web viewdi kelas xi ipa sma negeri 1 ... model atom, model ... media pembelajaran dengan menggunakan...
TRANSCRIPT
oleh :Naek Marpaung, S.Pd
Dibiayai Oleh :
Block Grand Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah on-line
SMA NEGERI 1 PANYABUNGANKABUPATEN MANDAILING NATAL
PROPINSI SUMATERA UTARA
Direktorat Profesi PendidikDirektorat Jenderal Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik
dan KependidikanDepartemen Pendidikan Nasional
2007
PROPOSAL PENELITIAN
Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi ( TI ) Pada Materi Pelajaran Struktur Atom
di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Panyabungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak Siswa yang beranggapan bahwa Mata Pelajaran Kimia merupakan salah
satu pelajaran yang sulit. Hal ini didukung oleh pendapat Wiseman (1981) yang
menyatakan bahwa Ilmu Kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan
siswa menengah dan mahasiswa, kesulitan mempelajari Ilmu Kimia itu terkait dengan ciri-
ciri ilmu kimia itu sendiri. Menurut Kean dan Middlecamp (1985) sebagian besar ilmu
kimia bersifat abstrak, ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya dan
lahir sebagai hasil usaha kegiatan Manusia berdasarkan suatu metode ilmiah. Ilmu kimia
lahir dari keinginana para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan “apa” dan
“mengapa” tentang sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan
fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan
logika matematika. Sebagian aspek kimia bersifat “kasat mata” (visible), artinya dapat
dibuat fakta kongkritnya dan sebagaian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat
mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta kongkritnya. Namuna demikian, aspek
kimia yang tidak dapat dibuat fakta kongkritnya harus bersifat “kasat logika”, artinya
kebenarannya dapat dibuktikan dengan logika matematika sehingga rasionalitasnya dapat
dirumuskan/diformulasikan. Dengan demikian ilmu kimia dalam hal-hal tertentu yang
bersifat teoritis menggunakan teori kebenaran koherensi, dan dalam hal-hal yang
berhubungan dengan fakta kongkrit (data empiris) menggunakan teori kebenaran
korespondensi. Jadi Ilmu Kimia dapat dikatakan merupakan suatu pengetahuan yang
objektif, metodik dan sistimatik serta berlaku universal. (Depdiknas, 2004)
Dalam menyajikan materi Kimia agar menjadi lebih menarik dan bersahabat,
seorang Guru harus memiliki kemampuan dalam mendesain Kegiatan Belajar Mengajar
sedemikian rupa, misalnya dengan mengkombinasikan metode pembelajaran dengan
penggunaan media pembelajaran yang sesuai, sehingga menimbulkan gairah dan sifat
keingin tahuan bagi siswa. Sejalan dengan hal tersebut Suprayekti (2003) mengatakan
“seorang guru harus memiliki ketrampilan mengajar, mengelola tahapan belajar,
memanfaatkan metode, menggunakan media pembelajaran, dan mampu mengelola waktu.
Kelima hal tersebut merupakan pendekatan guru untuk mengomunikasikan tindakan
mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran”. Banyak objek yang dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran, oleh karena itu seorang guru harus mampu menciptakan
media pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan. materi Pelajaran Struktur Atom
adalah salah satu pokok bahasan pada ilmu kimia yang bersifat abstrak, sehingga dalam
proses belajar mengajar guru hendaknya menggunakan media pembelajaran untuk
memvisualisasikan materi tersebut sehingga siswa memiliki gambaran yang nyata dan pada
akhirnya memiliki pemahaman yang jelas. Tolak ukur untuk mengetahui terpenuhi atau
tidaknya persyaratan dalam penggunaan media pembelajaran tertentu dapat dilihat dari
minat dan prestasi belajar siswa melalui pengamatan dan hasil penilaian.
Bagaimana Pengaruh penggunaan Media Pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi ( TI ) pada Materi Pelajaran Struktur Atom terhadap prestasi belajar Kimia siswa
Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Panyabungan, merupakan suatu pertanyaan menarik bagi
penulis untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Apakah ada pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi ( TI )
pada materi pelajaran Struktur Atom terhadap Prestasi belajar Kimia siswa Kelas XI IPA ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Media Pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi ( TI ) pada Materi Pelajaran Struktur Atom terhadap prestasi belajar Kimia
siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Panyabungan.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelamahan media pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi ( TI ) dalam penerapannya pada proses belajar mengajar khususnya pada
Mata Pelajaran Kimia.
3. Untuk mencari alternatif media pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan minat
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Kimia
D. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas
maka manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Menjadi bahan masukan bagi Guru, khususnya guru mata pelajaran Kimia agar mampu
memilih dan menggunakan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi ( TI )
yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
2. Menjadi bahan masukan bagi Kepala Sekolah untuk mengupayakan pengadaan Media
pembelajaran berbasis Teknologi Informasi ( TI ) di sekolah serta pelatihan pembuatan
media pembelajaran berbasis TI bagi guru-guru.
3. Menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pendidikan,
Pemerhati Pendidikan dan Stake Holder dalam membuat kebijakan agar lebih banyak
berpihak pada kepentingan dunia pendidikan.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
1. Pengertia Media Pembelajaran
Kata Media berasal dari bahasa Latin medius yang artinya “tengah” atau
“perantara” atau ‘pengantar”. Jadi medium ( jamak : Media ) adalah perantara/pengantar
pesan dari sipengirim ke sipenerima pesan. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, media
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar. Charta,
Diagram, Grafik, Video, Televisi, CD-ROM adalah beberapa contoh media karena
medium itu dapat membawa pesan yang berisi tujuan pendidikan.
Dalam sisitem pengembangan pengajaran, interaksi Guru dan Siswa yang
menggunakan media dan sumber-sumber belajar siswa (yang pada hakekatnya juga
merupakan media) dapat digambarkan seperti di bawah ini,
Gambar 1. Sistem pengembangan pembelajaran yang menampilkan interaksi Guru, Siswa dan Media
Evaluasi
Media
Hasil BelajarSiswaGuruMateri dan Metode
Tujuan
Sumber Belajar Lain
2. Jenis-jenis Media
Menurut Rustaman (2003), berdasarkan jenisnya media pembelajaran dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Media asli hidup
misalnya : Kebun binatang dengan semua hewan yang ada di dalamnya, akuarium dengan ikan
dan tumbuhannya, Terrarium dengan Hewan darat dan tumbuhannya, dan lain-lain
b. Media asli mati :
misalnya : Herbarium, Awetan dalam stoples, Diodrama (pameran hewan dan tumbuhan yang
telah dikeringkan dan disusun seperti keadaan aslinya)
c. Media asli benda tak hidup,
misalnya: contoh batuan-batuan mineral, kereta api, mobil, pesawat terbang dan lain-lain
d. Media asli tiruan atau model.
Misalnya : Model atom, model DNA, Globe, Torso dan lain-lain
e. Media Grafis,
misalnya : Bagan, Grafik, Diagram, Plakat, Gambar, Foto dan lain-lain
f. Media dengar/ Audio,
misalnya : Tape recorder, Siaran Radio, CD, Kaset, Piringan hitam, mp3 dan lain-lain
g. Media pandang dengar/ Audio Visual
misalnya : vcd, Slide bersuara, Siaran Televisi, program xingmpeg dan lain-lain
h. Media Proyeksi, terdiri dari :
Proyeksi diam (still proyection) misalnya : Slide, Transparansi
Proyeksi bergerak (move proyection) misalnya : Gambar bergerak atau Film ukuran 8mm, 16
mm dan 36 mm
i. Media cetak,
misalnya : Buku, Majalah, Koran, Komik dan ;ain-lain
Pada zaman sekarang media pembelajaran lebih dikenal dengan sebutan Multimedia yaitu
istilah umum untuk bermacam-macam media termasuk teks, grafik, audio, video, dan animasi
berbentuk digital yang disampaikan melalui mikroprosesor. Jadi pengguna multi media diharuskan
memiliki pengetahuan dibidang komputer.
Gambar 2. Skema Klasifikasi Multimedia
Penyampaian elektronik, video klip, CD-ROM,
e-learningBerdasarkan web
Transparansi, cetakan teks, dan grafik dari
internet dan CD-ROM
Kaset audio, video, transparansi, cetakan teks,
gambar foto, berbagai jenis grafik
BERBANTUAN KOMPUTER
TIDAK BERBANTUAN KOMPUTER
TIDAK BERBANTUAN KOMPUTER
PROSES APLIKASI(model penyampaian)
PROSES OUTPUT TIDAK BERDASARKAN
KOMPUTER(proses output tidak
menggunakan komputer)
ELEMEN MULTIMEDIA(teks, grafik, audio, dan animasi
BERDASARKAN KOMPUTER
(proses output menggunakan komputer)
MULTIMEDIA
Dalam Proses Belajar Mengajar Guru tidak hanya sebagai pemberi informasi saja,
tetapi juga bertanggungjawab mendidik siswa dalam perkembangan intelektualnya,
misalnya membimbing siswa dalam memadukan ide-idenya, informasi yang diperoleh dan
pengalamannya. Oleh karena itu Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif.
Perasaan, pendapat, dan keinginan tidak dapat disampaikan hanya dengan menggunakan
kata-kata saja, tetapi memerlukan suatu tindakan, gerakan tangan, mimik dan sikap. Pada
dasarnya proses komunikasi melibatkan 5 unsur yaitu :
a. Pengirim (sender)
b. Media/penyalur (chanel)
c. Berita (massage)
d. Pengirim (receiver)
e. Tanggapan (response)
Pada proses belajar mengajar Guru sebagai pengirim berita (materi pelajaran) dan
siswa sebagai penerima berita sedangkan yang dimaksud dengan media/penyalur adalah
perantara. Dalam percakapan yang merupakan media adalah kata-kata yang diucapkan,
sedangkan dalam bacaan yang merupakan media adalah tulisan. Selain daripada itu dalam
berkomunikasi dapat juga menggunakan berbagai macam alat pandang dengar (Audio
Visual Aids) atau media komunikasi lainnya. Yang dimaksud dengan tanggapan atau
respon adalah umpan balik dari siswa selama proses belajar mengajar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang Guru sebagai komunikator adalah :
1. Mengorganisir materi yang akan diajarkan dengan memperhatikan kematangan dan
pengalaman siswa
2. Memilih media yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan dan kesiapan
siswa. Pemilihan media dalam hal ini harus hati-hati karena kemampuan siswa
dalam menanggapi pelajaran tidak sama
3. Memperhatikan dan menanggapi umpan balik siswa, dari umpan balik itu guru
dapat menentukan apakah informasi yang disampaikan dipahami atau tidak. Apabila
umpan balik negative misalnya siswa pasif, bosan atau tidak memperhatikan, maka
Guru harus merubah cara berkomunikasi dengan situasi baru
4. Agar komunikasi dapat berhasil, maka perlu adanya hubunga antar latar belakang
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki Guru dengan yang dimiliki siswa.
5. Dalam proses belajar mengajar yang berorientasi kepada belajar siswa aktif, proses
komunikasi yang paling tepat adalah komunikasi dua arah. Dalam hal ini Guru
bersama-sama dengan siswa dapat mengembangkan ide-ide dan konsep baru.
6. Menggunakan alat pandang dengar (AVA) untuk membantu proses belajar
mengajar. Dalam penggunaannya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Mempunyai tuuan tertentu
b. Dapat menggunakan alat dengan benar
c. Sesuai dengan materi yang disajikan
d. Tidak menggunakan gamgguan kepada siswa misalnya : suara, hal-hal yang
menimbulkan emosi dan lain-lain
e. Mengetahui seberapa keterbatasan pemakaian setiap alat dan kapan dapat
digunakan untuk lebih membantu proses belajar mengajar.
3. Aplikasi media Pembelajaran (multimedia) berbasis Teknologi Informasi ( TI ) dalam Pendidikan.
A. Media Pembelajaran dengan menggunakan teks
Media pembelajaran dengan menggunakan teks dapat berbentuk paparan di layer
komputer ataupun bentuk cetakan dan lembaran kerja. Media dengan menggunakan teks
yang berbentuk tayangan adalah Transparansi atau Slide. Proses outputnya dapat dihasilkan
dengan menggunakan bantuan komputer atau dengan menggunakan tangan (manual).
Menurut Edgar Dale (1964), dalam proses belajar mengajar, teks menduduki hirarki yang
paling tinggi oleh karena itu dalam pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan
teks, Guru harus memperhatikan beberapa hal yaitu :
1) Ukuran huruf (font)
huruf yang ditampilkan harus mudah dibaca oleh siswa
2) Panjang teks
teks yang digunakan hendaknya singkat, padat dan dapat memberikan informasi
yang jelas dan tepat
3) Jenis huruf (font)
huruf yang digunakan hendaknya tidak mempunyai banyak dekorasi atau bingkai
karena hal itu dapat mempersulit siswa untuk membaca dan memehaminya, hururuf
yang dugunakan seharusnya berasal dari jenis Sans Serif atau Times New Romans
4) Penggunaan huruf
huruf besar dan kecil harus disesuaikan dengan kebutuhan, seperti judul dan sub
judul hendaknya dibedakan
Contoh Media Pembelajaran dengan menggunakan teks
Gambar 3. Media Pembelajaran dengan menggunakan Power Point
Konsentrasi
waktu
B. Media Pembelajaran dengan menggunakan grafik
Media grafik disebut juga media media dua dimensi, yakni media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar seperti : gambar, foto, grafik, diagram, tabel dan lain-lain. Dalam
pembuatan media pembelajaran dengan menggunakan grafik, elemen-elemen seperti tata
letak dan warna merupakan hal yang penting, karena mempunyai daya stimulus yang kuat.
Media Pembelajaran dengan menggunakan grafik dapat disimpan dalam bentuk file dalam
komputer. File-file yang dihasilkan adalah file gambar dengan format GIF, BMP ataupun
JPEG
Contoh 1 Media Pembelajaran dengan menggunakan grafik yang dibuat dengan Microsoft
word:
Gambar 4 : Garafik Perubahan Konsentrasi Pereaksi dan hasil reaksi terhadap waktu untuk reaksi : A + 2B → 3C + 4D
Gambar 5 : Kerucut Pengalaman belajar yang kita ingat, dibuat dengan Power Point
C. Media Pembelajaran dengan menggunakan bunyi atau audio
Belajar dengan menggunakan bunyi merupakan cara belajar standar bagi semua
masyarakat. Kebanyakan orang akan lebih baik belajarnya jika mereka mendengar dan
mengucapkan kata-kata. Program pelatihan berdasarkan komputer yang paling mahal di
dunia tidak akan ada manfaatnya jika tidak dapat mengajak pembelajar mendengarkan dan
juga berbicara serta berpikir keras-keras selama proses belajar. Pikiran auditori kita lebih
kuat daripada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan
informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara sendiri dengan
berbicara, beberapa area penting dalam otak kita memjadi aktif.
Sejak awal sejarah. Bangsa Yunani kuno mendorong orang belajar dengan suara
lantang lewat dialog. Filosofi mereka adalah : jika kita mau berlajar lebih banyak tentang
apa saja, bicarakanlah tanpa henti
Ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan bunyi atau audio
sebagai media pembelajaran yaitu :
1) Bunyi dapat berupa efek bunyi (sound effect) seperti bunyi hewan, bunyi gerakan
benda, bunyi berakan manusia dan lain-lain
2) Bunyi dapat berupa irama musik seperti Instrumentan (tanpa lirik)
3) Bunyi dapat berupa percakapan (dialog) manusia
Contoh software dalam Komputer yang digunakan untuk merekam dan menyimpan bunyi
adalah : Windows Media Player, Sound Recorder dan lain-lain
Gambar 6. Windows Media Player
D. Media Pembelajaran dengan menggunakan pergerakan (video dan animasi)
Setiap orang lebih akan mudah belajar jika dapat “melihat” apa yang sedang
dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Ketajaman
visual Sangat kuat dalam diri setiap orang, hal ini disebabkan karena di dalam otak
Manusia terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada
semua indera yang lain.
Media yang menggunakan gerakan termasuk video atau animasi merupalan salah
satu media yang paling canggih saat ini. Media ini dapat dikemas dalam bentuk pita video,
VCD atau DVD. Bahan video dapat disimpan dalam format MPEG (moving Picture expert
group), AVI (audio video interleave) atau MOF (movie files). Untuk menedit atau
mensetting secara digital dilakukan dengan menggunakan komputer yang menggunakan
software diantaranya : Macromedia, Ulead Media Studio, Adobe Premier dan lain-lain
Gambar 7. Animasi yang dibuat dengan Macromedia Flash
E. CD-ROM dalam Pembelajaran
CD-ROM merupakan salah satu perlengkapan komputer yang berperan sebagai
media rekaman. CD singkatan dari Compacht Disk yang berarti perekam kecil yang mampu
memuat banyak data. Sedangkan ROM adalah singkatan dari Read Only Memory yang
artinya apa yang terekam di dalamnya hanya dapat dibaca, isinya tidak dapat diubah-ubah.
Dewasa ini CD-ROM menjadi sangat populer, dikenal secara luas sebagai alat hiburan.
Isinya bermacam-macam, ada film, ada lagu, ada permainan, dan lain-lain. Dibandingkan
dengan kegunaannya, alat ini dapat dikatakan murah, dan mudah penggunaannya. CD-
ROM dapat memuat data sebanyak kurang lebih 400 disket, disamping itu kalau kotor CD-
ROM mudah dibersihkan dan tidak dapat dirusak oleh virus.
Kemajuan teknologi CD-ROM mengilhami dan memicu tumbuh kembangnya
bidang pekerjaan yang baru, diantaranya pembuatan sumber belajar yang belum pernah ada
sebelumnya. Kehadiran CD-ROM memang terbukti memicu banyak kemajuan , bahkan
dapat disebut sebagai suatu lompatan, yang semula bahan informasi direkam dalam disket
yang serba terbatas ruangnya, sekarang para perancang seolah-olah ditantang
kemampuannya. Dewasa ini sudah banyak CD sebagai sarana pembelajaran yang beredar di
pasaran, oleh karena itu para calon pembeli harus berhati-hati memilihnya. Keindahan
tampilan serta kecanggihan tata rakit programnya tidak dapat dijadikan sebagai jaminan
mutu kegunaannya sebagai sarana pendidikan, namun perlu dijadikan bahan penerangan
agar para peminat pendidikan khususnya dalam lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional tidak sesat memilih bahan sebagai sarana pendidikan yang diiklankan atau
diperkenalkan sebagai lambang kemajuan.
F. e-Learning dalam Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi (Information, Comunication and Teknologi, ICT) telah
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia sehari-hari termasuk di bidang
pembelajaran (learning) dengan menggunakan fasilitas elektronik (e) yang dikenal dengan
e-learning. Berbagai jenis informasi yang kita kehendaki dapat kita peroleh dengan mudah
melalui perangkat elektronik komputer yang tersimpan di dalam internet. Dalam berbagai
literatur, e-learning didefenisikan sebagai berikut :
e-learning is a generic term for all technologycally suported learning using an array
of teaching and learning tool as phone bridging, audio and radiotapes teleconferencing,
satellite transmissions, and the more recognized web-based training or computer aided
instruction also commonly referred to as on-line courses
Jadi, e-Learning atau pembelajaran melalui on-line adalah pembelajaran yang
perlaksanaannya didukung oleh teknologi seperti telepon, audio, video-tape, transmisi,
satelit atau komputer. Dalam dunia pendidikan, teknologi e-learning dapat diaplikasikan
dalam pebelajaran seperti : Belajar jarak jauh dan Belajar Mandiri.
G. Internet dalam pembelajaran
Perkembangan Teknologi Informasi ( TI ) khususnya internet, telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan manusia, sehingga memicu timbulnya e-lifestyle, e-government,
e-learning dan lain-lain. Akibatnya berbagai sektor termasuk sektor Pendidikan mengalami
restrukturisasi/transformasi. Tuntutan kualitas, kekinian, kecepatan layanan, termasuk di
lingkungan sekolah semakin mendesak, sehingga perubahan paradigma pembelajaran tidak
terelakkan.
Internet adalah singkatan dari Interconnected Network, yaitu sebuah sistem
komunikasi yang mampu menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.
Jadi internet telah menghilangkan batas ruang dan waktu sehingga memungkinkan setiap
orang dapat berkomunikasi dengan orang lain di tempat lain secara bebas. Seorang pelajar
di Medan dapat berkomunikasi dengan pelajar atau orang lain di Jakarta, Bandung, bahkan
di Jepang, Amerika dengan tetap duduk di depan komputer di rumah atau di sekolah.
Dengan hadirnya internet ini, paradigma belajar-mengajar yang semula perpusat
pada kertas, pensil, Guru, bergantung pada waktu, tempat dan berbasis pada isi, kini telah
bergeser ke suatu kondisi yang lebih berpusat pada siswa. Melalui internet seorang pelajar
juga dapat mengakses berbagai sumber informasi, dengan kata lain banyak peluang untuk
pengembangan pembelajaran pada dunia pendidikan di Indonesia melalui internet.
4. Hakekat Pembelajaran
A. Pengertian Belajar dan Mengajar
Banyak rumusan yang diberikan oleh para ahli psikologi pendidikan mengenai
defenisi belajar, namun tidak dapat dipastikan salah satu rumusan yang paling tepat karena
masing-masing pendapat tersebut saling berkaitan satu sama lain. Menurut Drs. Syaiful
Djamarah dan Drs. Aswanzein (1995 ; 11) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku
baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap
aspek organisasi atau pribadi.
Slamento (1991 ; 2) merumuskan pengertian belajar yaitu Suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Dalam hal ini pelajar akan menyadari terjadinya perubahan itu dalam dirinya yang
berlangsung terus menerus dan tidak statis, jadi belajar menuntut suatu perubahan, suatu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
Hutabarat (1986 ; 11) mengemukakan pendapatnya tentang belajar yaitu : Kegiatan
yang dilakukan untuk menguasai pengetahuan, kemampuan , kebiasaan, ketrampilan dan
sikap melalui hubungan timbal balik antara orang yang belajar dengan lingkungan.
Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar itu selain ditentukan oleh individu yang
belajar juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu yang belajar itu berada. Sejalan
dengan hal di atas Gagne (1977) juga berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh dua hal
yaitu : variabel dari dalam diri individu dan variabel dari luar diri individu, yang keduanya
saling berinteraksi.
Menurut Bandura seperti dikutip oleh Singgih D. Gunarsa (1981 ; 183), anak dapat
belajar sesuatu lebih cepat melalui pengamatan atau melihat perilaku orang. Bandura
mengemukakan adanya empat komponen dalam proses belajar melalui pengamatan yaitu :
1) Perhatian
2) Pencaman
3) Reproduksi gerak motorik dan
4) Ulangan penguatan dan motivasi
Setelah anak memperhatikan materi pelajaran yang disajikan oleh guru, anak
mencamkan dan menyimpan hasil pengamatannya dalam bentuk simbol-simbol.
Kemampuan untuk melakukan simbolisasi inilah yang memungkinkan manusia dapat
belajar banyak melalui pengamatan. Adapun faktor yang terlibat dalam pencaman menurut
Bandura seperti dikutip oleh Shaw dan Costanzo (1985 ; 58) adalah ;
1) Penyediaan simbolik
2) Organisasi kognitif
3) Pengulangan simbolik dan
4) Pengulangan mental
Keempat faktor tersebut merupakan landasan dari dua sistim penggambaran, yaitu khayal
dan penggambaran verbal. Kedua sistem penggambaran tersebut memungkinkan manusia
menyimpan kesan-kesan simbolik yang kemudian dapat direproduksi atau dimunculkan
kembali bila diperlukan. Proses reproduksi merupakan konversi gambaran simbolik yang
dimiliki anak ke dalam perbuatan nyata.
Mengajar adalah merupakan suatu proses, yaitu proses pengaturan dan
pengorganisasian lingkungan yang ada di sekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan
dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.
Menurut Nana Sudjana (1991 ; 29), Mengajar adalah proses memberikan bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Jadi semua proses belajar
terjadi dalam dua macam hubungan, yaitu hubungan material dan hubungan sosial.
Hubungan material ditandai oleh pertemuan anak dengan materi pelajaran,
sedangkan hubungan sosial ditandai oleh adanya hubungan antara anak dengan guru dan
hubungan antarsesama anak.
B. Hakikat hasil belajar
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa dalam proses belajar mengajar dituntut
adanya suatu perubahan. Dalam hal ini perubahan yang dimaksid adalah perubahan dari
perbuatan belajar menjadi hasil belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar
yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan
instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil
dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan
instruksional.
Menurut A. J. Romiszowski (1981 ; 217) hasil belajar merupakan keluaran (outputs)
dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa
bermacam-macam informasi, sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja
(performance). Jadi hasil belajar dimaksudkan adalah suatu hasil belajar yang dicapai setiap
siswa dari pengalaman belajarnya baik melalui proses belajar di dalam kelas maupun di
luar kelas dengan ukuran tertetu
Untuk mencapai suatu hasil yang baik, faktor dari dalam diri siswa (internal) dan
faktor dari luar diri siswa (eksternal) saling mempengaruhi.
5. Manfaat Penggunaan Media dalam Pembelajaran
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan
bergerak ke sana ke mari, akan tetapi menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas
intelektual dan penggunaan semua indera akan berpengaruh besar pada pembelajaran.
Lingkungan kelas dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan
menyerap informasi. Penggunaan media pembelajaran seperti poster, ikon dan gambar-
gambar akan menampilkan isi pelajaran secara visual. Media pembelajaran dapat
menghidupkan gagasan abstrak dan dapat mendorong timbulnya rasa ingin tahu. Sebuah
gambar akan lebih berarti daripada seribu kata. Jika seorang Guru menggunakan alat peraga
(media) dalam situasi belajar, akan terjadi hal yang menakjubkan. Bukan hanya mengawali
proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual, alat peraga (media) juga secara
harfiah menyalakan jalur saraf seperti kembang api di malam lebaran. Beribu-ribu asosiasi
tiba-tiba diluncurkan ke dalam kesadaran. Kaitan ini menyediakan konteks yang kaya untuk
pembelajaran yang baru. Jadi sangat jelas bahwa dalam kegiatan belajar mengajar,
penggunaan media sangat penting sebab pada umumnya siswa atau pelajar masih berfikir
konkrit, belum mampu berpikir abstrak. Kehadiran media sangat membantu mereka dalam
memahami konsep tertentu yang tidak dapat dijelaskan dengan bahasa.
Ada beberapa alasan mengapa media dapat membantu meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar antara lain :
1. Makin memperjelas bahan pengajaran yang disampaikan Guru
2. Memberi pengalaman nyata kepada peserta didik
3. Merangsang peserta didik berdialog dengan dengan dirinya
4. Merangsang cara berpikir siswa
Nana Sudjana (1991) mengemukakan nilai-nilai praktis media dalam pembelajaran
yaitu :
a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir. Karena itu
dapat mengurangi verbalisme
b) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar
c) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil
belajar bertambah mantap
d) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri pada setiap siswa
e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan
f) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan
berbahasa
g) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta
membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna
h) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh
para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik
i) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh Guru, sehingga siswa tidak bosan dan Guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila Guru mengajar untuk setiap jam pelajaran
j) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian Guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lain.
Selanjutnya Sudirman N, menjelaskan nilai-nilai praktis media dalam
Pembelajaran sebagai berikut :
a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret dari konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi kepahaman yang bersifat verbalisme, misalnya untuk menjelaskan
bagaimana struktur atom dapat digunakan video atau animasi
b) Menampilkan objek yang terlalu besar yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke
dalam kelas, misalalnya Pabrik, Binatang-binatang yang besar, objek-objek tersebut
cukup ditampilkan melalui foto, film atau gambar
c) Memperlambat gerakan yang terlalu cepat dan mempercepat gerakan yang terlalu
lambat.
d) Karena informasi yang diperoleh siswa berasal dari satu sumber serta dalam situasi
dan kondisi yang sama, maka dimungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi
pada siswa
e) Membangkitkan motivasi belajar siswa
f) Dapat mengontrol dan mengatur waktu belajar siswa
g) Memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya (sumber
belajar)
h) Bahan pelajaran dapat diulang sesuai dengan kebutuhan dan atau disimpan untuk
digunakan pada saat yang lain
i) Memungkinkan untuk menampilkan objek yang langka seperti peristiwa gerhana
matahari total atau binatang yang hidup di kutub
j) Menampilkan objek yang sulit diamati oleh mata telanjang, misalnya mempelajari
tentang bakteri dapat digunakan mikroskop.
Menurut Encyclopedia of Educational Research, media dalam pembelajaran
memiliki nilai dan manfaat sebagai berikut :
a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi
verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu bendanya)
b) Memperbesar perhatian siswa
c) Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah diluoakan
d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha
sendiri dikalangan para siswa
e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu
f) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
berbahasa
Jadi Media Pembelajaran dapat membantu dan memperbaiki proses belajar
mengajar, bahkan dapat memberi kepuasan lepada guru karena dapat menyajikan pelajaran
dengan cara yang baik atau lengkap. Selain dari pada itu penggunaan media pembelajaran
juga merupakan usaha untuk memastikan apakah para siswa mengikuti pelajaran dengan
penuh minat dan tertarik. Olerh sebab itu pada penggunaan media pembelajaran hendaknya
guru memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Media pembelajaran yang digunakan hendaknya dapat melibatkan aktifitas siswa
2) Berkaitan dengan materi pelajaran yang akan di ajarkan
3) Sesuai dengan keperluan siswa
4) Alat-alat dapat bekerja dengan baik (bermutu, baik dari segi teknik dan
pengeluarannya)
5) Sesuai dengan anggaran (dana yang disediakan)
6. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka sebagai
usulan rumusan hipotesisi dalam penelitian ini adalah :
Ho : Ada pengaruh penggunaan Media Pembelajaran berbasis Teknologi
Informasi ( TI ) pada materi pelajaran Struktur Atom terhadap Prestasi belajar
Kimia siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Panyabungan.
Ha : Tidak ada pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi
( TI ) pada materi pelajaran Struktur Atom terhadap Prestasi belajar Kimia siswa
Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Panyabungan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Panyabungan, Kecamatan Panyabungan
Kabupaten Mandailing Natal yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2007.
Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat Penelitian adalah :
1. Lokasi tersebut adalah tempat penulis Mengajar, sehingga tidak
mengganggu tugas pokok penulis sebagai guru.
2. Di lokasi tersebut telah tersedia sarana komputer dan infocus serta software
medi pembelajaran berbasis Teknologi Informasi ( TI )
3. Di sekolah ini belum pernah di lakukan penelitian tentang masalah
penggunaan media pembelajaran
4. Untuk memberi sumbangan pemikiran secara langsung pada sekolah tempat
tugas penulis
B. Populasi dan sampel
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Panyabungan Tahun Pelajaran 2007/2008, yang terdiri dari 4 kelas paralel dan
sebanyak 160 orang siswaa, Sampel diambil dari Populasi yang dijadikan sebagai sumber
data, yaitu Kelas XI IPA-3 dan Kelas XI IPA-4 yang berjumlah 80 orang dimana kelas XI
IPA-4 sebagai kelas eksperimen, proses belajar mengajar dilaksanakan dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi ( TI ), sedangkan pada
kelas XI IPA-3 sebagai kelas kontrol dengan materi pelajaran yang sama, proses belajar
mengajar dilaksanakan tanpa menggunakan media pembelajaran.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri atas tes awal, perlakuan dan tes akhir. Tes
awal dikaukan untuk mengetahui latar belakang pengetahuan siswa dari kedua kelompok
yang diteliti. Perlakuan dilaksanakan melalui pelaksanaan tindakan pembelajaran terhadap
kedua kelompok sampel, dimana kelompok I / kelas kontrol yaitu kelas XI IPA-3 kegiatan
pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi ( TI ), sedangkan kelompok II / kelas eksperimen yaitu kelas XI IPA-4 kegiatan
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi
informasi ( TI ) pada materi pelajaran yang sama. Untuk menghindarai adanya faktor
sesatan maka Pembelajaran pada kedua kelompok belajar dilakukan dengan metode yang
sama yaitu metode ceramah diskusi dan tanya jawab, selama proses belajar mengajar
berlangsung guru mengamati secara cermat segala aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Tes akhir dilakukan setelah perlakuan tindakan pembelajaran terhadap kedua
kelompok selesai.
D. Metode Pengumpulan data
Data yang diperoleh berasal dari hasil belajar siswa yang diambil melalui pemberian
tes kepada kedua kelompok siswa. Sebelum tes diadakan ebih dahulu dilakukan validasi
untuk mendapatkan tes yang valid. Tes validasi yang dilakukan adalah validasi isi. Tes
yang dinyatakan mempunyai validasi isi apabila tes tersebut mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi isi pelajaran atau kurukulum (Warkitri, dkk 1990)
1. Reliabilitas tes diukur dengan menggunakan rumus KR-20, yaitu :
R11 = [ K
K − 1 ] [ V t −∑ pqV t ]
dimana :
R11 = Koefisien reabilitas tes yang dicari
K = Banyaknya item dalam tes
Vt = Varians total
p = Proporsi (perbandingan sisiwa yang memjawab benar)
q = Proporso siswa yang menjawab salah ( q = 1 – p )
( A. Suharsini, 1999)
2. Validitas tes yang digunakan adalah dengan teknik point Biserial dengan
rumus :
rpbi =
Mp − MtSD √ p
q
dimana :
rpbi = Validitas hasil tes
Mp = Mean masing-masing data
Mt = Mean skor total
SD = Standar deviasi
p = Jumlah jawaban yang benar
q = Jumlah jawaban yang salah (q = 1 – p) ( A. Suharsini, 1999)
3. Daya pembeda tes
Daya pembeda tes setiap soal dapat dicari dengan menggunakan rumus :
DB = %WL - %WH
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Data diurutkan dari nilai tertinggi hingga nilai terendah
b. Diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai terendah
c. Diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tertinggi
d. Dihitung %WL =
WLN
x 100 %, dan %WH =
WHN
x 100 %
dimana ;
WH = Jumlah menjawab salah dari kelompok rendah
WL = Jumlah menjawab salah dari kelompok tinggi
( Jyce, B dan Well, M, 1980)
3. Tingkat kesukaran
Untuk menentukan tingkat kesukaran (TK) dilakukan analisis system dengan
cara :
a. Data diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah
b. Diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai tinggi dan 27%
dari kelompok yang mendapat nilai terendah
c. Melakukan perhitungan dengan rumus :
TK =
WL + WH2n
x 100 %
Menurut ketentuan yang digunakan TK dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
TK > 100% soal sangat sukar
84% ≤ TK ≤ 100% soal sukar
50% ≤ TK ≤ 84% soal sedang
10% ≤ TK ≤ 50% soal mudah
TK < 10% soal sangat mudah
( Jyce, B dan Well, M, 1980)
D. Teknik analisis data
Langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah melakukan tes awal dan
tes akhir, kemudian data yang diperoleh dianalisis lebih lanjut dengan langkah langkah
sebagai berikut :
1. Melaksanakan uji Normalitas.
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat yang bertujuan
untuk mengetahui apakah populasi terdistribusi secara normal atau tidak. Prosedur
pengujian dilakukan sebagai berikut
a. Membuat batas kelas dari distribusi frekwensi yang ada
b. Menentukan luas tiap interval kelas
c. Menentukan frekwensi harapan (teoritis) dengan mengalihkan luas interval
dengan jumlah frekwensi
d. Menguji normalitas dengan rumus :
X2 = ∑ [ ( f o −f h )
2
f h ]
dimana : X2 = harga Chi kuadrat yang dicari
fo = Frekwensi yang ada (frekuensi observasi atau frekuensi
sesuai dengan keadaan)
fh = Frekwensi yang diharapkan sesuai dengan teori
Kriteria pengujian dengan α = 0,05 dan dk = k – 1, k adalah jumlah kelas
Jika X2 hitung < X2 tabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
( Sudjana, 1989)
2. Melakukan uji homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan dengan uji dua pihak pada taraf signifikansi 5%,
menggunakan rumus statistik : F =
Varians terbesarVarians terkecil
3. Pengujian Hipotesis
Uji perbedaan dua rata-rata (uji dua pihak) untuk tes akhir yang dilakukan dengan
uji statistik t yaitu :
t =
X1 − X 2
S√ S12
n1+
S22
n2
dengan :
S =
(n1 − 1 ) S12 + (n2 − 1 ) S
22
n1 + n2 , dk = (n1 + n2 ) – 2
dimana :
T = harga t hasil perhitungan
X1 = Rata-rata skor kelas eksperimen
X2 = Rata-rata skor kelas kontrol
n1 = Jumlah data kelas eksperimen
n2 = Jumlah data kelas kontrol
S12 = Varians pada kelas eksperimen
S22 = Varians pada kelas kontrol
S = Varians gabungan
5. Jadwal Kegiatan
NO KEGIATAN Agt Sept Okt Nop1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rancangan kerja / penyusunan proposal
2 Proses Bimbingan3 Pengumpulan,
Pengkajian dan pengolahan data
4 Penyusunan KTI-online
5 Pelaporan
Panyabungan, 02 Nopember 2007 Penulis
Naek Marpaung NIP 131 860 032
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
PT. Rineka Cipta
Bahri Djamirah, Syaiful, dan Drs. Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
DePorte, Bobbi, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie. 1999. Quantum Teaching,
alih Bahasa oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa
Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: LSFK2P
Rohani HM, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Soedjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
__________. 2003. Buletin Pusat Perbukuan vol. VIII. Jakarta : Depdiknas
__________. 1990. Hand-outs PKG IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
kebudayaan
Uzer Usman, Mohammad, 1995, Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Wijaya, Cece dan A. Tabrani Rusyan. 1992. Kemampuan dasar Guru dalam Proses
Belajar-Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya