nama -...

23
BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT) SEMESTER VII TAHUN AKADEMIK 2014-2015 BLOK 4.7.13 NAMA KLP NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: others

Post on 11-Sep-2019

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

1

BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB

PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT)

SEMESTER VII

TAHUN AKADEMIK 2014-2015

BLOK 4.7.13

NAMA KLP

NIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

2

BUKU PANDUAN SKILLS LAB

BLOK 3.6.13 PEMULIHAN SISTEM STOMATOGNATIK III (ILMU BEDAH MULUT)

SEMESTER VII

TAHUN AKADEMIK 2014-2015

Penyusun :

Tim SL Blok 4.7.13

Editing :

Sekretariat Blok

Desain & Layout :

Tim Sekretariat Blok

Cetakan : September, 2014

PSPDG FK UB

Page 3: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

perkenan Nya Buku Praktikum/Skill’s Lab (BPSL) Blok 13, edisi

2014-2015 dapat diselesaikan sesuai pada waktunya. Buku ini

merupakan pedoman pembelajaran praktikum/skill’s lab bagi

mahasiswa semester VI PSKG FKUB.

Malang, September 2014

Ester H. Lodra, drg., Sp.BM

Page 4: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

4

DAFTAR ISI

Tata tertib Praktikum/ skill’s lab.

Kegiatan praktikum/ skill’s lab.

Evaluasi.

Daftar Pustaka.

Page 5: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

5

TATA TERTIB

I.1. TATA TERTIB PRAKTIKUM/SKILL’ LAB

a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan praktikum/skill’s

lab blok 11.

b. Sebelum praktikum/skill’s lab dimulai, mahasiswa harus sudah mempelajari

terlebih dahulu materi praktikum/skill’s lab yang sudah ditentukan hari itu.

c. Mahasiswa harus hadir di ruang praktikum/skill’s lab pada waktu yang

ditentukan dan mengenakan jas praktikum/skill’s lab dan “name tag” sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa yang datang terlambat lebih

dari 10 menit tanpa alasan yang dapat diterima penyelenggara

praktikum/skill’s lab, tidak diperkenankan mengikuti praktikum.Mahasiswa

yang berhalangan melakukan praktikum/skill’s lab harus melapor pada

Koord. Pendidikan Mata Ajar yang bersangkutan.

d. Selama kegiatan praktikum/skill’s lab berlangsung, mahasiswa dilarang

merokok, makan atau kegiatan serupa lainnya, mengganggu jalannya

praktikum atau bersenda gurau, atau meninggalkan ruang praktikum tanpa

ijin instruktur praktikum/skill’s lab.

e. Peralatan/sarana ruang praktikum/skill’s lab yang dipinjam menjadi

tanggung jawab mahasiswa. Sebelum kegiatan praktikum/skill’s lab dimulai,

periksa/teliti terlebih dahulu kelengkapan peralatan/sarana yang akan

digunakan, apabila kurang lengkap atau ada yang rusak segera melapor

pada petugas nstruktur praktikum yang bertanggung jawab hari itu.

Mahasiswa menandatangani bukti peminjaman peralatan/sarana.

f. Selesai praktikum/skill’s lab, semua peralatan/sarana dicuci bersih dan

dikembalikan ke tempat semula dan sampah dibuang pada tempatnya.

Tempat kerja ditinggalkan harus dalam keadaan bersih dan rapi.

I.2. TATA TERTIB UJIAN PRAKTIKUM/SKILL’S LAB

a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua ujian praktikum/skill’s lab

pada waktu yang telah ditentukan.

b. Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian harus melapor paling lambat

2 (dua) hari sesudah hari ujian kepada Koord. Pendidikan Mata Ajar yang

bersangkutan dengan mengajukan alasan yang dapat

dipertanggungjawabkan, dan akan mendapat kesempatan untuk mengikuti

ujian susulan pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan oleh Koord.

Pendidikan Mata Ajar.

Page 6: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

6

FLAP DAN PENJAHITAN

Hampir semua jenis pembedahan di dunia kedokteran dimulai dgn

insisi, sedangkan flap di bidang kedokteran gigi sering dilakukan untuk pencabutan gigi yg sulit, odontektomi, serta tindakan bedah yg melibatkan

jaringan keras (tulang) & membutuhkan perluasan medan operasi. Selama melakukan insisi mata pisau harus dipertahankan tetap pada satu

garis & pada kedalaman tertentu, umumnya pisau harus tetap berkontak dgn

tulang. Hindari insisi melewati lokasi pembuluh darah & saraf. Insisi harus direncanakan secara seksama sehingga diperoleh flap yg baik, medan operasi

yg lapang, suplay darah yg cukup untuk flap serta dukungan tulang yg cukup saat flap ditutup.

Flap dibuat dgn cara memisahkan mukoperiosteum flap agar terlepas dari permukaan tulang. Pemisahan dilakukan dgn elevator

mukoperiosteum atau raspatorium yg diletakkan langsung berkontak dgn

tulang melalui periosteum pada garis insisi. Jika periosteum melekat erat dgn tulang atau jaringan patologis, maka perlu dibantu dgn disseksi tajam.

Alat dan bahan : 1. Scalpel

2. Scalpel blades

(#11,12,15)

3. Needle holder

4. Pinset chirrurgis

5. Gunting benang

Persiapan peralatan: 1. Blade dipasang pada scalpel menggunakan bantuan klem atau needle

holder sesuai cara pada gambar berikut.

Page 7: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

7

2. Needle holder memegang

jarum dan benang pada 1/3

lengkung proksimal dari

panjang jarum seperti pada

gambar berikut.

Cara memegang instrumen: 1. Scalpel dipegang seperti

memegang pena dengan

menggunakan jari I, II dan III.

Tekanan difokuskan pada sisi

blade sesuai desain dan

kebutuhan.

2. Needle holder dipegang oleh jari

ke I dan IV seperti tampak pada

gambar, jari II dan III digunakan

sebagai stabilisator

MACAM-MACAM BENTUK FLAP DAN PENJAHITAN

A. INCISI LINEAR

Biasanya digunakan pada incisional biopsi, incisi pada ekstirpasi

mukokel, incisi pada enukleasi kista, operasi sinus,dsb

Kedalaman incisi berkaitan dengan batas dasar tempat operasi,

tergantung pada operasi yang akan dikerjakan. Batas dasar pada incisi

di jaringan lunak adalah daerah yang normal didasar lesi patologis,

sementara pada bentukan kista, batas dasar incisinya adalah lokasi

dimana kista tersebut melekat

Page 8: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

8

B. INCISI ELIP

Biasanya digunakan pada saat hendak melakukan open biopsi

atau pengambilan tumor epitelial seperti fibroma, papiloma,

lipoma dsb

C. INCISI SIRKULER

Digunakan pada saat melakukan operasi marsupialisasi

mandibula

D. INCISI MARGINAL

Insisi flap paling sederhana yg sering digunakan dlm Ilmu

Bedah Mulut adalah “Insisi Marginal”.

Bentuknya berupa garis lurus yg ditarik pada sepanjang

gingival margin bagian bukal/labial atau lingual/palatal,

memotong serabut periodontal & papila interdental.

Syarat utama untuk jenis insisi marginal ini adalah gusi &

periodontal dalam keadaan sehat.

Page 9: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

9

E. INCISI ANGULAR

Insisi angular atau sayatan bersudut adalah insisi marginal yg

dikombinasikan dgn insisi obliqie/sayatan miring.

Sayatan miring dpt dibuat di sisi mesial atau distal sesuai

keperluan, yg dimulai dari ujung insisi marginal menuju ke

arah forniks (muko-bukal/labial fold), membentuk sudut +

120° dgn insisi marginal.

Flap angular yang diperoleh dari insisi angular.

Flap jenis ini sering digunakan utk odontektomi gigi molar

bungsu rahang bawah.

Flap angular hanya dilakukan di bagian bukal ataun labial.

Kontra indikasi utk bagian lingual atau palatal, karena resiko

terpotongnya arteri, vena & saraf penting.

F. INCISI TRAPESOID

Insisi trapezoid atau sayatan trapesium adalah insisi

marginal yg dikombinasikan dgn 2 insisi oblique pada kedua

ujungnya.

Sering digunakan pada bagian anterior maksila & mandibula,

seperti pada ekstirpasi kista, apikoektomi, apeks reseksi,

odontektomi gigi premolar, kaninus, insisif & gigi

supernumerary.

Page 10: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

10

G. INCISI U SHAPE

Insisi ini tidak melibatkan gingival margin sehingga tidak

mengganggu jaringan periodontal di sekitar margin gusi.

Insisi dilakukan berbentuk huruf “U” pada jarak yg cukup dari

gingival margin dgn maksud agar tidak merusak suplay

darah gingiva & membran periodontal.

Flap “U” juga hanya diindikasikan untuk bagian anterior

maksila & mandibula.

Sering digunakan untuk apikoektomi, apeks reseksi &

pengambilan ujung akar yg patah.

H. INCISI SEMILUNAR

Merupakan insisi berbentuk melengkung setengah lingkaran

atau sering disebut insisi semilunar atau semisirkuler.

Insisi semilunar dibuat untuk keperluan bedah yg

membutuhkan lapangan operasi tidak terlalu luas dan hanya

pada bagian bukal/labial, kadang dilakukan di bagian median

palatal.

Indikasi utk apikoektomi & apeksreseksi

Page 11: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

11

MACAM-MACAM JAHITAN

1. Jahitan terputus

Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat

dilakukan pad akulit atau bagian tubuh lainnya,

dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karean tiap jahitan saling menunjang satu dengan

lainnya. Jahitan terputus (interupted suture), tiap-tiap

simpul berdiri sendiri. Secara kosmetik benang

kasar/besar atau tegang pada saat menyimpulnya akan memberikan bekas yang kurang bagus, yaitu

seperti gambaran lipan.

2. Jahitan simpul tunggal Sinonim : Jahitan Terputus Sederhana, Simple Interrupted Suture. Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai. digunakan juga untuk jahitan situasi.

Teknik :

Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan

menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.

Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm. Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan

Benang dipotong kurang lebih 1 cm.

3. Jahitan matras Horizontal Sinonim : Horizontal Mattress suture, Interrupted mattress Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul

dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.

Page 12: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

12

4. Jahitan Matras Vertikal Sinonim : Vertical Mattress suture, Donati, Near to

near and far to far Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah

luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka

yang cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka

oleh jahitan ini.

5. Jahitan Matras Modifikasi Sinonim : Half Burried Mattress Suture

Modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya pada daerah subkutannya.

Jahitan kontinu Sering disebut doorloven. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan., jadi hanya

ada dua simpul. Bial salah satu terbuak maka jahitan ini akan terbuak seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai untuk menjahit kulit. Secar kosmetik

bekas luka jahitan seperti pada jahitan terputus. Jahitan kontinu dapat

dilakukan lebih cepat dari jahitan terputus.

7. Jahitan Jelujur sederhana Sinonim : Simple running suture, Simple

continous, Continous over and over

Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya

menghasilkan hasiel kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada

jaringan ikat yang longgar.

Page 13: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

13

8. Jahitan Jelujur Feston

Sinonim : Running locked suture,

Interlocking suture Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang

pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan

variasi jahitan jelujur biasa.

PEKERJAAN UNTUK SKILL LAB:

Buatlah incisi linear pendek dengan penjahitan matras

horisontal

Buatlah incisi linear panjang dengan penjahitan jelujur

sederhana

Buatlah incisi sirkuler dengan intterupted suture

Buatlah incisi trapesoid dengan interupted suture

Page 14: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

14

Fiksasi dan ligasi gigi

Pengantar :

Trauma dapat menyebabkan gigi-gigi berubah posisi, goyang dan bahkan

lepas dari socketnya. Hal ini sering terjadi pada gigi-gigi anterior, baik rahang

atas maupun rahang bawah. Sebagai tindakan penanggulangan untuk

keadaan ini dapat dilakukan fiksasi-imobilisasi gigi, dengan cara paling

sederhana adalah mengikatnya (ligasi ) dengan kawat dan diperkuat dengan

pemasangan archbarr. Mula-mula setelah persiapan operasi dilalui, gigi

dikembalikan ke posisi semula (reposisi) kemudian dilakukan pengikatan

(ligasi) dengan kawat dengan berbagai teknik pengikatan. Teknik ligasi yang

umum dilakukan adalah ligasi interdental teknik Simple Essig wiring untuk

indikasi fraktur alveolar. Untuk memperoleh fiksasi yang kokoh dapat

dilakukan ligasi dengan bantuan pemasangan archbarr. Hasil optimal diperoleh

dengan menggabungkan kedua teknik ini, yakni dilakukan Essig wiring

dikombinasikan dengan pemasangan archbarr. Setelah dua hingga tiga bulan

alat ini dilepas dan pada saat itu gigi telah kokoh tertanam di dalam tulang

alveolar. Pada gigi yang mengalami fraktur akarnya merupakan kontra

indikasi untuk perawatan ini, demikian pula untuk gigi-gigi desidui pada masa

periode geligi campuran.

Sasaran pembelajaran :

- Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa dan menentukan indikasi

fiksasi interdental dan pemasangan archbarr.

- Mahasiswa mampu membaca anatomi dan posisi fraktur yang akan

dilakukan fiksasi pada illuminator foto rontgent guna menentukan

anatomi dan posisi-lokasi gigi yang mengalami fraktur alveolar.

Page 15: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

15

- Mahasiswa mampu memilih jenis alat, bahan dan teknik fiksasi sesuai

kebutuhan.

- Mahasiswa mampu melakukan dengan benar dan berurut tindakan

fiksasi interdental sederhana.

Metode:

Pengarahan, audio-visual, demonstrasi , self-practice.

Fasilitas:

- Phantom & Maneqeen (manekin).

- Illuminator foto rontgent

- Set alat dasar pemeriksaan gigi

- Set alat fiksasi dan ligasi : klem kawat, klem ligasi, lunacheck, gunting

kawat dan tang pemotong archbarr .

- Bahan fiksasi dan ligasi : archbarr, kawat diameter 3.0 dan 4.0

- Bahan operasi : kapas dan has.

Prosedur teknis :

Pengarahan, audiovisual dan demonstrasi.

Mahasiswa memilih alat dan bahan untuk tindakan fiksasi

interdental sesuai kebutuhan dibawah pengawasan instruktur.

Mahasiswa melakukan tindakan fiksasi-imobilisasi tahap demi

tahap pada Phantom & Maneqeen (manekin) dengan benar

tahap demi tahap dibawah pengawasan instruktur.

Page 16: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

16

Tahapan

FIKSASI INTERDENTAL 1. “Essig Wiring”

Lilitkan kawat panjang mengelilingi gigi-gigi, melalui; misalnya : 13 s/d 23.

Lilitan dimulai dari distal gigi 13 bagian bukal, s/d distal gigi 23, kemudian menembus interdental distal

gigi 23 s/d bagian lingual, selanjutnya kawat ditarik kembali sepanjang lingual s/d bagian distal gigi 13,

menembus interdental 13 tembus ke bagian bukal dan bertemu dengan ujung kawat asalnya dan dieratkan di

distobukal gigi 13.

Ambil sepotong kawat pendek tembuskan melalui

interdental gigi dari bukal ke lingual tepat di atas kawat panjang bukal & lingual, kemudian belokkan ke

bawah dan kembali menembus interdental tepat di

bawah kawat panjang bagian libgual & bukal s/d bertemu dengan ujung kawat di bukal dan dieratkan

Selanjutnya untuk lebih mempererat fiksasi, maka di

setiap interdental gigi-gigi antara 13 & 23 dieratkan masing-masing dengan sepotong kawat.

Tahapan

2. “Eyelet methode wiring” atau “Ivy Loop” Kawat dililitkan pada dua gigi saja, yakni, misalnya;

gigi 46 & 47 yg dimulai pada sepanjang bagian bukal gigi-gigi tsb, kemudian mengelilingi gig 47 dari bagian

distal, lingual dan masuk ke interdental di bagian

mesial gigi 47, tembus ke bagian bukal tepat di bawah kawat bagian bukal.

Selanjutnya kawat dibelokkan lagi ke interdental

mengelilingi kawat bukal dan melewati bagian atasnya

hingga menembus kembali interdental, mengelilingi

Page 17: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

17

bagian distal, lingual dan menembus interdental bagian mesial gigi 46 hingga bertemu dengan ujung

kawat di bagian bukal.

Akhirnya kedua ujung kawat tadi dieratkan dan untuk

lebih memperketat fiksasi, maka belokan kawat di interdental gigi 46 & 47 dipuntir,dieratkan sesuai

kebutuhan.

Tahapan

“Stout Continuous Loop” “(Continuous Eyelet Methode Wiring atau Continuous Ivy Loop)”

Merupakan pengulangan dari Eyelet atau Ivy Loop.

Fiksasi bersambung dari Eyelet atau Ivy Loop yg

melibatkan lebih dari dua gigi sehingga diperoleh puntiran interdental lebih dari satu.

Teknik continuous ini paling sering digunakan fiksasi

interdental, sedangkan simple Eyelet atau Ivy Loop

lebih sering digunakan untuk fiksasi intermaksilar.

Teknik Continuous Eyelet atau Ivy Loop yg dibuat dgn bantuan kawat besar atau selang untuk memperoleh

puntiran interdental yg simetris.

Page 18: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

18

Tahapan

Pemasangan Arch Bar

A. Bentuk arch bar menyerupai lengkung gigi.

B. Pasang ke dalam mulut, sesuaikan posisi &

bentuknya sesuai kontur lengkung gigi.

Tahapan

C. Bentuk ujung arch bar sesuai kontur gigi terakhir.

D. Pasang lagi ke dalam mulut & ligasi dgn kawat splint pada setiap gigi.

Page 19: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

19

Tahapan

Cara ligasi dgn kawat splint pada setiap gigi saat

pemasangan arch bar.

Tahapan

E. Kawat splint diikat dgn cara diputar searah

jarum jam.

F. Ujung kawat yg terlalu panjang dipotong pendek

& dibengkokkan ke arah embrasure setiap gigi.

Tahapan

TRAKSI INTERMAKSILAR

Pasien dengan kehilangan oklusi sentrik akibat fraktur simphisis mandibula.

Penggunaan traksi elastik intermaksilar dengan arch bar untuk memperoleh oklusi sentrik.

Jika oklusi sentrik diperoleh, maka fragmen fraktur

secara otomatis tereposisi.

Oklusi sentrik biasanya dapat diperoleh dalam jangka

waktu sekitar 5 menit s/d 1 jam pasca pemasangan traksi intermaksilar pada pasien sadar, serta paling

Page 20: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

20

lama s/d 1 hari.

Pemasangan traksi intermaksilar paling lama 3 hari setelah diperolehnya oklusi sentrik dan segera diganti

dengan fiksasi intermaksilar.

Tahapan

“Continuous Eyelet Methode Wiring atau Continuous Ivy Loop” dibuat pada rahang atas & rahang bawah.

Setiap puntiran kawat pada masing-masing interdental dibelokkan ke atas untuk rahang atas dan dibelokkan

ke bawah untuk rahang bawah.

Masing-masing puntiran kawat yg telah dibelokkan tsb digunakan sebagai kaitan/pegangan elastik yg

menyatukan rahang atas dngan rahang bawah.

Tahapan

FIKSASI INTERMAKSILAR

Fiksasi Intermaksilar“Eyelet methode wiring” atau “Ivy Loop”

Puntiran interdental dari masing-masing “Eyelet

methode wiring” atau “Ivy Loop” rahang atas dgn

rahang bawah disatukan & dieratkan.

Page 21: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

21

Puntiran masing-masing interdental rahang atas dgn

rahang bawah disatukan & dieratkan.

Fiksassi Intermaksilar dengan menggunakan Arch Bar

Rahang atas & rahang bawah yg telah dipasang arch

bar disatukan dgn kawat splint pada masing-masing kaitannya setelah oklusi sentrik diperoleh.

Pemasangan fiksasi intermaksilar paling lama adalah 6 minggu.

Page 22: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

22

DAFTAR PUSTAKA

Andreasen J.O. Petersen.J.K. Laskin D.M.1997: Textbook and Color Atlas of

Tooth Impaction. Munksgaard. St Louis. Mosby

Archer, W.H. 1975. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. II. 5th ed.

Philadelphia & London : W.B. Saunders Co.

Beaumer. III, T.J., Curtis, T.A. & Firtele, D.N. Maxillofacial

Rehabilitation. St Louis : The C.V. Mosby Co. 1979.

Birn, H. & Winter, J.E. 1975. Manual of Minor Oral Surgery. Philadelphia,

London & Toronto. W.B. Saunders Co.

Colby R.A, Kerr D.A., Robinson .G.B. Color atlas of Oral pathology. 3rd ed.

David, D.J. & Simpson, D. A. Craniomaxillofacial Trauma.

London : Churchill-Livingstone. 1995.

Dimitroulis G. 1997. A Synopsis of Minor Surgery. 1st ed. Oxford. Reed

Educational and Professional Publising Ltd

Gans, B.J. (1972) : Atlas of Oral Surgery. 1st ed., St. Louis, The CV. Mosby Co.

Gibson. 1994. Psychology, Pain and Anesthesia. New York : Chapman &

Hall.

Gray,H. 1975. Anatomy of Human Body. 29ed. Philadelphia : Lea &

Febiger.

Howe, G.L. & Whitehead, F.I.H. 1992. Local Anaesthesia in Dentistry.

Bristol : John Wright & Sons Ltd.

Killey, H.C. 1977. Fractures of The Mandible. 2nded. Bristol. John Wright &

Sons Ltd.

Killey, H.C. 1977. Fractures of The Midlle Thrid of The Facial Skeleton.

2nd ed. Bristol. John Wright & Sons Ltd.

Kruger, 1984, Oral and Maxillofacial Surgery, 6th ed, C.V Mosby Company, St.

Lois, Toronto.

Laskin, D.M. 1971. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol. I, C.V Mosby

Company, St. Lois, Toronto.

Malamed, S.F. 1998. Handbook of Local Anesthesia. 4th ed. St. Louis

& London : C.V. Mosby Co.

Navile et all, 1995, Oral and Maxillofacial Pathology, 1st ed., W. B. Saunders

Co., Philadelpia.

Page 23: NAMA - akademikpdgub.staff.ub.ac.idakademikpdgub.staff.ub.ac.id/files/2014/09/BPSL-BLOK-13-BEDAH-MULUT... · 1 bpsl buku panduan skills lab pemulihan sistem stomatognatik iii (ilmu

23

Ogden G.R. 2001: Removal of Unerupted Teeth in PedlerJ, Frame J.W. Oral

and Maxillofacial Surgery An objective – based textbook. Edinburg.Churchill

Livingstone

Olaf E, Langland, Roher, P Langlais. John W. Preece. Principles of Dental

Imaging. 2nd ed. Lippicont Williams & Willkins, 2002.

Peterson L.J. 1998. Principle of Management of Impacted Teeth in Petersen

L.J. Ellis. E. Hupp J.R. Tucker M.R. Contemporary Oral and Maxillofacial

Surgery. 3nd ed. St Louis. Mosby.

Regezi and Sciubba, 1999, Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlations, 3rd

ed., W. B. Saunders Co., Philadelphia.

Shafer, J.H. and Dixon,1984, A Textbook of Oral Pathology, 4thed., W.B.

Saunders Co., Philadelphia (629-633).

Whaites E. Essential of Dental Radiolography and Radiology. Churchill

Livingstone, London 2002

Zederfelt B.H. & Hunt, T.K. 1990, Wound Closure; materials and Techniques.

New Jersey, Davis & Greck Medical Device Division American Cyanamid Co.