(motto)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/buku... · 2019. 9. 25. · motto dan...

112

Upload: others

Post on 16-Mar-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang
Page 2: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

(MOTTO)

Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang tuaku

( Gunawan mokoginta S,Pd )

“ Sebaik-baiknya perhiasan adalah istri yang sholeha,dan sebaik-baik harta adalah anak yang soleh dan sholehah pula inilah kenikmatan akhirat yang kelak akan di alami keluarga mukmin “

(KH,Maimun Zubair)

(PERSEMBAHAN)

KU PERSEMBAHKAN SEMUAH BAKTIKU KEPADA IBU DAN AYAHKU TERCINTA RAJULIN MOKOGINTA DAN SUNATI MOKODONGAN YANG SUDAH MEMBESARKAN DAN MEN-YA YANGGI SAYA DENGGAN SETULUS HATI DAN BERUPAYA TAMPA MENGGENAL LELAH UNTUK MENYEKOLAKAN SAYA.AYAH IBU TAMPA DOA KALIAN SAYA TIDAK SAMPAI

SEPERTI SEKARANG INI

DAN UNTUK KEDUA KAKAK-KU ANGGAI MOKOGINTA DAN UMBE MOKOGINTA TERIMAKSIH SUDAH MENSUPPORT DAN MEMBANTU SAYA SECARA MATERI TAMPA KALIAN

BERDUA SAYA TIDAK BISAH SAMPAI SEJAUH INI

ALMAMATER HIJAUKU TERCINTA

FAKULTAS ILMU TARBIYYAH DAN KEGURUAN

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

Page 3: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

ii

KATA PENGANTAR

Sebagai umat yang beragama patut kita memanjatkan puji dan syukur

kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya yang telah

memberikan kesempetasan dan kemampuannya kepada penulis untuk melakukan

penelitian ini hinga akhir. Shalawat serta salam juga penulis curahkan kepada

baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, hingga kepada

umatnya yang masih setia mengikuti ajarannya, Amiin. Skripsi ini disusun guna

untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar sarjana (S.Pd), Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan

Amai Gorontalo.

Guna penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada

yang terhormat :

1. Dr. Lahaji, M.Ag selaku Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo.

2. Dr. H. Sofyan AP. Kau, M.Ag., Dr. Ahmad Faisal, M.Ag. Dr. Mujahid

Damopolii, M.Pd., selaku Wakil Rektor I, II, dan III IAIN Sultan Amai

Gorontalo.

3. Dr. H. Lukman Arsyad, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Page 4: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

iii

4. Dr. H. Muh. Hasbi, M.Pd., Dr. Hj. Lamsaike Pateda, M.Pd., Dr. Arten

Mobonggi, M.Pd., selaku Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Ilmi Tarbiyah

dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

5. Dr. H. Razak H. Umar, M.Pd., dan Dr. Hj. Munirah, M.Pd., selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh

stafnya.

6. Drs. H. Zainul Romiz Koesry, M.Ag., dan Selviyanti Kaawoan, S.Ag.,

M.Hi., masing-masing sebagai pembinbing I dan II dalam penulisan

skripsi, dengan sabar dan tekun dalam memberikan petunjuk dan

bimbingan serta arahan kepada penulis dalam menulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu tarbiyah

dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.

8. Seluru staf administrasi akademik pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, yang telah memberikan pelayanan

yang baik selama studi.

9. Seluru Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tatbiyah dan Keguruan IAIN

Sultan Amai Gorontalo, yang telah memotivasi dan mendukung dalam

memperoleh buku reverensi pada penulisan skripsi ini.

10. Kepala lurah Kelurahan Heledulaa Utara, dan seluru staf pemerintah

kelurahan, serta guru PAI yang menjadi informan yang telah membantu

penulis dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan oleh

penulis.

Page 5: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

iv

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam

angkatan 2015 terlebih sahabat baik saya indryani winy

mokoginta,mifta,mona ais.ingrid.dan seluruh kelas PAI B dan alumi SMK

23 Maret kotamobagu kelas Akuntansi 3 buat mama nawiyah dan papa jul

sry widianti potabuga dan dewi potabuga dan ke 3 orang yang saya

sayanggi sepupu saya siti nurila mokoginta franly mokoginta,rifki

mokoginta,fikran mokoginta yang turut memberikan dorongan dan

motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini, sehingga

menjadi penambah semangat penulis dalam penyusunan skripsi seperti

saat ini.

Dan lebih khusus buat Fando wiranto Abdul.terimakasih sudah banyak

mensupport dari awal hingga akhir study saya.

12. Terakhir ucapan terima kasih untuk keluargaku yang telah memberikan

suport sehingga menjadi penambah motivasi dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Akhir kata, semoga semua bantuan dan dorongan serta bimbingan

yang penulis terima dari semua pihak dapan menjadi petunjuk kearah masa

depan yang lebih baik. Dan semoga apa yang telah menjadi bantuan semua

pihak dalam penyusunan skripsi ini akan mendapat balasan yang setimpal

dari Allah SWT. Amin.

Gorontalo, Juli 2019

Page 6: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

v

Penulis

Gunawan Mokoginta NIM. 15 101 2092

Page 7: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6 E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7 F. Pengertian Judul dan Definisi Operasional ............................... 9

BAB II LANDASAN TEORETIS ............................................................. 12 A. Penamanan Nilai-Nilai Religius ................................................ 12

1. Pengertian Penamanan Nilai Religius .................................... 12 2. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Religius ................................ 14 3. Tujuan dan Fungsi Penamanan Nilai-Nilai Religius .............. 17 4. Cara Penamanan Nilai-Nilai Religius .................................... 18

B. Pengamalan Ibadah Anak .......................................................... 21 1. Pengertian Pengamalan Ibadah............................................. 21 2. Tujuan Pengamalan Ibadah .................................................. 23 3. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah ..................................... 24

C. Keluarga dan Guru PAI ............................................................. 25 1. Pengertian Keluarga ............................................................. 25 2. Pengertian Guru PAI ............................................................ 28 3. Tugas Keluarga dan Guru PAI dalam Penanaman

Nilai-Nilai Religius .............................................................. 31 D. Kerangka Pikir ........................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 37 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................ 37 B. Kehadiran Peneliti ..................................................................... 39 C. Lokasi Penelitian ....................................................................... 40 D. Sumber Data .............................................................................. 40 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 42 F. Teknik Analisis Data ................................................................. 44 G. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 46 H. Tahap-Tahap Penelitian ............................................................. 48

Page 8: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................. 51 A. Profil Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo ................... 51 B. Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan

Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo ........................ 59

C. Hambatan Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo .................. 86

D. Solusi Mengatasi Hambatan Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo ......... 90

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 96 A. Kesimpulan ................................................................................ 96 B. Saran .......................................................................................... 98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 103

Page 9: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nilai-nilai religius yang dimiliki bangsa Indonesia saat ini mulai terkikis.

Hal ini perlu diatasi agar tidak menyebabkan kemandulan Bangsa karena perlu

ditegaskan lagi bahwa masa depan Bangsa sangat bergantung pada generasi muda

dan harus dibangun kembali terutama melalui pendidikan. Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan tugas dan tanggung

jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.1

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan pribadi manusia.

Kebutuhan yang tidak dapat diganti dengan yang lain. Karena pendidikan

merupakan kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, pontensi

dan bakat diri. Pendidikan membentuk manusia dari tidak mengetahui menjadi

mengetahui, dari kebodohan menjadi kepintaran dari kurang paham menjadi

paham, intinya adalah pendidikan membentuk jasmani dan rohani menjadi

paripurna.

Pendidikan adalah proses pembelajaran seseorang untuk mengetahui apa

yang belum diketahui. Dalam perkembangannya, agar manusia mengerti

1 Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Yogyakarta: Kalimedia, 2015), h. 3.

Page 10: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

2

bagaimana menjalankan kehidupan yang benar dan sempurna. Karena hanya

melalui pendidikanlah otak dan pemikiran manusia dapat berkembang. Pendidikan

adalah suatu proses mendewasakan manusia dengan kata lain pendidikan

merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia. Melalui pendidikan,

manusia tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat

melaksanakan tugas sebagai manusia.

Pendidikan dalam keluarga merupakan bagian dari pendidikan informal,

yang merupakan pusat pendidik pertama bagi anak dan pendidikannya adalah

kedua orangtua sebagai pusat pendidikan pertama maka ia mempunyai tugas yang

sangat fundamental dalam mempersiapkan anak bagi peranannya di masa depan.

Keluarga adalah salah satu mata rantai kehidupan yang paling esensial dalam

Dalam keluarga terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama.2 Dikatakan

sebagai pendidikan yang pertama, karena pertama kali anak mendapat pengaruh

pendidikan dari dan di dalam keluarganya. Sedangkan dikatakan sebagai

pendidikan yang utama karena sekalipun anak mendapatkan pendidikan di sekolah

dan di masyarakat, namun tanggung jawab kodrati pendidikan terletak pada

orangtuanya, termasuk dalam menanamkan nilai-nilai religius untuk

meningkatkan pengalaman ibadah anak.

Penanaman nilai-nilai religius untuk meningkatkan pengalaman ibadah

anak hakikatnya bukan hanya sekedar menanamkan keyakinan, namun terdapat

aspek internalisasi yang harus diamalkan. Penanaman nilai-nilai religius akan

lebih efektif ditanamkan di lingkungan keluarga terutama orangtua. Namun pada

2Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hlm. 237.

Page 11: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

3

kenyataannya tidak semua orangtua berhasil menanamkan nilai-nilai religius

untuk meningkatkan pengalaman ibadah anak dengan baik, sehingga anak

cenderung berperilaku negatif dan kurang mengamalkan ibadah dengan baik,

seperti anak tersebut sangat keras kepala dan sulit untuk dinasehati. Tampak dari

perilaku kesehariannya yang membantah ketika diminta tolong sama orang tua,

saat diingatkan untuk shalat anak masih tetap bermain game, sulit bangun pagi,

tidak membereskan tempat tidurnya sendiri, dan ketika dinasehati justru berkata

kasar atau membentak. Selain itu, anak kadang sulit belajar karena lebih asyik

main dan sering menonton TV sampai larut malam sehingga sulit bangun untuk

shalat subuh. Anak yang semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal yang

berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua ke

masjid untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan khutbah atau cerah-ceramah

dan sebagainya, maka setelah dewasa mereka itupun tidak ada perhatian terhadap

hidup keagamaan.

Contoh-contoh perilaku negatif yang disebutkan di atas tidak perlu terjadi,

jika keluarga dalam hal ini orangtua senantiasa menanamkan nilai-nilai religius

dalam keseharian anaknya. Berbagai hasil penelitian tentang problematika

Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah selama ini, ditemukan salah satu

faktornya adalah kerena pelaksanaan pendidikan agama cenderung lebih banyak

digarap dari sisi-sisi pengajaran. Guru- guru PAI sering kali hanya diajak

membicarakan persoalan proses belajar mengajar, sehingga tenggelam dalam

persoalan teknis-mekanis semata. Sementara itu persoalan yang lebih mendasar

yaitu yang berhubungan dengan aspek pedagogisnya, kurang banyak disentuh.

Page 12: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

4

Padahal fungsi pendidikan agama di sekolah adalah memberikan landasan yang

mampu menggugah kesadaran dan mendorong peserta didik melakukan perbuatan

yang mendukung pembentukan pribadi beragama yang kuat.3 Selain itu, perilaku

kenakalan remaja yang berbentuk kekerasan sering terjadi pada anak-anak remaja

yang tinggal dalam satu lingkungan, yang kemudian membentuk tindakan-

tindakan keji dan brutal yang memperlihatkan rendahnya jiwa kemanusiaan yang

sengaja dilakukan tanpa rasa bersalah.4 Dengan demikan jika tidak ditanamkan

nilai-nilai religius pada diri anak oleh keluarga, maka tentunya kemorosotan

akhlak anak khususnya dan masyarakat pada umumnya akan membawa dampak

negatif bagi kelansungan hidup bangsa. Oleh karena itu, keluarga memegang

peranan penting dalam menanamkan menanamkan nilai-nilai religius untuk

meningkatkan pengalaman ibadah anak, termasuk pada anak yang orangtuanya

bekerja sebagai guru PAI yang ada di Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan

Kota Timur Kota Gorontalo.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi

bahwa adanya penggunaan teknologi informasi semakin canggih hingga membuat

anak ketergantungan, hal ini menimbulkan efek yang kurang baik bagi anak.

Tidak sedikit yang akhirnya berperilaku menyimpang dari nilai-nilai ajaran Islam,

khususnya anak-anak atau remaja yang usianya berada pada tahap pertumbuhan

dan perkembangan. Anak-anak inilah yang memang masih harus dibimbing dan

diajarkan mengenai nilai-nilai kehidupan sesuai ajaran agama. Keterlibatan para

anak remaja dalam kegiatan keagamaan saat ini juga terlihat kurang aktif di

3 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah, (Malang: UIN Press, 2013), h. 93-94

4 Thomas Lickona, Educating for Character, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 4.

Page 13: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

5

Kelurahan Heledulaa Utara ini. Hal-hal inilah yang menjadi latar belakang serta

alasan peneliti dalam melakukan penelitian di wilayah ini dan perlunya

ditanamkan nilai-nilai religius pada anak di Kelurahan Heledulaa Utara

Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo.

Berdasarkan latar belakang inilah peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai-nilai religius

untuk meningkatkan pengalaman ibadah anak di Kelurahan Heledulaa Utara

Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Pada penelitian ini difokuskan pada

keluarga guru PAI, dikarenakan dalam setiap keluarga itu berbeda cara atau

metode dalam membelajarkan dan menamakan nilai-nilai religus.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa

Utara Kota Gorontalo?

2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai religius

untuk meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di

Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo?

3. Bagaimana solusi mengatasi hambatan penanaman nilai-nilai religius

dalam meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di

Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo?

Page 14: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

6

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penanaman

nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga

guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Gorontalo. Berdasarkan

tujuan tersebut, maka penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa

Utara Kota Gorontalo.

2. Untuk mengindentifikasi hambatan penanaman nilai-nilai religius dalam

meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di

Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo.

3. Untuk menemukan solusi mengatasi hambatan penanaman nilai-nilai

religius dalam meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga

guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai

berikut.

1. Secara teoritis sebagai bahan untuk menambah dan memperluas wawasan

mengenai peran keluarga guru PAI dalam penanaman nilai-nilai religius

untuk meningkatkan pengalaman ibadah anak, agar sikap dan perilaku

religiusitasnya lebih kuat tertanam dalam karakter diri dan hati mereka.

Page 15: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

7

2. Secara praktis

a. Bagi keluarga guru PAI, diharapkan dapat memberikan kontribusi

kepada orang tua, khususnya yang berkaitan dengan penanaman nilai-

nilai religius untuk meningkatkan pengalaman ibadah anak, agar juga

nanti dapat berperan positif untuk menanamkan nilai-nilai religius

anaknya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi anak diharapkan dapat meningkatkan pengalaman ibadahnya,

sehingga menjadi pribadi yang taat dalam menjalankan dan

mengamalkan ibadah setiap hari.

c. Bagi peneliti lanjut, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan bagi referensi bagi kalangan peneliti lainnya yang

tertarik dalam bidang yang sama.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya

ilmiah. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian terhadap karya lain yang

relevan dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan dapat bersumber dari

makalah, skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Muhamad Rais Fauzi (2017) menulis skripsi berjudul “Peranan Orang Tua

dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan Terhadap Anak di Dalam Keluarga”.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran orang tua dalam sosialisasi nilai-

nilai keagamaan terhadap anak sangat diperlukan sebagai pembentukan karakter

atau kepribadian yang positif. Kelak, agar anak mampu menjadi pribadi yang

Page 16: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

8

normatif dan religius, mempunyai pedoman dalam bertindak, sehingga mampu

bertindak sesuai norma agama dan tidak bertentangan, serta dapat menjadi

manusia yang berguna bagi diri sendiri dan lingkungannya.5

Rindi Antika Ritma Ratri (2018) menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh

Pola Asuh Orang Tua Terhadap Religiusitas Anak Dalam Ibadah Shalat

Berjamaah Di Masjid Baitul Makmur Grendeng Purwokerto”. Hasil Penelitian

yang diperoleh yaitu ada pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap

religiusitas anak dalam ibadah shalat berjamaah di Masjid Baitul Makmur

Grendeng Purwokerto yaitu sebesar 33,8%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar

33,8% variasi variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variabel independen

(X), artinya terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap religiusitas anak

sebesar 33,8% sedangkan sisanya 66,2% dipengaruhi oleh variabel lain selain

independen (X) seperti lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan faktor

internal (pembawaan).6

Penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan,

meskipun terdapat kesamaan sama-sama mengkaji tentang penanaman nilai-nilai

religius pada anak oleh keluarga. Perbedaan dalam penelitian ini adalah

difokuskan pada keluarga guru PAI, dikarenakan dalam setiap keluarga itu

5 Muhamad Rais Fauzi, Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai Keagamaan

Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya, Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2017), h. iv

6 Rindi Antika Ritma Ratri, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Religiusitas Anak Dalam Ibadah Shalat Berjamaah Di Masjid Baitul Makmur Grendeng Purwokerto, Skripsi (Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018), h. v http://repository.iainpurwokerto.ac.id/3828/1.pdf

Page 17: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

9

berbeda cara atau metode dalam membelajarkan dan menamakan nilai-nilai

religius.

F. Pengertian Judul dan Definisi Operasional

Agar tidak terjadi persepsi yang beragam tentang istilah yang dijadikan

fokus dalam penelitian ini, maka diberikan batasan dalam bentuk pengertian judul

sebagai berikut.

1. Penanaman nilai-nilai religius

Penanaman menurut kamus Besar Bahasa Indonesia artinya proses, cara,

perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Penanaman secara etimologis

berasal dari kata “tanam” yang berarti menabur benih, yang semakin jelas jika

mendapatkan awalan pe-dan akhiran-an menjadi penanaman” yang berarti proses,

cara, perbuatan menanam, mananami, atau menanamkan.7 sementara religius

adalah nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan. Ia menunjukan bahwa

pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan

pada nilai-nilai ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.8

Nilai religius merupakan nilai yang memiliki dasar kebenaran yang paling

kuat dibandingkan dengan nilainilai yang lainnya. Nilai ini bersumber dari

kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan dan ruang lingkup nilai ini sangat

luas dan mengatur seluruh aspek dalam kehidupan manusia. Nilai religius

(keagamaan) bersumber dari agama dan mampu merasuk ke dalam intimitas jiwa.

Penanaman nilai religius ini penting dalam rangka untuk memantapkan etos kerja

7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi

Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h.1134. 8 Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,

2014), h.1.

Page 18: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

10

dan etos ilmiah seluruh civitas akademika yang ada di lembaga pendidikan

tersebut. Selain itu juga supaya tertanam dalam diri tenaga kependidikan bahwa

melakukan kegiatan pendidikan dan pembelajaran pada peserta didik bukan

semata-mata bekerja untuk mencari uang, tetapi merupakan bagian dari ibadah.9

2. Pengamalan ibadah

Pengamalan yang dimaksaud disini adalah segala perbuatan yang

dilakukan oleh anak dalam menjalankan ibadah. Artinya Pengamalan adalah

kesungguhan hati dalam melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian ibadah

menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut dan do’a.10

3. Keluarga dan Guru PAI

Keluarga berasal dari kata kula yang artinya abdi atau hamba. Sedang

warga adalah orang yang berhak berbicara atau bertindak. Keluarga disini terdiri

dari pribadi ayah, ibu, dan anak serta nenek dan kakek.11 Sementara guru PAI

merupakan orang yang memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan

mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang

berkepribadian baik. 12

Berdasarkan pengertian judul di atas, secara operasional yang dimaksud

dengan judul penelitian ini adalah membina dan mendidik anak melalui

penanaman nilai-nilai religius dalam keluarga PAI dengan membiasakan sesuatu

9 Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan., h.

58-60. 10 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Grafindo persada, 2012), h.

244 11Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 162. 12 Bayu Prafitri & Subekti, Metode pembinaan akhlak dalam peningkatan pengamalan

ibadah peserta didik, (FITRAH Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 04 No. 2 Desember 2018), h. 337.

Page 19: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

11

hal yang akan membangun kereligiusan anak. Adapun keluarga guru PAI disini

berfungsi religius artinya keluarga berkewajiban dalam memperkenalkan dan

mengajak anaknya serta anggota keluarga lainnya untuk hidup beragama sesuai

keyakinan yang dianut. Disini peran orang tua sangat penting, karena sebagai

orang pertama yang melakukan kontak langsung dengan anak-anaknya, orangtua

wajib menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anak mereka sejak kecil untuk

bekal dalam kehidupannya kelak.

Page 20: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

12

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Penamanan Nilai-Nilai Religius

1. Pengertian Penamanan Nilai Religius

Penanaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal

(perbuatan, cara) menanamkan.1 Selanjutnya nilai adalah nilai dalam bahasa

lnggris “value”, dalam bahasa latin “velere”, atau bahasa Prancis kuno “valoir”

atau nilai dapat diartikan berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, bermanfaat dan

paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang”.2 Dengan

demikian nilai dapat diartikan sebagai suatu tipe kepercayaan yang menjadi dasar

bagi seseorang maupun sekelompok masyarakat, dijadikan pijakan dalam

tindakannya, dan sudah melekat pada suatu sistem kepercayaan yang berhubungan

dengan manusia yang meyakininya.

Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal dari bahasa inggris

religion sebagai bentuk dari kata benda yang berarti agama atau kepercayaan akan

adanya sesuatu kekuatan yang lebih besar di atas manusia. Religius berasal dari

kata religious yang berarti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religius

identik dengan keberagamaan merupakan suatu sikap atau kesadaran yang muncul

yang didasarkan atas keyakinan atau kepercayaan seseorang terhadap suatu

agama.3 Pendapat lain menyatakan bahwa religius ialah sikap dan perilaku yang

1Wakhidah Muafah, Penanaman Nilai-nilai Agama pada Keluarga Pasangan Beda

Agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2012. Skripsi. (Diakses dari: http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/9363ac94faa30e1f.pdf, 2012), h. 2

2 Sutarjo Adisusilo, JR, Pembelajaran Nilai Karakter., h.56. 3 Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah., h. 66

Page 21: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

13

patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.4

Kaitan dengan nilai religius merupakan salah satu nilai karakter yang

dijadikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain.5 Dengan demikian nilai religius ialah sesuatu

yang berguna dan dilakukan oleh manusia, berupa sikap dan perilaku yang patuh

dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sjakarwi bahwa nilai religius adalah nilai yang

bersumber dari keyakinan keTuhanan yang ada pada diri seseorang.6

Muhammad Fadillah & Lilif Mualifatu Khorida berpendapat bahwa, nilai

religius pada anak usia dini dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh

dalam menjalankan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan

ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap religius

dapat ditanamkan kepada anak usia dini dengan memberikan berbagai kegiatan

keagamaan untuk anak.7

Dengan demikian makna nilai-nilai religius adalah nilai-nilai kehidupan

yang mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari

tiga unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku

4 Muhammad Fadlillah & Lilif Muallifatul Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia

Dini (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 190. 5 Dian Chrisna Wati & Dikdik Baehaqi Arif, Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah

Dasar untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa, (Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III 11 November 2017), h. 61.

6 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 29. 7 Muhammad Fadillah & Lilif Maulifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.,

h. 190.

Page 22: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

14

sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Bentuk Penanaman Nilai-Nilai Religius

Nilai-nilai religius dilihat dari ruang lingkup bentuknyanya, terdiri dari

penanaman nilai akidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak. Pembahasan mengenai

pengajaran atau penanaman nilai-nilai agama sebagai berikut:

a. Nilai akidah

Penanaman nilai akidah (keimanan) merupakan langkah awal dalam

mengenalkan tentang adanya Dzat yang maha kuasa yang menciptakan dunia

seisinya. Langkah ini dapat dimulai dengan memperkenalkan tentang adanya

Allah.8 Iman secara umum dapat dipahami sebagai suatu keyakinan yang

dibenarkan didalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal

perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk

Allah SWT serta sunah nabi Muhammad SAW.9 Dalam Al-Qur‟ an terdapat

sejumlah ayat yang menunjukkan katakata iman, diantaranya terdapat pada firman

Allah surat al-Anfal ayat 2:

$ y J ¯ R Î ) š c q ã Z Ï B÷ sß J ø 9 $ # t ûï Ï %© ! $ # # sŒÎ ) t � Ï . è Œ ª ! $ # ô M n = Å _ u r

ö Nå k æ5q è = è % # sŒÎ ) u r ô M u ‹ Î = è ? ö NÍ k ö Ž n = t ã ¼ç mç G» t ƒ # u ä ö Nå k ø E y Š # y — $ YZ » y J ƒ Î )

4 ’ n ? t ã u r ó OÎ g Î n / u ‘ t b q è = © . u q t Gt ƒ Ç Ë È

8 Siti Mudhaifah, Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perilaku

Sosial Remaja Dusun Banana Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Skripsi (Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Diakses dari http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/587eb128ec124137.pdf, 2010), h. 19-20.

9 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 12-13.

Page 23: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

15

Terjemahnya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.10 Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang mantap imannya adalah

mereka yang membuktikan pengakuan iman mereka dengan perbuatan sehingga

antara lain, apabila disebut nama Allah sekadar mendengar nama itu dari siapapun

gentar hati mereka karena mereka sadar akan kekuasaan dan keagungan-Nya.

Kepercayaan itu menghasilkan rasa tenang menghadapi segala sesuatu sehingga

hasilnya kepada Tuhan mereka saja, mereka berserah digetarkan rasa yang

menyentuh kalbu seorang Mukmin ketika diingatkan tentang Allah, perintah atau

larangan-Nya. Ketika itu jiwanya dipenuhi oleh keindahan dan ke-Maha besaran

Allah, sehingga bangkit dalam dirinya rasa takut kepada-Nya, tergambar

keagungan serta tergambar juga pelanggaran dan dosanya. Semua itu

mendorongnya untuk beramal dan taat.

b. Nilai ibadah

Ibadah adalah tunduk dan patuh yang timbul dari kesadaran hati akan

keagungan yang disembah (Allah Swt.), karena yakin bahwa sesungguhnya Allah

Swt. itu mempunyai kekuasaan yang tidak dapat dicapai oleh akal akan

hakekatnya. Ibadah kepada Allah Swt. adalah suatu kewajiban yang harus

dilakukan oleh manusia selama hidupnya. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an QS.

Al-Dzariyat (51) : 56:

10Kementerian Agama, R.I, Al-Qur’an Keluarga: Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya

Lajnah Pentashih Mushah Al-Qur’an,(Jakarta: Fitra Rabbani, 2013), h.177

Page 24: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

16

$ t Bu r à M ø ) n = y z £ ` Å g ø : $ # } §R M } $ # u r žwÎ ) È b r ß ‰ç 7 ÷ è u ‹ Ï 9 Ç Î Ï È

Terjemahnya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.11

Konsep ibadah dalam ayat di atas ditafsirkan kepada arti tunduk, patuh,

dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan apa yang diperintahkan

Allah di dalam al-Qur’an. Tugas akhir yang harus diselesaikan manusia adalah

tujuan yang sesungguhnya dalam pendidikan islam dapat dicapai melalui

pengabdiannya kepada Allah secara total.

c. Nilai akhlak

Kata akhlak diartikan budi pekerti; tingkah laku; perangai. Akhlak adalah

hal yang melekat dalam jiwa, yang darinya timbul perbuatan-perbuatan yang

mudah tanpa dipikirkan dan diteliti oleh manusia. Apabila tingkah laku itu

menimbulkan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji oleh akal dan syara’,

maka tingkah laku itu dinamakan akhlak yang baik. Sebaliknya, bila perbuatan-

perbuatan yang buruk, maka tingkah laku itu dinamakan akhlak yang buruk.12

Menurut Amirulloh Syarbini & Heri bahwa aspek-aspek keagamaan

meliputi: 1) Tauhid/ Aqidah 2) Ibadah 3) Al-Qur’an, Hadits, doa dan dzikir 4)

Adab dan akhlak yang baik 5) Menjauhi perbuatan yang dilarang 6) Berpakaian

yang sesuai syariat. 13 Selanjutnya Rois Mahfud menyatakan bahwa nilai-nilai

religius menurut pandangan Islam yang harus ditanamkan pada anak adalah: 1)

11Kementerian Agama, R.I, Al-Qur’an Keluarga: Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya

Lajnah Pentashih Mushah Al-Qur’an,(Jakarta: Fitra Rabbani, 2013), h. 523. 12 Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 30. 13 Amirullah Syarbini, Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat (Jakarta: Gramedia, 2014),

h. 67.

Page 25: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

17

nilai keimanan sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan didalam hati dan

dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dengan

selalu mengikuti petunjuk Allah SWT dan sunah Nabi Muhammad SAW, 2) nilai

ibadah adalah taat kepada Allah SWT, dengan melaksanakan perintah-Nya

melalui lisan para Rasul-Nya , 3) Nilai akhlak adalah sesuatu yang telah tercipta

atau berbentuk melalui sebuah proses, karena jika akhlak sudah terbentuk maka

akan menjadi kebiasaan, 4) nilai sosial memiliki peran penting agar anak belajar

mengenal tata cara berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa nilai-nilai religius atau

keberagaman terbentuk dari tiga dimensi, yang pertama yaitu berupa akidah atau

kepercayaan kepada Allah SWT, kemudian berupa syariah atau praktik agama dan

yang terakhir adalah akhlak seseorang sebagai wujud ketakwaan manusia kepada

Tuhannya, ketiga hal tersebut memang tidak bisa terpisahkan, karena saling

melengkapi satu sama lain.

3. Tujuan dan Fungsi Penamanan Nilai-Nilai Religius

Pentingnya nilai-nilai religius perlu ditanamkan pada diri anak. Secara

hakiki sebenarnya nilai-nilai religius merupakan nilai yang memiliki dasar

kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini

bersumber dari kebenaran tertinggi yang datangnya dari Tuhan. Nilai Islam

merupakan tingkatan integritas kepribadian yang mencapai tingkatan budi

(consceincia, insan kamil), juga sifatnya mutlak kebenarannya, universal, dan

Page 26: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

18

suci.14 Oleh karenanya dalam proses tumbuh kembang anak haruslah diimbangi

dengan pendidikan agama melalui penanaman nilai-nilai religius.

Fungsi dari nilai-nilai religius ialah petunjuk cara hidup yang benar dan

sehat bagi manusia semenjak lahir sampai meninggal dunia. Nilai-nilai agama

yang mengejawantah dalam perilaku manusia, seiring dengan berjalannya waktu,

dapat menjadi norma-norma sosial yang mengikat suatu masyarakat. Agama

sering menjadi kuat dominasinya jika ia kuat penekanannya pada nilai tertinggi

“ultimate value”, yaitu hubungannya dengan Maha Pencipta (Tuhan), dan

kehidupan abadi serta keadilan tertinggi atas kebaikan dan keburukan (pahala atau

dosa) atas pola pikir, sikap, dan perilaku selama di dunia fana.15

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penanaman nilai-nilai religius

pada anak sangat penting artinya dalam mewujudkan generasi yang berkualitas

dan bertakwa kepada Allah, sehingga mereka mampu menjalankan fugsi dan

tugasnya sebagai individu dan masyarakat di muka bumi. Seseorang harus mampu

mencapai keseragaman dan kesatuan gerak secara lahir yang merupakan nilai

hidup yang kokoh dan kuat.

4. Cara Penamanan Nilai-Nilai Religius

Penanaman nilai-nilai religius dapat dilakukan melalui berbagai cara.

Selain itu, penanaman nilai-nilai religius tersebut, juga ternyata membutuhkan

banyak strategi yang cukup kompleks, banyak aspek yang diperlukan sebagai

pendukung tercapainya tujuan tersebut. Menurut Muhammad & Lillif bahwa nilai-

14Rohmad, Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. (Bandung: Alfabeta, 2014). h.

7. 15 Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2014), h. 26.

Page 27: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

19

nilai religius pada anak dini dapat dikembangkan melalui beberapa cara yaitu:

keteladanan, pembiasaan, dan cerita yaitu sebagai berikut:

a. Keteladanan

Memberikan keteladanan merupakan salah satu cara terpenting dalam

mendidik anak. Apabila anak telah kehilangan suri tauladannya, maka anak akan

merasa kehilangan segala sesuatunya.16 Najamuddin Muhammad mengatakan

bahwa, sebenarnya yang harus dimunculkan pada anak adalah keteladanan dari

orangtua. Keteladanan bertujuan agar di dalam diri anak tak terselip citra negatif,

yang akhirnya akan membentuk sifat dan karakter kurang baik. Disadari atau

tidak, perkataan dan perbuatan orangtua telah menghipnotis diri anak. Perkataan

dan perbuatan orangtua sudah membentuk pola dalam alam bawah sadar anak,

sehingga bila sesuatu yang tidak baik ditanamkan pada diri anak, akan berakibat

kurang baik pada masa mendatang.17

b. Pembiasaan

Hakikat pembiasaan adalah adanya pengalaman dan pengulangan.

Menurut Suyadi jika pembiasaan sudah ditanamkan, anak tidak akan merasa berat

lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi bingkai amal dan sumber

kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung dengan Allah

dan sesama manusia.18 Pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan

untuk mebiasakan anak berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan tuntunan

16 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers,

2012), h. 117 17 Najamuddin Muhammad, Tips Membuat Anak Rajin Ibadah Sejak Dini, (Jakarta: Sabil,

2011), h. 16. 18 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja Rosda karya,

2013), h. 196.

Page 28: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

20

ajaran agama Islam. Pembiasaan merupakan proses pembentukan sikap dan

perilaku yang relative menetap melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang.

19 Contoh perilaku yang dapat diajarkan dengan pembiasaan seperti:

mengucapkan dan menjawab salam, berdo’a setiap akan melakukan kegiatan dan

sesudahnya, sholat tepat waktu dan sebagainya.

c. Pemberian nasehat

Pemberian nasehat merupakan cara yang efektif dalam membentuk

keimanan anak, akhlak, mental dan sosialnya, hal ini dikarenakan nasihat

memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat

sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam.20

d. Bercerita

Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat. Muhammad Azmi berpendapat bahwa, metode cerita atau

kisah memiliki peranan penting dalam memperkokoh ingatan anak dan kesadaran

berpikir. Kisah termasuk metode pendidikan Islam yang paling efektif, karena

kisah yang diberikan kepada anak dapat mempengaruhi perasaannya dengan kuat.

Melalui metode bercerita orangtua dapat memberikan contoh teladan melalui

cerita kisah Nabi untuk yang beragama Islam. Sedangkan yang beragama non

islam orangtua dapat menceritakan kepada anak tentang kisah atau asal usul

agama yang mereka anut. Serta orangtua dapat mengenalkan kepada anak siapa

19 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam., h. 117 20 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam., h. 117

Page 29: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

21

itu Tuhan melalui metode bercerita, agar anak dapat percaya adanya Tuhan serta

ciptaan-ciptaan Tuhan yang ada di dunia ini dengan bahasa yang anak pahami.21

e. Amsal (perumpaan)

Amsal atau perumpaan adalah bentuk jamak dari kata masal yang berarti

sama, serupa atau penyerupaan, amsal juga berarti al-‘Ibrah, artinya contoh atau

teladan, dan amsal juga bermakna al-Syabah yang berarti kesamaan atau

penyerupaan. Di dalam al-Qur’an banyak perumpamaan yang dikemukakan oleh

Allah SWT. Kalau Allah mengungkapkan perumpamaan tentang sesuatu, maka

secara tersirat, orangtua mesti mendidik anak-anaknya dengan perumpamaan.

Metode perumpamaan merupakan metode yang tepat diberikan kepada anak

dalam menanamkan nilai-nilai, karena dengan metode ini orangtua dapat

mengarahkan anaknya sesuai dengan perumpamaan yang diberikan kepadanya,

misalnya orangtua mengatakan “anak yang selalu bohong tidak akan mendapatkan

teman”. Maka secara tak sengaja anak itu akan takut berbohong karena dia takut

tidak akan mendapatkan teman. Ini salah satu contoh metode perumpamaan yang

dapat diberikan kepada anak usia dini yang disesuaikan dengan keadaan mereka.22

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, peneliti menyimpulkan dari

penjelasan di atas bahwa cara penanaman nilai-nilai religius dapat menggunakan

beberapa cara atau metode yaitu keteladan, pembiasaan, pemberian nasehat,

metode bercerita, dan metode perumpamaan. Meskipun masih terdapat metode

atau cara lain yang dapat digunakan keluarga atau orangtua dalam menanamkan

nilai-nilai religius pada anaknya.

21 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. (Yogyakarta: Belukar Press, 2016), h. 32.

22 Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah., h. 33.

Page 30: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

22

B. Pengamalan Ibadah Anak

1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan adalah proses, perbuatan, cara melaksanakan, melaksanakan,

pelaksanaan, penerapan, proses (perbuatan) menunaikan (kewajiban, tugas) proses

(perbuatan) menyampaikan, (cita-cita, gagasan), proses (perbuatan)

menyumbangkan atau mendarmakan. Pengamalan berasal dari kata “amal”, yang

berarti segala bentuk perbuatan yang dilakukan oleh manusia yang berkonotasi

positif. Pengamalan yang dimaksaud disini adalah segala perbuatan yang

dilakukan oleh anak dalam menjalankan ibadah. Artinya Pengamalan adalah

kesungguhan hati dalam melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian ibadah

menurut bahasa artinya taat, tunduk, turut, ikut dan do’a.23 Ibadah dalam makna

taat atau menaati (diperintahkan) diungkapkan Allah dalam al Quran antara lain

dalam surat Yasin ayat 60 yang berbunyi sebagai berikut :

* ó Os9 r & ô ‰y g ô ã r & ö Nä 3 ö ‹ s9 Î ) ûÓ Í _ t 6» t ƒ t P y Š # u ä c r & žw ( # r ß ‰ç 7 ÷ è s?

z ` » sÜ ø ‹ ¤ ± 9 $ # ( ¼ç m¯ R Î ) ö / ä 3 s9 Ar ß ‰t ã × ûü Î 7 • B Ç Ï É È

Terjemahnya: Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.

Ibadah dalam pengertian umum dan ibadah dalam pengertian khusu.

Penegertian ibadah dalam pengertian umum, ialah segala aktivitas jiwa dan raga

manusia (mahluk , yang diciptakan) yang ditujukan kepada Allah (al-Khaliq,

Sang Maha Pencipta), sebagai tanda ketundukan dan kepatuhan hamba. tersebut

23 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam., h. 244

Page 31: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

23

kepada-Nya. Sedangkan ibadah dalam pengertian khusus, ialah semua kegiatan

ibadah yang ketentuannya telah digariskan oleh nash-nash al-Qur’an maupun al-

Hadist, yang ketentuan-ketentuan itu tidak boleh ditambah, dikurang atau diubah-

ubah.24

Dari pengertian ibadah yang telah disebutkan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa ibadah adalah segala sesuatu yang di ridloi Allah baik berupa

perbuatan, perkataan, untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari

mengerjakan perintah Nya.

2. Tujuan Pengamalan Ibadah

Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya

adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan

niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan

mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah agar

terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat

umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri

kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan

tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan

keji dan munkar.25

Tujuan di atas, juga sejalan dengan tujuan pendidikan secara umum

setidaknya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan bertujuan mengembangkan

aspek batin/rohani dan pendidikan bersifat jasmani/ lahiriyah. Pendidikan bersifat

24 Abd. Rahman Dahlan, Kajian Tematik AL-Qur’an Tentang Fiqih Ibadah, (Bandung :

Penerbit Angkasa, 2010), h. 41. 25 Bayu Prafitri & Subekti, Metode pembinaan akhlak dalam peningkatan pengamalan

ibadah peserta didik., h. 349.

Page 32: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

24

rohani merujuk kepada kualitas kepribadian, karakter, akhlak dan watak, kesemua

itu menjadi bagian penting dalam pendidikan, kedua pengembangan terfokus

kepada aspek jasmani, seperti ketangkasan, kesehatan, cakap, kreatif. 26

Dengan demikian secara konseptual tujuan pengamalan ibadah adalah

berusaha membentuk pribadi anak berkualitas baik jasmani dan rohani, agar anak

mempunyai akhlak yang mulia, anak diharapkan dapat memperhatikan pelajaran

berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupannya.

3. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah

Untuk mengetahui ruang lingkup pengamalan ibadah ini tidak terlepas dari

pemahaman terhadap ibadah sendiri. Ibadah mencakup semua bentuk cinta dan

kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir dan

bathin, maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, haji,

benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua,

menghubungkan silaturrahmi, memenuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar, jihad

terhadap orang kafir dan munafik, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir

miskin, dan ibn sabil, berdo’a, berzikir, membaca Al-Qur’an, ikhlas, sabar, sukur,

rela menerima ketentuan Allah SWT, tawwakal, raja’ (berharap atas rahmat),

khauf (takut terhadap azab), dan lain sebagainya.27

Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan di atas cakupannya sangat luas,

bahkan semua ajaran agama itu termasuk ibadah. Bilamana diklasifikasikan

kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok saja, yaitu:

26 Bayu Prafitri & Subekti, Metode pembinaan akhlak dalam peningkatan pengamalan

ibadah peserta didik., h. 338. 27 Rahman Ritonga, A, Fiqh Ibadah (Cet. II; Jakarta : Gaya Media Pratama, 2012), h. 6.

Page 33: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

25

a. Kewajibaban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti shalat, puasa, zakat

dan haji.

b. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban-kewajiban di atas

dalam bentuk ibadah-ibadah sunat, seperti zikir, membaca Al-Qur’an, doa

dan istigfar.

c. Semua bentuk hubungan sosial yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia,

seperti berbuat baik kepada orang tua, menghubungkan silaturrahmi, berbuat

baik kepada anak yatim, fakir miskin dan ibnu sabil.

d. Akhlak Insaniyah, (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,

menjalankan amanah dan menepati janji.

e. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah swt, dan

rasulrasul-Nya, takut kepada Allah swt, ikhlas dan sabar terhadap hukum-

Nya. 28

Lebih khusus lagi pengamalan ibadah dapat diklasifikasikan menjadi

ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang

sangat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat

ikhlas dan sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus

ditentukan oleh nash, bentuk dan caranya seperti: thaharah, shalat, zakat , puasa,

haji dan umrah. 29

28 Rahman Ritonga, A, Fiqh Ibadah ., h. 28-29. 29 Rahman Ritonga, A, Fiqh Ibadah ., h. 29.

Page 34: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

26

C. Keluarga dan Guru PAI

1. Pengertian Keluarga

Keluarga dalam arti luas adalah meliputi semua pihak yang mempunyai

hubungan darah atau keturunan, sedang dalam arti sempit, keluarga meliputi

orangtua dan anaknya. Keluarga adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya:

orang seisi rumah, batih, sanak saudara, kaum kerabat, satuan kekerabatan yang

sangat mendasar di masyarakat. Keluarga berasal dari kata kula yang artinya abdi

atau hamba. Sedang warga adalah orang yang berhak berbicara atau bertindak.

Keluarga disini terdiri dari pribadi ayah, ibu, dan anak serta nenek dan kakek.30

Pendapat di atas menunjukkan bahwa keluarga adalah sekelompok

individu atau orang yang ada hubungan darah atau kekerabatan sehingga antara

anggota yang satu dengan yang lain sama-sama memiliki hak untuk berpendapat

dan bertindak. Namun dalam keluarga harus ada orang yang dianggap lebih tua

dan mempunyai kedudukan atau otoritas lebih tinggi dibanding yang lain, yaitu

orangtua. Agar pola hubungan antar anggota dalam keluarga terkontrol, seimbang,

dan teratur.

Menurut Ulfatmi, keluarga merupakan suatu unit yang terdiri dari

beberapa orang yang masing-masing mempunyai kedudukan dan peranan tertentu.

Keluarga itu dibina oleh sepasang manusia yang telah sepakat untuk mengarungi

hidup bersama dengan tulus dan setia, didasari keyakinan yang dikukuhkan

melalui pernikahan, dipateri dengan kasih sayang, yang bertujuan untuk saling

30Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan., h. 162.

Page 35: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

27

melengkapi dan meningkatkan diri dalam menuju ridha Allah.31 Sedangkan

menurut Misbach, keluarga adalah sekelompok orang yang ada hubungan

berdasarkan hubungan pertalian darah atau perkawinan. Orang-orang yang

termasuk dalam keluarga adalah ibu, bapak, dan anak-anaknya (ini disebut

keluarga inti).32

Islam sendiri memandang keluarga sebagai tempat fitrah yang sesuai

dengan keinginan Allah bagi kehidupan manusia sejak keberadaan khalifah,

sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S ar-Ra’d (13): 38 :

ô ‰s) s9 u r $ u Z ù= y ™ö ‘ r & Wx ß ™â ‘ ` Ï i B y 7 Î = ö 6s% $ u Z ù= y è y _ u r ö Nç l m; %[ ` º u r ø —r &

Z p - ƒ Í h ‘ è Œu r 4 $ t Bu r t b %x . @Aq ß ™t � Ï 9 b r & u ’ Î Aù' t ƒ > p t ƒ $ t « Î / žwÎ ) È b ø ŒÎ * Î /

« ! $ # 3 È e @ä 3Ï 9 9 @y _ r & Ò > $ t GÅ 2 Ç Ì Ñ È Terjemahnya:

Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu).

Ayat di atas menjelaskan bahwa Islam mendorong umatnya untuk

membentuk sebuah keluarga. Islam mengajak manusia untuk hidup dalam

naungan keluarga, karena keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil

yang menjadi pemenuhan keinginan tanpa menghilangkan kebutuhannya.

Manusia secara individu tidak dapat melakukan segalanya secara sendiri, sehingga

dengan adanya keluarga ia mampu memenuhi segala kebutuhannya. Fitrah

31 Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, (Jakarta:Kementerian Agama RI,

2011), h. 19. 32 Misbach Malim, Keluarga Sakinah: Dalam Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah,

(Jakarta: Yayasan Birrul Walidain, 2013), h. 2-3.

Page 36: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

28

kebutuhan manusia mengajaknya untuk berkeluarga sehingga mencapai

kerindangan dalam tabiat kehidupannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan tempat

pengasuhan alami yang melindungi serta merawat anak mulai dari awal ia

tumbuh, serta mengembangkan fisik, akal, dan spiritualitasnya, termasuk dalam

menanamkan nilai-nilai religius pada anaknya.

2. Pengertian Guru PAI

Kata guru yang dalam bahasa arab disebut mu’allimat ustadz yang artinya

orang yang pekerjaaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat

sisi lain sebagai pendidik dan pelatih).33 Guru ialah pendidik yang memberikan

kepada siswa, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di

sekolah.34

Pekerjaan guru secara psikologis adalah mengubah perilaku murid. Pada

dasarnya mengubah perilaku murid adalah memberi tanda, yaitu tanda

perubahan.35 Guru merupakan profesi yang mulia, mendidik dan mengajarkan

pengalaman baru bagi anak didiknya. Menurut Dryden dan Jeannette Vos

mengatakan bahwa syarat yang harus dimiliki guru dalam mengembangkan

pendidikan yang memiliki perspektif global adalah kemampuan konseptual. Yakni

berkenaan dengan peningkatan pengetahuan guru dalam konteks isu-isu global.

33 Jamil Suprihatiningrum, Guru Proposional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &

Kompetensi Guru), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 23 34 Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h. 30 35 Mahmud, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h. 289

Page 37: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

29

Guru harus belajar mengenai isu, dinamika, sejarah dan nilainilai global.36 Oleh

karena itu, sebagai seorang guru harus terus meningkatkan kompetensi yang

dipersyaratkan menjadi seorang guru.

Kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam

melaksanakan profesi keguruannya.37 Guru harus memiliki kompetensi

pedagogik, artinya guru harus memiliki kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik. Mulai dari merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan

interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan melakukan penilaian.

selanjutnya beralih pada kompetensi kepribadian, hal ini berkaitan dengan

kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa.

Selain itu, seorang guru harus memiliki kompetensi profesional sebagai

kemampuan yang diperlukan agar dapat mewujudkan dirinya sebagai guru

profesional yaitu kepakaran atau keahlian dalam suatu bidang.38 Selanjutnya

kompetensi sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari

masyarakat untuk berkomunikasi, bergaul, dan bekerja sama secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, sesama tenaga kependidikan, dengan orang tua/

wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.39

Kaitannya dengan guru PAI, banyak sekali pengertian yang dikemukakan

oleh para pakar pendidikan tentang PAI. PAI dibakukan sebagai nama kegiatan

mendidikkan agama Islam. PAI sebagai mata pelajaran seharusnya dinamakan

36 Asep Mahfudz, Be A Good Teacher or Never: 9 Jurus Cepat Menjadi Guru Profesional

Berkarakter Trainer, (Bandung: Nuansa, 2011), h. 45-46 37 Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 20 38 Syamsul Ma’arif, Guru Profesional Harapan dan Kenyataan, (Semarang: Need’s

Press, 2012), h. 13-14 39 Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga pendidikan

Islam, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 51

Page 38: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

30

“Agama Islam”, karena yang diajarkan adalah agama Islam bukan pendidikan

agama Islam. Nama kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama

Islam disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada pada

dan mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan agama Islam merupakan salah

satu bagian dari pendidikan Islam.40 PAI adalah usaha berupa bimbingan dan

asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat

memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta menjadikannya sebagai

pandangan hidup (way of life).41 Dalam hal ini PAI adalah pendidikan yang

mengajarkan agama Islam namun juga mengajarkan ilmu umum yaitu dengan

tujuan untuk menghormati agama lain dan hubungan kerukunan antar umat

beragama dalam masyarakat.42

Guru PAI adalah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah akhlak, Al-

Qur’an dan Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.43

Dari penjelasan ini, menunjukkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah

tenaga pendidik yang bertugas menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan

cara mentransfer ilmu dan pengetahuannya terhadap siswa di sekolah agar para

siswa tersebut menjadi pribadi yang berjiwa islami dan memilki sifat, karakter dan

perilaku yang berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa guru PAI

adalah guru yang mengajar mata pelajaran Akidah akhlak, Al-Qur’an dan Hadis,

40Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam,(Jakarta:

Rajawali Press, 2012), h. 163. 41 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 25 42Dakir & Sardimi, Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju

Stadium Insan Kamil, (Semarang: Rasail Media Group, 2011), h. 31 43 Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, (Semarang: Robar Bersama,

2011), h. 63

Page 39: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

31

Fiqih atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah/ madrasah, tugasnya

membentuk anak didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, membimbing, mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan

kepada anak didik, ahli dalam materi dan cara mengajar materi itu, serta menjadi

suri tauladan bagi anak didiknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru PAI merupakan orang

yang melaksanakan kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan secara sadar

terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pembelajaran (menjadi muslim

yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT), serta berakhlak mulia dalam

kehidupan pribadi, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain

guru PAI adalah seseorang yang bertugas mengajar, mendidik, membimbing serta

orang yang memahami tingkat perkembangan intelektual siswa di sekolahan dan

menanamkan ilmu ilmu pengetahuan agama Islam dengan tujuan menyiapkan

generasi penerus yang Islami yang mempunyai nilai-nilai keimanan.

3. Tugas Keluarga dan Guru PAI dalam Penanaman Nilai-Nilai Religius

Keluarga memiliki peran yang besar dalam penanaman nilai-nilai religius

anak. Keluarga berperan penting dalam mengelola keberagaman sosial budaya.

Keluarga memiliki peran strategis dalam melakukan pendidikan keberagaman.

Keluarga yang mampu melaksanakan pendidikan dengan baik, akan menghasilkan

anak-anak yang berkualitas. Keluarga yang gagal menjalankan fungsinya akan

menyebabkan terganggunya proses sosialisasi pada anak-anak.44

44 Kemendikbud R.I, Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta : Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia, 2014), h. 159.

Page 40: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

32

Dengan demikian terdapat kewajiban orangtua kepada anaknya yaitu:

Pertama, nasab adalah hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan ibu,

karena sebab-sebab yang sah menurut syara’, yaitu jika si anak dilahirkan atas

dasar perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang oleh syara’ diakui

keabsahannya. Dengan demikian, setiap anak yang lahir langsung dinasabkan

kepada ayahnya untuk lebih menguatkan perkawinan kedua orang tuanya. Kedua,

hak pemeliharaan. Anak berhak mendapatkan asuhan, yaitu memperoleh

pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan

kebersihan si anak pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa). Yang

dimaksud dengan pemeliharaan di sini dapat berupa pengawasan dan penjagaan

terhadap keselamatan jasmani dan rohani, anak dari segala macam bahanya yang

mungkin dapat menimpanya agar tumbuh secara wajar. Ketiga, hak mendapatkan

nafkah. Anak berhak mendapatkan nafkah, yaitu pemenuhan kebutuhan pokok.

Keempat, hak mendapatkan pendidikan. Orang tua memiliki kewajiban untuk

memenuhi hak pendidikan atas anaknya. Dengan pendidikan, anak akan dapat

mengembangkan potensi-potensi dan bakat yang ada pada dirinya. Sehingga ia

akan menjadi generasi-generasi yang kuat, kuat dari faktor psikologis maupun

fisiologis.45

Peneliti dapat menyimpulkan dari kedua pendapat di atas bahwa, keluarga

terutamaorangtua terdiri dari ayah dan ibu, dimana masing-masing mempunyai

peran atau fungsi yang berbeda yaitu sebagai kepala keluarga dan sebagai

pengatur keluarga. Dalam pendidikan agama, orangtua mempunyai peran atau

45Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui

Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, ( Bandung: Refika Aditama, 2013), h. 127-145.

Page 41: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

33

fungsi sebagai fungsi religius. Yakni orangtua berkewajiban memperkenalkan dan

mengajak anak serta anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama.

Selanjutnya tugas sebagai guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai

religius, menurut Asep Yonny mengungkapkan pendapatnya bahwa guru

memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, tidak hanya sekedar

mentransformasikan pengetahuan dan pengalamannya, memberikan ketauladanan,

tetapi juga diharapkan menginspirasi anak didiknya agar mereka dapat

mengembangkan potensi diri dan memiliki akhlak baik.46 Tugas guru sebagai

pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan niali-nilai hidup kepada anak

didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi kepada anak didik, tugas guru sebagai pelatih berarti

mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa

depan anak didik.47

Seorang guru PAI harus memiliki sifat rabbani. Artinya seorang guru

harus mengaitkan dirinya kepada Tuhan melalui ketaatan pada syariat Allah SWT,

bmengajarkan ilmunya dengan sabar, dan memiliki kejujuran. Artinya tang

diajarkan harus sesuai dengan yang dilakukan, mampu bersikap tegas dan

meletakkan sesuatu sesuai dengan proporsinya, memahami anak didik baik dari

karakter maupun kemampuannya, dan bersikap adil terhadap seluruh anak didik.48

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tugas guru PAI amat sangat

berat, yang dituntut mampu memainkan peranannya dalam menjalankan tugas

46 Asep Yonny & Sri Rahayu Yunus, Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif dan Disenangi

Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2011), h. 9 47 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.36 48 Sitiatava Rizema Putra, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, (Yogyakarta: Diva Press,

2016), h. 57-58

Page 42: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

34

keguruan dalam hal PAI, tujuan utama PAI untuk menciptakan generasi mukmin

yang berkepribadian ulul albab dan insan kamil. Tugas merupakan tanggunga

jawab yang diamanahkan kepada seseorang untuk dilaksanakan atau dikerjakan.

Semua profesi pasti mempunyai tugas, dan tugas itu bersifat sangat spesifik.49

Guru PAI tidak cukup hanya mentrasfer pengetahuan agama kepada anak

didiknya. Guru PAI harus mampu membimbing, merencanakan, memimpin,

mengasuh, dan menjadi konsultan keagamaan bagi anak didiknya. Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT Q.S. Al-Kahf: 66:

t A$ s% ¼ç ms9 4 Ó y › q ã B ö @y d y 7 ã è Î 7 ¨ ? r & # ’ n ? t ã b r & Ç ` y J Ï k = y è è ? $ £ J Ï B

| M ô J Ï k = ã ã # Y‰ô © â ‘ Ç Ï Ï È Terjemahnya:

Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?".

Ayat di atas, menjelaskan aspek pendidikan bahwa seorang pendidik

hendaknya: menuntun anak didiknya. Dalam hal ini menerangkan bahwa peran

seorang guru adalah sebagai fasilitator, pembimbing dan mentransformasikan

ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Prinsip mentransformasikan ilmu

pengetahuan merupakan suatu bentuk ibadah yang diwajibkan oleh Allah SWT

kepada hambanya. Hal ini mengandung maksud bahwa bagi seorang guru PAI

tugas dan kewajibannya merupakan amanat yang diterima oleh guru atas dasar

pilihannya untuk memangku jabatan guru. Memberikan ilmu pengetahuan kepada

anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan

watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah

49 Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), h. 21

Page 43: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

35

makhluk hidup yang memiliki otak potensi yang perlu dipengaruhi dengan

sejumlah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan bahkan agama.

Guru PAI dalam konteks penanaman nilai-nilai religius sangat bersentuhan

dengan akhlak mulia, menurut Priatna guru PAI dapat mengembangkan upaya-

upaya sebagai berikut: 1) menebarkan ucapan salam, pada kegiatan ini guru PAI

dapat senantiasa mengucapkan salam kepada anak didiknya, mengucapkan salam

ketika akan membuka atau menutup kegiatan, dan menyapa sesama dengan

ucapan salam terlebih dahulu, 2) melaksanakan sholat berjamaah, guru dapat

membiasakan sholat berjamaah bersama, memberikan contoh keteladanan kepada

anak untuk shalat berjamaah, dan melaksanakan shalat berjamaah dengan tepat

waktu, 3) pengajian dan baca tulis al-Qur’an, pada kegiatan ini dapat dilakukan

dengan bertadarus al-Qur’an dalam rangka menumbuhkan suasana religius,

senantiasa mengajak anak untuk belajar membaca dan memahami al-Qur’an dan

berupaya menghidupkan kegiatan pengajian atau ceramah keagamaan, 4) kegiatan

praktik ibadah, pada kegiatan ini dapat dilaksanakan melalui kegiatan praktik

ibadah shalat, mengingatkan aka untuk mempraktikkan kehidupan keagamaan,

dan memberikan keteladanan dalam mempraktikkan amaliyah ibadah kepada anak

didiknya, 5) kegiatan silaturahmi, pada kegiatan ini dapat dilakukan dengan

mengajak anak untuk bersama-sama menjenguk orang yang sedang sakit,

menjalin keakraban dengan sesama dan menaruh sikap hormat kepada sesama.50

Demikian dapat disimpulkan bahwa jika penanaman nilai-nilai religius

pada anak keluarga guru PAI dapat dilakukan dengan baik, maka sikap

50Hari Priatna Sanusi, Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius di

Sekolah, (Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 11 No.2, 2013), h. 150

Page 44: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

36

keagamaan akan tertanam dengan baik pula pada diri anak tersebut. Sedangkan

jika penanaman nilai-nilai religius pada anak keluarga guru PAI tidak dilakukan

dengan baik, maka hal tersebut berakibat pada pengamalan ibadah anak tidak akan

terbentuk yang akan mengakibatkan suatu hal yang bersifat negatif, seperti akhlak

atau sikap yang kurang baik, tidak sopan dengan orangtua dan melakukan

perbuatan yang nilai-nilai agama, masyarakat dan kodratnya sebagai mahkluk

ciptaan Tuhan.

Page 45: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

37

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan berbagai teori yang telah dikemukakan dalam mendukung

penelitian ini, maka untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang alur

berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada kerangka pikir berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Page 46: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Pendekatan

Jenis penelitian didalam penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai

metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode

postpositivistik, karena berlandaskan pada filsafat post positivisme. Metode ini

disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni

(kurang terpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil

penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di

lapangan.1 Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma

interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang

holistik/utuh, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif.

Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Objek yang alamiah adalah objek

yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran

peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.2

Kedua pendapat di atas, menunjukkan bahwa penelitian kualitatif adalah

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 13 2 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 2

Page 47: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

38

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir

secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang

diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.3 Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Penelitian studi kasus adalah

sebuah metode penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer

yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-

batasan antara fenoma dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan

berbagai sumber data. 4 Pendapat ini menunjukkan bahwa penelitian studi kasus

adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan

menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai

sumber data. Dilakukan pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan

jenis pendekatan deskriptif.

Pada dasarnya penelitian dengan pendekatan studi kasus bertujuan untuk

mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Maka dalam penelitian ini,

peneliti akan menggunakan pendekatan studi kasus untuk mengungkap tentang

penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak yang

difokuskan pada 6 keluarga PAI, dengan memahami dan memaknai pandangan

serta kejadian pada 6 keluarga PAI dalam rangka menggali informasi, maka akan

dapat diperoleh gambaran menyeluruh tentang proses penamanan nilai-nilai

religius yang dilakukan, hambatan yang dihadapi dan solusi dalam mengatasinya.

Pemilihan metode ini didasari pada fakta bahwa tema dalam penelitian ini

3 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 80.

4 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik., h. 115.

Page 48: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

39

termasuk unik difokuskan pada keluarga PAI dan merupakan kajian yang relevan

dan penting dengan permasalahan yang terjadi pada anak memiliki kecenderungan

masih jauh dari pribadi religius dan rentan dengan pengaruh negatif baik dari

lingkungan keluarga, lingkungan tempat tingga maupun perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang bukan hanya membawa dampak positif, tetapi

juga dampak negatif terhadap diri anak.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau humam instrument,

yaitu peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka penelti harus

memilliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,

menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi

lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan

mendalam terhadap situasi sosial pendidikan yang diteliti, maka teknik

pengumpulan data bersifat trianggulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik

pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan

bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan

kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Oleh karena itu, dalam

penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan

pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability. 5

Dengan demikian di dalam penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangat

dibutuhkan karena peneliti sendiri dan dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data utama. Karena sebagai pengumpul data utama tentunya peneliti

5 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif., h. 2-3

Page 49: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

40

harus ikut terjun langsung ke lapangan lalu hanya peneliti sebagai alat yang dapat

berhubungan dengan informan atau obyek lainnya, dan hanya penelitilah yang

mampu memahami fenomena atau kejadian di lapangan dengan melakukan

observasi dan berinteraksi dengan mereka.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan digunakan untuk melakukan penelitian penanaman nilai-

nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak pada keluarga PAI

adalah di kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo. Sedangkan waktu penelitian

untuk pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei 2019 s/d Juli 2019.

Alasan peneliti memilih lokasi di kelurahan Heledulaa Utara Kota

Gorontalo, karena kehidupan masyarakat yang ada di Kelurahan ini tergolong

masyarakat yang hidup berdampingan dengan tenang dan damai serta religius,

menjunjung tinggi falsafah Gorontalo yaitu adat bersendikan syara’ dan syara’

bersendikan kitabullah merupakan ciri religius sangat lekat pada masyarakat di

kelurahan ini.

D. Sumber Data

Menurut Lofland yang dikutip Moleong “sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain”. 6 Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah subyek dari mana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini

menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja Rosdakarya

Offset, 2012), h. 157.

Page 50: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

41

1. Sumber data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari

informan terkait penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah anak yang difokuskan pada 6 keluarga PAI.

2. Sumber data sekunder, merupakan sumber data yang tidak langsung dari

informan atau data tambahan yang digunakan bila diperlukan, yang

diperoleh melalui penelusuran berupa data dokumen dan laporan serta

unsur penunjang lainnya (dokumentasi).

Penelitian ini dalam pelaksanaan pengumpulan data pada keluarga PAI di

Kelurahan Heledulaan Utara Kota Gorontalo, difokuskan pada 6 keluarga.

Penentuan jumlah keluarga tersebut, didasarkan menggunakan purposive

sampling untuk menentukan subjek/objek sesuai tujuan. Menurut Sugiyono bahwa

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial

yang diteliti.7

Meneliti dengan pendekatan biasanya sudah ditetapkan tempat yang dituju.

Dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian,

peneliti memilih subjek/objek sebagai unit analisis tersebut berdasarkan

kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis tersebut representatif. Subjek

dalam penelitian ini adalah keluarga PAI yang memiliki anak yang bersekolah

dari tingkatan SD/MI, SLTP/MTs, sampai tingkatan SMA/SMK/MA.

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2012), h. 217

Page 51: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

42

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi yaitu

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus

dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung adalah terjun ke lapangan terlibat

seluruh pancaindera, sedangkan secara tidak langsung adalah pengamatan yang

dibantu melalui media visual/audiovisual. Dengan demikian observasi penelitian

kualitatif adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk mengetahui

keberadaan objek, situasi, konteks, dan maknanya dalam upaya mengumpulkan

data. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipan.

Observasi partisipan merupakan seperangkat strategi penelitian yang tujuannya

adalah untuk mendapatkan satu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu

kelompok individu dan perilaku mereka melalui satu keterlibatan yang intensif

dengan orang di lingkungan alamiah mereka. Observasi partisipan pasif adalah

peneliti hadir atau datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut

terlibat dalam kegiatan tersebut.

Dengan demikian observasi digunakan untuk mengamati secara langsung

tentang kondisi objek penelitian atau peristiwa yang sedang terjadi saat itu. Dan

peneliti sekaligus harus mencatat dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan saat

dilapangan. Melalui metode observasi tersebut peneliti akan mengamati beberapa

hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Page 52: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

43

2. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data atau informasi melalui tatap

muka antara pihak penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau

penjawab (interviewee). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara baku terbuka dengan

menggunakan sejumlah pertanyaan yang sudah disiapkan.

Dengan demikian wawancara adalah suatu proses tanya jawab secara lisan

yang dilakukan oleh peneliti dengan keluarga guru PAI yang menjadi informan

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan dalam hal ini

peneliti memakai teknik wawancara mendalam, yaitu dengan menggali informasi

mendalam mengenai penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah anak yang difokuskan pada 6 keluarga PAI.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life

histories), biografi peraturan, kebijakan, dokumen yang berbentuk gambar,

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.8

Dengan demikian dokumentasi dalam penelitian digunakan untuk

memperoleh data-data dokumen mengenai profil Kelurahan Heledulaa Utara Kota

Gorontalo yang menggambarkan kondisi wilayah dan kependudukannya, struktur

pemerintahan, data tentang keadaan penduduk, data tentang pendidikan dan

8Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).,

h. 329.

Page 53: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

44

falisilitas pendidikan serta kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan yang

ditunjang dengan sarana peribadatan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain.9 Data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi dianalisis dalam tehnik analisis data kualitatif.

Analisis data pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan untuk mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode/tanda, dan mengategorikannya

sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin

dijawab. 10 Menurut Sugiyono secara umum teknik Analisis data dalam penelitian

ini mencakup 3 tahap: 11

1. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang

memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi

9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 248. 10 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik., h. 115. 11Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D)., h. 247.

Page 54: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

45

peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan

pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka

wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang

memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan. Dengan demikian

data yang diperoleh melalui keluarga guru PAI yang menjadi informan dicatat

maka segera di analisis data melalui reduksi data.

2. Data Display (penyajian data)

Mendisplay data dalam penelitian kualitatif adalah penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, hubungan antar kategori. Dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 12

3. Conclusion Drawing/Verification (verifikasi dan penarikan kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi, Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena

seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

12Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D)., h. 248.

Page 55: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

46

kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada

di lapangan. 13

Kegiatan penelitian kualitatif ini, penarikan kesimpulan dapat saja

berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung, baru kemudian dilakukan

reduksi dan penyajian data. Hanya saja ini perlu disadari bahwa kesimpulan yang

dibuat itu bukan sebagai kesimpulan final. Dengan begitu, kesimpulan yang dapat

diambil dapat mendorong peneliti untuk lebih memperdalam lagi proses observasi

dan wawancaranya.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Salah satu syarat bagi analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan

reliabel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian kualitatif dilakukan upaya validasi

data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat

reliabilitas dan validitas data yang diperoleh. Dengan mengacu pada pendapat

Moleong untuk pembuktian validitas data ditentukan oleh kredibilitas temuan dan

interpretasinya dengan mengupayakan temuan dan penafsiran yang dilakukan

sesuai dengan kondisi yang senyatanya dan disetujui oleh subyek penelitian

(perspektif emik). Adapun hal-hal yang bisa digunakan dalam upaya untuk

pengecekan keabsahan data sebagai berikut: 14

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Menurut Moleong perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di

lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Dalam hal ini,

13Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D)., h. 252. 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 327.

Page 56: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

47

peneliti memperpanjang atau menambah waktu wawancara dan observasi

terhadap kedua subjek agar data mencapai kejenuhan. 15 Keikutsertaan tersebut

tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan pada latar penelitian. Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti

tinggal di lapangan penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai.

Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan. Dengan demikian peneliti terjun langsung

ke lapangan dengan waktu yang panjang tepatnya yaitu dari bulan Mei 2019

hingga Juli 2019.

2. Ketekunan/ Keajegan Pengamatan

Keajegan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan

berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.

Mencari suatu usaha membatasi berbagai pengaruh. Mencari apa yang dapat

diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal itu berarti bahwa peneliti hendaknya

mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan

terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaahnya secara rinci

sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak salah satu

atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. 16

3. Triangulasi

Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk keabsahan data. Denzin

membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan

15 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 327. 16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 330.

Page 57: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

48

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.17 Maka peneliti perlu

melakukan Triangulasi yaitu pengecekan data dari bebagai sumber dengan

berbagai cara dan waktu. Sehingga ada triangulasi dari sumber data, triangulasi

dari teknik pengumpulan data dan trianggulasi waktu. eneliti menggunakan teknik

triangulasi teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Triangulasi teknik

adalah penggunaaan beragam teknik pengumpulan data yang dilakukan kepada

sumber data. Menguji kredibilitas data dengan trianggulasi teknik yaitu mengecek

data kepada sumber yang sama. Menurut Moleong hal itu dapat dicapai dengan

jalan: a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; b)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi; c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang

tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; d)

membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau

tinggi, orang berada, orang pemerintahan; e) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 18

H. Tahap-Tahap Penelitian

Agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka disusun tahapan-

tahapan penelitian ini. Menurut Moleong ada empat tahapan dalam pelaksanaan

penelitian yaitu: 1) tahap pra lapangan, 2) tahap pekerjaan lapangan, 3) tahap

17 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 330. 18 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 331.

Page 58: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

49

analisis data, 4) tahap evaluasi dan pelaporan. 19 Keempat tahap penelitian

tersebut diterapkan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek

sebagai narasumber atau informan. Selama proses survei ini peneliti melakukan

penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan

informasi tentang kehidupan kemasyarakatan dan keberagamaan di Kelurahan

Heledulaa Utara Kota Gorontalo. Peneliti juga menempuh upaya konfirmasi

ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi pendukung penelitian.

Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan rancangan penelitian yang meliputi

garis besar metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami

latar penelitian dalam rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama

bulan Mei 2019 s/d bulan Juli 2019.

3. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti

dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif sampai

pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain itu peneliti

juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan dengan teori

kepustakaan. Tahap analisis data dilakukan selama bulan Juni-Awal Juli 2019.

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif., h. 127-148.

Page 59: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

50

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan

dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan berdasarkan SK pembimbingan.

Konsistensi pada tahapan-tahapan penelitian ini tetap berada dalam

kerangka sistematika prosedur penelitian yang saling berkaitan serta saling

mendukung satu sama lain, sehingga hasil penelitian dapat

dipertanggungjawabkan. Implikasi utama yang diharapkan dari ke seluruhan

proses ini adalah penarikan kesimpulan tetap signifikan dengan data yang telah

dikumpulkan sehingga hasil penelitian dapat dinyatakan sebagai sebuah karya

ilmiah yang representatif.

Page 60: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo

1. Kondisi Wilayah dan Kependudukan

Kelurahan Heledulaa Utara merupakan salah satu kelurahan yang terdapat

di Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo. Kota Gorontalo merupakan ibukota

Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km2 atau 0,65% dari

luas Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari

50 kelurahan. Kecamatan dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota Barat.1

Kota Timur merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Gorontalo

dengan 6 kelurahan yaitu Kelurahan Heledulaa Utara, Kelurahan Heledulaa

Selatan, Kelurahan Ipilo, Kelurahan Moodu, Kelurahan Padebuolo, dan Kelurahan

Tamalate. Kota Timur memiliki 25 rukun warga (RW), dan 50 rukun tetangga

(RT). Kelurahan Moodu adalah ibukota dari Kecamatan Kota Timur. Kelurahan

Padebuolo dan Kelurahan Ipilo dengan jumlah RW terbanyak yaitu 5 RW. Kedua

Kelurahan tersebut juga memiliki jumlah RT terbanyak yaitu 10 RT. Di samping

itu, Kota Timur memiliki batas-batas wilayah yaitu:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Dungingi.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabila Kabupaten Bone

Bolango.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kota Selatan.

1 Kota Gorontalo dalam Angka Tahun 2014: Badan Pusat Statistik Kota Gorontalo

http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/profil_kota/Kota-Gorontalo-dalam-Angka-2014.pdf

Page 61: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

52

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Toluk Tomini dan Kecamatan

Hulonthalangi.2

Luas Kecamatan Kota Timur secara keseluruhan adalah 5,15 km2. Jika

dibandingkan dengan wilayah Kota Gorontalo, luas kecamatan ini sebesar 6,52%.

Sedangkan kelurahan terluas di kecamatan Kota Timur adalah kelurahan Moodu

dan kelurahan yang memiliki luas terkecil adalah kelurahan Heledulaa Selatan.

Selanjutnya Kelurahan Heledulaa Utara sendiri memiliki luas wilayah 0,98 km2

atau 19,03% dari luas kecamatan Kota Timur dengan jarak tempuh 0,8 km2 ke

Ibukota Kecamatan Kota Timur. Kelurahan Heledulaa Utara memiliki 4 RW dan

8 RT dengan klasifikasi wilayah termasuk “swakarsa”.

Berdasarkan dari riwayat orang tua-tua, awalnya Kelurahan Heledulaa

Utara merupakan tempat atau lingkungan ini masih hutan belukar serta rawa-rawa.

Dimana tempat ini menjadi pusat perniagaan pada masa Belanda dan di tempat ini

pula mereka membuka usaha perdagangan dengan sekelompok rakyat yang saat

itu rakyat atau masyarakat belum mengenal jual beli barang, akan tetapi hanya

tukar menukar menukar barang. Dalam penentuan nama tempat atau lingkungan

dimana mereka tinggal, mereka mengadakan pertemuan atau musyawarah

sehingga dengan keputusan bersama didasarkan atas riwayat bahwa tempat ini

diberi nama “Heledulaa Utara”.

Seiring berkembangnya wilayah Heledulaa Utara menjadi kelurahan

membawa konsekuensi logis terhadap struktur dan budyaa masyarakat setempat.

Perubahan-perubahan tersebut menuntu kerja keras dari semua pihak, baik aparat

2 Kecamatan Kota Timur dalam Angka 2018 (Kota Timur Subdistrict in Figures 2018),

https://gorontalokota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve

Page 62: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

53

kelurahan, kkelembagaan RT dan RW setempat, para tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh pemuda maupun lembaga sosial kemasyarakatan lainnya yang

ada di kelurahan tersebut seperti: PKK, Dasa Wisma, Karang Taruna dan

sebagainya.

2. Struktur Pemerintahan

Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kota

dibawah Kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh seorang Lurah yang berada

dibawah dan bertanggung jawab kepada Camat. Berdasarkan studi dokumen di

Kantor Lurah Heledulaa, diperoleh data bahwa struktur pemerintahan yang ada

terdiri dari: Lurah, Sekretaris Kelurahan, Seksi Pemerintahan, Seksi ketentraman

dan Ketertiban Umum, seksi Ekonomi dan Pembangunan, Seksi Sosial dan

Kesejahteraan Rakyat, dan Kelompok Jabatan Fungsional. Sampai saat ini semua

formasi strukturan telah terisi secara lengkap, sebagaimana disajikan pada gambar

struktur pemerintahan Kelurahan Heledulaa Utara berikut ini:

Gambar 3.1. Struktur Pemerintahan Kelurahan Heledulaa Utara, 2019

Page 63: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

54

3. Keadaan Penduduk

Sumber utama data kependudukan, hasil registrasi penduduk tahun 2018

untuk Kota Timur berjumlah 27.089 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk per

km2 sebesar 5.260 jiwa. Untuk Kelurahan Heledulaa Utara sendiri, memiliki

jumlah penduduk 5.199 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk per km2 sebesar

19,9 jiwa, sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1 Keadaan Penduduk Kelurahan Heledulaa Utara

Menurut Jenis Kelamin Tahun 20183

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

1 Laki-Laki 2.580 Jiwa

2 Perempuan 2.619 Jiwa

Total Penduduk 5.199 Jiwa

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari total penduduk Kelurahan

Heledulaa Utara yang berjumlah 5.199 jiwa terdapat 2.580 jiwa berjenis kelamin

laki-laki dan 2.619 jiwa berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa

jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih banyak, dibandingkan dengan

jenis kelamin laki-laki. Artinya penduduk di Kelurahan Heledulaa Utara

cenderung berjenis kelamin perempuan.

4. Keadaan Pendidikan dan Fasilitas Pendidikan

Salah satu faktor utama keberhasilan pengembangan suatu daerah

termasuk di wilayah kelurahan adalah tersedianya sumber daya manusia yang

berkualitas. Merujuk pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 beserta

3 Kecamatan Kota Timur dalam Angka 2018 (Kota Timur Subdistrict in Figures 2018),

https://gorontalokota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve

Page 64: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

55

amandemennya (Pasal 31 ayat 2), maka melalui jalur pendidikan pemerintah

hingga di tingkat kelurahan secara konsisten berupaya meningkatkan tingkat

pendidikan masyarakatnya melalui Program Wajib Belajar 6 tahun dan 9 tahun,

Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GNOTA), dan berbagai program pendukung

lainnya adalah bagian dari upaya pemerintah mempercepat peningkatan kualitas

sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan menciptakan sumber daya yang

tangguh dan siap bersaing di era revolusi industri 4.0 saat ini. Oleh karena itu,

peningkatan sumber daya manusia hingga kini lebih difokuskan pada pemberian

kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan,

terutama penduduk kelompok usia sekolah (7-24 tahun).

Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan

sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan yang ada di Kelurahan

Heledulaa Utara. Berikut data keadaan penduduk dan fasilitas pendukung yang

ada di Kelurahan Heledulaa Utara seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2 Keadaan Fasilitas Pendidikan Kelurahan Heledulaa Utara Tahun 20184

No Fasilitas Pendidikan Jumlah 1 Kelompok Bermain (KB) 1

2 Taman Kanak-Kanak (TK) 1

3 Sekolah Dasar (SD) 3

Total Fasilitas Pendidikan 5

Tabel di atas menunjukkan fasilitas pendidikan baik sarana maupun

prasarana penunjang dalam meningkatkan pendidikan yang ada di Kelurahan

4 Kecamatan Kota Timur dalam Angka 2018 (Kota Timur Subdistrict in Figures 2018),

https://gorontalokota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve

Page 65: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

56

Heledulaa Utara berjumlah 5 yang terdiri dari 1 Kelompok Bermain, 1 Taman

Kanak-Kanak dan 3 Sekolah Dasar.

5. Kehidupan Kemasyarakatan dan Keagamaan

Kelurahan Heledulaa Utara memiliki kondisi lingkungan yang kondusif

dan ramai. Lokasi Kelurahan ini tergolong sangat strategis karena kelurahan ini

dekat dengan kampus, sekolah, kos-kosan, tempat usaha, rumah sakit dan juga

padat rumah-rumah penduduk. Sehingga kelurahan ini tergolong tidak pernah sepi

dari berbagai aktivitas. Kehidupan masyarakat yang ada di Kelurahan ini

tergolong masyarakat yang hidup berdampingan dengan tenang dan damai serta

religius, menjunjung tinggi falsafah Gorontalo yaitu adat bersendikan syara’ dan

syara’ bersendikan kitabullah merupakan ciri religius sangat lekat pada

masyarakat di Kelurahan Heledulaa Utara. Sejak dulu Gorontalo dikenal sebagai

Kota Serambi Madinah. Hal itu disebabkan pada waktu dahulu Pemerintahan

Kerajaan Gorontalo telah menerapkan syariat Islam sebagai dasar pelaksanaan

hukum, baik dalam bidang pemerintahan, kemasyarakatan, maupun pengadilan.

Hal ini dapat dilihat dari filosofi budaya Gorontalo yang Islami berbunyi, Adat

Bersendikan Syara dan Syara Bersendikan Kitabullah (Al-Quran), Syara adalah

hukum yang berdasarkan syariat Islam. Karena itu, Gorontalo ditetapkan sebagai

salah satu dari 19 daerah hukum adat di Indonesia. Raja pertama di Kerajaan

Gorontalo yang memeluk agama Islam adalah Sultan Amai, yang kemudian

namanya diabadikan sebagai nama perguruan tinggi Islam di Provinsi Gorontalo

yaitu IAIN Sultan Amai Gorontalo. Pohalaa Gorontalo merupakan pohalaa yang

paling menonjol diantara kelima pohalaa tersebut.

Page 66: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

57

Kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan di Kelurahan Heledulaa Utara

relatif stabil dan kondusif. Di Kelurahan ini jarang sekali tidak pernah terjadi

perkelahian antar kampung atau konflik sara yang melibatkan massa. Hal ini

dikarenakan kehidupan sosial kemasyarakatan dan keagamaannya sangat

terpelihara. Nilai-nilai demokrasi yang diwariskan dari generasi ke generasi

dengan simbol budaya “huyula” atau gotong-royong masih sangat mewarnai

kehidupan masyarakat di keurahan ini. Prinsip adat bersendikan syara, syara

bersendikan kitabullah, kedua nilai tersebut merupakan hukum sekaligus perekat

seluruh masyarakat dengan keharusan menjalankan syariat bagi pemeluk agama

Islam dan kewajiban menghormati dan membantu pemeluk agama lain.

Kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia yang wajib dijamin

oleh Pemerintah. Berdasarkan data yang ada, mayoritas penduduk di Kelurahan

Heledulaa beragama Islam yang didukung dengan tempat beribadatan. Untuk

lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3 Keadaan Penduduk Kelurahan Heledulaa Utara

Menurut Agama yang Dianut Tahun 20185

No Agama Jumlah Jiwa 1 Islam 5.047 2 Kristen Protestan 75 3 Kristen Katolik 25 4 Hindu - 5 Budha 51 6 Konghuchu 1 7 Kepercayaan Lain -

Total 5

5 Kecamatan Kota Timur dalam Angka 2018 (Kota Timur Subdistrict in Figures 2018),

https://gorontalokota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve

Page 67: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

58

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari total penduduk Kelurahan

Heledulaa Utara yang berjumlah 5.199 jiwa terdapat 5.047 jiwa yang beragama

Islam, 75 jiwa beragama Kristen Protestan, 25 jiwa Kristen Katolik, 51 jiwa

beragama Hindu, dan 1 jiwa beragama Konghuchu, sedangkan yang beragama

Budha atau kepercayaan lain tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

penduduk di Kelurahan Heledulaa Utara mayoritas muslim.

Tabel 4 Keadaan Tempat Peribadatan di Kelurahan Heledulaa Utara Tahun 2018 6

No Tempat Peribadatan Jumlah 1 Masjid 5 2 Mushola 0 3 Gereja Prostestan 0 4 Gereja Khatolik 0 5 Pura 0 6 Wihara 0 7 Kelenteng 0

Total 5

Tabel di atas menunjukkan tempat peribadatan yang ada di Kelurahan

Heledulaa Utara yaitu hanyalah Masjid sebanyak 5 Masjid, sementara untuk

tempat peribadatan yang lainnya seperti Gereja Prostetan, Gereja Khatolik, Pura,

Wihara dan Kelenteng tidak ada. Keberadaan kelima Masjid tersebut, sangat

mendukung masyarakat yang beragama Islam dalam melaksanakan kegiatan

ibadah di Kelurahan Heledulaa Utara. Masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai

tempat ibadah, tetapi juga digunakan masyarakat sebagai tempat pembinaan hidup

beragama melalui kajian-kajian keIslaman, tadarusan, kegiatan majelis Taklim

dan lain sebagainya.

6 Kecamatan Kota Timur dalam Angka 2018 (Kota Timur Subdistrict in Figures 2018),

https://gorontalokota.bps.go.id/publication/download.html?nrbvfeve

Page 68: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

59

B. Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo

Kehidupan seorang anak dengan segala perilakunya, tidak terlepas dari

kehidupan keluarga dimana anak tersebut tinggal. Antara keluarga dan anak bagai

dua sisi mata uang yang hubungannya tidak bisa dilepaskan satu sama lain, karena

kehidupan seorang anak berasal dari kehidupan keluarga. Keluarga itu sendiri

terdiri dari orangtua sebagai ayah dan ibu yang berperan sebagai pendidik anak-

anaknya. Ibu adalah perempuan yang telah melahirkan anaknya dan ayah adalah

kepala keluarga yang memiliki kewajiban memberi nafkah bagi keluarganya.

Selanjutnya nilai-nilai religius merupakan fondasi utama dalam ajaran

Islam, karena merupakan dasar pokok kepercayaan atau keyakinan seseorang yang

wajib dimiliki setiap anak untuk dijadikan pijakan dalam segala sikap dan tingkah

lakunya sehari-hari. Keluarga dalam hal ini orangtua berkewajiban menanamkan

nilai-nilai religius pada diri anaknya, terutama dalam peningkatan pengamalan

ibadah. Apalagi jika orangtua anak berprofesi sebagai guru PAI, yang tentunya

memiliki pengetahuan lebih tentang agama Islam dan memiliki tugas mulia dalam

mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam kepada anak didiknya di sekolah,

menanamkan keimanan dalam jiwa anak didik dan mendidik mereka agar taat

dalam menjalankan atau mengamalkan ibadah. Hal ini menunjukkan bahwa

orangtua yang berprofesi sebagai guru PAI memiliki peran ganda dalam

menanamkan nilai-nilai religius pada diri anaknya di rumah dan anak didiknya di

sekolah. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui

Page 69: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

60

penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak pada

keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo.

Guna mendapatkan gambaran bagaimana penanaman nilai-nilai religius

dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak pada keluarga guru PAI di

Kelurahan Heledulaa Utara, peneliti memfokuskan informannya pada 6 keluarga

guru PAI dengan pertimbangan bahwa keenam keluarga tersebut memiliki

karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, baik dilihat dari usia,

tingkat pendidikan, masa kerja maupun keadaan dari masing-masing anak yang

ada pada keluarga tersebut. Adapun karakteristik dari keenam keluarga guru PAI

yang menjadi informan dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5 Karakteristik Keluarga Guru PAI Sebagai Informan

No Nama Guru PAI Usia Pendidikan Tempat Tugas Masa

Kerja Ket

1 Armada S. Lamasai, S.Ag 49 thn S1-PAI IAIN Gtlo 1995 Guru PAI

SMAN 4 Gtlo 18 thn

Informan 1

2 Yusuf Thaib, S.Ag, M.Pd 47 thn S1-PAI IAIN Gtlo 1997

S2-UIN Makassar 2011 Guru PAI SMPN

1 Telaga 16 thn

Informan 2

3 Rusdianto Tangahu, S.Ag 44 thn S1-PAI IAIN Gtlo 2000 Guru PAI

SDN 66 Kota Timur 9

thn Informan

3

4 Fauzan Misilu, S.Pd.I 40 thn S1-PAI IAIN Gtlo 2003 Guru PAI

SDN 65 Kota Timur 10 thn

Informan 4

5 Noldi Tolinggi, S.Pd.I 39 thn S1-PAI IAIN Gtlo 2013 Guru PAI SMPN 8 Kota Gtlo

13 thn

Informan 5

6 Trisnawati Syafar, S.Pd.I 35 thn S1-MPI IAIN Gtlo 2013 Guru PAI

SDN 46 Hulontlangi 5

thn Informan

6 Sumber: Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara, 2019

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa keenam guru PAI yang

menjadi informan dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang berbeda. Jika

dilihat dari usia informan, dari 6 keluarga yang berprofesi sebagai Guru PAI

terdapat 4 orang yang berusia > 40 tahun yaitu berturut-turut berusia 49 tahun, 47

tahun, 44 tahun dan 40 tahun, ini menunjukkan bahwa keempat guru tersebut

Page 70: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

61

termasuk sudah sangat dewasa dalam usianya, selebihnya terdapat 2 orang yang

berusia < 40 tahun yaitu usia 35 tahun dan 39 tahun. Jika dilihat dari pendidikan

kesemuanya berpendidikan S1-PAI Alumni IAIN Sultan Amai Gorontalo, bahkan

terdapat 1 guru PAI yang sudah berpendidikan magister alumni UIN Alauddin

Makassar, meskipun ada 1 guru PAI berpendidikan S1-MPI mengajar PAI di SDN

46 Hulonthalangi. Jika dilihat dari tempat tugas mengajar terdapat 1 orang guru

mengajar di SMA yaitu SMAN 4 Dulomo Kota Utara, 1 orang guru mengajar di

SMP yaitu SMPN 1 Telaga, dan selebihnya mengajar di SD yaitu SDN 65 Kota

Timur, SDN 66 Kota Timur, dan SDN 46 Hulonthalangi. Hal ini menunjukkan

untuk pemilihan informan guru PAI dari tingkatan sekolah terpenuhi yaitu dari

SD, SMP hingga SMA. Jika dilihat dari masa kerja rata-rata telah memiliki masa

kerja lama, yaitu 2 orang memiliki masa 16-18 tahun, 2 orang memiliki masa 10-

13 tahun, dan selebihnya 2 orang memiliki masa kerja 5-9 tahun.

Selanjutnya karakteristik anak dari keenam guru PAI di Kelurahan

Heledulaa Utara yang menjadi informan dalam penelitian ini disajikan pada tabel

berikut.

Page 71: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

62

Tabel 6 Karakteristik Anak dari Guru PAI Sebagai Informan

No Nama Anak Nama Orangtua Tempat

Sekolah Kelas Ket

1 Moh. Ilyas Lamasai Armada S. Lamasai, S.Ag SMK Bina Taruna

Kelas XI

Informan 1.1

2 Wisnawati Thalib Yusuf Thaib, S.Ag, M.Pd SMPN 2 Gtlo Kelas VIII

Informan 2.2

3 Muhammad Rusdianto Tangahu Rusdianto Tangahu, S.Ag MTs Al-Khairaat Kelas

VIII Informan

3.3

4 Putri Raisya Maulidah Misilu Fauzan Misilu, S.Pd.I SMPN 1 Gtlo Kelas

VII Informan

4.4

5 Alyani R. Tolinggi Noldi Tolinggi, S.Pd.I SDN 66 Kota Timur

Kelas VI

Informan 5.5

6 Fatir Paputungan Trisnawati Syafar, S.Pd.I SMA Muhammadiyah

Kelas X

Informan 6.6

Sumber: Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara, 2019

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan karakteristik anak dari keenam

guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo yang menjadi informan

yaitu rata-rata guru PAI yang menjadi informan memiliki anak yang bersekolah di

SMP/MTs dan SMA/SMK. Artinya anak-anak mereka berada pada usia remaja

atau masa puberitas, dimana pada masa ini disebut sebagai masa pencarian jati diri

yang rentan dengan pengaruh hal-hal negatif. Disebut sebagai masa puberitas,

karena pada masa ini, anak mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan

fungsi seksual yang dimulai saat anak berusia 10 tahun ke atas, sehingga jika tidak

dibimbing dan diarahkan pada hal-hal positif akan membuat anak mudah

terjerumus pada perilaku yang kurang baik.

Guna keperluan penelitian terhadap permasalahan pertama tentang

penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak pada

keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara, peneliti melaksanakan

penelitian mulai tanggal 14 Mei 2019 s/d 6 Juni 2019, dengan mengajukan 6

Page 72: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

63

pertanyaan kepada informan berdasarkan pertanyaan yang sudah disiapkan

peneliti dalam pedoman wawancara yaitu: 1) mengapa penting menanamkan

nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak, 2) dasar atau

tujuan menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah

pada diri anak, 3) nilai-nilai religius apa saja yang perlu ditanamkan pada anak

untuk meningkatkan pengamalan ibadahnya, 4) cara menanamkan nilai-nilai

religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak, 5) wujud

penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak untuk meningkatkan

pengamalan ibadahnya, 6) tindakan nyata yang ditunjukkan anak dalam

pengamalan ibadahnya sehari-hari. Keenam pertanyaan tersebut berdasarkan hasil

penelitian di lapangan diperoleh deskripsi dari masing-masing pertanyaan tersebut

yaitu sebagai berikut.

Jawaban informan atas pertanyaan ke-1 yang dikemukakan peneliti tentang

mengapa penting menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah anak diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-masing

informan sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

Penanaman nilai-nilai religius penting dilakukan orangtua sebagai orang yang paling bertanggungjawab mendidik dan membimbing anak, alasannya karena anak-anak harus dibekali dengan ilmu agama yang cukup, agar saat dewasa kelas ia benar-benar bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, nilai-nilai religius penting agar anak bisa menjaga dirinya dari segala sesuatu yang membahayakan dirinya terkhusus bahaya akan pergaulan bebas yang menyebabkan pribadinya tidak taat dalam melaksanakan ibadah dan lalai terhadap kewajiban sebagai umat muslim.7

7 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019

Page 73: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

64

Informan 2 menyatakan bahwa:

Penting bahkan sangat penting bagi setiap orangtua untuk selalu menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak dengan menjaga, membimbing dan mengarahkan, merawat dan mengawasi aktivitas anak setiap harinya serta yang tidak kalah penting adalah membekali anak dengan ilmu agama yang cukup, karena kenyataan yang ada saat ini, banyak anak-anak yang sikap dan perilakunya kurang baik, dan tidak sedikit anak-anak yang terjerumus ke berbagai pergaulan bebas, karena bekal ilmu agamanya sangatlah kurang dan secara tidak langsung menjauhkan anak tersebut dari kehidupan yang religius.8 Informan 3 menyatakan bahwa:

Menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak sangat penting dan merupakan hal utama dari tugas orangtua, karena melalui penanaman nilai-nilai religius anak bisa mengenal berbagai kebaikan dari yang paling dasar hingga yang paling tinggi tingkatannya, membedakan benar dan salah, baik dan buruk serta takut jika melalaikan kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Melalui penanaman nilai-nilai religius anak-anak akan mampu membentegi diri dan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dilarang agama dan norma masyarakat.9 Informan 4 menyatakan:

Sangat penting menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak, bagaimana anak bisa mengamalkan ibadah, tergantung bagaimana ia dibentuk dan didik dalam keluarga. Seperti pepatah yang mengatakan bambu yang dibiarkan bengkok, maka ketika sudah besarpun akan tetap tumbuh dengan bengkok pula. Begitupula dengan seorang anak, jika sedari kecil anak kurang mendapatkan pendidikan agama yang baik, maka ketika besar pun ia akan tumbuh menjadi pribadi yang berperilaku kurang baik pula. Hal ini dikarenakan ia kurang memiliki batasan atau pedoman mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang dilarang. Oleh karena itu, perlu ditanamkan nilai-nilai religius yang mampu mendidik dan membimbing anak, sehingga mampu pula meningkatkan pengamalan ibadahnya.10 Informan 5 menyatakan:

Nilai-nilai religius sebagai nilai yang sangat penting ditanamkan kepada anak sebelum nilai-nilai lainnya, karena ketika seorang anak diajarkan mengenai nilai-nilai tersebut, maka ia juga secara otomatis akan belajar

8 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019 9 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019 10 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019

Page 74: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

65

tentang Al-Qur’an yang ada didalam agama, taat melaksanakan kewajiban sholat lima waktu, puasa dan kegiatan ibadah lainnya. Jadi ketika anak sudah ditanamkan nilai-nilai religius, akan menjadikan anak memiliki pedoman dalam berperilaku dengan meyakini apapun ibadah yang dilakukannya untuk keselamatan dunia dan akhirat.11 Informan 6 menyatakan:

Penanaman nilai-nilai religius pada anak memanglah sangat penting, karena dengan penanaman nilai religius tersebut akan memberi pengertian kepada anak bahwa semua yang bernyawa dan semua ciptaan yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah swt, sehingga segala perilaku manusia sebagai makhluk yang bernyawa dan ciptaan Allah tidak boleh melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan diharapkan dengan penanaman nilai religius ini menjadikan anak lebih mencintai sang pencipta dan lebih meningkatkan pengamalan ibadahnya.12 Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait alasan mengapa

penting menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah

anak diperoleh gambaran bahwa kesemuanya menyatakan sangat penting

menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah dengan

berbagai alasan diantaranya yaitu: 1) mendekatkan anak dengan sang pencipta dan

kehidupan yang religius, 2) taat dalam melaksanakan ibadah dan dan tidak lalai

melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim, 3) membekali anak dengan ilmu

agama yang cukup sehingga membedakan benar dan salah, baik dan buruk serta

takut jika melalaikan kewajiban untuk beribadah kepada Allah, 4) mampu

membentegi diri dan menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dilarang agama dan

norma masyarakat; 5) menjadikan anak memiliki pedoman dalam berperilaku

dengan meyakini apapun ibadah yang dilakukannya untuk keselamatan dunia dan

11 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 1 Juni 2019 12 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 75: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

66

akhirat; 6) menjadikan anak lebih mencintai sang pencipta dan lebih

meningkatkan pengamalan ibadahnya.

Hasil temuan berdasarkan pernyataan keenam informan di atas, sejalan

dengan teori yang dikemukakan Zakiah Daradjat (1996) bahwa pendidikan dengan

melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu bimbingan dan asuhan terhadap anak

didik agar nantinya setelah selesai ia dapat memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara

menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan

hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat

kelak.13 Hal ini juga didukung dengan teori yang dikemukakan Djaelani (2013)

bahwa menurut pandangan Islam, pendidikan harus mengutamakan pendidikan

keimanan pada diri setiap anak. Pendidikan agama Islam berfungsi dalam

keluarga dan masyarakat untuk membentuk manusia yang percaya dan ketaqwaan

kepada Allah SWT agar terciptanya kehidupan yang baik dalam keluarga dan

masyarakat. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal

yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.14

Jawaban informan atas pertanyaan ke-2 yang dikemukakan peneliti tentang

dasar atau tujuan menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah pada diri anak diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-

masing informan sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

13 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 46 14 Moh. Solikodin Djaelani, Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan

Masyarakat, (Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013), h. 101-102

Page 76: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

67

Dasar atau tujuan menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak yaitu sebagai sarana penanaman akhlak, karena dengan penanaman nilai-nilai religius akhlak anak akan terbentuk menjadi akhlakul kharimah atau memiliki akhlak yang baik, karena tentu saja ia akan memiliki akhlak yang sesuai dengan yang ada di Al-qur’an dan akan mencontoh akhlak yang dimiliki para nabi dan rasul.15 Informan 2 menyatakan:

Tujuan menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak merupakan landasan dasar pijakan keimanan anak agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa dan mengamalkan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Intinya adalah penanaman nilai-nilai religius tersebut menjadi pedoman hidup bagi anak untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.16 Informan 3 menyatakan:

Semua orangtua tentu saja mengharapkan kebaikan setiap tindakan dan hasilnya dalam mendidik anaknya, jangan sampai menggunakan cara yang keliru dalam mendidiknya, seperti terlalu memanjakan anak sehingga membiarkannya berbuat sesuka hati. Oleh karena itu, sebagai orangtua disamping mendidik juga harus menanamkan nilai-nilai yang baik terutama nilai-nilai religius yang akan membentuk pribadinya menjadi diri yang religius dan tidak salah langkah dalam berperilaku. Demikian juga orangtua jika salah langkah dalam mendidik anak, maka bisa mengakibatkan orangtua sendiri yang akan mendapat akibat baik buruknya perilaku anak.17 Informan 4 menyatakan:

Sebagai sarana pengamalan bagi anak, karena bagaimana ajaran Islam yang diajarkan kepada anak diharapkan akan dipahami dan dihayati olehnya sehingga mampu menumbuhkan motivasi dalam diri anak untuk mengamalkan ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadinya.18 Informan 5 menyatakan:

Dasar penanaman nilai-nilai religius merupakan fondasi bagi anak dalam mendekatkan diri pada Allah swt., dengan meyakinkan kepada anak Allah itu ada dengan kebesaran-kebesaran-Nya, penting menjelaskan kepada

15 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019 16 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019 17 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019 18 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019

Page 77: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

68

anak bahwa apa yang ada dibumi, yang ada di sekitar dan semua hal lainnya adalah ciptaan Allah. Dengan menanamkan nilai-nilai religius pada anak merupakan langkah awal mendekatkan anak dengan Allah dan mengenalkan dengan segala kebaikan dan berperilaku sehari-hari. Selain itu, dengan pengetahuan nilai-nilai religius yang dimiliki anak, akan membuatnya bisa memahami dirinya sendiri dan kewajibannya sebagai seorang muslim dan juga membuatnya tak mudah terpengaruh dengan nilai-nilai negatif yang ada di sekitarnya.19 Informan 6 menyatakan:

Ketika seorang anak sudah ditanamkan nilai-nilai religius, maka ia akan takut untuk berperilaku buruk karena ia tahu melanggar ajaran agama dalam Islam adalah perbuatan dosa termasuk melalaikan kewajiban dalam beribadah, diibaratkan seperti pondasi yang kuat akan menentukan kokohnya suatu bangunan, begitupula dengan seorang anak pondasi nilai religius yang kuat akan menentukan akhlak dan perilaku seorang anak ketika ia dewasa kelak.20 Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait dasar atau tujuan

menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri

anak diperoleh gambaran bahwa 1) sebagai sarana penanaman akhlak, 2) landasan

dasar pijakan keimanan anak agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa dan

mengamalkan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, 3) membentuk pribadi anak

menjadi lebih religius dan tidak salah langkah dalam menjalani kehidupan, 4)

mampu menumbuhkan motivasi dalam diri anak untuk mengamalkan ajaran

agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadinya, 5) merupakan fondasi bagi

anak dalam mendekatkan diri pada Allah swt., dengan meyakinkan kepada anak

Allah itu ada dengan kebesaran-kebesaran-Nya, 6) sebagai sarana mendidik anak

untuk selalu takut melalaikan kewajiban dalam beribadah.

19 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 1 Juni 2019 20 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 78: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

69

Hasil temuan berdasarkan pernyataan keenam informan di atas, sejalan

dengan teori yang dikemukakan Zakiah Daradjat (2005) bahwa perkembangan

agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang

dilaluinya, terutama pada masa-masa perkembangan yang pertama (masa anak)

dari umur 0-12 tahun. Seorang anak yang pada masa anak itu tidak mendapat

didikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti

setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama.21 Selain itu,

menurut Zakiah Daradjat bahwa orangtua adalah pembina pribadi yang pertama

dalam hidup anak. Kepribadian orangtua, sikap dan cara hidup mereka merupakan

unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yaitu denga sendirinya akan masuk

ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh itu. Sikap anak terhadap pendidikan

agama sangat dipengaruhi oleh sikap orangtuanya terhadap agama. Anak-anak

yang hidup dalam keluarga yang kurang menjalankan ajaran agama dalam

kehidupannya sehari-hari, maka perhatian anak-anak terhadap agama akan kurang

pula. Apabila suatu keluarga jarang pergi ke tempat ibadah, anak-anaknya akan

kurang aktif dalam soal-soal agama. 22

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan penanaman

niai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak keluarga

guru PAI yaitu meningkatkan iman dan taqwa anaknya, semakin taat kepada

Allah, disiplin dalam beribadah, terbiasa dengan melaksanakan hal yang sunah

bukan hanya melaksanakan hal-hal yang wajib saja. Ketika anak sudah terbekali

kebiasaan melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan, maka di kehidupan sehari-

21Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 69. 22Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama., h. 67.

Page 79: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

70

hari pun akan rajin melaksanakan dan meningkatkannya, serta menumbuh

kembangkan rasa keagamaan peserta didik secara optimal sehingga terbentuk

perilaku dan kemampuan dasar yang lurus yaitu berupa nilai-nilai keimanan.

Jawaban informan atas pertanyaan ke-3 yang dikemukakan peneliti tentang

nilai-nilai religius apa saja yang perlu ditanamkan pada anak untuk meningkatkan

pengamalan ibadahnya diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-masing

informan sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

Nilai religius nilai yang paling utama saya tanamkan kepada anak adalah nilai akhlak dan nilai ibadah khususnya dalam hal melaksanakan sholat lima waktu dengan tepat waktu dan akhlak perilaku yang baik. Selain itu, berpuasa, mengaji dan berinfak serta saya selalu mengajarkan anak untuk bersosialisasi dan berbuat baik kepada sesama, selalu mengajarkan anak saya untuk mencintai Allah dan taat kepada-Nya, agar anak punya bekal punya pegangan kelak waktu anak tumbuh dewasa. 23 Pernyataan informan 1 di atas menunjukkan bahwa dalam keluarganya

menanamkan nilai-nilai religius kepada anak yaitu nilai ibadah, akhlak dan sosial.

Namun dari ketiga nilai religius tersebut nilai yang paling utama ditanamkan

adalah nilai akhlak dan nilai ibadah khususnya dalam hal melaksanakan shalat

lima waktu dengan tepat dan akhlak anaknya, berpuasa, mengaji, berinfak dan

bersosialisasi. Informan 1 memiliki alasan tersendiri menanamkan nilai ibadah

sholat, nilai akhlak, dan akidah, agar anak punya bekal punya pegangan kelak

waktu anak tumbuh dewasa.

Informan 2 menyatakan:

Segala sesuatu itu sudah diatur dan diberikan sama Allah, sebagai orangtua kita harus senantiasa berusaha untuk tidak menyalahi aturan yang sudah

23 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019

Page 80: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

71

ditentukan, kalau saya menanamkan kepada anak saya ibadah sholat, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada orangtua. Saya selalu mengajarkan serta mengingatkan anak untuk selalu berbuat baik kepada teman dan orangtua serta mengajarkan kepada anak untuk mencintai ciptaan Allah, agar menjadi bekalnya dia ketika dia dewasa nanti, agar dia mengerti dan terbiasa dengan yang baik-baik. 24 Pernyataan informan 2 di atas menunjukkan bahwa semua nilai religius itu

harus ditanamkan. Keluarga informan 2 beranggapan bahwa semua nilai religius

ditanamkan berdasarkan perintah atau aturan yang ada di dalam al-Qur’an. Kalau

semua nilai religius ditanamkan tanpa berdasarkan aturan dari al-Qur’an maka

semua itu akan menjadi salah dan tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi

Muhammad SAW. Nilai-nilai religius yang paling utama ditanamkan adalah

ibadah sholat, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada orangtua

menanamkan nilai agama akidah yaitu mencintai ciptaan Allah. Alasan yang

dikemukakan dalam menanamkan nilai-nilai religius tersebut adalah untuk

pegangan dan bekal anak.

Informan 3 menyatakan:

Untuk nilai-nilai religius yang saya tanamkan kepada anak yaitu selalu mengajarkan kepada anaknya sholat lima waktu di masjid, mengajarkan anak untuk berbuat baik kepada semua orang dan tidak pernah memarahi anak, meskipun melakukan kesalahan saya hanya menasehatinya bahwa tindakannya salah dan jangan diulangi lagi. 25 Informan 4 menyatakan:

Kalau dari keluarga saya, nilai-nilai religius yang saya tanamkan kepada anak ada tiga yaitu nilai akhlak, ibadah dan akidah. Hal pertama yang saya tanamkan adalah sholat, kedua adalah tentang akhlak yang baik dengan kepribadian yang baik terutama saya tegaskan untuk selalu mencontohkepada sunnah Rasulullah. Selain itu, membiasakan anak mengaji setiap selesai sholat mahgrib dan mengaji pada sore hari di TPA,

24 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019 25 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019

Page 81: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

72

saya membiasakan anak untuk tidak menonton televisi setiap saat dan membiasakan anak untuk disiplin waktu dalam dia bermain. serta Saya mengajarkan kepada anak yang disembah hanyalah Allah tidak ada yang lain, walaupun anak belum mengerti.26 Informan 5 menyatakan:

Kalau pada keluarga saya, menanamkan semua nilai agama kepada anak diantara nya ibadah, tata krama yang baik menurut islam contohnya berkata sopan terhadap kedua orangtua, berbagi mainan dengan teman, berbagi makanan dengan teman, mengalah sama adik kecil dan lain-lainnya. Selain itu, saya menanamkan kepada anak nilai ibadah sholat di rumah atau di masjid, namun semampunya anak dan tidak dipaksakan harus ke masjid, namun pada prinsipnya anak harus sholat, membiasakan anak mengaji setelah selesai sholat mahgrib atau mengajak anak pergi ke TPA, membiasakan anak membaca doa sebelum dan setelah melakukan kegiatan, membiasakan anak untuk menggunakan jilbab setiap kali keluar rumah serta saya mengajarkan tata krama dan perilaku baik seperti tidak mengambil barang milik orang lain tanpa seijin yang punya. Alasan saya menanamlan nilai-nilai religius tersebut agar anak tahu larangan dalam ajaran agama dan perintah yang ada dalam ajaran agama.27 Informan 6 menyatakan:

Semua nilai religius saya tanamkan untuk anak, namun dalam menanamkan nilai-nilai tersebut dengan bertahap sesuai dengan kemampuan anak sesuai dengan tingkat pemikiran anak. Nilai agama yang ditanamakan pada anak yang jelas akhlakul kharimah adalah akhlak yang baik. Saya menanamkan kepada anak nilai ibadah sholat, memberikan contoh ketika mau makan berdoa dulu anak akan melihat dan meniru. Selain itu, saya menanamkan nilai aqidah kepada anak untuk senantiasa menyembah hanya kepada Allah semua yang ada di bumi hanya milik Allah yang menciptakan Allah. Alasannya saya untuk bekal anak ketika anak dewasa nanti, agar anak tidak terjerumus kedalam hal-hal yang dilarang oleh Allah dan untuk membentengi dirinya menjadi pribadi yang religius.28 Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait nilai-nilai religius

apa saja yang perlu ditanamkan pada anak untuk meningkatkan pengamalan

ibadahnya diperoleh gambaran bahwa keluarga informan 1 , 2, dan informan 3

26 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019 27 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 1 Juni 2019 28 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 82: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

73

menanamkan nilai ibadah seperti sholat, berpuasa, berinfak, dan mengaji. Nilai

akhlak yaitu bersikap baik terhadap kedua orangtua, terhadap teman dan sesama

muslim. Nilai akidah yaitu menyembah hanya kepada Allah, mencintai Allah

beserta ciptaan-Nya. Nilai yang paling utama ditanamkan adalah nilai ibadah

sholat lima waktu tepat waktu atau disiplin dalam melaksanakan sholat. Alasan

keluarga tersebut menanamkan nilai-nilai agama pada anak adalah agar anak

mempunyai pegangan hidup dan anak terbiasa disiplin dalam melaksanakan sholat

hingga dewasa nanti. Nilai-nilai religius yang ditanamkan keluarga informan 4, 5,

dan informan 6 pada anak juga fokus pada nilai ibadah sholat, mengaji, berinfak,

dan doa sehari-hari. Nilai akhlak adalah kejujuran, membiasakan berdoa sebelum

dan sesudah melakukan kegiatan, dan bersikap baik terhadap orangtua dan teman.

Nilai akidah adalah menyembah hanya kepada Allah dan percaya adanya Allah,

dan mencintai ciptaan Allah. Alasan ketiga informan tersebut dalam menanamkan

nilai-nilai religiusadalah menjadi pegangan dan modal anak ketika anak dewasa

nanti.

Kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan keenam

informan di atas adalah nilai-nilai religius yang ditanamkan oleh keenam keluarga

guru PAI kepada anaknya memiliki pendapat yang sama yaitu nilai-nilai religius

yang ditanamkan secara garis besar mereka menanamkan nilai ibadah

melaksanakan sholat dengan tepat, sholat berjamaah, berpuasa, dan mengaji.

Selain nilai ibadah, keenam keluarga tersebut berpendapat sama yaitu

menanamkan nilai akhlak seperti mengajarkan anak sopan santun, mengajarkan

anak berbuat baik antar sesama muslim, mengajarkan anak untuk menghormati

Page 83: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

74

dan patuh kepada kedua orangtua, serta kedisiplinan dan kemandirian. Selain itu,

keenam keluarga tersebut berpendapat sama mengenai nilai akidah yang

ditanamkan kepada anak yaitu menyembah Allah, percaya kepada Allah dan

mencintai ciptaan Allah.

Hasil temuan berdasarkan pernyataan keenam informan di atas, sejalan

dengan teori yang dikemukakan Rois Mahfud (2011) bahwa nilai-nilai religius

menurut pandangan Islam yang harus ditanamkan pada anak adalah: 1) nilai

keimanan sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan didalam hati dan dibuktikan

dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dengan selalu

mengikuti petunjuk Allah SWT dan sunah Nabi Muhammad SAW, 2) nilai ibadah

adalah taat kepada Allah SWT, dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan

para Rasul-Nya , 3) Nilai akhlak adalah sesuatu yang telah tercipta atau berbentuk

melalui sebuah proses, karena jika akhlak sudah terbentuk maka akan menjadi

kebiasaan, 4) nilai sosial memiliki peran penting agar anak belajar mengenal tata

cara berinteraksi dengan orang lain.

Jawaban informan atas pertanyaan ke-4 yang dikemukakan peneliti terkait

cara menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah

pada diri anak diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-masing informan

sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

Cara menanamkan nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak seperti ketika berada di rumah saya selalu menanyakan kepada anak kalau sudah sholat, dan selalu mengajaknya untuk sholat berjamaah serta selalu mengingatkan untuk sholat tepat waktu. Selain itu, membiasakan anak jika mengambil sesuatu harus minta ijin terlebih dahulu, begitu juga jika ingin pergi harus minta ijin terlebih

Page 84: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

75

dahulu dengan pakaian yang rapi dan sopan, membiasakannya untuk selalu minta maaf jika melakukan kesalahan. 29 Informan 2 menyatakan:

Dalam penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak dalam keluarga saya waktu kecil orangtua saya mendidik agak tegas tentang masalah agama, seperti dalam hal sholat dan mengaji itu sangat penting bagi keluarga kami apalagi keluarga kami. Kalau cara saya, apa yang diajarkan oleh kedua orangtua saya dulu waktu kecil saya ajarkan kepada anak kami, tegas dan disiplin untuk masalah ibadah. Selain itu, saya membiasakan anak sholat lima waktu dengan tepat waktu dan dikerjakan di masjid secara berjamaah agar kelak dewasa sudah terbiasa sholat lima waktu dengan tepat waktu dan rajin mengaji. Saya juga menanamkan nilai ibadah puasa dengan mengajari anak tentang hukum-hukum puasa dan mengajari anak untuk berpuasa30 Pernyataan informan 2 di atas menunjukkan bahwa dalam penanaman

nilai-nilai religius khususnya ibadah sholat selain dengan tegas dan disiplin,

keluarga dari informan 2 menggunakan metode pembiasaan. Dengan

membiasakan anaknya sholat lima waktu dengan tepat waktu dan dikerjakan di

masjid secara berjamaah agar kelak dewasa sudah terbiasa sholat lima waktu

dengan tepat waktu dan mengaji. Keluarga informan 2 menanamkan nilai akhlak

dengan metode keteladanan yaitu memberikan contoh yang baik atau menjadi

teladan yang baik untuk anak, serta selalu membiasakan anak untuk disiplin

beribadah.

Informan 3 menyatakan:

Untuk menanamkan nilai ibadah berinfak saya lakukan dengan menjelaskan mengenai keutamaan berinfak dengan melakukan dialog serta menggunakan perumpaan dengan menjelaskan kepada anak apabila berinfak akan mendapatkan ganti berlipat ganda dari Allah SWT, saya menjelaskan dengan bahasa yang sederhana yang dapat dipahami anak dan membiasakan memberikan uang kepada anak untuk diinfakkan di masjid

29 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019 30 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019

Page 85: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

76

ketika sedang sholat jumat atau pengajian. Saya juga menanamkan nilai akhlak yang baik seperti berbuat baik terhadap teman dan terhadap orangtua dengan cara pembiasaan yaitu selalu mengajarkan dan mengingatkan anak untuk berbuat baik kepada orangtua dan teman. 31 Informan 4 menyatakan:

Untuk penanaman nilai-nilai religius pada anak khususnya nilai akhlak, saya menggunakan metode pembiasaan yaitu membiasakan anak untuk tidak menonton televisi dan tidak bermain handphone agar bisa memaksimalkan anak dalam belajar mengenai agama, memberikan contoh dengan mengerjakan sholat di dekat anak serta membiasakan anaknya untuk melakukan sholat lima waktu dan diusahakan tepat waktu. 32 Informan 5 menyatakan:

Sebagai orangtua yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan anak. Namun lihatlah dari tata cara bergaul sang anak di lingkungan sekitar, dengan siapa anak bergaul atau berteman, bagaimana luas pergaulannya. Hal ini dimaksudkan bukan membatasi sang anak dalam bergaul atau berteman, namun selalu mengingatkan anak dalam bergaul membutuhkan kehati-hatian jangan sampai hanya karena pergaulan dapat menjerumuskannya kepada tindakan yang tidak sesuai. Cara yang saya lakukan dalam menanamkan nilai-nilai religius diantaranya anak dikenalkan dengan cara bicara yang baik dan berkata jujur dengan perilaku yang baik contohnya berbuat baik kepada teman, makan dengan tangan kanan, keluar masuk rumah berdoa masuk rumah mengucapkan salam itu hal-hal nilai-nilai adab akhlakul kharimah yang ditanamkan pada anak saya. Informan 6 menyatakan:

Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan secara rutin, anak dapat melakukan kebiasaan tersebut dengan sendirinya tanpa diperintah. Anak akan melakukan rutinitas tersebut dengan sadar tanpa adanya paksaan, karena anak telah terbiasa melakukan rutinitas setiap harinya. Dalam proses penanaman nilai-nilai religius, saya menggunakan metode pembiasaan. Yaitu membiasakan anaknya dari kecil untuk tidak mengambil barang orang lain tanpa minta izin terlebih dulu, sebagai orangtua sudah baik yaitu dengan membiasakan anak untuk mengaji setelah sholat mahgrib, mengajarkan anak memakai jilbab, mengajak anak mengaji di TPA. Selain itu, dalam penanaman nilai akhlak saya selalu mengingatkan anak untuk bersikap ramah terhadap orang lain. Pada malam

31 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019 32 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019

Page 86: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

77

harinya sebelum tidur saya mengajak anak untuk berbicara berdua menanyakan kepada anak apa saja yang dilakukan anak hari itu serta kesalahan apa yang dilakukan anak pada hari itu.33 Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait cara menanamkan

nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah pada diri anak

diperoleh gambaran bahwa keenam keluarga PAI menggunakan cara pembiasaan,

keteladanan, bercerita, dialog, dan perumpamaan. Pembiasaan digunakan orangtua

dengan membiasakan anak mengerjakan sholat lima waktu tanpa paksaan,

membiasakan anak mengaji di TPA, membiasakan mengaji setelah sholat

mahgrib, membiasakan berdoa sebelum dan setelah melakukan kegiatan,

membiasakan anak untuk berinfak, dan membiasakan anak untuk berbuat baik.

Metode keteladanan dilakukan dengan orangtua memberikan contoh yang baik

kepada anak-anaknya. Dengan metode bercerita, orangtua menceritakan kisah-

kisah Nabi dan Rasul dengan bahasa yang sederhana. Dengan metode perumpaan

yaitu dengan menjelaskan kepada anak mengenai sebab akibat dari perbuatan yang

dilakukan anak. Menggunakan metode dialog dalam menanamkan nilai-nilai

agama dengan cara mengajak anak berbicara berdua saja serta dapat dilakukan

dengan tanya jawab.

Untuk mendukung hasil penelitian di atas, peneliti melakukan observasi

pada hari Kamis, 6 Juni 2019 pada keluarga informan 1 hasil dari observasi adalah

dalam membiasakan anak disiplin sholat tepat waktu, dapat diamati dari informan

1 yang selalu mengingatkan anak bahwa sudah adzan, kemudian anak diminta

untuk mengambil air. Peneliti juga dapat mengamati keluarga pada informan 1

33 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 87: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

78

dalam menanamkan nilai akhlak dengan membiasakan anak untuk bersikap ramah

dengan orang lain dan dengan mengingatkan anak setiap anak tidak bersikap

ramah. Demikian halnya pada kelima informan lainnya, peneliti melakukan

observasi terkait penanaman nilai-nilai religius pada anak-anaknya dengan hari

yang berbeda sebagaimanaya disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 7 Hasil Observasi Penanaman Nilai-Nilai Religius Anak Pada 6 Keluarga Guru PAI

No Keluarga Guru PAI

Cara Penanaman Nilai-Nilai Religius

Pada Anak Keterangan

A B C D E

1 Informan 1 - - - -

- Selalu menanyakan kepada anak kalau sudah sholat

- Selalu mengajak anak untuk sholat berjamaah

- Selalu mengingatkan untuk sholat tepat waktu

- Membiasakan anak jika mengambil sesuatu harus minta ijin terlebih dahulu

- Membiasakan anak jika ingin pergi harus minta ijin terlebih

- Membiasakan anak berpakaian yang rapi dan sopan

- Membiasakan anak untuk selalu minta maaf jika melakukan kesalahan

2 Informan 2 - -

- Keteladanan dari didikan orangtua tegas tentang masalah agama

- Selalu memberikan contoh yang baik kepada anaknya

- Membiasakan anak sholat lima waktu dengan tepat waktu

- Membiasakan anak sholat berjamaah di masjid

- Mengajari anak tentang hukum-hukum puasa dan mengajari anak untuk berpuasa

3 Informan 3 - -

- Membiasakan anak berbuat baik terhadap teman dan terhadap orangtua

- Membiasakan sholat lima waktu - Membiasakan memberikan uang kepada

anak untuk diinfakkan di masjid - Menjelaskan mengenai keutamaan

berinfak dengan melakukan dialog

Page 88: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

79

No Keluarga Guru PAI

Cara Penanaman Nilai-Nilai Religius

Pada Anak Keterangan

A B C D E - Menggunakan perumpaan dengan

menjelaskan kepada anak apabila berinfak akan mendapatkan ganti berlipat ganda dari Allah SWT

4 Informan 4 - - -

- Memberikan contoh selalu melaksanakan sholat tepat waktu jika adzan sudah berkumandang

- Membiasakan anak untuk tidak menonton televisi pada saat belajar

- Membiasakan anak untuk tidak bermain handphone

5 Informan 5 - - -

- Anak dikenalkan dengan cara berbicara yang baik dan selalu berkata jujur

- Membiasakan anak sholat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan

- Membiasakan anak berbuat baik kepada sesama, makan dengan tangan kanan, keluar masuk rumah berdoa masuk rumah

6 Informan 6 - -

- Membiasakan anak tidak melupakan sholat lima waktu

- Membiasakan anak untuk mengaji setelah sholat mahgrib

- Membiasakan anaknya dari kecil untuk tidak mengambil barang orang lain tanpa minta izin terlebih dulu

- Mengajarkan anak menutup aurat - Mengingatkan anak untuk bersikap

ramah terhadap orang lain - Mengajak anak untuk berbicara berdua

menanyakan kepada anak apa saja yang dilakukan anak hari itu serta kesalahan apa yang dilakukan anak pada hari itu

Keterangan: A= Keteladanan B= Pembiasaan C= Bercerita D= Dialog E= Perumpamaan

Hasil temuan wawancara dan hasil observasi di atas sejalan dengan teori

yang mengatakan bahwa setiap anak adalah individu yang tidak dapat diibaratkan

sebagai tanah liat yang bisa ”dibentuk” sesuka hati oleh orangtua. Namun harus

Page 89: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

80

disesuaikan dengan perkembangan jiwa dan potensi anak sebagai tanda kasih

sayang dan tanggung jawab moral orang tua yang secara konsisten dilandasi oleh

sikap dipercaya dan mempunyai suatu pola relasi hubungan antara kesadaran

kewajiban dengan kepatuhan terhadap orang tua atas kesadaran tersebut.34

Menurut Jamal Ma’mur (2014) dalam kehidupan keluarga, anak sangat

membutuhkan keteladanan dari orangtuanya, karena orangtua merupakan contoh

ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku akan selalu ditiru oleh anak,

bahkan semua keteladanan dari kedua orangtuanya akan melekat pada diri dan

perasaannya.35 Oleh karena itu, keteladanan merupakan cara yang dapat

diterapkan dalam menanamkan nilai-nilai religius pada diri anak, agar dapat

meningkatkan pengamalan ibadahnya.

Jawaban informan atas pertanyaan ke-5 yang dikemukakan peneliti terkait

wujud penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak untuk

meningkatkan pengamalan ibadahnya diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-

masing informan sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

Sikap dan perilaku yang ditunjukkan anak saya dapat dilihat dari sholat tepat waktu, rajin mengaji, menjalankan ibadah puasa, bersikap sopan terhadap orang yang lebih tua, bertanggungjawab dan sebagainya, maka sebagai orangtua saya selalu memberikan contoh yang baik terlebih dahulu, agar ketika memerintah ke anak untuk melaksanakan ibadah, maka tentu anak tidak akan membangkang. 36

34 Mufatihatut, Taubah, Pendidikan anak dalam keluarga perspektif Islam, (Jurnal

Pendidikan Agama Islam Volume 03, Nomor 01, Mei 2015), h. 133-136. 35 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internaslisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Yogyakarta: DIVA Press, 2014), h. 36. 36 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019

Page 90: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

81

Informan 2 menyatakan:

Wujud penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak saya diantaranya berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menanamkan nilai-nilai religius setiap harinya meskipun saya disibukkan dengan pekerjaan di sekolah. Hendaknya, penanamkan nilai-nilai religius tersebut dilakukan dengan memberikan contoh secara langsung.37 Informan 3 menyatakan:

Wujud penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak, saya berusaha memberikan contoh teladan yang baik, membiasakan untuk sholat, mengaji dan berperilaku baik, adalah dengan memberikan kepercayaan kepada anak sebagai anak yang baik.38 Informan 4 menyatakan:

Wujud nyata penanaman nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak untuk meningkatkan pengamalan ibadahnya diantara dengan memberikan motivasi kepada anak untuk belajar agama di rumah, dan memberikan contoh untuk mengerjakan berbagai ibadah yang dianjurkan dalam Islam.39 Informan 5 menyatakan:

Wujud menanamkan nilai-nilai religius pada diri anak tidaklah harus dengan cara dipaksa, melainkan secara berlahan-lahan anak dibiasakan sehingga tumbuh menjadi suatu kesadaran yang timbul dari diri anak, bukan atas paksaan orangtua atau keluarga. 40 Informan 6 menyatakan bahwa:

Wujudnya adalah terus berusaha untuk mampu menjadi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari anak, karena sebagai orangtua dalam menanamkan nilai-nilai religius kepada anaknya bukan saja dengan mengajarinya secara langsung, tetapi dengan memberikannya contoh berbuat baik, membentuk mental, serta jiwa religi anak melalui didikan setiap hari, sehingga akan menjadi kebiasaan pada diri anak untuk mengamalkan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. 41

37 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019 38 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019 39 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019 40 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 1 Juni 2019 41 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 91: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

82

Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait wujud penanaman

nilai-nilai religius yang ditanamkan pada anak untuk meningkatkan pengamalan

ibadahnya diperoleh gambaran bahwa 1) selalu memberikan contoh yang baik

terlebih dahulu, agar ketika memerintah ke anak untuk melaksanakan ibadah,

maka tentu anak tidak akan membangkang, 2) memberikan contoh secara

langsung, 3) memberikan kepercayaan kepada anak sebagai anak yang baik, 4)

memberikan motivasi kepada anak untuk belajar agama di rumah, dan

memberikan contoh untuk mengerjakan berbagai ibadah yang dianjurkan dalam

Islam, 5) menanamkan nilai-nilai religius pada diri anak tidaklah harus dengan

cara dipaksa, 6) mampu menjadi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari

anak.

Jawaban informan atas pertanyaan ke-7 yang dikemukakan peneliti terkait

tindakan nyata yang ditunjukkan anak dalam pengamalan ibadahnya sehari-hari

diperoleh deskripsi pernyataan dari masing-masing informan sebagai berikut:

Informan 1 menyatakan:

Tindakan nyata yang ditunjukkan anak dalam pengamalan ibadahnya sehari-hari seperti dalam keseharian rajin melaksanakan sholat lima waktu tanpa disuruh atau diawasi oleh orangtua, anak-anak sudah terbiasa sholat tanpa ditanya atau diawasi ia tetap mengerjakannya atas kemauannya sendiri.42 Informan 2 menyatakan:

Dalam menanamkan nilai ibadah kepada anak menghasilkan anak saya menjadi rajin pergi sholat berjamaah ke masjid dengan berangkat sendiri sehingga anak menjadi disiplin dalam mengerjakan sholat, anak saya sudah mampu membaca Al-Qur’an, berpuasa, terbiasa berinfak setiap anak

42 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 18 Mei 2019

Page 92: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

83

datang ke pengajian, dan anak saya menurut dengan apa yang diperintahkan atau dikatakan oleh orangtuanya.43 Informan 3 menyatakan:

Hasil dari proses penanaman nilai-nilai religius pada anak dengan memberikan teladan yang baik pada anak dan membiasakan anak untuk berkata jujur, membiasakan anak untuk mengerjakan sholat lima waktu setiap hari tanpa paksaan adalah anak menjadi terbiasa berkata jujur sehingga dapat menjaga kepercayaan orangtua, anak selalu mengerjakan sholat tanpa paksaan, dan anak selalu berbuat baik antar sesama.44 Informan 4 menyatakan:

Hasil dari proses penanaman nilai-nilai religius pada anak dengan metode pembiasaan adalah anak mampu mengerjakan sholat, anak selalu berkata jujur dan tidak pernah melawan orangtua.45 Informan 5 menyatakan:

Hasil dari proses penanaman nilai ibadah yang saya lakukan dengan menggunakan metode pembiasaan ditunjukkan dari anak saya yang tidak merasa dipaksakan dalam belajar dan kedua anaknya dapat memilih untuk belajar apa setiap harinya.46 Informan 6 menyatakan:

Hal yang sama bahwa dengan memberikannya contoh berbuat baik, membentuk mental, serta jiwa religi anak melalui didikan setiap hari, telah menjadi kebiasaan pada diri anak untuk tidak lupa mengamalkan ibadah sholat setiap hari ke masjid, menjadi pribadi yang sabar dan tidak emosial serta sangat menghormati orangtua.47 Berdasarkan pernyataan keenam informan di atas terkait tindakan nyata

yang ditunjukkan anak dalam pengamalan ibadahnya sehari-hari diperoleh

simpulan hasil wawancara peneliti dengan keenam keluarga guru PAI yang

berbeda adalah keenam keluarga tersebut berpendapat sama dengan hasil yang

43 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Minggu, 19 Mei 2019 44 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Sabtu, 25 Mei 2019 45 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 26 Mei 2019 46 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Sabtu, 1 Juni 2019 47 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Minggu, 2 Juni 2019

Page 93: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

84

diperoleh dalam proses penanaman nilai-nilai religius pada anak dengan

menggunakan beberapa cara yang berbeda. Hasil tersebut adalah anak menjadi

terbiasa sholat setelah anak dibiasakan sholat oleh kedua orangtuanya, anak

mampu membaca al-Qur’an, orangtua berhasil memberikan contoh yang baik. Hal

ini juga dibuktikan oleh pengakuan dari anak informan 1 yang menyatakan bahwa:

Salah satu nilai yang yang ditanamkan orangtua saya adalah melaksanakan sholat lima waktu, sikap untuk saling menghargai,sehingga saya merasa lebih dapat memaknai dalam menjalani kehidupan ini, lebih peduli terhadap sesama, terhadap lingkungan sekitar dan yang pasti saya dapat mengingat Tuhan dimanapun saya berada.48 Anak dari informan 2 menyatakan bahwa:

Nilai-nilai religiusitas yang ditanamkan pada diri saya dari orang tua memang sangat banyak manfaatnya yang saya rasakan, diantaranya saya bisa rutin melaksanakan ibadah sholat di masjid, mengaji, dan memiliki nilai sosial yang mendorong saya untuk melakukan kegiatan yang bermakna sosial didalam masyarakat seperti kerja bakti di lingkungan sini, juga nilai kemanusiaan yang saya dapat adalah saya selalu menolong sesama yang membutuhkan pertolongan seperti jika adan tetangga yang meninggal, serta saya dapat nilai moral yang menuntut saya berperilaku sesuai norma dan adat yang telah ditetapkan di lingkungan tempat tinggal.49 Anak dari informan 3 menyatakan bahwa:

Banyak nilai religius yang diperoleh dari orangtua, pola didik orang tua itu sangat berperan penting dalam diri anak. Sehingga anak dapat mengerti pola tinghkah laku yang harus mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti melaksanakan sholat dengan tepat, sholat berjamaah, berpuasa, dan mengaji, mengajarkan anak sopan santun, mengajarkan anak berbuat baik antar sesama, mengajarkan anak untuk menghormati dan patuh kepada kedua orangtua, serta kedisiplinan dan kemandirian. Yang paling utama adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan senantiasa melaksanakan kewajiban beribadah.50 Anak dari informan 4 mengatakan bahwa:

48 Moh. Ilyas Lamasai, Anak dari Armada S. Lamasai, Wawancara: Senin, 20 Mei 2019 49 Wisnawati Thalib, Anak dari Yusuf Thaib, Wawancara: Rabu, 22 Mei 2019 50 Muhammad Rusdianto Tangahu, Anak dari Rusdianto Tangahu, Wawancara: Senin, 27

Mei 2019

Page 94: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

85

Dengan adanya penanaman nilai-nilai religius oleh orangtua saya di rumah, saya jadi lebih tahu bagaimana kehidupan beragama dan bermasyarakat, sehingga saya menjadi lebih giat mengikuti kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial yang dilakukan di lingkungan tempat saya tinggal.51 Selanjutnya anak dari informan 6 juga menyatakan hal yang sama bahwa: Bentuk keteladanan yang saya dapatkan dari orangtua saya, sangat bermanfaat dalam membentuk perilaku saya sehari-hari. Dari hal ini saya selalu mengikuti semua kegiatan yang ada di kelurahan ini, jika tidak ada halangan. Kalau ada kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan saya berusaha untuk sellau terlibat. Kalau hari jumat saya selalu sholat berjamaah dan sholat lima waktu berjamaah kadang saya yang mengimami.”52 Untuk anak dari informan 5 tidak dilakukan wawancara karena anak yang bersangkutan masih bersekolah di SD. Berbagai hasil pemaparan penelitian terhadap rumusan permasalahan

pertama sebagaimana yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengalaman ibadah anak pada

keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kecamatan Kota Gorontalo yaitu

keenam keluarga guru PAI menanamkan nilai-nilai religius yang sama pada anak

yaitu nilai ibadah, akhlak dan akidah. Nilai ibadah seperti melaksanakan sholat

dengan tepat, sholat berjamaah, berpuasa, dan mengaji. Nilai akhlak seperti

mengajarkan anak sopan santun, mengajarkan anak berbuat baik antar sesama,

mengajarkan anak untuk menghormati dan patuh kepada kedua orangtua, serta

kedisiplinan dan kemandirian. Nilai akidah yang ditanamkan kepada anak yaitu

menyembah Allah, percaya kepada Allah dan mencintai ciptaan Allah. Cara

penanaman yang dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan, bercerita, dialog,

dan perumpamaan. Wujud tindakan nyata yang dilakukan yaitu selalu memberikan

contoh yang baik dan memberikan contoh secara langsung, memberikan

51 Putri Raisya Maulidah Misilu, Anak dari Fauzan Misilu, Wawancara: Senin, 3 Juni 2019

52 Fatir Paputungan, Anak dari Trisnawati Syafar, Wawancara: Rabu, 5 Juni 2019

Page 95: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

86

kepercayaan kepada anak sebagai anak yang baik, memberikan motivasi kepada

anak mengerjakan berbagai ibadah yang dianjurkan dalam Islam, menanamkan

nilai-nilai religius pada diri anak tidaklah harus dengan cara dipaksa, dan mampu

menjadi contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari anak. dengan hasil yang

dicapai dari penanaman nilai-nilai religiusitas tersebut yaitu anak menjadi terbiasa

sholat setelah anak dibiasakan sholat oleh kedua orangtuanya, anak mampu

membaca al-Qur’an, orangtua berhasil memberikan contoh yang baik.

C. Hambatan Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo

Proses penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini dalam keluarga

pastilah mempunyai cara atau metode yang berbeda namun dengan tujuan yang

sama. Adanya pengaruh dari lingkungan keluarga dan sekitar anak yang bisa

membawa anak kedalam pengaruh negatif ataupun pengaruh positif, maka dari itu

setiap orangtua dalam menyikapi atau mengatasi pengaruh negatif yang datang

memiliki cara yang berbeda antara orangtua satu dengan yang lain. Pengaruh yang

muncul juga dapat menjadi faktor pendukung maupun penghambat dalam proses

penanaman nilai-nilai agama itu sendiri.

Guna keperluan penelitian terhadap permasalahan kedua tentang hambatan

penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak pada

keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara, peneliti melaksanakan

penelitian mulai tanggal 7 Juni 2019 s/d 12 Juni 2019, dengan mengajukan

pertanyaan kepada informan berdasarkan pertanyaan yang sudah disiapkan

peneliti dalam pedoman wawancara tentang hambatan yang dihadapi oleh 6

Page 96: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

87

keluarga guru PAI dalam penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah anak di Kelurahan Heledulaa Utara dengan deskripsi temuan

sebagai berikut.

Informan 1 menyatakan bahwa:

Salah satu hambatan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai religius adalah sikap/watak anak, karena setiap anak pasti memiliki pola perilaku yang berbeda-beda. Tidak semua anak sama sikapnya, ada yang nakal, sabar, pendiam, pemalu dan sebagainya, misalnya kadang orangtua sudah memberitahu atau meminta anak untuk pergi mengaji, suka membantah, keras kepala dan susah diatur.53 Informan 2 menyatakan bahwa:

Kurangnya pengawasan dari keluarga dan tidak ada komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, dapat menjadi hambatan dalam penanaman nilai-nilai religius, karena tanpa pengawasan yang baik dari lingkungan keluarga, maka dapat dipastikan akan sangat mempengaruhi hasil dari penanaman nilai-nilai religius tersebut.54 Informan 3 menyatakan bahwa:

Menurut saya lingkungan adalah apa yang ada di sekeliling kita baik yang bisa mempengaruhi anak ataupun tidak. Lingkungan yang kurang mendukung, kontrol dari orangtua yang lemah dapat membuat anak berbuat sekehendak hatinya.55 Hal yang sama dikemukakan informan 4 bahwa: Lingkungan sosial rumah anak dapat menjadi faktor penghambat proses penanaman nilai-nilai religius pada anak, karena lingkungan luar rumah dengan pemikiran yang berbeda dalam menerapkan pendidikan agama kepada anak serta lingkungan keluarga yaitu orang-orang terdekat yang mempunyai pemikiran yang berbeda untuk pendidikan anak menjadi faktor penghambat untuk memaksimalkan ajaran agama yang diajarkan.56 Dari kedua pernyataan di atas, peneliti menyimpulkan dari hasil

wawancara dari informan 3 dan 4 bahwa lingkungan yang kurang mendukung,

53 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Jumat, 7 Juni 2019 54 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Sabtu, 8 Juni 2019 55 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Minggu, 9 Juni 2019 56 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Senin, 10 Juni 2019

Page 97: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

88

kontrol dari orangtua yang lemah dan lingkungan sosial rumah menjadi hambatan

dalam penanaman nilai-nilai religius pada anak, karena anak-anak yang ada di

lingkungan sekitar tempat tinggal cukup banyak dan masing-masing memiliki

karakter yang berbeda yang dimana dapat memberikan pengaruh yang baik pada

anak dan pengaruh yang tidak baik pada anak, maka dari itu lingkungan sosial

seperti teman bermain dan teman sebaya dapat menjadi faktor penghambat proses

penanaman nilai-nilai nilai religius pada anak dalam keluarga.

Menurut informan 5 bahwa:

Hambatan yang sulit dapat dibendung para orang tua adalah media massa, media sosial dan Youtobe yang menyajikan tontonan ydan konten yang tidak mendidik, mengandung pornografi, film dewasa dalam bentuk kartun, game baik online maupun offline seperti mobile legend dan game Pubg singkatan dari Player Unknown’s Battegrounds, sebagai sebuah permainan dengan genre battle royale yang bisa dimainkan oleh 100 orang secara daring melalui handpone (HP), dan mereka akan berusaha bertahan hidup dengan saling membunuh di suatu pulau, sehingga dengan permainan ini membuat pemainnya terlena menikmati keseruan saling tembak-menembak di HP dan rela menghabiskan waktunya termasuk anak-anak demi mengejar point atau tetap bertahan hidup dalam permainan tersebut. Akibatnya membuat mereka lalai melaksanakan sholat, belajar mengaji, mengerjakan pekerjaan rumah dan melakukan kegiatan positif lainnya.57 Pernyataan di atas, dibenarkan oleh informan 6 yang menyatakan bahwa:

Adanya youtobe dan game online yang lagi trend saat ini, menjadi hambatan yang sangat berpengaruh terhadap pengamalan ibadah anak. Dengan adanya game online menjadikan sikap apatis dan malas tumbuh pada diri anak dengan dimulai mengabaikan keadaan sekitar hingga lupa dengan kegiatan ibadah yang menjadi prioritas, bahkan hal ini membuat anak lupa belajar dan membangkang kepada orangtua. Terdapatnya berbagai aplikasi dalam HP, membuat anak-anak jaman sekarang sudah kecanduan dan tidak bisa lepas darinya.58

57 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Selasa, 11 Juni 2019 58 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Rabu, 12 Juni 2019

Page 98: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

89

Kedua pendapat di atas menyatakan bahwa hambatan yang dihadapi

orangtua dalam menanamkan nilai-nilai religius pada anak adalah salah satu

dipengaruhi oleh adanya akses media massa, media sosial, youtobe dan game

online yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja menjadikannya memiliki

sikap apatis dan malas tumbuh pada diri anak dengan dimulai mengabaikan

keadaan sekitar hingga lupa dengan kegiatan ibadah. Selain itu, adanya kecanduan

teknologi berupa gadget atau handphone. Temuan ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan Ainiyah (2018) bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

membawa kehidupan manusia ke era yang tak terbatas, jangkauan semakin luas,

apapun nyaris bisa di dapatkan saat ini, hanya dengan duduk didepan layar

komputer atau laptop dan handphone, manusia begitu mudah mendapatkan apa

yang mereka mau, hal ini telah mengakibatkan terjadinya instanisasi kebutuhan,

media sosial adalah media yang begitu banyak menawarkan fitur-fitur yang

mengasyikkan, sehingga para remaja millenial dengan sangat mudah tergiur oleh

fitur-fitur yang mengasyikkan tersebut tanpa mempedulikan konten-konten yang

terkandung dalam fitur-fitur tersebut positif atau negatif, tanpa menyadari mereka

telah mengalami kecanduan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi.59

Hal ini sebenarnya menjadi sebuah ujian bagi para orangtua dalam mendidik dan

mengarahkan anaknya agar menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan ibadah

yang memiliki manfaat pada dirinya menjadi pribadi yang religius. Hal ini juga

didukung dengan hasil pengamatan pada salah satu keluarga informan

menunjukkan bahwa pada saat anak menonton televisi atau bermain game saat

59 Nur, Ainiyah, Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media

Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial, (JPII Volume 2, Nomor 2, April 2018), h. 222

Page 99: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

90

jam sholat dan saat anak bermain anak menjadi lupa waktu sholat. Hal ini

disimpulkan dari hasil wawancara dan observasi bahwa televisi dan game menjadi

faktor penghambat proses penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan

pengamalan ibadah anak.

Berdasarkan hasil pemaparan penelitian terhadap rumusan permasalahan

kedua sebagaimana yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

hambatan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai religius untuk

meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan

Heledulaa Utara Kecamatan Kota Gorontalo yaitu diantaranya: 1) sikap/watak

setiap anak memiliki pola perilaku yang berbeda, 2) kurangnya pengawasan dari

keluarga, 3) Lingkungan sosial rumah yang kurang mendukung, 4) adanya akses

media massa, media sosial, youtobe dan game online yang dapat dilakukan kapan

saja dan dimana saja menjadikan anak memiliki sikap apatis dan malas.

D. Solusi Mengatasi Hambatan Penanaman Nilai-Nilai Religius dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Anak Pada Keluarga Guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo

Keluarga dalam hal ini orangtua yang memegang peran utama dalam

memberikan pendidikan kepada anaknya tanpa syarat, tidak mesti orangtua yang

mempunyai pendidikan tinggi, tetapi semua orangtua bahkan orangtua yang tak

berpendidikan tetap mengutamakan tugas tersebut, terutama yang berkaitan

dengan penanaman nilai-nilai religius, karena orangtua sebagai pendidik utama

dan pertama tentu saja selalu menginginkan anaknya lebih baik darinya. Oleh

karena itu, hambatan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai religius untuk

Page 100: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

91

meningkatkan pengamalan ibadah anak pada keluarga guru PAI diperlukan

adanya solusi untuk mengatasinya.

Guna keperluan penelitian terhadap permasalahan ketiga tentang solusi

hambatan penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah

anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara, peneliti

melaksanakan penelitian mulai tanggal 17 Juni 2019 s/d 22 Juni 2019, dengan

mengajukan pertanyaan kepada informan berdasarkan pertanyaan yang sudah

disiapkan peneliti dalam pedoman wawancara tentang solusi mengatasi hambatan

yang dihadapi oleh 6 keluarga guru PAI dalam penanaman nilai-nilai religius

dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak di Kelurahan Heledulaa Utara

dengan deskripsi temuan sebagai berikut.

Informan 1 menyatakan:

Untuk mengatasi adanya sikap/watak anak yang berbeda, solusinya dapat dilakukan dengan meningkatkan kegiatan keagamaan anak, adanya kegiatan keagamaan menjadi semakin terarah pola perilaku dari anak. Selain itu, meningkatkan fungsi pengawasan orangtua, hal ini menjadi sangat penting dalam membentuk sifat dan karakter anak, karena apa yang diajarkan orang tua secara otomatis mereka dapat mencernanya dan menerapkan dalam lingkungannya. 60 Pernyataan di atas didukung oleh informan 2 yang menyatakan bahwa:

Salah satu solusi mengatasi adanya sikap/watak anak yang berbeda dalam penanaman nilai-nilai religius yaitu meningkatkan fungsi kontrol orang tua, mengatur waktu anak dengan mengurangi waktu anak bermain serta melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak di rumah atau di sekolah. 61

60 Armada S. Lamasai, Guru PAI SMAN 4 Gorontalo, Wawancara: Senim, 17 Juni 2019 61 Yusuf Thaib, Guru PAI SMPN 1 Telaga, Wawancara: Selasa, 18 Juni 2019

Page 101: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

92

Informan 3 menyatakan bahwa:

Untuk mengatasi hambatan atau menyikapi pengaruh negatif dari lingkungan luar rumah terutama dari teman-teman anak sendiri adalah dengan membatasi waktu bermain anak, selain itu juga memberikan pengertian serta penjelasan kepada anak untuk tidak mengikuti atau meniru perilaku yang tidak baik serta mengurangi kegiatan anak di luar lingkungan untuk bersosialisasi kalau kegiatan tersebut memberikan pengaruh negatif. 62 Informan 4 menyatakan bahwa:

Dalam menyikapi pengaruh lingkungan sosial anak yang dapat berdampak buruk adalah memberikan penjelasan serta pengertian terhadap perilaku negatif yang anak lakukan dengan sering orangtua menasehati kepada anak-anaknya yang berisi larangan untuk tidak melakukan hal-hal atau perbuatan yang melanggar norma agama dan norma masyarakat. Selain itu menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan sekitar diantaranya yang dilakukan para orang tua adalah mengajak anak-anak mereka untuk melakukan gotong royong dilingkukngan sekitarnya, mengikuti kegiatan masayarakat di lingkungannya seprti karang taruna, hal ini diharapkan agar dalam diri anak tumbuh rasa peduli terhadap sesama. 63 Untuk mengatasi hambatan akses media massa, media sosial, youtobe dan

game online yang dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja, informan 5

menyatakan:

Solusi yang bisa dilakukan adalah mengurangi kesibukan orangtua di luar rumah dan lebih mengintensifkan komunikasi di dalam keluarga khususnya dengan anak-anak. Langkah berikut adalah meminimalisasi penggunaan ponsel pada anak-anak, kalau perlu jangan memberikan ponsel pada anak dan apabila itupun harus dilakukan perlu adanya aturan-aturan yang dibuat orangtua dalam penggunaannya seperti adanya larangan mengakses internet dengan mudah, karena keterhubungan dengan internet inilah yang membuat anak kecanduan bermain hingga malas melaksanakan ibadah. 64 Pernyataan di atas, juga diperkuat oleh informan 6 yang menyatakan

bahwa:

62 Rusdianto Tangahu, Guru PAI SDN 66 Kota Timur, Wawancara: Rabu, 19 Juni 2019 63 Fauzan Misilu, Guru PAI SDN 65 Kota Timur, Wawancara: Kamis, 20 Juni 2019

64 Noldi Tolinggi, Guru PAI SMPN 8 Kota Gorontalo, Wawancara: Jumat, 21 Juni 2019

Page 102: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

93

Penting memperkenalkan pada anak bahaya internet maupun media sosial dan media massa yang diakses secara berlebihan. Mungkin, orangtua berpikir bahwa anak lebih baik menonton televisi ketimbang bermain ponsel, namun perlu disadari orangtua bahwa acara di televisi tak semuanya boleh ditonton anak-anak. Selayaknya anak-anak didampingi saat menonton, karena menonton televisi terus menerus dapat menyebabkan anak bisa terpengaruh dengan tayangan-tayangan yang ada, yang bisa saja isinya kurang mendidik. 65 Berbagai pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa solusi

untuk mengatasi berbagai macam hambatan yang dihadapi terhadap proses

penanaman nilai-nilai religius dengan: 1) meningkatkan kegiatan keagamaan

anak, 2) melakukan pengawasan terhadap anak ketika anak sedang bermain

dengan temannya, 3) mengurangi atau membatasi jam bermain anak, dan

melakukan evaluasi setiap harinya bersama anak, 4) mengurangi kesibukan

orangtua di luar rumah dan lebih mengintensifkan komunikasi di dalam keluarga,

meminimalisasi penggunaan ponsel pada anak, dan penting memperkenalkan pada

anak bahaya internet maupun media sosial dan media massa yang diakses secara

berlebihan.

Penanaman nilai-nilai religius terhadap anak, bukan saja hanya dalam

lingkungan keluarga PAI, tetapi hendaknya pada semua keluarga. Mengingat

penanaman nilai-nilai religius yang didapatkan dari keluarganya akan

mempengaruhi tingkah laku anak yang bersangkutan. Sebagaimana Allah

berfirman dalam surah At-Tahrim 66 ayat 6:

$ p k š ‰r ' ¯ » t ƒ t ûï Ï %© ! $ # ( # q ã Z t B# u ä ( # þ q è % ö / ä 3 | ¡ à ÿ R r & ö / ä 3 ‹ Î = ÷ d r & u r # Y‘ $ t R $ y d ß Š q è %u r â ¨ $ ¨ Z 9 $ #

ä o u ‘ $ y f Ï t ø : $ # u r $ p k ö Ž n = t æ î p s3 Í ´ ¯ » n = t B Ô â Ÿx Ï î × Š # y ‰Ï © žw t b q Ý Á ÷ è t ƒ

65 Trisnawati Syafar, Guru PAI SDN 46 Hulontlangi, Wawancara: Sabtu, 22 Juni 2019

Page 103: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

94

© ! $ # ! $ t B ö Nè d t � t B r & t b q è = y è ø ÿ t ƒ u r $ t B t b r â �sD÷ sã ƒ Ç Ï È

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.66

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah memerintahkan kepada kedua

orang tua agar memberikan pandangan positif kepada anak, agar berpengaruh

psoitif juga dalam kehidupannya. Penjagaan orang tua kepada anak bukan saja

dari segi lahiriah semata, melainkan penjagaan batin anak berupa penanaman

nilai-nilai religius yang bisa membanya kepada kebenaran dalam pandangan

Allah. Hal ini menegaskan begitu besarnya pengaruh setiap bentuk pendidikan

yang didapatkan seorang ana dalam lingkungan keluarganya.

Dari lingkungan keluarga seorang anak dituntut untuk selalu menghormati

orangtuanya yang telah mendidik dan membesarkannya sebagaimana firman

Allah dalam surah al-Ahqaf 46:15 berikut:

$ u Z ø Š ¢ ¹ u r u r z ` » | ¡ SM } $ # Ï m÷ ƒ y ‰Ï 9 º u q Î / $ · Z » | ¡ ô mÎ ) ( ç m÷ F n = u Hx q

¼ç m• Bé & $ \ d ö �ä . ç m÷ Gy è | Ê u r u r $ \ d ö �ä . ( ¼ç mè = ÷ Hx q u r ¼ç mè = » | Á Ï ùu r t b q è W» n = r O

# · �ö k y - 4 # Ó ¨ L y m # sŒÎ ) x ÷ n = t / ¼ç n £ ‰ä © r & x ÷ n = t / u r z ` Š Ï è t / ö ‘ r & Z p u Z y ™

t A$ s% É b > u ‘ ûÓ Í _ ô ã Î —÷ r r & ÷ b r & t �ä 3 ô © r & y 7 t F y J ÷ è Ï R ûÓ É L © 9 $ # | M ô J y è ÷ R r & ¥ ’ n ? t ã

4 ’ n ? t ã u r £ “ t $ Î ! º u r ÷ b r & u r Ÿ@u Hùå r & $ [ sÎ = » | ¹ ç m9 | Ê ö �s? ô x Î = ô ¹ r & u r ’ Í < ’ Î û

66 Kementerian Agama, R.I, Al-Qur’an Keluarga: Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya

Lajnah Pentashih Mushah Al-Qur’an,(Jakarta: Fitra Rabbani, 2013), h. 560.

Page 104: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

95

ûÓ É L - ƒ Í h ‘ è Œ ( ’ Î o T Î ) à M ö 6è ? y 7 ø ‹ s9 Î ) ’ Î o T Î ) u r z ` Ï B t ûü Ï HÍ > ó ¡ ß J ø 9 $ # Ç Ê Î È

Terjemahnya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri".67 Ayat di atas menunjukkan bahwa dari lingkungan keluarga anak belajar

sejak berada di dalam kandungan Ibu, sehingga kewajiban dilimpahkan pula

kepada anak untuk berbakti kepada orangtua sebagai guru pertama dalam

kehidupan anak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan penanaman nilai-

nilai religius dalam meningkatkan pengamalan ibadah anak, akan sanga tergantun

pada peran keluarga terutama kedua orangtua yang sangat berpengaruh bagi

tingkat keimanan anaknya dalam mengamalkan ibadah, melalui penanaman nilai-

nilai religius anak dapat mengenal siapa penciptanya, bagaimana kewajibannya

sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

67 Kementerian Agama, R.I, Al-Qur’an Keluarga: Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya

Lajnah Pentashih Mushah Al-Qur’an., h. 504.

Page 105: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan pembahasan yang

dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan menjawab semua rumusan masalah

penelitian ini sebagai berikut.

1. Penanaman nilai-nilai religius dalam meningkatkan pengalaman ibadah anak

pada keluarga guru PAI di Kelurahan Heledulaa Utara Kota Gorontalo yaitu

keenam keluarga guru PAI menanamkan nilai-nilai religius yang sama pada

anak yaitu nilai ibadah, akhlak dan akidah. Nilai ibadah seperti melaksanakan

sholat dengan tepat, sholat berjamaah, berpuasa, dan mengaji. Nilai akhlak

seperti mengajarkan anak sopan santun, mengajarkan anak berbuat baik antar

sesama, mengajarkan anak untuk menghormati dan patuh kepada kedua

orangtua, serta kedisiplinan dan kemandirian. Nilai akidah yang ditanamkan

kepada anak yaitu menyembah Allah, percaya kepada Allah dan mencintai

ciptaan Allah. Cara penanaman yang dilakukan melalui pembiasaan,

keteladanan, bercerita, dialog, dan perumpamaan. Wujud tindakan nyata yang

dilakukan yaitu selalu memberikan contoh yang baik dan memberikan contoh

secara langsung, memberikan kepercayaan kepada anak sebagai anak yang

baik, memberikan motivasi kepada anak mengerjakan berbagai ibadah yang

dianjurkan dalam Islam, menanamkan nilai-nilai religius pada diri anak

tidaklah harus dengan cara dipaksa, dan mampu menjadi contoh yang baik

dalam kehidupan sehari-hari anak, dengan hasil yang dicapai dari penanaman

Page 106: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

97

nilai-nilai religiusitas tersebut yaitu anak menjadi terbiasa sholat setelah anak

dibiasakan sholat oleh kedua orangtuanya, anak mampu membaca al-Qur’an,

orangtua berhasil memberikan contoh yang baik.

2. Hambatan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai religius untuk

meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan

Heledulaa Utara Kota Gorontalo yaitu: a) sikap/watak setiap anak memiliki

pola perilaku yang berbeda, b) kurangnya pengawasan dari keluarga, c)

Lingkungan sosial rumah yang kurang mendukung, d) adanya akses media

massa, media sosial, youtobe dan game online yang dapat dilakukan kapan

saja dan dimana saja menjadikan anak memiliki sikap apatis dan malas.

3. Solusi mengatasi hambatan penanaman nilai-nilai religius dalam

meningkatkan pengalaman ibadah anak pada keluarga guru PAI di Kelurahan

Heledulaa Utara Kota Gorontalo yaitu a) meningkatkan kegiatan keagamaan

anak, b) melakukan pengawasan terhadap anak ketika anak sedang bermain

dengan temannya, c) mengurangi atau membatasi jam bermain anak, dan

melakukan evaluasi setiap harinya bersama anak, d) mengurangi kesibukan

orangtua di luar rumah dan lebih mengintensifkan komunikasi di dalam

keluarga, meminimalisasi penggunaan ponsel pada anak, dan penting

memperkenalkan pada anak bahaya internet maupun media sosial dan media

massa yang diakses secara berlebihan.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan dan penarikan kesimpulan di atas,

maka peneliti ingin memberi sumbangan pemikiran berupa saran-saran berikut:

Page 107: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

98

1. Bagi keluarga, diharapkan dapat memaksimalkan perannya sebagai orangtua

dalam mendidik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai religius pada anak.

Agar anak dapat membentengi diri anak dari pengaruh negatif yang ada di

lingkungan sekitar dan dapat meningkatkan pengamalan ibadah yang

dilakukannya.

2. Bagi anak dapat meningkatkan pengamalan ibadahnya, sebaiknya jika orang

tua memberikan nasehat anak dapat menerima dan menerapkannya dengan

baik. Jika orang tua dalam memberikan pendidikan terhadap anak, sebaiknya

anak juga dapat menerimanya dengan baik meskipun jauh dari pengawasan

orang tua.

3. Bagi peneliti lanjut dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih

lanjut dari segi yang lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap

tentang proses penanaman nilai-nilai religius pada anak dalam meningkatkan

pengamalan ibadah.

Page 108: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

99

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Rahman Dahlan, Kajian Tematik AL-Qur’an Tentang Fiqih Ibadah,

Bandung: Penerbit Angkasa, 2010. Ahmad Fatah Yasin, Pengembangan Sumber Daya Manusia di Lembaga

pendidikan Islam, Malang: UIN Maliki Press, 2011. Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015. Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Amirullah Syarbini, Heri Gunawan, Mencetak Anak Hebat, Jakarta: Gramedia,

2014 Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat

Pers, 2012. Asep Mahfudz, Be A Good Teacher or Never: 9 Jurus Cepat Menjadi Guru

Profesional Berkarakter Trainer, Bandung: Nuansa, 2011. Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: Diva Press, 2011. Asep Yonny & Sri Rahayu Yunus, Begini Cara Menjadi Guru Inspiratif dan

Disenangi Siswa, Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2011. Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius Di Sekolah, Malang: UIN Press,

2013. Bayu Prafitri & Subekti, Metode pembinaan akhlak dalam peningkatan

pengamalan ibadah peserta didik, FITRAH Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman Vol. 04 No. 2 Desember 2018.

Dakir & Sardimi, Pendidikan Islam & ESQ: Komparasi- Integratif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil, Semarang: Rasail Media Group, 2011.

Dian Chrisna Wati & Dikdik Baehaqi Arif, Penanaman Nilai-nilai Religius di Sekolah Dasar untuk Penguatan Jiwa Profetik Siswa, Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III 11 November 2017.

Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012.

Hari Priatna Sanusi, Peran Guru PAI dalam Pengembangan Nuansa Religius di Sekolah, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 11 No.2, 2013.

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: teori dan praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internaslisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: DIVA Press, 2014

Jamil Suprihatiningrum, Guru Proposional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru), Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Page 109: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

100

Kemendikbud R.I, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014.

Kementerian Agama, R.I, Al-Qur’an Keluarga: Penafsir Al-Qur’an dan Terjemahnya Lajnah Pentashih Mushah Al-Qur’an, Jakarta: Fitra Rabbani, 2013.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung Remaja Rosdakarya Offset, 2012.

Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010. Misbach Malim, Keluarga Sakinah: Dalam Perspektif al-Qur’an dan as-Sunnah,

Jakarta: Yayasan Birrul Walidain, 2013. Mohamad Mustari, Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: Rajawali

Pers, 2014. Moh. Solikodin Djaelani, Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan

Masyarakat, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013.

Mufatihatut, Taubah, Pendidikan anak dalam keluarga perspektif Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 03, Nomor 01, Mei 2015.

Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah. Yogyakarta: Belukar Press, 2016.

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Grafindo persada, 2012. Muhammad Fadlillah & Lilif Muallifatul Khorida, Pendidikan Karakter Anak

Usia Dini Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Yogyakarta: Kalimedia, 2015. Muhamad Rais Fauzi, Peranan Orang Tua dalam Sosialisasi Nilai-Nilai

Keagamaan Terhadap Anak di Dalam Keluarga (Studi Kasus di Kp. Pekopen RW.01, Desa Lambang Jaya, Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, 2017.

Najamuddin Muhammad, Tips Membuat Anak Rajin Ibadah Sejak Dini, Jakarta: Sabil, 2011.

Nur, Ainiyah, Remaja Millenial Dan Media Sosial: Media Sosial Sebagai Media Informasi Pendidikan Bagi Remaja Millenial, JPII Volume 2, Nomor 2, April 2018.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Page 110: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

101

Pupuh Fathurrohman & M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Bandung: Refika Aditama, 2013

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Rahman Ritonga, A, Fiqh Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2012. Rindi Antika Ritma Ratri, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Religiusitas

Anak Dalam Ibadah Shalat Berjamaah Di Masjid Baitul Makmur Grendeng Purwokerto, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, 2018.

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Erlangga, 2011. Rohmad, Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta,

2014. Rusmin Tumanggor, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenadamedia

Group, 2014. Sitiatava Rizema Putra, Metode Pengajaran Rasulullah SAW, Yogyakarta: Diva

Press, 2016. Siti Mudhaifah, Pengaruh Pendidikan Agama dalam Keluarga Terhadap Perilaku

Sosial Remaja Dusun Banana Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, Skripsi (Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Diakses dari http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/587eb128ec124137.pdf, 2010.

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2012. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,

2012. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2015. Sutarjo Adisusilo, JR, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: Rajagrafindo

Persada, 2012. Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosda

karya, 2013. Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Thomas Lickona, Educating for Character, Jakarta: Bumi Aksara, 2013. Ulfatmi, Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam, Jakarta:Kementerian Agama

RI, 2011.

Page 111: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

102

Wahab dkk, Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi, Semarang: Robar Bersama, 2011.

Wakhidah Muafah, Penanaman Nilai-nilai Agama pada Keluarga Pasangan Beda Agama di Desa Doplang Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2012. Skripsi. (Diakses dari: http://perpus.iainsalatiga.ac.id/docfiles/fulltext/9363ac94 faa30e1f.pdf, 2012.

Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Page 112: (MOTTO)pai.iaingorontalo.ac.id/wp-content/uploads/2019/09/BUKU... · 2019. 9. 25. · MOTTO DAN PERSEMBAHAN (MOTTO) Selangkah Dari kesuksesanku adalah sebait dari doa kedua orang

103