naskah pub

25
Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Tentang TB Paru Anak dengan Kecemasan Orang Tua Anak Penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Purwokerto. ABSTRAK Kejadian TB Paru pada anak relatif tinggi, sekitar 5- 15% dari keseluruhan kasus. Orang tua akan mengalami respon kecemasan ketika mengetahui anak dalam kondisi krisis kesehatan, sehingga hal ini dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan proses pengobatan anak. beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan orang tua pada pengobatan TB Paru anak adalah status ekonomi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status ekonomi dan pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Purwokerto. Jenis Penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, berjumlah 125 orang tua. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berjumlah 56 orang tua. Alat ukur yang digunakan adalah checklist, kuisioner pengetahuan dan Self Reporting Quitionere (SRQ). Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisa data bivariat melalui Chi Square Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p-value = 0,025 dan Odd Ratio (OR) sebesar 0,73. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p- value = 0,001 dan Odd Ratio (OR) sebesar 11,345. 1

Upload: akhir

Post on 10-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DSFDS

TRANSCRIPT

Hubungan Status Ekonomi dan Pengetahuan Tentang TB Paru Anak dengan Kecemasan Orang Tua Anak Penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Purwokerto.

ABSTRAK

Kejadian TB Paru pada anak relatif tinggi, sekitar 5-15% dari keseluruhan kasus. Orang tua akan mengalami respon kecemasan ketika mengetahui anak dalam kondisi krisis kesehatan, sehingga hal ini dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan proses pengobatan anak. beberapa faktor yang berhubungan dengan kecemasan orang tua pada pengobatan TB Paru anak adalah status ekonomi dan pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status ekonomi dan pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Purwokerto.Jenis Penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, berjumlah 125 orang tua. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling berjumlah 56 orang tua. Alat ukur yang digunakan adalah checklist, kuisioner pengetahuan dan Self Reporting Quitionere (SRQ). Teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisa data bivariat melalui Chi Square Test.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p-value = 0,025 dan Odd Ratio (OR) sebesar 0,73. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto dengan p-value = 0,001 dan Odd Ratio (OR) sebesar 11,345.Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan terdapat hubungan status ekonomi dan pengetahuan tentang TB Paru anak dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Purwokerto

Kata kunci : Kecemasan, Orang Tua, TB Paru anak, Status Ekonomi, Pengetahuan____________________________________________________________________The Corelation among Economic Status, Knowledge of Tubercolosis in Child and Anxiety in Parents of Children with Tubercolosis at Poly Clinic of Lung Desease in Purwokerto

ABSTRACT

Incidence of Tubercolosis in child in Indonesia are relatively high, around 5-15% of cases. Anxiety response of parents will be happen when their child was crisis condition in health, and this problem was risk factor of treatment fail. Status economic and knowledge of tubercolosis in child were several factors of anxiety in parents. The objective of this study to identify the corelation among economic status, knowledge of tubercolosis in child and anxiety in parents of children with tubercolosis at poly clinic of lung desease in purwokerto. This was a Corelational descriptive with Cross-sectional approach. The populations are 125 parents and used 56 parents as sample. Sampling methods using Purposive Sampling. Measurement instrument of this study used checklist, quitionere about knowledge of tubercolosis in child and self reporting quitionere. Bivariat analysis through Chi Square Test was data analysis technique used to test hypotesis.The results showed that there was a relationship among economic status, and anxiety in parents of children with tubercolosis at poly clinic of lung desease in purwokerto, with p-value= 0,025 and OR=0,73. There was a relationship among knowledge of tubercolosis in child and anxiety in parents of children with tubercolosis at poly clinic of lung desease in purwokerto with p-value= 0,001 and OR= 11,345.Based on the research, it was concluded that there was relationship among economic status, knowledge of tubercolosis in child and anxiety in parents of children with tubercolosis at poly clinic of lung desease in purwokerto.

Keywords: Anxiety, Parents, Tubercolosis in Child, Economic Status, Knowledge_____________________________________________________________________A. Latar BelakangTB Paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Bacil Mycobakterium Tuberculosis yang terutama menyerang paru (Kemenkes, 2007). Penyakit ini telah dikenal satu abad yang lalu, yakni sejak ditemukannya kuman penyebab TB oleh Robert Koch tahun 1882, namun sampai saat ini penyakit TB tetap menjadi masalah kesehatan dan tantangan global di tingkat dunia maupun di Indonesia (Kemenkes, 2007). Pada tahun 2010, Word Health Organization (WHO) menyatakan estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000 dan estimasi insiden berjumlah 430.000 kasus baru per tahun (Kemenkes, 2010). Kemenkes melanjutkan pada tahun 2010, jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Hasil Survei TB paru di Indonesia tahun 2004, menunjukkan bahwa, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Mengacu pada hasil survei prevalensi tahun 2004, diperkirakan penurunan insiden TB BTA positif secara nasional sebesar 3-4 % setiap tahunnya (Kemenkes RI, 2007). Sedangkan berdasarkan Yanuar (2011) mengutip data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, hingga Maret tahun 2007 penderita TB di Jateng mencapai 6.446 orang, dari jumlah tersebut 16% kasus diderita oleh anak-anak. Berdasarkan data Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Purwokerto (2011), di kabupaten Banyumas dilaporkan terdapat 628 kasus TB Paru pada tahun 2010.Salah satu kelompok umur yang rentan terinfeksi TB paru adalah kelompok anak usia Balita. Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Rikesda) tahun 2007, sekitar 2,54% penderita TB paru di Indonesia merupakan kelompok usia Balita. Bahkan data BP4 Purwokerto manunjukkan jika terdapat 216 kasus TB paru pada anak di area Banyumas atau 34% dari keseluruhan kasus TB Paru di area Banyumas (Kemenkes, 2008). Berbagai masalah di masyarakat penderita TB anak tidak terdektesi atau terlambat diketahui, dan sulitnya dokter mendiagnosa kasus TB pada anak di samping masyarakat sendiri yang belum mengetahui epidemiologi penularan TB. Masih banyak orang yang tidak mengetahui secara benar bahwa penyakit TB dapat menular (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2011). Banyak studi yang secara konsisten mendokumentasikan stres dan beban-beban yang dihadapi keluarga, khususnya ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit kronis. Pemberian perawatan di rumah yang berkesinambungan ini dapat mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang serius bagi pemberi perawatan (Friedman, 1998). Dalam menjalankan peran yang dimiliki seringkali orang tua dihadapkan pada kondisi sulit yang dapat menyebabkan kecemasan. Konflik sering muncul, apakah berada di rumah atau menunggui anaknya yang sedang dirawat (Supartini, 2004). Pada pengobatan pasien TB Paru dalam jangka waktu yang panjang dan telah melebihi masa penyembuhan yang semestinya (6 sampai 9 bulan) akan memerlukan biaya yang lebih banyak selain itu akan meningkatkan kecemasan orang tua (Bahar, 2001). Timbulnya reaksi kecemasan orang tua ditandai dengan kewaspadaan yang meningkat berkaitan dengan proses pengobatan TB yang harus selalu minum obat dalam waktu yang lama. Kewaspadaan ini mengakibatkan orang tua merasakan kekhawatiran yang berlebih jika anak harus terus minum obat, maka akan terjadi kemalangan terkait kondisi kesehatan anaknya selanjutnya (Hawari, 2002). Hal ini mengakibatkan orang tua salah mengambil keputusan untuk tidak kembali datang membawa berobat kembali anaknya sehingga obat akan berhenti sebelum waktunya yang justru akan mengakibatkan komplikasi yang sebagian besar terjadi dalam 2-3 bulan setelah terjadinya penyakit dan merupakan fokus reaktivasi nantinya (Ngastiyah, 2003). Berdasarakan pendapat Ohio Development Disability Council (2010), pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan/berpengaruh terhadap emosi orang tua. Notoadmojo (2007) mendefinisiskan pengetahuan sebagai hasil dari proses belajar/pengideraan terhadap suatu obyek tertentu, sehingga secara sederhana pengetahuan diartikan sebagai hasil dari pengalaman seseorang. Selain faktor pengetahuan, status ekonomi merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi emosi orang tua. Status ekonomi menggambarkan tingkat pendapatan keluarga perbulan. Tingkat pengeluaran yang tinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kronis adalah hambatan yang paling sering dirasakan orang tua dalam merawat anaknya. Hasil survey Counting Cost (2010) juga mendapatkan bahwa kesulitan keuangan cenderung memiliki dampak yang negatif dalam kehidupan keluarga termasuk kondisi emosional keluarga dan meningkatkan isolasi sosial. Pada penelitian pendahuluan, peneliti melakukan wawancara kepada 15 orang tua anak dengan TB Paru. Hasil wawancara menunjukkan jika sebagian besar orang tua (10 orang tua) merasa khawatir terkait dengan status kesehatan anaknya, 7 orang tua diantaranya berpikiran jika anaknya akan mengalami gangguan kesehatan dalam waktu yang lama karena terus minum obat tanpa berhenti. Bahkan 3 orang tua melaporkan apakah setelah proses pengobatan selesai anaknya akan kembali terserang penyakit TB Paru, Sedangkan sebagian kecil (5 orang tua) merasa yakin dan percaya diri terkait dengan kesehatan anaknya.

B. Metode PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dan pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi. Rancangan penelitian melibatkan tiga variabel dengan pendekatan Cross sectional. Subyek penelitian adalah orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, sehingga jumlah Responden yang berpartisipasi pada penelitian ini berjumlah 56 Responden.Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari Responden melalui kuesioner yang meliputi pengukuran status ekonomi keluarga, pengetahuan, dan kecemasan orang tua.Instrument penelitian yang digunakan adalah Kuesioner dan checklist. Kuisioner digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kecemasan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Analisa univariat, meliputi gambaran karakteristik Responden, status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru anak, dan kecemasan orang tua. 2) Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru dengan kecemasan orang tua anak penderita TB Paru dalam skala ordinal dengan menggunakan uji Chi-square (x).C. Hasil Penelitian1. Karakteristik Responden Berdasarkan penelitian, Sebagian besar responden berusia 31-40 tahun, berjumlah 24 Responden (42,9%), sedangkan kelompok usia yang paling sedikit adalah 51-60 tahun berjumlah 4 orang (9,78%). Tidak terdapat responden yang berusia >60 tahun. Gambaran tingkat pendidikan responden berdasarkan Tabel 4.1, sebagian besar Responden adalah lulusan SMA atau sederajat, berjumlah 32 Responden (57,1%), dan yang paling sedikit tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi masing-masing berjumlah 4 Responden (7,1%). Berdasarkan Tabel 4.1, gambaran jenis pekerjaan kepala rumah tangga responden sebagian besar berprofesi sebagai wiraswasta, berjumlah 34 Responden (60,7%), dan yang paling sedikit berprofesi sebagai TNI/Polri, berjumlah 1 Responden (1,8%). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa seluruh Responden memiliki Jaminan Kesehatan, berjumlah 56 Responden (100%), dan tidak terdapat responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan.2. Hasil Analisa Univariat Berdasarkan hasil analisa univariat pada penelitian ini didapatkan karakteristik dari masing-masing variabel, yang terdiri dari status ekonomi, pengetahuan tentang TB Paru anak, dan tingkat kecemasan orang tua. Distribusi karakteristik dari masing-masing variabel ditabulasikan sebagai berikut :Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik dari Masing-Masing VariabelStatus Ekonomin%

Lebih 35.4

Cukup 2442.9

Kurang 2951.8

Total56100.0

Tingkat Pengetahuan TB Paru Anakn%

pengetahuan rendah1323.2

pengetahuan sedang2035.7

pengetahuan tinggi2341.1

Total56100.0

Tingkat Kecemasann%

kecemasan sedang1119.6

kecemasan ringan3257.1

tidak ada kecemasan1323.2

Total56100.0

Sumber : Data primer, Juli 2014Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar status ekonomi Responden adalah kurang berjumlah 29 responden (51,8%). Sedangkan Responden yang paling sedikit adalah Responden yang memiliki status ekonomi lebih berjumlah 3 responden (5,4%).Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar Responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang TB Paru anak, berjumlah 23 Responden (41,11%). Sebagian kecil Responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah teng TB Paru anak, berjumlah 13 Responden (23,2%).Tabel 1, menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan ringan, berjumlah 32 responden (57,1%). Sedangkan responden sebagian kecil responden mengalami kecemasan sedang, berjumlah 11 responden (19,6%). Tidak terdapat responden yang mengalami kecemasan berat.3. Hasil Analisa Bivariata. Hasil Analisa Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang TuaHasil uji korelasi dapat dideskripsikan dalam Tabel sebagai berikut :Tabel 2. Hubungan antara Status Ekonomi Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang TuaStatus ekonomi KeluargaTingkat kecemasan orang tuaORX95% CIP-value

beratsedangRinganTidak ada kecemasan

Lebih (%)0(0%)0(0%)2(3.6%)1(1,8%)0,7311.1510,009-0,6210,025

cukup (%)(0%)1(1.8%)14(25%)9(16,1%)

Rendah (%) 0(0%)10(18%)16(28.6%)3(5.4%)

Jumlah (%)0(0%)11(19.6%)32(57.1%)13(23.2%)

Sumber : Data primer, Juli 2014 Tabel 2, menunjukkan bahwa sebagian besar Responden yang memiliki status ekonomi keluarga yang rendah mengalami kecemasan tingkat ringan, yaitu sebanyak 16 Responden. Berdasarkan hasil tabulasi silang hubungan antara status ekonomi keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua, hanya terdapat 2 responden dari 3 responden berstatus ekonomi lebih yang mengalami kecemasan tingkat ringan. Nilai p-value didapatkan sebesar 0,025 untuk korelasi antara status ekonomi dengan kecemasan orang tua. Berdasarkan p-value < 0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan tingkat kecemasan orang tua anak penderita TB Paru di BP4 Purwokerto. Perhitungan nilai Odds Ratio (OR) untuk faktor ini diperoleh nilai 0,73. Hasil OR menunjukkan jika responden memiliki status ekonomi rendah akan memiliki peluang mengalami kecemasan hampir 1 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki status ekonomi yang lebih.b. Hasil Analisa Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang TB Paru pada Anak dengan Tingkat Kecemasan Orang TuaHasil uji korelasi antara tingkat pengetahuan tentang TB paru pada anak dengan tingkat kecemasan orang tua dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang TB Paru pada Anak dengan Tingkat Kecemasan Orang TuaTingkat pengetahuan Tingkat kecemasan orang tuaORX95% CIP-value

BeratsedangRinganTidak ada kecemasan

Rendah (%) 0(0%)7(12.5%)6(10.7%)0(0%)11,37519.5002.540-50,9430,001

Sedang (%)0(0%)2(3.6%)15(26.8%)3(5.4%)

Tinggi (%)0(0%)2(3.6%)11(19.6%)10(17.9%)

Jumlah (%)0(0%)11(19.6%)32(57.1%)13(23.2%)

Sumber : Data primer, Juli 2014Tabel 3 menunjukkan bahwa kelompok terbanyak memiliki tingkat pengetahuan sedang mengalami kecemasan tingkat ringan, berjumlah 15 responden. Terdapat 7 Responden dengan tingkat pengetahuan yang rendah mengalami kecemasan tingkat sedang. Nilai p-value didapatkan sebesar 0,001 untuk korelasi antara tingkat pengetahuan tentang TB paru pada anak dengan tingkat kecemasan orang tua. Berdasarkan p-value