 Biennale Jogja

Catatan dari Forum ‘Binnale Jogja Bercermin’Ruang Seminar, Taman Budaya YogyakartaSelasa 11 Februari 2014Dihadiri 63 orang (seniman, akademisi, umum)

Disarikan oleh Nindityo Adi PurnomoDewan Yayasan Biennale Yogyakarta

EVALUASI

Yang terhormat para pembaca budiman, ...terutama pemerhati Biennale Ekuator Jogja, ...Perkenankanlah dalam kapasitas saya sebagai anggota Dewan Pembina Yayasan Biennale Yogyakarta, menyampaikan hormat dan penghargaan besar kepada seluruh hadirin pengunjung; para pembicara aktif, moderator, dan terutama para penyampai komentar, kritik dan gagasan pada forum 'Biennale Jogja Bercermin' pada siang sore hari tanggal 11 Februari 2014 di ruang seminar TBY.

Sekali lagi saya sangat bersukur dan berterimakasih atas terwujudnya forum yang produktif tersebut.

22 23

Acara peluncuran ini dihadiri oleh 115 orang. Simposium Khatulistiwa I akan dilaksanakan pada November 2014 yang akan datang.

23. BJXII bekerjasama dengan media massa cetak dan elektronik baik di tingkat lokal (24), nasional (5), dan internasional (4).

24. Pelaksanaan Biennale Jogja XII menyerap dana sebesar Rp. 2.351.302.262,- (dua milyar tiga ratus lima puluh satu juta, tiga ratus dua ribu, dua ratus enam puluh dua rupiah). Sumber dana BJXII berasal dari (1) Hibah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar Rp. 375.000.000,-, (2) APBD Pemda DIY sebesar Rp. 215.000.000,-, dan (3) Dukungan sponsor swasta dan sumbangan pribadi.

BIAYA PELAKSANAAN BIENNALE JOGJA XII 2013

Selain dukungan berupa dana, Biennale Jogja XII juga memperoleh dukungan dari sponsor berupa gratis atau harga khusus kamar hotel untuk para tamu, kaos, kertas, jamuan-jamuan makan, dll.

Workshop dengan anak-anak, di inisiasi oleh Habitus Ainun, salah satu peserta Parallel Event BJ XII.

Presentasi kelompok KNYT SOMNIA, peserta Parallel Event Bienalle Jogja XII, Jogja National Museum

Page 24: Newsletter x3 Biennale Jogja

namun penting. Dalam nuansa yang didirikan; bukan yang dibalik seperti sama, Butet Kertaradjasa pernah yang seharusnya dimulai menyampaikan hal ini. Transisi dari pewacanaannya bahwa; Yayasan format Biennale Seni Rupa dengan Biennale Yogyakarta didirikan untuk sejarah panjangnya (sepuluh kali memayungi seluruh proyeksi usaha-biennale yang berlangsung di usaha blue print kebudayaan kota. Yogyakarta), mau tidak mau memang

Produk terpadu dari Yayasan Biennale telah meninggalkan bekas mendalam, Yogyakarta adalah Biennale Ekuator hal-hal yang kemudian mengkristal dengan seluruh lingkaran kegiatannya, menjadi tradisi yang tidak disadari juga Simposium Khatulistiwa dengan semua di”tradisikan”, menciptakan rangkai turunannya, serta Akademi pengulangan-pengulangan dalam Kurator beserta semua kompleksitas 'comfort zone' lingkungan kecil pelaku cabangnya. Maka ketika Yayasan budaya, utamanya para perupa. Biennale Yogyakarta menjadi ujung

Dalam hemat perhitungan saya, selagi tombak pewacanaan, konsekuensi Biennale Jogja ini masih saja seluruh turunan program sosial mempertaruhkan ujung tombak edukasional yang harus mendapatkan wacana Biennale dalam format highlight setara, sebagaimana setara tumpeng-kendurian para seniman, dengan biennale senirupa itu sendiri. maka konflik-konflik antar kepentingan Dengan demikian saya berharap yang berkelindan di balik antrian munculnya tumpeng-tumpeng kenduri merebut tumpeng kenduri akan terus yang bisa diperebutkan oleh semua menerus berkepanjangan. lapisan dan golongan.

Diperlukan suatu gebrakan deseminasi Bagi saya pribadi, diskusi yang lebih informasi baru yang bertahap, terukur visioner, yang lebih tajam menggali sekaligus masif untuk mulai konsep-konsep ekuator memang mewacanakan seluruh inisiatif konsep seharusnya tetap menarik untuk terus strategis perencanaan kota berbasis menerus dibuka, dan disempurnakan! seni dan budaya melalui seluruh Taruhlah sebagai platform terbuka, produk kegiatan dan program yang mengalir dengan resiko-resiko diemban oleh Yayasan Biennale inclusive (tidak menerima atau Yogyakarta. Bukan diemban oleh menolak sama sekali upaya Biennale Ekuator Jogja! menghapuskan konsep ekuator), yang

harus kita sikapi sebagai upaya-upaya Logika umum yang masih bekerja pencanggihan strategi terus menerus.adalah bahwa, karena Biennale Jogja maka Yayasan Biennale Yogyakarta Celah untuk mengambil peluang baru

Forum padat yang telah dimoderatori Yogyakarta, yang notabene dengan sempurna sepanjang siang mengemban momongan lawasnya sore tanggal 11 Februari 2014 itu yaitu Biennale Seni Rupa itu sendiri, banyak sekali menampung, momongan barunya adalah mendengarkan dan menanggapi segala Simposium Ekuator, dan momongan macam uneg-uneg, komentar, yang masih dalam kandungan: pendapat dan gagasan yang terus Akademi Kurator.bergumam dan bergaung di seputar

c. Kebingungan dan kemudia berakibat penyelenggaraan Biennale Jogja, dua pada rasa kehilangan cara kali Biennale Equator (2011 dan 2013).menempatkan diri, bagi sebagian

Masih dalam kapasitas saya sebagai besar komunitas senirupa, dalam bagian dari bukan saja sekedar mengakses ramainya lalu lintas Biennale Jogja, namun lebih luas dari pertukaran produksi rasa, ekspresi, itu adalah Anggota Dewan Pembina dan pengetahuan yang melintas dari Yayasan Biennale Yogyakarta. dengan kecepatan tinggi di antara; di

satu pihak adalah tradisi seluruh Meringkas pendek tanpa bermaksud Biennale Jogja sebelum 2010 dan di menyederhanakan substansi, nuansa pihak lain adalah Biennale Ekuator esensi, kritik dan saran dari para 2011 dan 2013.pelontar pendapat dalam forum tersebut, saya menuai 3 (tiga) tema Menyikapi muara persoalan-persoalan payung yang menurunkan seluruh yang terangkum dalam klausul a, maka konten bentuk uneg-uneg dan kritik catatan penting bagi Yayasan Biennale yang dilontarkan pada forum Biennale Yogyakarta dan Direktur Biennale Jojga Bercermin siang sore hari itu. Ekuator Jogja, untuk lebih memeras

strategi yang lebih 'festif' dalam Ketiga tema pengayom persoalan- penyelenggaraan Biennale Jogja persoalan yang diungkap dan selanjutnya; menjadi ajang selebrasi dilontarkan dalam berbagai macam milik seluruh lapisan komunitas retorika khas dari tahun ke tahun, pada heterogen. Desakan ini menjadi prinsipnya bermuara dari: pekerjaan rumah yang mutlak

dilakukan dalam waktu sesingkat-a. Biennale Ekuator Jogja terlihat dan singkatnya. dinilai sebagai yang elitis.

Menyikapi persoalan simpang siurnya b. Minim dan terbatasnya sosialisasi konsep yang banyak bermuara dari gagasan gerakan budaya melalui klausul b dan c, malam hari ini saya

kegiatan dan program-program diingatkan kembali oleh celah kecil,

sosial edukasionalYayasan Biennale

24 25

Page 25: Newsletter x3 Biennale Jogja

namun penting. Dalam nuansa yang didirikan; bukan yang dibalik seperti sama, Butet Kertaradjasa pernah yang seharusnya dimulai menyampaikan hal ini. Transisi dari pewacanaannya bahwa; Yayasan format Biennale Seni Rupa dengan Biennale Yogyakarta didirikan untuk sejarah panjangnya (sepuluh kali memayungi seluruh proyeksi usaha-biennale yang berlangsung di usaha blue print kebudayaan kota. Yogyakarta), mau tidak mau memang

Produk terpadu dari Yayasan Biennale telah meninggalkan bekas mendalam, Yogyakarta adalah Biennale Ekuator hal-hal yang kemudian mengkristal dengan seluruh lingkaran kegiatannya, menjadi tradisi yang tidak disadari juga Simposium Khatulistiwa dengan semua di”tradisikan”, menciptakan rangkai turunannya, serta Akademi pengulangan-pengulangan dalam Kurator beserta semua kompleksitas 'comfort zone' lingkungan kecil pelaku cabangnya. Maka ketika Yayasan budaya, utamanya para perupa. Biennale Yogyakarta menjadi ujung

Dalam hemat perhitungan saya, selagi tombak pewacanaan, konsekuensi Biennale Jogja ini masih saja seluruh turunan program sosial mempertaruhkan ujung tombak edukasional yang harus mendapatkan wacana Biennale dalam format highlight setara, sebagaimana setara tumpeng-kendurian para seniman, dengan biennale senirupa itu sendiri. maka konflik-konflik antar kepentingan Dengan demikian saya berharap yang berkelindan di balik antrian munculnya tumpeng-tumpeng kenduri merebut tumpeng kenduri akan terus yang bisa diperebutkan oleh semua menerus berkepanjangan. lapisan dan golongan.

Diperlukan suatu gebrakan deseminasi Bagi saya pribadi, diskusi yang lebih informasi baru yang bertahap, terukur visioner, yang lebih tajam menggali sekaligus masif untuk mulai konsep-konsep ekuator memang mewacanakan seluruh inisiatif konsep seharusnya tetap menarik untuk terus strategis perencanaan kota berbasis menerus dibuka, dan disempurnakan! seni dan budaya melalui seluruh Taruhlah sebagai platform terbuka, produk kegiatan dan program yang mengalir dengan resiko-resiko diemban oleh Yayasan Biennale inclusive (tidak menerima atau Yogyakarta. Bukan diemban oleh menolak sama sekali upaya Biennale Ekuator Jogja! menghapuskan konsep ekuator), yang

harus kita sikapi sebagai upaya-upaya Logika umum yang masih bekerja pencanggihan strategi terus menerus.adalah bahwa, karena Biennale Jogja maka Yayasan Biennale Yogyakarta Celah untuk mengambil peluang baru

Forum padat yang telah dimoderatori Yogyakarta, yang notabene dengan sempurna sepanjang siang mengemban momongan lawasnya sore tanggal 11 Februari 2014 itu yaitu Biennale Seni Rupa itu sendiri, banyak sekali menampung, momongan barunya adalah mendengarkan dan menanggapi segala Simposium Ekuator, dan momongan macam uneg-uneg, komentar, yang masih dalam kandungan: pendapat dan gagasan yang terus Akademi Kurator.bergumam dan bergaung di seputar

c. Kebingungan dan kemudia berakibat penyelenggaraan Biennale Jogja, dua pada rasa kehilangan cara kali Biennale Equator (2011 dan 2013).menempatkan diri, bagi sebagian

Masih dalam kapasitas saya sebagai besar komunitas senirupa, dalam bagian dari bukan saja sekedar mengakses ramainya lalu lintas Biennale Jogja, namun lebih luas dari pertukaran produksi rasa, ekspresi, itu adalah Anggota Dewan Pembina dan pengetahuan yang melintas dari Yayasan Biennale Yogyakarta. dengan kecepatan tinggi di antara; di

satu pihak adalah tradisi seluruh Meringkas pendek tanpa bermaksud Biennale Jogja sebelum 2010 dan di menyederhanakan substansi, nuansa pihak lain adalah Biennale Ekuator esensi, kritik dan saran dari para 2011 dan 2013.pelontar pendapat dalam forum tersebut, saya menuai 3 (tiga) tema Menyikapi muara persoalan-persoalan payung yang menurunkan seluruh yang terangkum dalam klausul a, maka konten bentuk uneg-uneg dan kritik catatan penting bagi Yayasan Biennale yang dilontarkan pada forum Biennale Yogyakarta dan Direktur Biennale Jojga Bercermin siang sore hari itu. Ekuator Jogja, untuk lebih memeras

strategi yang lebih 'festif' dalam Ketiga tema pengayom persoalan- penyelenggaraan Biennale Jogja persoalan yang diungkap dan selanjutnya; menjadi ajang selebrasi dilontarkan dalam berbagai macam milik seluruh lapisan komunitas retorika khas dari tahun ke tahun, pada heterogen. Desakan ini menjadi prinsipnya bermuara dari: pekerjaan rumah yang mutlak

dilakukan dalam waktu sesingkat-a. Biennale Ekuator Jogja terlihat dan singkatnya. dinilai sebagai yang elitis.

Menyikapi persoalan simpang siurnya b. Minim dan terbatasnya sosialisasi konsep yang banyak bermuara dari gagasan gerakan budaya melalui klausul b dan c, malam hari ini saya

kegiatan dan program-program diingatkan kembali oleh celah kecil,

sosial edukasionalYayasan Biennale

24 25

Page 26: Newsletter x3 Biennale Jogja

Biennale Jogja XII resmi ditutup oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY pada 6 Januari 2014 di Gedung Sositet Militer, Taman Budaya Yogyakarta. Pada malam penutupan itu Djokopekik seniman senior penerima Penghargaan Lifetime Achievement Award Biennale Jogja XII melontarkan kritik dalam pidatonya,”Biennale Jogja tahun ini dan tahun sebelumnya (BJ seri Equator 1 dan 2) sepi dan kurang menonjolkan karakter Jogja dalam pelaksanaannya”. Kritik itu bisa dipastikan akan menjadi lecutan bagi panitia BJ XIII 2015 yang akan datang: Bagaimana mewujudkan even Biennale Jogja yang selain konsisten, berkelanjutan, tetapi juga berkarakter, dinamis, penuh daya imajinasi, dan menginspirasi. Bagaimana mewujudkan even yang terkenal dan dikagumi di luar negeri tetapi tetap menjadi even yang dicintai dan dibanggakan di wilayah sendiri.

BIENNALE JOGJA XIIIEQUATOR #3 - 2015

MELANCONG KE AFRIKA,MENYAPA NIGERIA

memperkenalkan gerakan-gerakan kebudayaan kota melalui produk-produk program kegiatan Yayasan Biennale Yogyakarta, pada hemat pencermatan saya hanyalah soal strategi manajemen. Sorotan-sorotan tajam pada Biennale Ekuator Jogja sekarang ini jelas tidak terhindarkan, karena penguatan yang terjadi masih berpusat pada tumpeng kenduri biennale sebagai biennale seni rupa saja; tumpeng-tumpeng kenduri lainnya, yang seharusnya terbentuk dalam berbagai macam pilihan format untuk diakses dan diperebutkan, yang segera harus diluncurkan oleh Yayasan Biennale Yogyakarta, terkesan selama ini hanya sebagai unsur pendukung biennale saja; nyata-nyata jelas belum menjadi tumpeng kenduri yang seksi untuk diperebutkan. Marilah kita bekerja secara lebih efisien dan efektif!

26 27

Kiri atas:Fasade Taman Budaya Yogyakarta, situs ini merupakan terminal dan ruang informasi rupa-rupa BJ XII

Kanan atas:Arham Rahman, koordinator kelompo Colliq Pujie, pemenang kompetisi Parallel Event BJ XII

Bawah:Festival Comic DGTMB, bagian dari Festival Equator BJ XII.

Page 27: Newsletter x3 Biennale Jogja

Biennale Jogja XII resmi ditutup oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY pada 6 Januari 2014 di Gedung Sositet Militer, Taman Budaya Yogyakarta. Pada malam penutupan itu Djokopekik seniman senior penerima Penghargaan Lifetime Achievement Award Biennale Jogja XII melontarkan kritik dalam pidatonya,”Biennale Jogja tahun ini dan tahun sebelumnya (BJ seri Equator 1 dan 2) sepi dan kurang menonjolkan karakter Jogja dalam pelaksanaannya”. Kritik itu bisa dipastikan akan menjadi lecutan bagi panitia BJ XIII 2015 yang akan datang: Bagaimana mewujudkan even Biennale Jogja yang selain konsisten, berkelanjutan, tetapi juga berkarakter, dinamis, penuh daya imajinasi, dan menginspirasi. Bagaimana mewujudkan even yang terkenal dan dikagumi di luar negeri tetapi tetap menjadi even yang dicintai dan dibanggakan di wilayah sendiri.

BIENNALE JOGJA XIIIEQUATOR #3 - 2015

MELANCONG KE AFRIKA,MENYAPA NIGERIA

memperkenalkan gerakan-gerakan kebudayaan kota melalui produk-produk program kegiatan Yayasan Biennale Yogyakarta, pada hemat pencermatan saya hanyalah soal strategi manajemen. Sorotan-sorotan tajam pada Biennale Ekuator Jogja sekarang ini jelas tidak terhindarkan, karena penguatan yang terjadi masih berpusat pada tumpeng kenduri biennale sebagai biennale seni rupa saja; tumpeng-tumpeng kenduri lainnya, yang seharusnya terbentuk dalam berbagai macam pilihan format untuk diakses dan diperebutkan, yang segera harus diluncurkan oleh Yayasan Biennale Yogyakarta, terkesan selama ini hanya sebagai unsur pendukung biennale saja; nyata-nyata jelas belum menjadi tumpeng kenduri yang seksi untuk diperebutkan. Marilah kita bekerja secara lebih efisien dan efektif!

26 27

Kiri atas:Fasade Taman Budaya Yogyakarta, situs ini merupakan terminal dan ruang informasi rupa-rupa BJ XII

Kanan atas:Arham Rahman, koordinator kelompo Colliq Pujie, pemenang kompetisi Parallel Event BJ XII

Bawah:Festival Comic DGTMB, bagian dari Festival Equator BJ XII.

Page 28: Newsletter x3 Biennale Jogja

MELANCONG KE AFRIKA:Perjalanan tahap ke 3 menyusur khatulistiwaBiennale Jogja menemui Nigeria.

MENGAPA NIGERIA?

Afrika adalah benua terbesar ke dua di planet Bumi. Kebudayaan dan tradisinya sangat dekat dengan alam, sehingga aspek-aspek kesenian yang berkembang di Afrika merupakan perwujudan dari rasa syukur, pujian-pujian kepada alam, dan perasaan takut kepada kekuatan alam. Secara umum, aspek-aspek kesenian tradisi di Indonesia khususnya Yogyakarta, juga didasari oleh rasa ingin menjaga kelestarian alam, sebagai wujud syukur kepada Yang Esa. Hubungan Indonesia dengan benua Afrika penuh dengan nostalgia sejarah yang romantis ketika negara-negara di Asia dan Afrika baru saja membebaskan diri dari penjajahan kolonialisme Barat. KAA di Bandung pada 24 April 1955, Indonesia memainkan peranan kunci sebagai salah satu penggagas dan sekaligus penyelenggara pertemuan akbar dan bersejarah tersebut. Sejarah perkembangan seni rupa modern Nigeria penuh dinamika dengan aktivisme seniman di tengah minimnya perhatian dari otoritas pemerintah. Situasi itu sangat mirip dengan Indonesia. Sehingga pertemuan antara seniman-seniman Indonesia dan Nigeria merupakan sebuah dialog aktivisme lokal dengan bahasa seni rupa universal.Pekerjaan-pekerjaan dalam menyiapkan BJXIII akan dilaksanakan sepanjang tahun 2014 ini yang meliputi:

1. Pemilihan Direktur Biennale Jogja XIII2. Pemilihan Direktur Artistik Biennale Jogja XIII3. Pemilihan Kurator 4. Riset ke Nigeria5. Dan lain-lain

Biennale Jogja XIII 2015 – Biennale perbincangan, pemikiran, dan Equator 3 pengkajian alternatif terhadap

dominasi pemikiran-pemikiran Indonesia bertemu dengan Nigeria dari Eropa dan Amerika;Meskipun BJXIII masih akan 4. Menjadikan Biennale Jogja berlangsung pada tahun 2015, tetapi sebagai salah satu lembaga persiapan-persiapan sebaiknya yang aktif dan memiliki dilakukan sejak hari ini. Selain visi dan reputasi kuat dalam misi Yayasan Biennale Yogyakarta, percaturan seni rupa berikut adalah landasan kerja dan internasional. landasan perancangan program bagi

B. Dalam setiap penyelenggaraannya Panitia yang akan datang:BJ akan bekerja dengan satu, atau

A. Sasaran Biennale Jogja seri Equator lebih, negara, atau kawasan, Sampai dengan tahun 2022, BJ seri sebagai 'rekanan', dengan Khatulistiwa menyasar tujuan- mengundang seniman-seniman tujuan strategis yang diharapkan dari negara-negara yang berada di berdampak pada identitas wilayah ini untuk bekerja sama, Yogyakarta di mata dunia, berkarya, berpameran, bertemu, peradaban baru Indonesia dan dan berdialog dengan seniman-perkembangan medan seni rupa seniman, kelompok-kelompok, kontemporer Indonesia secara organisasi-organisasi seni dan internal maupun eksternal, sebagai budaya Indonesia di Yogyakarta. berikut:

C. Perjumpaan melalui kegiatan seni 1. Menjadikan Yogyakarta rupa dalam BJ Khatulistiwa akan

sebagai pemrakarsa upaya- diselenggarakan dengan semangat upaya untuk merintis membangun jejaring yang pembentukan topografi berkelanjutan, sehingga dialog, kebudayaan global yang baru; kerjasama, dan kemitraan itu dapat

melahirkan kerjasama-kerjasama 2. Menjadikan Biennale Jogja baru yang lebih luas dan kontinyu, sebagai sarana bersama bagi di antara para praktisi di kawasan perbincangan, pemikiran, dan Khatulistiwa.pengkajian kebudayaan

melalui seni rupa kontemporer Dengan demikian BJ dapat di Indonesia; memberikan kontribusi pada

terbentuknya topografi medan seni 3. Menjadikan Biennale Jogja rupa global yang dirumuskan sebagai sarana secara baru. menyosialisasikan

28 29

Kiri:Artist talk, SaRang Building, 17 November 2013.

Kanan:Ceramah Enin Supriyanto, Pemimpin Proyek Simposium Khatulistiwa

Page 29: Newsletter x3 Biennale Jogja

MELANCONG KE AFRIKA:Perjalanan tahap ke 3 menyusur khatulistiwaBiennale Jogja menemui Nigeria.

MENGAPA NIGERIA?

Afrika adalah benua terbesar ke dua di planet Bumi. Kebudayaan dan tradisinya sangat dekat dengan alam, sehingga aspek-aspek kesenian yang berkembang di Afrika merupakan perwujudan dari rasa syukur, pujian-pujian kepada alam, dan perasaan takut kepada kekuatan alam. Secara umum, aspek-aspek kesenian tradisi di Indonesia khususnya Yogyakarta, juga didasari oleh rasa ingin menjaga kelestarian alam, sebagai wujud syukur kepada Yang Esa. Hubungan Indonesia dengan benua Afrika penuh dengan nostalgia sejarah yang romantis ketika negara-negara di Asia dan Afrika baru saja membebaskan diri dari penjajahan kolonialisme Barat. KAA di Bandung pada 24 April 1955, Indonesia memainkan peranan kunci sebagai salah satu penggagas dan sekaligus penyelenggara pertemuan akbar dan bersejarah tersebut. Sejarah perkembangan seni rupa modern Nigeria penuh dinamika dengan aktivisme seniman di tengah minimnya perhatian dari otoritas pemerintah. Situasi itu sangat mirip dengan Indonesia. Sehingga pertemuan antara seniman-seniman Indonesia dan Nigeria merupakan sebuah dialog aktivisme lokal dengan bahasa seni rupa universal.Pekerjaan-pekerjaan dalam menyiapkan BJXIII akan dilaksanakan sepanjang tahun 2014 ini yang meliputi:

1. Pemilihan Direktur Biennale Jogja XIII2. Pemilihan Direktur Artistik Biennale Jogja XIII3. Pemilihan Kurator 4. Riset ke Nigeria5. Dan lain-lain

Biennale Jogja XIII 2015 – Biennale perbincangan, pemikiran, dan Equator 3 pengkajian alternatif terhadap

dominasi pemikiran-pemikiran Indonesia bertemu dengan Nigeria dari Eropa dan Amerika;Meskipun BJXIII masih akan 4. Menjadikan Biennale Jogja berlangsung pada tahun 2015, tetapi sebagai salah satu lembaga persiapan-persiapan sebaiknya yang aktif dan memiliki dilakukan sejak hari ini. Selain visi dan reputasi kuat dalam misi Yayasan Biennale Yogyakarta, percaturan seni rupa berikut adalah landasan kerja dan internasional. landasan perancangan program bagi

B. Dalam setiap penyelenggaraannya Panitia yang akan datang:BJ akan bekerja dengan satu, atau

A. Sasaran Biennale Jogja seri Equator lebih, negara, atau kawasan, Sampai dengan tahun 2022, BJ seri sebagai 'rekanan', dengan Khatulistiwa menyasar tujuan- mengundang seniman-seniman tujuan strategis yang diharapkan dari negara-negara yang berada di berdampak pada identitas wilayah ini untuk bekerja sama, Yogyakarta di mata dunia, berkarya, berpameran, bertemu, peradaban baru Indonesia dan dan berdialog dengan seniman-perkembangan medan seni rupa seniman, kelompok-kelompok, kontemporer Indonesia secara organisasi-organisasi seni dan internal maupun eksternal, sebagai budaya Indonesia di Yogyakarta. berikut:

C. Perjumpaan melalui kegiatan seni 1. Menjadikan Yogyakarta rupa dalam BJ Khatulistiwa akan

sebagai pemrakarsa upaya- diselenggarakan dengan semangat upaya untuk merintis membangun jejaring yang pembentukan topografi berkelanjutan, sehingga dialog, kebudayaan global yang baru; kerjasama, dan kemitraan itu dapat

melahirkan kerjasama-kerjasama 2. Menjadikan Biennale Jogja baru yang lebih luas dan kontinyu, sebagai sarana bersama bagi di antara para praktisi di kawasan perbincangan, pemikiran, dan Khatulistiwa.pengkajian kebudayaan

melalui seni rupa kontemporer Dengan demikian BJ dapat di Indonesia; memberikan kontribusi pada

terbentuknya topografi medan seni 3. Menjadikan Biennale Jogja rupa global yang dirumuskan sebagai sarana secara baru. menyosialisasikan

28 29

Kiri:Artist talk, SaRang Building, 17 November 2013.

Kanan:Ceramah Enin Supriyanto, Pemimpin Proyek Simposium Khatulistiwa

Page 30: Newsletter x3 Biennale Jogja

Setelah even Biennale Jogja mengapa antara para praktisi di kawasan Simposium Khatulistiwa ? ekuator, sehingga BJ dapat

memberikan kontribusi pada terbentuknya topografi medan seni Biennale Jogja (BJ) merupakan rupa global yang dirumuskan secara perhelatan besar seni rupa yang rutin baru.diselenggarakan setiap dua tahun

sekali oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) dengan didukung Sejak 2011 yang lalu, telah dihelat 2 Pemerintah Daerah Istimewa seri Biennale Equator, yaitu BJ XI 2011 Yogyakarta. - Equator#1 Indonesia bertemu India

dan BJ XII 2013 Equator#2 mempertemukan Indonesia dengan 5 Pada tahun 2011, YBY meluncurkan negara di kawasan Arab. Pada proyek strategis berjangka panjang perhelatan BJ XIII 2015 – Equator#3 yaitu Biennale Jogja seri Khatulistiwa yang akan datang, YBY akan atau Biennale Equator. Seperti mempertemukan Indonesia dengan ditunjukkan pada namanya, Biennale salah satu Negara di Benua Afrika yaitu Equator adalah Biennale yang bekerja Nigeria. di kawasan Katulistiwa. BJ seri Equator

ini akan membawa Indonesia, khususnya Yogyakarta, mengelilingi Pola kerja Biennale Equator yang planet Bumi selama 10 tahun. memilih bekerja dengan sedikit Negara

dan akan selalu bermitra dengan Negara-negara baru pada lintasan BJ seri Equator merupakan serangkaian khatulistiwa, mempunyai kekurangan pameran dan aktivitas lain yang akan sebagai berikut:berlangsung sampai dengan tahun

2022. Dalam setiap penyelenggaraannya, Biennale Equator 1. Kehilangan kesempatan untuk akan bekerja sama dengan satu negara berdialog dengan pemikiran-atau kawasan di sekitar Katulistiwa. pemikiran jenius dari individu-

individu lain di luar negara mitra Biennale Jogja.Perjumpaan melalui kegiatan seni

2. Biennale Jogja akan mengurangi rupa dalam BJ Ekuator akan kesempatan mengembangkan diselenggarakan dengan semangat pemikiran bersama yang sudah membangun jejaring yang terjadi dan terjalin pada berkelanjutan, sehingga dialog, pertemuan sebelumnya.kerjasama, dan kemitraan dapat

melahirkan kerjasama-kerjasama baru Untuk mengantisipasi kekurangan yang lebih luas dan berkelanjutan, di

Program-program Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) adalah: 1. Biennale Jogja2. Simposium Khatulistiwa3. Akademi Kurator (masih dalam tahap pengukuran dan penilaian)

Setelah sukses melaksanakan Biennale Jogja XI seri Equator 1 yang mempertemukan Indonesia dan India pada tahun 2011, YBY meluncurkan program ke 2 nya yaitu Simposium Khatulistiwa pada 19 November 2013 di Universitas Kristen Duta Wacana, Jl. Dr. Wahidin, Yogyakarta. Peluncuran Simposium Khatulistiwa dilaksanakan ketika even Biennale Jogja XII seri Equator 2 berlangsung dengan tujuan memanfaatkan kehadiran publik nasional dan internasional di Yogyakarta sebagai bagian dari promosi.

Apa latar belakang diadakannya program ini, simak keterangannya berikut ini.

Simposium Internasional Kebudayaan se Khatulistiwa selanjutnya akan dikenal sebagai Simposium Khatulistiwa adalah sebuah forum internasional yang dirancang sebagai arena pertemuan ahli, pemikir, praktisi, peneliti di bidang seni rupa dan kebudayaan. Ini adalah acara untuk berbagi informasi dan pengetahuan, bertukar pikiran dan pendapat sebagai upaya membangun pemahaman kritis atas berbagai praktik seni rupa kontemporer dalam kaitannya dengan dinamika sosial, budaya, dan politik di kawasan ekuator.

SIMPOSIUMKHATULISTIWAYAYASAN BIENNALEYOGYAKARTA

30 31

Page 31: Newsletter x3 Biennale Jogja

Setelah even Biennale Jogja mengapa antara para praktisi di kawasan Simposium Khatulistiwa ? ekuator, sehingga BJ dapat

memberikan kontribusi pada terbentuknya topografi medan seni Biennale Jogja (BJ) merupakan rupa global yang dirumuskan secara perhelatan besar seni rupa yang rutin baru.diselenggarakan setiap dua tahun

sekali oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) dengan didukung Sejak 2011 yang lalu, telah dihelat 2 Pemerintah Daerah Istimewa seri Biennale Equator, yaitu BJ XI 2011 Yogyakarta. - Equator#1 Indonesia bertemu India

dan BJ XII 2013 Equator#2 mempertemukan Indonesia dengan 5 Pada tahun 2011, YBY meluncurkan negara di kawasan Arab. Pada proyek strategis berjangka panjang perhelatan BJ XIII 2015 – Equator#3 yaitu Biennale Jogja seri Khatulistiwa yang akan datang, YBY akan atau Biennale Equator. Seperti mempertemukan Indonesia dengan ditunjukkan pada namanya, Biennale salah satu Negara di Benua Afrika yaitu Equator adalah Biennale yang bekerja Nigeria. di kawasan Katulistiwa. BJ seri Equator

ini akan membawa Indonesia, khususnya Yogyakarta, mengelilingi Pola kerja Biennale Equator yang planet Bumi selama 10 tahun. memilih bekerja dengan sedikit Negara

dan akan selalu bermitra dengan Negara-negara baru pada lintasan BJ seri Equator merupakan serangkaian khatulistiwa, mempunyai kekurangan pameran dan aktivitas lain yang akan sebagai berikut:berlangsung sampai dengan tahun

2022. Dalam setiap penyelenggaraannya, Biennale Equator 1. Kehilangan kesempatan untuk akan bekerja sama dengan satu negara berdialog dengan pemikiran-atau kawasan di sekitar Katulistiwa. pemikiran jenius dari individu-

individu lain di luar negara mitra Biennale Jogja.Perjumpaan melalui kegiatan seni

2. Biennale Jogja akan mengurangi rupa dalam BJ Ekuator akan kesempatan mengembangkan diselenggarakan dengan semangat pemikiran bersama yang sudah membangun jejaring yang terjadi dan terjalin pada berkelanjutan, sehingga dialog, pertemuan sebelumnya.kerjasama, dan kemitraan dapat

melahirkan kerjasama-kerjasama baru Untuk mengantisipasi kekurangan yang lebih luas dan berkelanjutan, di

Program-program Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) adalah: 1. Biennale Jogja2. Simposium Khatulistiwa3. Akademi Kurator (masih dalam tahap pengukuran dan penilaian)

Setelah sukses melaksanakan Biennale Jogja XI seri Equator 1 yang mempertemukan Indonesia dan India pada tahun 2011, YBY meluncurkan program ke 2 nya yaitu Simposium Khatulistiwa pada 19 November 2013 di Universitas Kristen Duta Wacana, Jl. Dr. Wahidin, Yogyakarta. Peluncuran Simposium Khatulistiwa dilaksanakan ketika even Biennale Jogja XII seri Equator 2 berlangsung dengan tujuan memanfaatkan kehadiran publik nasional dan internasional di Yogyakarta sebagai bagian dari promosi.

Apa latar belakang diadakannya program ini, simak keterangannya berikut ini.

Simposium Internasional Kebudayaan se Khatulistiwa selanjutnya akan dikenal sebagai Simposium Khatulistiwa adalah sebuah forum internasional yang dirancang sebagai arena pertemuan ahli, pemikir, praktisi, peneliti di bidang seni rupa dan kebudayaan. Ini adalah acara untuk berbagi informasi dan pengetahuan, bertukar pikiran dan pendapat sebagai upaya membangun pemahaman kritis atas berbagai praktik seni rupa kontemporer dalam kaitannya dengan dinamika sosial, budaya, dan politik di kawasan ekuator.

SIMPOSIUMKHATULISTIWAYAYASAN BIENNALEYOGYAKARTA

30 31

Page 32: Newsletter x3 Biennale Jogja

bisa berubah, bisa melakukan perubahan. Simposium Khatulistiwa menyandarkan semangat penyelenggaraannya pada pidato presiden pertama RI, Sukarno, untuk pembukaan Konferensi Asia-Afrika, 18 April 1955. “Apa yang dapat kita lakukan? Kita bisa melakukan banyak hal! Kita bisa menyuntikkan berbagai alasan ke urusan-urusan dunia. Kita bisa menggerakan segala kekuatan spiritual, moral, dan politis Asia dan Afrika untuk kedamaian!”

4. Simposium Khatulistiwa ingin menjadi penghubung antara sebanyak mungkin jenius lokal dari seluruh Khatulistiwa. Hal-hal kecil yang terjadi di sana-sini yang menjadi pemicu untuk beragam perubahan perlu dikumpulkan dan disuarakan keberadaannya untuk terus menyegarkan pikiran kita dan terus menginspirasi kita. Kecerdikan mereka menghadapi kerumitan masing-masing negara di sepanjang ekuator adalah apa yang menjadi ketertarikan Simposium Khatulistiwa.

Simposium Khatulistiwa yang pertama akan dilaksanakan pada November 2014 akan dilaksanakan bersama antara Yayasan Biennale Yogyakarta dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami percaya bahwa bersama kita bisa memberi dunia alasan untuk berubah! Melalui Simposium Khatulistiwa, YBY memosisikan diri sebagai agen penghubung dan juga titik penyebaran untuk ide-ide terkini, perkembangan, dan pertumbuhan dari seluruh negara-negara di wilayah khatulistwa. Apapun yang berhubungan dengan pembuatan wacana di seputar khatulistiwa terbuka untuk dinegosiasikan.

tersebut, Yayasan Biennale Yogyakarta menyiapkan Simposium Khatulistiwa yang akan dimulai pada tahun 2014, berkelanjutan dilaksanakan dalam waktu berselang antara even Biennale Jogja sampai dengan tahun 2022.

Maksud dan Tujuan:

1. Memberi jawaban atas kekurangan Pola Kerja Biennale Jogja seri Khatulistiwa yang tersebut di atas. Simposium Khatulistiwa sekaligus menguatkan gagasan-gagasan pemikiran-pemikiran yang muncul dalam even Biennale Jogja. Sehingga Simposium Khatulistiwa dan Biennale Jogja merupakan dua komponen program yang tidak bisa dikurangi nilainya atau diperbandingkan.

2. Keterbatasan yang dimiliki oleh even Biennale Jogja dalam merangkum pemikiran-pemikiran terbaru dari pemikir di kawasan ini diupayakan menjadi lebih sempurna dan lengkap dengan diadakannya simposium. Keduanya, antara BJ dan simposium adalah program penting yang saling mendukung dan menyempurnakan satu sama lain.

3. Seringkali kami menyederhanakan apa yang berlangsung di Indonesia pascareformasi sebagai “defisit perubahan” (meminjam istilah dari Dr. ST Sunardi). Untuk itu, kami merasa perlu menginspirasi diri kami sendiri, orang-orang di sekitar kami, dan juga masyarakat Indonesia secara umum bahwa kita

33

Yustina Neni menyampaikan pidato Peluncuran Simposium Khatulistiwa, 19 November 2013 di Universitas Kristen Duta Wacana

Ono W. Purbo, menerangkan “wajan ajaib” penguat sinyal pada peluncuran Simposium Khatulistiwa di Universitas Duta Wacana, 19 November 2013

Page 33: Newsletter x3 Biennale Jogja

bisa berubah, bisa melakukan perubahan. Simposium Khatulistiwa menyandarkan semangat penyelenggaraannya pada pidato presiden pertama RI, Sukarno, untuk pembukaan Konferensi Asia-Afrika, 18 April 1955. “Apa yang dapat kita lakukan? Kita bisa melakukan banyak hal! Kita bisa menyuntikkan berbagai alasan ke urusan-urusan dunia. Kita bisa menggerakan segala kekuatan spiritual, moral, dan politis Asia dan Afrika untuk kedamaian!”

4. Simposium Khatulistiwa ingin menjadi penghubung antara sebanyak mungkin jenius lokal dari seluruh Khatulistiwa. Hal-hal kecil yang terjadi di sana-sini yang menjadi pemicu untuk beragam perubahan perlu dikumpulkan dan disuarakan keberadaannya untuk terus menyegarkan pikiran kita dan terus menginspirasi kita. Kecerdikan mereka menghadapi kerumitan masing-masing negara di sepanjang ekuator adalah apa yang menjadi ketertarikan Simposium Khatulistiwa.

Simposium Khatulistiwa yang pertama akan dilaksanakan pada November 2014 akan dilaksanakan bersama antara Yayasan Biennale Yogyakarta dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kami percaya bahwa bersama kita bisa memberi dunia alasan untuk berubah! Melalui Simposium Khatulistiwa, YBY memosisikan diri sebagai agen penghubung dan juga titik penyebaran untuk ide-ide terkini, perkembangan, dan pertumbuhan dari seluruh negara-negara di wilayah khatulistwa. Apapun yang berhubungan dengan pembuatan wacana di seputar khatulistiwa terbuka untuk dinegosiasikan.

tersebut, Yayasan Biennale Yogyakarta menyiapkan Simposium Khatulistiwa yang akan dimulai pada tahun 2014, berkelanjutan dilaksanakan dalam waktu berselang antara even Biennale Jogja sampai dengan tahun 2022.

Maksud dan Tujuan:

1. Memberi jawaban atas kekurangan Pola Kerja Biennale Jogja seri Khatulistiwa yang tersebut di atas. Simposium Khatulistiwa sekaligus menguatkan gagasan-gagasan pemikiran-pemikiran yang muncul dalam even Biennale Jogja. Sehingga Simposium Khatulistiwa dan Biennale Jogja merupakan dua komponen program yang tidak bisa dikurangi nilainya atau diperbandingkan.

2. Keterbatasan yang dimiliki oleh even Biennale Jogja dalam merangkum pemikiran-pemikiran terbaru dari pemikir di kawasan ini diupayakan menjadi lebih sempurna dan lengkap dengan diadakannya simposium. Keduanya, antara BJ dan simposium adalah program penting yang saling mendukung dan menyempurnakan satu sama lain.

3. Seringkali kami menyederhanakan apa yang berlangsung di Indonesia pascareformasi sebagai “defisit perubahan” (meminjam istilah dari Dr. ST Sunardi). Untuk itu, kami merasa perlu menginspirasi diri kami sendiri, orang-orang di sekitar kami, dan juga masyarakat Indonesia secara umum bahwa kita

33

Yustina Neni menyampaikan pidato Peluncuran Simposium Khatulistiwa, 19 November 2013 di Universitas Kristen Duta Wacana

Ono W. Purbo, menerangkan “wajan ajaib” penguat sinyal pada peluncuran Simposium Khatulistiwa di Universitas Duta Wacana, 19 November 2013

Page 34: Newsletter x3 Biennale Jogja

yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan blue print kultural kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis.

3. Mengadvokasi instrumen legal aktivitas seni rupa agar kompatibel dengan industri kreatif yang sangat dinamis.

4. Mengidentifikasi dan menfasilitasi jejaring stake holder seni rupa guna penguatan kualitas pencapai estetika dan aktivitas bisnis.

5. Melakukan pemberdayaan SDM dan pemantapan insfrastruktur seni rupa agar kompatibel dengan kebutuhan global.

6. Membangun sistem informasi yang terpadu mengenai seluruh agenda seni rupa di Yogyakarta.

7. Menyelenggarakan peristiwa-peristiwa seni rupa yang berujung pada penyerapan dan peningkatan angka kunjungan turis domestik maupun manca negara di Yogyakarta.

Program-program Yayasan Biennale Yogyakarta adalah:

1. Biennale Jogja 2. Simposium Khatulistiwa 3. Akademi Kurator

Pekerja harian Yayasan Biennale Yogyakarta:

Ketua : Yustina NeniSekretaris: WulansariBendahara: Aniek RusmawatiAdministrator: Verry HandayaniDevisi riset: Fuji Riang Prastowo

Latar belakang pendirian dunia. Badan khusus itu adalah Yayasan Biennale Yogyakarta berdiri

Biennale Jogja adalah even senirupa pada Agustus 2010, saat ini berkala dua tahunan di Yogyakarta berkedudukan di Taman Budaya yang telah berlangsung secara Yogyakarta.konsisten sejak tahun 1988. BJ telah

Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) menempati posisi sangat penting adalah lembaga sosial dengan visi (bahkan dijadikan acuan utama) untuk

mengukur kemajuan seni rupa ”terwujudnya penguatan kualitas Indonesia. BJ tidak bisa lagi hanya infrastruktur seni rupa sebagai bagian dikelola oleh Panitia Ad Hoc yang pembangunan Yogyakarta untuk dibentuk setiap BJ akan berlangsung. menjadikan pusat pendidikan, budaya,

dan daerah tujuan wisata terkemuka”. Dengan berbagai potensi seni rupa Yogyakarta yang sangat besar, maka Misi yang menjadi pijakan langkah perlu dibentuk badan khusus untuk kegiatan (YBY) adalah:menangani Biennale Jogja. Badan khusus ini akan dapat lebih fokus 1. Menyelenggarakan pendidikan dan sehingga dapat menjadikan BJ sebagai apresiasi di bidang seni dan budaya.

2. Menginisiasi dan memfasilitasi even dua tahunan yang akan menjadi berbagai upaya mendapatkan muara seluruh agenda seni rupa

Indonesia, Asia Tenggara, Asia, bahkan konsep strategis perencanaan kota

TENTANGYAYASANBIENNALEYOGYAKARTA

34 35

Artist talk

Atas:Langgeng Art

Fondation, 17 November 2013

Tengah dan bawah:

Taman Budaya Yogyakarta, 18

November 2013

Page 35: Newsletter x3 Biennale Jogja

yang berbasis seni-budaya, penyempurnaan blue print kultural kota masa depan sebagai ruang hidup bersama yang adil dan demokratis.

3. Mengadvokasi instrumen legal aktivitas seni rupa agar kompatibel dengan industri kreatif yang sangat dinamis.

4. Mengidentifikasi dan menfasilitasi jejaring stake holder seni rupa guna penguatan kualitas pencapai estetika dan aktivitas bisnis.

5. Melakukan pemberdayaan SDM dan pemantapan insfrastruktur seni rupa agar kompatibel dengan kebutuhan global.

6. Membangun sistem informasi yang terpadu mengenai seluruh agenda seni rupa di Yogyakarta.

7. Menyelenggarakan peristiwa-peristiwa seni rupa yang berujung pada penyerapan dan peningkatan angka kunjungan turis domestik maupun manca negara di Yogyakarta.

Program-program Yayasan Biennale Yogyakarta adalah:

1. Biennale Jogja 2. Simposium Khatulistiwa 3. Akademi Kurator

Pekerja harian Yayasan Biennale Yogyakarta:

Ketua : Yustina NeniSekretaris: WulansariBendahara: Aniek RusmawatiAdministrator: Verry HandayaniDevisi riset: Fuji Riang Prastowo

Latar belakang pendirian dunia. Badan khusus itu adalah Yayasan Biennale Yogyakarta berdiri

Biennale Jogja adalah even senirupa pada Agustus 2010, saat ini berkala dua tahunan di Yogyakarta berkedudukan di Taman Budaya yang telah berlangsung secara Yogyakarta.konsisten sejak tahun 1988. BJ telah

Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) menempati posisi sangat penting adalah lembaga sosial dengan visi (bahkan dijadikan acuan utama) untuk

mengukur kemajuan seni rupa ”terwujudnya penguatan kualitas Indonesia. BJ tidak bisa lagi hanya infrastruktur seni rupa sebagai bagian dikelola oleh Panitia Ad Hoc yang pembangunan Yogyakarta untuk dibentuk setiap BJ akan berlangsung. menjadikan pusat pendidikan, budaya,

dan daerah tujuan wisata terkemuka”. Dengan berbagai potensi seni rupa Yogyakarta yang sangat besar, maka Misi yang menjadi pijakan langkah perlu dibentuk badan khusus untuk kegiatan (YBY) adalah:menangani Biennale Jogja. Badan khusus ini akan dapat lebih fokus 1. Menyelenggarakan pendidikan dan sehingga dapat menjadikan BJ sebagai apresiasi di bidang seni dan budaya.

2. Menginisiasi dan memfasilitasi even dua tahunan yang akan menjadi berbagai upaya mendapatkan muara seluruh agenda seni rupa

Indonesia, Asia Tenggara, Asia, bahkan konsep strategis perencanaan kota

TENTANGYAYASANBIENNALEYOGYAKARTA

34 35

Artist talk

Atas:Langgeng Art

Fondation, 17 November 2013

Tengah dan bawah:

Taman Budaya Yogyakarta, 18

November 2013

Page 36: Newsletter x3 Biennale Jogja