naskah

9
-Suara kicauan burung-burung, air mengalir- Disuatu desa yang penduduknya bermata pencaharian petani,(background dan figuran petani-petani sedang bercocok tanam). -lagu menanam jagung- (masuk seorang laki-laki dan Emaknya) hiduplah seorang laki-laki yang gagah bernama Alin dengan Emaknya, namun keadaan mereka sangat miskin, sehingga membuat laki-laki ini ingin pergi ke desa makmur, yang katanya di desa makmur hampir seluruh warga desanya tidak ada yang miskin, walaupun di desa tersebut bermata pencaharian yang sama. (figuran keluar) (latar: pesawahan. Alin dan Emaknya sedang di sawah) Alin : “emak aku bosan miskin” (sambil mengelap keringat cape macul) Emak : “bicara apa Alin, tidak boleh kita bicara seperti itu” (sambil menuangkan air mnum) “ini minum dulu nak” Alin : (suara glek glek minum, seusai minum) “jika boleh Alin ingin ke desa Makmur Mak, disana walaupun menjadi petani seperti ini, tapi hidupnya sejahtera tidak ada yang miskin Emak” Emak : (menghela nafas) “jika itu yang terbaik berangkatlah nak” Alin : (sumringah sambil memeluk Emaknya) “terimakasih Emak, Alin tak akan melupakan Emak” -lagu tentang Ibu- Keesokan harinya, berangkatlah Alin menggunakan perahu kayu menuju desa makmur diantar oleh sebagian penduduk dan Emaknya. (figuran penduduk desa) Emak : “hati-hati nak, kabari Emak jangan lupa jika sudah sampai disana”

Upload: indahfauziah

Post on 12-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

bercerita tentang petualangan seorang anak perantau. dikemas dengan berbagai cerita dongeng yang ada di dalam maupun diluar.

TRANSCRIPT

Page 1: naskah

-Suara kicauan burung-burung, air mengalir-

Disuatu desa yang penduduknya bermata pencaharian petani,(background dan figuran petani-petani sedang bercocok tanam).

-lagu menanam jagung-

(masuk seorang laki-laki dan Emaknya)

hiduplah seorang laki-laki yang gagah bernama Alin dengan Emaknya, namun keadaan mereka sangat miskin, sehingga membuat laki-laki ini ingin pergi ke desa makmur, yang katanya di desa makmur hampir seluruh warga desanya tidak ada yang miskin, walaupun di desa tersebut bermata pencaharian yang sama.

(figuran keluar)

(latar: pesawahan. Alin dan Emaknya sedang di sawah)

Alin : “emak aku bosan miskin” (sambil mengelap keringat cape macul)

Emak : “bicara apa Alin, tidak boleh kita bicara seperti itu” (sambil menuangkan air mnum) “ini minum dulu nak”

Alin : (suara glek glek minum, seusai minum) “jika boleh Alin ingin ke desa Makmur Mak, disana walaupun menjadi petani seperti ini, tapi hidupnya sejahtera tidak ada yang miskin Emak”

Emak : (menghela nafas) “jika itu yang terbaik berangkatlah nak”

Alin : (sumringah sambil memeluk Emaknya) “terimakasih Emak, Alin tak akan melupakan Emak”

-lagu tentang Ibu-

Keesokan harinya, berangkatlah Alin menggunakan perahu kayu menuju desa makmur diantar oleh sebagian penduduk dan Emaknya.

(figuran penduduk desa)

Emak : “hati-hati nak, kabari Emak jangan lupa jika sudah sampai disana”

Alin : ‘baik Emak, tentu aku akan mengabari Emak” (sambil melambaikan tangan)

(figuran turut melambaikan tangan)

-lagu perpisahan-

Perahu pun melaju perlahan menuju desa Makmur.

Desa makmur ditandai oleh sungai yang memiliki air terjun dengan bebatuan yang besar, disana banyak para gadis yang mencuci ataupun mandi di sungai itu.

Page 2: naskah

-suara air terjun-

Alin : “mimpi apa aku ini bertemu para gadis cantik”

Alin pun melihat beberapa sandal jepit yang dipakai para gadis cantik tersebut. Ada satu sandal jepit yang menurut alin sangat memikat hatinya. Kemudian alin pun mengambil satu dari sepasang sandal jepit tersebut.

Alin : “Sandal ini sangat bagus, pasti pemiliknya pun sangat cantik. Akan aku ambil sandal ini dan akan ku jadikan dia istri ku suatu saat nanti”

Sementara itu, para gadis cantik itu pun selesai mencuci, dan bersiap-siap hendak pulang. Sedangkan Alin tetap melanjutkan perjalanannya setelah mengambil sandal jepit tersebut.

-suara air-

Cinde : (terdiam, bingung, sambil matanya mencari-cari sandal miliknya).

Teman-temannya yang melihat Cinde kebingungan langsung menghampiri Cinde.

Gadis 1 : “kenapa kamu cin?”

Cinde : “ini sandal ku tidak ada”

Gadis 1 : (tutut mencari) “sandal mu yang bunga-bunga itu kan?”

Cinde : “iya itu sandalku, tapi sebelahnya lagi tidak ada”

Gadis 2 : “bukannya tadi kamu taruh di dekat sandalku ya? Sandalku tidak hilang” (sambil menunjukkan sandalnya)

Cinde : “iya, lalu bagaimana ini aku pulang. Jalanan disini kan banyak bebatuan tajam”

Gadis 3 : “bagaimana kalau kamu lewat pesawahan. Tapi 2x lebih jauh dari lewat sini” (sambil menunjuk ke arah jalan)

Cinde : “itu terlalu jauh dan akan memakan waktu yang lama”

Gadis 3 : “tapi tidak ada jalan lain lagi cin”

Cinde : (mengehela nafas) “baiklah aku akan lewat jalan itu” (memasukkan sandalnya kedalam baki cucian)

Akhirnya tanpa sandal, Cinde melewati jalan pesawahan yang sangat panjang, dan disampingnya ada sungai kecil yang terbentang diantara pesawahan itu. Saat cinde sedang berjalan, tiba-tiba cinde melihat seekor ikan yang terbelit kail pancing.

Cinde : “aduh kasian sekali ikan ini” (sambil melepaskan kail si ikan)

Saat ikan itu terlepas dari kailnya. Ikan itu langsung masuk kedalam air. Cinde tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya lagi. Beberapa langkah cinde berjalan, cinde seperti mendengar suara memanggil namanya.

Page 3: naskah

Ikan merah : “cinde....cinde...”

Cinde menghentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang, dibelakangnya tampak seorang anak dengan jubah merah membawa keranjang. Ternyata itu adalah ikan yang ditolong oleh cinde tadi yang berubah menjadi anak kecil berjubah merah.

Cinde : “kamu siapa?”

Ikan merah : “aku adalah ikan yang tadi kamu tolong cinde”

Cinde : “ikan? Ikan yang terkena kail tadi? Bagaimana bisa? Lalu tau darimana namaku”

Ikan merah : (hanya tersenyum dan memberikan sebongkah batu merah yang disimpan dikeranjangnya) “ini ambilah, kamu pantas mendapatkannya”

Cinde : (terheran-heran, sambil mengambil batu merah itu) “ini apa?”

Ikan merah : “ini sebongkah batu yang harus kamu tanam dan kamu rawat cinde”

Cinde : “batu? Ditanam? Akan jadi apa?” (menatap bongkahan batu)

Ikan merah : “kamu akan tau sendiri. Aku harus pergi. Terimakasih cinde”

Belum sempat cinde mengucapkan terimakasih, ikan jubah merah itu pun menghilang.

Cinde : “kemana anak itu?” (sambil melihat sekeliling)

Cinde pun tak mengerti apa maksud semua ini. Cinde melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya di rumah disimpannya batu merah itu diatas meja. Rumah cinde yang hanya beralaskan tanah dan berdinding bilik. Walaupun begitu cinde tidak pernah merasa kekurangan apapun.

Saat cinde sedang menjemur pakaian yang dicucinya tadi, tiba-tiba cinde teringat akan batu merah tersebut. Diambilnya batu merah tersebut dan tanpa berpikir kembali cinde menanam batu merah tersebut, walaupun cinde tak mengerti apa maksud dari semua ini.

Cinde : (sambil menanam) “hari ini hari yang aneh, sudah aku harus kehilangan sandal satu-satunya, bertemu anak ikan, sekarang harus menanam batu”

Saat cinde menyiramnya tiba-tiba tanaman itu langsung tumbuh menjadi tanaman berwarna merah.

-lagu kebunku-

Cinde yang heran tapi penasaran apa yang akan terjadi pada tanaman ini. Setiap hari disiramnya tanaman itu hingga sampai tanaman itu berbunga. Dan ternyata bunganya itu adalah bunga kristal berlian merah yang sangat mahal jika dijualnya.

Cinde : “apa ini kristal berlian?” (cinde menjerit gembira)

-lagu berlian, citra-

Diambilnya kristal-kristal berlian yang tumbuh itu oleh cinde, dan cinde pun menjualnya. Kini cinde menjadi orang kaya di desa Makmur.

Page 4: naskah

Akan tetapi lama kelamaan cinde menjadi gadis sombong yang tak ingat siapa dulu dirinya. Kini dipikirannya hanya uang dan kekayaan saja.

-lagu cinta rupiah-

Cinde : “andai daridulu uangku sebanyak ini. Wah aku harus terus memperkaya diri nih” (sambil mencium uang-uangnya)

Sementara itu Alin pun sudah menjadi saudagar yang kaya raya disana bahkan memiliki istana yang sangat megah.

-lagu bento, iwan fals-

Alin : “hahaha kini aku sudah menjadi kaya raya, bahkan sudah kuambil alih semua wilayah desa ini.

Akan Tetapi Alin masih sendiri, dan Alin ingat akan sandal yang dulu pernah Alin ambil.

Kini Alin menyebarkan sayembara bagi siapa saja perempuan yang kakinya pas dengan sandal yang diambilnya dulu akan menjadi istrinya.

Sayembarapun menyebarluas. Para pengawal Alin mendatangi setiap rumah yang penghuninya seorang gadis untuk memakaikan sandal.

Dirumah salah seorang warga

Pengawal tertinggi : (logat batak) “coba kau pakaikan kepada putri ini” (menyuruh pengawal bawahan)

Pengawal bawahan : “baik laksanakan” (sambil memakaikan sandalnya)

Putri : “wah muat. Aku akan jadi istri saudagar kaya raya” (sumringah)

Semuanya pun berseru senang

-lagu gembira-

Namun saat menari berputar-putar tiba-tiba sandalnya terlepas dan rusak.

Putri : “ehh copot. hehhe” (nyengir kuda)

Pengawal tertinggi yang melihat itu langsung histeris

Pengawal tertinggi : “tidaaaaak. Bagaimana pula ini bisa kau rusakkan”

Pengawal bawahan pun langsung memeriksa kaki sang putri.

Pengawal bawahan : “ini kekecilan dianda. Mengapa kau paksakan makanya jadi rusak. Kapten nona ini merusakkan sandalnya”

Kapten : (pasang muka jutek) “mari kita pergi saja”

Page 5: naskah

Tanpa pikir panjang kapten dan para pengawalnya pun pergi. Sayembara ini akhirnya terdengar di telinga cinde. Cinde masih ingat akan sandalnya yang hilang. Cinde berharap itu adalah sandalnya yang dulu hilang.

Cinde : “jika itu sandal ku yang hilang dulu, dan aku akan menjadi istri saudagar kaya. Dan aku akan tambah kaya”

Kemudian tiba giliran rumah cinde, kapten dan para pengawalnya pun mendatangi rumah cinde.

-suara ketukan pintu-

Cinde pun membuka pintunya dengan perasaan senang

-suara pintu dEmakka-

Kapten : “kedatangan saya kemari ingin mencoba bagi siapapun wanita yang ada dirumah ini untuk mencoba sandal ini, dan akan langsung menikah dengan tuan kami”

Cinde : “dengan senang hati” (membungkuk hormat)

Pengawal tertinggi :”tetapi.....” (sambil menangis)

-suara tangisan bayi-

Tiba-tiba kapten dan para pengawalnya malah menangis bersamaan.

-suara tangisan yang lebih kejer-

Cinde yang tak mengerti akan hal ini, dan pengawal tertinggi pun menunjukkan sandal yang sudah rusak itu sambil tetap menangis.

Pengawal tertinggi : “lihat begini sandalnya, rusak sudah”

Cinde hanya tersenyum dan pergi meninggalkan mereka yang sedang menangis. Seketika sesaat cinde kembali cinde membawa pasangan sandalnya.

Cinde : “tuan-tuan semua, apakah sandal ini yang rusak itu?”

Seketika semua langsung bahagia dengan apa yang mereka lihat

Kapten : “baiklah langsung menikah dengan tuan kami”

Cinde pun langsungdibawa ke tempat Alin yang telah menjadi saudagar kaya raya. Bahagianya cinde yang akan menjadi permaisuri.

Sesampainya di istana

-suara terompet kerajaan-

Di istana akhirnya di gelar pesta pernikahan Alin dan Cinde.

-lagu tentang pernikahan-

Page 6: naskah

Beberapa bulan kemudian, Alin dan Cinde ingin berlibur ke Tanah Asal Alin. Dan merekapun berlayar ke Desa Paduang.

-lagu kampuang nan jauh dimato-

Sesampainya di desa Paduang. Emak yang sangat merindukan Alin langsung berlari menghampiri Alin.

Emak : “Alin..Alin Anakku kemana saja tak pernah mengabari emak” (sambil memegang muka Alin)

Alin : (melepaskan tangan emak) “apa-apaan ini, siapa anda?”

Cinde : “ini emak mu? Kata kau sudah mati?”

Alin : “bukan.. aku tak mungkin punya emak miskin seperti ini”

Cinde : “ya kukira begitu”

Emak pun sangat marah dan murka atas pernyataan Alin dan Cinde istrinya.

Emak : “Apa kau bilang nak? Emak sudah kau anggap mati? Durhaka kau!” (menunjuk muka alin)

Alin : “ya Emak ku sudah lama mati, lantas kau siapa?”

Emak : “Aku ibu mu yang melahirkan mu. Kau telah membuat ku murka Alin. Ku kutuk kau jadi monyet!!”

-suara petir-

Seketika Alin pun wajahnya berubah menjadi monyet. Karena malu memiliki suami seekor monyet Cinde pun pergi meninggalkan Alin.

Alin pun yang tak ingin wajahnya seperti monyet, memohon-mohon kepada ibunya agar dicabut kutukannya.

Alin : “emak, maafkan Alin emak. Alin tak bermaksud begitu emak, hanya saja Alin malu emak kepada istri Alin” (memohon dikaki emak)

Emak : “kau sudah melukai hatiku Alin, pergi...pergii.. jangan harap emak akan mencabut kutukan itu” (sambil mengusir pergi)

Dan karena takut akhirnya Alin berlari kedalam hutan.

Setelah lelah berlari, Alin pun terduduk dibawah pohon menyesali perbuatannya.

Alin : “mengapa harus seperti ini? Kini semua hilang, istriku, ketampananku, istanaku, hartaku, semuanya hilang? Aku menyesal, jika aku mengakui dia ibuku dan aku tak malu mempunyai ibu seperti beliau pasti tidak akan seperti ini”

Page 7: naskah

Saat Alin menyesali perbuatannya, tiba-tiba ada seorang gadis yang sangat cantik, terlebih hatinya pun cantik. Dengan rambut terikat pita, kulitnya putih, pipinya merona, datang menghampiri Alin yang kini menjadi seekor monyet.

Putih : “hei, mengapa kau termenung”

Alin hanya terdiam menatap gadis yang sangat cantik itu.

Putih : (mengambil sebuah apel) “ini untukmu”

Alin hanya mengambil apel dan masih terdiam. Putih pun tersenyum dan berlalu pergi meninggalkan Alin..

Di rumah Putih..

Ternyata putih dijadikan seperti pesuruh disana oleh Ibu tiri dan kedua anaknya yang selalu memerintah putih untuk mengerjakan semua yang mereka bilang.

Ibu tiri : “puuutiiiiiihhhhhhh.. darimana saja kau!