nama : nurfaujiyanti “hubungan pengendalian

113
i LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nurfaujiyanti NIM : 105070002249 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pengendalian Diri (Self-Control) dengan Agresivitas Anak Jalanan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang- Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya. Jakarta, 14 Oktober 2010 Nurfaujiyanti NIM: 105070002249 Email: [email protected]

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurfaujiyanti

NIM : 105070002249

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pengendalian

Diri (Self-Control) dengan Agresivitas Anak Jalanan” adalah benar merupakan

karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan

skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini

telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-

Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan

dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 14 Oktober 2010

Nurfaujiyanti

NIM: 105070002249

Email: [email protected] 

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) Desember 2010 (C) Nurfaujiyanti (D) Hubungan pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak

jalanan (E) 78 halaman (belum termasuk lampiran) (F) Pengendalian diri merupakan salah satu potensi yang dapat

dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terjadi di lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan anak jalanan dapat dikatakan sangat rentan dengan hal-hal yang berkaitan dengan agresivitas. Agresivitas dapat terjadi pada semua kelompok individu, tak terkecuali anak jalanan.

Bentuk-bentuk dari agresivitas yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan sikap permusuhan (Buss & Perry, 1992). Agresi fisik dan agresi verbal dapat dikendalikan dengan kemampuan mengontrol perilaku, sehingga individu dapat mengendalikant dirinya dengan baik dan diharapkan mampu mengatur perilaku dengan kemampuan dirinya.

Averil (1973) mengemukakan bahwa terdapat 3 aspek yang tercakup dalam kemampuan mengendalikan diri, yaitu: mengontrol perilaku, mengontrol kognisi, dan mengontrol keputusan.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara pengendalian diri dengan agresivitas anak jalanan. Populasi dari penelitian ini adalah anak-anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri Depok sebanyak 344 orang dari kelas X-XII. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan n=50. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan diolah menggunakan analisis statistik yang meliputi korelasi product moment dari Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan korelasi product moment dari Pearson untuk pegujian hipotesis penelitian. Jumlah item valid untuk skala pengendalian diri sebanyak 20 item dan jumlah item valid untuk agresivitas sebanyak 27 item. Adapun reliabilitas skala pengendalian diri adalah 0,756, sedangkan reliabilitas skala agresivitas 0,776.

iii  

iv  

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,529. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang negatif antara pengendalian diri dengan agresivitas anak jalanan. Artinya, semakin tinggi tingkat pengendalian diri anak jalanan, maka semakin rendah agresivitasnya.

Dari hasil penelitian ini disarankan agar pemerintah dapat lebih memperhatikan keberadaan anak jalanan dan memberikan hak-hak yang sepatutnya mereka dapatkan. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menambahkan variabel terkait lainnya.

(G) Referensi : 32 buku dan 6 internet (1973-2010)

vii 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat lindungan dan

rahmat-Nya, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam bagi

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa lentera penerang bagi seluruh

manusia di muka bumi, juga kepada keluarga dan para sahabat serta orang-orang

yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Penulis bersyukur telah dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“HUBUNGAN PENGENDALIAN DIRI (SELF-CONTROL) DENGAN

AGRESIVITAS ANAK JALANAN” sebagai syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana Psikologi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kelancaran dalam pembuatan skripsi ini tidak luput dari bantuan, arahan

dari banyak pihak dan juga petunjuk dan nikmat dari Allah SWT kepada penulis.

Oleh karena itu, penulis panjatkan syukur dan haturkan terimakasih kepada :

1. Teristimewa mamaku Hj. Aminah dan papaku H. Agus Salim yang

senantiasa kuhormati dalam setiap detik kehidupanku, yang selalu siap

membantu dan memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan baik moril

maupun materil yang tak terhingga kepada penulis. Semoga Allah

memberikan kalian kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja

Umar Ph.D, berkat bimbingan, arahan, nasehat dan cerita-cerita beliau

mengenai hal-hal yang baru bagi penulis.

3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D sebagai dosen pembimbing I, atas arahan,

bimbingan dan masukan yang sangat membangun, tangis, takut dan haru

selama bimbingan berlangsung. Ibu Layyinah, M.Si sebagai dosen

pembimbing II, yang dengan sabar dan kebesaran hati dalam membimbing

saya untuk mewujudkan skripsi ini.

4. Bapak Ikhwan Lutfi, M.Psi penguji 1 atas arahan dan bimbingan yang

sangat berharga dalam menyelesaikan perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Gazi Saloom, M.Si, penguji II atas arahan dan masukannya selama

perbaikan skripsi ini.

viii 

 

6. Ibu Dra. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si, pembantu dekan bagian akademik

yang telah memberikan semangat dan masukan guna menyelesaikan

skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengalaman dan

ilmunya kepada penulis. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

8. Kakakku Lia Yuliah, Yayah Sorayah, S.Pd, Mundopar, S.Si. Terimakasih

atas semua kebaikan yang selama ini diberikan. Adikku yang selalu

menambah keceriaan di rumah: Kiki Rizki Amalia dan Fachrur Rokhman,

serta dua keponakanku yang menambah kebahagiaan: Arva Zulhilmi dan

M. Yusuf Akhtiari Razin.

9. Bapak dan Ibu staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta

atas kebaikan dan kerjasamanya.

10. Sahabat-sahabat setia yang keberadaanya sangat berarti bagi penulis: Uli,

Novi, Nurlia, Pian, Nadiyya, Arizka, Dina, Dona, Fika, Anita (atas

kebersamaan selama perkuliahan). Dewi Budiarti, Magfiroh, Miftahul

Khaer, Tyas, Kholis (atas motivasi, dukungan dan do`anya). Dan teman-

teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi yang namanya tidak bisa

disebutkan satu persatu.

11. Kepada kakak-kakak dan adik-adik Sahabat Anak Depok, Sahabat Anak

Gambir, Abang dan Adik Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) Depok.

Terimakasih atas bantuannya dalam penyebaran skala penelitian ini.

12. Juga kepada seluruh angkatan 2005 khususnya kelas A (atas diskusi, debat

dan kebersamaannya) dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan

satu persatu yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN (KEASLIAN KARYA) ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………..viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x

MOTTO .............................................................................................................. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………. ................... 9

1.2.1. Batasan Masalah ………………………………………………........ 9

1.2.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………. ................................................. 10

1.3.1. Tujuan Penelitian …………………………………………….. ........ 10

1.3.2. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10

1.4. Sistematika Penulisan ................................................................................... 10

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 12

2.1. Agresivitas ................................................................................................... 12

2.1.1. Pengertian Agresivitas ....................................................................... 12

2.1.2. Jenis Agresivitas ................................................................................ 15

2.1.3 Faktor Pencetus Agresivitas ............................................................... 19

2.2. Pengendalian Diri (Self-Control) ................................................................... 25

2.2.1. Pengertian Pengendalian Diri (Self-Control) ..................................... 25

2.2.2. Manfaat Pengendalian Diri (Self-Control) ......................................... 28

2.2.3. Aspek-Aspek Pengendalian Diri (Self-Control) ................................ 29

2.2.4. Pengaruh Pengendalian Diri (Self-Control) ....................................... 31

2.3. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 33

2.4. Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 35

3.1. Jenis Penelitian .............................................................................................. 35

3.1.1. Pendekatan Penelitian ....................................................................... 35

3.1.2. Metode Penelitian ............................................................................. 35

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................... 36

3.2.1. Variabel Penelitian ............................................................................ 36

3.2.2. Definisi Operasional .......................................................................... 36

3.3. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 37

3.3.1. Populasi ............................................................................................. 37

3.3.2. Sampel ................................................................................................ 37

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel.............................................................. 38

3.4. Pengumpulan Data .........................................................................................39

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 39

3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 40

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas .................................................................. 43

3.5. Hasil Uji Instrumen Penelitian ...................................................................... 44

3.5.1. Hasil Uji Validitas Pengendalian Diri (Self-Control) ....................... 44

3.5.2. Hasil Uji Validitas Agresivitas ........................................................ 45

3.6. Hasil Uji Reliabilitas Skala Pengendalian Diri Dan Agresivitas.....................47

3.7. Teknik Analisa Data ...................................................................................... 47

3.8. Prosedur Penelitian ........................................................................................ 49

BAB 4 HASIL PENELITIAN ........................................................................... 51

4.1 Gambaran Umum Responden ...................................................................... 51

4.1.1 Berdasarkan Usia ............................................................................. 51

4.1.2 Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................................. 52

4.1.3 Berdasarkan Kelas ........................................................................... 53

4.1.4 Berdasarkan Agama ......................................................................... 53

4.1.5 Berdasarkan Perkelahian.................................................................. 54

4.1.6 Berdasarkan Pelaksanaan Agama..................................................... 55

4.1.7 Berdasarkan Minum Alkohol........................................................... 55

4.1.8 Berdasarkan Pengalaman Kekerasan ............................................... 56

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................ ................................. 58

4.2.1 Kategorisasi Skor Pengendalian diri ................................................ 58

4.2.2 Kategorisasi Skor Agresivitas ........................................................ 59

4.3. Hasil Utama Penelitian ................................................................................. 60

4.3.1 Uji Hipotesis .................................................................................... 61

4.4. Hasil Tambahan ............................................................................................. 62

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ........................................... 71

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 71

5.2. Diskusi ........................................................................................................... 71

5.3. Saran .............................................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Instrumen .......................................................................... 48

Tabel 3.2 Blue Print Skala Teman Sebaya ........................................................ 49

Tabel 3.3 Blue Print Skala Perilaku Agresif ................................................. 50

Tabel 3.4 Blue Print Skala Teman Sebaya yang Valid .................................. 51

Tabel 3.5 Blue Print Revisi Skala Teman Sebaya .......................................... 52

Tabel 3.6 Blue Print Skala Perilaku Agresif yang Valid ......................... 54

Tabel 3.7 Blue Print Revisi Skala Perilaku Agresif ....................................... 55

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia .................................. 59

Tabel 4.2 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 60

Table 4.3 Klasifikasi Skor Teman Sebaya ...................................................... 62

Table 4.4 Klasifikasi Skor Perilaku Agresif .................................................... 63

Table 4.5 Korelasi Skala Teman Sebaya dan Perilaku Agresif ....................... 65

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ..................................................................... 42

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Instrumen .........................................................................39

Tabel 3.2 Blue Print Try out Skala Pengendalian Diri ..................................41

Tabel 3.3 Blue Print Try out Agresivitas. .....................................................42

Tabel 3.4.. Blue Print revisi Skala Pengendalian Diri ....................................44

Tabel 3.5.. Blue Print revisi Skala Agresivitas ...............................................45

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden .......................................................49

Tabel 4.1. Gambaran umum berdasarkan jenis kelamin.................................50

Tabel 4.2. Gambaran umum responden berdasarkan usia...............................50

Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan kelas ............................51

Tabel 4.4. Gambaran umum responden berdasarkan agama ..........................51

Tabel 4.5. Gambaran umum berdasarkan perkelahian....................................52

Tabel 4.6. Gambaran umum minum alkohol...................................................53

Tabel 4.7 Gambaran umum pelaksanaan Agama ..........................................54

Tabel 4.8. Gambaran umum pengalaman kekerasan.......................................55

Tabel 4.9 Deskripsi umum hasil penelitian ................................................ 56

Tabel 4.10 Kategorisasi pengendalian diri .....................................................57

Tabel 4.11 Kategorisasi intensi Agresivitas ....................................................58

Tabel 4.12 Korelasi Skala Pengendalian Diri dan Skala Agresivitas .............59

Tabel 4.13 Independent Sampel T-Test Skala Pengendalian Diri ..................61

Tabel 4.14 Independent Sampel F-Test Skala Pengendalian Diri ...................62

Tabel 4.15 Independent Sampel F-Test Skala Pengendalian Diri ...................63

Tabel 4.16 Independent Sampel F-Test Skala Pengendalian Diri ....................64

Tabel 4.17 Independent Sampel T-Test Skala Agresivitas .............................65

Tabel 4.18 Independent Sampel F-Test Skala Agresivitas .............................66

Tabel 4.19 Independent Sampel F-Test Skala Agresivitas .............................67

Tabel 4.20 Independent Sampel F-Test Skala Agresivitas ............................68

 

Motto

Sebaik-baik manusia adalah yang

memberi manfaat bagi orang lain.

(HR. Muslim).

Setiap orang memiliki harga diri.

Harga diri yang kita tawarkan bagi

diri kita diberikan kepada kita oleh

orang lain. Seseorang menjadi besar

atau kecil dikarenakan

keinginannya sendiri.

(Schiller)

Karya ini Kupersembahkan untuk :

Cita, cinta, dan harapanku....

vi 

 

HALAMAN PERSEMBAHAN

Mereka yang sukses adalah mereka yang selalu memberi,

membentuk, dan mengontrol egonya sendiri, tidak

menyisakan tempat untuk mengharapkan adanya

keberuntungan atas tiap pekerjaan atau kesempatan,

atau atas segala perubahan nasib. (Napoleon Hill)

 

 

 

 

 

 

 

Skripsi ini Kupersembahkan untuk :

Mama dan Papa Tercinta, Kakak, adik

serta keponakan & sahabatku

Tersayang...

 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti saat ini, sangat beragam masalah sosial yang

belum teratasi atau ditemukan solusi. Diantaranya adalah masalah kemiskinan,

keterbelakangan, putus sekolah, dan maraknya anak jalanan yang semakin

meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Ini merupakan hal yang menarik untuk

ditelusuri sebab akibatnya sehingga dapat dipikirkan bersama solusi/penanganan

yang tepat dalam setiap permasalahan yang ada.

Salah satu masalah sosial yang ada saat ini adalah fenomena anak jalanan

yang jumlahnya semakin bertambah. Mereka bertebaran di jalan raya, tempat-

tempat keramaian, kolong jembatan dan tempat-tempat kumuh lainnya. Mereka

juga menjalani kehidupan keras yang penuh resiko, hidup dalam kemiskinan yang

seolah tidak teratasi, keterbelakangan, minimnya pengetahuan karena pendidikan

yang rendah atau tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.

Pada data BPS (Badan Pusat Statistik) dan Departemen Sosial dalam

Jurnal Masyarakat dan Budaya (2005) yang dikutip dari Harian Suara Karya

(2003) menyatakan bahwa jumlah anak jalanan semakin meningkat, yaitu pada

tahun 1998 disebutkan bahwa terdapat 2,5 juta lebih anak terlantar usia 6-18

tahun. Sedangkan menurut hasil survey dan pemetaan sosial pusat kajian

 

pembangunan masyarakat Universitas Atmajaya Jakarta disebutkan bahwa tahun

1999 jumlah anak jalanan di 12 kota besar di Indonesia mencapai 39.861 orang.

Dan menurut Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Depsos, dr. Pudji Hastuti

Msc. PH, mengungkapkan bahwa pada tahun 2003 jumlah anak jalanan telah

meningkat menjadi tiga kali lipat, yakni mencapai 150.000 anak jalanan (Nyanyu

Fatimah, 2005).

Jalanan seolah menjadi konotasi yang tidak menyenangkan, para

pelakunya tidak memiliki aturan, bebas, seolah tidak merasakan beban hidup yang

melilit dalam keluarganya. Seperti yang diungkapkan oleh Irawan (1996) bahwa

anak jalanan biasanya ingin hidup bebas di tengah masyarakat dengan aturan yang

mereka ciptakan sendiri. Sebagian besar waktu hidupnya digunakan untuk

berkumpul dan bersenang-senang dengan teman-teman di tempat umum seperti

pasar, terminal, halte, pertokoan, pinggir jalan, stasiun kereta api dan gang-gang

sempit.

Interaksi yang terjadi di jalanan, baik antara anak dengan anak, anak

dengan orang dewasa, maupun anak dengan lingkungan memunculkan tuntutan

tersendiri untuk bertahan hidup. Masa anak-anak yang mestinya dihiasi dengan

keceriaan dan kemanjaan, digantikan dengan perjuangan mempertahankan hidup

di jalanan.

Pada umumnya yang mereka lakukan adalah pekerjaan kasar seperti

mengamen, semir sepatu, ojek payung, pengasong dan lain-lain. Hal ini seperti

yang disebutkan dari hasil penelitian individu yang diolah dari data arsip Yayasan

Dian Nanda, Jakarta dalam Nyanyu Fatimah (2005) yaitu: pengemis, pengamen,

 

pelayan/kuli, dagang, semir sepatu, ojeg payung, tukang pulung, dan lain-lain.

Dengan semakin meningkatnya jumlah anak jalanan, memberikan indikasi

bahwa pekerjaan anak jalanan ini cukup atau bahkan lebih untuk memenuhi

kebutuhan hidup mereka. Disamping bekerja di tempat yang relatif dekat dengan

tempat tinggal, mereka juga memilih tempat-tempat yang strategis misalnya

terminal, stasiun, alun-alun, lampu merah, pusat-pusat perbelanjaan maupun

fasilitas-fasilitas umum yang ramai.

Selain kondisi ekonomi yang cukup memprihatinkan, anak jalanan

memiliki masalah dalam aspek sosial. Dari hasil penelitian Ali Khomsan (2010),

diketahui terdapat beragam perilaku antisosial yang sering ditemukan di kalangan

anak jalanan, misalnya agresivitas (perkelahian 87%, menggertak/mengancam

47%, merusak milik orang lain 45%) dan penyalahgunaan zat adiktif (66%).

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan adanya tiga faktor psikososial yang

secara bermakna berpengaruh terhadap munculnya perilaku antisosial pada anak

jalanan, yaitu lamanya anak telah menjalani kehidupan jalanan, lingkungan tempat

tinggal, dan relasi anak dengan orangtuanya.

Latar belakang anak jalanan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

faktor lingkungan (fisik, ekonomi, dan sosial budaya), faktor keluarga (struktur

sosial ekonomi keluarga yang tidak produktif, hubungan keluarga yang tidak

harmonis), faktor biologis yang bersumber dari keturunan, terutama yang

berkaitan dengan kemampuan intelektual (Irawan, 1996).

Hal ini diperlihatkan dengan tingkah laku mereka yang suka merusak,

berkelahi, mengganggu orang lain, mengancam, bullying, mengata-ngatai,

 

memukul, menendang, tidak dapat mengendalikan marah, dan lain sebagainya.

Tidak heran jika perilaku agresif sangat dekat dengan mereka, dengan melihat

salah satu faktor yang menyebabkan perilaku agresif adalah lingkungan keluarga,

yaitu keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan perhatian, sehingga mereka

mencarinya dalam kelompok teman sebaya. Kebiasaan hidup yang mereka jalani

yang di luar kebiasaan layaknya anak-anak maupun remaja lainnya, menjadikan

mereka seperti terjebak dalam perilaku agresif.

Menurut Kartono dalam Wisnubroto (2009) kelompok teman sebaya

menyediakan suatu tempat yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi

dengan norma yang berlaku, bukan lagi nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa,

melainkan oleh teman seusianya dan tempat dalam rangka remaja menemukan jati

dirinya. Namun apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah

nilai yang negatif, maka akan menimbulkan bahaya bagi perkembangan jiwa

remaja.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan UNICEF (1997), anak-anak jalanan

cenderung terlibat dalam pekerjaan illegal dan marginal, seperti mengemis dan

mencuri kecil-kecilan. Banyak diantara mereka masuk dalam dunia sindikat

kejahatan yang gelap, mengerikan dan berbahaya, yang menyebabkan serangkaian

pencopetan, perampokan, mengedarkan obat bius dan pelacuran. Budaya yang

menyelimuti kehidupan anak-anak ini ditandai dengan agresi dan penyalahgunaan,

menyebabkan mereka terkena bahaya yang ekstrim.

Pada umumnya remaja memiliki sifat agresif, dimana suka baku hantam dengan

siapapun tanpa sebab yang jelas dengan tujuan sekedar mengukur kekuatan sendiri atau

 

kelompok. Sebenarnya remaja yang melakukan agresivitas itu adalah anak-anak normal,

mereka hanya berupaya mencari kompensasi dari kekurangan yang didapatkannya dalam

keluarga atau lingkungan, tapi justru ditemukannya dalam kelompok remaja seperti

status, posisi sosial, pribadi idola, aksi bersama, persahabatan, simpati, kasih sayang,

prestise, harga diri, rasa aman terlindungi dan sebagainya.

Masa remaja merupakan bagian dari perkembangan sosial. Masa remaja adalah

masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Mereka tidak ingin diperlakukan

seperti anak-anak, tetapi juga tidak ingin diberi hak seperti orang dewasa. Hal inilah yang

membuat remaja selalu memberontak dan serba salah. Remaja juga mengalami kesulitan

dengan diri sendiri, orang tua, guru, dan juga orang-orang dewasa lainnya yang tugasnya

melatih, mendidik, membimbing, dan mengarahkan (Kartini Kartono, 2002).

Secara umum, Brehm & Kassin dalam Susetyo (1999) mendefinisikan

agresivitas sebagai perilaku yang dimaksudkan untuk melukai orang lain.

Agresivitas dapat muncul dari segala macam kelompok: mulai dari kelompok

informal dan tanpa struktur, seperti kelompok anak sekolah yang terlibat tawuran,

kelompok masa yang berkelahi dikarenakan kepentingan tertentu, termasuk

sekelompok anak jalanan.

Moyer dalam Susetyo (1999) mengemukakan bahwa agresivitas berkaitan

dengan kurangnya kontrol terhadap emosi dalam diri individu. Emosi yang

meledak-ledak biasanya diwujudkan dalam bentuk amarah. Weiner dalam Sears,

Freedman & Peplau (1991) menyatakan bahwa amarah akan muncul bila serangan

atau frustasi yang dialami dianggap sebagai akibat pengendalian internal dan

pribadi orang lain. Hal ini dapat diminimalisasi dengan orientasi religius pada

 

faktor kemampuan mengontrol diri. Dimana orientasi religius merupakan salah

satu yang mempengaruhi kondisi internal masing-masing individu. Bergin (1980)

berpendapat bahwa orientasi religius dapat memiliki beberapa konsekuensi positif,

termasuk terhadap variabel kepribadian seperti kecemasan, kontrol diri, keyakinan

irasional, depresi, affect dan sifat kepribadian yang lain.

Perilaku agresif individu salah satunya disebabkan oleh kepentingan

kelompok yang harus di penuhi tanpa mempedulikan tindakan yang dilakukan

sesuai atau tidak dengan norma yang berlaku. Pengendalian diri atau kontrol diri

yang kurang merupakan salah satu hal yang memunculkan tindakan yang tidak

sesuai dengan norma tersebut yang berwujud kekerasan atau agresi.

Kontrol diri sebagai cara individu untuk untuk mengendalikan emosi serta

dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Kontrol diri merupakan salah satu potensi

yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam

kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terjadi di lingkungan

tempat tinggalnya. Para ahli berpendapat bahwa selain dapat mereduksi efek-efek

yang negatif dari stresor-stresor lingkungan, kontrol diri juga dapat digunakan

sebagai suatu intervensi intervensi yang bersifat pencegahan (Zulkarnain, 1997).

Bentuk-bentuk dari agresivitas yaitu agresi fisik, agresi verbal, kemarahan

(Anger) dan kecurigaan (Hostility). Agresi fisik dan agresi verbal dapat dikontrol

dengan kemampuan mengontrol perilaku, sehingga individu dapat mengontrol

dirinya dengan baik dan diharapkan mampu mengatur perilaku dengan

kemampuan dirinya. Contohnya: walaupun individu dipukul oleh seseorang, dia

 

tidak akan membalasnya. Selain itu agresi fisik dan agresi verbal juga dapat

dikontrol dengan kemampuan mengontrol stimulus sehingga dapat menghadapi

stimulus agresivitas yang tidak diinginkan. Contohnya: ketika individu

dihadapkan suatu perselisahan maka individu tersebut akan mengontrol dirinya

dengan menyelesaikan perselisihan tanpa pertengkaran.

Kemarahan (Anger) dapat dikontrol dengan kemampuan mengantisipasi

peristiwa, sehingga kemarahan dapat dikendalikan dengan cara mengantisipasi

keadaan melalui berbagai pertimbangan secara relatif objektif. Contohnya:

individu tetap diam walaupun diejek oleh teman sehingga tidak menambah keruh

suasana.

Sedangkan kecurigaan (Hostility) dapat dikontrol dengan kemampuan

menafsirkan peristiwa, hal ini karena adanya kemampuan menilai dan penafsiran

suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan segi-segi positif secara

subjektif. Contohnya: individu merasa ada sebagian orang menatapnya dengan

sinis, kecurigaan itu tidak akan terjadi jika individu selalu berpikir positif terhadap

orang lain. Selain itu kecurigaan juga dapat dikontrol dengan kemampuan

mengambil keputusan, karena hal ini didukung dengan adanya kemampuan untuk

memilih suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujui.

Contohnya: individu merasa temannya tidak bersahabat, kecurigaan itu tidak akan

terjadi jika individu yakin pada dirinya bahwa menjalin hubungan dengan teman

tidak akan merugikan dirinya.

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas yaitu kebiasaan belajar,

kondisi internal, faktor penghambat, faktor situasional. Salah satu faktor dari

agresivitas yaitu kondisi internal, meliputi adanya insting agresivitas abnormalitas

secara fisiologis, reaksi emosi penolakan (frustasi, marah, takut dan sakit), efek

minuman keras dan faktor bawaan sejak lahir. Keadaan tersebut bisa saja terjadi

karena manusia tidak mampu menahan suatu penderitaan yang menimpa dirinya.

Ketidakmampuan dalam menahan suatu penderitaan yang menimpa dirinya

tersebut dapat dinyatakan sebagai ketidakmampuan dalam mengontrol diri,

sehingga kemampuan mengontrol diri merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi agresivitas.

Menurut Sarlito (2005) salah satu faktor yang bisa dikendalikan untuk

mengurangi kemungkinan kekerasan adalah secara teknis, yaitu peningkatan

pengandalian. Aldi (2008) mengatakan bahwa pengendalian diri dapat dilakukan

dengan prinsip kemoralan. Prinsip kemoralan mengacu pada perilaku baik dan

buruk. Pengendalian diri dapat dilakukan juga dengan menggunakan kesadaran,

perenungan, mengendalikan diri dengan menyibukkan diri dengan pikiran atau

aktivitas yang positif.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti berasumsi bahwa salah satu

variable yang diduga dapat mengurangi agresivitas anak jalanan adalah

pengendalian diri (self-control). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,

peneliti memilih judul “Hubungan Antara Pengendalian Diri (Self-Control)

Dengan Agresivitas Anak Jalanan”.

 

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, permasalahan yang akan dikaji terbatas pada hal-hal berikut :

1. Pengendalian diri (self-control) yang dimaksud adalah kemampuan seseorang

dalam mengelola emosi untuk membuat keputusan dalam mengekspresikan

perasaan-perasaan atau tindakan di dalam lingkungan sosial.

2. Agresivitas dalam penelitian ini adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan

sadar oleh seorang anak kepada teman atau orang lain dengan tindakan yang

tidak menyenangkan dan dapat merugikan orang tersebut.

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: "apakah terdapat

hubungan antara pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak

jalanan?".

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Hasil penelitian ini berujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian diri

(self-control) dengan agresivitas pada anak jalanan.

10 

 

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teorotis dan praktis, yaitu:

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat berguna untuk pengembangan wacana dan

kajian psikologi sosial mengenai pengendalian diri (self-control) dan

agresivitas.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna bagi remaja untuk dijadikan bahan

pertimbangan dalam menurunkan agresiviatas dan memiliki pengendalian

diri.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, sitematika penulisan yang akan digunakan adalah :

BAB 1 : Pendahuluan berupa latar belakang masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Sistematika

Penulisan.

BAB 2 : Kajian Teori berisi uraian pendapat para ahli mengenai pengendalian

diri (self-control) dan agresivitas. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.

BAB 3 : Pendekatan Penelitian, Populasi dan Sampel, Variabel Penelitaian,

Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data,

Teknik Analisis Statistik, Prosedur Penelitian.

BAB 4 : Hasil penelitian, meliputi gambaran umum responden, pengkategorian

skor masing-masing skala, hipotesis dan data tambahan.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran.

11 

 

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan empat subbab. Subbab pertama menjelaskan

teori mengenai agresivitas yang terdiri dari definisi agresivitas, jenis-jenis

agresivitas, faktor-faktor penyebab agresivitas. Subbab kedua menjelaskan teori

mengenai pengendalian diri (self-control) yang terdiri dari definisi pengendalian

diri (self-control), manfaat pengendalian diri (self-control), aspek pengendalian

diri (self-control), pengaruh pengendalian diri (self-control) terhadap perilaku.

Subbab ketiga merupakan uraian mengenai kerangka berpikir dan subbab keempat

merupakan uraian mengenai hipotesis.

2.1 Agresivitas

2.1.1 Pengertian Agresivitas

Menurut Sears dkk (1994) agresi adalah tindakan yang dilakukan untuk

melukai diri sendiri atau orang lain. Atkinson dan Hilgard (1993) mendefinisikan

agresivitas sebagai perilaku untuk melukai orang lain secara fisik atau verbal dan

merusak harta benda.

Arti agresi menurut Chaplin (2002) adalah kecenderungan habitual (yang

dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan. Agresif menggambarkan

kekecewaan dan kemarahan seseorang dan bertindak untuk melepas perasaan

12 

 

emosi tersebut terhadap orang lain bahkan sampai menyakiti orang lain secara

sadar. Sikap agresif ialah perilaku yang menyakiti orang lain yang bersifat fisik

mupun non fisik. Sementara itu, Baron (2005) memberikan pengertian bahwa

agresi merupakan tingkah laku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti mahluk

hidup lain yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.

Elliot Aronson dalam Koeswara (1988) mengajukan definisi agresi sebagai

tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud melukai atau

mencelakakan individu lain dengan ataupun tanpa tujuan tertentu. Sementara itu,

Moore dan Fine (1968) mendefinisikan agresi sebagai tingkah laku kekerasan

secara fisik atau pun secara verbal terhadap individu lain atau terhadap objek-

objek.

Agresi menurut Berkowitz (1995) adalah segala bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Agresi

dapat berarti pelanggaran hak asasi orang lain dan tindakan atau cara yang

menyakitkan, juga perilaku yang memaksakan kehendak.

Menurut Sarason dalam Dayakisni (2009) agresi dapat diartikan sebagai

suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap organisme lain,

objek lain atau pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua mahluk

vertebrata, sementara pada tingkat manusia masalah agresi sangat kompleks

karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik.

David O. Sears dkk (1985) mengemukakan bahwa terdapat tiga perbedaan

definisi agresi. Definisi yang paling sederhana yang menggunakan pendekatan

belajar atau pendekatan perilaku (Behavioristik) adalah bahwa agresi merupakan

13 

 

perilaku yang melukai orang lain. Perbedaan yang kedua adalah antara agresi

antisosial dengan agresi prososial. Agresi ini merupakan tindakan yang disetujui,

meliputi tindakan agresif yang tidak diterima oleh norma sosial tetapi masih

berada dalam batas yang wajar. Tindakan tersebut tidak melanggar standar norma

yang telah diterima. Perbedaan yang ketiga adalah antara perilaku agresif dengan

perasaan agresif, seperti misalnya rasa marah, mungkin saja seseorang yang

sangat marah, tetapi tidak menampakkan usaha untuk melukai orang lain.

Krahe (1997) mendefinisikan agresi berdasarkan fokusnya terhadap tiga

aspek, yaitu akibat merugikan atau menyakitkan, niat dan harapan untuk

merugikan, dan keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari

stimuli yang merugikan itu.

Agresi lebih difokuskan pada pengertian perilaku agresif itu sendiri, yang

menurut pendapat para ahli adalah sebagai berikut: menurut Myers (2005)

perilaku agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud

untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Sedangkan menurut Setiadi (2001)

perilaku agresif adalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik

secara fisik maupun mental. Dalam pengertian ini pengrusakan benda-benda baru

dianggap merupakan perilaku agresif bila tujuan akhirnya menyakiti orang.

Di dalam kajian psikologi, perilaku agresif mengacu kepada beberapa jenis

perilaku baik secara fisik maupun mental, yang dilakukan dengan tujuan

menyakiti seseorang (Berkowitz, 2003). Jenis perilaku yang tergolong perilaku

agresif diantaranya berkelahi (fighting), mengata-ngatai (name-calling), bullying,

mempelonco (hazing), mengancam (making threats), dan berbagai perilaku

14 

 

as

intimidasi lainnya (Wilson, 2003). Sebagian tidak jelas hubungannya antara

perilaku yang satu dengan perilaku yang lain, sehingga istilah perilaku agresif

sulit untuk didefinisikan secara ringkas (Hidayat Ma’ruf, 2010).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas adalah

perilaku yang ditujukan kepada seseorang secara sadar dengan tujuan tertentu

sehingga dapat menyakiti orang lain. Dalam penelitian ini, agresivitas pada anak

jalanan yang dilakukan kepada temannya. Sehingga dengan perlakuannya itu,

mereka yang agresif dapat memuaskan keinginannya untuk menyakiti teman-

temannya.

2.1.2 Jenis-Jenis Agresivit

Buss dalam Dayakisni (2009) mengelompokkan agresi manusia dalam delapan

jenis, yaitu:

1. Agresi fisik aktif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu/kelompok dengan cara berhadapan langsung dengan

individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara

langsung, seperti memukul, mendorong, menembak, dll.

2. Agresi fisik pasif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan

individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain

yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung,

seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.

3. Agresi fisik aktif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh

individu/kelompok dengan cara berhadapan langsung dengan

15 

 

individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta korban,

membakar rumah, menyewa tukang pukul, dll.

4. Agresi fisik pasif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh

individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/kelompok

lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung,

seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh.

5. Agresi verbal aktif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh

individu/kelompok dengan cara berhadapan langsung dengan

individu/kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengumpat.

6. Agresi verbal pasif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh

individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain

namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara,

bungkam.

7. Agresi verbal aktif tidak langsung yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan

oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah,

mengadu domba.

8. Agresi verbal pasif tidak langsung yaitu tindakan agresi fisik yang dilakukan

oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan

individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal

secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak

suara.

16 

 

Myers (2005) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu:

1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression)

Jenis agresi ini merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi

yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis ini adalah tujuan dari agresi itu

sendiri, jadi agresi sebagai agresi itu sendiri. Contonhnya: remaja yang

berkelahi massal karena ada temannya yang (katanya) dikeroyok.

2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression)

Jenis agresi instrumental pada umumnya tidak disertai emosi. Bahkan antara

pelaku dan koban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi jenis ini

hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain.

Sementara itu, Medinus dan Johnson dalam Dayakisni (2009) mengelompokkan

agresi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Menyerang fisik, yang termasuk di dalamnya adalah memukul, mendorong,

meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas.

2. Menyerang suatu objek, menyerang benda mati atau binatang.

3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk di dalamnya adalah mengancam

secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan

menuntut.

4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain.

17 

 

Buss dan Perry (1992) mengelompokkan agresivitas ke dalam empat bentuk

agresi, yaitu: agresi fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan (anger)

dan agresi dalam bentuk kebencian (hostility). Keempat bentuk agresivitas ini

mewakili komponen perilaku manusia, yaitu komponen motorik, afektif dan

kognitif.

1. Agresi fisik

Merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan menyakiti

orang lain secara fisik. Misalnya menyerang atau memukul.

2. Agresi verbal

Merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti orang lain

melalui verbalis. Misalnya berdebat, menunjukkan ketidaksukaan atau

ketidaksetujuan, menyebarkan gosip dan kadang bersikap sarkastis.

3. Agresi marah

Merupakan emosi atau afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis untuk

bersikap agresif. Misalnya kesal, hilang kesabaran dan tidak mampu

mengontrol rasa marah.

4. Sikap permusuhan

Yang juga meliputi komponen kognitif, seperti benci dan curiga pada orang

lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.

Dari berbagai pendapat mengenai jenis agresivitas tersebut di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa agresivitas dapat dilakukan dengan cara langsung

18 

 

maupun tidak langsung, secara fisik (seperti; menendang, memukul, menginjak)

maupun non fisik (contohnya; mencibir, memeletkan lidah), verbal aktif (seperti;

berbicara kasar dan kotor, mengata-ngatai) maupun verbal pasif (mengumpat,

berbisik-bisik dengan teman membicarakan temannya yang lain), yang memiliki

caranya sendiri. Sehingga dari berbagai macam jenis perilaku agresif tersebut,

peneliti akan menggunakan jenis perilaku agresif menurut Buss dan Perry (1992)

sebagai alat ukur dalam penyusunan skala sikap agresif anak jalanan.

2.1.3 Faktor-Faktor Pencetus Agresivitas

Menurut Berkowitz (1995) ada dua faktor yang mempengaruhi agresivitas, yaitu :

1. Faktor langsung terhadap agresivitas

- Faktor langsung terhadap agresivitas, hadiah langsung untuk agresi artinya

sebagian orang yang berkecendurungan kekerasan terus menjadi agresif

selama bertahun-tahun karena mendapat imbalan dari perilaku seperti itu.

Mereka menyerang orang lain cukup sering dan mendapati bahwa

kebanyakan perilaku agresif mereka ada hasilnya. Seperti; 1. Dukungan

orang tua, 2. Hadiah dari teman-teman, 3. Pengaruh kelompok dan geng.

- Kondisi tak menyenangkan yang diciptakan orang tua, jika perasaan tak

enak menyebabkan dorongan ke arah agresi, mungkin orang yang sering

mengalami kejadian tak menyenangkan pada masa kecil kemudian

mempunyai dorongan untuk sangat agresif setelah remaja dan dewasa.

Misalnya; 1. Perilaku buruk dari orangtua, 2. Penolakan orang tua, 3.

Perlakuan keras orang tua.

19 

 

2. Faktor tak langsung terhadap agresivitas

- Konflik keluarga

Banyak ilmuan sosial dan orang awam beranggapan bahwa banyak anak

nakal merupakan korban penyimpangan sosial dari kondisi keluarga

abnormal. Karena mereka tidak hanya tumbuh dalam kemiskinan tetapi

juga hanya mempunyai satu orang tua, mereka belajar untuk tidak

menerima norma dan nilai-nilai tradisional masyarakat, misalnya; 1.

Konflik antara ibu dan ayah, 2. Konflik dan perceraian.

Menurut Willis dalam Ikawati dan Akhmad Purnama (1998) faktor-faktor

penyebab timbulnya agresivitas pada remaja adalah:

1. Kondisi pribadi, yaitu kelainan yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun

psikis, lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh lingkungan, kurang mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar keagamaan.

2. Lingkungan keluarga, yaitu keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan

perhatian, sehingga mereka mencarinya dalam kelompok teman sebaya,

keadaan ekonomi keluarga yang rendah, dan keluarga yang kurang harmonis.

3. Lingkungan masyarakat, yaitu lingkungan masyarakat kurang sehat,

keterbelakangan pendidikan, kurangnya pengawasan terhadap remaja, dan

pengaruh norma-norma baru yang ada di luar.

4. Lingkungan sekolah, yaitu kurangnya perhatian guru, kurangnya fasilitas

pendidikan sebagai tempat penyaluran bakat dan minat, dan norma-nnorma

pendidikan kurang diterapkan.

20 

 

Koeswara dalam Ikawati dan Akhmad Purnama (1998) menyebutkan faktor-faktor

pencetus agresivitas adalah sebagai berikut:

a. Frustasi

b. Stres

c. Penghilangan identitas diri

d. Pengaruh alkohol dan obat-obatan

e. Suhu udara

f. Serangan dari luar

g. Kromosom yang tidak normal

h. Kelainan pada otaknya

Menurut Sears, dkk (1985), sumber-sumber perilaku agresif adalah sebagai

berikut :

1. Perasaan agresif

Keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Kita

semua pernah marah, dan sebenarnya setiap orang pada suatu saat pernah

ingin melukai orang lain. Memang, banyak orang mengatakan bahwa mereka

sedikit marah atau cukup marah beberapa kali dalam sehari atau beberapa kali

dalam seminggu. Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah

serangan atau gangguan yang dilakukan oleh orang lain

2. Frustrasi

Sumber utama kedua adalah frustrasi. Frustrasi adalah gangguan atau

kegagalan dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip dasar dalam psikologi

21 

 

adalah bahwa frustrasi cenderung membangkitkan perasaan agresif. Misalnya,

depresi ekonomi menyebabkan frustrasi, yang hampir mempengaruhi semua

orang. Orang tidak memperoleh pekerjaan atau tidak dapat membeli sesuatu

yang diinginkan, dan lebih dibatasi dalam semua segi kehidupan. Akibatnya,

berbagai bentuk agresi menjadi lebih umum.

3. Peran Atribusi

Suatu kejadian akan menimbulkan amarah dan perilaku agresif bila

sang korban mengamati serangan atau frustrasi itu dimaksudkan sebagai

tindakan yang menimbulkan bahaya. Hal ini mudah dipahami dalam teori

atribusi. Bila korban menghubungkan frustrasi dengan keadaan yang tidak

dapat dihindarkan, tidak akan timbul amarah yang lebih besar. Tetapi, bila

tidak ada pembenaran faktor eksternal semacam itu dan bila dibuat pertalian

internal, amarah yang timbul akan lebih besar. Misalnya, kemarahan akan

lebih banyak muncul pada seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai tidak

sesuai dengan harapan karena adanya anggapan bahwa dosen tidak menyukai

mahasiswa tersebut sehingga akan mengakibatkan perilaku agresif yang lebih

besar dibandingkan jika mahasiswa menyadari bahwa nilai yang didapatkan

akibat kurangnya usaha ketika ujian berlangsung.

Menurut Koeswara (1988) agresivitas dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal pada individu. Gambaran faktor internal agresivitas ada pada setiap

individu sebagai ciri bawaan. Manusia menurut kodratnya bersifat kejam dan

sadistis, hanya dengan jalan represi dan sublimasi sajalah maka sifat-sifat primitif

22 

 

itu dapat dijinakkan dalam bentuk tingkah laku budaya. Sedangkan faktor

eksternal, manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesamanya.

Maka munculah adanya pengaruh satu sama lain. Pengaruh tersebut menjadi

penyebab timbulnya agresivitas pada individu. Beberapa faktor agresivitas

menurut Koeswara yang berkaitan dengan penelitian ini, akan dijelaskan sebagai

berikut:

1. Frustrasi

Situasi dimana individu terhambat atau gagal dalam usaha mencapai

tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas

bertindak untuk mencapai tujuan

2. Stres

Stres adalah suatu keadaan tertekan, baik fisik maupun psikologis.

Berasal dari stimulus internal dan eksternal, yaitu :

a). Stress internal (intrapsikis)

Perasaan tertekan yang muncul dalam diri individu karena adanya

permasalahan yang tidak bisa dipecahkan sehingga menyebabkan

timbulnya agresi.

b). Stress Eksternal (sosiologis dan situasional)

Muncul karena adanya perubahan sosial dan memburuknya

perekonomian menyebabkan meningkatnya kriminalitas termasuk di

dalamnya kekerasan dan agresi.

23 

 

Menurut Supratiknya (1995) penyebab agresif seringkali adalah

pengalaman dalam keluarga yang bersifat destruktif, berupa penolakan, disiplin

yang keras namun tidak konsisten, frustrasi akibat orang tua tidak rukun, orang

tua kurang memberikan bimbingan dan sebagainya. Menurutnya, gangguan

agresif disebut juga sebagai gangguan perilaku asosial dan mirip dengan kasus

kepribadian psikopatik pada orang dewasa. Ciri-cirinya sulit diatur, suka

berkelahi, menunjukkan sikap bermusuhan, tidak patuh, agresif baik secara verbal

maupun behavioral, senang membalas dendam, senang merusak, suka berdusta,

mencuri dan sering mengalami temper-tantrum atau mengamuk, cenderung agresif

dalam bidang seks, cenderung terlibat dalam berbagai bentuk vandalisme atau

perilaku merusak, bahkan mungkin sampai ke pembunuhan.

Baron (2005) mengemukakan bahwa manusia diprogram sedemikian rupa

untuk melakukan kekerasan oleh sifat alamiah mereka. Teori seperti ini

menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan bawaan (yang

diturunkan) untuk bersikap agresif satu sama lain. Pendukung lain adalah

Sigmund Freud, yang berpendapat bahwa agresi terutama timbul dari keinginan

untuk mati (death wish/thanatos) yang kuat yang dimiliki oleh semua orang.

Sementara itu, Konrad Lorenz (1988) berpendapat bahwa agresi muncul terutama

dari insting berkelahi (fighting instinct) bawaan yang dimiliki oleh manusia dan

spesies lainnya. Diasumsikan, insting ini berkembang selama terjadinya evolusi

karena hal tersebut menolong untuk memastikan bahwa hanya individu yang

terkuat dan terhebatlah yang akan menurunkan gen mereka pada generasi

berikutnya.

24 

 

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, faktor yang dapat mempengaruhi

agresivitas dapat disimpulkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal berarti bahwa agresivitas muncul dari dalam diri individu,

penurunan gen atau kecenderungan bawaan. Sedangkan faktor eksternal, faktor

dari luar dirinya. Berupa pengaruh lingkungan, baik keluarga maupun di luar dari

lingkungan keluarga, teman sebaya dan lain sebagainya.

2.2 Pengendalian Diri (Self-Control)

2.2.1 Definisi Pengendalian Diri (Self-Control)

Pengedalian diri menurtut Goleman (2004) ialah mengelola emosi, yaitu

menangani perasaan agar terungkap dengan pas. Mahoney dan Thoresen dalam

Robert (1975) menjelaskan bahwa pengendalian diri merupakan jalinan yang utuh

yang dilakukan individu terhadap lingkungannya. Individu dengan pengendalian

diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam

situasi yang bervariasi. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai

dengan permintaan situasi sosial, dengan cara mengatur kesan yang dibuat lebih

responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk

memperlancar interaksi sosial, bersifat hangat dan terbuka.

Pengendalian diri menurut Blackburn (1993) adalah kemampuan untuk

menunda atau menghalangi suatu respon kekhawatiran dalam semua analisis

perkembangan dan belajar, dan telah diperiksa secara mendalam yang meliputi

pengendalian dorongan, pengendalian diri, toleransi terhadap frustasi, penundaan

pemuasan keputusan.

25 

 

Menurut Chaplin (2002) self-control adalah kemampuan untuk

membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi

impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Sedangkan Henry (1994)

mendefinisikan kontrol diri sebagai pengendalian yang yang dilakukan oleh

individu terhadap perasaan-perasaan, impuls-impuls, dan tindakannya sendiri.

Snyder dan Gangestad (1986) mengatakan bahwa pengendalian diri sangat

relevan untuk melihat hubungan pribadi dengan ligkungan masyarakat yang sesuai

dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.

Goldfried dan Merbaum dalam Lazarus (1976) juga mengartikan

pengendalian diri sebagai suatu kesempatan untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke

arah konsekuensi positif.

Plato dalam Howard Rachlin (2000) mendefinisikan kontrol diri (self-

control) sebagai sesuatu yang bisa diciptakan, jika kita mempunyai kemampuan

atau motivasi yang kuat untuk melakukannya. Tidak ada perbedaan antara kognisi

(knowledge) dan motivasi (self-control) dimana seseorang dikatakan bijaksana,

apabila dia memiliki perilaku baik dan memiliki pengetahuan yang benar. Dan

seseorang tidak sepenuhnya mengerti apa yang terbaik terhadap dirinya, sebelum

dia melakukan kesalahan. Seseorang yang mempunyai pengetahuan akan mudah

baginya untuk mengontrol segala perilakunya.

Hurlock (1980) mengatakan bahwa kontrol diri bisa muncul karena adanya

perbedaan dalam mengelola emosi, cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya

26 

 

motivasi, dan kemampuan mengelola segala potensi dan pengembangan

kompetensinya. Kontrol diri itu sendiri berkaitan dengan bagaimana individu

mampu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.

Menurut Ubaydillah (2008), self-control adalah kemampuan seseorang

dalam mengelola emosi agar tetap di bawah kontrol (under-control) dan

kemampuannya dalam menahan diri dari tindakan brutal ketika ada pemicu atau

berada dalam kondisi yang menegangkan (stressful condition).

Seseorang yang memiliki kemampuan mengontrol diri akan mampu

menggunakan akal sehat, tetap bisa memunculkan pandangan positif dan tenang

(stabil). Sebagaimana yang dikemukakan Goldfried dan Merbau dalam Lazarus

(1976), pengontrolan diri merupakan suatu proses yang menjadikan individu

sebagai agen utama dalam membimbing, mengatur dan mengarahkan perilaku

yang dapat membawanya ke arah konsekuensi positif.

Zerotothree (2004) mengatakan self-control adalah kemampuan untuk

membuat keputusan-keputusan tentang bagaimana dan kapan mengekspresikan

perasaan-perasaan dan tindakan impuls-impuls.

Pengendalian diri menggambarkan keputusan individu yang melalui

pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk

meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Lazarus, 1976).

Menurut Berk dalam Singgih (2006) pengendalian diri adalah kemampuan

individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan

27 

 

dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial.

Messina dan Messina dalam Singgih (2006) menyatakan bahwa

pengendalian diri adalah seperangkat tingkah laku yang berfokus pada

keberhasilan menangkal pengrusakan diri (self-destructive), perasaan mampu pada

diri sendiri, perasaan mandiri (autonomy) atau bebas dari pengaruh orang lain,

kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasan dan

pemikiran rasional, serta seperangkat tingkah laku yang berfokus pada tanggung

jawab atas diri pribadi.

Pengendalian diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan

emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya (Hurlock, 1984). Hurlock

(1973) menyebutkan terdapat tiga kriteria emosi dalam pengendalian diri, yaitu:

a. Dapat melakukan pengendalian diri yang bisa diterima secara sosial.

b. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk

memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.

c. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan

cara bereaksi terhadap situasi tersebut.

2.2.2 Manfaat Pengendalian Diri (Self-Control)

Christoper dan Albert dalam Atwater (1999) mengembangkan manfaat teori

pengendalian diri (self-control), yang meliputi hal-hal di bawah ini:

28 

 

1. Pengendalian setiap individu berbeda, dimana mereka yakin dapat

menjalani kehidupannya.

2. Pengendalian diri seseorang tergantung pada interaksi antara individu

tersebut dan lingkungannya. Dan juga tergantung faktor disposisi dalam

diri dan karakteristik lingkungan.

3. Faktor penting dalam pengendalian diri adalah keyakinan bahwa kita dapat

mempengaruhi hasil/aktual, memilih alternatif yang ada, membuat

konsekuensi dan mematuhinya.

4. Dalam beberapa situasi, kemapuan pengendalian diri yang kuat sangat

diperlukan supaya kita dapat bertahan, beradaptasi dan mampu dalam

menghadapi perubahan dan kekurangberuntugan.

5. Pengendalian diri menjadi faktor pendukung mencapai kesusksesan dan

menghambat kegagalan. Oleh karena itu, individu memerlukan tingkat

pengendalian diri yang berbeda untuk menghadapi persoalan di dalam

kehidupannya.

2.2.3 Aspek-Aspek Pengendalian Diri (Self-Control)

Berdasarkan konsep Averil (1973), terdapat 3 aspek yang tercakup dalam

kemampuan mengontrol diri, yaitu:

a. Mengontrol perilaku (behaviour)

29 

 

Mengontrol perilaku merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon

yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan

yang tidak menyenangkan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu:

mengatur pelaksanaan (regulated administration), dan memodifikasi stimulus

(stimulus modifiability). Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan

kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi

atau keadaan dirinya sendiri atau seseuatu di luar dirinya. Individu yang

mempunayi kemampuan mengontrol diri yang baik akan mampu mengatur

perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan jika tidak mampu

individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus

merupakan kemampuan untuk mngetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus

yang tidak dikehendaki dihadapi.

b. Mengontrol kognisi (cognitive control)

Merupakan kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak

diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menggabungkan suatu

kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologi atau untuk

mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu: memperoleh

informasi (information gain) dan melakukan penilaian (apparsial). Dengan

informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak

menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan

berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai

dan menafsirkan auatu keadaan atau peristiwa dengan cara memperhatikan

segi-segi positif secara subjektif.

30 

 

c. Mengontrol keputusan (decisional control)

Merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu

tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri

dalam menentukan pilihan akan berfungsi baik dengan adanya suatu

kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memillih

berbagai kemungkinan tindakan. Aspek ini terdiri dari dua komponen, yaitu:

mengantisisipasi peristiwa dan menafsirkan peristiwa, yaitu kemampuan

menahan diri.

Aspek ini merujuk pada kemampuan individu dalam membuat

pertimbangan dan menilai situasi terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.

Kemampuan mengontrol diri terletak pada kekuatan dari ketiga aspek tersebut.

Kemampuan mengontrol diri ditentukan oleh seberapa jauh salah satu aspek

mendominasi, atau kombinansi tertentu dari berbagai aspek dalam mengontrol

diri.

2.2.4 Pengaruh Pengendalian Diri (Self-Control) Terhadap Perilaku

Calhoun dan Acocella (1990) menyatakan bahwa kontrol diri (self-control)

dapat dijadikan sebagai kekuatan sesorang dalam mempengaruhi diri, pengaturan

terhadap fisik, sikap, dan proses-proses yang bersifat psikologis dengan kata lain,

pengaturan terhadap segala proses yang menentukan diri seseorang. Dengan

begitu, individu dengan kontrol diri yang tinggi akan sangat memperhatikan cara-

31 

 

cara yang tepat untuk bagaimana berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Ia

cenderung untuk mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial

yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat.

Selain itu, perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih

fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan

terbuka dengan orang lain. Seseorang akan berusaha menampilkan perilaku yang

dianggap paling tepat bagi dirinya yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan

intraksinya dari akibat negatif yang disebabkan karena respon yang dilakukannya.

Calhoun dan Acocella (1990) mengemukakan dua alasan yang

mengharuskan individu untuk mengontrol diri secara kontinyu.

1. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan

keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu

kenyamanan orang lain.

2. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun

standar yang lebih baik bagi dirinya. Sehingga dalam rangka memenuhi

tuntutan tersebut dibutuhkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian

standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

32 

 

2.3 Kerangka Berpikir

Keberadaan peran dari sebuah kontrol dalam kaitannya untuk mengurangi

tingkat kriminalitas telah menjadi fokus utama dalam kajian psikologi sosial.

Kontrol tersebut berkembang saat seseorang masih berada dalam masa kanak-

kanak, baik secara langsung maupun tidak lagnsung yang berkaitan erat dengan

norma sosial di masyarakat. Oleh karena itu, kontrol dalam diri seorang individu

dapat diklasifikasikan atas dua macam, kontrol internal (self-control/ kontrol diri)

yang terkait dengan individu itu sendiri dan kontrol eksternal (social control/

kontrol sosial) yang melihat adanya batasan-batasan norma masyarakat

(Bustanova, 2009).

Averil (1973) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek dalam kontrol diri

(self-control) yaitu: mengontrol tingkah laku, mengontrol kognisi, dan mengontrol

keputusan. Seseorang melakukan kontrol diri agar sikap dan perilakunya sesuai

dengan tuntutan lingkungan di sekelilingnya. Baron & byrne (dalam Walgito,

2002) mengatakan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: komponen

kognitif, komponenn afektif, dan komponen konantif.

Seseorang yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan

mengatur perilakunya, Dengan kontrol diri yang rendah, meraka tidak mampu

memandu, mengarahkan dan mengatur perilaku. Mereka tidak mempu

menginterpretasikan stimulus yang dihadapi, tidak mampu mempertimbangkan

konsekuensi yang mungkin dihadapi sehingga tidak mampu memilih tindakan

yang tepat (Abdul Muhid, 2009). Sehingga dapat diasumsikan bahwa kemampuan

mengontrol perilaku rendah mempunyai agresivitas tinggi, kemampuan

mengontrol kognitif rendah mempunyai agresivitas tinggi, dan kemampuan

mengambil keputusan rendah mempunyai agresivitas tinggi. Hal ini didukung

dengan penelitian Slaby dan Guerra (Anwar, 1998) menunjukkan bahwa individu

dengan tingkat agresivitas yang tinggi berhubungan dengan kemampuan mereka

dalam mengatasi permasalahan yang rendah.

Sedangkan orang yang mempunyai kontrol diri yang tinggi akan mampu

mengatur perilakunya (Abdul Muhid, 2009). Yaitu apabila kemampuan

mengontrol perilaku tinggi mempunyai agresivitas rendah, kemampuan

mengontrol kognitif tinggi mempunyai agresivitas rendah, dan kemampuan

mengontrol keputusan tinggi mempunyai agresivitas rendah.

Agresivitas rendah

33 

 

Self-control Rendah

Self-control Tinggi

Anak Jalanan

Agresivitas tinggi

2.4 Hipotesis

Dari uraian di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengendalian diri (self-control)

dengan agresivitas pada anak jalanan.

H1 = Adanya hubungan yang signifikan antara pengendalian diri (self-control)

dengan agresivitas pada anak jalanan.

34 

 

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas mengenai metode penelitian, dan dalam hal

ini akan dibatasi secara sistematis sebagai berikut: jenis penelitian, variabel

penelitian, subjek penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, prosedur

penelitian, validitas dan reliabilitas alat ukur dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

Menurut Azwar (2004) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan

analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan metoda

statistik. sedangkan Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh aignifikansi

perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari hubungan antara pengendalian diri

(self-control) dengan agresivitas pada anak jalanan.

3.1.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkatan-

tingkatan hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

Pengukuran korelasi digunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan

(Sevilla, dkk. 1993).

Adapun alasan peneliti menggunakan penelitian korelasional karena sesuai

dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk melihat hubungan antara dua variabel,

yaitu hubungan antara pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas pada

anak jalanan.

3.2 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Kerlinger dalam Arikunto (2006) menyebut variabel sebagai sebuah

konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin, insaf dalam konsep

kesadaran. Sedangkan Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang

bervariasi. Dalam penelitian ini, variabel dibatasi oleh:

 

1. Independen variabel (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi.

Independen variabel dalam penelitian ini adalah pengendalian diri (self-

control).

2. Dependen variabel (Variabel Terikat) dalam penelitian ini adalah agresivitas.

3.2.2 Devinisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah :

a. Pengendalian diri (self-control) adalah kemampuan individu untuk

menggunakan kehendak atau keinginannya dalam membimbing tingkah laku

35 

 

36 

 

sendiri dan menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif

yang tertuang dalam perilaku, kognitif dan pengambilan keputusan.

b. Agresivitas adalah perilaku yang ditujukan kepada seseorang secara sadar

dengan tujuan tertentu sehingga dapat menyakiti orang lain.

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Iqbal Hasan, 2002).

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, yaitu melihat adakah hubungan

antara pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas pada anak jalanan, maka

populasi dari penelitian ini adalah anak jalanan dari Yayasan Bina Insan Mandiri

Depok.

3.3.2 Sampel

Sampel menurut Iqbal Hasan (2002) adalah bagian dari populasi yang

diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas

dan lengkap yang dianggap mewakili populasi. Dalam penelitian ini, sampel yang

digunakan adalah sebanyak 50 orang anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri

Depok, yaitu 33 anak laki-laki dan 17 anak perempuan. Adapun pengambilan

sampel sebanyak 50 orang dilandasi oleh ketersediaan sampel yang sesuai dengan

karakteristik yang telah ditentukan yakni anak jalanan dengan kategori usia mulai

37 

 

dari usia 15 tahun sampai 18 tahun, disamping itu juga dikarenakan keterbatasan

waktu dan dana dari peneliti sendiri.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

non-probabilitas atau disebut juga dengan rancangan pengambilan sampel yang

tidak menggunakan random dan tidak didasarkan pada hukum probabilitas.

Menurut Kountur (2003) teknik non probability sampling adalah proses pemilihan

sampel dimana tidak semua anggota dari populasi memiliki kesempatan untuk

dipilih. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti.

Sedangkan karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah:

a. Subjek adalah anak-anak jalanan laki-laki dan perempuan yang berusia antara

15-18 tahun.

b. Subjek merupakan anak-anak yang tinggal di jalanan, kolong jembatan,

stasiun kereta api, ataupun di rumah bersama orang tuanya, yang tercatat

sebagai anak didik Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, karena dengan adanya

kesediaan responden akan memberikan dampak yang baik bagi peneliti,

dimana responden akan bersedia untuk mengisi angket yang telah diberikan

dengan tenang tanpa adanya paksaan, jujur dan lengkap tanpa ada satu pun

pernyataan yang tidak terjawab.

38 

 

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial

(Riduwan, 2005). Skala yang digunakan berisi pernyataan mengenai pengendalian

diri (self-control) dan agresivitas, responden akan diminta untuk mengisi setiap

pernyataan dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai. Respon

subjek tidak diklasifikasikan benar-salah, semua jawaban dapat diterima sesuai

jawaban jujur dan sungguh-sungguh.

Untuk pemberian skor dari skala ini jawaban antara pernyataan yang

bersifat favorabel dengan yang bersifat unfavorabel berbeda, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Skoring Instrumen

Pilihan Jawaban Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

39 

 

Adapun alasan penulisan menggunakan empat alternatif jawaban, yakni

untuk melihat kecenderungan ke arah setuju atau tidak setuju serta untuk

menghindari adanya kecendrungan responden menjawab netral.

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang dipergunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala pengendalian diri

(self-control) dan skala agresivitas.

1. Pengendalian diri (self-control) digunakan untuk mengetaui sejauh mana

individu mempunyai kemampuan menggunakan kehendak atau keinginannya

dalam membimbing tingkah laku sendiri dan menekan atau merintangi

impuls-impuls atau tingkah laku impulsif yang tertuang dalam perilaku,

kognitif dan pengambilan keputusan, yang mengacu pada aspek-aspek

pengendalian diri (self-control) menurut Averil (1973) dengan menggunakan

model Likert. Adapun tabel blue print penyebaran item skala Pengendalian

diri (self-control) adalah sebagai berikut:

40 

 

Tabel 3.2

Blue Print Try Out Skala Pengendalian Diri (Self-Control)

Aspek Indikator No. Item Jumlah

Item Favorabel Unfavorabel

Mengontrol

perilaku

- mengatur pelaksanaan

- memodivikasi stimulus

2, 6, 10, 12,

42, 52

4, 8, 46, 50

11, 19, 29, 57

17,31,33,37,55

10

9

Mengontrol

kognitif

- memperoleh informasi

- melakukan penilaian

38,54,58

22, 26, 28,

30, 32, 34, 60

9,39, 53

1, 3, 5, 7, 41,

43, 45, 47, 49,

6

16

Mengontrol

keputusan

- mengantisipasi

peristiwa

- menafsirkan peristiwa

14, 18, 20,

24,

16, 36, 40,

42, 44, 48

15,23,27, 51

13, 21, 25, 35,

59

8

11

Jumlah Pernyataan 30 30 60

2. Dan skala yang kedua dalam pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala agresivitas pada anak jalanan. Skala agresivitas disusun

berdasarkan teori Buss & Perry (1992) yang menyatakan bahwa ada 4 bentuk

agresi yaitu: agresi fisik, dengan indikator: menyerang dan memukul. Agresi

verbal, dengan indikator: berdebat, menyebarkan gosip dan bersikap sarkastis.

Agresi marah, dengan indikator : kesal dan mudah marah. Dan sikap

permusuhan, dengan indikator : benci, curiga dan iri hati. Adapun tabel blue

print penyebaran skala agresivitas adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Blue Print Try Out Skala Agresivitas

Aspek Indikator No. Item Jumlah

Item Favorabel Unfavorabel

Agresi Fisik - Menyerang

- Memukul

8

2, 3, 19

1, 13, 27

23

4

4

Agresi

Ferbal

- Berdebat

- Menyebarkan gosip

- Bersikap sarkastis

14, 33, 36

21, 34

22

4, 31

20

26, 32, 40

5

3

4

Agresi

Marah

- Kesal

- Mudah marah

37

15, 28, 38

24

29, 35

2

5

Sikap

Permusuhan

- Benci

- Curiga

- Iri hati

9, 25, 30

6, 7

11

5, 12, 39

10, 17

16, 18

6

4

3

Jumlah Pernyataan 20 20 40

41 

 

42 

 

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam

suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu variabel. Hasil penelitian

yang valid adalah apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan

data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Suatu instrumen

penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

hendak diukur (Kountur, 2003). Validitas suatu butir pernyataan dalam penelitian

ini dilihat dari hasil output SPSS 13.0. Menilai kevalidan masing-masing butir

pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-

masing butir pernyataan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 50 responden

dengan kriteria nilai r tabel 2,79. Sehingga item yang memperoleh nilai lebih kecil

dari r tabel dianggap gugur/tidak valid.

Sedangkan uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan

dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-

konstruk pernyataan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam

bentuk skala. Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen

tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur (Kountur,

2003). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > dari 0.60.

43 

 

3.5 Hasil Uji Instrumen Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba (try out)

instrumen penelitian. Uji instrumen penelitian diberikan kepada 50 anak jalanan

Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Adapun uji instrumen adalah:

a. Mengetahui validitas instrumen dimana skor tiap item dikorelasikan dengan

skor r tabel, yang dalam penelitian ini adalah 0,279 pada taraf signifikansi 1%

atau 5% dengan N= 50.

b. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur

tingkat reliabilitas skala tersebut. Reliabilitas suatu konstruk veriabel

dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,60.

3.5.1 Hasil Uji Validitas Skala Pengendalian Diri

Berdasarkan hasil uji coba (try out) terhadap 60 item dalam instrumen ini,

diperoleh 20 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf

signifikansi 1% yaitu item nomor: 5, 6, 7, 15, 18, 21, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31,

36, 37, 38, 42, 47, 51, 60. Sedangkan item yang tidak valid yaitu: 1, 2, 3, 4, , 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 26, 27, 32, 33, 34, 35, 39, 40, 41, 43, 44, 45,

46,48, 49, 50, 52, 53, 54, 55, 56, 57,58, 59. Semua item yang valid digunakan

sebagai alat ukur penelitian. Berikut ini adalah blue print revisi skala

pengendalian diri yang valid :

44 

 

Tabel 3.4

Blue Print revisi Skala Pengendalian Diri

Aspek Indikator No. Item Jumlah

Item Favorabel Unfavorabel

Mengontrol

perilaku

- mengatur pelaksanaan

- memodivikasi

stimulus

6, 42,

29,

31, 37,

3

2

Mengontrol

kognitif

- memperoleh

informasi

- melakukan penilaian

38,

28, 30,60

5, 7, 47,

1

6

Mengontrol

keputusan

- mengantisipasi

peristiwa

- menafsirkan peristiwa

18, 24,

36,

15, 23, 51

21, 25,

5

3

Jumlah Pernyataan 5 9 11

3.5.2 Hasil Uji Validitas Skala Agresivitas

Berdasarkan hasil uji coba (try out) terhadap 40 item dalam instrumen

skala agresivitas, diperoleh 27 item yang valid baik pada taraf signifikansi 5%

maupun pada taraf signifikansi 1% yaitu item nomor : 2, 3, 7, 10, 11, 12, 14, 15,

16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 35, 39, 40. Sedangkan

item yang tidak valid yaitu: 1, 4, 5, 6, 8, 9, 13, 17, 29, 33, 36, 37, 38. Semua item

yang valid digunakan sebagai alat ukur penelitian. Berikut ini adalah blue print

revisi skala agresivitas yang valid:

Tabel 3.5

Blue Print revisi Skala Agresivitas

Aspek Indikator No. Item

Jumlah Item Favorabel Unfavorabel

Agresi Fisik - Menyerang

- Memukul

2, 3, 19 27

23

4

1

Agresi Ferbal - Berdebat

- Menyebarkan gosip

- Bersikap sarkastis

14

21, 34

22

31

20

26, 32, 40

2

3

4

Agresi Marah - Kesal

- Mudah marah

15, 28

24

35

1

3

Sikap

Permusuhan

- Benci

- Curiga

- Iri hati

25, 30

7

11

12, 39

10

16, 18

4

2

3

Jumlah Pernyataan 10 11 27

45 

 

46 

 

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Skala Pengendalian Diri dan Skala

Agresivitas

Uji reliabiltas dilaksanakan pada anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri

Depok dengan jumlah sampel sebanyak 50 responden. Uji reliabilitas kedua skala ini

menggunakan uji statistik Alpha Croncbach dengan menggunakan program SPSS versi

17.0 untuk hasil uji reliabilitas skala pengendalian diri dan skala agresivitas, maka

diperoleh hasil :

1. Reliabilitas skala pengendalian diri diperoleh koefisien sebesar 0,756. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk

digunakan karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,06.

2. Reliabilitas skala agresivitas diperoleh koefisien sebesar 0,776. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini reliabel untuk

digunakan karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,06.

3.7 Teknik Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan analisa statistik sebagai cara untuk

mengetahui hubungan antara pengendalian diri (self-control) sebagai variabel

independen terhadap agresivitas sebagai dependen variabel. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan beberapa rumus, yaitu :

47 

 

1. Statistik Deskriptif

Digunakan untuk mengolah gambaran umum responden. Analisis

deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan

gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya.

2. Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah sakala psikologi mampu menghasilkan data

yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya diperlukan pengujian validitas.

Pada penelitian ini, uji validitas menggunakan rumus product moment Pearson

yang diperoleh dengan menggunakan SPSS 17.0.

3. Uji Reliabilitas

Uji relliabilitas merupakan konsistensi responden dalam menjawab

pernyataan yang diberikan dalam bentuk kuisioner. Suatu instrumen penelitian

disebut reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan

penilaian atas apa yang diukur (Kountur, 2003). Reliabilitas suatu konstruk

variabel dikatakan baik jika memiliki nilai cronbach alpha > 0,60.

4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis untuk menjawab pertanyaan utama penelitian ini,

apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pengendalian diri (self-

control) dengan agresivitas pada anak jalanan, menggunakan metode korelasi

Pearson dengan menggunakan SPSS 17.0.

48 

 

3.8 Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah:

1. Melakukan perumusan masalah dan menentukan variabel yang akan diteliti,

serta subjek pada penlitian.

2. Melakukan observasi pendahuluan tehadap anak jalanan di daerah Gambir dan

Depok.

3. Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori

yang tepat mengenai variabel penelitian, serta subjek penelitian.

4. Persiapan yang menyangkut alat pengumpul data adalah membuat item-item

dalam skala yang benar-benar valid dan reliabel, dengan mengacu pada aspek

dan indikator dari setiap variabel penelitian yang diajukan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pengumpulan data:

1. Menentukan subjek penelitian dengan teknik non-probabilitas sampling,

dimana semua anggota atau subjek penelitian memiliki peluang yang sama

untuk dipilih sebagai sampel penelitian berdasarkan pada karakteristik subjek

yang telah ditentukan.

2. Kemudian melakukan penelitian, dengan melakukan penyebaran skala uji

coba (try out).

3. Melakukan skoring dan membuang item yang gagal atau tidak valid.

4. Melakukan penyebaran skala kedua sebagai hasil dari Field Study.

49 

 

c. Tahap Analisa Data

1. Melakukan skoring data hasil penyebaran skala kedua (Field Study)

2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat

tabel data.

3. Melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji

hipotesis penelitian dan korelasi antara variabel penelitian. Dianalisis secara

validiatas dan reliabilitasnya, analisis uji beda, serta teknik analisis statistik

dengan menggunakan SPSS 17.0.

4. Membuat laporan hasil dari analisis tersebut, berupa gambaran umum,

kategorisasi dari setiap variabel, hasil korelasi, serta menghitung uji beda

sebagai data tambahan. Kemudian membuat kesimpulan.

50 

 

BAB 4

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai presentasi dan analisis

data yang terdiri dari gambaran umum responden, deskripsi hasil penelitian, hasil

uji hipotesis dan hasil tambahan

4.1 Gambarann Umum Responden

Gambaran umum responden pada penelitian ini diuraikan berdasarkan

usia, jenis kelamin, kelas, dan agama. Dan gambaran umum responden mengenai

kesehariannya akan dikategorisasikan berdasarkan perkelahian, pelaksanaan

agama, minum alkohol dan pengalaman kekerasan. Subjek dalam penelitian ini

adalah anak jalanan berusia 15-18 tahun yang tercatat di Yayasan Bina Insan

Mandiri Depok sebanyak 50 orang.

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Gambaran umum responden berdasarkan usia akan dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Kategorisasi Usia

51 

 

Usia Jumlah Persentase

15 8 14%

16 8 14%

17 20 40%

18 14 28%

TOTAL 50 100%

Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah anak jalanan yang

berusia 15–18 tahun. Dari tabel gambaran umum responden berdasarkan usia di

atas, didapatkan bahwa subjek penelitian yang berusia 15 tahun sebanyak 8 orang

(14%), subjek penelitian yang berusia 16 sebanyak 8 orang (14%), subjek

penelitian yang berusia 17 sebanyak 20 orang (40%) dan yang berusia 18 tahun

sebanyak 18 (28%).

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Kategorisasi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 33 66%

52 

 

Perempuan 17 34%

TOTAL 50 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian menunjukkan

bahwa lebih dari separuh responden berjenis kelamin laki-laki dengan total

presentase 66%, sedangkan sisanya berjenis kelamin perempuan dengan total

presentase 34%.

4.1.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Kelas

Tabel 4.3

Kategorisasi Kelas

Kelas Frekuensi Persentase

XI 13 26%

XII 12 24%

XII 25 50%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, gambaran umum responden berdasarkan kelas

yaitu dari kelas X sampai kelas XII. Separuh responden adalah kelas XII dengan

53 

 

total presentase 50%, responden kelas XI sebanyak 24% dan responden kelas X

sebanyak 26%.

4.1.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama

Tabel 4.4

Kategorisasi Agama

Agama Frekuensi Persentase

Islam 45 90%

Kristen 5 10%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel di atas, agama dikategorikan menjadi dua kelompok,

yaitu islam dan kristen. Dari 50 responden menunjukkan bahwa responden yang

beragama islam berjumlah 45 orang (90%) dan responden yang beragama kristen

berjumlah sebanyak 5 orang (10%).

4.1.5 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Perkelahian

Gambaran umum berdasarkan perkelahian adalah data mengenai intensitas

responden terlibat perkelahian dalam kesehariannya.

54 

 

Tabel 4.5

Kategorisasi Perkelahian

Agama Frekuensi Persentase

Sering 1 2%

Jarang 27 54%

Tidak Pernah 22 44%

Total 50 100%

Dari hasil presentase di atas, maka dapat diketahui bahwa responden yang

tidak pernah terlibat perkelahian total presentasenya adalah 44%, yang sering

terlibat perkelahian dengan total presentase 2% dan sebagian besar responden

mengaku jarang terlibat perkelahian dengan total presentase 54%.

4.1.6 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pelaksanaan Agama

Gambaran umum berdasarkan pelaksanaan agama adalah data mengenai intensitas

responden beribadah dalam kesehariannya.

Tabel 4.6

Kategorisasi Pelaksanaan Agama

55 

 

Pelaksanaan Agama Frekuensi Persentase

Sering 28 56%

Jarang 22 54%

Tidak Pernah 0 0%

Total 50 100%

Gambaran umum berdasarkan pelaksanaan agama diketahui tidak ada (0%)

responden yang menjawab tidak pernah, 28% menjawab sering, dan sisanya 22%

menjawab jarang.

4.1.7 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Minum Alkohol

Gambaran umum berdasarkan minum alkohol adalah data mengenai intensitas

responden minum alkohol dalam kesehariannya.

56 

 

Tabel 4.7

Kategorisasi Minum Alkohol

Minum Alkohol Frekuensi Persentase

Sering 0 0%

Jarang 9 82%

Tidak Pernah 41 18%

Total 50 100%

Gambaran umum berdasarkan minum alkohol diketahui hampir

keseluruhan responden tidak pernah minum alkohol yaitu sebanyak 41 orang

dengan total presentase 41% dan yang mengaku jarang minum alkohol sebanyak 9

orang dengan total presentase 9% sedangkan kategori sering 0%.

4.1.8 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pengalaman

Kekerasan

Gambaran umum berdasarkan pengalaman kekerasan adalah data mengenai

intensitas responden dalam mengalami kekerasan dalam kesehariannya.

Tabel 4.8

Kategorisasi Pengalaman Kekerasan

57 

 

Pengalaman Kekerasan Frekuensi Persentase

Waktu kecil:

‐ Sering 14 28%

‐ Jarang 14 28%

‐ Tidak pernah 22 44%

Jumlah 50 100%

Terakhir kali:

‐ Sering 0 0%

‐ Jarang 10 20%

‐ Tidak pernah 40 80%

Jumlah 50 100%

Gambaran umum berdasarkan pengalaman kekerasan pada waktu kecil

diketahui terdapat 22 orang (44%) yang tidak pernah mengalami kekerasan

sedangkan 28 orang lainnya mengalami kekerasan dengan total presentase

masing-masing 12% yang sering dan jarang mengalami kekerasan pada waktu

kecil.

58 

 

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Deskripsi hasil penelitian diperoleh dari hasil perhitungan statistik skor skala

pengendalian diri (self-control) dan agresivitas yang dibagikan kepada subjek

penelitian. Hasil perhitungan tersebut kemudian dikategorisasikan dengan

menggunakan kategorisasi jenjang (data ordinal) yang dalam penelitian ini dibagi

ke dalam dua kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah.

4.2.1 Kategori Skor Pengendalian Diri (Self-Control)

Tabel 4.9

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Self-control 50 55 73 61,58 4,253

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar

61,58 dan standar deviasi sebesar 4,253. Nilai minimum yang didapatkan adalah

55 dan nilai maksimum adalah 73. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 73-55 =

18, jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 18/2 =

9. Kemudian hasil tersebut ditambah dengan nilai minimum yaitu 9+55 = 64.

59 

 

Sehingga nilai tengah yang didapatkan antara 55 dan 73 adalah 64. Maka

diperoleh kategorisasi sebagai berikut :

Tabel 4.10

Kategorisasi Skor Skala Pengendalian Diri (Self-control)

Kategorisasi Interval skor Frekuensi Persentase

Pengendalian diri tinggi 64 – 73 15 30%

Pengendalian diri rendah 55 – 63 35 70%

Jumlah 100 100%

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa sebanyak 15 responden (30%)

memiliki pengendalian diri tinggi dan sebanyak 35 responden (70%) memiliki

pengendalian diri rendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa responden

dalam penelitian ini mayoritas memiliki pengendalian diri yang rendah, yaitu

sebanyak 35 responden (70%).

4.2.2 Kategorisasi Skor Agresivitas

Tabel 4.11

Descriptive Statistics

60 

 

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

agresivitas 50 44 70 57,08 6,047

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mean yang didapat adalah sebesar

57,08 dan standar deviasi sebesar 6,047. Nilai minimum yang didapatkan adalah

44 dan nilai maksimum adalah 70. Sehingga luas jarak sebenarnya adalah 70 - 44

= 26, jarak tersebut kemudian dibagi dua untuk dilihat nilai tengahnya yaitu 26/2

= 13. Kemudian hasil tersebut ditambah dengan nilai minimum yaitu 13+44 = 57.

Sehingga nilai tengah yang didapatkan antara 44 dan 70 adalah 57. Maka

diperoleh kategorisasi sebagai berikut :

Tabel 4.12

Kategorisasi Skor Skala Agresivitas

Kategorisasi Interval skor Frekuensi Persentase

Agresivitas tinggi 57 – 70 29 58%

Agresivitas rendah 44 – 56 21 42%

Jumlah 50 100%

61 

 

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat 29 responden (58%)

termasuk ke dalam kelompok agresivitas tinggi dan 21 responden (42%) termasuk

ke dalam kelompok agresivitas rendah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

responden dalam penelitian ini mayoritas termasuk ke dalam kelompok agresivitas

tinggi, yaitu sebanyak 29 responden (58%).

4.3 Hasil Utama Penelitian

4.3.1 Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengendalian diri (self-control)

dengan agresivitas anak jalanan.

H1 : Adanya hubungan yang signifikan antara pengendalian diri (self-control)

dengan agresivitas anak jalanan.

Untuk menguji apakah terdapat hubungan antara pengendalian diri (self-

control) dengan agresivitas anak jalanan, peneliti melakukan uji hipotesis dengan

menggunakan rumus Product Moment dari Pearson. Pengujian hipotesis

dilakukan untuk mengetahui apakah nilai signifikansi yang didapatkan signifikan

atau tidak pada taraf signifikansi yang ditentukan. H1 diterima jika Los < 0,05.

62 

 

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0 dan berikut ini

adalah hasil pengolahan data yang dimaksud :

Tabel 4.13

Hasil Uji Korelasi

Pengendalian Diri (Self-Control) dengan Agresivitas

self-control agresivitas

self-control Pearson Correlation

1 -,529(**)

Sig. (2-tailed) ,000

N 50 50

agresivitas Pearson Correlation

-,529(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000

N 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil korelasi di atas, diketahui bahwa taraf signifikansi yang

didapatkan adalah sebesar 0,000, dimana 0,000 < 0,05. Dengan demikian, H1

(hipotesis alternatif) yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan diterima dan H0

(hipotesis nol) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan ditolak.

63 

 

Dengan diterimanya H1, berarti dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan.

Selain itu, penelitian ini mendapatkan koefisien korelasi (r) hitung sebesar

-0,529. Koefisien korelasi menunjukkan besarnya nilai korelasi dan jenis/arah

korelasi. Besarnya korelasi antara antara pengendalian diri (self-control) dengan

agresivitas yang didapatkan yaitu sebesar -0,259. Sedangkan r yang bernilai

negatif, menunjukkan bahwa variabel-variabel berkorelasi negatif, yaitu jika

variabel yang satu meningkat, maka variabel lainnya cenderung menurun, atau

sebaliknya jika variabel yang satu turun, maka variabel lainnya cenderung

meningkat. Hal ini berarti bahwa jika pengendalian diri (self-control) seseorang

tinggi, maka agresivitasnya cenderung rendah. Sebaliknya, jika pengendalian diri

(self-control) seseorang rendah, maka agresivitasnya cenderung tinggi. Dengan

demikian, semakin tinggi pengendalian diri (self-control) seseorang, maka

semakin rendah agresivitasnya. Sebaliknya, semakin rendah pengendalian diri

(self-control) seseorang, maka semakin tinggi agresivitasnya.

4.4 Hasil Tambahan

Berdasarkan hasil penghitungan SPSS 17,0 peneliti mencoba melakukan

uji perbedaan terhadap pengendalian diri (self-control) dan agresivitas

berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkatan semester. Uji perbedaan ini untuk

melihat apakah ada perbedaan pengendalian diri (self-control) dan agresivitas

yang dimiliki responden berdasarkan hal tersebut di atas. Untuk mengambil

64 

 

kesimpulan peneliti melihat dari nilai probabilitas. Menurut Singgih (2004), untuk

mengambil keputusan, jika melihat dari nilai probabilitas, maka:

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak

Hipotesis yang dapat diajukan yaitu:

H0 : Tidak ada perbedaan tingkat pengendalian diri (self-control) dan agresivitas

H1 : Ada perbedaan tingkat pengendalian diri (self-control)dan agresivitas

4.4.1 Uji Beda Pengendalian Diri (Self-Control) Berdasarkan Jenis

Kelamin, Usia, Kelas, Dan Agama

1. Perbedaan pengendalian diri (self-control) berdasarkan jenis kelamin

Hasil perhitungan uji beda pengendalian diri (self-control) antara responden laki-laki dan

perempuan dijabarkan dengan tabel berikut ini :

Tabel 4.14

Independen Sampel T-Tes

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

65 

 

Self-Control Laki-laki 33 60.88 4.595 .800

perempuan 17 62.94 3.191 .774

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

95%

Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Differenc

e Lower Upper

Self-

Control

Equal variances

assumed

2.153 .149 -1.653 48 .105 -2.062 1.248 -4.571 .446

Equal variances

not assumed

-1.853 43.573 .071 -2.062 1.113 -4.306 .181

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata pengendalian diri (self-

control) laki-laki yaitu sebesar 60,88 lebih kecil dari responden perempuan, yaitu

sebesar 62,94 dengan perbedaan nilai sebesar -2,062. Berdasarkan hasil uji t (t-

test) pada tabel di atas, didapatkan nilai t hitung sebesar -1,653. Hasil uji t

menunjukkan adanya perbedaan jika nilai < 0,05. Hasil uji t menunjukkan bahwa t

hitung > 0,05. Maka H0 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada

perbedaan pengendalian diri (self-control) antara responden laki-laki dan

66 

 

responden perempuan. Hal ini berarti bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi

pengendalian diri (self-control) responden.

2. Perbedaan pengendalian diri (self-control) berdasarkan usia

Hasil perhitungan uji beda pengendalian diri (self-control) antara responden dari usia 15

tahun sampai 18 tahun dijabarkan dengan tabel berikut ini :

Tabel 4.15

Independen Sampel F-Tes

ANOVA

Self-Control

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 123.130 3 41.043 2.474 .073

Within Groups 763.050 46 16.588

Total 886.180 49

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

pengendalian diri (self-control) ditinjau dari usia, data diuji dengan menggunakan

uji F (F-test). Hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel di atas. Pada tabel

tersebut tampak bahwa nilai signifikan sebesar 0,073, oleh karena nilai tersebut

67 

 

lebih besar dari nilai probabilitas >0,05, maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat

perbedaan tingkat pengendalian diri (self-control) berdasarkan usia.

3. Perbedaan pengendalian diri (self-control) berdasarkan kelas

Tabel 4.16

Independen Sampel F-Tes ANOVA

Self-Control

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 44.046 2 22.023 1.229 .302

Within Groups 842.134 47 17.918

Total 886.180 49

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

pengendalian diri (self-control) ditinjau berdasarkan kelas, data diuji dengan

menggunakan uji F. Hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel 4.8. Pada

tabel tersebut tampak bahwa nilai signifikan sebesar 0,302, oleh karena nilai

tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0,05), maka H0 diterima. Artinya

tidak terdapat perbedaan tingkat pengendalian diri (self-control) berdasarkan

kelas.

68 

 

4. Perbedaan pengendalian diri (self-control) berdasarkan agama

Tabel 4.17

Independen Sampel T-Tes

Group Statistics

Agama N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Self-Control Islam 45 61.58 4.251 .634

Kristen 5 61.60 4.775 2.135

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95%

Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t Df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Differe

nce

Std.

Error

Differe

nce Lower Upper

Self-

Control

Equal

variances

assumed

.189 .666 -.011 48 .991 -.022 2.026 -4.095 4.050

69 

 

Group Statistics

Agama N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Self-Control Islam 45 61.58 4.251 .634

Equal

variances not

assumed

-.010 4.732 .992 -.022 2.227 -5.847 5.803

 

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

pengendalian diri (self-control) ditinjau dari agama, data diuji dengan

menggunakan uji t (t-test). Hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel 4.9.

Pada tabel tersebut tampak bahwa nilai signifikan sebesar 0,666, oleh karena nilai

tersebut lebih besar dari nilai probabilitas (>0,05), maka H0 diterima. Artinya

tidak terdapat perbedaan pengendalian diri (self-control) berdasarkan agama.

4.4.2 Uji Beda Agresivitas Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Kelas,

Dan Agama

1. Hasil perhitungan uji beda agresivitas responden berdasarkan jenis

kelamin

Tabel 4.18

Independen T-Tes

70 

 

Group Statistics

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Agresivitas Laki-laki 33 58.03 5.924 1.031

Perempuan 17 55.24 6.026 1.462

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference Lower Upper

Agresivitas Equal variances assumed

.001 .981 1.571 48 .123 2.795 1.779 -.781 6.371

Equal variances not assumed 1.563 31.937 .128 2.795 1.789 -.849 6.439

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata agresivitas responden laki-

laki yaitu sebesar 58,03 lebih besar dari responden perempuan, yaitu sebesar

55,24 dengan perbedaan nilai sebesar 2,795. Sedangkan berdasarkan hasil uji t (t-

test) pada tabel di atas, didapatkan nilai t hitung sebesar 0,123. Hasil uji t

menunjukkan adanya perbedaan jika nilai < 0,05. Hasil uji t menunjukkan bahwa t

hitung > 0,05. Maka H0 diterima, dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada

71 

 

perbedaan agresivitas antara responden laki-laki dan responden perempuan. Hal

ini berarti bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi agresivitas responden.

2. Hasil perhitungan uji beda agresivitas responden berdasarkan usia

Tabel 4.19

Independen Sampel F-Tes

ANOVA

Agresivitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 243.766 3 81.255 2.415 .079

Within Groups 1547.914 46 33.650

Total 1791.680 49

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

agresivitas ditinjau dari usia, data diuji dengan menggunakan uji F. Hasil

penghitungannya dapat dilihat pada tabel 4.11. Pada tabel tersebut tampak bahwa

nilai signifikan sebesar 0,079, oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai

probabilitas (>0,05), maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan

agresivitas berdasarkan usia.

72 

 

3. Hasil perhitungan uji beda agresivitas responden berdasarkan kelas

Tabel 4.20

Independen Sampel F-Tes

ANOVA

Agresivitas

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 63.840 2 31.920 .868 .426

Within Groups 1727.840 47 36.763

Total 1791.680 49

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

agresivitas ditinjau dari tingkatan kelas, data diuji dengan menggunakan uji F.

Hasil penghitungannya dapat dilihat pada tabel 4.12. Pada tabel tersebut tampak

bahwa nilai signifikan sebesar 0,426, oleh karena nilai tersebut lebih besar dari

nilai probabilitas (>0,05), maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan

agresivitas berdasarkan tingkatan kelas.

73 

 

4. Hasil perhitungan uji beda agresivitas responden berdasarkan agama

Tabel 4.21

Independen Sampel T-Tes

Group Statistics

Agama N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Agresivitas Islam 45 57.02 6.239 .930

Kristen 5 57.60 4.393 1.965

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Agresivitas Equal

variances

assumed

1.703 .198 -.201 48 .842 -.578 2.879 -6.366 5.211

74 

 

Independent Samples Test

Levene's

Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Agresivitas Equal

variances

assumed

1.703 .198 -.201 48 .842 -.578 2.879 -6.366 5.211

Equal

variances not

assumed

-.266 5.967 .799 -.578 2.174 -5.904 4.748

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap

agresivitas ditinjau dari agama, data diuji dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil

penghitungannya dapat dilihat pada tabel 4.13. Pada tabel tersebut tampak bahwa

nilai signifikan sebesar 0,198, oleh karena nilai tersebut lebih besar dari nilai

probabilitas (>0,05), maka H0 diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan

agresivitas berdasarkan agama.

75 

 

 

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan berdasarkan analisis hasil penelitian, serta

diskusi dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengendalian

diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan. Dari hasil uji hipotesis

didapatkan nilai signifikansi 0,000 < Los 0,05, dengan koefisien korelasi -0,529

(Sig : 0,000) maka dapat disimpulkan ada hubungan negatif yang signifikan antara

pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan. Hal ini berarti

semakin tinggi pengendalian diri an ak jalanan, agresivitasnya semakin rendah.

Sebaliknya semakin rendah pengendalian diri anak jalanan, agresivitasnya

semakin tinggi.

76 

 

5.2 Diskusi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti ada hubungan antara

pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas anak jalanan. Semakin tinggi

tingkat pengendalian diri (self-control), semakin rendah tingkat agresivitasnya,

sebaliknya semakin rendah tingkat pengendalian diri (self-control) semakin tinggi

tingkat agresivitasnya. Peneliti mengaitkan hasil penelitian ini berdasarkan teori

dan hasil penelitian. Berdasarkan teori, penelitian ini mendukung teori dari

Donnerstein dalam Sugiyanto (1998) yang mengungkapkan bahwa tindak

kekerasan sebagai salah satu bentuk agresivitas merupakan problem yang amat

menyita sejumlah besar kehidupan manusia dan berlangsung terus-menerus tanpa

henti-hentinya. Baron dan Byrne (1991) menyatakan bahwa agresivitas timbul

karena perilaku belajar sosial, yaitu dimana agresivitas timbul karena individu

banyak belajar dari pengalaman dalam kehidupannya di lingkungan sosial dan

tindakan agresif melalui orang lain sebagai model. Individu belajar hidup dari

lingkungan sosial yang berawal dari lingkungan keluarga terutama orang tua. Hal

ini sependapat dengan yang dikemukakan oleh Gill (1970) bahwa agresi dalam

keluarga itu umumnya terjadi di lingkungan keluarga-keluarga yang taraf

ekonominya rendah, dan agresi di kalangan mereka muncul lebih berkaitan

dengan stres eksternal yang bersumber pada kesulitan ekonomi ketimbang dengan

faktor-faktor psikologi. Dalam penelitian ini, peneliti melihat bahwa anak jalanan

memang lebih agresif dibandingkan dengan yang bukan anak jalanan. Hal ini

karena pengaruh sosio-ekonomi yang rendah dan pola pergaulan di lingkungan

yang sama-sama berada pada taraf perekonomian yang sama.

77 

 

Anak jalanan dalam pergaulan teman-teman dan interaksi sosialnya

banyak sekali ditemukan adanya perilaku yang tidak sesuai dengan yang

dilakukan kebanyakan anak seusia mereka, mereka cenderung lebih agresif,

berani, dan tahan terhadap tekanan yang sering mereka hadapi. Hal ini senada

dengan yang diungkapkan oleh Tauran (2000) dalam penelitian kualitatifnya

mengenai anak jalanan, ditemukan bahwa perilaku sekeliling anak jalanan

diadopsi sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku, yang seringkali perilaku

acuan yang mereka dapati adalah perilaku yang kurang dan bahkan bertentangan

dengan norma sosial yang ada.

Dalam penelitian ini, bentuk agresivitas yang sering muncul pada anak

jalananan diperlihatkan dari hasil kategorisasi pada skala agresivitas yang

menunjukkan bahawa terdapat 29 responden (58%) memiliki tingkat agresivitas

yang tinggi dan 21 responden (42%) memiliki tingkat agresivitas rendah. Ini

menunjukkan bahwa anak jalanan dalam penelitian ini memiliki tingkat

agresivitas yang tinggi. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ali

Khomsan (2010) bahwa dari hasil penelitiannya, diketahui terdapat beragam

perilaku antisosial yang sering ditemukan di kalangan anak jalanan, misalnya

agresivitas (perkelahian 87%, menggertak/mengancam 47%, merusak milik orang

lain 45%) dan penyalahgunaan zat adiktif (66%). Dalam penelitian tersebut juga

ditemukan adanya tiga faktor psikososial yang secara bermakna berpengaruh

terhadap munculnya perilaku antisosial pada anak jalanan, yaitu lamanya anak

telah menjalani kehidupan jalanan, lingkungan tempat tinggal, dan relasi anak

dengan orang tuanya.

78 

 

Moyer dalam Susetyo (1999) mengemukakan bahwa agresivitas berkaitan

dengan kurangnya kontrol terhadap emosi dalam diri individu. Emosi yang

meledak-ledak biasanya diwujudkan dalam bentuk amarah. Weiner dalam Sears,

Freedman & Peplau (1991) menyatakan bahwa amarah akan muncul bila serangan

atau frustasi yang dialami dianggap sebagai akibat pengendalian internal dan

pribadi orang lain. Seperti faktor dari kemampuan mengontrol diri yang

dikemukakan oleh Hurlock (1980) menyatakan bahwa disiplin yang diterapkan

orang tua merupakan hal penting dalam kehidupan karena dapat mengembangkan

self-control dan self-direction, sehingga seseorang dapat

mempertanggungjawabkan dengan baik segala tindakan yang dilakukannya.

Karena penelitian ini bersifat kuantitaif, maka variabel data yang diperoleh

lebih ditekankan kepada jawaban subjek pada pernyataan skala. Sedangkan

observasi dan wawancara dilakukan hanya sekedar penunjuang untuk

memperjelas pembahasan. Sehingga hasil data yang ada hanya dapat digunakan

untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel dan sumbangan yang

diberikan tetapi tidak dapat mengetahui dinamika dan mengapa terdapat

sumbangan antar variabel pengendalian diri (self-control) dengan agresivitas.

Dari data penelitian diketahui bahwa ada 29 responden (58%) memiliki

tingkat agresivitas yang tinggi. Artinya bahwa sebagian besar anak jalanan

memang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi. Sedangkan dari hasil yang

didapatkan dari perhitungan skala pengendalian diri (self-control) diperoleh 15

responden memiliki tingkat pengendalian diri yang tinggi (30%), dan mayoritas

responden memiliki tingkat pengendalian diri rendah yaitu sebanyak 35 orang

79 

 

(70%). Jelas bahwa ketika seseorang memiliki tingkat pengendalian diri yang

tinggi, maka agresivitasnya rendah. Hal ini didukung dengan penelitian Slaby dan

Guerra dalam Anwar (1998) menunjukkan bahwa individu dengan tingkat

agresivitas yang tinggi berhubungan dengan kemampuan mereka dalam mengatasi

permasalahan yang rendah. Dan menurut pendapat Mar’at (2004) individu yang

memiliki kontrol yang tinggi mampu mengubah kejadian dan menjadi agen utama

dalam mengarahkan dan mengatur perilaku yang membawa kepada konsekuensi

yang positif.

5.3 Saran

Berdasarkan pemaparan diskusi di atas, masih terdapat beberapa

keterbatasan pada penelitian ini, oleh karena itu untuk perkembangan penelitian

selanjutnya peneliti perlu memberikan saran agar pada penelitian selanjutnya lebih

sempurna lagi. Adapun saran sebagai berikut:

5.3.1 Saran Teoritis

1. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah pengendalian diri

(self-control) dan agresivitas, sedangkan subjek penelitiannya adalah anak

jalanan. Untuk peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian

dengan salah satu variabel yang sama atau subjek penelitian yang sama,

diharapkan dapat melibatkan variabel-variabel lainnya seperti self esteem,

social-control, penerimaan diri, konflik dalam keluarga, kelas sosial

ekonomi, lingkungan sekitar tempat tinggal.

80 

 

2. Untuk mengungkap lebih dalam mengenai pengendalian diri (self-control)

berkaitan dengan manfaat dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia dan

lain sebagainya.

5.3.2 Saran Praktis

1. Bagi Pemerintah

Kepada pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan

keberadaan anak jalanan. Misalnya memberikan beasiswa atau keringanan

biaya sekolah, atau membuat sekolah gratis khusus anak jalanan. Hal ini

melihat pada pernyataan yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 1

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

2. Bagi Anak Jalanan

Anak jalanan yang menghabiskan waktu hidupnya di jalanan akan

banyak memunculkan hal-hal yang negatif, oleh karena itu penting bagi

anak jalanan untuk dapat lebih menjaga dirinya agar tidak terbawa dalam

pergaulan yang sifatnya negatif dan yang memungkinkan lahirnya perilaku-

perilaku di luar norma yang berlaku serta mampu mengendalikan diri.

Diharapkan anak jalanan dapat mengikuti kegiatan bimbingan belajar

(bimbel) yang diadakan oleh Yayasan/LSM terkait atau mengikuti sekolah-

sekolah bebas biaya yang diadakan baik oleh masyarakat maupun

pemerintah agar dapat terdidik dan tidak lagi berperilaku di luar norma yang

ada, seperti perilaku agresif yang kerap dilakukan mereka. Kepada para

orang tua anak jalanan yang memaksa anak mereka untuk mencari uang,

81 

 

agar diberi pengertian bahwa anak-anak mereka tidak sepatutnya

dipekerjakan hanya untuk membantu ekonomi keluarga.

3. Bagi Masyarakat

Perkembangan anak jalanan yang pesat bukan hanya tanggungjawab

pemerintah melainkan semua pihak yang peduli akan keberadaan mereka.

Oleh karena itu peran masyarakat sangat diharapkan untuk dapat membantu

keberadaan anak-anak jalanan seperti halnya dengan mendirikan rumah-

rumah singgah atau dengan mengadakan bimbingan belajar yang

diperuntukan bagi anak jalanan seperti yang telah dijalankan oleh Yayasan

Bina Insan Mandiri, sehingga anak jalanan dapat mengembangkan perilaku

yang positif dalam kehidupan sehari-hari terutama dengan orang tua,

lingkungan masyarakat dan lebih lagi dengan teman-temannya, disamping

itu juga dengan adanya bimingan belajar gratis yang dilakukan oleh

Yayasan terkait diharapkan dapat memberikan keahlian bagi anak jalanan

sehingga mereka dapat hidup dengan lebih baik lagi.

Kemudian bagi masyarakat setempat agar dapat mendukung

kegiatan bimbingan belajar tersebut sehingga kegiatan tersebut dapat

berjalan dengan efektif. Dan berupaya agar dapat lebih tegas terhadap anak

jalanan yang sering membuat tidak nyaman di lingkungan sekitar.

 

LAMPIRAN 1

Skala Pengendalian Diri (self-Control) try out

Identitas Responden :

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis kelamin :

Dengan ini saya bersedia menjadi responden.

Tanda Tangan Responden ( ......................................... )

INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap

paling menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak tersebut berisi angka

yang mengandung jawaban sebagai berikut:

1. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

2. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh : Pernyataan STS TS S SS

saya merasa kesal dengan teman yang tidak membalas sapaan saya

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik.

No Pernyataan STS TS S SS 1 Saya tidak berani untuk mengakui kesalahan 2 Saya tidak akan menerima uang yang tidak jelas

dari mana datangnya

3 Saya ragu dengan kemampuan saya 4 Saya akan melerai teman yang berkelahi 5 Saya jarang memberikan saran kepada teman

yang sedang kesulitan

6 Saya selalu bertanggung jawab apabila melakukan kesalahan

7 Saya kecewa kepada teman yang tidak bisa membantu saya

8 Saya tetap memberikan senyum kepada teman walaupun dia tidak peduli

9 Saya menolak saran dari teman-teman saya

10 Saya akan menolak ajakan teman untuk tawuran

11 saya akan menerima uang dari siapapun

12 Saya akan segera menyelesaikan masalah sebelum masalah lain datang

13 saya akan diam saja ketika melihat teman berkelahi

14 Saya akan menabung untuk masa depan saya

15 saya tidak akan bertanggung jawab dengan kesalahan yang saya perbuat

16 Saya akan tetap menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin

17 saya merasa kesal dengan teman yang tidak membalas sapaan saya

18 Saya akan menyelesaikan masalah pribadi saya supaya tidak menjadi beban

19 saya sering menghambur-hamburkan uang

20 Saya tidak akan menyerah sebelum berusaha semaksimal mungkin

21 Jika sedang malas, saya akan menunda pekerjaan saya

22 Saya akan melakukan sesuatu yang bermanfaat daripada harus ikut teman yang hanya berfoya-foya

23 Daripada saya meminjamkan uang kepada teman, lebih baik saya berfoya-foya

24 Saya membuat rencana terhadap apa yang saya lakukan

25 Saya suka hidup berfoya-foya

26 Permasalahan dengan teman tidak akan mempengaruhi aktivitas saya

27 Saya akan memilih diam di rumah daripada mengikuti kegiatan apapun

28 Ketika saya tahu teman sedang ada masalah, saya akan membantu menyelesaikan masalahnya

29 Saya mudah menyerah jika ada masalah

30 Saya tetap berpikir positif kepada teman yang berbuat salah

31 saya cuek dengan masalah yang sedang saya hadapi

32 Saya akan lebih teliti setiap melakukan sesuatu

33 saya akan mudah gelisah bila masalah belum terselesaikan

34 Saya mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan

35 saya selalu mengejek teman yang memiliki kekurangan

36 Saya akan tetap berkomunikasi dengan teman yang tidak menyenangi saya

37 saya akan marah kepada teman yang membuat saya kesal

38 Jika saya tidak tahu, lebih baik saya diam daripada berpura-pura tahu

39 saya akan memarahi teman saya yang bersikap tidak peduli kepada teman yang lain

40 Saya akan aktif dalam kegiatan yang positif daripada berdiam diri di rumah

41 Saya tidak mampu memecahkan masalah sendiri

42 Jika saya mampu, saya akan membantu teman yang mengalami kesulitan

43 Saya tidak yakin bisa sukses seperti mereka yang sudah sukses

44 Saya akan memilih untuk diam ketika teman saya berkelahi

45 Saya tidak mampu untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi

46 Saya tidak akan larut dalam kesedihan bila ada masalah

47 Saya langsung percaya begitu saja kepada orang yang tidak saya kenal

48 Saya tidak akan menghina teman walaupun dia memiliki kekurangan

49 Saya tidak bisa mengambil manfaat dari apa yang saya lakukan

50 Saya tidak akan marah ketika teman membuat saya kesal

51 Saya akan menyerahkan masalah saya kepada

teman ketika saya tidak mampu

menyelesaikannya

52 Saya tidak pernah marah dengan siapapun

53 Saya akan berpura-pura tidak tahu ketika teman

saya membutuhkan bantuan

54 Saya tidak iri kepada teman yang lebih beruntung

55 Saya akan bersikap kasar kepada teman yang menyinggung perasaan saya

56 Saya masih harus belajar banyak hal dalam hidup ini

57 Jika saya punya uang banyak, saya akan menggunakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat

58 Saya akan lebih fokus dalam melakukan sesuatu

59 Saya akan marah-marah ketika teman menuduh saya melakukan kesalahan

60 Setelah saya melalakukan kesalahan, saya akan introspeksi diri

LAMPIRAN 2

Skala Agresivitas try out

B. INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap

paling menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak tersebut berisi angka

yang mengandung jawaban sebagai berikut:

1. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

2. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh :

Pernyataan STS TS S SS Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman-teman saya

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik. No Pernyataan STS TS S SS 1 Saya akan meleraikan teman yang sedang berkelahi 2 Saya merasa hebat dihadapan teman-teman jika saya dapat

memukul teman yang lebih kecil untuk mengajarkan disiplin padanya

3 Saya tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran berupa tendangan/pukulan terhadap teman yang menghina saya

4 Saya memilih untuk diam ketika suasana perdebatan memanas 5 Memaki teman yang lebih kecil penuh kebencian membuat

saya capek

6 Saya akan menjaga barang-barang saya saat ada teman main ke rumah saya

7 Saya menuduh teman mengambil uang milik saya karena saat hilang ada dia di dekat saya

8 Saya akan membalas sangat kejam kepada teman yang menyakiti saya

9 Menyakiti teman yang saya benci membuat saya lega

10 Saya bersikap biasa saja ketika ada teman main ke rumah saya, karena saya tahu teman saya tidak mungkin mengambil barang-barang saya

11 Saya dan teman saya tidak akan bergaul dengan orang kaya karena mereka sombong

12 Bukan hal yang baik jika saya mengikuti gaya orang yang saya benci untuk mengejek-ejeknya

13 Kekerasan fisik yang dilakukan kepada teman-teman adalah perbuatan yang tidak baik karena akan berdampak buruk bagi korbannya

14 Saya akan mengencangkan suara ketika pendapat saya tidak didengar dan tidak diperdulikan

15 Hati saya langsung gondok ketika ada teman yang memukul saya

16 Saya tahu, iri kepada teman merupakan pertanda bahwa saya tidak mampu/tidak lebih baik darinya

17 Menuduh teman yang tidak bersalah adalah perbuatan yang memalukan

18 Saya tidak merasa saya lebih rendah dari teman saya

19 Saya akan memukul teman yang lebih kecil dari saya jika saya merasa kesal padanya

20 Saya tidak memperdulikan teman-teman yang sedang membicarkan kejelekan salah satu teman kami

21 Saya akan ikut bergabung dengan teman-teman yang sedang membicarakan teman saya

22 Jika teman-teman saya sedang mengerjai teman yang lebih kecil, saya akan ikut bergabung karena itu menyenangkan

23 Saya tidak akan membalas ketika ada teman yang menghina saya

24 Menurut saya, bergaul dengan siapapun tidak masalah karena semua manusia sama

25 Saya suka mencibirkan bibir kepada teman yang lebih kecil dari saya

26 Saya rasa tidak wajar bertingkah aneh/bersikap buruk kepada teman

27 Berkelahi adalah bukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah dalam bergaul

28 Saya akan mencubit adik saya ketika dia bandel

29 Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman-teman saya

30 Saya akan membujuk teman-teman untuk tidak bergaul dengan salah satu teman yang tidak saya sukai

31 Saya akan membela pendapat teman yang menurut saya masuk akal

32 Menurut saya, meminta uang kepada teman yang lebih kecil adalah perbuatan yang tidak baik

33 Saya akan sangat kesal ketika pendapat saya tidak diperdulikan

34 Saya suka membicarakan teman dengan berbisik-bisik hawatir

dia mendengarkan

35 Saya berusaha mengalah terhadap adik saya dengan hanya mengusap-usap dada

36 Saya merasa hanya saya yang bisa memberikan ide terbaik bagi teman-teman saya

37 Saya sangat tidak suka dengan teman yang nakal

38 Saya langsung naik pitam jika keinginan saya tidak terpenuh

39 Melirikkan mata penuh kebencian untuk merendahkan orang lain adalah hal yang tidak baik

40 Menurut saya, tidak ada gunanya bercanda dengan sangat keterlaluan

LAMPIRAN 3 Validitas & Reliabilitas Skala Pengendalian Diri (Self-Control) LAMPIRAN 4 Validitas & Reliabilitas Skala Agresivitas

LAMPIRAN 7 Uji Hipotesis Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N self-control 61,58 4,253 50 agresivitas 57,08 6,047 50

Correlations self-control agresivitas self-control Pearson

Correlation 1 -,529(**)

Sig. (2-tailed) ,000 N 50 50 agresivitas Pearson

Correlation -,529(**) 1

Sig. (2-tailed) ,000 N 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). LAMPIRAN 5 Skala Pengendalian Diri (Self-Control)

Identitas Responden :

Nama (Inisial): Terlibat Perkelahian : sering jarang

tidak pernah

Usia : Pelaksanaan Agama :

Jenis Kelamin: Lk Pr - Kristen: Ke Gereja : sering jarang

tidak pernah

Kelas : - Islam : Ke Mesjid : sering jarang

tidak pernah

Teman Dekat : Ada tidak ada Minum Alkohol : sering jarang

tidak pernah

Agama : Pengalaman Kekerasan :

- Waktu kecil : sering jarang

tidak pernah

- Terakhir kali: sering jarang

tidak pernah

Aktifitas Waktu Senggang :

Dengan ini saya bersedia menjadi responden.

Tanda Tangan Responden ( ......................................... )

A. INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap paling

menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak tersebut berisi angka yang mengandung

jawaban sebagai berikut:

3. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

4. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh :

Pernyataan STS TS S SS

saya merasa kesal dengan teman yang tidak membalas sapaan

saya

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik.

No Pernyataan STS TS S

1 Saya jarang memberikan saran kepada teman yang sedang kesulitan

2 Saya selalu bertanggung jawab apabila melakukan kesalahan

3 Saya kecewa kepada teman yang tidak bisa membantu saya

4 saya tidak akan bertanggung jawab dengan kesalahan yang saya perbuat

5 Saya akan menyelesaikan masalah pribadi saya supaya tidak menjadi beban

6 Jika sedang malas, saya akan menunda pekerjaan saya

7 Daripada saya meminjamkan uang kepada teman, lebih baik saya berfoya-foya

8 Saya membuat rencana terhadap apa yang saya lakukan

9 Saya suka hidup berfoya-foya

10 Ketika saya tahu teman sedang ada masalah, saya akan membantu menyelesaikan

masalahnya

11 Saya mudah menyerah jika ada masalah

No Pernyataan STS TS S

12 Saya tetap berpikir positif kepada teman yang berbuat salah

13 saya cuek dengan masalah yang sedang saya hadapi

14 Saya akan tetap berkomunikasi dengan teman yang tidak menyenangi saya

15 saya akan marah kepada teman yang membuat saya kesal

16 Jika saya tidak tahu, lebih baik saya diam daripada berpura-pura tahu

17 Jika saya mampu, saya akan membantu teman yang mengalami kesulitan

18 Saya langsung percaya begitu saja kepada orang yang tidak saya kenal

19 Saya akan menyerahkan masalah saya kepada teman ketika saya tidak mampu

menyelesaikannya

20 Setelah saya melalakukan kesalahan, saya akan introspeksi diri

LAMPIRAN 6 Skala Agresivitas

INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap paling

menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak tersebut berisi angka yang mengandung

jawaban sebagai berikut:

3. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

4. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh : Pernyataan STS TS S SS

Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman-teman

saya

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik. No Pernyataan STS TS S

1 Saya merasa hebat dihadapan teman-teman jika saya dapat memukul teman yang lebih

kecil untuk mengajarkan disiplin padanya

2 Saya tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran berupa tendangan/pukulan

terhadap teman yang menghina saya

3 Saya menuduh teman mengambil uang milik saya karena saat hilang ada dia di dekat

saya

4 Saya bersikap biasa saja ketika ada teman main ke rumah saya, karena saya tahu teman

saya tidak mungkin mengambil barang-barang saya

5 Saya dan teman saya tidak akan bergaul dengan orang kaya karena mereka sombong

6 Bukan hal yang baik jika saya mengikuti gaya orang yang saya benci untuk mengejek-

ejeknya

7 Saya akan mengencangkan suara ketika pendapat saya tidak didengar dan tidak

diperdulikan

8 Hati saya langsung gondok ketika ada teman yang memukul saya

9 Saya tahu, iri kepada teman merupakan pertanda bahwa saya tidak mampu/tidak lebih

baik darinya

10 Saya tidak merasa saya lebih rendah dari teman saya

No Pernyataan STS TS S

11 Saya akan memukul teman yang lebih kecil dari saya jika saya merasa kesal padanya

12 Saya tidak memperdulikan teman-teman yang sedang membicarakan kejelekan salah

satu teman kami

13 Saya akan ikut bergabung dengan teman-teman yang sedang membicarakan teman

saya

14 Jika teman-teman saya sedang mengerjai teman yang lebih kecil, saya akan ikut

bergabung karena itu menyenangkan

15 Saya tidak akan membalas ketika ada teman yang menghina saya

16 Menurut saya, bergaul dengan siapapun tidak masalah karena semua manusia sama

17 Saya suka mencibirkan bibir kepada teman yang lebih kecil dari saya

18 Saya rasa tidak wajar bertingkah aneh/bersikap buruk kepada teman

19 Berkelahi adalah bukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah dalam bergaul

20 Saya akan mencubit adik saya ketika dia bandel

21 Saya akan membujuk teman-teman untuk tidak bergaul dengan salah satu teman yang

tidak saya sukai

22 Saya akan membela pendapat teman yang menurut saya masuk akal

23 Menurut saya, meminta uang kepada teman yang lebih kecil adalah perbuatan yang

tidak baik

24 Saya suka membicarakan teman dengan berbisik-bisik hawatir dia mendengarkan

25 Saya berusaha mengalah terhadap adik saya dengan hanya mengusap-usap dada

26 Melirikkan mata penuh kebencian untuk merendahkan orang lain adalah hal yang tidak

baik

27 Menurut saya, tidak ada gunanya bercanda dengan sangat keterlaluan

LAMPIRAN 7 Uji Beda pengendalian diri berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Self-Control Laki-laki 33 60.88 4.595 .800

perempuan 17 62.94 3.191 .774

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e Lower Upper

Self-Control

Equal variances assumed

2.153 .149 -1.653 48 .105 -2.062 1.248 -4.571 .446

Equal variances not assumed -1.853 43.573 .071 -2.062 1.113 -4.306 .181

LAMPIRAN 8 Uji Beda Agresivitas berdasarkan jenis kelamin

Group Statistics

Jenis Kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Agresivitas Laki-laki 33 58.03 5.924 1.031

perempuan 17 55.24 6.026 1.462

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference Lower Upper

Agresivitas Equal variances assumed

.001 .981 1.571 48 .123 2.795 1.779 -.781 6.371

Equal variances not assumed 1.563 31.937 .128 2.795 1.789 -.849 6.439

LAMPIRAN 9 Uji beda skala pengendalian diri berdasarkan usia

ANOVASelf-control

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 123.130 3 41.043 2.474 .073Within Groups 763.050 46 16.588 Total 886.180 49 LAMPIRAN 10 Uji beda skala Agresivitas berdasarkan usia

ANOVAagresivitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 243.766 3 81.255 2.415 .079Within Groups 1547.914 46 33.650 Total 1791.680 49 LAMPIRAN 11 Uji beda skala pengendalian diri berdasarkan kelas

ANOVA

self-control

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 44.046 2 22.023 1.229 .302Within Groups 842.134 47 17.918 Total 886.180 49 LAMPIRAN 12 Uji beda skala agresivitas berdasarkan kelas

ANOVAAgresivitas

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 63.840 2 31.920 .868 .426Within Groups 1727.840 47 36.763 Total 1791.680 49

Identitas Responden :

Nama (Inisial): Terlibat Perkelahian : sering jarang tidak pernah

Usia : Pelaksanaan Agama :

Jenis Kelamin: Lk Pr - Kristen: Ke Gereja : sering jarang tidak pernah

Kelas : - Islam : Ke Mesjid : sering jarang tidak pernah

Teman Dekat : Ada tidak ada Minum Alkohol : sering jarang tidak pernah

Agama : Pengalaman Kekerasan :

- Waktu kecil : sering jarang tidak pernah

- Terakhir kali: sering jarang tidak pernah

Aktifitas Waktu Senggang :

Dengan ini saya bersedia menjadi responden.

Tanda Tangan Responden ( ......................................... )

A. INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap paling menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak

tersebut berisi angka yang mengandung jawaban sebagai berikut:

1. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

2. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh :

Pernyataan STS TS S SS

saya merasa kesal dengan teman yang tidak membalas sapaan saya √

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik.

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya jarang memberikan saran kepada teman yang sedang kesulitan

2 Saya selalu bertanggung jawab apabila melakukan kesalahan

3 Saya kecewa kepada teman yang tidak bisa membantu saya

4 saya tidak akan bertanggung jawab dengan kesalahan yang saya perbuat

5 Saya akan menyelesaikan masalah pribadi saya supaya tidak menjadi beban

6 Jika sedang malas, saya akan menunda pekerjaan saya

7 Daripada saya meminjamkan uang kepada teman, lebih baik saya berfoya-foya

8 Saya membuat rencana terhadap apa yang saya lakukan

9 Saya suka hidup berfoya-foya

10 Ketika saya tahu teman sedang ada masalah, saya akan membantu menyelesaikan

masalahnya

11 Saya mudah menyerah jika ada masalah

No Pernyataan STS TS S SS

12 Saya tetap berpikir positif kepada teman yang berbuat salah

13 saya cuek dengan masalah yang sedang saya hadapi

14 Saya akan tetap berkomunikasi dengan teman yang tidak menyenangi saya

15 saya akan marah kepada teman yang membuat saya kesal

16 Jika saya tidak tahu, lebih baik saya diam daripada berpura-pura tahu

17 Jika saya mampu, saya akan membantu teman yang mengalami kesulitan

18 Saya langsung percaya begitu saja kepada orang yang tidak saya kenal

19 Saya akan menyerahkan masalah saya kepada teman ketika saya tidak mampu

menyelesaikannya

20 Setelah saya melalakukan kesalahan, saya akan introspeksi diri

B. INSTRUKSI:

Berilah tanda ceklis (√ ) pada salah satu dari 4 kotak yang adik-adik anggap paling menggambarkan kondisi adik-adik. Tiap kotak

tersebut berisi angka yang mengandung jawaban sebagai berikut:

1. Sangat tidak setuju (STS) 3. Setuju (S)

2. Tidak Setuju (TS) 4. Sangat setuju (SS)

Contoh : Pernyataan STS TS S SS

Marah-marah tanpa alasan membuat saya dijauhi teman-teman saya √

Tidak ada jawaban yang dianggap Salah. Semua JAWABAN ADALAH BENAR, selama menggambarkan diri adik-adik. No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya merasa hebat dihadapan teman-teman jika saya dapat memukul teman yang lebih

kecil untuk mengajarkan disiplin padanya

2 Saya tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran berupa tendangan/pukulan

terhadap teman yang menghina saya

3 Saya menuduh teman mengambil uang milik saya karena saat hilang ada dia di dekat

saya

4 Saya bersikap biasa saja ketika ada teman main ke rumah saya, karena saya tahu teman

saya tidak mungkin mengambil barang-barang saya

5 Saya dan teman saya tidak akan bergaul dengan orang kaya karena mereka sombong

6 Bukan hal yang baik jika saya mengikuti gaya orang yang saya benci untuk mengejek-

ejeknya

7 Saya akan mengencangkan suara ketika pendapat saya tidak didengar dan tidak

diperdulikan

8 Hati saya langsung gondok ketika ada teman yang memukul saya

9 Saya tahu, iri kepada teman merupakan pertanda bahwa saya tidak mampu/tidak lebih

baik darinya

10 Saya tidak merasa saya lebih rendah dari teman saya

No Pernyataan STS TS S SS

11 Saya akan memukul teman yang lebih kecil dari saya jika saya merasa kesal padanya

12 Saya tidak memperdulikan teman-teman yang sedang membicarakan kejelekan salah

satu teman kami

13 Saya akan ikut bergabung dengan teman-teman yang sedang membicarakan teman

saya

14 Jika teman-teman saya sedang mengerjai teman yang lebih kecil, saya akan ikut

bergabung karena itu menyenangkan

15 Saya tidak akan membalas ketika ada teman yang menghina saya

16 Menurut saya, bergaul dengan siapapun tidak masalah karena semua manusia sama

17 Saya suka mencibirkan bibir kepada teman yang lebih kecil dari saya

18 Saya rasa tidak wajar bertingkah aneh/bersikap buruk kepada teman

19 Berkelahi adalah bukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah dalam bergaul

20 Saya akan mencubit adik saya ketika dia bandel

21 Saya akan membujuk teman-teman untuk tidak bergaul dengan salah satu teman yang

tidak saya sukai

22 Saya akan membela pendapat teman yang menurut saya masuk akal

23 Menurut saya, meminta uang kepada teman yang lebih kecil adalah perbuatan yang

tidak baik

24 Saya suka membicarakan teman dengan berbisik-bisik hawatir dia mendengarkan

25 Saya berusaha mengalah terhadap adik saya dengan hanya mengusap-usap dada

26 Melirikkan mata penuh kebencian untuk merendahkan orang lain adalah hal yang tidak

baik

27 Menurut saya, tidak ada gunanya bercanda dengan sangat keterlaluan

TERIMAKASIH… ☺