modulus

12
BAB I PENDAHULUAN Pakan merupakan hal yang sensitif jika dihubungkan dengan bidang peternakan. Hal itu disebabkan biaya pakan dalam suatu usaha peternakan memegang proporsi yang paling besar dalam biaya produksi. Oleh karena itu, kualitas bahan pakan menjadi patokan utama yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan usaha. Kualitas pakan yang baik dapat ditentukan dari kandungan kimia maupun kemurniannya. Bahan pakan memiliki standar kandungan kimianya masing-masing. Kandungan kimia dalam bahan pakan dapat berubah karena beberapa faktor. Penambahan bahan lain ke dalam bahan pakan sudah menjadi hal yang biasa bagi beberapa pelaku karena bermaksud untuk mengubah kandungan kimia bahan pakan. Bahan lain yang dicampur dengan bahan pakan asli biasanya memiliki bentuk, warna, dan tekstur yang sama, sehingga konsumen yang kurang jeli akan mudah sekali tertipu. Agus (2007) menyebutkan bahwa beberapa bahan pemalsu yang paling sering digunakan adalah dedak padi halus, ekskreta ayam dan urea (bahan pemalsu yang mengandung nutrien) dan serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, dan batu bata giling (bahan pemalsu yang tidak mengandung nutrient).

Upload: adamgemilang

Post on 17-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tumbuhan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Pakan merupakan hal yang sensitif jika dihubungkan dengan bidang peternakan. Hal itu disebabkan biaya pakan dalam suatu usaha peternakan memegang proporsi yang paling besar dalam biaya produksi. Oleh karena itu, kualitas bahan pakan menjadi patokan utama yang perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan usaha.Kualitas pakan yang baik dapat ditentukan dari kandungan kimia maupun kemurniannya. Bahan pakan memiliki standar kandungan kimianya masing-masing. Kandungan kimia dalam bahan pakan dapat berubah karena beberapa faktor. Penambahan bahan lain ke dalam bahan pakan sudah menjadi hal yang biasa bagi beberapa pelaku karena bermaksud untuk mengubah kandungan kimia bahan pakan. Bahan lain yang dicampur dengan bahan pakan asli biasanya memiliki bentuk, warna, dan tekstur yang sama, sehingga konsumen yang kurang jeli akan mudah sekali tertipu. Agus (2007) menyebutkan bahwa beberapa bahan pemalsu yang paling sering digunakan adalah dedak padi halus, ekskreta ayam dan urea (bahan pemalsu yang mengandung nutrien) dan serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, dan batu bata giling (bahan pemalsu yang tidak mengandung nutrient).Pendeteksian pemalsuan bahan pakan menjadi hal yang wajib diketahui supaya biaya produksi tidak banyak habis di biaya pakan. Selain itu, bahan pemalsu yang ditambahkan belum tentu aman bagi ternak, sehingga diperlukan perhatian khusus supaya produksinya tidak menurun. Kontrol kualitas adalah salah satu cara alternatif yang mampu mendeteksi pemalsuan bahan pakan. Uji yang biasa dilakukan yaitu uji kandungan sekam, kandungan urea, uji kandungan garam, uji modulus of fineness, uji modulus uniformity. Pemahaman cara control kualitas diharapkan mampu mencegah terjadinya pemalsuan bahan lain ke dalam bahan pakan asli.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

JagungJagung atauZea maysmerupakan bahan pakan sumber energi yang paling banyak digunakan dalam industri ternak. Di Indonesia dikenal beberapa jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung merah. Jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena mengandung karoten provitamin A yang cukup tinggi (Agus, 2007). Jenis jagung yang digunakan pada ransum ayam ini adalah jagung kuning yang telah kering dan digiling.

Modulus UniformityModulus uniformity merupakan perbandingan ukuran diameter butiran yang lolos dari suatu ukuran saringan tertentu. Semakin besar nilai uniformity maka diameter partikel bahan semakin seragam, sedangkan apabila nilai uniformity kecil maka diameter partikel bahan tidak banyak seragam. Cara yang dilakukan untuk memperoleh keseragaman yaitu dengan cara pengayakan. Proses pengayakan dilakukan untuk memisahkan ukuran-ukuran partikel dari butiran kasar sampai butiran halus (Purwantana et al., 2008). Syah et al. (2013) menambakan bahwa kriteria keseragaman dibagi menjadi kriteria halus, sedang, dan kasar.

Modulus of FinenessModulus of fineness atau derajat kehalusan adalah jumlah fraksi yang tertahan pada setiap saringan dibagi 100. Derajat kehalusan tidak berbanding lurus dengan indeks keseragaman. Derajat kehalusan hanya memberikan ukuran rata-rata, tetapi tidak menunjukkan penyebaran fraksi halus dan kasar pada contoh bahan hasil suatu proses pengolahan. Kekurangan tersebut dapat diatasi dengan nilai indeks keseragaman (Widyotomo, 2008). Menurut Syah et al. (2013), semakin banyak persentase ukuran partikel yang halus maka akan semakin rendah nilai derajat kehalusannya. Derajat kehalusan menunjukkan keseragaman hasil penggilingan atau penyebaran fraksi kasar dan halus. Derajat kehalusan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan dan alat penggiling yang digunakan.

BAB IIIMATERI DAN METODE

MateriUji Modulus of FinenessAlat. Alat yang digunakan dalam uji modulus of fineness antara lain mesin shaker, timbangan, dan plastik.Bahan. Bahan yang digunakan dalam uji modulus of fineness adalah jagung giling.Uji Modulus UniformityAlat. Alat yang digunakan dalam uji modulus uniformity antara lain mesin shaker, timbangan, dan plastik.Bahan. Bahan yang digunakan dalam uji modulus uniformity adalah jagung giling.

MetodeUji Modulus of FinenessJagung yang telah digiling dalam acara grinding diambil sampelnya sebanyak 500 gram. Sampel bahan kemudian dimasukkan ke dalam mesin shake yang terdapat beberapa lapis screen. Mesin dinyalakan selama 15 menit. Kemudian partikel yang terdapat pada masing-masing screen ditimbang dan dihitung persentasinya.

Uji Modulus UniformityJagung yang telah digiling dalam acara grinding diambil sampelnya sebanyak 500 gram. Sampel bahan kemudian dimasukkan ke dalam mesin shake yang terdapat beberapa lapis screen. Mesin dinyalakan selama 15 menit. Kemudian partikel yang terdapat pada masing-masing screen ditimbang dan dihitung persentasinya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANUji Modulus of FinenessBerdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil uji modulus of fineness yang dihasilkan tercantum pada tabel 1 sebagai berikut.Tabel 1. Hasil uji modulus of finenessShift kelompokHasil MFI154,373164,724174,48184,29194,22204,146214,192II224,522344244,37254,4326-274,4428-Hasil praktikum menunjukkan bahwa nilai rata-rata modulus of fineness yang tertinggi pada kelompok 16 dan yang terendah pada kelompok 26 dan 28. Perhitungan MF dilakukan dengan menentukan presentase sampel dikalikan dengan nomor perjanjian dibagi dengan 100. Hasil grinding yang diuji dengan Tyler Sleve menunjukan dalam kategori kasar karena berkisar antara 4,1 sampai 7,0. Hal ini sesuai dengan peryataan Retnani (2010), bahwa bahan pakan hasil grinding dengan nilai MF 4,1 sampai 7,0 masuk kategori kasar. Menurut Syah et al. (2013), semakin banyak persentase ukuran partikel yang halus maka akan semakin rendah nilai derajat kehalusannya. Derajat kehalusan menunjukkan keseragaman hasil penggilingan atau penyebaran fraksi kasar dan halus. Derajat kehalusan dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan dan alat penggiling yang digunakan.

Uji Modulus UniformityBerdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil uji modulus uniformity yang dihasilkan tercantum pada tabel 2 sebagai berikut.Tabel 2. Hasil uji modulum uniformityShift kelompokKasar MediumHalus I151,66,312,08161,936,931,16171,866,331,76181,46,332,33191,196,432,33201,036,43,06211,226,232,59 II221,566,831,52231,466,161,93241,06,972,03251,566,591,4926---271,566,539,6328---Hasil praktikum menunjukan data perbandingan yang tinggi yaitu kasar kelompok 16 dan tererndah kelompok 24, pada kelas medium data yang paling tinggi yaitu kelompok 22 dan terendah pada kelompok 26 dan 27, sedangkan pada kelas halus tertinggi pada kelompok 27 dan terendah 26 dan 27. Modulus uniformity (MU) atau sering disebut dengan ukuran keseragaman nilai perbandingan jumlah antara partikel yang termasuk kategori kasar, sedang dan halus. Pengayakan merupakan salah satu cara untuk memperoleh keseragaman. Dalam proses pengayakan dilakukan pemisahan ukuran-ukuran dari butiran partikel suatu bahan dari ukuran kasar sampai ukuran yang paling halus. Proses dan kelembutan butiran-butiran partikel. Indeks keseragaman dipakai untuk menentukan sebaran partikel berdasarkan kriteria halus, sedang, dan kasar berhubungan (Schneider dan William, 1975; Adelina, 2011).Modulus uniformity (MU) atau ukuran keseragaman dihitung dengan rumus : MU = Coarse : Medium : Fine= (% bahan Sieve no 7 + 6 + 5) 010 : (% bahan Sieve no 4+ 3)/10 : (% bahan Sieve no 2 + 1) / 10. (Henderson dan Perry, 1976; Adelina, 2011).

BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji Modulus Uniformity dan modulus of fineness berada dikisaran normal.

DAFTAR PUSTAKA

Adelina.C.C. 2011. Skripsi Uji Sifat Fisik dan Evaluasi Kecernaan Biskuit Berbasis Rumput Lapangan dan Limbah Tanaman Jagung Pada Domba. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. BogorAgus, A. 2007. Panduan Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.Purwantana, B., Nursigit B., dan Puji W. 2008. Kajian Kinerja Mesin Ekstraksi Tipe Ulir pada Proses Pembuatan Pati Aren (Arenga pinnata Merr.). Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.Syah, H., Yusmanizar, dan Oki M. 2013. Karakteristik Fisik Bubuk Kopi Arabika Hasil Penggilingan Mekanis dengan Penambahan Jagung dan Beras Ketan. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. 5 (1).Widyotomo, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Beban Sangrai terhadap Perubahan Karakteristik Fisik Keping Biji Kakao. Jurnal Enjiniring Pertanian Vol. 6 (1).