mutu pelayanan tugas puskesmas
DESCRIPTION
gggTRANSCRIPT
Mutu Pelayanan
Definisi mutu barang atau jasa adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa
kebutuhan yang di nyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.9
Program menjaga mutu dapat diartikan sebagai suatu upaya yang di laksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan, lalu menetapkannya dan melaksanakannya dengan
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang di
capai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.4
1. Ruang Lingkup
Kegiatan program menjaga mutu di bagi menjadi lima macam, yaitu menetapkan
masalah mutu pelayanan yang diselenggarakan, menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan yang di selenggarakan, menetapkan cara penyelesaian masalah mutu
pelayanan kesehatan, melaksanakan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan, menilai
hasil yang di capai serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut.9 Lima kegiatan
program menjaga mutu, yaitu :
a. Berkesinambungan
Berkesinambungan disini dibedakan atas dua macam yaitu berkesinambungan antara
kegiatan program menjaga mutu dan berkesinambungan antar siklus program
menjaga mutu. Karakteristik berkesinambungan sering pula di sebut dengan nama
program peningkatan mutu berkesinambungan (Continous Quality Improvement).4,1
b. Sistematis
Dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistematis dalam kegiatan yang di laksanakan,
dan sistematis dalam sasaran yang dituju.4,12
c. Objektif
Objektif menunjuk pada standar yang telah di tetapkan. Untuk menjamin objektifitas
program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan masalah dan penyebab
masalah, haruslah selalu berpedoman pada standar yang telah di tetapkan.4,12
d. Terpadu
Menunju pada pengelolaan program menjaga mutu yang harus dilaksanakan secara
terpadu dengan pengelolaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.4,12
2. Sasaran Program Menjaga Mutu
Sasaran yang di maksud dalam program menjaga mutu adalah pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan mengandung unsur masukan (input), lingkungan
(environment), proses (process), serta keluaran (output).4 Unsur tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Unsur masukan
Unsur masukan meliputi semua hal yang dibutuhkan untuk terselenggaranya
pelayanan kesehatan. Unsur masukan tersebut adalah tenaga (man), sarana (material)
dan dana (money).4
b. Unsur proses
Unsur proses meliputi semua tindakan yang dilakukan. Unsur proses dibedakan atas
dua macam yakni tindakan medis (medical procedure) dan tindakan non medis (non
medical procedure). Tindakan medis yang dilakukan banyak macamnya mulai dari
anamnesis sampai dengan pelayanan tindak lanjut. Hal yang sama ditemukan pada
tindakan non medis, yang jenis dan jumlahnya sangat ditentukan pula oleh pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.4
c. Unsur lingkungan
Unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Untuk suatu institusi kesehatan, keadaan sekitar yang
terpenting adalah kebijakan, organisasi dan manajemen institusi.4
d. Unsur keluaran
Unsur keluaran adalah unsur yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan
(penampilan) pelayanan kesehatan yang dilakukan, yang secara umum dibedakan
atas dua macam.4
3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan
a. Indikator yang menunjukan pada penampilan aspek medis pelayanan kesehatan
Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu menunjuk pada penampilan aspek
medis pelayanan kesehatan, baik yang ada kaitannya dengan kode etik profesi dan
ataupun yang telah di atur dalam standar pelayanan profesi. Pelayanan kesehatan
disebut bermutu, bila penampilan aspek medis pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan tersebut sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi
yang memuaskan klien. Contoh indikator aspek medis pelayanan kesehatan yang
bermutu10 :
1) Kesembuhan penyakit yang diderita, makin tinggi angka kesembuhan makin
bermutu pelayanan kesehatan yang di selenggarakan.
2) Efek samping yang dialami, makin rendah angka efek samping tersebut, makin
bermutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
3) Kematian klien, makin rendah angka kematian tersebut, makin bermutu pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
4) Kepuasan klien, makin tinggi tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan medis
yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
b. Indikator yang menunjukan pada penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan.
Indikator pelayanan kesehatan yang bermutu dibatasi pada penampilan aspek non
medis pelayanan kesehatan, baik yang ada kaitannya dengan kode etik profesi dan
ataupun yang telah di atur dalam standar pelayanan profesi. Pelayanan kesehatan
disebut sebagai bermutu, bila penampilan aspek non medis pelayanan kesehatan
sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Contoh indikator aspek non medis adalah10 :
1) Pengetahuan klien, makin tinggi tingkat pengetahuan klien akan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
2) Kemantapan klien, makin tinggi kemantapan klien terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
3) Kepuasan klien, makin tinggi tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan non
medis yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
4. Dimensi KepuasanPasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan
Dimensi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan dapat di ukur berdasarkan
dua kategori yaitu:
a. Kepuasan yang mengacupadapenerapankodeetikdanstandarpelayananprofesi, yang
ukurannya mencakup penilaian terhadap4:
1) Hubungan dokter – pasien
Terbinanya hubungan dokter – pasien yang baik adalah salah satu dari kewajiban
etik. Untuk dapat penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu, hubungan
dokter – pasien yang baik ini harus dapat dipertahankan. Setiap dokter diharapkan
dapat dan bersedia memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara
pribadi, menampung dan mendengarkan semua keluhan, serta menjawab dan
memberikan keterangan yang sejelas – jelasnya tentang segala hal yang ingin di
ketahui oleh pasien.
2) Kenyamanan pelayanan
Mengupayakan terselenggaranya pelayanan yang nyaman adalah salah satu dari
kewajiban etik. Untuk dapat terselenggaranya pelayanan yang bermutu, suasana
pelayanan yang nyaman tersebut harus dapat dipertahankan. Kenyamanan yang di
maksud tidak hanya menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi juga
menyangkut sikap serta tindakan para pelaksana ketika menyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
3) Kebebasan melakukan pilihan
Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih serta menentukan
pelayanan kesehatan adalah salah satu dari kewajiban etik. Suatu pelayanan
kesehatan disebut bermutu apabila kebebasan memilih dapat diberikan. Oleh
karena itu, kebebasan melakukan pilihan harus dapat dipenuhi oleh setiap
penyelenggara pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan dan kompetensi teknis
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang di dukung oleh pengetahuan dan
kompetensi teknis bukan saja merupakan bagian dari kewajiban etik, tetapi juga
merupakan prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Makin tinggi
tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis maka makin tinggi mutu pelayanan
kesehatan.
5) Efektifitas pelayanan
Sama halnya dengan pengetahuan dan kompetensi teknis, maka efektifitas
pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban etik serta prinsip pokok
penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan, makin efektif
pelayanan kesehatan tersebut, makin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan.
6) Keamanan tindakan
Keamanan tindakan adalah bagian dari kewajiban etik serta prinsip pokok
penerapan standar pelayanan profesi. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan bermutu, aspek keamanan tindakan ini haruslah diperhatikan.
Pelayanan kesehatan yang membahayakan pasien bukanlah pelayanan kesehatan
yang baik oleh karena itu tidak boleh dilakukan.
b. Kepuasan yang mengacupadapenerapansemuanpersyaratanpelayanankesehatan,
ukurannyamencakup4 :
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)
Untuk menghasilkan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan, banyak
syarat yang harus dipenuhi. Salah satu syarat yang mempunyai peran penting
adalah ketersediaan pelayanan kesehatan. Kepuasan mempunyai hubungan yang
erat dengan mutu pelayanan, oleh karena itu suatu pelayanan kesehatan disebut
pelayanan yang bermutu bila pelayanan kesehatan tersebut tersedia di masyarakat.
2) Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien
terhadap pelayanan kesehatan, adalah kewajaran pelayanan kesehatan. Sama
halnya dengan ketersediaan yang mengkaitkan aspek kepuasan dengan mutu
pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan juga disebut sebagai pelayanan yang
bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
3) Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga ditentukan oleh
kesinambungan pelayanan kesehatan. Kepuasan mempunyai hubungan dengan
mutu pelayanan, oleh karena itu kesinambungan turut diperhitungkan sebagai
salah satu syarat pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, dalam arti tersedia
setiap saat, baik menurut waktu atau kebutuhan pemakai jasa pelayanan
kesehatan.
4) Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)
Penerimaan terhadap pelayanan kesehatan sangat menentukan puas atau tidaknya
pasien terhadap pelayanan kesehatan. Untuk dapat menjamin munculnya kepuasan
yang terkait dengan mutu pelayanan, maka pelayanan kesehatan tersebut harus
dapat diupayakan sehingga dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan.
Pelayanan kesehatan dinilai sebagai pelayanan yang bermutu apabila pelayanan
kesehatan dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5) Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)
Pelayanan kesehatan yang lokasinya terlalu jauh dari tempat tinggal tentu tidak
mudah dicapai. Hal tersebut tentu tidak akan memuaskan pasien. Karena kepuasan
hubungannya dengan mutu pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan yang
bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
6) Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak akan dapat dijangkau oleh semua
pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan tidak akan memuaskan pasien. Pelayanan
kesehatan perlu diupayakan penyesuaian biaya sesuai dengan kemampuan
pemakai jasa pelayanan kesehatan. Karena keterjangkauan pelayanan erat
hubungannya dengan kepuasan pasien, dan kepuasan pasien berhubungan dengan
mutu pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang
bermutu jika pelayanan kesehatan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai jasa
pelayanan kesehatan.
7) Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient)
Efisiensi pelayanan telah diketahui mempunya hubungan erat dengan kepuasan
pemakai jasa pelayanan. Untuk dapat menimbulkan kepuasan tersebut, perlu
diupayakan peningkatan efisiensi pelayanan. Puas atau tidaknya pemakai jasa
pelayanan mempunyai kaitan yang erat dengan baik atau tidaknya mutu
pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang
bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan secara
efisien.
8) Mutu pelayanan kesehatan (quality)
Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksud disini menunjukan pada kesembuhan
penyakit dan keamanan tindakan, yang apabila berhasil diwujudkan akan
memuaskan pasien. Karena terdapat kaitan antara mutu dengan kepuasan, maka
suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu bila
pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien dan tindakan yang dilakukan
aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Departemen Kesehatan RI. 2009.
2. Pedoman Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 2008.
3. Pudjiantoro R. Pengembangan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo – Semarang. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang. 2008.
4. Muninjaya Gde. Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta. 1999.
5. Azrul A. Pengantar Administrasi Kesehatan. PT Binarupa Aksara, Jakarta. 1988.
6. L.P. Wijayanti, Sunarto, K. Titik. Analisa Faktor Penentu Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. JKKI – Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2008.
7. Alamsyah D. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta.2011.
8. Pohan S. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan – Dasar-dasar Pengertian. Kesaint Blanc, Bekasi.2003.
9. Azwar A. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Aplikasi Prinsip Lingkungan Pemecahan Masalah). Yayasan Penerbit IDI, Jakarta. 1994.
10. Sulastomo. Manajemen Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2000.
11. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. CV ALFABETA, Bandung. 2000.
12. Subekti D. Analisis Hubungan Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Balai Pengobatan (Bp) Umum Puskesmas Di Kabupaten Tasikmalaya. (Tesis). Universitas Diponegoro, Semarang. 2009.
13. Sandjaja, Heriyanto A. Panduan Penelitian. Prestasi Pustaka, Jakarta. 2006.
14. Profil Data Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan RI, 2011.
15. Profil Data Kesehatan Kota Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010.
16. Santoso S. Mengolah Data Statistik Secara Profesional SPSS Versi 10. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. 2001.
17. Prawira T. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta. 2006.
18. Lubis C S. Persepsi Pengguna Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Terhadap Pelayanan Kesehatan di RS Haji Medan. (Skripsi). Universitas Sumatera Utara, Medan. 2008.
19. Endartini S T. Persepsi Pasien Umum Terhadap Pelayanan Rumah Sakit Kesdam I/BB Medan. (Tesis). Universitas Sumatera Utara, Medan. 2004.
20. Arikunto S. Manajemen Penelitian, edisi revisi. Rineka Cipta, Jakarta. 2005