modulpemberdayaanmasyarakat d iv

51
MODUL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM BIDANG KESEHATAN Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 1 MATA KULIAH: Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan BEBAN STUDI: 2 SKS PENEMPATAN:

Upload: imamezy

Post on 22-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pemberdayaan

TRANSCRIPT

MODUL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DALAM BIDANG KESEHATAN

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 1

MATA KULIAH: Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Kesehatan

BEBAN STUDI: 2 SKS

PENEMPATAN:

[email protected]

DAFTAR ISI

I. DESKRIPSI SINGKAT.............................................................................................................

II. TUJUAN PEMBELAJARAN.....................................................................................................

1. Tujuan Pembelajaran Umum..........................................................................................

2. Tujuan Pembelajaran Khusus.........................................................................................

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ....................................................................

IV. BAHAN AJAR........................................................................................................................

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN..................................................................................

VI. URAIAN MATERI..................................................................................................................

VII. REFERENSI...........................................................................................................................

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 2

I. DESKRIPSI SINGKAT

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya masyarakat. Oleh karena itu Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan Tahun 2010 – 2014 adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Dengan Misi: 1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, 3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan, dan 4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Pembangunan Kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Lima (5) dari delapan (8) agenda MDGs berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga (3) lainnya berkaitan secara tidak langsung. Lima (5) agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan adalah Agenda ke-1 Memberantas kemiskinan dan kelaparan, Agenda ke-4 Menurunkan angka kematian anak, Agenda ke-5 Meningkatkan kesehatan ibu, Agenda ke-6 Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya, serta Agenda ke-7 Melestarikan lingkungan hidup. Dalam upaya mencapai MDGs salah satu kunci utama adalah pemberdayaan masyarakat, swasta, dan masyarakat madani melalui kerjasama nasional dan global; memantapkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan; meningkatkan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat dan mensinergikan sistem kesehatan modern dan asli Indonesia; menerapkan promosi kesehatan yang efektif memanfaatkan agent of change setempat; memobilisasi sektor untuk sektor kesehatan.

Sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah untuk memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan adalah dengan merevitalisasi pengembangan Desa Siaga guna akselerasi pencapaian target Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada tahun 2015.Target tahun 2015, telah ditetapkan sebanyak 80% Desa dan Kelurahan telah menjadi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 741/Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota serta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/ Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota).

Dengan demikian diperlukan fasilitator pemberdayaan masyarakat yang memadai baik dalam kuantitas maupun kualitas. Lulusan D-4, kembali ketempat kerja diharapkan dapat berperan sebagai Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Oleh karena itu Modul Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan yang mempunyai nilai 2 (dua) SKS ini disusun untuk membekali para Dosen D-4 Promosi Kesehatan agar mampu memahami Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan sehingga dapat menyampaikan materi ajar tentang Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan secara efektif dan terstandar.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 3

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Tujuan Pembelajaran UmumSetelah mengikuti mata kuliah ini peserta didik mampu memahami konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan dan menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif.

2. Tujuan Pembelajaran KhususSetelah mengikuti mata kuliah ini peserta didik mampu :

a. Menjelaskan Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan b. Menjelaskan Partisipasi Masyarakat

d. Merancang Pemberdayaan Masyarakat untuk program kesehatan c. Menjelaskan menjadi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN

1. Pokok Bahasan: Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang KesehatanSub Pokok Bahasan:a. Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakatb. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatanc. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM

2. Pokok Bahasan: Partisipasi Masyarakat

3. Pokok Bahasan: Merancang Pemberdayaan Masyarakat untuk program kesehatanSub Pokok Bahasan:a. Pengertian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif b. Pendekatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Komponen

Desa dan Kelurahan Siaga Aktifc. Langkah-langkah siklus pemecahan masalah kesehatan

3. Pokok Bahasan: Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatana. Pengertian Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatanb. Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan dan Fungsi Fasilitator

Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan

4. Pokok Bahasan: Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 4

IV. BAHAN AJAR

1. WHO, The Jakarta Declaration on Leading Health Promotion into the 21 st Century, 19972. Sumodiningrat,G., Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta,19973. Rr.Suhartini, A.Halim,Imam Khambali, dan Abd.Basyid, Yogyakarta, 20054. Lloyd, L.S., Communication for Behavioral Impact (COMBI), 20065. Departemen Kesehatan RI, BPPSDMK, Kurikulum & Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat

Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, 20076. Departemen Keseatan RI, Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Jakarata, 20087. Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta,20098. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,

Jakarta, 20109. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif – Panduan bagi Petugas Puskesmas, Tahun 201010. Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,201011. Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun 201012. Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan

Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta, 201013. Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dengan Kementerian Dalam Negeri RI, Kurikulum dan

Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta, 2011

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 5

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Proses pembelajaran ini akan dilakukan sesuai langkah-langkah sebagai berikut :

Langkah 1 Ruang lingkup ruang lingkup bahasan mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

1. Kegiatan narasumber

a. Kegiatan bina situasi kelas.

- Memperkenalkan diri

b. Menyampaikan ruang lingkup bahasan mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

c. Menanyakan dan menggali pendapat peserta didik tentang Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

d. Menjelaskan 2. Kegiatan Peserta didik

a. Mempersiapkan diri dan alat tulis menulis yang diperlukan

b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber /fasilitator

e. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting tentang mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

Langkah 1. : 1. Kegiatan narasumber

a. Menyampaikan materi Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakatb. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang

diberikan.

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 2:

1. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Menyampaikan materi Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatanb. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 6

c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikan

b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan narasumber

c. Mendengar, mencatat, dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 4:

1. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Menyampaikan materi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBMb. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang

diberikan.

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 5:

2. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Menyampaikan materi Peran Serta Masyarakat

b. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

c. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang

diberikan.

d. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 6

1. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Nara sumber/fasilitator menggali pendapat peserta tentang hubungan pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

b. Berdasarkan pendapat peserta, nara sumber/fasilitator menjelaskan tentang Pengertian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelasd. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 7

2. Kegiatan peserta.

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan narasumber

b. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang

diberikan.

c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 7:

1. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Nara sumber/fasilitator menggali pendapat peserta tentang Pendekatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

b. Berdasarkan pendapat peserta, nara sumber/fasilitator menjelaskan tentang Pendekatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

c. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelasd. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

a. Menjawab pertanyaan yang diajukan narasumber

b. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang

diberikan.

c. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 8:

2. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Nara sumber/fasilitator menjelaskan materi ”Langkah-langkah siklus pemecahan masalah kesehatan”

b. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas

c. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta

2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta nara sumber/fasilitator sesuai dengan kesempatan

yang diberikan

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 9: 1. Kegiatan narasumber/fasilitator

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 8

a. Penjelasan narasumber (Kepala Desa/Lurah sebagai narasumber Tamu))tentang masalah

kesehatan dan potensi lokasi (desa/kelurahan) terpilih sebagai lokasi pembelajaran peserta

dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Sebagai pemandu/moderator adalah

Dosen Penanggung Jawab mata kuliah Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.

b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

c. Menjawab pertanyaan-pertanyaan pesertad. Memberikan tugas kepada peserta untuk diskusi kelompok pemecahan masalah pada lokasi

(desa/kelurahan) yang disajikan oleh nara sumber Tamu.2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta nara sumber/fasilitator sesuai dengan kesempatan

yang diberikan

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

e. Melakukan diskusi kelompok pemecahan masalah kesehatan. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang.

Langkah 10: 1. Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Narasumber minta peserta menyajikan hasil diskusi kelompok pemecahan masalah di lokasi

(desa/kelurahan) terpilih sebagai lokasi pembelajaran peserta dalam pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan. secara bergantian. Sebagai pemandu/moderator adalah

peserta dari kelompok lain.

b. Pada setiap penyajian hasil diskusi kelompok selesai, nara sumber memberi kesempatan

kepada peserta dari kelompok lain untuk bertanya

c. Merangkum hasil dari seluruh penyajian kelompok 2. Kegiatan peserta.

a. Mengajukan pertanyaan setiap selesai penyajian kelompok.

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting.

Langkah 11: 1.Kegiatan narasumber/fasilitator

a. Narasumber menjelaskan tentang fasilitator pemberdayaan masyarakat dalam bidang

kesehatan

b. Nara sumber memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

c. Menjawab pertanyaan peserta 2. Kegiatan peserta.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 9

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta nara sumber/fasilitator sesuai dengan kesempatan

yang diberikan

b. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang penting

Langkah 12: 1. Kegiatan Nara Sumber

a. Meminta peserta untuk diskusi kelompok mengenai peran dan fungsi fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Setiap kelompok 5 orang.

b. Memcermati penyajian hasil diskusi kelompok pesertac. Menanggapi hasil seluruh diskusi kelompok dan menjelaskan peran dan fungsi fasilitator

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.d. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang masih belum jelas

e. Menjawab seluruh pertanyaan peserta

f. Merangkum sesi ini dengan menegaskan hal-hal yang penting dalam pemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan.

2.Kegiatan Peserta

a. Membagi diri dalam kelompok, masing-masing kelompok diskusikan peran dan fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan

b. Menjajikan hasil diskusic. Menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

Langkah 13: 1.Kegiatan Nara Sumber

a. Meminta peserta untuk mengumpulkan data di desa/kelurahan terpilih. Peserta dibagi kelompok sesuai jumlah RW (masing-masing kelompok 5 orang). Pengumpulan data ini dinamakan Survey Mawas Disi (SMD).

b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang masih belum jelas

c. Menjawab seluruh pertanyaan peserta

2.Kegiatan Peserta

a. Menanyakan hal-hal yang belum dimengertib. Membagi diri dalam kelompok, masing-masing kelompok diskusikan data/informasi yang akan

dikumpulkan kemudian menyusun rencana pengumpulan data/informasic. Menjajikan hasil diskusid. Menanyakan hal-hal yang belum dimengerti

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 10

Langkah 14: 1.Kegiatan Nara Sumber

a. Mendampingi peserta mengumpulkan data di desa/kelurahan terpilih.

b. Memberi kesempatan kepada peserta untuk mengolah dan analisis data yang telah

dikumpulkan

c. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

d. Menjawab seluruh pertanyaan peserta

2.Kegiatan Peserta

e. Mengumpulkan data di desa/kelurahan a. Membagi diri dalam kelompok, masing-masing kelompok mengumpulkan data dimasing-

masing RW.b. Mengolah dan menganalisis data yang telah dikumpulkanc. Menanyakan hal-hal yang belum dimengertid. Membuat laporan pengumpulan data

Langkah 15: 1.Kegiatan Nara Sumber

a. Mengundang Narasumber Tamu (ketua RW, Kepala Desa dan jajarannya)

b. Memberi kesempatan kepada kelompok peserta untuk menyajikan hasil pengumpulan data.

jelas

c. Memfasilitasi adanya musayawarah desa/kelurahan

d. Memberi kesempatan kepada peserta dan Nara sumber Tamu untuk berlangsungnya diskusi –

perencanaan partisipatif

e. Menutup sesi dengan merangkum hasil musyawarah desa/kelurahan dan rencana partisipatif

dan ucapan terimakasih kepada narasumber Tamu.

2.Kegiatan Peserta

a. Menyajikan hasil SMDb. Melakukan musyawarah desa/kelurahan dengan Narasumber Tamuc. Menyusun rencana partisipatif bersama narasumber Tamud. Merangkum hasil musyawarah desa/kelurahan dan rencana partisipatif e. Menyampaikan terimakasih kepada narasumber Tamu

Langkah 16:Penutup1. Kegiatan narasumber

a. Meminta peserta menanyakan hal-hal yang kurang jelas sebelum menutup acara pembelajaran

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 11

b. Meminta peserta untuk memberi komentar tentang proses belajar c. Memberikan jawaban atas pertanyaan peserta (kalau ada)d. Tutup acara pemberian sesi dengan ucapan penghargaan atas perhatian peserta selama

pembelajaran, serta permohonan maaf jika terdapat sesuatu yang tidak berkenan2. Kegiatan peserta

a. Mengajukan pertanyaan yang diminta narasumber sesuai dengan kesempatan yang diberikanb. Memberikan evaluasi tertulis tentang jalannya penyampaian materi oleh narasumber dalam

selembar kertas

VI. URAIAN MATERI

1. Pokok Bahasan 1: Konsep Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Sub Pokok Bahasan:a. Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakata) Pengertian Konsep Dasar Desa

Di dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan bahwa “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. (Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66). Di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal , selanjutnya daerah kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126), selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa (ketentun Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).

Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan mengenai penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di dalam PP. Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta kebijakan-kebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005, yang dimaksud dengan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 12

Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Adapun terkait dengan Pemerintahan Desa yaitu penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.

Dalam pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa bekerja sama dengan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa, dan Lembaga Kemasyarakatan (lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa).

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup :(1) Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa;(2) Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan

pengaturannya kepada desa;(3) Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota;

dan(4) Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan(5) diserahkan kepada desa.

Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa yang dimaksud terdiri atas sekretariat desa, pelaksana teknis lapangan dan unsur kewilayahan. Adapun jumlah perangkat desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dengan susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.

Pokok-pokok Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Menurut beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang terpenting dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasi dan Negara Kesatuan atau Unitarisme. Negara Kesatuan dapat dibedakan ke dalam bentuk: a. negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam Negara itu langsung ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan daerah-daerah tinggal melaksanakannya; dan b. Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepada Daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan Daerah Otonom. (Kansil, 1976).

Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan pemerintahan di dalam sebuah Negara Kesatuan, senantiasa berada dalam dua pilihan kebijakan antara “sentralisasi” atau “desentralisasi”. Bila ditetapkan pilihan pada desentralisasi, maka kewenangan pemerintahan

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 13

harus diserahkan kepada daerah otonom, sehingga setiap daerah otonom memiliki kewenangan otonomi yang disebut otonomi daerah (Lipson, 1981).Aspek-aspek pokok pentingnya desentralisasi adalah : (1) Aspek politik dalam rangka mewujudkan demokratisasi dan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan negara.(2) Aspek pemerintahan, agar dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.(3) Aspek pembangunan, agar dalam pengelolaannya dapat lebih sesuai dengan prioritas masalah

dan kebutuhan masyarakat lokal.(4) Aspek kultural, agar dapat lebih meningkatkan apresiasi budaya lokal sesuai latar belakang

sejarah dan warisan budaya yang dapat menjadi perekat interaksi sosial antara berbagai suku bangsa.

Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun daerah kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi kepentingan masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996: 37-38), maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tiga fungsi hakiki, yakni: ”pelayanan (services), pemberdayaan (empowerment), dan pembangunan (development). Meskipun, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, menurut Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih mengutamakan upaya memberdayakan masyarakat ketimbang memberikan pelayanan kepada masyarakat (empowering rather than serving).

Pentingnya tugas pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan yang harus diemban oleh setiap daerah otonom, dapat dicermati di dalam konsiderans UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menegaskan bahwa “otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Oleh karena itu, tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangan otonominya akan diukur dari: (1) Tingkat penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. (2) Meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupannya.(3) Meningkatnya kesejahteraan masyarakat sebagai dampak langsung dari pelaksanaan

pembangunan daerah.

Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

Di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa ”desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, diimplementasikan dalam bentuk ”pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan daerah otonom”. Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa ”selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi kewenangan pemerintah”.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 14

Terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom, yakni: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, dan agama. Tidak diserahkannya urusan pemerintahan tersebut kepada daerah otonom, karena pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan kehidupan bangsa dan negara secara keseluruhan dalam rangka menegakkan wibawa negara dan pemerintahan dalam hubungan internasional (urusan politik luar negeri), menjaga persatuan dan kesatuan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (urusan pertahanan, keamanan, dan yustisi), kepentingan stabilitas perekonomian nasional (urusan moneter dan fiskal nasional), serta penegakkan kebebasan beragama bagi setiap warga negara sesuai amanat Pasal 28E UUD 1945 (urusan agama).

Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan Pemerintahan Desa

(1) Di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah diatur lima bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom, yakni:

(a)Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi : a. penyerahan urusan pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (melalui asas desentralisasi dan dilaksanakan secara otonom); dan b. penugasan dari pemerintah kepada daerah, atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

(b)Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: a. pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelengarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah; b. pengalokasian dana perimbagan kepada pemerintah daerah; dan c. pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintahan daerah.

(c)Hubungan dalam bidang pelayanan umum, meliputi: a. kewenangan, tanggungjawab dan penentuan standar pelayanan minimal; b. pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; dan c. fasilitasi pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum.

(d)Hubungan dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, meliputi: a. kewenangan, tanggungjawab dan pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan pelestarian; b. bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan c. penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.

(e)Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi : i. Pembinaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah, yang

meliputi: 1) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; 2) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; 3) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanan urusan pemerintahan; 4) pendidikan dan pelatihan; dan 5) perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 15

ii. Pengawasan penyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah, yang meliputi: 1) pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan; 2) penagawasan atas peraturan daerah dan peraturan kepala daerah; 3) pemberian penghargaan dan sanksi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; 4) pendidikan dan pelatihan; dan 5) perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom, maka sesuai dengan ketentuan UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP. Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, terdapat tiga bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa, yakni :

(a)Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi :i. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi: penugasan dari

pemerintah pusat kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

ii. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi: penugasan dari pemerintah provinsi kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

iii. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, meliputi: 1) penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota kepada desa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan tersebut; dan 2) penugasan dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.

(b) Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: i) Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi : pemberian

bantuan keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program pemberdayaan masyarakat desa.

ii. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi : pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Provinsi kepada desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program pemberdayaan masyarakat desa.

iii. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, meliputi : 1) bagi hasil pajak daerah minimal 10% untuk desa; 2) bagi hasil retribusi daerah; 3) pemberian ”Alokasi Dana Desa”, yakni bagian dari dana perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota minimal sebesar 10% untuk desa; dan 4) pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan program-program pemberdayaan masyarakat desa.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 16

(c) Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi : i. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi berkewajiban untuk melakukan

pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.ii. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan

pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.iii. Aparatur Kecamatan berkewajiban untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi atas

penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pokok-pokok Kebijakan Pemerintah tentang Pemerintah Desa

(a) Lima Kebijakan Baru Mengenai Desa di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004

Bila kita mencermati ketentuan di dalam UU. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (khususnya ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai desa), yang ditindaklanjuti dengan PP. Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, maka jika kita bandingkan dengan pengaturan mengenai desa pada peraturan perundang-undangan sebelumnya, sekurang-kurangnya terdapat 5 (lima) kebijakan baru mengenai desa, yakni :i. Penambahan kewenangan desa, yakni : urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

ii. Kepastian sumber-sumber keuangan desa, yakni: bagian dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota, minimal 10% diberikan kepada Desa (yang disebut Alokasi Dana Desa);

iii. Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai musyawarah untuk mufakat dalam penetapan kebijakan desa, yakni merubah nomenklatur ”Badan Perwakilan Desa” menjadi ”Badan Permusyawaratan Desa”.

iv. Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa, agar tercipta kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan desa yakni: a. melarang Kepala Desa menjadi pengurus partai politik; b. memastikan kedudukan keuangan kepala desa; dan c. Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota;

v. Menigkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, yakni jabatan Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil.

(b) Pembentukan dan Perubahan Status Desai. Pembentukan Desa

i) Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.

ii) Pembentukan desa harus memenuhi syarat: jumlah penduduk; luas wilayah; bagian wilayah kerja; perangkat; dan sarana dan prasarana pemerintahan.

iii) Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.

iv) Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 17

v) Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung.

vi) Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.

vii)Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.

ii.Perubahan Status

i) Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat.

ii) Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan persyaratan: luas wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan sarana pemerintahan; potensi ekonomi; dan kondisi sosial budaya masyarakat.

iii) Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.

iv) Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

v) Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.

iii.Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat istiadat desa dan sosial budaya masyarakat setempat.

iv.Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pembentukan dan perubahan status desa adalah: a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa; dan b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa, dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.

b) Pengertian Pemberdayaan MasyarakatIstilah “pemberdayaan masyarakat” sebagai terjemahan dari kata “empowerment” mulai ramai digunakan dalam bahasa sehari-hari di Indonesia bersama-sama dengan istilah “pengentasan kemiskinan” (poverty alleviation) sejak digulirkannya Program Inpres Desa Tertinggal (IDT). Sejak itu, istilah pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan merupakan “saudara kembar” yang selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya pembangunan.Sejalan dengan itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 18

Dalam pengertian tersebut, pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan masyarakat baik dalam arti :1) Perbaikan ekonomi, terutama kecukupan pangan2) Perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan)3) Kemerdekaan dari segala bentuk penindasan4) Terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran, dan lain-lain

Beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam upaya pemberdayaan masyarakat yaitu (1) Enabling ; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang (enabling). Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian maka dapat dikatakan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. (2) Empowering ; memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah lebih nyata dan menyangkut penyediaaan potensi berbagai masukan serta pembukaan akses kedalam berbagai peluang yang akan membuat masyarakat berdaya upaya berupa peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehata, sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi dan informasi, serta peningkatan pranata, kerja keras, hemat, keterbukaan dan kebertanggungjawaban.

Adapun tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu penyadaran, menunjukkan adanya masalah, membantu pemecahan masalah, memproduksi dan mempublikasi informasi, melakukan pengujian dan demonstrasi, menunjukkan pentingnya perubahan dan akhirnya melaksanakan pemberdayaan/ penguatan kapasitas. Untuk dapat memaksimalkan pemberdayaan masyarakat, diperlukan pendekatan-pendekatan berupa :1) Pendekatan Mikro : berpusat pada tugas, pemberdayaan dilakukan terhadap penerima

manfaat secara langsung berupa bimbingan, konseling, stress management dan crisis intervention

2) Pendekatan Meso : dilakukan terhadap sekelompok penerima manfaat, pemberdayaan dengan menggunakan kelompok, berupa pelatihan dan pendidikan

3) Pendekatan Makro : berupa perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, perorganisasian masyarakat, manajemen konflik, dan lain-lain.

Selain pendekatan-pendekatan tersebut diatas, diperlukan juga strategi pemberdayaan masyarakat berupa pengembangan sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan kelompok, pemupukan modal masyarakat (swasta), pengembangan usaha produktif dan penyedia tepat guna.

Selanjutnya, ada beberapa prinsip dasar pemberdayaan masyarakat yang perlu dipahami yaitu : Dalam pemberdayaan masyarakat dikenal istilah pengorganisasian masyarakat (community organization) dan pengembangan masyarakat (community development). Keduanya berorientasi pada proses pemberdayaan masyarakat menuju tercapainya kemndirian melalui keterlibatan dan peran serta aktif dari keseluruhan anggota masyarakat. Lima prinsip dasar pemberdayaan masyarakat tersebut yaitu :1. Menumbuh kembangkan kemampuan, peran serta masyarakat dan semangat gotong royong.2. Melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan. Berbasis

masyarakat (community based), memberikan kesempatan mengemukakan pendapat, memilih

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 19

dan menetapkan keputusan bagi dirinya (voice and choice), keterbukaan (openness), kemitraan (partnership), kemndirian (self reliance).

3. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak untuk memaksimalkan sumber daya, khususnya dalam dana, baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber lainnya seperti penyandang dana dan sponsor pembangunan sosial.

4. Petugas harus lebih memfungsikan diri sebagai katalis yang menghubungkan antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan antara kepentingan masyarakat yang bersifat mikro.

5. Untuk mempertahankan ekstensinya, pemberdayaan masyarakat memerlukan break even dalam setiap kegiatan yang dikelola. Tidak sebagai organisasi bisnis/profit.

Sub Pokok Bahasan:b. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat, ide, atau gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) sesuatu (konsep, metode, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Sejalan dengan itu pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, terpinggirkan). Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya. Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama yang akan membawa masyarakat menuju keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 20

Proses dan Keterkaitan Pemberdayaan Masyarakat dan Sustainable Development

Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi oleh tim fasilitator (bersifat multi disiplin) yang merupakan salah satu faktor eksternal dalam proses pemberdayaan masyarakat. Peran Fasilitator pada awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.

Dalam bidang kesehatan pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar yang mudah cepat, dan murah dengan memanfaatkan pengobatan “modern” dan atau pengobatan tradisional yang teruji kemanjuran dan keamanannya. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan, juga menyangkut kemandirian masyarakat untuk mengorganisir lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM, PKK, Dasawisma, Posyandu, dan lain-lain) untuk menanggulangi faktor risiko penyakit dan menghimpun iuran kesehatan, termasulk meningkatkan kemampuan untuk memerangi kapitalistik medik yang lebih menekankan praktik-praktik kuratif dibanding preventif dan promotif. Karena tu pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, lebih menekankan pada upaya promotif, preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Pemberdayaan masyarakat merupakan sub sistim dalam Sistim Kesehatan Nasional, dan merupakan salah satu strategi dasar promosi kesehatan.

Pengertian Pemberdayaan Masyarakat dalam bidang kesehatan adalah adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 21

Pemberdayaan Masyarakat

Self-organizing Self-reliance

Mekanisme Pasar/

Ekonomi

Mekanisme Sosial

Mekanisme Ekologi

Masyarakat Pedesaan

Faktor Internal/ Activities

Faktor Eksternal/ Activities

Sustainable Development

Mekanisme Produksi

Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat dalam bidang kesehatan adalah :1) Penggerak Pemberdayaan : Pemerintah, masyarakat, dan swasta menjadi inisiator, motivator,

dan fasilitator yang mempunyai kompetensi memadai dan dapat membangun komitmen dengan dukungan para pemimpin, baik formal maupun non formal.

2) Sasaran pemberdayaan : Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat, dan sebagainya), kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok masyarakat), dan masyarakat luas serta pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk penerapan perilaku hidup sehat.

3) Kegiatan hidup sehat. Kegiatan hidup sehat yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat, sehingga membentuk kebisaan dan pola hidup, tumbuh dan berkembang, serta melembaga dan membudaya dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Sumber daya. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat, swasta dan pemerintah yang meliputi : dana, sarana dan prasarana, budaya, metode, pedoman, dan media untuk terselenggaranya proses pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.

Sub Pokok Bahasan:c. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM

Pemberdayaan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari fungsi pelayanan kesehatan daerah setempat sebagai fasilitator masyarakat untuk memainkan perannya dalam pembangunan di daerahnya. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan yang terinstitusionalisasi mempunyai kewenangan yang besar dalam mengupayakan kesehatan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan kesehatan masyarakat, pada hakikatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya yang ada didalam masyarakat itu sendiri atau untuk mendorong secara efektif modal sosial masyarakat agar mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan secara mandiri.

Melalui proses pengorganisasian, masyarakat diharapkan mampu belajar untuk menyelesaikan ketidakberdayaan dan mengembangkan potensinya dalam mengontrol kesehatan lingkunannya dan memulai untuk menentukan sendiri upaya-upaya strategis di masa depan, memperkokoh kekuatan komunitas basis. Jadi pengorganisasian masyarakat mempunyai tujuan untuk membangun dan menjaga keberlanjutan kelompok-kelompok kesehatan/UKBM seperti Posyandu, Polindes, Posyandu Lansia, Pokmair, Dokter Kecil, dan lain-lainnya. Organisasi di area komunitas dapat menjamin tingkat partisipasi, pada saat bersamaan, mengembangkan dan memperjumpakan dengan organisasi atau kelompok lain untuk semakin memperkokoh kekuatan komunitas, serta membangun aliansi untuk menambah proses pembelajaran dan menambah kekuatan diri. Oleh karena itu peranPuskesmas tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan yang accessible, tapi juga memberikan pencerdasan melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

Perwujudan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif. Komponen Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah (1) Pelayanan kesehatan dasar, (2) Pemberdayaan masyarakat melalui UKBM, dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan, (3) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 22

Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM. UKBM adalah upaya kesehatan yang direncanakan, dibentuk, dikelola dari, oleh, dan untuk masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan di daerahnya. Kegiatan difokuskan pada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan. UKBM-UKBM tersebut berupa :a) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

diselenggarkan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatn, guna memeberdayakan masyaraakt dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Saat ini termasuk yang telah dikembangkan pelayanannya sehingga mencakup tidak hanya bayi, balita, dan ibu hamil, melainkan juga penduduk usia lanjut, dan lain-lain.

b) Pondok Bersalin Desa (Polindes), yang merupakan sarana bagi bidan di desa melaksanakan pertolongan persalinan.

c) Sarana penanggulangan kedaruratan kesehatan seperti rumah tunggu (transit) bagi ibu yang hendak bersalin, angkutan atau kendaraan yang dapat digunakan untuk membawa pasien dari desa ke Puskesmas dan atau Rumah Sakit secara aman dan relatif cepat, kelompok donor darah, Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, dan lain-lain.

d) Sarana penanggulangan penyakit dan wabah, seperti Pos Malaria Desa (Posmaldes), Pos TB Desa, Kader Surveilans Desa, dan lain-lain.

e) Warung Obat Desa dan atau Taman Obat Keluarga (TOGA).f) Sarana penyehatan lingkungan seperti Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Koperasi Jamban, dan

lain-lain.g) Dana sosial untuk membiayai pengeluaran masyarakat di bidang kesehatan, seperti Dana

Sehat, Tabungan Untuk Ibu Bersalin (Tabulin), dan lain-lain.h) Upaya lain seperti Saka Bakti Husada, Usaha Kesehatan Sekolah, dan lain-lain.

2. Pokok Bahasan: Partisipasi Masyarakat

Pengertian Partisipasi MasyarakatPentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan telah diakui oleh semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistik, semuanya membuktikan bahwa peran serta masyarakat amat menetukan tehadap keberhasilan, kemandirian dan kesinambungan pembangunan kesehatan. partisipasi masyarakat itu semakin menampakkan sosoknya, setelah munculnya Posyandu sebagai salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), yang merupakan wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagi bentuk UKBM lainnya seperti Polindes (Pondok Bersalin Desa), POD (Pos Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Dana Sehat, dan lain-lain, yang jenis dan jumlahnya terus bertambah.Wujud partisipasi masyarakat dalam upaya pembangunan melalui upaya pemberdayaan antara lain melalui :

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 23

a) Partisipasi dalam pengambilan keputusanb) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Berupa pemerataan sumbangan masyarakat dalam

bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh warga masyarakat yang bersangkutan.

c) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan.d) Dalam hal ini partisipasi masyarakat untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

perkembangan kegiatan serta perilaku aparat pembangunan sangat diperlukan.e) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan.

Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat berupa :a) Menjadi anggota kelompok masyarakat.b) Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok.c) Melibatkan diri pada kegiatan organisasi utnuk menggerakkan pasrtisipasi masyarakat yang

lain.d) Menggerakkan sumberdaya masyarakat.e) Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya.

Kesehatan merupakan kebutuhan setiap orang, oleh karena itu kesehatan seharusnya tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan diarahkan melalui 3 kegiatan utama yakni :a) Kepemimpinan, yaitu melakukan intervensi kepemimpinan yang berwawasan Kesuma

(Kesehatan Untuk Semua) bagi semua pemimpin, baik formal maupun informal, dari tingkat atas sampai tingkat terbawah.

b) Pengorganisasian, yaitu melalui ntervensi “community development” di bidang kesehatan pada setiap kelompok masyarakat, sehingga muncul bentuk UKBM di setiap kelompok masyarakat.

c) Pendanaan, yaitu mengembangkan sumber dana masyarakat untuk membiayai berbagai bentuk kegiatan di bidang kesehatan, dari tingkat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Wujudnya dapat berupa Dana Sehat atau JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), yang merupakan kunci “sustainibilitas” kegiatan kesehatan kelompok masyarakat yang bersangkutan.Tingkatan partisipasi (4) …..pendekatan edukatif

Syarat tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat yaitu :

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 24

Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi

Adanya kemampuan

masyarakat untuk berpartisipasi

Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi

Adanya kesempatan dari penguasa untuk melibatkan masyarakat

Kesempatan memperoleh informasi

Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi SDS dan SDM

Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat

Kesempatan mengembangkan kepemimpinan

Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk memperbaiki pengetahuan

Kemampuan untuk melaksanakan yang dipengaruhi pendidikan dan keterampilan

Kemampuan untuk memecahkan masalah

3. Pokok Bahasan: Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Sub Pokok Bahasan:a. Pengertian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Desa dan Keluarga Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain kelurahan yang :a) Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan

pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), atau Pos Kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), atau pelayanan kesehatan dasar lainnya.

b) Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan PHBS.

Sub Pokok Bahasan:b. Pendekatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dan Komponen

Pendekatan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif1. Urusan Wajib Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota

Bidang kesehatan yang berskala kabupaten dan kota merupakan salah satu urusan wajib untuk daerah kabupaten dan kota. Berkaitan dengan hal tersebut. Menteri Kesehatan telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten dan kota sebagai tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan daerah kabupaten dan kota. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM Kesehatan) tersebut berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan targetnya untuk tahun 2010 -2015. Salah satu target dalam SPM Kesehatan tersebut adalah cakupan Desa (dan Kelurahan) Siaga Aktif yang harus tercapai sebesar 80% pada tahun 2015. Dengan demikian, jajaran kesehatan di kabupaten dan kota mulai dari dinas kesehatan, Puskesmas sampai ke rumah sakit wajib memberikan fasilitasi dan rujukan, serta dukungan dana dan sarana bagi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada hakikatnya merupakan bagian dari urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban dan kewenangan kabupaten dan kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa dan kelurahan, dan menjadi tanggung jawab Pemerintahan Desa dan Pemerintahan Kelurahan. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif harus tercakup dalam rencana pembangunan desa, baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa). Mekanisme perencanaan dan penganggarannya dibahas melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Sedangkan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengembangan Kelurahan Siaga Aktif diusulkan melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota.

2. Dukungan Kebijakan di Tingkat Desa dan Kelurahan

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 25

Pada tingkat pelaksanaan di desa, pengembangan Desa Siaga Aktif harus dilandasi minimal oleh Peraturan Kepala Desa yang tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.Pada tingkat pelaksanaan di kelurahan, pengembangan Kelurahan Siaga Aktif mengacu kepada kebijakan atau peraturan yang ditetapkan oleh Bupati atau Walikota.

3. Integrasi dengan Program Pemberdayaan MasyarakatPengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan program pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya terintegrasi dengan program-program pemberdayaan masyarakat lain, baik yang bersifat nasional, sektoral maupun daerah. Salah satu contohnya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Integrasi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ke dalam PNPM Mandiri merupakan sesuatu yang sangat penting,karena tujuan dari PNPM Mandiri memang sejalan dengan tujuan dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Pada tingkat pelaksanaannya pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapat bersinergi dengan program PNPM Mandiri yang ada untuk kegiatan-kegiatan di bidang kesehatan masyarakat.

Komponen Desa dan Kelurahan Siaga AktifDesa dan Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen :a) Pelayanan Kesehatan Dasar. Yang dimaksud pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan

primer, sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, (3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan penderita penyakit.

b) Pemberdayaan Masyarakat melalui pengembangan UKBM. Pemberdayaan masyarakat difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan, dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan.

c) PHBS. Masyarakat di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan PHBS. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Oleh karena merupakan upaya pembangunan desa dan kelurahan, maka program ini memerlukan peran aktif dari berbagai pihak mulai dari pusat, provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, sampai ke desa dan kelurahan.

PersiapanDalam rangka persiapan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif perlu dilakukan sejumlah kegiatan yang meliputi : pelatihan fasilitator, pelatihan petugas kesehatan, analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat, serta pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan lembaga kemasyarakatan.a) Pelatihan Fasilitator

i. Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota. Fasilitator Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 26

Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan Kota yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program pemberdayaan masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia usaha, atau pihak-pihak lain.

ii. Pelatihan Fasilitator diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi dengan materi pemberdayaan dan pengorganisasian masyarakat dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

b) Pelatihan Petugas Kesehatani. Petugas kesehatan di kabupaten, kota dan kecamatan adalah pembina teknis terhadap

kegiatan UKBM-UKBM di desa dan kelurahan. Oleh sebab itu, kepada mereka harus diberikan pula bekal yang cukup tentang pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

ii. Pelatihan bagi mereka dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori berdasarkan kualitas pesertanya, yaitu (1) Pelatihan Manajemen, dan (2) Pelatihan Pelaksanaan.a. Pelatihan Manajemen diikuti oleh para Kepala Puskesmas dan pejabat pengelola program-

program kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi pelatihan ini lebih ditekankan kepada konsep dan aspek-aspek manajerial dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

b. Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi tanggung jawab membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang untuk masing-masing Puskesmas) dan para petugas kesehatan membantu pelaksanaan UKBM di desa atau kelurahan (misalnya bidan di desa). Materi pelatihan ini selain mencakup proses pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan kepada teknis pelayanan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, dan promosi kesehatan

Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan.

c) Analisis Situasi Perkembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktifi. Analisis situasi perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan oleh Fasilitator

dengan dibantu pihak-pihak lain terkait.ii. Pelaksanaannya mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri

dan Kementerian Kesehatan, yang mengarah kepada evaluasi dan inventarisasi terhadap desa-desa dan kelurahan-kelurahan dalam kaitannya dengan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

iii. Hasil evaluasi dan inventarisasi berupa daftar desa dan kelurahan yang dikelompokkan ke dalam kategori : (1) Desa dan Kelurahan yang belum digarap, (2) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Pratama, (3) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Madya, (4) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Purnama, dan (5) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Mandiri.

iv. Daftar desa dan kelurahan hasil evaluasi dan inventarisasi dilaporkan kepada Bupati atau Walikota dengan tembusan kepada : (1) Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Kabupaten/Kota, (2) Pokjanal Tingkat Provinsi, dan (3) Pokjanal Tingkat Pusat.

d) Penetapan Kader Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 27

i. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat desa atau kelurahan yang memiliki pengetahuan, kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif di desa dan kelurahan.

ii. KPM merupakan tenaga penggerak di desa atau kelurahan yang akan diserahi tugas pendampingan di desa atau kelurahan dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

e) Pelatihan KPM dan Lembaga Kemasyarakatani. Di kabupaten atau kota yang belum menyelenggarakan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat

atau masih ada Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat yang belum diselenggarakan, di dalam kurikulum pelatihannya diintegrasikan materi tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Dengan demikian, sekaligus para peserta pelatihan, termasuk KPM dan lembaga kemasyarakatan, selanjutnya dapat berperan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

ii. Untuk kabupaten atau kota yang telah menyelenggarakan Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat atau telah memiliki KPM, untuk para KPM dan lembaga kemasyarakatan perlu diselenggarakan pelatihan khusus tentang Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

iii. Materi dan metode penyelenggaraan pelatihan Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk KPM atau yang diintegrasikan ke dalam Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat, mengacu kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan.

iv. Dalam pelatihan, tugas dari Fasilitator adalah membantu Panitia Pelatihan untuk menyusun jadwal pelatihan dan mencarikan narasumber yang sesuai.

Sub Pokok Bahasan:c.Langkah-langkah siklus pemecahan masalah kesehatan

Kepala Desa/Lurah dan Perangkat Desa/Kelurahan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah penyelenggara pemerintah desa. Oleh karena itu, kegiatan memfasilitasi masyarakat menyelenggarakan pengembangan desa dan kelurahan siaga aktif, yang merupakan tugas dari Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) dan Kader Kesehatan, harus mendapat dukungan dari Kepala Desa/Lurah dan BPD, Perangkat Desa/Kelurahan, serta lembaga kemasyarakatan yang ada. Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan masalah demi masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat desa/kelurahan, yang secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 28

1. PENGENALANKONDISI DESA/KELURAHAN

2. IDENTIFIKASIMASALAH KES.

& PHBS

3. MUSYAWARAHMASYARAKAT

DESA/KEL.

6. PEMBINAANKELESTARIAN

5. PELAKSANAANKEGIATAN

4. PERENCANAANPARTISIPATIF

KONSULTAN/FASILITATOR/

KPM

SIKLUS PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN OLEH MASYARAKATUPAYA PEMECAHAN SUATU MASALAH DILESTARIKAN

& MASALAH BERIKUTNYA DIPECAHKAN, DST.

i. Pengenalan Kondisi Desa/Kelurahan Pengenalan kondisi Desa/Kelurahan oleh KPM/Kader kesehatan, lembaga kemasyarakatan yang ada dan perangkat Desa/Kelurahan dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa/ Kelurahan dan hasil analisis situasi perkembangan desa dan Kelurahan Siaga Aktif yag sudah dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang bersangkutan.

ii. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBSDengan mengkaji Profil/Monografi Desa/Kelurahan dan hasil analisis situasi, maka dapat diidentifikasi :

i) Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan urutan prioritas penanganannya.

ii) Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat.

iii) Potensi yang dimiliki Desa/Kelurahan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut.

iv) UKBM-UKBM apa saja yang sudah ada (jika ada) dan atau harus diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut.

v) Bantuan/dukungan yang diharapkan : apa bentuknya, berapa banyak, dari mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.

iii. Musyawarah Desa/KelurahanBila dirasakan perlu, Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dapat dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW). Musyawarah Desa/Kelurahan ini bertujuan :i) Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi

masyarakat dan program pengembangan Desa dan Kelurahan menjadi Desa Siaga.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 29

ii) Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan yang hendak ditangani.

iii) Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan kembali.

iv) Memantapkan data/informasi tentang potensi Desa/Kelurahan serta bantuan/ dukungan yang diperlukan dan alternatif sumber-sumber bantuan/dukungan tersebut.

v) Menggalang semangat dan partisipasi warga Desa/Kelurahan untuk mendukung pengembangan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga Aktif.

iv. Perencanaan PartisipatifSetelah diperolehnya kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan, KPM dan lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan-pertemuan secara intensif guna menyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup :

i) UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.

ii) Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, dan lain-lain), berikut jadwal pembangunannya.

iii) Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.

Hal-hal yang dapat dilaksanakan dengan swadaya masyarakat dan atau bantuan dari donatur (misalnya swasta), disatukan dalam dokumen tersendiri. Sedangkan hal-hal yang memerlukan dukungan Pemerintah dimasukkan ke dalam dokumen Musrenbang Desa/Kelurahan untuk diteruskan ke Musrenbang selanjutnya.

v. Pelaksanaan Kegiatani) Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya alokasi dana

Pemerintah, KPM/Kader kesehatan dan lembaga kemasyarakatan yang ada dapat memulai kegiatan dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan, menetapkan kader-kader pelaksananya, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan swadaya atau yang sudah diperoleh dananya dari donatur. Juga pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya operasional seperti misalnya promosi kesehatan melalui Dasa Wisma, pertemuan Rukun Tetangga, pertemuan Rukun Warga/Dusun, atau forum-forum kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan.

ii) Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola oleh masyarakat dengan didampingi Perangkat Pemerintahan serta dibantu oleh para KPM/Kader Kesehatan dan Fasilitator. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola kegiatan (para kader pelaksana UKBM atau pihak lain), pengajuan dan pencairan dana, pengerahan tenaga kerja (khususnya untuk pembangunan sarana), pengadaan barang dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 30

iii) Tim pelaksana kegiatan bertanggung jawab mengenai realisasi fisik, keuangan, dan administrasi kegiatan yang dilakukan, sesuai dengan rencana.

iv) Apabila dibutuhkan barang/jasa berupa bahan, alat dan tenaga teknis kesehatan yang tidak dapat disediakan/dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka Dinas Kesehatan nelalui Puskesmas dapat membantu masyarakat untuk menyediakan barang/jasa tersebut.

v) Pencatatan dan pelaporan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis dari Kementerian Dalam Negeri.

vi) Pelatihan teknis, termasuk kursus-kursus penyegar, bagi para kader pelaksanan UKBM menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk melaksanakannya, dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

PENTAHAPAN PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIFPentahapan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapat digambarkan sebagai berikut :

KRITERIA PENTAHAPAN DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIFPRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

1. Forum Desa/Kelurahan

Ada, tetapi belum berjalan

Berjalan, tetapi belum rutin setiap riwulan

Berjalan setiap triwulan

Berjalan setiap bulan

2. KPM/Kader Kesehatan Sudah ada minimal 2 orang

Sudah ada 3-5 orang

Sudah ada 6-8 orang

Sudah ada 9 orang atau lebih

3. Kemudahan Akses Pelayanan Kesehatan

Ya Ya Ya Ya

4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif

Posyandu ya, UKBM lainnya tidak aktif

Posyandu dan 2 UKBM lainnya aktif

Posyandu dan 3 UKBM lainnya aktif

Posyandu dan 4 UKBM lainnya aktif

5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan : Pemerintah Desa

dan Kelurahan Masyarakat Dunia Usaha

Sudah ada dana dari Pemerintah Desa dan Kelurahan serta belum ada sumber dana lainnya

Sudah ada dana dari Pemerintah Desa dan Kelurahan serta satu sumber dana lainnya

Sudah ada dana dari Pemerintah Desa dan Kelurahan serta dua sumber dana lainnya

Sudah ada dana dari Pemerintah Desa dan Kelurahan serta dua sumber dana lainnya

6. Peran serta masyarakat dan Organisasi kemasyarakatan

Ada peran aktif masyarakat dan tidak ada peran aktif ormas

Ada peran aktif masyara kat dan peran aktif satu ormas

Ada peran aktif masyarakat dan peran aktif dua ormas

Ada peran aktif masyarakat dan peran aktif lebih dari dua ormas

7. Peraturan Kepala Desa atau peraturan Bupati/Walikota

Belum ada Ada, belum direalisasikan

Ada, sudah direalisasikan

Ada, sudah direalisasikan

8. Pembinaan PHBS di Rumah Tangga

Pembinaan PHBS kurang dari 20% Rumah

Pembinaan PHBS minimal 20% Rumah

Pembinaan PHBS minimal 40% Rumah

Pembinaan PHBS minimal 70% Rumah Tangga

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 31

Tangga yang ada

Tangga yang ada Tangga yang ada

yang ada

Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut diatas, maka Desa dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi untuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau sudah dapat dimasukkan kedalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

Pembinaan Kelestarian Desa SiagaPembinaan kelestarian Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada dasarnya merupakan tugas dari KPM/kader kesehatan, Kepala Desa/Lurah dan perangkat Desa/Kelurahan dengan dukungan dari berbagai pihak, utamanya Pemerintah Daerah dan Pemerintah. Dengan demikian kehadiran Fasilitator di Desa/Kelurahan sudah sangat minimal, karena perannya sudah dapat sepenuhnya digantikan oleh para KPM/kader kesehatan. Perencanaan partisipatif dalam rangka pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sudah berjalan baik dan rutin serta terintegrasi dalam proses perencanaan Pembangunan Desa/Kelurahan dan mekanisme Musrenbang. Kemitraan dan dukungan sumber daya dari pihak di luar Pemerintah juga sudah tergalang dengan baik dan melembaga. Pada tahap ini, selain pertemuan-pertemuan berkala dan kursus-kursus penyegar bagi para kader, termasuk KPM/kader kesehatan, juga dikembangkan cara-cara lain untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para kader tersebut. Antara lain melalui program Kelompencapir dan Perpustakaan Desa/Kelurahan.

Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan setiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan tiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa/Kelurahan sampai ke tingkat Nasional.

4. Pokok Bahasan 3: Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan

Sub Pokok Bahasan:

a. Pengertian Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang KesehatanKegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice) oleh Fasilitator baik pemerintah atau dari suatu lembaga pemberdayaan.

Fasilitator pemberdayaan masyarakat bisa disebut sebagai “agen perubahan (change agent), yaitu seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat berkewajiban

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 32

untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh (calon) penerima manfaat dalam mengadopsi inovasi. Karena itu, fasilitator haruslah profesional, memiliki kualifikasi tertentu baik yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat. Sehingga dapat berperan dan menjalankan fungsinya dengan baik.

Berdasarkan status dan lembaga tempatnya bekerja, fasilitator dibedakan dalam :a) Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu pegawai negeri yang ditetapkan dengan status jabatan

fungsional sebagai Penyuluh/Fasilitator.b) Fasilitator Swasta, yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang bertugas sebagai karyawan

perusahaan swasta. Termasuk kategori penyuluh swasta adalah penyuluh dari Lembga Swadaya Masyarakat (LSM).

c) fasilitator, yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari masyarakat yang secara sukarela (tanpa imbalan) melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di lingkungannya. Termasuk kelompok ini adalah penyuluh/fasilitator yang diangkat atau memperoleh imbalan dari masyarakat di lingkungannya.

Fasilitator bekerja dengan mengaplikasikan keahlian dan metode spesifik yang digabungkan dengan perhatian cermat dan kepekaan terhadap orang serta proses yang berlangsung. Cara kerja fasilitator akan mendorong masyarakat untuk mencapai kinerja terbaiknya. Fasilitator harus memiliki kemampuan meramu teknologi pengelolaan masyarakat, gaya pribadi yang khas, serta kreativitas dan energi agar dapat mengantarkan masyarakat untuk beroperasi dan berkreasi secara maksimal.

Dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif diperlukan adanya fasilitator di kabupaten dan kota maupun di kecamatan. Fasilitator Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah Petugas Promosi Kesehatan dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Dinas Kesehatan Kota yang ditunjuk/ditugasi dan tenaga lain dari program pemberdayaan masyarakat (seperti PNPM Mandiri), LSM, dunia usaha, atau pihak-pihak lain.

Sub Pokok Bahasan:b. Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan

Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan mempunyai peran :a) Sebagai Katalisator (Catalyst)

Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang subur bagi tumbuh kembang individu yang sedang dibimbingnya untuk mencapai harapan (pengetahuan/kemampuan) untuk melaksanakan tupoksinya. Hal ini dapat dimungkinkan jika fasilitator yang bersangkutan menguasai isi materi yang difasilitasinya dengan menggunakan model-model fasilitasi yang sesuai, sehingga akan menimbulkan sikap positif bagi pihak yang difasilitasinya.

b) Sebagai Pemberi Bantuan dalam Proses (Process Helper)Fasilitator hendaknya dapat membantu saat pihak yang difasilitasi mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian tugas. Perbantuan diberikan terutama pada individu yang mengalami kesulitan dalam proses mengaplikasikan materi atau juklak/juknis yang telah diterimanya berkaitan dengan pelaksanaan tupoksinya.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 33

c) Sebagai Penghubung dengan Sumber Daya (Resource Linker)Fasilitator yang baik hendaknya dapat membantu pihak yang dibimbing untuk dihubungkan dengan sumber-sumber yang tepat manakali yang bersangkutan mengalami kesulitan/keterbatasan sumber daya saat melaksanakan tupoksinya. Bentuk dari peran ini diantaranya fasilitator harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam advokasi. Advokasi yang dilakukan dalam rangka menghubungkan provider dengan pihak pemangku kepentingan (stakeholder) untuk memperoleh dukungan sumber daya yang dibutuhkan.

d) Sebagai Pemberi Solusi (Solution Giver)Fasilitator jika diperlukan harus memberikan solusi, manakala pihak yang dibimbingnya menemukan kendala dalam pelaksanaan tupoksinya. Walaupun demikian solusi yang disodorkan hendaknya berupa alternatif-alternatif yang dihasilkan berdasarkan kesepakatan bersama.

e) Sebagai Pemantau dan EvaluatorFasilitator harus melakukan kegiatan pemantauan dan evaluator dengan melakukan pembinaan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan Dalam menjalankan perannya, Fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan berfungsi sebagai berikut :a) Melakukan pembinaan

Bila kegiatan masyarakat dalam bidang kesehatan sudah berjalan maka secara berkala dapat dilaksanakan telaah wawas diri oleh tokoh masyarakat bersama kader. Kegiatan pembinaan dilakukan dengan mengkaji berfungsinya kepemimpinan, berfungsinya pengorganisasian dan berfungsinya pendanaan masyarakat dalam masyarakat dalam upaya kesehatan. Dengan telaah wawas diri ini, dapat ditemukan kelemahan dan kekuatan upaya masyarakat tersebut, sehingga dapat dilakukan peningkatan kegiatan-kegiatannya. Pembinaan merupakan langkah untuk memelihara kelancaran dan kelestarian kegiatan program kesehatan.

Tujuan pembinaan adalah : (1) Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat; (2) Meningkatnya hasil kegiatan oleh masyarakat; (3) Dikenalnya masalah oleh masyarakat sendiri.

Tempat, waktu dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan pembinaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan setempat.

b) Melakukan advokasiAdvokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melaui macam-macam bentuk komunikasi persuasif.

Advokasi kesehatan juga dapat diartikan suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara sistimatis dan dilaksanakan daklam kurun waktu tertentu, baik oleh individu maupun kelompok agar pembuat keputusan membuat suatu kebijakan publik yang menguntungkan masyarakat.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 34

Sebagai fasilitator tentunya harus dapat membantu provider dilapangan untuk melakukan advokasi sehingga mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

c) Melakukan Pemantauan dan EvaluasiPemantauan (monitoring) adalah mengumpulkan informasi untuk kebutuhan operasional manajemen, dan untuk selanjutnya hasil pekerjaan monitoring dipakai sebagai dasar dasar evaluasi. Oleh karena itu pekerjaan monitoring dan evaluasi saling berhubungan satu sama lain.

Evaluasi atau penilaian berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Sebagai fasilitator tentunya mempunyai kewajiban untuk melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi, sehingga selama kurun waktu tertentu dapat diketahui hambatan-hambatan yang terjadi serta pencapaian yang telah dihasilkan.

d) Menggalang KomunikasiKomunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan atau berita kepada orang lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau informasi melaui ucapan, tulisan maupun tanda-tanda. Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan biasa, melakukan kemitraan dengan pihak terkait (stakeholder) maupun advokasi.

Sebagai fasilitator harus dapat menggalang komunikasi dengan berbagai pihak dan lapisan masyarakat, baik lintas program maupun lintas sektor, baik secara formal maupun informal.

e) Memberi Kesempatan KonsultasiKonsultasi merupakan media berbagi yang sangat berguna, dengan memberikan kesempatan konsultasi fasilitator dapat memberikan masukan sesuai dengan peran dan fungsinya. Bila terjadi masalah yang sangat spesifik yang dialami provider di lapangan, fasilitator dapat memberikan saran, pembinaan, dan sebagainya.

5. Pokok Bahasan: Menerapkan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif

Peserta praktik lapangan, mengumpulkan data/survey mawas diri, mengolah dan menganalisis

data kemudian disajikan dalam kelas/Musyawarah Masyarakat Desa, selanjutnya menyusun

rencana partisipatif.

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 35

VII. REFERENSI

1. WHO, The Jakarta Declaration on Leading Health Promotion into the 21 st Century, 19972. Sumodiningrat,G., Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta,19973. Rr.Suhartini, A.Halim,Imam Khambali, dan Abd.Basyid, Yogyakarta, 20054. Lloyd, L.S., Communication for Behavioral Impact (COMBI), 20065. Departemen Kesehatan RI, BPPSDMK, Kurikulum & Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat

Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, 20076. Departemen Keseatan RI, Pembangunan Kesehatan di Indonesia, Jakarata, 20087. Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta,20098. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif,

Jakarta, 20109. Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif – Panduan bagi Petugas Puskesmas, Tahun 201010. Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,201011. Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun 201012. Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan

Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta, 201013. Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dengan Kementerian Dalam Negeri RI, Kurikulum dan

Modul Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan, Jakarta, 2011

Pemberdayaan masy,erp 2014 Page 36