new
DESCRIPTION
lukaTRANSCRIPT
Trauma Arus Listrik
Diajukan untuk memenuhi tugas ilmu kedokteran forensik
Pembimbing:
dr.Dessy. H Sp.F
Oleh:
Ega Fanincilya
Fikriah Rahmi
Ria Rahma Yunita
Rika Budiarti
Rina Nurapriyanti
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR BAGIAN FORENSIK
RSUD DJOELHAM BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURABB,RIAU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA, MEDAN
2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada saat ini, listrik merupakan sarana yang sangat berguna untuk membantu
kehidupan manusia, baik dalam kebutuhan keluarga sampai kebutuhan industri kecil
sampai besar. Walaupun penggunaan listrik dalam kehidupan manusia sedemikian
luasnnya yang di rasakan berjuta manfaatnya. Namun demikian bahaya penggunaan listrik
ini juga besar bahayanya dan dapat menyebabkan luka sampai kematian. Kematian oleh
karena listrik dapat disebabkan karena kecelakaan,jarang untuk pembunuhan dan bunuh
diri.
Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika. Trauma listrik terjadi
saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau disebabkan oleh
terkenanya pada saat berada dekat dengan sumber listrik. Rangkaian listrik dalam hal ini
adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan
cara-cara tertentu. Elemen atau komponen memiliki dua buah terminal atau kutub pada
kedua ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik pada Rangkaian Listrik dapat
dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen aktif adalah
elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber tegangan dan sumber arus.
Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat
dikelompokkan menjadi elemen yang hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya
terdapat pada komponen resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau
hambatan dengan simbol R.
2
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir
ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya
fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak
langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh
manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan
tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi
kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak.
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya disebabkan oleh
kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC) daripada searah (DC).
Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik disebabkan oleh dua mekanisme yaitu
terjadinya pemanasan dan aliran listrik itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan akan
menyebabkan nekrosis koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan menyebabkan
kerusakan membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf pembuluh darah
dan otot.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik, yang merupakan
jenis trauma yang disebabkan oleh adanya persentuhan dengan benda yang memiliki
arus listrik, sehingga dapat menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi
listrik menjadi energi panas.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial rendah.
Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan arah dengan
elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
a. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam industri
elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan pelapisan/penyepuhan logam.
Juga digunakan pada telepon (30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500
volt). Sumber misalnya baterai dan accu.
b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya daripada arus DC,
tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif terhadap arus AC.
4
b. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan 50 dan 60 hertz,
yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-40.000 volt tidak begitu
berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi. Tubuh sangat tidak peka terhadap
frekuensi yang sangat tinggi atau sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz
atau lebih dari 1.000 hertz.
c. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan intensitas
listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah konduktor (penghantar) yang memiliki
tahanan sebesar 1 ohm.
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays therapy dan
diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan 20 ribu - 40 ribu volt.
Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah 6 ampere. LET GO CURRENT =
kuat arus dari aliran listrik dimana korban masih bisa melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik (I) sama
dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan (R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
1. banyaknya arus
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan
5
V
I = ---
R
Hal ini sesuai dengan rumus :
Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)
2. Etiologi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang
menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat
berada dekat dengan sumber listrik.
Secara umum, terdapat 2 jenis tenaga listrik:
a. Tenaga listrik alam, seperti petir dan kilat.
b. Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti baterai dan accu,
dan arus listrik bolak-balik (AC) seperti listrik PLN pada rumah maupun
pabrik.
3. Patofisiologi
Elektron mengalir secara abnormal melalui tubuh menghasilkan cedera dengan atau
kematian melalui depolarisasi otot dan saraf, inisiasi abnormal irama elektrik pada
jantung dan otak, atau menghasilkan luka bakar elektrik internal maupun eksternal
melalui panas dan pembentukan pori di membran sel.
6
W = I2 R t
Arus yang melalui otak, baik voltase rendah maupun tinggi mengakibatkan
penurunan kesadaran segera karena depolarisasi saraf otak. Arus AC dapat
menghasilkan fibrilasi ventrikel jika jalurnya melalui dada. Aliran listrik yang lama
membuat kerusakan iskemik otak terutama yang diikuti gangguan nafas. Seluruh aliran
dapat mengakibatkan mionekrosis, mioglobinemia, dan mioglobinuria dan berbagai
komplikasi. Selain itu dapat juga mengakibatkan luka bakar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek listrik terhadap tubuh:
a. Jenis / macam aliran listrik
Arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Banyak kematian akibat sengatan
arus listrik AC dengan tegangan 220 volt. Suatu arus AC dengan intensitas 70-80
mA dapat menimbulkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA
masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.
b. Tegangan / voltage
Hanya penting untuk sifat-sifat fisik saja, sedangkan pada implikasi biologis
kurang berarti. Tegangan yang paling rendah yang sudah dapat menimbulkan
kematian manusia adalah 50 volt. Makin tinggi tegangan akan menghasilkan efek
yang lebih berat pada manusia baik efek lokal maupun general. +60% kematian
akibat listrik arus listrik dengan tegangan 115 volt. Kematian akibat aliran listrik
tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sementara itu
pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma elektrotermis.
c. Tahanan / resistance
7
Tahanan tubuh bervariasi pada masing-masing jaringan, ditentukan perbedaan
kandungan air pada jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit
tubuh, akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah dan cairan
tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm.
Di dalam lapisan kulit itu sendiri bervariasi derajat resistensinya, hal ini
bergantung pada ketebalan kulit dan jumlah relatif dari folikel rambut, kelenjar
keringat dan lemak. Kulit yang berkeringat lebih jelek daripada kulit yang kering.
Menurut hitungan Cardieu, bahwa berkeringat dapat menurunkan tahanan sebesar
3000-2500 ohm. Pada kulit yang lembab karena air atau saline, maka tahanannya
turun lebih rendah lagi antara 1200-1500 ohm. Tahanan tubuh terhadap aliran
listrik juga akan menurun pada keadaan demam atau adanya pengaruh obat-obatan
yang mengakibatkan produksi keringat meningkat.
Pertimbangkan tentang ”transitional resistance”, yaitu suatu tahanan yang
menyertai akibat adanya bahan-bahan yang berada di antara konduktor dengan
tubuh atau antara tubuh dengan bumi, misalnya baju, sarung tangan karet, sepatu
karet, dan lain-lain.
d. Kuat arus / intensitas /amperage
Adalah kekuatan arus (intensitas arus) yang dapat mendeposit berat tertentu
perak dari larutan perak nitrat perdetik. Satuannya : ampere. Arus yang di atas 60
mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel.
Berikut ini disajikan sebuah tabel mengenai efek aliran listrik terhadap tubuh :
Ma Efek
8
1,0 Sensasi, ambang arus
1,5 Rasa yang jelas, persepsi arus
2,0 Tangan mati rasa
4,0 Parestesia lengan bawah
15,0 Kontraksi otot-otot fleksor mencegah terlepas dari aliran
listrik
40,0 Kehilangan kesadaran
75-100 Fibrilasi ventrikel
Dikatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang, pada
40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan kematian akan terjadi pada
kuat arus 100 mA atau lebih.
Koeppen menggolongkan akinbat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok;
Kuat arus < 25 mA AC (DC :25 – 80 mA ) dgn transitional resistance
yang tinggi, tidak memberikan efek yang membahayakan.
Kuat arus 25 – 80 mA AC (DC 80 – 300 mA) dengan transitional
resistance lebih rendah dari kelompok I, dpt menimbulkan hilangnya
kesadaran, arrythmia dan spasme pernapasan.
Kuat arus 80 – 100 mA arus AC ( untuk arus DC 300 mA – 3 A)
transitional resistance lebih rendah dari kelompok II. Bila waktu kontak
antara 0,1- 0,3 detik, efek biologisnya sama dengan kelompok II. Bila
lebih 0,3 detik maka dapat terjadi fibrilasi ventrikel yang irreversibel
Kuat arus lebih besar dari 3 A dapat menimbulkan Cardiac arrest.
e. Adanya hubungan dengan bumi / earthing
9
Sehubungan dengan faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah
yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri
dengan mengggunakan alas sepatu yang kering, karena pada keadaan pertama
tahanannya rendah.
f. Lamanya waktu kontak dengan konduktor
Makin lama korban kontak dengan konduktor maka makin banyak jumlah
arus yang melalui tubuh sehingga kerusakan tubuh akan bertambah besar & luas.
Dengan tegangan yang rendah akan terjadi spasme otot-otot sehingga korban malah
menggenggam konduktor. Akibatnya arus listrik akan mengalir lebih lama
sehingga korban jatuh dalam keadaan syok yang mematikan Sedangkan pada
tegangan tinggi, korban segera terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber
listrik yang tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi tersebut
dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran
listrik tersebut.
g. Aliran arus listrik (path of current)
Adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk
sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry) & letak
titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari ringan
sampai berat. Arus listrik masuk dari sebelah kiri bagiah tubuh lebih berbahaya
daripada jika masuk dari sebelah kanan. Bahaya terbesar bisa timbul jika jantung
atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap sebagai kutub
negatif. Orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya kalau terkena aliran listrik, alas
kaki dapat berfungsi sebagai isolator, terutama yang terbuat dari karet.
4. Sebab Kematian
10
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik disertai trauma
mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan korban jatuh dari ketinggian,
dalam hal ini sukar untuk mencari sebab kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961) memperkirakan
pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA dalam waktu 5 detik dari
lengan ke tungkai akan menyebabkan fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah
jika arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang
berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui tangan yang satu
dan keluar melalui tangan yang lain maka 60% yang meninggal dunia.
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban meninggal karena
asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot karena jantung masih tetap
berdenyut sampai timbul kematian. Terjadi bila arus listrik yang memasuki
tubuh korban di atas nilai ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas
bawah yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut Koeppen, spasme
otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan ventrikel fibrilasi
terjadi pada arus 75-100 mA.
c. Paralisis pusat nafas
jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan juga oleh
trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi koagulasi dan akibat efek
11
hipertermias. Bila aliran listrik diputus, paralisis pusat pernafasan tetap ada,
jantung pun masih berdenyut, oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan
korban masih dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan
jalur arus listrik.
5. Pemeriksaan Korban
a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang membuatnya kena
listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut. Yang perlu dilakukan pertama kali
adalah mematikan arus listrik atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering.
Lalu kemudian korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia.
Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam keadaan mati suri
dan perlu diberi pertolongan segera yaitu pernafasan buatan dan pijat jantung dan
kalau perlu segera dibawa ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan
dengan baik dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk korban akibat
listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban menunjukkan tanda-tanda
hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
b. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah kelainan pada
kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari adalah tanda-tanda listrik
atau current mark/electric mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Tanda-
tanda listrik tersebut antara lain :
12
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana
listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval
dengan bagian yang datar dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang
menimbul. Bagian tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark
akan menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda
yang berarus lisrtrik yang mengenai tubuh.
Gambar electric mark
2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh
dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian
bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi
hitam hangus terbakar.
13
Gambar Joule burn
3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena benda yang
berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang sudah mengandung
panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt. Tubuh korban hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai
patahnya tulang-tulang.
Gambar exogenous burn
14
b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada
otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan terutama paling banyak adalah
pada daerah ventrikel III dan IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila
dilalui aliran listrik . Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada
korban yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer menemukan pada
puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan pneumothorak, hal
ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran listrik yang melalui paru kanan.
Organ viscera menunjukkan kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan
mukosa gastro intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat
listrik. Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada tulang,
karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar, maka jika ada aliran
listrik akan terjadi panas sehingga tulang meleleh dan terbentuklah butiran-
butiran kalsium fosfat yang menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot
korban putus akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva
korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas, pembuluh darah
korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu terjadi pendarahan kemudian
terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi pada electric
mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik untuk tanda kekerasan oleh
listrik tetapi sangat menolong untuk menegakkan bahwa korban telah
mengalami trauma listrik.
15
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang memipih,
pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan bewarna lebih gelap dari
normal. Sel-sel pada stratum korneum menggelembung dan vakum. Sel dan
intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara palisade. Ada
sel yang mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari
stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat memanjang dan
memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
Gambaran histologis luka petir
6. Luka Akibat Petir
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase sampai 10
mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu
1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi.
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang disebabkan
oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:
16
a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :
- Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk salah satu tanda
utama luka listrik (electrical burn).
- Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon gundul tanpa
daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari
persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang sendiri setelah
beberapa jam.
Gambar aborescent marking
- Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah menjadi
magnet. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka listrik (electrical burn).
b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :
- Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan seluruh tubuh
korban dapat terbakar atau hangus.
- Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti perhiasan dan
komponen arloji. Arloji korban akan berhenti dimana tanda ini dapat kita
17
gunakan untuk menentukan saat kematian korban. Efek ini juga termasuk salah
satu tanda luka listrik (electrical burn).
Gambar metalisasi
c. Efek ledakan:
- Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi akibat
perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah kilat menyambar,
udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh udara kembali sehingga
menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
- Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban terlontar sehingga
terdapat luka akibat persentuhan dengan benda tumpul, misalnya abrasi,
kontusi, patah tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding.
18
7. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan listrik rusak atau
kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri, kematian dapat dihasilkan dari
kontak dengan kabel yang berarus, atau dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik,
ataupun saklar-saklar. Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus bunuh diri, dan
bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus dianalisis untuk mengetahui
apakah korban telah rusak pada saat kecelakaan. Bunuh diri jarang terjadi. Orang
biasanya menggulung kawat ke pergelangan tangan atau jari-jarinya, yang kemudian
dihubungkan ke arus listrik, dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat petir adalah
selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat korban luka petir terlihat sebagai
korban kekerasan. Korban tersebut dapat ditemukan di lapangan terbuka dengan
gambaran memar, luka robek, dan fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan
berdasarkan riwayat badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari
sambaran petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.
19
BAB 3
KESIMPULAN
1. Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik mengalir ke dalam
tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun menyebabkan terganggunya fungsi
organ dalam.
2. Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi dua yaitu luka listrik akibat kontak
dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3. Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit (AC/DC), lama
kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I) jalannya arus dan luas area kontak.
4. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah memutuskan
aliran listrik selekas mungkin.
5. Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan berdasarkan
tinggi-rendahnya tegangan listrik, yaitu tegangan listrik pada kisaran rumah tangga,
industri dan karena petir.
20
DAFTAR PUSTAKA
Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997
Budiyanto, A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
Camp Frans E, ‘Gradwolls Legal Medicine’ 2 ed, John Wright & Sons Bristol 1968
Fattch, A ‘Hand Book of Forensic Pathology, JB.Lippicot Co Philadelphia-Toronto,1973.
M.S. Morse1, J.S. Berg2, R.L.TenWolde1 , Department of Electrical Engineering, University of San Diego, San Diego, CA, USA San Diego Naval Medical Center, San Diego, CA , USA
Njowito Hamdani, Ilmu Kedokteran Kehakiman, fk unair 1971
Tsokos, Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press.
Rao, Dinesh. Electrical Injury. Dikutip dari: http://forensicpathologyonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=61&Itemid=87 [diakses tanggal 20 maret 2014]
Shashirekha C A*, Krishna K Prasad & Vijay Agrawal, Dept. of General Surgery, Sri Devaraj Urs Medical College, Tamaka, Kolar Karnataka 563101, India
21