monitoring geothermal for geothermal resources

5
Mitigasi Bencana: Siap Menghadapi Bencana! Indonesia sering disebut sebagai laboratorium alami oleh para ilmuwan Geosaintis karena secara geografis, Indonesia merupakan negara dengan morfologi dari pantai hingga pegunungan tinggi. Kondisi morfologi Indonesia disebabkan oleh faktor geologi yaitu pergerakan lempeng lempeng di bawah permukaan bumi Indonesia. Indonesia berada di atas tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Ketiga lempeng ini menyebabkan Indonesia mempunyai sekitar 127 gunung api aktif maupun tidak aktif dan berada di zona Ring of Fire yang merupakan zona rawan bencana di dunia. Selain itu akibat pergerakan lempeng tektonik ini Indonesia mempunyai sesar besar yaitu dibawah Pulau Sumatera dan masih banyak lagi sesar minor di bawah permukaan bumi Nusantara. Pergerakan lempeng tektonik ini sewaktu waktu dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi besar atau kecil, tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami. Menurut BAKORNAS PBP, Indonesia merupakan negara potensi rawan bencana yang sangat tinggi, hampir nomor satu di dunia. BAKORNAS PBP mengklasifikasikan bencana di Indonesia menjadi dua macam yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama di Indonesia terlihat dari peta rawan gempa bumi, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi letusan gunung api, peta potensi tsunami, dan lain lain. Bahaya utama (main hazard) kerap kali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Selama 11 tahun terakhir Indonesia sudah diterpa berbagai macam bencana. Mulai dari bencana tsunami di Aceh tahun 2004 yang menyebabkan lebih dari 220.000 korban meninggal dunia, bencana gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 yang menyebabkan sedikitnya 5.800 meninggal dunia, letusan Gunung Kelud yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, dan masih banyak lagi bencana alam yang menyebabkan banyak korban di Indonesia. Sekitar 161 bencana alam terjadi di Indonesia pada tahun 2014 (www.tempo.com). Dari sebagian bencana alam di atas, Indonesia menduduki posisi kedua se-Asia Pasifik di bawah CIna dalam korban bencana. Salah satu upaya untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atauk kerusakan baik korban jiwa maupun harta benda adalah pencegahan dan mitigasi bencana. Mitigasi bencana masuk ke dalam bagian pre event (pencegahan) pada disaster risk management. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

Upload: florensius-alex-valentino

Post on 12-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

monitoring geothermal

TRANSCRIPT

Page 1: Monitoring geothermal for geothermal resources

Mitigasi Bencana: Siap Menghadapi Bencana!

Indonesia sering disebut sebagai laboratorium alami oleh para ilmuwan Geosaintis karena

secara geografis, Indonesia merupakan negara dengan morfologi dari pantai hingga pegunungan

tinggi. Kondisi morfologi Indonesia disebabkan oleh faktor geologi yaitu pergerakan lempeng

lempeng di bawah permukaan bumi Indonesia. Indonesia berada di atas tiga lempeng tektonik aktif

yaitu lempeng Eurasia, lempeng Australia, dan lempeng Dasar Samudera Pasifik. Ketiga lempeng

ini menyebabkan Indonesia mempunyai sekitar 127 gunung api aktif maupun tidak aktif dan

berada di zona Ring of Fire yang merupakan zona rawan bencana di dunia. Selain itu akibat

pergerakan lempeng tektonik ini Indonesia mempunyai sesar besar yaitu dibawah Pulau Sumatera

dan masih banyak lagi sesar minor di bawah permukaan bumi Nusantara. Pergerakan lempeng

tektonik ini sewaktu – waktu dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi besar atau kecil, tanah

longsor, gunung meletus, dan tsunami.

Menurut BAKORNAS PBP, Indonesia merupakan negara potensi rawan bencana yang

sangat tinggi, hampir nomor satu di dunia. BAKORNAS PBP mengklasifikasikan bencana di

Indonesia menjadi dua macam yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya

ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama di Indonesia terlihat dari peta rawan gempa bumi,

peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi letusan gunung api, peta potensi tsunami, dan lain

lain. Bahaya utama (main hazard) kerap kali menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Selama

11 tahun terakhir Indonesia sudah diterpa berbagai macam bencana. Mulai dari bencana tsunami

di Aceh tahun 2004 yang menyebabkan lebih dari 220.000 korban meninggal dunia, bencana

gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 yang menyebabkan sedikitnya 5.800 meninggal dunia,

letusan Gunung Kelud yang menyebabkan tujuh orang meninggal dunia, dan masih banyak lagi

bencana alam yang menyebabkan banyak korban di Indonesia. Sekitar 161 bencana alam terjadi

di Indonesia pada tahun 2014 (www.tempo.com). Dari sebagian bencana alam di atas, Indonesia

menduduki posisi kedua se-Asia Pasifik di bawah CIna dalam korban bencana. Salah satu upaya

untuk mengurangi atau memperkecil dampak kerugian atauk kerusakan baik korban jiwa maupun

harta benda adalah pencegahan dan mitigasi bencana.

Mitigasi bencana masuk ke dalam bagian pre event (pencegahan) pada disaster risk

management. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

Page 2: Monitoring geothermal for geothermal resources

melalui pembangunan fisika maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi

ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No.21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan

Penanggulangan Bencana). Sebelum di berlakukannya mitigasi bencana harus dilakukan dahulu

penelitian mengenai analisa bencana dan monitoring bencana. Hal ini dilakukan agar dapat

mempermudah melakukan mitigasi bencana. Mitigasi bencana merupakan salah satu upaya

penting yang harus dilakukan di Negara Indonesia karena Negara Indonesia merupakan negara

yang paling rentan terhadap bencana. Mitigasi bencana pun tidak hanya dilakukan di daerah yang

rasio bencana nya cukup tinggi seperti di daerah gunung api aktif dan tepi pantai. Namun,

disosialisasikan pada daerah yang mempunyai rasio bencana yang tidak terlalu tinggi karena

kejadian bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia adalah banjir dan yang paling

banyak memakan korban adalah gempa bumi. Disaster risk management dibagi dalam dua bagian

yaitu pra event dan post event. Beberapa negara maju seperti Amerika dan Jepang juga sering

mengalami bencana alam tetapi jumlah korban jiwa yang ditimbulkan sedikit karena mitigasi

bencana yang efektif dilakukan di negaranya. Namun, untuk post event (Recovery) negara negara

maju cenderung lemah. Kondisinya berbanding terbalik dengan Indonesia karena mitigasi bencana

yang belum efektif dilakukan dan pemikiran konvensional dari masyarakat Indonesia sendiri

sehingga pada proses pembangunan mental atau post event cenderung cepat karena pemikiran

orang Indonesia yang keyakinan agamanya kuat dan pasrah kepada Tuhan. Itulah sebabnya korban

jiwa akibat bencana di Indonesia dari tahun ke tahun semakin bertambah. Jika kolaborasi antara

negara maju dan negara berkembang seperti Indonesia berjalan tidak menutup kemungkinan

jumlah korban jiwa yang disebabkan oleh bencana alam akan berkurang secara signifikan karena

saling mengisi ruang kekosongan pada disaster risk management.

Mitigasi bencana yang kurang efektif diterapkan di Indonesia baik dalam hal

penyampaiannya atau kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan tanggap bencana.

Pembelajaran mengenai mitigasi bencana seharusnya sudah diterapkan dan dimasukkan ke dalam

kurikulum sekolah mulai dari sekolah dasar untuk meningkatkan kesadaran tanggap bencana

sehingga masyarakat sudah mulai mengerti mengenai kondisi alam yang dihadapi oleh Bangsa

Indonesia. Tujuan jangka pendek dimasukkanya mitigasi bencana ke dalam kurikulm sekolah

adalah siswa sekolah dapat menjadi agen penyebaran pengetahuan mengenai mitigasi bencana

terhadap lingkungan sekitarnya dan tujuan jangka panjangnya adalah siswa sekolah merupakan

generasi masa depan untuk menerapkan ilmu mitigasi bencananya di kemudian hari. Mitigasi

Page 3: Monitoring geothermal for geothermal resources

bencana yang diberikan pun harus mencakup semua bencana yang sering terjadi maupun jarang

terjadi di Indonesia karena meningkatkan pemahaman mengenai bahaya bencana alam dan

kerusakan yang diakibatkan dapat membuat mitigasi dan respons darurat dalam menghadapi

bencana dapat dilakukan dengan baik. Sehingga ketika terjadi bencana alam, masyarakat Indonesia

sudah mengerti yang harus dilakukan. Mitigasi bencana ini tidak akan berjalan dengan baik jika

langkah pemerintah dan masyarakat Indonesia tidak berjalan beriringan. Pemerintah dan

masyarakat mempunyai kedudukan setara dalam disaster risk management ini. Kedua belah pihak

harus berintegrasi secara harmonis karena sifat dari bencana alam yang tidak bisa ditebak waktu

terjadinya dan besar dari bencana alam tersebut datang. Para ahli kebumian hanya dapat

memprediksi terjadinya bencana alam.

Page 4: Monitoring geothermal for geothermal resources

Referensi

- http://www.wikipedia.org/Persiapan_Bencana.html (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 19.00

WIB)

- Middelman. Miriam. 2007. Natural Hazards in Australia. Commonwealth Australia :

Austalia

- http://www.wikipedia.org/Bencana_alam.html (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 19.30 WIB)

- http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana/statistik. (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 20.00 WIB)

- http://www.unisdr.org/ (Diunduh 14 Juni 2015 pukul 20.30 WIB)

Page 5: Monitoring geothermal for geothermal resources

Florensius Valentino

University student

Gender : Man

Marital Status : Not married

Place of Birth: Bandung

Date of Birth: 23 April 1995

Weight/Height: 55 kg / 178 cm

Address: Gunung Batu Street, Gang Pada Asih no. 45 rt 05 rw 09, Sukaraja, Cicendo, Bandung. Phone/Mobile : 083840872806 Hobby: Writing, mountaineering, adventure, reading

Personal site:http://florensius-valentino.blogspot.com/

E-mail address: [email protected]

Education

Universitas Gadjah Mada SMAN 9 Bandung

(Geophysics 2013) Graduated 6/2013

SMPN 9 Bandung SD Pandu

Graduated 6/2010 Graduated 6/2007

University Senior High School

Junior High School Elementary School