motivasi untuk menikah dalam perspektif al-qur’an · menjadikan al-qur’an sebagai pedoman...
TRANSCRIPT
MOTIVASI UNTUK MENIKAH DALAMPERSPEKTIF AL-QUR’AN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh ;Novita Fauziah
NIM : 1113034000157
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA
1438/2018
xvii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Padanan Aksara
Huruf arab Huruf Latin Keteranganا Tidak dilambangkanب b beت t teث ts te dan esج j jeح h h dengan garis bawahخ kh ka dan haد d deذ dz de dan zetر r erز z zetس s esش sy es dan yeص s es dengan garis bawahض d de dengan garis bawahط t te dengan garis bawahظ z zet dengan garis bawahع ‘ koma terbalik di atas hadapkananغ gh ge dan haف f efق q kiك k kaل l elم m emن n enو w weه h haء ‘ apostropي y ye
Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan◌ a fatẖah◌ i kasrah◌ u ḏammah
xviii
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keteranganيـ ai a dan iوـ au a dan u
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keteranganآ â a dengan topi di atasىإ î i dengan topi di atasوأ û u dengan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf,yaitu لا , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupunhuruf qomariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, aldîwân bukan ad-dîwân.
Syaddah (Tasydȋd)
Syaddah atau tasdȋd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkandengan sebuah tanda (ـ ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitudengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal initidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah katasandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ةرورضلا tidakditulis aḏ-darûrah melainkan al-darûrah.
Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada katayang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihatcontoh 1). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh katasifat (naʹt) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti katabenda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh3).
No Kata Arab Alih Asara1` ةقیرط ṯarîqah2 ةیمالسإلا ةعماج لا al-jâmi’ah al-islâmiyyah3 دوجولاةدحو waẖdat al-wujûd
xiv
ABSTRAK
NOVITA FAUZIAH
Motivasi Untuk Menikah Dalam Perspektif Al-Qur’an
Pernikahan merupakan tuntutan naluriah manusia untuk berketurunan guna
kelangsungan hidupnya untuk memperoleh ketenangan hidup serta menumbuhkan dan
memupuk rasa kasih sayang insani. Islam sangat menganjurkan agar orang menempuh
hidup dengan sebuah pernikahan. Dalam melaksanakan pernikahan tersebut, tentunya
tidak terlepas dari yang namanya motivasi atau dorongan. Motivasi merupakan suatu
dorongan yang akan membuat seseorang melakukan suatu tindakan yang memiliki
tujuan tertentu, baik dorongan tersebut berasal dari dalam diri seseorang maupun yang
berasal dari luar diri seseorang. Maka dari sinilah penulis akan memfokuskan skripsi
ini dalam hal Motivasi penikahan yang ada di dalam Al-quran.
Adapun terkait bentuk penelitin yang digunakan dalam skripsi ini yakni
menggunakan metode penelitian pustaka (Library search), yaitu pengumpulan data
dan informasi dengan buku-buku dan materi pustaka lainnya yang berkenaan dengan
judul di atas. Sementara itu pembahasannya sendiri meggunakan pendekatan Metode
Maudhui yakni dengan mengambil dan menghimpun ayat-ayat yang berbicara tentang
topik pembahasan dalan skripsi ini.
Terakhir, setelah melakukan kajian tentang Motivasi untuk menikah dalam
perspektif Al-qur’an, beberapa hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut
yakni ada 5 diantaranya untuk Melaksanakan Perintah, Memenuhui Unsur Gharizah
Berpasangan, Penyempurnaan dan Penjagaan Iman, Penjagaan Kehormatan, dan
Melatih Kesabaran.
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadiran Allah Swt, Sang Pemberi
nikmat yang luar biasa kenikmatannya, Sang Kuasa yang luar biasa
kekuasaannya, diantara nikmat dan kuasanya yakni Iman, Islam dan Ihsan.
Shalawat seiring salam semoga selalu tercurah kepada Baginda,NabiMuhammad
Saw.
Alhamdulillah, Tanpak terasa 1 Tahun proses perjalanan penyusunan
skripsi ini telah saya lalui, banyak suka dan duka dalam proses penyelesaian ini.
Berawal dari kegelisahan yang tiada bertepi dan kegundahan yang tak
berkesudahan akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
"MOTIVASI UNTUK MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN’.
Dalam proses perjalan yang cukup panjang tersebut, tentunya penulis banyak
sekali mendapatkan Motivasi dari banyak pihak yang ikut serta membantu
sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik, oleh karenanya dengan segala
ketulusan dan keikhlasannya, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
yang tak terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor Universita Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. Sebagai Ketua Jurusan Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir UIN Jakarta dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd sebagai
Sekertaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta.
4. Ibu Pembimbing yakni Ibu Dr. Faizah Ali Syibromalisi, MA. yang selalu
setia memberikan semangat dan waktu yang cukup untuk penulis
berdiskusi, terima kasih yang sebesar-besarnya atas arahan dan
masukannya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
5. Seluruh Dosen di Fakultas Ushuluddin yang tentu tidak bisa saya
sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas ilmu dan didikannya yang
selama ini diberikan, terkhusus kepada Dosen Pembimbing Akademik
yakni Bapak Dr. Isa HA. Salam, M.Ag yang dengan setia dan baik hati
kepada penulis selama 5 tahun ini membimbing, mengarahkan dan yang
terpenting tidak mempersulit kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh anggota keluarga di rumah, terkhusus Kedua Orang tua penulis,
yakni Bapak Sohandi dan Ibu Syamsiah, dengan ketulusan dan kesabaran
beliau yang selalu mendoakan putrinya ini, akhirnya penulis bisa
menyelasikan. tanpak doa mereka penulis rasa skripsi ini tak akan ada, dan
tanpak semangat dan dorong mereka pula skripsi ini tak akan bisa sampai
xvi
di tangan anda. Juga tak Lupa sang kakak Rahmat yang setia
mengingatkan dengan kesabarannya selalu memantau adeknya agar tetap
semangat dalam berjuang, adek-adek tercinta Rohim, adek satu-satunya
laki-laki, yang dengan siap dan sigapnya selalu antar jemput tetehnya ke
stasiun rangkasbitung. Chintia dan khomsiatun Anisa mereka pelipurlara
dan rasa saat diri ini merasa lelah, ketika pulang ke rumah mereka selalu
memberikan spirit tersendiri tatkala bercerita dan canda tawa. Juga tak
lupa Ibunda Yetty Muis dan keluarga yang dengan ketulusannya juga
memebrikan kasih sayang kepada penulis.
7. Teman-teman satu perjuangan, Tafsir Hadis 2013, terkhusus Th-E. Kalian
luar biasa, memberikan spirit tersendiri bagi saya dalam menuntut ilmu di
Tafsir hadis ini.
8. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Ciputat
baik zaman old mupun zaman now yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih telah memberikan banyak ilmu dan pegalaman yang
didapat selama ini, Ada banyak cerita, cita dan cinta telah kita ukir
bersama-sama. Semoga perjuangan kita dalam menuntut ilmu tidak selalu
merasa puas, sehingga kita bisa melanjutkan kejenjang selanjutnya.
terkhusus kepada IMM angkatan 2013 yakni Aldinah Rosmi, Kolik
Koerudin, Dodi mario Akbar, Eef Alimudin, Qonita Amalia, Shofia
Khoerunnisa, Ulfa Arsyul Mamlakah, Tiara Nur Hidayati, Yunita Eka, dan
teman2 IMMawan/IMMawati semua yang tergabung dalam IMM
REALITAS.
9. Keluarga Besar IKAPAHAS Padeglang, terkhusus kepada Ibu Khaeriah
dan Bapak Rukman yang selalu memberikan spirit yang luar biasa kepada
penulis, sehingga bisa menyelesaikan skripsi dan kuliah ini.
10. Teman-teman KKN REAKTIF yang saat ini sama-sama sedang berjuang,
terima kasih telah hadir di kehidupan penulis dengan waktu yang begitu
singakat, namun penuh akan syarat dan kesan yang memikat.
Akhirnya, dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini
banyak kekurangan, jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap
akan saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Penulis juga berharap semoga
skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi para
pembaca. Aamiin...
xvii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. xi
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................... xii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...........................................................xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................................xiv
ABSTRAK ................................................................................................................... xv
KATA PENGANTAR .................................................................................................xvi
DAFTAR ISI ...............................................................................................................xvii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................................. 7
D. Batasan Masalah ................................................................................................ 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 9
G. Metode Penelitian ............................................................................................. 12
H. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 15
BAB II : PENGERTIAN MOTIVASI MENURUT AL-QUR’AN
A. Pengertian Motivasi .......................................................................................... 18
B. Jenis-Jenis Motivasi .......................................................................................... 20
C. Tujuan Dan Kegunaan Motivasi .........................................................................22
BAB III : PENGERTIAN PERNIKAHAN MENURUT AL-QUR’AN
A. Pengertian Pernikahan ........................................................................................ 24
B. Syarat Pernikahan ................................................................................................ 30
C. Tujuan Pernikahan .............................................................................................. 34
D. Ayat-Ayat Tentang Pernikahan dan Berpasangan ............................................ 37
BAB IV : MOTIVASI MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
A. Melaksanakan Perintah ...................................................................................... 43
B. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan ......................................................... 50
C. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman................................................................. 57
D. Penjagaan Kehormatan Diri ............................................................................... 61
E. Melatih Kesabaran ............................................................................................. 68
BAB V : PENUTUP
a. Kesimpulan ....................................................................................................... 74
b. Saran-saran ........................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan pusat pengendalian diri dari hal-hal yang negatif (yang
tidak baik), yang tentu memberikan batas-batas kehidupan. Agama juga
memberikan keyakinan dan bimbingan kepada manusia supaya berbuat sesuatu
yang sesuai dengan harkat kemanusiaan, serta agama turut serta melarang supaya
jangan berbuat sesuatu yang diluar kemampuannya dan harus berserah diri kepada
Allah Swt.
Segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan, tentu harus sesuai perintah
agama, salah satunya terkait pernikahan. Pernikahan yaitu berawal dari yang
namanya motivasi. Asbab al-wurud “ innamal a’mālu binniyāt” menjelaskan
bahwa segala sesuatu berawal dari niatan, apabila kita mengejar dunia bahwa
yang kita dapat dunia, apabila kita megejar akhirat maka yang kita dapatkan
akhirat.
Begitupun ketika melakukan pernikahan, apabila nikah diawali niat karena
semata-mata tertarik karena soal-soal materi saja, biasanya kesetiaan dan
kebahagiaan yang diperolehnya kurang abadi, atau tidak tahan lama antara lain
karena dalam kehidupan ini ada pasang naik dan pasang surut, ada masa jaya dan
ada pula masa bangkrut, semua itu bentuk materi semata.
Apabila materinya hilang atau habis, maka kasih sayang yang berdasarkan
materi tadipun sirna pula, begitu juga lantaran kecantikan atau keindahan belaka
suatu saat ia pun akan berubah menjadi tidak cantik lagi, karena kecantikan, maka
2
setalah pudar cantiknya ditinggal dan tidak di cintai, Nikah karena harta, maka
ketika harta hilang, hilang pula cintanya. Nikah karena jabatan, maka saat jabatan
hilang, hilang pula cintanya.
Berdasarkan pernyatan diatas, tentunya banyak sekali yang keliru. Maka,
sering terjadi percekcokan dalam pernikahan karena niat di awal yang hanya
sebatas duniawi. Hal ini, berarti menjadi persoalan serius karena dalam data di
sebutkan bahwa presentase soal perceraian setiap tahun semakin meningkat baik
karena sudah tidak cocok, kurangnya faktor Ekonomi dan adanya Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (KDRT).
Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat perceraian di
Indonesia tergolong mengerikan. Jika ini dibiarkan dan angka perceraian terus
meningkat, maka akan hancur tatanan masyarakat dan negara. Keluarga
merupakan unit terkecil dari masyarakat dan negara. Jika unit-unit keluarga
berkembang dengan baik, maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan
berjalan dengan baik. Keluarga mempunyai peranan penting dalam mewujudkan
tatanan masyarakat dan bangsa yang berkualitas karena anak anak sebagai
generasi masa depan tumbuh dan berkembang dari keluarga. Disinilah keluarga
menempati peran strategis sebagai pembangun generasi bangsa.
Adapun penyebab terjadinya perceraian sangat beragam, seperti data di
data di atas menunjukkan beragam faktor yang menyebabkan perceraian, kasus
yang dominan adalah karena tidak ada keharmonisan dalam keluarga dan tidak
ada tanggung jawab. Padahal Al-quarn telah menjelaskan bahwa Pernikahan akan
mendatangkan pada yang namanya Sakinah, Mawaddah wa Rohmah. Oleh sebab
3
itu perlu diberikan bekal kepada calon pengantin bagaimana mewujudkan
keharmonisan dalam keluarga dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga.
Dengan bekal yang memadai, diharapkan pasangan yang akan menikah siap untuk
mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin
terjadi serta sudah siap dengan solusinya.
Terkait hal di atas juga, Mengapa kejadian ini bisa terjadi ? karena
motivasi menikah hanya sebatas duniawi,. Padahal disisi lain kita telah bersumpah
menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Faktanya ketika menikah al-
Qur’an tidak di jadikan sebagai landasan. Pertanyaannya kenapa banyak orang
melakukan itu ? karena kemugkinan tidak mengetahui dan tidak memahami.
Untuk itu hal ini di rasa penting untuk di kaji. Maka dari itu, pembahasan tentang
motivasi untuk menikah penting untuk di kaji.
Dalam hal ini, penting akan adanya Pernikahan melibatkan unsur motivasi,
yang di dorong oleh satu atau beberapa tujuan. Secara psikologis, setiap tindakan
manusia – termasuk pernikahan - dipengaruhi atau didorong oleh motif-motif
(motivasi) atau motivasi tertentu. Pernikahan secara sosiologis, merupakan
perilaku sosial yang amat penting dalam mempertahankan, mewariskan serta
mengembangkan norma dan sistem sosial. Nikah dalam hal ini, tidak lagi hanya
berkaitan dengan penyaluran hasrat seksual dan bersifat pribadi (individual),
melainkan juga memiliki berbagai tujuan (motif sosiogenetis).
Pernikahan memiliki berbagai motif atau motivasi yang kompleks. Tidak
mudah untuk menggambarkan tentang motif pernikahan seseorang. Realitas
4
pernikahan menjadi kompleks, seiring kompleksitas motif yang mendorongnya.
Institusi keluarga dibangun untuk mewujudkan kemaslahatan manusia.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar
manusia. Lalu, hal ini menjadi salah satu motif dalam pernikahan. Bahkan ketika
desakan pemenuhan seksual tersebut tidak lagi terkendali, akan menjerumuskan
seseorang kepada perzinahan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan berawal dari adanya rasa cinta
terhadap lawan jenisnya. Adapun pengertian cinta sendiri menurut Quraish Shihab
dalam bukunya Pengantin Al-qur’an : Kalung permata Buat Anak-anakku, beliau
menjelaskan bahwa cinta adalah gabungan dari sekian banyak unsur yang tidak
dapat dilihat oleh pandangan mata, bahkan sulit dideteksi oleh perasaan. Cinta
menuntut pengakuan eksistensi, bahkan pengakuan kepribadian seorang kekasih.
Menurutnya yang menyukai hartapun tidak dapat dinamai mencintai, karena harta
tidak memiliki keakuan. Rasa kasihanpun bukan cinta, walau ada dua aku karena
kedudukan mereka berbeda, yang satu memberi dan yang lainnya hanya
menerima.1
Adapun ungkapan rasa cinta diekspresikan dengan bermacam-macam.
sudah menjadi perbincangan publik bahwa pada zaman sekarang ini, baik
kalangan muda maupun orang yang sudah dewasa, mengungkapkan raca cintanya
di buktikan dengan memilih melakukan pacaran terlebih dahulu di bandingkan
untuk menikah. Hal ini terjadi karena berbagai faktor sehingga mereka lebih
memilih pacaran di bandingkan dengan menikah.
1M.Quraish Shihab, Pengantin Al-qur’an:Kalung Permata Buat Anak-anakku
(Tangerang; Lentera Hati, cetakan IX 2013), h. 26-27.
5
Kurangnya motivasi dalam diri mereka terkait pernikahan akhirnya
mengantarkan mereka lebih nyaman untuk tidak menikah, beberapa faktor yang
melatar belakangi mereka tidak menikah diantaranya pergaulan bebas yang
mengantarkan pada pacaran sehingga dari pacaran sering muncul perbuatan yang
tidak diinginkan seperti perzinahan, adapun faktor yang lainnya yakni faktor
Ekonomi yang menjadi pertimbangan sehingga tidak terjadi sebuah akad dalam
pernikah.
Padahal kita tau bahwa menikah merupakan salah satu perbuatan yang
mulia, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yakni Dari Anas R.A
bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : “Barang siapa yang Allah telah
memberi Rezeki kepadanya berupa istri yang shalehah, berarti Allah telah
menolongnya pada separuh agamanya. Maka bertaqwalah kepada Allah untuk
separuh sisanya “.2 Selain itu menikah juga merupakan sebagai ibadah yang
disyariatkan oleh Allah Swt melalui rasul-Nya.3
Tidak hanya dalam hadis, di dalam al-Quran pun dijelaskan bahwa
menikah akan mendatangkan suatu keberkahan. Hal ini tertera dalam al-Qur’an
surat al-Nur ayat 32 yakni
الني منأ عبادكمأ وإمائكمأ يامى منكمأ والص غأنهم الله من إن يكونوا ف قراء ي وأنكحوا الأ
له والله واسع عليم فضأ
2Laila Anugrah, Assalamualaikum Imamku: (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,
Kompas –Gramedia,2016) h. 69. 3 Bahirul Amali Herry, Kupinang Engkau dengan Al-qur’an: (Jogjakarta: DIVA press,
2013), h. 48.
6
Artinya : “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”.4
Mengenai hal ini menurut penelitian, dan sudah menjadi khalayak publik
bahwa banyak kasus sepasang kekasih mengurungkan niat bahkan tidak mau
menikah dan gagal untuk menikah karena kurangnya ekonomi, serta masih merasa
terbebani dan adanya ketidak sanggupan untuk melangsungkan pernikahan, dan
banyak juga kasus-kasus perceraian terjadi karena faktor ekonomi. Persoalan-
persoalan moral banyak timbul karena soal keuangan, dan hal inipun tidak dapat
disangkal.5
Mengenai beberapa permasalahan di atas, Rasulullah pernah bersabda
dalam salah satu hadisnya bahwa Menikah merupakan salah satu anjuran dari-
Nya. Hal tersebut diungkapkan dalam sabda Rasulullah Saw yakni An-nikahu
sunnati yang berarti pernikahan (keterikatan dalam hubungan suami istri) adalah
salah satu sunnahku (cara hidupku).
Maka berdasarkan data-data dan fakta permasalahan diatas, melihat
kondisi yang ada penulis merasa masih relevan membicarakan motivasi untuk
menikah, oleh karena itu penulis ingin mengetahui apa motivasi untuk menikah
dan faktor apa saja yang medorong seseorang untuk melakukan pernikahan
tersebut, karena melakukan pernikahan mempunyai dampak yang sangat luas di
4 Qs. An-Nuur : 32
5Wilson Nadeak, Seraut Wajah pernikahan,(Yogyakarta: Kanisius,1995), h. 19
7
masa yang akan datang. Serta penelitian ini juga merupakan salah satu solusi agar
terhindarnya perbuatan yang maksiat yang tentunya di benci bahkan di Haramkan
oleh Allah SWT. Untuk itu penulis memberi judul Skripsi ini yakni “MOTIVASI
UNTUK MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN”.
B. Identifikasi Masalah
Sebelum penulis mengkaji tentang judul di atas, penulis mengidentifikasi
terlebih dahulu beberapa permasalahan yang berkaitan dengan motivasi untuk
menikah, adapun pengidentifikasian masalahnya sebagai berikut :
1. Apa pengertian Motivasi.
2. Apa pengertian pernikahan.
3. Apa perintah di Syariatkannya melakukan Pernikahan.
4. Ayat-ayat apa saja yang termasuk motivasi untuk melakukan pernikahan
.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam skripsi ini yakni
sebagai berikut;
Bagaimana Al-qur’an menjelaskan tentang motivasi untuk menikah ?
Dalam rumusan masalah diatas, akan menjawab banyak hal, diantaranya
“ Apa saja ayat-ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang motivasi untuk
menikah”.
8
D. Batasan Masalah
Islam sebagaimana agama fitrah, dalam arti tuntunannya selalu sejalan
dengan fitrah manusia, menilai bahwa perkawinan adalah cara hidup yang wajar.
Karena itu ketika beberapa orang sahabat Nabi Saw. Bermaksud melakukan
beberapa kegiatan yang tidak sejalan dengan fitrah manusia, Nabi Saw menegur
mereka antara lain dengan menyatakan bahwa beliaupun menikah. Allah Swt juga
memerintahkan kepada orangtua/atau wali untuk mendukung perkawinan muda-
mudi, dan tidak terlalu mempertimbangkan kemampuan materi calon pasangan.6
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang membahas masalah
pernikahan. Ayat-ayat ini telah ditafsirkan oleh banyak mufassir. Tentu saja dalam
penafsiran tersebut terdapat perbedaan diantara mereka, Dalam hal ini penulis
membatasi mengenai skripsi ini dengan memfokuskan pembatasannya hanya pada
kajian yang bertemakan tentang motivasi dan dorongan untuk menikah. Alasan
penulis membatasi skripsi ini adalah untuk memfokuskan dan untuk memudahkan
penelitian dan pembahasan.
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini bertujuan untuk mengungkap
makna apa yang terkandung dalam aya-ayat yang berkenaan dengan Motivasi
untuk Menikah tersebut. Selain itu adapun Manfaat dan Tujuan lain dari
Penelitian Skripsi ini Yakni :
1. Menjelaskan Tentang Pernikahan dan Motivasi untuk Menikah.
6 Quraish Shihab, Pengantin Al-qur’an : Kalung Permata Buat Anak-anakku, h.55
9
2. Untuk mengetahui ayat-ayat apa saja yang berkenaan dengan Motivasi
untuk Menikah.
3. Untuk Menambah Khazanah Keilmuan, baik untuk penulis maupun
pembaca.
4. Sebagai bentuk sumbangsih penulis kepada dunia akademik khususnya
dan masyarakat pada umumnya sebagai bacaan.
F. Tinjauan pustaka
Untuk membantu proses penulisan skripsi ini, penulis berupaya melakukan
penelusuran dengan mereview beberapa karya ilmiah seperti skripsi dan jurnal
yang terkait dengan pembahasan yang sedang dikaji. Sepanjang penulis
memperhatikan dengan seksama ada beberapa karya ilmiah yang penulistemukan
yakni baik dari perpustakaan Ushuluddin dan Filsafat, maupun perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan ada juga dari beberapan skripsi-
skripsi dari universitas lain dan fakulatas lain yang penulis temukan. Adapun
karya-karya tersebut diantaranya :
Karya ilmiah yang berjudul “PERNIKAHAN DI KALANGAN MAHASISWA S-
1” yang ditulis oleh Galuh Pritta Anisaningtyas dan Yulianti Dwi Astuti2 dari
Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas
Islam Indonesia. menekankan bahwa Ketika seseorang mempunyai keinginan
yang kuat, maka seseorang itu akan termotivasi untuk mewujudkan keinginannya.
Untuk mewujudkan motivasinya, maka harus ada kekuatan dari dalam diri
10
maupun dari luar diri untuk merealisasikannya. Hal itu dapat dijelaskan dengan
adanya dorongan.
Dorongan yang dimaksud dalam skripsi ini yakni wujud dari proses maupun
usaha dan kekuatan dari dalam diri untuk mewujudkan keinginan. Dorongan yang
paling besar yaitu ketakutan terhadap dosa yang yang akan diterima bila tidak
mengakhiri pacaran yang sudah lama terjalin. Selain itu responden juga ingin
menjaga agama. Menjalankan pernikahan ingin mengikuti syariat beragama dan
sesuai dengan tuntunan agama. Dorongan untuk membahagiakan kedua orangtua
juga menghiasi keinginan mereka untuk menikah. Membahagiakan orangtua juga
ikut menjadi daftar penting bagi responden untuk menempuh jalan menikah diusia
muda/usia kuliah.
Disamping itu, kecocockan dengan suami pun menjadi dorongan bagi
keinginan responden untuk mantap melangkah kejejang pernikahan. Mendapatkan
restu atau persetujuan untuk menikah dari orangtua juga akan semakin
menguatkan langkah para responden untuk menikah. Restu orangtua menjadi
salah satu pendukung yang utama karena bagi mereka restu orangtua adalah yang
terpenting. Para responden yakin bahwa dengan mengambil keputusan untuk
menikah adalah pilihan yang tepat bagi hidup meski harus melewati rintangan
yang mungkin dihadapi ketika menikah nantinya. Keinginan responden untuk
menikah direalisa.7
Selain itu karya ilmiah lainnya yang penulis temukan yakni berjudul Takhrij
Hadis Kitab Tanhiq al-Qaul al-Hatsits: Sebuah Kajian Analisis Sanad Dalam Bab
7Gakuh pritta Anisa ningtyas,dkk. “PERNIKAHAN DI KALANGAN MAHASISWA S-1. (
Jurnal Karya Ilmiah Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia, 2011)
11
Fadilah Nikah8 yang ditulis oleh Asep Nuhdi. Skripsinya ini tentunya bersifat
hadis dan lebih kepada menganalisa sanad dan mentakhrij hadis tentang
keutamaan menikah yang terdapat dalam kitan Tanhiqih al-Qaul.
Sejumlah tulisan yang memuat masalah pernikahan yang penulis temukan
tidak hanya di fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, kan tetapi penulis juga
menemukan dalam Digital Repository Universitas Jember yakni berjudul
“HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI REMAJA
TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI DESA SUKOWONO KECAMATAN
SUKOWONO KABUPATEN JEMBER” di tulis oleh Dewa Ayu Eka Chandra
Merta Sari pada tahun 2015. Skpisnya ini berisi tentang pernikah dan
motivasi2nya yang ditinjau dari ilmu kesehatan. Selain itu saya juga menemukan
sebuah tesisi karangan AFRIZAL AHMAD, S.Ag, dari Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2011 yang berjudul
“HIRARKI MOTIVASI MENIKAH DALAM ISLAM DITINJAU DARI MAQASHID
SYARI’AH” tentu saja tesis ini berisi tentang motivasi menikah yang di tijau dari
sisi fiqih dan hukum-hukumnya.
Selain itu di Fakultas lain, yakni Syariah dan Hukum. Adapun skripsi yang
penulis temukan di Fakultas tersebut yakni berjudul “REALISASI TUJUAN
PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA KEHIDUPAN BERUMAH
TANGGA (penelitin Terhadap Kehidupan Berumah Tangga Pada Masyarakat di
8Asep Nuhdi, “Takhrij Hadis Kitab Tanhiq al-Qaul al-Hatsits: Sebuah Kajian Analisis
Sanad Dalam Bab Fadilah Nikah” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008).
12
Desa Pusaka Rakya Kecamatan Taruma Jaya Kabupaten Bekasi)“9 yang ditulis
oleh Mawardi. Skripsiya ini lebih kepada hukum pernikahan itu sendiri, dimana
skripsi ini berdasarkan penelitian di Desa Taruma Jaya yang dalam pelaksanaan
dalam berumah tangga tidak adanya keharmonisan yang timbul karena tidak
adanya pemenuhan hak dan kewajiban suami istri baik dari sisi biologis maupun
ekonomi.
G. Metode Penelitian
Sebuah karya ilmiah pada suatu bidang keilmuan dalam pembahasan
menggunakan metode tertentu dalam menganalisisa permasalahan-permasalahan
yang sedang digeluti. Adapun mengenai metode penelitian yang penulis gunakan
dalam menyusun yakni :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian pustaka (library researarch). Penulis
mengumpulkan data penafsiran-penafsiran ayat tentang motivasi menikah
menurut ulama-ulama tafsir kemudian meneliti ayat-ayat tersebut. Penulis
menggunakan sumber-sumber tertulis sebagai bahan acuan, baik itu sumber
primer maupun sumber sekunder.
2. Sumber Data
Untuk mendapatkan data dan fakta yang obyektif dalam penulisan skripsi
ini, saya menggunakan data kepustakaan murni, dalam arti semua bersumber
9Mawardi, REALISASI TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA
KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA (penelitin Terhadap Kehidupan Berumah Tangga Pada
Masyarakat di Desa Pusaka Rakya Kecamatan Taruma Jaya Kabupaten Bekasi)”,( Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
13
pada kepustakaan seperti buku-buku, jurnal-jurnal, kitab-kitab klasik, serta
bacaan- bacaan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Adapun
sumber primer yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an dan
Hadis yang memuat beberapa karangan tafsir terhadap al-Qur’an mengenai
Motivasi menikah. Adapun informasi mengenai beberapa buku rujukan
primer maupun sekunder diatas penulis dapatkan dari koleksi buku yang ada
di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Teknik Pencarian Data
Dalam teknik pencarian data ini, penulis mencari data ayat-ayat yang di
dalamnya terdapat lafadz “nakaha” bersama derivasinya dengan
menggunakan kamus al-Qur’an karya abd al-Baqi (al-Mu’jam al-Mufahras Li
Alfadz Al-Qur’an)
4. Teknik Penulisan
Secara teknis, penulisan ini mengacu pada buku Pedoman Akademik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2013. Pada bagian kata atau kalimat
dalam penulisan ini jika dirasa mengandung makna yang asing, maka saya
berupaya menambahkan penjelasan tambahan pada bagian footnote.
5. Pembahasan
Metode maudhui
Tafsir maudhu’i (tematik) menurut menurut istilah para ulama
yakni menghimpun seluruh ayat Al-qur’an yang memiliki tujuan dan tema
yang sama. Setelah itu apabila memungkinkan di himpun yakni disusun
14
berdasarkan kronologis turunnya dengan memperhatikan sebab-sebab
turunnya, terakhir menguraikan dengan menjelajahi seluruh aspek yang
dapat digali.10
.
Adapun penjelasan terkait methode maudhui lainnya yakni metode
yang megambil atau menghimpun ayat-ayat yang berbicara tentang topik
pembahsan. Semuanya diletakkan di bawah satu judul lalu ditafsirkan
dengan metode maudhui, sebagaiman yang digariskan oleh Abdul Hayy
Al-Farmawi. Adapun langkah-langkahnya meliputi :
a. Menempatkan Masalah yang akan di bahas (topik)
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah
c. Menyusun runtunan ayat-ayat yang berkaitan dengan masa
turunnya disertai pengetahuan tentang asbab al-nuzul
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya tersebut
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna
(outline)
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan
dengan pokok pembahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan
jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang
sama, atau mengkompromikan antara yang am (umum) dan
yang khas (khusus), mutlaq dan muqayyad atau yang pada
10
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir maudhui dan Cara Penerapannya, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2002), h. 43-44.
15
lahirnya bertentangan sehingga bertemu dalam satu muara,
tanpa perbedaan atau pemaksaan.11
Metode deskripsif
Adapun metode yang digunakan yakni metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, kondis, sistem pemikiran atau peristiwa. Adapun
tujuannya yaitu untuk membuat deskriptif atau gambaran secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan
hubungan antara fenomena yang diselidiki.12
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, penulis dalam
sistematika penulisannya membagi skripsi ini menjadi Empat Bab, dan masing-
masing bab terbagi lagi kedalam sub bab, adapun sistematika pembahasannya
tersebut yaitu :
Bab Pertama : Pendahuluan, bab ini merupakan acuan bagi penulis dalam
menyusun skripsi dan menjadi landasan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.
Bab ini mengemukakan menganai latar belakang masalah dan signifikasinya, hal
ini akan menjadi penjelas mengapa penulis mengangkat judul ini, dilanjutkan
dengan pokok permasalan, manfaat dan tujuan penelitian, hal ini tentunya berguna
11
Abdul al-Hayy al-farmawi, Metode Tafsir Maudui, ter. Rohison Anwar (Bandung:
Pustaka setia, 2002), h.51-52 12
Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983), cet. Ke-3, h.
63.
16
untuk menjelaskan pokok kajian yang akan penulis bahas, kemudian tinjauan
pustaka, metode penulisan serta sistematika penulisan penelitian ini.
Bab Kedua ini mengenai tentang Pengertian motivasi menurut Islam.Pada bab
ini penulis ingin menguraikan akan arti dari Motivasi, dorongan dan jenis-jenis
motivasi dan Tujuan atau Kegunaan motivasi sendiri.
Selanjutkan pada bab ketiga yakni Pernikahan, penulis menguraikan tentang
pengertia menikah. Selain pengertian menikah, juga akan membahas Syarat
pernikahan dan tujuan pernikahan.
Bab Keempat : Dalam Bab Keempat ini pembahasannya yaitu tentang
Macam-macam motivasi untuk melakukan pernikahan, yang penulis temukan
yakni yang diantaranya Melaksanakan perintah, memenuhi unsur Gharizah
berpasangan, penyempurnaan dan penjagaan Iman,Penjagaan Kehormatan diri,
dan Melatih Kesabaran.
Terakhir yakni Bab Kelima : Penutup, pada bab ini penulis menarik jawaban
yang diambil berdasarkan perumusan masalah dan pembahasan pada bab-bab
sebelumnya dan juga penulis membuat saran-saran serta pada akhir tulisan serta
pada akhir tulisan penulis menjabaran referensi-referensi yang dapat dijadikan
rujukan penulis dalam penulisan-penulisan ini.
17
BAB II
PENGERTIAN MOTIVASI MENURUT AL-QURAN
Pernikahan merupakan bagian dari Fase kehidupan setiap orang, Ibarat
mendirikan rumah, langkah awalnya memilih lahan, membangun pondasi,
menghias ruangan, dan menyemai taman. Membangun rumah pernikahan bukan
hanya dirancang agar bangunan menjadi langgeng. Jauh lebih luhur dari itu.
Perkawinan eloknya juga berkualitas.1
Dalam sebuah buku yang di karang oleh Syekh Fuad Shalih yang berjudul
“Untukmu Yang Akan Menikah Dan Telah Menikah”, beliau menyampaikan
bahwa saat ini patut di sayangkan, kurikulum pendidikan nasional kita justru lebih
mementingkan pelajaran menggambar, menyanyi, olah raga, dan penunjang
pelajaran lainnya. Daripada pelajaran yang lebih krusial dalam menyiapkan
generasi muda Menuju kehidupan rumah tangga yang sukses. 2
Akibatnya banyak orang yang gagal membina rumah tangga, Mereka tidak
mengetahui apa yang harus mereka lakukan untuk menyukseskannya dan
terhindar dari jurang kehancuran. Banyak orang yang tidak mengetehui hal
tersebut padahal pernikahan urusan yang maha penting dalam kehidupan mereka.
Dal hal ini, rasanya sangat penting sekali bagi orang yang hendak menikah
itu memiliki pondasi pemahaman terkait pernikahan. Baik berupa pengetahuan
akan motivasi yang ingin dia bangun dalam berrumahtangga maupun makna
1 Handrawan Nadesul, kiat sehat Pranikah (Jakarta: Kompas Penerbit Buku, 2009), h. xi.
2 Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 29.
18
pernikahan itu sendiri. Adapun pengertian Motivasi dan pernikah, yakni sebagai
beikut :
A. Pengertian Motivasi
Manusia berbeda satu sama lain, bukan saja di dalam kemampuan mereka
untuk melakukan sesuatu, tapi juga di dalam kemauan mereka melakukan sesuatu.
Ada pepatah inggris yang populer dikalangan para pendidik, yaitu yang berbunyi :
“you can bring a horse to a river, but you cannot force it to drink”. Maksunya :
“kita bisa menarik seekor kuda ke tepi sungai, namun apakah ia mau atau minum
atau tidak, itu sangat tergantung kepada apakah kuda itu sedang haus atau tidak”.
Minuman di sini merupakan dorongan yang harus datang dari dalam. Dorongan
atau kemampuan untuk minum inilah yang dimaksudkan dengan motivasi.
Manusia biasanya melakukan sesuatu jika ia punya kemauan untuk itu.
Kemauan ini tergantung pula kepada sesuatu yang mencetusannya. Cetusan
kemauan ini bisa kuat dan bisa lemah, cetusan inilah yang disebut motif3. Motif
ini biasanya terarah pada kepada sesuatu sasaran atau tujuan.4
Adapun pengertian motivasi, dalam kamus Al-munawwir motivasi berasal
dari kata Dawafi yang berarti fakor pendorong.
3 Motif atau pencetusan kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu sangat tergantung
pula pada sikap dan tabuiat manusia. Untuk memahami masalah, mau tak mau kita kita harus pula
memahami sikap dan tabiat manusia. 4 Muhammad Imaduddin Abdulrahim, “Sikap Tauhid dan Motivasi Kerja” (Jurnal Ilmu
dan Kebudayaan Ulumul Quran volume II No. 5/9,Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF),
1990.) h. 38.
19
Motivasi berasal dari kata “motif”5, atau yang dalam Bahasa inggrinya
motive, yang berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang
bergerak.6 dari segi psikologis berarti dorongan atau kehendak. Sedangkan
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Motivasi berarti dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu7. Pengertian diatas, sama halnya dengan pengertian yang
dituturkan oleh Notoatmojo yang di tulis di dalam skripsi karangan Ayu, bahwa
motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang menyebabkan orang
tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. 8
Adapun dalam ilmu Psikologi motivasi yaitu usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh beberapa tokoh diatas,
dapat di simpulkan bahwa motivasi merupakan suatu faktor yang terdapat dalam
jiwa individual yang mendorong menyebabkan, mengarahkan suatu sikap dan
tingkah laku seseorang di dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa motivasi timbul
karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan, sehingga dapat dikatakan bahwa
5 Istilah motif erat berkaitan dengan gerak, yakni dalam halini gerakkan yang dilakukan
manusia,atau disebut juga perbuatan dan tingkah laku. 6Yeyen Meliyanti. Perbedaan Motivasi untuk Menikah Dini antara Remaja Laki-laki dan
Remaja perempuan di kecamatan sepatan Tangerang. Skipsi S1, Fakultas Psikologi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata, 2007. 7Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital
8 Dewa eka chandra merta sari, “hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja
terhadap pernikahan dini di desa sukowono kecamatan sukowono kabupaten jember” skripsi s1
fakultas kesehatan , universitas jember, 2015.
20
motivasi akan selalu bergantung pada tujuan dan kebutuhan. Artinya seseorang
akan terdorong melakukan sesuatu bila ada kebutuhan.
Menurut Afrizal Ahmad dalam tesisnya bahwa Abdul Aziz Al-Quussy
mengemukan bahwa perilaku manusia didorong oleh naluri (fitrah) baik bersifat
khusus ataupun umum. Lalu Dia mengutip pendapat Mc Dougal tentang berbagai
naluri yang mendorong manusia melakukan sesuatu tindakan, antara lain: 1)
Naluri menyelamatkan diri; 2) Naluri berperang; 3) Naluri keibuan; 4) Naluri
ingin tahu; 5) Naluri mencari makan; 6) Naluri minta tolong; 7) Naluri jijik; 8)
Naluri seks; 9) Naluri berkuasa; 10) Naluri tunduk; 11) Naluri memiliki; 12)
Naluri bongkar pasang atau meruntuhkan dan membangun; 13) Naluri berkumpul;
14) Naluri ketawa.9
B. Jenis- Jenis Motivasi
Di bawah ini terdapat berbagai jenis motivasi dalam kehidupan manusia, antara
lain:10
1. Dilihat dari sumbernya motivasi dibagi kepada dua; motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti
kebutuhan, bakat, kemauan, minat dan harapan yang terdapat pada diri
seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari
luar diri seseorang, timbul karena adanya stimulus (ransangan) dari luar.
9 Afrizal Ahmad,”HIRARKI MOTIVASI MENIKAH DALAM ISLAM DITINJAU DARI
MAQASHID SYARI’AH”(Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun
2011) 10
Dewa eka chandra merta sari, hubungan dukungan keluarga dengan motivasi remaja
terhadap pernikahan dini di desa sukowono kecamatan sukowono kabupaten jember ( skripsi s1
fakultas kesehatan , universitas jember, 2015)
21
2. Dilihat dari sifatnya, motivasi terbagi kepada tiga; motivasi yang bersifat
anjuran; paksaan dan ancaman. D. Sudjana menjelaskan bahwa terdapat
tiga bentuk motivasi dilihat dari segi sifatnya; pertama, motivasi yang
memberikan harapan adalah motivasi yang mendorong atau merangsang
harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau kelompok untuk
melakukan sesuatu. Kedua, bersifat menyadarkan yaitu motivasi yang
bersifat ajakan sehingga seseorang atau kelompok melakukan kegiatan
yang perlu dikerjakan. Dalam konteks wahyu bisa dikatakan termasuk
dalam hal ini perintah atau anjuran menikah. Ketiga, bersifat paksaan yaitu
motivasi yang sifatnya memberikan sangsi.
3. Dilihat dari segi kepentingannya, motivasi terbagi kepada dua, yaitu:
motivasi primer dan motivasi sekunder. Najati menjelaskan bahwa para
psikolog modern membagi motivasi menjadi dua bagian pokok; motivasi
fisiologis dan motivasi psiko-spiritual. Motivasi fisiologis disebut juga
motif primer yang meliputi menjaga diri dan motif kelangsungan
keturunan, sedangkan motivasi psiko-spiritual disebut motif sekunder yang
meliputi motif pemilikan, motif permusuhan, motif persaingan dan motif
beragama.
4. Dilihat dari segi jumlahnya, motivasi terbagi kepada dua; motivasi
tunggaldan motivasi bergabung. W.A. Gerungan dalam hal ini
menjelaskan bahwa seseorang makan tiga kali sehari adalah untuk
memenuhi kebutuhan akan makanan. Ini disebut dengan motif tunggal.
Sedangkan seseorang yang memasuki organisasi dilatarbelakangi oleh
22
tujuan yang beragam, maka motifmotifnya biasanya bergabung. Diantara
motif-motif tersebut terdapat motif utama dan beberapa motif tambahan.
Bagi orang dewasa dan masyarakat modern biasanya mempunyai motif
bergabung dalam berperilaku.
5. Dilihat dari pengaruhnya, motivasi terbagi kepada tiga; motif biogenetis,
motif sosiogenetis dan teogenetis. Dalam hal ini, W.A. Gerungan
menjelaskan,motif biogenetis yaitu motif yang berkembang pada diri
seseorang yang berasal dari organismenya sebagai makhluk biologi.
Adapun motivasi seseorang melakukan pernikahan, sebagaimana yang di
sampaikan oleh Syeikh Fuad dalam bukunya yakni pernikahan itu satu-satunya
cara untuk menjaga kontinyuitas kehidupan manusia dan pemakmuran dunia.
pernikahan juga merupakan motivator utama bagi manusia untuk bekerja dan
berproduksi. Kalau bukan karenanya, orang takkan bersemangat untuk bekerja
dan mencari rezeki. 11
C. Tujuan Dan Kegunaan Motivasi
Motivasi pada dasarnya harus berpusat pada rasa kemanusiaan. Manusia
yang kehilangan sesuatu dalam hidupnya, motivasi utama yang dimilikinya akan
mengarah pada kebutuhan fisiologi12
ketimbang kebutuhan lainnya. Seseorang
yang kehilangan makanan, keamanan, cinta dan kehormatan barangkali merasa
lebih lapar. Bagi seseorang yang ekstrem pada waktu lapar, tidak ada hal lain
11
Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 31. 12
Bagian dari kebutuhan Dasar yang mana kebutuhan fisiologi ini merupakan kebutuhan yang diambil sebagai tirik awal dalam motivasi yang bisa disebut juga pengendalian fisiologi.
23
yang menarik dirinya selain makanan. Ia mimpi makan, ia ingin makan, ia berfikir
tentang makan, ia mengeluarkan emosinya hanya mengenai makan, ia menerima
dan menginginkan hanya makanan.13
Adapun hubungannya dengan pernikahan, motivasi awal dari sebuah
pernikahan yakni di dorong oleh kebutuhan cinta, kasih sayang dan rasa memiliki.
Seseorang akan merasakan kegembiraan, seperti tidak terduga sebelumnya. Cinta
dan kasih sayang, sebaik pengungkapan mereka dalam seksualitas, pada lazimnya
ditandai dengan ambivalensi serta dipagari oleh banyaknya pembatasan maupun
larangan.
Di dalam agama Islam sendiri,tidak melarang adanya rasa cinta dan saling
menyayangi karena itu merupakan sebuah fitrah dari Allah swt, yang mesti di
syukuri. Untuk itu dalam menyalurkan hasrat tersebut yakni dengan sebuah
pernikahan agar tidak hanya mengedepankan nafsu semata melainkan sudah sah
secara agama juga (halal).
13
A.H. Maslow “Motivasi & Perilaku (Semarang :dahara prize, 1992). h 21
24
BAB III
PENGERTIAN PERNIKAHAN MENURUT AL-QUR’AN
A. Pengertian Pernikahan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, membutuhkan
orang lain, saling berinteraksi, bersosialisasi, menjalin hubungan dengan lawan
jenis serta meneruskan keturunan melalui proses perkawinan (Sumpami, 2008).
Pernikahan merupakan pelindung bagi individu maupun masyarakat,
khusunya kaum perempuan. Islam menganjurkan untuk melakukan pernikahan.
Hal inipun tertera dalam firman Allah di dalam QS. Al-Nur ayat 32 yakni :
يامى منكمأ والصالني منأ عبادكمأ وإمائكمأ لو أنكحوا الأ واللو واسع عليم إن يكونوا ف قراء ي غأنهم اللو من فضأ
Artinya : “ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)
lagi Maha Mengetahui “. (QS. An-Nur : 32)
Rasulullah Saw secara tegas, telah memerinthkan para pemuda untuk menikah.
Beliau Bersabda :
ء يا معشر الشبا ب من استطا ع منكم الباءة قليتزوج و من مل يستطع فعليو با لصوم فانو لو و جا
Artinya :“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian mampu untuk
menikah maka hendaklah menikah. Sebab menikah itu lebih dapat
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun barang siapa
25
tidak mampu maka endaklahnya ia berpuasa. Sebab puasa adalah pemutus
syahwat. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).1
Begitu pentingnya pernikahan, sehingga Rasulullah Saw mengatakan
bahwa pernikahan adalah separuh agama. Adapun sabda beliau yang artinya
yakni, “jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi separuh agamanya.
Hendaklah dia bertaqwa kepada Allah dalam separuhnya lagi.”(HR. Al-Baihaqi
dan Al-Hakim)2
Adapun pengertian menikah itu sendiri terbagi dua, yakni pengertian
secara Bahasa dan pengertian secara istilah, adapun lebih jelasnya yakni sebagai
berikut :
1. Pengertian Bahasa
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua
makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan.Secara etimologis
kata nikah (kawin) mempunya beberapa arti yaitu berkumpul, bersatu, bersetubuh,
dan akad. Namun pada hakikatnya adalah setubuh.3 . Perkawinan atau pernikahan
dalam literatur fiqh bahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nikah (نكاح ( dan
zawaj ( زواج) 4. kata ini di pakai sehari-hari oleh orang Arab dan banyak terdapat
di dalam Al-qur‟an dan Hadis Nabi. Kata na-ka-ha banyak terdapat di dalam Al-
qur‟an yang berarti kawin, seperti di dalam Qs an-Nisa ayat 3,
1Sahrul Anam,dkk, Kado Untuk Sang Tunangan, Risalah Nikah untuk remaja”,(M2KD:
2010). h. 4. 2 Syekh Fuad Shalih, Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah (Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2008), h. 29. 3 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakrta : PrenadaMedia Group, 2016) h.
23. 4Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 35.
26
ن وثلث ورباع ن النساء مث أ سطوا ف الأيتامى فانكحوا ما طاب لكم م تمأ أل ت قأ ت وإنأ خفأ دلوا ف واحدة فإنأ خفأ مأ أل ت عأ
انكمأ ن أل ت عولوا أوأ ما ملكتأ أيأ لك أدأ ذ
Artinya : “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang
saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa : 3)
Demikian pula banyak terdapat kata za-wa-ja dalam Al-Qur‟an yang berarti
kawin, seperi dalam surat al-Ahzab ayat 37, yakni:
سكأ عليأك زوأجك واتق اللو ت عليأو أمأ سك ما اللو مبأديو وتأشى الناس واللو أحق وإذأ ت قول للذي أن أعم اللو عليأو وأن أعمأ وتأفي ف ن فأ
عي أن تأشاه منني حرج ف أزأواج أدأ ناكها لكيأ ل يكون على الأمؤأ ها وطرا زوجأ ن أ ا قضى زيأد م هن و ف لم وكان طرا ائهمأ إذا قضوأا من أ
عول ر اللو مفأ .أمأ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah
melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat
kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang
kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya,
dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu
takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya
(menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan
bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka,
27
apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada
isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (QS. Al-ahzab : 37)
Nikah juga dimaknai al-jam’u dan al-dhamu yang berarti kumpul. Makna
kata nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah.
Nikah juga bisa diartikah (wath’u al-zaujah) yang artinya menyetubuhi istri5. Kata
nikah juga sering dipergunakan sebab telah masuk ke dalam kamus besar bahasa
indonesia.6
Adapun menurut Rahmat hakim dalam buku H.M.a Tihami, kata nikah
berasal dari bahasa arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari
kata kerja yakni “nakaha”, yang sinonimnya yaitu “tazawwaja” kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan.
Beberapa penulis terkadang menyebut pernikahan sama dengan kata
perkawinan. Adapun dalam bahasa indonesia sendiri, “perkawinan” itu berasal
dari kata “kawin” yang artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis,
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin itu digunakan secara
umum yakni untuk tumbuhan, hewan dan juga manusia. Berbeda dengan kata
kawin tersebut, kata nikah justru hanya digunakan pada manusia karena
mengandung keabsahan secara hukum sosial, adat istiadat dan terutama menurut
agama. Makna nikah sendiri yakni akad atau ikatan, karena dalam proses pernikan
terdapat ijab dan qabul.
5 H.M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta:PT.RajaGrafindo
Persada, 2009), h. 7. 6 Anoniimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h. 456.
28
2. Pengertian Istilah
Secara terminologis, menurut Imam Syafi‟i nikah (kawin) yaitu akad yang
dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita. Menurut
Imam Hanafi nikah berarti akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan
seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita serta
akad yang menggunakan lafadz nikah atau tazwij untuk membolehkan manfaat,
bersenang-senang dengan wanita. Menurut Imam malik nikah adalah akad
yang mengandung ketentuan hukum semata-mata untuk membolehkan wathi’
(bersetubuh),bersenang-senang, dan menikmati apa yang ada pada diri seorang
wanita yang boleh nikah dengannya.7 Adapun pengertian lain yakni, nikah
adalah akad serah terima anatar laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk
saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera
rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.
Adapun dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Bab 1 Pasal 1
disebutkan bahwa : “Perkawinan adalah lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagi suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. 8.
Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam, pernikahan yaitu akad yang
sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan untuk menaati perintah Allah dan
melaksanakannya adalah ibadah9.
7 Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta : PrenadaMedia Group, 2016),
h. 24. 8 Pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
9 Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam
29
Berdasarkan definisi diatas, berarti yang dimaksud dengan pernikahan
adakah akad nikah. Akad nikah yaitu rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali
dan kabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh
dua orang saksi.10
Dengan demikian, penikahan adalah suatu akad yang secara keseluruhan
aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij dan merupaka ucapan
seremonial yang sakral.
Perkawinan atau pernikahan juga merupakan suatu ketentuan dari
ketentuan-ketentuan Allah di dalam menjadikan dan menciptakan alam ini.
Perkawinan bersifat umum, menyeluruh berlaku tanpa kecuali baik bagi
manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan11
. Ketentuan-ketentuan ini telah
ditungkan di dalam firman Allah swt yang berbunyi :
ض وجعل فيها رواسي وأن أهارا رأ ومن كل الثمرات وىو الذي مد الأ اث أن نيأ هار جعل فيها زوأجنيأ ي غأشي الليأل الن
رون م ي ت فك لك ليات لقوأ إن ف ذ
Artinya : ” Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan
menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan
padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam
kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Qs. Ar-Ra‟ad : 3)
Dan Allah swt juga berfirman;
ض ومنأ أنفسهمأ وما ل ي عألمون سبأحان الذي خلق رأ زأواج كلها ما تنبت الأ الأ
10
Pasal 1 huruf C Kompilasi Hukum Islam. 11
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h. 41.
30
Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. (QS. Yasin :36).
B. Syarat Pernikahan
Syarat pernikahan ialah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun pernikahan,.
Adapun syarat-syarat pernikahan yakni 12
:
1. Calon mempelai Suami dan Isteri
Calon mempelai Laki-laki dan mempelai perempuan diharuskan untuk
untuk hadir dalam proses pernikahan tersebut. Adapun calon laki-laki
(suami) harus hadir sendiri dalam melaksanakan akad nikah, karena dialah
yang akan sangat bertanggung jawab dengan pelaksanaan perkawinan itu.
2. Wali
Persoalan terkait wali pihak perempuan ini, menurut Imam Syafi‟i,
perempuan yang akan menikah wajib memakai wali, dan wali itu
merupakan syarat bagi sahnya perkawinan.13
Adapun pihak yang berhak menjadi seorang wali yakni Bapak Kandung,
penerima wasiat, kerabat terdekat, dan seerusnya sesuai perempuan
tersebut. Dalam hal ini, Rasulullah Saw bersabda : “Tidaklah ada nikah,
kecuali dengan wali.” (HR. Abu dawud)
12
M.A. Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2010), h. 13-14. 13
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, h. 63
31
Umar bin Khatab Ra, berkata : “Perempuan tidak boleh dinikahi, kecuali
atas izin walinya, orang bijak dari keluarganya, atau seorang pemimpin.”
Adapun masalah yang harus diperhatikan terkait wali yakni sebagai
berikut :
a. Syarat-syarat wali yakni laki-laki, baligh, berakal, sehat, dan bukan
seorang budak.
b. Perwalian kerabat bagi seorang perempuan dihukumi tidak sah jika ada
wali yang lebih dekat dengan perempuan tersebut. Misalnya, perwalian
saudara sebapak tidak sah karena adanya saudara kandung.
c. Jika seorang perempuan mengizinkan dua orang kerabatnya agar
menikahkan dirinya, kemudian masing-masing kerabat menikahkannya
dengan laki-laki yang berbeda, maka pernikahan pertama yang
dihukumi sah. Namun, bila akad nikah yang dilaksanakan pada waktu
yang sama, maka kedua akad nikah dianggap tidak sah.14
3. Saksi
Suatu pernikahan harus dihadiri oleh minimal dua orang muslim yang adil
sebagai saksi. Hal ini didasarkan pada firma Allah Swt dalam surat At-
Thalaaq ayat 2, sebagai berikut yang artinya :” Apabila mereka telah
mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian
itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang
14
Bahirul Amali Herry, Kupinang Engkau dengan Al-qur’an (Jogjakarta: Diva Press,
2013), h. 176
32
beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
Syarat dua orang saksi ini merupakan syarat yang biasa dalam
kejadian-kejadian penting sebagai penguat dalam suatu kejadian yang
menghendaki pembuktian. Pernikahan yang tidak memakai dua orang
saksi menurut pendapat dikalangan Islam adalah tidak sah batal sejak
semula. Sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan Ahmad yakni
berbunyi: “Tidak sah menikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi
yang adil”.
4. Ijab Kabul.
Ijab berarti menawarkan dan kabul sebenarnya berasal berasal dari kata
qabuul, berarti menerima. Dalam teknis hukum perkawinan, ijab artinya
penegasan kehendak mengikatkan diri dalam dalam bentuk perkawinan
dan dilakukan oleh pihak perempuan ditujukan kepada calon suami.
Sedangkan kabul berarti penegasan penerimaan mengikatkan diri sebagai
suami isteri yang dilakukan oleh pihak laki-laki. Pelaksanaan penegasan
qabul ini harus diucapkan pihak laki-laki langsung sesudah ucapan
penegasan ijab perempuan, tidak boleh mempunyai antara waktu yang
lama.
Adapun shigat akad nikah adalah perkataan yang diucapkan oleh
mempelai laki-laki atau wali mempelai perempuan ketika akad nikah.
Misalnya, mempelai laki-laki meminta kepada wali seraya berkata,
“Nikahkanlah aku dengan putrimu atau putri yang diwasiatkan kepadamu,
33
yang bernama fulanah.” Kenudian, wali berkata , “ aku nikhkan kamu
dengan putriku yang bernama fulanah”. Selanjutnya, mempelai laki-laki
menjawab, “ aku terima nikahnya putrimu denganku.” Syarat-syarat shigat
(bentuk akad) hendaknya dilakukan dengan bahasa yang dapat dimengerti
oleh orang yang melakukan akad, penerima akad, dan saksi, shigat
hendaknya mempergunakan ucapan yang menunjukkan waktu akad dan
saksi. Shigat hendaknya mempergunakan ucapan yang menunjukkan
waktu lampau, sedang lainnya dengan kalimat yang menunjukkan waktu
yang akan datang.
Mempelai laki-laki dapat meminta kepada wali pengantin perempuan:
“kawinkanlah saya dengan anak perempuan Bapak” kemudian dijawab: “ saya
kawinkan dia (anak perempuannya) denganmu. Permintaan dan jawaban itu sudah
berarti perkawinan.
Shigat itu hendaknya terkait dengan batasan tertentu supaya akad itu dapat
berlaku. Misalnya, dengan ucapan : “saya nikahkan engkau dengan anak
perempuan saya”. Kemudian pihak laki-laki menjawab: “ya saya terima”. Akad
ini sah dan berlaku. Akad yang bergantung kepada syarat atau waktu tertentu,
tidak sah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akad nikah atau perkawinan
yang tidak dapat memenuhi syarat dan rukunnya menjadikan tersebut tidak sah
menurut hukum.
34
C. Tujuan Pernikahan
Perkawinan atau pernikahan itu salah satu cara tujuannya yakni yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan atau
anak serta melangsungkan kehidupan manusia15
. Untuk itu suami istri ditugaskan
untuk mengaturnya. Ketentuan tentang masalah ini ditungkan di dalam firman
Allah swt yang berbunyi :
ن ذكر وأنثى وجعلأناكمأ شعوبا وق بائل لت عارفوا ناكم م قاكمأ يا أي ها الناس إنا خلقأ رمكمأ عند اللو أت أ إن اللو عليم خبي إن أكأ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Dan firman Allah swt :
س ن ن فأ هما رجال كثيا ونساء يا أي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم م ها زوأجها وبث من أ وات قوا اللو الذي تساءلون بو واحدة وخلق من أ
رأحام إن اللو كان عليأكمأ رقيبا والأ
Artinya : ”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
15
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 42.
35
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu.” (QS. An-Nisaa : Ayat 1 )
Adapun tujuan pernikahan yang lainnya16
, yakni diantaranya:
1. Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
2. Membentuk suatu keluarga atau rumah tangga yang bahagia, sakinah, mawaddah
wa rahmah. Hal inipun telah dipertegas dalam Firman Allah yakni dalam QS. Ar-
Ruum: 21
ة ومنأ آياتو أنأ ودة ورحأ نكم م ها وجعل ب ي أ كنوا إلي أ نأ أنفسكمأ أزأواجا لتسأ رون خلق لكم م م ي ت فك لك ليات لقوأ إن ف ذ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum: 21)
3. Menuruti Perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur.
4. Untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat manusia, berhubungan antara laki-laki dan
perempuan dalam rangka mewujudkan suatu keluarga bahagia berdasarkan rasa
cinta kasih, untuk untuk memperoleh keturunan yang yang sah dalam masyarakat
dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariat.
Adapun hikmah atau manfaat melakukan pernikahan yang sah17
yakni:
16
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakrta : Prenada Media Group, 2016),
h. 28.
36
a. Menghindari terjadinya perzinahaan.
b. Menikah dapat merendahkan pandangan mata dari melihat perempuan yang
diharamkan
c. Menghindari terjadinya pennyakit kelamin yang diakibatkan oleh perzinaan
seperti AIDS.
d. Lebih menumbuh kembangkan kemantapan jiwa dan kedewasaan serta
tanggung jawab kepada keluarga.
e. Nikah merupakan setengah dari agama.
f. Menikah dapat menumbuhkan kesungguhan, keberanian, dan rasa tanggung
jawab kepada keluarga,masyarakat, dan negara.
g. Pernikahan dapat memperhubungkan silaturrahim, persaudaraa, dan
kegembiraan dalam menghadapi perjuangan hidup dalam kehidupan
mesyarakat dan sosial.
Adapun hikmah tambahan yang lainnya, yakni menurut Abdullah Nasheh
„Ulwan dalam buku keluarga sakinah karangan H. Abdul Qadir Djaelani yang
menyatakan antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memelihara jenis manusia.
Dengan pernikahan manusia dapat melangsungkan jenis keturunannya.
Hal inipun tertera dalam Firman Allah yakni :
ن الو نأ أزأواجكم بنني وحفدة ورزقكم م نأ أنفسكمأ أزأواجا وجعل لكم م منون وبنعأمت اللو ىمأ طيبات اللو جعل لكم م أفبالأباطل ي ؤأ
فرون يكأ
17
Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta : PrenadaMedia Group, 2016),
h. 38.
37
Artinya : “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu,
dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-
Nahl : 72)
2. Menyelamatkan masyarakat dari kerusakan akhlak
Rasulullah Saw secara tegas, telah memerintahkan para pemuda untuk
menikah. Hal ini pun sesuai dengan sabda Rasulullah Saw yang Artinya : “Wahai
para pemuda, jika kamu sudah memiliki kemampuan untuk menikah, menikahlah.
Sebab itu lebih ampuh untuk menjaga pandangan mata dan kegormatanmu.
Sedangkan yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, karena itu akan menjadi
perisai baginya’. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 18
.
Adapun tujuan pernikahan menurut faizah Ali Sybromalisi dalam Skripsi yang
ditulis oleh Ahmad Arifudz Zaki19
, yakni 20
sebagai berikut :
1. Fungsi Reproduksi
2. Fungsi keagamaan
3. Fungsi Sosial Budaya
4. Fungsi Pembinaan Keluarga
D. Ayat-ayat tentang Pernikahan
18
Syaikh Fuad Shaleh, “Untukmu yang akan Menikah dan Telah Menikah”
(Jakarta:Pustaka Al-Kautsar, 2008)h. 30. 19
Ahmad Arifuz Zaki, Konsep Pra-Nikah Dalam Al-Quran dan Tafsir (Kajian Tafsir
Tematik),Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tasirf, Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta, tahun 2017 20
Faizah Ali Syibromalisi, kiat-kiat memilih pasangan Menuju Perkawainan Bahagia,
disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pranikah: Membangun keluarga Bahagia, Menuju
Generasi Berkualitas, PSGA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 September 2014
38
Kata Menikah dengan menggunakan term nakah beserta seluruh
derivasinya dalam Al-Qur‟an tersebar dalam 23 tempat, dalam 6 Surat, 17
ayat. Dari 6 surat, yang termasuk ke dalam ke dalam kategori makkiyyah
adalah 1 surat, dan madaniyyah 5 surat.21
Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang kehidupan menikah, dengan
menggunakan term “nakaha” beserta seluruh derivasinya yang terdapat di
dalam Al-Qur‟an:
Tabel 1.1
PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG MENIKAH, DENGA
MENGGUNAKAN TERM “NAKAHA” BESERTA SELURUH
DERIVASINYA YANG TERDAPAT DI DALAM AL-QUR‟AN
No Surat Ayat Status
1 Al-Baqarah (2) 221,230,232,235 Madaniyah
2 An-Nisa (4) 3,6,22,25,127, Madaniyah
3 An-Nuur (24) 3,32,33, Madaniyah
4 Al-Qasas (28) 27 Makkiyah
5 Al-Ahzab (33) 49, 50,53 Madaniyah
6 Al-Mumtahanah (60) 10 Madaniyah
Sebagai tambahan ayat-ayat terkait pernikahan yakni Allah menciptakan segala
sesuatu itu berpasang-pasangan.
21
Muhammad Fuad Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz, Al-Qur’an Al-Karim, ( Al-Qahirah: Daarul al- Hadis, 1991)h. 888-889.
39
Adapun Kata Berpasang-pasangan dengan menggunakan term “zawaja”
beserta seluruh derivasinya dalam Al-Qur‟an tersebar dalam 60 tempat, dalam 42
Surat, 67 ayat. Dari 42 surat, yang termasuk ke dalam ke dalam kategori
makkiyyah adalah 30 surat, dan madaniyyah 12 surat.22
Berikut ini persebaran ayat-ayat tentang berpasangan dengan menggunakan
term “zawaja” beserta seluruh derivasinya yang terdapat di dalam Al-Qur‟an:
Tabel 1.2
PERSEBARAN AYAT-AYAT TENTANG MENIKAH, DENGA
MENGGUNAKAN TERM “ZAWAJA” BESERTA SELURUH
DERIVASINYA YANG TERDAPAT DI DALAM AL-QUR‟AN
No Surat Ayat Status
1 Al-Baqarah (2) 25,35,102,230,232,234 Madaniyah
2 Ali Imran (3) 15 Madaniyah
3 An-Nisa (4) 1,12,2,57 Madaniyah
4 Al-Anam (6) 139,143 Makkiyah
5 Al-A‟raf (7) 19,189, Makkiyah
6 At-Taubah (9) 24, Madaniyah
7 Huud (11) 40, Makkiyah
8 Ar-Ra‟du (13) 3,23,38, Madaniyah
9 Al-Hijr (15) 88, Makkiyah
22
Muhammad Fuad Abd Al-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfaz, Al-Qur’an Al-Karim, ( Al-Qahirah: Daarul al- Hadis, 1991)h. 888-889.
40
10 An-Nahl (16) 72, Makkiyah
11 Tahaa (20) 53,117, Makkiyah
12 Al-Anbiya (21) 90, Makkiyah
13 Al-Hajj (22) 5, Madaniyah
14 Al-Mu‟minum (23) 6.27 Makkiyah
15 Al-Furqon (25) 74 Makkiyah
16 As-Syuara (26) 7,166, Makkiyah
17 Ar-Rum (30) 21 Makkiyah
18 Lukman (31) 10, Makkiyah
19 Al-Ahzab (33) 4,6,28,37, 50,52,59 Madaniyah
20 Fatir (35) 11 Makkiyah
21 Yasin (36) 36,56 Makkiyah
22 Al-Fussilat (37) 22 Makkiyah
23 Sad (38) 58, Makkiyah
24 Az-zumar (39) 6, Makkiyah
25 Al-Ghafir (40) 8 Makkiyah
26 As-Syura (42) 11,50 Makkiyah
27 Az-Zukhruf (43) 12, Makkiyah
28 Ad-dukhan (44) 54, Makkiyah
29 Qaf (50) 7, Makkiyah
30 Adz-Zariyat (51) 49, Makkiyah
31 At-Tur (52) 20, Makkiyah
41
32 An-Najm (53) 45, Makkiyah
33 Ar-Rohman (55) 52, Madaniyah
34 Al-Waqiah (56) 7, Makkiyah
35 Al-mujadalah (58) 1, Madaniyah
36 Al-Mumtahanah (60) 11 Madaniyah
37 At-Thagobun (64) 14, Madaniyah
38 At-Tahrim (66) 1,3,5 Madaniyah
39 Al-Ma‟arij (70) 30 Makkiyah
40 Al-Qiyamah (75) 39, Makkiyah
41 An-Naba (78) 8 Makkiyah
42 At-Takwir (81) 7, Makkiyah
42
BAB IV
MOTIVASI MENIKAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
Keluarga adalah institusi sosial terkecil yang di dalamnya terdiri dari
anggota keluarga, yaitu pasangan suami-isteri, anak-anak , serta kedua orang tua,
serta kerabat lainya1. Terwujudnya rumah tangga yang sah tentunya setelah
didahului oleh akad nikah atau perkawinan, sesuai dengan ajaran agama dan
undang-undangan No.1 tahun 1974 tentang perkawinan.
Perkawinan atau pernikahan sejatinya harus diawali dengan niat yang
iklas, karena pernikahan itu adalah perintah Allah dan Rasul-Nya terhadap
hamba-hamba-Nya yang mampu. Sebelum berjalan kearah yang lebih jauh
tentunya pihak-pihak yang bersangkutan (calon suami-isteri) hendaklah berusaha
untuk mempelajari dan mengetahui motivasi apa saja yang mengharuskan dia
untuk menikah. Hal ini diharuskan karena, akan menjadi sebuah landasan atau
pedoman rumah tangga yang akan didirikan itu lebih baik dan lebih kuat. Tidak
mudah mengalami kegoncangan dan krisis dalam melayarkan bahtera rumah
tangga berikutnya.
Al-Qur‟an dan Sunnah memberikan anjuran bahkan perintah untuk
menikah. Hal ini mendorong umat Islam untuk menikah. Sekalipun manusia
memiliki motivasi intrinsik2 untuk menikah, anjuran atau perintah normatif di atas
bisa menjadi motivasi ekstrinsik3. Bahkan beberapa penekanan dalam dalil-dalil
1 Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Tuntunan
Menuju Keluarga Sakinah, (Suara Muhammadiyah;Yogyakarta, 2016), h.101. 2Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan, minat
dan harapan yang terdapat pada diri seseorang. D. Sudjana. S.Op. Cit, h.16. 3 Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri seseorang, timbul karena
adanya stimulus (ransangan) dari luar lingkungannya.Ibid
43
tersebut mengambarkan motivasi intrinsik seseorang untuk menikah. Banyak nash
(al-Qur‟an dan Sunnah) yang mendorong atau memotivasi setiap muslim
menikah. Allah dan Rasul dalam hal ini bertindak sebagai pemberi motivasi.
Beberapa motivasi pernikahan yang dijelaskan dalam nash, antara lain. Secara
psikologis, motivasi tersebut ada yang bersifat memberikan harapan,
menyadarkan maupun paksaan.4
Adapun beberapa motivasi melakukan pernikahan dalam pandangan
agama islam, yakni sebagai berikut :
A. Melaksanakan Perintah
Menikah adalah menyatukan atau menghubungkan ikatan antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan dengan syarat ijab qabul. Islam memandang
menikah dengan sangat-sangat baik karena nikah merupakan salah satu anjuran
Allah SWT dan sunnah rasulullah SAW.
Pernikahan merupakan jalinan hubungan antara laki-laki dan perempuan.
Hal ini sudah dijelaskan dalam Al-qur‟an yakni surat An-Nisa ayat 1 yang
berbunyi :
هم ها زوجها وبث من ا يا أي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من
5ان عليكم رقيباإن اللو ك وات قوا اللو الذي تساءلون بو والرحام رجال كثريا ونساء
4D. Sudjana. S. menjelaskan bahwa terdapat tiga bentuk motivasi dilihat dari segi
sifatnya; pertama, motivasi yang memberikan harapan adalah motivasi yang mendorong atau
merangsang harapan, kebutuhan, dan keinginan seseorang atau kelompok untuk melakukan
sesuatu. Kedua,bersifat menyadarkan yaitu motivasi yang bersifat ajakan sehingga seseorang atau
kelompok melakukan kegiatan yang perlu dikerjakan. Dalam konteks wahyu bisa dikatakan
termasuk dalam hal ini perintah atau anjuran menikah. Ketiga, bersifat paksaan yaitu motivasi
yang sifatnya memberikan sangsi. D. Sudjana, S. Op. Cit, h. 161-162. 5 Qs. An –Nisa : 1
44
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Di dalam tafsir ath-thabari, dijelaskan bahwa ayat sebagai manusia
janganlah kita menyalahi perintah Allah dan larangan-Nya. Selain itu juga ada
kewajiban sebagai hamba-hamba Allah untuk memelihara hak sebagian yang
laiinya.6 Ayat di atas juga menjelaskan tentang perintah Allah kepada manusia,
baik laki-laki maupun perempuan untuk melakukan Proses perkenalan ini, yang
salah satunya bertujuan untuk manusia melestarikan keturunan. Manusia, baik
laki-laki maupun perempuan tidak bisa memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan
orang lain (makhluk sosial), untuk itu penting kiranya memiliki seorang pasangan.
Selain itu, tidak hanya manusia yang diciptakan berpasangan makhluk
yang lainpun demikian, seperti tumbuhan dan hewan. Hal inipun tertera dalam Al-
qur‟an surat Yasin ayat 36, yakni :
الزواج كلها ما تنبت الرض ومن أنفسهم وما ل ي علمونسبحان الذي خلق
6 Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-thabari (6), (Jakarta: pustaka
Azzam, 2009), h. 350
45
Artinya : “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.7
Ayat ini menjelaskan bahwa apa yang Allah ciptakan pasti berpasang-
pasangan, salah satu contoh yang bisa diambil yakni seperti adanya siang dan
malam, baik dan buruk, begitupun laki-laki dan perempuan, serta lainnya yang
mempunyai pasangan.
Dari berpasangan itulah maka akan adanya pemersatu. Adapun dalam
pemersatu antara laki-laki dan perempuan yakni Pernikahan atau perkawinan.
pernikahan itu sunnatullah, yang artinya perintah Allah dan Rasul-Nya, tidak
hanya semata-mata keinginan manusia atau hawa nafsunya saja, karenanya
seseorang yang telah memutuskan untuk menikah dan berumah tangga berarti ia
telah mengerjakan sebagian dari Syariat (aturan) Agama Islam. Hal ini tertera
dalam sebuah hadis yakni :
ىحب فطرتى فليسنت سنتالنكاح سنىت, فمن ا
Artinya : “Pernikahan itu adalah sunnahku, barangsiapa yang mencintai fitrahku
(jalanku) maka hendaklah ia menjalankan Sunnahku”. )H.R Ibnu Abbas)8
Selain itu ada hadis yang berbunyi yakni :
اذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين, فليتق اهلل يف النصف الباقي
7 Qs.Yasin : 36
8 Sidi Nazar Bakri, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah)” (Jakarta
:Pedoman Ilmu Jaya,1993), h. 5.
46
Artinya : “Jika seorang hamba telah menikah, maka sungguh ia telah
menyempurnakan separuh agamanya. Maka, takutlah kepada Allah
dengan (menjaga) separuhnya.” (H.R. Imam Baihaqi)9
Adapun ayat yang lainnya, di dalam al-Qur‟an yakni tertera dalam QS. Ar-
Ruum ayat 21, berbunyi :
نكم مودة ورحة من آياتو أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكنوا إلي ها وجعل ب ي يات لقوم ي ت فكرونإن يف ل ذ
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum: 21)
Menuruti Perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam
masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur.
Di dalam Tafsir Al-quran karya syekh Abdurrahman bin Nashir di jelaskan
bahwa diantara kekuasan Allah ialah diciptakannya manusia dari satu sumber asal
dan dari satu materi kemudian dikembangbiakkan di seleuruh penjuru dan sudut
bumi. Tentunya dengan membuktikan rahmat-Nya, perhatian-Nya,kebijaksanan-
Nya yang agung dan juga ilmunya yag mencakup segala sesuatu untuk
hambanya.tentu Allah meciptakan dengan keserasiannya. Denga memberikan
pernikahan itu sebagai sebab yang mendatangkan pada rasa kasih sayang,
sehingga dengan adanya isteri dapat merasakan kenikmatan, kelezatan dan
9 SyahrulAnam, dkk, “Kado Untuk Sang Tunangan” (Majelis Musyawarah Kutubudiyah:
2010), h. 17.
47
manfaat dengan adanya keturunan yakni anak-anak, dan bisa merasakan
mengasuh dan merasakan kedamaian padanya.10
Untuk itu, pernikahan bukan semata-mata untuk melampiaskan syahwat,
tetapi untuk mendapatkan ketentraman dan kedamaian.
Selain itu, Islam menganjurkan kaum muslimin untuk menikah dan
memberikan perhatian khusus kembali padanya. Islam menuntut generasi muda
Islam agar segera manikah jika sudah mampu melakukannya. Di dalam syariat
Islam banyak terdapat nash-nash yang memberikan anjiran kepada imat islam
untuk menikah. Allah Swt berfirman dalam QS An-Nur ayat 32 yakni :
م اللو من إن يكونوا ف قراء ي غنه وأنكحوا اليامى منكم والصالني من عبادكم وإمائكم
واللو واسع عليم فضلو
Artinya : "Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka
miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. "11
Ayat ini mengandung anjuran untuk menikah dan membantu laki-laki
yang belum beristri dari perempuan-perempuan yang belum bersuami agar mereka
menyegerakan pernikahan dan janganlah sekali-kali kemiskinan dijadikan
10
Syaikh abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, “Tafsir Al-quran jilid 5”, (jakarta,: darul haq,
2012). H. 477 11
Qs. An-Nur : 32
48
penghalang untuk menikah, karena Allah akan memberikan rizki kepada
makhluk-Nya yang berusaha.12
Imam Al-qurtubi mengatakan bahwa fiman Allah swt terkait diatas yakni “
jika mereka miskin, Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari
limpahan karuani-Nya”. Adalah ditujukan kepada orang-orang yang merdeka. Itu
artinya, janganlah kita menolak untuk menikah hanya karena kefakiran pasangan,
karena kalau dia miskin, maka Allah swt., akan mengulurkan karunianya. Ini
adalah janji Allah swt untuk memberikan kekayaan bagi mereka yang menikah
untuk mencapai ridha-Nya, dan menjaga diri dari kemaksiatan tentunya. Adapun
Ibnu Ma‟ud berkata, “carilah kekayaan dari jalan menikah”.
Selain itu, ayat ini juga memberi janji dan harapan untuk memperoleh
tambahan rezeki bagi mereka yang akan melangsungkan pernikahan, namun
belum memiliki modal memadai. Sementara para ulama menjadikan ayat ini
sebagai bukti tentang anjuran untuk menikah walau belum memiliki kecukupan.
Tetapi perlu dicatat bahwa ayat ini bukan hanya ditujukan kepada mereka yang
bermaksud untuk menikah, tetapi kepada para wali. Di sisi lain, ayat berikut
memerintahkan kepada yang akan menikah tetapi belum memiliki kemampuan
untuk menikah agar menah diri.13
Adapun hadis yang diriwayatkan oleh abu hurairah yakni, Rasulullah
bersabda ; “ Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka, orang yang
berjihad dijalan Allah, mukatab yang ingin menebus dirinya, dan orang yang
menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram).” (HR. Ibnu Majah)
12
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu katsir, penerjemah M. Abdl Ghoffar E. M (Pustaka Imam asy-
Syafi‟i, Bogor), h. 470. 13
M. Quraih Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 335-337.
49
Selain Al-qurtubi, Imam Asy-Sya‟di mengartikan “ Jika mereka miskin,
Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari limpahan karunia-Nya”.
yakni bila mereka fakir, maka Allah swt., akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Namun hal ini tidak menolak kemungkinan setelah menikahpun
meeka akan tetap miskin karena banyaknya yang dipikul. Tapi, pada
kenyataannya ayat ini megandungkan ajakan untuk menikah sekaligus menjadikan
kekayaan bagi mereka yang menikah, dikaruniakan-Nya kenikmatan baik nikmat
agama dan nikmat duniawi atau salah satu dari keduanya. Semua ini diberikan
Allah swt., berdasarkan kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya.
Pernikahan juga merupakan upaya manusia untuk bekerjasama dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan14
. Dengan menikah
manusia akan saling melengkapi dan bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini. Sejalan dengan ini, motif pernikahan lainnya yaitu kebutuhan rasa
aman seperti terjaminnya keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit,
perang, kemiskinan, kelaparan dan perlakuan tidak adil. Bagi sebagian orang,
pernikahan seringkali dilandaskan pada motif ini. Ini lah hikmah dari firman
Allah.
Adapun hadist yang lainnya yakni ,Rasulullah juga bersabda:
ء لنساوا اجزوتم سلو یھهلل صلى هلل علول سل رقات قال اھضى هلل تعالى عنرعائشة ن ع
لبالمام نكیأتین ھفإن
14
Zuhaily menjelaskan bahwa pernikahan sesungguhnya kerjasama kedua pasangan
(suami-isteri) dalam menghadapi beban hidup, menguatkan hubungan keluarga dan
menyempurnakan sikap saling menolong dalam kemaslahatan. Wahbah Zuhaily.Op. Cit, h. 6515-
6516.
50
Artinya : “Carilah istri, karena dia akan membawa rezeki untuk kalian.”15
Rasulullah Saw menetapkan bahwa pernikahan mengandung manfaat
besar, yang membuatnya menyamai separuh agama,
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis di atas, dapat diambil kesimpulan
pernikahan atau perkawinan adalah perintah dan Rasul-Nya (aturan Agama Islam)
di sebut juga dengan sunnatullah. Perkawinan adalah sesuatu yang dasarnya suci
dan mulia pada sisi Allah maupun pada sisi manusia, karena itu seseorang yang
telah berumah tangga hendaklah menghargai dan memuliakannya (janganlah
mensia-siakannya).
B. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan
Perubahan-perubahan yang dialami seseorang dalam perkembangannya
secara bersamaan akan diiringi juga dengan munculnya harapan sosial, yang mana
di setiap kelompok budaya mengharap anggotanya menguasai keterampilan di
setiap rentang kehidupan. Perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas
dan harapan yang harus dapat dipenuhi. Pada masa dewasa dini ini, tugas dan
harapan yang menjadi tanggung jawab antara lain memilih jodoh, belajar hidup
dengan suami, mengasuh anak, mengatur rumah tangga, menemukan kelompok
sosial, menerima tanggung jawab sebagai warga negara, dan mulai bekerja.
Pemilihan jodoh atau usaha untuk mencari pasangan hidup sebagai suami-
istri tidaklah mudah seperti halnya membalikkan telapak tangan, karena cukup
banyak masalah-masalah atau seluk beluknya yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan secara matang oleh masing-masing pihak. Sehubungan dengan
15
Afrizal Ahmad, “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari‟ah”, (T E S I S Pada Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi Fiqih, riau, Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2011/ 1432 H), h.
51
itu pula, maka ajaran Agama Islam tidak menutup pintu untuk melakukan usaha-
usaha pemantapan, dengan kata lain; islam memberikan peluang atau kesempatan
kepada masing-masing pihak calon suami isteri untuk dapat mencari atau
mempelajari sifat-sifat atau tingkah laku serta memperhatikan watak kepribadian
dari calon-calon tersebut. Orang Yang akan memilih pendamping boleh
melakukan semacam pendekatan atau perkenalan seperlunya selama tidak
menyimpang dari norma-norma ajaran agama dan adat-istiadat yang berlaku.
Ditemukan suatu kisah Rasulullah SAW., tatkala seorang sahabat bernama
Mughirah Ibnu Syu‟bah; hendak meminang seorang perempuan, kemudian Nabi
berkata :
انظر اليها فانو احرى ان يوء د م بينكما
Artinya ; “lihatlah perempuan itu lebih dahulu, karena yang demikian itu akan
memungkinkan terciptanya kasih sayang antara kamu berdua”
Sabda Rasulullah SAW di atas memberikan semacam isyarat (kebolehan)
yang mengandung pengertian bahwa; sebelum berlangsungnya suatu pernikahan,
masing-masing pihak boleh mengenal dari calonnya itu, melakukan semacam
pendekatan, baik langsung maupun tidak, tentunya dengan bijaksana dan seetik
mungkin.16
Dalam mencari calon pasangan hidup juga, seseorang dituntut untuk
selektif sebelum menetapkan dan memantapkan pilihannya. Tidak sekedar
berkonsentrasi pada penampiln fisik saja, baik dalam arti struktur biologis
16
Sidi Nazar Bakri, “Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah),” (Jakarta
:Pedoman Ilmu Jaya,1993), h. 6-7.
52
maupun dalam arti akumulasi materi yang dimiliki. Penilaian tersebut hanya
merupakan kriteria semu yang tidak menjamin kebahagiaan dalam mengarungi
rumah tangga.
Imam A-Nawawi mengutip perkataan Al-Ghazali dalam salah satu
karyanya, bahwa seseorang tidak dilarang memilih calon pasangannya
dikarenakan cantik, tampan dan hartawan. Tapi pertanyaan yang sangat
eksistensial selanjutnya adalah “apakah agama dan kepribadian yang ia punya
juga cantik sebagaimana fisiknya ?”17
Adapun hadis yang berkenaan dengan ini yakni sebagai berikut :
تبرتن یدلذات ابر فظفا، اھنیدلو اھجمالو اھلحسبو اھبع :لمالرلرأة لماتنكح
داكی
Artinya : “Nikahilah perempuan karena empat hal; harta, keturunan, kecantikan
dan keberagamaannya. Maka pilihlah perempuan karena
keberagamaannya, niscaya kamu akan bahagia”.18
Hadits di atas, menganjurkan untuk menikahi seorang perempuan
dengan empat motif; harta, keturunan, kecantikan dan keberagamaannya. Namun
motif utama yang dianjurkankan adalah keberagamaannya. Motif ini akan
membawa kebahagiaan yang hakiki kepada keduanya. Sekalipun dalam hal ini
dimungkinkan penggabungan keempat motif ini, agaknya untuk mencari calon
yang memiliki keempat hal di atas tidak lah mudah dan jarang didapatkan.
17
An-Nawawi, Majmu‟ fi syahri al-muhaddzab juz IXX , h. 21. 18
Imam Bukhari
53
Hadits ini juga memberikan hirarki dalam pemilihan pasangan yang
sekaligus dapat dipahami sebagai hirarki motif pernikahan;
1. Kriteria keagamaan yang memunculkan motif agama.
2. Kriteria kecantikan yang memunculkan motif estetik.
3. Kriteria keturunan yang memunculkan motif sosial.
4. Kriteria harta (materi) yang memunculkan motif material atau fisiologis.
Akhir hadits di atas, “Maka pilihlah perempuan karena
keberagamaannya, niscaya kamu akan bahagia”, menjelaskan bahwa
kebahagiaan atau kemaslahatan menjadi tujuan pernikahan.19
Dengan demikian , maka kriteria fisik pada dasarnya tidak menjadi soal.
Sebab, kecantikan dan kedudukan merupakan kriteria pendukung dalam menjalani
bahtera kehidupan. Bahkan dalam hadis dinyatakan, yang artinya;
Artinya : “Barang siapa yang menikahi wanita karena kemuliaannya maka Allah
takkan menambahkan padanya melainkan kehinaan, dan barang siapa
menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah
padanya melainkan kefakiran, dan barang siapa menikahi wanita
keturunannya, maka Allah tidak akan menambahkan padanya,
melainkan kenistaan, dan barang siapa menikahi wanita melainkan
agar pandangan dan kemaluannya terjaga , atau agar ia dapat
19
Afrizal Ahmad‟, “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari‟ah”, ( T e s i s Pada Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi Fiqih, riau, Program
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau 2011/ 1432 H), h. 34.
54
menyatukan tali silaturrahmi, maka Allah akan memberkahi dirinya
dan wanita yang dinikahinya”. (HR. Ibnu Hajjar)20
.
Di dalam al-Quran sendiri dijelaskan dalam firman Allah , yakni ;
21ومن كل شيء خلقنا زوجني لعلكم تذكرون
Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.”
Di dalam tafsir fi- zhilalil qur‟an di sebutkan bahwa hakikat yang
mengagumkan dari ayat ini yakni mengungkapkan tentang kaidah (prinsip)
penciptaan di bumi ini, bahkan mungkin di alam semesta. Karena ungkapan ayat
ini tidak menyebutkan bumi secara khusus sebagai kaidah khusus berpasang-
pasangan dalam penciptaan, sedangkan hal ini sangat nampak pada makhluk
hidup. Tetapi kata “sesuatu” meliputi benda mati juga. Ungkapan ayat
menempatkan bahwa sesuatu itu sama seperti makhluk hidup, diciptakan dengan
berpasang-pasangan.
Bila kita mengingat bahwa nash ini telah diketahui manusia sejak abad 14
abad yang lalu dan bahwa keumuman prinsip berpasangan-pasangan –sekalipun
pada makhluk hidup- ini belum dikenal pada waktu itu, apalagi keumuman prinsip
berpasang-pasangan pada segala sesuatu. Bila kita mengingat hal ini, maka kita
mendapati perkara yang sangat mengagumkan dan besar. Yaitu bahwa hal ini
20
SyahrulAnam, dkk, “Kado Untuk Sang Tunangan” (Majelis Musyawarah
Kutubudiyah: 2010), h.26 21
QS. Adh-dhariyat : 49
55
memberitahukan kepada kita berbagai hakikat alam dalam bentuk yang sangat
mengagumkan dan sejak dini sekali.22
Selain ayat di atas, Allah Swt juga berfirman dalam alquran yakni :
فجعل منو الزوجني الذكر
Artinya : “lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan.23
Adapun kriteria memilih pasangan yang baik, atau pasangan ideal, itu
dijelaskan dalam skripsi karangan Ahmad Arifuz zaki yang berjudul “Konsep
Pra-nikah dalam Al-qur‟an” yakni sebelum menikah harus berdasarkan seiman,
berlawanan jenis, bukan mahram, berkripadian baik, memiliki sifat tanggung
jawab dan memiliki visi misi dalam menjalankan sebuah pernikahan.
Dari insting tersebut, maka akan terciptalah Perkawinan atau pernikahan
yang salah satu cara tujuannya yakni yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
memperoleh anak dan memperbanyak keturunan atau anak serta melangsungkan
kehidupan manusia24
. Untuk itu, suami istri ditugaskan untuk saling mengenal
lebih jauh. Ketentuan tentang masalah ini ditungkan di dalam firman Allah swt
yang berbunyi :
22
Sayyid Qutub, Tafsir Fi-Zhilalil Qur‟an terjemahan, (Robbani Press; Jakarta, 2008), h.
389. 23
QS. Al-Qiyamah : 39 24
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, h. 42.
56
إن أكرمكم ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا يا أي ها الناس إنا خلقناكم من
25إن اللو عليم خبري عند اللو أت قاكم
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Tafsiran terkait ayat ini, di jelaskan di dalam tafsir ath-thabari bahwa
maksudnya ialah, Allah swt berfirman yang arrtinya : Hai manusia,
sesungguhnya kami menciptakan kejadian kalian dari air mani laki-laki dan
perempuan. Adapun takwil terkait berbangsa-bangsa dan besuku-suku
maksudnya adalah dijadikannya serasi. Sebagian ada yang bernasab dengan
sebagian yang lainnya dengan nasab yang jauh dan Sebagian ada yang bernasab
dengan sebagian yang lainnya dengan nasab yang dekat. Dan tentuya supaya
dari tiap-tiap hamba itu mengenal sebagian lainnya dalam hal nasab.26
Selain itu, ayat ini menegaskan bahwa dijadikannya manusia berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling mengenal satu sama lain(lita
„arafu). Menurut al-Baghawi dan al-khazin, ta‟aruf itu dimaksudkan agar setiap
25
QS. Al-Hujurat : 13 26
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-thabari (23), (Jakarta: pustaka
Azzam, 2009), h. 766
57
orang dapat mengenali dekat atau jauhnya nasabnya dengan pihak lain. Bukan
untuk saling mengingkari.
Berdasakan ayat ini, Abd ar-Rahman as-Sa‟di menyataka bahwa
mengetahui nasab-nasab yang merupakan perkara yang dituntut syariat. sebab,
manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku memang untuk itu. Karena
itu, seseorang tidak boleh menasabkan diri kepad a.selian dirinya dan orang
tuanya.
Dengan mengetahui nasab, berbagai hukum dapat diselesaikan. Seperti
hukum menyambung tali silaturrahim, dengan orang yang memiliki hak atasnya.
Misalnya hukum pernikahan, pewarisan.dan sebagian. Di samping itu, ta‟aruf juga
beguna untuk saling membantu. Dengan saling membantu, bangunan antara
individu. Bangunan masyarakat yang baik dan bahagia dapat.
Selain itu, Dan firman Allah swt dari Qs An-Najm ayat 45 yakni
ا وأنو خلق الزوجني الذكر والنثى
Artinya : ” Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria
dan wanita.
C. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman
Jika kita merenungkan aturan perkawinan dan kesempurnaanya, atau kita
membahas hal-hak luar biasa yang menyebabkan keberlangsungan atau
kelanggengan perkawinan, maka kita pasti menemukan bahwa kekuasaan Allah
sangat berperan di dalam aturan tersebut dan tidak mungkin terhenti atau tertilak
oleh perbuata manusia atau makluk-nakhluk lainnya. Manusia sendiri, begitu juga
makhluk-makhluk lainnya, diciptakan untuk melangsungkan perkawinan dan
58
melanggenkan dari adanya tujuan ke arah itu, meskipun mereka merasa bahwa
mereka ingin melakukannya.
Islam sangat mencela pilihan hidup membujang dan memberikan alasan-
alasan sanggahan yang nyata dan telak atas orang-orang yang mengajak kepada
gaya hidup kependetaan. Islam menegaskan bahwa tidak ada sikap hidup
kependetaan dalam Islam, dan menjelaskan bahwa orang yang engga untuk
menikah seperti yang disyariatkan Allah swt akan menggoyahkan eksistensi umat
dan melemahkan kekuatannya. Orang yang enggan menikah juga akan mengalami
kelainan psikologis yang kronis. Sudah dapat dipastikan, jika enggan menikah
melanda suatu umat maka banyak diantara kaum muda dari umat tersebut, baik
pria maupun wanita yang terjerumus ke dalam kehidupan yang abnormal, bebas,
menyimpang, dan merusak.27
Namun, tentunya Islam penuh dengan solusi, karena cahaya Islam selalu
memancarkan cahayanya ke seluruh eksistensi dan memenuhi alam semesta
dengan sinar aturannya yang bijak serta ketentuannya yang konsisten di seluruh
bidang kehidupan, salah satu solusinyanya yakni dengan pernikahan ini.
Pernikahan dalam pandangan Islam tentulah sudah disebutkan di atas,
bahwasanya merupakan salah satu sunah kauniyah Allah swt yang tidak bisa
dihindari oleh manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan. Allah swt telah
menyampaikan dalam Firman-Nya yakni di dalam al-Quran QS. Adh-dhariyat
ayat 49 yakni ;
ومن كل شيء خلقنا زوجني لعلكم تذكرون
27Adil Abdul Mun‟im dan Abu Abbas, „ketika menikah menjadi piliha‟, ( Jakarta;
Almahira, 2001), h. 18
59
Artinya : ”Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat kebesaran Allah.”28
Dan segala sesuatu, ber-ta'alluq kepada lafal Khalaqnaa (Kami ciptakan
berpasang-pasangan) yakni dari dua jenis, yaitu jenis pria dan wanita; ada langit
dan ada bumi; ada matahari dan ada bulan; ada dataran rendah dan ada dataran
tinggi, ada musim panas dan ada musim dingin, ada rasa manis dan ada rasa
masam, ada gelap dan ada terang (supaya kalian berfikir) asal kata Tadzakkaruuna
adalah Tatadzakkaruuna, lalu salah satu huruf Ta-nya dibuang sehingga jadilah
Tadzakkaruuna. Karena itu kalian mengetahui bahwa Pencipta pasangan-pasangan
itu adalah Esa, lalu kalian menyembah-Nya.
Selai itu, pernikahan merupakan salah satu cara utuk menyempurnakan
iman. Hal inipun disampaikan para kaum salaf, bahwasanya kaum salaf saleh
memahami anjuran Islam mengenai pernikahan karena atsar yang jelas dan tegas.
Mereka menikah dengan segera sebagai usaha menyempurkana agama dan
melaksanakan petujuk Nabi Saw. sejarah mereka merupakan bukti paling baik
atas hal itu. Misalnya, Ibnu Abbas ra berkata, “menikahlah karena sesungguhnya
satu hari dalam pernikahan lebih baik dari ibadah selama seribu tahun”. Ibnu
Mas‟ud ra pernah berkata dalam keadaan sakit keras, “nikahkan aku karena
sesungguhnya aku tidak senang bila bertemu Allah dalam keadaan membujang.”29
Dalam penyempurnaan tadi tentu harus diimbangi dengan penjagaan
keimanannya. Karena tidak akan mencapai tingkat kesempurnaan jika kita tak
28
QS. Adh-dhariyat : 49 29
Adil Abdul Mun‟im dan Abu Abbas, „ketika menikah menjadi pilihan, ( Jakarta;
Almahira, 2001), h. 15
60
mampu menjaga keimanan. Hal inipun tentu tidaklah mudah karenanya pasti ada
naik turunnya.
Harga diri dan martabat tinggin yang diberikan Allah kepada Manusia
disamping naluri hewani hewani, harus diimbangi dengan imbauan untuk menjaga
karunia itu agar tidak jatuh. Jika tidak, martabat, harkat, dan derajat manusia akan
merosot. Sehingga tidak dapat di miliki lagnya lagi. Bahkan akan jatuh sejajar
dengan martabat binatang-binatang, atau lebih rendah.
ط ن فكان من ب عو الشي ىا فات ن و ا ي تنا فانسلخ من ا ت ن با الذى ىم ل علي اتو
كمثل فمث لو ه ٮىو وات بع ض ار ال ال لد اخ ن و با ول كنو نا لرفع شئ ن .ولو غ وي ال
ذ ىث ه يل رك تت او ىث يل ه علي مل تح نا ب كل ال م قو ال مثل ل
بو ن الذي ن ي ت فكرو قصص لعلهم صص ال فاق با ي تنا ا كذ
Artinya : “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab),
kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti
oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-
orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
61
ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir.30
Tidak ada lagi alasan bagi manusia setelah tiba ayat di atas. Ayat di atas
datang dengan keterangan yang jelas, bahwa iman dapat menjamin meningkatkan
derajat kepada yang lebih tinggi, menjamin untuk tetap tinggal di atas bumi. Dari
ayat-ayat di atas juga dijelaskan bahwa siapapun yang mengikuti setan dan
tunduk serta menuruti hawa nafsunya, tidak menjaga martabat keimanann dan
kemuliannya, maka ia berhak untuk menyandang gelar sama dengan anjing yang
sesat, bila dihalau menjalurkan lidahnya, begitupula jika ditinggalkan.31
D. Penjagaan Kehormatan Diri
Pernikahan adalah perintah Allah dan Rasul-Nya, ia mempunyai beberapa
hikmah yang mengandung kesucian dan kemuliaan, baik pada sisi Allah maupun
pada sisi manusia.
Salah satu manfaat dari pernikahan yakni dapat menjaga kemaluannya dari
hal-hal yang diharamkan oleh agama, yaitu zina. Hal ini dijelaskan dalam sebuah
buku yang berjudul; Assalamualaikum Imamku yang di tulis oleh laila Anugrah.
Hal itu dikarenakan bahwa naluri seseorang yang paling kuat dan keras adalah
nurani seks dan menuntun adanya solusi. Oleh karenanya islam memberikan
solusi dengan cara yang mulia yaitu pernikahan.
Adapun larangan berzina itu sendiri tertulis dalam firman Allah yakni :
QS. Al-Isra : 32
30 Qs. Al-A’raf :175-176
31 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Kelurga Bahagia Menurut Islam, (Bandung : Remaja
Offset, 1995), h.28
62
ل ت قربوا الزنا و إنو كان فاحشة وساء سبيل
Artinya :“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan
suatu jalan yang buruk”32
Maksud ayat ini adalah, Tuhanmu juga telah memerintahkan wahai
manusia, agar kalian tidak mendekati إنو كان فاحشة الزنا , karena zina adalah perbuatan
keji.
Maksud lafadz وساء سبيل “Dan suatu jalan yang buruk”, adalah jalan zina
merupakan jalan yang buruk, karena merupakan ahli maksiat kepada Allah,
orang-orang yang menentang perintah-Nya. Betapa buruk jalan yag mengantarkan
pelakunya ke neraka jahannam.33
Sedangkan para ulama berkata, bahwa firman Allah swt, ل ت قربوا الزناو “dan
janganlah kalian mendekati zina”, ini lebih mendalam daripada dikatakan ولتزنو
(janganlah kalian semua zina), karena maknanya adalah “janganlah mendekati
perbuatan zina.”
Sedangkan سبيل “suatu jalan” manshub karna sebagai tamyiz. Aslinya; وساء
و سبيل jalannya seburuk-buruknya jalan”, karena dia menjuruskan ke neraka“ سبيل
dan zina adalah salah satu dosa besar. Juga tidak ada perbedaan pendapat
berkenaan dengan keburukannya, apalagi dilakukan dengan istri tetangga. Karena
akan muncul dari perbuatan itu seorang anak orang lain yang menjadi anak sendiri
32
QS. Al-Isra : 32 33
Abu ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta; Pustaka
azam, jilid 18, 2009), h. 656.
63
dan lain sebagainya, sehingga muncul masalah dalam hal warisan dan kerusakan
nasab karena bercampurnya mani.
Dalam sabda rasulullah itu sendiri dijelaskan yakni “Para pezina itu
gugur keimanannya ketika berzina” (Hadis Shahih)
Adapun pendapat para Ahli Fiqih yakni ; seorang lelaki saleh tidak boleh
menikahi wanita pezina dan seorang wanita yang soleh tidak boleh menikahi laki-
laki pezina kecuali keduanya sudah bertaubat. Pendapat ini didukung oleh dalil-
dalil sebagai berikut;sesungguhnya Allah Swt. Menjadikan malam pengantin
sebagai persyaratan yang harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh pasangan suami
istri sebelum menikah.
Adapun di dalam A-qur‟an yakni tertera dal al-quran surat Al-A‟raf ayat
189
ها ىو الذي خلقكم ها زوجها ليسكن إلي ف لما ت غشاىا من ن فس واحدة وجعل من
ف لما أث قلت دعوا اللو رب هما لئن آت يت نا صالا لنكونن من الشاكرين حلت حل خفيفا فمرت بو
Artinya : “Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia
menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah
dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia
merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya
seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang
saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur".34
34 Qs. Al-A‟raf : 189
64
Dalam tafsir al-misbah dijeskan bahwa pasangan suami isteri hendaknya
menyatu mejadi satu jiwa, arah dan tujuan, sehingga benar-benar sehidup semati-
bersama. Karena jiwa suami adalah jiwa isteri ( ن فس واحدة). Adapun kata زوجها ليسكن إلي ها
ialah merasa tenang kepadanya walaupun dari redaksionl bermakna agar suami
merasa tenang dan cendeurung hatinya kepada istrinya, tapi pada hakikatnya
sebaliknya pun demikian, yakni agar isteri tenang dan cenderung hatinya kepada
suaminya.
Kata sakana adalah ketenangan yang didahului oleh kegelisahan. Ia
terambil dari kata memotong , karena ketenangan tersebut memotong dan
mengakhiri kegelisahan. Dari sisni lahir kata sikkin yang berarti pisau.
Ketenangan dan kecenderungan hati yang kemudian melahirkan birahi itulah
antara lai yang mendorong mereka melakukan hubungan suami-isyteri dan yang
pada gilirannya membuahkan anak. Tanpak birahi, maka kedua orangtua tidak
akan melakukannya. Sebab buah hubungan tersebut akan berat dirasakan ibu saat
kehamilan dan persalinan, dan berat juga buat bapak, karena adanya tanggung
jawab menyangkut anak-anaknya. Sedangkan kata اها /taghasysyaha تغش
mencampurinya dari bahasa terampil yakni kata gasya yang berarti menutup. Kata
tersebut adalah kiasan dari hubungan seksual. Ia dipilih bukan saja untuk
menghindari kata yang tidak wajar untuk melukiskan hubungan suci itu, tapi
sekaligus untuk menggambarkan bahwa hubungan itu hendaknya tertutup.
Sehingga tidak wajar dilakukan dalam keadaan tanpa busana sama sekali.
„rasulullah tidak pernah melihat saya, sayapun tidak pernah melihatnya”.
65
Demikian ucapan Aisyah ra melukiskan hubungan beliau dengan rasulullah, tanpa
menyebut apa yang dilihat, karena dalam konteks hubungan suami isteri, hal
tersebut telah jelas maksudnya.35
Selain ayat diatas, ayat lainnya yakni tertera dalam firman Allah Swt
dalam QS. Al-Maidah ayat 5, yakni :
م الي وم أحل لكم الطيبات وطعام الذين أوتوا الكتاب حل لكم وطعامكم حل ل
نات والمحصنات من الذين أوتوا الكتاب من ق بلكم إذا آت يتموىن أجورىن والمحصنات من المؤم
ر مسافحني ول متخذي أخدان خرة مصنني غي ميان ف قد حبط عملو وىو يف ا ومن يكفر بال
رين من الاس
Artinya : “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan
mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-
wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di
antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu
telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya,
tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-
gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima
35
M.quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (lentera hati; jakarta, 2002), h. 340.
66
hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat
termasuk orang-orang merugi” 36
Dari ayat diatas, Allah membolehkan (menghalalkan) yang baik bagimu
dan yang diberikan oleh kaum yahudi dan nasrani, sepertihalnya Allah
membolehkan hamba-Nya untuk menikahi wanita-wanita mukmin yang terjaga.
Yaitu wanita yang baik dan suci atau wanita yang baik-baik dari kalangan Ahlul
Kitab, jika keadaannya terjaga bukan dengan maksud berbuat zina atau
menjadikannya sebagai simpanan.
Adapun ayat lain yang berkenanan dengan berzina yakni diperkuat dan
dipertegas dalam QS. An-Nur ayat 3 yakni ;
على ك الزان ل ينكح إل زانية أو مشركة والزانية ل ينكحها إل زان أو مشر ل وحرم ذ
المؤمنني
Artinya : “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin.”37
Arti kata yankihu adalah mengadakan janji (ikatan) perkawinan.
Diharamkan bagi orang mukmin menikahi orang yang telah melakukan zina atau
36
QS. Al-Maidah : 5 37
QS. An-Nur ayat 3
67
musyrik., karena hal itu hanya dilakukan oleh pezina dan orang musyrik itu
sendiri.
Adapun kisah tentang zina itu sendiri, dalam sebuah hadis yang di
riwayatkan oleh Abu daud, Turmudzi dan Nasa‟i yang diriwayatkan oleh Umar
bin Sya‟ib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa sahabat Mursid bin Abu Murtsid
Al-Ghinawi, mengawal beberapa orang tawanan di mekkah, kemudian salah
seorang dari tawanan itu menzinahi Inaq, sorang wanita teman Mursid kemudian
ia datangi Nabi Saw. “Ya Rasulullah, apakah saya harus menikahinya ?”
Rasululkah diam, kemudian turun ayat; seorang pezina harus menikah dengan
pasangan zinanya atau seorang musyrik. Kemudian rasulullah memanggil saya
dan membacakan ayat ayat itu. Kemudian berkata, :jangan menikahinya” (HR.
Abi Daud, Turmudzi dan Nasai).38
Sedangkan dari Abu Hurairah r.a., Nabi Saw, bersabda, “seorang pezina
yang sudah dihukum cambuk harus menikah dengan pasangan zinanya‟. (HR.
Ahmad dan Nasai).
Dari pernyataan di atas, sudah nampak terlihat dengan jelas bahwa
Pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan itu tentu haram, karenanya
dilarang keras melakukannya sebelum aqad nikah. Satu hal yang perlu diingat
bahwa aqad nikah yang dilangsungkan telah terjadinya hubungan badan
(persetubuhan diluar nikah), tidak dapat menghalalkan perbuatan yang haram
(zina) yang telah dikerjakan seelumnya kecuali dengan melakukan taubat kepada
Allah dengan arti yang sesungguhnya (taubat nasuha).
38
Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam Untuk mencapai keluarga Sakinah ( Bandung;
Al-Bayan, 1997), h. 87.
68
Itulah salah satu akibat yang dari pergaulan bebas antara laki-laki dan
perempuan, sebab itu jauhilah pergaulan bebas yang sangat dilarang oleh Agama
Islam. Selain itu juga, akibat dari perbuatan zina akan merusak kesucian
keturunan dan menjadi aib (cacat) moral bagi anak-anak dan keluarga yang
bersangkutan sendiri. Jika zina sudah menyebar ditengah suatu umat maka berarti
umat tersebut telah diliputi oleh kehancuran. Maka dari itu jiwa manusia harus
ditopang dengan ketakwaan dan muraqqabah kepada Allah swt, jika tidak, maka
dia akan terperosok ke dalam kenikmatan syahwat dan terlena oleh tipu daya dan
kehinaan, demi memuaskan nafsu birahinya dengan melakukan perzinaan dan
prostitusi haram.
E. Melatih Kesabaran
kesabaran merupakan salah satu sikap terbaik yang saling bersinergi
dengan keiklasan dalam sebuah pernikahan maupun dalam membina rumah
tangga. dua sikap inilah yang nantinya akan semakin membuat cinta yang ada
semakin merekah dan bermakna.
Menjadi sosok yang penyabar tentulah tidak mudah, karena Sabar
mempunyai kesulitan tersendiri untuk direalisasikan. Namun, kita tidak tahu
manisnya sabar jika kita terbiasa berlatih akan kesabaran tersebut. Allah Swt
berfirman dalam Qs. Az-zumar ayat 10 tenang kesabaran.
ن يا حسنة لل قل يا عباد الذين آمنوا ات قوا ربكم ذه الد وأرض اللو واسعة ذين أحسنوا يف ى ا ي وف الصابرون أجرىم بغري حساب 39إن
39
Qs. Az-zumar : 10
69
Artinya : ”Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah
kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini
memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas”.
Adapun salah satu bentuk kesabaran dalam membangun mahligai rumah
tangga yakni kesabaran dalam penantian untuk mendapatkan keturunan dari
pernikahan yakni seorang anak. Bagi pasangan yang telah menikah, dan saat diuji
dengan lamanya tidak kunjung hadir seorang anak dalam keluarga tentulah
membuat pasangan suami isteri gundah gulana. Mengingat keturuan merupakan
salah satu tujuan darisebuah pernikahan agar generasinya tak terputus. Di sinilah
letak kesabaran yang diuji oleh Allah Swt. Begitupun sebaliknya, saat memiliki
seorang anak kesabaran adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh orang
tua. Hal ini karena rentang proses mendidik anak, kadang menemui hal-hal yang
kurang berkenan. Contohnya : anak bersikap bandel dan tidak mau dinasehati.
Ketika berada dalam posisi seperti sebaiknya orang tua menghindarkan dari caci
maki dan kemarahan yang hanya akan membuat mereka semakin menjauh ketika
emosi sudah semakin memuncak, orangtua harus pandai menguasai diri, karena
mereka masih anak-anak, yang pasti belum mengerti sebab-akibat.
Adapun dalam Qs. Lukman ayat 17 di jelaskan yakni sebagai berikut :
يا من عزم المور ب ن أقم الصلة وأمر بالمعروف وانو عن المنكر واصب على ما أصاب ل إن ذ
70
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”40
Luqman melanjutkan nasihat kepada anaknya yakni nasihat yang
menjamin kesinambungan tauhid serta kehadiran Ilahi dalam kalbu sang anak.
Beliau berkata sambil tetap memanggilnya dengan panggilan mesra: Wahai
anakku sayang,laksanakanlah shalat,dan sempurnakanllah syarat, rukun dan
sunnah-sunnahnya. Dan, di samping engkau memerhatikan dirimu dan
membentenginya dari kekejian dan kemungkaran, hendaklah engkau
menganjurkan orang lain berlaku serupa.
Karena itu,perintahkanlah secara baik-baik siapaun yang mampu engkau
ajak mengerjakan ma‟ruf dan cegahlah mereka dari kemunkaran. Memang,
engkau akan mengalami banyak tantangan dan rintangan dalam melaksanakan
tuntunan Allah karena itu tabah dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu
dalam melaksanakan aneka tugasmu. Sesungguhnya yang demikian itu yang
sangat tinggi kedudukannya dan jauh tingkatnya dalam kebaikan yanki
shalat,amar ma‟ruf dan nahyi munkar atau dan kesabaran termasuk hal-hal yang
diperintah Allah agar diutamakan sehingga tidak ada alasan untuk
mengabaikannya.
Kata صبر maknanya berkisar pada tiga hal : menahan, ketinggian sesuatu,
dan sejenis batu. Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya
40
Qs. Lukman ayat 17
71
manusia. Seorang yang sabar akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan
kekukuhan jiwa dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang
diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik
atau yang terbaik41
.
Oleh karenanya, baik calon pasang suami isteri maupun pasangan suami
istri haruslah senantiasa berupaya melatih hati dengan penuh rasa sabar dan
ikhlas, tak peduli ketika ada masalah maupun tidak, yang namanya kesabaran
harus selalu ditanamkan dihati.
Kesabaran dibutuhkan suami untuk membina sang istri, maka bagi laki-
laki yang sadar bahwa posisinya ketika menikah sudah sebagai pemimpin, latihlah
hati dengan rasa sabar, bukan hanya untuk memimpin istri kepada jalan yang
benar, tapi lebih kepada mengingatkan diri agar tak lupa bertanggung jawab
dnegan bijak.
Adapun nilai kesabaran dalam sebuah pernikahan, dalam skripsi yang
ditulis oleh M. Yunis dalam studi kasus yang dilakukan di minangkabau, dia
menceritakan bahwa ada beberapa item terhadap nilai kesabaran dalam
pernikahan yakni terdapat tiga penanda, tetapi satu muara (petanda), mangiriang
anak daro (pengiring mempelai wanita), pai batimbang tando (mengikuti prosesi
pertunangan), dan mancaliak urang manikah (menyaksikan pernikahan) dan
denotatumnya badaruih. Bagi anak yang masih perawan prilaku ini sangat
dilarang, resikonya dikatakan badaruih.
41 Quraish Shihab.Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur‟an, h. 308
72
Badaruih merupakan istilah yang diberikan pada seseorang yang telah
melakukan perbuatan sebelum waktunya, bisa dikatakan kawin sebelum
menempuh prosesi pernikahan. Berdasarkan penjelasan ini petanda yang muncul
dari tiga penanda di atas adalah kesabaran, menunggu giliran lebih baik dari pada
maju tetapi merusak nama baik. Evaluasi nilai dari teks di atas berupa pengajaran
etika pada anak perempuan yang masih gadis. Sehingga adanya keharusan yang
harus dipatuhi, di antaranya menghindarkan diri dari sikap yang tidak terpuji,
menjauhkan diri dari prilaku menyimpang (berduan dengan bukan muhrim), dan
membatasi pergaulan dengan lawan jenis.
Nilai berupa pengajaran etika pada anak baik perempuan maupun laki-laki
yang masih gadis. Sehingga adanya keharusan yang harus dipatuhi, di antaranya
menghindarkan diri dari sikap yang tidak terpuji, menjauhkan diri dariprilaku
menyimpang (berduan dengan bukan muhrim), dan membatasi pergaulan dengan
lawan jenis42
.
. Selain itu juga, patut kiranya rasa sabar dan syukur dalam berumah
tangga memang sangat dianjurkan. Pasalnya setiap ujian dalam berumah pasti ada
yang namanya kekurangan/kelemahan dalam setiap pasangan, sehingga perlu
disikapinya dengan sabar. Kemudian dari rasa sabar disikapi rasa syukur
Maka dari itu, bersabarlah sebanyak-banyaknya, karena pernikahan yang
bertahan lama (langgeng) itu tercipta dari kesabaran yang selalu menjadi prioritas
saat bersama. Jadi tidak peduli yang laki banyak kekurangan atau yang wanita
42
M. Yunis, “Mitos Wacana Pendidikan Karakter Perempuan Minangkabau, Studi Kasus
Kabupaten Padang Pariaman”Journal of Linguistic, Literature and Language Education, ISSN :
2252-4792 Volume 3 – No.1 2014, h. 35.
73
banyak kekurangan, bila keduanya memang sudah mampu bersabar maka tentu
kekurangan itu akan menjadi kesempurnaan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skripsi yang berjudul Motivasi menikah dalam perspektif al-qur’an ini
banyak memiliki pengertian dari berbagai macam bidang ilmu, baik dari al-quran,
sosial maupun psikologi. Adapun pengertian motivasi dari bahasa arab yakni dawafi
atau secara bahasa dapat diartikan sebagai dorongan, sedangkan secara istilah,
motivasi dapat diartikan sebuah dorongan dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan. Jadi, motivasi menikah yakni dorongan dari seseorang yang ingin
melangsungkan pernikahan sehingga tercapai tujuan pernikahan tersebut sesuai al-
qur’an dan hadis.
Adapun terkait motivasi dalam pernikahan itu sendiri, di dalam al-quran
penulis menemukan 7 motivasi, yakni :
1. Melaksanakan Perintah
2. Memenuhi Unsur Gharizah Berpasangan
3. Penyempurnaan dan Penjagaan Iman
4. Penjagaan Kehormatan Diri
5. Melatih Kesabaran
Dari kelima motivasi diatas, Satu hal yang paling terpenting dari beberapa
alasan motivasi lainnya yakni pernikahan sebagai Peritah Allah dan Rasul-Nya, juga
sebagai salah satu moment ibadah sesusai syariat ketika menjalankan perintah-Nya
untuk melakukan pernikahan. Diterangkan juga dalam sebuah hadis yang di
75
riwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa menikah merupakan salah satu penyempurna dari
separuh agama. Hal inipun tertera dalam sebuah hadis yang artinya :“Jika seorang
hamba telah menikah, maka sungguh ia telah menyempurnakan separuh agamanya.
Maka, takutlah kepada Allah dengan (menjaga) separuhnya.”
Dari pernikahan yang sah juga, maka akan memperoleh keturunan yang sah
dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga damai dan teratur. Untuk
memenuhi tuntutan hajat tabiat manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan
dalam rangka mewujudkan suatu keluarga bahagia berdasarkan rasa cinta kasih, untuk
untuk memperoleh keturunan yang yang sah dalam masyarakat dengan mengikuti
ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh syariat. Hal inipun, sudah terteradengan
jelas di dalam al-quran bahwa melakukan pernikahan yakni untuk Membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal atau sakinah, mawaddah wa rahmah. Hal inipun
telah dipertegas dalam Firman Allah yakni :
ن ودة ورحة ومن آياته أن خلق لكم م نكم م ها وجعل ب ي لك ليات أنفسكم أزواجا لتسكنوا إلي إن ف ذ
رون لقوم ي ت فك
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Niat untuk melakukan pernikahan menjadi ladang ibadah, yang dalam
melaksanakannya merupakan perintah agama, yang sudah tentu agar terhindar dari
perbuatan-perbuatan tercela, lebih penting kiranya daripada hanya beralasan karena
cinta semata.
76
B. Saran
Penelitian dan penulisan skripsi ini tentulah tidak sempurna, banyak sekali
kekurangan, sehingga perlu adanya penelitian yang lebih medalam terhadap tema
ini. sehingga kajian terkait motivasi menikah ini membawa dampak yang positif
terhadap penulis khusunya juga pembaca umumnya. Selain itu, diharapkan Setiap
orang yang hendak menikah lebih termotivasi lagi dengan bukti-bukti yang
diterangkan firman Allah dan Rasul-Nya, menikah tidak hanya dijadikan sebagai
penggugur nafsu semata akantetapi lebih dari itu.
Selain itu juga, kepada peneliatn selanjutnya agar lebih mengkaji dan
mendalami terkait sumber-sumber yang lebih banyak yang tentu dapat
dipertanggung jawabkan.
77
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-karim.”Al-Quran dan Terjemahannya”. Management Cahaya
Qur’an, Mushaf Ar Rusydi, 2008.
Ali Syibromalisi, Faizah. “kiat-kiat memilih pasangan Menuju Perkawainan
Bahagia, disampaikan pada acara seminar Pendidikan Pranikah:
Membangun keluarga Bahagia, Menuju Generasi Berkualitas.” PSGA UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 September 2014.
Anam, Sahrul. dkk. Kado Untuk Sang Tunangan (Risalah Nikah untuk remaja).
Majelis Musyawarah Kutubudiyah: M2KD, 2010.
Anugrah, Laila. Assalamualaikum Imamku. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo, Kompas –Gramedia, 2016.
An-Nawawi. Majmu’ fi syahri al-muhaddzab juz IXX hlm. 21
Ahmad, Afrizal. “Hirarki Motivasi Menikah Dalam Islam Ditinjau Dari Maqashid
Syari’ah.” Tesis S2 Program Studi Hukum Islam/ Konsentrasi
Fiqih,Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2011.
Arifuz Zaki, Ahmad. “Konsep Pra-Nikah Dalam Al-Quran dan Tafsir (Kajian
Tafsir Tematik.” S1 Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tasirf, Fakultas
Ushuluddin UIN Jakarta, tahun 2017.
Ar-Rāgib, Al-Isfahāny,. Al-Mufradāt fi Garibal-Qur’āan. Makkah: Maktabah
Nazar Mustafā al-Baz, 1997.
78
Ayu, Dewa Eka Chandra Merta Sari. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Motivasi Remaja Terhadap Pernikahan Dini Di Desa Sukowono Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember.” Skripsi S1 Fakultas Kesehatan , Universitas
Jember, 2015.
Departemen Pendidikan Nasional: Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
pustaka, 2003.
Eka chandra merta sari, Dewa. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi
Remaja Terhadap Pernikahan Dini Di Desa Sukowono Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember.” Skripsi S1 fakultas kesehatan , universitas
jember, 2015.
Faridi, Miftah. 150 masalah Nikah dan Keluarga. Jakarta:Gema Insani, 1999.
Fuad Shalih, Syekh. Untukmu yang akan Menikah dan telah Menikah. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2008.
Hamid Kisyik, Abdul. Bimbingan Islam Untuk mencapai keluarga Sakinah.
Bandung; Al-Bayan, 1997.
Hayy Al-Farmawi, Abdul. Metode Tafsir maudhui dan Cara Penerapannya.
Jakarta : CV Pustaka Setia, 2002
Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Jakarta: Kencana, 2007.
Imaduddin Abdulrahim, Muhammad. “Sikap Tauhid dan Motivasi Kerja.” (Jurnal
Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Quran volume II No. 5/9,Lembaga Studi
Agama dan Filsafat (LSAF), 1990.) h. 38
Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Abu. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta;
Pustaka azam, jilid 18, 2009ز
79
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital
Kamus Besar Bahasa Indonesia: Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1994.
Katsir, Ibnu. Tafsir Ibnu katsir. Penerjemah M. Abdl Ghoffar E. M. Bogor:
Pustaka Imam asy- Syafi’i,
Kitab Imam Bukhari
Mardani. Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Jakarta : Prenada Media Group,
2016.
Mawardi. “Realisasi Tujuan Pernikahan Menurut Syariat Islam pada Kehidupan
Berumah tangga (Penelitin terhadap Kehidupan Berumah tangga pada
Masyarakat di desa Pusaka Rakyat Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten
Bekasi).” Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Meliyanti, Yeyen. “Perbedaan Motivasi Untuk Menikah Dini antara Remaja Laki-
laki dan Remaja Perempuan di Kecamatan Sepatan Tangerang.” Skipsi S1
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata,
2007.
Mutawalli Asy Sya’rawi, M. Rezeki. Jakarta; Gema Insani Press,1994.
Nabil Kazim, Muhammad. Buku Pintar Nikah: Strategi Jitu Menuju pernikahan
Sukses. Penerjemah Ibnu Abdi Jamil .Solo: Samudera, 2007.
Nadeak, Wilson. Seraut Wajah pernikahan. Yogyakarta: Kanisius,1995.
Nadesul, Handrawan. kiat sehat Pranikah. Jakarta: Kompas Penerbit Buku, 2009.
Nazir,Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983.
80
Nazar Bakri, Siti. Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah).
Jakarta :Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Nuhdi, Asep. “Takhrij Hadis Kitab Tanhiq Al-Qaul Al-Hatsits: Sebuah Kajian
Analisis Sanad Dalam Bab Fadilah Nikah.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Pasal 1 Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam
Pasal 1 huruf C Kompilasi Hukum Islam
Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:
Tuntunan Menuju Keluarga Sakinah, (Suara Muhammadiyah;Yogyakarta,
2016), h.101
Pritta Anisaningtyas Gakuh,dkk. ”Pernikahan Di Kalangan Mahasiswa S-1.”
Yogyakarta, Jurnal Karya Ilmiah Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, 2011.
Rosyadi, Imron.”Kritik Sanad dan Matan Hadis tentang Nikah Mendatangkan
Kekayaan”. Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Shihab, M.Quraish. Pengantin Al-qur’an: Kalung Permata Buat Anak-
anakku”.Tangerang: Lentera Hati, 2013.
..... M.quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: lentera hati, 2002.
Tihami, H.M.A. dkk. Fikih Munakahat. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2009.
Wasron , Ahmad Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya:
Pustaka progressif, cet. 14,.1997.
81
Yunis, M. “Mitos Wacana Ahmad. kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progresif,
Pendidikan Karakter Perempuan Minangkabau, Studi Kasus Kabupaten Padang
Pariaman” (jurnal Polingua Scientific Journal of Linguistic, Literature and
Language Education, ISSN : 2252-4792 Volume 3 – No.1 2014)
Qadir Djaelani, Abdul. Keluarga Sakinah. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995.
Qutub, Sayyid. Tafsir Fi-Zhilalil Qur’an terjemahan. Jakarta: Robbani Press,
2008.