web viewprof. dr . armida s ... penataan manajemen aset ... para anggota cenderung mengikuti arus...
TRANSCRIPT
PRESENTASI PEREKONOMIAN INDONESIA
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
dan Badan Perencanaan Nasional
Disusun oleh:
M. Fulki Hafiyyan 264517 Dini A. Dewandani 265268Riesa Aulia Suciati 264770 Rizky Noviandi 265280Eko Pebri Rudianto 264791 Nindita Rusydah Pramesthi 265318Asthari Pawestri 264800 Muh. Fatkhan Hasfi 265342Poppy Aryanti Vivi Soraya 265020 Yanu Raditya Irawan 268467Rizky Henry Wibowo 265199 Ghifar Maulana 280220Threshea Taruli 265238 Khresna Hardianto 280427M. Habibi Rossi D. 265265
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2012
Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia
I. VISI
Terwujudnya Sekretariat Negara yang profesional, transparan dan akuntabel dalam rangka
memberikan pelayanan prima kepada Presiden dan Wakil Presiden.
II. MISI
- Memberikan dukungan pelayanan teknis dan administrasi yang prima kepada Presiden
dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan kekuasaan negara;
- Memberikan pelayanan kerumahtanggaan dan keprotokolan yang optimal kepada
Presiden dan Wakil Presiden;
- Memberikan dukungan teknis dan administrasi secara efektif kepada Presiden dalam
menyelenggarakan kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara;
- Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan,
administrasi umum, informasi dan hubungan kelembagaan;
- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana dan prasarana Sekretariat Negara.
III.STRATEGI
- Meningkatkan dukungan teknis dan administrasi secara efektif
- Meningkatkan pelayanan kerumahtanggaan Presiden dan Wakil Presiden
- Meningkatkan pelayanan keprotokolan Presiden dan Wakil Presiden
- Meningkatkan pelayanan teknis dan administrasi personil Perwira TNI Angkatan Darat,
Angkatan Laut, dan Angkatan Udara
- Meningkatkan penyelenggaraan pengawasan
- Meningkatkan penyelenggaraan administrasi umum dan dukungan informasi
- Meningkatkan hubungan kelembagaan
- Meningkatkan kualitas dan pembinaan sumber daya manusia
- Meningkatkan saran dan prasarana di lingkungan Sekretariat Negara serta pengelolaan
museum dan benda-benda seni budaya koleksi Istana Kepresidenan.
Sumber : Rencana Stratejik Sekretariat Negara RI Tahun 2005-2009
IV. TUGAS DAN FUNGSI
Peraturan Menteri Sekretaris Negara RI Nomor 1 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretaris Negara. Kedudukan Sekretariat Negara adalah lembaga pemerintah yang
dipimpin oleh Menteri Sekretaris Negara, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
Tugas Sekretariat Negara memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden
dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan negara.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Negara menyelenggarakan fungsi :
- Pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam
pelaksanaan tugasnya menyelenggarakan kekuasaan negara;
- Penyiapan naskah-naskah Presiden dan Wakil Presiden;
- Koordinasi pemberian pelayanan kerumahtanggaan dan keprotokolan kepada Presiden
dan Wakil Presiden;
- Koordinasi pemberian dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam
menyelenggarakan kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara;
- Penyelenggaraan administrasi pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dalam dan
dari jabatan dan atau pangkat Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Sekretariat Negara dan
Pejabat Negara;
- Pemberiaan dukungan teknis dan administrasi, serta analisis dalam rangka penyiapan izin
prakarsa dan penyelesaian rancangan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah, serta pemberian pertimbangan kepada
Sekretaris Kabinet dalam penyusunan rancangan Peraturan Presiden;
- Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan Presiden dan Wakil Presiden;
- Pelaksanaan fungsi-fungsi lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.
V. STRUKTUR ORGANISASI
Unit Kerja Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia terdiri atas :
A. Sekretariat Presiden
B. Sekretariat Wakil Presiden
C. Sekretariat Militer Presiden
D. Sekretariat Kementerian
1. Biro Perencanaan
2. Biro Keuangan
3. Biro Tata Usaha dan Hubungan Masyarakat
4. Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri
5. Biro Umum
E. Deputi Bidang Dukungan Kebijakan
1. Asisten Deputi Dukungan Kebijakan Dalam Negeri
2. Asisten Deputi Dukungan Kebijakan Hubungan Internasional
3. Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan
4. Asisten Deputi Dukungan Data Kebijakan dan Informatika
F. Deputi Bidang Sumber Daya Manusia
1. Biro Administrasi Pejabat Negara
2. Biro Kepegawaian
3. Biro Organisasi, Tata Laksana dan Akuntabilitas Kinerja
G. Deputi Bidang Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan
1. Asisten Deputi Hubungan Lembaga Negara dan Lembaga Non Struktural
2. Asisten Deputi Hubungan Lembaga Daerah dan Organisasi Politik
3. Asisten Deputi Hubungan Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya
Masyarakat
4. Asisten Deputi Pengaduan Masyarakat
H. Deputi Bidang Perundang-Undangan
1. Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Perekonomian
2. Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat
3. Asisten Deputi Hukum
I. Staf Ahli
J. Inspektorat
K. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Badan Perencanaan Nasional
I. PROFIL
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (atau selanjutnya disingkat Bappenas) adalah lembaga yang mengemban 4 peran
yang saling terkait satu sama lain, yaitu: (1) pengambil kebijakan/keputusan (policy maker),
(2) koordinator, (3) think-tank, dan (4) administrator. Keempat peran tersebut dijabarkan ke
dalam pelaksanaan berbagai kegiatan strategis. Sebagai pengambil kebijakan/keputusan,
Bappenas menentukan kebijakan dan program dalam rencana pembangunan nasional baik
jangka panjang (RPJPN), menengah (RPJMN) maupun tahunan (RKP). Untuk rencana kerja
pemerintah (RKP) yang bersifat tahunan, disusun berikut perkiraan anggarannya, sedangkan
perkiraan anggaran untuk RPJMN dimulai sejak RPJMN 2010-2014. Selain tugas
perencanaan tersebut, Kementerian PPN/Bappenas juga berperan dalam turut menentukan
kebijakan-kebijakan penanganan permasalahan yang mendesak dan berskala besar, seperti
penanganan pascabencana alam dan perubahan iklim (climate change).
II. VISI
Mewujudkan Kementerian PPN/Bappenas yang andal, kredibel dan proaktif untuk
mendukung pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.
III.MISI
1. Menyusun rencana pembangunan nasional yang berkualitas dalam rangka:
2. Mengintegrasikan, memadukan (sinkronisasi), dan mensinergikan baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, dan antarfungsi pemerintah, maupun antara pusat dengan daerah;
3. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan
dan pengawasan;
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;
5. Menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan
nasional, kajian dan evaluasi kebijakan yang berkualitas, sebagai masukan untuk tindak
lanjut perbaikan, proses perencanaan berikutnya dan untuk perumusan kebijakan
pembangunan di berbagai bidang.
7. Melakukan koordinasi yang efektif dalam rangka pelaksanaan tugastugas Kementerian
PPN/Bappenas
IV. TUGAS DAN FUNGSI
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2007 Tentang Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional
BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1
1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut BAPPENAS,
adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
2. BAPPENAS dipimpin oleh seorang Kepala.
Pasal 2
BAPPENAS mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang perencanaan
pembangunan nasional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BAPPENAS
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
b. koordinasi dan perumusan kebijakan di bidang perencanaan pembangunan nasional;
c. pengkajian kebijakan pemerintah di bidang perencanaan pembangunan nasional;
d. penyusunan program pembangunan sebagai bahan penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan bersama-sama dengan Departemen
Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional;
e. koordinasi, fasilitasi, dan pelaksanaan pencarian sumber-sumber pembiayaan dalam dan
luar negeri, serta pengalokasian dana untuk pembangunan bersama-sama instansi terkait;
f. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BAPPENAS;
g. fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang perencanaan
pembangunan nasional;
h. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan
fungsinya kepada Presiden;
i. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, perlengkapan dan rumah tangga.
Kementrian Terkoordinir
I. Menko Kesra: H.R. Agung Laksono
Visi
“Terwujudnya Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat untuk Mencapai Indonesia
Sejahtera, Maju, Mandiri dan Bermartabat”
Misi
Untuk mewujudkan visi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Tahun
2010-2014, maka ditetapkan misi sebagai berikut :
1. Meningkatkan mekanisme koordinasi kebijakan dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
bidang kesejahteraan rakyat.
2. Meningkatkan koordinasi pengendalian dan pengawasan dalam pelaksanaan kebijakan
bidang kesejahteraan rakyat.
3. Meningkatkan koordinasi dalam pemantauan, analisis, dan evaluasi kebijakan bidang
kesejahteraan rakyat.
4. Meningkatkan kualitas aparatur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
II. Menko Perekonomian: Ir. M. Hatta Rajasa
Visi
“Terwujudnya lembaga koordinasi dan sinkronisasi pembangunan ekonomi yang efektif dan
berkelanjutan”.
Misi
“Meningkatkan sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan
kebijakan di bidang perekonomian”.
III.Menko Polhukam: Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto
Visi
“Institusi utama dalam pengembangan dan perwujudan kehidupan politik yang demokratis,
supremasi hukum dan stabilitas keamanan”
Misi
1. Mengkoordinasikan perencanaan, perumusan dan implementasi kebijakan nasional di
bidang politik, hukum dan keamanan;
2. Melakukan evaluasi dan kajian untuk penyampaian saran dan pertimbangan di bidang
politik, hukum dan keamanan kepada Presiden.
Profil Menteri Koordinator
I. SETNEG
Letjen TNI (Purn) Sudi Silalahi Salah satu orang kepercayaan Presiden SBY yang lahir di
Pematangsiantar, Sumatra Utara, 13 Juli 1949 ini adalah
Sekretaris Kabinet dalam Kabinet Indonesia Bersatu jilid
satu (2004-2009).
Anggota Tim Kampanye SBY-Boediono ini adalah
Sekretaris Menko Polkam, saat Yudhoyono sedang
menjabat sebagai Menko Polkam di bawah pemerintahan
Megawati Soekarnoputri. Sudi Silalahi menggantikan Hatta
Rajasa sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg)
pada kabinet mendatang.
II. BAPPENAS
Prof. Dr. Armida S Alisjahbana, S.E., M.A. Guru besar
Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung itu
lahir di Bandung, 16 Agustus 1960. Armida adalah profesor
ekonomi yang menjabat sebagai Wakil Dekan Fakutas
Ekonomi Unpad. Dia juga merupakan peneliti senior
fakultas Ekonomi Unpad.
Dia memperoleh gelar doktor dari University of
Washington, Seattle, Washington, Amerika Serikat. Sarjana
ekonomi Jebolan FEUI ini juga kerap menjadi konsultan di sejumlah lembaga keuangan
dunia, seperti Bank Dunia, juga di AusAid.
APBN SETNEG DAN BAPPENAS Tahun 2005-2012
Kementrian Negara/Lembaga
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012LKPP LKPP LKPP LKPP LKPP APBN-P APBN-P RAPBN
SETNEG 603,1 729,9 1174,5 1105,6 1342 1908,4 2154,7 2606,05BAPPENAS 138 198,1 252,6 312,3 314,9 566,3 699,4 827,34
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130
500
1000
1500
2000
2500
3000
SETNEGBAPPENAS
Bisa kita lihat pada tabel maupun grafik bahwa APBN dari tahun 2005 hingga 2012 cenderung
mengalami peningkatan. Ini bisa terjadi karena ekonomi kita dari tahun ke tahun mengalami
pertumbuhan. Karena ekonomi tumbuh, penerimaan negara juga makin besar. Karena
penerimaan negara makin besar, maka kita bisa membelanjakan anggaran itu untuk kepentingan
pembangunan, kepentingan rakyat, baik di pusat maupun di daerah lebih besar lagi.
Masalahnya adalah masih ada ketidakmampuan dan ketidaktepatan di dalam menggunakan
anggaran yang telah direncanakan dan ditetapkan. Contohnya adalah pada tahun 2011, realisasi
belanja kementerian dan lembaga di tingkat pusat hanya sekitar 70%. APBN terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bantuan sosial dan belanja lain-lain. Jika belanja rutin
dan belanja pegawai akan terserap habis, bagus. Tetapi jauh lebih bagus kalau anggaran atau
belanja barang dan belanja modal ini juga diserap habis.
Apa artinya dengan potret ini? dengan situasi ini bahwa di tahun pembangunan 2011, kita
sebenarnya kehilangan peluang untuk ekonomi kita tumbuh lebih tinggi lagi, ada opportunity
loss. Mestinya lebih banyak lagi hasil dan sasaran yang dapat kita capai. Di tengah-tengah
perekonomian global seperti ini dan kita punya momentum, kalau kita masih begini, berarti kita
menyia-nyiakan momentum untuk ekonomi kita tumbuh lebih pesat lagi di masa yang akan
datang. Inilah tantangan dan permasalahan yang dihadapi.
Jika dengan kita perbaiki bersama, nantinya kontribusi dari anggaran, dari APBN dan APBD
betul-betul sesuai harapan dan rencana dan ekonomi kita lebih tinggi lagi tahun-tahun
mendatang, maka yang terjadi adalah lapangan pekerjaan tercipta lebih besar. Hukum ekonomi
mengatakan, pertumbuhan terjadi, lapangan kerja tercipta. Kalau itu terjadi, pengangguran akan
terus berkurang. Orang yang tadinya menganggur, kemudian bekerja memiliki penghasilan.
Kalau memiliki penghasilan, tentulah kesejahteraannya makin baik dan kemiskinan makin
kurang. Dengan pertumbuhan ekonomi itu, penerimaan negara makin besar. Lantas kemudian
anggaran yang kita miliki, pusat dan daerah, untuk penanggulangan kemiskinan juga makin
besar, kemiskinan akan turun, infrastruktur akan semakin baik.
Realisasi Anggaran
Pada tahun 2011, alokasi anggaran Kementerian PPN/Bappenas adalah sebesar Rp. 719,9 miliar
atau naik sekitar 16,2 persen dibandingkan tahun 2010, terdiri dari Rupiah Murni (RM) sebesar
Rp. 449,5 miliar, pinjaman dan hibah luar negeri (PHLN) sebesar Rp. 270,4 miliar. Anggaran
tersebut telah direalisasikan sebesar Rp. 481,,8 miliar, atau sekitar 66,9 persen (angka sementara
per 9 Januari 2012) dari alokasi anggaran keseluruhan. Persentase realisasi tahun 2011 ini lebih
tinggi dibandingkan persentase realisasi anggaran tahun 2010 yang sebesar 61-,8 persen.
Penyerapan anggaran tahun 2011 ini dipengaruhi oleh antara lain: a) adanya efisiensi
pelaksanaan pelelangan untuk kegiatan fisik sarana dan prasarana seperti renovasi dan perbaikan
ruang kerja dan ruang rapat, pembelian peralatan pendukung kualitas kerja (seperti komputer,
printer, dan scanner), serta pembelian kendaraan dinas, dan lainnya; b) terbatasnya calon peserta
diklat yang memenuhi persyaratan untuk dibiayai dari PHLN, sehingga anggaran yang tersedia
kurang dapat digunakan secara optimal; c) persetujuan loan
Agreement ditandatangani pada pertengahan tahun, sehingga penyerapan anggarannya
tidaoptimal; d) adanya reward atas pelaksanaan kegiatan dan anggaran tahun 2010 dan adanya
alokasi penghematan yang tidak dimanfaatkan, serta e) adanya beberapa kegiatan seperti Rapat
Kerja (Raker) Presiden dan Raker Internal tidak seluruhnya dilaksanakan sesuai yang
direncanakan. Walaupun penyerapan anggaran di tahun 2011 relatif rendah, yaitu sekitar 66,9
persen, namun capaian kinerja kegiatan selama tahun 2011 telah tercapai sesuai dengan yang
direncanakan.
Problem Anggaran
Masalahnya adalah masih ada ketidakmampuan dan ketidaktepatan di dalam menggunakan anggaran yang telah direncanakan dan ditetapkan.
Ex: pada tahun 2011, realisasi belanja kementerian dan lembaga di tingkat pusat hanya sekitar 70%.
DATA CAPAIAN
Ringkasan Capaian Kinerja Bappenas 2011
No.
Kegiatan Status/Keterangan
1 PenyusunanDokumenPerencanaan
1. Sosialisasi RPJMN 2020-2014 dan Diseminasi Produk-produk Perencanaan Pembangunan dilaksanakan empat kota, yaitu Medan, Manado, Jakarta, dan Denpasar.
2. Penyusunan MP3EI dilaksanakan bersama dengan Kemenko Perekonomian dan pada tanggal 27 Mei 2011 ditetapkan Perpres Nomor 32/2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
3. Telah ditetapkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29/2011 tentang RKP Tahun 2012.
4. Pelaksanaan Musrenbangnas di Jakarta pada tanggal 28-29 april 2011 dan dilanjutkan
5. Penyusunan Pagu Indikatif 2012 dilaksanakan bersama-sama dengan Kementerian Keuangan dan tanggal 31 Maret 2011, pagu Indikatif dikeluarkan secara resmi melalui Surat Bersama antara Menteri
PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor 0091/M.PPN/03/2011 dan SE-189.1/MK.02/2011 tentang Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP Tahun 2012
6. Penyusunan Revisi Blue Book dan Green Book. Bappenas bersama Kementerian Keuangan telah menyiapkan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai pinjaman luar negeri
2 Pemantauan danEvaluasi
1. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah untuk 33 Provinsi.2. Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 20103. Evaluasi Satu Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-20144. Evaluasi Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1
dan 25. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Inpres Nomor 5/2011 tentang
Pengamanan Produksi Beras Nasional dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrim
6. Melaksanakan Forum Konsultasi Publik (FKP) dalam Rangka Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pembangunan Tahun 2011
7. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN-PRB)
8. Persiapan Monitoring dan Evaluasi Klaster 4 Program Prorakyat9. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Kegiatan yang
Dibiayai Pinjaman Luar Negeri,10. Pemantauan dan Evaluasi Perkembangan Ekonomi Makro
3 KoordinasiPerencanaanPembangunan
1. Koordinasi Penanggulangan Bencana, antara lain berupa Penyusunan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Bencana: Wasior, Mentawai, dan Merapi, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
2. Koordinasi penyusunan Rencana Percepatan Pembangunan Tanah Papua (Papua dan Papua Barat)
3. Koordinasi Penyusunan Rencana Percepatan Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur)
4. Penyusunan Rencana Aksi Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan
5. Koordinasi Milllennium Corporate Challenge for Indonesia (MCC for Indonesia)
6. Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim7. Koordinasi Penyusunan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca (RAN/RAD-GRK)8. Koordinasi Nasional Program Pembangunan Bidang Prasarana
Sumber Daya Air9. Koordinasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS/Public Private
Partnership)10. Koordinasi Perumusan Kebijakan Tarif Bea masuk/Keluar Barang,
dalam wadah yang disebut Tim Tarif11. Pengembangan Kerjasama Pembangunan12. Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik (Good Governance)13. Penyusunan Indeks Demokrasi Indonesia
14. Pengembangan Industri Strategis Pertahanan dan Keamanan4 Tata Kelola
danManajemenInternal
1. Pencapaian Opini WTP Laporan Keuangan Bappenas selama 3 tahun (tahun 2008-2010)2. Pengawasan internal3. Penataan Manajemen Aset Kementerian PPN/Bappenas4. Perencanaan dan Pengadaan Dukungan Sarana dan Prasarana Kantor Kementerian PPN/Bappenas
5 PengembanganKualitas SDMAparaturPerencanaanPusat dan Daerah
Dilaksanakan melalui Pendidikan dan Pelatihan Gelar dan Non Gelar S2 dan S3 di Dalam danLuar Negeri
6 PenugasanLainnya kepadaMenteriPPN/KepalaBappenas
1. Dukungan Percepatan Pencapaian MDGs (Inpres Nomor 3/2010 tentang Program Pembangunanyang Berkeadilan)2. Penyusunan Rencana Aksi Pangan dan Gizi3. Pembangunan Infrastruktur (Inpres No. 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan PrioritasPembangunan Nasional)4. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Kerjasama Pemerintahdan Swasta (KPS)
HAMBATAN BAPPENAS
Penyusunan Rencana Aksi Pangan dan Gizi
Berdasarkan Inpres Nomor 3/2010, Bappenas ditugaskan untuk mengkoordinasikan dan
memfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) yang terpadu,
terkoordinasi, sinergis, dan komprehensif serta bersifat lintas sektor dan lintas program yang
disusun bersama oleh pihak terkait baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Sebagai dasar pelaksanaan kegiatan tersebut, telah diterbitkan Surat Edaran Menteri PPN/Kepala
Bappenas Nomor 0154/M.PPN/05/2011 perihal Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah
Pangan dan Gizi (RAD-PG). Adapun rangkaian kegiatan yang telah dilakukan antara lain adalah
pelaksanaan sosialisasi pedoman dan fasilitasi Penyusunan RAD-PG.
Permasalahan yang dihadapi antara lain adanya dokumen rencana aksi untuk prioritas
pembangunan lainnya yang penyusunannya juga dikoordinasikan oleh Bappeda dengan batas
waktu penyelesaian yang berdekatan dengan dokumen RAD-PG. Hal tersebut berdampak pada
terkendalanya penyelesaian dokumen rencana aksi secara tepat waktu. Disamping itu, hal
tersebut juga berdampak pada ketajaman analisis dan kualitas rencana aksi yang disusun.
Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang Berkaitan dengan Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS)
Bappenas telah melakukan Kajian Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan
dengan KPS dalam Penyediaan Infrastruktur. Beberapa hasil yang dicapai meliputi: (1) Pemetaan
konflik pengaturan KPS dengan beberapa peraturan perundang-undangan; dan (2) rekomendasi
dan usulan tindak lanjut untuk mengatasi benturan Perpres nomor 67/2005 dengan peraturan
perundangundangan lainnya.
Permasalahan yang terjadi dalam regulasi terkait dengan KPS antara lain, terdapat benturan
antara Perpres Nomor 67/2005 dengan PP Nomor 6/2006, khususnya dalam hal: (i) Kedudukan
PP Nomor 6/2006 lebih tinggi dibanding Perpres Nomor 67/2005; (ii) Perbedaan pengaturan
pihak yang berwenang menyelenggaraan pengadaan; (iii) Perbedaan pengaturan jumlah peserta
tender; (iv) Perbedaan mengenai jenis kerjasama; dan (v) Perbedaan jangka waktu kerjasama.
Matrik Permasalahan dan Tindak Lanjut Penyerapan Anggaran 2011
KELEMAHAN DAN HAMBATAN SETNEG
KELEMAHAN
- Kelemahan setneg ini terkait dengan konflik internal setneg yang seringkali menjadi
sumber kelemahan.
- Jika setneg gagal menerapkan prinsip-prinsip organisasinya, berarti setneg tidak dapat
dijalankan secara konsisten karena gagal memecahkan hal-hal yang terkait dengan
kepentingan individu, kelompok, dan organisasi.
KONFLIK INTERNAL
Konflik Internal : adalah segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik di antara dua
atau lebih pihak dalam setneg.
Sebagian besar sumber-sumber konflik merupakan hasil dinamika dari:a. Interaksi individual,b. Interaksi kelompok,c. Proses-proses psikologis.
Dalam hal ini, pimpinan dapat menyelesaikan konflik internal tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dengan menggunakan sejumlah alternatif berikut ini:
a. Kekuasaan (power),b. konfrontasi,c. kompromi,d. menghaluskan situasi, dan ataue. mengundurkan diri sebagai pimpinan.
HAMBATAN
Secara umum, hambatan-hambatan dalam setneg antara lain:
a. Hambatan Regulasi yang meliputi kerangka, arah kebijakan, dan peraturan yang kurang
jelas sehingga menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda, tumpang tindihnya berbagai
aturan dalam kesepakatannya, serta struktur yang “kabur”.
b. Hambatan Institusional seperti tidak adanya badan arbitrasi yang menengahi konflik di
antara anggota, terbatasnya kemampuan SDM-nya, serta kurangnya koordinasi di antara
anggota dan antar bagian.
c. Hambatan Lingkungan, yaitu lingkungan internal dan eksternal setneg serta situasi dan
kondisi lingkungan masyarakat.
Hambatan lingkungan ini terdiri dari dua aspek :
1. Aspek Teknis, yaitu kurang tersedianya infrastruktur guna menghubungkan sesama
anggota dan dalam hubungan antar bagian.
2. Aspek Legal, yaitu:
3. Aspek Personal, yaitu: para anggota cenderung mengikuti arus dan ragu dalam mengikuti
perubahan yang terjadi pada konstelasi politik sehingga justru setneg hanya akan
mendukung terjadinya keadaan yang bersifat stagnan.
4. Aspek SDM dan Operasional, yaitu hambatan yang mempersulit setneg dalam:
Pembagian kekuasaan (power), wewenang, peran, dan tanggung jawab di antara
sesama anggota.
Rendahnya kuantitas dan kualitas SDM.
Besarnya biaya operasional.
HAMBATAN BIROKRASI
Birokrasi : adalah struktur organisasi yang ditandai dengan kepatuhan terhadap prosedur standar.
Sikap birokrasi yang rumit akan:a. Menghambat terciptanya iklim kerjasama yang kondusif.b. Membuang-buang waktu.c. Membuang-buang biaya yang sangat besar.
Oleh karena itu, hambatan birokrasi dapat diatasi dengan beberapa cara berikut ini:a. Memperjelas regulasi/kesepakatan yang sifatnya abu-abu;b. Meninjau kembali regulasi secara periodik dan mengevaluasinya secara berkala agar
regulasi tsb sejalan dengan Hukum Internasional yang ada;c. Membagi beban tanggung jawab di antara sesama anggota secara adil.d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas profesionalisme SDM-nya melalui berbagai
pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta berbagai fasilitas yang diperlukan.
IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA
Sosialisasi RPJMN 2010-2014 dan Diseminasi Produk-produk Perencanaan Pembangunan
Sejak terbitnya Undang-Undang Nomor 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang
mulai berlaku sejak bulan Mei 2010, Kementerian/Bappenas terus berupaya menunjukkan
keseriusan dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good governance) yang
mengedepankan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Sebagai badan publik,
Bappenas juga berupaya optimal dalam penyediaan dan pemberian/penerbitan informasi bagi
masyarakat.
Produk-produk perencanaan pembangunan, seperti dokumen RPJPN 2005-2025, RPJMN 2010-
2014, dan RKP, telah disosialisasikan kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Kegiatan
sosialisasi tersebut bertujuan agar pesan-pesan terkait prioritas pembangunan dan rencana
pembangunan nasional dapat lebih dipahami oleh seluruh pemangku kepentingan. Di tahun
2011, Bappenas melakukan Kegiatan Sosialisasi Produk-produk Perencanaan Pembangunan
dalam bentuk seminar nasional yang dilaksanakan di empat kota, yaitu Medan, Manado, Jakarta,
dan Denpasar. Tema yang diusung dalam seminar nasional tersebut adalah (1) Optimalisasi
Skema KPS (PPP) dalam Pembangunan Infrastruktur Daerah, (2) Infrastruktur Pelabuhan,
Interconnectivity, dan Potensi Ekonomi Indonesia Bagian Timur, (3) Menuju Ekonomi Hijau:
Pembelajaran pada Tahap Transisi, dan (4) Konsolidasi Demokrasi, Otonomi Daerah, dan
Masalah Keamanan di Indonesia.
Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Bersama dengan Kemenko Perekonomian, Bappenas membidani lahirnya Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 (atau kemudian lebih dikenal
dengan MP3EI 2011-2025). Proses penyusunan MP3EI ini bermula dari direktif Presiden pada
Retreat Kabinet Terbatas pada tanggal 30 Desember 2010 di Istana Kepresidenan Bogor. Sesuai
arahan Presiden, untuk menyusun MP3EI ini juga turut dilibatkan Komite Ekonomi Nasional
(KEN) dan Komite Inovasi Nasional (KIN).
Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Menko Perekonomian, dibentuk Tim Koordinasi
Penyusunan MP3EI yang ditugaskan untuk menyempurnakan konsep awal tersebut dengan
menampung masukan dari berbagai pemangku kepentingan, yaitu: Kementerian dan LPNK
terkait, para pimpinan BUMN, KADIN, APINDO, HIPMI, serta pimpinan berbagai asosiasi
usaha, UMKM, para pakar dan akademisi. Hasil dari penyempurnaan MP3EI ini kemudian
dilaporkan Menko Perekonomian kepada Presiden dalam Rapat Kerja Pemerintah dengan
BUMN dan Pemerintah Daerah pada tanggal 21-22 Februari 2011 di Istana Kepresidenan Bogor.
Laporan Nasional Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah untuk 33 Provinsi
Kegiatan Koordinasi Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah di 33 Provinsi (atau EKPD 33
Provinsi) merupakan kegiatan yang dilaksanakan Bappenas bekerjasama dengan 33 Perguruan
Tinggi di 33 Provinsi untuk mengevaluasi capaian pelaksanaan RPJMN di daerah. Kegiatan ini
difokuskan pada 3 substansi, yaitu: pertama, evaluasi capaian pelaksanaan RPJMN 2010-2014 di
provinsi berdasarkan Prioritas Nasional; kedua, evaluasi relevansi antara RPJMN 2010-2014
dengan RKPD 2010-2011 provinsi; dan ketiga, evaluasi tematis di daerah berdasarkan hasil
kajian yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan
laporan yang berisi data dan informasi capaian pelaksanaan RPJMN di daerah, relevansi RPJMN
2010-2014 dan RKPD Provinsi 2010-2011, serta evaluasi tematis tiap daerah.
Evaluasi kinerja pembangunan di 33 provinsi dilaksanakan bekerjasama 33 perguruan tinggi
yang dimulai dengan penandatanganan MoU antara Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan
rektor dari 33 perguruan tinggi. Metode yang digunakan adalah desk review dari data yang telah
disediakan oleh Bappenas dan dilanjutkan focus group discussion serta kunjungan lapangan
untuk memperoleh informasi latar belakang terjadinya kondisi tertentu di daerah. Hasil akhir
selanjutnya dipresentasikan oleh masing-masing universitas di hadapan pejabat Bappenas dan
utusan K/L.
Evaluasi Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1 dan 2
Sesuai dengan Perpres Nomor 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan,
program-program penanggulangan kemiskinan pemerintah dikelompokkan menjadi 3 klaster,
yaitu: (i) Klaster pertama: kelompok programprogram bantuan dan perlindungan sosial. Program
utama dari klaster ini adalah Subsidi Beras bagi Masyarakat Miskin (Raskin), Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Siswa
Miskin (BSM); (ii) Klaster kedua: kelompok program berbasis pemberdayaan masyarakat yang
dikoordinasikan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; (iii)
Klaster ketiga: kelompok program pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK) yang ditujukan
bagi individu maupun kelompok masyarakat yang telah memiliki usaha namun masih belum
bankable, atau masih sulit mengakses sumber permodalan perbankan.
Koordinasi Penanggulangan Bencana
Penyusunan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Bencana: Wasior, Mentawai, dan
Merapi, bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Di penghujung tahun 2010, berbagai wilayah di Indonesia dilanda berbagai bencana,
diantaranya: banjir bandang di Wasior (Papua Barat) 4 Oktober 2010; gempa bumi dan tsunami
di Kabupaten Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat) 25 Oktober 2010; dan erupsi Gunung
Merapi di wilayah Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah 5 November 2010. Bencana alam
tersebut menelan banyak korban jiwa dan membawa kerusakan maupun kerugian harta benda
yang cukup besar dan berdampak terhadap perekonomian wilayah-wilayah yang terkena
dampak.
Bappenas dan BNPB telah mengkoordinasikan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan
rekonstruksi wilayah pascabencana, dengan melibatkan pemerintah daerah dan
kementerian/lembaga serta instansi terkait, antara lain: (1) Rencana Aksi Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Banjir Bandang di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi
Papua Barat dan telah disahkan melalui Perka BNPB Nomor 2/2011; (2) Rencana Aksi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pascabencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kepulauan
Mentawai dan telah disahkan melalui Perka BNPB Nomor 3/2011; (3) Rencana Aksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi Erupsi Gunung Merapi dan telah ditetapkan melalui Perka BNPB Nomor
5/2011. Disamping itu, untuk kelembagaan pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana erupsi Gunung Merapi, telah dibentuk Tim Koordinasi Rehabilitiasi dan
Rekonstruksi Erupsi Merapi yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 16/2011 yang
di ketuai oleh Menko Perekonomian.
Koordinasi Terkait Isu Kesejahteraan Sosial
Koordinasi penyusunan Rencana Percepatan Pembangunan Tanah Papua (Papua dan
Papua Barat)
Pada Rapat Kabinet Terbatas 20 September 2010, Presiden menekankan perlunya percepatan
pembangunan daerah-daerah melalui affirmative action. Selanjutnya, Wakil Presiden, pada rapat
tanggal 12 Oktober 2010, menginstruksikan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk melakukan:
(1) evaluasi pelaksanaan Inpres nomor 5/2007; (2) penyusunan Rancangan Peraturan (Instruksi)
Presiden tentang percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (P4B);
(3) penyusunan kerangka kelembagaan unit pelaksana percepatan pembangunan di Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B); dan (4) penyusunan Rencana Aksi percepatan
pembangunan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat(P4B) untuk kurun waktu 2011-2014.
REKOMENDASI
REKOMENDASI SECARA UMUM
Peran Kementerian PPN/Bappenas menjadi sangat strategis karena perencanaan merupakan
pijakan awal untuk menentukan arah pembangunan nasional dengan mengoptimalkan sumber
daya dan melibatkan para pelaku pembangunan nasional. Seiring dengan tuntutan jaman,
Bappenas juga menjadi sebuah lembaga yang diserahi tanggung jawab untuk menjadi focal point
bagi aktivitas pemantauan dan evaluasi, koordinasi, pengembangan kualitas SDM perencanaan
baik di tingkat Pusat maupun Daerah, dan penugasan-penugasan lainnya.
SDM Bappenas:
1) peningkatan kualitas evaluasi kinerja, (2) peningkatan kapasitas dan kualitas SDM
Bappenas, (3) koordinasi dan sinergi dengan seluruh Kementerian/Lembaga, pemda, dan
stakeholder lainnya, dan (4) menjaring masukan dari seluruh pihak melalui berbagai
forum.
Program:
Program-program pembangunan yang telah berjalan masih belum merata.
Contoh: Pembangunan di pulau Jawa dan Sumatera dengan kawasan Indonesia bagian timur
seperti Papua dan Maluku masih menunjukkan adanya kesenjangan.
Solusi:
Ketimpangan ini mengindikasikan belum optimalnya fungsi perencanaan dengan baik. Untuk
itu, perlu peningkatan fungsi perencanaan yang selama ini menjadi tanggung jawab Kementerian
PPN/Bappenas
Perencanaan tidak hanya sebatas menyusun dan merumuskan program-program pembangunan,
tapi juga menyangkut penganggaran. Sehingga Bappenas harus memperkuat dua aspek,
perencanaan dan penganggaran, peran dan fungsi Bappenas dapat lebih optimal
Bappenas harus mempertimbangkan 3 hal penting:
Pertama, Bappenas selalu mempunyai fashion untuk membela atau memperjuangkan rakyat agar
lebih sejahtera. Bappenas harus memperjuangkan kesejahteraan rakyat dengan program-program
yang selalu memperhatikan kesejahteraan rakyat seperti program inpres desa, puskesmas,
posyandu, swasembada pangan, dan lain-lain.
Kedua, Bappenas harus dapat selalu berorientasi pada pembangunan daerah. Contohnya adalah
pendirian Bappeda dan lembaga-lembaga lainnya yang tidak memonopoli pembangunan
Ketiga, intellectual leadership. Program-program yang dihasilkan Bappenas harus selalu
diarahkan pada pembentukan building nation.
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
FOKUS PRIORITAS 1 : Peningkatan dan Penyempurnaan Kualitas Kebijakan
Perlindungan Sosial Berbasis Keluarga.
Bantuan sosial terpadu diarahkan untuk pembentukan perlindungan sosial berbasis
keluarga bagi rumah tangga miskin
Penyatuan sistem pentargetan pada masing-masing program bantuan sosial.
Penajaman dan keterpaduan dimulai dengan program bantuan subsidi beras bagi keluarga
miskin (Raskin), bantuan beasiswa dan pendidikan usia dini untuk anak dari keluarga
miskin, serta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), termasuk pendidikan bagi
orang tua yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi (parenting education).
Peningkatan dan penyempurnaan kualitas kebijakan perlindungan sosial dilakukan pula
dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berkeadilan (justice for all), terutama
untuk kelompok masyarakat termajinalkan.
FOKUS PRIORITAS 2: Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan
PNPM Mandiri.
Penyempurnaan pelaksanaan PNPM Mandiri dilakukan melalui:
Melanjutkan pelaksanaan PNPM Mandiri inti di 6.383 Kecamatan diseluruh Indonesia;
Peningkatan efektivitas dampak PNPM Mandiri dan peningkatan kualitas lembaga
keswadayaan masyarakat yang sudah terbangun melalui PNPM Mandiri; dan
Peningkatan kualitas integrasi PNPM Mandiri Inti dengan Penguatan, dengan
pemanfaatan lembaga ke swadayaan sebagai wadah partisipasi masyarakat terhadap
pembangunan diwilayahnya dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa dan
kecamatan.
FOKUS PRIORITAS 3: Peningkatan akses usaha mikro dan kecil kepada sumber daya
produktif.
Pada tahun 2011 akan dilakukan:
Lanjutan dukungan penjaminan untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR), agar akses usaha
mikro terhadap kegiatan ekonomi dapat terus diperluas, serta kualitas pelaksanaan
KUR dapat ditingkatkan;
Peningkatan jangkauan pelayanan pembiayaan bagi koperasi dan UKM serta
kapasitas dan pelayanan lembaga keuangan bukan bank; dan
Revitalisasi sistem diklat perkoperasian.
FOKUS PRIORITAS 4: Peningkatan sinkronisasi dan efektivitas koordinasi
penanggulangan kemiskinan serta harmonisasi antar pelaku.
Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi melalui Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan;
Peningkatan peran TKPKD dalam koordinasi program-program penanggulangan
kemiskinan untuk percepatan penurunan kemiskinan didaerah. Termasuk didalamnya
adalah pemeliharaan dan penggunaan data kemiskinan yang konsisten dan akurat untuk
perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program-program penanggulangan kemiskinan
didaerah;
Memperkuat kemandirian desa dalam pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
meningkatkan ketahanan desa sebagai wilayah produksi; serta meningkatkan daya tarik
perdesaan melalui peningkatan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pendapatan
seiring dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dan lingkungan; dan
Penanganan kantung-kantung kemiskinan terutama didaerah tertinggal, terdepan dan
terluar, termasuk untuk pembangunan sarana dan prasarana dasar dan pendukung
dipulau-pulau kecil dan pulau-pulau kecil terluar (terkait dengan pelaksanaan Prioritas
10).
DAFTAR PUSTAKA
http://setneg.go.id/
http://bappenas.go.id/
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/11765
download.bappenas.go.id/musrenbangnas2010/rakorbangpus/Paparan_Rakorbangpus-2_Kemiskinan.pdf