muatan nilai kejujuran dan nasionalisme dalam buku …eprints.ums.ac.id/67764/8/naskah publikasi...
TRANSCRIPT
1
MUATAN NILAI KEJUJURAN DAN NASIONALISME DALAM BUKU
AJAR BAHASA INDONESIA EDISI REVISI 2016 UNTUK SMP / MTS
KELAS VII
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi Strata I pada Jurusan
Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan
oleh :
ANGGITA DESKA ARYANI
A310140007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
MUATAN NILAI KEJUJURAN DAN NASIONALISME DALAM BUKU
AJAR BAHASA INDONESIA EDISI REVISI 2016 KELAS VII SMP
Abstrak
Tujuan Penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan muatan nilai Kejujuran,(2)
Nasionalisme Dalam Buku Ajar Bahasa Indonesia Indonesia Edisi Revisi 2016
Kelas VII Smp. Metode dalam Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analis isi
(content analysis) Data primer dalam penelitian ini yaitu buku ajar bahasa Indonesia
kurikulum 2013 yang telah di revisi 2016 kelas VII SMP. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian tentang muatan nilai kejujuran dan
nasionalisme dalam buku bahasa Indonesia merajut persatuan bangsa kelas VII
Smp. Secara umum menunjukkan terdapat muatan nilai kejujuran dan nasionalisme.
Muatan tersebut tidak menyeluruh terdapat di dalam isi setiap bab. Bentuk nilai-
nilai hanya disebut sebagai kata dalam kalimat. Jumlah pemunculan muatan nilai
kejujuran sebanyak 9 kali, lebih tinggi dibandingkan sikap nasionalisme yang hanya
13 kali.
Kata kunci : Pendidikan Karakter, Buku Ajar
Abstract
The purpose of this study are (1) to describe the content of the value of Honesty, (2)
Nationalism In Indonesian Language Book Indonesia Revised Edition 2016 Class
VII Smp.Methods in this research is descriptive qualitative research The approach
used in this research is the approach of content analyst (content analysis) Primary
data in this study is the textbook of Indonesian curriculum 2013 which has been
revised in 2016 class VII SMP.The results of this study show that Based on the
results of data analysis and discussion, it can be concluded that the results of
research on the content value of honesty and nationalism in the Indonesian
language knit the unity of the nation class VII Smp. It generally shows that there is
a value of honesty and nationalism. The content is not exhaustive in the content of
each chapter. The forms of values are only referred to as words in sentences. The
number of times the value of honesty was reached 9 times, higher than that of
nationalism only 13 times.
Keywords: Character Education, Textbook
1. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat
menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian
2
akan menimbulkan perubahan dalam diri siswa yang menginginkannya untuk
berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan pilar
terpenting dalam kemajuan suatu bangsa, bahkan menjadi peran paling utama
dalam kemajuan hidup manusia. Keadaan suatu bangsa tentunya sangat
dipengaruhi oleh kondisi orang-orangnya, karena pada dasarnya yang berperan
dalam menjalankan suatu bangsa adalah orang-orang yang menempati bangsa itu
sendiri. Hal inilah sangat tergantung dari pendidikan yang diperoleh dari orang-
orang itu sendiri (Ni Luh Lina Agustini Dewi, dkk: 2014:2)
Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang UUSPN pasal 3
dijelaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pasal 1 UU tersebut juga
menjelaskan bahwa pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”
(Depdiknas, 2003:3).
Menurut Fitri (2012:156), pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Karena itu,
pembelajaran nilai-nilai karakter seharusnya tidak hanya diberikan pada asas
kognitif saja, tetapi menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di sekolah dan di masyarakat. Pendidikan
karakter menjadi sesuatu yang penting untuk membentuk generasi yang
berkualitas. Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untuk membimbing
3
seseorang menjadi orang baik, sehingga mampu memfilter pengaruh yang tidak
baik.
Menurut Daryanto (Oktari, 2014:1) Pendidikan karakter perlu
diselenggarakan dewasa ini, karena menurunnya kualitas moral dalam kehidupan
manusia Indonesia. Hal ini membuktikan ketidak tercapainya tujuan pendidikan
nasional, yaitu mencetak peserta didik berpotensi serta memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sebagai salah satu komponen dari sistem pendidikan, kurikulum memiliki
peranan yang penting untuk ketercapaian tujuan pendidikan nasional, karena
kurikulum sendiri berfungsi sebagai petunjuk arah untuk ketercapian tujuan
tersebut. Dewasa ini berlaku di Indonesia kurikulum 2013, konsep kurikulum ini
berupaya menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam sistem pendidikan
Indonesia agar dapat membentuk generasi bangsa yang lebih baik.
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengenai pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 perlu disambut gembira
dan didukung semua pihak. Pendidikan karakter bukan hanya penting, tetapi
mutlak dilakukan oleh setiap bangsa jika ingin menjadi bangsa yang beradab.
Salah satu karaktek yang sangat penting yang perlu ditanamkan sejak sini yaitu
kejujuran dan nasionalisme. Banyak fakta membuktikan bahwa bangsa-bangsa
yang maju bukan disebabkan bangsa tersebut memiliki sumber daya alam yang
berlimpah, melainkan bangsa yang memiliki karakter unggul seperti kejujuran,
kerja keras, tanggung jawab dan lainnya.
Perkembangan ilmu, teknologi, komunikasi serta arus globalisasi membawa
dampak perubahan pada berbagai aspek kehidupan tak terkecuali dalam bidang
pendidikan. Lingkungan rumah/keluarga yang seharusnya menjadi lembaga
pendidikan, kurang berperan dalam membangun karakter anak. Orang tua lebih
banyak sibuk dengan urusannya sendiri, sehingga tidak ada waktu untuk
berinteraksi dan mendidik anak. Akibatnya, anak lebih banyak dididik oleh
tayangan-tayangan TV maupun internet yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya bangsa. Untuk itu perlu adanya pendidikan karaktek nasioanalisme
4
sebagai salah satu penyaring agar anak tidak lupa dengan kebudayaan yang
dimiliki.
Penanaman nilai karaktek kejujuran dan nasionalisme pada saat ini sangat
diperlukan, mengingat munculnya krisis nasionalisme akibat gempuran
globalisasi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang
informasi, komunikasi dan transportasi, membuat dunia menjadi transparan
seolah-olah menjadi sebuah kampung tanpa mengenal batas negara. Kondisi ini
menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Kondisi ini mempengaruhi
struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, termasuk
Indonesia, sekaligus mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat,
termasuk nilai-nilai nasionalisme.
2. METODE
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pendekatan analis isi (content analysis). Data primer
dalam penelitian ini yaitu buku ajar bahasa Indonesia kurikulum 2013 yang telah
di revisi 2016 kelas VII SMP , sedangkan data sekunder penelitian ini yaitu
diambil dari berbagai literatur seperti buku-buku maupun website yang
berhubungan dengan nilai karakter kejujuran dan nasionalisme.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Muatan Nilai Kejujuran dan Nasionalisme
Berdasarkan deskripsi data tentang muatan nilai kejujuran dan nasionalisme buku
siswa kelas VII mata pelajaran bahasa Indonesia dapat dianalisis dan disajikan
hasil penelitian sebagai berikut:
Gambar 1
Grafik muatan nilai kejujuran dan nasionalisme Buku Siswa Kelas VII Mata
5
Pelajaran Bahasa Indonesia.
Gambar 1diatas menunjukkan hasil penelitian, yaitu:
1. Terdapat muatan nilai-nilai kejujuran pada buku siswa kelas VII mata
pelajaran bahasa Indonesia tetapi tidak merata pada seluruh bab isi
buku, hanya terdapat pada bab 1, 2, 3, 6, 7 dan 8.
2. Terdapat muatan nasionalisme pada buku siswa kelas VII mata
pelajaran bahasa Indonesia untuk setiap bab kecuali bab VII. Bentuk
muatan dalam nasionalisme berupa kata-kata dalam kalimat yang
menunjukkan karakter sosial. Muatan yang yang paling banyak muncul
yaitu: pahlawan, dan tanah air. Muatan nasionalisme paling banyak
terdapat pada bab 6 yaitu sebanyak 6 kata atau frasa.
Hasil perbandingan jumlah keseluruhan antara muatan nilai kejujuran dan
nasionalisme adalah sebagai sebagai berikut:
Gambar 2
Perbandingan Jumlah Muatan kejujuran dan nasionalisme pada Buku
Siswa Kelas VII Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Secara keseluruhan gambar di atas menunjukkan hasil perbandingan bahwa
muatan nilai kejujuran lebih banyak dibandingkan dengan muatan nasionalisme.
Hasil penelitian kajian ini menunjukkan bahwa buku siswa kelas VII mata
pelajaran bahasa Indonesia K 13 yang direvisi tahun 2016 memuat bentuk nilai-
nilai kejujuran dan nasionalisme berupa kata-kata dalam kalimat baik kata
perintah, penyampain informasi ataupun dalam kalimat fungsi contoh.
6
3.2 Pembahasan
Pembiasaan nilai-nilai tidak selalu melalui kegiatan formal (pelajaran) tapi dapat
dilakukan melalui kegiatan bermain. Hal ini untuk menumbuhkan kesadaran
berkarakter di sekolah. Menurut Tedjasaputra (2005: 41-42), manfaat bermain
adalah pertama, untuk perkembangan aspek sosial, yaitu: (a) anak yang bermain
dengan teman sebaya akan membiasakan berbagi hal milik, sabar menunggu
giliran, kebersamaan, membina hubungan sesama, mencari pemecahan masalah
bersama, mentaati peraturan, menghindari pertengkaran; (b) anak belajar
berkomunikasi untuk berpendapat dan memahami pendapat orang lain; (c) anak
dapat bermain nilai-nilai budaya setempat; (d) anak dapat belajar perilaku melalui
bermain peran, sebagai orangtua, sebagai laki-laki dan perempuan; (e) anak
belajar nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan aturan moral yang dianut oleh
masyarakat. Kedua, manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi (daya
pikir) dalam bentuk pengetahuan luas, daya nalar, daya cipta (kreativitas),
kemampuan berbahasa dan daya ingat.
Pengembangan nilai-nilai pada siswa melalui bermain tersebut dapat
memberikan keseimbangan antara kemampuan berpikir atau aspek pemahaman
dan perilaku. Selain melalui bermain untuk membentuk perilaku berkarakter
melalui disiplin sekolah. Bear (2010: 116-117) mengemukakan bahwa strategi
pemberian pujian dan penghargaan dapat untuk mengembangkan kesadaran
berdisiplin dan membangun budaya sekolah yang positif. Siswa yang berperilaku
baik dengan kesadaran dan menjadi kebiasaan perilkau sehari-hari (menunjukan
target perilaku disiplin sekolah) perlu diberi penguatan atau reinforcement melalui
pujian dan penghargaan. Bentuk pujian dan penghargaan tidak harus dalam bentuk
barang tetapi dapat melalui berbagai bentuk lain. Contoh: siswa yang disiplinnya
baik diumumkan pada setiap awal pembelajaran mata pelajaran, kemudian
diumumkan dalam upacara sekolah dan berbagai kegiatan sekolah lainnya. Selain
itu dapat dicantumkan dalam laporan hasil belajar (raport).
Nilai-nilai kejujuran dan nasioanalisme di sekolah perlu juga dimonitor
pencapaian hasil belajarnya. Hasil belajar karakter siswa dalam bentuk perilaku.
Oleh karena itu dalam menilai hasil belajar karakter seharusnya dilakukan melalui
7
penilaian nontes. Sudjana (2000: 114) mengemukakan bahwa penilaian nontes
lebih sesuai untuk menilai perilaku melalui alat evaluasi berupa lembar observasi,
checklist, dan jurnal harian. Penerapan penilaian ini dilakukan selama proses
pembelajaran bahasa Indonesia dengan mengamati aktivitas siswa selama belajar
dan aktivitas siswa di lingkungan sekolah.
Dilihat dari sudut pandang belajar bahasa Indonesia, seharusnya sangat
penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai nilai-nilai karakter dalam isi materi
pelajaran bahasa. Hal ini dikarenakan belajar bahasa tidak hanya semata-mata
untuk menguasai isi materi kebahasaan yang dikelompokkan dalam keterampilan
menulis, berbicara, membaca dan menyimak. Tetapi diperlukan juga sikap santun
dalam berbahasa. Oleh karena itu muatan nilai-nilai karakter secara prinsip sangat
cocok disatukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Terkait dengan usia siswa kelas VII yang masih mencari jati diri dan
cenderung mudah dipengaruhi oleh pergaulan di lingkungan, maka sangat penting
ditumbuhkan kepemilikan karakter kejujuran dan nasionalisme menyatu dengan
mata pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran muatan nilai-nilai karakter
tersebut melalui contoh tauladan dari guru dan karyawan sekolah. dan praktik
langsung oleh siswa serta diwujudkan sebagai peraturan sekolah. Melalui
pembiasaan perilaku baik ini diharapkan dapat membentuk karakter siswa,
sehingga dapat memilih tindakan yang tepat antara perilaku baik dan perilaku
tidak baik. Contoh perilaku baik dalam bahasa Indonesia antara lain: sikap jujur,
tidak mencontoh tugas, bertanggungjawab atas ucapan/ pembicaraan, santun
dalam berbahasa tulis dan lisan, tidak menggunakan kata-kata kotor (mengumpat
kawan dengan sebutan binatang), menyapa / memberi salam kepada guru dan
kawan. Perilaku-perilaku praktis dan sederhana ini perlu dibiasakan pada siswa
sebagai dasar pembentukan karakter. Isi buku siswa kelas VII mata pelajaran
bahasa Indonesia perlu ada contoh-contoh konkrit yang menyertai dalam
penjelasan isi materi pelajaran dan tugas-tugas bagi siswa. Selain itu, diperlukan
kondisi lingkungan sekolah yang nyaman dan aman sehingga tercipta hubungan
baik antara guru, siswa, dan karyawan sekolah. Pengembangan karakter siswa ini
juga sangat penting melibatkan orangtua siswa. Bagi siswa yang melanggar atau
8
berperilaku tidak baik perlu ada sanksi dari sekolah. Sanksi ini harus mendidik
dan tidak menyakiti siswa secara fisik dan psikologis. Kesemuanya ini harus
dijelaskan secara nyata pada isi buku siswa.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian tentang muatan nilai kejujuran dan nasionalisme dalam buku bahasa
Indonesia merajut persatuan bangsa kelas VII Smp. Secara umum menunjukkan
terdapat muatan nilai kejujuran dan nasionalisme. Muatan tersebut tidak
menyeluruh terdapat di dalam isi setiap bab. Bentuk nilai-nilai hanya disebut
sebagai kata dalam kalimat. Jumlah pemunculan muatan nilai kejujuran sebanyak
9 kali, lebih tinggi dibandingkan sikap nasionalisme yang hanya 13 kali.
4.2 Saran.
1) Bagi pengembang buku ajar mata pelajaran bahasa Indonesia, perlu
melakukan:
a. Pemetaan contoh-contoh perilaku / perbuatan nilai kejujuran dan
nasionalisme yang sesuai untuk kelas VII
b. Perlu menjelaskan contoh-contoh perilaku sikap jujur dan nasionalisme
ke dalam isi materi buku siswa agar mudah dipahami, dipraktikkan oleh
siswa.
2) Bagi guru mata pelajaran bahasa Indonesia, berhubung muatan nilai
kejujuran dan nasionalisme dalam buku siswa kelas VII belum dituliskan
contoh-conth perilakunya, maka dalam pembelajaran guru perlu memberi
contoh dan langsung mempraktikkan agar dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Agustini Lina Luh 2014.Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel
Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Relevansinya Terhadap
Pengajaran Pendidikan Karakter Sekolah Di Indonesia. Vol.2. No.1. Hal.
2
9
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter:Membangun Peradaban
Bangsa. Kadipiro Surakarta:Yuma Pustaka
Setiawan, Fandi 2013. Kemampuan Guru Melakukan Penilaian Dalam
Pembelajaran Melalui Internalisasi Nilai Kejujuran Pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Vol.5. No.2. Hal. 75-76
Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga.
Jakarta:PT Elex Media Komputindo
Purwanto, Setyoadi. 2016. Pendidikan Karakter melalui Seni. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Dewi, Agustini Lina Luh 2014. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel
Sepatu Dahlan Karya Khrisna Pabichara dan Relevansinya Terhadap
Pengajaran Pendidikan Karakter Sekolah Di Indonesia. Vol.2. No.1. Hal.
3
Emosda, 2011. Penanaman Nilai-nilai Kejujuran dalam Menyiapkan Karakter
Bangsa. Vol. X. No.1. Hal. 154
Fadillah, 2011. Model Pembinaan Nilai Kejujuran Melalui Pendidikan Matematika
Sebagai Upaya Meningkatkan Kecerdasarkan Moral Peserta Didik. Vol. 9.
No 1. Hal.4
Chumdari, dkk. 2015. Pengembangan Instrumen Penilaian Pendidikan Karakter
Terpadu. Vol. 18. No. 2. Hal.2
Nurizzati, dkk. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Rumah Tanpa
Jendela Karya Asma Nadia. Vol. 1. No.2. Hal.364