naskah publik asi hubung an asupan serat dan …eprints.ums.ac.id/40030/29/naskah...

12
HUBUNG KADAR K GAN ASUPA KOLESTERO SIL UNIVER NASK AN SERAT OL DARAH KOTA Di FANISA HA J PROGRAM FAKULTAS RSITAS MUH KAH PUBLIK DAN ASUP PADA LAN A SURAKAR susun Oleh ADHIROTUL J310110008 M STUDI S1 S ILMU KES HAMMADIY 2015 KASI PAN LEMAK NSIA DI POS RTA : L RAMADHA ILMU GIZI SEHATAN YAH SURAK K JENUH DE SYANDU AI AN KARTA ENGAN SYIYAH

Upload: truongliem

Post on 06-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGKADAR K

GAN ASUPAKOLESTERO

SIL

UNIVER

NASK

AN SERAT OL DARAH

KOTA

Di

FANISA HAJ

PROGRAM

FAKULTAS

RSITAS MUH

i

KAH PUBLIK

DAN ASUPPADA LAN

A SURAKAR

susun Oleh

ADHIROTULJ310110008

M STUDI S1

S ILMU KES

HAMMADIY

2015

KASI

PAN LEMAKNSIA DI POSRTA

:

L RAMADHA

ILMU GIZI

SEHATAN

YAH SURAK

K JENUH DESYANDU AI

AN

KARTA

ENGAN SYIYAH

ii  

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Judul Penelitian : Hubungan Asupan Serat dan Asupan Lemak Jenuh

dengan Kadar Kolesterol Darah pada Lansia di

Posyandu Aisyiyah Kota Surakarta

Nama Mahasiswa : Silfanisa Hadhirotul Ramadhan

NIM : J310110008

Telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

pada tanggal 1 November 2015 dan layak untuk dipublikasi

Surakarta, 1 November 2015

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ahmad Farudin. SKM., M. Si NIP. 1971 0521 1995031004

dr. Listiana Dharmawati, M. Si SIP.443.2/20/SIP-1/KPT/III/2009

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Setyaningrum Rahmawaty, A.,M. Kes., Ph.D NIK/NIDN : 744/06-2312-7301

iii  

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN ASUPAN LEMAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA LANSIA DI POSYANDU AISYIYAH

KOTA SURAKARTA

Silfanisa Hadhirotul Ramadhan (J 310 110 008) Pembimbing : Ahmad Farudin. SKM., M. Si

dr. Listiana Dharmawati, M. Si

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

Email : [email protected]

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN INTAKE OF FIBER AND INTAKE OF SATURATED FATS WITH TOTAL CHOLESTEROL LEVEL IN THE ELDERY IN INTEGRATED HEALTH POS AISYIYAH OF SURAKARTA Introduction : Ederly person can be said when it entered the age of 45 years. At increasingly older age, total cholesterol level was higher that the total cholesterol level at a young age. One of the efforts to control total cholesterol levels is with a proper nutritional therapy such as by increasing fiber intake and reduce intake of saturated fat in the diet. Purpose : Research aims to understand the relationship between intake of fiber and intake of saturated fats with total cholesterol level on the eldery in integrated health pos Aisyiyah of Surakarta. Research Method : The study was an observational research with cross sectional design. The research subject were selected through consecutive sampling technique, and obtained 42 research subject with regard to the criteria for inclusion and exclution. Data collection on intake of fiber and saturated fats used the 24-hour recall and total cholesterol level used electrode based biosensor. Analysis data used spearman’s correlation tests. Result : Research subject who had less fiber intake by 97,60%, a normal intake of saturated fat by 61,90%, and high total cholesterol level by 52,40%. Conclusion : Statistic tests showed there was no relationship between intake of fiber with total (p=0,65) and there was no relationship between intake of saturated fat with total cholesterol level (p=0,49) Keyword : Intake fiber, intake of saturated fats, total cholesterol level  

1  

PENDAHULUAN

Peranan serat larut air memiliki

sifat postitif, serat dapat mengikat

asam empedu sehingga akan

menurunkan penyerapan kembali

asam empedu oleh dinding usus. Hal

ini menyebabkan ukuran pool asam

empedu berkurang sehingga

meningkatkan perubahan kolesterol

dari darah ke dalam hati untuk

selanjutnya disintesis menjadi asam

empedu tambahan. Dengan demikian

konsentrasi kolesterol di dalam plasma

darah akan berkurang (Astawan,

2004).

Berdasarkan hasil Riskesdas

2007, sebesar 93,60% penduduk

Indonesia memiliki kecenderungan

kurang mengkonsumsi serat. Data

Riskesdas 2013 juga menujukkan hal

yang serupa yaitu sebanyak 93,50%

pendudukan Indonesia kurang

mengkonsumsi sayur dan buah.

Asam lemak jenuh diyakini dapat

mempengaruhi kadar lipid darah,

sedangkan serat dapat menghambat

absorbsi lemak. Mengkonsumsi

makanan yang mengandung lemak

jenuh tinggi dapat menyebabkan

penimbunan lemak dalam hati, yang

kemudian menyebabkan jumlah asetil-

KoA di dalam sel hati untuk

menghasilkan kolesterol meningkat

(Guyton, 2007).

Proporsi nasional penduduk

dengan perilaku mengkonsumsi

makanan berlemak, berkolesterol, dan

makanan gorengan ≥1 kali per hari

sebesar 40,70%. Jawa tengah

termasuk dalam lima kategori teratas

yaitu sebar 60,30%, angka ini melebihi

hasil rata-rata data nasional yaitu

sebesar 40,70% (RISKESDAS, 2013).

Hiperkolestrolemia pada

masyarakat perkotaan lebih banyak

terjadi dibandingkan kasus

hiperkolestrolemia pada masyarakat

pedesaan. Persentase kasus

hiperkolestrolemia pada masyarakat

perkotaan sebesar 39,50%,

sedangkan pada masyarakat

pedesaan lebih rendah yaitu sebesar

32,10%. Hal ini tentunya perlu

mendapatkan perhatian khusus

(Riskesdas, 2013).

Hasil survey pendahuluan yang

dilakukan pada bulan bulan Mei 2015

di Dinas Kesehatan Kota Surakarta,

mendapatkan hasil bahwa cakupan

pelayanan kesehatan pada lansia di

wilayah Solo Utara pada tahun 2012

sebesar 51, 97%, tahun 2013 sebesar

67,48%, dan tahun 2014 sebesar 60,

29%. Untuk wilayah Solo Selatan pada

tahun 2012 sebesar 55, 60%, tahun

2013 sebesar 81, 48%, dan pada

tahun 2014 sebesar 61, 37%. Hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa dari

2  

tahun 2012 hingga 2014 cakupan

pelayanan kesehatan pada lansia di

wilayah Solo Utara lebih rendah

dibandingkan dengan wilayah Solo

Selatan.

Survey pendahuluan yang

dilakukan pada bulan Mei 2015 di

Puskesmas wilayah Asyiyah cabang

Solo Utara, diperoleh data jumlah

lansia yang mengalami

hiperkolesterolemia dalam kurun waktu

satu bulan sebesar 77,27%.

Sedangkan data jumlah non lansia

yang mengalami hiperkolesterolemia

dalam kurun waktu satu bulan sebesar

22,72%. Angka tersebut

menggambarkan bahwa lansia yang

mengalami hiperkolesterolemia lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok

non lansia.

Kadar kolesterol total relatif lebih

tinggi pada saat usia semakin tua dari

pada kadar kolesterol total pada usia

muda. Hal ini dikarenakan semakin tua

seseorang, aktifitas kolesterol LDL

semakin berkurang. Apabila reseptor

ini terganggu maka kolesterol akan

meningkat dalam sirkulasi darah

(Haslet, 1997). Hal ini sesuai dengan

penelitian Listiana dan Purbosari

(2006) bahwa terdapat hubungan

antara usia dan kadar kolesterol total.

Kadar kolesterol dalam darah

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

endogen yang terdiri dari usia, dan

faktor keturunan serta faktor eksogen

yang terdiri dari asupan kolesterol,

asupan lemak jenuh, dibetes mellitus,

hormon tiroid, merokok, dan obesitas

(Guyton, 2007).

Serat dapat mengikat asam

empedu sehingga akan menurunkan

penyerapan kembali asam empedu

oleh dinding usus. Hal ini

menyebabkan ukuran pool asam

empedu berkurang sehingga

meningkatkan perubahan kolesterol

dari darah ke dalam hati untuk

selanjutnya disintesis menjadi asam

empedu tambahan. Dengan demikian

konsentrasi kolesterol di dalam plasma

darah akan berkurang. Serat pangan

juga akan difermentasi oleh mikroflora

menghasilkan asam propionat, asam

propionat dapat menurunkan kolesterol

darah dan menghambat sintesi

kolesterol pada hati. (Astawan, 2004).

Asam lemak jenuh dalam diet

bekerjasama dengan kolesterol yang

berada dalam diet mengurangi aktifitas

reseptor LDL di liver, sehingga

kolesterol total dan LDL dalam darah

naik (Soeharto, 2004). Mengkonsumsi

makanan yang mengandung lemak

jenuh tinggi dapat menyebabkan

penimbunan lemak dalam hati, yang

kemudian menyebabkan jumlah asetil-

KoA di dalam sel hati untuk

3  

menghasilkan kolesterol meningkat

(Guyton, 2007).

Penelitian ini memilih Posyandu

Aisyiyah cabang Solo Utara sebagai

lokasi penelitian karena cakupan

pelayanan kesehatan pada lansia di

wilayah Solo Utara lebih rendah

dibandingkan dengan wilayah Solo

Selatan serta di Posyandu Aisyiyah

tidak diadakan kegiatan pengecekan

kadar kolesteterol darah. Berdasarkan

latar belakang diatas, mendorong

penulis untuk mengetahui hubungan

asupan serat dan lemak jenuh dengan

kadar kolesterol lansia di Posyandu

Aisyiyah Kota Surakarta.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan

pendekaan cross sectional. Penelitian

dilakukan pada bulan Agustus 2014

sampai bulan September 2015 di

Posyandu Aisyiyah Surakarta. Subjek

penelitian yaitu lansia yang berada

pada Posyandu Aisyiyah cabang Solo

Utara sebanyak 42 lansia.

Pengambilan subjek penelitian

dilakukan menggunakan teknik

consecutive sampling, dimana semua

subjek yang datang dan memenuhi

kriteria pemilihan dimasukkan dalam

penelitian sampai jumlah subjek yang

diperlukan terpenuhi. Data asupan

serat dan asupan lemak jenuh

diperoleh dengan cara wawancara

dengan alat bantu form recall 24 jam

dan form food frequency. Pengambilan

data kadar kolesterol menggunakan

metode electrode based biosensor.

Analisis data disajikan dalam

tabel distribusi dan variabel yang

diteliti meliputi asupan serat, asupan

lemak jenuh, dan kadar kolesterol

darah pada lansia. Untuk

mendiskripsikan data yang di peroleh

berupa data distribusi dan presentase.

Uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah uji Korelasi

Spearman’s.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Posyandu

Aisyiyah Cabang Solo Utara Posyandu Lansia merupakan

amal usaha Pimpinan Daerah

Aisyiyah di Bagian Binkes

(Pembinaan Kesehatan) yang

dirintis sejak tahun 1999.. Aisyiyah

cabang Solo Utara terdiri dari 8

ranting yaitu Ranting Nusukan

Timur, Ranting Nusukan, Ranting

Sruni, Ranting Kota Pasir, Ranting

Banyuanyar, Ranting Kadipiro,

Ranting Kadipiro Barat dan Ranting

Sumber Nayu. Dari 8 ranting

Asyiyah Cabang Solo Utara yang

memiliki Posyandu Lansia hanya 5

4  

Ranting yaitu Ranting Nusukan

Timur, Banyuanyar, Sruni, Kadipiro

dan Kota Pasir.

Pelayanan Posyandu

Aisyiyah secara rutin dilaksanakan

setiap satu bulan sekali, dengan

dibantu oleh kader posyandu lansia

dan kerjasama lintas sektor

diantaranya adalah Universitas

Muhammadiyah Surakarta (UMS),

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Surakarta, dan Dinas Kesehatan

Kota Surakarta dalam bentuk

penataran, serta para pimpinan

Aisyiyah yang berkompeten dalam

bidang kesehatan seperti, bidan,

perawat, dan dokter.

B. Analisis Data Univariat Karakteristik Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lansia yang

berada di Posyandu Aisyiyah

cabang Solo Utara yang sesuai

dengan kriteria inklusi dan eksklusi

yang telah ditentukan penulis.

Sesuai dengan hasil penelitian

diperoleh data subjek penelitian

meliputi distribusi berdasarkan

usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, asupan

serat, asupan lemak jenuh, dan

kadar kolesterol dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian menurut Usia

Kategori Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Lansia awal 10 23,8

Lansia akhir 18 42,9

Manula 14 33,3

Total 42 100

Berdasarkan tabel 1. Kategori

usia dibedakan menjadi 3 yaitu

lansia awal (46-55 tahun), lansia

akhir (56-65 tahun), dan manula

(>65 tahun). subjek penelitian

sebagian besar berada pada

kelompok lansia akhir (56-65

tahun) sebesar 42,9%

Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

(n) Persentase (%)

Wanita 30 71,4 Pria 12 28,6 Total 42 100

Berdasarkan tabel 2. Distribusi

subjek penelitian menurut jenis

kelamin menunjukkan bahwa

subjek penelitian sebagian besar

berjenis kelamin perempuan

sebanyak 30 orang (71,4%).

Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian menurut Pendidikan Pendidikan Jumlah

(n) Persentase

(%) Tidak Sekolah

12 28,6

SD 15 35,7 SMP 4 9,5 SMA 10 23,8 PT 1 2,4 Total 42 100

5  

Berdasarkan tabel 3. Distribusi

subjek penelitian menurut

pendidikan menunjukkan sebagian

besar memiliki tingkat pendidikan

Sekolah Dasar sebanyak 15 orang

( 35,7%)

Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian menurut Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (n)

Persentase (%)

Tidak Bekerja

16 38,1

Wiraswasta 21 50 PNS/ Pensiunan

2 4,8

Montir 1 2,4 Sopir 1 2,4 Tukang Becak

1 2,4

Total 42 100 Berdasarkan tabel 4. Distribusi

subjek penelitian menurut

pekerjaan menunjukkan sebagian

besar memiliki Pekerjaan

Wiraswata sebanyak 21 orang

(50%).

Tabel 5. Distribusi Subjek Penelitian menurut Pendapatan

Pendapatan Jumlah (n)

Persentase (%)

< UMR 26 61,9 ≥UMR 16 38,1 Total 42 100

Berdasarkan tabel 5. Distribusi

subjek penelitian menurut

pendapatan menunjukkan

sebagian besar memiliki

Pendapatan < UMR sebanyak 26

orang (61,9%)

Tabel 6. Distribusi Asupan Serat Kategori Jumlah

(n)

Persentase

(%)

Kurang 41 97,6

Normal 1 2,4

Lebih 0 0

Total 42 100

Berdasarkan tabel 6. Distribusi

asupan serat subjek penelitian

menunjukkan sebagian besar

dalam kategori kurang (<25 g/hari)

yaitu sebanyak 97,6%.

Tabel 7. Distribusi Asupan Lemak Jenuh

Kategori Jumlah (n)

Persentase (%)

Normal 26 61,9 Tinggi 16 38,1 Total 42 100

Berdasarkan tabel 7. Distribusi

asupan lemak jenuh subjek

penelitian menunjukkan sebagian

besar dalam kategori normal

(<10% dari total kebutuhan energi)

yaitu sebanyak 61,9%.

Tabel 8. Distribusi Kadar Kolesterol Darah

Kategori Jumlah Persentase Normal 1 2,4 Batas Tinggi 19 45,2 Tinggi 22 52,4 Total 42 100

Berdasarkan tabel 8.

Distribusi kadar kolesterol darah

subjek penelitian menunjukkan

sebagian besar dalam kategori

tinggi (≥240 mg/dl) yaitu sebanyak

52,4%.

6  

C. Analisis Data Bivariat Hubungan Asupan Serat dengan Kadar Kolesterol Darah

Data asupan serat adalah jumlah

asupan serat rata-rata yang

dikonsumsi oleh sampel yang diukur

dengan metode Recall 24 jam selama

3 hari. Data diambil sebelum

pengambilan data kadar kolesterol

darah. Asupan serat dihitung dengan

menggunakan Software Nutri Survey.

Distribusi kadar kolesterol darah

berdasarkan asupan serat dapat dilihat

pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Kadar Kolesterol Darah berdasarkan Asupan Serat

Asupan Serat

Kadar Kolesterol Darah Total Normal Tidak

normal n % n % ∑ %

Kurang 1 2,4 40 97,6 41 100 Normal 0 0 1 100 1 100

Tabel 9. menunjukkan sebesar

97,60% subjek penelitian dengan

asupan serat kurang memiliki kadar

kolesterol tidak normal. Subjek dengan

asupan serat yang normal dan

memiliki kadar kolesterol tidak normal

sebesar 100%. Angka tersebut

menunjukkan bahwa subjek dengan

asupan serat yang kurang dan normal

sama-sama memiliki kadar kolesterol

darah yang tidak normal, sehingga

tidak ada pola kecenderungan

hubungan antara asupan serat dengan

kadar kolesterol darah.

Berdasarkan hasil uji Spearman’s

Coefficient of Correlation diperoleh nilai

p=0,65. Hal ini menunjukkan bahwa

p>0,05 yang berarti tidak ada hubungan

antara asupan serat dengan kadar

kolesterol. Hal ini tidak sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa diet tinggi serat

dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

Serat dapat mengikat asam

empedu sehingga akan menurunkan

penyerapan kembali asam empedu

oleh dinding usus. Hal ini

menyebabkan ukuran pool asam

empedu berkurang sehingga

meningkatkan perubahan kolesterol

dari darah ke dalam hati untuk

selanjutnya disintesis menjadi asam

empedu tambahan. Dengan demikian

konsentrasi kolesterol di dalam plasma

darah akan berkurang. Serat pangan

juga akan difermentasi oleh mikroflora

menghasilkan asam propionat, asam

propionat dapat menurunkan kolesterol

darah dan menghambat sintesi

kolesterol pada hati (Astawan, 2004).

Penelitian ini menunjukkan tidak ada

hubungan asupan serat dengan kadar

kolesterol darah. Hal ini dimungkinkan

karena selain asupan serat masih terdapat

bebagai faktor yang mempengaruhi kadar

kolesterol darah. Beberapa sumber

menyatakan bahwa terdapat berbagai

faktor yang dapat mempengaruhi

kadar kolesterol darah diantaranya,

7  

usia, keturunan, jenis kelamin, asupan

kolesterol, asupan lemak jenuh,

diabetes, kekurangan hormone tiroid,

merokok dan obesitas. Madupa (2006)

menyebutkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara umur, jenis

kelamin, dan status gizi dengan tingkat

kolesterol total. Selain itu, Hatma

(2001) mengemukakan bahwa indeks

aktifitas fisik berhubungan dengan

kadar kolesterol total. Murti (2009)

menyatakan bahwa ada hubungan

asupan kolesterol makanan dengan

kadar kolesterol total.

Hubungan Asupan Lemak Jenuh dengan Kadar Kolesterol Darah

Data asupan lemak jenuh adalah

jumlah asupan lemak jenuh srata-rata

yang dikonsumsi oleh sampel yang

diukur dengan metode Recall 24 jam

selama 3 hari. Data diambil sebelum

pengambilan data kadar kolesterol

darah. Asupan lemak jenuh dihitung

dengan menggunakan Software Nutri

Survey.

Distribusi kadar kolesterol darah

berdasarkan asupan serat dapat dilihat

pada tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Kadar Kolesterol Darah berdasarkan

Asupan Lemak Jenuh Asupan Lemak Jenuh

Kadar Kolesterol Darah Total

Normal Tidak

Normal n % n % ∑ %

Normal 0 0 26 100 26 100 Tinggi 1 6,3 15 93,8 16 100

Tabel 10 menunjukkan sebesar

100% subjek penelitian dengan

asupan lemak jenuh normal memiliki

kadar kolesterol darah tidak normal.

Subjek dengan asupan lemak jenuh

yang tinggi dan memiliki kadar

kolesterol tidak normal sebesar 93,8%.

Angka tersebut menunjukkan bahwa

subjek dengan asupan lemak jenuh

yang normal dan tinggi sama-sama

memiliki kadar kolesterol darah yang

tidak normal, sehingga tidak ada pola

kecenderungan hubungan antara

asupan lemak jenuh dengan kadar

kolesterol darah

Berdasarkan hasil uji Spearman’s

Coefficient of Correlation diperoleh nilai

p=0,49. Hal ini menunjukkan bahwa

p>0,05 yang berarti tidak ada hubungan

antara asupan lemak jenuh dengan kadar

kolesterol. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Nuraeni

dkk (2012) dan Hidayati dkk (2006)

yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara kebiasaan konsumsi

lemak jenuh dengan kolesterol total.

Hal ini bertentangan dengan teori yang

menyebutkan bahwa semakin tinggi

asupan lemak jenuh, kadar kolesterol darah

juga semakin tinggi

8  

Asam lemak jenuh dalam diet

bekerjasama dengan kolesterol yang

berada dalam diet mengurangi aktifitas

reseptor LDL di liver, sehingga

kolesterol total dan LDL dalam darah

naik (Soeharto, 2004). Diet lemak yang

sangat jenuh dapat menyebabkan

penimbunan lemak dalam hati, yang

kemudian menyebabkan jumlah asetil-

KoA di dalam sel hati untuk

menghasilkan kolesterol meningkat

(Guyton, 2007).

Dalam penelitian ini asupan lemak

jenuh dalam makanan tidak mempengaruhi

kadar kolesterol darah. Menurut Astawan

(2004), kolesterol tidak hanya berasal dari

bahan pangan yang sehari-hari dikonsumi.

Haslet (1997) menjelaskan bahwa terdapat

dua jenis kolesterol yaitu kolesterol

eskogen dan endogen. Kolesterol eksogen

yaitu kolesterol yang diabsorbsi setiap hari

dari saluran pencernaan. Kolesterol

endogen merupakan kolesterol yang di

bentuk dalam tubuh dengan jumlah yang

lebih besar dari pada kolesterol eksogen.

Hal ini menjelaskan bahwa hanya sedikit

kolesterol darah yang dipengaruhi oleh

asupan makan.

PENUTUP

Kesimpulan 1. Tidak ada hubugan asupan serat

dengan kadar kolesterol darah

(p=0,65).

2. Tidak ada hubungan asupan lemak

jenuh dengan kadar kolesterol

darah (p=0,49).

Saran 1. Bagi Pembaca dan Peneliti yang

lain

Hasil penelitian ini dapat

memberikan referensi untuk

pengembangan penelitian

selanjutnya yang berhubungan

dengan asupan serat dan asupan

lemak jenuh.

2. Bagi Anggota Posyandu Aisyiyah

Perlunya penambahan bahan

informasi kepada anggota

Posyandu Lansia Aisyiyah terkait

hubungan asupan serat dan

asupan lemak jenuh dengan kadar

kolesterol total.

DAFTAR PUSTAKA Astawan, M dan Tutik, W. 2004. Diet

Sehat dengan Makanan Berserat. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Surakarta.

Guyton, AC., John, EH. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

Hatma, RJ. 2001. Nutrient Intake

Patterns and Their Relation to Lipid Profiles in Diserve Ethnic Population. Disertation. Post Graduate Progam University of Indonesia.

9  

Heslet, L. 1997. Kolesterol yang Perlu Anda Ketahui. Kesaint Blanc. Jakarta

Hidayati, SN., Hadi, H., Lestariana, W. 2006. Hubungan Asupan Zat Gizi dan Indeks Massa Tubuh dengan Hiperlipidemia pada Murid SLTP yang Obesitas di Yogyakarta. Sari Pediatri. 8 (1): 25-31.

Listiana, L dan Purbosari, TY. 2006. Kadar Kolesterol Total pada Usia 25-60 Tahun. 36-40.

Madupa, A. 2006. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kolesterol Total Orang Dewasa di Perkotaan Indonesia. (Analisi Data Sekunder Susenas dan SKRT 2004). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Murti, DK. 2009. Faktor Determinan Terhadap Kadar Kolesterol Total pada Lansia. Tesis. Program Studi Ilmu Gizi. Universitas Diponegoro.

Nuraeni, D., Handayati, L., Setiyono, A. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh dan Obesitas sentral dengan Kolesterol Total pada Dosen dan Karyawan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Tasikmalaya.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol (2nded). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.