negara yang bersengketa

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Membahas kasus sengketa antara Negara Indonesia dan Filipina berkaitan dengan Pulau Miangas beserta kronologis dan faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa, penyelesaian sengketa oleh Mahkamah Internasional dan solusi dari kasus sengketa tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Dimanakah letak Pulau Miangas? 1.2.2 Bagaimanakah sejarah Pulau Miangas? 1.2.3 Bagaimanakah kronologis sengketa Pulau Miangas? 1.2.4 Bagaimana cara mengatasinya? 1.3 Tujuan Pembuatan Makalah Tujuan saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh ibu guru Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu saya ingin menyampaikan 1

Upload: fany-naw

Post on 26-Jun-2015

5.304 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Negara Yang Bersengketa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Membahas kasus sengketa antara Negara Indonesia dan Filipina berkaitan

dengan Pulau Miangas beserta kronologis dan faktor-faktor penyebab terjadinya

sengketa, penyelesaian sengketa oleh Mahkamah Internasional dan solusi dari

kasus sengketa tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Dimanakah letak Pulau Miangas?

1.2.2 Bagaimanakah sejarah Pulau Miangas?

1.2.3 Bagaimanakah kronologis sengketa Pulau Miangas?

1.2.4 Bagaimana cara mengatasinya?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

Tujuan saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang

diberikan oleh ibu guru Pendidikan Kewarganegaraan, selain itu saya ingin

menyampaikan bahwa kita harus peduli akan pentingnya kedaulatan suatu ngara

dan cara mempertahankannya.

1.4 Metode

Dalam pembuatan malah ini saya mengunakan metode analisis. Saya

memilih metode ini karena saya dapat mencari bahan yang cukup banyak untuk

membuat tugas makalah ini.

1

Page 2: Negara Yang Bersengketa

1.5 Sistematika

1.5.1 BAB I PENDAHULUAN

1.5.1.1 Latar Belakang Masalah

1.5.1.2 Rumusan Masalah

1.5.1.2.1 Dimanakah letak Pulau Miangas?

1.5.1.2.2 Bagaimanakah sejarah Pulau Miangas?

1.5.1.2.3 Bagaimanakah kronologis sengketa Pulau

Miangas?

1.5.1.2.4 Bagaimana cara mengatasinya?

1.5.1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

1.5.1.4 Metode

1.5.1.5 Sistematika

1.5.2 BAB II

1.5.2.1 Letak Pulau Miangas

1.5.2.2 Sejarah Pulau Miangas

1.5.2.3 Kronologis sengketa Pulau Miangas

1.5.2.4 Cara Mengatasinya

1.5.2.5 Pertanyaan dan Jawaban

1.5.3 BAB III

1.5.3.1 Tanggapan dan Kesimpulan

Daftar Pustaka

2

Page 3: Negara Yang Bersengketa

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Letak Pulau Miangas

Pulau Miangas mempunyai luas 3,15 kilometer persegi atau 210 Ha dengan

penduduk 705 jiwa atau 178 KK, terletak dikoordinat 05° 34' 02" U - 126° 34' 54"

T/ 05° 33' 57" U - 126° 35' 29" T sesuai PP No. 38 Tahun 2002 Tentang Koordinat

Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia

Secara administratif terletak di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud.

Kabupaten Kepulauan Talaud terbentuk setelah memisahkan diri dari kabupaten

induk Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud, sesuai UU No. 8 Tahun 2002

Tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud Di Provinsi Sulawesi Utara.

Pulau Miangas merupakan batas wilayah terluar Indonesia dengan Filipina, dimana

terletak dua Titik Dasar (TD) dan Pilar Pendekat (PD); Titik Dasar No. TD.056,

Pilar Pendekat No. TR.056, Antara TD.056-TD.056A, Garis Pangkal Biasa dan

Titik Dasar No. TD.056A, Pilar Pendekat No. TR.056, Jarak TD.056A-TD.057A =

57.91 nm, Garis Pangkal Lurus Kepulauan. Titik Dasar 057A terletak di Pulau

Marampit koordinat 04° 46' 18" U - 127° 08' 32" T.

Jarak antara Miangas dan Bitung yang sejauh 276 mil ditempuh selama 22 jam

dengan kecepatan kapal 13,5 knot. Sedangkan jarak Miangas ke Melonguane, ibu

kota Kabupaten Kepulauan Talaud, sejauh 117 mil, dengan lama pelayaran 10 jam.

Sebaliknya, jarak dari Miangas ke Santa Agustine atau General Santos di Filipina

hanya 60 mil dan bisa ditempuh selama 4 jam.

Adapun Pulau Miangas memang memiliki banyak potensi ekonomi. Indahnya

pantai, birunya laut serta melimpah ruahnya kekayaan alam dapat kita jumpai di

Pulau Miangas. Oleh karena itu, tak mengherankan jikalau banyak pihak yang

3

Page 4: Negara Yang Bersengketa

menginginkan untuk memiliki pulau tersebut. Salah satu pihak yang dimaksud

adalah Filipina.

2.2 Sejarah Pulau Miangas

Sesungguhnya, sejarah keberadaan Pulau Miangas tidak hanya sampai disitu.

Sejarah keberadaan Pulau Miangas memang panjang dan penuh perjuangan.

Apalagi mengingat bahwa Pulau Miangas sebagai bagian dari kabupaten kepulauan

Talaud. Maka dalam pembahasan sejarah keberadaan Pulau Miangas pun tidak

dapat dipisahkan dari sejarah keberadaan kabupaten kepulauan Talaud itu sendiri.

Pada tahun 1421, kawasan Sulwesi Utara memiliki pulau besar terkenal yang

bernama Sangihe, Talaud dan Sitaro. Menurut ahli sejarah F. Valentijn, kawasan

Sangihe, Talaud dan Sitaro dikuasai oleh dua kerajaan yakni kerajaan tabukan dan

kerajaan kalongan. Akan tetapi pada tahun 1670, dalam wilayah Sangihe, Talaud

dan Sitaro telah terdapat sembilan kerajaan yaitu kerajaan kendahe, kerajaan

taruna, kerajaan kolongan, kerajaan manganitu, kerajaan sawang (saban), dan

kerajaan tamako.

Selanjutnya, pada tahun 1900-an, di wilayah Sangihe, Talaud dan Sitaro hanya

tersisa empat kerajaan yakni kerajaan tabukan, kerajaan manganitu, kerajaan siau

dan kerajaan kendahe-taruna (gabungan kerajaan kendahe dan taruna). Baik

kerajaan tabukan maupun kerajaan kendahe-taruna ternyata memang menjalin

hubungan yang baik dengan kerajaan sulu mindanau di Filipina. Oleh karena itu,

tidak mengherankan jikalau pada saat itu sudah mulai terjadi perkawinan campuran

antara pihak kerajaan tabukan ataupun kendahe-taruna dengan pihak kerajaan sulu

mindanau, Filipina. Adapun kerajaan kendahe-taruna selanjutnya lebih dikenal

dengan nama kerajaan taruna. Kerajaan taruna merupakan kerajaan yang

menguasai pulau Miangas saat itu.

Pada tahun 1677 sampai dengan 1800an, kawasan Sangihe dan Talaud berada

dalam satu wilayah administrasi yakni berada dibawah kesultanan Ternate. Akan

tetapi dalam praktek pemerintahan sehari-hari, baik kawasan Sangihe maupun

4

Page 5: Negara Yang Bersengketa

Talaud tetap dipimpin oleh raja-raja lokal di daerah masing-masing. Kemudian

pada tahun 1800 an, saat pemerintah Belanda tengah menguasai wilayah Hindia

Belanda termasuk kawasan Sangihe, Talaud dan Sitaro maka sebagai penguasa

wilayah, pemerintah Belanda pada tahun 1825 telah menetapkan wilayah Sangihe,

Talaud dan Sitaro sebagai bagian wilayah keresidenan Manado namun tetap dalam

sistem gubernemen Ternate. Selanjutnya, pada tahun 1859, kawasan Sangihe,

Talaud dan Sitaro mulai terpisah dari sistem gubernemen Ternate.

2.3 Sengketa Pulau Miangas

Sebagai dampak dari belum terselesaikannya status wilayah perbatasan antar

negara yang diwarnai dengan krisis energi dan sumber daya alam yang tengah

melanda. Hingga permasalahan perbatasan dan klaim atas wilayah terutama yang

memiliki kandungan potensi sumber daya alam mineral dan fosil sangat potensial

menjadi pemicu ketegangan antar negara yang saling bertetangga.  Krisis energi

dan sumberdaya alam yang tengah melanda dunia, memaksa negara-negara

tetangga yang berbatasan dengan wilayah Indonesia akan mengeksplorasi dan

mengklaim wilayah Indonesia sebagai wilayah mereka.

Hingga kini, wilayah laut Indonesia berbatasan dengan sepuluh negara yaitu

Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, Papua Nugini, Palau,

Timor Leste dan Australia, semua perbatasan itu hingga kini belum dapat

diselesaikan. Pulau-pulau terluar merupakan sumber kekayaan sekaligus menjadi

sumber sengketa  di beberapa negara kepulauan.

Kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan yang dipersatukan oleh

lautan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa telah melahirkan suatu budaya

politik persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam

usaha mencapai kepentingan, tujuan dan cita-cita nasional, bangsa Indonesia

dihadapkan pada tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang harus

ditanggulangi.

5

Page 6: Negara Yang Bersengketa

Sengketa perebutan Pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina telah ada pada

tahun 1979. Akan tetapi sesungguhnya, perebutan wilayah Pulau Miangas sudah

sejak dahulu sebelum adanya Indonesia dan Filipina. Pada tahun 1928, Amerika

sebagai penguasa Filipina dan Belanda sebagai penguasa Indonesia khususnya

Sulawesi Utara tengah memperebutkan pulau Miangas.

Akhirnya pada tanggal 4 April 1928, Pulau Miangas resmi menjadi milik Belanda. 

Beruntunglah berkat putusan arbiter internasional yang bernama DR. Max Huber ,

maka Pulau Miangas sah ditetapkan menjadi milik Belanda. Sehingga secara

otomatis pasca kemerdekaan Indonesia atas Belanda maka Pulau Miangas secara

resmi menjadi bagian dari wilayah Indonesia.

Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu dan

Trakat Paris tahun 1989, merupakan wilayah Philiphina. Pernyataan Konsulat

Jenderal RI untuk Davao City Filipina yang mengejutkan bahwa Pulau Miangas

dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300 tahun lalu merupakan wilayah

Philiphina, bahkan masalah ini dengan UU pemerintah Filipina yang baru, kedua

pulau ini telah masuk pada peta pariwisata Filipina. Pemerintah Filipina mengakui

keberadaan pulau Miangas sebagai miliknya berdasarkan Trakat Paris tahun 1989,

Trakat Paris tersebut memuat batas-batas Demarkasi Amerika serikat (AS) setelah

menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke Miangas atau La

Palmas. Trakat itu sudah dikomunikasikan Amerika Serikat ke Pemerintah Hindia

Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal yang diajukan pemerintah hindia Belanda

terhadap Trakat itu.

Sengketa Indonesia dengan Filipina adalah perairan laut antara P. Miangas

(Indonesia) dengan pantai Mindanao (Filipina) serta dasar laut antara P. Balut

(Filipina) dengan pantai Laut Sulawesi yang jaraknya kurang dari 400 mil.

Disamping itu letak P. Miangas (Indonesia) di dekat perairan Filipina, dimana

kepemilikan P. Miangas oleh Indonesia berdasarkan perundingan antara Amerika

Serikat dan Hindia Belanda di atas kapal Greenphil tanggal 4 April 1928 berkat

putusan arbiter internasional yang bernama DR. Max Huber, memutuskan Pulau

6

Page 7: Negara Yang Bersengketa

Miangas masuk ke wilayah kekuasaan Hindia Belanda karena persamaan budaya

dengan masyarakat Talaud. Semakin dipertegas diresmikannya tugu perbatasan

antara Indonesia dengan Filipina di tahun 1955, dimana Miangas berada di wilayah

Indonesia.

Di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Talaud, Pulau Miangas merupakan titik terluar

yang paling jauh dan berbatasan dengan Filipina. Dalam adat Nanusa, Miangas

disebut Tinonda. Konon, pulau ini sering menjadi sasaran bajak laut. Selain

merebut harta benda, perompak ini membawa warga Miangas untuk dijadikan

budak di Filipina. Di masa Filipina dikuasai penjajah Spanyol, Miangas dikenal

dengan sebutan Poilaten yang memiliki arti: Lihat pulau di sana. Karena di

Miangas banyak ditumbuhi palm mulailah disebut Las Palmas. Lambat laun pulau

ini disebut Miangas.

Miangas bukan hanya menjadi sasaran perompakan. Pulau ini memiliki sejarah

panjang karena menjadi rebutan antara Belanda dan Amerika. Amerika mengklaim

Miangas sebagai jajahannya setelah Spanyol yang menduduki Filipina digeser

Amerika. Tapi, Belanda keberatan. Sengketa berkepanjangan terjadi, kasus klaim

Pulau Miangas ini diusung ke Mahkamah Internasional. Secara geografis, penjajah

Amerika Serikat mulai bersentuhan dengan Sulawesi bagian utara sejak akhir abad

ke 19. Di tahun 1898 itu, Amerika baru saja menguasai Filipina, setelah memerangi

Spanyol yang ratusan tahun menduduki negara kepulauan itu. Setelah Spanyol

ditaklukkan, muncul sengketa antara Amerika dengan Hindia Belanda. Sejumlah

warga Karatung mempertahankan pulau itu sebagai bagian dari gugusan Kepulauan

Nanusa. Saat penentuan demarkasi antara Amerika dan Belanda, wakil raja

Sangihe dan Talaud, serta tokoh adat Nanusa dihadirkan di Miangas. Dalam

pertemuan untuk menentukan pulau itu masuk jajahan Belanda atau Spanyol, salah

seorang tokoh adat Petrus Lantaa Liunsanda mengucapkan kata-kata adat bahwa

Miangas merupakan bagian Nanusa. Gugusan Nanusa mulai dari Pulau Malo atau

disebut tanggeng kawawitan (yang pertama terlihat) hingga Miangas.

7

Page 8: Negara Yang Bersengketa

Setelah Indonesia merdeka, kehidupan di Kepulauan Nanusa ini tidak berubah. Di

masa Soekarno menjadi Presiden, hampir tak ada pembangunan di daerah itu.

Terutama untuk fasilitas umum, seperti sekolah. Sekolah di pulau-pulau ini paling

banyak dijalankan Yayasan Pendidikan Kristen. daerah perbatasan tampaknya

selalu berarti wilayah terisolasi, tertinggal. Ini merupakan dampak kebijakan

pembangunan nasional di masa lalu. Potensi sumber daya laut yang dapat menjadi

sumber kemakmuran masyarakat kepulauan, tidak mendapat perhatian. Sebanyak

16 pulau di Talaud sendiri telah membentuk kabupaten. Dari jumlah itu, sembilan

pulau belum didiami dan tujuh pulau lainnya sudah berpenghuni. Pembentukan

kabupaten ini tidak lepas lantaran rendahnya tingkat pengembangan daerah

perbatasan selama ini.

Apabila kita melihat permasalahan yang telah diuraikan di atas dari segi politik

strategi dan pertahanan. Dengan bergulirnya Reformasi yang dimulai sejak Mei

1998, telah terjadi berbagai perubahan dalam tata kehidupan politik Indonesia.

Arah kebijaksanaan politik negara telah ditetapkan dalam Tap MPR No IV / MPR /

1999 tentang GBHN.

Diera reformasi ini pula telah terjadi berbagai perubahan situasi politik, yang

berskala nasional dan berpengaruh terhadap dunia luar seperti terjadinya pergantian

tampuk pimpinan negara dan suhu politik yang memanas serta berbagai kerawanan

terhadap keutuhan NKRI berupa ancaman disintegrasi bangsa dan lepasnya Timor-

Timur serta Sipadan dan Ligitan. Perubahan ini telah memberikan dampak pada

berbagai kebijaksanaan pemerintah yang diambil dalam upaya menyelamatkan

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaruh kebijaksanaan politik di

era reformasi tersebut telah berdampak pada kebijaksanaan pemerintah dalam

menangani berbagai permasalahan yang menyangkut keselamatan negara terhadap

berbagai ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan yang dapat menyebabkan

instabilitas negara dalam mencapai tujuan nasional.

8

Page 9: Negara Yang Bersengketa

Letak Miangas dan juga beberapa pulau lainnya di gugusan kepulauan Sangihe

Talaud memang teramat jauh dari pusat pemerintahan RI, dan lebih dekat dengan

Filipina. Karena tak heran jika penduduknya pun lebih intens bergaul dengan

masyarakat Filipina, ketimbang dengan sesama warga negara RI. Apalagi sebagian

besar kebutuhan dasar masyarakatnya didatangkan dari Filipina.

Pada dekade 1060-an dan 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakin

intens seiring dengan adanya kesepakatan bersama mengenai lintas batas antara

kedua negara. ironisnya, intensitas hubungan tersebut di satu pihak, dan

“keterpencilan” Miangas dari wilayah RI lainnya menyebabkan masyarakat

Miangas lebih mengenal profil figur pejabat Filipina ketimbang pejabat Indonesia.

Hal ini, baru terungkap, ketika pada awal tahun 1970-an sejumlah pejabat pusat

yang menyertai rombongan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke

wilayah perbatasan melihat beberapa potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos

menghiasi rumah penduduk. Agaknya, karena itu pemerintah mulai memperhatikan

problema kehidupan masyarakat Sangihe Talaud, antara lain dengan

menyelenggarakan pelayaran reguler perintis ke pulau-pulau terpencil ini.

Demikian pula, berbagai proyek juga diadakan untuk membuka keterisolasian

kawasan perbatasan. Pun demikian, semua itu tentu belum cukup. Artinya, masih

perlu berbagai upaya lain, terutama yang berorientasi pada peningkatan

kemampuan masyarakat agar tidak ketinggalan dengan warga negara tetangga.

Betapa pun keterpencilan selalu membuahkan penderitaan bagi masyarakat pulau-

pulau di perbatasan, namun mereka tetap merasa sebagai bagian dari bangsa

Indonesia. Ini setidaknya tercermin dalam bidang pendidikan yang dengan

konsisten tetap berkiblat ke Indonesia. Fenomena yang tentu positif bagi

kelestarian keutuhan bangsa dan negara RI.

9

Page 10: Negara Yang Bersengketa

Namun sekali lagi, akan sangat ideal jika Pemerintah RI dapat memetik pelajaran

dari berbagai kasus sengketa perbatasan, termasuk dalam sejarah penyelesaian

masalah Miangas, agar tidak ada lagi yang mencoba menggugat status pulau-pulau

yang menjadi milik Indonesia. Untuk itu, Indonesia harus dapat membuktikan,

bahwa pulau Miangas, pulau Marapit dan pulau Marore adalah sah milik kita,

Indonesia telah diakui masyarakat internasional sebagai negara kepulauan.

2.4 Cara Mengatasinya

Sesungguhnya, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, secara resmi Pulau Miangas

telah menjadi bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia. Ada pun alasan

yang mendasarinya adalah :

Pertama, status kepemilikan Pulau Miangas memang pernah menjadi sengketa

antara Indonesia dan Filipina hingga ke Mahkamah Internasional. Bahkan

keputusan Mahkamah Internasional tentang Pulau Miangas menjadi salah satu

jurisprudensi dalam penyelesaian sengketa kepemilikan pulau-pulau di perbatasan.

Namun sengketa tersebut dimenangkan Indonesia (dalam hal ini “Kerajaan

Kepulauan Talaud”), dan karenanya status Miangas sebagai bagian dari wilayah RI

telah final diakui masyarakat internasional berdasarkan Konvensi Hukum Laut

Internasional 1982 yang secara formal.

Kedua, pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Miangas memang minim dan

terbatas. Ini akibat letak pulau tersebut jauh dari pusat, sehingga kurang mendapat

perhatian media massa.

Dalam konteks yang pertama, dasar pertimbangan Mahkamah Internasional dalam

memutuskan sengketa Miangas, sesungguhnya tak berbeda dengan pertimbangan

yang mendasari keputusannya dalam sengketa Sipadan dan Ligitan, yakni

penguasaan de facto oleh suatu negara. Miangas memang hanya sebuah pulau kecil

di tepian Samudera Pasifik, dan merupakan salah satu pulau yang langsung

10

Page 11: Negara Yang Bersengketa

berhadapan dengan negara tetangga Filipina. Secara geografis Miangas memang

lebih dekat ke Filipina, ketimbang dengan pulau-pulau milik Indonesia lainnya.

Karena letak geografis tersebut, maka hubungan perekonomian masyarakatnya

lebih dekat ke Filipina daripada ke Indonesia. Barang-barang kebutuhan konsumsi

umumnya berasal dari negeri tetangga itu. Sebaliknya, masyarakat Miangas juga

menjual hasil bumi mereka ke Filipina. Namun dalam aspek kultural, penduduk

Miangas lebih dekat dengan Indonesia, karena faktor sejarah kerajaan masa

lampau.

Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan kerajaan dihapus secara

administratif, Pulau Miangas menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Sangihe

Talaud dan setelah pemekaran masuk wilayah Kabupaten Talaud-Provinsi

Sulawesi Utara. Pun demikian, status pemerintahan di Pulau Miangas sungguh

unik. Karena di sini, terdapat Pemerintah Wilayah Kecamatan yang hanya

membawahi satu Pemerintahan Desa. Dengan penduduknya terbilang amat sedikit,

yang unik di pulau ini terdapat anggota militer berpangkat perwira dari negara yang

berbeda, yakni dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan dari Angkatan

Bersenjata Filipina, lengkap dengan anak buah masing-masing.

Adanya, pasukan tentara dari dua negara yang berbeda di pulau ini bukan karena

terlibat sengketa, melainkan dalam rangka kerjasama pengamanan lintas batas di

wilayah perbatasan. Namun dengan penempatan pasukan Filipina di Miangas telah

memberikan suasana khas, setidaknya pada setiap peringatan HUT RI, karena

mungkin hanya di Miangas upacara pengibaran bendera Merah Putih yang

menyertakan tentara asing-pasukan Filipina, ikut berbaris sebagai peserta upacara.

Realitas yang cukup menggambarkan semangat persahabatan antara kedua negara

kini.

11

Page 12: Negara Yang Bersengketa

2.5 Pertanyaan dan Jawaban

1. Negara apa yang bersengketa?

Negara Indonesia dan Filipina

2. Apa yang disengketakan?

Sengketa Indonesia dengan Filipina adalah perairan laut antara P. Miangas

(Indonesia) dengan pantai Mindanao (Filipina) serta dasar laut antara P.

Balut (Filipina) dengan pantai Laut Sulawesi yang jaraknya kurang dari

400 mil.

3. Bagaimana Kronologis sengketa tersebut?

Sengketa perebutan Pulau Miangas antara Indonesia dengan Filipina telah

ada pada tahun 1979. Akan tetapi, perebutan wilayah Pulau Miangas sudah

sejak dahulu sebelum adanya Indonesia dan Filipina. Kepemilikan P.

Miangas oleh Indonesia berdasarkan perundingan antara Amerika Serikat

dan Hindia Belanda di atas kapal Greenphil tanggal 4 April 1928 berkat

putusan arbiter internasional yang bernama DR. Max Huber, memutuskan

Pulau Miangas masuk ke wilayah kekuasaan Hindia Belanda karena

persamaan budaya dengan masyarakat Talaud. Semakin dipertegas

diresmikannya tugu perbatasan antara Indonesia dengan Filipina di tahun

1955, dimana Miangas berada di wilayah Indonesia.

Namun Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta Spanyol 300

tahun lalu dan Trakat Paris tahun 1989, merupakan wilayah Philiphina.

Pernyataan Konsulat Jenderal RI untuk Davao City Filipina yang

mengejutkan bahwa Pulau Miangas dan Pulau Manoreh berdasarkan peta

Spanyol 300 tahun lalu merupakan wilayah Philiphina, bahkan masalah ini

dengan UU pemerintah Filipina yang baru, kedua pulau ini telah masuk

pada peta pariwisata Filipina. Pemerintah Filipina mengakui keberadaan

pulau Miangas sebagai miliknya berdasarkan Trakat Paris tahun 1989,

12

Page 13: Negara Yang Bersengketa

Trakat Paris tersebut memuat batas-batas Demarkasi Amerika serikat (AS)

setelah menang perang atas Spanyol yang menjajah Filipina hingga ke

Miangas atau La Palmas. Trakat itu sudah dikomunikasikan Amerika

Serikat ke Pemerintah Hindia Belanda, tetapi tidak ada reservasi formal

yang diajukan pemerintah hindia Belanda terhadap Trakat itu. Sehingga

kasus ini kembali mencuat pada tahun 2002.

4. Apa latar belakang terjadinya sengketa?

Latar belakang terjadinya sengketa adalah klaim Negara Filipina atas pulau

Miangas yang diindikasikan memiliki keinginan memperluas wilayah juga

memanfaatkan kekayaan pulau tersebut karena Sebelum menjadi daerah

perbatasan, dahulu kawasan pulau ini dikenal sebagai lintasan niaga.

Pertama, dengan rute pelayaran dari daratan Cina lewat Filipina dan Sulu,

menuju pulau penghasil rempah-rempah di Maluku Utara akan melalui

Nusa Utara. Kedua, untuk ke Maluku, jalur pelayaran pelaut dan pedagang

melayu dari Malaka, melalui Borneo Utara, Kepulauan Sulu dan melintas

di laut Sulawesi (strategis).

Pelaut Eropa, paling banyak berlayar melalui jalur kedua tersebut. Apalagi,

setelah Portugis menguasai Pulau Siau dan Spanyol menduduki Filipina. Di

kawasan ini bahan mentah berupa kacang-kacangan, kopra, minyak kelapa,

pala dan cengkeh, serta hasil laut menjadi komoditi utama untuk dibawa ke

Eropa.

Kepuluauan Sangihe dan Talaud secara bergantian dikuasai Portugis dan

Spanyol. Spanyol cukup kuat karena telah menduduki Filipina. Fokus

rebutan Portugis, Spanyol, dan VOC (Vereenigde Oost-Indische

Compagnie) adalah Maluku Utara.

13

Page 14: Negara Yang Bersengketa

Serta adanya perbedaan pendapat tentang batas Negara Indonesia dan

Filipina berkaitan dengan Pulau Miangas yang secara posisi geografis

kedudukannya lebih dekat dengan Negara Filipina.

5. Bagaimana penyelesaian sengketa tersebut? Apakah di ajukan ke MI atau

tidak? Jika diajukan ke MI bagamana putusan MI terhadap sengketa?

Ya. Keputusan Mahkamah Internasional tentang Pulau Miangas menjadi

salah satu jurisprudensi dalam penyelesaian sengketa kepemilikan pulau-

pulau di perbatasan. Namun sengketa tersebut dimenangkan Indonesia

(dalam hal ini “Kerajaan Kepulauan Talaud”), dan karenanya status

Miangas sebagai bagian dari wilayah RI telah final diakui masyarakat

internasional berdasarkan Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.

Kedua, pengetahuan masyarakat Indonesia tentang Miangas memang

minim dan terbatas. Ini akibat letak pulau tersebut jauh dari pusat, sehingga

kurang mendapat perhatian media massa.

Dalam konteks yang pertama, dasar pertimbangan Mahkamah Internasional

dalam memutuskan sengketa Miangas, sesungguhnya tak berbeda dengan

pertimbangan yang mendasari keputusannya dalam sengketa Sipadan dan

Ligitan, yakni penguasaan de facto oleh suatu negara. Miangas memang

hanya sebuah pulau kecil di tepian Samudera Pasifik, dan merupakan salah

satu pulau yang langsung berhadapan dengan negara tetangga Filipina.

Secara geografis Miangas lebih dekat ke Filipina. Karena letak geografis

tersebut, maka hubungan perekonomian masyarakatnya lebih dekat ke

Filipina daripada ke Indonesia. Barang-barang kebutuhan konsumsi

umumnya berasal dari negeri tetangga itu. Sebaliknya, masyarakat Miangas

juga menjual hasil bumi mereka ke Filipina. Namun dalam aspek kultural,

penduduk Miangas lebih dekat dengan Indonesia, karena faktor sejarah

kerajaan masa lampau.

14

Page 15: Negara Yang Bersengketa

BAB III

Penutup

3.1 Tanggapan dan Kesimpulan

Menurut saya sengketa Pulau Miangas menunjukkan adanya kelemahan Indonesia

dalam mengelola daerah batas-batas maritim sehingga negara tetangga

memanfaatkan kelemahan tersebut untuk merebut wilayah Indonesia dan

mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dari kelalaian Indonesia. Indonesia

sebagai Negara kepualaun yang berciri Nusantara, mempunyai luas wilayah kurang

lebih 7.8 juta km2, dimana luas laut 5.8 juta km2 sedangkan luas daratan 2.03 juta

km2 dengan jumlah pulau 17504 dimana 92 pulau merupakan pulau-pulau terluar.

Indonesia di darat berbatasan dengan 3 negara, yaitu Malaysia, papua new guinea,

dan timor leste sedangkan di laut Indonesia mempunyai perbatasan dengan 10

negara, yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua

New Guinea, Australia, dan Timor Leste.

Perhatian pemerintah dan warga Indonesia akan masalah ini masih minim buktinya

banyak pulau terluar Indonesia yang terancam dan tidak dikelola dengan baik

contohnya seperti yang dinyatakan Peta Titik Dasar serta Garis Pangkal Kepulauan

Indonesia yang dikeluarkan Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL menunjukkan

sedikitnya 10 pulau yang berpotensi hilang atau lepas dari wilayah Indonesia.

Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Rondo (utara Pulau Sabang, berbatasan dengan

India), Pulau Berhala (berbatasan dengan Malaysia, di Selat Malaka), Pulau Nipa

(dekat Pulau Batam, berbatasan dengan Singapura), Pulau Sekatung (berbatasan

dengan Vietnam, di Laut Cina Selatan), Pulau Marore dan Pulau Miangas

(berbatasan dengan Filipina), Pulau Fani (berbatasan dengan Palau, di Samudera

Pasifik), Pulau Fanildo dan Pulau Bras (utara Papua, di Samudera Pasifik), serta

Pulau Batek (berbatasan dengan Timor Timur).

15

Page 16: Negara Yang Bersengketa

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan pulau-pulau terluar selama ini

adalah pengelolaan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar serta laut di

sekitarnya beserta sumber daya yang ada. Selain itu merupakan daerah rawan

konflik antar Negara maupun dunia internasional, sehingga kebijakan

pembangunan wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar harus direncanakan

secara terpadu antara kepentingan kesejahteraan dan kepentingan pertahanan

keamanan dengan tidak meninggalkan kepentingan kelestarian lingkungan hidup

Pada kasus sengketa Pulau Miangas yang penduduknya pun lebih intens bergaul

dengan masyarakat Filipina, ketimbang dengan sesama warga negara RI. terlebih

sebagian besar kebutuhan dasar masyarakatnya didatangkan dari Filipina adalah

salah satu contoh kurangya perhatian pemerintah dan warga negara.

Pada dekade 1060-an dan 1970-an, hubungan antara Miangas dan Filipina semakin

intens seiring dengan adanya kesepakatan bersama mengenai lintas batas antara

kedua negara. ironisnya, intensitas hubungan tersebut di satu pihak, dan

terpencilnya Miangas dari wilayah RI lainnya menyebabkan masyarakat Miangas

lebih mengenal profil figur pejabat Filipina ketimbang pejabat Indonesia.

Hal ini terungkap, ketika pada awal tahun 1970-an sejumlah pejabat pusat yang

menyertai rombongan Wakil Presiden, Sri Sultan Hamengku Buwono IX ke

wilayah perbatasan melihat beberapa potret Presiden Filipina Ferdinand Marcos

menghiasi rumah penduduk. Mungkin karena fenomena itu pemerintah mulai

memperhatikan problema kehidupan masyarakat Sangihe Talaud, antara lain

dengan menyelenggarakan pelayaran reguler perintis ke pulau-pulau terpencil ini.

Demikian pula, berbagai proyek juga diadakan untuk membuka keterisolasian

kawasan perbatasan. Namun semua itu tentu belum cukup. Artinya, masih perlu

berbagai upaya lain, terutama yang berorientasi pada peningkatan kemampuan

masyarakat agar tidak ketinggalan dengan warga negara tetangga.

Karena keterpencilan selalu mengakibatkan penderitaan bagi masyarakat pulau-

pulau di perbatasan, tetapi mereka tetap merasa sebagai bagian dari bangsa

16

Page 17: Negara Yang Bersengketa

Indonesia. Hal ini mencerminkan betapa bangganya mereka menjadi bagian dari

bangsa Indonesia walaupun mereka tinggal di pulau yang menjadi pagar dan

kurang mendapat perhatian. Yang harus kita lakukan dalam menjaga dan

mempertahankan setiap jengkal wilayah kedaulatan Republik Indonesia dengan

aktif, bukan reaktif disaat pihak ketiga mencoba merebutnya.

Tidak adanya dana pembelian alutsista hanyalah alasan buruk. Indonesia

membutuhkan pertahanan yang besar, kuat, modern dan professional yang akan

memperkokoh kedaulatan wilayah RI. Hakekat pertahanan Negara adalah integrasi

usaha segenap bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan Negara melindungi

keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan bangsa

dari segala bentuk dan jenis ancaman baik yang datang dari luar maupun yang

timbul di dalam negeri.

Adapun kebijakan pemerintah dalam menjaga kedaulatan yang dikeluarkan oleh

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 15 Januari 2003 yaitu

1. Pengamanan dan peningkatan kehadiran Pemerintah RI sebagai bentuk :

pengejawantahan kedaulatannya terhadap pulau-pulau terluar di perbatasan

antar-negara guna mewujudkan itikad sebagai pemilik kedaulatan yang sah;

dan

untuk meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi penduduk di daerah

perbatasan.   

2. Pada tanggal 28 Juni 2002, Pemerintah mengeluarkan 3 (tiga) Peraturan

pemerintah yaitu :  PP No.36 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban

Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Lintas Damai

(PP LINDA);

PP No.37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat

Udara Asing dalam Melaksanakan Hak Alur Laut Kepulauan yang

ditetapkan (PP ALKI); 

17

Page 18: Negara Yang Bersengketa

PP No.38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis

Pangkal Kepulauan Indonesia.   

3. Ketiga PP tersebut memberi dasar dan kewenangan bagi aparat guna

menegakkan hukum dalam rangka perwujudan kedaulatan nyata di laut.  PP

No.38 Tahun 2002 berfungsi menegaskan keutuhan wilayah NKRI sesuai

dengan konsepsi Wawasan Nusantara.  

4. PP No.38 Tahun 2002 sekaligus mengisi kekosongan hukum, karena UU

No.6 Tahun 1996 tentang Perairan yang menggantikan UU/Prp No.4 Tahun

1960 tidak melampirkan daftar titik koordinat garis pangkal sebagaimana

UU No.4/Prp/1960.  

5.  Diterbitkannya PP No.38 Tahun 2002 tersebut juga memberikan dasar

hukum yang kuat bagi upaya penegakan hukum bagi pelanggaran

kewilayahan di NKRI. 

Adapun kebijakan yang dilakukan oleh Dephan di wilayah perbatasan dan PPKT

(Perbatasan dan Pulau-pulau Kecil Terluar) adalah:

1. Penanganan terhadap permasalahan perbatasan RI dengan memprioritaskan

pada daerah-daerah yang mempunyai kerawanan yang menonjol

2. Menempatkan penyelenggaraan pertahanan Negara di wilayah perbatasan

dan pulau-pulau kecil terluar sebagai lini depan pertahanan Negara.

3. Mendukung program pengembangan wilayah perbatasan dan pulau-pulau

kecil terluar sebagai pusat pertumbuhan berbasis sumber daya alam local

melalui pengembangan berbasis sosio-ekonomi yang diintegrasikan secara

lintas instansi

4. Mendukung penetapan pembangunan dan pemberdayaan wilayah

perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar

5. Mendukung terwujudnya wilayah perbatasan sebagai sabuk pengamanan

yang memiliki daya tangkal tinggi terhadap setiap bentuk dan jenis

ancaman

18

Page 19: Negara Yang Bersengketa

6. Mendukung pembangunan dan peningkatan infrastruktur dasar dan

penunjang di wilayah perbatasan antara lain sarana dan prasarana t

ransportasi, pelayanan kesehatan, pendidikan, pasar, air bersih, listrik, pos

pamtas, dan pos lintas batas

7. Mendukung kelanjutan pengelolaan di 12 pulau kecil terluar yang

berbatasan langsung dengan Negara tetangga untuk mejaga ketuhan

wilayah NKRI

8. Menyelesaikan Rencana Umum Tata Ruang pertahanan khususnya untuk

wilayah perbatasan

Kelemahan Indonesia sudah diketahui oleh negara tetangga sehingga banyak upaya

coba-coba dari mereka untuk merenggut kedaulatan Indonesia ini. Jika Indonesia

tidak ingin kejadian seperti kasus Pulau Miangas ini terjadi lagi Indonesia harus

berubah.

19

Page 20: Negara Yang Bersengketa

Daftar Pustaka

1. Media Indonesia

2. KabarIndonesia

3. http://www.korantempo.com/news/2004/8/22/Perjalanan/52.html

4. http://www.beritahankam.blogspot.com

5. http://www.thesatasconnection.org/2008/07/kawasan-sangihe-talaud-sitaro.html

6. http://beta.tnial.mil.id/cakrad_cetak.php?id=447

20