naskah skripsiku3
TRANSCRIPT
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA YANG DILENGKAPI DENGAN PENGAJUAN MASALAH
PADA POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU ALJABAR SISWA KELAS VIII C SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 KALISAT
TAHUN AJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Oleh:
OKTAVIYANTO.CFM NIM. 040210101088
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER 2009
ii
PERSEMBAHAN
Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tidak lupa
Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang dibawah cahaya
iman.
Dengan segala ketulusan hati, Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku, Ibuku (M. Sri Susiyati, S.Pd) dan Bapakku (Herman Sugito)
tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta pengorbanan yang
tiada taranya.
2. Semua saudara, sepupu-sepupuku, adik – adikku dan semua keluarga yang selalu
tulus memberikan doa serta motivasi yang besar artinya bagi setiap langkah
hidupku.
3. Guru – guruku sejak TK, SD, hingga PT, yang telah memberikan ilmu dan
membimbing dengan penuh kesabaran.
4. Semua sahabat – sahabatku di Kalisat dan sekitarnya yang selalu memberikan
kegembiraan dan kebersamaan di manapun kita berada.
5. Semua murid-murid di kelas VIII C SMP Negeri 1 Kalisat yang sangat mendukung
dan mau berbagi canda tawa dan juga pengalaman suka maupun dukanya.
6. Teman – teman matematika khususnya angkatan 2004, semoga kita sukses dalam
meraih cita-cita.
7. Almamater yang kubanggakan.
iii
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada
pelindung bagi mereka selain Dia
(Terjemahan Surat Ar Ra’d ayat 11)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai
(dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, Dan
Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Terjemahan Surat Alam Nashrah Ayat 6 – 8)
Jadikanlah setiap permasalahan sebagai tantangan bagimu untuk terus maju
(Anonim)
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Oktaviyanto Catur Fajar Mulyono
NIM : 040210101088
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul : “Pembelajaran
Pemecahan Masalah Model Polya Yang Dilengkapi Dengan Pengajuan Masalah Pada
Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalisat
Tahun Ajaran 2008/2009”adalah benar – benar hasil karya sendiri kecuali jika dalam
pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan pada institusi
manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan
paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, Januari 2009
Yang menyatakan,
Oktaviyanto Catur Fajar Mulyono NIM. 040210101088
v
HALAMAN PENGAJUAN
PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH
MODEL POLYA YANG DILENGKAPI DENGAN PENGAJUAN
MASALAH PADA POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU
ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 1 KALISAT TAHUN
AJARAN 2008/2009 Skripsi
Diajukan untuk dipertahankan di depan penguji sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Strata Satu pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember
Disusun Oleh:
Nama : Oktaviyanto Catur Fajar Mulyono
NIM : 040210101088
Angkatan : 2004
Jurusan / Program : P. MIPA / Pendidikan Matematika
Tempat / Tanggal Lahir : Jember, 29 Oktober 1985
Daerah Asal : Jember
Disetujui,
Dosen pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Sunardi, M.Pd Dra. Dinawati T, M.Pd NIP. 131 274 729 NIP. 131 807 264
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan penguji pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 15 Januari 2009
Jam : 08.45 – 09.45
Tempat : Gedung III FKIP Universitas Jember
Tim Penguji
Ketua Sekretaris
Drs. Suharto, M.Kes Dra. Dinawati T, M.Pd NIP. 131 274 730 NIP. 131 807 264
Anggota I, Anggota II,
Dr. Sunardi, M.Pd Drs. Antonius C. P., M.AppSc NIP 131 975 305 NIP 132 052 409
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Drs. H. Imam Muchtar, S.H., M.Hum NIP. 130 810 936
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Yang Dilengkapi Dengan Pengajuan
Masalah Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Siswa Kelas VIIIC SMP Negeri
1 Kalisat Tahun Ajaran 2008/2009” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Sarjana Jurusan P. MIPA
Program Studi pendidikan Matematika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu;
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember;
3. Ketua Program Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember;
4. Dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang dengan kesabaran telah
membimbing dalam menyelesaikan tugas akhir ini;
5. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika memberikan ilmu dan
membimbing dengan penuh kesabaran;
6. Kepala Sekolah, guru matematika, dan siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Kalisat,
serta;
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Jember, Desember 2008 Penulis
viii
RINGKASAN
Penerapan Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Yang Dilengkapi Dengan Pengajuan Masalah Pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar Kelas VIIIC Semester Ganjil SMP Negeri I Kalisat Tahun Ajaran 2008/2009. Oktaviyanto. CFM, 040210101088, 160 Halaman Dalam proses kegiatan pembelajaran matematika, kegiatan pemecahan masalah
merupakan kegiatan pembelajaran yang penting. Pemecahan masalah membekali siswa
dengan pengetahuan dan alat sehingga siswa dapat memformulasikan, mendekati, dan
menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah mereka pelajari disekolah. Guru
seharusnya memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan kemampuan dan strategi
pemecahan masalah. Namun, pembelajaran yang diterapkan oleh guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 1 Kalisat pada umumnya masih kurang berorientasi pada
siswa. Guru masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Hal ini berakibat kejenuhan
siswa pada pelajaran matematika serta kurang aktifnya siswa pada kegiatan
pembelajaran sehingga hasil belajar menjadi kurang memuaskan. Apalagi setelah siswa
dihadapkan pada soal pemecahan masalah matematika. Oleh sebab itulah, maka perlu
adanya suatu pembelajaran yang bisa mengkonstruksi pola pikir sistematis dan sekaligus
meningkatkan partisipasi aktif siswa pada kegiatan pembelajaran. Itulah yang mendasari
peneliti untuk menerapkan pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang
dilengkapi dengan pengajuan masalah (problem posing). Peneliti bertujuan untuk
meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa sebagai indikator peningkatan kemampuan
pemecahan masalah sekaligus juga ingin meningkatkan partisipasi aktif siswa pada
kegiatan pembelajaran.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kalisat mulai tanggal 14 Oktober
2008 sampai tanggal 24 Oktober 2008 dengan subjek penelitian adalah siswa kelas
VIIIC. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes, dan
wawancara. Data yang dikumpulkan berupa jawaban siswa terhadap tes yang dilakukan
ix
pada setiap akhir Siklus, aktivitas siswa selama proses pembelajaran Siklus I dan II serta
jawaban siswa terhadap wawancara yang dilakukan peneliti.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) Penerapan pembelajaran
pemecahan masalah model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah pada
pokok bahasan faktorisasi suku aljabar di kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalisat berjalan
dengan lancar, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya prestasi siswa dan ketuntasan
belajarnya. Selain itu siswa merasa senang dengan pembelajaran yang diterapkan
meskipun terdapat beberapa kendala yang dialami di lapangan; 2) Pembelajaran
pemecahan masalah model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada pokok
bahasan faktorisasi suku aljabar. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dari 77,5% menjadi 90% pada Siklus II, serta juga pada analisis hasil tes
yang diolah dengan menggunakan statistik deskriptif; 3) hasil analisis aktivitas siswa
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. .. I
PERSEMBAHAN ...........................................................................................................II
MOTTO ......................................................................................................................... III
PERNYATAAN............................................................................................................. IV
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................................ V
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... VI
KATA PENGANTAR..................................................................................................VII
RINGKASAN ............................................................................................................. VIII
DAFTAR ISI.................................................................................................................... X
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... XIII
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................XIV
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ XV
BAB 1. PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................8
2.1 Pengertian Masalah Matematika.........................................................................8
2.2 Soal Cerita Matematika........................................................................................9
2.3 Pemecahan Masalah Dalam Matematika .........................................................10
2.4 Pemecahan Masalah Dengan Model Polya .......................................................12
HALAMA
xi
2.5 Pengajuan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika..................................14
2.6 Pembelajaran Pemecahan Masalah Yang Diiringi Atau Dilengkapi Dengan
Pengajuan Masalah (Problem Posing)...........................................................17
2.7 Materi Faktorisasi Suku Aljabar.......................................................................18
2.7.1 Operasi Hitung Bentuk Aljabar .....................................................................18
2.7.2 Pemfaktoran...................................................................................................20
2.7.3 Pecahan Dalam Bentuk Aljabar.....................................................................22
2.8 Soal Cerita Pada Faktorisasi Suku Aljabar......................................................22
BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................................25
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ..........................................................................25
3.2 Subyek Penelitian ................................................................................................25
3.3 Definisi Operasional............................................................................................26
3.4 Pendekatan Dan Jenis Penelitian.......................................................................26
3.4.1 Pendekatan Penelitian....................................................................................26
3.4.2 Jenis Penelitian ..............................................................................................27
3.5 Rancangan Penelitian .........................................................................................28
3.5.1 Tindakan Pendahuluan ..................................................................................28
3.5.2 Pelaksanaan Tindakan ...................................................................................29
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................................31
3.6.1 Dokumentasi..................................................................................................31
3.6.2 Observasi .......................................................................................................32
3.6.3 Tes .................................................................................................................32
3.6.4 Wawancara ....................................................................................................33
3.7 Analisa Data.........................................................................................................33
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................36
4.1 Hasil Penelitian....................................................................................................36
4.1.1 Tindakan Pendahuluan ..................................................................................36
4.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ........................................................................37
xii
4.1.3 Analisa Data Hasil Penelitian........................................................................49
4.2 Hasil Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Dan Siswa..............................57
4.2.1 Wawancara Terhadap Guru Sebelum Pelaksanaan Penelitian ......................57
4.2.2 Wawancara Terhadap Tanggapan Guru Dan Siswa Terhadap Pembelajaran58
4.3 Temuan Penelitian ..............................................................................................60
4.4 Pembahasan .........................................................................................................61
BAB 5. PENUTUP .........................................................................................................68
5.1 Kesimpulan ..........................................................................................................68
5.2 Saran.....................................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................71
xiii
DAFTAR TABEL
3.1 Kategori penilaian aktivitas belajar siswa dan guru ..................................................35
4.1 Jadwal Kegiatan pelaksanaan tindakan penelitian.....................................................38
4.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Penelitian Pada Siklus II............................45
4.3 Perbandingan aktivitas siswa tiap Siklus ...................................................................51
4.4 Perbandingan Aktivitas Guru Tiap Siklus .................................................................52
4.5 Statistik Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada
Siklus I......................................................................................................................53
4.6 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan
Masalah Matematika ................................................................................................53
4.7 Statistik Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada
Siklus II ....................................................................................................................54
4.8 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan
Masalah Matematika ................................................................................................55
4.9 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Setelah Pembelajaran Pemecahan Masalah
Model Polya Yang Dilengkapi Dengan Pengajuan Masalah Siklus I Dan II...........55
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika ..............................................14
3.1 Skema Kemmis Dan Mc Taggart...............................................................................28
4.1 Diagram Aktivitas Siswa Tiap Siklus ........................................................................52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Matriks Penelitian .................................................................................................... 74
2. Pedoman Pengumpulan Data ................................................................................... 76
3. Kriteria Penilaian Pedoman Observasi .................................................................... 79
4. Rencana Pembelajaran ............................................................................................. 82
4.1 RPP1 Siklus 1 .................................................................................................... 82
4.2 RPP2 Siklus 1 .................................................................................................... 86
4.3 RPP1 Siklus 2 .................................................................................................... 90
4.4 RPP2 Siklus 2 .................................................................................................... 94
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 .................................................................................. 98
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 ..................................................................................102
7. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3 ..................................................................................105
8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4 ..................................................................................109
9. Lembar Kerja Siswa (LKS) 5 ..................................................................................113
10. Lembar Kerja Siswa (LKS) 6 ..................................................................................116
11. Soal Tes Siklus I ......................................................................................................120
12. Soal Tes Siklus II .....................................................................................................121
13. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus I.............................................................................122
14. Kunci Jawaban Soal Tes Siklus II ...........................................................................128
15. Transkrip Wawancara ..............................................................................................136
16. Soal Yang Dibuat Siswa .........................................................................................145
17. Analisis Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus I ..........................................147
18. Analisis Hasil Observasi Kegiatan Siswa Pada Siklus II.........................................149
19. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I ...........................................151
20. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II..........................................152
21. Analisis Hasil Tes Siklus I.......................................................................................153
22. Analisis Hasil Tes Siklus II......................................................................................155
xvi
23. Surat Ijin Penelitian..................................................................................................156
24. Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................................................157
25. Formulir Pengajuan Judul dan Pembimbingan Skripsi............................................158
26. Berita Acara Seminar Skripsi...................................................................................159
27. Berita Acara Ujian Skripsi .......................................................................................161
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam proses kegiatan pembelajaran matematika, kegiatan pemecahan
masalah (problem solving) merupakan kegiatan pembelajaran yang penting. Melalui
kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika menjadi penting seperti penerapan
aturan pada masalah yang tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian,
komunikasi matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan lebih baik.
Abidin (dalam Murni,2003:65) menyatakan pentingnya pemecahan masalah
yaitu dapat membentuk sikap positif pada diri siswa untuk dapat mengambil
keputusan yang tepat dalam situasi tertentu. Sehubungan dengan itu, National
Council of Teacher of Mathematics (dalam Murni,2003:65) menjelaskan sedikitnya
ada dua fungsi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Pertama,
pemecahan masalah adalah alat yang penting dalam mempelajari materi matematika.
Banyak konsep yang matematika yang dapat dikenalkan secara lebih efektif kepada
siswa melalui pemecahan masalah. Kedua, pemecahan masalah dapat membekali
siswa dengan pengetahuan dan alat sehingga siswa dapat memformulasikan,
mendekati, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan yang telah mereka pelajari di
sekolah. Sebagai implikasinya, siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan – kemampuan dan strategi – strategi pemecahan masalah.
Melalui pemecahan masalah, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman
menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan
pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Nah, pemecahan masalah yang
dimaksud disini dan sesuai dengan uraian diatas adalah pemecahan masalah yang
mengacu pada soal yang terkategori sebagai “masalah” bagi siswa. Suatu soal tentu
berbeda dengan soal yang terkategori sebagai “masalah”. Sebagian besar ahli
pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang
menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan oleh
2
suatu prosedur rutin yang telah dikenal oleh si pelaku (Shadiq, 2004:10). Maka untuk
menyelesaikan suatu masalah diperlukan waktu yang relatif lebih lama dari proses
pemecahan soal rutin biasa. Serta diperlukan keterampilan dan pengalaman siswa
mengingat termuatnya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu
prosedur rutin menuntut pengetahuan yang lebih dari diri siswa, yang hanya bisa
diperoleh dengan banyak menemukan soal yang merupakan masalah dan banyak
berlatih untuk mencari penyelesaiannya.
Dari uraian tentang pentingnya pembelajaran pemecahan masalah, dan
rumitnya soal yang terkategorikan sebagai masalah. Maka perlu adanya suatu
prosedur khusus yang memudahkan siswa dalam proses penyelesaian atau pencarian
terhadap pemecahan dari suatu soal yang terkategorikan sebagai masalah matematika.
Polya (http://en.wikipedia.org) memperkenalkan 4 langkah penting yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan masalah matematika. 4 langkah itu disusun secara
berurutan yaitu : (1) memahami masalah; (2) membuat rencana penyelesaian; (3)
melaksanakan rencana; (4) menelaah atau melihat kembali.
Masalah matematika di sekolah biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita.
Dalam hal ini, soal cerita hanyalah alat atau media untuk menerapkan pemecahan
masalah dalam konteks kegiatan belajar mengajar dikelas. Soal cerita matematika
adalah soal yang diungkapkan dalam bentuk cerita yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari yang melibatkan matematika. Haji (dalam Ulfa, 2006:1)
menyatakan bahwa soal cerita matematika adalah soal matematika yang disajikan
dalam bentuk serangkaian kata-kata yang bermakna. Kebermaknaan ini memuat arti
soal itu memuat masalah yang menuntut penyelesaian.
Banyak siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan permasalahan
matematika. Keberhasilan dan kegagalan dalam belajar, khususnya matematika
sangat tergantung pada bagaimana proses pembelajaran matematika itu dilaksanakan.
Guru hendaknya dapat menerapkan pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi aktif, baik secara fisik maupun mental dalam
kegiatan pembelajaran di kelas.
3
Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1
Kalisat terhadap sistem pembelajaran di kelas, ditemukan bahwa pembelajaran masih
kurang berorientasi kepada siswa. Dalam pengertian ini, siswa kurang aktif
membangun pengetahuan yang dimiliknya bahkan terkesan banyak siswa yang
kurang serius dan kurang aktif mengajukan pertanyaan dalam proses belajar di kelas.
Hal ini berakibat hasil belajar matematikanya menjadi kurang memuaskan.
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
antara lain : pemberian tugas – tugas, memberi pujian kepada siswa yang aktif, serta
memberi remidi bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tetapi usaha – usaha
tersebut dirasa kurang mampu memberikan hasil sesuai harapan. Siswa yang aktif
dalam kegiatan pembelajaran masih sangat kurang. Bahkan banyak siswa tidak
belajar waktu akan ulangan, dengan alasan masih ada Remidi ulangan harian. Ini
membuat sebagian siswa malas untuk belajar, apalagi aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu bahasan utama yang selalu menjadi kesulitan siswa adalah soal
pemecahan masalah. Pada bahasan ini materi soal cerita yang cukup sulit dan
sebagian besar siswa masih kurang mengerti adalah soal cerita pada kelas VIII.
Materi Faktorisasi Suku Aljabar merupakan satu diantara beberapa pokok
bahasan seperti juga Persamaan Garis Lurus dimana soal pemecahan masalahnya
merupakan soal yang masih sulit dipecahkan oleh siswa. Kesulitan menyelesaikan
soal cerita pada pokok bahasan ini berdasarkan wawancara dengan guru, siswa
mudah menerapkan rumus – rumus pada soal rutin tetapi untuk soal cerita, siswa
kesulitan dalam menentukan apa yang dimaksud dalam soal. Siswa kesulitan
memahami kalimat dalam soal. Ini diperparah dengan seringnya siswa melakukan
kesalahan dalam mengoperasikan bilangan bulat, serta kesalahan oleh sebagian besar
siswa dalam mengoperasikan bentuk – bentuk aljabar. Dalam hal ini, dipicu oleh
kekurang pahaman siswa pada konsep variabel, konstanta, dan suku sehingga siswa
mengoperasikan bentuk – bentuk aljabar secara sembarangan. Padalah guru sudah
4
berulang kali mengingatkan siswa. Tetapi tetap saja kesalahan tersebut masih sering
terjadi.
Kelas yang menjadi subyek penelitian ini adalah kelas VIII C, dimana
kesalahan jenis tersebut paling sering terjadi. Sebagian besar siswa juga tingkat
belajarnya masih dibawah rata – rata. Beberapa siswa bahkan tidak punya motivasi
untuk belajar dan seringkali tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya.
Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita perlu dicari
jalan keluarnya. Yaitu dengan mengajarkan siswa cara memecahkan soal cerita pada
pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
menyelesaikan soal cerita materi Faktorisasi Suku Aljabar dan dapat mengaplikasikan
pada masalah serupa di situasi yang lain. Karena materi tersebut merupakan materi
dasar yang penting diajarkan sebagai bekal siswa untuk mempelajari matematika
lebih lanjut. Teknik atau model pemecahan masalah yang cocok diterapkan adalah
model Polya. Ini dimaksudkan karena model terebut merupakan model yang mudah
diterapkan dan beberapa penelitian menunjukkan penyelesaian masalah model Polya
terbukti efektif. Penelitian Hawa (1999), Sudarmanto (2000) dan Hobri (dalam
Teknobel,2004: 143-154) menunjukkan bahwa setelah belajar penyelesaian masalah
matematika dengan model Polya hasil belajar siswa cenderung meningkat. Model
Polya memberi arah yang jelas bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dengan langkah-langkah yang sistematis.
Hasil penelitian dari A Silver dan J Cai (dalam Sugiarta, 2001:27)
menunjukkan sebuah strategi yang cocok dan telah terbukti efektif adalah strategi
pengajuan masalah. Strategi ini menurut temuannya menyatakan adanya korelasi
positif antara kemampuan pengajuan masalah dengan kemampuan pemecahan
masalah siswa di sekolah menengah. Sedangkan Polya (Sutawijaya, 1998)
mengatakan bahwa pengajuan masalah (problem posing) merupakan salah satu
kegiatan dalam pemecahan masalah (problem posing).
Berdasarkan kedua hal tersebut diatas, untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita, serta mengatasi masalah yang menyangkut keaktifan,
5
kemampuan bertanya dan hasil belajar, ditetapkan model pembelajaran yang menjadi
fokus penelitian ini yaitu pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang
dilengkapi dengan strategi pengajuan masalah pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 1
Kalisat untuk tahun ajaran 2008/2009. Model Polya digunakan sebagai alat untuk
mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika pada pokok bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar, serta menempatkan strategi pengajuan masalah sebagai
komponen pelengkap yang sangat perlu diperhatikan untuk meningkatkan
kemampuan bertanya siswa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ketuntasan
belajarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan pembelajaran pemecahan masalah matematika model
Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah pada pokok bahasan Faktorisasi
Suku Aljabar pada siswa kelas VIIIC semester ganjil SMP Negeri 1 Kalisat
Tahun Ajaran 2008/2009?
2. Bagaimana aktivitas siswa dan juga aktivitas guru jika menggunakan
pembelajaran pemecahan masalah matematika model Polya yang dilengkapi
dengan pengajuan masalah pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar pada
siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 1 Kalisat tahun ajaran 2008/2009?
3. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran
pemecahan masalah matematika model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan
masalah pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar pada siswa kelas VIIIC
semester ganjil SMP Negeri 1 Kalisat tahun ajaran 2008/2009?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran pemecahan masalah matematika
model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah pada pokok bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 1
Kalisat Tahun Ajaran 2008/2009
2. Untuk mengamati dan menganalisa aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran
pemecahan masalah matematika model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan
masalah pada pokok bahasan Faktorisasi Suku Aljabar pada siswa kelas VIII
semester ganjil SMP Negeri 1 Kalisat tahun ajaran 2008/2009 berlangsung
3. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah setelah pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah
matematika model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah pada pokok
bahasan Faktorisasi Suku Aljabar pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP
Negeri 1 Kalisat tahun ajaran 2008/2009
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan pemahaman tentang bagaimana menyelesaikan
soal cerita matematika dengan model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan
masalah (problem posing) sehingga diharapkan dapat mengatasi kesulitan
menyelesaikan soal berbentuk pemecahan masalah yang selama ini mungkin
menjadi kesulitan bagi sebagian besar siswa.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang
efektif untuk membantu siswa dalam menyelesaikan soal cerita (soal pemecahan
masalah).
7
3. Bagi lembaga pendidikan atau sekolah yang terkait, diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi peningkatan mutu pendidikan khususnya perbaikan
pembelajaran.
4. Bagi peneliti lain, temuan yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pengembangan atau masukan bagi penelitian selanjutnya.
8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Masalah Matematika
Masalah matematika berbeda dengan soal matematika. Suatu soal matematika
belum tentu merupakan masalah. Menurut Hudojo (dalam Hobri, 2004:144), suatu
soal matematika dapat dikatakan masalah jika soal itu tidak dapat diselesaikan secara
langsung dengan rumus-rumus atau prosedur-prosedur biasa yang telah tersedia. Jadi
untuk menyelesaikan atau mengerjakan suatu masalah matematika diperlukan
beberapa tahap-tahap yang melibatkan rumus-rumus tertentu untuk mencari
penyelesaiannya. Lebih lanjut, banyak ahli pendidikan (Shadiq,2004;12) berpendapat
bahwa suatu soal atau pertanyaan dapat merupakan masalah hanya jika pertanyaan
itu menunjukkan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak dapat dipecahkan
oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui si pelaku.
Implikasi dari definisi di atas, termuatnya ‘tantangan’ serta ‘belum
diketahuinya prosedur rutin’ pada suatu pertanyaan yang akan diberikan kepada para
siswa akan menentukan terkategorikan atau tidaknya suatu pertanyaan menjadi
‘masalah’ atau hanyalah suatu ‘soal’ biasa. Karenanya, dapat terjadi bahwa suatu
‘masalah’ bagi seseorang siswa akan menjadi ‘soal’ bagi siswa lainnya karena ia
sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya. Lebih lanjut, suatu soal atau
latihan (exercise) dapat diselesaikan dengan menerapkan satu atau lebih algoritma.
Problem atau masalah lebih kompleks dari latihan karena untuk menyelesaikannya
tidak langsung tampak. Dalam menyelesaikan problem siswa dituntut kreatifitasnya.
Kita ambil contoh 2 macam soal berikut, yang terkait dengan pokok bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar :
1. Selesaikan operasi berikut : ( x + 5 )(5 – x )
2. Sebuah kain berbentuk Persegi, panjang sisinya (x + 5) m. Kemudian, kain itu
dipotong selebar 2x m. Berapakah luas sisa kain itu ?
9
Perhatikan dua contoh soal diatas. Bila ditinjau dari materi soal, maka untuk
menyelesaikan soal No.1 cara-caranya pastilah sudah diketahui oleh semua siswa
karena telah dipelajari saat membahas sub pokok bahasan Perkalian Suku Dua
Dengan Suku Dua. Namun hal itu berbeda saat kita melihat soal No. 2. Siswa
cenderung bingung karena belum bisa memahami soal secara langsung (kecuali guru
telah memberikannya sebagai contoh). Oleh karena itu soal No.1 tidak bisa dikatakan
sebagai masalah, sebaliknya soal No. 2 dapat digolongkan sebagai masalah,
walaupun hasil akhirnya sama.
Bila ditinjau dari pengalaman tiap siswa, dapat terjadi bahwa soal no 1 dan 2
keduanya menjadi masalah, karena ia tidak tahu bagaimana prosedur menyelesaikan
kedua soal tersebut meskipun soal tersebut sudah pernah dipelajari. Namun bagi
siswa lain mungkin keduanya bukan merupakan masalah karena ia telah mempelajari
atau paham tentang prosedur penyelesaiannya. Dalam hal ini yang dimaksud masalah
lebih dikaitkan dengan materi soalnya atau materi penugasan dan pengalaman siswa.
Bukan dikaitkan dengan seberapa jauh masalaha siswa terkait hambatan hasil belajar
matematikanya. Merujuk pada maksud dari “ masalah “ atau “ problem” itu, maka
bisa dirumuskan pengertian dari pemecahan masalah.
2.2 Soal Cerita Matematika
Masalah matematika seringkali dinyatakan dalam bentuk soal cerita, baik
tertulis maupun verbal (Muser&Burger dalam Murni, 2003:66). Namun tidak semua
soal cerita merupakan masalah. Untuk menyelesaikan soal cerita seseorang atau
dalam hal ini siswa harus mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
dan merumuskan model matematika serta strategi penyelesaiannya. Jika strategi yang
diperlukan untuk menyelesaikan soal cerita berupa metode dan prosedur rutin, maka
sudah tentu substansi soal cerita bukan merupakan masalah. Tetapi sebaliknya, jika
dalam menyusun strategi penyelesaian soal cerita diperlukan pengorganisasian
konsep – konsep dan belum ada pengetahuan tentang prosedur rutin yang bisa
10
langsung menyelesaikan soal tersebut, maka soal cerita tersebut merupakan sebuah
suatu masalah. Sehingga soal cerita tidaklah sama dengan masalah. Soal cerita
merupakan media atau sarana untuk menyatakan suatu masalah.
2.3 Pemecahan Masalah Dalam Matematika
Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal (Depdiknas, 2004:8)
Pemecahan masalah merupakan tujuan yang penting dalam pembelajaran
matematika. Holman (dalam Murni, 2003:65) menyatakan bahwa pemecahan
masalah merupakan inti pembelajaran matematika. Pembelajaran pemecahan
masalah matematika di sekolah harus mengupayakan siswa untuk dapat (1)
membangun pengetahuan matematika melalui pemecahan masalah, (2) memecahkan
masalah yang muncul dalam konteks yang lain, (3) mengaplikasikan dan
mengadaptasi berbagai yang sesuai untuk memecahkan masalah, dan (4) memonitor
dan merefleksi proses-proses pemecahan masalah matematika. Dengan demikian,
pembelajaran matematika di sekolah perlu mengupayakan agar siswa mempunyai
kemampuan memecahkan masalah dan menjadi pemecah masalah yang baik.
Gadne (dalam Upu,2008:4) mengatakan bahwa pemecahan masalah (problem
solving) adalah tingkat belajar tertinggi di antara ke 8 tingkat belajar lainnya.
Selanjutnya menurut NCTM (dalam Murni,2003:64), pemecahan masalah
mempunyai dua fungsi dalam pembelajaran matematika. Pertama, pemecahan
masalah adalah alat penting untuk mempelajari materi matematika. Banyak konsep
matematika yang dapat dikenalkan secara efektif kepada siswa melalui pemecahan
masalah. Kedua, pemecahan masalah dapat membekali siswa dengan pengetahuan
dan alat sehingga siswa dapat memformulasikan, mendekati, dan menyelesaikan
masalah sesuai dengan yang telah mereka pelajari disekolah. Sebagai implikasinya,
maka siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan dan - pemecahan masalah.
11
Pemecahan masalah dapat dipadukan ke dalam pembelajaran. Menurut
Baroody (1993:31) terdapat tiga pendekatan untuk memadukan pemecahan masalah
ke dalam pembelajaran. Yaitu, (1) pembelajaran melalui pemecahan masalah, (2)
pembelajaran mengenai pemecahan masalah, dan (3) pembelajaran untuk pemecahan
masalah.
Pembelajaran melalui pemecahan masalah difokuskan kepada penggunaan
pemecahan masalah sebagai alat untuk mengajarkan suatu materi pelajaran.
Pembelajaran dimulai dengan mengajukan suatu masalah untuk mengajarkan suatu
materi matematika. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan kepada siswa salah satu
manfaat mempelajari materi tersebut.
Pembelajaran mengenai pemecahan masalah adalah pembelajaran yang
melibatkan secara langsung mengenai strategi – strategi pemecahan masalah.
Teknik-teknik seperti membuat gambar, diagram, chart, atau melihat pola digunakan
sebagai materi pembelajaran. Jadi pendekatan ini lebih menekankan pada
pembelajaran strategi – strategi pemecahan masalah. Pada umumnya, pendekatan ini
memuat penjelasan atau ilustrasi pemecahan masalah model Polya.
Pembelajaran untuk pemecahan masalah adalah pembelajaran yang
difokuskan pada pemecahan masalah secara umum dengan memberikan kesempatan
kepada siswa secara langsung untuk menyelesaikan masalah. Siswa belajar
bagaimana menggunakan pemecahan masalah dengan model Polya dan strategi
pemecahan masalah yang lain dalam memecahkan masalah yan menantang bagi
siswa.
Pada penelitian ini, pembelajaran mengarahkan siswa untuk mengerti
langkah-langkah pemecahan masalah. Tetapi tidak mengajarkan materi atau konsep
melalui pemecahan masalah. Sehingga dapat disimpulkan, penelitian ini termasuk
pendekatan yang ketiga, yaitu pembelajaran untuk pemecahan masalah. Tujuannya
untuk membekali siswa dengan suatu keterampilan memecahkan masalah. Ini
penting, mengingat soal pemecahan masalah memang menjadi kesulitan bagi
12
sebagian besar siswa. Dalam pengerjaannya, siswa kadang atau bahkan seringkali
mengabaikan algoritma atau prosedur pengerjaan soal yang baik.
2.4 Pemecahan Masalah Dengan Model Polya
Memecahkan masalah menurut Polya (dalam Ulfa, 2006) adalah mencari
suatu tindakan yang sesuai secara sadar untuk mencapai tujuan yang memang tidak
dapat diperoleh secara langsung. Dalam menyelesaikan masalah, siswa perlu
memahami proses penyelesaian dan keterampilan memilih, mengidentifkasikan
kondisi dan konsep yang diperlukan, mencari generalisasi, merumuskan rencana
penyelesaian dan mengorganisasikan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Pemecahan dari suatu permasalahan melalui beberapa langkah atau tahapan.
Polya dalam bukunya, How to Solve It mengidentifikasi tahap pemecahan masalah
menjadi 4 tahap, yaitu : (1) tahap memahami masalah; (2) tahap membuat rencana;
(3) tahap melaksanakan rencana; dan (4) tahap menelaah kembali.
Tahap pertama adalah memahami masalah. Di tahap inilah, suatu
permasalahan akan diuraikan menjadi unsur yang diketahui dan unsur yang
ditanyakan, bagaimana siswa dapat menguraikan kembali suatu permasalahan
dengan kalimatnya sendiri, atau dapatkah siswa membuat diagram atau gambar untuk
membantu memahami masalah. Semua pertanyaan itu akan muncul dan terjawab
pada tahap ini. Tahap ini memainkan peran penting dalam suatu proses pemecahan
masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap permasalahan, maka segala rencana
dan tindakan yang akan dilakukan tidak akan terarah dengan baik.
Setelah hal – hal yang diketahui dan ditanyakan dirumuskan, Tahap
selanjutnya adalah membuat rencana penyelesaian. Tahap ini dilakukan dengan
mencoba mencari hubungan antara fakta (yang diketahui) dan yang ditanyakan.
Masalah yang mirip yang sudah pernah diketemukan solusinya, serta konsep dan
prinsip yang merupakan prasyarat sangat menentukan hubungan tersebut. Dari
hubungan yang sudah diketahui, disusunlah hal-hal yang perlu dilakukan untuk
13
memecahkan permasalahan tersebut. Polya memberikan beberapa yang mungkin
dilakukan yaitu : mencoba-coba, membuat diagram, mencoba pada soal yang lebih
sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungkan
setiap kemungkinan, berfikir logis, bergerak dari belakang, dan mengabaikan hal
yang tidak mungkin ( Shadiq, 2004: 13).
Sesudah rencana pemecahan ditetapkan, maka selanjutnya adalah
mengimplementasikan untuk menghasilkan sebuah penyelesaian. Kalau pada waktu
menyusun rencana pemecahan masalah yang berperan adalah pikiran, maka pada
tahap pelaksanaan rencana ini pikiran bersama-sama dengan fisik serempak
melakukan kegiatan. Apa yang dibayangkan pada waktu menyusun rencana
pemecahan masalah, pada tahap ini mulai dipraktekkan atau diwujudkan secara
nyata. Hasil pelaksanaan rencana yang telah disusun tersebut adalah fakta apakah
masalah tersebut sudah dapat dipecahkan atau tidak.
Tahap terakhir, menelaah kembali pelaksanaan yang telah dikerjakan. Pada
tahap ini penyelesaian yang telah diperoleh dari tahap sebelumnya dicek kembali
kebenaran pengerjaannya. Pengecekan ini dilakukan dengan mensubstitusikan
jawaban kepada model matrematika dari permasalahan. Jika proses substitusi ini
menghasilkan jawaban yang benar, maka jawaban yang dihasilkan juga benar.
Sehubungan dengan pemanfaatan matematika dalam memecahkan masalah
dan sejalan dengan langkah pemecahan masalah menurut Polya tersebut, langkah –
langkah penggunaan matematika untuk memecahkan masalah diawali dengan
penyusunan model dari permasalahan yang akan dipecahkan. Kemudian model
tersebut diselesaikan menggunakan konsep – konsep dasar matematika yang terkait
secara sistematis dan logis, dan akhirnya pemecahan dari masalah didapat dari hasil
interpretasi terhadap hasil penyelesaian model matematika. Lebih lanjut dapat
diuraikan dalam bagan sebagai berikut :
14
Gambar 2.1 Alur Pemecahan Masalah Menggunakan Matematika
Lebih lanjut, Polya (dalam Jamaluddin, 2001:8) menjelaskan agar tumbuh
dalam diri siswa perilaku pemecahan masalah, guru haruslah meletakkan siswa
sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Dalam setiap langkah pemecahan
masalah model Polya, siswalah yang seharusnya bertindak dengan berbagai inisiatif
yang dimilikinya. Guru dan perangkat pembelajaran lainnya seperti buku diposisikan
sebagai pengarah dan fasilitator. Dalam fungsinya ini, guru mengarahkan dan
menciptakan iklim kondusif. Sehingga siswa tidak merasa jenuh atau turun
motivasinya ketika ia tidak menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
2.5 Pengajuan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika
Suryanto (dalam Chairani,2007:5) menjelaskan bahwa problem posing adalah
perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. Ini terjadi
pada soal-soal yang rumit (soal yang dimaksud adalah soal cerita)Dalam pengertian
ini, maka (1) pengajuan soal merupakan salah satu langkah pemecahan masalah. (2)
Masalah
Model Matematika
Penyelesaian model
matematika
Jawaban terhadap
masalah
Pemahaman masalah
Rencana penyelesaian
Pelaksanaan
rencana
Interpretasi dan cek
Kembali penyelesaian
konfirmasi
15
problem posing adalah perumusan soal-soal yang berkaitan dengan syarat-syarat
pada soal yang akan diselesaikan (Silver, dkk:1996) menekankan pada pengajuan
soal oleh siswa. (3) Problem posing adalah pengajuan soal dari informasi yang
tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah kegiatan penyelesaian.
Pembelajaran dengan metode pengajuan masalah (problem posing) pada
intinya adalah meminta siswa untuk mengajukan soal atau masalah, dan masalah
yang disajikan dapat berdasar pada topik yang luas, soal yan sudah dikerjakan, atau
informasi tertentu yang diberikan oleh guru. Sedangkan masalah dalam hal ini
dimaksudkan masalah matematika yang merupakan yang merupakan masalah
aplikasi dari suatu konsep maupun soal yang bersifat nonrutin (Jamaluddin, 2004:7)
Gita (1999:24) menyatakan, merumuskan kembali masalah atau pengajuan
masalah matematika merupakan salah satu cara untuk memperoleh kemajuan dalam
pemecahan masalah. Karena bertanya merupakan arah usaha intelektual yang
berfungsi untuk merangsang pikiran, memecah wawasan yang kaku dan sempit,
membuka cakrawala dan mencerdaskan. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian
Silver&Cai (1996) yang menunjukkan adanya korelasi yang positif antara
kemampuan pengajuan masalah dengan kemampuan pemecahan masalah.
Selanjutnya, strategi untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
dikemukakan oleh Cars (Suharta, 2001:25) sebagai berikut : (1) siswa harus
diberanikan untuk menerima ketidaktahuan dan merasa senang mencari tahu; (2)
setiap siswa harus diberanikan membuat soal atau pertanyaan; (3) kadang – kadang
siswa diperbolehkan memilih masalah dari sejumlah masalah yang diberikan; dan (4)
siswa harus diberanikan mengambil resiko dan mencari alternative jawaban.
Dalam pelaksanaannya dikenal beberapa jenis model problem posing
(Chairani,2007:6) antara lain :
1. Situasi problem posing bebas, siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengajukan soal sesuai dengan apa yang dikehendaki . Siswa dapat
menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan untuk
mengajukan soal.
16
2. Situasi problem posing semi terstruktur siswa diberikan situasi/informasi
terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mengajukan soal dengan mengkaitkan
informasi itu dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Situasi dapat berupa
gambar atau informasi yang dihubungkan dengan konsep tertentu.
3. Situasi problem posing terstruktur, siswa diberi soal atau selesaian soal
tersebut, kemudian berdasarkan hal tersebut siswa diminta untuk mengajukan soal
baru.
Sementara Silver dan Cai (dalam Suharta, 2001:3) menyatakan bahwa
pembelajaran dengan metode pengajuan soal (problem posing) dapat diaplikasikan
padsa tiga bentuk aktifitas yang berbeda, yaitu :
a. Pengajuan pre –solusi ( presolution posing) yaitu siswa membuat soal dari
situasi yang diadakan.
b. Pengajuan di dalam solusi (Within- solution posing) yaitu siswa merumuskan
ulang soal seperti yang telah diselesaikan
c. Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu seorang siswa
memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk
membuat soal baru.
Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan problem posing
adalah adanya kegiatan perumusan soal yang dibuat oleh setiap siswa setelah selesai
pembahasan suatu materi. Terlebih dahulu guru memberi contoh tentang cara
membuat soal dan memberikan beberapa situasi (informasi) yang berkenaan dengan
materi pembelajaran yang sudah disajikan. Selanjutnya berdasarkan situasi tersebut
siswa diminta untuk membuat soal yang berkaitan dengan situasi tersebut dan
diminta untuk menyelesaikan soal mereka sendiri.
17
2.6 Pembelajaran Pemecahan Masalah Yang Diiringi Atau Dilengkapi Dengan
Pengajuan Masalah (Problem Posing)
Gonzales, (dalam Upu, 2008:4) mengatakan bahwa Pengajuan masalah
merupakan langkah kelima setelah empat langkah Polya dalam pemecahan masalah
matematika. Berkaitan dengan ini, dengan melihat tahap-tahap kegiatan antara
pengajuan dan pemecahan masalah, maka pada dasarnya pembelajaran dengan
pengajuan masalah matematika merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan
pemecahan masalah matematika. Dukungan lain mengenai keeratan hubungan antara
kedua pendekatan yang dimaksud di atas adalah tuntutan kemampuan siswa untuk
memahami masalah, merencanakan dan menjalankan penyelesaian masalah. Ketiga
langkah tersebut juga merupakan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan
pendekatan pengajuan masalah matematika (Silver et al., 1996). Selain itu, Cars
(dalam Chairani,2007:6) menegaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah matematika, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan jalan membiasakan siswa mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan
matematika sesuai dengan situasi yang diberikan oleh guru.
Lebih lanjut, Del Campo dan Clemen (dalam Trapsilasiwi,2001:64)
membedakan komunikasi matematika siswa yang terjadi di kelas menjadi dua model.
Yaitu, model reseptif dan model ekspresif. Model reseptif adalah model komunikasi
siswa dengan menggunakan lembar kerja serta latihan-latihan yang disediakan guru.
Sedangkan model ekspresif adalah model komunikasi siswa menggunakan diskusi,
menulis kreatif, menggambar dan melakukan kegiatan-kegiatan. Pengajuan soal
merupakan salah satu cara komunikasi siswa dengan model ekspresif. Model inilah
yang dirasakan lebih mendesak untuk segera dilaksanakan di kelas, karena dengan
model tersebut siswa merasa sebagai penentu dalam kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah : Pertama, guru
menjelaskan cara pengerjaan soal pemecahan masalah/soal cerita dengan
menggunakan model Polya. Setelah itu, guru menginstruksikan siswa berkelompok,
18
lalu guru memberikan lembar kerja yang berisi contoh soal pemecahan masalah/soal
cerita (soal berbeda) beserta penyelesaian dengan menggunakan model Polya.
Dimana penyelesaian ini memuat prosedur langkah – demi langkah yang menuntun
siswa memahami penyelesian soal cerita dengan menggunakan model Polya.
Langkah selanjutnya, setiap kelompok diberi tugas untuk mengajukan
soal/permasalahan, bisa lebih dari satu soal. Soal-soal itu kemudian diberikan kepada
kelompok lain untuk diselesaikan dengan menggunakan model Polya.
Pendistribusian soal diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada kelompok yang tidak
mendapat soal.
Dalam mengerjakan soal, kemungkinan ditemukan suatu kejadian dimana
siswa tidak menemukan solusi atau pemecahan dari masalah atau soal yang
dihadapinya. Kemungkinan situasi yang diberikan belum memberikan data yang
cukup untuk menyelesaikannya. Jika hal ini terjadi, Maka siswa dapat dimintai
pendapatnya untuk menambah data pada situasi yang diberikan sehingga soal yang
diajukannya dapat diselesaikan.
2.7 Materi Faktorisasi Suku Aljabar
2.7.1 Operasi Hitung Bentuk Aljabar
Bentuk 2x, y2, xy, x2 - 2x + 3 disebut bentuk-bentuk aljabar. Bentuk aljabar
seperti 2x, y2, dan xy disebut bentuk aljabar suku satu. Bentuk aljabar seperti 2x + 1,
x + y2, dan x2y + xy disebut bentuk aljabar suku dua. Bentuk aljabar seperti x2 + 2x –
3 dan (x +2)(x – 5) disebut bentuk aljabar suku tiga dan seterusnya. Bentuk yang
lebih dari dua suku biasa disebut suku banyak.
1. Penjumlahan dan pengurangan
Pada bagian ini, kamu akan mempelajari cara menjumlahkan dan mengurangkan
suku-suku sejenis pada bentuk aljabar. Pada dasarnya, sifat-sifat penjumlahan
dan pengurangan yang berlaku pada bilangan riil, berlaku juga untuk
penjumlahan dan pengurangan pada bentuk-bentuk aljabar, sebagai berikut.
19
a. Sifat Komutatif
a + b = b + a, dengan a dan b bilangan riil
b. Sifat Asosiatif
(a + b) + c = a + (b +c), dengan a, b, dan c bilangan riil
c. Sifat Distributif
a (b + c) = ab + ac, dengan a, b, dan c bilangan riil
2. Perkalian bentuk aljabar
Perhatikan kembali sifat distributif pada bentuk aljabar. Sifat distributive
merupakan konsep dasar perkalian pada bentuk aljabar. Perkalian bisa terjadi
antara suku satu dengan suku dua, dan suku dua dengan suku dua
3. Pembagian bentuk aljabar
Pembagian bentuk aljabar akan lebih mudah jika dinyatakan dalam bentuk
pecahan. Pelajarilah contoh soal berikut.:
Tentukan hasil dari : 4:8x
Jawaban :
4. Perpangkatan bentuk aljabar
bilangan berpangkat didefinisikan sebagai berikut.:
a n = a × a × a × a × ... sebanyak n faktor
Untuk a bilangan riil dan n bilangan asli.
Definisi bilangan berpangkat berlaku juga pada bentuk aljabar.Untuk lebih jelasnya,
pelajari uraian berikut :
a. a5 = a × a × a × a × a
b. (2a)3 = 2a × 2a × 2a = (2 × 2 × 2) × (a × a × a) = 8a3
c. (–3p)4 = (–3p) × (–3p) × (–3p) × (–3p)
= ((–3) × (–3) × (–3) × (–3)) × (p × p × p × p) = 81p4
d. (4x2y)2 = (4x2y) × (4x2y) = (4 × 4) × (x2 × x2) × (y × y) = 16x4y2
20
Sekarang, bagaimana dengan bentuk (a + b)2 ? Bentuk (a + b)2 merupakan bentuk
lain dari (a + b) (a + b). Jadi, dengan menggunakan sifat distributif, bentuk (a + b)2
dapat ditulis:
(a + b)2 = (a + b) (a + b)
= (a + b)a + (a + b)b
= a2 + ab + ab + b2
= a2 + 2ab + b2
Dengan cara yang sama, bentuk (a – b)2 juga dapat ditulis sebagai:
(a – b)2 = (a – b) (a – b)
= (a – b)a + (a – b)(–b)
= a2 – ab – ab + b2
= a2 – 2ab + b2
2.7.2 Pemfaktoran
1. Pemfaktoran dengan sifat distributif
Di Sekolah Dasar, kita tentu telah mempelajari cara memfaktorkan suatu
bilangan. Masih ingatkah kamu mengenai materi tersebut? Pada dasarnya,
memfaktorkan suatu bilangan berarti menyatakan suatu bilangan dalam bentuk
perkalian faktor-faktornya. Pada bagian ini, akan dipelajari cara-cara memfaktorkan
suatu bentuk aljabar dengan menggunakan sifat distributif. Dengan sifat ini, bentuk
aljabar ax + ay dapat difaktorkan menjadi a(x + y), di mana a adalah faktor
persekutuan dari ax dan ay. Perhatikan contoh berikut :
Faktorkan 5ab + 10b
Jawab :
Untuk memfaktorkan 5ab + 10b, tentukan faktor persekutuan dari 5 dan 10,
kemudian dari ab dan b. Faktor persekutuan dari 5 dan 10 adalah 5. Faktor
persekutuan dari ab dan b adalah b. Jadi, 5ab + 10b difaktorkan menjadi 5b(a + 2).
2. Selisih dua kuadrat
21
Perhatikan bentuk perkalian (a + b)(a – b). Bentuk ini dapat ditulis (a + b)(a – b) =
a2 – ab + ab – b2= a2
– b2 Jadi, bentuk a2 – b2
dapat dinyatakan dalam bentuk
perkalian (a + b) (a – b).
Bentuk a2 – b2
disebut selisih dua kuadrat
3. Pemfaktoran bentuk kuadrat
a. Pemfaktoran bentuk ax2 + bx + c dengan a = 1
Perhatikan perkalian suku dua berikut.
(x + p)(x + q) = x2 + qx + px + pq = x2 + (p + q)x + pq
Jadi, bentuk x2 + (p + q)x + pq dapat difaktorkan menjadi (x + p) (x + q).
Misalkan, x2 + (p + q)x + pq = ax2
+ bx + c sehingga a = 1, b = p + q, dan c = pq.
Dari pemisalan tersebut, dapat dilihat bahwa p dan q merupakan faktor dari c.
Jika p dan q dijumlahkan, hasilnya adalah b. Dengan demikian untuk
memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c dengan a = 1, tentukan dua bilangan yang
merupakan faktor dari c dan apabila kedua bilangan tersebut dijumlahkan,
hasilnya sama dengan b.
b. Pemfaktoran Bentuk ax2 + bx + c dengan a ≠1
Perhatikan perkalian suku dua berikut.
(x + 3) (2x + 1) = 2x2 + x + 6x + 3
= 2x2 + 7x + 3
Dengan kata lain, bentuk 2x2 + 7x + 3 difaktorkan menjadi (x + 3) (2x + 1).
Adapun cara memfaktorkan 2x2 + 7x + 3 adalah dengan membalikkan tahapan
perkalian suku dua diatas.
2x2 + 7x + 3 = 2x2 + (x + 6 x) +3
= (2x2 + x) + (6x + 3)
22
= x(2x + 1) + 3(2x + 1)
= (x + 3)(2x+1)
Dari uraian tersebut dapat kamu ketahui cara memfaktorkan bentuk ax2 + bx + c
dengan a ≠ 1 sebagai berikut.
1) Uraikan bx menjadi penjumlahan dua suku yang apabila kedua suku tersebut
dikalikan hasilnya sama dengan (ax2)(c).
2) Faktorkan bentuk yang diperoleh menggunakan sifat distributive
2.7.3 Pecahan Dalam Bentuk Aljabar
Cara mengoperasikan pecahan bentuk aljabar adalah sama dengan
mengoperasikan pada pecahan bisaa. Perhatikan contoh berikut :
2.8 Soal Cerita Pada Faktorisasi Suku Aljabar
Perhatikan contoh berikut, sebuah soal cerita yang diambil dari pokok
bahasan faktorisasi suku aljabar ( sub pokok bahasan operasi pada bentuk aljabar )
Contoh:
Sebuah truk memuat m ton barang yang terdiri dari (2x) ton beras, (5x-6)ton jagung
dan (2x+3)ton kedelai. Bila x = 15 ton, berapa tonkah isi muatan truk itu?
Untuk menjawabnya diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang sistematis.
Dalam penelitian ini, langkah-langkah penyelesaian menggunakan model Polya.
1. Memahami masalah
Pada tahap ini ditentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.
Diketahui :
23
a. truk memuat m ton barang, terdiri dari : 2x ton beras, (5x-6) ton jagung, dan
(2x+3) ton kedelai.
b. x = 15 ton
Ditanya :
isi muatan truk tersebut (dalam ton)
2. Membuat rencana
Menyatakan yang diketahui dalam bentuk simbol tertentu:
Misalkan : berat total muatan dari truk adalah m (sesuai dengan soal)
Maka : m = berat beras + berat jagung + berat kedelai
= 2x + (5x-6) + (2x+3)
didapat model matematika; m = 2x + (5x+6) + (2x+3),
3. Melaksanakan rencana
Menyelesaikan model matematika;
m = 2x + (5x+6) + (2x+3)
= 2x + 5x + 6 + 2x + 3
= 2x + 5x + 2x + 6 + 3
= 9x + 9
untuk x = 15, maka m = 9 x 15 + 9
= 135 + 9
= 144 ton
Jadi, isi muatan truk tersebut adalah 144 ton
4. Menelaah kembali
Dalam tahap ini dilakukan pengecekan langkah demi langkah dalam
penyelesaian yang telah dilakukan. Selain itu, mungkin dicari cara lain yang lebih
mudah atau lebih sederhana.
5. Mengajukan Pertanyaan Berupa Masalah
Tahap ini merupakan tahap dimana siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Setelah memahami soal beserta penyelesaiannya. Siswa bisa
24
mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan masalah tersebut. Beberapa
pertanyaan mungkin sebagai berikut :
- jika berat sopir adalah 50 Kg, berapakah berat keseluruhan dalam truk itu?
- Jika dalam perjalanan, ada 4 jenis barang lagi yang harus diangkut dalam truk
itu, masing-masing punya berat 3x, x34 , 5x, dan x
25 , berapakah berat truk
sekarang ?
- Dari pertanyaan kedua, jika truk melewati jembatan dan disitu tertulis beban
maksimal jembatan adalah 165 ton, apakah jembatan akan runtuh ?
25
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian merupakan daerah yang menjadi tempat penelitian untuk
mengumpulkan data-data penelitian. Untuk menentukan daerah penelitian digunakan
metode purposive sampling area, yaitu tempat penelitian yang sudah ditentukan
sebelumnya dengan sengaja dan untuk mencapai tujuan tertentu (Arikunto, 2006:
139).
Daerah penelitian yang ditentukan adalah SMP Negeri 1 Kalisat, dengan
pertimbangan sebagai berikut :
1. Adanya kesediaan dari pihak sekolah untuk dijadikan tempat pelaksanaan
penelitian.
2. Belum pernah diadakan penelitian yang sejenis di SMP Negeri 1 Kalisat.
3. Adanya kerjasama yang baik dengan pihak sekolah sehingga diharapkan
memperlancar penelitian ini.
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester ganjil tahun ajaran
2008/2009.
3.2 Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIIC SMP Negeri 1
Kalisat tahun ajaran 2008/2009. Siswa di kelas tersebut terdiri dari 20 orang laki –
laki dan 20 orang perempuan. Dengan tingkat prestasi yang beragam. Tetapi
sebagian besar masih dibawah rata – rata. Diharapkan agar pelaksanaan
pembelajaran pemecahan masalah yang dilengkapi dengan pengajuan masalah
(problem posing) dapat berhasil mengatasi kesulitan belajar siswa dan mampu
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah matematika di kelas yang
26
bersangkutan. Hal ini dikarenakan memang di kelas tersebut soal pemecahan
masalah merupakan soal yang masih menjadi kesulitan dari sebagian besar siswa.
3.3 Definisi Operasional
Denifisi Operasional diberikan untuk memperoleh pengertian dan gambaran
yang jelas dalam penafsiran terhadap judul penelitian. Definisi operasional dari
istilah-istilah yang dimaksud pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengajuan Masalah atau Problem Posing adalah strategi belajar dimana siswa atau
kelompok siswa mengajukan soal atau permasalahan baik yang terkait dengan
materi untuk didiskusikan bersama atau diselesaikan oleh kelompok atau siswa
yang lain atau pun secara bebas. Kegiatan perumusan soal atau pertanyaan dari
situasi yang tersedia, pada penelitian ini dilakukan setelah pemecahan masalah
dari situasi yang ada, dan terkait dengan materi yang didiskusikan.
2. Model Polya dalam menyelesaikan masalah matematika adalah model yang
berpijak pada 4 langkah utama. Yaitu : memahami masalah, membuat rencana,
melaksanakan rencana, dan menelaah kembali hasil pekerjaan atau penyelesaian
soal.
3. Ketuntasan belajar siswa adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang
ditetapkan bagi setiap unit bahan ajar, baik secara perorangan maupun klasikal.
Adapun kriteria dalam menentukan keberhasilan dalam Siklus penelitian ini, yaitu
jika ketuntasan individu minimal 70 dari maksimal 100, dan ketuntasan belajar
klasikal minimal 75% dari keseluruhan siswa dalam kelas telah mencapai nilai ≥
70. Kriteria penilaian ini ditentukan oleh pihak sekolah.
3.4 Pendekatan Dan Jenis Penelitian
3.4.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Pendekatan kualititatif dilakukan karena peneliti ingin mengetahui
27
makna dari pembelajaran model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah.
Data yang dikumpulkan adalah data deskriptif, yaitu menjelaskan tentang bentuk
pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan
masalah. Proses yang diamati adalah aktivitas siswa dalam belajar dan aktivitas
guru/peneliti selama melakukan kegiatan mengajar. Selain itu, peneliti sendiri juga
bertindak sebagai perencana, pengumpul data, penganalisa data, penarik kesimpulan,
dan pembuat laporan. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan pada
saat mengamati dan menganalisa aktivitas siswa saat proses kegiatan pembelajaran,
saat mengolah data hasil tes, serta saat menginterpretasikan hasil tes menggunakan
statistik deskriptif
3.4.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan
tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja
sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat (Mundilarto,2004:1). PTK
memiliki Karakteristik sebagai berikut :
1. Masalah berawal dari guru. 2. Tujuannya memperbaiki pembelajaran. 3. Metode yang dipakai adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah
penelitian. 4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran. 5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Penelitian ini direncanakan menggunakan dua Siklus, yaitu Siklus ke I dan
Siklus ke II. Ketuntasan belajar klasikal yang dimaksud adalah jika 75% atau lebih
dari seluruh subyek penelitian telah mencapai skor ≥ 70 dari skor maksimal 100.
Skema yang akan digunakan adalah skema model Kemmis dan Mc Taggart.
Yaitu model skema yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin
menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu Siklus spiral dari
28
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang kemudian diikuti Siklus
berikutnya, dimana acting (tindakan) dan observing (pengamatan) dijadikan sebagai
satu kesatuan. Gambar Siklus Kemmis dan Mc Taggart dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut :
Gambar 3.1 Skema Kemmis Dan Mc Taggart
3.5 Rancangan Penelitian
3.5.1 Tindakan Pendahuluan
Tindakan pendahuluan dalam penelitian ini adalah mengadakan wawancara
dengan guru bidang studi matematika. Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui
metode mengajar yang digunakan dalam pembelajaran matematika dikelas,
kesulitan-kesulitan apa saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran. Serta
menanyakan apakah metode pembelajaran pemecahan masalah model Polya dengan
pengajuan masalah sudah pernah diterapkan atau belum. Hasil dari tindakan ini
digunakan untuk mempersiapkan Siklus.
29
3.5.2 Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
Materi : Operasi Pada Bentuk Aljabar Dan Pemfaktoran.
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah :
- menyusun Rencana Pembelajaran.
- Membuat Lembar kerja siswa, dan Menyiapkan lembar observasi.
- Membuat desain soal tes akhir Siklus I
- Meniyapkan wawancara.
2. Tindakan
(2 kali pertemuan / tatap muka)
3. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah
disusun. Langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu :
- membentuk kelompok - kelompok siswa yang terdiri dari 4 – 5 orang.
- menjelaskan secara singkat penyelesaian pemecahan masalah dengan
menggunakan model Polya.
- Menjelaskan secara singkat cara pengajuan masalah / soal dari permasalahan
yang telah diselesaikan dalam contoh soal.
- Menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk berdiskusi mengerjakan
LKS, tetapi sebelumnya dijelaskan secara klasikal tentang petunjuk
pengerjaan LKS.
- Memberi tugas kepada setiap kelompok untuk membuat soal atau
permasalahan sesuai dengan contoh soal yang telah diselesaikan di LKS
masing – masing. Lengkap dengan penyelesaiannya.
- Soal yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok diberikan kepada
kelompok lain untuk diselesaikan dengan menggunakan model Polya.
30
- Pemecahan soal didiskusikan secara klasikal lewat presentasi. Baik soal yang
diselesaikan dalam LKS, maupun soal yang dibuat oleh masing – masing
kelompok.
- Guru dan siswa berdiskusi untuk membahas beberapa kesukaran yang timbul
dalam kegiatan pembelajaran.
4. Observasi
Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi. Hal yang diobservasi
adalah kegiatan atau aktivitas siswa dan guru/peneliti selama pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Kegiatan
kelas yang diamati meliputi : aktivitas peneliti sebagai pengajar, aktivitas siswa
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, merespon jawaban guru/siswa,
kerjasama dalam kelompok, dan perilaku yang tidak relevan.
5. Refleksi
Hasil dari tes, observasi, dan wawancara diadakan refleksi untuk
mempertimbangkan kekurangan – kekurangan dari Siklus I, dan tindak lanjut yang
diperlukan pada Siklus yang kedua.
Siklus II
Materi : Operasi Pada Pecahan Bentuk Aljabar
1. Perencanaan
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan Siklus II ini
adalah :
- Revisi Rencana Pembelajaran dari Siklus I
- Membuat Lembar kerja siswa.
- membuat desain soal tes akhir Siklus II
- Menyiapkan lembar ( pedoman ) observasi dan wawancara
2. Tindakan.
3. Pelaksanaan Tindakan Disesuaikan Dengan Rencana Pembelajaran yang telah
disusun.
31
4. Observasi
Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi. Hal yang diobservasi sama
dengan observasi pada Siklus I, yaitu kegiatan atau aktivitas siswa dan guru/peneliti
selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disediakan. Kegiatan kelas yang diamati meliputi : aktivitas peneliti sebagai
pengajar, aktivitas siswa menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, merespon
jawaban guru/siswa, kerjasama dalam kelompok, dan perilaku yang tidak relevan.
Dalam pelaksanaan, peneliti mengambil 5 orang observer. 4 orang observer dari
mahasiswa FKIP matematika yang mengobservasi aktivitas siswa, dan 1 orang
observer yaitu guru bidang studi matematika yang mengobservasi aktivitas guru.
Hasil observasi dari Siklus II nantinya akan dibandingkan dengan Siklus I apakah
terjadi peningkatan aktivitas, ataukah malah terjadi penurunan.
5. Refleksi
Hasil dari tes, observasi, dan wawancara diadakan refleksi untuk membuat
kesimpulan tentang akhir Siklus II, yang merupakan hasil akhir dari penelitian ini.
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode untuk memperoleh data melalui
penelitian terhadap benda-benda atau hal-hal yang tertulis. Seperti buku-buku,
majalah, dokumen, catatan harian, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, dan
sebagainya (Arikunto:2006:158). Data yang ingin diperoleh dengan metode
dokumentasi adalah data siswa yang berisi nama, jenis kelamin dan prestasi atau nilai
tugas – tugas yang dilakukan siswa pada materi sebelumnya. Data ini digunakan
untuk menentukan heterogenitas kelompok yang akan disusun.
32
3.6.2 Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi,1989:136). Dalam arti yang luas observasi
sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah observasi langsung. Menurut Sudjana (1989:112) observasi langsung adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi
nyata dan langsung diamati oleh observer. Hal-hal yang diamati dalam observasi
yaitu aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
3.6.3 Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2006:150). Tes digunakan
untuk mengukur atau mengetahui tingkat intelegensi, penguasaan dan pemahaman
siswa terhadap konsep atau materi pembelajaran. Berdasarkan bentuk soalnya, tes
dibagi menjadi dua jenis. Yaitu tes essay dan tes obyektif. Dalam penelitian ini
metode tes yang digunakan adalah metode tes essay (uraian) dengan alasan fokus
penelitiannya adalah soal-soal yang berbentuk pemecahan masalah / soal cerita, dan
penilaian utama terletak pada proses pengerjaannya. Tes dilaksanakan pada setiap
akhir Siklus untuk menilai ketuntasan belajar siswa.
Hubungan antara ketuntasan belajar siswa dengan kemampuan pemecahan
masalah adalah dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa, maka kemampuan
pemecahan masalah siswa juga meningkat. Karena soal tes yang diberikan
merupakan soal yang terkategorikan sebagai masalah oleh siswa di kelas yang
bersangkutan.
33
3.6.4 Wawancara
kegiatan wawancara dilakukan terhadap guru dan sebagian siswa. Tujuan
wawancara adalah mengetahui tanggapan guru dan siswa selama materi tersebut
diajarkan, serta untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan soal tes pada akhir Siklus. Pada penelitian ini diambil
4 orang siswa sebagai sampel. 2 orang siswa dari kelompok tuntas, dan 2 orang siswa
dari kelompok tidak tuntas.
3.7 Analisa Data
Analisa data merupakan cara yang paling menentukan untuk menyusun dan
mengolah data yang terkumpul, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif dan kualitatif. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara dianalisis secara kualitatif, untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa
dalam kelas sebagai akibat tindakan. Data hasil tes dianalisis secara kuantitatif
dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui rata-rata kemampuan
problem solving (pemecahan masalah) setelah dilakukan pembelajaran. Hasil analisis
digunakan sebagai bahan refleksi. Disamping itu, analisis secara deskriptif dapat
dilakukan dengan menghitung persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke
atas (ketuntasan secara klasikal).
Adapun, secara rinci data yang dianalisis dalam pembelajaran ini adalah
sebagai berikut :
1. Pembelajaran pemecahan masalah dengan model Polya yang dilengkapi dengan
pengajuan masalah. Data yang diamati melalui observasi dan wawancara,
meliputi :
- aktivitas siswa selama proses pembelajaran, meliputi : aktivitas menjawab
pertanyaan, mengajukan pertanyaan, bekerja sama dalam kelompok,
34
merespon jawaban siswa atau guru, kemauan mengerjakan tugas-tugas,
membaca buku, dan perilaku yang tidak relevan.
- Aktivitas guru atau peneliti selama kegiatan pembelajaran.
- Tanggapan siswa selama kegiatan pembelajaran.
- Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran.
Data yang diperoleh dari kegiatan siswa selama proses pembelajaran diolah
dengan menggunakan rumus :
%1001 ×=NnP
P1= Persentase skor aktivitas siswa.
n = skor yang diperoleh siswa.
N = skor maksimal aktivitas.
2. Hasil tes atau evaluasi digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.
Persentase ketuntasan belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung
menggunakan rumus :
%1002 ×=NnP
Keterangan :
P2 = Persentase ketuntasan belajar siswa
n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa
Sedangkan analisis secara statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui skor rata-
rata, rentang skor, median, skor maksimum, dan skor minimum dari hasil tes siswa
pada setiap Siklus.
Persentase aktivitas guru pada pembelajaran. Dihitung dengan rumus :
%100183 ×= ∑Skor
P
35
Tabel 3.1 Kategori penilaian aktivitas belajar siswa dan guru
Kategori aktivitas Nilai
Sangat baik P ≥ 95 %
Baik 80% ≤ P ≤ 95%
Cukup Baik 65% ≤ P ≤ 80%
Kurang Baik 50% ≤ P ≤ 80%
Kurang Sekali P < 50%
( Sutardi, 1983:100)
Hasil analisa data ini, diamati dengan hasil tes yang dianalisis secara
deskriptif, digunakan sebagai bahan refleksi pelaksanaan tindakan pada Siklus I.
Untuk melanjutkan atau melihat kelemahan-kelemahan pelaksanaan tindakan yang
kemudian akan diperbaiki pada Siklus II.
36
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Tindakan Pendahuluan
Sebagai langkah awal sebelum pelaksanaan penelitian, hari Rabu tanggal 17
September 2008 peneliti menemui Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kalisat untuk
meminta izin mengadakan penelitian. Pada hari itu juga, peneliti bertemu dengan
guru bidang studi matematika dan mengadakan diskusi mengenai gambaran kegiatan
belajar mengajar matematika di kelas dan pemilihan kelas yang akan dijadikan
subyek penelitian.
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru bidang studi matematika tersebut,
diperoleh beberapa hal, yaitu :
1. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII C, dengan jumlah siswa sebanyak 40 orang.
Terdiri dari 20 orang siswa laki – laki dan 20 orang siswa perempuan. Dipilihnya
kelas VIIIC dengan alasan kemampuan keberagaman siswa di kelas tersebut.
Dengan perbedaan prestasi yang cukup mencolok. Tetapi kebanyakan berada
dibawah rata – rata. Tujuannya, seperti yang telah dikatakan oleh guru yang
bersangkutan adalah untuk memperbaiki hasil belajar siswa, terutama pemecahan
masalah pada pokok bahasan Faktorisasi suku aljabar. Dimana materi ini masih
dianggap terlalu sulit dan siswa masih banyak melakukan kesalahan. Baik
kesalahan memahami kalimat dalam soal maupun kesalahan mengoperasikan
bentuk – bentuk aljabar.
2. Siswa dibagi menjadi 8 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4 – 5 orang siswa.
3. Jadwal penelitian yang disepakati dilaksanakan sesuai jadwal matematika di
kelas tersebut. Yaitu 2 – 3 kali seminggu. Dimulai pada hari Selasa, tanggal 14
Oktober 2008.
37
4.1.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1. Menyusun Rencana Pembelajaran I dan II
Rencana pembelajaran yang disusun pada Siklus I adalah rencana
pembelajaran untuk sub pokok bahasan operasi hitung pada bentuk aljabar
dan sub pokok bahasan Pemfaktoran. Rencana Pembelajaran I digunakan
pada pertemuan pertama. Siswa langsung membahas soal cerita pada 2 sub
pokok bahasan tersebut menggunakan LKS yang telah disediakan. Rencana
Pembelajaran II digunakan pada pertemuan kedua. Yaitu membahas kegiatan
siswa dalam membuat pertanyaan, dan kegiatan presentasi oleh masing –
masing kelompok siswa.
2. Menyusun Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja yang disusun pada Siklus ini terdiri dari LKS 1 dan 2 (materi
Operasi Pada Bentuk Aljabar) serta LKS 3 dan 4 (materi Pemfaktoran). LKS
1 dan 2 diberikan kepada kelompok 1, 2, 3, dan 4. sementara LKS 3 dan 4
diberikan kepada kelompok 5, 6, 7, dan 8. disusun sesuai dengan model Polya
yang akan diterapkan pada pembelajaran ini, berisi soal cerita dan titik – titik
kosong tempat menuliskan langkah – langkah penyelesaian soal sesuai
dengan model Polya.
3. Menyusun soal tes akhir Siklus I
Soal tes akhir disusun setelah dilakukan kegiatan pembelajaran dan diadakan
diskusi dengan guru bidang studi yang bersangkutan. Ini memenginat
peneliti masih belum tahu tingkat kesukaran soal. Apakah soal terlalu sulit
atau kompleks bagi siswa. Soal terdiri dari 4 butir soal jenis uraian ( essay).
Dan atas saran dari guru, beberapa soal diberi pertanyaan pemandu sehingga
mempermudah siswa dalam mengaplikasikan penyelesaian soal dengan
menggunakan model Polya.
38
4. Menyusun pedoman Observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru
Pedoman observasi disusun untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi guru yang diamati adalah kegiatan
guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi,
memberikan LKS, membimbing langkah – langkah pemecahan masalah,
memberi kesempatan bertanya, serta mereviu kegiatan pembelajaran.
Sementara kegiatan siswa yang diamati adalah kegiatan menjawab
pertanyaan, mengajukan pertanyaan, bekerja sama dalam kelompok, hasil
kerja kelompok, serta prilaku siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran.
Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru setelah
kegiatan pembelajaran berlangsung. Serta kesukaran – kesukaran yang timbul
baik dalam kegiatan pembelajaran maupun saat mengerjakan soal ujian.
b. Tahap Pelaksanaan
Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan bersama guru bidang studi
Matematika, maka penelitian dilaksanakan mulai hari selasa, 14 Oktober 2008.
adapun Jadwal pelaksanaan tindakan pada Siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan pelaksanaan tindakan penelitian
Hari / tanggal Jam Kegiatan
Selasa, 14 Oktober 2008
Rabu, 15 Oktober 2008
Jumat, 17 Oktober 2008
08.30 – 10.00
08.30 – 10.00
07.00 – 08.30
Pertemuan I
Pertemuan II
Tes akhir Siklus I
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan juga
pengamatan/observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.
39
Pertemuan Pertama (Selasa, 14 Oktober 2008)
Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru/peneliti memulai dengan
memperkenalkan diri kepada siswa. Ini dimaksudkan agar siswa mengenal
guru/peneliti terlebih dahulu untuk menciptakan suasana akrab dan nyaman sehingga
siswa tidak merasa canggung atau takut untuk bertanya atau berdiskusi dengan guru
jika ada kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Setelah itu, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mulai memperkenalkan model Polya.
Pada tahap awal, guru memperkenalkan model Polya untuk menyelesaikan
soal cerita / soal pemecahan masalah melalui satu contoh. Kemudian guru
menerangkan bagaimana penyelesaiannya menggunakan model Polya. Tetapi, dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran kurang jelas. Dan siswa pada awalnya merasa
bingung karena model tersebut tergolong baru bagi mereka. Ada beberapa siswa
yang bertanya kepada guru tentang materi yang kurang jelas.
Pada tahap inti, guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, dimana tiap
kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Tetapi untuk menghemat waktu, pembentukan
kelompok telah dilakukan sebelum hari pelaksanaan penelitian. Sehingga mulai
kegiatan awal, siswa sudah duduk bersama anggota kelompoknya masing – masing.
Guru kemudian membagikan LKS serta menginstruksikan secara klasikal tentang
prosedur pengerjaan LKS kepada semua kelompok. Disini guru menerangkan
prosedur pengerjaan LKS yang terdiri dari 4 langkah yaitu langkah memahami
masalah, membuat rencana, melaksanakan rencana, dan menelaah kembali. LKS 1
dan 2 diberikan kepada kelompok 1 sampai kelompok 4. LKS 3 dan 4 diberikan
kepada kelompok 5 dan 6. setiap kelompok diberi durasi waktu ± 30 menit
mengingat kompleksitas LKS yang dikerjakan.
Selama pembelajaran dilakukan observasi terhadap masing – masing
kelompok siswa. Untuk memotivasi siswa, guru mengatakan bahwa nilai observasi
akan baik jika siswa rajin dan patuh serta giat dalam melaksanakan tugasnya.
Observasi juga dilakukan terhadap guru/peneliti yang dilakukan oleh guru bidang
studi matematika.
40
Selama pengerjaan LKS, guru berkeliling kepada setiap kelompok dan
memantau kerja pada masing – masing kelompok. banyak siswa atau kelompok
siswa yang melakukan kesalahan. Beberapa diantaranya adalah kesalahan dalam
memahami kalimat dalam soal dan mengoperasikan bentuk aljabar. Dalam hal ini,
guru memberikan bimbingan secara intensif pada langkah – langkah penyelesaian
model Polya untuk setiap kelompok. Tetapi temuan terpenting yang didapat oleh
guru/peneliti adalah siswa memang belum tahu sama sekali tentang pengerjaan soal
cerita secara sistematis menggunakan model Polya. Bagi mereka, metode ini baru
dan masih terlalu sulit. Menyebabkan waktu pengerjaan LKS menjadi semakin lama.
Dari hasil wawancara dengan guru matematika yang bersangkutan, selama ini jika
siswa menemukan soal cerita atau pemecahan masalah, mereka cenderung berfikir
secara praktis, cepat, langsung jawaban tanpa melalui suatu prosedur yang sistematis
seperti yang termuat dalam model Polya. Hal ini memang secara khusus dipersiapkan
karena dalam soal UAN nanti dibutuhkan proses berfikir yang seperti itu. Apalagi
soalnya memang didominasi oleh soal obyektif. Hanya sebagian kecil saja siswa
yang pada pertemuan ini akhirnya mengerti langkah – langkah pengerjaan soal
menggunakan model Polya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan baik oleh guru/peneliti selama
kegiatan pembelajaran maupun dari observer, siswa nampak antusias dan aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok. Mereka aktif bertanya antar anggota, saling bekerja sama
dan tidak segan untuk bertanya kepada guru bahkan observer yang ada disana. Tetapi
ada beberapa diantaranya yang membuat suasana gaduh dan mengganggu kegiatan
pembelajaran. Guru memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok siswa
yang kurang mengerti dan membetulkan jawaban kelompok yang salah.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, guru kurang mereviu kegiatan
pembelajaran. Beberapa siswa berpendapat bahwa penjelasan guru kurang jelas.
Namun setelah mereka mengerjakan Lembar Kerja Siswa, mereka jadi sedikit lebih
mengerti. Menurut guru yang mengobservasi aktifitas peneliti yang bersangkutan,
secara garis besar memang sudah cukup bagus. Tetapi mungkin ada satu atau
41
beberapa kekurangan seperti penjelasan guru yang dirasa murid agak berbelit dan
guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran. Hal ini mungkin disebabkan
guru/peneliti yang masih merasa canggung dengan kelas dan siswa – siswi yang baru
dikenalnya.
Pada akhir diskusi, guru memberikan tugas kepada masing – masing
kelompok untuk membuat sebuah soal cerita yang berhubungan dengan LKS pada
masing – masing kelompok. Soal ini nantinya akan disebar kepada kelompok lain
untuk didiskusikan penyelesaiannya pada pertemuan yang akan datang dengan
menggunakan model Polya.
Pertemuan Kedua ( Rabu, 15 Oktober 2008)
Pada pertemuan ini, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun,
masing – masing kelompok siswa membuat sebuah soal cerita. Kemudian soal
tersebut disebar kepada kelompok lain untuk diselesaikan dengan menggunakan
model Polya. Prosedurnya, kelompok 1, 2, 3, dan 4 yang membuat soal dari LKS 1
dan 2 disebar kepada kelompok 5, 6, 7, dan 8. Sementara kelompok 5, 6, 7, dan 8
yang membuat soal dari LKS 3 dan 4 disebar kepada kelompok 1, 2, 3, dan 4.
Pada kesempatan ini, guru kembali berkeliling untuk membimbing dan
melihat soal yang dibuat oleh masing – masing kelompok bisa diselesaikan atau
tidak. Ternyata siswa bisa membuat soal cerita, dan bisa dikerjakan (ada
penyelesaiannya). Memang sebelum membuat soal cerita, guru/peneliti
menginstruksikan kepada masing – masing kelompok agar berfikir terlebih dahulu
agar soal bisa diselesaikan atau ada penyelesaiannya. Bukan asal buat saja.
Diskusi kelompok berlangsung selama 25 menit. Dalam diskusi itu, siswa
aktif bertanya dan cukup ramai. Meskipun ada beberapa diantaranya yang memang
kurang termotivasi untuk belajar dan cukup mengganggu teman – temannya yang
berdiskusi. Ditengah pembelajaran ada beberapa kelompok yang memprotes bahwa
soal yang dari kelompok lain ada yang tidak bisa diselesaikan. Contoh nya, soal dari
kelompok 5 yang dikerjakan oleh kelompok 1. Berikut contohnya:
42
“ Sebuah taplak meja berbentuk Persegi. Ukuran sisinya adalah (4y + 2) cm.
kemudian taplak tersebut dipotong selebar 2y. Jika y = 3 cm. Berapakah luas sisa
taplak meja tersebut ? “
Setelah ditelusuri, ternyata Kelompok 1 membuat kesalahan perhitungan,
sehingga Luas taplak meja sebelum dipotong menjadi lebih kecil daripada Luas
potongannya.
Setelah diskusi, beberapa kelompok ditunjuk secara acak oleh guru untuk
mempresentasikan hasilnya pekerjaannya di depan kelas. Sementara kelompok yang
membuat soal dan kelompok lain menanggapi serta mengajukan saran atau
pertanyaan. Langkah – langkahnya, guru menunjuk 2 kelompok secara acak
perwakilan dari kelompok 1, 2, 3, dan 4. serta 2 kelompok perwakilan dari kelompok
5, 6, 7, dan 8. Akan tetapi, karena keterbatasan waktu, hanya 1 kelompok saja yang
mewakili kelompok 5, 6, 7, dan 8. guru disini membimbing siswa menuju
kesimpulan atau jawaban yang benar. Siswa cukup bersemangat untuk
memperhatikan kelompok yang maju dan memberikan beberapa pertanyaan.
Dalam kegiatan ini, dari awal pembelajaran sampai akhir, ada 2 orang siswa
yang cukup menonjol dalam diskusi. Dan sering menjawab pertanyaan guru dengan
benar. Mereka adalah Vina Vahlevi dan Alfian. Setelah ditanyakan kepada guru
bidang studi matematika yang bersangkutan, mereka memang pintar dan selalu
menduduki rangking di kelas. Bahkan meraih nilai tertinggi saat ujian masuk SMP
Negeri 1 Kalisat. Tetapi, selain itu, masih banyak siswa yang lain yang masih kurang
mengerti dan sulit menerima materi yang dijelaskan oleh guru.
Pada akhir kegiatan, guru mereviu kegiatan pembelajaran dan menanyakan
kepada siswa mengenai hal – hal yang masih belum dipahami. Baik dari segi langkah
– langkah penyelesaian model Polya, maupun dari diskusi yang telah dilakukan.
Guru juga menginstruksikan agar siswa mempelajari semua materi yang telah
diajarkan dari pertemuan pertama sampai akhir karena pasti akah keluar saat ujian
nanti.
43
Jumat, 17 Oktober 2008
Pada pertemuan ini diadakan tes akhir Siklus I. soal berbentuk uraian (essay)
dengan jumlah soal 4 butir soal. Masing – masing soal mempunyai skor 25. sehingga
skor totalnya 100. tidak semua siswa mengikuti tes ini. Ada 1 orang siswa yang tidak
ikut karena sakit dan diharuskan mengikuti tes susulan.
Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1. Menyusun Rencana Pembelajaran I dan II
Rencana pembelajaran yang disusun pada Siklus II adalah rencana
pembelajaran untuk sub pokok bahasan Operasi Hitung Pada Pecahan
Bentuk Aljabar. Rencana Pembelajaran I digunakan pada pertemuan
pertama. Dimana siswa membahas soal cerita pada sub pokok bahasan
tersebut menggunakan LKS yang telah disediakan (LKS 5 dan 6). Rencana
Pembelajaran II digunakan pada pertemuan kedua. Dimana membahas
kegiatan siswa dalam membuat soal atau pertanyaan, dan kegiatan
presentasi oleh masing – masing kelompok siswa. Perbedaan dengan Siklus
I yaitu : pembelajaran pada Siklus ini lebih melibatkan siswa secara
keseluruhan untuk berdiskusi dan presentasi, serta siswa membuat soal
cerita beserta penyelesaiannya dimana disini guru lebih intensif
membimbing dan mengamati bagaimana kalimat dalam soal dan bagaimana
siswa bisa menyelesaiakn soal cerita dengan baik. Guru memberi apresiasi
positif berupa pujian kepada kelompok siswa yang berhasil dengan baik
menyelesaikan soal dari kelompok lain dengan menggunakan model Polya.
2. Menyusun Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja yang disusun pada Siklus ini terdiri dari LKS 5 dan 6. Dengan
materi Operasi Pada Pecahan Bentuk Aljabar. LKS 5 diberikan kepada
kelompok 1, 2, 3, dan 4. sementara LKS 6 diberikan kepada kelompok 5, 6,
7, dan 8. Berisi soal cerita dan titik – titik atau kolom – kolom kosong
44
tempat menuliskan langkah – langkah penyelesaian soal sesuai dengan
model Polya.
3. Menyusun soal tes akhir Siklus II
Soal tes akhir disusun setelah peneliti melakukan kegiatan pembelajaran
dan diadakan diskusi lagi dengan guru bidang studi yang bersangkutan.
Peneliti sudah membuat soal tes, tetapi belum mampu memprediksikan
bagaimana soal tersebut bagi siswa. Apakah soal terlalu sulit atau
kompleks. Ataukah terlalu mudah. Soal terdiri dari 4 butir soal jenis uraian
(essay). Dengan sistem penilaian sama seperti pada Siklus I. Sehingga
bobot soal dari No. 1 sampai No. 4 sama.
4. Menyusun pedoman Observasi dan wawancara terhadap siswa dan guru
Pedoman observasi disusun untuk mengamati aktivitas guru dan siswa
selama kegiatan pembelajaran. Kegiatan observasi guru yang diamati
adalah kegiatan guru dalam menyampaikan tujuan pembelajaran,
menjelaskan materi, memberik LKS, membimbing langkah – langkah
pemecahan masalah, memberi kesempatan bertanya, serta mereviu kegiatan
pembelajaran. Sementara kegiatan siswa yang diamati adalah kegiatan
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, bekerja sama dalam
kelompok, hasil kerja kelompok, serta prilaku siswa yang tidak relevan
dengan pembelajaran. Wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan
siswa dan guru setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Serta kesukaran
– kesukaran yang timbul baik dalam kegiatan pembelajaran maupun saat
mengerjakan soal ujian.
b. Tahap Pelaksanaan
Sesuai dengan jadwal, setelah pelaksanaan Siklus I berakhir, maka
dilaksanakan Siklus II mulai hari Selasa, 21 Oktober 2008. Adapun Jadwal
pelaksanaan tindakan pada Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
45
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Penelitian Pada Siklus II
Hari / tanggal Jam Kegiatan
Selasa, 21 Oktober 2008
Rabu, 22 Oktober 2008
Jumat, 24 Oktober 2008
08.30 – 10.00
08.30 – 10.00
07.00 – 08.30
Pertemuan I
Pertemuan II
Tes akhir Siklus II
Bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan juga
pengamatan/observasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Setelah itu,
dibandingkan antara hasil observasi Siklus I dengan hasil observasi Siklus II. Apakah
terjadi peningkatan aktivitas siswa ataukah terjadi penurunan.
Pertemuan Pertama (Selasa, 21 Oktober 2008) Pada pertemuan pertama, guru/peneliti memulai pembelajaran dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberi gambaran secara garis besar
tentang kegiatan pembelajaran pada hari tersebut. Setelah itu, guru mengulas kembali
beberapa kesalahan yang sering dan banyak dilakukan siswa pada pertemuan –
pertemuan sebelumnya serta juga pada tes sebelumnya. Guru mengambil inisiatif
untuk mengulang menjelaskan kembali tentang langkah demi langkah penyelesaian
soal cerita/pemecahan masalah dengan menggunakan model Polya, juga melalui
contoh. Beberapa siswa sudah memahami dengan baik, tetapi ada siswa yang masih
belum paham mengenai fungsi masing – masing langkah pemecahan masalah model
Polya. Dan menanyakan hal itu pada guru saat akan melaksanakan diskusi kelompok.
Setelah menerangkan kembali tentang materi pembelajaran, guru
menginstruksikan siswa untuk bekerja secara berkelompok mengerjakan LKS.
Berbeda dengan sebelumnya, diskusi kali ini lebih lancar dan siswa lebih cepat
menangkap penjelasan dan pengarahan guru sehingga kegiatan pembelajaran
berjalan lebih cepat. Ini dikarenakan siswa sudah mengenal lebih mendalam tentang
46
langkah – langkah model Polya dan sudah mulai terbiasa untuk menyelesaikan soal
cerita dengan metode tersebut.
Guru kembali menerangkan cara membuat atau mengajukan soal berdasarkan
situasi yang ada. Disini, guru lebih mengintensifkan bagaimana daya nalar siswa
dapat berjalan saat ia membuat soal yang ditujukan kepada kelompok lain. Soal
tersebut janganlah terlalu sulit. Tetapi mudah, sederhana, dan ada penyelesaiannya.
Pada Siklus II ini guru mendorong keterlibatan siswa supaya lebih aktif dengan
mengubah strategi pembelajaran.
Pada tahap inti, guru membagi siswa menjadi 8 kelompok seperti pada
pertemuan di Siklus sebelumnya, dimana tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. Guru
kemudian membagikan LKS serta menginstruksikan secara klasikal tentang prosedur
pengerjaan LKS kepada semua kelompok. Disini guru menerangkan prosedur
pengerjaan LKS yang terdiri dari 4 langkah yaitu langkah memahami masalah,
membuat rencana, melaksanakan rencana, dan menelaah kembali. Kemudian guru
menginstruksikan tiap – tiap kelompok membuat soal pada kolom yang telah
disediakan. LKS 5 diberikan kepada kelompok 1 sampai kelompok 4. LKS 6
diberikan kepada kelompok 5 sampai 8. setiap kelompok diberi durasi waktu ± 30
menit mengingat kompleksitas LKS yang dikerjakan.
Selama pembelajaran dilakukan observasi terhadap masing – masing
kelompok siswa. Berbeda dengan pertemuan di Siklus sebelumnya, siswa lebih
mengerti jika aktivitasnya diamati dan berbuat sebaik – baiknya. Ini terbukti mereka
lebih aktif dalam diskusi kelompok dan lebih aktif bertanya kepada guru jika ada
yang kurang jelas. Meskipun resikonya suasana kelas menjadi semakin ramai.
Selama pengerjaan LKS, guru berkeliling kepada setiap kelompok dan
memantau kerja pada masing – masing kelompok. Berbeda dengan Siklus sebelunya,
jumlah kelompok atau siswa yang melakukan kesalahan dalam perhitungan semakin
sedikit. Tetapi masih ada beberapa siswa yang melakukan kesalahan dalam
mengoperasikan bentuk aljabar. Ini pun jumlahnya semakin sedikit. Dalam hal ini,
47
guru memberikan bimbingan secara intensif pada langkah – langkah penyelesaian
model Polya untuk setiap kelompok.
Pada langkah memahami masalah, beberapa kelompok sukses dalam
memahami masalah dengan benar tanpa bantuan guru. Langkah membuat rencana
pun juga demikian. beberapa contoh diantaranya adalah kelompok 1 dan, kelompok
3. Tetapi ada satu kelompok yang perkembangannya lebih lambat dibandingkan
dengan kelompok yang lain. Bahkan tidak mengumpulkan LKS saat pembelajaran
hampir berakhir. Contohnya adalah kelompok 6. kerja sama antar anggota pada
kelompok ini masih buruk. Tentu saja guru menegur dan memberi peringatan kepada
kelompok tersebut sehingga mereka cepat mengumpulkan hasil pekerjaanya.
Mengenai kerja sama kelompok, guru segera memberi tahukan atau mengingatkan
kembali bahwa kerja sama kelompok merupakan hal yang terpenting dalam
pencapaan hasil yang baik. Suatu kelompok akan berhasil jika kerjasama kelompok
dapat berjalan dengan baik serta setiap anggota dapat mengerti akan kedudukan dan
fungsinya.
Ada beberapa siswa yang masih membuat ramai dan malas belajar, siswa
tersebut sama seperti siswa yang membuat ramai pada Siklus I. Setelah ditanyakan
pada guru bidang studi, memang siswa tersebut selalu seperti itu dan telah mambuat
jengkel banyak guru yang lain.
Tetapi sebagian besar telah menunjukkan peningkatan. Dimana antusias
siswa semakin besar. Mereka telah mengerti tentang pemecahan masalah model
Polya dengan baik. Menurut mereka metode tersebut ternyata justru mudah
diterapkan dan membantu mereka memahami masalah dan membuat model
matematika dengan baik. Hanya, bagi mereka kurang praktis terutama untuk soal –
soal yang menurut mereka lebih mudah dan cepat jika dikerjakan secara langsung
tanpa langkah – langkah seperti yang termuat dalam langkah – langkah model Polya.
Pada akhir diskusi, guru memberikan tugas kepada masing – masing
kelompok untuk membuat sebuah soal cerita yang berhubungan dengan LKS pada
masing – masing kelompok. Hampir sama dengan Siklus sebelumnya, hanya saja
48
soal yang dibuat lengkap dengan penyelesaiannya. Soal ini nantinya akan disebar
kepada kelompok lain untuk didiskusikan penyelesaiannya pada pertemuan yang
akan datang dengan menggunakan model Polya.
Pertemuan Kedua (Rabu, 22 Oktober 2008)
Pada pertemuan ini, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun,
masing – masing kelompok siswa membuat sebuah soal cerita. Beberapa kelompok
sudah selesai membuat soal cerita dirumah. Tetapi ada beberapa kelompok yang
belum menyelesaikannya.
Guru kemudian melihat soal hasil buatan siswa. Setelah itu, guru meminta
salah satu kelompok yang selesai terlebih dahulu dalam membuat soal untuk
menuliskan soal hasil buatannya di papan tulis. Setelah menuliskan soal tersebut,
siswa diberi kebebasan menunjuk kelompok lain untuk mengerjakan soal tersebut
dengan menggunakan model Polya. Juga di papan tulis, kemudian dipresentasikan.
Ini bisa dilakukan oleh satu atau dua kelompok. Sementara kelompok yang membuat
dan kelompok lain menanggapi dan mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang
mengajukan soal tersebut. Sampai soal tersebut terselesaikan.
Dalam strategi ini, kelompok yang selesai terlebih dahulu adalah kelompok 1.
kemudian kelompok 1 menunjuk kelompok 6 untuk menyelesaikan soal tersebut.
Kelompok 6 kemudian berunding dan menetapkan kelompok 5 sebagai “teman”
dalam menyelesaikan persoalan tersebut dan menjawab pertanyaan dari kelompok –
kelompok yang lain. Setelah soal berhasil diselesaikan, kelompok 5 menunjuk salah
satu kelompok lagi untuk menuliskan soal hasil pekerjaannya. Dan, kembali
kelompok yang menuliskan soal tersebut menunjuk kelompok lain untuk
mengerjakan soal hasil pekerjaannya. Dalam hal ini, kelompok yang sudah maju
tidak boleh terpilih lagi. Demikian seterusnya sampai semua kelompok kebagian
maju ke depan kelas.
Secara garis besar kegiatan berlangsung ramai, cukup gaduh, tapi antusiasme
siswa semakin besar. Terbukti dengan berebutnya mereka untuk maju waktu guru
49
akan menyuruh salah satu kelompok yang akan menuliskan soal pertama kali.
Mereka juga giat mengajukan pertanyaan. Dan jawaban yang diberikan oleh
kelompok yang maju cukup baik. Meskipun ada beberapa kesalahan baik dari
kalimat maupun kesalahan dalam perhitungan.
Pada akhir kegiatan, guru mereviu kegiatan pembelajaran dan memberikan
reward positif berupa pujian dan hadiah bagi kelompok yang bisa mengerjakan soal
dengan baik sesuai dengan langkah – langkah model Polya, serta kelompok yang
kerjasama kelompoknya paling baik pada kegiatan diskusi yang diselenggarakan
pada pertemuan sebelumnya. Guru kemudian menanyakan kepada siswa mengenai
hal – hal yang masih belum dipahami. Baik dari segi langkah – langkah penyelesaian
model Polya, maupun dari diskusi yang telah dilakukan. Guru juga menginstruksikan
agar siswa mempelajari semua materi yang telah diajarkan dari pertemuan pertama
sampai akhir karena akan keluar saat ujian nanti.
Pertemuan ketiga (Jumat, 24 Oktober 2008)
Pada pertemuan ini diadakan tes akhir Siklus II. soal berbentuk uraian (essay)
dengan jumlah soal 4 butir soal. Masing – masing soal mempunyai skor 25. sehingga
skor totalnya 100 (sama seperti Siklus I). tidak semua siswa mengikuti tes ini. Ada 1
orang siswa yang tidak ikut karena sakit dan diharuskan mengikuti tes susulan pada
hari berikutnya (Senin, 27 Oktober 2008 diluar jam pelajaran)
4.1.3 Analisa Data Hasil Penelitian
a. Observasi
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan pada siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Kalisat pada semester ganjil Tahun ajaran 2008/2009, dengan
subyek kelas VIII C yang merupakan kelas yang terdiri dari siswa yang memiliki
kemampuan sangat beragam. Tetapi sebagian besar berada dibawah rata – rata.
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa maupun
aktivitas guru (peneliti) dalam kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini, peneliti
50
dibantu oleh guru bidang studi matematika yang bertugas mengamati aktivitas guru
(peneliti) sebagai refleksi atau sebagai kontrol pengajaran agar dapat terarah dengan
baik. Disamping itu terdapat observer yang bertugas mengamati aktivitas siswa baik
dalam diskusi kelompok maupun dalam mengajukan ide atau pertanyaan.
Kegiatan pembelajaran secara umum dari Siklus I dan II berjalan dengan
baik. Meskipun ada satu atau dua siswa yang membuat gaduh, malas belajar, dan
mengganggu teman yang sedang berdiskusi. Hasil observasi tiap Siklus ditampilkan
sebagai berikut :
Siklus I
Pada Siklus I, terdapat 3 orang siswa (7,5%) yang tergolong sangat baik
aktivitasnya, yaitu : Achmad Alfian Budi. W, Vina Vahlevi, dan Hemi Tri Puspita.
Ketiga orang tersebut memang sering menjawab pertanyaan guru dengan benar, dan
lebih mudah mengangkap penjelasan guru daripada siswa yang lain. Kemudian ada
13 orang siswa yang tergolong Baik (32,5%), 20 orang siswa yang tergolong cukup
baik (50%), serta 1 orang siswa (2,5%) yang tergolong kurang sekali. Siswa yang
tergolong kurang sekali yaitu Indra Nikko. Dia memang tidak mau belajar, dan
paling pasif waktu kegiatan diskusi kelompok.
Pada waktu pembagian kelompok, biasanya siswa gaduh dan ramai mencari
anggota kelompoknya masing – masing. Hal ini sudah peneliti atasi bersama dengan
guru bidang studi dengan membagi kelompok terlebih dahulu beberapa hari sebelum
pelaksanaan penelitian.
Hasil observasi aktivitas guru, menunjukkan bahwa guru kurang dalam hal
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mereviu kegiatan pada akhir pembelajaran.
Tetapi secara garis besar sudah baik. Disini pengamatan aktivitas guru cuma sebagai
faktor kontrol terhadap pembelajaran manakala guru/peneliti keluar jalur saat
menerangkan materi pembelajarannya.
Siklus II
Pada Siklus II, terjadi peningkatan. Aktivitas siswa yang tergolong Sangat
Baik ada 10 orang (25%), tergolong Baik ada 17 orang (42,5%), tergolong Cukup
51
Baik ada 12 orang (30%). Sementara terjadi penurunan aktivitas siswa pada kategori
kurang baik dan kurang sekali. Kalau sebelumnya ada 3 orang siswa tergolong
kurang baik, pada Siklus II tinggal 1 orang siswa kurang baik (2,5%) serta tidak ada
siswa yang aktivitas belajarnya tergolong kurang sekali, (analisis observasi keaktifan
siswa terlampir).
Sementara aktivitas guru yang diamati secara langsung oleh guru bidang studi
matematika juga meningkat. Guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran dengan
baik. Penjelasan guru juga telah dirasa cukup jelas dan gamblang. Hal ini disebabkan
guru tidak merasa canggung lagi dengan situasi kelas dan guru telah dapat menguasai
kelas dengan baik.
Lebih lanjut, berdasarkan analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran model
Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah seperti pada Lampiran 17 dan 18,
perbandingan hasil observasi aktivitas siswa dan guru dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.3 Perbandingan aktivitas siswa tiap Siklus
Kategori Siklus I Siklus II Sangat Baik 3 10 Baik 13 17 Cukup Baik 20 12 Kurang Baik 3 1 Kurang Sekali 1 0
52
Gambar 4.1 Diagram Aktivitas Siswa Tiap Siklus
Perbandingan Aktivitas Siswa Tiap Siklus
3
13
20
31
10
17
12
10
0
5
10
15
20
25
SangatBaik
Baik CukupBaik
KurangBaik
KurangSekali
Kategori Aktivitas
Jum
lah
Sisw
a
Siklus ISiklus II
Tabel 4.4 Perbandingan Aktivitas Guru Tiap Siklus
Aktivitas yang diamati Siklus I Siklus II
Aktivitas guru 83,33 % ( Baik ) 94,45 % ( Sangat baik )
b. Analisis tes siswa
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang memperlihatkan tentang
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui pembelajaran pemecahan
masalah model Polya dengan dilengkapi latihan problem posing dalam pembelajaran
matematika. Pada pelaksanaan dilakukan dua Siklus kegiatan, yaitu Siklus I dan II.
Pada akhr Siklus I diberikan evaluasi sebagai tindak lanjut untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam pelaksanaan tindakan, serta untuk merencanakan tindakan
53
selanjutnya yaitu Siklus II. Pada akhir Siklus II juga diberikan evaluasi yang
berkaitan dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah melalui latihan
problem posing. Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari dua Siklus pelaksanaan
tindakan penelitian diuraikan sebagai berikut :
Analisis deskriptif kemampuan pemecahan masalah tes akhir Siklus I
Untuk mengetahui keberhasilan Siklus ini dilaksanakan melalui tes yang
berbentuk uraian setelah penyajian dua sub pokok bahasan, yaitu Operasi pada
Bentuk Aljabar dan Pemfaktoran. Adapun analisis deskriptif skor perolehan siswa
setelah melalui pembelajaran dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.5 Statistik Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Siklus I
Statistik Nilai
Statistik Subyek 40
Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 97 Skor Terendah 47 Rentang Skor 50 Skor rata - rata 72,45
Median 70 Modus 70
Standar Deviasi 11,202
Jika skor kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di atas
dikelompokkan ke dalam 3 kelas interval, maka diperoleh distribusi frekuensi
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase 1 47 – 64 Rendah 9 22,5% 2 65 – 82 Sedang 21 52,5% 3 83 – 100 Tinggi 10 25,00%
54
Setelah dikelompokkan ke dalam 3 kelas dan diberi kategori, terlihat bahwa
dari 40 orang siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Kalisat yang menjadi subyek
penelitian, terdapat 9 orang siswa yang masuk ke dalam kategori rendah, 21 orang
siswa berada pada kategori sedang, dan 10 orang berada pada kategori tinggi. Dari
hasil pengamatan, siswa banyak melakukan kesalahan memahami kalimat dalam soal
dan dalam mengoperasikan bentuk aljabar. Siswa berulang kali menjumlahkan dan
mengurangkan variabel dengan konstanta padahal 2 hal tersebut tidak bisa
dioperasikan secara langsung. Ini disebabkan Siswa juga kurang dalam memahami
pengertian variabel, konstanta, koefisien serta kurang teliti dalam membaca soal.
Analisis deskriptif kemampuan pemecahan masalah tes akhir Siklus II
Hasil analisa deskriptif terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah setelah pembelajaran pada Siklus II, dengan fokus materi pada sub pokok
bahasan Operasi Pada Pecahan Bentuk dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.7 Statistik Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Subyek 40 Skor Ideal 100
Skor Tertinggi 100 Skor Terendah 49 Rentang Skor 51 Skor rata - rata 81,05
Median 83 Modus 86
Standar Deviasi 11,89
Jika skor kemampuan siswa dalam memecahkan masalah di atas
dikelompokkan ke dalam 3 kelas interval, maka diperoleh distribusi frekuensi
sebagai berikut :
55
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika
No. Skor kategori frekuensi persentase 1 47 - 64 Rendah 4 10,00% 2 65 - 82 Sedang 13 32,50% 3 83 - 100 Tinggi 23 57,50%
Dari tabel 4.7, skor rata – rata kemampuan pemecahan masalah siswa setelah
pembelajaran pada Siklus II sebesar 81,05. dengan modus (skor dengan frekuensi
terbanyak) yaitu 86. selanjutnya pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan siswa setelah pembelajaran pada Siklus II dari 40 orang siswa, terdapat
23 orang berada pada kategori Tinggi, 13 orang berada pada kategori Sedang, namun
masih ada 4 orang yang berada di kategori Rendah.
Dari hasil pengamatan pada kedua Siklus diatas, terdapat peningkatan rata –
rata kemampuan pemecahan masalah siswa. Serta juga kenaikan jumlah skor siswa
yang berada pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Skor Setelah Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Yang Dilengkapi Dengan Pengajuan Masalah
Siklus I Dan II
Frekuensi Persentase No. Skor kategori
Siklus I Siklus II Siklus
I Siklus
II 1 47 – 64 Rendah 9 4 22,50% 10,00%2 65 – 82 Sedang 21 13 52,5% 32,5% 3 83 – 100 Tinggi 10 23 25,00% 57,5%
Dengan memperhatikan Tabel 4.9, terlihat adanya peningkatan kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika setelah dilakukan dua Siklus
tindakan. Pada Siklus Pertama, dari 40 orang siswa terdapat 9 orang berada pada
kategori Rendah (22,5%) sedangkan pada Siklus Kedua masih ada 4 orang (10%)
56
dalam kategori Rendah. Pada kategori Sedang, tampak juga perubahan. Pada Siklus
Pertama terdapat 21 orang (52,5%). Sementara pada Siklus II ada 13 orang (32,5%).
Demikian juga pada kategori tinggi. Pada Siklus I terdapat 10 orang siswa berada
pada kategori tersebut (25%). Sedangkan pada Siklus II terdapat 23 orang siswa
(57,5%) berada pada kategori yang sama.
Dari data hasil observasi selama pelaksanaan penelitian, yaitu selama Siklus
pertama dan kedua memperlihatkan antusiasme dan aktivitas siswa semakin hari
semakin meningkat. Ini cukup menjadikan alasan untuk mengatakan bahwa siswa
telah dapat menyelesaikan masalah atau memiliki kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun masih ada siswa yang berada pada kategori Rendah.
Ketuntasan Belajar
Untuk menjawab pertanyaan tentang ketuntasan belajar siswa setelah
pelaksanaan tindakan, akan diuraikan analisa tentang ketuntasan belajar siswa tiap
Siklus sebagai berikut :
1. Hasil Tes Siklus I
Berdasarkan dari hasil analisis tes pada Siklus I (terlampir), dari 40 orang
siswa terdapat 31 orang yang tuntas dan 9 orang tidak tuntas dengan nilai rata – rata
72,45. Sehingga ketuntasan klasikal : 77,5%
2. Hasil Tes Siklus II
Berdasarkan hasil analisis tes pada Siklus II (terlampir), dari 40 siswa
terdapat 36 siswa yang tuntas dan 4 siswa tidak tuntas dengan nilai rata – rata 81,05,
sehingga ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 90 %. Dari sini terlihat bahwa
persentase ketuntasan belajar siswa pada Siklus II meningkat bila dibandingkan
dengan Siklus I. Ini juga ditandai dengan peningkatan nilai rata – rata siswa dari
72,45 menjadi 81,05.
57
4.2 Hasil Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Dan Siswa
4.2.1 Wawancara Terhadap Guru Sebelum Pelaksanaan Penelitian
Wawancara terhadap guru bidang studi Matematika (Ibu Dra. Anikmatus
Sa’diah, S.Pd) sebelum dilaksanakan penelitian bertujuan untuk mengetahui metode
mengajar apa yang sering digunakan, kesulitan apa saja yang sering dialami serta
materi apa saja yang dirasa masih sulit diserap atau dipahami oleh siswa.
Dari hasil wawancara didapat bahwa pembelajaran selama ini dilakukan
dengan metode ekspositori biasa. Siswa tidak diharuskan atau diwajibkan membeli
LKS atau buku penunjang lainnya. Pembelajaran hanya berpusat pada buku paket
saja sebagai buku pegangan serta sedikit sekali siswa yang memiliki buku lain
sebagai penunjang. Sementara kesulitannya, siswa lebih sering kurang mengerti
terhadap materi pembelajaran meskipun telah diadakan kelompok – kelompok
belajar di sekolah. Siswa cenderung ramai dan membuat gaduh justru saat mereka
merasa kurang mengerti terhadap materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran
lebih didominasi guru. Transfer pengetahuan hanya terjadi antara guru kepada siswa.
Sedangkan pada proses sebaliknya dirasa kurang sekali. Mengingat tingkat
intelektualitas siswa yang masig kurang, sehingga pada pelaksanaan di lapangan
dirasa sulit sekali untuk menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Dari wawancara tentang materi pembelajaran, materi yang masih dirasa sulit
diterima memang soal berbentuk pemecahan masalah pada sub pokok bahasan
Faktorisasi Bentuk Aljabar dan Persamaan Garis Lurus. Tetapi materi yang
diarahkan oleh guru adalah Faktoriasi Suku Aljabar mengingat materi ini merupakan
materi dasar, dan siswa sering melakukan kesalahan baik dari segi memahami
masalah dan ketelitian perhitungan, maupun dari segi kesalahan yang sangat banyak
dilakukan siswa, yaitu kesalahan mengoperasikan variabel dan konstanta dalam
bentuk aljabar. Mengenai kelas yang akan dijadikan subyek penelitian, guru
menyarankan kelas VIII C karena kelas tersebut merupakan kelas pertengahan (
diantara kelas terendah dan kelas tertinggi) dengan tingkat keberagaman yang cukup
58
besar. Lengkap, semua ada. Di kelas tersebut ada siswa yang sangat menonjol
prestasinya jauh diatas siswa bahkan dari kelas yang lain. Ada siswa yang biasa saja,
ada yang sangat malas. Tetapi sebagian besar berada dibawah rata – rata. Mengenai
pembelajaran, guru menyarankan agar penjelasan materi disampaikan perlahan –
lahan karena pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sangat baru
bagi siswa. Dan guru/peneliti harus memperkenalkan diri terlebih dahulu dengan
baik mengingat biasanya siswa kurang memperhatikan kepada guru yang belum
dikenalnya.
4.2.2 Wawancara Terhadap Tanggapan Guru Dan Siswa Terhadap Pembelajaran
Setelah pelaksanaan pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang
dilengkapi dengan pengajuan masalah, peneliti meminta tanggapan melalui interviu
atau wawancara secara langsung dari guru bidang studi Matematika sebagai
pengevaluasi kegiatan pembelajaran dan tanggapan dari 2 orang siswa yang
mendapat nilai tinggi yaitu ; Vina Vahlevi dan Fani Meilani serta 2 orang yang
mendapat nilai rendah (tidak tuntas) yaitu Indra Nikko dan Siska Pratiwi ( pada
Siklus I). Sedangkan pada Siklus II diambil 2 orang dengan nilai tinggi dan sedang
pada kelompok Tuntas (Fani Meylani dan Ana Maratus Soleha) serta 2 orang pada
kelompok tidak tuntas ( Indra Nikko dan Kurniawan Nandrika).
Berdasarkan hasil interviu dengan guru dan siswa, secara garis besar
diperoleh hal – hal sebagai berikut :
1. Kegiatan pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang dilengkapi dengan
pengajuan masalah dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita meskipun masih belum sempurna, dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Faktorisasi Suku
Aljabar.
2. Kesulitan yang dikeluhkan oleh siswa terutama oleh siswa yang tidak tuntas
adalah, materi atau model tersebut masih baru dan mereka masih sulit
menerimanya. Mengingat biasanya mereka menggunakan cara langsung dalam
59
menyelesaikan soal bahkan tanpa prosedur sistematis sama sekali. Bagi siswa
yang tidak tuntas, kesulitan tersebut masih diperparah dengan kekurang
pengalaman siswa dalam memecahkan masalah atau menemui persoalan yang
lebih kompleks demikian juga kesalahan yang sangat fatal saat mengoperasikan
bentuk aljabar yang menyangkut koefisien dan konstanta.
Kekurangan yang perlu untuk diperbaiki pada pembelajaran model Polya
yang dilengkapi pengajuan masalah khusus pada Siklus I adalah :
1. Diskusi kelompok memerlukan waktu yang cukup lama. Mengingat siswa
masih merasa kesulitan dalam mengerjakan lks.
2. Siswa kurang pengalaman dalam membuat soal cerita. Selama ini soal selalu
dibuat oleh guru atau siswa melihat soal cerita dari yang ada di buku paket.
3. Siswa masih kurang memahami model Polya dalam memecahkan masalah,
dan beberapa siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dalam kegiatan
kelompok manakala kurang mengerti dan merasa tidak diperhatikan oleh
anggota kelompoknya.
4. Jalannya diskusi kurang melibatkan semua anggota kelompok. Sehingga
hanya sedikit saja siswa yang mengerti dan memahami model Polya dan
berperan aktif dalam kelompok.
Sementara kekurangan yang perlu diperbaharui dari Siklus ii adalah :
1. Waktu yang diperlukan menjadi lebih lama. Karena jalannya diskusi dan
presentasi lebih kompleks.
2. Suasana kelas menjadi lebih ramai. Hal ini bagus mengingat siswa ramai
karena antusias dalam diskusi dan lebih banyak mengutarakan pendapat
waktu diskusi kelas. Namun akibatnya ada beberapa siswa yang luput dari
perhatian guru terutama siswa yang malas belajar memanfaatkan situasi yang
ramai tersebut untuk semakin membuat gaduh dan tidak memperhatikan
pelajaran yang diberikan.
60
4.3 Temuan Penelitian
Berdasarkan pelaksanaan Siklus penelitian tindakan mulai dari tindakan
pendahuluan sampai pada pelaksanaan Siklus I dan II, diperoleh beberapa temuan
penting. Antara lain :
1. prosedur menyelesaikan masalah matematika menggunakan model Polya
merupakan hal yang baru bagi siswa. Selama ini siswa kurang bahkan tidak
terbiasa menggunakan prosedur yang sistematis dan terrencana dalam
menyelesaikan soal cerita atau soal yang bertipe pemecahan masalah
matematika.
2. siswa kurang pengalaman dalam membuat soal cerita. Selama ini soal selalu
dibuat oleh guru atau siswa melihat soal cerita dari yang ada di buku paket.
3. pada Siklus I, jalannya diskusi sudah cukup baik. Siswa terlihat cukup
bersemangat dan aktif ketika berdiskusi menyelsaikan soal – soal di LKS.
Hanya saja kelemahan dari diskusi dan presentasi yang kurang melibatkan
seluruh siswa menyebabkan beberapa siswa yang malas mudah melepaskan
diri dari kegiatan pembelajaran dan membuat gaduh suasana kelas. Sementara
pada Siklus II hal itu sudah mengalami penurunan.
4. siswa yang kurang pandai, aktif bertanya kepada siswa yang pandai.
Sementara siswa yang pandai dan berkemampuan tinggi memegang peran
utama dalam diskusi kelas maupun saat diskusi kelompok. Beberapa
diantaranya yang terlihat sangat menonjol tidak perlu banyak penjelasan dari
guru. Mereka membantu teman yang kurang dan belum mengerti di
kelompoknya masing – masing dan aktif bertanya saat presentasi kelompok
di depan kelas.
5. dari hasil analisis skor tes siswa, terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Pada Siklus I, dari 40 orang siswa 9 diantaranya tidak lulus (77,5%) dengan
rata – rata skor 72,45. sementara pada Siklus II, terdapat 4 orang yang tidak
lulus (90%) dengan nilai rata – rata 81,05.
61
6. dari hasil wawancara, hasil tes pada Siklus I dirasa kurang memuaskan bagi
guru/peneliti maupun bagi siswa karena masih belum memadai untuk
mengatasi atau meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita atau pemecahan masalah matematika. Masih banyak siswa yang kurang
mengerti tentang penyelesaian pemecahan masalah model Polya. Pada Siklus
II hal ini sudah bisa teratasi meskipun masih belum sempurna.
7. temuan yang utama, dari pembelajaran di Siklus 1 dan Siklus 2 adalah
meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa setelah siswa diberi
kesempatan untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan lebih aktif
dalam kegiatan problem posing.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model Polya
yang dilengkapi dengan pengajuan masalah berjalan dengan lancar dan membantu
siswa dalam menyelesaikan soal yang bertipe pemecahan masalah matematika.
Terdapat beberapa kendala yang dialami di lapangan. Diantaranya, pada awal
kegiatan pembelajaran. Siswa mengeluh bahwa metode ini susah dimengerti. Metode
tergolong baru bagi siswa sehingga mereka merasa asing untuk memahaminya.
Namun setelah diberi pengarahan dan pemahaman, siswa perlahan mulai mengerti
dan mengikuti pembelajaran dengan baik.
Kesulitan – kesulitan tersebut tampak pada Siklus I. pada awal kegiatan,
seperti yang sudah dijelaskan, siswa mengalami kesulitan dalam memahami metode
yang diajarkan oleh guru. Hal ini disebabkan selama ini siswa diajarkan cara cepat
tanpa langkah – langkah sistematis dalam menyelesaikan pemecahan masalah
matematika. Langsung menunjuk pada hasil dengan proses yang instant. Menurut
penuturan guru bidang studi, pembelajaran ini memang ditujukan agar siswa cepat
dalam proses berfikirnya karena tuntutan dalam menyelesaikan soal UNAS memang
62
membutuhkan cara berfikir yang praktis, cepat, dan lagi soal UNAS didominasi oleh
soal tipe obyektif. Sehingga dirasa memang cocok. Kesulitan lain muncul pada
waktu kegiatan pengajuan pertanyaan/masalah yang berkaitan dengan pemberian
LKS. Siswa juga belum terbiasa atau dibiasakan untuk mengajukan atau membuat
soal sendiri. Bahkan beberapa diantaranya membuat soal yang sembarangan dan
tidak bisa diselesaikan. Dengan adanya penjelasan dan bimbingan dari guru, secara
bertahap siswa mulai bisa memahami pembelajaran yang diterapkan oleh guru.
Sehingga siswa mampu mengerjkan tugas – tugasnya dengan baik meskipun belum
seluruhnya dapat dikerjakan dengan benar. Pada pembelajaran ini siswa tidak
dituntut untuk memecahkan masalah matematika yang berupa soal cerita dengan
menggunakan model Polya. Tetapi siswa dituntun dan dibimbing untuk memahami
tahap demi tahap penyelesaian soal pemecahan masalah dengan menggunakan model
Polya.
Pada Siklus I, dari hasil observasi terdapat 3 orang siswa yang tergolong
Sangat Baik aktivitasnya (7,5%), yaitu : Achmad Alfian, Vina Vahlevi, dan Hemi Tri
Puspita. Ketiga orang tersebut lebih mudah menangkap penjelasan dari guru dan
sering menjawab pertanyaan guru dengan benar. Selanjutnya terdapat 13 orang siswa
(32,5%) Baik, 20 orang siswa tergolong Cukup Baik (50%), 3 siswa kurang baik,
serta satu siswa kurang sekali aktivitasnya. Pada kegiatan awal memang siswa
cenderung ramai. Hal ini dipahami karena mereka masih beradaptasi dengan metode
pembelajaran yang baru sehingga terkesan ramai karena bertanya kepada guru dan
sesama teman.
Jika dilihat dari hasil tes Siklus I, rata – rata skor siswa 72,45 dengan
ketuntasan 77,5%. Ini sudah memenuhi batas kriteria ketuntasan klasikal yaitu min
75%. Meskipun demikian, masih peneliti masih merasa belum optimal. Jika dilihat
dari hasil tes, terdapat 9 orang siswa dari 40 siswa yang tidak tuntas. Hal ini
disebabkan siswa belum terbiasa dengan metode yang peneliti gunakan. Juga
banyaknya siswa yang mengeluh kesulitan dalam mengerjakan soal ujian. Kesulitan
lain seperti yang telah di utarakan, sulitnya menata atau memanagemen kelas dengan
63
baik. Memang siswa cukup antusias dengan pembelajaran. Tetapi waktu diskusi
dalam kegiatan pengajuan soal dan waktu presentasi kurang melibatkan seluruh
siswa sehingga ada beberapa siswa yang masih kurang paham terhadap pembelajaran
dan kurangnya kemamuan untuk bertanya.
Berdasarkan hasil tes pada Siklus I, masih banyak siswa yang melakukan
kesalahan konsep pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar. Siswa masih banyak
yang belum menguasai konsep pengertian variabel, konstanta, dan koefisien serta
bagaimana mengoperasikannya.
Pada bahasan operasi hitung pada bentuk aljabar, siswa banyak yang
melakukan kesalahan dalam mengakarkan bentuk kuadrat (soal no 1). Kebanyakan
siswa dalam hasil pekerjaannya hanya menuliskan hasil yang bernilai positif saja.
Sementara yang bernilai negatif tidak diikutsertakan. Selanjutnya, siswa melakukan
kesalahan konsep waktu mengoperasikan bentuk aljabar yang melibatkan variabel
dan konstanta. Beberapa siswa mengoperasikan variabel dengan konstanta secara
sembarangan. Siswa juga kurang dalam memahami kalimat dalam soal. Contohnya,
beberapa siswa mencari luas dari suatu bangun padahal yang dituntut dari soal adalah
mencari kelilingnya dalam bentuk aljabar. Sementara pada masalah Pemfaktoran,
terjadi sebaliknya. Hampir semua siswa menguasai bahasan tersebut dengan baik.
Kendala lain adalah selama ini siswa dalam proses belajarnya hanya menghafal
bentuk – bentuk dan rumus daripada memahami penerapan rumus – rumus dalam
bentuk yang lebih bervariatif.
Kelemahan pada Siklus I akan diperbaiki untuk melanjutkan pada Siklus
berikutnya. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan kemampuan optimal yang
dimiliki siswa. Hasil ini disebabkan kurangnya latihan bertanya yang melibatkan
seluruh siswa yang berimplikasi pada pemecahan masalah.
Berdasarkan pada kekurangan dari Siklus I, prosedur dari Siklus II sedikit
mengalami perubahan. Inti pembelajarannya sama. Cuma pada strategi pembelajaran
ini lebih menitikberatkan pada keaktifan dari seluruh siswa. Posisi kelompok siswa
tetap seperti pada Siklus I. Dengan sedikit modifikasi, beberapa siswa yang
64
diidentifikasi malas dan dianggap kurang memiliki motivasi belajar ditempatkan
pada posisi depan atau posisi tempat duduk dirotasikan. Kegiatan pembelajaran
terjadi sedikit perubahan. Pada awal kegiatan pembelajaran, seperti biasa guru
memulai dengan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian
dilanjutkan dengan diskusi kelompok menggunakan media LKS (LKS 5 dan 6). Pada
kegiatan ini siswa mulai lebih lancar dalam diskusinya karena mereka sudah tidak
asing lagi dengan pembelajaran pemecahan masalah model Polya. Namun kegiatan
berbeda saat proses pengajuan masalah. Pada Siklus sebelumnya, siswa membuat
pertanyaan/masalah, kemudian pertanyaan/masalah disebar kepada kelompok lain
untuk dikerjakan. Tetapi, berbeda dengan Siklus II. Soal dibuat oleh masing –
masing kelompok kemudian soal tersebut diberikan kepada kelompok lain dengan
cara ditulis di papan tulis kemudian menunjuk kelompok lain mengerjakan soal
tersebut di depan kelas. Caranya, kelompok yang ditunjuk secara acak untuk maju
menuliskan soal di depan kelas menunjuk kelompok lain untuk mengerjakan
penyelesaiannya dengan menggunakan model Polya. Nah, kelompok yang diberi
tugas mengerjakan segera berdiskusi untuk membuat penyelesaiannya kemudian
maju ke depan untuk menuliskan atau mempresentasikan hasil pekerjaannya.
Kelompok ini bisa menunjuk kelompok lain sebagai “partner” dalam
mempresentasikan hasil diskusinya. Sementara kelompok yang membuat soal dan
kelompok lain menanggapi serta mengajukan pertanyaan sampai pekerjaan selesai
dikerjakan. Demikian seterusnya sampai semua kelompok kebagian mengerjakan
soal dan penyelesaiannya dengan menggunakan model Polya. Selama kegiatan
berlangsung siswa ramai dalam mengajukan pertanyaan dan terlihat lebih antusias
terhadap pembelajaran daripada kegiatan pada Siklus sebelumnya. Hasil yang
dicapai meningkat terutama pada kategori aktivitas bertanya siswa.
Pada Siklus II, terjadi peningkatan aktivitas siswa. Jika pada Siklus
sebelumnya terdapat 3 orang siswa yang tergolong Sangat Baik aktivitasnya (7,5%),
13 orang siswa (32,5%) Baik, 20 orang siswa tergolong Cukup Baik (50%), serta
satu orang siswa tergolong Kurang sekali. Maka pada Siklus II terdapat 10 orang
65
siswa tergolong Sangat Baik (25%), 17 orang siswa tergolong Baik (42,5%), 12
orang tergolong Cukup Baik (30%), 1 orang siswa tergolong Kurang Baik, serta
tidak ada siswa yang aktivitasnya tergolong ke dalam kategori Kurang Sekali (dapat
dilihat pada Tabel 4.3). Ini menurunnya jumlah siswa yang aktivitasnya berada pada
kategori Cukup Baik dan Kurang Baik. Sementara tidak ada siswa yang tergolong
kurang baik aktivitasnya menandakan siswa lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti. Siswa mulai bisa beradaptasi dengan
metode yang digunakan peneliti dan lebih berani dalam mengajukan pendapat
ataupun bertanya. Soal yang dibuat, sudah sesuai dengan prosedur yang benar serta
penyelesaiannya sudah sistematis sesuai dengan model Polya.
Hasil belajar yang dicapai juga tergolong berhasil. Begitu juga tingkat
ketuntasannya, telah meningkat. Jika pada Siklus I ketuntasan belajar siswanya
mencapai 77,5% dengan rata – rata perolehan skor 72,45. maka di Siklus ke II
ketuntasan belajarnya telah mencapai 90% dengan rata – rata perolehan skor 81,05.
Dari hasil analisis deskriptif tes (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa
pembelajaran pemecahan masalah model Polya dilengkapi dengan pengajuan
masalah yang diterapkan pada siswa – siswi kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalisat, pada
Siklus I terdapat 9 orang siswa (22,5%) berada pada kategori nilai Rendah. Yaitu
kategori nilai yang terletak pada rentang 47 sampai 64, nilai – nilai terendah yang
dicapai siswa. sementara pada Siklus II terdapat 4 orang siswa (10%) berada pada
kategori yang sama. Ini menunjukkan pembelajaran yang diterapkan pada tindakan
yang kedua telah berhasil mengurangi jumlah siswa yang mendapat nilai terendah
sampai 50%. Pada kategori Sedang, yaitu Kategori nilai yang terletak pada rentang
65 sampai 82, pada Siklus I diraih oleh 21 siswa (52,5%). Pada kategori ini, Dengan
Modus 70, artinya banyak siswa yang memperoleh nilai 70, yaitu nilai yang terletak
pada ambang batas Ketuntasan. Menunjukkan sebagian besar siswa masih belum
mengerti dengan baik tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga masih
memberikan hasil yang kurang memuaskan. Sementara pada Siklus II, terjadi
penurunan menjadi 13 orang siswa (32,5%) pada kategori yang sama. Ini
66
menunjukkan terjadi penurunan jumlah siswa yang memperoleh nilai pada sekitar
ambang batas ketuntansan. Kalau dilihat dari modusnya yaitu 86, terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa. Artinya pada Siklus ini jumlah siswa yang
mendapat nilai 70 berkurang, sementara semakin banyak siswa yang mendapat nilai
86.
Pada kategori nilai tinggi, yaitu kategori nilai yang dicapai siswa pada
rentang 83 sampai 100. pada Siklus I diraih oleh hanya 10 siswa (25%), sementara
pada Siklus II diraih oleh 23 siswa (57,5%). Menunjukkan peningkatan jumlah siswa
yang memperoleh nilai tinggi lebih dari 50% pada Siklus II.
Dari keseluruhan penjelasan tersebut, temuan yang didapat dari pembelajaran
Siklus I ke Siklus II adalah semakin meningkatnya kemampuan pemecahan masalah
siswa dengan problem posing dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang lebih
intensif. Artinya, dari temuan ini dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa siswa perlu
diberi kesempatan lebih banyak untuk mengutarakan dan mengekspresikan apa yang
menjadi kesulitannya dan lebih diberi ruang untuk membuat sendiri soal dan
menyelesaikannya. Sehingga dengan hal tersebut siswa lebih kreatif dan mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya.
Disini, soal yang diberikan pada tes akhir Siklus I dan tes akhir Siklus II
merupakan soal yang terkategorikan sebagai masalah bagi siswa. Sehingga
peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan pemecahan masalah siswa di kelas yang bersangkutan.
Peneliti lain, yaitu Tjiptadi (2006) menemukan hal yang serupa. Dia
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Melalui Latihan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III di
SMP Negeri 1 Kencong Jember” menggunakan desain penelitian tindakan kelas
selama dua Siklus. Terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
dimana rata – rata skor siswa meningkat dari 6,7 pada Siklus I menjadi 8,0 pada
Siklus II. Temuan ini mengindikasikan bahwa dengan melalui latihan problem
posing yang lebih intensif, kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi
67
meningkat lebih baik. Teori yang dikemukakan oleh Cars (dalam Chairani, 2007:6)
ialah bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan
membiasakan siswa mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika sesuai
dengan situasi yang diberikan oleh guru.
Kesimpulannya, pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang
dilengkapi dengan pengajuan masalah telah berhasil meningkatkan ketuntasan
belajar siswa kelas VIIIC dan mengatasi kesulitan belajar siswa pada pemahaman
penyelesaian soal cerita khususnya pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar. Ada
siswa yang masih mendapat nilai rendah. Walaupun demikian tidak berarti penerapan
pembelajaran tidak berhasil. Karena dari hasil observasi selama pelaksanaan
tindakan kelas, yaitu selama pelaksanaan Siklus pertama dan Siklus kedua
memperlihatkan antusiasme dan keaktifan siswa semakin meningkat.
Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi matematika (Anikmatus
Sa’diah, S.Pd) diketahui guru memiliki apresiasi positif terhadap metode
pembelajaran ini. Penggunaan strategi pengajuan masalah yang diintegrasikan ke
dalam pembelajaran pemecahan masalah model Polya dapat membantu siswa
mengatasi kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal pemecahan masalah khususnya
pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar. Selain itu, pengintegrasian tersebut
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menjadikannya aktif dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga konsep yang dimiliki siswa meningkat pula. Hal ini
disebabkan memori (konsep) siswa dirangsang untuk berfikir mengenai topik yang
bersangkutan , dan juga siswa lebih leluasa dalam membuat soal dan menjawabnya.
Dengan lebih aktifnya siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, maka hal
itu dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.
68
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Penerapan pembelajaran model Polya yang disertai dengan pengajuan masalah di
kelas VIIIC SMP Negeri 1 Kalisat pada semester ganjil tahun ajaran 2008/2009
dengan pokok bahasan faktorisasi suku aljabar dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Dari pembelajaran pada Siklus I dan Siklus II
didapat beberapa temuan. Diantaranya, peningkatan keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Ini menunjukkan siswa perlu diberi problem
posing yang lebih intensif, dan latihan soal yang lebih banyak mengingat hal bisa
memberikan sumbangan terhadap peningkatan daya kreatif siswa dalam
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran daripada siswa hanya diam dan pasif
dalam menerima pelajaran. Sedangkan hambatan yang dihadapi adalah bahwa
model Polya dalam menyelesaikan masalah bagi siswa merupakan hal yang sama
sekali baru. Hal ini diperparah dengan kurang berpengalamannya siswa membuat
soal pada awal kegiatan pembelajaran. Tetapi hal ini sudah bisa diatasi meskipun
belum sempurna pada pertemuan – pertemuan selanjutnya, selain itu siswa sangat
antusias dan dengan dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan.
2. Analisis pada hasil observasi siswa menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
siswa. Pada Siklus I, terdapat 3 orang siswa (7,5%) tergolong Sangat Baik, 13
orang siswa yang tergolong Baik (32,5%), 20 orang siswa yang tergolong Cukup
Baik (50%), dan 1 orang siswa (2,5%) yang tergolong Kurang Sekali. Pada Siklus
II terdapat 10 orang siswa (25%) yang tergolong Sangat Baik, 17 orang (42,5%)
tergolong Baik, 12 orang (30%) tergolong Cukup Baik, 1 orang siswa tergolong
69
Kurang Baik, dan tidak ada siswa yang tergolong ke dalam kategori Kurang
Sekali. Sedangkan analisis hasil observasi aktivitas guru menunjukkan adanya
peningkatan aktivitas guru. Pada Siklus I aktivitas guru berada pada kategori Baik
(83,3%). Beberapa kekurangan yang didapat adalah kurangnya guru dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran dan beberapa penjelasan guru yang masih
kurang dimengerti oleh siswa. Pada Siklus II, terdapat peningkatan aktivitas guru
menjadi Sangat Baik (94,45%). Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran
dengan baik. Penjelasan guru sudah dirasa cukup dimengerti oleh siswa.
3. Ketuntasan belajar siswa meningkat setelah diadakan tindakan pembelajaran.
Kalau sebelumnya yaitu pada Siklus I ada 77,5% siswa yang tuntas dengan nilai
rata – rata 72,45, maka pada Siklus II meningkat menjadi 90% siswa tuntas
dengan rata – rata 81,05. Peningkatan ini mengindikasikan peningkatan
kemampuan pemecahan masalah bagi siswa kelas VIIIC. Mengingat soal tes yang
diberikan pada akhir Siklus I dan II merupakan soal yang terkategorikan sebagai
masalah bagi siswa di kelas tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, ada beberapa
saran yang perlu dipertimbangkan. Yaitu :
1. Kepada guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Kalisat hendaknya
mencermati hasil penelitian tentang penerapan pembelajaran pemecahan masalah
model Polya yang dilengkapi dengan pengajuan masalah. Dimana keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran dan dalam membuat soal menjadi kunci dalam
meningkatkan ketuntasan belajar siswa. Dalam hal ini, peningkatan ketuntasan
belajar siswa mengindikasikan peningkatan pada kemampuan pemecahan
masalah. Sebab soal tes yang diberikan pada akhir pada Siklus 1 dan 2 merupakan
soal yang terkategorikan sebagai masalah bagi siswa. Guru diharapkan bisa
menerapkan model pembelajaran yang mampu memberi latihan problem posing
70
lebih banyak dan memberikan bimbingan soal – soal lebih intensif. Latihan
problem posing dan pemberian bimbingan latihan soal perlu dilakukan pada
setiap pertemuan baik secara individual maupun dalam kelompok silih berganti
agar suasana pembelajaran tidak monoton.
2. Berdasarkan temuan yang didapat, dalam menghadapi soal yang bertipe
pemecahan masalah hendaknya siswa diberi bimbingan dan dibiasakan untuk
menggunakan model Polya yang dikerjakan secara sistematis. Terutama pada
langkah memahami masalah, dan menelaah kembali hasil pekerjaan. Pada kedua
langkah tersebut, siswa masih mengalami kesulitan.
3. Dari hasil penelitian ini, didapat kemampuan pemecahan masalah siswa menjadi
lebih meningkat setelah siswa diberi latihan problem posing dengan lebih intensif
dan kesempatan untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Artinya siswa
perlu diberi kesempatan untuk lebih kreatif dan mengutarakan apa yang menjadi
kesulitannya, serta perlu banyak diberi latihan. Diharapkan kepada para peneliti
lain untuk mencermati temuan ini. Peneliti lain mungkin bisa melakukan inovasi
dengan menerapkan model pembelajaran yang baru dalam menyelesaikan
pemecahan masalah, tetapi dari berdasarkan penelitian hasil tersebut alangkah
baiknya jika menciptakan prakondisi terlebih dahulu dengan mendorong siswa
agar mau dan berani mengajukan masalah. Apapun metode yang diterapkan,
suasana pembelajaran hendaknya diciptakan untuk memberi siswa ruang gerak
yang seluas – luasnya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
mengutarakan apa yang menjadi kesulitannya. Dalam hal ini, kesiapan siswa
terhadap materi sebelum pembelajaran dimulai dan juga kemampuan siswa di
kelas yang bersangkutan hendaknya perlu juga mendapat perhatian.
71
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Nuniek. A. 2008. Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas VIII, Buku online depdiknas. http://bse.depdiknas.go.id/?top=x&mn=1&tk=3&id=2008-726143104 [24 Agustus 2008].
Arikunto, S. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto,S. 2006. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Baroody, A.T. 1993. Problem Solving, Reasoning And Communicating, K-8:Helping Children Think Mathematically . New York :Macmillan Publishing Company
Buchori, dkk. 2000. Jenius Matematika 2 Untuk SMP dan MTs Kelas VIII Semester 1. Semarang : Aneka Ilmu
Brown, S.I & Walter, M.I. 1993. Problem Posing: Reflection And Applications. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Buku Online Depdiknas,2008.Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas VIII. http://bse.depdiknas.go.id/?top=x&mn=1&tk=3&id=20080726143104#. [24 Agustus 2008]
Chairani, Zahra. 2007 . Problem Posing Dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan Pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Tanggal 8 September 2007 Di Hotel Palam Banjarmasin.
Depdiknas,2004. Penilaian Hasil Belajar Matematika Siswa SMP : Aspek Pemahaman Konsep-Penalaran-Komunikasi-Pemecahan Masalah. Disajikan Dalam Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/PP/2004 Tentang Penilaian Perkembangan Peserta Didik.
Gita,Nyoman. Pengembangan Pengajuan Masalah Dalam Pembelajaran Matematika Di SMU. Dalam Aneka Widya STKIP Singaraja. No.1 TH. XXXII Januari 1999
Hadi,Sutrisno. 1989. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset
72
Hobri,Dkk. 2004. Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Menyelesaikan Soal Cerita Topik Keliling Dan Luas Lingkaran Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya Pada Siswa Kelas 2 SLTP Negeri 8 Jember. Dalam Teknobel, Vol 5. No.2. Hal 143-155 September 2004
Maifayanti, Isnaini. 2005. Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Pada Sub Pokok Bahasan Penerapan Bangun Ruang Kelas VII D SMP Negeri 4 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2004/2005. Skripsi tidak diterbitkan. Jember : FKIP
Mundilarto, Rustam. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
Murni,2003. Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya (Topik Keliling Dan Luas Lingkaran). Dalam Teknobel. Vol 4 No. 1. Hal :65-75. Maret 2003.
Polya,G.1957. How To Solve It. http://www.math.utah.edu/~alfeld/math/Polya.html Princeton University Press [6 Agustus 2008]
Polya,G.2008. George Polya. http://en.wikipedia.org/wiki/George_P%C3%B3lya [9Agustus 2008]
Shadiq, Fajar, M. App.Sc. 2004. Pentingnya Pemecahan Masalah. Semarang : Widyaswara PPPG Matematika
Silver, E.A. Mamona- Downs, J.Leung, Shukkwan.S dan Kennedy, P.A.1996. Posing Mathematical Problems: an Explorasi Study. Journal for Research in Mathematics Education Vol.27.No.3
Sudarmanto, 2000. Pembelajaran Soal Cerita Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SDN Sumbersari 3 Kota Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sudiana,I Wayan.1998. Pembelajaran Soal Cerita Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Model Polya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMU Lab IKIP Negeri Singaraja. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
73
Sudjatmiko,Ponco, M.Si. 2004. Matematika Kreatif: Konsep Dan Terapannya Jilid 2A. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Sugiarta,Putu. 2001. Intensifikasi Pemecahan Masalah Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Bertanya Dan Hasil Belajar Siswa Di SLTP 6 Singaraja. Dalam Aneka Widya STKIP Singaraja. No 2 TH XXXIV. Hal 25-35. April 2003
Suharta,Putu. 2001. Peningkatan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pengintegrasian Pengajuan Masalah (Problem Posing). Dalam Aneka Widya STKIP Singaraja. No.4 TH. XXXIV .Hal :1-8. Oktober 2003
Sutardi, D.K. 1983. Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta : Rineka Cipta
Tjiptadi. 2006. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Latihan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas III SMP Negeri 1 Kencong Kabupaten Jember. Dalam EduSaintek Vol.2. Suplemen. Hal : 28-34
Trapsilasiwi, D. 2001. Pengajuan Soal (Problem Posing) Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dalam Belajar Matematika Di Sekolah. Dalam Teknobel, Vol 2. No.1. Hal: 63-69. Maret 2003
Ulfa, F.M. 2006. Implementasi Pembelajaran Pemecahan Masalah Model Polya Pada Subpokok Bahasan Keliling Dan Luas Persegi Panjang Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi tidak diterbitkan. Jember : FKIP
Universitas Jember. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember
Upu, Hamzah. 2008. Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah Matematika.http://www.Bpgupg.Go.Id/Index.Php?View=Article&Catid=49%3Avol1no1&Id=132%3A111&Tmpl=Component&Print=1&Page=&Option=Com_Content&Itemid=144 [6 Agustus 2008].
74
Lampiran 1
MATRIK PENELITIAN
JUDUL PERMASALAHAN VARIABEL INDIKATOR SUMBER DATA METODE PENELITIAN
Bagaimanakah
penerapan
pembelajaran
pemecahan
masalah
matematika
model Polya
yang dilengkapi
dengan
pengajuan
masalah pada
pokok bahasan
Faktorisasi suku
aljabar siswa
kelas VIIIC
semester ganjil
SMP Negeri 1
1. Bagaimanakah penerapan
pembelajaran pemecahan
masalah matematika model
Polya yang dilengkapi
dengan pengajuan masalah
pada pokok bahasan
Faktorisasi suku aljabar
siswa kelas VIIIC semester
ganjil SMP Negeri 1 kalisat
tahun ajaran 2008/2009?
2. Bagaimana aktivitas guru
dan siswa jika
menggunakan
pembelajaran pemecahan
masalah matematika model
Polya yang diintegrasikan
dengan strategi pengajuan
1. Pembelajaran
pemecahan
masalah
model polya
yang
dilengkapi
dengan
pengajuan
masalah
2. Ketuntasan
belajar siswa
4. Empat tahap
dalam
pemecahan
masalah
dengan
model Polya
5. Kegiatan
mengajukan
masalah
atau soal
oleh siswa.
6. Nilai tes
akhir tiap
siklus.
1. Subyek: siswa
kelas VIIIC SMP
Negeri 1 kalisat
tahun ajaran
2008/2009
2. Informan : Kepala
Sekolah dan Guru
Bidang Studi
Matematika
1. Daerah Penelitian :
2. pendekatan dan Jenis Penelitian
- pendekatan kualitatif dan
kuantitatif
- jenis penelitian tindakan kelas
3. Metode/Prosedur pengumpulan
Data:
- tes
- wawancara
- observasi
4. Analisa data :
Deskriptif
- Aktivitas siswa
%1001 ×=Nnp
- Ketuntasan belajar siswa
75
kalisat tahun
ajaran
2008/2009?
masalah pada subpokok
bahasan relasi dan fungsi
pada siswa kelas VIII
semester ganjil SMP
Negeri 1 kalisat tahun
ajaran 2008/2009?
3. Berapakah persentase
ketuntasan belajar siswa
setelah pelaksanaan
pembelajaran pemecahan
masalah matematika model
Polya yang diintegrasikan
dengan strategi pengajuan
masalah pada subpokok
bahasan relasi dan fungsi
pada siswa kelas VIII
semester ganjil SMP
Negeri 1 kalisat tahun
ajaran 2008/2009?
%1002 ×=N
Skorjumlahp
- Aktivitas guru
%1003 ×=N
Skorjumlahp
76
Lampiran 2
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
1 pedoman observasi aktivitas guru ( peneliti)
Indikator
penilaian No Aktivitas yang diamati
1 2 3
1.
2.
3.
4
5.
6.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menyajikan materi pembelajaran
Guru memberikan perintah mengerjakan lembar kerja
kepada siswa (kelompok)
Guru membimbing siswa atau kelompok memahami
langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah
dengan menggunakan model polya (memahami masalah,
membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana
penyelesaian, dan menelaah kembali).
Guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
Guru mereviu kegiatan pembelajaran.
2 pedoman observasi aktivitas siswa
Aspek Penilaian Akivitas Siswa
Kel. Nama Menjawab
pertanyaan.
Mengajukan
pertanyaan
Bekerjasama
dalam
kelompok.
Hasil kerja
kelompok
Perilaku yang
tidak relevan
1 1
2
3
77
4
2 1
2
3
4
...
...
...
...
...
...
8 1
2
3
4
3 Pedoman wawancara
No. Data yang diambil Sumber data
1. - Tingkat prestasi dan keberagaman siswa
sebelum diadakan penelitian.
- Metode yang biasanya digunakan dalam
proses belajar mengajar matematika
khususnya pada pokok bahasan Faktorisasi
Suku Aljabar
- Kendala-kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran
amtematika khusunya pada pokok bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar.
Guru bidang studi
matematika kelas VIII
SMP Negeri 1 kalisat
78
- Tanggapan guru bidang studi mengenai
pembelajaran pemecahan masalah
menggunakan model Polya yang dilengkapi
dengan pengajuan masalah pada pokok
bahasan Faktorisasi Suku Aljabar.
2. - Tanggapan siswa mengenai kegiatan
pembelajaran pemecahan masalah dengan
model polya yang dilengkapi dengan
pengajuan masalah pada pokok bahasan
Faktorisasi Suku Aljabar.
- Kesulitan yang dihadapi siswa selama
pelaksanaan pembelajaran. Yang dilakukan
peneliti.
Siswa Kelas VIIIC SMP
Negeri 1 Kalisat
4 Pedoman Tes
No. Data yang Diperoleh Sumber Data
1. Hasil tes siswa siswa pada pokok bahasan
faktorisasi suku aljabar
Siswa kelas VIIIC SMP
Negeri 1 Kalisat
79
Lampiran 3
KRITERIA PENILAIAN PEDOMAN OBSERVASI
Kriteria pengisian form penilaian pada aktivitas siswa selama proses belajar mengajar
Menjawab pertanyaan :
3 = siswa atau kelompok siswa secara aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan
jawaban bernilai benar ( > 2 kali )
2 = siswa kurang aktif dalam menjawab pertanyaan atau menjawab pertanyaan dan bernilai
salah ( 1 atau 2 kali, dimana salah satu atau keduanya salah)
1 = siswa tidak menjawab pertanyaan guru.
Mengajukan pertanyaan :
3 = siswa atau kelompok siswa secara aktif mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain
(> 2 kali) atau aktif bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas.
2 = siswa mengajukan pertanyaan 1-2 kali
1 = siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan.
Kerjasama dalam kelompok :
3 = siswa dapat berinteraksi dengan teman dalam kelompok dan membantu teman yang
kesulitan dalam mengerjakan tugas.
2 = siswa dapat berinteraksi dengan teman dalam kelompok tetapi tidak membantu teman
yang kesulitan dalam mengerjakan tugas.
1 = siswa tidak berinteraksi dengan teman dalam kelompok selama mengerjakan tugas.
Hasil kerja kelompok. (meliputi: kemampuan menyelesaikan soal, membuat dan
menyelesaikan soal sendiri sesuai langkah-langkah dengan model polya )
3 = jika hasil kerja kelompok mendapat nilai antara 75 – 100
2 = jika hasil kerja kelompok mendapat nilai antara 50 – 75
1 = jika hasil kerja kelompok mendapat nilai dibawah 50
Perilaku yang tidak relevan.
3 = siswa tidak melakukan perilaku yang tidak relevan atau yang tidak ada hubungannya
dengan pembelajaran.
80
2 = siswa melakukan perilaku yang kurang relevan dengan pembelajaran (seperti; ramai,
dan mengganggu teman) antara 2 – 3 kali.
1 = siswa sering melakukan kegiatan yang tidak relevan dan sangat mengganggu proses
belajar mengajar. ( > 3 kali )
Kriteria pengisian form penilaian pada aktivitas guru selama proses belajar mengajar
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran :
3 = guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas
2 = guru menyampaikan tujuan pembelajaran, tetapi kurang jelas
1 = guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menyajikan materi pembelajaran :
3 = guru menyajikan materi dengan jelas, runtut, dan menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti siswa.
2 = guru menyajikan materi terlalu panjang lebar, kurang runtut, dan kurang komunikatif
dengan siswa.
1 = guru tidak menyajikan materi pembelajaran dan tidak komunikatif dengan siswa.
Guru memberi perintah mengerjakan lembar kerja
3 = guru memberi perintah dengan jelas kepada semua siswa untuk mengerjakan lembar
kerjanya.
2 = guru memberi perintah pengerjaan hanya pada kelompok saja
1 = guru tidak memberikan perintah pengerjaan lembar kerja
Guru membimbing siswa atau kelompok memahami langkah-langkah penyelesaian
pemecahan masalah dengan menggunakan model polya (memahami masalah, membuat
rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, dan menelaah kembali)
3 = guru berkeliling dan memberikan bimbingan dengan jelas dan runtut
2 = guru kurang berkeliling dan kurang memberikan bimbingan dengan jelas dan runtut
1 = guru tidak membimbing siswa.
81
Guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan dan
mengemukakan pendapat
3 = guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan dan
merespon setiap pertanyaan siswa yang diarahkan ke guru dengan baik.
2 = guru memberi kesempatan mengajukan pertanyaan pada siswa, tetapi tidak atau kurang
merespon pertanyaan siswa.
1 = guru tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
Guru mereviu kegiatan pembelajaran.
3 = guru mereviu kegiatan pembelajaran dengan runtut , singkat, dan jelas
2 = guru mereviu kegiatan pembelajaran tetapi tidak runtut, bertele-tele, dan kurang jelas
1 = guru tidak mereviu kegiatan pembelajaran.
82
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1
(RPP1) SIKLUS 1
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kalisat
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / semester : VIII (Delapan) / 1
Pokok bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi Hitung Bentuk Aljabar dan
Pemfaktoran Bentuk Aljabar.
Alokasi waktu : 2 x 45menit.
Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan
garis lurus.
Kompetensi Dasar : 1.1. Melakukan operasi aljabar.
1.2. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor – faktornya.
Indikator : 1. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pokok
bahasan Faktorisasi suku aljabar.
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pada bentuk aljabar.
b. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pemfaktoran pada
bentuk aljabar.
B. Materi Ajar
Faktorisasi Suku Aljabar, yaitu mengenai:
83
a. Menjelaskan pengertian koefisien, variabel, dan konstanta.
b. Menyelesaikan operasi bentuk aljabar.
c. Menyelesaikan pemfaktoran pada bentuk aljabar.
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi kelompok, dan pemberian tugas.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti:
a. guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari
5 – 6 orang.
b. dengan tanya jawab, guru mengarahkan pemahaman siswa tentang penyelesaian soal
cerita menggunakan model Polya melalaui beberapa contoh tentang :
- Soal cerita yang berkaitan dengan subpokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar.
- Tahap – tahap penyelesaian soal cerita dengan menggunakan model polya.
c. dari contoh tersebut, beserta prosedur penyelesaiannya, guru memberikan satu contoh atau
beberapa contoh bagaimana mengajukan soal dari contoh soal tersebut. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif melalui tanya jawab antara guru dan
siswa untuk menyelesaikan soal tersebut, atau siswa bisa mengajukan soal baru yang
masih berkaitan dengan contoh soal yang telah dibahas.
d. secara berkelompok, siswa mendiskusikan soal atau permasalahan yang ada di LKS.
Namun sebelumnya guru secara klasikal menginformasikan kepada siswa tentang cara
mengerjakan LKS yang telah dibagikan kepada masing – masing kelompok.
e. guru melihat langkah demi langkah pemecahan masalah model Polya yang dikerjakan
oleh masing – masing kelompok.
84
• Pada langkah memahami masalah, guru mengecek apakah pemahaman siswa terhadap
permasalahan atau soal cerita yang ada di LKS sudah benar. Penulisan notasi dan
satuan ( jika ada ) apakah sudah diikutsertakan ataukah belum.
• Pada langkah membuat rencana, guru membimbing siswa membuat sketsa dari apa
yang telah diketahui dari soal, atau membuat abstraksi serta gambaran bagaimana soal
tersebut supaya bisa dikerjakan. Nah, dari sketsa yang ada, guru membimbing siswa
untuk mengaitkan apa yang telah diketahui dari soal dengan pengetahuan yang telah
dimiliknya, untuk membuat suatu model matematika dari persoalan yang ada.
• Pada langkah melaksanakan rencana, guru melihat bagaimana siswa memasukkan
semua unsur yang ada dari yang diketahui dari soal untuk menyelesaikan model
matematika yang telah dibuat pada langkah II. Kalau melibatkan satuan, guru
mengingatkan siswa untuk tidak meninggalkan satuan dalam pengerjaan soal atau
dalam proses finishing nya.
• Pada langkah menelaah kembali, guru melihat pekerjaan siswa dalam mencari
alternatif solusi lain dari persoalan yang dihadapi ataupun mengecek kembali hasil
pekerjaannya. Hasil yang diperoleh dari pengerjaan dengan cara lain atau dengan
mengecek kembali dengan mensubstitusikan hasil pekerjaan ke model matematika
sudah sama ataukah belum.
f. guru menginstruksikan siswa untuk membuat soal dari situasi yang ada atau dari soal yang
ada di LKS. Guru memperhatikan bagaimana siswa membuat soal,dan membimbing siswa
jika mengalami kesulitan. Pembuatan soal ini bisa menjadi tugas rumah ( PR ) siswa jika
waktu tidak mencukupi.
Penutup
a. guru dan siswa membuat rangkuman materi pembelajaran.
b. guru menginstruksikan siswa supaya mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. Dan pada
pertemuan mendatang, soal yang telah dibuat siswa disebarkan kepada kelompok lain untuk
diselesaikan.
85
E. Sumber Belajar
Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Jenius Matematika 2. untuk SMP dan MTs Kelas VIII Semester 1,
karangan Buchori dkk. Penerbit : Aneka Ilmu, Semarang
- Buku referensi lain.
Alat :
- Papan tulis dan LKS.
86
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2
(RPP 2) SIKLUS 1
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kalisat
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / semester : VIII (Delapan) / 1
Pokok bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi Hitung Bentuk Aljabar dan
Pemfaktoran Bentuk Aljabar.
Alokasi waktu : 2 x 45menit.
Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan
garis lurus.
Kompetensi Dasar : 1.1. Melakukan operasi aljabar.
1.2. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor – faktornya.
Indikator : 1. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pokok
bahasan Faktorisasi suku aljabar.
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pada bentuk aljabar.
b. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pemfaktoran pada
bentuk aljabar.
B. Materi Ajar
87
Faktorisasi Suku Aljabar, yaitu mengenai:
a. Menjelaskan pengertian koefisien, variabel, dan konstanta.
b. Menyelesaikan operasi bentuk aljabar.
c. Menyelesaikan pemfaktoran pada bentuk aljabar.
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab dan diskusi kelompok
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti:
a. guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan rumahnya. Selanjutnya guru
menyeleksi soal buatan siswa untuk disebar kepada kelompok lain.
b. setelah diseleksi, soal hasil buatan siswa disebar kepada kelompok lain dengan strategi :
soal dari kelompok yang sama disebar kepada kelompok yang berbeda. Misalkan
kelompok 1,2,3, dan 4 membahas Operasi pada bentuk Aljabar (LKS 1 dan 2). Kelompok
5,6,7, dan 8 membahas pemfaktoran (LKS 3 dan 4). Maka soal dari kelompok 1,2,3, dan 4
saling dipertukarkan dengan soal dari kelompok 5,6,7, dan 8. pendistribusian soal diatur
sedemikian rupa sehingga tidak ada kelompok yang tidak kebagian soal.
c. masing – masing kelompok menyelesaikan soal yang telah dibagikan dengan
menggunakan model polya.
d. guru memantau jalannya diskusi dan mengarahakan siswa atau kelompok siswa yang
mengalami kesulitan.
e. masing – masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (tidak
semua kelompok). Sedangkan guru membimbing setiap langkah pengerjaan menuju
jawaban yang benar.
88
• Pada langkah memahami masalah, guru kembali melihat pekerjaan kelompok saat
mempresentasikan hasil diskusinya. Biasanya memang siswa meremehkan langkah
ini. Guru mengecek apakah pemahaman siswa terhadap permasalahan atau soal cerita
yang ada di LKS sudah benar. Penulisan notasi dan satuan sudah diikutsertakan
ataukah masih terlewatkan.
• Pada langkah membuat rencana, guru melihat mekanisme kerja siswa dalam membuat
ilustrasi, gambar, ataupun sketsa dari persoalan yang dihadapi. Disini guru akan
membimbing dan memperbaiki pekerjaan siswa dalam membuat sketsa atau gambaran
bagaimana soal tersebut supaya bisa dikerjakan atau lebih mudah dipahami sehingga
bisa lebih cepat dikerjakan. Dari sketsa yang ada, guru kemudian melihat bagaimana
siswa mengaitkan apa yang telah diketahui dari soal dengan pengetahuan yang telah
dimiliknya, untuk membuat suatu model matematika dari persoalan yang ada.
• Pada langkah melaksanakan rencana, guru melihat siswa mempresentasikan cara
memasukkan semua unsur yang ada dari yang diketahui dari soal untuk
menyelesaikan model matematika yang telah dibuat pada langkah yang ke II. Kalau
melibatkan satuan, guru mengingatkan siswa untuk tidak meninggalkan satuan dalam
pengerjaan soal atau dalam hasil akhirnya.
• Pada langkah menelaah kembali, guru melihat pekerjaan siswa dalam mencari
alternatif solusi lain dari persoalan yang dihadapi ataupun mengecek kembali hasil
pekerjaannya. Hasil yang diperoleh dari pengerjaan dengan cara lain atau dengan
mengecek kembali dengan mensubstitusikan hasil pekerjaan ke model matematika
sudah sama ataukah belum. Pada langkah ini, Langkah Membuat Rencana, dan
Melaksanakan Rencana, guru secara aktif dibantu siswa – siswa dari kelompok lain.
Baik dalam memberikan ide – ide pengerjaan soal jika soal mungkin tidak bisa
dikerjakan, atau membetulkan pekerjaan dari kelompok siswa yang presentasi di
depan kelas.
Penutup
a. guru dan siswa membuat rangkuman materi pembelajaran.
b. guru menginstruksikan siswa supaya mempelajari semua materi yang sudah didapat pada
pertemuan ini maupun pada pertemuan sebelumnya.
E. Sumber Belajar
89
Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Jenius Matematika 2. untuk SMP dan MTs Kelas VIII Semester 1,
karangan Buchori dkk. Penerbit : Aneka Ilmu, Semarang
- Buku referensi lain.
Alat :
- Papan tulis dan LKS.
90
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1
(RPP 1) SIKLUS 2
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kalisat
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / semester : VIII (Delapan) / 1
Pokok bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi Hitung Pada Pecahan Bentuk
Aljabar.
Alokasi waktu : 2 x 45 menit.
Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan
garis lurus.
Kompetensi Dasar : 1.1. Melakukan operasi aljabar.
1.2. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor – faktornya.
Indikator : 1. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pokok
bahasan Faktorisasi suku aljabar.
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pada bentuk aljabar.
b. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait operasi pada pecahan bentuk
aljabar.
B. Materi Ajar
Faktorisasi Suku Aljabar, yaitu mengenai:
a. Menjelaskan pengertian koefisien, variabel, dan konstanta.
b. menjelaskan tentang operasi pada pecahan bentuk aljabar.
91
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi kelompok, dan pemberian tugas.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti:
a. guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari
5 – 6 orang.
b. dengan tanya jawab, guru menjelaskan kembali tentang penyelesaian soal pemecahan
masalah menggunakan model Polya melalui beberapa contoh tentang :
- Soal cerita yang berkaitan dengan subpokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar.
- Tahap – tahap penyelesaian soal cerita dengan menggunakan model polya.
c. dari contoh tersebut, beserta prosedur penyelesaiannya, guru memberikan satu contoh atau
beberapa contoh bagaimana mengajukan soal dari contoh soal tersebut. Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif melalui tanya jawab antara guru dan
siswa untuk menyelesaikan soal tersebut, atau siswa bisa mengajukan soal baru yang
masih berkaitan dengan contoh soal yang telah dibahas.
d. secara berkelompok, siswa mendiskusikan soal atau permasalahan yang ada di LKS (LKS
5 dan 6). Namun sebelumnya guru secara klasikal menginformasikan kepada siswa
tentang cara mengerjakan LKS yang telah dibagikan kepada masing – masing kelompok.
Guru mengingatkan akan kerjasama kelompok dan akan memberi reward pada pertemuan
mendatang pada kelompok yang kerjasamanya dan hasil diskusinya paling baik.
e. guru melihat langkah demi langkah pemecahan masalah model Polya yang dikerjakan
oleh masing – masing kelompok.
• Pada langkah memahami masalah, guru mengecek apakah pemahaman siswa terhadap
permasalahan atau soal cerita yang ada di LKS sudah benar. Penulisan notasi dan
satuan ( jika ada ) apakah sudah di ikut sertakan ataukah belum.
92
• Pada langkah membuat rencana, guru membimbing siswa membuat sketsa dari apa
yang telah diketahui dari soal, atau membuat abstraksi serta gambaran bagaimana soal
tersebut supaya bisa dikerjakan. Nah, dari sketsa yang ada, guru membimbing siswa
untuk mengaitkan apa yang telah diketahui dari soal dengan pengetahuan yang telah
dimiliknya, untuk membuat suatu model matematika dari persoalan yang ada.
• Pada langkah melaksanakan rencana, guru melihat bagaimana siswa memasukkan
semua unsur yang ada dari yang diketahui dari soal untuk menyelesaikan model
matematika yang telah dibuat pada langkah II. Kalau melibatkan satuan, guru
mengingatkan siswa untuk tidak meninggalkan satuan dalam pengerjaan soal atau
dalam proses finishing nya.
• Pada langkah menelaah kembali, guru melihat pekerjaan siswa dalam mencari
alternatif solusi lain dari persoalan yang dihadapi ataupun mengecek kembali hasil
pekerjaannya. Disini guru tidaklah terlalu mengawasi siswa karena siswa sudah
dianggap terbiasa pada langkah ini pada pertemuan – pertemuan sebelumnya.
f. guru menginstruksikan siswa untuk membuat soal dari situasi yang ada atau dari soal yang
ada di LKS. Guru memperhatikan bagaimana siswa membuat soal,dan membimbing siswa
jika mengalami kesulitan. Dan seperti pada pertemuan di siklus I, guru menginstruksikan
agar siswa dalam membuat soal tidak terlalu rumit, sederhana, dan yang terpenting ada
penyelesaiannya. Pembuatan soal ini bisa menjadi tugas rumah ( PR ) siswa jika waktu
tidak mencukupi.
Penutup
a. guru dan siswa membuat rangkuman materi pembelajaran.
b. guru menginstruksikan siswa supaya mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. Dan pada
pertemuan mendatang, soal yang telah dibuat siswa disebarkan kepada kelompok lain untuk
diselesaikan.
93
E. Sumber Belajar
Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Jenius Matematika 2. untuk SMP dan MTs Kelas VIII Semester 1,
karangan Buchori dkk. Penerbit : Aneka Ilmu, Semarang
- Buku referensi lain.
Alat :
- Papan tulis dan LKS.
94
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 2
(RPP 2) SIKLUS 2
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kalisat
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / semester : VIII (Delapan) / 1
Pokok bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi Hitung Pada Pecahan Bentuk
Aljabar.
Alokasi waktu : 2 x 45 menit.
Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan
garis lurus.
Kompetensi Dasar : 1.1. Melakukan operasi aljabar.
1.2. Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor – faktornya.
Indikator : 1. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan pokok
bahasan Faktorisasi suku aljabar.
A. Tujuan Pembelajaran
a. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan perpangkatan pada bentuk aljabar.
b. Peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan operasi pada
pecahan bentuk aljabar.
B. Materi Ajar
Faktorisasi Suku Aljabar, yaitu mengenai:
a. Menjelaskan pengertian koefisien, variabel, dan konstanta.
b. menjelaskan operasi pada pecahan bentuk aljabar
95
C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, diskusi kelompok, dan pemberian tugas.
D. Langkah-langkah Kegiatan
Pendahuluan : - Menyampaikan tujuan pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan Inti:
a. guru menginstruksikan siswa berdiskusi kembali untuk menyelesaikan soal yang telah
dibuatnya ( bagi kelompok yang belum menyelesaikan soal buatannya)
b. guru menganalisa dan menyeleksi soal buatan siswa
c. setelah diseleksi, guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan atau
menuliskan soal hasil buatannya di depan kelas.
d. setelah menuliskan soal tersebut, siswa dari kelompok yang mempresentasikan hasil
menunjuk kelompok lain untuk mengerjakan dan mempresentasikan soal dengan
menggunakan model Polya. Sementara kelompok yang membuat soal dan kelompok lain
menanggapi dan mengajukan atau memberikan pertanyaan kepada kelompok yang
menyelesaikan soal tersebut. Kelompok tersebut bisa menunjuk kelompok lain sebagai
“teman“ atau partner dalam melaksanakan tugas tersebut. Jika soal tidak bisa diselesaikan.
Maka soal dikembalikan lagi kepada kelompok yang membuat. dan dibahas bersama
secara klasikal.
e. kelompok yang telah membahas penyelesaian dengan model polya, menunjuk kelompok
lain lagi untuk menuliskan soal buatannya.
f. demikian seterusnya sehingga semua kelompok mendapat giliran mengerjakan soal yang
dibuat oleh kelompok lain.
Dalam pelaksanaan diskusi dan presentasi oleh masing – masing kelompok, guru
memberikan bimbingan dan pengarahan berupa :
• Pada langkah memahami masalah, guru sekilas melihat kembali langkah memahami
masalah dari kelompok yang mendapat giliran mempresentasikan hasil diskusinya.
Sudahkah siswa memahami masalah dengan baik. Pada langkah ini, guru dibantu
seluruh siswa secara klasikal.
• Pada langkah membuat rencana, dalam diskusi interaktif, guru mengevaluasi
mekanisme kerja siswa dalam membuat ilustrasi, gambar, ataupun sketsa dari
96
persoalan yang dihadapi. Guru akan membimbing dan memperbaiki pekerjaan siswa
menuju jawaban dalam membuat sketsa atau gambaran dari persoalan. Dan membuat
model matematikanya. Dalam proses pembimbingan ini, guru sepenuhnya dibantu
oleh kelompok – kelompok siswa yang lain dalam diskusi interaktif. Kelompok lain
akan aktif mengajukan beberapa pertanyaan kepada kelompok yang presentasi dan
memberikan sumbangan pemikiran atau ide dalam membuat sketsa dan
memformulasikan model matematika yang akan dibuat. Guru hanya mengarahkan
jalannya diskusi untuk menuju jawaban yang benar.
• Pada langkah melaksanakan rencana, kembali diadakan diskusi interaktif antara siswa
yang mempresentasikan pekerjaan dengan kelompok yang membuat soal dan
kelompok lain. Siswa mempresentasikan cara memasukkan semua unsur yang ada dari
yang diketahui dari soal untuk menyelesaikan model matematika yang telah dibuat
pada langkah yang ke II. Sementara kelompok yang membuat soal mencermati apakah
alur pengerjaan soal sudah sesuai dengan apa yang mereka juga kerjakan. Kemudian
kelompok yang lain kembali memberikan beberapa pertanyaan atau sanggahan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok yang mempresentasikan di depan
kelas. Guru kembali bertindak sebagai fasilitator dan mengarahkan ke jawaban yang
benar.
• Pada langkah menelaah kembali, siswa mempresentasikan cara menelaah kembali
‘versi mereka’. Disini bantuan dari kelompok lain sangat diperlukan. Kelompok lain
bisa memberikan ide bagaimana mengembalikan hasil pekerjaan ke model semula.
Atau juga memberikan ide tentang cara lain yang bisa digunakan yang kemungkinan
bisa lebih mudah dan ringkas dalam menyelesaikan soal. Guru mengarahkan jalannya
diskusi dan mengarahkan menuju kesimpulan yang benar.
g. guru memberi respon positif berupa penghargaan kepada kelompok yang paling baik
dalam hal menyelesaikan soal buatan kelompok lain sesuai langkah – langkah model
Polya.
h. guru juga memberikan penghargaan kepada kelompok yang terbaik dari segi kerjasama
kelompok dalam kegiatan diskusi kelompok yang diadakan pada pertemuan sebelumnya.
Penutup
a. guru dan siswa membuat rangkuman materi pembelajaran.
b. guru menginstruksikan siswa supaya mempelajari semua materi yang sudah didapat.
97
E. Sumber Belajar
Sumber :
- Buku paket, yaitu buku Jenius Matematika 2. untuk SMP dan MTs Kelas VIII Semester 1,
karangan Buchori dkk. Penerbit : Aneka Ilmu, Semarang
- Buku referensi lain.
Alat :
- Papan tulis dan LKS.
98
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi hitung bentuk aljabar
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan operasi hitung bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompokmu. Kerjakan prosedur yang ada. Setelah itu, buatlah soal
baru yang sesuai dengan soal itu pada kolom yang telah disediakan.
Sebuah kain berbentuk Persegi. Ukuran sisinya adalah ( x + 5
) m. Kemudian, kain itu dipotong selebar 2x m. Jika x = 2 m, berapakah luas sisa kain
tersebut?
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Contoh soal :
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Lampiran 5
99
Diketahui : Kain Berbentuk Persegi
Panjang sisinya = ( … + … ) m
Kain dipotong selebar …….. m
x = ……. m
Ditanya : Luas sisa kain tersebut
Langkah 2 (Membuat Rencana)
Pahamilah Sketsa berikut :
Kita buat sketsa dari kain (sebelum dipotong) :
Sketsa kain dan potongannya :
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
( x + 5 ) m
( x + 5 ) m
{2x m
Sisa kain
setelah
dipotong } ( x + 5 ) m
100
Untuk menentukan luas sisa kain, kita terlebih dahulu menentukan Luas sisa dari kain
tersebut sebelum dipotong. Setelah itu, luas kain sebelum dipotong dikurangi dengan
Luas potongannya. Dengan demikian, rumus yang dipakai adalah rumus Luas Persegi.
Karena kain yang dipotong berbentuk Persegi. Dan rumus Luas Persegi Panjang karena
potongannya berbentuk Persegi panjang. Jadi model matematikanya sebagai berikut :
Misal, Luas kain setelah dipotong = L
Luas kain sebelum dipotong = L1
Luas potongannya = L2
Panjang kain sebelum dipotong = s1
Lebar kain sebelum dipotong = s2
Karena berbentuk Persegi, maka s1 = s2
panjang kain potongannya = p
Lebar kain potongannya = l
Maka L = ….. - ……
L = ( ….x …. ) – ( .... x …. )
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
L1 = s1 × s1 = s × s
L1 = ( …. + …. ) × ( …. )
L1 = …. + …. + …. ………………. *)
L2 = p × l
L2 = ( …. + …. ) × ( …. )
L2 = …. + …. ………………… **)
L = L1 – L2
L = ( …. + …. + …. ) – ( …. + …. )
Laksanakan rencana yang
telah kamu buat atau
laksanakan model yang
telah kamu buat pada
langkah 2
101
L = ( …. - …. ) + ( …. - …. ) + ( …. - …. )
L = …. + ….
Untuk x = 2 m
L = …. + ….
L = ….
Jadi, luas sisa kain setelah dipotong adalah …. m2
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Untuk menelaah kembali, coba masukkan nilai x = 2 m ke dalam persamaan **)
L2 = …. + ….
L2 = …. + ….
L2 = ….
L2 adalah luas sisa kain potongannya. Luas sisa kain setelah dipotong + luas potongannya
sama dengan luas kain itu.
Jadi, L2 + L = L1
…m2 + …m2 = L1
…..m2 = L1
Kalau kita masukkan nilai x = 2 m pada L1 didapat
L1 = …. + …. + ….
L1 = …. + …. + ….
L1 = …. m2
Hasil keduanya ….. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil pekerjaan …..
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah soal yang terkait
dengan soal tersebut pada kolom dibawah ini !
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
102
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi hitung bentuk aljabar
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan operasi hitung bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompok. Setelah itu, buatlah soal baru yang sesuai dengan soal itu
pada kolom yang telah disediakan.
Budi diberi tugas oleh gurunya untuk mencari suatu
bilangan. Bilangan tersebut jika dikuadratkan, dikalikan dengan dua. Kemudian dikurangi
dengan enam puluh tiga menghasilkan bilangan 225. berapakah bilangan itu?
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Contoh soal :
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Lampiran 6
103
Diketahui : suatu bilangan
jika dikuadratkan, dikalikan dengan dua kemudian dikurangi enam
puluh tiga, menghasilkan bilangan 225
Ditanya : bilangan tersebut
Langkah 2 (Membuat Rencana)
Karena soal hanya menyangkut bilangan, kita tidak perlu menggunakan sketsa. Sebagai
gantinya, kita buat permisalan untuk membuat model matematikanya
Misalkan , bilangan yang akan dicari disimbolkan dengan = X
Sesuai dengan yang diketahui,
1. Bilangan tersebut jika dikuadratkan, berarti : ( … )2
2. Dikalikan dengan dua, berarti : 2 × ( … )2
3. Kemudian dikurangi enam puluh tiga. Berarti : 2 × ( … )2 - 63
4. Hasilnya sama dengan 225, berarti : 2 × ( … )2 - … = 225
kita sudah mendapatkan model matematikanya, untuk variabel X
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
Setelah mendapatkan model matematikanya, kita bisa menyelesaikannya sesuai dengan
yang diketahui dalam soal :
2 × ( … )2 - … = 225
2 × ( … )2 = 225 + …
2 × ( … )2 = …
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
104
( … )2 = ......
( … )2 = …
( … ) = ...
( … ) = …
Jadi, bilangan yang dimaksud adalah …..
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Untuk menelaah kembali, coba masukkan kembali nilai X = ke dalam model matematika
yang telah dibuat.
2 × ( X )2 - 63 = 225
Masukkan nilai X yang sudah kamu dapat. Bagaimana hasilnya ?apakah sama?
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah soal yang terkait
dengan soal tersebut pada kolom dibawah ini !
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
105
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Pemfaktoran
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan Pemfaktoran bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompokmu. Setelah itu, buatlah soal baru yang sesuai dengan soal
itu pada kolom yang telah disediakan.
Sebuah taman berbentuk Persegi panjang. Ukuran panjangnya ( x + 2 ) m. lebar taman
tersebut 7 m lebih pendek dari panjangnya. Jika luas taman tersebut 60 m2, berapakah
kelilingnya ?
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Contoh soal :
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Lampiran 7
106
Diketahui : Taman Berbentuk Persegi Panjang
Panjang = ( … + … ) m
Lebar = …
Luas taman = … m2
Ditanya : Keliling dari taman
Langkah 2 (Membuat Rencana)
Taman berbentuk Persegi panjang, dengan ukuran panjang ( x + 2 ) m. Sementara lebarnya
7 m lebih pendek dari panjangnya. Artinya, jika panjangnya ( x + 2 ) m, maka lebarnya
adalah : ( x + 2 ) m – 7 m = ( x – 5 ) m
Kita buat sketsa dari Taman
Jika luas dari taman tersebut 60 m2. Artinya, karena taman berbentuk Persegi panjang
seperti pada sketsa, maka luas taman sama dengan luas Persegi panjang dengan panjang (x
+ 2) m dan lebar (x – 5) m.
Misal, Panjang taman = p
Lebar taman = l
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
( x + 2 ) m
( x – 5 ) m
107
Luas taman = L
Keliling taman = K
Karena taman berbentuk Persegi panjang, maka luas taman = luas Persegi panjang
Luas taman = Luas Persegi panjang
Luas taman = …. × ….
Diketahui luas taman = 60 m2
60 m2 = …. × ….
60 = ( …. + …. )( …. - …. )
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
60 = ( …. + …. )( …. - …. )
60 = …. - …. - ….
…. - …. - …. = 0
Kita faktorkan persamaan *)
( …. + …. )(…. - …. )
Maka,
( …. + …. ) = 0 atau ( …. - …. ) = 0
( x + 7 ) = 0, didapat
x = …. ………………. *)
( x – 10 ) = 0, didapat
x = …. . ………………… **)
Laksanakan rencana yang
telah kamu buat atau
laksanakan model yang
telah kamu buat pada
langkah 2
Ingat ! Jika a × b = 0,
maka salah satu, yaitu a
atau b sama dengan nol (0)
108
nilai x = …. Pada *) tidak memenuhi sebab panjang tidak pernah bernilai negatif. Jadi nilai
x = …. lah yang memenuhi
jadi, x = ….
Kelilingnya = K = 2(p + l)
K = 2 ( ( x + 2 ) + ( x – 5 ))
K = 2 ( …. - …. )
K = 2 ( …. - …. )
K = …. m
Jadi, Kelilingnya adalah …. m
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Untuk menelaah kembali, coba masukkan nilai x = 10 m ke dalam panjang dan lebar dari
taman tersebut.
Panjang = ( x + 2 ) m
= ( …. + …. ) m
Lebar = ( x – 5 ) m
= ( …. - …. ) m
Luas = panjang × lebar
= …. m × …. m
= …. m2
Apakah hasilnya sesuai dengan yang diketahui dari soal ?
Jawab : ……
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah sebuah soal yang
terkait dengan soal tersebut pada kolom dibawah !
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
109
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Pemfaktoran
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan Pemfaktoran pada bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompokmu. Setelah itu, buatlah soal baru yang sesuai dengan soal
itu pada kolom yang telah disediakan.
Sebuah bilangan jika dikalikan dua kemudian ditambah tiga, dan dikuadratkan
menghasilkan bilangan 225. berapakah bilangan itu?
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Diketahui : sebuah bilangan
Contoh soal :
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Lampiran 8
110
Dikalikan dua, ditambah 3, kemudian dikuadratkan.
Menghasilkan bilangan 225.
Ditanya : bilangan itu
Langkah 2 (Membuat Rencana)
Karena soal hanya menyangkut bilangan, kita tidak perlu menggunakan sketsa. Sebagai
gantinya, kita buat permisalan untuk membuat model matematikanya
Misalkan , bilangan yang akan dicari disimbolkan dengan = X
Sesuai dengan yang diketahui,
5. Bilangan tersebut dikalikan dengan dua, berarti : 2 × ( … )
6. Ditambah dengan tiga, berarti : 2 × ( … ) + 3
7. Kemudian dikuadratkan. Berarti : (2 × ( … ) + 3)2
8. Hasilnya sama dengan 225, berarti : (2 × ( … ) + 3)2 = 225
kita sudah mendapatkan model matematikanya, untuk variabel X
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
Setelah mendapatkan model matematikanya, kita bisa menyelesaikannya sesuai dengan
yang diketahui dari soal :
(2 × ( … ) + 3)2 = 225
4 × ( … )2 + ( … ) × ( … ) + ( … ) = 225
4 × ( … )2 + ( … ) + ( … ) = 225
Kurangi kedua ruas dengan 225
4 × ( … )2 + ( … ) + ( … ) – 225 = 225 – 225
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
111
4 × ( … )2 + ( … ) - ( … ) = 0
Faktorkan persamaan tersebut. Untuk lebih mudahnya, bagi kedua ruas persamaan tersebut
dengan 4
40
4 ) … ( - ) … ( + )2 … ( 4=
Menghasilkan persamaan :
(…)2 + ( … ) – ( … ) = 0
Kita bisa memfaktorkannya menjadi
( … + …)( … - … ) = 0
Maka, kita bisa menuliskan
( … + … ) = 0 atau ( … - … ) = 0
Dari ( … + … ) = 0, didapat
X = … ……………………*)
Dari ( … - … ) = 0, didapat
X = … …………………….**)
Jadi, bilangan yang dimaksud adalah bernilai … atau …
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Untuk menelaah kembali, coba masukkan kembali nilai X pada persamaan *) dan **)
kedalam model matematika pada langkah 2. tuliskan hasilmu dibawah ini :
Untuk X = …
Ingat ! Jika a × b = 0,
maka salah satu, yaitu a
atau b sama dengan nol
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
112
Untuk X = …
Apakah hasilnya sama dengan 225 seperti yang diketahui dalam soal?
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah soal yang terkait
dengan soal tersebut pada kolom dibawah ini !
113
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan : Operasi hitung pada pecahan bentuk
aljabar
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan operasi hitung pada pecahan bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompokmu. Setelah itu, buatlah soal baru yang sesuai dengan soal
itu pada kolom yang telah disediakan.
Sebuah papan yang terbuat dari kayu berbentuk Persegi panjang. Dengan luas papan
dinyatakan dalam x adalah ( 2x2 + 3x – 9 ) cm2. Jika panjang dari papan tersebut adalah ( 4x
+ 6 ) cm. berapakah lebar papan tersebut ( dalam x ) ?
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Contoh soal :
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Lampiran 9
114
Diketahui : Papan Berbentuk Persegi panjang
Luasnya = ( 2x2 + 3x – 9 ) cm2
Panjangnya = ( … + … ) cm
Ditanya : Lebar dari papan tersebut
Langkah 2 (Membuat Rencana)
:
Kita buat sketsa papan :
Misal, Luas papan = L
Panjang papan = p
Lebar papan = l
Kita cari dulu rumus luas dari papan
Karena papan berbentuk Persegi panjang, maka rumus luas papan = rumus luas Persegi
panjang.
L = p × l
Karena yang kita cari adalah lebar = l, maka rumusnya menjadi :
pLl =
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
( 4x + 6 ) cm
?
115
)........()............(
+−+
=l
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
Kita sudah mendapatkan model matematika dari lebarnya :
Lebar = )........(
)............(+−+
=l
Faktorkan unsur luasnya :
)64()........)(........(
++−
=x
l
)32(2)........)(........(
++−
=x
l
Kita dapatkan l = …. cm
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah sebuah soal yang
terkait dengan soal tersebut pada kolom dibawah !
Laksanakan rencana yang
telah kamu buat atau
laksanakan model yang
telah kamu buat pada
langkah 2
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
Sederhanakan bentuk
tersebut untuk
mempermudah mencari
lebarnya
116
Mata pelajaran : Matematika
Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Pokok Bahasan : Faktorisasi Suku Aljabar
Sub pokok bahasan :Operasi hitung pada pecahan bentuk
aljabar
Alokasi Waktu : ± 30 menit
Indikator :Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan Sub Pokok
Bahasan operasi hitung pada pecahan bentuk aljabar.
Petunjuk :bacalah contoh soal berikut dengan teliti bersama dengan teman
kelompokmu. Setelah itu, buatlah soal baru yang sesuai dengan soal
itu pada kolom yang telah disediakan.
Pak Budi memiliki kebun berbentuk Persegi panjang dengan luas ( x2 + 2x – 24) m2. Ia
berencana membuat pagar yang mengelilingi kebun tersebut. Jika lebar dari pagar tersebut
adalah ( x + 6 ) m, dan ditentukan x = 8 meter. Berapakah panjang pagar yang harus dibuat
oleh Pak Budi ?
Contoh soal :
Lampiran 10
117
P E N Y E L E S A I A N
Langkah 1 (Memahami Masalah)
Diketahui : Kebun Berbentuk Persegi panjang
Luasnya = ( x2 + 2x – 24 ) m2
Lebarnya = ( … + … ) m
x = 8 meter
Ditanya : Panjang dari pagar yang mengelilingi kebun tersebut
Langkah 2 (Membuat Rencana)
:
Kita buat sketsa kebun Pak Budi :
Misal, Luas kebun = L
Panjang kebun = p
Lebar kebun = l
Mencari panjang dari pagar yang akan dibuat pak Budi sama dengan mencari keliling dari
kebun. Dimana kebun berbentuk Persegi panjang. Sehingga keliling kebun sama dengan
keliling Persegi panjang. Tetapi kita hanya punya luas Persegi panjang dan lebarnya. Untuk
mencari panjang kebun, kita bisa mencari dahulu rumus luas dari kebun.
Apa yang kamu ketahui
dari soal tersebut ?
Buatlah rencana untuk
menyelesaikan soal tersebut.
Kamu bisa membuat sketsa,
gambar atau apa saja yang
kamu butuhkan untuk
membantumu memahami soal
tersebut.
( x + 6 ) m
?
118
Karena kebun berbentuk Persegi panjang, maka rumus luas kebun = rumus luas Persegi
panjang.
L = p × l
Langkah pertama, kita cari panjang dari kebun ( p ) :
lLp =
)........()............(
+−+
=p
Setelah itu, kita cari keliling dari kebun.
Langkah 3 ( Melaksanakan Rencana )
Kita sudah mendapatkan model matematika dari panjangnya :
panjang = )........(
)............(+−+
=p
Faktorkan unsur luasnya :
...)...()........)(........(
++−
=p
Kita dapatkan p = ( …. ) cm
Untuk nilai x = 8 meter,
p = ( … - … ) m = …. m
l = ( … + …) m = …. m
Dari sini, kita bisa mencari panjang pagar yang akan dibuat oleh Pak Budi.
Panjang pagar yang akan dibuat oleh Pak Budi sama dengan keliling dari kebun. Dimana,
telah dapat diketahui bahwa kebun berbentuk Persegi panjang. Sehingga keliling dari kebun
sama dengan keliling dari Persegi panjang. Kita bisa menuliskan rumusnya :
Laksanakan rencana yang
telah kamu buat atau
laksanakan model yang
telah kamu buat pada
langkah 2
Sederhanakan bentuk
tersebut untuk
mempermudah mencari
panjangnya
119
K = 2 ( p + l )
K = 2 ( … m + … m )
K = 2 ( … m )
K = …. m
Jadi keliling dari kebun = … m
Karena keliling dari kebun sama dengan panjang pagar yang akan dibuat oleh Pak Budi,
maka dapatlah ditentukan panjang dari pagar yang akan dibuat oleh Pak Budi adalah … m.
Langkah 4 ( Menelaah Kembali )
Cheklah hasil pekerjaanmu diatas!
Kamu bisa menggunakan rumus berikut :
K = 2 ( p + l )
K = 2p + 2l
K = 2p + 2pL
K = 2p2 + 2L
K = 2( p2 + L )
Gunakan rumus tersebut untuk mencari Keliling dari kebun dengan mensubstitusikan nilai x
= 8 meter. Lalu cocokkan hasil pekerjaanmu dengan yang telah kamu kerjakan pada langkah
3.
Selamat mencoba ya !
Pahamilah soal beserta cara penyelesaian soal tersebut. Setelah itu buatlah sebuah soal yang
terkait dengan soal tersebut pada kolom dibawah !
Setelah kamu temukan hasil akhir
atau penyelesaian, jangan lupa
telaah kembali hasil pekerjaanmu !
apakah benar atau salah
120
Lampiran 11
SOAL TES SIKLUS I
Kerjakan soal soal berikut dengan menggunakan langkah – langkah Model Polya
1. Amir memiliki sebuah papan yang panjangnya 4 meter. Kemudian papan itu rencananya
akan dipotong sepanjang (21 x – 8 ) m, Jika diberikan x = 20 m, berapakah panjang dari
sisa papan yang telah dipotong ?
2. Sebuah bilangan, jika ditambahkan dengan tiga, kemudian dikuadratkan menghasilkan
bilangan 25. Berapakah bilangan itu?
3. Pak budi memiliki kebun berbentuk Persegi panjang dengan panjang ( 5x + 5 ) meter
dan lebar ( 9x – 10 ) meter, Jika disekeliling kebun akan dibangun pagar, dan diketahui
x = 30 m, berapakah panjang pagar yang dibutuhkan ?
4. Taman di sebuah pinggiran kota berbentuk Persegi dengan panjang sisinya ( 3x + 8 ) m.
Jika keliling dari taman adalah 272 m, berapakah panjang dari masing – masing sisinya?
121
Lampiran 12
SOAL TES SIKLUS II
Kerjakan soal soal berikut dengan menggunakan langkah – langkah Model Polya
1. Sebuah bilangan, jika dikuadratkan, kemudian ditambahkan dengan bilangan 16,
menghasilkan bilangan 65. Berapakah bilangan itu?
2. dalam sebuah ruangan kelas, terdapat sebuah papan tulis berbentuk Persegi panjang.
Luasnya ( x2 – 5x + 6 ) cm2. Jika lebar Persegi panjang tersebut adalah ( x – 2 ) cm,
berapakah panjangnya ? ( dalam x )
3. Siswa di suatu sekolah memiliki lahan berbentuk Segitiga di halaman belakang
sekolahnya. Luas lahan tersebut adalah (x2 – 4) m2. Jika alasnya (x + 2) m, Jika
ditentukan x = 3 m. Tentukan panjang alas dan tinggi segitiga tersebut !
4. Nanda diberi tebakan oleh ayahnya. Sang ayah memiliki Sawah berbentuk Persegi
dengan luas ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x m2. Dan diketahui bahwa x = 5 m. Ia berencana membuat pagar
yang terbuat dari kawat berduri. Jika harga dari 1 m kawat adalah Rp. 500,00, dapatkah
kalian membantu Nanda untuk menghitung biaya yang dikeluarkan oleh ayahnya untuk
membeli kawat tersebut ?
122
Lampiran 13
KUNCI JAWABAN SOAL TES SIKLUS I
1. Pemahaman masalah. Pada tahap ini ditentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan.
Diketahui : Papan dengan panjang = 4 m
Dipotong sepanjang = (21 x – 8 ) m
Jika x = 20 m
Ditanyakan: panjang sisa papan
Membuat rencana. Untuk mencari sisa papan, terlebih dahulu ditentukan panjang dari
potongan papan tersebut. Untuk mempermudah penyelesaian, dapat dibuat sketsa dari
papan tersebut :
Dari sketsa, terlihat bahwa untuk menentukan panjang sisa papan, terlebih dahulu kita
tentukan panjang dari potongan papan dengan mensubstitusikan nilai x = 20 m ke dalam
panjang potongannya = (21 x – 8 ) m. setelah didapat hasil berupa bilangan, kita
kurangkan panjang papan semula dengan panjang potongannya untuk mendapat panjang
dari sisa papan.
Melaksanakan rencana
Substitusi nilai x = 20 m ke dalam persamaan. Didapat:
Panjang potongannya = (21 x – 8 ) m
= (21× (20) – 8 ) m
4 m
(21 x – 8 )
123
= (10 – 8 ) m
= 2 m
Jadi panjang potongannya adalah 2 m. Panjang dari sisa papan = (panjang mula – mula)
– (panjang potongan dari papan)
Panjang dari sisa papan = 4 m – 2 m
= 2 m
Jadi, panjang dari sisa papan adalah 2 m.
Menelaah kembali
Untuk menelaah kembali, dapat dilakukan dengan mudah. Yaitu dengan memasukkan
hasil panjang dari sisa papan pada persamaan.
Panjang dari sisa papan + panjang potongan papan = panjang papan mula – mula.
2 m + 2 m = 4m
Ini sesuai dengan yang diketahui dari soal bahwa ,panjang papan mula – mula 4 m.
Jadi, memang benar panjang sisa papan setelah dipotong adalah 2 m.
2. Pemahaman masalah.
Diketahui : bilangan. Ditambah 3, kemudian dikuadratkan menghasilkan bilangan 25.
Ditanya : bilangan tersebut
Membuat rencana.
Kita bisa membuat permisalan.
Misalkan bilangan tersebut adalah X
Maka model matematika untuk bilangan tersebut adalah :
(X + 3)2 = 25
Melaksanakan rencana.
(X + 3)2 = 25
(X + 3)(X + 3) = 25
X2 + 6X + 9 = 25
X2 + 6X + 9 - 25 = 25 – 25
X2 + 6X - 16 = 0
Kita faktorkan menjadi :
124
(X + 8)(X - 2) = 0
Dari pemfaktoran tersebut, didapat 2 nilai X yaitu :
X = - 8, atau
X = 2
Menelaah kembali
Dalam langkah ini kita bisa memasukkan nilai X = - 8 atau X = 2 ke dalam persamaan
(X + 3)(X + 3) = 25. untuk mengecek apakah benar menghasilkan bilangan 25. tetapi
dalam hal ini, kita ambil jalan lain dengan mencari cara lain yang relatif lebih singkat :
(X + 3)2 = 25
(X + 3) = ± 25
(X + 3) = ±5
Didapat 2 nilai X, yaitu :
X1 = 5 – 3 = 2, atau
X2 = -5 – 3 = -8
Hasil ini sesuai dengan hasil yang dicari dengan menggunakan cara pada langkah III
(melaksanakan rencana).
Jadi, bilangan tersebut adalah 2 atau – 8.
3. Pemahaman masalah
Diketahui : Kebun Persegipanjang.
Panjang = ( 5x + 5 ) m
Lebar = ( 9x – 10 ) m
Sekeliling kebun akan dipagar, dan x = 30 m
Ditanyakan: Panjang pagar yang dibutuhkan
Merencanakan
Mencari panjang pagar sama halnya dengan mencari keliling dari kebun yang berbentuk
Persegi panjang karena pagar mengelilingi kebun tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat
dibuat sketsa berikut :
125
Keliling dari kebun sama dengan keliling dari Persegi panjang. Jadi jika panjang dari
kebun : ( 5x + 5 ) meter dan lebarnya : ( 9x – 10 ) meter, maka kelilingnya
Keliling = K = 2 (p + l)
= 2 ((5x + 5) + (9x – 10))
= 2 (14x – 5)
Didapat model matematika dari keliling kebun adalah K = 2 (14x – 5)
Melaksanakan rencana
Substitusikan nilai x = 30 ke dalam model matematika yang telah didapat pada langkah
II
K = 2 (14x – 5)
K = 2 (14(30) – 5)
K = 2 (420 – 5)
K = 2 (415)
K = 830
Keliling dari kebun sama dengan panjang pagar yang dibutuhkan. Jadi panjang pagar
yang dibutuhkan untuk mengelilingi kebun adalah 830 meter.
Menelaah kembali
Pada langkah ini, masukkan nilai x = 30 m ke dalam pangjang dan lebarnya.
Panjang = ( 5x + 5 ) meter
= ( 5(30) + 5 ) meter
= 155 meter
Kebun
(5x + 5) meter
(9x – 10) meter
126
Lebar = ( 9x – 10 ) meter
= ( 9x – 10 ) meter
= (9(30) – 10) meter
= 260 meter
Didapatkan panjang dan lebar dari kebun. Selanjutnya :
Keliling = 2 (p + l)
= 2 (155 + 260)
= 2 (415)
= 830
Jadi keliling dari taman adalah 830 meter. Keliling dari taman sama dengan panjang
pagar yang dibutuhkan.
Jadi panjang pagar adalah 830 meter. Hasil ini sama dengan hasil yang diperoleh pada
langkah III.
4. Pemahaman masalah
Diketahui : Taman berbentuk Persegi
Panjang sisinya = (3x + 8) m
Keliling = 272
Ditanyakan : panjang masing – masing sisinya
Membuat rencana
Kita buat sketsanya :
(3x+8) m
127
Taman berbentuk persegi. Maka keliling dari taman sama dengan keliling dari persegi.
K = 4 × s
272 = 4 × ( 3x +8)
Melaksanakan rencana
272 = 4 × (3x + 8)
272 = 12x + 32
272 – 32 = 12x + 32 – 32
240 = 12x
x = 12240
x = 20
panjang sisinya = (3x + 8) m
untuk x = 20, panjang sisi = (3(20) + 8)
= 68 m
Jadi panjang sisi dari taman tersebut adalah 68 meter
Menelaah kembali
Untuk menelaah kembali, dengan mudah masukkan panjang sisi dari taman untuk
mengetahui kelilingnya. Jika keliling hasilnya sama dengan yang diketahui, maka hasil
pekerjaan pada langkah III telah benar.
Panjang sisi = 68 meter
K = 4 × sisi
K = 4 × 68 meter
K = 272 meter.
Jadi kelilingnya sama dengan 272 meter. Ini sama dengan yang diketahui. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil pekerjaan telah benar.
128
Lampiran 14
KUNCI JAWABAN SOAL TES SIKLUS II
1. Pemahaman masalah. Pada tahap ini ditentukan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dari soal
Diketahui : Bilangan, dikuadratkan kemudian ditambah dengan 16 menghasilkan
bilangan 65
Ditanyakan: bilangan tersebut
Membuat rencana. Kita misalkan bilangan tersebut X
Maka model matematika untuk bilangan tersebut adalah :
X2 + 16 = 65
Melaksanakan rencana
Kita selesaikan persamaan untuk X :
X2 + 16 = 65
X2 = 65 – 16
X2 = 49
X = ± 49
X = ± 7
X = 7 atau X = - 7
Jadi, bilangan tersebut adalah 7 atau - 7
Menelaah kembali
Dalam langkah ini, kita masukkan nilai 7 atau – 7 kedalam persamaan pada langkah
III. Apakah sesuai dengan yang diketahui dari soal
Untuk X = 7 , maka (7)2 +16 = 49 + 16 = 65 ( benar )
Untuk X = - 7, maka (-7)2 + 16 = 49 + 16 = 65 ( benar)
Jadi, dari dua hasil tersebut menandakan bahwa hasil yang diperoleh pada langkah III
benar.
129
Kita bisa menggunakan cara lain seperti dengan Kuadrat Sempurna (tingkat lanjut).
X2 + 16 = 65
X2 + 16 + 1621× = 65 + 16
21×
X2 + 16 + 8X = 65 + 8
(X + 4)2 = 73
2. Pemahaman masalah.
Diketahui : sebuah papan, berbentuk Persegi panjang
Luas = (x2 – 5x + 6 ) cm2
Lebar = ( x – 2 ) cm
Ditanya : Panjang
Membuat rencana
Untuk mencari panjang papan tulis, terlebih dahulu kita harus tahu bahwa papan tulis
berbentuk Persegi Panjang dengan luas ( x2 – 5x + 6 ) cm2 dan lebarnya ( x – 2 ) cm.
Rumus untuk mencari panjang papan adalah rumus yang mengandung semua unsur
yang diketahui dari soal. Yaitu rumus luas papan tulis atau rumus luas Persegi panjang.
Jika dimisalkan luas = L, panjang = p, dan lebar = l maka L = p x l
Melaksanakan rencana
Luas Persegipanjang = panjang × lebar
( x2 – 5x + 6 ) = p × (x – 2)
p = )2(
)65( 2
−+−
xxx
kita faktorkan unsur luasnya, menjadi :
p = )2(
)2)(3(−
−+x
xx = )2()2()3(
−−
×+xxx
p = (x + 3)
Jadi panjang dari papan tersebut adalah (x + 3) cm
130
Menelaah kembali
Dalam langkah ini kita bisa memasukkan nilai p = (x + 3) cm dan lebar = ( x – 2 ) cm
untuk mencari luasnya.
3. Pemahaman masalah
Diketahui : lahan berbentuk segitiga.
Luas = (x2 – 4 ) cm2
Alas = ( x + 2 ) m
Lebar = ( 9x – 10 ) m
x = 3 m
Ditanyakan: Panjang alas dan tinggi segitiga
Merencanakan
Untuk mempermudah memahami persoalan tersebut, dapat diilustrasikan gambar
sebagai berikut :
Lahan berbentuk segitiga. Maka luas dari lahan sama dengan luas dari segitiga. Rumus
luas dari segitiga :
Lahan sekolah
(x + 2) cm
t
131
L = tinggialas××21
jika luas dari lahan : (x2 – 4) m2 dan alasnya : ( x + 2 ) meter, maka rumus luasnya
menjadi :
(x2 – 4) = tinggix ×+× )2(21
Melaksanakan rencana
Yang kita cari adalah tinggi dari lahan sehingga rumus tersebut menjadi :
Tinggi = alas
Luas
×21
Tinggi =)2(
21
)4( 2
+×
−
x
x
Tinggi = )2(
21
)2)(2(
+×
−+
x
xx
Tinggi =
21
)2( −x
= 2(x - 2)
Untuk x = 3 m,
Tinggi = 2 ((3)-2)
= 2 m
Jadi, tinggi dari lahan yang berbentuk segitiga tersebut adalah 2 m.
Menelaah kembali
Pada langkah ini, pertama masukkan nilai x = 3 cm untuk mencari alasnya :
Alas = ( x + 2) m
= ((3) + 2) m
= 5 m
Luas = tinggialas××21
132
Luas = )2(2)2(21
−×+× xx
= (x2 – 4) m2
Hasil ini sesuai dengan yang diketahui sehingga hasil yanhg diperolehpada langkah III
benar.
4. Pemahaman masalah
Diketahui : Sawah berbentuk Persegi
Luas = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x m2
x = 5 m
dibuat pagar yang mengelilinginya.
Harga 1 m kawat = Rp. 500,00
Ditanyakan : biaya pembelian kawat
Membuat rencana
Untuk mempermudah memahami persoalan tersebut, dapat diilustrasikan gambar
sebagai berikut :
Sawah Pak Nanda
Luas Sawah : ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x m2
133
Sebelum mencari biaya yang diperlukan, terlebih dahulu kita cari panjang dari kawat yang
akan dibuat pagar tersebut. Lahan sawah berbentuk Persegi. Maka luas lahan sama dengan
luas Persegi. Pagar dibuat mengelilingi sawah. Maka panjang dari pagar sama dengan
keliling dari sawah. Karena sawah berbentuk Persegi. Keliling dari sawah sama dengan
keliling dari Persegi. Kita bisa membentuk model matematika dari kondisi tersebut.
Misalkan luas dari sawah = L
Panjang sisi sawah = s
Keliling dari sawah = K
Melaksanakan rencana
L = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x m2
L = s × s
L = s2
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x = s2
s2 = ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x
s = ± ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x
s = ± 4
3x
s1 = 4
3x
s2 = - 4
3x
134
karena panjang selalu berharga positif, maka nilai s1 = 4
3x lah yang digunakan.
K = 4 × s
K = 4 × 4
3x
K = 4
12x
Untuk nilai x = 5 m, K = 4
)5(12
K = 15 m
Harga beli 1 meter kawat adalah Rp. 500,00. maka harga beli kawat yang dibutuhkan adalah
: Rp. 500,00 × 15 = Rp. 7500,00
Jadi, biaya yang dikeluarkan ayah Nanda sebesar Rp.7500,00
Menelaah kembali
Untuk menelaah kembali, kita gunakan rumus yang lain tetapi serupa.
L = s × s
L = s2
s = L
K = 4 × s
K = 4 × L
K = 4 × ⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛169 2x
K= 4 × 4
3x
K = 44 × 3x
K = 3\
Karena s = panjang sis
sawah selalu berharga
positif, maka L juga
selalu positif
135
untuk x = 5m, maka keliling = 3 (5)
= 15 m
Harga 1 m kawat = Rp. 500,00
Maka harga beli yang diperlukan = Rp.500,00 × 15
= Rp.7500,00
Jadi biaya yang dikeluarkan oleh ayah Nanda untuk membeli kawat pagarnya adalah
Rp.7500,00
136
Lampiran 15
TRANSKRIP WAWANCARA
Transkrip Wawancara Siklus I
Hasil wawancara dengan siswa yang tidak tuntas.
P = Peneliti S1 = Indra Nikko
S2 = Siska Pratiwi
P : bagaimana pendapat kalian tentang pembelajaran yang kemarin dilaksanakan ?
S1 : saya merasa kesulitan dengan pembelajaran tersebut. Apalagi pada langkah
memahami masalahnya.
P : ya, kamu juga banyak sekali menjumlahkan dan mengurangkan variabel dalam
bentuk aljabar dengan sembarangan. Nilai kamu juga dapat 61. kalau kamu gimana,
Siska ?
S2 : saya merasa sangat kesulitan, Pak. Bagi saya menyelesaikan soal cerita dengan
langkah – langkah Polya sangat susah dan membingungkan. Saya kurang mengerti
terutama dalam memahami masalah dan menelaah kembali.
P : kamu juga waktu ujian banyak yang kosong pada langkah itu. Tetapi sebenarnya
sangatlah mudah jika kamu mau belajar. Saya amati kamu malah sering bicara
sendiri dan meributkan hal yang tidak perlu saat saya menerangkan.
S2 : ya, pak. Saya memang kurang dan malas belajar.
P : belajar yang giat ya. Soalnya saya lihat kamu sebenarnya bisa. Cuma kurang sedikit
memperhatikan penjelasan saya.
S2 : ya, Pak. Mulai saat ini saya akan belajar. Tapi kalau ada yang kurang jelas saya akan
bertanya bertanya kepada bapak.
P : hal itu memang seharusnya. Niko, sekarang giliran kamu. Saya lihat kamu kurang
antusias dalam diskusi kelompok. Dan sering malah membuat kerja kelompokmu
jadi kacau.
137
S1 : saya kurang mengerti dengan penjelasan bapak. Bagi saya, penjelasan bapak bisa
dimengerti teman yang lain. Tapi saya masih kurang mengerti. Terutama pada
langkah memahami masalah.
P : makanya, kalau saya jelaskan jangan ramai sendiri. Sebenarnya langkah memahami
maslah itu mudah. Bahkan paling mudah diantara ke 4 langkah yang lain. Kamu pun
saharusnya bisa. Sama seperti siska. Makanya belajar ya ?! …
S1 : ya, pak. Mulai saat ini saya akan belajar dan memathui perintah pak guru.
P : nah, gitu donk! Saya tunggu hasilmu di tes yang kedua nanti. Kamu juga, Siska!
S2 : Ya, pak. Saya janji !
Hasil Wawancara Dengan Siswa Yang Tuntas
P = Peneliti S1 = Vina Vahlevi
S2 = Fani Meilani
P : bagaimana pendapat kalian tentang pembelajaran kemarin? Tetapi sebelumnya
saya ucapkan selamat kepada Vina karena kamu dapat nilai tertinggi di kelas ini.
Ya, meskipun masih belum maksimal.
S1 : terima kasih, Pak. Bagi saya, pada awalnya ada sedikit mengalami kesulitan.
Memang pada awalnya saya sempat bingung, dan kurang nyambung. Tetapi
setelah mengerti saya malah senang. Ada tahap –tahap dalam penyelesaian soal
sangat membantu saya dalam memahami dan mengerjakan soal.
P : selama diskusi dan selama tes kemarin, apa ada kesulitan?
S1 : saya kurang mengerti waktu Pak Okta pertama kali menerangkan. Tetapi setelah
mengerjakan LKS, saya jadi lebih mengerti. Tetapi saya masih kurang paham
dengan Langkah ke IV
P : kalau kamu bagaimana, Fani?
S2 : saya banyak mengalami kesulitan waktu diskusi. Saya kurang paham dengan
langkah – langkahnya. Tetapi setelah dijelaskan, dan pada waktu presentasi saya
jadi lebih mengerti.
138
P : ya, waktu diskusi kamu memang seringkali bertanya. Waktu presentasi juga kamu
paling banyak bertanya daripada teman – temanmu lainnya. Terus, waktu tes
kemarin bagaimana?
S2 : saya kurang mengerti langkah ke IV. Saya juga kurang mengerti perbedaan
langkah ke dua dan ke III. Tetapi setelah diskusi saya jadi sedikit mengerti
meskipun masih belum semuanya
P : tetapi waktu tes kemarin pekerjaanmu bagus. Meskipun kurang rapi dan banyak
“tanda panah”nya. Langkah ke IVmu juga beberapa nomor tidak dicantumkan.
Namun secara garis besar sudah cukup bagus. Kalau Vina, sudah lengkap semua.
Cuma kurang teliti, seperti contohnya no 4. kamu salah menghitung. Dan langkah
ke 4nya cuma separuh dikerjakan.
S1 : maaf pak, saya memang kurang teliti mengerjakan dan ingin cepat selesai.
P : pertahankan prestasi kalian …….
Transkrip wawancara Siklus II
Hasil wawancara dengan siswa yang tidak tuntas
P = Peneliti S1 = Indra Nikko
S2 = Kurniawan Nandrika
P : saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada kalian. Mengenai pembelajaran
yang kita lakukan kemarin. bagaimana pendapat kalian tentang pembelajaran yang
kemarin dilaksanakan ?
S2 : saya merasa senang sekali dengan pembelajaran yang kemarin dilaksanakan. Tetapi
saya masih bingung dengan beberapa tahapan yang dilalui dengan pembelajaran
tersebut.
P : kamu memang terlihat sudah sedikit lebih baik. Tetapi kenapa waktu tes nilai kamu
jelek ?
S2 : bagi saya, soal kemarin lebih sulit daripada soal tes yang pertama, Pak. Saya masih
merasa kesulitan dengan memahami masalahnya.
P : apa selama ini kamu belajar dengan menghafal?
139
S2 : ya, Pak. Selama ini saya belajar dengan menghafal rumus yang diberikan oleh Bapak
saja. Dengan soal yang sama persis.
P : Lho, jangan begitu!. Pahami materinya. Kalau perlu Tanya saja ke saya atau
temanmu jika mengalami kesulitan, terutama waktu belajar kelompok. Jangan hanya
menghafalkan rumus saja. Nanti soal diganti sedikit saja khan jadi malah tidak
mengerti
S2 : ya, pak!
P : Belajar yang rajin ya!, tingkatkan prestasimu
P : sekarang, giliran kamu, Nikko. Kenapa kamu tidak mengalami peningkatan. Tetap
saja seperti pada pembelajaran di siklus I. malah waktu ujian, kamu paling akhir
mengumpulkan pekerjaanmu.
S1 : ya, pak. Saya kurang mengerti soal tes yang diberikan bapak. Saya cuma bisa
sebagian. Selebihnya masih kosong.
P : kalau kamu tidak bisa berarti kamu mengalami kesulitan waktu pembelajaran.
Kesulitan apa saja yang kamu alami waktu pembelajaran kemarin? apa sama dengan
waktu di Siklus I?
S2 : Ya, pak. Tetapi waktu kemarin saya lebih mengerti karena saya sudah mulai
terbiasa. Cuma soalnya itu kok semakin sulit. Saya kurang mengerti waktu
memahami masalah dan menghitungnya.
P : kamu memang malas belajar. Waktu diskusi pun kamu kurang memperhatikan. jadi
tetap. Tidak ada perubahan. Padahal kemarin khan kamu janji pada saya akan
merubah sikap kamu. Tes pun kamu banyak membuat kesalahan hitung.
S1 : ya, Pak. Saya minta maaf. Saya memang kurang memperhatikan
P : belajar yang rajin ya! saya lihat kamu punya potensi. Dengan belajar kamu bisa lebih
baik. Kalau ada kesulitan Tanya saja ke saya atau temanmu. Teman – temanmu satu
kelompok nilainya bagus – bagus semua. Cuma kamu saja koq yang jelek.
S1 : baik, Pak. Mulai sekarang saya akan rajin belajar.
P : saya tunggu perubahan kamu. Jangan seperti kemarin ya
140
Hasil wawancara dengan siswa yang Tuntas
P = Peneliti S1 = Fani Meylani
S2 = Ana Maratus Soleha
P : saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada kalian. Mengenai pembelajaran
yang kita lakukan kemarin. Tetapi sebelumnya, saya ucapkan selamat kepadamua
Fani. Kamu mendapat nilai diatas 90 pada ujian kemarin. Meningkat dibandingkan
hasil tes I
S1 : terima kasih, Pak
P : bagaimana pendapatmu tentang pembelajaran yang kemarin dilaksanakan ?
S1 : saya merasa senang sekali dengan pembelajaran yang kemarin dilaksanakan. Saya
juga jadi lebih mengerti pada tahapan – tahapan model Polya yang dilakukan untuk
menyelesaikan soal cerita. Pembelajaran yang kemarin lebih ceria dan
menyenangkan, Pak
P : kalau waktu mengerjakan soal tes bagaimana ?
S2 : bagi saya, soal kemarin lebih sulit daripada soal tes yang pertama, Pak. Awalnya
saya agak merasa kesulitan. Tetapi setelah saya baca dengan teliti ternyata mudah.
P : memang. Hasil pekerjaanmu sudah lebih baik, lebih rapi, dan arahnya jelas. Tidak
seperti waktu tes pertama kemarin.
P : kalau dari segi pembelajarannya. Waktu mengikuti pembelajaran kemarin, kesulitan
– kesulitan apa saja yang kamu temui?
S2 : saya suka pembelajaran kemarin, Pak. Lebih ceria dan menyenangkan. Saya jadi
lebih mengerti dengan materi pecahan bentuk aljabar serta penyelesaian soalnya
dengan model Polya. Cuma saya waktu itu masih kurang mengerti pada langkah ke
4nya.
P : Lho, jangan begitu!. Pahami materinya. Kalau perlu Tanya saja ke saya atau
temanmu jika mengalami kesulitan, terutama waktu belajar kelompok. Jangan hanya
menghafalkan rumus saja. Nanti soal diganti sedikit saja khan jadi malah tidak
mengerti
S2 : ya, pak!
141
P : Belajar yang rajin ya!, tingkatkan prestasimu. Semoga di hari ke depan prestasimu
meningkat jadi lebih baik.
Hasil wawancara dengan guru
Sebelum pelaksanaan penelitian
P = Peneliti G = guru
P : selama ini metode mengajar apa yang Ibu gunakan ? khususnya di kelas VIIIC ?
G : selama ini saya menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan. Yah,
kadang menggunakan kooperatif. Tetapi itu sangat jarang saya gunakan. Karena
ceramah lebih menghemat waktu. Dan lagi penerapan metode kooperatif disini lebih
sulit mengingat memang tingkat berfikir siswanya yang masih rendah dan cenderung
ramai sendiri sehingga malah mengganggu kegiatan pembelajaran.
P : bagaimana tingkat perkembangan prestasi bidang studi matematika siswa disini,
khususnya kelas VIIIC?
G : siswa disini mempunyai kemampuan biasa – biasa saja. Memang ada beberapa siswa
yang cukup bahkan sangat menonjol sehingga mampu mengukir prestasi yang cukup
membanggakan. Tetapi jumlahnya kecil sekali. Kalau siswa kelas VIII C beragam.
Ada yang pinter, tetapi mayoritas masih berada di bawah rata – rata. Beberapa
diantaranya ada yang nakal dan terkenal malas belajar. Bagusnya penelitian anda
memang diterapkan dikelas ini
P : dengan metode yang Ibu gunakan, bagaimanakah aktivitas siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung?
S2 : dengan metode ceramah, siswa memang terkesan pasif. Tetapi kadang saya
menyelinginya dengan tugas secara berkelompok baik tugas sekolah maupun tugas
dirumah.
P : truz, kendala apa saja yang Ibu hadapi selama mengajar matematika khususnya di
kelas VIII C ini ?
142
G : kendala disini, yang pertama siswa tidak memiliki buku pegangan lain selain buku
paket. Baik itu berupa LKS maupun buku pegangan dari penerbit lain. Sekolah
memang tidak mewajibkan siswa untuk memiliki buku baik LKS atau pun buku lain
mengingat harganya yang mahal dan keadaan ekonomi orangtua murid yang pas –
pasan.
P : mengenai soal cerita atau pemecahan masalah, materi apa saja yang dirasa sulit bagi
siswa?
G : beberapa pokok bahasan masih dirasa sulit terutama soal ceritanya. Diantaranya
faktorisasi suku aljabar, dan persamaan garis lurus. Tetapi yang sulit bagi siswa
adalah faktorisasi suku aljabar. Banyak siswa yang salah mengoperasikan bentuk
aljabar yang berbeda seperti misalnya “ 10X + 1” mereka langsung saja menuliskan
hasilnya = 11X. padahal khan jelas salah. Apalagi soal ceritanya.
P : bagaimana dengan prosedur penyelesaian soal ceritanya?
G : selama ini siswa terbiasa menyelesaikan soal cerita dengan cara cepat tanpa melalui
suatu prosedur yang sistematis. Ini memang tuntutan dari UAN dimana soal –
soalnya memang didominasi dengan soal tipe obyektif. Jadi membutuhkan
pemikiran yang cepat dan tepat. Tapi lagi – lagi pada pokok bahasan ini siswa
banyak membuat kesalahan dari kesalahan perhitungan sampai kesalahan konsep
seperti yang saya utarakan barusan. Saya senang dan sangat mendukung jika ada
penelitian dengan setting pembelajaran tentang soal cerita. Kesalahan siswa bisa
nampak dan dimonitor sehingga tidak terulang dimasa yang akan datang.
P : menurut Ibu, bagaimana pembelajaran pemecahan masalah model polya yang
disertai dengan pengajuan masalah akan saya terapkan nanti jika pada pokok
bahasan faktorisasi suku aljabar?
G : siswa nanti juga dilatih untuk mengajukan masalah?
P : ya
G : saya pikir hal itu sangat bagus. Siswa diberi pembelajaran tentang prosedur
pemecahan masalah menggunakan model polya sekaligus dilatih bagaimana
mengajukan masalah yang mereka buat sendiri. Sehingga siswa punya daya nalar
untuk membuat soal sendiri dan berani mengungkapkannya di depan kelas. Dalam
143
kerja kelompok, siswa yang pandai bisa memberi tahu dan mengarahkan siswa yang
kurang pandai
P : kapan kira – kira akan dilaksanakan penelitian?
G : bisa langsung dimulai selasa depan. Tanggal 14 Oktober 2008. kelasnya seperti yang
sudah saya katakan tadi. Yaitu kelas VIIIC karena kelas itu cocok untuk dijadikan
subyek mengingat heterogenitas yang tinggi dan kemampuan siswanya sebagian
besar masih di bawah rata – rata. Berapa tatap muka yang anda perlukan ?
P : ada 6 kali tatap muka. Termasuk tes akhir siklus.
G : ada berapa siklus dalam peneltian anda?
P : saya rencanakan ada dua siklus. Tiap siklus bisa 1 minggu atau lebih beserta tes akhir
tiap siklus. Tergantung setiap minggu bisa 12 atau 3 kali pertemuan.
G : itu bisa diatur. Saya harapkan penelitian anda cepat selesai dan cepat mendapatkan
hasil yang memuaskan.
P : terima kasih, sebelumnya, Bu
G : sama2.
Hasil wawancara dengan guru
Setelah pelaksanaan pembelajaran
P = Peneliti G = guru
P : setelah kemaren Ibu mengikuti pembelajaran pemecahan masalah model Polya yang
disertai dengan pengajuan masalah, bagaimana pendapat Ibu mengenai pelaksanaan
pembelajaran tersebut ?
G : pembelajarannya bagus. Setting pembelajaran pada siklus I dan siklus II meskipun
intinya sama, tetapi dibuat pelaksanaannya berbeda. Perbedaan itulah yang membuat
siswa tidak merasa jenuh dan tetap antusias dengan pembelajarannya. Kegiatan
pengajuan masalah memang membuat kemampuan siswa baik dari segi memahami
masalah maupun dari membuat rencana penyelesaian masalah menjadi lebih matang.
Ini tampak pada siklus II. Hanya saja terdapat beberapa kekurangan.
144
P : apa saja kekurangan – kekurangannya, Bu?
G : pada awal kegiatan pembelajaran di siklus I anda terlihat sedikit canggung dan
masih kurang mampu menguasai kelas. Beberapa siswa masih ramai sendiri. Tetapi
secara garis besar performa anda sangat bagus. Anda sudah tidak terlihat seperti itu
lagi pada pertemuan – pertemuan berikutnya bahkan anda terlihat humoris dan
banyak membimbing siswa dengan telaten. Kekurangan laen, yaitu jalannnya diskusi
membutuhkan waktu lama dan beberapa siswa yang tidak sabar dan malas malah
membuat ramai serta mengganggu kegiatan pembelajaran di kelas.
P : terima kasih atas saran – saran yang Ibu berikan. Semoga hal itu bermanfaat bagi
saya.
S1 : terima kasih, kembali…
145
Lampiran 16
SOAL YANG DIBUAT SISWA
Kelompok I
1. Sebuah taplak meja berbentuk persegi. Ukuran sisinya adalah (4y + 2) cm.
Kemudian, taplak tersebut dipotong dengan lebar 2y cm. Jika y = 3 cm,
berapakah luas sisa kain tersebut ?
2. Sebuah papan tulis akan dibuat untuk mengganti papan tulis yang lama. Jika
lebar dari papan tulis itu jika dinyatakan dengan x adalah (x – 2) cm. Dan luasnya
juga dinyatakan dalam bentuk adalah (x2 + 4x – 12) cm2. Berapakah panjangnya?
(dalam bentuk x)
Kelompok II
1. Sebuah kain tebal berbentuk persegi akan dipotong selebar 3x cm. Jika ukuran
sisi kain tebal tersebut adalah (3x + 10) cm dan x = 20 cm. Berapakah luas
sisanya ?
2. Sebuah kawat akan dibeli oleh pak andi untuk memagari kebun mangga
miliknya. Jika luas kebun mangga miliknya adalah (x2 + 10x + 16) m2 dan
lebarnya adalah (x+2) m berapakah panjang kawat yang dibutuhkan oleh pak
andi?
Kelompok III
1. Jika ada suatu bilangan, dikuadratkan, dikalikan dengan dua, kemudian dikurangi
dengan empat puluh delapan akan menghasilkan bilangan 392. Berapakah
bilangan itu?
2. Budi memiliki sebuah tripleks berbentuk persegi panjang, dengan luas = (2x2 +
15x + 18) cm2. Jika ditentukan x = 3 cm, dan panjangnya (2x + 3) cm, berapa
“cm” kah lebarnya?
Kelompok IV
146
1. Lyla diberi tugas oleh gurunya untuk mencari suatu bilangan. Bilangan tersebut
jika dikuadratkan, dikalikan dua kemudian dikurangi dengan empat puluh tujuh
menghasilkan bilangan 403. Berapakah bilangan itu?
2. Sebuah lukisan yang dipajang pada sebuah pameran berbentuk persegi panjang.
Luas lukisan tersebut adalah (x2 + x - 2) m2. Jika panjang dari lukisan tersebut
adalah (x+2) m. Dan ditentukan x = 10 m. Berapakah penjang dari pigura yang
mengelilingi lukisan tersebut?
Kelompok V
1. Taman di sebuah pusat kota berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang
(x+5) m. Jika lebar dari taman tersebut 8 m lebih pendek daripada panjangnya,
dan jika diketahui luas taman tersebut 80 m2. Berapakah kelilingnya ?
2. Pak Dani memiliki kebun bunga yang berbentuk persegi panjang dengan luas (x2
+ 4x – 32) m2. Ia berencana akan membuatkan pagar yang mengelilingi kebun
tersebut. Jika lebar dari pagar tersebut adalah (x+10) m, dan ditentukan x = 14 m.
Berapakah panjang pagar yang harus dibuat oleh pak Dani?
Kelompok VI
1. Sebuah sawah akan direncanakan dibeli oleh Pak Mahmud. Ukuran panjangnya (
2x + 3) m. Lebar sawah tersebut 2 m lebih pendek dari panjangnya. Jika luas
sawah tersebut adalah 120 m2, berapakah kelilingnya?
2. Amir akan membuat kandang untuk kelinci – kelincinya berbentuk segitiga. Jika
panjang sisi alas segitiga tersebut adalah (x+3) m, dan luasnya (2x2 + 10x + 12)
cm2. Berapakah keliling dari kandang yang akan dibuat oleh Amir?
Kelompok VII
1. Sebuah bilangan, jika dikalikan dengan empat dan ditambah dua kemudian
dikuadratkan menghasilkan nilai 676. Berapakah bilangan itu?
2. Pak andi memiliki aquarium berbentuk balok dengan luas alas (x2 + 8x – 48) m2.
Rencananya akan dipasang teralis yang mengelilingi seluruh sisi alas (bawah).
147
Jika ditentukan x = 16 m dan panjang sisi alas (x + 12) cm. Berapakah panjang
teralis yang harus dibeli oleh pak andi?
Kelompok VIII
1. Nina diberi tebakan oleh gurunya. Jika Ia memiliki sebuah bilangan. Bilangan itu
jika dikalikan dengan 5 kemudian ditambah 4 dan dikuadratkan menghasilkan
bilangan seratus sembilan puluh enam. Berapakah bilangan itu ?
2. Sebuah tanah di seberang barat desa akan dibangun tembok yang
mengelilinginya. Jika luas tanah tersebut dinyatakan dalam x adalah ( 3x2 +19x+
6 ) m2, dan diketahui x = 30 meter, berapakah panjang tembok yang akan
dibangun mengelilingi tanah tersebut?
148
149
150
151
Lampiran 19
ANALISIS HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU (PENELITI) PADA SIKLUS I
Indikator
Penilaian No Aktivitas yang diamati
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menyajikan materi pembelajaran
Guru memberikan perintah mengerjakan lembar kerja
kepada siswa (kelompok)
Guru membimbing siswa atau kelompok memahami
langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah
dengan menggunakan model Polya (memahami masalah,
membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana
penyelesaian, dan menelaah kembali).
Guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
Guru mereviu kegiatan pembelajaran.
√
√
√
√
√
√
%10018
×= ∑SkorNilai
%1001815
×=
%33,83= (Baik)
152
Lampiran 20
ANALISIS HASIL OBSERVASI AKTIVITAS GURU (PENELITI) PADA SIKLUS II
Indikator
Penilaian No Aktivitas yang diamati
1 2 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menyajikan materi pembelajaran
Guru memberikan perintah mengerjakan lembar kerja
kepada siswa (kelompok)
Guru membimbing siswa atau kelompok memahami
langkah-langkah penyelesaian pemecahan masalah
dengan menggunakan model Polya (memahami masalah,
membuat rencana penyelesaian, melaksanakan rencana
penyelesaian, dan menelaah kembali).
Guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat
Guru mereviu kegiatan pembelajaran.
√
√
√
√
√
√
%10018
×= ∑SkorNilai
%1001817
×=
%45,94= (Sangat Baik)
153