mor bili

26
REFLEKSI KASUS JANUARI 2015 MORBILI Nama : Moh. Muchlas Pranata No. Stambuk : N 111 14 002 Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO 1

Upload: echa-aditya

Post on 12-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

njk

TRANSCRIPT

Page 1: Mor Bili

REFLEKSI KASUS JANUARI 2015

MORBILI

Nama : Moh. Muchlas Pranata

No. Stambuk : N 111 14 002

Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2015

1

Page 2: Mor Bili

BAB I

PENDAHULUAN

Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan

oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa

prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran

infeksi terjadi dengan perantara droplet.1,2

Morbili merupakan penyakit endemis terutama di negara sedang

berkembang. Di Indonesia, menurut survei kesehatan rumah tangga, campak

menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi dan

pada anak umur 1-4 tahun. Di Indonesia campak sudah dikenal sejak lama dan

epidemiologinya terjadi tidak teratur. Wabah rentan terjadi pada anak yang

memiliki status gizi kurang baik.1

Virus penyebab campak merupakan virus RNA, termasuk dalam genus

Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Kondisi anak yang belum mendapatkan

vaksinasi merupakan risiko terbesar penularan penyakit ini disebabkan belum

adanya antibodi yang terbentuk dalam tubuh anak selain itu dapat pula

diakibatkan kegagalan vaksinasi akibat berbagai kemungkinan contohnya adanya

antibodi yang dibawa sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak

yang masuk, vaksinnya rusak akibat pemberian Ig yang diberikan bersama-sama.2

Virus campak ditularkan melalui infeksi droplet, masuk ke saluran nafas

dan berkembang biak di epitel nasofaring. Manifestasi morbili terbagi menjadi

beberapa stadium yaitu: (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari tanpa gejala, (2)

stadium prodromal dengan gejala demam ringan sampai sedang, coryza, batuk,

konjungtivitis, bercak koplik di mukosa bukalis dan batuk, (3) stadium erupsi,

dengan rash makulopapular yang muncul berturut-turut pada leher dan muka,

tangan, kaki, dan badan yang disertai dengan demam tinggi, (4) stadium

konvalesensi, dimana rash akan menghilang mulai dari daerah awal timbulnya

rash dan trejadi hiperpigmentasi pada kulit.1,3

2

Page 3: Mor Bili

Morbili merupakan suata penyakit yang dapat sembuh sendiri dan jarang

menimbulkan kematian bagi penderitanya, sehingga pengobatannya bersifat

suportif yaitu istirahat yang cukup, pemberian makanan dan minuman yang

bergizi, antipiretik seperti acetaminofen dan ibuprofen per oral, tetapi bila terjadi

komplikasi maka angka kematian meningkat. Komplikasi dapat terjadi pada

morbili adalah bronkopneumonia, gastroenteritis, encepalitis, otitis media,

mastoiditis, laringitis akut, dan SSPE.2,3

3

Page 4: Mor Bili

BAB II

KASUS

IDENTITAS

1. Identitas Pasien

N a m a : An. S

Jenis Kelamin : Perempuan

U m u r : 11 tahun

A l a m a t : Jl. Banteng

Tanggal masuk RS : 30 Desember 2014/ 16.30 WITA

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Panas

Panas dirasakan sejak 4 hari SMRS, sifatnya terus-menerus. Panas tidak

disertai menggigil dan berkeringat. Penderita sudah diberi obat panas oleh ibu

penderita sejak mulai timbulnya panas. Tetapi panas hanya turun sebentar kurang

lebih 1-2 jam, kemudian panasnya kembali naik. Pasien tidak mengalami kejang.

Batuk dan pilek tidak ada, Sakit menelan tidak ada, sesak napas tidak ada.

Mimisan (-), gusi berdarah (-). Keluhan tersebut juga disertai dengan rasa mual

dan muntah sejak kemarin yang lalu, 2 kali berupa sisa makanan dan cairan

berwarna bening, tanpa darah. Nafsu makan juga menurun. Nyeri otot/sendi (-).

Buang air besar kesan normal dengan konsistensi lunak berwarna kuning

seperti biasa. Buang air kecil kesan normal berwarna kuning jernih.

Riwayat penyakit sebelumnya

Batuk pilek dan demam jarang dialami penderita. Riwayat alergi tidak ada.

4

Page 5: Mor Bili

Riwayat sosial-ekonomi, kebiasaan dan lingkungan

Penderita merupakan pasien askes, tinggal bersama orang tua dan keluarga

lainnya. Rumah permanen, kamar mandi dan WC terletak dalam rumah, sampah

dibuang ditempat sampah diluar rumah.

Riwayat kehamilan dan persalinan

Selama hamil ibu memeriksa kehamilan tiap bulan di puskesmas. Ibu

penderita selama hamil dalam keadaan sehat. Penderita lahir spontan ditolong oleh

bidan, cukup bulan, berat badan lahir 2.7 kg. Pada saat lahir langsung menangis.

Anamnesis Makanan

Asi sejak lahir sampai umur 0-1 tahun

Bubur susu 6 bulan

Bubur saring 8 bulan sampai 2 tahun

Nasi dan lauk pauk 1 tahun sampai sekarang

Riwayat imunisasi

Penderita mendapat imunisasi dasar yang lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

Berat badan : 30 kg

Tinggi badan : 140 cm

Status Gizi : CDC 30/31= 96%: Gizi Baik

Tanda vital : Denyut nadi : 96 x/menit (isi cukup, kuat angkat)

Suhu : 38oC

Pernapasan : 26 x/menit

5

Page 6: Mor Bili

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Kulit : ruam (-), turgor < 2 detik, Rumple Leede Test (+)

Kepala : Normocephal, rambut sukar dicabut.

Mata : Anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), gerakan

bola mata normal, refleks cahaya (+/+)

Hidung : Sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-/-)

Telinga : Sekret (-/-)

Mulut : bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (-),

lidah kotor (-) tidak hiperemis, gusi normal, tonsil

T1/T1 tidak hiperemis.

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran tiroid

(-)

Paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral,

retraksi (-)

Palpasi : vocal fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor pada semua lapang paru

Auskultasi: Bronkovesikuler +/+, Wheezing -/-, Ronkhi

-/-

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada interkosta V linea

midklavikula sinistra

Perkusi : batas jantung atas teraba sela interkosta II

linea parasternal sinistra; batas jantung kanan pada sela

interkosta III liniea midklavikula dekstra; batas jantung

kiri pada sela interkosta V linea midklavikular sinistra

Auskultasi : bunyi jantung I & II murni reguler, murmur

(-)

6

Page 7: Mor Bili

Abdomen

Inspeksi : kesan datar,

Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal

Perkusi : Timpani

Palpasi : nyeri tekan (+) epigastrium, hepatomegali

(+) batas bawah hepar sekitar 2 cm dibawah arcus costa

Genitalia : Perempuan, normal

Anggota gerak

Ekstremitas atas : akral hangat, edema (-/-)

Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-/-)

Tulang belakang : tidak ada kelainan

Otot-otot : tonus otot baik, eutrofi, kekuatan otot = 5

Refleks : Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (31/12/2014)

Hasil Rujukan Satuan Int

HEMATOLOGI

Eritrosit

Leukosit

Hemoglobin

Hematokrit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

5.18x 106

1.95x 103

14.1

40.2

86x 103

77.6

27.2

35.1

L (4.4-5.9) P (3.8-5.2)

L (3.8-10.6) P(3.6-11.0)

L (13.2-17.3) P(11.7-15.5)

L (40-52) P(35-47)

150-440

80-100

26-34

32-36

/uL

/uL

g/dL

%

/uL

fL

pg

g/dL

N

N

N

N

N

N

7

Page 8: Mor Bili

RESUME:

Anak perempuan berumur 11 tahun, datang dengan keluhan panas sejak 4 hari

SMRS. Panas secara terus menerus, sempat turun dengan pemberian obat penurun

panas tetapi naik lagi. Keluhan tersebut juga disertai dengan rasa mual dan

muntah sejak kemarin yang lalu, 2 kali berupa sisa makanan dan cairan berwarna

bening, tanpa darah. Nafsu makan juga menurun. Dari pemeriksaan fisik BB : 30

kg, Status gizi : gizi baik. Hepar kesan membesar (sekitar 2cm dbawah arkus

costa), nyeri tekan epigastrium. Tekanan darah: 100/60 mmHg, Nadi : 96 kali/

menit ( isi cukup, kuat angkat), Respirasi: 26 kali/menit, Suhu :38 0C, terdapat

petekie yang diprovokasi dengan RLT. Nyeri tekan epigastrium (+). Hasil

laboratorium Darah rutin HCT 40.2% , PLT 86 x103/uL (Trombositopenia)

DIAGNOSIS : Demam Berdarah Dengue

TERAPI :

- IVFD RL 30 tpm

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab

- Non-Medikamentosa: banyak minum air

ANJURAN

- Monitoring Darah Rutin

- Serologi (IgM dan IgG anti dengue)

FOLLOW UP

Tanggal 31/12/2014 (Perawatan hari ke-1)

S: Panas (-), mual (-), muntah (-), sakit ulu hati (+)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

8

Page 9: Mor Bili

Kesadaran : Komposmentis

Nadi 78x/menit Pernapasan 32x/menit

Tekanan Darah 90/60mmHg Suhu 37oC

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- IVFD RL 30 tetes per menit

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab (jika demam)

- Non-Medikamentosa: banyak minum air

Tanggal 01/01/2015 (Perawatan hari ke-2)

S: Panas (-), mual (+), muntah (-), sakit ulu hati (+)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi 88x/menit Pernapasan 30x/menit

Tekanan Darah 100/60mmHg Suhu 36.5oC

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- IVFD RL 30 tetes per menit

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab (jika demam)

- Non-Medikamentosa: banyak minum air

9

Page 10: Mor Bili

Tanggal 02/01/2015 (Perawatan hari ke-3)

S: Panas (-), mual (+), muntah (-), sakit ulu hati (+)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi 80x/menit Pernapasan 28x/menit

Tekanan Darah 100/70mmHg Suhu 36,8oC

Laboratorium:

PLT 29x103/uL (↓)

HCT 40%

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- IVFD RL 42 tetes per menit

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab (jika demam)

- Ranitidine 2x 1 amp

- Non-Medikamentosa: banyak minum air

Tanggal 03/01/2015 (Perawatan hari ke-4)

S: Panas (-), mual (-), muntah (-), sakit ulu hati (+)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

10

Page 11: Mor Bili

Nadi 78x/menit Pernapasan 26x/menit

Tekanan Darah 100/70mmHg Suhu 36,8oC

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- IVFD RL 30 tetes per menit

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab (jika demam)

- Ranitidine 2x 1 amp

- Non-Medikamentosa: banyak minum air

Tanggal 04/01/2015 (Perawatan hari ke-5)

S: Panas (-), mual dan muntah (-), sakit ulu hati (-)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi 80x/menit Pernapasan 28x/menit

Tekanan Darah 100/70mmHg Suhu 36,8oC

PLT 158x103/uL (↓)

HCT 32.2%

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- IVFD RL 30 tetes per menit

11

Page 12: Mor Bili

- Cefadroxil 2x 500mg

- Paracetamol 3x ¾ tab (jika demam)

- Ranitidine 2x 1 amp

- Medikamentosa: banyak minum air

Tanggal 05/01/2015 (Perawatan hari ke-6)

S: Panas (-), mual (-), sakit ulu hati (-)

O: Kedaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Komposmentis

Nadi 82x/menit Pernapasan 18x/menit

Tekanan Darah 100/70mmHg Suhu 37oC

A: Demam Berdarah Dengue

P:

- Aff Infus

- Boleh pulang

BAB III

12

Page 13: Mor Bili

DISKUSI

Morbili merupakan suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus genus

Morbillivirus yang terutama menyerang anak. Penularan virus secara droplet

melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah

timbul ruam. Virus masuk ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan

dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar getah bening regional.

Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah

penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. 5-6 hari setelah infeksi

awal terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh

darah dan menyebar ke epitel orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit,

kandung kemih dan usus. Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel

saluran napas dan konjungtiva menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai

dua lapis sel sehingga muncul gejala seperti common cold dan selaput konjungtiva

tampak hiperemis. Proses perdangan diikuti dengan demam tinggi. Tampak suatu

ulseratif kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik yang merupakan

tanda pasti penegakan diagnosis. Pada hari ke-14, selanjutnya akibat daya tahun

tubuh menurun akibat respon delay hypersensitivity terhadap antigen virus

terjadilah ruam pada kulit. Daerah epitel nasofaring yang mengalami nekrosis

akan mudah terjadi infeksi sekunder sehingga dapat memberikan

komplikasi/penyulit berupa laringitis akut, bronkopneumoni, enteritis, otitis

media, konjungtivitis, SSPE (subacute sclerosing panencephalitis) dan

encephalitis.1,2,4

Morbili memiliki gejala klinis khas, yang terdiri dari tiga stadium yaitu:

a. Stadium Prodromal

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti

demam, malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir

dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, terdapat bercak

koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.

13

Page 14: Mor Bili

Lokasinya di mukosa bukalis yang berhadapan dengan molar bawah.

Gambaran darah tepi memberikan gambaran leukopenia dan limfositosis.

Secara klinis, gambaran penyakit pada stadium ini memberikan gejala

menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis

perkiraan yang besar dapat ditegakkan jika adanya bercak koplik dan penderita

pernah kontak dengan penderita morbili. 1,2

b. Stadium Erupsi

Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum

durum dan palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi

eritema bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara macula

terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga,

bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.

Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka

bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang

sesuai urutan terjadinya. Penyebaran makula pada campak khas dengan pola

dari luar ke dalam (sentripetal). Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di

sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali,

tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi yang biasa terjadi adalah Black

Measless, yaitu morbili yang disertai dengan perdarahan di kulit, mulut,

hidung, dan traktus digestivus, 1,2,3

c. Stadium Konvalesensi

Pada stadium ini, erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih

tua atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan

hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik.

Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli. Pada

penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang

tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada

komplikasi.1,2,3

14

Page 15: Mor Bili

Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Pada kasus ini, pasien datang dengan keluhan panas sejak

10 hari sebelum masuk rumah sakit dan saat datang telah timbul ruam

makulaeritema pada wajah, leher, perut, punggung, tangan, dan kaki yang

timbul sejak 6 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhkan

matanya sering berair, dan batuk yang hilang timbul sejak 10 hari yang lalu.

Berdasarkan kepustakaan, morbili diawali dengan timbulnya demam yang

mendadak, diikuti dengan batuk, coryza, konjungtiva yang hiperemis sampai

konjungtivitis, anoreksia, dan adanya bercak koplik pada mukosa bukalis yang

merupakan tanda patognominik dari morbili.1,5

Pada kasus ini, saat pasien datang ke rumah sakit, kemungkinan pasien

sudah dalam stadium erupsi karena ruam makuloeritema sudah timbul. Bercak

koplik sebagai tanda patognomonik morbili biasanya didapatkan pada akhir

stadium prodromal dan menhilang dalam waktu 24 jam sampai hari ke-2

sampai timbulnya rash.

Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatnnya hanya bersifat

simptomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan mencegah

komplikasi yang dapat terjadi. Antipiretik diberika untuk menurunkan demam

dan antibiotik diberikan untuk mengobati dan mencegah infeksi sekunder

seperti bronkopneumoni. Diberikan ekspektoran atau mukolitik untuk

mengurangi batuk, vitamin A dosis tunggal untuk mencegah terjadinya

gangguan ophtalmologi. Dosis vitaminA untuk kurang dari 6 bulan 50.000 IU,

usia 6 bulan- 1 tahun 100.000 IU, 1 tahun-5 tahun 200.000 IU.2,5

Pada pasien ini diberikan paracetamol (sanmol syrup) sebagai penurun

panas, dengan dosis 10-15mg/kgBB perdosis, setiap 6 jam sehari. Pasien juga

diberika antibiotik ciprofloxacin 2x1 tablet untuk infeksi sekunder dari ruam

makulaeritema dan mencegah kompilkasi infeksi sekunder lain. Pemberian

antihistamin dan kortikosteroid dipertimbangkan untuk mengurangi proses

inflamasi. Jika pasien mengalami konjungtivitis ringan dengan cairan mata

15

Page 16: Mor Bili

jernih maka tidak perlu diberikan terapi. Sedangkan apabila pasien mengalami

konjungtivitis berat berupa banyaknya sekret pada mata, maka perlu diberikan

tetracyclin 1% atau kloramphenicol 0,25% dan apabila terdapat kekeruhan

kornea, kapsul vitamin A diberikan pada hari ke-1, ke-2, dan ke-14. Pada

pasien ini tidak diberikan untuk pengobatan mata karena hanya mengalami

konjungtivitis ringan.1,4

Pada morbilli biasanya memberikan komplikasi seperti sebagai berikut :

1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh infeksi

sekunder oleh bakteri pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.

Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda,

anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti

tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu

perlu dilakukan pencegahan.2,3

3. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian

rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus,

sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16

tiap 1.000.000 dosis.2

4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.

Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental,

disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya

meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan.

Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada

anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7

16

Page 17: Mor Bili

tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun

kemudian.Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus

morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit

campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun

kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3

tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili

adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-

9,7 tiap 10.000.000.2,3

5. Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi

imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan

imunosupresif.2

Pencegahan penyakit morbilli dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Imunisasi aktif.

Pencegahan utama dengan melakukan imunisasi campak, imunisasi campak

termasuk yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan yang dapat diulang

saat anak berusia dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi

(PPI). Imunisasi dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR)

pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat

imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.2

2. Imunisasi pasif.

Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan

dosis 0,25 mL/kgBB diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah

pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Namun tidak banyak dianjurkan

karena beresiko terjadinya ensefalitis dan aktivasi tuberkulosis.1,2,3

3. Isolasi

17

Page 18: Mor Bili

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit

campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak

untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan

sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

18

Page 19: Mor Bili

1. Soedarma SP. Garna H. Hadinegoro SR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak:

Infeksi dan Penyakit Tropis .Edisi 1. IDAI: Jakarta; 2002.

2. TH, Tampengan, IR, Laurent. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.EGC.

Jakarta;2007.

3. Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak volume 2 Edisi

15. EGC: Jakarta; 2000.

4. Hasan R. dkk.Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia : Jakarta. 2005.

5. Widagdo. Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Sagung

Seto;2002.

6. Permana, Adhy, dkk. The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas

Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta; 2010.

19