musik sufistik perspektif seyyed hossein...

78
MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh: Agung Hidayat NIM : 1112033100007 JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/ 1438 H

Upload: lamkhue

Post on 17-May-2018

243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Agung Hidayat

NIM : 1112033100007

JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/ 1438 H

Page 2: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

i

ABSTRAK

Skripsi ini membahas pandangan Sayyed Hossein Nasr mengenai musik

sufistik yang mencakup musik sebagai media dalam ajaran tawauf dan tingkatan

spiritualitas dalam mendengarkan musik yang menajadi pokok pembahsan.

Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif yang bersifat

kepustakaan (library research), penulis membatasi skripsi ini pada pemikiran

Seyyed Hossein Nasr tentang musik sufistik, ada beberapa karya yang berusaha

meneliti Seyyed Hossein Nasr. Namun belum ada yang membahas tentang musik

sufistik Seyyed Hossein Nasr. Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini

yang terfokus pada musik sufistik dalam buku yang berjudul Islamic Art and

Spirituality oleh Seyyed Hossein Nasr yang diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia dengan judul Spiritualitas dan Seni Islam oleh Sutejo, yang memberi

suatu pengetahuan baru dalam tasawuf dan estetika.

Maka penelitian ini memuat dalam rumusan masalah. Spereti bagaimana

musik sebagai media dalam ajaran tasawuf menurut Seyyed Hossein Nasr? Serta

bagaimana musik sufistik menurut Seyyed Hossein Nasr?

Penelitian ini menemukan musik merupakan bentuk seni yang

mengandung pertalian nilai estetika dan nilai spiritualitas. Dimana musik sufitik

yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini.

Penemuan musik sufistik menurut Sayyed Hossein Nasr dalam penelitian

ini adalah suatu kondisi atau tingkatan spiritualitas seorang sufi dalam

mendangarkan musik. Sehingga tingkatan spiritualitas dalam mendengarkan

musik terbagi menjadi dua golongan. Yaitu, sufi golongan kaum elit (Khawâsh)

yang memiliki tingkatan spiritual penyingkapan (mukasyafat) dan sufi golongan

elitnya elit (Khawâsh al-Khawâsh) yang memiliki tingkatan spiritual cinta

(Mahabbah) dan kesaksian (musyhadah).

Page 3: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillâhirabbil „âlamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pengasih yang telah

melimpakan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muẖammad

SAW beserta keluarga dan sahabatnya, yang telah membina umat manusia

menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT, dan semoga kita menjadi salah satu

umat yang mendapat syafaatnya di akhirat kelak. Āmīn.

Tersusunnya skripsi yang berjudul “Musik Sufistik Perspektif Seyyed

Hossein Nasr” sebagai tugas akhir akademis pada Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua itu berkat bantuan, dorongan dan bimbingan banyak pihak, karena itu

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih serta

penghargaan yang mendalam khususnya kepada:

1. Kedua orang tua saya ibu Suyatmi dan bapak Saman yang sangat saya hormati

dan sayangi.

2. Dr. Edwin Syarif, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi

koreksi, kritik dan saran-saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Agus Darmaji, Drs. Mfils., selaku dosen pembimbing Akademik saya.

4. Ibu Dra. Tien Rohmatin, M. A, selaku ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam.

5. Abdul Hakim Wahid, MA selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat

Islam.

6. Seluruh jajaran Rektorat UIN Jakarta serta jajaran Dekanat Fakultas

Ushuluddin, juga tidak lupa Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan Ilmunya

selama saya belajar di jurusan Aqidah dan Filsafat Islam.

7. Seseorang yang sangat sepesial dalam hidaup saya, pandangan hidup dan

teman hidup, anugerah terindah yang saya miliki Dwie Revina Yoga.

Page 4: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

iii

8. Teman seperjuangan Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Angkatan 2012.

9. Keluarga Besar IMMAN Cabang Jakarta dan HMJ Aqidah Filsfat serta para

sahabat Pergerakan.

10. Dan kepada seluruh pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

yang banyak membantu, mempermudah dan memperlancar hingga sekripsi ini

akhirnya selesai.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini

menjadi tanggung jawab penulis. Harpan penulis, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi banyak orang.

Jakarta,23 Maret 2017

(Agung Hidayat)

Page 5: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

iv

LEMBAR PERNYATAAN

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber yang saya gunakan telah saya cntumpakn sesuai dengan ketentuan

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil atau

merupakan hasil penjiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi sesuai yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Maret 2017

Agung Hidayat

Page 6: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

v

Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Skripsi yang berjudul Musik Sufistik Perspektif Seyyed Hossein Nasr

telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 April 2017.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana program strata satu (S1) pada program studi Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 17 April 2017

Sidang Munaqasyah;

Anggota;

Pembimbing;

Ketua Merangkap Anggota,

Dra. Tien Rohmatin, MA

NIP: 19680803 199403 2 002

Sekretaris Merangkap Anggota,

Abdul Hakim Wahid, SHI., MA

NIP: 19680424 201503 1 001

Penguji 1,

Hanafi, MA

NIP: 19691216 199603 1 002

Penguji 2,

Arrazy Hasyim, MA

Dr. Edwin Syarif, MA

NIP: 19670918 199703 1 001

Page 7: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8

D. Tinjauan Pustaka....................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian .............................................................. 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................... 12

BAB II BIOGRAFI SAYYED HOSSEIN NASR

A. Riwayat Hidup .......................................................................... 14

B. Karya ........................................................................................ 21

C. Latar Belakang Pemikiran ....................................................... 23

Page 8: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

vii

BAB III MUSIK DAN SUFI

A. Pengertian Musik Dan Sejarah Perkembangan Musik Dalam

Dunia Islam ............................................................................... 27

B. Unsur-unsur Musik .................................................................. 36

C. Kriteria dan Fungsi Musik Bagi Sufi ....................................... 38

BAB IV ANALISIS MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED

HOSSEIN NASR

A. Musik sebagai media dalam Ajaran Tasawuf ........................... 48

1. Syarat dan Tata Cara Mendengarkan Musik ...................... 51

2. Pengaruh Musik Terhadap Pendengar ............................... 53

B. Musik Sufistik Perspektif Seyyed Hossein Nasr ...................... 55

1. Tingkatan Spiritualitas dalam Mendengarkan Musik ........ 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 59

B. Saran ......................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 61

Page 9: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI HURUF ARAB-LATIN

Skripsi ini menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi” yang terdapat

dalam Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2012/2013.

Padanan Aksara

No. Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidak dilambangkan ا 1

B Be ب 2

T Te ت 3

Ts te dan es ث 4

J Je ج 5

H ha dengan garis bawah ح 6

Kh ka dan ha خ 7

D De د 8

Dz de dan zet ذ 9

R Er ر 10

Z Zet ز 11

S Es س 12

Sy es dan ye ش 13

S es dengan garis di bawah ص 14

D de dengan garis di bawah ض 15

T te dengan garis di bawah ط 16

Z zet dengan garis di bawah ظ 17

Page 10: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

ix

„ ع 18koma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha غ 19

F Ef ف 20

Q Ki ق 21

K Ka ك 22

L El ل 23

M Em م 24

N En ن 25

W We و 26

H Ha ه 27

Apostrof ‟ ء 28

Y Ye ي 29

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

No. Vokal Arab Vokal Latin Keterangan

1 ______ A Fathah

2 ______ I Kasrah

3 ______ U Dammah

Page 11: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

x

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

No. Vokal Arab Vokal Latin Keterangan

Ai a dan i __ ي 1

Au a dan u __ و 2

Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

No. Vokal Arab Vokal Latin Keterangan

 a dengan topi di atas ـا 1

Î i dengan topi di atas ـي 2

وـ 3 Û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu ال dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti oleh huruf syamsiyyah,

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan aḍ-

dîwân.

Page 12: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

xi

Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab yang dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ___ (, dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal

ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak

ditulis ad-darûrah, melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut diaihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti

oleh kata sifat (naʻt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut

diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut diaihaksarakan menjadi huruf /t/

(lihat contoh 3).

Contoh:

No. Kata Arab Transliterasi

Tarîqah طريقة 1

al-jâmiʻah al-Islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2

wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Page 13: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

xii

Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital dikenal, dalam alih

aksara ini huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama

diri dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî,

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitang dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak „Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîr

Page 14: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern seperti sekarang ini, setiap saat orang dapat selalu

mendengarkan musik melalui konser langsung, siaran radio, siaran televisi,

tape recorder, dan media elektronik lainnya. Namun sangat jarang orang

yang memikirkan “musik itu apa?”. Sebagian besar para penikmat musik

menikmati musik tanpa adanya penghayatan yang mendasarinya. Lewat

media-media yang disebut di atas, pada umumnya orang mendengarkan

musik hanya sebagai kebutuhan sesaat, sekedar pelepas dahaga, atau saat ini

lebih mengarah kepada gaya hidup (life style).

Seni dan spiritualitas Islam tidak akan lengkap tanpa menyinggung

musik, mengingat musik mempunyai arti penting dari sudut pandang

spiritual. Kenyataannya, apa yang ada di balik musik kurang mendapat

perhatian dari para peminatnya. Sebagian besar orang menikmati musik

hanya sebagai faktor hiburan belaka tanpa memperhatikan fenomena yang

mendasari terciptanya musik dan pengaruh yang ditimbulkannya terhadap

jiwa dan lingkungan seseorang. 1

1 Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam. Terj. Sutejo (Bandung; Mizan,

1993), h. 161.

1

Page 15: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

2

Kata “musik” juga sering dikonotasikan negatif dalam masyarakat

Islam, tampaknya musik tidak kurang menjadi topik maupun bagian dari

studi-studi relijius Islamis. Dengan demikian analisis terhadap musik di dunia

Islam hanya mungkin dilakukan dari pendekatan- pendekatan di luar

lingkaran studi tersebut.2

Jecues Attali, seperti dalam karyanya Noise: The Political Economy

of Music membagi evolusi musik menjadi tiga modus : (1) ritual, (2)

representasi, dan (3) pengulangan. Dalam sebuah kultur baik etnis maupun

agama, musik tampaknya memang berfungsi awal dalam konteks ritual. Di

kalangan umat Islam, tradisi-tradisi ritual yang telah memiliki unsur musik

telah digunakan sejak lama, seperti adzan dan tilawah. 3

Perubahan musik selanjutnya berubah ke dalam modus representasi

yang muncul sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi sosial yang berubah.

Musik tidak lagi bersifat sakral namun berubah menjadi sekuler, ia

berkembang dalam suatu dikotomi antara kelompok kecil pemain profesional

versus kelompok yang lebih besar yaitu hadirin atau penonton non

profesional. Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-

1750, zaman ini berlangsung sesudah zaman Renaisans yang ditandai dengan

lahirnya bentuk pagelaran konser musik umum sebagai hasil dari tuntunan

2 Andre Indrawan, Musik di Dunia Islam, Tsaqafa; Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Vol.

1, No. 1, Juni 2012. 3 Sebagaimana dikutip dalam Suhardjo Parto, Musik Seni Barat dan sumber daya

manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 32.

Page 16: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

3

masyarakat kelas menengah ke bawah terhadap akses penikmatan musik,

karena sebelumnya musik hanya dikonsumsi oleh kelas elit.4

Selanjutnya, di akhir abad ke-19, modernisasi telah mempengaruhi

berbagai struktur dan teknologi. Beberapa pandangan tentang dampak

modernisasi, salah satunya digambarkan oleh Edwin Ziegfeld, bahwa

konsekuensi perkembangan ilmu dan teknologi modern adalah materialisme

dan tercabutnya berbagai esensi kehidupan,5 juga berpengaruh terhadap

penyikapan dan pembentukan karakteristik musik yang berkembang.

Terciptanya sebuah sarana yang dapat dipakai untuk merekam dan

menyimpan musik dalam disc maupun pita kaset yang dapat dimainkan

kembali kapan saja diperlukan. Ini merupakan sebuah tahap perkembangan

teknologi yang dianggap sebagai suatu cara menyimpan representasi dan

masing-masing penikmat memiliki suatu hubungan tunggal dengan suatu

objek musik, sehingga konsumsi musik itu bersifat perorangan yang akhirnya

berdampak pada kualitas pemahaman yang rendah dan kurang peka pada

masalah keindahan, nalar, dan moral.6

Dari tiga penjelasan di atas mengenai evolusi musik, dapat di

golongkan ke dalam dua unsur yaitu material dan spiritual. Unsur material

menjadi evolusi yang selaras dengan perkembangan modernisasi namun

4 H.H Eggebrecht, Musik dan Masyarakat, terj. Dieter Mack dalam Dieter Mack, Sejarah

Musik, Jilid III (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi,1995), h. 221 5 Sebagaimana dikutip dalam Suhardjo Parto, Musik Seni Barat dan sumber daya

manusia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 31 6 Shardjo Parto, Musik Seni Barat, h. 33

Page 17: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

4

banyak yang menjadi sekuler dari unsur spiritual. Sedangkan unsur spiritual

menjadi unsur rohaniah yang suci yang ada sebagaimana ritual itu dilakukan.

Dalam ajaran tasawuf yang paling utama adalah proses penyucian

jiwa atau batin. salah satu cara bentuk penyucian jiwa yang digunakan oleh

para sufi adalah dengan musik spiritual atau dalam istilah tasawuf dikenal

dengan al-samā„, yaitu mendengarkan musik yang indah sebagai alat

purifikasi.7

Pendapat lain yang dikemukakan Ikhwân al-Ṣafâ dalam risalah

tentang musik, dalam muqaddimah :

“Setelah menyelesaikan kajian tentang teori seni spiritual yang

berada dalam jalur pengetahuan, dan kajian tentang praktik musik yang

sifatnya material dan berada dalam jalur seni, kami mengajukan dalam risalah

yang berjudul „Musik‟ ini untuk mengaji seni yang terdiri dari aspek material

dan spiritual. Ini adalah seni tentang harmoni yang bisa didefinisikan melalui

fungsi proporsi”.8

Musik merupakan kesenian yang memiliki pengaruh yang luar biasa

dalam perkembangan kehidupan spiritual manusia. Untuk itu para sufi

menggunakan musik, sebagai salah satu kreatifitas seni masyarakat yang

setiap kaum di dunia ini mengenalnya, untuk menyucikan jiwa. Bahkan al-

Gazāli dengan ekstrim menyebut orang yang tidak normal, kurang akal dan

7 Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad Al-

Gazāli, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), h. 2. 8 Ikhwān al-Ṣ afā‟, Rasāil al-Ikhwān al-Ṣ afā‟, Jilid. I (Beirut: Dār al-Islāmiyyah, 1957),

h. 183.

Page 18: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

5

jauh dari rohani kepada orang yang hatinya tidak tergerak oleh keindahan

musik yang dikembangkan oleh para sufi.9

Selanjutnya dari pendapat Ikhwân al-Ṣafâ, serta beberapa pendapat

para sufi mengenai musik di atas menjadi salah satu pembahasan Seyyed

Hosein Nasr dalam bukunya yaitu Spiritualitas dan Seni Islam yang

menjelaskan musik dan tasawuf. Seyyed Nasr memandang seni bukan hanya

sekedar pada segi keterampilan, teknik atau bagaimana permainan emosi itu

menjadi serba mungkin dalam penciptaan sebuah bentuk estetik. Seni dilihat

sebagai sebuah pola pemikiran dan manifestasi kesadaran, dari sini seseorang

secara langsung bersentuhan dengan dunia bentuk sebagai manifestasi

kesadaran tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Nasr terutama pandangan

dalam seni Islam:

“Manifestasi seni Islam yang berbeda-beda memiliki kesamaan yang

bersumber dari nilai-nilai supra-individual ajaran Islam (al-Tauhîd). Seni

Islam berkembang tidak hanya berkembang disebabkan oleh bahan-bahan

yang semuanya itu bersifat material. Seni Islam terutama berkenaan dengan

kesadaran religius kolektif yang menjiwai bahan-bahan material tersebut”.10

Dalam konteks musik, Nasr menjelaskan musik merupakan bentuk

seni yang mengandung pertalian nilai estetika dan nilai spiritualitas.11

9 Al-Gazāli, Mutiara Ihya‟ „Ulum ad-Din, terj. Irwan Kurniawan, (Bandung: Mizan,

2002), h. 172. 10

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam. Terj. Sutejo (Bandung; Mizan,

1993), h. 13. 11

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam. h. 168

Page 19: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

6

Nasr juga menjelaskan di dalam bukunya Spiritualitas dan Seni

Islam mengenai musik sufi yang menjadi pokok pembahasan dalam

penelitian ini. Selain musik sufistik, Nasr juga memberikan suatu pandangan

bahwa :

“Diri sufi itu sendiri merupakan alat musik dalam genggaman Sang

pencipta, dan apa yang dia hasilkan adalah nyanyian yang dimainkan

Musikus surgawi dan terdengar dalam dirinya. Dunia laksana gitar yang

diubah dari nada-nada yang harmonis, sebuah komposisi yang melodinya

dapat membimbing pendengarnya memasuki keadaan itu. Karena sufi telah

mampu menguak selubung keterpisahan eksistensi dan bersatu sifat

primordialnya, maka dia sebagaimana dunia menggemakan sebuah melodi

yang semirip mungkin dengan apa yang sufi kehendaki, lantaran dirinya

hanyalah alat musik yang berada dalam genggaman-Nya.12

Tertarik dengan berbagai persoalan di atas, penulis bermaksud

meneliti lebih jauh pemikiran Seyyed Hossein Nasr tentang musik sufistik.

Pemikiran Nasr tersebut patut ditelaah secara mendalam setidaknya karena

menawarkan sebuah sudut pandang yang berbeda mengenai wacana musik

itu sendiri. Dengan meneliti pandangan Seyyed Hossein Nasr tentang musik

sufistik, menjadi nyata bahwasannya musika sufistik adalah sebuah

keniscayaan yang dimiliki oleh setiap individu dan tasawuf sebagai inti

ajaran Islam dalam wilayah pengembangan spiritualitas. Pada tataran

praksis, pemikiran itu mencerminkan salah satu upaya pengembangn wacana

musik sufistik agar lebih memahami musik dan tasawuf. Maka untuk

mencapai hal itu, penulis mengangkat tema tersebut ke dalam sebuah judul

skripsi yang berjudul Musik Sufistik Perspektif Seyyed Hossein Nasr.

12

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam. Terj. Sutejo (Bandung; Mizan,

1993), h. 187.

Page 20: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi skripsi ini

pada pemikiran tentang musik sufistik Seyyed Hossein Nasr, ada beberapa

karya yang berusaha meneliti Seyyed Hossein Nasr. Namun belum ada yang

membahas tentang music sufistik perspektif Seyyed Hossein Nasr. Oleh

karena itu, penulis akan membatasi penelitian ini dengan hanya membahas

pemikiran Seyyed Hossein Nasr yang terfokus pada musik sufistik dalam

buku yang berjudul Islamic Art and Spirituality oleh Seyyed Hossein Nasr

yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul Spiritualitas dan

Seni Islam oleh Sutejo. Maka penelitian ini akan difokuskan pada rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana musik sebagai media dalam ajaran Tasawuf menurut Seyyed

Hossein Nasr?

2. Bagaimana musik sufistik menurut Seyyed Hossein Nasr?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui musik sebagai media dalam Tasawuf menurut Seyyed Hossein

Nasr.

2. Mengetahui Musik sufistik menurut Seyyed Hossein Nasr.

Page 21: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

8

Sedangkan manfaat penelitian ini antara lain ialah sebagai berikut :

1. Secara akademik, penelitian ini mendukung pendapat Agus Setyawan

dalam pembahasan konsep seni Islam.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan alternatif

dan bahan bacaan dalam mendukung mata kuliah Estetika dan Tasawuf

atau mata kuliah yang sesuai dengan tema tersebut.

3. secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pengetahuan bagi peneliti pribadi, khususnya bagi para

mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sehingga timbul minat besar untuk mengkaji filsafat

secara mendalam dan mengembangkan keahlian dibidang tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam studi kepustakaan ini dipaparkan beberapa literatur yang

mengemukakan tentang bagaimana hubungan musik dengan tasawuf,

khususnya dimensi musik Islam. Sebenarnya tidak banyak peneliti yang

menulis mengenai dimensi musik Islam. Namun demikian, penulis hanya akan

menyebutkan beberapa karya yang dianggap penting.

Karya Tesis dengan judul “Konsep Seni Islami Seyyed Hossein Nasr ;

Telaah atas signifikansi hubungan seni dan spiritualitas di Dunia Modern”

oleh Agus Setyawan, MA jurusan Studi Agama dan Filsafat, Fakultas

Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2008. Studi tentang

Page 22: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

9

spiritualitas seni Islam Seyyed Hossein Nasr. Pembahasan yang disajikan

meliputi kajian Estetika Islam, Spiritualitas seni Islam.

Skripsi yang berjudul “Seni Islam dalam Pandangan Seyyed Hosein

Nasr” yang ditulis oleh Barorotud Dawamah, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta tahun 1990. Di sini Dawamah menjelaskan maksud dari

seni Islam dalam pandangan perspektif Seyyed Hossein Nasr serta pesan

spiritual yang terkandung dalam seni Islam tersebut. Dalam analisanya,

Dawamah hanya mengklarifikasi beberapa jenis seni yang ada di dalam Islam

menurut Nasr, yaitu seni suci Islam dan seni tradisional Islam. Dawamah juga

hanya memberikan contoh-contoh seni yang ada dalam Islam. Yaitu Kaligrafi,

Tilawah Al-Qur‟an, dan arsitektur. Sedangkan sastra, musik dan tari tidak

dibahas dalam skripsi tersebut.

Berdasarkan dari apa yang penulis jelaskan di atas mengenai tinjauan

pustaka, dapat disimpulkan bahwa judul skripsi Musik Sufistik Seyyed Hossein

Nasr belum ada yang membahasnya, dan layak dijadikan judul skripsi.

Dari beberapa karya skripsi maupun karya tesis yang telah dijelasakan

di atas, perbedaan dari penelitian penulis mengenai musik sufistik perspektif

Sayyed Hossein Nasr adalah sudut pandang mengenai musik sufistik.

Page 23: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

10

E. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan

(library research). Penelitian kepustakaan merupakan sebuah penelitian yang

fokus penelitiannya menggunakan data dan informasi dengan bantuan berbgai

macam literatur yang terdapat di perpustakaan, seperti buku, naskah, catatan,

kisah, sejarah, dokumen dan lain-lain.13

Objek material ini adalah pemikiran

Seyyed Hossein Nasr seputar musik dan tasawuf. Metode ini diaplikasikan ke

dalam beberpa langkah berikut :

1. Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup sumber

primer dan sumber sekunder. Adapun sumber primer dalam penelitian ini

meliputi buku-buku Seyyed Hossein Nasr secara khusus seperti Islamic Art

and Spirituality oleh Seyyed Hossein Nasr yang diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia dengan judul Spiritualitas dan Seni Islam oleh Sutejo.

Sementara sumber data sekunder adalah sumber data-data yang berkaitan

dengan tema kajian, baik itu berupa artikel, buku, baik yang dipublikasikan

dalam bentuk jurnal atau pun yang dipublikasikan dalam bentuk media

internet.

2. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini data-data yang dikumpulkan kemudian diolah

dengan cara sebagai berikut :

13

Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1996), h. 33.

Page 24: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

11

a. Deskripsi Analisis.

Metode deskripsi analitis dalam penelitian ini digunakan untuk

membahas dan menguraikan pandangan Seyyed Hossein Nasr tentang musik

sufistik secara sistematis. Dimulai dari pandangan Seyyed Hossein Nasr

tentang sufistik, sehingga dari sini diharapkan mampu memunculkan

pemahaman baru.

b. Historis.

Metode ini digunakan penulis untuk melacak latar belakang sejarah

pemikiran Seyyed Hossein Nasr mengenai musik dan tasawuf. Ini diperlukan

karena pemikiran tersebut adalah hasil pengumpulan historis dan pemikiran

Seyyed Hossein Nasr mengenai musik dan tasawuf tidak bias dilepas dari

dinamika sejarah.

3. Teknik Penulisan Skripsi

Sedangkan teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012/2013.

Sedangkan transliterasi pada skripsi ini juga menggunakan “Pedoman

Penulisan Skripsi” yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012/2013.

Page 25: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

12

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, sistematika penulisan dan pembahasanya

agar terarah, maka penulisan akan menguraikannya ke dalam lima bab yang

memuat beberapa sub-sub di dalamnya. Hal ini karena penelitiannya bersifat

kepustakaan (library reseach) sehingga dibutuhkan analisis yang mendalam.

Adapun uraian dalam lima bab tersebut adalah sebagai berikut :

Bab pertama: sebagai bab pendahuluan, bagian ini menjelaskan latar

belakang permasalahan kemudian diteruskan dengan rumusan masalah sebagai

bingkai dan penentu arah dalam penelitian ini, dengan ditunjang oleh tujuan

serta manfaat penelitian, tinjauan pustaka sebagai penunjang penelitian dahulu

yang relevan, disertai dengan metodologi penelitian. Penelitian ilmiah harus

memiliki jalan atau cara yang ditempuh guna mendapatkan hasil yang optimal.

Kemudian penulis mengakhiri bab dengan sistematika penulisan.

Bab kedua: dalam bab ini membahas tentang Biografi Seyyed Hossein

Nasr, pembahasan biografi ini meliputi riwayat hidup Seyyed Hossein Nasr,

karya-karya Seyyed Hossein Nasr beserta latarbelakang pemikirannya.

Bab ketiga: dalam bab ini membahas tentang pengertian dan sejarah

perkembangan musik dalam dunia Islam. Serta membahas mengenai unsur-

unsur dalam musik. Diakhiri dalam bab tiga ini dengan kriteria dan fungsi

musik bagi sufi.

Bab keempat: dalam bab ini membahas tentang analisis terhadap musik

sufistik perspektif Seyyed Hossein Nasr. Serta dalam sub temanya membahas

tentang musik sebagai media dalam ajaran tasawuf menurut Seyyed Hossein

Page 26: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

13

Nasr yang meliputi pembahasan mengenai syarat dan tata cara mendengarkan

musik, juga pengaruh musik terhadap pendengar serta dalam sub akhir

membahas musik sufistik menurut pandangan Seyyed Hossein Nasr yang

meliputi pembahasan tentang tingkatan spiritualitas dalam mendengarkan

musik.

Bab kelima: berisi kesimpulan dan saran-saran. Setelah melakukan

pembahasan terhadap masalah yang menjadi fokus dalam skripsi ini, penulis

memberikan kesimpulan sebagai penutup. Bab ini berisi jawaban rumusan

masalah yang dipaparkan, dan berisi saran-saran demi perkembangan

penelitian selanjutnya.

Page 27: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

14

BAB II

BIOGRAFI SEYYED HOSSEIN NASR

A. Riwayat Hidup

Seyyed Hossein Nasr adalah seorang tokoh pemikir yang unik di

dunia Islam. Keunikan pribadi dan pemikirannya terbangun karena ia Iahir

dalam lingkungan tradisi sufi dan Syi'ah yang dipadu dengan pendidikan dan

pemikiran Barat modern. la Iahir dari keluarga dengan latar belakang sufi

Iran14

yang memiliki afiliasi-afiliasi dengan tarekat-tarekat sufi di Persia.

Nasr Iahir pada tanggal 7 April 1933 di Teheran dari keluarga telpelajar.

Ayahnya, Seyyed Valiallah, adalah seorang dokter dan pendidik15

yang

mengabdi kepada dinasti Qajar di masa pemefintahan Reza Pahlevi, seorang

raja Iran pada saat itu.16

Iran sendiri adalah negara yang menganut tradisi

Syi'ah yang sufistik dan senantiasa memiliki kesinambungan sejarah

pemikiran Islam terutama khazanah ilmu-ilmu klasik yang terus berkembang

hingga kini.17

Pada saat masih anak-anak, Nasr mengikuti pendidikan fomal awal di

salah satu sekolah dengan standar kurikulum Persia. Di samping itu, Nasr

14

Keluarga Nasr merupakan keturunan Mulla Muhammad Seyyed Taqi, orang suci

terkenal Kashan, makamnya ditempatkan di samping raja Shah Abbas yang sampai hari ini masih

dikunjungi oleh para penziarah_ Seyyed Hossein Nasr, "Biography" dalam

www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11 Maret 2017. 15

Seyyed Hossein Nasr, "Biography" 16 Abdul Dahlan (ed.), Suplemen Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru van Houve,

1994), h. 181. 17 Waryono A. Ghafur, "Seyyed Hossein Nasr: Neo-Sufisme sebagai Alternatif

Modemisme" dalam A. Khudon Soleh (ed.), Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta: Penerbit

Jendela, 2003), h. 381.

14

Page 28: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

15

juga aktif berdiskusi dengan ayahnya mengenai agama dan filsafat. Hal inilah

yang memicu perkembangan intelektual Nasr dan mempengaruhi karakter

pribadinya yang cinta terhadap ilmu pengetahuan.

Semangat yang diberikan ayahnya membuat Nasr begitu antusias

untuk pergi belajar ke Amerika pada umur dua belas tahun. Hal tersebut

menandai sebuah periode baru di dalam hidupnya, di mana tradisi dan budaya

Amerika berbeda dengan tanah kelahirannya, Iran. Di Amerika, tepatnya di kota

Highstown, New Jersey, Nasr mengenyam pendidikan lanjutannya di Peddie dan

lulus pada tahun 1950 dengan membawa piala Wyclifte, sebuah penghargaan

bagi siswa berprestasi. Selama empat tahun di Peddie, Nasr banyak mempelajari

bahasa Inggris, sejarah Amerika, serta kebudayaan Barat dan Kristen.18

Dari Peddie, Nasr melanjutkan pendidikannya di Massacusetts Institute of

Technology (MIT) Amerika Serikat di bidang ilmu fisika. Keputusannya untuk

belajar fisika termotivasi guna memperoleh pengetahuan menyangkut hal-hal

yang alamiah (natural/alam). Akan tetapi, Nasr akhirnya mengalami keraguan

atas bidang yang ia kaji. Dalam sebuah diskusi kecil yang dipimpin oleh seorang

filosof Inggris terkemuka, Bertrand Russell, Russell menyatakan bahwa ilmu

fisika tidak berdiri sendiri, sifat alami dan kenyataan fisik yang ada di dalamnya

didukung oleh struktur matematika.19

Pernyataan tersebut memberi pencerahan

sekaligus memberi gambaran terhadap Nasr, bahwa ilmu fisika terlalu bersifat

positivistik sehingga pertanyaan-pertanyaan metafisika yang ia ajukan tidak

18

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 19

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 29: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

16

banyak terjawab.20

Meskipun demikian, Nasr mampu menyelesaikan studinya dan

memperoleh gelar B.Sc. (Bachelor of Science) di perguman tinggi tersebut pada

tahun 1954.

Dari keraguan tersebut, Nasr memutuskan untuk menekuni bidang lain

yang sanggup menjawab semua pertanyaannya, tenutama perihal metafisika. Nasr

mulai membaca secara ekstensif kajian-kajian di bidang humaniora. Keseriusan di

bidang tersebut membawa Nasr belajar kepada beberapa tokoh yang akhirnya

banyak mempengaruhi corak dan karakteristik pemikirannya. Di antara tokoh-

tokoh tersebut adalah seorang ahli filsafat dan sejarawan Italia terkemuka,

Giorgio De Santillana. Di bawah bimbingan Santillana, Nasr tidak hanya

mempelajari filsafat Yunani kuno seperti pemikiran Pythagoras, Plato, Aristoteles

dan Plotinus, tetapi juga filsafat Eropa, filsafat abad Pertengahan, Hinduism dan

kritik pemikiran Barat modem. Di samping itu, De Santillana juga banyak

memperkenalkan pemikiran tradisionalis René Guénon kepada Nasr, sehingga

pondasi intelektual dan pandangan-pandangan tradisionalisnya Nasr terbangun

dari kawa-karya pemikiran Guénon.21

Ketekunan dan keseriusan Nasr membaca karya-karya tradisionalis

mendorongnya berkunjung ke perpustakaan milik Ananda K. Coomaraswamy,

ahli metafisika dan sejarawan seni asal Singhala. Perpustakaan Coomaraswamy

mempunyai berbagai koleksi lengkap tentang kajian seni dan filsafat tradisional

dari seluruh penjuru dunia. Di perpustakaan inilah Nasr pertama kali menemukan

20

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 21

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 30: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

17

karya-karya tradisionalis lain seperti Frithjof Schuon, Titus Burckhardt, Marco

Pallis dan Martin Lings. Tokoh-tokoh tersebut akhirnya mempunyai pengaruh

luar biasa terhadap pemikiran dan kehidupan intelektual Nasr, khususnya

metafisika dan filsafat perennialisme Schuon.22

Setelah lulus dari Massacusetts Institute of Technology (MIT), Nasr

melanjutkan program magisternya di Universitas Harvard dengan konsentrasi di

bidang geologi dan geofisika. Setelah memperoleh gelar kesarjanaan pada tahun

1956, ia melanjutkan program doktornya di universitas yang sama di bidang

sejarah ilmu pengetahuan. Di Harvard, Nasr memperoleh gelar Ph.D. pada tahun

1958 di bawah bimbingan tiga profesor; Bernard Cohen, Hamilton Gibb dan

Harry Wolfson dengan disertasi tentang kosmologi Islam.23

Selama di Harvard, Nasr juga pernah berkunjung ke Eropa, terutama ke

Prancis, Switzerland, Inggris, Italia dan Spanyol. Perjalanan tersebut

membuahkan hasil yang tidak sia-sia terutama di wilayah pengembangan

intelektual dan spiritualnya. Selama di Eropa, Nasr bertemu dengan tokoh-tokoh

tradisionalis dan para penulis filsafat perennial terkemuka seperti Frithjof Schuon

dan Titus Burckhardt. Tokoh-tokoh tersebut memberi kontribusi yang sangat luar

biasa dalam menentukan kehidupan hidup rohani dan intelektual Nasr.

Pertemuannya dengan tokoh sufi Shaykh Ahmad al-Alawi ketika Nasr menempuh

22

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 23

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 31: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

18

perjalanan ke Maroko juga mempunyai pengaruh penting terhadap alur spiritual

Nasr.24

Shaykh Ahmad al-Alawi oleh ahli dan pengamat tasawuf dimasukkan ke

golongan wali sufi abad ke-20. Karena, ia menjadi pendiri tarekat Alawi dari

Mostaganem, satu diantara beberapa tempat di Aljazair yang menjadi kota tempat

tinggal orang Eropa dan orang Arab.25

Shaykh Ahmad al-Alawi yang memeliki murid ribuan ini, menyampaikan

ajaran tasawuf atau tarekatnya seperti kesatuan wujud, makrifat, penyucian ritual

dan perlunya guru spiritual.26

Pada tahun ke-25 kelahirannya, Nasr memperoleh gelar Ph.D. dengan

karya pertamanya Science and Sivilization in Islam. Buku tersebut mempakan

sebuah kawa awal yang ia tulis setelah menyelesaikan disertasinya

Introduction to Islamic Cosmological Doctrines yang diterbitkan oleh

Universitas Harvard pada tahun 1964. Sepulangnya dari Harvard, Nasr pemah

diminta untuk menjadi asisten profesor di Massacusetts Institute of Technolou

(MIT), namun ia memutuskan untuk kembali ke Iran.27

Setelah mengenyam pendidikan tingginya di Barat dan kembali ke

Iran, karier intelektualnya diawali sebagai tenaga pengajar tahun 1958 di

Universitas Teheran. Pada usianya yang ke-30, Nasr menjadi orang temuda

24

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 25

M. Shoelhi, “Dari Penakluk Jerusalem Hingga Angka Nol”, (Republika: 2003), h. 154 26

M. Shoelhi, “Dari Penakluk Jerusalem Hingga Angka Nol”, h. 154 27

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 32: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

19

yang menyandang gelar profesor penuh di universitas tersebut. Sesuatu yang

baru ditawarkan oleh Nasr pada lembaga ini yakni bahwa ia menganggap

pentingnya pengajaran filsafat Islam yang berbasis sejarah dan perspektif

Islam.28

Pada tahun 1972-1975, Nasr menjabat sebagai rektor Universitas

Aryamehr, yaitu universitas sains dan teknik terkenal di Iran. Syah Reza

Pahlevi, penguasa Iran saat itu, menginginkan agar Nasr mengembangkan

Universitas Aryamehr dengan model perguruan tinggi terkenal di Amerika

tetapi mempunyai dengan landasan filsafat ilmu Islam untuk pertama kalinya

di dunia Islam bahkan di dunia pada umumnya.29

Seyyed Hossein Nasr di sela-sela kesibukannya masih sempat

menimba ilmu hikmah di bawah master-master otoritatif di Iran. Di antara

guru-guru terhormat tersebut adalah Sayyid Muhammad Kazim Assar,

seorang alim yang mempunyai otoritas dalam bidang hukum Islam dan

filsafat, yang merupakan sahabat ayah Nasr, Allamah Sayyid Muhammad

Husain Tabatabai dan Sayyid Abul-Hasan Qazwini; seorang ahli hukum

Islam yang juga menguasai matematika, astronomi, dan filsafat dengan baik.

Terlihat bahwa Nasr telah mendapatkan pendidikan Barat Modern dan

dikombinasikan dengan pendidikan Timur Tradisional.30

28

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 29

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 30

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 33: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

20

Kiprah Seyyed Hossein Nasr tidak terbatas pada Iran saja tetapi

merambah dunia luar baik kawasan muslim maupun bukan. Ia pernah

menjadi direktur Cultural Institute, di mana Iran, Pakistan dan Turki menjadi

anggotanya. Di Beirut ia mendirikan Aga Khan Chair of Islamic Studies pada

Universitas Amerika di Beirut (1964-1965). Ia merupakan orang muslim

pertama yang menduduki jabatan tersebut. Posisi terhormat ini

mengantarkannya menjadi juru bicara Islam dan memberikan alat kepada

dunia Islam untuk menjawab klaim dari berbagai pemikiran modern seperti

materialisme, eksistensialisme, historisisme, saintisme, dan lain-lain. Di

posisi ini, Nasr bertugas mengadakan dialog dengan agama lain, temtama

Kristen.31

Tahun 1980 ia aktif menulis dan berdiskusi dalam forum bergengsi

Gifford Lectures yang diikuti oleh para ilmuwan terkemuka Barat di

Universitas Edinburgh. Nasr adalah orang Timur dan orang Islam pertama

yang mendapatkan kesempatan berharga tersebut. Karyanya Knowledge and

the Sacred adalah judul yang telah dipresentasikannya di forum Gifford

Lectures tersebut. Nasr mengungkapkan bahwa Knowledge and the Sacred

mempakan hadiah dari langit karena penulisannya dapat diselesaikan dalam

waktu kurang dari tiga bulan.32

31

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017. 32

Seyyed Hossein Nasr, “Biography” www_nasrfoundation_org, diakses tanggal 11

Maret 2017.

Page 34: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

21

B. Karya-karya Sayyed Hossein Nasr

Kombinasi latar belakang kultural dan intelektual Seyyed Hossein

Nasr membuatnya menempati posisi khusus dalam berbicara dan berkarya.

la juga mempunyai otoritas dalam berbicara mengenai banyak topik,

terutama mengenai perjumpaan Timur dan Barat, tradisi dan modemisasi,

serta perkembangan tasawuf, seni, dan budaya.33

Di antara para sarjana

yang mendapat pendidikan tradisional dan modern sekaligus, Nasr adalah

tokoh yang termasuk paling produktif menulis. Dalam meniti karirnya,

Nasr telah banyak melahirkan karya-karya ilmiah dan bukunya telah

diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Sumbangan Nasr sangat banyak, akan tetapi yang paling menonjol

adalah bahwa ia sangat antusias memperkenalkan filsafat Islam tradisional

pada dunia Islam ketika filsafat rasionalisme Barat telah menjadi tantangan

bagi filsafat Islam tradisional.34

Karya Nasr dalam bidang tasawuf menjadi penting untuk

menunjukan konsennya dalam bidang tasawuf menjadi bagian yang

pentinng dari pemikirannya tersebut. Seperti didalam buku Living Sufism,

Nasr mengemukakan banyak fakta mengenai kecenderungan masyarakat

Barat yang sedang mengalami disintegrasi dengan dunianya dan

pengkultusan duniawi yang menghasilkan kedamaian semu. Menghadapi

33

Azyumardi Azra Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor

Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h 193. 34

Mehdi Aminrazafi, “Filsafat Islam di Dunia Islam Modern; Persia” dalam Seyyed

Hossein Nasr dan Oliver Leaman (ed.), Ensiklopedia Tematis Filsafat Islam, Jilid II (Bandung:

Mizan, 2003), h. 1381.

Page 35: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

22

kondisi tersebut, Nasr menunjukkan spiritualitas Islam berupa tasawuf. Di

sini ia mengemukakan beberapa peranan positif tasawuf dalam sejarah

Islam mulai dari pemerintahan hingga seni. Dengan mengikuti tasawuf,

menurut Nasr, orang dapat mematikan nafsu individual yang menjadi akar

segala krisis seperti yang terjadi di Barat.35

Hingga dalam persoalan hubungan antara Estetika dan Spiritualitas

yang dapat dalam karyanya, Islamic Art and Spirituality adalah karya yang

ditulis berdasarkan keprihatinan Seyyed Hossein Nasr tentang kurang

dikenalnya seni Islam dalam diskursus estetika oriental di Barat.36

Dalam

karya ini, Nasr mencoba melihat aspek-aspek khusus seni Islam dari sudut

pandang spiritualitas Islam yang berkaitan dengan prinsip-prinsip wahyu

Islam. Karya ini merupakan sebuah studi kasus mengenai sisi-sisi

terpenting dalam seni Islam meliputi sastra, musik, dan seni visual.37

Three Muslim Sages; Avicena - Suhrawardi - Ibnu Arabi merupakan

karya lainnya yang menggambarkan eksposisi Nasr tentang filsafat Islam

yang meliputi tiga aliran penting: peripatetik yang diwakili Ibn Sina,

illuminasi diwakili oleh Suhrawardi dan irfan oleh Ibn „Arabi.38

Di samping

itu, ia juga memiliki beberapa karya lainnya yang tidak cukup diulas semua

dalam kapasitas bab ini. Untuk lebih memfokuskan kajian terhadap

35

Seyyed Hossein Nasr, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj_ Abdul Hadi (Jakarta: Pustaka

Firdaus, 1994), h. 1-16. 36

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 13. 37

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 9 38

Seyyed Hossein Nasr, Tiga Pemikir Islam; Ibnu Sina, Suhrawardi dan Ibn Arabi, terj.

Ahmad Mujahid (Bandung: Risalah, 1986).

Page 36: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

23

pemikiran Seyyed Hossein Nasr, penulis berpendapat bahwa ulasan

beberapa karya di atas telah cukup mewakili beberapa tema kajian yang

ditulis dan digeluti olehnya.

Pandangan Nasr mengenai musik juga dapat di lihat dari karya yang

berjudul The Garden Of Truth, yang menjelaskan bahwa harmoni

merupakan hasil manifestasi yang Esa. Salah satu manifestasi dari harmoni

adalah musik yang bersifat universal. Dan menjelaskan mengenai tasawuf

yang meneruh perhatian khusus terhadap musik.39

C. Latar Belakang Pemikiran Sayyed Hossein Nasr

Sayyed Hossein Nasr sangat tertarik dengan tokoh-tokoh jenius Islam

yang kental warna tasawuf dan filsafatnya. Pemikiran Sayyed Hossein Nasr

berakar pada gagasan yang bercorak mistiko-filosofis. Ini tampak jelas

dalam uraian yang tersebar dalam beberapa bukunya. Antara lain,

konsepnya tentang wahdat al-wujud diambil dari Ibn Arabi, sedangkan neo-

sufisme dari Ibn Taymiyyah dan Ibn al-Qayyim, mesikipun kedua tokoh

tersebut tidak pernah disebut dalam karya-karyanya.40

Neo-sufisme dapat

dilacak pada al-Ghazali, seorang tokoh besar yang mempelopori rujuknya

praktek sufisme dan syari‟ah.41

39

Sayyed Hossein Nasr, The Garden Of Truth, terj. Yulian Liputo, (Bandung: Mizan) h. 6 40

Kedua tokoh tersebut meski terkenal sebagai pengkritik tajam tasawuf, namun

sebenarnya yang ia kritik adalah ritus-ritus sufi dan praktek-praktek pemujaan makam serta

pengkultusan wali-wali mereka. Di balik itu, sebenarnya mereka mengakui validitas metode

eksperimental sufi. Lihat Fazlur Rahman, Islam terj. Ahsin Mohamad (Bandung:pustaka, 1994),

hlm. 181. 41

Sayyed Hossein Nasr, Islam Tradisi di Tengah Kancah, h. 6 dan 92.

Page 37: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

24

Kritik yang dilakukan Nasr didasarkan atas prinsip-prinsip metafisis

dan religius.42

Meski kritiknya kadang-kadang agak radikal, ia berprinsip

kita tidak bisa menerima atau menolak sesatu yang tidak diketahui, juga

tidak boleh membuang sesuatu yang tidak dimiliki (jika hal itu sebuah

kebenaran).43

Gagasan Sayyed Hossein Nasr terlihat seperti adanya dua arus

pemikiran yang saling berlawanan, yakni paham metafisika Barat dan

Islam. Nasr yang dididik dalam dua taradisi, Timur dan Barat, awalnya

mengalami “ketegangan iseologi” kemudian mengambil sikap sebgai

pengkritik Barat. Pilihannya tersebut sudah tumbuh ketika studi di Harvard,

sehingga pandangan-pandangannya sudah terbentuk lama dan matang.

Sikap kritisnya itu di warisi oleh filosof Prancis Rene Guneon44

(1886-

1951) yang menulis beberapa buku tentang situasi dunia modern dewasa

ini.

Pandangan Nasr tentang konsep kosmoliogi terlihat jelas dalam

karyanya yaitu An Introdution to Islamic Cosmological Doctrines (1964).45

Buku ini menjelaskan mengenai kosmologi tradisionalis yang memaparkan

soal metafisis dari pemikir klasik sperti Ikhwan al-Shafa‟, Ibn Sina dan

al-Biruni. Pada tahun yang sama juga Nasr mempiblikasikan karya

42

Sayyed Hossein Nasr, Islam dan Nestapa, h. 214 43

Sayyed Hossein Nasr, Islam dan Nestapa, h. 238-239 44

Setelah masuk Islam ia berganti nama Syeikh Abdul-Wahid Yahya. Sayyed Hossein

Nasr, “Knowledge and the Secred” dalam The Islamic Quartely Vol. XXVI, No. 2 (1982), h. 139 45

Buku ini merupakan Desertasi Doktoralnya yang dipertahankan pada tahun

1985 di Harvard University. Kemudian mulai dipublikasikan pada tahun 1964. Lihat

Seyyed Hossein Nasr, An Introdution to Islamic Cosmological Doctrines (Cambridge:

Harvard University Press, 1964)

Page 38: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

25

berikutnya berjudul Three Muslim Sages (1964) yang memaparkan

pemikiran tiga tokoh muslim klasik, yaitu Ibnu Sina dengan filsafat

Paripatetiknya (masysyaiyyah), Suhrawardi dengan filsafat

Illuminasionisme (isyraqiyyah), dan Ibn „Arabi dengan pemikiran

„Irfaniyahnya (ma‟rifah).46

Seyyed Hossein Nasr menjadi pembicara yang aktif baik kepada dunia

Timur ataupun dunia Barat. Kepada dunia Barat ia menawarkan Islam

sedangkan kepada dunia Timur dia memberitahukan bahwa Barat tengah

mengalami kebangkrutan spiritual di berbagai aspek.47

Nasr menghadirkan

tasawuf sebagai solusi krisis modernitas serta sanggahan atas

kecenderungan spiritualitas yang dinilainya menyimpang, sekaligus

jawaban bagi kaum modernis muslim yang anti dengan segala hal yang

berbau mistis dan metafisika.

Pandangannya mengenai seni, Nasr melihat sebagai bentuk-bentuk

realitas spiritual (al-haqa‟iq). Oleh karena itu seni memiliki dimensi

spiritual. Seni memiliki nilai yang suci, hal tersebut terlihat dari seni dan

ibadah memiliki kemiripan yang otentik yaitu sama dalam kontemplasi.

Ibadah kontemplasi tentang Allah sedangkan seni itu kontemplasi yang

melahirkan seni.48

46

Maksum Ali, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Telaah Signifikansi

Konsep “Tradisionalisme Islam” Seyyed Hossein Nasr, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 47 47

Komaruddin Hidayat, Tragedi Raja Midas, (Jakarta:Paramadina, 1998), h. 265 48

Ach. Maimun, Seyyed Hossein Nasr “Pergulatan Sains dan Spiritualitas Menuju

Paradigma Kosmologi Alternatif”, (Yogyakarta:IRCiSoD, 2015), h. 92

Page 39: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

26

Gagasan spiritualitas seni yang disajikan oleh Nasr dapat dilihat dari

dua sisi, yaitu dari proses kelahiran dan fungsinya. Seni Islam merupakan

buah dari spiritualitas Islam dan lahir dari pengembaraan spiritual, sehingga

bisa menangkap cahaya Yang Maha Indah (al-Jamal). Akan teteapi,

penangkapan cahaya tersebut juga tidak lepas dari peran al-Qur‟an dan

berkah Nabi Muhammad SAW.

Sangatlah jelas latarbelakang pemikaran Seyyed Hossein Nasr di atas,

seperti terdapat dalam karya-karyanya. Terlebih dalam pemikirannya, yaitu

seni Islam dan spiritualitas, Nasr memberi sumbangan besar ditengah

langkanya kajian tentang seni Islam.49

Pemikarannya itu meliputi banyak

genre, seperti sastra, musik, tata ruang dan arsitektur.

49

Ach. Maimun, Seyyed Hossein Nasr “Pergulatan Sains dan Spiritualitas Menuju

Paradigma Kosmologi Alternatif”, h. 93

Page 40: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

27

BAB III

MUSIK DAN SUFI

A. Pengertian Musik dan Sejarah Perkembangan Musik dalam Dunia Islam

Untuk memperjelas pandangan Nasr mengenai musik sufistik, penulis

memandang perlu menjelaskan pengertian musik dan sejarah perkembangan

musik dalam dunia Islam, hal ini penting sebagai landasan menganalisa

musik sufistik tersebut.

Sejarah atau asal muasal musik terdapat perbedaan pendapat ahli musik

dalam menjelaskannya termasuk dalam mendefinisikan musik, namun

secara garis besarnya dapat dikelompokan dalam dua mazhab pemikiran.

Pertama, Mazhab Revalationisme yang mempercai bahwa musik berasal

dan bersumber dari alam metafisika melalui tersibaknya tabir (draw back

the viel) atau pewahyuan. Teori ini berpangkal dari pemikiran Ikhwan al-

Shafa yang merupakan perpanjangan dari Phytagoras, menurutnya musik

merupakan bunyi yang dihasilkan oleh gerakan jagat raya. Oleh Tuhan,

jagat raya ini diciptakan dan disusun dengan komposisi termulia. Juga

seluruh gerakan memiliki komposisi yang termulia. Gerakan-gerakan itu

menimbulkan suara yang indah (nyanyian), yang harmonis, terpadu silih

berganti, dan enak didengar. 50

50

Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad Al-

Gazāli, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), h. 23.

27

Page 41: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

28

Musik yang dihasilkan oleh gerakan jagat raya tersebut berfungsi

membahagiakan jiwa ahli langit yaitu, para malaikat, dan jiwa-jiwa yang

bercahaya (al-nafs al-basithah)51

,Yaitu jiwa-jiwa yang substansinya lebih

mulia daripada substansi alam jagat raya. Pada alam ini roh-roh itu hidup

memperoleh kebahagiaan serta kenikmatan. Hal itu karena penghuni langit

mempunyai kemampuan mendengar, melihat, berpikir, dan membaca

tassbih, baik di waktu siang maupun malam tanpa letih.

Selanjutnya Ikhwân al-Shafâ juga berpendapat bahwa alat yang paling

utama untuk membersihkan jiwa (ruh) agar mencapai kebahagiaan musik.

Termasuk suara-suara merupakan aksiden („aradh) yang bertempat pada

substansi melalui gerakan rauang angkasa yang menggerakan planet-planet

dan bintang-bintang itu memiliki nada (ritme), serta menghasilkan musik

yang mengagungkan dan memuliakan Tuhan.52

Dari pendapat diatas dapat diketahui musik merupakan jalan yang dapat

mengantarkan pendengarnya ke tingkatan spiritualitas yang paling tinggi.

Melalui kebersihan jiwa dan ketajaman pikirannya Phythagoras dalam suatu

riwayat mengatakan, bahwa Phythagoras telah mampu mendengarkan musik

samawi dan dari sinilah, ia disebut sebagai orang yang pertama kali

membicarakan musik secara filosofis di dunia ini.53

Mazahab kedua adalah naturalism, menurut aliran ini manusia melalui

fitrahnya dapat menciptakan musik. Aliran ini beranggapan bahwa

51

Merupakan tingkatan ketiga dalam konsep emanasi menurut Ikhwan al-Shafa. lihat

dalam Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad Al-

Gazāli, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), h. 23 52

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h. 24 53

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h. 24

Page 42: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

29

kemampuan manusia untuk menciptakan musik merupakan fitrah,

sebagaimana kemampuan untuk melihat, mencium, mendengar, dan

berjalan. Pendapat ini dapat kita lihat misalnya, pada pemikiran al-Farabi.

Menurutnya musik itu muncul dari tabiat manusia dalam menangkap suara

yang indah yang ada di sekelilingnya (musik).54

Dalam muqaddimah tentang al-samâ‟, Muhammad al-Ghazali

menyatakan bahwa hati dan sir merupakan gudang berbagai cahaya spiritual

(asrar) dan tambang permata. Keduanya terletak di antara hati dan sir,

sebagaimana api terletak di antara besi dan batu, air tersimpan di antara

tanah dan tanah liat. Alat untuk mengeluarkan permata dan sir itu adalah

mendengarkan suara yang indah (al-samâ). Hal itu karena lagu yang indah

akan mengeluarkan apa yang tersimpan di dalamnya.55

Senada dengan al-Ghazali, Abu Sulaiman al-Darani, seorang sufi

yang hidup beberapa abad sebelum Muhammad al-Ghazali, mengatakan

bahwa suara yang indah (musik) tidak akan memasukkan sesuatu ke dalam

hati, tetapi ia mengobarkan apa yang ada di dalamnya.56

Pengertian musik dalam Kamus Ilmiah Populer dapat dikatakan

sebagai panduan bunyi dari beberapa alat atau instrumen musik yang

bernada secara teratur dan berkesusaian atau seni susun padu nada.57

54

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h. 26 55

Gazāli, Imam, Mutiara Ihya‟ „Ulum ad-Din, terj. Irwan Kurniawan, (Bandung:

Mizan, 2002), h. 292 56

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h. 33 57

M. Dahlan Yakub Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Penerbit Aloka, 1994)

h. 501

Page 43: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

30

Secara etimologis, kata musik berasal dari bahasa Yunani mousike

yang memiliki beberapa arti yaitu:58

a. Seni dan ilmu pengetahuan yang membahas cara meramu vokal atau

suara alat-alat musik dalam berbagai lagu, yang dapat menyentuh

perasaan.

b. Susunan dari suara atau nada.

c. Pergantian ritme dari suara yang indah, seperti suara burung dan air.

d. Kemampuan untuk merespon atau menikmat musik.

Dalam bahasa Yunani, musik bukanlah sekedar seni, tetapi memiliki

cakupan yang sangat luas, seperti pendidikan, ilmu, tingkahlaku yang baik,

bahkan dipercayai sebagai suatu yang memiliki dimensi ritual, magis, dan

etik.59

Seni musik merupakan bidang seni yang berhubungan dengan alat-alat

musik dan irama yang keluar dari alat musik tersebut. Disamping itu, seni

musik membahas cara membuat not dan bermacam aliran musik, misalnya

musik vokal dan musik instrumental.60

Pengertian musik dari beberapa pendapat diatas dapat penulis

simpulkan bahwa musik merupakan bentuk induksi bunyi yang teratur

terdiri dari susunan nada-nada indah, baik itu musik vokal (tanpa iringan

instrumen musik), maupun musik instrumental (instrumen musik saja), dan

bagi pendengarnya dapat menyentuh perasaan (dzauq). Ada sebagian orang

58

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h. 17 59

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h.17 60

Muhaya, Bersufi Melalui Musik, h.17

Page 44: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

31

beranggapan bahwa musik tidak berwujud sama sekali, artinya tidak dapat

didefinisikan.

Secara historis, ide-ide yang berkaitan dengan fungsi dan pengaruh

musik dalam Islam dipengaruhi oleh pemikiran Yunani. Bangsa Yunani

memperoleh ide-ide ini dari bangsa Semit kuno, Babilonia-Assyiria. Kitab

al-Siyasah, sebuah buku yang dikenal sebagai hasil dari pseudo

Aristotetelian, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Syiria oleh Yuhanna ibn

Batriq (w.200/815), sangat mempengaruhi pemikiran bangsa Arab.61

Dalam sejarah bangsa Arab, pada umumnya, orang Arab berbakat

musik sehingga seni suara telah menjadi suatu keharusan bagi mereka

semenjak zaman jahilliyah. Di Hijaz kita dapati orang menggunakan musik

yang mereka namakan dengan iqa (irama yang berasal dari semacam

gendang). Mereka menggunakan berbagai alat musik, antara lain seruling,

rebana, gambus, tambur, dan lain-lain. Setelah bangsa Arab masuk islam,

bakat musiknya berkembang dengan mendapat jiwa dan semangat baru.

Pada masa Rasulullah, ketika Hijaz menjadi pusat politik, pekembangan

musik tidak menjadi berkurang.62

„Abd al-Hay al-Kattani mencatat nama-nama penyanyi wanita di masa

Rasulullah. Mereka ini suka menyanyi di ruang tertutup kalangan wanita

saja pada perkawinan dan sebagainya. Di antaranya bernama Hammah dan

61

Sukatmi Susantina, Nada-nada Radikal :Perbincangan Para Filsuf Tentang Musik, h. 7 62

Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam : Seni Vokal, Musik dan Tari

(Jakarta : Geman Insani Press, 1995), h. 15.

Page 45: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

32

Arnab. Sedangkang kaum lelaki pada masa Rasulullah SAW dan

sesudahnya suka memanggil penyanyi budak (jawari) ke rumah mereka jika

ada pesta pernikahan. Buktinya Amir ibn Sa‟d (seorang tabi‟in) pernah

meriwayatkan tentang apa yang terjadi dalam suatu pesta pernikahan. Ia

berkata:63

“Saya masuk kerumah Qurazah ibn Ka‟ab dan Abu Mas‟ud al-

Anshari. Ketika itu sedang berlangsung pesta pernikahan, tiba-tiba ada

beberapa budak perempuan mulai bernyanyi. Maka saya bertanya, “Kalian

berdua adalah sahabat Rasulullah SAW dan pejuang di perang badar,

kenapa hal ini kalian lakukan?” Qurazah menjawab: “Duduklah, kalau

engkau mau, mari kita dengar bersama-sama, kalau tidak, silahkan pergi.

Sesungguhnya telah diperbolehkan bagi kita untuk mengadakan hiburan

(nyanyian) apabila ada pesta perkawinan.” (HR. Al-Nasai)

Kehidupan masyarakat Islam pada masa awal ditandai oleh dua

karakteristik, yaitu kesederhanaan, dan berbuat banyak untuk berjuang di

jalan Allah (jihâd fî sabîlillah). Pada masa ini mereka lebih tertarik oleh

seruan berjihad daripada bersenang-senang menciptakan bentuk-bentuk

keindahan (seni musik) apalagi menikmatinya. Ini membuktikan pada masa

Rasulullah bukan tanah yang subur untuk kesenian (seni musik). Tetapi

ketika wilayah Islam meluas, kaum muslimin berbaur dengan berbagai

bangsa yang masing-masing mempunyai kebudayaan dan kesenian,

sehingga terbukalah mata mereka kepada kesenian dengan mengambil

musik-musik Persia dan Romawi.64

63

Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, h. 17 64

Abdurrahman al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, h. 19

Page 46: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

33

Umat Islam yang fleksibel, menerima musik-musik khas Persia, Arab,

Syria, dan Turki di berbagai kota dan pusat kekhalifahan. Supaya musik-

musik tersebut dapat beradaptasi dengan daerah tertentu, di butuhkan

metode pemaduan dan peramuan. Orang Arab yang berhasil menemukan

metode ini adalah Ibn Misjah (w. 715 M). Metode Ibn Misjah tersebut

diperoleh setelah ia mengadakan perjalanan ke Syria dan Persia untuk

belajar musik dari para ahli dan praktisi musik.65

Pada abad 9 M, para cendikiawan Islam mulai tertarik pada ilmu

tentang musik. Di Bayt al-Hikmah, Baghdad, tulisan-tulisan Yunani yang

berkaitan dengan musik diterjemahkan kedalam bahasa Arab, termasuk

tulisan Nichomachus, Aristoteles, dan lain-lainya.66

Mereka mengarang

kitab-kitab musik dan mengadakan penambahan, penyempurnaan, dan

pembaharuan, baik dari segi alat-alat musik, maupun sistem dan tekhnisnya.

Di antaranya pengarang teori musik Islam yang terkenal adalah, Yunus ibn

Sulayaman al- Khatib (w.785 M) yang menjadi rujukan para pengarang teori

musik Eropa, Khalid ibn Ahmad (w. 791 M) pengarang buku teori musik

mengenai not dan irama, Ishaq ibn Ibrahim al-Mausuli (w. 850 M) yang

berhasil memperbaiki musik Arab Jâhiliyah dengan sistem baru. Karyanya

yang terkenal adalah Kitab al-alhân wa al-Anghâm (Buku Not dan Irama),

beliau mendapat julukan Imâm al-Mughânniyah (Raja Penyanyi),67

Ibn

65

Muhya, Bersufi Melalui Musik , h. 7. 66

Muhya, Bersufi Melalui Musik , h. 7. 67

Al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, h. 19-20

Page 47: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

34

Munajjim (w. 913 M) dengan bukunya Risâlah fî al-Musîqa, Abû Bakr al-

Ṟazî (w. 925 M) pengarang Kitab fî Jumal al-Musîqa.68

Al-Kindi (w. 260/873M) seorang filosof Islam yang pertama, telah

menaruh perhatian dalam bidang musik secara serius. Ia tidak hanya

menggunakan musik sebagai alat hiburan, tetapi ia juga menggunakannya

sebagai obat terapi menyembuhkan penyakit jiwa dan raga. Menurutnya,

segala sesuatu yang ada di alam raya selalu berkaitan dan setiap nada pada

sebuah alat musik yang bersenar berkaitan dengan cara menyanyikan, ritme

dan perasaan. Semua ini pada gilirannya berhubungan dengan planet-planet,

musim, hawa, humor, warna, dan parfum.69

Pada akhir masa Daulah Umayyah, para khalifah dan para pejabat

lainnya memberikan perhatian yang sangat besar dalam pengembangan

pendidikan musik. Banyak sekolah musik didirikan oleh negara Islam di

berbagai kota dan daerah, baik sekolah tingkat menengah maupun sekolah

tingkat tinggi. Sekolah musik yang paling sempurna dan teratur adalah yang

didirikan oleh Sa‟id „Abd al-Mu‟min (w.1294 M).70

Salah satu sebab mengapa pada masa Daulah „Abbasiyyah didirikan

banyak sekolah musik adalah karena keahlian menyanyi dan bermusik

menjadi salah satu syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, dayang-dayang di

istana dan di rumah pejabat negara ataupun di rumah hartawan untuk

68

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 8. 69

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 8. 70

Al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, h. 20

Page 48: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

35

mendapatkan pekerjaan. Karena itu telah menjadi suatu keharusan bagi para

pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik.71

Bahkan di Shevilla

(Andalusia) telah didirikan pabrik alat-alat musik, alat-alat yang dikeluarkan

oleh pabrik ini ialah Mizbar (kecapi klasik), „Ud qadim (kecapi lama), Ud

kamil (kecapi lengkap), syahrud (kecapi lengkung), Murabba‟ (semacam

gitar), qitara (gitar), dan kamanja (semacam rebana).72

Musik juga merupakan kesenian yang memiliki pengaruh luar biasa

dalam perkembangan kehidupan manusia. Untuk itu dalam tasawuf para sufi

menggunakan musik sebagai salah satu kreatifitas seni masyarakat yang

setiap kaum di dunia ini mengenalnya untuk menyucikan jiwa. Bahkan al-

Ghazali menyebut orang yang tidak normal, kurang akal dan jauh dari

rohani kepada orang yang hatinya tidak tergerak oleh keindahan musik yang

dikembangkan oleh para sufi (al-samâ‟).73

Tokoh spiritual Islam masa lalu menggunakan musik untuk

memunculkan keseimbangan dalam hidup setelah aktifitas keseharian

mereka. Bagi para sufi kesenian ini adalah kesenian paling suci, dengan

media musik mereka bermeditasi, dengan memainkan musik tertentu yang

memberikan efek tertentu bagi perkembangan individu. Penyair besar persia

yang bernama Jalâl al-Ḏin Rûmi, biasa menggunakan musik untuk

71

Al-Baghdadi, Seni dalam Pandangan Islam, h. 20 72

Sidi Gazalba, Islam dan Kesenian : Relevansi Islam dengan Seni-Budaya Karya

Manusia (Jakarta : Pustaka al-Husna, 1998), h. 170 73

Al-Ghazali, Mutiara Ihya‟ „Ulum ad-Din, terj. Irwan Kurniawan, (Bandung: Mizan,

2002) h. 172

Page 49: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

36

meditasinya. Dengan media musik dia menenangkan diri dan

mengendalikan aktifitas tubuh dan pikiran.74

Secara historis musik dalam Islam masih sangat hangat untuk

diperbincangkan, meskipun terdapat pro dan kontra dengan setatus musik di

dalam Islam. Akan tetapi sebagian besar ulama atau tokoh besar Islam

sendiri tidak ingin melepaskan musik dari kehidupannya, sebagai mana

penjelasan singkat di atas, bahwa mereka sebagian menanggapi musik

sebagai sesuatu kesenian yang memiliki daya tarik tersendiri secara esoterik

maupun spiritualnya.

B. Unsur-unsur Musik

Unsur dasar struktur musik terdapat dua kategori, yaitu: Ujud dan

motif. Ujud adalah suatu bunyi terkecil dalam sebuah komposisi musik yang

belum mengandung pengertian musikal yang terdiri dari satu, dua atau tiga

nada. Sedangkan motif adalah satuan terkecil dalam sebuah komposisi

musik yang mengandung pengertian musikal, meliputi bunyi-bunyian yang

keluar, dan dapat diketahui atau ditangkap nilai musiknya.75

Secara garis besar musik dapat dicapai dengan menggabungkan kedua

unsur tersebut “Ujud dan Motif” ke dalam satu kesatuan, namun hal tersebut

terdapat persyaratan untuk dapat menghasilkan motif yang bagus, yaitu:

74

Hazrat Inayat Khan, Dimensi Musik dan Bunyi, terj. Muhammad Faur „Abd al-Baqi

dari Buku The mysticism of Sound and music, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002), h. 67 75

I. Budilinggono, Bentuk dan Analisis Musik, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1993), h. 2

Page 50: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

37

1. Minimal terdiri dari dua nada.

2. Memiliki ritme yang jelas.

3. Memiliki loncatan yang jelas.

4. Memiliki gambaran ide yang jelas.76

Motif-motif tersebut mengandung penjelasan. Pertama, apabila musik

terdiri dari satu nada maka hanya akan memperbolehkan musik yang terdiri

dari satu suara saja. Dengan itu satuan terkecil dari unsur musik ialah

dengan memiliki dua nada. Ke dua, penjelasannya adalah ada satu aturan

tertentu dalam musik agar terdapat lantunan yang harmonis. Dengan adanya

ritme yang teratur, sehingga enak dan merdu didengar. Ke tiga, musik terdiri

dari interval ataupun frase-frase tertentu, sebagai keseimbngan dari ritme

yang telah dibuat. Keempat, atau yang terakhir, bahwa dalam setiap

penuangan hasil karya, harus ada gambaran yang jelas sehingga orang lain

dapat menangkap dan merasakan nilai keindahan.

Ikhwân al-Shafâ berpendapat mengenai unsur musik bahwa, musik

adalah suara yang mengandung lagu (lahn), nada (naghm), cengkok (iqâ‟at).

Lain hal dengan Ikhwân al-Shafâ, al-Fârabi menjelaskan bahwa musik

adalah lagu (al-alhân), yaitu kumpulan ritme yang disusun dengan urutan

76

I. Budilinggono, Bentuk dan Analisis Musik, h. 2

Page 51: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

38

dan ketentuan tertentu. Oleh karena itu, lagu dan ritme menjadi sumber

utama bagi musik.77

Secara ontologis, musik merupakan perpaduan antara unsur material

dan immaterial yang tersusun dari elemen-elemen yang bersifat jasmaniah

dan rohaniah. Karenanya musik memiliki kekuatan untuk menspiritualkan

hal yang materi. Unsur immaterial itu menjadi esensi musik, yaitu jiwa

pendengar.78

C. Kriteria dan Fungsi Musik Bagi Sufi

Dalam pembahasan ini penulis mendeskripsikan dari beberapa Tarekat

dalam tradisi tasawuf yang menggunakan musik sebagai media dalam

ajarannya atau sebagai sarana ekstase, sehingga dapat merasakan kehadiran

Tuhan. Hal ini dimaksudakan agar dapat melihat kriteria musik sufi

sekaligus fungsi musik bagi sufi melalui alat musik yang digunakannya.

Juga tidak lupa melihat dari alat-alat musik warisan peradaban Islam yang

justru banyak masyarakat muslim saat ini tidak tahu akan hal tersebut.

Salah satu Tarekat yang terkenal menggunkan musik sebagai media

dalam ajarannya adalah Tarekat Maulawiyah yang didirikan Maulawi Jalâl

al-Ḏin Rûmi yang meninggal di Anatolia, Turki. Dzikirnya disertai musik

77

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 28. 78

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. xi

Page 52: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

39

dan tarian mistik dengan cara keadaan tidak sadar, agar dapat bersatu

dengan Tuhan.79

Dalam praktek as-samā„, Rumi sangat terlibat secara teratur, di mana

banyak dari sya‟ir-sya‟ir Rumi dinyanyikan dengan iringan alat musik

tambur, rebab dan seruling bambu. Ritual ini menjadi perhatian orang Barat,

terutama adalah karena adanya tarian sufi dengan cara memutar-mutarkan

tubuh, sehingga para penari itu diberi nama Darwis yang berputar-putar

(Wherling Darvishes). Pada abad 20 M, lagu-lagu Maulawi yang paling

terkenal digubah dan mulai ditampilkan ke berbagai panggung konser.

Seperti qawwâli, lagu-lagu Mawlawi ini menunjukkan adanya teka-teki

mengenai hubungan antara musik dan spiritualitas. Hal ini tampak sekali

pada konser keliling yang dilakukan pada tahun 1994, di mana dalam konser

tersebut terdapat pertentangan yang signifikan antara pertunjukan yang

simbolik dengan ritual mistis.80

Kemudian Tarekat Chistiyah yang didirikan oleh Abu Ishaq Shami.

Ajarannya terdiri dari berbagai macam cara pendekatan terhadap Tuhan.

Diantaranya adalah; Pertama, adalah pelayan terhadap manusia. Kedua,

adalah pelayan terhadap Tuhan, dan Ketiga, adalah meditasi dalam hati.

Selain itu juga membagi jalan ma‟rifat menjadi beberapa bagian, salah

satunya mengungkapkan tentang pengetahuan musik. Komunitas Chisytiyah

ini, berawal di Chist, yang menggunakan musik dalam latihan-latihan

79

Jaiz, Ahmad, Hartono. Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, (Solo: Wacana Ilmiah

Press. 2006), h. 24 80

Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Taswuf, terj. Arif Anwar, h. 246-249

Page 53: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

40

mereka. Kaum darwis pengelana dari tarekat ini, dikenal sebagai Chist atau

Chisht. Mereka akan memasuki kota dan meramaikan suasana seruling dan

genderang, untuk mengumpulkan orang-orang sebelum menceritakan

dongeng atau legenda.81

Tarekat Chistiyyah ini juga bisa dikatakan sebagai tarekat terbesar yang

berhasil memeprtahankan musik sufi, karena musik sufi mereka (qawwâli)

melalui perjalanan sejarah selama berabad-abad akhirnya dapat menembus

industri rekaman pada abad 20 M. Di India dan Pakistan, qawwâli memiliki

pasaran yang luar biasa bahkan orang Hindu juga tertarik untuk menikmati

musik ini sebagai sajian yang artistik (memenuhi kriteria hukum estetika

atau keindahan). Nusrat Fateh Ali Khan, seorang artis qawwâli, merekam

lagunya di eropa, bahkan beberapa lagunya diproduksi di empat negara.

Namun qawwâli yang ia bawakan ini mengalami perubahan besar, karena

Nusrat Fateh Ali Khan sedikit demi sedikit merubah musik sufi yang semula

memiliki tradisi mementingkan lirik, kini menjadi sajian musik yang hanya

berisi keterangan-keterangan minimalis. Selain itu Nusrat Fateh juga

berkolaborasi dengan Eddie Vedder, seorang personil dari Pearl Jum (band

alternatif asal Amerika) dalam pembuatan soundtrack film Death Man

Walking. Didalam proyek ini, dia hanya tampil sebagai pengisi suara saja,

dan bukan membawakan lagu-lagu mistis Chistiyyah. Kemudian Nusrat

Fateh juga pernah menyajikan lagu qawwâli yang bertema memuja seorang

81

Yang ditulis oleh komunitas chistiyah dan menamakan komunitas tersebut “The

Chistiyya Group” dan di unduh dari www.chishti.ru/order_of_sufis.htm. Pada tanggal, 13 Maret

2017

Page 54: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

41

wali dari Pakistan dan diirinngi oleh kelompok musik Trip Hop dari Inggris;

Massive Attack pada tahun 1990 yang kemudian menjadi tarian yang cukup

tenar di dunia Internasional, meski saat itu audiens Barat tidak memahami

makna sya‟ir dari lagu itu. Ketika Nusrat Fateh diwawancarai berkaitan

dengan hal ini ia menyatakan :

“Karena musik tidak mengenal bahasa, maka dengan sendirinya bersifat

Internasional”

Dengan demikian, jelaslah bahwa qawwâli yang bertahan hingga

sekarang ini menyebabkan terjadinya redenivisi radikal terhadap musik sufi;

Musik sufi tidak hanya digunakan oleh para audiens yang elit dalam bidang

spiritual, melainkan telah menjadi musik yang mampu menembus dunia

industri dan dapat digemari oleh publik internasional.82

Seyyed Hossein Nasr, memandang kriteria musik sufi dapat dilihat dari

unsur material dan immaterial, dan didalam immaterial tersbut mengandung

rahasia Tuhan dan manusia melalui tabir melodi yang berbentuk material.

Nasr juga mencontohkan Tarekat yang masuk dalam kriteria musik sufistik

seperti dua Tarekat yang dijelaskan di atas yaitu, Tarekat Maulawiyah dan

Chistiyyah.83

Islam sendiri memliki beberapa warisan akan alat-alat musik yang bisa

dikatakan amat berjasa terhadap masyarakat musik modern. Alat-alat musik

tersebut di antaranya sebagai berikut :

82

Carl W. Ernst, Ajaran dan Amaliah Tasawuf, terj. Arif Anwar, (Yogyakarta:

Pustakasufi, 2003), h. 243-247 83

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 183

Page 55: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

42

1. Alboque atau Alboka.(semacam Terompet).

2. Oud (gitar atau kecapi).

3. Hudry Gurdy atau organ hidrolik atau instrumen Keyboard Gesek.

4. Timpani, Naker dan Naqareh alat musik timpani (tambur atau

genderang).

5. Rebab (rebec) atau biola.

Alboque atau alboka merupakan alat musik tiup terbuat dari kayu

berkembang di era keemasan Islam. Alboka berasal dari bahasa Arab,

„albuq‟ yang berarti terompet. Inilah cikal bakal klarinet dan trompet

modren. Lalu gitar, kecapi, dan oud adalah guitarra morisca (gitar orang

Moor) yang bagian belakangnya bundar, papan jarinya lebar dan memiliki

beberapa lubang suara. Hurdy Gurdy atau organ hidrolik merupakan

instrumen musik yang dapat dibilang sebagai nenek moyang alat musik

piano, karena piano sendiri terinfikasi dari bunyi atau suara Hurdy Gurdy

atau organ hidrolik.84

Terlihat bahwa warisan peninnggalan alat-alat musik dari Islam adalah

alat musik yang rata-rata memiliki unsur musik berdawai. Artinya jenis

musik yang digunakan oleh Islam termasuk dalam kriteria musik sufi

(seperti instrumen musik yang digunakan dalam Tarekat Chistiyah dan

Tarekat Maulawiyah) adalah jenis musik yang memiliki nada ataupun suara

yang lembut dan merdu dalam dawaian irama atau ritme musik. Contoh

84

Di tulis oleh Muhammad Subarkah dan di unduh dari

http://m.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/09/27/40334-instrumen-musik-

warisan-peradaban-islam pada tanggal, 13 Maret 2017

Page 56: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

43

salah satu musik sufi, yaitu karya Hazart Inayat Khan dalam albumnya yang

berjudul “The Voice Of Inayat Khan” tahun 1909 M.

Sebuah karya Hazart Inayat Khan menjadi contoh indikator jenis musik

sufi, yaitu dengan menggunakan alat musik seperti rebab, oud, dan timpani.

Dimana irama musik sufi terdengar seperti irama yang mandayu-dayu,

dan intonasi suara yang dapat menenangkan hati, serta tempo musik yang

tidak terlalu cepat seakan menuntun perjalanan spiritual yang sangat lembut.

musik sufi sangat kental dengan irama yang menyerupai irama musik yang

dapat menghipnotis pendengarnya dan larut dalam ruhaniyahnya.85

Perkembangan musik klasik yang ada dalam tradisi Islam

menyampaikan etos tasawuf, seperti puisi-puisi yang memuji Nabi,

dinyanyikan dan pelantunan lagu-lagu sufi pada umumnya di sebut nasyid.

Dan diringi instrumen musik. Seperti di Persia dan Afganistan mereka

mendengarkan ghazal yaitu puisi kasih sayang yang mempunyai pola irama

ringan dan diiringi musik, dari Hafizh (orang yang hafal al- Qur‟an), dan

dari penyair-penyair sufi lainnya. Disertai dengan matsnawikhani yang

berarti menyanyikan Mastnawi dari Jalal al-Din Rumî yang diiringi musik.86

Masing-masing tradisi musik meskipun memiliki bahasa yang berbeda,

seperti halnya puisi-puisi sufi dalam beragam bahasa orang-orang Islam di

Dunia, tetapi semua berbicara tentang keterpisahan kita dari yang Maha

85

Seyyed Hossein Nasr, The Garden Of Truth, terj. Yuliani Liputo, (Bandung: Mizan.

2010), h. 187 86

Seyyed Hossein Nasr, The Garden Of Truth, terj. Yuliani Liputo, (Bandung: Mizan.

2010), h. 187

Page 57: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

44

Kasih, dan memberikan aliran angin bagi sayap jiwa untuk terbang dan

kembali keharibaan-Nya.87

Seperti di zaman ini jenis musik yang dipergunakan mirip dengan

musik Inayat Khan adalah kelompok musik “Debu”, di mana instrumen-

instrumen yang mereka mainkan merupakan instrumen musik yang hampir

sama dengan yang digunakan Inayat Khan, diantaranya; Oud yang

berbentuk gitar Arab, dan Timpani, rebab, dan lainnya.

Sekiranya kita dapat melihat perbedaan terhadap jenis musik-musik

yang ada pada zaman modern saat ini. Di mana Islam menaruh perhatiannya

terhadap musik khususnya dalam instrumental musik itu sendiri. Salah

satunya dalam ritme yang mana dimainkan oleh pemusik, pemusik yang

tersebut memainkannya dengan petikan serta diiringi dengan lantunan vokal

yang memiliki syair-syair pemujian terhadap Tuhan.

Dalam pandangan al-Syazili seorang sufi (w. 822 H). Musik memiliki

beberapa fungsi, antaralain; Pertama, dapat menyejukkan batin para sufi

yang sedang mengarungi perjalanan spiritualitas yang penuh rintangan.

Kedua, dapat menyejukkan roh-roh. Ketiga, dapat meringankan belenggu

(perjalanan spiritual). Keempat, dapat menghilangkan kesedihan. Kelima,

dapat mendatangkan kebahagiaan.88

87

Seyyed Hossein Nasr, The Garden Of Truth, terj. Yuliani Liputo, h. 187 88

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 32

Page 58: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

45

Ahmad al-Gazāli dalam kitab Bawāriq al-„Ilma‟ Fi al-Radd „Ala Man

Yuharrîm al-samâ„ Bi al-Ijma„ menjabarkan beberapa fungsi as-samā„ yang

telah dimanfaatkan oleh para sufi dalam perjalanan spiritualnya. Fungsi

assamā„ itu antara lain:

a. Menghilangkan sampah batin sekaligus dapat melahirkan dampak

penyaksian terhadap Allah dalam hati.

b. Dapat menguatkan hati (al-qalb)dan cahaya rohani (sirr).

c. Melepaskan seorang sufi dari urusan-urusan yang bersifat lahiriah

dan membuat seorang sufi cenderung untuk menerima cahaya dan

rahasia batin.

d. Dapat membahagiakan hati dan roh.89

Namun selain fungsi yang bermanfaat bagi sufi itu, di sisi lain musik

dapat menyebabkan keburukan bagi pendengarnya. Asy-Syibli (seorang sufi

wafat tahun 334 H) memberi peringatan; “Mendengarkan musik secara

lahiriah adalah godaan dan secara batiniah merupakan pelajaran. Siapa yang

mengenal tanda-tanda mistis (isyârah) boleh mendengarkan pelajaran itu.

Jika tidak dapat (dan ia mendengarkan), maka ia telah mengundang godaan

dan membiarkan dirinya terkena bencana.90

89

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 95-96 90

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 33-34

Page 59: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

46

Ikhwân al-Shafâ berpendapat bahwa musik memiliki fungsi antralain;

dapat mengasah daya pikir, memperhalus sifat, menggerakan jiwa,

menyenangkan, dan memberi semangat kepada hati. Lebih detail dalam

muqaddimah tentang al-samâ‟, Muhammad al-Ghazalî menyatakan bahwa

hati dan sir merupakan gudang berbagai cahaya spiritual (asrar) dan

tambang permata. Keduanya terletak di antara hati dan sir, sebagaimana api

terletak di antara besi dan batu, air tersimpan di antara tanah dan tanah liat.

Alat untuk mengeluarkan permata dan cahaya itu adalah mendengarkan

suara yang indah (al-samâ‟). Hal tersebut menunjukkan bahwa musik dapat

memacu kebaikan dan pada sisi lain, musik pula memicu kejelekan. Semua

itu tergantung kondisi mental pendengarnya. Syekh Syibli salah seorang sufi

mengatakan, “mendengarkan musik (al-samâ‟) itu secara lahiriah adalah

godaan dan secara batiniah merupakan pelajaran. Oleh karena itu dalam

mendengarkan Alqur‟an, kasidah zikir, dan lain sebagainya, seseorang tidak

boleh terfokus pada keelokan lagu dan keindahan suara, teteapi ia harus

memperhatikan pengaruh yang diterima oleh hati sehingga ekstasi yang

dirasakannya semakin kuat. 91

Menurut Ahmad al-Ghazâli, al-samâ‟ memiliki seratus faedah dan

memiliki seratus ribu kondisi spiritual (ahwâl) yang dapat dirasakan oleh

para sufi, karena musik sendiri memiliki fungsi yang penting dalam

perjalanan spiritualitas mereka. Secara psikologis musik dapat

mengantarkan jiwa pendengar untuk berpulang ke alam ide universal (a‟lâm

91

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 34.

Page 60: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

47

al-nafs), yaitu alam dimana seluruh jiwa mendapat kenikmatan yang luar

biasa yang berasal dari kenikmatan bersifat rohani.92

Berdasarkan penjelasan mengenai beberapa fungsi musik bagi sufi di

atas, dapat diketahui bahwa musik memiliki fungsi bermacam-macam.

Tidak hanya sebagai hiburan, tetapi memiliki fungsi imajinatif, psikoterapi,

religius dan mistis. Karena itu tidaklah mengherankan musik sebagai

medium untuk membangkitkan dan menguatkan kecintaan kepada Allah.

92

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 31-32

Page 61: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

48

BAB IV

ANALISIS MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF

SEYYED HOSSEIN NASR

Musik Sebagai Media Dalam Ajaran Tasawuf (al-Sama’)

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai bagaimana musik di

gunakan sebagai media dalam ajaran tasawuf menurut Seyyed Hossein Nasr.

Penulis membatasi penjelasan ini pada pembahasan “mendengarkan musik”

atau al-Samâ‟.

Secara etimologis, samâ‟ adalah masdar dari fi‟il madi samâ‟i yang

berarti mendengarkan. Kata samâ‟ dalam bahasa Inggris berarti hearing,

listening, listening in auditioning, audition. Dalam kamus al-Munjid, kata

sama‟ diartikan mengindra suara melalui pendengaran dan juga dapat berarti

al-ghinâ‟ (nyanyian). Kata al-samâ‟ dalam bahasa Arab klasik berarti

nyanyian (musik) atau alat-alat musik.93

Dalam buku-buku tasawuf, kata sama‟ diterjemahkan kedalam bahasa

Inggris oleh kebanyakan sarjana Barat seperti Nicholson diartikan dengan

listening to music and singing, Javad Nurbakhs mengartikannya spiritual

music, dan Seyyed Hossein Nasr mengartikannya dengan spiritual concert

(konser musik spiritual). Hal itu karena samâ‟ dari praktek lahiriahnya,

93

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 12-13

48

Page 62: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

49

merupakan kegiatan mendengarkan sya‟ir, nyanyian yang diiringi dengan

instrumen musik yang dilakukan dalam bentuk kelompok (konser musik).94

Zû al-Nun al-Misri bependapat bahwa mendengarkan musik adalah

sentuhan dari Allah yang membangkitkan hati menuju Allah, kecuali

mereka mendengarkan dengan nafsu maka ia termasuk orang sesat (zindîq).

Selanjutnya al-Qusyairi memberikan penjelasan dalam risalahnya tentang

al-samâ‟ adalah menemukan berbagai rahasia yang tersembunyi (al-guyûb)

melalui pendengaran hati, dengan pemahaman hati nurani terhadap hakekat

Tuhan yang dituju (al-murâd).95

Seyyed Hossein Nasr menjelaskan musik spiritual menjadi sarana untuk

mengubah perasaan (dzauq) dan Jiwa melalui pembacaan Al-Qur‟an

(tilawah) dan nyanyian religius yang berhubungan dengan Rasulullah SAW

(barzanji), serta do‟a melalui spiritualitas.96

Adapun tahapan dalam sama‟ terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

terdiri dari Naat (sebuah puisi yang memuji Nabi Muhammad SAW),

improvisasi ney (seruling) kadang-kadang menggunakan alat musik petik

(semacam gitar) atau taksim dan “Lingkaran Sultan Walad”. Bagian kedua

terdiri dari empat salam, musik instrumental akhir, pembacaan ayat-ayat al-

Qur‟an, dan Doa.97

94

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 17 95

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 13-15 96

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 175 97

Jaiz, Ahmad, Hartono. Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, h. 24

Page 63: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

50

Sangatlah jelas musik menjadi media dalam ajaran tasawuf seperti

penjelasan di atas, bahwa al-sama terdiri dari perpaduan sya‟ir yang

berisikan pujian kepada Rasulullah dan Allah dengan instrumen musik yang

menghasilkan irama, sehingga menjadi suatu harmoni.

Dalam makna tasawuf harmoni ini lah yang menjadi manisfestasi

Tuhan, lewat segala ciptaan Tuhan itu harmoni meliputi segala ciptaan-Nya.

Seperti alam jagat raya ini terus berputar dan memiliki keseimbangan, dan

manusia diberi mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar harmoni

ini. Dalam makna musik, melodi, ritme, dan harmoninya mencerminkan

keselarasan alam ini sehingga mampu mempengaruhi pendengarnya.98

Namun apakah segala jenis instrumen musik itu dapat dijadikan media

dalam pelaksanaan al-samâ‟? Tentu saja tidak. Sebagaimana di jelaskan

dalam bab tiga mengenai karakteristik musik sufi itu lah yang dapat

dijadikan media dalam tasawuf.

Tidaklah cukup pada harmonisasi antara instrumen musik dan syair

riligius tersebut, namun dalam pelaksanaan mendengarkan musik spiritual

tersebut harus memenuhi syarat dan melalui tatacara mendengarkan musik

spiritual.

98

Seyyed Hossein Nasr, The Garden Of Truth, terj. Yuliani Liputo, h. 185

Page 64: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

51

1. Syarat dan Tata Cara Mendengarkan Musik

Seyyed Hossein Nasr menjelaskan mengenai syarat mendengarkan

musik spiritual (al-sama). Pertama, bersih hatinya dari sifat-sifat yang dapat

menghalangi masuknya cahaya Tuhan kedalam hati. Kedua, saat

mendengarkan musik seseorang harus menyerahkan jiwanya kepada Tuhan

agar terbebas dari hawa nafsu. Ketiga, memiliki tekad yang kuat menuju

Yang Maha Tercinta. Karena musik spiritual merupakan musik Yang

Mahabenar (Al-Haqq).99

Dari ketiga syarat diatas merupakan syarat dalam mendengarkan musik

menurut Seyyed Hossein Nasr, yang dimaksud syarat pertama dalam

mendengarkan musik, hendaklah hati seseorang itu bersih dari sifat yang

negatif dalam hati seperti; iri hati atau sifat yang tidak senang akan rizki

atau rejeki dan nikmat orang lain. cenderung berusaha menyainginya.

Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia. Buruk sangka

dan lain sebagainya. Adapun cara membersihkan hati adalah dengan

bertaubat. Hal ini dimaksudkan agar cahaya Tuhan masuk kedalam hati.

Syarat yang kedua, menyerahkan jiwa kepada Tuhan atau berserah diri.

Berserah diri merupakan kepasrahan jiwa dan segala sesuatu hakikatnya

adalah milik Allah.

Kemudian syarat ketiga merupakan tekad atau dorongan, kesungguhan

dalam diri untuk menuju Allah.

99

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 169

Page 65: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

52

Seperti yang di jelaskan dari ketiga syarat tersebut, dapat dipahami

bahwa syarat-syarat tersebut merupakan suatu langkah awal dalam tata cara

mendengarkan musik menurut Nasr.

Selanjutnya Nasr menjelaskan mengenai tata cara mendengarkan musik,

yaitu melalui melodi, sistemnya dimulai dari nada dasar khusus yang prinsip

dan melodinya selalu kembali ke nada dasar tanpa meninggalkan pusatnya.

Sehingga membawa manusia selangkah demi selangkah menuju tingkatan

spiritual satu demi satu, dan akhirnya mencapai tingkatan kebahagiaan dan

ekstase spiritual.100

Artinya menikmati musik spiritual secara total berarti bersatu dengan

getaran kehidupan di alam suara, dengan komposisi musik yang

mengarahkan pendengarnya ke pusat. Setelah dipersatukan dengan getaran

kehidupan alam, yang di dalam diri manusia selalu ada dalam bentuk

getaran hati, disitulah kehidupan manusia bersatu dengan kehidupan alam,

sehingga jiwa manusia mengalami perluasan dan mencapai kebahagiaan dan

ekstase yang melingkupi dunia.

Selanjutnya, seluruh penerimaan irama dan perbedaan waktu, yaitu

manusia diputuskan secara tiba-tiba dari waktu yang ada di alam dunia,

artinya lupa akan adanya waktu yang ada, dia hanya merasakan dirinya

100

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 186

Page 66: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

53

berhadap-hadapan dengan wajah Yang Maha kekal dan untuk meraskan

nikmatnya peleburan (fana‟) dan kekekalan (baqa‟).101

2. Pengaruh Musik Terhadap Pendengar

Pada bagian ini penulis menjelaskan mengenai pengaruh musik

terhadap pendengarnya sebagaimana sudah di jelaskan syarat dan tata cara

mendengarkan musik menurut Nasr diatas. Hal tersebut kemudian

membawa pengaruh terhadap pendengar musik itu seperti mempengaruhi

perasaan (dzauq), saat mendengarkan musik dengan hati maka orang

tersebut akan merasa tenang atau tentram. Karena orang yang

mendengarkann musik dengan hati akan menjadi perenung (muraqib).

Contohnya ketika hati sesorang sedang resah kemudian mendengarkan

musk spiritual maka hati itu akan tentram dan merubah suasana hati

pendengar itu. Kemudian musik juga mempengaruhi pendengarnya menjadi

sifat terpuji, karena orang yang mendengarkan musik dengan akal („aql)

akan menjadi orang yang terpuji. Artinya dengan menangkap makna dari

musik tersebut seperti memahami arti dari kehidupan, alam, dan Tuhan

sehingga menjadi suatu pengetahuan (knowledge).102

Musik juga dapat membawa pengaruh negatif bagi pendengarnya,

yakni mendengarkan musik dengan hawa nafsu. Nasr menjelakan bahwa

orang yang mendengarkan musik dengan hawa nafsu maka akan menjadi

101

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 186 102

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 170

Page 67: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

54

orang yang tidak beriman (zindiq)103

. Hal ini dapat terjadi dikarenakan hawa

nafsu itu memberi dampak kelalaian manusia dari Tuhan dan meleburkan

diri manusia sehingga larut dalam pengaruh hawa nafsu yang menguasai

jiwa.

Selanjutnya bagi para sufi, musik memberi pengaruh sebagai media

dalam perjalanan spiritual menuju Tuhan, dengan melewati berbagai

tingkatan (maqam) dalam mendengar musik untuk mencapai makrifat yang

tidak dapat dicapai melalui jenis ibadah lainnya.104

Menurut Ahmad al-Ghazâli, al-samâ‟ memiliki seratus faedah dan

memiliki seratus ribu kondisi spiritual (ahwâl) yang dapat dirasakan oleh

para sufi, karena musik sendiri memiliki pengaruh terhadap perjalanan

spiritualitas mereka. Secara psikologis musik dapat mengantarkan jiwa

pendengar untuk berpulang ke alam ide universal (a‟lâm al-nafs), yaitu alam

dimana seluruh jiwa mendapat kenikmatan yang luar biasa yang berasal dari

kenikmatan bersifat rohani.105

Pendapat Nasr mengenai pengaruh musik di atas sama dengan pendapat

Muhammad al-Ghzali, bahwa perbedaan pengaruh musik pada diri seorang

sufi tegantung pada kondisi atau tingkatan spiritualitas mereka.106

103

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 170 104

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 170 105

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 31-32 106

Muhya, Bersufi Melalui Musik, h. 35

Page 68: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

55

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan, mendengarkan

musik selain mempengaruhi secara batin atau spiritual juga secara

lahiriyah. Hal itu dapat dilihat melalui prilaku seseorang yang terbiasa

mendengarkan musik. Terlepas apakah kemudian yang timbul perbuatan

positif atau negatif tergantung orang tersebut. Yang jelas musik memiliki

pengaruh yang luarbiasa terhadap pendengarnya.

A. Musik Sufistik Perspektif Seyyed Hossein Nasr

Dalam bagian ini penulis menganalisa musik sufistik menurut Seyyed

Hossein Nasr dalam suatu pembahasan yang dapat dilihat dari tingkatan

spiritualitas dalam mendengarkan musik. Mengapa tingkatan spiritual yang

menjadi pembahasan inti dari musik perspetif Seyyed Hossein Nasr ini ?

dikarenakan hal tersebut merupakan inti dari musik spiritual di kalangan

para sufi, di mana para sufi terbagi dalam beberapa tingakatan spiritual atau

maqam dalam mendengarkan musik. Ini yang kemudian menjadi

karakteristik musik sufi, yaitu yang membedakan dalam mendengarkan

musik spiritual adalah tingkatan spiritualitas seseorang.

1. Tingkatan Spiritualitas dalam Mendengarkan Musik

Musik sufistik merupakan kunci pembukaan khazanah kebenaran Ilahi.

Nasr menjelaskan tingkatan ahli makrifat (para sufi) dalam mendengarkan

musik itu bermacam-macam yaitu:107

107

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 172

Page 69: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

56

1. Sebagaian mendengarkan dengan bantuan tingkatan spiritual (maqâmât).

2. Mendengarkan dengan keadaan spiritual penuh cinta (mahabbah).

3. Mendengarkan dengan penyingkapan spiritual (mukâsyafât).

4. Mendengarkan dengan penyaksian spiritual (musyâhadât).

Dari keempat tingkatan diatas dapat dijelaskan oleh penulis. Pertama,

Nasr menjelakan mengenai tingkatan awal yaitu mendengarkan dengan

bantuan tingkatan spiritual ini maksudnya adalah setiap tingkatan memiliki

bagian musik spiritual dan dalam setiap bagian itu terdapat macam-macam

kualitas, seperti perubahan, peringatan, pemanjangan, persatuan, keakraban,

jarak, kegerahan, kegelisahan, kelaparan, kehausan, kecemasan, harapan,

kesedihan, kemenangan, penderitaan, ketakutan, kesucian, kemurnian,

penghambaan, dan kebangsawanan. Jika ada salah satu dari kualitas tersebut

menyentuh jiwa maka jiwa mereka akan meninggalkan tubuh diluar

kehendak mereka. Artinya bentuk penghambaan dengan kualitas hamba

Allah.108

Kedua, dengan keadaan spiritual (halat), artinya tingkatan spiritual

yang terdapat isyarat (isyârat) dalam musik spiritual. Setiap isyarat terdapat

macam-macam penderitaan seperti cinta (mahabbah), kerinduan gairah cinta

(„isyq), hasrat, kesucian, kegersangan dan kekuatan jika salah satu melintas

108

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 172

Page 70: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

57

dalam hati maka kepala mereka semua akan dipisahkan dari tubuh mereka

(melebur dengan Yang Maha Kasih).109

Ketiga, mendengarkan dengan penyingkapan spiritual selama

mendengarkan musik spiritual, pertunjukan berkesinambungan tentang

perwujudan sifat ketuhanan dalam diri manusia (theophanic). Apabila

pecinta Tuhan telah melihat salah satu dari pertunjukan ini mereka akan

menghilang secara perlahan seperti air raksa.110

Keempat, demikian pula halnya dalam penyaksian spiritual selama

mendengarkan musik spiriual atau konser spiritual ada kualitas yang

menampakkan kehalusan (latha‟if) dalam kehidupan sufi, kualitas tersebut

antara lain pengetahuan, kebenaran, malapetaka, kilasan dam pancaran

cahaya Tuhan, kekaguman, kekuatan, perubahan, penyusutan, pemuaian,

kemuliaanm dan ketenangan, yang akan mengantarkan ke dalam rahasia di

balik alam yang tidak terlihat, dan meperlihatkan kepadanya rahasia asal-

usulnya.111

Selanjutnya Seyyed Hossein Nasr menjelaskan mengenaii golongan sufi

dalam mendengarkan musik ada dua macam golongan sufi melihat dari

tingkatan spiritualitas, yaitu :112

109

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 172 110

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 172 111

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 172 112

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 174

Page 71: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

58

1. Musik bagi kaum elit (khawwâsh)

Musik bagi kaum elit ini merupakan tingkatan kedua yaitu

mendengarkan dengan hati, dan itu berada dalam pencarian. Pada tingkatan

ini pendengar musik spiritual memperhatikan tanda-tanda Ilahiah yang

diperoleh dari pesan-pesan sya‟ir, manakala pesan tersebut masuk kedalam

hati maka nyalalah api cinta.

Tingkatan spiritualitas sufi khawwâsh ini adalah pada tingkatan

spiritualitas penyingkapan (mukâsyafat).

2. Musik bagi kaum elitnya elit (Khawwâsh al-khawwâsh)

Musik bagi kaum elitnya elit ini mendengarkan musik dengan jiwa, dan

itu berada dalam cinta. Pada golongan ini para sufi juga mendengarkan

dengan al-Haq (Allah). Tingkatan spiritualitas sufi Khawwâsh al-

khawwâsh ini adalah pada tingkatan spiritualitas cinta (mahabbah) dan

tingkatan spiritualitas kesaksian (musyâhadat).

Dari apa yang penulis jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa

mendengarkan musik spiritual (konser spiritual) dalam perspektif kaum

sufi merupakan sesuatu yang suci karena esensi musik itu merupakan

substansi ruhaniyah, yaitu hati pendengar yang ada pada tingkatan kaum

elit (khawwâsh). Juga konser spiritual yang mengantarkan sufi ke dalam

rahasia di balik alam yang tidak terlihat, dan meperlihatkan kepadanya

rahasia asal-usulnya. Artinya mendengarkan musik dengan jiwa yang

Page 72: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

59

penuh cinta atau mendengarkan dengan al-Haq (Allah).113

Di alam jiwa,

musik timbul dari getaran yang disebabkan oleh gerakan isi alam semesta

ini. Serta menjadi penghibur jiwa. Suara musik tersebut memahasucikan

Allah, merupakan manifestasi dari pentasbihan yang dilakukam oleh

planet dan bintang-bintang. Adapun di alam dunia , mudik dapat menjadi

alat penghibur, pemberi semangat (motivasi), dan mengauatkan jiwa.

Bagi sufi musik merupakan alat stimulus yang dapat meningkatkan

kecintaan mereka kepada Allah. Melalui cinta yang semakin kuat, seorang

sufi akan sampai ke derajat musyâhadat penyaksian ke hadirat Allah.

113

Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan Seni Islam, h. 170

Page 73: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

60

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan bab-bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa

musik dalam tradisi tasawuf menjadi alat dalam menempuh perjalanan

ruhaniyah. Musik memberi pengaruh sebagai media dalam perjalanan

spiritual menuju Tuhan, dengan melewati berbagai tingkatan (maqâm)

dalam mendengar musik untuk mencapai makrifat yang tidak dapat dicapai

melalui jenis ibadah lainnya untuk mendekatkan kepada Allah. Lewat

mendengarkan musik melalui hati maka seseorang itu akan menjadi

perenung (muraqib). Mendengarkan musik melalui akal („aql) akan menjadi

orang yang terpuji.

Musik dalam perspektif sufistik penulis menyimpulkan bahwa al-sama‟

atau konser musik spiritual dalam istilah Nasr, merupakan suatu kondisi

atau tingkatan seseorang sufi dalam mendengarkan musik spiritual.

Tingkatan spiritual sufi dalam mendengarkan musik terbagi menjadi dua

golongan. Golongan pertama, kaum elit (khawwâsh), yakni mendengarkan

dengan hati, memperhatikan tanda-tanda Ilahiah yang diperoleh dari pesan-

pesan sya‟ir, ketika pesan tersebut masuk kedalam hati maka nyalalah api

cinta kepada Tuhan. Tingkatan spiritualitas sufinya adalah penyingkapan

(mukâsyafat).

60

Page 74: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

61

Tingkatan selanjutnya kaum elitnya elit (khawwâsh alkhawwâsh), yaitu

mendengarkan musik dengan jiwa atau mendengarkan musik dengan al-Haq

(Allah). Tingkatan spiritualitas sufinya adalah cinta (mahabbah) dan

tingkatan spiritualitas kesaksian (musyâhadat).

B. Saran-saran

Pemikiran Seyyed Hossein Nasr mengenai musik sufi, merupakan suatu

fenomena yang dapat membuka khasanah kehidupan manusia khususnya

dikalangan sufi ataupun kehidupan seseorang maupun dalam ajaran tasawuf,

karena musik sendiri adalah sesuatu yang dimiliki oleh naluri manusia.

Dengan memahami musik dalam perspektif sufistik yang luas, dapat

menjadi suatu pelajaran bagi manusia dalam menjalani kehidupan yang kaya

akan jiwa spiritual yang bahagia layaknya para sufi yang jiwanya bersatu

dengan Yang Maha Kasih. Terutama bagi mereka yang menyukai musik,

baik itu yang memainkannya maupun hanya sebagi pendengar saja, karena

musik sendiri dapat mengangkat jiwa manusia ke dalam alam rohani jika ia

mendengarkan musik spiritual.

Namun ada beberapa macam kendala yang dialami penulis dalam

menuangkan hal lainnya yang diperoleh dari pemahaman-pemahaman ini.

Musik tidak hanya bermanfaat sebagai ekspresi keagamaan dan juga saran

spiritual saja, namun ia juga dapat menjadi manfaat bagi hal-hal lainnya.

Baik itu bersifat praktis maupun teoritis.

Page 75: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

62

Dalam hal teoritis, kajian ini dapat dijadikan suatu sumber pengetahuan

tentang musik sufi. Juga menjadi pengetahuan musik dalam perspektif

sufistik yang masih jarang mendapat perhatian uttuk didiskusikan.

Sedangkan dalam tataran praktis, adalah bagi seorang penikmat musik,

diharapkan mendengarkan musik tidak hanya dengan hawa nafsu atau

sebatas hiburan belaka, melainkan mendengarkan dengan hati atau akal agar

mendapat mengasah hati atau rasa (dzauq) terasa tentram dan dekat dengan

Tuhan. Atau dengan menggunakan akal agar menjadi orang yang terpuji.

Page 76: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

63

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Maksum, Tasawuf Sebagai Pembebasan Manusia Modern: Telaah

Signifikansi

Konsep “Tradisionalisme Islam” Seyyed Hossein Nasr, Yogyakarta:

Pustaka

Pelajar, 2003.

Aminrazafi Mehdi, “Filsafat Islam di Dunia Islam Modern; Persia” dalam Seyyed

Hossein Nasr dan Oliver Leaman (ed.), Ensiklopedia Tematis Filsafat

Islam,

Jilid II Bandung: Mizan, 2003.

Azra Azyumardi, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan

Aktor

Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Baghdadi, Abdurrahman, Seni dalam Pandangan Islam : Seni Vokal, Musik dan

Tari, Jakarta : Geman Insani Press, 1995.

Budilinggono, I, Bentuk dan Analisis Musik, Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1993.

Dahlan, Abdul (ed.), Suplemen Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van

Houve,

1994.

Gazalba, Sidi, Islam dan Kesenian : Relevansi Islam dengan Seni-Budaya Karya

Manusia, Jakarta : Pustaka al-Husna, 1998.

Ghafur, Waryono A, "Seyyed Hossein Nasr: Neo-Sufisme sebagai Alternatif

Modemisme" dalam A. Khudon Soleh (ed.), Pemikiran Islam

Kontemporer,

Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2003.

Gazāli, Imam, Mutiara Ihya‟ „Ulum ad-Din, terj. Irwan Kurniawan, Bandung:

Mizan, 2002.

Hidayat, Komaruddin, Tragedi Raja Midas, Jakarta: Paramadina, 1998.

61

Page 77: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

64

Indrawan, Andre, Musik di Dunia Islam, Tsaqafa; Jurnal Kajian Seni Budaya

Islam

Vol. 1, No. 1, Juni 2012.

Jaiz, Ahmad, Hartono. Tarekat Tasawuf Tahlilan dan Maulidan, Solo: Wacana

Ilmiah Press. 2006.

Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju, 1996.

Khan Hazrat Inayat, Dimensi Musik dan Bunyi, terj. Muhammad Faur „Abd al-

Baqi

dari Buku The mysticism of Sound and music, Yogyakarta: Pustaka

Sufi,2002.

Mack, Dieter, Sejarah Musik, Jilid III, Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1995.

Maimun, Ach., Seyyed Hossein Nasr “Pergulatan Sains dan Spiritualitas Menuju

Paradigma Kosmologi Alternatif”, Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.

Muhaya, Abdul, Bersufi Melalui Musik, Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh

Ahmad

Al-Gazāli, Yogyakarta: Gama Media, 2003.

Nasr, Seyyed Hossein, Islam dalam Cita dan Fakta, terj. Abdurrahman Wahid

dan

Hasyim Wahid, Jakarta: Lappenas, 1981.

, Islam dan Nestapa Manusia Modem, terj. Anas Mahyuddin, Bandung

Pustaka, 1983.

, Menjelajah Dunia Modern, Bimbingan untuk Kaum Muda Muslim, terj.

Hasti Tarekat, Bandung: Mizan, 1995.

, Pengetahuan dan Kesucian. Terj. Suharsono, Yogyakarta; Pustaka

Pelajar,

1997.

, Sains dan Peradaban dalam Islam, terj. J. Mahyudin Bandung: Penerbit

Pustaka, 1986.

, Spiritualitas dan Seni Islam. Terj. Sutejo. Bandung; Mizan,1993.

Page 78: MUSIK SUFISTIK PERSPEKTIF SEYYED HOSSEIN NASRrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/34665/1/AGUNG... · Hal ini terjadi pasca zaman Barok kira- kira antara tahun 1600-1750,

65

, Tasawuf Dulu dan Sekarang, terj. Abdul Hadi, Jakarta: Pustaka Firdaus,

1994.

, The Garden Of Truth, terj. Yuliani Liputo, Bandung: Mizan. 2010.

, The Heart of Islam; Pesan-pesan Universal Islam untuk Kemanusiaan,

terj.

Nurasih Fakih, Bandung: Mizan, 2003.

, Tiga Pemikir Islam; Ibnu Sina, Suhrawardi dan Ibn Arabi, terj. Ahmad

Mujahid, Bandung: Risalah, 1986.

Parto, Suhardjo, Musik Seni Barat dan sumber daya manusia, Yogyakarta:

Pustaka

Pelajar, 1996.

Ṣafā‟, Ikhwān, Rasāil al-Ikhwān al-Ṣafā‟, Jilid. I, Beirut: Dār al-Islāmiyyah,

1957.

Susantina, Sukatmi, Nada-nada Radikal : Perbincangan Para Filsuf Tentang

Musik,

Yogyakarta: Panta Rhei Books, 2004.

Yakub, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Penerbit Aloka,

1994.