muhammad i yah

8
ORMAS ISLAM MUHAMMADIYAH NAMA : NORMA ULFAH NIM : 30101206694

Upload: alfianas

Post on 12-Apr-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

li

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad i Yah

ORMAS ISLAM

MUHAMMADIYAH

NAMA : NORMA ULFAH

NIM : 30101206694

ORGANISASI ISLAM MUHAMMADIYAH

Page 2: Muhammad i Yah

I. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas umat islam sekaligus

tercatat sebagai negara dengan jumlah umat muslim terbesar di seluruh dunia. kondisi seperti

ini menjadikan indonesia menganut adat ketimuran dan memiliki nilai nilai religi yang sangat

kuat. segala aktifitas dan peraturan di indonesia juga selalu berdasarkan syariat islam.

berbagai macam majelis dan kegiatan bernuansa religi mudah ditemui di indonesia. bahkan di

indonesia banyak sekali berdiri berbagai komunitas dan organisasi berlandaskan islam yang

bertujuan mengawal indonesia lebih maju lagi berdasarkan syariat islam.

Dengan luas wilayah yang besar ditambah penduduknya yang sangat besar, praktis

banyak sekali bermunculan ormas ormas islam yang tentu saja beberapa namanya sudah tidak

asing lagi bagi anda dan telah anda dengar aktifitasnya dalam membangun bangsa.  ormas

sendiri memiliki definisi organisasi masyarakat/sekumpulan masa yang memiliki satu tujuan

yang sama dan dalam hal ini menyangkut bidang agama. ormas juga tidak memiliki tujuan

politis dan tidak bertujuan mengincar kekuasaan, hal ini tentu berbeda dengan partai politik.

Beberapa ormas islam sudah memiliki nama besar dan telah populer serta memiliki

jumlah anggota yang besar salah satunya adalah Muhammadiyah.  Sebagai sebuah gerakan

Islam yang lahir pada tahun 1912 Masehi dan kini hampir memasuki usia 100 tahun, telah

banyak yang dilakukan oleh Muhammadiyah bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara

luas. Sehingga harus diakui bahwa Muhammadiyah memiliki kontribusi dan perhatian yang

cukup besar dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam rangka mencapai

tujuan Muhammadiyah untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga

terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Persyarikatan Muhammadiyah telah

menempuh berbagai usaha meliputi bidang dakwah, sosial, pendidikan, ekonomi, politik, dan

sebagainya, yang secara operasional dilaksanakan melalui berbagai institusi organisasi seperti

majelis, badan, dan amal usaha yang didirikannya sehingga terwujud masyarakat utama, adil

dan makmur yang diridlai Allah SWT.

II. PRINSIP-PRINSIP UTAMA PEMAHAMAN (AGAMA) ISLAM DALAM MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah memperkenalkan dua prinsip utama pemahaman (agama) Islam:

Page 3: Muhammad i Yah

1. Ajaran agama Islam yang otentik (sesungguhnya) adalah apa yang terkandung di dalam al-Quran dan as-Sunnah dan bersifat absolut. Oleh karena itu, semua orang Islam harus memahaminya.

2. Hasil pemahaman terhadap al-Quran dan as-Sunnah yang kemudian disusun dan dirumuskan menjadi kitab ajaran-ajaran agama (Islam) bersifat relatif.

Dari kedua prinsip utama tersebut, pendapat-pendapat Muhammadiyah tentang apa yang disebut doktrin agama yang dirujuk dari al-Quran dan as-Sunnah selalu (dapat) berubah-ubah selaras dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan zaman. Hal ini bukan berarti Muhammadiyah tidak bersikap istiqamah dalam beragama, tetapi justeru memahami arti pentingnya ijtihad dalam menyusun dan merumuskan kembali pemahaman agama (Islam) sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Quran dan as-Sunnah. Dipahami oleh Muhammadiyah bahwa al-Quran dan as-Sunnah bersifat tetap, sedang interpretasinya bisa berubah-ubah. Itulah konsekuensi keberagamaan umat Islam yang memahami arti universalitas kebenaran ajaran agama yang tidak akan pernah usang dimakan zaman dan selalu selaras untuk diterapkan di mana pun, kapan pun dan oleh siapa pun.

III. PEMIKIRAN MUHAMMADIYAH

1)      Aqidah

Dari berbagai penelitian tentang KHA. Dahlan hampir semuanya sepakat bahwa pemikirannya tidak dapat dipisahkan dari ide-ide pembaharuan, seperti ibnu taimiyyah, ibnul qoyyim, Muhammad bin abdul wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridlo yang menolak ajaran-ajaran yang tidak ada sunnahnya dari rasulullah (bid’ah), hal-hal yang berbau tahayul dan kurafat.

Selain itu, salah satu doktrin lain yang amat melekat di muhamadiyah adalah tentang Amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan ungkapan terpenting dalam lingkungan muhammadiyah. Awalnya gagasan ini hanya seputar masalah agama, namun berkembang luas ke berbagai permasalahan umat seperti politik, pendidikan, sosial, budaya dan lainnya. [13]Dalam upaya mencegah dari kemungkaran, yang paling tampak adalah upaya mencegah kemungkaran dalam bentuk TBC (tahayul, bid’ah dan churafat). 

Dan konsep terakhir yang merupakan hal penting dalam muhammadiyah adalah “menjadi muslim kaffah” berdasarkan Al-Quran Surat Al-baqarah ayat 208. Gagasan ini secara ideal diimplementasikan dalam dua cara yang luas. Yang pertama adalah melalui implementasi syariat islam di semua aktivitas dan lingkungan, dan kedua melalui pelayanan masyarakat yang semata-mata didasarkan pada Al-Qur’an dan sunnah nabi.

Dapat dikelompokkan bahwa pandangan keagamaan muhammadiyah didasarkan pada beberapa aspek. Yaitu ijtihad, tajdid, dan jihad.  aspek pertama adalah ijtihad, secara literal ijtihad didefinisikan “berusaha sekuat tenaga”, “mengerahkan tenaga”, “Usaha keras”, atau “memaksimalkan diri”. Dalam ilmu fiqh, para ahli mendefinisikan ijtihad adalah “usaha

Page 4: Muhammad i Yah

maksimal yang dilakukkan oleh ahli fiqh untuk menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip dan aturan ushul fiqh (legal theory) yang bertujuan untuk menyingkap hukum Allah”. Di muhammadiyah ijtihad bisa dijalankan secara kolektif atau individu dan bagi yang tidak mampu melakukannya harus ber-ittiba’, yakni menerima atau mengikuti fatwa seseorang dengan syarat mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari fatwa tersebut.

aspek kedua adalah adalah tajdid (kebangkitan, reformasi) yang merujuk pada hadits “innallaha yab’atsu hazhihi al-umma ‘ala ra’si kulli mi’a sana man yujaddid laha amr diniha” (sesungguhnya Allah akan mengutus pada umat ini setiap seratus tahun orang yang akan memperbarui agama mereka).  Tajdid di muhammadiyah mempunyai dua definisi, pertama adalah pemurnian yang meliputi pemahaman, internalisasi. Pemurnian akidah dengan membersihkan pribadi dari hawa nafsu yang hanya mengikuti kebiasaan yang ada pada diri sendiri, dalam keluarga, dan dalam masyarakat. Karena kebiasaan itu tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, maka harus ditinggalkan dan kembali pada Al-Quran dan Sunnah. Dan penerapan hal-hal yang sudah tetap dalam islam seperti otentitas Al-Quran, hadits shahih, teologi islam, ibadah, etika islam, dan hubungan sosial.  dan yang kedua  adalah modernisasi dalam hal-hal yang tunduk pada perubahan seperti system organisasi, pengembangan model-model pendidikan dan sebagainya

aspek ketiga adalah jihad yang secara literal berarti “berusaha keras”, atau “berjuang”. Menurut muhammadiyah jihad sebagai sebuah kewajiban dapat dilakukan dengan empat cara : dengan hati, dengan lisan, dengan pikiran, dan dengan pedang. Akan tetapi muhammadiyah menekankan pentingnya berinfak di jalan Allah. 

2)      Fiqh Ibadah

Karena muhammadiyah menganut paham purifikasi (pemurnian), maka dalam kegiatan beribadah pun muhammadiyah meninggalkan segala bentuk amal ibadah yang tidak ada tuntunannya dari rasulullah serta tidak sesuai dengan pamahaman salaf, seperti Niat shalat yang dilafazkan, adzan dua kali pada shalat Jumat, mewajibkan Qunut Subuh, Witir, dan Nazilah, Shalat Tarawih 23 rakaat, Dzikir dengan suara keras, Penentuan awal ramadhan dan 1 syawal, Tawasul, Tahlil, dan makruhnya hukum Rokok.

Berikut sikap muhammadiyah terhadap hal tersebut :

a)      Niat Shalat: Muhammadiyah berpendapat bahwa niat sholat itu di hati, tidak perlu diucapkan.

b)      Shalat Jum‘at:  shalat Jum‘at biasanya diadakan dengan satu kali adzan dan tanpa Ma‘ashiral

c)      Qunut Subuh, Witir, dan Nazilah: Muhammadiyah berpendapat qunut Subuh bukan merupakan sesuatu yang disunnahkan atau yang diwajibkan. Muhammadiyah berpendapat bahwa Qunut Subuh dan Witir bukan suatu amalan sunnah.

d)     Shalat Tarawih: mengenai Shalat Tarawih Muhammadiyah berpendapat dikerjakan 8 Raka‘at di tambah Witir 3 Raka‘at

Page 5: Muhammad i Yah

e)      Dzikir dengan Suara Keras: dzikir ba‘da shalat menurut muhammadiyah dilakukan sendiri-sendiri dan dengan suara rendah

f)       Penentuan awal Ramadhan dan 1 Syawal: muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan tanggal melalui ilmu astronomi)

g)      Tawassul: Muhammadiyah menganggap bahwa berdoa melalui perantara atau dengan ber-tawassul adalah tidak boleh hukumnya

h)      Tahlilan: Muhammadiyah tidak membolehkannya, disebabkan ada unsur-unsur bid‘ah di dalamnya. Esensi pokok tahlilan orang yang meninggal dunia sebagai perbuatan bid'ah bukan terletak pada membaca kalimat la ilaha illallah, melainkan pada hal pokok yang menyertai tahlil, yaitu; Mengirimkan bacaan ayat-ayat al-Qur'an kepada jenazah atau hadiah pahala kepada orang yang meninggal,Bacaan tahlil yang memakai pola tertentu dan dikaitkan dengan peristiwa tertentu.

IV. TOKOH

1. Kyai Haji Ahmad Dahlan2. Kyai Haji Ibrahim3. KH Hisyam4. KH Mas Mansyur5. Ki Bagus Hadikusuma6. Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur7. H. M. Yunus Anis8. KH Ahmad Badawi9. KH Faqih Usman10. KH AR Fachdrudin11. KHA Azhar Basyir, MA12. Prof. Dr. H. Amien Rais13. Prof. Dr. Ahmad Safii Maarif14. Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin15. Prof. Drs. H. A. Malik Fadjar, M.Sc.16. Prof. Dr. H. Bambang Sudibyo, MBA17. Drs. H. Muhammad Muqoddas, Lc., M.A.18. Drs. H. A. Dahlan Rais, M.Hum19. Dr. Haedar Nashir, M.Si20. Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag21. Dr. Abdul Mu'ti, M.Ed22. Dr. Agung Danarta, M.Ag23. Dr. H. A. Fattah Wibisono, M.A.24. Drs. H. M. Goodwill Zubir25. Prof. Dr. H. Syafiq A. Mughni26. Drs. H. Sukriyanto AR., M.Hum.