naskah sebenarnya

2
Disebuah restaurant, suasana semakin tegang ketika Vivi kembali dari toilet dengan baju penuh saus. Tidak ada yang berani bertanya, semua wajah menunduk kebawah penuh ketidakpastian. Wajah orang- orang yang makan disana melihati semua gerak- gerik Vivi seorang. Vivi berusaha bertindak senormal mungkin, namun ternyata ia tidak bisa menghindari yang namanya “salah tingkah”. Ia terus sibuk mengotak atik tasnya, mencari sesuatu yang sepertinya sangat ia butuhkan. Keheningan ini berlangsung sampai beberapa menit, sampai seseorang dengan jas hitam mahal mendatangi mejanya. Pak Pras: Dek, kalo adek tidak mau mengganggu kenyamanan pelanggan kami yang lain, tolong jangan bertindak aneh di restoran kami. Sepetinya adek belum sadar sedari tadi, anda menjadi pusat perhatian disini. Jika tidak ada keperluan lagi adek- adek semua bisa meninggalkan restaurant kami secepatnya. Andri : Vi, janji tetap janji kan. Kalo udah siap, pergi aja yuk? Laura: Kak Vi udah bayar kan? Vivi: Mmm, ntar.. ntar… ( Dengan wajah panic dan penuh kekesalan). Shit… Key: Kenapa ka? Key : Vi, kalo gak bisa bayarin skarang, aku aja yang ganti. Andri : Gak bisa gitu dong Key, lagian kita kan udah sepakat niggalin dompet dirumah masing- masing. Key : Oh, ya ampun. Maaf, aku klupaan Vi.Ternyata aku gak bawa dompet. Vivi : Aduh, gimana dong, dompetku hilang ni. (Sambil meneteskan air mata dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganny). Pak Pras : Sepertinya kalian berusaha menipuku, akan kupastikan anak- anak seperti kalian jera meakukan perbuatan seperti ini !. Bodyguard! Key : Pak, tunggu dulu pak. Ini kan acara ultah teman kami, Vivi. Jadi, please pak maafkan kami, kami bakal bayar kok pak atau mungkin kami bisa melakukan apa saja yang bapak mau. Pak Pras : Saya tidak mau tau! Bodyguard, cepat kesini!

Upload: indriyani

Post on 11-Apr-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xxx

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah sebenarnya

Disebuah restaurant, suasana semakin tegang ketika Vivi kembali dari toilet dengan baju penuh saus. Tidak ada yang berani bertanya, semua wajah menunduk kebawah penuh ketidakpastian. Wajah orang- orang yang makan disana melihati semua gerak- gerik Vivi seorang. Vivi berusaha bertindak senormal mungkin, namun ternyata ia tidak bisa menghindari yang namanya “salah tingkah”. Ia terus sibuk mengotak atik tasnya, mencari sesuatu yang sepertinya sangat ia butuhkan. Keheningan ini berlangsung sampai beberapa menit, sampai seseorang dengan jas hitam mahal mendatangi mejanya.

Pak Pras: Dek, kalo adek tidak mau mengganggu kenyamanan pelanggan kami yang lain, tolong jangan bertindak aneh di restoran kami. Sepetinya adek belum sadar sedari tadi, anda menjadi pusat perhatian disini. Jika tidak ada keperluan lagi adek- adek semua bisa meninggalkan restaurant kami secepatnya.

Andri : Vi, janji tetap janji kan. Kalo udah siap, pergi aja yuk?

Laura: Kak Vi udah bayar kan?

Vivi: Mmm, ntar.. ntar… ( Dengan wajah panic dan penuh kekesalan). Shit…

Key: Kenapa ka?

Key : Vi, kalo gak bisa bayarin skarang, aku aja yang ganti.

Andri : Gak bisa gitu dong Key, lagian kita kan udah sepakat niggalin dompet dirumah masing- masing.

Key : Oh, ya ampun. Maaf, aku klupaan Vi.Ternyata aku gak bawa dompet.

Vivi : Aduh, gimana dong, dompetku hilang ni. (Sambil meneteskan air mata dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganny).

Pak Pras : Sepertinya kalian berusaha menipuku, akan kupastikan anak- anak seperti kalian jera meakukan perbuatan seperti ini !. Bodyguard!

Key : Pak, tunggu dulu pak. Ini kan acara ultah teman kami, Vivi. Jadi, please pak maafkan kami, kami bakal bayar kok pak atau mungkin kami bisa melakukan apa saja yang bapak mau.

Pak Pras : Saya tidak mau tau! Bodyguard, cepat kesini!

( Tiba- seluruh lampu mati dan digantikan dengan lampu bercahaya merah. Beberapa menit kemudian ,dibawah lampu merah yang cukup remang- remang, muncul segerombolan orang yang berbadan besar menggunakan kaca mata hitam dengan kue ulang tahun ditangannya, cukup manis untuk seorang bodyguard. Dia mulai menyayikan lagu ‘Happy Birthday’ yang lama kelamaan dinyanyikan oleh semua orang yang berada disana).

Vivi : Ya, ampuun. Ini.. ini…, aku benar- benar gak nyangka. Oh, sial, dari tadi kalian nipu aku.

Andri : Vi, tiup lilinnya tuh. Nanti keburu habis meleleh. ( Mulai menyanyikan ‘tiup lilin’)