moluskum kontagiosum

40
Bed Side Teaching Moluskum Kontagisoum Oleh : Resti Yomelia 1110312126 PRESEPTOR : dr. Qaira Anum, Sp.KK, FINSDV BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

Upload: tita

Post on 01-Feb-2016

56 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

i

TRANSCRIPT

Page 1: Moluskum Kontagiosum

Bed Side Teaching

Moluskum Kontagisoum

Oleh :

Resti Yomelia

1110312126

PRESEPTOR :

dr. Qaira Anum, Sp.KK, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2015

Page 2: Moluskum Kontagiosum

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Dermatitis kontak iritan adalah dermatitis yang terjadi sebagai akibat berkontaknya kulit

(pajanan) dengan bahan iritan, baik yang kuat maupun iritan lemah yang dapat berupa bahan

kimia, fisik, maupun biologik. Reaksi peradangan kulit bersifat nonimunologik, kerusakan

kulit terjadi langsung tanpa proses sensitisasi terlebih dahulu.1

II. Epidemiologi

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan

umur, ras, dan jenis kelamin. Data epidemiologi penderita dermatitis kontak iritan sulit

didapat. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan diperkirakan cukup banyak, namun sulit

untuk diketahui jumlahnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh banyak penderita yang tidak

datang berobat dengan kelainan ringan.1

Dari data yang didapatkan dari U.S. Bureau of Labour Statistic menunjukkan bahwa

249.000 kasus penyakit akupasional nonfatal pada tahun 2004 untuk kedua jenis kelamin,

15,6% (38.900 kasus) adalah penyakit kulit yang merupakan penyebab kedua terbesar untuk

semua penyakit okupational. Juga berdasarkan survey tahunan dari institusi yang sama,

bahwa incident rate untuk penyakit okupasional pada populasi pekerja di Amerika,

menunjukkan 90-95% dari penyakit okupasional adalah dermatitis kontak, dan 80% dari

penyakit didalamnya adalah dermatitis kontak iritan.2,7

Page 3: Moluskum Kontagiosum

Sebuah kuisioner penelitian diantara 20.000 orang yang dipilih secara acak di Sweden

melaporkan bahwa 25% memiliki perkembangan gejala selama tahun sebelumnya. Orang

yang bekerja pada industri berat, mereka yang bekerja bersentuhan dengan bahan kimia

keras yang memiliki potensial merusak kulit dan mereka yang diterima untuk mengerjakan

pekerjaan basah secara rutin memiliki faktor risiko. Mereka termasuk : muda, kuat, laki-laki

yang dipekerjakan sebagai pekerja metal, pekerja karet, terapist kecantikan, dan tukang roti.8

III. Etiologi

Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan adalah bahan yang dapat mengiritasi,

misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan

kulit yang terjadi ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan, vehikulum.

Selain itu juga dipengaruhi oleh lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang),

adanya oklusi yang menyebabkan kulit lebih permeabel, gesekan dan trauma fisis, suhu dan

kelembaban lingkungan.

Dermatitis kontak iritan juga dipengaruhi oleh faktor individu, seperti perbedaan

ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas. Anak berusia

dibawah 8 tahun dan lanjut usia lebih mudah teriritasi. Orang berkulit hitam lebih tahan

daripada yang berkulit putih. Ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun, misalnya

dermatitis atopik6.

Page 4: Moluskum Kontagiosum

IV. Patogenesis

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui

kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang dihubungkan dengan dermatitis kontak

iritan, yaitu:1,6

1. Hilangnya substansi daya ikat air dan lemak permukaan

2. Jejas pada membran sel

3. Denaturasi keratin epidermis

Page 5: Moluskum Kontagiosum

4. Efek sitotoksik langsung

Pada respon iritan, terdapat komponen menyerupai respon imunologis yang dapat

didemonstrasikan dengan jelas, dimana hal tersebut ditandai oleh pelepasan mediator radang,

khususnya sitokin dari sel kulit yang non-imun (keratinosit) yang mendapat rangsangan kimia.

Page 6: Moluskum Kontagiosum

Proses ini tidaklah membutuhkan sensitasi sebelumnya. Kerusakan sawar kulit menyebabkan

pelepasan sitokin-sitokin seperti Interleukin-1α (IL-1α), IL-1β, tumor necrosis factor- α (TNF-

α). Pada dermatitis kontak iritan, diamati peningkatan TNF-α hingga sepuluh kali lipat dan

granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan IL-2 hingga tiga kali lipat.

TNF- α adalah salah satu sitokin utama yang berperan dalam dermatitis iritan, yang

menyebabkan peningkatan ekspresi Major Histocompatibility Complex (MHC) kelas II dan

intracelluler adhesin molecul-I pada keratinosit.1

Pada dermatitis kontak iritan akut, mekanisme imunologisnya mirip dengan dermatitis

kontal alergi akut. Namun, perbedaan yang mendasar dari keduanya adalah keterlibatan dari sel-

T pada dermatitis kontak alergi akut.12

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan peradangan klasik di tempat terjadinya kontak

dikulit berupa eritema, edema, panas, dan nyeri bila iritan kuat. Ada dua jenis bahan iritan yaitu

iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menyebabkan kelainan kulit pada pajanan pertama

pada hampir semua orang, sedangkan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah

berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena depilasi yang

menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel

di bawahnya oleh iritan.6

V. Gejala Klinis

1. Dermatitis Kontak Iritan Akut

Pada DKI, kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel atau bulla. Luas kelainanya

sebatas daerah yang terkena dan berbatas tegas.1,7 Pada beberapa individu, gejala subyektif (rasa

terbakar, rasa tersengat) mungkin hanya satu-satunya manifestasi. Rasa sakit dapat terjadi dalam

Page 7: Moluskum Kontagiosum

beberapa detik dari pajanan. Spektrum perubahan kulit berupa eritma hingga vesikel dan bahan

pajanan bahan yang dapat membakar kulit dapat menyebabkan nekrosis.1,6 Secara klasik,

pembentukan dermatitis akut biasanya sembuh segera setelah pajanan, dengan asumsi tidak ada

pajanan ulang – hal ini dikenal sebagai “decrescendo phenomenon”. Pada beberapa kasus tidak

biasa, dermatitis kontak iritan dapat timbul beberapa bulan setelah pajanan, diikuti dengan

resolusi lengkap.2 Bentuk DKI Akut seringkali menyerupai luka bakar akibat bahan kimia, bulla

besar atau lepuhan. DKI ini jarang timbul dengan gambaran eksematousa yang sering timbul

pada dermatitis kontak.9

2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD)

Pada dermatitis kontak iritan akut lambat, gejala obyektif tidak muncul hingga 8-24 jam

atau lebih setelah pajanan.1,6,7 Sebaliknya, gambaran kliniknya mirip dengan dermatitis kontak

iritan akut.1 Contohnya adalah dermatitis yang disebabkan oleh serangga yang terbang pada

Gambar 2 : DKI akut akibat penggunaan pelarut industri. Dikutip dari kepustakaan [7]

Page 8: Moluskum Kontagiosum

malam hari, dimana gejalanya muncul keesokan harinya berupa eritema yang kemudian dapat

menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.6

3. Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)

Juga disebut dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan oleh iritan lemah (seperti air,

sabun, detergen, dll) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanya lebih sering terkena pada

tangan.1,6,7 Kelainan kulit baru muncul setelah beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun.

Sehingga waktu dan rentetan pajanan merupakan faktor yang paling penting. Dermatitis kontak

iritan kronis ini merupakan dermatitis kontak iritan yang paling sering ditemukan. Gejala berupa

kulit kering, eritema, skuama, dan lambat laun akan menjadi hiperkertosis dan dapat terbentuk

fisura jika kontak terus berlangsung.1,6

Distribusi penyakit ini biasanya pada tangan. Pada dermatitis kontak iritan kumulatif,

biasanya dimulai dari sela jari tangan dan kemudian menyebar ke bagian dorsal dan telapak

tangan. Pada ibu rumah tangga, biasanya dimulai dari ujung jari (pulpitis).7 DKI kumulatif sering

berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan pada tangan

Gambar 3 : DKI kronis akibat efek korosif dari semen Dikutip dari kepustakaan [7]

Page 9: Moluskum Kontagiosum

dibandingkan dengan bagian lain dari tubuh (contohnya: tukang cuci, kuli bangunan, montir

bengkel, juru masak, tukang kebun, penata rambut).6

4. Reaksi Iritan

Secara klinis menunjukkan reaksi akut monomorfik yang dapat berupa skuama, eritema,

vesikel, pustul, serta erosi, dan biasanya terlokalisasi di dorsum dari tangan dan jari. Biasanya

hal ini terjadi pada orang yang terpajan dengan pekerjaan basah. Reaksi iritasi dapat sembuh,

menimbulkan penebalan kulit atau dapat menjadi DKI kumulatif.1,6,7

5. Reaksi Traumatik (DKI Traumatik)

Reaksi traumatik dapat terbentuk setelah trauma akut pada kulit seperti panas atau

laserasi. Biasanya terjadi pada tangan dan penyembuhan sekitar 6 minggu atau lebih

lama.1,6 Pada proses penyembuhan, akan terjadi eritema, skuama, papul dan vesikel.

Secara klinik gejala mirip dengan dermatitis numular.1,2

6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

Gambar 4 : Reaksi Iritan. Dikutip dari kepustakaan [20]

Page 10: Moluskum Kontagiosum

Penyakit ini ditandai dengan perubahan sawar stratum korneum tanpa tanda klinis

(DKI subklinis).6

7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal, rasa tersengat, rasa

terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan iritan. Biasanya terjadi di daerah wajah,

kepala dan leher. Asam laktat biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan

penyakit ini.1,2,6

VI. Diagnosis

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang cermat dan

pengamatan gambaran klinis yang akurat. DKI akut lebih mudah diketahui karena munculnya

lebih cepat sehingga penderita lebih mudah mengingat penyebab terjadinya. DKI kronis timbul

lambat serta mempunyai gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan

DKA. Selain anamnesis, juga perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih memastikan

diagnosis DKI.6

A. Anamnesis

Anamnesis yang detail sangat dibutuhkan karena diagnosis dari DKI tergantung pada

anamnesis mengenai pajanan yang mengenai pasien. Anamnesis yang dapat mendukung

penegakan diagnosis DKI (gejala subyektif) adalah:13

- Pasien mengklain adanya pajanan yang menyebabkan iritasi kutaneus

- Onset dari gejala terjadi dalam beberapa menit sampai jam untuk DKI akut. DKI lambat

dikarakteristikkan oleh penyebab pajanannya, seperti benzalkonium klorida (biasanya

Page 11: Moluskum Kontagiosum

terdapat pada cairan disinfektan), dimana reaksi inflamasinya terjadi 8-24 jam setelah

pajanan.

- Onset dari gejala dan tanda dapat tertunda hingga berminggu-minggu ada DKI kumulatif

(DKI Kronis). DKI kumulatif terjadi akibat pajanan berulang dari suatu bahan iritan yang

merusak kulit.

- Penderita merasakan sakit, rasa terbakar, rasa tersengat, dan rasa tidak nyaman akibat

pruritus yang terjadi.

B. Pemeriksaan Fisik

Menurut Rietschel dan Flowler, kriteria dignosis untuk DKI sebagai berikut: 13-14

- Makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura predominan setelah terbentuk vesikel

- Tampakan kulit berlapis, kering, atau melepuh

- Bentuk sirkumskrip tajam pada kulit

- Rasa tebal di kulit yang terkena pajanan

C. Pemeriksaan Penunjang.

Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mediagnosis dermatitis kontak iritan. Ruam kulit

biasanya sembuh setelah bahan iritan dihilangkan. Terdapat beberapa tes yang dapat

memberikan indikasi dari substansi yang berpotensi menyebabkan DKI. Tidak ada spesifik

tes yang dapat memperlihatkan efek yang didapatkan dari setiap pasien jika terkena dengan

bahan iritan. Dermatitis kontak iritan dalam beberapa kasus, biasanya merupakan hasil dari

efek berbagai iritan.14

Patch Test

Page 12: Moluskum Kontagiosum

Patch test digunakan untuk menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis

dan digunakan untuk mendiagnosis DKA. Konsentrasi yang digunakan harus tepat. Jika

terlalu sedikit, dapat memberikan hasil negatif palsu oleh karena tidak adanya reaksi. Dan

jika terlalu tinggi dapat terinterpretasi sebagai alergi (positif palsu). Patch tes dilepas setelah

48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif dicatat. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan

kembali dilakukan pemeriksaan pada 48 jam berikutnya. Jika hasilnya didapatkan ruam kulit

yang membaik, maka dapat didiagnosis sebagai DKI,1,7 Pemeriksaan patch tes digunakan

untuk pasien kronis, dengan dermatitis kontak yang rekuren.13

VII. Pengobatan

Upaya pengobatan DKI yang paling penting adalah menghindari pajanan bahan iritan

baik yang bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang

memperberat. Bila hal ini dapat dilakukan dengan baik, tidak terjadi komplikasi dan DKI

akan sembuh dengan sendirinya. Terkadang perlu diberikan pelembab berupa urea 10%

untuk memperbaiki kulit yang kering. Untuk mengatasi peradangan diberikan

kortikosteroid. Analgetik diperlukan jika keluhan nyeri sangat parah.1

VIII. Komplikasi

a. DKI meningkatkan risiko sensitisasi pengobatan topikal

b. lesi kulit bisa mengalami infeksi sekunder, khususnya oleh Stafilokokus aureus

c. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi pada area terkena DKI

d. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi.

IX. Prognosis

Quo Ad vitam : bonam

Page 13: Moluskum Kontagiosum

Quo Ad sanationam : bonam

Quo Ad fungsionam : bonam

Quo Ad cosmeticum : bonam

Prognosis baik bila tidak ada kontak dengan sumber iritan atau penyebabnya dapat

disingkirkan dengan sempurna.

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. EG

Umur : 24 tahun

Page 14: Moluskum Kontagiosum

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan Kampung Nias No.1, Padang

Status Perkawinan : Belum Menikah

Negeri Asal : Indonesia

Agama : Islam

Suku : Minang

Tanggal Pemeriksaan : 20 Oktober 2015

Anamnesis

Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr.

M. Djamil Padang pada tanggal 20 Oktober 2015 dengan :

Keluhan Utama

Bercak merah yang terasa perih dan gatal pada lipatan lutut kaki kanan yang semakin meningkat

sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Bercak merah yang terasa perih dan gatal pada lipatan lutut kaki kanan yang semakin

meningkat sejak 3 hari yang lalu. Awalnya hanya muncul bintik-bintik kemerahan yang

gatal pada lipatan kaki kanan sejak 1 minggu yang lalu.

Page 15: Moluskum Kontagiosum

Keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal ini sudah sering hilang timbul dirasakan oleh

pasien sejak 2 tahun yang lalu pada daerah yang sama dan dapat menghilang setelah

penggunaan obat Kalpanax krim dua kali sehari selama 1 minggu.

Saat bintik-bintik kemerahan yang gatal ini muncul kembali 1 minggu yang lalu, pasien

menggaruknya tetapi keluhan gatalnya semakin bertambah.

Untuk mengatasi keluhannya, pasien memberikan obat Kalpanax krim 2 kali sehari pada

saat pagi dan malam, namun keluhan gatal dan bintik merahnya tidak kunjung berkurang.

Karena keluhan tidak berkurang, Ibu pasien menyarankan untuk memberikan bawang

putih giling pada daerah yang berbintik merah dan gatal tersebut sejak 3 hari yang lalu.

Pada saat diberikan pada daerah lesi tersebut, pasien mengeluh nyeri sekali tetapi

pemakaian bawang putih giling ini tetap dilanjutkan selama 30 menit. Beberapa saat

kemudian kemerahan di daerah ini menjadi semakin luas, sangat nyeri dan gatal. Pasien

mencuci daerah tersebut menggunakan air hangat dan keluhan nyeri menjadi berkurang.

Selama 3 hari berturut turut, pasien mengobati penyakitnya dengan menggunakan

Kalpanax krim pada pagi hari dan bawang putih giling pada malam hari.

Pada hari kedua muncul gelembung berisi cairan jernih yang sangat nyeri dan gatal, dan

setelah pemakaian pada hari ketiga gelembung ini semakin bertambah dan sangat nyeri.

Tetapi pasien tetap memberikan bawang putih tersebut pada daerah lipatan lutut

kanannya selama 30 menit dan kemudian mencucinya dengan air hangat. Setelah bawang

putih dicuci, keluhan nyerinya menjadi berkurang.

Keluhan nyeri sangat dirasakan saat pasien diolesi bawang putih pada daerah lipatan lutut

kanannya dan berkurang setelah tidak berkontak lagi.

Bawang putih yang diberikan yaitu sebanyak 1 siung yang digiling dengan batu giling

tiap kali pemakaian dan tidak dicampur dengan bahan yang lainnya.

Sebelum menggiling bawang putih, batu giling pernah digunakan untuk menggiling

cabai. Pasien mengaku telah mencuci batu gilingnya sampai bersih setelah menggiling

cabai.

Riwayat perih/gatal setelah berkontak dengan bawang putih sebelumnya tidak ada.

Riwayat bintik merah dan gatal yang sering berulang pada lipat paha kanan ada.

Riwayat bintik merah dan gatal di lipat paha kanan saat berkeringat dan malam hari ada

Riwayat bintik merah dan gatal di lipat paha kanan saat sedang emosi tidak ada.

Page 16: Moluskum Kontagiosum

Riwayat kulit kering ada. Pasien mandi memakai sabun merk Lifebuoy dan mengaku

kulitnya semakin kering setelah mandi.

Riwayat pemakaian pelembab pada badan ada, tapi tidak rutin dan hanya satu kali sehari.

Riwayat digigit serangga tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami kelainan bercak merah yang sangat nyeri dan gatal ini

sebelumnya

Keluhan bintik merah dan gatal yang hilang timbul sudah dirasakan pasien sejak umur 8

hingga 10 tahun di lipatan lutut kaki kanan dan menghilang dengan pengobatan. Pasien

tidak mengingat merk obat tersebut.

Kemudian setelah sudah lama tidak muncul, keluhan bintik merah dan gatal ini muncul

kembali pada daerah yang sama 2 tahun yang lalu, dan dirasakan hilang timbul sampai

sekarang.

Riwayat Pengobatan

Saat keluhan bintik merah dan gatal ini muncul 2 tahun yang lalu, pasien mengobatinya

menggunakan Kalpanax krim.

Obat ini dioles 2-3 kali sehari selama 1 minggu tiap serangan.

Saat pemakaian obat ini selama 1 minggu, keluhan gatal dan bintik merah pasien menjadi

menghilang dan pasien menghentikan pemakaian obat tersebut.

Saat keluhan bintik dan gatal ini muncul 1 minggu yang lalu, pasien tetap menggunakan

Kalpanax krim tersebut namun keluhannya tidak lagi berkurang.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien

Riwayat asma pada kakak pasien ada

Riwayat hidung tersumbat dan bersin-bersin pada pagi hari pada Ayah pasien ada

Page 17: Moluskum Kontagiosum

Riwayat Atopi / Alergi

Riwayat bersin-bersin pada pagi hari ada

Riwayat hidung tersumbat pada pagi hari ada

Riwayat asma tidak ada

Riwayat alergi makanan tidak ada

Riwayat alergi obat tidak ada

Riwayat alergi serbuk sari tidak ada

Riwayat kaligata tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Status Gizi : BB : 39 kg

TB : 163 cm

BMI : 14,4

Kesan : gizi kurang

Nadi : Teratur, kuat angkat

Nafas : 19x / menit

Suhu : Diharapkan dalam batas normal

Kepala : Tidak terdapat kelainan

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Hidung : Diharapkan dalam batas normal

Page 18: Moluskum Kontagiosum

Thorak : Cor dan pulmo diharapkan dalam batas normal

Abdomen : Diharapkan dalam batas normal

Ekstremitas : Diharapkan dalam batas normal

Status Dermatologikus

Lokasi : Lipatan lutut kaki kanan

Distribusi : Terlokalisir, unilateral

Bentuk : Tidak khas

Susunan : Tidak khas

Batas : Tegas sampai tidak tegas

Ukuran : Milier, lentikuler dan plakat

Efloresensi : Plak eritem disertai papul eritem dan bula eritem, dan adanya

erosi serta krusta kecoklatan

Page 19: Moluskum Kontagiosum
Page 20: Moluskum Kontagiosum

Status Venereologikus : diharapkan dalam batas normal

Kelainan Selaput : tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kuku : tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut : tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe : tidak ditemukan kelainan

Resume

Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 20 Oktober 2015 dengan keluhana utama bercak

merah yang terasa perih dan gatal pada lipatan lutut kaki kanan yang semakin meningkat sejak 3

hari yang lalu.

Awalnya hanya muncul bintik-bintik kemerahan yang gatal pada lipatan kaki kanan

sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal ini sudah sering hilang

timbul dirasakan oleh pasien sejak 2 tahun yang lalu pada daerah yang sama dan dapat

menghilang setelah penggunaan obat Kalpanax krim dua kali sehari selama 1 minggu.

Saat bintik-bintik kemerahan yang gatal ini muncul kembali 1 minggu yang lalu, pasien

menggaruknya tetapi keluhan gatalnya semakin bertambah. Untuk mengatasi keluhannya,

pasien memberikan obat Kalpanax krim 2 kali sehari pada saat pagi dan malam, namun keluhan

gatal dan bintik merahnya tidak kunjung berkurang. Karena keluhan tidak berkurang, Ibu pasien

menyarankan untuk memberikan bawang putih giling pada daerah yang gatal dan berbintik

merah tersebut sejak 3 hari yang lalu.

Pada saat diberikan pada daerah yang sakit, pasien mengeluh nyeri sekali tetapi

pemakaian bawang putih giling ini tetap dilanjutkan selama 30 menit. Beberapa saat kemudian

muncul gelembung berisi air yang sangat nyeri dan gatal. Pasien mencuci daerah tersebut

menggunakan air hangat dan keluhan nyeri menjadi berkurang. Selama 3 hari berturut turut,

pasien mengobati penyakitnya dengan menggunakan Kalpanax krim pada pagi hari dan bawang

putih giling pada malam hari. Pada hari kedua dan ketiga, gelembung yang sangat nyeri dan

gatal tersebut semakin bertambah. Tetapi pasien tetap memberikan bawang putih tersebut pada

Page 21: Moluskum Kontagiosum

daerah lipatan lutut kanannya selama 30 menit dan kemudian mencucinya dengan air hangat.

Setelah bawang putih dicuci, keluhan nyerinya menjadi berkurang.

Keluhan nyeri sangat dirasakan saat pasien diolesi bawang putih pada daerah lipatan lutut

kanannya dan berkurang setelah tidak berkontak lagi. Bawang putih yang diberikan yaitu

sebanyak 1 siung yang digiling tiap kali pemakaian dan tidak dicampur dengan bahan yang

lainnya. Riwayat bintik merah dan gatal yang sering berulang pada lipat paha kanan ada.

Riwayat bintik merah dan gatal di lipat paha kanan saat berkeringat dan malam hari Riwayat

kulit kering ada. Pasien mandi memakai sabun merk Lifebuoy dan mengaku kulitnya semakin

kering setelah mandi. Riwayat pemakaian pelembab pada badan ada, tapi tidak rutin dan hanya

satu kali sehari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi berlokasi pada lipatan lutut kaki kanan, distribusi

terlokalisir unilateral, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas sampai tidak tegas,

ukuran milier, lentikuler serta plakat dan efloresensi berupa plak eritem disertai papul eritem dan

bula eritem, dan adanya erosi serta krusta kecoklatan.

Diagnosis Kerja

Dermatitis Kontak Iritan ec bawang putih

Diagnosis Banding

Dermatitis Kontak Alergi ec bawang putih

Pemeriksaan Anjuran

Uji tempel terhadap bahan iritan yang dicurigai sebagai penyebabnya. Dalam hal ini adalah

bawang putih. Diharapkan hasilnya decrescendo.

Diagnosis

Dermatitis Kontak Iritan ec bawang putih

Page 22: Moluskum Kontagiosum

Penatalaksanaan

Terapi Umum :

Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhannya dapat kambuh dan berulang.

Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan terpenting adalah menghindari faktor

pencetusnya yaitu bawang putih.

Jangan menggaruk lesi.

Terapi Khusus :

Sistemik

Kortikosteroid : Prednison tablet 5 mg, diminum 3 kali sehari, sekali minum 2 tablet

Antihistamin : CTM tablet 4 mg, diminum 3 kali sehari atau jika gatal

Topikal

Nacl 0,9% dikompres 2x sehari selama 15-30 menit. Dikompres setelah mandi di tempat

yang sakit.

Prognosis

Quo Ad Vitam : bonam

Quo Ad Sanationam : bonam

Quo Ad Fungsionam : bonam

Quo Ad Cosmeticum : dubia ad bonam

Page 23: Moluskum Kontagiosum

Resep

----------

c

dr. Tita Berliana

Praktek Umum

SIP : 1110312122

Hari : Senin- Jum’at

Jam: 17.00 – 20.00

Alamat : Jl. Garuda, Padang

No Telp : (0751) 24503

  Padang, 2 Oktober 2015

R/ Prednison tab 5 mg No. XX

ʃ 3dd tab II ζ

R/ CTM tab 4 mg No. X

ʃ 3dd tab I (atau dapat diminum jika gatal) ζ

R/ Nacl 0.9 kolf No. I

ʃ ue (2-3x setelah mandi, kompres selama 15-30 menit pada lesi yg basah)

ζ

Pro : Ny. EG

Umur : 24 Tahun

Alamat : Jl. Kampung Nias No. 1, Padang.

Page 24: Moluskum Kontagiosum

BAB III

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berusia 24 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 20 Oktober 2015 dengan keluhana utama bercak

merah yang terasa perih dan gatal pada lipatan lutut kaki kanan yang semakin meningkat sejak 3

hari yang lalu.

Awalnya hanya muncul bintik-bintik kemerahan yang gatal pada lipatan kaki kanan

sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan bintik-bintik kemerahan yang gatal ini sudah sering hilang

timbul dirasakan oleh pasien sejak 2 tahun yang lalu pada daerah yang sama dan dapat

menghilang setelah penggunaan obat Kalpanax krim dua kali sehari selama 1 minggu.

Saat bintik-bintik kemerahan yang gatal ini muncul kembali 1 minggu yang lalu, pasien

menggaruknya tetapi keluhan gatalnya semakin bertambah. Untuk mengatasi keluhannya,

pasien memberikan obat Kalpanax krim 2 kali sehari pada saat pagi dan malam, namun keluhan

gatal dan bintik merahnya tidak kunjung berkurang. Karena keluhan tidak berkurang, Ibu pasien

menyarankan untuk memberikan bawang putih giling pada daerah yang gatal dan berbintik

merah tersebut sejak 3 hari yang lalu.

Pada saat diberikan pada daerah yang sakit, pasien mengeluh nyeri sekali tetapi

pemakaian bawang putih giling ini tetap dilanjutkan selama 30 menit. Beberapa saat kemudian

muncul gelembung berisi air yang sangat nyeri dan gatal. Pasien mencuci daerah tersebut

menggunakan air hangat dan keluhan nyeri menjadi berkurang. Selama 3 hari berturut turut,

pasien mengobati penyakitnya dengan menggunakan Kalpanax krim pada pagi hari dan bawang

putih giling pada malam hari. Pada hari kedua dan ketiga, gelembung yang sangat nyeri dan

gatal tersebut semakin bertambah. Tetapi pasien tetap memberikan bawang putih tersebut pada

daerah lipatan lutut kanannya selama 30 menit dan kemudian mencucinya dengan air hangat.

Setelah bawang putih dicuci, keluhan nyerinya menjadi berkurang.

Keluhan nyeri sangat dirasakan saat pasien diolesi bawang putih pada daerah lipatan lutut

kanannya dan berkurang setelah tidak berkontak lagi. Bawang putih yang diberikan yaitu

sebanyak 1 siung yang digiling tiap kali pemakaian dan tidak dicampur dengan bahan yang

lainnya. Riwayat bintik merah dan gatal yang sering berulang pada lipat paha kanan ada.

Page 25: Moluskum Kontagiosum

Riwayat bintik merah dan gatal di lipat paha kanan saat berkeringat dan malam hari Riwayat

kulit kering ada. Pasien mandi memakai sabun merk Lifebuoy dan mengaku kulitnya semakin

kering setelah mandi. Riwayat pemakaian pelembab pada badan ada, tapi tidak rutin dan hanya

satu kali sehari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi berlokasi pada lipatan lutut kaki kanan, distribusi

terlokalisir unilateral, bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tegas sampai tidak tegas,

ukuran milier, lentikuler serta plakat dan efloresensi berupa plak eritem disertai papul eritem dan

bula eritem, dan adanya erosi serta krusta kecoklatan.

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien didiagnosis dengan dermatitis

kontak iritan ec bawang putih. Diagnosis ini ditegakkan karena pasien langsung merasakan nyeri

seperti terbakar sesudah diolesi dengan bawang putih dan rasa nyeri berkurang setelah bawang

putih di cuci dengan air hangat.

Bawang putih memiliki senyawa sulfur yang larut dalam minyak diketahui sebagai zat

iritan dan alergen. Secara topikal, dialill sulfide (DAS) yang merupakan turunan dari Allisin

adalah yang paling alergenik. Allisin juga merupakan iritan utama dari bawang putih. Bawang

putih mentah sangat tinggi dengan allisin.

Bawang putih juga dapat bersifat sebagai alergen, tetapi pada pasien ini tidak ditegakkan

dermatitis kontak alergi karena keluhan pasien yang dominan adalah nyeri bukan gatal.

Kemudian setelah faktor pencetus dihilangkan, keluhan dirasakan berkurang. Dan keluhan

langsung dirasakan saat pertama kali dalam penggunaan bawang putih tersebut. Sedangkan untuk

menjadi dermatitis kontak alergi gejala baru muncul setelah pemakaian berkali-kali.

Faktor dermatitis kontak iritan menjadi akut disebabkan juga karena kulit penderita yang

sebelumnya sudah terkena trauma akibat garukan pada daerah tersebut. Sehingga mempermudah

dari masuknya bahan iritan karna sawar kulit telah rusak.

Selain bawang putih, faktor pencetus lain yang diduga sebagai pencetus adalah cabai.

Pasien menghaluskan bawang putih yang akan diolesi ke tempat lesi menggunakan batu giling

yang sebelumnya pernah digunakan untuk menggiling cabai. Walaupun pasien mengaku telah

mencuci sampai bersih tapi tidak menutup kemungkinan masih ada zat dari cabai yang masih

tertinggal di batu giling tersebut. Cabai mengandung zat metabolit capcaisin yang memberikan

rasa pedas pada buah cabai dan bersifat iritan. Sifat iritan pada capcaisin memberikan sensasi

seperti terbakar jika berkontak dengan mata, membrane mukus atau pada kulit yang trauma.

Page 26: Moluskum Kontagiosum

Untuk memastikan diagnosis dilakukan uji tempel. Diharapkan hasilnya yaitu lesi

cenderung menurun (decrescendo). Jika lesinya menjadi lebih jelas antara pembacaan kesatu dan

kedua (crescendo).

Penyebab gatal-gatal yang muncul mendadak dan sudah bersifat kronik dan residif

diduga pasien mengalami dermatitis atopik. Hal ini didukung dengan pasien yang memenuhi 3

kriteria mayor dan 3 kriteria minor. Yaitu :

Kriteria mayor :

- Pruritus

- Adanya riwayat atopi pada penderita atau keluarga

- Gatal yang bersifat kronik-residif

Kriteria minor :

- Xerosis (kulit kering)

- Gatal bila berkeringat

- Muka pucat

Edukasi merupakan salah satu bentuk terapi umum yang diperlukan untuk pasien ini. Edukasi

yang diberikan yaitu keluhan pada pasien ini dapat berulang, jadi yang terpenting adalah untuk

menghindari faktor pencetus penyakit yang dalam hal ini adalah bawang putih. Kemudian jangan

menggaruk lesi karena nantinya garukan dapat menembus kulit hingga lapian dermis yang

nantinya akan menimbulkan perdarahan dan jaringan parut. Selain itu, menggaruk lesi dapat

menjadi faktor predisposisi untuk terjadinya infeksi pada daerah tersebut.

Pengobatan khusus yang diberikan yaitu prednisone tablet 5 mg, diminum 3 kali sehari dan

satu kali minum 2 tablet. Diberikan kortikosterid sistemik karena pasien datang dengan keluhan

peradangan yang aktif. Jumlah obat yang diberikan adalah untuk jangka waktu 3 hari, setelah

obat habis pasien diminta untuk kontrol kembali. Kemudian diberikan CTM tablet 4 mg,

diminum 3 kali sehari atau jika gatal karena pasien mengeluhkan gatal pada lesinya. Diberikan

anti gatal juga untuk mencegah agar pasien tidak menggaruk garuk lesinya sehingga tidak terjadi

ekskoriasi dan infeksi bakteri.

Page 27: Moluskum Kontagiosum

Untuk pengobatan topikal diberikan kompres Nacl 0,9% dikompres 2x sehari selama 15-30

menit. Dikompres setelah mandi di tempat yang sakit. Pasien diberikan pengobatan

kortikosteroid topikal setelah lesi pasien kering. Obat yang diberikan yaitu betametason valerat

krim 0,1 %, dioles 2-3 kali sehari setelah mandi, dioles pada tempat yang sakit. Oba ini diberikan

saat kontrol selanjutnya jika lesi pasien sudah benar-benar kering.

Prognosis untuk pasien ini umumnya baik. Hanya saja untuk quo ad cosmeticum adalah

dubia ad bonam. Hal ini disebabkan karena telah terbentukya krusta berwarna kecoklatan yang

menandakan sebelumnya sudah terjadi ekskoriasi. Sehingga dikhawatirkan dapat terbentuk

jaringan parut pada kulit pasien.

Page 28: Moluskum Kontagiosum

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H, Aisah S,

editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2008.p.130-33.

2. Chew AL and Howard IM, editors. Ten Genotypes Of Irritant Contact Dermatitis. In: Chew

AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin

Heidelberg; 2006.p.5-8

3. Buxton, Paul K. ABC Of Dermatology 4th ed. London: BMJ Books; 2003.p.19-21

4. Grawkrodjer, David J. Dermatology an Illustrated Colour Text Third Edit. British: Crurchill

Livingstone.2002.p.30-1

5. Levin C, Basihir SJ, and Maibach HI, editors. Treatment Of Irritant Contact Dermatitis. In: :

Chew AL and Howard IM, editors. Irritant Dermatitis. Germany: Springer-Verlag Berlin

Heidelberg; 2006.p.461-5

6. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors. Fitzpatrick’s

Dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw – Hill; 2008.p.396-401.

7. Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of Clinical

Dermatology 5th ed. New York: McGraw – Hill; 2005.

8. Wilkinson SM, and Beck MH. Rook’s Textbook Of Dermatology 7th ed. Australia:

Blackwell Publishing. 2004.chapter 19.

9. Schnuch A and Berit CC, editors. Genetics And Individual Predispotitions in Contact

Dermatitis. In: Johansen JD, Peter JF, Jean PL, editors. Contact Dermatitis 5 th ed. New York:

Springer. 2011.p.28-30

10. Rustenmeyer T, Ingrid MW, B.Mary E, Sue G, Rik JS, editors. In: Johansen JD, Peter JF,

Jean PL, editors. Contact Dermatitis 5th ed. New York: Springer.2011.p.43-8.

11. Hogan DJ. Contact Dermatitis, Allergic: Follow-up. Florida: 2009 [Diakses Oktober 2015].

Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1049216-followup

12. Sulistyaningrum, SK, Sandra Widaty. Wieke Triestianawati. Emmy

Soedarmi S. Daili.Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik Pada Geriatri. MDVI

Vol. 38.No.1 2011: p.29-40