naskah publikasi nu - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/28703/13/naskah_publikasi.pdf · gambar...

14
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) (PTK Kelas VII A Semester 1 SMP N 2 Sawit Boyolali 2013/2014) Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika Diajukan oleh: RATNA CITRA RUSYANI A 410 100 072 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: dangkiet

Post on 11-Apr-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT)

(PTK Kelas VII A Semester 1 SMP N 2 Sawit Boyolali 2013/2014)

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan oleh:

RATNA CITRA RUSYANI

A 410 100 072

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN

SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT)

(PTK Kelas VII A Semester 1 SMP N 2 Sawit Boyolali 2013/2014)

Oleh

Ratna Citra Rusyani1 dan N. Setyaningsih2 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS,[email protected]

2Staf Pengajar UMS Surakarta, [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa

dengan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT). Jenis

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas VII A SMP Negeri 2 Sawit Boyolali yang

berjumlah 27 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, observasi, catatan lapangan,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah proses analisis

data , penyajian data dan verifikasi data. Validitas data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penalaran matematika

siswa yang dapat dilihat dari indikator: 1) Kemampuan menyajikan pernyataan matematika

secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram sebelum tindakan 33% di akhir tindakan 88,8%

2) Kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model 37% dan di akhir

tindakan 44,4% dan 3) Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan 3,8% dan di akhir

tindakan menjadi 40,7 %. Sehingga disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan scientific

melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dapat meningkatkan kemampuan

penalaran matematika siswa SMP Negeri 2 Sawit Boyolali.

Kata kunci: penalaran matematika, scientific, problem solving

Pendahuluan

Kemampuan bernalar sangat erat kaitannya dengan bagaimana manusia-manusia

mencapai kesimpulan-kesimpulan tertentu baik dari pernyataan langsung maupun tidak

langsung. Menurut Prof Dr. Daldiyono (2006:135) “Penalaran adalah proses berpikir dalam

menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.” Penalaran matematika yang mencakup

kemampuan untuk berpikir secara logis dan sistematis merupakan ranah kognitif matematik

yang paling tinggi.

Penalaran matematis merupakan kemampuan dasar matematika yang harus dikuasai

siswa sekolah menengah. Secara garis besar terdapat dua jenis penalaran, yaitu penalaran

induktif yang disebut pula induksi dan penalaran deduktif. Perbedaan antara deduksi dan

induksi pada dasar penarikan kesimpulan yang diturunkan ( Jurnal Yanto Permana dan Utari

Sumarmo: 116).

Berdasarkan wawancara dan observasi awal di SMP N 2 Sawit kelas VII A dengan

jumlah 27 siswa, mempunyai kemampuan penalaran yang bervariasi. Namun, sebagian besar

masih mempunyai kemampuan penalaran yang rendah dan sedang. Kemampuan penalaran

siswa VII A SMP N 2 Sawit dapat dilihat dari indikator (1) kemampuan menyajikan

pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram sebanyak 9 siswa (33 %),

(2) kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model 10 siswa (37 %) dan

kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan 1 siswa (3,8 %) . Akar penyebab

permasalahan tersebut bersumber dari siswa dan guru.

Akar penyebab yang berasal dari siswa adalah siswa kurang mengoptimalkan

kemampuan penalaran. Hal ini terlihat dari siswa yang cenderung malas mencoba

mengerjakan soal yang diberikan oleh guru dan kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap

materi yang dijelaskan sehingga tidak ada usaha dari siswa untuk memahami apa yang

diajarkan oleh guru.

Selain itu, rendahnya kemampuan penalaran siswa diduga disebabkan karena

pembelajaran matematika di kelas yang masih menekankan pada pemberian latihan soal

kepada siswa (drill), sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membangun sendiri pengetahuan yang mereka miliki. Dan dapat pula disebabkan karena

model pembelajaran yang digunakan guru kurang inovatif sehingga siswa kurang memiliki

motivasi untuk mamahami materi yang disampaikan dan menyebabkan siswa malas berpikir

sehingga kemampuan bernalar siswa jadi rendah.

Salah satu alternatif yang dapat ditawarkan untuk menanggulangi masalah di atas

adalah dengan menerapkan pendekatan Scientific. Pendekatan Scientific merupakan suatu

cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan pada

suatu metode ilmiah. Ada juga yang mengartikan pendekatan ilmiah sebagai mekanisme

untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Metode ilmiah

umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian

merumuskan simpulan umum (Kemendikbud : 205)

Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain

dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya,

juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta

dari suatu fenomena atau kejadian. Mereka dilatih untuk mampu berfikir logis, runtut dan

sistematis, dengan menggunakan kapasistas berfikir tingkat tinggi (High Order

Thingking/HOT).

Dalam pendekatan Scientific digunakan metode ilmiah yang malatih siswa untuk

dapat menarik kesimpulan umum dari fenomena-fenomena khusus serta mampu berpikir

logis, runtut dan sistematis, sehingga diduga dapat meningkatkan kemampuan penalaran

matematika siswa. Dalam pembelajaran dengan pendekatan Scientific, menggunakan

langkah-langkah seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring.

Untuk dapat membuat jejaring, harus tercipta pembelajaran yang kolaboratif antara guru dan

siswa atau antar siswa.

Untuk mewujudkan adanya kolaborasi siswa dalam pembelajaran dengan pendekatan

scientific dapat digunakan strategi pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh

Spencer Kagen. Menurut Sasmawati (2012:22) teknik ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk saling mambagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat,

dan juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Berdasarkan keunggulan pendekatan Scientific dan strategi pembelajaran Numbered

Head Together (NHT) diduga dapat meningkatkan penalaran siswa. Atas dasar permasalahan

tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengupayakan peningkatan kemampuan penalaran

siswa kelas VII A SMP N 2 Sawit.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dengan

kolaborasi antara peneliti dan guru matematika. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah

siswa kelas VII A SMP N 2 Sawit Boyolali. Siswa kelas VII A berjumlah 27 orang. Guru

yang menjadi subjek tindakan adalah Anis Muljani, S.Pd. Penelitian dilakukan selama 5

bulan dimulai dari bulan September 2013 sampai bulan Februari 2014.

Metode pengumpulan data pada penelitian terdiri dari: 1) Metode tes untuk

memperoleh data tentang kemampuan penalaran matematika siswa setelah dilaksanakan

penelitian dengan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).

2) Metode observasi dilakukan peneliti untuk mengetahui proses dan dampak yang timbul

setelah diterapkan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).

3) Metode catatan lapangan digunakan oleh peneliti untuk mencatat hal-hal yang penting saat

pembelajaran berlangsung. 4) Metode wawancara yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah wawancara tak terstruktur, dimana pertanyaan mengenai pandangan, sikap, dan

keyakinan subjek yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. 5) Metode dokumentasi

dilakukan untuk memperoleh foto-foto siswa SMP N 2 Sawit pada saat penelitian

berlangsung.

Teknik analisis terdiri dari tiga langkan yaitu 1) proses analisis data yang dilakukan

dengan menelaah semua data yang telah dikumpulkan, kemudian data yang diperoleh

dirangkum dan direkduksi. 2) penyajian data dilakukan dengan menyusun data yang yang

diperoleh dari hasil penelitian di SMP N 2 Sawit sehingga dapat menjadi informasi yang

dapat disimpulkan. 3) Verifikasi dataatau penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil

dari setiap tindakan untuk memperoleh derajad kepercayaan tinggi.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil observasi awal diperoleh beberapa fokus penalitian diantaranya 1)

kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, 2)

kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model dan 3) kemampuan menarik

kesimpulan dari pernyataan. Berdasarkan dialog awal dan observasi pendahuluan tindakan

penelitian akan dilakukan sampai dua kali siklus dengan guru sebagai pelaksana tindakan dan

peneliti sebagai observer. Data sebelum tindakan menunjukkan kemampuan penalaran siswa

yang masih rendah dilihat dari indikator sebagai berikut: 1) Kemamampuan menyajikan

pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram hanya ada 9 (33%), 2)

kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model ada 10 siswa (37 %) dan 3)

kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan ada 1 siswa (3,8 %).

Adapun peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa dari sebelum tindakan

hingga sesudah tindakan siklus II dapat disajikan dalam tabel dan grafik sebagai berikut:

Indikator Penalaran Siswa Sebelum Tindakan

Siklus I Siklus II

1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram

9 Siswa (33%)

17 Siswa (62,9%)

24 Siswa (88,8 %)

2. Kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model

10 Siswa (37 %)

11 Siswa (40,7 %)

12 Siswa (44,4 %)

3. Kemampuan menarik kesimpulan dari

pernyataan 1 Siswa (3,8 %)

5 Siswa (18,5 %)

11 Siswa (40,7 %)

Tabel 1

Data Peningkatan Penalaran Matematika Siswa

Grafik 1

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Dari Tabel I dan Grafik I peningkatan hasil pada siklus I siswa masih belum terbiasa

dengan pelajaran yang diterapkan sehingga kemampuan penalaran matematika siswa belum

meningkat secara optimal, siswa membutuhkan waktu yang lama saat pembentukan

kelompok, dalam diskusi, siswa belum begitu aktif sehingga proses tanya jawab antara

siswa-siswa ataupun siswa-guru belum optimal dan sebagian siswa masih kesulitan dalam

mengerjakan soal yang diberikan. Perbaikan yang dilakukan antara lain guru lebih

mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, kemuadian mamaksimalkan lagi penerapan

pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dengan

melaksanakan semua langkah yang sudah direncanakan dalam RPP, dan membiasakan siswa

untuk menyelesaikan masalah matematika dengan kemampuan penalaran matematika

mareka.

Peningkatan yang terjadi pada siklus II seperti disajikan pada tabel 1 dan grafik 1

dengan penerapan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT)

kemampuan penalaran matematika siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal

ini terbukti pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa dengan situasi pembelajaran dengan

pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) , sudah aktif dalam

diskusi, kemampuan penalaran matematika siswa juga meningkat dibandingkan dengan siklus

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Sebelum tindakan Siklus I Siklus II

Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa

Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram

Kemampuan memberikan penjelasan dengan menggunakan model

Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan

I. Pembelajaran yang dilakukan sudah berjalan dengan lancar dan pembelajaran tidak lagi

berpusat pada guru.

Pada siklus I indikator-indikator kemampuan penalaran matematika siswa sudah mulai

meningkat, tapi peningkatannya belum optimal. Masalah-masalah yang terjadi pada saat

pembelajaran siklus I dicari penyelesaiannya kemudian diadakan perbaikkan yang diterapkan

pada siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II memberikan dampak positif bagi

siswa. Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya kemampuan penalaran matematika siswa

secara signifikan.Pada pertemuan berikutnya, guru lebih memaksimalkan lagi penerapan

pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT).

Siswa yang belum mencapai ketiga indikator penalaran matematika dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut. Siswa ini belum mampu menyajikan pernyataan secara lisan, tertulis,

gambar dan diagram. Hal tersebut terlihat pada soal no 2 (Ubahlah kalimat “Nilai andi kurang

dari 8” ke dalam kalimat atau model matematika!) , pada jawaban siswa tertulis “8 ≤”

seharusnya “Nilai Andi” dimisalkan menjadi x sehingga jawabannya menjadi “x< 8, x adalah

nilai Andi”. Siswa ini juga belum mampu menjelaskan pernyataan dengan menggunakan

model. Hal ini dapat dilihat dari soal no 3 (Bandi dan Lino masing-masing mempunyai

kelereng (� + 5) butir, dan (2� − 1) butir. Jika kelereng Bandi kurang dari kelereng Lino,

tentukan nilai �?), pada jawaban siswa tertulis “(� + 5) +(2� − 1)”, seharusnya “karena

kelereng Bandi < kelereng Lino” maka model matematikanya adalah “(� + 5) < (2� − 1)”.

Siswa ini dikatakan belum mampu memberikan kesimpulan dari pernyataan karena siswa ini

belum mampu mencari nilai a, dan belum menuliskan kesimpulan berapa nilai a.

Gambar 1

Jawaban Siswa Yang Belum Memenuhi Indikator Pencapaian

Ada juga siswa yang sudah menguasai ketiga indikator penalaran matematika yang

dapat dilihat pada Gambar 2. Siswa ini dikatakan sudah mampu menyajikan pernyataan

secara tertulis karena pada jawaban siswa pada soal no 2 (Ubahlah kalimat “Nilai andi kurang

dari 8”) yaitu “x< 8, misal x adalah nilai Andi” berarti siswa sudah mampu menyajikan

pernyataan matematika secara tertulis. Siswa ini dikatakan sudah mampu menjelaskan

dengan menggunakan model karena pada soal no 3 (Bandi dan Lino masing-masing

mempunyai kelereng (� + 5) butir, dan (2� − 1) butir. Jika kelereng Bandi kurang dari

kelereng Lino, tentukan nilai �?), jawaban siswa menuliskan “Bandi < Lino, (� + 5) < (2� −

1)”. Hal ini berarti siswa sudah mampu menjelaskan pernyataan dengan menggunakan

model. Siswa juga sudah mampu menarik kesimpulan dari pernyataan karena pada soal no 3

siswa sudah mampu mencari nilai a dengan benar yaitu a > 6 dan mampu menuliskan

kesimpulan dari nilai a yang didapat yaitu “ Jadi, nilai a < 6”.

Gambar 2

Jawaban Siswa Yang Sudah Memenuhi Indikator Pencapaian

Berdasarkan pembelajaran yang sudah terlaksana dan berakhir pada siklus II,

kemampuan penalaran matematika siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan scientific melalui strategi Numbered Heads Togethers (NHT) dapat

meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa. Hal ini dapat ditunjukkan sejalan

dengan meningkatnya indikator-indikator penalaran matematika siswa sebagai berikut:

a. Siswa mampu menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, dan gambar,

indikator ini dilihat dari bagaimana siswa dapat mengubah suatu pernyataan matematika

menjadi gambar ataupun tertulis.

Peningkatan indikator ini terlihat dari data yang diperoleh menunjukkan siswa

yang mampu menyajikan pernyataan matematika dengan lisan, tertulis, dan gambar

sebelum tindakan (33 %). Pada siklus I meningkat menjadi (62,9 %) dan siklus II

meningkat menjadi (88,8 %).

b. Siswa mampu memberikan penjelasan dengan menggunakan model, indikator ini dilihat

dari bagaimana siswa menggunakan model matematika dalam memecahkan soal yang

diberikan baik dalam diskusi kelompok maupun saat uji kemampuan individu.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mampu memberikan

penjelasan dengan menggunakan model sebelum tindakan (37 %) . Pada siklus I

meningkat menjadi (40,7 %) dan pada siklus II meningkat menjadi (44,4 %).

c. Siswa mampu menarik kesimpulan dari pernyataan, indikator ini dilihat dari bagaimana

siswa menyusun sebuah kalimat dalam menyatakan kesimpulan dari suatu pernyataan

masalah matematika yang ada. Menurut Yanto Permana dan Utari Sumarmo (2007)

penalaran merupakan proses berpikir dalam proses penarikan kesimpulan. Pada siklus II

siswa sudah mulai bisa menarik kesimpulan dari pernyataan matematika yang ada.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa yang mampu menarik kesimpulan

dari pernyataan sebelum tindakan (3,8 %) , pada siklus I meningkat menjadi (18,5 %)

dan pada siklus II meningkat menjadi (40,7 %).

Dari hasil penelitian yang telah dicapai terhadap penelitian yang telah dilakukan, maka

penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti

antara lain penelitian yang dilakukan oleh Chris Rasmussen dan Karen Marrongelle (2006)

yang menyatakan bahwa pengamatan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari akan

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan penalaran. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti yaitu penggunaan permaslahan sehari-hari yang disajikan

dalam LKS dapat meningkatkan penalaran siswa.

Pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam tindakan juga berpengaruh terhadap

kemampuan penalaran matematika siswa. Dalam penelitian yang dilakukan, terjadi perbedaan

kemampuan penalaran siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan scientific. Setelah

diterapkan pendekatan scientific kemampuan penalaran matematika siswa mengalami

peningkatan dibandingkan sebelum penerapan pendekatan pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Kamsiyati, Marwiyanto, dan Sulistya Partono

Putro (2011) yang menyatakan adanya pengaruh antara pendekatan pembelajaran yang

diterapkan dengan kemampuan penalaran dan terhadap prestasi belajar matematika.

Dalam penerapan pendekatan scientific harus didukung oleh strategi pembelajaran yang

dapat mewujudkan kolaborasi siswa dalam pembelajaran. Strategi yang diterapkan dalam

penelitian ini adalah Numbered Head Together (NHT). Setelah diterapkan strategi Numbered

Head Together (NHT) siswa menjadi lebih aktif dan kerjasama siswa dalam kelompok

menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasmawati (2012)

yaitu dengan Numbered Head Together (NHT) dapat memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling membagikan ide-ide dan juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat

kerjasama mereka.

Uraian data penelitian tersebut mendukung diterimanya hipotesis penerapan pendekatan

scientific melalui strategi Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan kemampuan

penalaran matematika siswa yang meliputi 1) kemampuan menyajikan pernyataan

matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram, 2) kemampuan memberian penjelasan

dengan menggunakan model dan 3) kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan.

Simpulan

Beradasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan

penalaran siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Sawit Boyolali setindakan kelas telah diadakan

tindakan kelas dengan pendekatan Scientific melalui strategi Numbered Heads Together

(NHT). Peningkatan kemampuan penalaran matematika siswa di kelas VII A SMP N 2 Sawit

Boyolali ditunjukkan dengan prosentase indikator ketercapaian kemampuan penalaran

matematika siswa yang mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai dengan

tindakan siklus II yang meliputi:

1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan

diagram.

Data hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam

menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram. Sebelum

dilakukan tindakan siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika secara lisan,

tertulis, gambar dan diagram hanya ada 9 siswa dengan prosentase 33%. Setelah

diadakan tindakan siklus I siswa yang mampu menyajikan pernyataan matematika

secara lisan, tertulis, gambar dan diagram sebanyak 17 siswa (62,9 %). Setelah

dilakukan tindakan siklus II meningkat menjadi 24 siswa dengan prosentase 88,8 %.

2. Kemampuan memberian penjelasan dengan menggunakan model

Sebelum dilakukan tindakan, siswa yang mampu memberikakan penjelasan

dengan menggunakan model hanya 10 siswa dengan prosentase 37 %. Setelah diadakan

tindakan siklus I , siswa yang mampu memberikan penjelasan dengan menggunakan

model sebanyak 11 siswa ( 40,7 %). Setelah dilakukan tindakan siklus III dapat

meningkat menjadi 12 siswa dengan prosentase 44,4 %.

3. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan

Data hasil dari penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam

menarik kesimpulan dari pernyataan. Sebelum dilakukan tindakan siswa yang mampu

menarik kesimpulan dari pernyataan hanya ada 1 siswa dengan prosentase 3,8 %.

Setelah diadakan tindakan siklus I siswa yang mampu menarik kesimpulan dari

pernyataan sebanyak 5 siswa ( 18,5 % ). Setelah dilakukan tindakan siklus II

meningkat menjadi 11 siswa dengan prosentase 40,7 %.

Daftar Pustaka

Chris Rasmussen dan Karen Marrongelle. 2006. Pedagogical Content Tools: Integrating

Student Reasoning and Mathematics in Instruction. Jurnal of Reseach in Mathematical

Eduacation. Vol 37 No 5.

Daldiyono.2006. Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sasmawati.2012. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dalam

Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa. . Jurnal pendidikan vol. 30 No 2/Desember 20

Siti Kamsiyati, Marwiyanto, dan Sulistya Partomo Putro. 2011. Pengaruh Penerapan

Pendekatan Matematika Realistik dan Kemampuan Penalaran dalam Pembelajaran

Matematika. Jurnal Pendidikan. Vol 1 no 1, 2011.

Yanto Permana, Utari Sumarmo.2007. Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi

Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasiss Masalah. Jurnal pendidikan

vol.1 No 2/Juli 2007. ISSN:1907-8838