new spirit indonesian navy book

36
Daftar Isi Sambutan. 1 1. Pendahuluan. 2 2. Semangat Baru TNI Angkatan Laut. 3 A. Apakah Semangat Baru? 3 B. Apakah Semangat Baru TNI Angkatan laut? 3 C. Mengapa Semangat Baru Diperlukan? 3 3. Paradigma Cara Berfikir. 4 4. Perubahan Tata Nilai Sosial. 5 A. Hasil Test Psikologi. 5 B. Data Kecelakaan Alutsista. 10 C. Data Pelanggaran Personel. 12 5. Konsep Semangat Baru. 19 A. Terhadap Prajurit. 19 B. Perilaku Organisasi. 20 1

Upload: nasrudinscriber

Post on 29-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: New Spirit Indonesian Navy Book

Daftar Isi

Sambutan. 1

1. Pendahuluan. 2

2. Semangat Baru TNI Angkatan Laut. 3

A. Apakah Semangat Baru? 3

B. Apakah Semangat Baru TNI Angkatan laut? 3

C. Mengapa Semangat Baru Diperlukan? 3

3. Paradigma Cara Berfikir. 4

4. Perubahan Tata Nilai Sosial. 5

A. Hasil Test Psikologi. 5

B. Data Kecelakaan Alutsista. 10

C. Data Pelanggaran Personel. 12

5. Konsep Semangat Baru. 19

A. Terhadap Prajurit. 19

B. Perilaku Organisasi. 20

6. Nilai-nilai Implementasi Semangat Baru. 23

A. Kehormatan. 23

B. Kejujuran. 23

C. Dedikasi. 23

1

Page 2: New Spirit Indonesian Navy Book

D. Loyalitas. 23

E. Profesionalisme. 23

F. Keberanian. 23

7. Penutup 24

2

Page 3: New Spirit Indonesian Navy Book

Sambutan

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita sekalian

Selaku Kepala Staf Angkatan Laut, saya ingin menyamakan persepsi dalam melihat permasalahan personel. Kita pahami bersama bahwa perkembangan lingkungan saat ini telah mengubah paradigma cara berfikir dan mempengaruhi kondisi moril dan moral prajurit yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat profesionalisme.

Berkaitan dengan hal tersebut, saya ingin mendorong seluruh prajurit untuk bersama-sama membangun karakter prajurit matra laut melalui konsep “Semangat Baru TNI Angkatan Laut” yang tertuang dalam buku ini.

Konsep semangat baru pada hakekatnya merupakan upaya memacu cara berfikir untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif serta meningkatkan moril dan moral prajurit. Dengan harapan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pengabdian kita kepada TNI Angkatan Laut.

Jalesveva Jayamahe,Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kepala Staf Angkatan Laut

Agus Suhartono, S.E.Laksamana Madya TNI

3

Page 4: New Spirit Indonesian Navy Book

1. Pendahuluan.

Dinamika perkembangan lingkungan global, regional maupun nasional masih diwarnai dengan berbagai perubahan yang sangat cepat dan sulit untuk diprediksi, saat ini dampak krisis ekonomi global masih dialami oleh beberapa negara termasuk Indonesia. Kondisi ini berpengaruh pada kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pertahanan. Sebagai negara berkembang dalam pembangunan lebih memprioritaskan bidang ekonomi dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat, sedangkan pembangunan pertahanan menjadi prioritas berikutnya. Selama ini jumlah anggaran khususnya bidang pertahanan tidak mencukupi untuk melakukan pembangunan kekuatan namun hanya untuk memelihara kemampuan. Dengan kondisi tersebut tanpa disadari telah mengubah cara berfikir kita di dalam melihat keterbatasan itu sebagai suatu kendala utama. Dalam melakukan suatu perencanaan selalu terpikirkan adanya keterbatasan anggaran, sehingga selalu muncul pemikiran yang sangat sederhana yaitu menyerah dengan keterbatasan tersebut bahkan tidak muncul inovasi dan kreatifitas. Keterbatasan tersebut juga mengakibatkan terjadinya penurunan kondisi teknis Alutsista sehingga mempengaruhi moril dan moral serta profesionalisme prajurit.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi menjadikan dunia tanpa batas, arus informasi yang bebas antar negara yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya asing telah mempengaruhi budaya nasional sehingga terjadi perubahan tata nilai sosial yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat termasuk kehidupan di lingkungan TNI Angkatan Laut. Prajurit yang tidak mampu memilah-milah arus informasi tersebut akan mudah terpengaruh, dan berakibat terhadap kondisi moril dan moral serta tingkat profesionalisme prajurit. Sebagai contoh: perubahan gaya hidup, cenderung berani melanggar aturan dan keengganan untuk meningkatkan kemampuan profesi.

Hal tersebut di atas sangat mengganggu manajemen organisasi dan dapat mempengaruhi pencapaian target sasaran kinerja. Oleh karena itu diperlukan suatu konsep untuk dapat mengubah paradigma cara berfikir menjadi lebih inovatif dan kreatif serta meningkatnya moril dan moral prajurit. Konsep tersebut adalah ”Semangat Baru TNI Angkatan Laut” dengan obyek pembaharuan prajurit dan perilaku organisasi.

4

Page 5: New Spirit Indonesian Navy Book

2. Semangat Baru TNI Angkatan Laut.

a. Apakah semangat baru? Semangat baru adalah sebuah semangat yang ditumbuhkembangkan dalam jiwa setiap prajurit untuk dapat mendorong memiliki motivasi dan menjadikan cara berfikir yang lebih kreatif, inovatif serta memiliki karakter prajurit matra laut.

b. Apa yang dimaksud konsep semangat baru TNI Angkatan Laut? Sebuah dorongan pemimpin TNI Angkatan Laut dalam rangka mengurai permasalahan personel tentang pengaruh keterbatasan anggaran dan perubahan tata nilai sosial terhadap cara berfikir, moril dan moral serta tingkat profesionalisme prajurit. Pemecahan masalah tersebut dengan memacu cara berfikir untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif, dan meningkatkan moril dan moral serta membangun karakter prajurit matra laut. Konsep semangat baru diimplementasikan melalui pembinaan terhadap personel dan organisasi yang disertai dengan menumbuhkembangkan nilai-nilai kehormatan, kejujuran, dedikasi, loyalitas, profesionalisme dan keberanian.

c. Semangat Baru diperlukan karena adanya indikasi sebagai berikut:

1) Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran pertahanan, secara tidak sadar telah mempengaruhi paradigma cara berfikir dalam melihat keterbatasan anggaran tersebut dijadikan satu kendala utama dan menurunnya kesiapan Alutsista sehingga mempengaruhi tingkat profesionalisme prajurit.

2) Dinamika perkembangan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan tata nilai sosial, dan mempengaruhi moril dan moral serta tingkat profesionalisme prajurit, yang diindikasikan dengan meningkatnya pelanggaran penyalahgunaan wewenang dan jabatan pada strata perwira serta kecelakaan Alutsista.

3. Paradigma cara berfikir.

5

Page 6: New Spirit Indonesian Navy Book

Keterbatasan anggaran pertahanan telah terjadi sejak beberapa

puluh tahun yang lalu, bahkan anggaran yang diterima TNI Angkatan Laut

selama ini hanya dapat digunakan untuk melakukan pemeliharaan

kemampuan saja, sedangkan untuk pembangunan dan penggunaan

kekuatan masih dibutuhkan biaya yang besar. Kondisi ini tanpa disadari

telah mengubah cara berfikir kita di dalam melihat keterbatasan tersebut

sebagai suatu kendala utama, seharusnya kita harus dapat mengubah

kendala tersebut menjadi suatu peluang melalui langkah-langkah terobosan.

Pada kenyataannya setiap melakukan perencanaan kita selalu

dibayangi perasaan bahwa anggaran kurang, sehingga muncul pemikiran-

pemikiran yang sangat sederhana, menyerah terhadap keadaan bahkan

tidak berfikir untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada, sebagai contoh

pengelolaan manajemen logistik yang tidak efisien dan efektif, kepedulian

terhadap lingkungan dan masa depan Angkatan Laut rendah, tidak memiliki

kreativitas dan inovasi.

Cara berfikir seperti ini sangat mempengaruhi proses manajemen

organisasi yang pada gilirannya nanti akan mengganggu pencapaian target

sasaran kinerja TNI Angkatan Laut. Oleh karena itu diperlukan suatu

konsep yang dapat merubah cara berfikir tersebut untuk menjadi lebih

kreatif dan inovatif melalui pembaharuan semangat baru prajurit TNI

Angkatan Laut.

4. Perubahan tata nilai sosial.

6

Page 7: New Spirit Indonesian Navy Book

Perubahan tata nilai sosial yang mempengaruhi moril dan moral

serta tingkat profesionalisme prajurit dapat dilihat dari hasil analisa data sebagai berikut:

a. Hasil test psikologi kadet, casis Seskoal, Sesko TNI dan Lemhanas:

Kadet

  1992 1993 1994 1995 1996 1997 Rata 2

B 0 0 0 0 0 1 0,2

C 11 15 19 15 16 20 16

K1 108 126 131 119 136 173 132,2

K2 0 0 0 0 0 1 0,2

7

Page 8: New Spirit Indonesian Navy Book

Hasil psikotest kadet pada tahun 1992 – 1997 yang saat ini sudah berpangkat Mayor dan Letkol, kemudian dilakukan test masuk Seskoal. Dengan hasil menunjukkan rata-rata 90 % adalah K1, dan 10 % adalah C.

Dikreg Seskoal

NILAI 2005 2006 2007 2008 2009

A 0 0 0 0 0

B+ 0 0 0 0 0

B 0 0 2 0 0

B- 0 0 0 0 0

C 155 166 219 228 274

K 42 94 112 108 100

KS 8 0 24 0 0

JUMLAH 205 260 357 336 374

8

Page 9: New Spirit Indonesian Navy Book

Hasil test psikologi calon siswa pendidikan reguler Seskoal lima tahun terakhir menggambarkan bahwa 68 % mendapatkan nilai cukup dan 30 % mendapat nilai kurang, sisanya 2 % mendapatkan nilai kurang sekali. Prosentase kategori baik sangat kecil sekali dan bisa dibilang nol.

Casis Dikreg Sesko TNI

NILAI 2005 2006 2007 2008 2009

A 0 0 0 0 0

B+ 0 0 0 1 0

B 16 14 29 39 46

B- 4 2 7 3 3

C 0 0 0 0 0

K 0 0 0 0 0

KS 0 0 0 0 0

JUMLAH 20 16 36 43 49

9

Page 10: New Spirit Indonesian Navy Book

Hasil test psikologi calon siswa pendidikan reguler Sesko TNI

lima tahun terakhir menggambarkan bahwa hampir seluruh calon siswa mendapatkan nilai baik.

Casis Lemhanas

NILAI 2005 2006 2007 2008 2009

A 0 - 0 0 0

B+ 0 - 1 2 0

B 19 - 37 16 23

B- 2 - 0 0 0

C 0 - 0 0 0

JUMLAH 21 - 38 18 23

10

Page 11: New Spirit Indonesian Navy Book

0

50

100

150

200

250

KADET SESKOAL SESKO TNI LEMHANAS

A

B+

B

B-

C

K/K1

KS/K2

Hasil test psikologi calon siswa pendidikan reguler Lemhannas lima tahun terakhir menggambarkan bahwa hampir seluruh calon siswa mendapatkan nilai baik.

Rata-rata hasil test psikologi dalam kurun waktu lima tahun adalah sebagai berikut:

  KADET SESKOAL SESKO TNI LEMHANAS

A 0 0 0 0

B+ 0 0 0,2 0

B 0,2 0,4 28,8 0,6

B- 0 0 3,8 19

C 16 208,4 0 0,4

K/K1 132,2 91,2 0 0

KS/K2 0,2 6,4 0 0

11

Page 12: New Spirit Indonesian Navy Book

Hasil test psikologi kadet selama lima tahun sejak 1992 s.d. 1997 menunjukkan bahwa rata-rata 90 % kategori kurang, dan 10 % kategori cukup. Sementara itu pada saat test casis Seskoal tahun 2004 s.d. 2009 menunjukkan bahwa rata-rata 70 % kategori cukup dan 30 % kategori kurang. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan calon siswa, nilai psikotestnya semakin baik.

12

Page 13: New Spirit Indonesian Navy Book

b. Data kecelakaan Alutsista tahun 2007 s.d. 2009.

NO KEJADIAN 2007 - 2009

JUMLAH ALUTSISTA

1. Kebakaran 3 KRI MES-380

KRI TMO-537

KRI NALA-363

2. Kebocoran 1 KRI Kupang-582

3. Tenggelam 2 KRI MES-380

Ranratfib BTR-50

4. Kandas 3 KRI KRP-812

KRI MDU-621

KRI AMY-351

5. Kecelakaan 4 KRI PTL-869

KRI KTN-810

KRI AKR-830

Pesud Nomad P-833

6. Crash Landing 4 Pesawat Cassa U-620

Pesawat Nomad P-839

Cassa U-612

Pesud SAR HR-1520

7. Pendaratan darurat

2 Pesawat Latih Tobago L-208

Nomad P-837

8. Gagal terbang 1 Cassa U-612

Sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terdapat kejadian 11 insiden kapal, 8 insiden pesud, dan 1 insiden ranratfib, jumlah ini cukup besar. Penyebab utama yang mengakibatkan kejadian tersebut antara lain: profesionalisme pengawak Alutsista, usia Alutsista dan kondisi cuaca.

1) Profesionalisme pengawak. Profesionalisme berkaitan dengan keahlian dan kemampuan seorang prajurit sesuai dengan profesinya. Kesalahan profesi dalam

13

Page 14: New Spirit Indonesian Navy Book

pengawakan Alutsista merupakan penyebab kejadian kecelakaan. Kesalahan tersebut dapat terjadi akibat kelalaian, memandang remeh pekerjaan, tidak memiliki pengalaman, kesalahan pemahaman doktrin, tidak memiliki kemampuan sesuai dengan yang disyaratkan. Kesalahan penempatan jabatan juga berpengaruh terhadap tingkat profesionalisme seseorang, oleh karena itu diperlukan uji kompetensi agar mendapatkan personel yang sesuai dengan standart yang dipersyaratkan.

2) Usia Alutsista. Alutsista TNI Angkatan Laut sebagian besar berusia tua. Pada kondisi tertentu dapat terjadi lelah materiil dan selanjutnya berakibat gagalnya material mendukung pelaksanaan tugas. Kebijakan pengelolaan pembinaan materiil, termasuk di dalamnya pengadaan, penyimpanan, distribusi, dan pemeliharaan, serta fungsi kontrol terhadap kelaikan materiil harus mengarah kepada kepentingan tugas.

3) Kondisi cuaca. Kondisi cuaca termasuk gelombang permukaan laut, angin, dan arus berpengaruh besar terhadap keselamatan berlayar dan terbang. Seringkali pengawak Alutsista tidak disiplin mencari data dan informasi awal serta bagaimana prediksi beberapa saat ke depan, untuk digunakan sebagai acuan bertindak. Data dan sumber informasi cuaca saat ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti weather fax dari beberapa Negara tetangga, internet dari berbagai website. Sumber data dan informasi ini dapat diakses setiap saat sampai real time. Selain melengkapi peralatan, pencarian data tidak hanya dilakukan KRI atau Pesud tetapi juga Pangkalan sebagai bagian dari fungsi dukungan.

c. Data pelanggaran personel TNI Angkatan Laut

14

Page 15: New Spirit Indonesian Navy Book

Perwira

No JENIS KASUS 2005 2006 2007 2008 2009 JML RATA2

1 Disiplin 7 8 16 20 8 59 11.8

2 Disersi dan Mangkir 13 12 3 4 2 34 6.8

3Penyalahgunaan Wewenang dan Jabatan

95 16 84 66 62 323 64.6

4 Asusila 27 84 13 12 12 148 29.6

5 Penyalahgunaan Senpi 3 24 2 2 2 33 6.6

6Perkelahian/Penganiayaan/Pembunuhan

9 8 14 8 12 51 10.2

7 Pencurian 0 18 0 1 0 19 3.8

8 Perampokan/Pemerasan 1 3 1 0 0 5 1

9 Narkoba 8 1 2 4 0 15 3

10 Curanmor 0 10 0 4 4 18 3.6

11 Lalu lintas 4 0 0 1 0 5 1

12 Aliran agama/SARA/Politik 0 3 2 0 0 5 1

13 Kasus lain-lain 14 0 10 5 7 36 7.2

JUMLAH 181 187 147 127 109 751 150.2

Pada strata perwira kasus penyalahgunaan wewenang dan jabatan menduduki peringkat teratas.Kolonel

15

Page 16: New Spirit Indonesian Navy Book

Letkol

16

Page 17: New Spirit Indonesian Navy Book

Mayor

17

Page 18: New Spirit Indonesian Navy Book

Kapten

18

Page 19: New Spirit Indonesian Navy Book

Lettu

Letda

19

Page 20: New Spirit Indonesian Navy Book

Bintara

No JENIS KASUS 2005 2006 2007 2008 2009 JML RATA2

1 Disiplin 17 33 21 40 61 172 34.4

2 Disersi dan Mangkir 49 52 15 9 8 133 26.6

3Penyalahgunaan Wewenang dan Jabatan

68 59 39 71 36 273 54.6

4 Asusila 48 38 45 28 28 187 37.4

5 Penyalahgunaan Senpi 2 7 9 9 3 30 6

6Perkelahian/Penganiayaan/Pembunuhan

33 33 33 22 12 133 26.6

7 Pencurian 5 3 7 6 1 22 4.4

8 Perampokan/Pemerasan 4 1 0 0 2 7 1.4

9 Narkoba 8 29 10 13 16 76 15.2

10 Curanmor 5 3 0 2 2 9 1.8

11 Lalu lintas 8 2 0 1 3 13 2.6

12 Aliran agama/SARA/Politik 1 1 0 0 0 2 0.4

13 Kasus lain-lain 23 61 25 26 13 148 29.6

JUMLAH 271 322 204 227 185 1209 241.8

Dari data tersebut menggambarkan pelanggaran disiplin cenderung meningkat. Penyalahgunaan wewenang dan jabatan selama lima tahun menduduki peringkat teratas.

20

Page 21: New Spirit Indonesian Navy Book

Tamtama

No JENIS KASUS 2005 2006 2007 2008 2009 JML RATA2

1 Disiplin 32 40 39 63 50 224 44.8

2 Disersi dan Mangkir 61 117 35 22 16 271 54.2

3Penyalahgunaan Wewenang dan Jabatan

41 34 18 66 59 218 43.6

4 Asusila 40 58 45 76 80 299 59.8

5 Penyalahgunaan Senpi 4 7 4 4 3 22 4.4

6Perkelahian/Penganiayaan/

Pembunuhan51 75 32 38 16 212 42.4

7 Pencurian 6 11 2 15 1 35 7

8 Perampokan/Pemerasan 3 4 2 1 3 13 2.6

9 Narkoba 13 33 21 11 8 86 17.2

10 Curanmor 2 8 0 5 19 34 6.8

11 Lalu lintas 7 7 0 9 10 42 8.4

12 Aliran agama/SARA/Politik 1 0 0 0 0 1 0.2

13 Kasus lain-lain 14 42 32 20 15 123 24.6

JUMLAH 275 436 230 330 280 1551 310.2

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kasus pelanggaran asusila dan penyalahgunaan wewenang dan jabatan cenderung naik dari tahun ke tahun

21

Page 22: New Spirit Indonesian Navy Book

Dari analisa data statistik perwira, bintara, dan tamtama

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tiga jenis pelanggaran

yang menempati urutan teratas adalah:

1) Penyalahgunaan wewenang dan jabatan.

2) Asusila.

3) Disiplin, disersi dan mangkir.

Sedangkan pelanggaran Narkoba tampak masih terjadi,

dimana strata tamtama menempati urutan teratas, kemudian bintara

dan perwira. Narkoba merupakan jenis pelanggaran yang perlu

mendapat perhatian, walaupun tidak banyak akan tetapi hal ini dapat

berakibat lebih fatal dibandingkan jenis pelanggaran yang lainnya.

Khusus untuk strata perwira, secara statistik menunjukkan

penyalahgunaan wewenang dan jabatan menduduki peringkat

teratas, bahkan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pangkat

perwira semakin mantap kondisi psikologinya, demikian juga

semakin bertambah besar kewenangannya, namun demikian

moril dan moral perwira dalam mengelola kewenangan

cenderung belum siap. Oleh karena itu, diperlukan satu konsep

untuk meningkatkan kesiapan agar pada saatnya nanti mampu

mengelola kewenangan sesuai lingkup tugasnya.

5. Konsep semangat baru.

22

Page 23: New Spirit Indonesian Navy Book

Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan bahwa munculnya

paradigma cara berfikir yang kurang tepat dalam melihat keterbatasan anggaran dan ketidaksiapan moril serta moral prajurit, maka diperlukan metode untuk membangun semangat baru terhadap prajurit dan perubahan perilaku organisasi sebagai berikut:

a. Terhadap prajurit. Seorang prajurit dapat termotivasi untuk mencapai tujuan dalam bekerja di antaranya melalui beberapa pendekatan sbb:

1) Taqwa. Seorang prajurit TNI Angkatan Laut yang membekali dirinya dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memiliki motivasi untuk bekerja dengan baik.

2) Fokus. Seseorang prajurit harus fokus pada apa yang diinginkan bukan pada apa yang tidak diinginkan. Setiap prajurit pasti memiliki perencanaan dalam berkarier, hal ini harus menjadi fokus dalam hidup. Jangan terpengaruh dengan apa yang telah terjadi, karena hal itu hanya sementara. Tetap fokus pada apa yang ingin kita raih.

3) Membaca cerita sukses. Banyak sekali cerita tentang orang-orang yang sukses dalam kariernya. Membaca dan menerapkan ke dalam dirinya untuk menjadi orang sukses akan memotivasi diri.

4) Mencari dukungan. Seorang mentor atau teman yang baik akan dapat menjadi pendamping untuk menumbuhkan kepercayaan diri dan membantu untuk tetap dalam jalur menuju sukses.

5) Mencatat perkembangan. Seorang prajurit pasti mempunyai kisah dalam perjalanan karier. Mencatat

23

Page 24: New Spirit Indonesian Navy Book

perjalanan karier dan dianalisa untuk dijadikan acuan dalam melangkah selanjutnya.

6) Belajar dari kegagalan. Pada suatu kondisi tertentu prajurit pernah mengalami kegagalan. Pelajari penyebab kegagalan tersebut dan lakukan pendekatan yang berbeda untuk mencapai tujuan.

7) Pekerjaan menyenangkan. Apapun bentuk tugas dan pekerjaan yang diberikan, dengan membuat pekerjaan tersebut sebagai suatu hal yang menyenangkan akan meringankan beban yang ada dan termotivasi untuk berbuat yang terbaik.

8) Kompetensi. Memotivasi diri untuk memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dengan profesi masing-masing dan standard kompetensi yang disyaratkan, agar dapat menempati jabatan dan karier secara berjenjang dan berkelanjutan.

9) Perubahan paradigma berfikir. Keterbatasan Anggaran Pertahanan Negara, tuntutan profesionalisme, dan situasi kondisi Alutsista saat ini, menuntut perubahan cara berfikir personel TNI Angkatan Laut menjadi lebih kreatif, dan inovatif untuk memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal.

10) Nilai-nilai dasar prajurit. Memahami dan menerapkan Sapta Marga, Sumpah Prajurit, Delapan Wajib TNI dan Trisila TNI Angkatan Laut dalam lingkungan kerja dan kehidupan sehari-hari.

b. Perilaku organisasi. Membangun semangat baru melalui revitalisasi perilaku organisasi antara lain:

24

Page 25: New Spirit Indonesian Navy Book

1) Kepemimpinan. Perilaku organisasi sangat tergantung dengan siapa pemimpinnya dan bagaimana kepemimpinannya

2) Konsistensi. Suatu keputusan yang dikeluarkan oleh organisasi tentu akan ditindaklanjuti oleh jajarannya. Keputusan yang tidak konsisten dan perilaku pengawak organisasi yang tidak memiliki komitmen akan mempengaruhi terhadap motivasi bekerja prajurit.

3) Mempertegas pelaksanaan reward dan punishment secara konsisten dan transparan. Setiap prajurit yang berprestasi akan mendapatkan reward sesuai ketentuan yang berlaku dan sebaliknya prajurit yang melakukan kesalahan akan ditindak melalui proses hukum dan dilakukan secara konsisten dan transparan.

4) Promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Ke depan promosi jabatan dan kenaikan pangkat lebih selektif dengan mempertimbangkan segala aspek dalam rangka mewujudkan the right men in the right place and at the right time antara lain:

a) Fungsi talent scouting yang berorientasi tidak hanya berdasarkan hasil pendidikan tetapi juga pantauan di lapangan.

b) Penilaian sosiometri dari rekan sesama angkatan, senior dan yunior.

c) Penilaian terhadap pembuatan perencanaan kerja dan pelaksanaannya serta pencapaian target sasaran kinerja.

d) Karakter prajurit berdasarkan hasil psikotest.

5) Penjenjangan jabatan. Penjenjangan disesuaikan dengan hasil uji kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan diduduki.

25

Page 26: New Spirit Indonesian Navy Book

6) Standar kompetensi. Dibuat standar kompetensi jabatan Perwira TNI Angkatan Laut sebagai acuan organisasi untuk melaksanakan fungsi pengendalian dalam rangka pembinaan personel.

7) Kesempatan mendapat pendidikan. Setiap prajurit memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan disesuaikan dengan strata kepangkatan dan kebutuhan organisasi.

8) Interaksi organisasi. Meningkatkan kerja sama dengan Angkatan Laut Negara lain dalam bentuk operasi dan latihan, muhibah, pendidikan dan pertukaran personel.

9) Komunikasi interaktif. Komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan yang interaktif, tidak kaku dan diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat, akan tetapi harus tetap dalam koridor hierarki.

10) Pengakuan. Pengakuan dari organisasi terhadap eksistensi seorang prajurit tentang arti penting seorang anak buah untuk organisasi.

11) Ketauladanan. Setiap individu harus memberikan contoh perilaku yang baik, terlebih apabila menduduki sebagai pemimpin, adanya kesamaan antara perkataan dan perbuatan.

6. Nilai-nilai implementasi semangat baru.

Bersamaan dengan proses implementasi semangat baru perlu ditumbuhkembangkan nilai nilai sebagai berikut:

26

Page 27: New Spirit Indonesian Navy Book

a. Kehormatan (Honour). Prajurit TNI Angkatan Laut yang memiliki integritas tinggi dalam tugas dan tanggungjawab serta dapat menjalin dan menjaga hubungan dengan atasan, rekan, dan bawahan. Menjaga martabat TNI Angkatan Laut dan diri sendiri serta mendapat pengakuan dan dibanggakan masyarakat.

b. Kejujuran (Honesty). Prajurit TNI Angkatan Laut yang lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus dan ikhlas serta berkata apa adanya.

c. Dedikasi (Dedication). Prajurit TNI Angkatan Laut yang mau berkorban tenaga, pikiran dan waktu demi keberhasilan suatu usaha atau tujuan organisasi, serta memiliki jiwa pengabdian yang tinggi.

d. Loyalitas (Loyalty). Prajurit TNI Angkatan Laut yang patuh dan setia serta mempunyai komitmen kuat terhadap sesama prajurit , organisasi, bangsa dan negara.

e. Profesionalisme (Professionalism). Prajurit TNI Angkatan Laut yang memahami tugas dan tanggungjawab serta pengetahuan dan keahlian yang mendukung dan melaksanakannya baik secara individu maupun dalam tim dengan sebaik-baiknya.

f. Keberanian (Courage). Prajurit TNI Angkatan Laut yang memiliki kepercayaan diri dan karakter untuk melakukan apa yang benar dalam menghadapi tuntutan tugas, permasalahan, bahaya dan ancaman. Prajurit yang berani mengambil keputusan yang terbaik untuk organisasi, bangsa dan negara tanpa mempedulikan kepentingan pribadi.

27

Page 28: New Spirit Indonesian Navy Book

7. Penutup.

Merubah paradigma cara berfikir dan menanamkan semangat baru bukanlah hal yang mudah namun bukan hal yang mustahil meski memerlukan waktu. Seseorang yang berusaha memenangkan pertempurannya dan berhasil dalam serangan-serangannya tanpa menanamkan semangat yang berani melakukan suatu hal yang baru, hasilnya adalah buang buang waktu dan tidak ada kemajuan. Kita bersepakat tidak ingin kehilangan waktu dan ingin maju, oleh karena itu perlu ada semangat baru yang dapat mendorong setiap prajurit memberikan yang terbaik bagi organisasi. Meskipun sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, namun saya berharap susunan tersebut dapat menggugah semangat baru, semangat kita semua.

“Kalau kehormatan menjadi pakaianmu,maka ia akan bertahan seumur hidup, tetapi

jika pakaianmu itu yang menjadi kehormatanmu, maka ia akan lekas hancur”.

(Arnot)

28