muhammad ali akbar 106011000124 -...

88
PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ) DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK DI KALANGAN REMAJA Kampung Rawa, Johar Baru Jakarta Pusat Study Kasus: Remaja TPQ. Ihsan Makmur Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) Disusun oleh: Muhammad Ali Akbar 106011000124 Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2011/1432 H

Upload: nguyenduong

Post on 12-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR’AN (TPQ)

DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK DI KALANGAN

REMAJA

Kampung Rawa, Johar Baru

Jakarta Pusat

Study Kasus: Remaja TPQ. Ihsan Makmur

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Disusun oleh:

Muhammad Ali Akbar

106011000124

Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

2011/1432 H

Page 2: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa
Page 3: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa
Page 4: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa
Page 5: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

i

ABSTRAK

Muhammad Ali Akbar. Peranan TPQ dalam Pembentukan Akhlak di Kalangan Remaja Kampung Rawa Jakarta. Studi Kasus Remaja TPQ Ihsan Makmur. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada dunia pendidikan, terutama dalam TPQ dijadikan sebagai salah satu lembaga pendidikan yang bergerak pada perkembangan pendidikan al-Qur’an. Banyak pihak yang menaruh harapan kepada TPQ. TPQ merupakan lembaga pendidikan non formal yang ikut serta dalam memajukan dan mencerdaskan anak bangsa. Dengan demikian TPQ memiliki peranan untuk membentuk manusia berakhlak mulia dan bermartabat. TPQ diharapkan dapat menjadi sebuah tempat pencerahan baik pendidikan moral maupun agama. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat merumuskan masalah yaitu bagaimana peranan TPQ dalam pembentukan akhlak remaja? Penelitian ini dilaksanakan di TPQ. Ihsan Makmur Kampung Rawa Johar Baru, Jakarta. Pada bulan Maret sampai April 2011. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik angket (Questionnare) dan wawancara. Sampel penelitian ini adalah seluruh remaja TPQ. Ihsan Makmur yang berjumlah 44 orang yang disebut penelitian populasi. Dan mewawancarai ustadz yang berperan penting dalam pembentukan akhlak remaja dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data penelitian peranan TPQ dalam pembentukan akhlak remaja ini diperoleh dengan menggunakan angket yang terdiri dari 43 item dan wawancara guru. Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan rumus frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peranan TPQ yang cukup signifikan dalam pembentukan akhlak remaja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan TPQ memiliki peranan dalam pembentukan akhlak remaja.

Page 6: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah swt., zat yang Maha Rahman dan

Maha Rahim terhadap seluruh makhluk-Nya. Dia-lah yang menganugerahkan

berbagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan

inayah-Nya yang tidak pernah berhenti mencurahkan itu semua dasn memberikan

kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar

Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

pahlawan revolusi Islam se-Dunia, penyelamat umat manusia di dunia, Baginda Nabi

Besar Muhammad saw., sebagai insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan

cahaya kebenaran dalam setiap sisi kehidupan manusia.

Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan akhirnya penyusunan skripsi

ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terwujud

bukan semata-mata atas upaya pribadi sendiri, melainkan berkat bantuan dan

dorongan dari semua pihak. Dan tentunya tidak sedikit kendala, hambatan serta

kesulitan yang dihadapi, namun berkat keyakinan, kesungguhan hati dan kerja keras

yang optimal serta bantuan dari semua pihak, segala kesulitan tersebut dapat penulis

hadapi dan atasi sebaik-baiknya. Oleh karena itu sebagai rasa syukur kepada Allah

swt., dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan dan terima

kasih yang terdalam serta tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

beserta stafnya, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

dapat belajar dan menambah wawasan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

Page 7: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

iii

2. Bapak Bahrissalim, MA., Ketua Juruasan PAI, Bapak Safiuddin, MA.,

sebagai sekretaris Jurusan PAI, serta seluruh bapak dan ibu dosen Jurusan PAI

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mendewasakan

penulis dengan berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang sangat beguna

selama mengikuti studi dikampus.

3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag., selaku Penasehat Akademik dan

pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktu serta mencurahkan

pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya dan

perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan beserta stafnya, yang telah

berkenan meminjam buku-buku perpustakaan kepada penulis.

5. Ustadz Asep Wahyu, sebagai pimpinan TPQ. Ihsan Makmur, yang telah

memberikan bantuan untuk riset penelitian (obsevasi, dan wawancara) kepada

penulis dalam penelitian ini.

6. Ayahanda Munaf Chaeruddin dan Ibunda Sari Manis tercinta yang tak henti-

hentinya memberikan dorongan dan motivasi serta doa yang tulus bagi penulis

dalam mengukir kehidupan yang bermakna.

7. Kakak dan adik-adikku tersayang, Syahrial, Rijal, Novi, Riyan, Vina, Siti

Suwarni, dan Nisa, yang selalu memberikan motivasi untuk berjuang meraih

mimpi-mimpi dan menggapai cita-cita.

8. Teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Mega, Jihad, Habibi, Arief,

Mulyanti, Fajrin, Hendra, Rifki, dan semua kelas PAI-C. semoga kita selalu

diberikan kemudahan dan dirahmati Allah SWT.

9. Teman-teman seperjuangan dalam PPKT (Jamil, Aan, Nia, Uwi, Aji, Himma,

Asmiya, Arifah, dan Evie Shofia). Dan guru-guru MTsN 2 Ciganjur serta

murid-murid yang berkualitas.

Semoga Allah swt., membalasnya dengan balasan yang lebih baik dan belipat

ganda. Amin Ya Mujiba Al-Sailin.

Page 8: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

iv

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penuilisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dengan rendah

hati penulis akan selalu menerima kriktik dan saran yang bersifat mendukung demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wa Allahu al-Muwafiq Ila Aqwami al-Thariq

Jakarta, 29 April 2011

Penulis

Muhammad Ali Akbar

Page 9: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

v

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

SURAT PERNYATAAN SENDIRI

ABSTRAK……………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... v

DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..... vii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………..………….... ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..………………………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah……………………………………………….……… 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………………...……… 8

D. Tujuan Penelitian ………………………………..…………………….… 8

E. Manfaat Penelitian ………………………………..…………………… . 9

BAB II. KAJIAN TEORITIS

A. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) …………………………… 10

1. Pengertian Peranan …………………...……………………………… 10

2. Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)……..………………………..… 11

3. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) ………………….…… 13

B. Akhlak Remaja…………………………………………………………... 14

1. Pengertian Remaja …………………………………………………… 14

2. Keberagamaan Remaja ………….…………………………………… 17

3. Pengertian Akhlak…..……….……………………………………….. 20

4. Akhlak Remaja……………………………………….………………. 25

C. Kerangka Berfikir ……………………………………………………..… 28

Page 10: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

vi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu ……………………………………………………...… 31

B. Pendekatan dan Metode Penelitian …………………………….………… 31

C. Variabel Penelitian ……………………………………………………… 32

D. Populasi dan Sampel …………………………………………………...… 32

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………….…… 32

F. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………….… 33

G. Teknik Analisa Data ……………………………………...……………… 35

H. Instrumen Penelitian ………………………………………………….…. 36

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum TPQ. Ihsan Makmur ……………………………….… 38

1. Sejarah Singkat TPQ. Ihsan Makmur ……………………………...… 38

2. Keadaan Tenaga Pendidik …………………………………………… 39

3. Keadaan Siswa …………………………………………………..…… 40

4. Sarana dan Prasarana ………………………………………………… 41

B. Deskripsi Data …………………………………………………………… 42

BAB V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan …………………………………………………………….… 65

B. Saran …………………………………………………………………...… 66

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..… 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen ……………………………………………………… 36

Tabel 2. Daftar Tenaga Pendidik…………………………………………………... 39

Tabel 3. Keadaan Sarana dan Prasarana…………………………………………… 41

Tabel 4. Pembacaan al-Qur’an di Majelis Taklim ……………………………..… 43

Tabel 5. Pelajaran Sejarah Islam di Majelis Taklim ………………………………. 44

Tabel 6. Kegiatan Keagamaan Peringatan Hari Besar Islam ……………………… 45

Tabel 7. Latihan Kesenian di Majelis Taklim ………………………………….….. 45

Tabel 8. Berwudhu dengan Baik ……………………………………………….….. 46

Tabel 9.Proses Pembelajaran di Majelis Taklim ………………………………… . 47

Tabel 10. Mengkaji Ulang Materi Pelajaran di Rumah ……………………………. 48

Tabel 11. Melaksanakan Shalat ……………………………………………………. 49

T.abel 12. Melaksanakan Puasa ……………………………………………………. 50

Tabel 13. Bershalawat kepada Nabi ……………………………………………….. 51

Tabel 14. Memakai Wangi-wangian ketika Shalat ………………………………… 52

Tabel 15. Membiasakan Diri untuk Bersikap Jujur ……………………………..… 53

Tabel 16. Membiasakan Diri untuk Berdisiplin …………………………………… 53

Tabel 17. Mendoakan Kedua Orang Tua ………………………………………...… 54

Tabel 18. Bebrbicara yang Baik kepada Orang Tua …………………………….…. 54

Tabel 19. Menolak Perintah Kedua Orang Tua ………………………………….… 55

Tabel 20. Mengajarkan Orang Tua untuk Membaca al-Qur’an …………………… 56

Tabel 21. Memberi Hadiah di Waktu-waktu Tertentu …………………………….. 56

Page 12: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

viii

Tabel 22. Menyantuni Anak Yatim ………………………………………………... 57

Tabel 23. Menebarkan Senyum kepada Orang Lain …………………………….… 57

Tabel 24. Membela Sahabat yang Bersengketa ………………………………….… 58

Tabel 25. Menunda Pembyaran Hutang kepada Orang Lain ……………………… 59

Tabel 26. Mengambila Barang Orang Lain tanpa Izin Pemiliknya ………………. 59

Tabel 27. Memberi Makan kepada Binatang ………………………………………. 60

Tabel 28. Menanam Tanaman Hias di Rumah …………………………………….. 61

Tabel 29. Membuang Sampah ……………………………………………………... 61

Tabel 30. Rata-rata Keseluruhan Akhlak Remaja ……………………………….… 62

Page 13: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Berita Wawancara

Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data

Lampiran 3. Surat Pengajuan Proposal

Lampiran 4. Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 5. Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian

Lampiran 6. Nama-nama Responden

Page 14: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembentukan karakter

manusia. Menurut Ahmad D. Marimba yang dinamakan pendidikan Islam adalah

“Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam”.1 Seseorang

tidak mampu memahami dan menjalani tanpa aspirasi (cita-cita) untuk maju.

Untuk memajukan kehidupan mereka itulah maka pendidikan menjadi sarana

utama yang di kelola secara sitematis dan konsisten berdasarkan berbagai

pandangan teoritikal dan pratikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan

hidup manusia itu sendiri.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi

telah banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk bangsa Indonesia.

Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia sebagai akibat dari

1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam 2, (Bandung: PT. Al-Ma’ary, 1992), h. 11.

Page 15: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

2

pengaruh global tidak hanya memiliki dampak positif saja, melainkan juga

memiliki dampak negatif. Dalam kehidupan modern ini bangsa Indonesia sudah

dijangkit sifat-sifat hedonistic, materialistik, pragmatism, dan economic oriented.

Selain itu, pengaruh lainnya yang melanda negeri ini antara lain krisis

kepercayaan, demoralisasi, cultural lag, juvenile delinquency, dan konflik antar

umat beragama dan sebagainya.

Dalam pada itu kondisi kehidupan yang berlangsung saat ini tak dapat

dihindari telah melahirkan berbagai pergeseran bahkan perubahan, termasuk

perubahan prilaku keagamaan. Gejala ini dapat dilihat dari tumbuhnya gerakan

keagamaan yang menjurus ke arah eksklusifisme, kurang mendengarkan

himbauan tokoh-tokoh agama, menurunnya minat dan aspirasi masyarakat untuk

menyekolahkan putra putrinya ke lembaga pendidikan keagamaan. Munculnya

pluralism agama, konflik intern antar umat beragama yang menjurus kepada

arogansi dan anarkis, merupakan contoh dari adanya perubahan perilaku

keagamaan. Demikian juga adanya perluasan pemahaman cakrawala keagamaan,

maraknya pasaran buku keagamaan. Di perkotaan maupun pedesaan merupakan

contoh dari adanya perubahan prilaku keagamaan di Indonesia.

Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan saling

ketergantungan antar negara dan antar bangsa. Negara-negara dan bangsa-bangsa

di dunia kini bukan saja saling terbuka terhadap satu sama lain, kalaupun saling

ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa bersifat asimetris, artinya

satu negara lebih tergantung pada negara lain dari pada sebaliknya. Karena saling

ketergantungan dan saling keterbukaan ini, semua negara pada prinsipnya akan

terbuka terhadap pengaruh globalisasi.

Bila dicermati perubahan prilaku keagamaan bermula dari adanya perubahan

penafsiran atau pemahaman terhadap teks-teks suci yang menjadi sumber acuan,

kemudian disusul dengan pengaruh globalisasi melalui teknologi informasi dan

serta merta menimbulkan budaya tiruan yang boleh jadi mengesampingkan nilai-

Page 16: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

3

nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga budaya asing banyak

mempengaruhi kebudayaan bangsa dalam masyarakat.

Perubahan pemahaman dan prilaku keagamaan secara positif disebabkan

karena adanya kontak langsung maupun tidak langsung melalui lektur keagamaan

sehingga pengambilan unsur-unsur yang dianggap berguna dan lebih

menguntungkan apa yang telah ada selama ini. Faktor keuntungan inilah yang

menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan.

Manakala penafsiran atau pemahaman baru ajaran agama diterima oleh para

penganut agama bersangkutan dan kemudian disosialisasikan oleh para tokoh atau

pemimpin keagamaan, maka ajaran baru tersebut lambat laun akan menjadi nilai-

nilai yang ditaati dan dijunjung oleh para penganut agama tersebut dan

selanjutnya akan menjadi sebuah pranata keagamaan dan pranata keluarga yang

mengatur kehidupan masyarakat.2

Manusia adalah makhluk yang dinamis dan bercita-cita ingin meraih

kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah,

batiniyah, dunia dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tidak mungkin tercapai

jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya.

Secara optimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses pendidikan adalah

suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk

mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam proses

pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan di masa-masa yang akan

datang.

Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan

manusia. Jhon Dewey berpendapat bahwa pendidikan merupakan salah satu

kebutuhan hidup, salah satu fungsi sosial, sebagai bimbingan dan sarana

2 M. Yusrie Abady, APU, dkk., Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan, (Jakarta: Puslitbang Agama, 2002), cet. 1, h. 1-2.

Page 17: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

4

pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin

hidup.3

Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi mengetahui,

dan membentuk jasmani dan rohani yang matang, sebagaimana dinyatakan dalam

Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS):

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.4

Tujuan pendidikan setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan yang

bertujuan mengembangkan aspek rohaniah dan jasmaniah. Dengan demikian

secara konseptual pendidikan mempunyai peran strategis dalam membentuk anak

didik menjadi manusia berkualitas tidak saja berkualitas dalam segi skill, kognitif,

afektif tetapi juga aspek spiritual. Hal ini membuktikan pendidikan mempunyai

andil besar dalam mengarahkan anak didik dalam mengembangkan diri

berdasarkan potensi dan bakatnya melalui pendidikan anak mungkin menjadi

pribadi yang sholeh, pribadi berkualitas dalam segi skill, kognitif dan spiritual.

Masalah remaja merupakan topik yang selalu hangat di bicarakan oleh semua

orang, sehingga tidak jarang permasalahan remaja seringkali ditulis dalam buku-

buku, majalah dan artikel-artikel bahkan dijadikan topik di dalam seminar-

seminar.

Usia remaja adalah usia yang rawan dan seringkali menerima apa saja yang

datangnya dari luar, dimana kemampuan berfikir logis mulai berkembang,

kemajuan teknologi yang bermanfaat bagi pendidikan akan mempercepat

perkembangan daya tangkap dan pemahaman, namun kemampuan menyaring dan

3 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), h. 35. 4 Depdiknas, UU SISDIKNAS 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 5.

Page 18: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

5

memilih yang baik dan buruk belum tumbuh sempurna kecenderungan untuk

meniru masih tinggi, segala bentuk tingkah laku dalam kehidupan banyak

terpengaruh oleh hal-hal yang terlihat, terbaca, terdengar. Oleh karena itu,

perlunya diberikan pendidikan yang menyeluruh baik itu pendidikan yang berupa

agama atau pendidikan lainnya yang diberikan oleh orang tua atau orang dewasa

lainnya.

Dalam keadaan terganggu secara emosional itu mereka menjadi lupa daratan.

Mereka menjadi tidak sadar atau setengah sadar, sehingga emosinya menjadi

tinggi dan sangat agresif, untuk kemudian tanpa berfikir panjang melakukan

bermacam-macam tindak asusila. Dalam keadaan terganggu jiwanya ini hati

nuraninya sering tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya mereka melakukan

perbuatan yang merugikan dan membahayakan diri sendiri maupun

lingkungannya.

Kartini Kartono menggambarkan wujud perilaku anak-anak dalam kondisi

lingkungan yang buruk, sebagai berikut:

1. Kriminalitas anak remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan pengancaman, intimidasi, merampas, maling, mencuri, mencopet, dan menjambret.

2. Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat bergandengan dengan tindak kejahatan.

3. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan menaruh sehingga mengakibatkan kriminalitas.

4. Berpesta pora sambil mabuk-mabukkan, melakukan hubungan seks bebas yang menimbulkan keadaan kacau balau yang menggangu lingkungan .

5. Perkosaan, agresivitas dan pembunuhan dengan motif seksual, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita, dan lain-lain.

6. Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak yang menuntut kompentensi, disebabkan adanya organ-organ. 5

5 Kartini Kartono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Presada, 2006), h. 2.

Page 19: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

6

Tetapi realitas di masyarakat membuktikan pendidikan belum mampu

menghasilkan anak didik yang berkualitas keseluruhan. Kenyataan ini dapat

dicermati dengan banyaknya prilaku tidak terpuji yang terjadi di masyarakat.

Sebagai contoh merebaknya penggunaan narkoba, penyalahgunaan wewenang,

korupsi, perampokkan, pembunuhan, pelecehan seksual, pelanggaran Hak Asasi

Manusia, dan lain-lain. Realitas ini memunculkan anggapan bahwa pendidikan

belum mampu membentuk anak didik berkepribadian sempurna. Anggapan

tersebut menjadikan pendidikan sebagai institusi yang dianggap gagal membentuk

akhlak. Padahal tujuan pendidikan diantaranya adalah membentuk pribadi yang

watak, bermartabat beriman, dan bertakwa serta berakhlak.

Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salah satu aspek yang perlu

ditanamkan pada diri peserta didik. Karena melalui pendidikan Islam, bukan

hanya pengetahuan dan pegembangan potensi yang akan terbentuk secara

keseluruhan dari mulai pengetahuan agama latihan-latihan, sehari-hari

keberagamaannya dan prilaku (akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama baik

yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia

lain, serta manusia dengan dirinya sendiri. Maka penanaman akhlak yang mulia di

kalangan remaja sangat dianjurkan.

Begitu pentingnya pendidikan Islam dalam kehidupan manusia oleh karena

itu pendidikan Islam berperan dalam membina remaja yang sedang dalam masa

pertumbuhan, dengan mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat

tuntunan dan bimbingan. Hal yang senada dikemukakan pula oleh Mahmud

Yunus, bahwa: “Pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling

mulia karena pendidikan Islam menjamin untuk memperhatikan akhlak anak-anak

dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam

kehidupannya”.6

Sementara kenyataan sekarang membuktikan banyak remaja yang terjangkit

demoralisasi dan dekadensi moral yang buruk. Akhlak di anggap usang, akhlak

6 Mahmud Yunus, H, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya, 1992), hal. 7.

Page 20: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

7

tidak perlu lagi dalam tatanan kehidupan dan tata pergaulan hidup sehari-hari. Ini

terbukti dengan maraknya berbagai kemaksiatan baik pemakaian narkoba serta

pergaulan bebas pria dan wanita yang dilakukan pada generasi muda terlebih

dilakukan oleh remaja yang masih berada di bangku sekolah. Jadi kurangnya

kesadaran pada diri remaja untuk masa depan yang cerah.

Kenyataan ini sangat relevan dengan kondisi dan situasi yang ada di TPQ.

Ihsan Makmur di Kelurahan Kampung Rawa kec. Johar Baru Jakarata Pusat,

adanya remaja yang melakukan kekurangan dalam penanaman akhlak.

Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pendidikan Islam yang baik dalam

penerapan pendidikan akhlak agar tercipta generasi muda yang berakhlak yang

baik. Pendidikan Islam merupakan penawar dan berperan dalam mengatasi

problem tersebut. Pendidikan Islam merupakan konsep yang sangat relevan untuk

menangani hal tersebut. Dan pendidikan Islam merupakan faktor pendukung

untuk menyelesaikan persoalan remaja dan masyarakat yang rentan sekali dengan

tindakan-tindakan yang jauh dari nilai-nilai Islami dalam masyarakat. Generasi

Islam harus dibekali dengan pendidikan Islam sebagai pedoman moral untuk

mengendalikan dampak perkembangan zaman yang dapat menggeserkan nilai-

nilai moral dan kemanusiaan.

Melihat fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk membahas

permasalahan ini dalam skripsi yang berjudul: “Peranan Taman Pendidikan al-

Qur’an (TPQ) dalam Pembentukkan Akhlak di Kalangan Remaja Kampung

Rawa Kec. Johar Baru Jakarta Pusat”. Dengan alasan sebagai berikut:

1. Karena TPQ mampu membentuk generasi muda yang berakhlak mulia.

2. Karena akhlak remaja merupakan barometer runtuh dan tegaknya suatu

bangsa.

Page 21: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

8

B. Identifikasi Masalah

Dengan melihat latar belakang masalah di atas maka dapat di identifikasi

permasalahan yang berkaitan dengan akhlak remaja sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran remaja dalam pengembangan keagamaan untuk

masa depan.

2. Kurang efektifnya peranan Pendidikan Islam di TPQ kalangan remaja,

disebabkan oleh pergaulan bebas.

3. Belum optimalnya penanaman akhlakul karimah di kalangan remaja.

4. Banyaknya penyimpangan-penyimpangan prilaku di kalangan remaja

5. Tingginya pengaruh negatif di lingkungan masyarakat kampung rawa.

C. Pembatasan dan Perumusan masalah

Agar pembahasan hasil penelitian ini dapat lebih terarah, maka penulis

membatasi masalah yang diteliti yaitu:

1. Kurang efektifnya peranan TPQ di kalangan remaja.

2. Belum optimalnya penanaman akhlak di kalangan remaja.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut: Bagaimana peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) dalam

pembentukan akhlak remaja?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan TPQ terhadap akhlak remaja.

2. Untuk memperkaya khazanah keislaman.

Page 22: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

9

E. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan penelitian diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi pihak TPQ. Ihsan Makmur dalam mengupayakan

dan membina akhlak anak remaja.

2. Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut

Page 23: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)

1. Pengertian Peranan

Arti peranan yaitu “sesuatu hal yang berlaku, berpindah, memerankan, dan

pola prilaku”. 1 Menurut Muhammad Ali, peranan adalah “sesuatu yang jadi bagian

atau memegang pembinaan yang terutama dari suatu hal atau peristiwa”.2 Sedangkan

menurut Soejono Soekanto, bahwa peranan merupakan “pola prilaku yang dikaitkan

dengan status atau kedudukan”.3 Dari ketiga pengertian peranan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa peranan adalah sesuatu pekerjaan yang dipegang oleh seseorang

ataupun instansi dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu hal atau peristiwa

tertentu.

1 Adi Gunawan, Kamus Praktis Ilmiyah Populer, (Surabaya: Kartika, 2000), h. 90. 2 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern,(Jakarta: Pustaka Amarin, 1999), h. 304. 3 Soejono Soekanto, Memperkenalkan Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1995), Cet.2, h. 34

Page 24: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

11

2. Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)

a. Pengertian

Taman pendidikan al-Qur’an yang lebih dahulu dikenal dengan singkatan TPA

dan sekarang menjadi TPQ adalah sebuah sistem pendidikan dan sarana pelayanan

keagamaan non formal yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim.4

Sebagaimana namanya, Taman Pendidikan al-Qur’an menekankan pada upaya

bagaimana anak-anak bisa mengenal aksara al-Qur’an dengan baik dan benar serta

menjadikan kebiasaan dan kegemaran membaca al-Qur’an (tadarus) secara fasih

menurut kaidah ilmu tajwid ditambah dengan materi keagamaan lainnya dengan

mengguanakan metode bermain, bercerita, dan menyanyi (BBM) sehingga dalam

proses belajar mengajar tercermin dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan

dan tidak menjenuhkan.

Jadi, yang dimaksud taman di sini bukan berarti taman yang sebenarnya, tapi

hanya suasana belajarnya saja yang dibuat menyenagkan yaitu dengan metode

bermain, bercerita, dan menyanyi, sehingga anak merasa senang dan tidak merasa

terbebani.

b. Ruang Lingkup Bahan Pengajaran

Ruang lingkup bahan pengajaran TPQ meliputi paket materi pokok, penunjang,

dan muatan lokal yang dapat di uraikan sebagai berikut:

1. Materi Pokok

a. Bacaan Iqra atau al-Qur’an

b. Hafalan bacaan shalat

c. Hafalan Surat Pendek

d. Latihan praktek shalat dan amalan ibdah shalat

e. Bacan tadarus bittartil

f. Ilmu ajwid

g. Hafalan ayat pilihan

4 Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan, Pedoman Pembinaan TPQ, (Jakarta: 1995), h. 2

Page 25: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

12

2. Materi Penunjang

a. Doa dan adab harian

b. Dinul Islam

c. Tahsinul kitabah

3. Muatan Lokal

a. Bahasa Arab praktis

b. Bahsa Inggris praktis

c. Krativitas seni

d. Olahraga

e. Seni beladiri5

c. Tujuan Kelembagaan, dan Pengajaran

Taman pendidikan al-Qur’an TPQ sebagai lembaga pendidikan non formal

mempunyai tujuan kelembagaan sebagai berikut:

1. Membantu Pengembangan potensi anak kearah pembentukn sikap,

pengetahuan, dan keterampilan keagamaan, melalui pendekatan yang

disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak berdasarkan

tuntunan al-Qur’an dan sunnah rasul.

2. Mempersiapkan anak agar mamapu mengembangkan sikap, pengatahuan,

dan keterampilan keagamaan yang dimiliknya melalui program pendidikan

lanjutan.

Adapun tujuan pengajaran TPQ adalah sebgai berikut:

1. Santri dapat mengagumi dan mencintai al-Qur’an sebagai bacaan Istimewa

serta pedoman utama

2. Santri dapat terbiasa membaca al-Qur’an dengan lancar dan pasih serta

memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid

3. Santri dapat mengerjakan shalat lima waktu dengan tata cara yang benar

dan menyadarinya sebagai kewajiban sehari-hari

5 U. Syamsudin MZ, Tasyrifin Karim, dan Mamsudi AR, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 1998), h.36

Page 26: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

13

4. Santri dapat menguasai hafalan sejumlah surat pendek, ayat-ayat pilihan,

dan doa sehari-hari

5. Santri dapat mengembangkan prilaku sosial yang baik sesuai tuntutan islam

dan pengalaman pendidikannnya

6. Santri dapat menulis huruf arab dengan baik dan benar6

Karena itu penyelenggaran TPQ dapat dikatakan sebagai sub sistem dari

pendidikan nasional yang mengandung Keterkaitan dengan tujuan pendidikan

nasional yaitu tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, yang merupakan

unsure terdepadan dalam ujuan nasional hal ini menunjukan pentingnya TPQ pada

tiap lembaga pendidikan di Indonesia, baik pada pendidikan formal (sekolah) maupun

pendidikan non formal (luar sekolah).Oleh nilai strategis tersendiri dalam upaya

mengkondisikan kpribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Peranan Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ)

Lembaga Pembinaan TPQ memiliki peranan sebagai berikut:

a. Memfasilitasi dalam pembelajaran al-Qur’an.

b. Mengontrol dan memonitoring secara periodik perkembangan pendidikan al-

Qur’an.

c. Melakukan pembinaan secara menyeluruh dan berkelanjutan kepada unit-

unit tertentu.

d. Melakukan koordinasi secara intensif dengan instansi-instansi terkait baik

instansi horizontal maupun vertikal.7

Berdasarkan uraian dan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan

bahwa peranan TPQ sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam membentuk

akhlak remaja, baik keberhasilan akhlak di rumah maupun di TPQ. Peranan-peranan

6 Tim Penyusun, Kurikulum TK/TPQ, (Jakarta: Kanwil Depag DKI Jakarta, 2003), h.8 7 Tim Direktoran Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (DEPAG RI), Regulasi Pendidikan

Pedoman Pembinaan dan Peranan TKQ/TPQ, (Jakarta: Depag RI, 2009), cet. 1, h. 8.

Page 27: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

14

tersebut dapat dijalankan oleh guru TPQ dengan cara memberikan bimbingan dan

latihan yang meliputi:

a. Membentuk akhlak yang baik. b. Membiasakan baca al-Qur’an dengan baik. c. Mengembangkan prilaku sosial. d. Mengontrol perkembangan pendidikan al-Qur’an.

B. Akhlak Remaja

1. Pengertian Remaja

Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu dari kata kerja adolescere yang

berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata ”remaja” diartikan “mulai dewasa, muda, atau pemuda”.8 Sedangkan

menurut Hurlock yang dikutip oleh Drs. Zahrotun Nihayah, M. Si., dkk., dalam

bukunya Psikologi Perkembangan menjelaskan bahwa “remaja dalam bahasa latin

dari kata benda yaitu Adolescentia berarti remaja yang tumbuh atau menjadi

dewasa”.9

Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

ditandai oleh petumbuhan fisik dengan cepat. Pertumbuhan cepat tejadi pada tubuh

remaja luar dan dalam itu akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap,

prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.

Ada beberapa pandangan atau pendapat tentang pengertian remaja dari berbagai

lingkungan dan profesi, yaitu tinjauan menurut psikologi dan pendidikan, masyarakat

serta hukum dan perundang-undangan. Di sini terjadi perbedaan pendapat para pakar,

karena kematangan seseorang tidak saja diukur dari dalam diri remaja, akan tetapi

tegantung pula kepada penerimaan masyarakat sekitar dimana remaja tersebut berada.

8 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:

Gramedia Pusaka Utama, 2008), edisi ke-4, h. 1160. 9 Zahrotun Nihayah, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam, (Jakarta:

UIN Jakarta Press, 2006), h. 105-106.

Page 28: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

15

Menurut Heny Narendrany Hidayati, di dalam bukunya Psikologi Agama10,

pengertian remaja sebagai berikut:

Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik dengan cepat. Sedangkan remaja dalam pengertian masyarakat adalah tergantung kepada penerimaan masyarakat terhadap remaja, yang mana masa remaja dikalangan masyarakat maju lebih panjang waktunya daripada masyarakat sederhana. Lebih lanjutnya remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan adalah seseorang yang berumur 17 tahun.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, “masa

remaja adalah perpanjangan kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa”.11 Masa

remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan yang kadang-kadang

bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa kertergantungan kepada orang tua, belum

lagi dapat dihindari, mereka tak ingin orang tua terlalu banyak campur tangan dalam

urusan pribadinya. Kita seringkali melihat remaja terombang ambing dalam gejolak

emosi yang tidak dikuasai itu, yang kadang-kadang membawa pengaruh terhadap

kesehatan jasmaninya.

Prof. Dr. Zakiah Darajat mengemukakan bahwa “masa remaja itu terbagi dua

tingkatan yaitu masa remaja awal (13-16 tahun), di mana pertumbuhan dan

kecerdasan berjalan sangat cepat dan masa remaja akhir (17-21 tahun), yang

merupakan pertumbuhan dan perubahan terakhir dalam pembinaan pribadi dan

sosial”.12

Sedangkan Menurut Harold Alberty yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Abin

Syamsudin Makmun, M.A, bahwa “masa remaja adalah suatu periode dalam

10 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), cet. ke-1, h. 103-105. 11 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. Ke-17, h.82. 12 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa …, hal. 141

Page 29: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

16

perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa

kanak-kanak sampai datang masa dewasanya”.13

Menurut Heny Narendrany Hidayati, di dalam bukunya Psikologi Agama,

bahwa “masa remaja adalah masa yang penuh kegoncangan jiwa, masa dalam

peralihan, yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh kebergantungan

dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri”.14

Sedangkan Dr. Hendriati Agustiani mengemukakan di dalam bukunya

Psikologi Perkembangan, bahwa “masa remaja merupakan masa transisi atau

peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, pada masa ini akan mengalami

berbagai perubahan baik fisik maupun psikis”.15 Beliau menambahkan “secara umum

masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: masa remaja awal (12-15 tahun), masa

remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (19-22 tahun)”.

Lebih lanjutnya Soerjono Soekanto di dalam bukunya Sosiologi Suatu

Pengantar mengemukakan, bahwa “masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang

berbahaya karena pada periode ini, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-

anak untuk menuju ke tahap kedewasaan”.16

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan remaja adalah masa yang penuh

dengan goncangan ataupun tantangan sehingga mengakibatkan remaja terombang-

ambing dalam kehidupannya. Remaja harus ada pondasi dalam kehidupannya, agar

dalam menjalani kehidupan tersebut terlaksana dengan baik. Pondasi itu adalah

dengan mengamalkan ajaran agama Islam. Sehingga terbentuklah akhlak yang mulia

dan juga berada dalam masyarakat yang Islami.

13 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

cet. 7, h. 130. 14 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi …, h. 103-105. 15 Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan

Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, (Bandung : Refika Aditama, 2006), cet.1, h. 28. 16 Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h.

326.

Page 30: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

17

2. Keberagamaan Remaja

Pertumbuhan tentang arti ajaran agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan

manusia. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk

Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah. Dalam

struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan

dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut

potensialitas. Dalam pandangan Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut

fitrah.

Ajaran-ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seseorang pada masa

kecilnya. Dan apa yang tumbuh dan berkembang dari masa kecil itulah yang menjadi

pedoman terhadap pengalaman-pengalaman yang dirasakannya. Pertumbuhan tentang

ide-ide agama sejalan dengan perkembangan kecerdasannya. Pengertian-pengertian

tentang hal abstrak, seperti tentang akhirat, syurga neraka dan lain-lainnya baru dapat

diterima apabila perkembangan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu.

Menurut Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, “ekspresi dan

pengalaman beragama pada remaja dapat dilihat dari sikap-sikap beragama”. Adapun

sikap-sikap remaja dalam beragama, yaitu:17

a. Percaya dengan ikut-ikutan.

b. Percaya dengan kesadaran.

c. Percaya tetapi agak ragu-ragu.

d. Tidak percaya atau cenderung pada ateis.

Dari pendapat di atas bahwa ada satu sikap yang bisa membawa anak remaja

kepada kebaikan dalam beragama yaitu percaya dengan kesadaran, sedangkan yang

tiga lainnya cenderung kepada kurang baik dalam sikap beragama pada remaja.

Dengan kesadaran remaja maka akan timbul semangat dalam beragama. Semangat ini

harus yang positif sehingga remaja merasakan akan nikmatnya beribadah kepada

17 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004), cet. 1, h. 72-77. Lihat

Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama…, h. 106-122

Page 31: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

18

Tuhan serta dapat membersihkan agama dari segala macam hal yang mengurangi

kemurnian agama.

Remaja yang mendapatkan didikan agama dengan cara yang tidak memberi

kesempatan untuk berfikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk

akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut

agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang.18

Di antara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja

adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam

kehidupan, baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam

masyarakat umum atau di sekolah.19

Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan

jasmani dan rohaninya. Menurut W. Starbuck yang dikutip dari Jalaluddin dan

Ramayulis di dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Agama, perkembangan rohani dan

jasmani anak adalah sebagai berikut:20

a. Pertumbuhan pikiran dan mental

b. Perkembangan perasaan

c. Pertimbangan sosial

d. Perkembangan moral

e. Sikap dan minat

f. Ibadah

Sedangkan menurut Robert H. Thoules, ada empat faktor keberagamaan remaja,

yang dikutip oleh Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, yaitu:

a. Pengaruh-penagruh sosial

b. Berbagai pengalaman

c. Kebutuhan, dan

18 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), cet. ke-1, hal. 119-120. 19 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet. ke-17, h. 91. 20 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), cet.

ke-4, h. 39-41.

Page 32: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

19

d. Proses pemikiran21

Pembinaan kehidupan beragama remaja biasanya berada pada pada masa

remaja akhir, yang mana mempunyai ciri-ciri tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut

adalah:22

a. Pertumbuhan jasmani berjalan dengan cepat.

b. Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai.

c. Pertumbuhan pribadi belum selesai.

d. Pertumbuhan jiwa sosial yang masih berjalan

Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat mengemukakan tentang konflik yang dialami oleh

remaja adalah sebagai berikut:

a. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka.

b. Koflik antara kebutuhan akan bebas dan ketergantungan kepada orang tua.

c. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. d. Konflik nilai-nilai.23

Dari pendapat Zakiah Darajat, bahwa dengan konflik-konflik tersebut dapat

menimbulkan tentang keberagamaan seseorang itu. Semakin bagus pemikirannya

tentang keberagamaan maka akan mewujudkan keberagamaan yang baik.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa keberagamaan pada

remaja harus dibentengi dengan kesadaran dan pemikiran remaja untuk hal yang baik.

Sehingga keberagamaan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak menurut bahasa, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal

dari kosakata bahasa Arab (akhlaq) yang merupakan bentuk jamak dari kata (Khuluq)

21 Sururin, Ilmu …, h. 79 22 Zakiah Daradjat, Ilmu …, h. 142-144 23 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Bandung: Ruhama, 1994), cet. 1, h. 60-

62.

Page 33: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

20

yang berarti al-Sajiyyah (perangai), al-Tabi’ah (watak), al-‘Adah (kebiasaan), dan al-

Din (keteraturan).24 Menurut Louis Ma’luf, kata akhlak berasal dari bahasa Arab,

jamak dari kata khuluk di dalam kamus al-Munjid Fil Lughati wa ‘Alam yang artinya

adalah “Akhlak adalah tabiat, budi pekerti, perangai, tingkah laku adat atau

kebiasaan”.25

Akhlak merupakan tujuan dari pendidikan Islam, karena akhlak merupakan

perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan dan perbuatan yang harus

dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan makhluk (alam) sekelilingnya

oleh kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai dan moral.26 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian akhlak adalah “budi pekerti,

watak, tabiat”.27

Adapun akhlak dari segi terminologi (istilah), sebagaimana tertulis dalam

Ensiklopedia Pendidikan bahwa “akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan

(kesadaran, etika dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap

jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia”.28

Pengertian akhlak menurut Ibnu Atsir dalam bukunya al-Nihayah menerangkan

“Hakikat makna khuluk itu adalah gambaran batin manusia yang tepat (yaitu jiwa dan

sifatnya), sedangkan khalqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, tinggi

rendahnya tubuh, dan lain sebagainya)”.29 Sedangkan menurut Khalil Al-Musawi

“bahwa kata akhlak berasal dari akar kata khalaqa yang berarti lembut, halus, dan

lurus juga dapat di artikan bergaul dengan akhlak yang baik”.

24 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyrakat dan Berpolitik

(Tafsir Al-Qur’an Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009), cet. 1, h. 1. 25 Louis Ma’luf, Kamus Munjid Asy-Syarkiyah, Beirut: al-Maktabah Asy-Syarkiyah, cet.ke-28,

hal. 194. 26 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet.ke-3,

hal. 5. 27 WJS Poerwardaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada), 2002, cet.ke-3 hal. 15. 28 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung), 1976, h. 9. 29 A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet.ke-1, h. 11.

Page 34: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

21

Menurut Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA., di dalam bukunya, Pendidikan dalam

Perspektif Hadis, pengertian akhlak dirujuk dari beberapa pendapat, diantaranya:

Ibn Miskawaih mengemukakan di dalam bukunya Tahzib al-Akhlak wa Tharir al-A’raq, akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Imam al-Ghozali mengatakan di dalam bukunya Ihya ‘Ulum al-Din, bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Menurut Da’irat al-Ma’arif, akhlak yaitu “Sifat-sifat manusia yang terdidik”. Kemudian Ibrahim Anas dalam al-Mu’jam al-Wasith, mengemukakan bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.30

Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan

adanya hubungan baik antara khalik dengan makhluk dan antara makhluk dengan

makhluk. Lebih jelasnya bahwa akhlak merupakan tata aturan atau norma prilaku

yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama

manusia dan juga manusia dengan alam sekitarnya sebagaimana firman Allah swt.

Dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4, yang berbunyi:

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.31

Manusia merupakan makhluk yang selalu berhubungan atau berinteraksi

dengan makhluk lain, baik itu sesama manusia maupun makhluk ciptaan Tuhan

lainnya. Dengan demikian maka prilaku manusia (perilaku baik maupun buruk) akan

menjadi modal seseorang dalam kehidupannya dan sebagai sesuatu yang harus ada

dalam tata pergaulan sehari-hari.

30 Abudin Nata, MA., Pendidikan dalam Perspektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), cet. ke-1, h. 274.

31 Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, (Semarang: Thoha Putra), 1996, h. 450.

Page 35: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

22

Untuk itulah akhlak selalu mendapat pujian dari orang yang ada di sekitarnya.

Sedangkan akhlak yang buruk akan menimbulkan sebuah permasalahan dalam

kehidupan seseorang walau terkadang kebaikan seseorang itu sering kali diartikan

sebagai sesuatu yang tidak mengenakan bagi orang yang tidak memiliki akhlak yang

kurang baik, namun sesuatu yang baik pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik

pula, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ (17), ayat 7, yang

bebunyi:

...

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) …”.

Jelaslah di sini bahwa jika manusia dapat membawa dirinya pada sebuah

pergaulan yang baik, maka akan mendapatkan perlakuan yang baik pula dari

lingkungan yang ada di sekitarnya. Meskipun tidak semua kebaikan itu mendapat

perlakuan yang baik pula akan tetapi hal tersebut bukan bermaksud untuk

mendidiknya menjadi seseorang yang mendapat julukan munafik.

Menurut al-Ghazali, bahwa akhlak memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah,

puasa, dan shalat.

2. Dimensi sosial, yakni masyarakat, pememrintah, dan pergaulannya dengan

sesamanya.

3. Demensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasar.32

Menurut Said Aqil Husin Al Munawar dalam bukunya Aktualisasi Nilai-nialai

Qur’ani Dalam Sistem Pendidikan Islam, dilihat dari segi bentuk dan macamnya

akhlak dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:

32 Mohammad Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah dan Tasawuf, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet.2, h. 28.

Page 36: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

23

a. Akhlak terpuji (akhlakul karimah)

Yang dimaksud akhlak terpuji adalah segala macam sikap dan tingkah laku

yang baik (terpuji). Adapun contoh dari akhlak terpuji adalah berlaku jujur, amanah,

ikhlas, sabar, tawakal, bersyukur, memelihara diri dari dosa, menerima pemberian

Tuhan (qana’ah), berbaik sangka, suka menolong, pemaaf, dan sebagainya.33

Akhlak mulia banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia

dengan Tuhan dan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian,

yaitu:

1. Akhlak terhadap Allah.

2. Akhlak terhadap diri sendiri

3. Akhlak terhadap sesama manusia.34

b. Akhlak tercela (akhlakul mazmumah)

Akhlak tercela adalah sikap yang mengarah perbuatan jelek, contoh dari akhlak

tercela adalah mengingkari janji, menyalahgunakan kepercayaan, berbuat kejam,

pemarah, berbuat dosa dan sebagainya. Akhlak tercela berasal dari penyakit hati yang

keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, berprasangka

buruk, dan penyakit-penyakit hati lainnya. Akhlak yang buruk dapat mengakibatkan

berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain disekitarnya

maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contoh yakni kegagalan dalam

membentuk masyarakat yang berakhlak mulia.

Menurut M. Yatimin Abdullah di dalam bukunnya Studi Akhlak dalam

Perspektif al-Qur’an, bahwa akhlakul mazmumah adalah sifat yang tercela dan

dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari, apabila

33 Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan

Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),cet. 2, h. 28 . 34 Mohammad Ardani, Akhlak …, (Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet.2, h. 49.

Page 37: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

24

seseorang melaksanakannya niscaya akan mendapat dosa dari Allah karena

perbuatannya.35

Dari beberapa definisi akhlak yang ada dapat disimpulkan bahwa akhlak secara

bahasa dapat diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat,

karakter dan juga kebiasaan. Perkataan akhlak tersebut mengandung segi-segi

persesuaian dengan perkataan khalqun yang berarti kejadian serta erat hubungannya

dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.

4. Akhlak Remaja

Peran remaja dalam Islam amat strategis, karena remaja merupakan aset bangsa

dan penerus syiarnya ajaran agama Islam serta penentu perjalanan bangsa di masa

berikutnya. Dalam akselerasinya generasi muda memiliki kelebihan dalam pemikiran,

semangat, daya kritis, kematangan berorganisasi dengan bingkai idealisme-nya.

remaja juga motor penggerak utama perubahan.

Hadirnya tokoh-tokoh muda yang tampil sebagai pemimpin nasional dan daerah

serta agama kini jadi isu hangat di Indonesia. Hal yang cukup beralasan sebab peran

generasi muda dalam proses perjuangan demi kemajuan suatu negara sudah

diterapkan sejak dulu oleh para pendiri bangsa ini.

Tokoh-tokoh pemimpin yang kini tampil di pemerintahan baik di tingkat

eksekutif maupun legislatif adalah generasi muda dengan macam latar belakang

organisasi yang berbeda, termasuk ideologi dan kulturnya. Harapan kita adalah

bagaimana remaja bisa beperan turut mewarnai dan mengawal program pembangunan

serta pengembangan ajaran agama Islam. Remaja harus bisa memberikan kontribusi

pemikiran, gagasan dan ide brilian demi kemajuan negara dan juga perkembangan

akhlak dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan bekal kemampuan tersebut, sudah sepatutnya peran remaja harus

dibalut dengan kepribadian berakhlak mulia yang senantiasa meneladani Rasulullah.

35 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Hamzah, 2007), cet. 1, h. 57.

Page 38: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

25

Karena nilai–nilai akhlak yang baik harus tetap diwujudkan dan ditegakkan. Akhlak

seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai-nilai yang

terkandung didalam Al-Qur’an.

Mentalitas remaja harus dibentengi dengan pribadi akhlak mulia diyakini akan

mampu mendorong terwujudnya khasanah negara yang berakhlakul karimah. Remaja

harus senantiasa meneladani sifat Nabi Muhammad yakni : Siddiq, Amanah,

Fathonah, Tabligh.

Siddiq berarti benar dalam perkataan dan perbuatan. Mustahil jika seorang nabi

dan rasul seorang pembohong yang suka berbohong. Esensinya adalah kejujuran,

remaja yang baik harus jujur dalam bersikap, santun dalam perbuatan serta bijak

dalam setiap keputusan. Maka remaja dianjurkan untuk bersikap jujur dalam

kehidupan sehari-hari.

Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Mustahil jika seorang nabi

dan rasul seorang pengkhianat yang suka khianat. Sejatinya, remaja harus memiliki

keteguhan dalam berprinsip, komitmen mengemban kepercayaan yang dipikul dan

tegak lurus dalam cita-cita membangun masyarakat yang berakhlakul karimah.

Dengan sifat nabi yang terpercaya, remaja harus bisa menepati janjinya dan dapat

dipercaya oleh masyarakat.

Fathonah artinya cerdas, pandai atau pintar. Mustahil jika seorang nabi dan

rasul seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa. Intinya, remaja dipersiapkan

sebagai kader pemimpin masa depan. Maka, remaja harus cakap, pintar dan cerdas,

kaya wawasan pengetahuan, punya spirit belajar tinggi dan mengutamakan

pendidikan. Pada zaman modern sekarang ini, remaja harus pandai dalam teknologi

supaya tidak ketinggal dengan perkembangan zaman.

Tabligh artinya menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah SWT kepada

orang lain. Mustahil jika seorang nabi dan rasul menyembunyikan dan merahasiakan

wahyu atau risalah Allah SWT. Hakikatnya, remaja harus mampu menuangkan

gagasan-pemikiran, ide-die dan argumentasi yang konstruktif. Remaja juga harus

berani tampil di depan forum publik sebagai orator atau pendakwah sejati.

Page 39: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

26

Dengan akhlak remaja yang tercermin dari perilaku sifat-sifat Rasul ini niscaya

akan menjadi amunisi terbaik dalam perjuangan menuju bangsa Indonesia menjadi

bangsa berperadaban maju dan modern, namun tetap mulia, santun dan bermartabat.

Niscaya pula, semangat remaja dalam syiar Islam akan menumbuhkan kerja keras,

skill dan ketahanan mental.

Bermacam langkah nyata yang dapat dilakukan remaja dalam penanaman

akhlak, diantaranya:

Pertama, remaja harus giat menuntut ilmu pengetahuan. Kedua, remaja harus

berprestasi dalam hal apa pun, misalnya, pendidikan, olah raga, seni, budaya dan

lainnya serta pendidikan Islam. Ketiga, remaja harus memiliki karakter memimpin.

Keempat, remaja harus cakap dalam hal teknologi dan informasi (TI), karena dengan

menguasai TI remaja akan siap bersaing. Kelima, remaja harus memiliki jiwa

wirausahawan (entrepreneurship). Keenam, remaja harus memiliki integritas moral

dan akhlak mulia.

Pondasi akhlak adalah pendidikan Islam dan peran keluarga. Remaja sekarang

harus terbebas dari narkoba, pergaulan sex bebas, bebas penyakit HIV, AIDS, dan

lain-lain. Sejatinya, dengan meneladani kepribadian Rasulullah, niscaya remaja dalam

kiprahnya, tidak sekedar kontribusi pemikiran, tapi suatu karya nyata bermanfaat,

dengan bingkai akhlak mulia. Kita berharap peran remaja bisa menjadi teladan di

masyarakat dan generasi berikutnya

Pembinaan akhlak di kalangan remaja menurut Ibn Miskawaih adalah “dititik

beratkan kepada pembersihan pribadi dari sifat-sifat yang berlawanan dengan

tuntunan agama seperti takabur, pemarah dan penipu.”36 Keluhuran akhlak sebagai

media untuk menduduki tingkat kepribadian remaja yang berbobot Islam.

Kegunaan lain yang dapat dipetik dari hasil pembinaan akhlak, yakni:

terhindarnya anak-anak remaja dari tabiat-tabiat tercela. Dengan demikian pembinaan

36 Sudarsono, Etika Islam tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. ke-2,

h. 147.

Page 40: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

27

akhlak menurut Ibn Miskawaih dapat memberi sumbangan positif bagi ketentraman

dan keamanan masyarakat dari kejahatan pada umumnya.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan Islam di TPQ bagi remaja akan memberi pengaruh kuat terhadap

pembentukan akhlak. Pendidikan Islam yang memadai akan menghasilkan

pengetahuan dan penanaman agama yang tinggi sehingga dapat

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Islam dari orang tua

itu akan membentuk akhlak dan dapat mencegah anak tersebut untuk melakukan hal-

hal yang menyimpang. Demikian juga sebaliknya, ketika pendidikan Islam dari orang

tua minim maka kualitas anak dalam pengetahuan agama akan minim juga, dan bisa

saja anak tersebut melakukan perbuatan hal-hal yang menyimpang dari norma-norma

yang berlaku.

Pada saat ini, akhlak remaja sangat kurang dalam pergaulannya. Ini terjadi di

karenakan masih rendahnya pendidikan Islam di kalangan remaja dan juga remaja

rendahnya minat untuk menuntut ilmu agama Islam. Banyak kalangan remaja yang

belum bisa menghadapi pergaulan yang sangat cepat, sehingga budaya asing yang

masuk dalam pergaulan mereka. Ini mengakibatkan banyaknya remaja yang

menyimpang dalam pergaulannya.

Begitu banyak bukti untuk mengatakan bahwa anak remaja pada saat ini sedang

sakit parah dalam pergaulan. Sehingga harus ada upaya yang ditempuh untuk

memperbaiki kondisi mereka. Sebagai muslim, tentunya kita menginginkan

perubahan remaja yang rusak saat ini menjadi remaja yang Islami. Dan juga anak

remaja sekarang di harapkan dapat berprilaku baik (berakhlakul karimah) demi

mewujudkan generasi muda yang Islami. Maka umat Islam akan maju dan

berkembang di muka bumi ini.

Perubahan atau penurunan nilai akhlak terjadi di kalangan remaja, perubahan

tersebut sangat terlihat dari cara berpakaian, berbicara serta dalam berperilaku dalam

Page 41: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

28

kehidupan sehari-hari. Perubahan pergaulan mereka di sebabkan oleh rendahnya

akhlak pada diri remaja.

Untuk mencapai akhlak yang baik, yakni pembentukan akhlakul karimah, maka

pendidikan Islam harus di berikan sejak anak masih kecil terutama pendidikan yang

diberikan orang tua serta pengawasan dan bimbingan hingga mereka dewasa yang

tentunya dibantu oleh lembaga-lembaga pendidikan sekolah dan masyarakat ataupu

majelis taklim. Anak remaja membutuhkan pembinaan yang konsisten terutama

dalam keluarga dan pergaulan mereka. Akhlak yang ada pada remaja bukanlah

pembawaan sejak manusia dilahirkan, karena itu adalah salah besar jika di katakan

bahwa akhlak remaja terjadi dengan sendirinya dan merupakan sesuatu yang tidak

dapat di ubah.

Beberapa cara yang dapat menolong remaja untuk membentuk akhlak yaitu

melalui program pembinaan pendidikan Islam seperti pengajian atau Majelis Taklim,

pesantren kilat, ceramah agama dan lain-lain. Dan menambah waktu untuk program

pembinaan Islam serta materinya. Sedangkan melalui program pembinaan akhlak

dalam pergaulan seperti menerapkan ilmu-ilmu agama dalam sopan santun.

Pendidikan Islam juga dapat dijadikan wahana untuk selalu mengingatkannya pada

ajaran agama. Dan akhlak juga dapat membatasi tentang pergaulan-pergaulan yang

ada pada masa remaja saat ini. Dan langkah-langkah tersebut diharapkan pendidikan

Islam itu akan membentuk akhlak yang baik sehingga terwujudlah generasi remaja

yang baik.

Page 42: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Tempat yang dijadikan objek penelitian oleh penulis adalah remaja TPQ. Ihsan

Makmur, yang terletak di Jl. Kampung Rawa II No. 10 Rt. 04/06 Kel. Kampung

Rawa Kec. Johar baru Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan mulai 8 Maret

sampai 6 April 2011.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ada, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dalam bentuk metode survey, di mana

data akan dikumpulkan melalui teknik utama angket.

Page 43: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

32

Adapun dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif

analisis, yaitu menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai peran

pendidikan Islam di kalangan remaja dalam pembentukan akhlak, tentunya dengan

cara menganalisa data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.

C. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan “segala sesuatu yang akan menjadi objek penelitian”.1

Variabel dalam penelitian ini dibedakan dalam dua variable, yaitu variable bebas dan

variabel terikat. Variabel penelitian ini adalah Peranan TPQ yang merupakan variabel

bebas dan variabel terikatnya yaitu akhlak.

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan dari remaja

TPQ. Ihsan Makmur, yang berjumlah 44 orang. Karena populasi kurang dari 100,

maka penulis tidak mengambil sampel, tetapi menjadikan populasi sebagai responden

penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian populasi. Mengacu

kepada pendapat Suharsimi Arikunto : “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih

baik di ambil semua. Sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.2

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah field research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan

langsung ke objek penelitian. Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, h. 82. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta),

1993, h. 134.

Page 44: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

33

1. Angket, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang pendidikan

majelis taklim dan akhlak remaja. Dalam penelitian ini, yang menjadi

responden adalah remaja TPQ. Ihsan Makmur.

2. Observasi, yaitu cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan

dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi

ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi TPQ. Ihsan Makmur

yang akan diteliti dan juga data mengenai peranan TPQ. Ihsan Makmur dan

akhlakul karimah di kalangan remaja.

3. Interview, yaitu komunikasi langsung dalam bentuk tanya jawab antara

peneliti dengan responden. Metode ini di gunakan untuk mengetahui dan

memperoleh informasi secara langsung dengan jalan wawancara langsung.

Adapun wawancara yang dilakukan dengan pimpinan TPQ. Ihsan Makmur

tentang gambaran umum majelis taklim tersebut dan juga sistem

pembelajaran yang digunakan.

F. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengolahan data dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengolahan Data Angket

Pengolahan data angket terdiri dari empat tahap, yaitu:

a Editing (pemeriksaan data), yaitu merupakan proses di mana peneliti

melakukan klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang

terkumpul. Proses klarifikasi terkait dengan pemberian penjelasan

mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah

konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data.

Page 45: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

34

b Coding (pembuatan kode), merupakan usaha menyederhanakan data

dengan memberikan simbol angka pada masing-masing kategori jawaban

dari seluruh responden.

c Scoring, setelah melalui editing dan coding maka langkah selanjutnya

scoring, yaitu memberi skor terhadap data yang ada dalam angket.

d Tabulating, yaitu kegiatan mengelompokkan data ke dalam tabel frekuensi

guna mempermudah dalam proses menganalisa.3

2. Data observasi dan Interview:

Data observasi dan interview akan diolah melalui proses sebagai berikut:

a Klasifikasi, yakni proses pengelompokkan jawaban-jawaban yang

diperoleh dari responden.

b Kategorisasi, adalah proses pengelompokkan jawaban-jawaban responden

berdasarkan aspek-aspek masalah.

c Interpretasi, yaitu proses penafsiran terhadap aspek masalah berdasarkan

kerangka berfikir yang telah ditetapkan.

Analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Sedangkan untuk

menganalisa setiap variabel data yang sudah terkumpul dari hasil angket atau

kuesioner, penulis menggunakan analisa frekuensi untuk memberikan penjelasan

yang lebih rinci.

3 Husein Umar, Metode Penelitian Ilmiah untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT.Gramedia, 1997), h. 5-7.

Page 46: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

35

G. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, maka langkah untuk selanjutnya data dideskripsikan,

dianalisa, di tafsirkan, dan disimpulkan. Maka hasilnya merupakan data yang konkret,

yaitu sebuah data kualitatif.

Dengan mengolah data kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data ke dalam

bahasa yang mudah dipahami maka data yang diperoleh di lapangan kemudian

diklasifikasikan, diolah, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu suatu proses

pemecahan masalah yang menggambarkan objek yang diteliti berdasarkan data yang

diperoleh pada saat meneliti yang kemudian hasilnya diambil dan dijadikan sebuah

kesimpulan.

Hasil yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah mengenai peranan TPQ

dalam pembentukan akhlak di kalangan remaja Kampung Rawa, Jakarta Pusat.

Dalam menghitung data-data yang diperoleh penulis menggunakan rumus

prosentase sebagai berikut:

Keterangan: P : Angka Persentase

N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu

F : Frekuensi jawaban

100% : Bilangan tetap/konstanta

Page 47: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

36

H. Instrumen Penelitian

Penyusunan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan teori-teori yang telah

dipaparkan pada Bab II. Adapun kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 1.

Kisi-kisi Instrumen

No. Variabel Dimensi Indikator Jumlah Item

No. Item

1. Pendidikan TPQ. Ihsan Makmur

a. Pendidikan Agama di TPQ

1. Membaca al-Qur’an.

2. Sejarah Islam. 3. Pelajaran Fiqh 4. Akhlak dalam

belajar

4

3 2 5

1, 2, 3, 4

5, 6 9, 10, 11, 12, 13, 14,

15 b. Kegiatan

di TPQ. Ihsan Makmur

1. Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

2. Latihan kesenian

1

1

7 8

2. Akhlak a. Akhlak kepada Allah

1. Melaksanakan shalat.

2. Melakukan puasa. 3. Membaca al-

Qur’an.

4

2 1

1, 2, 3, 4

5, 6 7

b. Akhlak kepada Rasul

1. Menjawab shalawat

2. Menzikirkan shalawat.

1

1

8 9

c. Akhlak kepada diri sendiri

1. Melakukan sikap Jujur

2. Membiasakan disiplin

3. Memakai wangi-wangian.

1

2

1

11

12, 13

10

Page 48: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

37

d. Akhlak

kepada orang tua

1. Mentaati perintah. 2. Membantu

pekerjaan rumah. 3. Mengajarkan

dalam hal agama.

3

2

16, 17 15

14, 18

e. Akhlak kepada orang lain

1. Memberikan sedekah

2. Menebarkan senyum.

3. Menolong sahabat.

4. Melaksanakan pembayaran hutang.

5. Meminjamkan barang.

2

1

1

1

1

19, 20

21

22

23

24

f. Akhlak kepada alam

1. Memberi makan binatang.

2. Menanam tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah.

3. Membuang sampah pada tempatnya.

1

1

2

25

26

27, 28

Page 49: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum TPQ Ihsan Makmur

1. Sejarah Singkat TPQ Ihsan Makmur

TPQ. Ihsan Makmur didirikan pada tanggal 17 Juli 1992, oleh Ust. Elmo

Wasma, Ustzh. Ruqiyah, dan Ust. Asep Wahyu. Pertama berdirinya TPQ. Ihsan

Makmur terdiri dari 2 tingkat. Seiring dengan besarnya minat masyarakat untuk

mendidik anaknya melalui pengajian di TPQ sehingga tempat yang tersedia

dirasa kurang mencukupi, maka pada tahun 1995 TPQ. Ihsan Makmur

memperluas tempat pembelajaran, maka tempat pembelajaran menjadi 3

tingkat.

Page 50: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

39

Pada awal nama TPQ. Ihsan Makmur adalah Majelis Taklim Ihsan

Makmur. Pada tahun 2005, TPQ. Ihsan Makmur sudah terdaftar di DEPAG

dengan SK.TPQ.DEPAG: K809.03/6/BA.04/1725/2005, No. INDUK:

K3./125/136/XI/2005. Sekarang namanya Yayasan Taman Pendidikan al-

Qur’an (TPQ) Ihsan Makmur dan Majelis Taklim Ihsan Makmur tetap

digunakan juga.

Pendirian TPQ. Ihsan Makmur dilatarbelakangi oleh keprihatinan

masyarakat terhadap perkembangan modernisasi, perkembangan pergaulan

yang sangat cepat, dan perkembangan teknologi yang diiringi dengan kesadaran

masyarakat yang dapat mempengaruhi keberagamaan.1

Sebagaimana yang dituturkan oleh Asep Wahyu, bahwa tujuan didirikan

Majelis Taklim Ihsan Makmur adalah untuk membina generasi muda yang

beradab, beretika, dan dapat mewujudkan pergaulan yang Islami serta guru

dapat mengamalkan atau mengembangkan ilmu agama yang diperoleh.2

2. Keadaan Tenaga Pendidik

Untuk lebih meningkatkan efektifitas dalam proses belajar mengajar

(PBM) TPQ Ihsan Makmur melakukan perlengkapan dalam sektor tenaga

kependidikan khususnya guru. Adapun jumlah guru di TPQ. Ihsan Makmur

berjumlah 10 orang, dengan rincian sebagaimana tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2.

Daftar Tenaga Pendidik

NO Nama Pendidikan

Terakhir

Jabatan Mengajar

1 Asep Wahyu , Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Maret 2011. 2 Asep Wahyu , Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta, 27 Maret 2011.

Page 51: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

40

1 Ust. Elmo Wasma Madrasah

Aliyah (MA)

Kep.

Yayasan

Kelas I

2 Ruqayah MA Guru Kelas II

3 Ust.Asep Wahyu Madrasah

Aliyah (MA)

Guru Remaja

4

Syamsul Rijal SLTA Guru Kelas V (Al-

Qur’an)

5 Fairuz Fajriatul

Maulidany

Madrasah

Aliyah (MA)

Guru Kelas IV (Al-

Qur’an)

6 Heni Herdiyanti SLTA Guru Kelas III (Al-

Qur’an)

7 Rini Rahmawati Madrasah

Aliyah (MA)

Guru Kelas II-A

(Iqra’ 3)

8 Rieska Aprilia SLTA Guru Kelas II-B

(Iqra’ 2)

9 Ayu Listyanisa SLTA Guru Kelas I-B

(Iqra’ 1)

10 Sartika SLTA Guru Kelas I-A

(Iqra’ 1)

Tabel di atas menunjukan bahwa jumlah tenaga pengajar di TPQ Ihsan

Makmur sudah memadai. Namun, dilihat pendidikan akhir mereka masih belum

memadai untuk mengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan.

3. Keadaan Peserta Didik

Adapun peserta didik di TPQ Ihsan Makmur secara keseluruhan

berjumlah 240 anak. Dengan rincian siswa kelas I-A berjumlah 42 santri, kelas

I-B berjumlah 25 santri, kelas II semua berjumlah 40 santri, kelas III berjumlah

Page 52: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

41

30 santri, kelas IV berjumlah 29 santri, kelas V berjumlah 30 santri, dan kelas

VI (remaja) berjumlah 44 santri.3 Dari data diatas yang akan diteliti adalah

remaja TPQ. Ihsan Makmur

4. Sarana dan Prasarana

Sebagai lembaga pendidikan nonformal, TPQ Ihsan Makmur terus

melakukan pembenahan dalam segala bidang, salah satunya adalah melengkapi

sarana-sarana pendidikan. Dari hasil observasi diketahui bahwa sarana dan

prasarana di TPQ Ihsan Makmur cukup memenuhi standar minimal pelayanan

lembaga pendidikan nonformal pada umumnya. Adapun sarana dan prasarana

yang telah dimiliki oleh TPQ Ihsan Makmur adalah sebagai berikut:

Tabel 3.

Keadaan Sarana dan Prasarana

NO Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang Kelas 5 Baik

2 Ruang kantor 1 Baik

3 Papan Tulis (Blackboard) 2 Baik

4 Kapur Tulis 1 kotak Baik

5 Meja Guru 5 Baik

6 Kursi 7 Baik

7 Kantin 1 Kurang

8 Komputer 0 -

9 Alat-alat kebersihan 3 Baik

10 Kamar Mandi 1 Baik

11 Telepon 1 Baik

Dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh TPQ Ihsan Makmur sudah

dapat dikatakan cukup memadai dalam menunjang kegiatan belajar mengajar.

3 Dokumentasi Majelis Taklim Ihsan Makmur, Observasi Penulis, tanggal 20 Maret 2011.

Page 53: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

42

Agar perkembangan TPQ Ihsan Makmur lebih baik, maka harus ada

penambahan sarana dan prasarana yang lain.

B. Deskripsi Data Seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa salah satu teknik

pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan angket, yang bertujuan untuk memperoleh data tentang

pendidikan Islam dan akhlak remaja. Angket ini terdiri dari 43 point. Teknik

pengukuran angket ini menggunakan skala persentase dengan bobot nilai untuk

setiap jawaban sebagai berikut:

a. Untuk pertanyaan yang mengandung nilai positif, skornya yaitu selalu

(SL) = 4, sering (SR) = 3, kadang-kadang (KD) = 2, dan tidak pernah

(TP) = 1.

b. Sedangkan pertanyaan yang mengandung nilai negatif, skornya yaitu

nilai-nilai sebaliknya, selalu (SL) = 1, sering (SR) = 2, kadang-kadang

(KD) = 3, dan tidak pernah (TP) = 4.

Pembahasan mengenai hasil angket dengan menggunakan tabulasi yang

merupakan proses mengubah data dari instrumen pengumpulan data (angket)

menjadi tabel angka (persentase), dapat dilihat pada tabel-tabel berikut dengan

menggunakan rumus:

۾ = ۴× ۼ %

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah Frekuensi

Page 54: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

43

Untuk mengetahui apakah ada peranan TPQ. Ihsan Makmur terhadap

pembentukan akhlak remaja, maka hal ini dapat dilihat dari data yang telah

diperoleh dan dinyatakan dengan persentase, kemudian dianalisis dan

diinterpretasikan hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.

Pembacaan al-Quran di TPQ. Ihsan Makmur

No. Indikator

Alternatif

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Pembacaan al-Qur’an di TPQ.

Ihsan Makmur

18,2% 43,2% 36,3% 2,3%

8 19 16 1

2. Pembacaan al-Qur’an dengan

menerapkan ilmu tajwid.

31,8% 27,3% 36,3% 4,5%

14 12 16 2

3. Pembacaan al-Quran dengan

memahami isi kandungannya.

0% 6,8% 75% 18,2%

0 3 33 8

4. Pembacaan al-Quran dengan

terbata-bata.

0% 6,8% 84,1% 9,1%

0 3 37 4

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (43,2%) remaja sering

membaca al-Quran di TPQ Ihsan Makmur, sebagian kecil (36,3%) kadang-

kadang. Namun sedikit sekali (18,2% dan 2,3%) yang selalu dan tidak pernah.

Sedangkan sebagian besar (36,3%) remaja yang kadang-kadang membaca al-

Qur’an dengan ilmu tajwid, sebagian kecil (31,8%) yang selalu. Akan tetapi

sedikit sekali (27,3% dan 4,5%) yang sering dan tidak pernah membaca al-

Qur’an dengan menerapkan ilmu tajwid. Kemudian sebagian besar (75%)

remaja kadang-kadang membaca al-Qur’an dengan memahami isi

Page 55: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

44

kandungannya, sebagian kecil (18,2%) yang tidak pernah memahaminya.

Namun sedikit sekali (6,8%) yang sering dan tak seorangpun yang selalu

melaksanakannya. Setelah itu ada sebagian besar (84%) remaja dalam membaca

al-Qur’an masih terbata-bata, sebagian kecil (9,1%). Tetapi sedikit sekali

(6,8%) yang sering dan tak seorangpun (0%) yang selalu membacanya dengan

terbata-bata. Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa remaja hanya

dapat membaca al-Qur’an saja belum mendalami isi kandungannya. Mereka

membaca al-Qur’an masih tahap belajar untuk menerapkan ilmu tajwid dan isi

kandungannya.

Tabel 5.

Pelajaran Sejarah Islam di TPQ

No Indikator

Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Frekuensi

1. Sejarah Islam pelajaran yang

disenangi.

40,9% 47,7% 11,4% 0%

18 21 5 0

2. Mengetahui sejarah Nabi

Muhammad dari Majelis

Taklim.

45,5% 50% 4,5% 0%

20 22 2 0

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (47,7% dan 50%) remaja

menyatakan setuju bahwa sejarah Islam adalah pelajaran yang disenangi dan

pengetahuan sejarah Nabi Muhammad saw diperoleh di TPQ. Ihsan Makmur.

Page 56: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

45

Sebagian kecil (40,9% dan 45,5%) menyatakan sangat setuju. Tetapi sedikit

sekali (11,4% dan 4,5%) menyatakan tidak setuju dan tak seorangpun (0%)

yang menyatakan sangat tidak setuju. Kesimpulan tersebut dapat diperoleh

bahwa pelajaran sejarah Islam di TPQ. Ihsan Makmur adalah pelajaran yang

disenangi oleh remaja.

Tabel 6.

Kegiatan Keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI)

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 27 61,4%

B Sering 13 29,5%

C Kadang-kadang 4 9,1%

D Tidak pernah 0 0%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas menunjukkan sebagian besar (61,4%) remaja selalu

mengikuti kegiatan keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), sebagian

kecil (29,5%) yang sering. Namun sedikit sekali (9,1%) yang kadang-kadang

dan tidak ada seorangpun (0%) yang tidak pernah yang mengikutinya. Dari data

di atas dapat disimpulkan remaja selalu mengikuti Peringatan Hari Besar Islam

(PHBI) setiap tahunnya.

Tabel 7.

Latihan Kesenian di TPQ. Ihsan Makmur

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

Page 57: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

46

A Selalu 14 31,8%

B Sering 5 11,4%

C Kadang-kadang 12 27,3%

D Tidak pernah 13 29,5%

JUMLAH 44 100%

Data di atas menunjukkan sebagian besar (31,8%) remaja selalu

mengikuti latihan kesenian di TPQ. Ihsan Makmur, sebagian kecil (29,5%)

tidak pernah mengikuti latihan tersebut. Namun sedikit sekali (27% dan 11,4%)

sering dan kadang-kadang mengikutinya. Maka dapat disimpulkan remaja

dalam mengikuti latihan kesenian di TPQ sesuai dengan minat, bakat, dan

keterampilan yang ada pada diri mereka.

Tabel 8.

Berwudhu dengan Baik di Majelis Taklim

No Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Berwudhu dengan baik sebagaimana

diajarkan oleh guru TPQ. Ihsan

Makmur.

56,8

%

18,2% 22,7% 2,2

%

25 8 10 1

2. Menjaga wudhu dalam kehidupan

sehari-hari.

6,8% 9,1% 47,7% 36,

4%

3 4 21 16

Page 58: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

47

Tabel di atas menunjukkan sebagian besar (58%) remaja yang

mempraktekan wudhu sebagaimana diajarkan guru TPQ. Ihsan Makmur,

sebagian kecil (18,2%) yang sering mempraktekannya. Namun sedikit sekali

(22,7% dan 2,2%) yang kadang-kadang dan tidak pernah mempraktekannya.

Kemudian sebagian besar (47,7%) remaja dapat menjaga wudhu dalam

kehidupan sehari-hari, sebagian kecil (36,4%) yang kadang-kadang

melakukannya. Namun sedikit sekali (9,1% dan 6,8%) yang sering dan selalu

melakukannya. Kesimpulannya remaja bisa mempraktekan wudhu dengan baik

sebagaimana yang diajarkan oleh guru. Tetapi dalam menjaga wudhu dalam

kehidupan sehari-hari masih kurang dalam melakukannya.

Tabel 9.

Proses Pembelajaran di TPQ. Ihsan Makmur

No Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Memperhatikan dengan baik ketika

guru menjelaskan materi pelajaran.

27,3% 47,7% 25% 0%

12 21 11 0

2. Bertanya kepada guru tentang materi

yang belum paham.

0% 9,1% 52,3

%

38,6

%

0 4 23 17

Bersarkan data di atas dapat diketahi bahwa sebagian besar (47,7%)

remaja sering memperhatikan dengan baik ketika guru menjelaskan pelajaran,

Page 59: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

48

sebagian kecil (27%) selalu melakukan hal tersebut. Selanjutnya ada beberapa

remaja (25%) kadang-kadang memperhatikan dengan baik ketika guru

menjelaskan materi pelajaran dan tak seorangpun tidak pernah

memperhatikannya. Kemudian sebagian besar (52,3%) remaja yang kadang-

kadang bertanya kepada guru dan 38,6% yang tidak pernah melakukannya.

Namun sedikit sekali (9,1%) remaja yang bertanya kepada guru dan tak ada

satupun yang selalu melakukan hal tersebut. Penulis dapat menyimpulkan

remaja dapat memahami penjelasan guru. Sehingga sebagian besar remaja

hanya kadang-kadang bertanya kepada guru.

Tabel 10.

Mengkaji Ulang Materi Pelajaran di Rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 7 15,9%

C Kadang-kadang 22 50%

D Tidak pernah 15 34,1%

JUMLAH 44 100%

Dari tabel di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar (50%) remaja

kadang-kadang membaca kembali materi pelajaran di rumah dan 34,1% yang

tidak pernah membacanya. Namun sedikit sekali (15,9%) remaja sering

membacanya dan tak seorangpun yang selalu membaca kembali materi

pelajaran di rumah. Banyak remaja yang sibuk dengan kegiatannya sehingga

untuk membaca kembali pelajaran di rumah sangat sedikit.

Page 60: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

49

Tabel 11.

Melaksanakan Shalat

No Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Melaksanakan shalat lima

waktu.

27,3% 31,8% 34,1% 6,8%

12 14 15 3

2. Shalat apabila waktunya hampir

habis.

0% 6,8% 65,9% 27,3

%

0 3 29 12

3. Melaksanakan shalat jiwa

mendapatkan ketenangan.

63,7% 22,7% 9,1% 4,5%

28 10 4 2

4. Melaksanakan shalat sunnah

rawatib.

0% 4,5% 43,2% 52,3

%

0 2 19 23

Data di atas dapat diperoleh sebagian besar (34,1% dan 65,9%) remaja

yang kadang-kadang melaksanakan shalat lima waktu dan dilaksanakan ketika

watunya hampir habis. Setelah itu sebagian kecil (27,3%) yang melaksanakan

shalat fardhu tidak pernah waktunya hampir habis. Namun sedikit sekali (6,8%)

remaja yang melaksanakan shalat fardhu dan waktunya hampir habis.

Kemudian 31,8% yang sering melaksanakan shalat fardhu dan tak seorangpun

Page 61: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

50

yang selalu dikerjakan waktunya hampir habis. Selanjutnya sedikit sekali

(4,5%) remaja yang tidak pernah merasakan ketenangan ketika shalat dan

sering melaksanakan shalat sunnah rawatib. Kemudian 43,2% dan 9,1% remaja

kadang-kadang mendapat ketenangan dan shalat sunnah rawatib. Namun

sebagian besar (63,7% dan 52,3%) remaja selalu melaksanakan shalat jiwa

mendapat ketenangan dan tidak pernah mengerjakan shalat sunnah rawatib.

Maka dapat disimpulkan bahwa remaja dalam pengabdiannya kepada Allah,

sekedar shalat fardhu saja. Sedangkan shalat sunnah rawatib sedikit sekali yang

mengerjakannya.

Tabel 12.

Melaksanakan Puasa

N

o Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1 Meninggalkan puasa Ramadhan

tanpa alasan yang jelas.

0% 2.2% 27,3% 70,5%

0 1 12 31

2 Melaksanakan puasa sunnah

Senin dan Kamis .

0% 6,8% 56,8% 36,4%

0 3 25 16

Tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya sedikit sekali (2,2% ) remaja

yang meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang jelas dan 6,8% yang

melaksanakan puasa sunnah Senin dan Kamis. Kemudian Sebagian besar

Page 62: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

51

(70,5%) remaja yang tidak pernah meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan

yang jelas dan 56,8% yang kadang-kadang melaksanakan puasa sunnah Senin

dan Kamis. Selanjutnya sebagian kecil (27%) remaja yang kadang-kadang

meninggalkan puasa Ramadhan dan 36,4% yang tidak pernah melaksanakan

puasa sunnah Senin dan Kamis. Dan tak ada seorangpun yang selalu

meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang jelas dan melaksanakan

puasa sunnah Senin dan Kamis. Hal ini menunjukkan bahwa remaja masih ada

kesadaran untuk berpuasa Ramadhan dan Senin-Kamis. Walaupun sebagian

besar remaja kadang-kadang puasa sunnah Senin dan Kamis. Dari data di atas

dapat disimpulkan bahwa remaja berpuasa Ramadhan dengan baik serta puasa

Senin dan Kamis mereka laksanakan.

Tabel 13.

Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

No Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Menjawab shalawat ketika

mendengar nama Nabi

Muhammad saw.

29,5% 36,4% 31,8% 2,3

%

13 16 14 1

2. Menzikirkan shalawat kepada

Nabi Muhammad saw setiap

selesai shalat.

18,2% 15,9% 59,1% 6,8

%

8 7 26 3

Page 63: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

52

Tabel di atas menunjukkan bahwa sedikit sekali (6,8% dan 2,3%) remaja

yang tidak pernah menzikirkan dan menjawab atas Nabi Muhammad saw.

Namun sebagian besar 36,4% remaja yang sering menjawab dan 59,1% yang

menzikirkan shalawat atas nabi Muhammad saw. Masih ada remaja (29,5% dan

31%) selalu dan kadang-kadang menjawab shalawat ketika mendengar nama

Nabi Muhammad saw. Serta remaja (18,2% dan 15,9%) selalu dan sering

menzikirkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Di sini dapat kita lihat

bagaimana kecintaan remaja TPQ. Ihsan Makmur kepada Nabi Muhammad

saw yang selalu menzikirkan dan menjawab shalawat atasnya.

Tabel 14.

Memakai Wangi-wangian ketika Shalat

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 7 15,9%

B Sering 5 11,4%

C Kadang-kadang 25 56,8%

D Tidak pernah 7 15,9%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar (56%) remaja yang

kadang-kadang memakai wangi-wangian ketika shalat. Selanjutnya sebagian

kecil (15%) selalu dan tidak pernah memakai wangi-wangian ketika shalat.

Kemudian 11,9% remaja yang sering memakai wangi-wangian. Kesimpulannya

remaja dapat mengamalkan sunnah Nabi Muhammad saw dengan memakai

wangi-wangian ketika melaksanakan shalat fardhu.

Page 64: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

53

Tabel 15.

Membiasakan Diri untuk Bersikap Jujur

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 6 13,6%

B Sering 22 50%

C Kadang-kadang 13 29,6%

D Tidak pernah 3 6,8%

JUMLAH 44 100%

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar (50%) remaja yang sering

membiasakan diri untuk bersikap jujur. Sebagian kecil (29,6%) remaja yang

kadang-kadang dan 13,6% yang selalu membiasakan diri untuk bersikap jujur.

Namun sedikit sekali (6,8%) remaja yang tidak pernah membiasakan bersikap

jujur. Jadi, sebagian besar remaja TPQ. Ihsan Makmur membiasakan bersikap

jujur.

Tabel 16.

Membiasakan Diri untuk Berdisiplin

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 18 40,9%

B Sering 15 34.1%

C Kadang-kadang 10 22,7%

D Tidak pernah 1 2,3%

JUMLAH 44 100%

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (40,9%) remaja yang

selalu membiasakan diri untuk berdisiplin. Sebagian kecil (22,7%) remaja yang

Page 65: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

54

kadang-kadang dan 34,1% yang selalu membiasakan diri untuk berdisiplin.

Namun sedikit sekali (2,3%) remaja yang tidak pernah membiasakan

berdisiplin. Jadi, sebagian besar remaja TPQ. Ihsan Makmur membiasakan

berdisiplin.

Tabel 17.

Mendoakan Kedua Orang Tua

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 28 63,6%

B Sering 11 25%

C Kadang-kadang 4 9,1%

D Tidak pernah 1 2,3%

JUMLAH 44 100%

Dari data dapat diperoleh bahwa sebagian besar (63,6%) remaja selalu

mendoakan kedua orang tua. Selanjutnya sebagian kecil (25% dan 9,1%)

remaja yang sering dan kadang-kadang mendoakannya. Namun sedikit sekali

(2,3%) yang tidak pernah mendoakan orang tua. Ini membuktikan bahwa

remaja masih sayang kepada orang tua sehingga sebagian besar mendoakan

kepadanya.

Tabel 18.

Berbicara yang Baik kepada Kedua Orang Tua

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 20 45,5%

B Sering 11 25%

Page 66: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

55

C Kadang-kadang 12 27,3%

D Tidak pernah 1 2,2%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (45,5%) remaja selalu

berbicara yang baik kepada orang tua dan 27,3% kadang-kadang melakukan hal

tersebut. Ada juga sebanyak 25% sering melakukannya. Namun masih ada juga

2,2% tidak pernah berbicara yang baik kepada orang tua. Jadi, kesimpulannya

remaja masih banyak yang berbicara yang baik kepada orang tua, ini

merupakan bekal mereka dalam menjaga lisan dalam hal berbicara.

Tabel 19.

Menolak Perintah Kedua Orang Tua

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 1 2,2%

B Sering 5 11,4%

C Kadang-kadang 22 50%

D Tidak pernah 16 36,4%

JUMLAH 44 100%

Menolak perintah orang tua adalah hal yang dilarang oleh Allah, dalam

hal ini masih ada (2,2%) remaja yang selalu menolak perintah orang tua mereka

dan 11,4% yang sering melakukan hal tersebut. Sebagian besar (50%) remaja

yang kadang-kadang menolak perntah orang tua dan 36% yang tidak pernah

melakukannya. Ini menunjukkan masih kurangnya akhlak remaja kepada orang

tua. Kemungkinan adanya lingkungan yang kurang mendukung pada diri

remaja.

Page 67: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

56

Tabel 20.

Mengajarkan Orang Tua untuk Membaca al-Qur’an

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 2 4,5%

C Kadang-kadang 5 11,4%

D Tidak pernah 37 84,1%

JUMLAH 44 100%

Dapat kita lihat dari tabel menunjukkan sebagian besar (84,1%) remaja

yang tidak pernah mengajarkan orang tua untuk membaca al-Qur’an dan 11,4%

yang sering melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (4,5%) yang sering

mengajarkan orang tua untuk membaca al-Qur’an dan tak seorangpun yang

selalu melakukannya. Ini menunjukkan bahwa remaja masih dalam tahap

belajar, dan sebagian besar belum bisa mengajarkannya kepada orang tua. Maka

mereka harus belajar yang lebih baik lagi supaya dapat mengajarkannya kepada

orang tua.

Tabel 21.

Memberi Hadiah kepada Adik di Waktu-waktu Tertentu

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 7 15,9%

C Kadang-kadang 22 50%

D Tidak pernah 14 31,8%

JUMLAH 44 100%

Page 68: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

57

Dapat diketahui dari tabel bahwa sebagian besar (50%) remaja yang

kadang-kadang memberi hadiah kepada adik dan 31,8 % yang kadang-kadang

melakukan hal tersebut. Sedikit sekali (15,9) remaja yang sering memberi

hadiah kepada adiknya dan tak seorangpun yang selalu melakukan hal tersebut.

Maka penulis dapat menyimpulkan masih ada remaja yang kurang peduli

kepada adiknya, kemungkinan masih dalam tahap belajar.

Tabel 22.

Menyantuni Anak Yatim

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 3 6,8%

C Kadang-kadang 19 43,2%

D Tidak pernah 22 50%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas dapat kita ketahui bahwa kepedulian remaja dalam tingkat

sosial yang membutuhkan dana masih terbilang wajar, karena remaja masih

dalam fase belajar belum pada masa fase mencari nafkah sendiri dalam artian

remaja dalam keuangan masih bergantung pada orang tuanya, maka dari sebab

itu tidak ada seorang pun remaja yang menyantuni anak yatim, dan 6,8%

remaja yang sering melakukan hal tersebut. Sebagian besar (50%) tidak pernah

melakukan dan selebihnya (43,2%) yang kadang-kadang menyantuni anak

yatim.

Tabel 23.

Menebarkan Senyum kepada Orang Lain ketika Bertemu seperti

Nabi

Page 69: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

58

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 13 29,5%

B Sering 15 34,1%

C Kadang-kadang 15 34,1%

D Tidak pernah 1 2,3%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa 29,5% remaja yang selalu menebarkan

senyum kepada orang lain dan sebagian besar (34,1%) remaja yang sering dan

kadang-kadang melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (2,3%) remaja

yang menebarkan senyum kepada orang lain. Penulis dapat menyimpulkan

remaja dapat menerapkan sunnah Rasulullah saw yaitu senyum kepada orang

lain ketika bertemu walaupun masih ada yang tidak pernah melakukannya.

Tabel 24.

Membela Sahabat yang Bersengketa tanpa Melihat Akar

Masalahnya

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 1 2,3%

B Sering 4 9,1%

C Kadang-kadang 22 50%

D Tidak pernah 17 38,6%

JUMLAH 44 100%

Dalam hal ini sebagian besar (50%) remaja yang kadang-kadang

membela sahabat yang bersengketa tanpa melihat akar masalahnya. Sebagian

Page 70: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

59

kecil (38,6%) yang tidak pernah melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali

(9,15% dan 2,3%) remaja yang sering dan selalu membela sahabat yang

bersengketa tanpa melihat akar masalahnya. Ini menunjukkan bahwa remaja

masih berpikir yang lebih baik untuk membela sahabat, dilihat akar masalah

terlebih dahulu.

Tabel 25.

Menunda Pembayaran Hutang kepada Orang Lain

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 4 9,1%

C Kadang-kadang 24 54,5%

D Tidak pernah 16 36,4%

JUMLAH 44 100%

Dapat kita lihat dari tabel bahwa sebagian besar (54,5%) remaja kadang-

kadang menunda pembayaran hutang kepada orang lain dan 36,4% yang tidak

pernah melakukannya. Namun sedikit sekali (9,1%) yang sering menunda

pembayaran hutang kepada orang lain dan tak ada seorangpun yang

melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja dalam hutang kepada orang

lain selalu dibayar sesuai kesepakatan.

Tabel 26.

Mengambil Barang Orang Lain tanpa Izin Pemiliknya

No Alternatif Jawabar Frekuensi Persentase

A Selalu 0 0%

B Sering 1 2,3%

Page 71: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

60

C Kadang-kadang 17 38,6%

D Tidak pernah 26 59,1%

JUMLAH 44 100%

Dapat kita lihat dari tabel di atas bahwa tidak ada seorangpun yang selalu

mengambil barang orang lain izin pemiliknya. Masih ada pula remaja yang

kadang-kadang mengambil barang orang lain tanpa izin pemiliknya yaitu

sebanyak 38,6 % dan sebagian besar (59,1%) remaja yang tidak pernah

melakukan hal tersebut. Ini menunjukan bahwa remaja harus bias membiasakan

diri sejak dini untuk memakai barang atau benda yang bukan haknya. Karena

dikhawatirkan hal tersebut dapat menjadi kebiasaan dalam diri remaja untuk

masa yang akan datang. Dan kebiasaan sejak dini biasanya sulit untuk

dihilangkan di masa tua nanti.

Tabel 27.

Memberi Makan kepada Binatang

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 2 4,5%

B Sering 10 22,7%

C Kadang-kadang 32 72,7%

D Tidak pernah 0 0%

JUMLAH 44 100%

Dapat kita lihat sebagian besar (72,7%) remaja yang kadang-kadang

memberi makan kepada binatang dan 22,7% yang sering melakukan hal

tersebut. Namun sedikit sekali (4,5%) remaja yang selalu memberi makan

kepada binatang dan tak seorangpun yang tidak pernah melakukan hal tersebut.

Ini menunjukkan remaja masih kurang respon terhadap binatang.

Page 72: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

61

Tabel 28.

Menanam Tanaman Hias di Rumah

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase

A Selalu 3 6,8%

B Sering 3 6,8%

C Kadang-kadang 16 36,4%

D Tidak pernah 22 50%

JUMLAH 44 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (50%) remaja yang

tidak pernah menanam tanaman hias di rumah dan sebagian kecil (36,4%) yang

kadang-kadang melakukan hal tersebut. Namun sedikit sekali (6,8%) remaja

yang selalu dan sering menanam tanaman hias di rumah. Maka dapat kita

simpulkan bahwa remaja masih kurang minatnya untuk menanam tanaman hias

di rumah.

Tabel 29.

Membuang Sampah

No Indikator

Alternatif Jawaban

SL SR KD TP

Frekuensi

1. Membuang sampah pada

tempatnya.

11,4% 29,5% 56,8% 2,3%

5 13 25 1

Page 73: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

62

2. Menegur teman yang membuang

sampah sembarangan.

9,1% 27,3% 54,5% 9,1%

4 12 24 4

Tabel di atas dapat diperoleh bahwa sebagian besar (56,8%) remaja yang

kadang-kadang membuang sampah pada tempatnya dan dan 54,5% yang

menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Tetapi sedikit sekali

(2,3%) remaja yang tidak pernah membuang sampah pada tempatnya.

Kemudian ada sebagian kecil (29,5% dan 11,4%) yang sering dan selalu

membuang sampah pada tempatnya serta 27,3% yang sering menegur teman

yang membuang sampah sembarangan. Sedikit sekali (9,1) remaja yang selalu

dan tidak pernah menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Ini

menunjukkan bahwa remaja masih tahap pembelajaran untuk menjaga

kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman, semboyan ini harus

ditanamkan pada diri remaja.

Untuk mengetahui apakah pendidikan majelis taklim memiliki peranan

dalam pembentukan akhlak di kalangan remaja TPQ Ihsan Makmur, maka

penulis pada kesempatan ini menghitung rata-rata keseluruhan, baik akhlak

kepada Allah, akhlak kepada Rasul, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada

orang lain, dan akhlak kepada alam. Dapat kita lihat tabel di bawah ini:

Tabel 30.

Rata-rata Keseluruhan Akhlak Remaja

Alternatif Jawaban Frekue

nsi Persen

Keteranga

n Positif Negatif

Selalu

Sering

Kadang-kadang

Tidak Pernah

Tidak pernah

Kadang-kadang

Sering

Selalu

478

563

589

272

25,13%

29,60%

30,97%

14,30%

Sangat baik

Baik

Cukup baik

Buruk

Page 74: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

63

Berdasarakan tabel di atas dapat diketahui bahwa 25,13% remaja

memiliki akhlak yang sangat baik, 29,60% remaja yang berakhlak baik, 30,97%

remaja yang berakhlak cukup baik, dan 14,30% remaja yang berakhlak buruk.

Dengan demikian bahwa pembentukan akhlak di TPQ Ihsan Makmur sudah

berhasil, tetapi masih kurang memuaskan. Maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa remaja TPQ. Ihsan Makmur sebagian besar memiliki akhlak yang baik.

Walaupun masih ada sebagian kecil remaja yang memiliki akhlak yang buruk.

Terdapatnya akhlak remaja yang buruk dikarenakan adanya hambatan-

hambatan dalam pelaksanaan pembinaan akhlak remaja di antaranya:

a. Hambatan dari remaja itu sendiri, karena setiap remaja memiliki

kemampuan. Bermacam-macam latar belakang remaja, sehingga beragam

pula tingkah laku remaja yang kemudian berdampak pada sikap remaja

bertingkah laku kurang baik.4

b. Kurang adanya kerja sama antara pihak TPQ Ihsan Makmur dengan orang

tua remaja dalam pembinaan akhlak, ketika berada di rumah seakan-akan

nilai-nilai yang ditanamkan di TPQ hilang lagi.

c. Dari segi budaya, pengaruhnya banyak sekali seperti banyak remaja

mengikuti budaya asing yang bersifat negatif yang dapat mempengaruhi

akhlak mereka.

Setelah diperhatikan hambatan-hambatan dalam pembinaan akhlak, solusi

yang bisa ditempuh untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah:

a. Membangun pendekatan secara emosional, mengayomi remaja dengan

sebaik-baiknya dan membina akhlak secara kontinu dengan menanamkan

nilai-nilai moral dan keagamaan yang tinggi.

b. Orang tua sebagai pendidik utama bagi anaknya dalam kehidupan dan

pergaulan mereka. Begitupun dengan guru, sebagai pendidik seorang guru

4 Asep Wahyu, Kepala Majelis Taklim Ihsan Makmur, Wawancara Pribadi, Jakarta: 1 April 2011.

Page 75: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

64

harus bisa mengadakan pendidikan dengan baik di dalam maupun di

TPQ, memberikan pengarahan apabila terdapat tingkah laku remaja yang

menyimpang dan memberikan penjelasan dalam setiap perbuatan dari

sisi baik dan buruknya.

c. Adanya kerja sama antar orang tua dengan pihak TPQ. Ihsan Makmur

karena remaja mendapatkan pendidikan bukan hanya di TPQ saja

melainkan di rumah juga.

d. Mengadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme

guru dengan harapan memiliki wawasan luas dan tidak kaku dalam

berfikir. Sehingga proses belajar dan mengajar serta pembinaan akhlak di

dalam maupun di luar TPQ. Ihsan Makmur menjadi lebih baik.

Page 76: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

65

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan penelitian tentang peranan pendidikan

majelis taklim dalam pembentukan akhlak remaja, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Peranan TPQ dalam membentuk akhlak remaja terlihat dari kegiatan-

kegiatan yang telah diprogramkan oleh TPQ. Ihsan Makmur sedemikian

rupa, baik program harian, mingguan maupun bulanan terlaksana dengan

baik. Disamping itu pendidik atau guru selalu kontinu dalam membina

akhlak remaja dengan memberikan suri tauladan yang baik, nasehat-

nasehat maupun pembiasaan-pembiasaan yang baik berupa kegiatan-

kegiatan positif. Berdasarkan data yang telah di teliti maka dapat

disimpulan peranan TPQ berjalan dengan baik dalam membentuk akhlak

remaja.

2. Akhlak remaja di TPQ Ihsan Makmur sudah cukup baik. Hal ini ditandai

dengan hasil angket dan wawancara yang menunjukkan bahwa remaja

telah memiliki akhlak yang baik.

Page 77: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

66

3. Pendidikan di TPQ memiliki peranan yang signifikan dalam membentuk

akhlak remaja. Hal ini terbukti dengan akhlak remaja sudah cukup baik,

seperti tidak melawan orang tua, berdisiplin, dan dapat menunaikan

shalat lima waktu.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka penulis

mengemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepada remaja, hendaknya remaja berusaha untuk menanamkan

kesadaran akan nilai-nilai akhlak yang luhur, memanfaatkan waktu

semaksimal mungkin dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif di

dalam maupun luar TPQ. Dengan begitu semua pihak berharap agar para

remaja menjadi muslim yang berkualitas dalam segi keilmuan dan

akhlaknya, menjadi remaja yang intelektual yang tinggi, berkualitas serta

diiringi dengan keimanan dan ketakwaan yang mulia.

2. Kepada guru, diharapkan selalu istiqomah dalam membentuk akhlak

remaja, yaitu selalu mengayomi akhlak remaja dengan pendekatan

emosional, selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik dan

mengarahkan kepada hal-hal yang positif. Ketika berada di majelis

taklim diharapkan selalu menjadi guru yang baik, professional dan

menarik dalam menyampaikan materi-materi pelajaran. Serta mampu

menjadi suritauladan yang baik bagi remaja sehingga remaja secara

otomatis terbentuk kepribadiannya karena figur guru yang baik.

3. Kepada pihak TPQ, hendaknya terus memberikan kesempatan guru

ataupun remaja untuk mengembangkan potensinya, mengadakan

pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang proses belajar mengajar dan

pembentukan akhlak pada remaja serta menunjang tenaga pendidik untuk

mengembangkan pendidikan yang lebih baik.

Page 78: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

67

DAFTAR PUSTAKA

Abady, Yusrie APU, M., dkk., Dinamika Kehidupan Beragama Muslim Pedesaan,

Jakarta: Puslitbang Agama, 2002, cet. 1.

Abdullah, Yatimin M., Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Hamzah,

2007, cet. 1.

Agustiani, Hendriati, Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya

dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Bandung : Refika

Aditama, 2006, cet.1

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Modern,Jakarta: Pustaka Amarin, 1999

Ardani, Mohammad, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah

dan Tasawuf, Jakarta: Karya Mulia, 2005, cet.2.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 1993,

Asmaran, AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002,

cet.ke-3.

Daradjat, Zakiah Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: Ruhama, 1994, cet. 1.

______, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet. ke-17.

Departemen Agama, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya, Semarang: Thoha

Putra, 1996.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2008, edisi ke-4.

Depdiknas, UU SISDIKNAS 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan,

Pedoman Pembinaan TPQ, Jakarta: 1995

Fadjar, Malik, A., Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Fajar Dunia, 1999

Gunawan, Adi, Kamus Praktis Ilmiyah Populer, Surabaya: Kartika, 2000

Page 79: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

68

Hidayati, Heny Narendrany dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007, cet. ke-1.

Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998,

cet. ke-4.

Kartono, Kartini, Kenakalan Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Presada, 2006

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyrakat dan

Berpolitik (Tafsir Al-Qur’an Tematik), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-

Qur’an, 2009, cet. 1.

Ma’luf, Louis, Kamus Munjid Asy-Syarkiyah, Beirut: al-Maktabah Asy-Syarkiyah,

cet.ke-28.

Makmun, Abin Syamsudin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004), cet. 7.

Mamsudi AR, dkk., Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta:

LPPTKA BKPRMI Pusat, 1998

Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet. 4,

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Islam 2, Bandung: PT. Al-Ma’ary, 1992

Musthofa, A., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 199), cet.ke-1.

Nata, Abudin, Pendidikan dalam Perspektif Hadits, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005,

cet. ke-1.

Nihayah, Zahrotun, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat dan Islam,

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976.

Poerwardaminto, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2002, cet.ke-3

Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem

Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005,cet. 2.

Soekanto, Soejono, Memperkenalkan Sosiologi, Jakarta: Rajawali, 1995, Cet.2.

______, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, cet. 1.

Page 80: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

69

Tim Direktoran Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (DEPAG RI), Regulasi

Pendidikan Pedoman Pembinaan dan Peranan TKQ/TPQ, Jakarta: Depag RI,

2009, cet. 1.

Tim Penyusun, Kurikulum TK/TPQ, (Jakarta: Kanwil Depag DKI Jakarta, 2003), h.8

Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hidakarya, 1992

Page 81: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

ANGKET

I. Biodata Responden Nama: Umur:

II. Petunjuk Pengisian A. Bacalah terlebih dahulu sebelum menentukan jawaban pada pernyataan di bawah

ini. B. Jawablah Pertanyaan dengan jujur C. Berikan tanda silang (x) pada jawaban yang anda anggap paling sesuai. D. Jawaban dijamin dan dijaga kerahasiaan

III. Butir-butir Pertanyaan A. Pendidikan Majelis Taklim

1. Saya belajar qiraatul Qur’an di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Saya membaca al-Qur’an dengan menerapkan ilmu tajwid. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Saya membaca al-Qur’an dengan memahami isi kandungannya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Saya membaca al-Qur’an dengan terbata-bata. a. Selalu b. Sering c. Kadang- Kadang d. Tidak pernah

5. Sejarah Islam adalah pelajaran yang saya senangi diTPQ. Ihsan makmur. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

6. Setelah belajar di TPQ. Ihsan Makmur, Saya mengetahui sejarah Nabi Muhammas saw. a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju

Page 82: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

7. Saya mengikuti kegiatan keagamaan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Maulid dan Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Saya mengikuti latihan kesenian di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Saya berwudhu dengan baik sebagaimana yang diajarkan oleh guru TPQ.Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Selain dalam shalat, saya menjaga wudhu dalam kehidupan sehari-hari. a. Selalu b. Sering c. Kadang- kadang d. Tidak pernah

11. Ketika guru menerangkan materi pelajaran, saya memperhatikan dengan baik. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Setelah guru memberikan materi pelajaran, saya bertanya kepada guru tentang materi yang belum paham. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Saya mengulang materi pelajaran yang telah di sampaikan oleh guru di rumah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Saya mengikuti pengajian di Majelis Taklim Ihsan Makmur, karena tertarik dengan cara mengajar guru. a. Sangat setuju b. Setuju. c. Kurang setuju. d. Tidak setuju.

15. Saya mempersiapkan diri dengan belajar di rumah sebelum pelajaran diberikan oleh guru.

Page 83: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

B. Akhlak 1. Saya melaksanakan shalat lima waktu.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Saya shalat apabila waktunya sudah hampir habis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Setelah saya melaksanakan shalat jiwa mendapatkan ketenangan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

4. Saya melaksanakan shalat sunnah rawatib. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Saya meninggalkan puasa ramadhan tanpa alasan/udzur yang jelas. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Saya puasa sunnah senin dan kamis. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

7. Saya membaca al-Qur’an di rumah atau di tempat lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

8. Saya bershalawat ketika mendengar nama nabi Muhammad Saw., disebut. a. Selalu b. Sering

Page 84: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Saya menzikirkan shalawat kepada Nabi Muhammad saw setiap selesai shalat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10. Saya memakai wangi-wangian saat melaksanakan shalat lima waktu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

11. Saya membiasakan diri untuk bersikap jujur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

12. Saya membiasakan diri untuk berdisiplin mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

13. Saya terlambat dalam mengikuti pengajian di TPQ. Ihsan Makmur. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

14. Saya mendo’akan kedua orang tua untuk keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

15. Saya melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Saya berbicara yang baik kepada kedua orang tua. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

17. Saya menolak perintah kedua orang tua untuk kebaikan. a. Selalu

Page 85: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

18. Saya mengajarkan baca al-Qur’an kepada orang tua. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

19. Saya memberikan hadiah kepada adik atau keponakan di saat waktu-waktu tertentu. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

20. Saya suka menyantuni anak-anak yatim. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

21. Saya menebarkan senyum kepada orang lain ketika berjumpa seperti Nabi Muhammad saw. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

22. Saya membela sahabat yang sedang bersengketa dengan orang lain tanpa melihat akar masalahnya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

23. Saya menunda pembayaran hutang kepada orang lain. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

24. Saya mengambil barang orang lain tanpa meminta izin kepada pemiliknya. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25. Ketika ada seekor kucing yang merengek minta makan, saya memberikan makanan kepada kucing. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 86: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

26. Saya menanam tanaman hias di rumah, a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

27. Ketika melihat sampah berserakan, saya membuangnya ke tempat sampah. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

28. Saya menegur teman yang membuang sampah sembarangan. a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

Page 87: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

Nama-nama Responden

No Nama Umur

1. Achmad Suhandi 16 tahun

2. Ahmad Ade Fadli 19 tahun

3. Adinda Kharisma 13 tahun

4. Amelia Silvia 13 tahun

5. Andi Rosi Melissa 20 tahun

6. Anis Sentika 16 tahun

7. Ayu Listianisa 17 tahun

8. David Fitrianto 20 tahun

9. Dea Shofro Nurmaulidah 13 tahun

10. Dede Rosyadi 18 tahun

11. Deliyana Fitri Fauzy 17 tahun

12. Diah Agustini 14 tahun

13. Dianah Tirta Sari 16 tahun

14. Dini Putri Triana 17 tahun

15. Duwi Waluyo 14 tahun

16. Dwi Rianingsih 17 tahun

17. Fairuz Fajriatul Maulidany 17 tahun

18. Fenny Lestarina 14 tahun

19. Fitri Eka Anggraini 15 tahun

20. Irwan Ardiansyah 13 tahun

21. Lisa Anggraeni 16 tahun

22. Melina Febiana 16 tahun

23. Mitha Mar’atus Shalihah 13 tahun

24. Muhammad Anjar Mahardhika 13 tahun

25. Muhammad Arif 17 tahun

26. Muhammad Labib Zahran 14 tahun

27. Muhammad Fadjri Hidayat 13 tahun

Page 88: Muhammad Ali Akbar 106011000124 - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1476/1/101087... · ketergantungan (interdependency) itu akan senantiasa

28. Muhammad Fajar Siddiq 13 tahun

29. Mutiara Indah Prihatin 16 tahun

30. Neneng Nur Komala Sari 17 tahun

31. Nurul Af’idah 18 tahun

32. Prabowo Susanto 13 tahun

33. Raka Aditya Saputra 17 tahun

34. Riesca Afrilliani 16 tahun

35. Riki Andrian 14 tahun

36. Rini Rahmawati 16 tahun

37. Sarah Erdiana 17 tahun

38. Sartika 17 tahun

39. Siti Purnama 13 tahun

40. Siti Fariani 17 tahun

41. Sudirman 17 tahun

42. Suryati 16 tahun

43. Syamrizal 21 tahun

44. Yanto 18 tahun