modul praktikum teknik switching 2010

49
MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011 Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 1 MODUL I SIMULASI SWITCHING DIGITAL A. TUJUAN PRAKTIKUM Modul Subcriber Matching Unit Praktikan dapat mengerti tentang proses pembangunan dan pemutusan suatu hubungan dalam telekomunikasi. Modul Multifrequency Receiver Mengerti struktur multifrekuensi dan jalannya proses registrasi dan konversi saat dialing information. Modul Multiplexer/Demultiplexer Praktikan dapat mengerti tentang penggabungan beberapa kanal bicara ke dalam suatu sinyal yang dimultiplex berdasarkan waktu dan sebaliknya. Modul Switching Network Memahami konsep Time Division Switching (TDS) dan Space Division Switching (SDS). Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan Standar Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan Maksimum Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum B. PENDAHULUAN Modul ini membahas proses persambungan antara dua terminal telepon yang akan melakukan hubungan bicara. Di dalam proses tersebut dibutuhkan beberapa komponen alat yang mendukung satu sama lain. Dalam hal ini kita akan coba untuk membahas apa saja alat tersebut walaupun hanya sebatas simulasi alat. Pada masing-masing simulator ini terdapat saklar yang digunakan sebagai pengaktif tombol step. Jika saklar dalam keadaan off, maka tombol step tidak dapat digunakan, dan sebaliknya. Pengaktifan Step untuk mengamati cara kerja alat tersebut tahap demi tahap, dengan memory yang dimiliki oleh alat simulasi tersebut.

Upload: saya-fachrul

Post on 11-Aug-2015

394 views

Category:

Documents


20 download

DESCRIPTION

switching

TRANSCRIPT

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 1

MODUL I

SIMULASI SWITCHING DIGITAL

A. TUJUAN PRAKTIKUM

� Modul Subcriber Matching Unit

� Praktikan dapat mengerti tentang proses pembangunan dan pemutusan suatu

hubungan dalam telekomunikasi.

� Modul Multifrequency Receiver

� Mengerti struktur multifrekuensi dan jalannya proses registrasi dan konversi

saat dialing information.

� Modul Multiplexer/Demultiplexer

� Praktikan dapat mengerti tentang penggabungan beberapa kanal bicara ke

dalam suatu sinyal yang dimultiplex berdasarkan waktu dan sebaliknya.

� Modul Switching Network

� Memahami konsep Time Division Switching (TDS) dan Space Division

Switching (SDS).

� Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan

Standar

� Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum

� Proses Switching Dengan Sistem Lengkap Terintegrasi Untuk Peralatan

Maksimum

� Memahami interaksi dari seluruh panel praktikum

B. PENDAHULUAN

Modul ini membahas proses persambungan antara dua terminal telepon yang akan

melakukan hubungan bicara. Di dalam proses tersebut dibutuhkan beberapa komponen

alat yang mendukung satu sama lain. Dalam hal ini kita akan coba untuk membahas apa

saja alat tersebut walaupun hanya sebatas simulasi alat.

Pada masing-masing simulator ini terdapat saklar yang digunakan sebagai pengaktif

tombol step. Jika saklar dalam keadaan off, maka tombol step tidak dapat digunakan, dan

sebaliknya. Pengaktifan Step untuk mengamati cara kerja alat tersebut tahap demi tahap,

dengan memory yang dimiliki oleh alat simulasi tersebut.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 2

Pada percobaan ini, digunakan dua telepon set untuk integrasi standar dan empat

telepon set untuk integrasi lengkap. Saat percobaan berlangsung dapat diamati proses-

proses yang terjadi, yang meliputi :

1. Call Setup.

2. Call Processing.

3. Call Ending.

Pembicaraan telepon secara real time dapat dilakukan setelah proses call setup terjadi.

C. PENGENALAN ALAT DAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM

a. Modul Subscriber Matching Unit

Fungsi blok-blok pada training panel :

• Subcriber Line Interface Circuit (SLIC) merupakan representasi dari circuit

pelanggan.

• HY atau Hybrid blok untuk memisahkan jalur bicara dua kabel pada system

analog menjadi jalur incoming dan outgoing.

• Blok A/D dan D/A merupakan converter dari analog ke digital dan sebaliknya.

• Tone Generator (TG) untuk memberikan nada (tones) seperti halnya nada

bunyi pada telepon biasa.

• Ringing Generator (RG) untuk memberikan nada panggil ke telepon yang

dipanggil seperti nada panggil yang lazim dikenal.

• Pulse Dialing (PD) untuk menkonversi digit yang dikirim pemanggil yang

diperlukan untuk pembangunan hubungan.

Cara mencobanya : aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah) pada

panel SMU. Sambungkan Power Supply +12 V ke +12 V, ground ke ground, +28 V

tidak digunakan.

Catatan :

1. Aktifkan power supply. Semua LED dan layar seven segment menyala dan

setelah 5 detik akan mati kembali. Seven segment menampilkan tanda

strip/garis.

2. Subscriber Line Matching Unit dijalankan dengan cara menekan tombol STEP

tahap demi tahap. Ketika semua step dilalui maka proses akan berulang.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 3

Pembatalan operasi dapat dilakukan dengan cara mematikan power supply

sehingga ketika power supply dinyalakan proses kembali ke tahap awal.

Langkah-langkah praktikum :

1. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LEDs wire a/b pelanggan 1 dan pada batteray B blok SLIC menyala.

Penjelasan : Pelanggan satu mengangkat handset. Sentral mengenali pelanggan

tersebut lalu mensupply arus untuk telepon set pelanggan.

2. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED antara tone generator dan SLIC dari pelanggan 1 menyala.

Penjelasan : Setelah sentral siap untuk operasi, dial tone dikirimkan ke

pelanggan.

3. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED antara TG dan SLIC mati, sedangkan LED antara blok SLIC dan

PD serta keluaran yang berada disebelah kanan menyala.

Penjelasan : Saat pelanggan mulai men-dial, dial tone dimatikan dan jalur dialing

information sudah dapat digunakan. Semua pelanggan dihubungkan sesuai dengan

data sambungan mereka (nomor telepon, tipe telepon, dsb) yang disimpan di

memory subscriber matching unit. Subscriber Matching Unit menentukan apakah

multifrequency receiver harus dihubungkan ke circuit atau harus mengaktifkan

komponen penerima pulse dialing signals.

4. Tombol STEP diaktifkan

Proses : Layar seven segmen S menunjukkan angka 1.

Penjelasan : Agar proses switching dapat terjadi, switching network harus

mempunyai informasi tentang input (pemanggil) harus dihubungkan dengan

output (dipanggil). S=1 menunjukkan bahwa pelanggan 1 sebagai source

(pemanggil) yang selanjutnya informasi tersebut dimasukkan ke memory.

5. Tombol STEP diaktifkan

Proses : Layar seven segmen 1....4 menunjukkan angka 7482.

Penjelasan : Pemanggil menghubungi pelanggan dengan nomor 7482.

Sumber dan tujuan panggilan dari suatu hubungan ditetapkan dan selanjutnya

akan dikirimkan ke control unit.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 4

6. Tombol STEP diaktifkan

Proses :LED antara SLIC dan PD begitu juga antara PD dan keluarannya mati.

Penjelasan : Jalur data dilepaskan setelah sumber dan tujuan panggilan

ditransmisikan.

7. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada jalur outgoing dari pelanggan 1 dan jalur incoming pelanggan

2 menyala. Green LED di jalur outgoing pelanggan 1 menyala.

Penjelasan :Hubungan antara pelanggan 1 dan pelanggan 2 telah ditetapkan

melalui switching network.

8. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada jalur pelanggan 2, antara blok RG dan SLIC dari pelanggan 2

dan antara blok TG dan SLIC dari pelanggan 1 berkedip.

Penjelasan : Pelanggan yang dituju dipanggil. Ringing current generator

menyalakan bel pelanggan 2.

9. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED berhenti berkedip, sedangkan LED di jalur a/b ke pelanggan 2 dan

pada batteray B blok SLIC pelanggan 2 menyala.

Penjelasan : Pelanggan yang dipanggil menjawab panggilan.

10. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED di jalur outgoing dari pelanggan 2 dan jalur incoming pelanggan 1

menyala. Green LED pada pelanggan 2 dan 1 menyala.

Penjelasan : Jalur antara pelanggan 2 ke pelanggan 1 telah dibangun. Hubungan

antara pelanggan 1 dan pelanggan 2 telah terjadi. Digitalisasi sinyal bicara telah

dapat ditransmisikan secara dua arah melalui sentral digital.

� Telah terjadi komunikasi antara dua pelanggan tersebut.

11. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LEDs di jalur pelanggan 2 dan di batteray B blok SLIC dari pelanggan 2

mati.

Penjelasan : Pelanggan 2 menutup pesawat telepon. Arus yang di supply oleh

sentral diputuskan seiring dengan ditutupnya pesawat telepon.

12. Tombol STEP diaktifkan

Proses : Green LED pada jalur outgoing dan incoming dari pelanggan 2 dan

pelanggan 1 mati.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 5

Penjelasan :Hubungan komunikasi antara kedua pelanggan telah berakhir.

13. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED antara TG dan SLIC dari pelanggan 1 berkedip.

Penjelasan : Sinyal sibuk yang diberikan oleh tone generator menandakan bahwa

pelanggan 2 telah menutup pesawat telepon.

14. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada jalur pelanggan 1 dan pada batteray B blok SLIC dari

pelanggan 1 mati.

Penjelasan : Pelanggan 1 menutup pesawat telepon. Arus yang di supply oleh

sentral diputuskan seiring dengan ditutupnya pesawat telepon.

15. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED Pada jalur incoming dan outgoing dari kedua pelanggan mati.

Penjelasan : Jalur bicara antara kedua pelanggan telah putus.

16. Tombol STEP diaktifkan

Proses : Layar seven segmen menunjukkan tanda strip. Kondisi semula telah

tercapai.

Penjelasan : Hubungan pada Subscriber Matching Unit telah putus. Pelanggan

dianggap tidak ada yang melakukan komunikasi. Jika tombol step diaktifkan

maka proses pembangunan suatu hubungan akan berulang.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 6

Gambar I.1

Subscriber Matching Unit

b. Multifrequency Receiver

Multifrequency Receiver dihubungkan dengan Subscriber Matching Unit (SMU)

yang ditempatkan persis diatasnya agar dapat mengevaluasi proses dialing

information dalam establishment suatu hubungan. Multifrequency receiver dapat

dihubungkan via contacts dengan SMU untuk satu atau dua subscriber circuit.

Kedua simbol filter mengndikasikan bahwa gabungan frequency dipisahkan. Low

Pass Filter digunakan untuk mengelompokkan frequency rendah dan sebaliknya.

Hasil kombinasi frequency direpresentasikan dengan angka, huruf, dan simbol.

Setelah evaluasi dari gabungan frequency yang datang, control blok (CTRL)

melepaskan dialing informasi yang telah dikodekan. Memori (MEM) menerima 4

digit dialing information yang selanjutnya dikirimkan ke SMU.

Cara mencobanya : aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah) pada

panel. Sambungkan power supply +12 V ke +12 V, dan groundnya, +28 V tidak

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 7

digunakan. Sambungkan Y input osiloskop dengan SIG soket yang ada pada training

panel.

Langkah-langkah praktikum :

1. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada contact sebelah kiri dari line coming SMU menyala

Penjelasan : Pelanggan siap melakukan panggilan. Multifrequency receiver

disambungkan circuit pelanggan.

2. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada output kedua filter menyala. LED yang berwarna hijau pada

circuit penerima menyala pada posisi 852 Hz dan 1209 Hz dengan delay waktu

tertentu. LED pada CTRL blok dan layar untuk angka 7 menyala setelah beberapa

saat.

Penjelasan : Pelanggan men-dial angka pertama. Filter membagi frekuensi

rendah dan tinggi menjadi dua kelompok. Penerima mengenali dua frequency

yaitu 852 Hz dan 1209 Hz.

Ketika kedua frequency diterima, CTRL mengkodekan gabungan frequency

tersebut menjadi angka 7.

3. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada output filter dan CTRL mati, setelah beberapa lama LED pada

MEM input menyala. Angka ‘7’ tampak pada posisi pertama dari memory. Lalu

angka 7 pada layar dan LED pada input MEM akan mati.

Penjelasan : Pengenalan angka 7 dan pembufferan.

4. Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada output buffer akan menyala.

Penjelasan : Buffer mentransmisikan angka 7 ke SMU.

� Step selanjutnya merupakan pengulangan dari proses diatas dengan angka yang

berbeda.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 8

Gambar I.2 - Multifrequency Receiver

c. Multiplexer dan Demultiplexer

Pada pamel MUX/DEMUX dapat kita lihat line L1-k, L2-k, L3-k, L4-k, yang

merupakan input multiplexer yang datang dari arah pelanggan. Sedangkan L1-g, L2-

g, L3-g, L4-g, merupakan line keluaran DEMUX ke arah pelanggan. Pengamatan dari

MUX dan DEMUX dilakukan melalui clock (CLK) dari control unit (CTR). Keluaran

Multiplexer berupa time multiplex signal dengan 4 time slot yang selanjutnya menjadi

masukan bagi switching network melalui jalur H1. sedangkan masukan dari

Demultiplexer adalah time multiplex signal dengan 4 time slot yang melalui jalur H2.

Cara mencobanya : aktifkan tombol switch ke posisi STEP (ke LED merah),

sambungkan panel dengan power supplynya untuk +12 V dan groundnya.

Sambungkan input Y osiloskop dengan soket Y pada panel dan input trigger dengan

soket trigger pada training panel.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 9

Langkah- langkah praktikum :

1. Tombol STEP diaktifkan

Proses : 4 buah LED berwarna hijau time slot 1...4 pada input demultiplekxer

akan menyala.

Penjelasan : Time multiplex signal, berisi code word dari switching network

datang sebagai input dari demultiplexer yang selanjutnya akan dipisah menjadi

line tunggal yang merepesentasikan satu pelanggan.

2. Tombol STEP diaktifkan

Proses :

Multiplexer

⇒ LED pada jalur L1-k dan jalur H1 menyala.

⇒ Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 1 menyala.

⇒ Lalu LED pada jalur L1-k dan jalur H1 Mati.

Penjelasan : Input 1 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code

word yang berasal dari pelanggan 1 diproses dan tampak pada time slot 1 dari

time multiplex signal.

Demultiplexer

⇒ LED pada jalur H2 dan jalur L1-g menyala.

⇒ Setelah beberapa saat green LED CW2 menyala dan green LED pada time

slot 1 pada jalur H2 mati.

⇒ LED CW2 mati setelah beberapa saat.

LED pada jalur H2 dan jalurL1-g mati setelah beberapa saat.

Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 1 pada demultiplexer.

Code word pada time slot 1 dari time multiplex signal diproses untuk

pelanggan 1.

3. Tombol STEP diaktifkan

Proses :

Multiplexer

⇒ LED pada jalur L2-k dan jalur H1 menyala.

⇒ Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 2 menyala.

⇒ Lalu LED pada jalur L2-k dan jalur H1 mati.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 10

Penjelasan : Input 2 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code

word yang berasal dari pelanggan 2 diproses dan tampak pada time slot 2

dari time multiplex signal.

Demultiplexer

⇒ Led pada jalur H2 dan jalur L2-g menyala.

⇒ Setelah beberapa saat green LED CW4 menyala dan green LED pada time

slot 1 pada jalur H2 mati.

⇒ LED CW4 mati setelah beberapa saat.

⇒ LED pada jalur H2 dan jalur L2-g mati setelah beberapa saat.

Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 2 pada demultiplexer.

Code word pada time slot 2 dari time multiplex signal diproses untuk

pelanggan 2.

4. Tombol STEP diaktifkan

Proses :

Multiplexer

⇒ LED Pada jalur L3-k dan jalur H1 menyala.

⇒ Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 3 menyala.

⇒ Lalu LED pada jalur L3-k dan jalur H1 mati.

Penjelasan : Input 3 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code

word yang berasal dari pelanggan 3 diproses dan tampak pada time slot 3 dari

time multiplex signal.

Demultiplexer

⇒ LED pada jalur H2 dan jalur L3-g menyala.

⇒ Setelah beberapa saat green LED CW6 menyala dan green LED pada time

slot 3 pada jalur H2 mati.

⇒ LED CW6 mati setelah beberapa saat.

⇒ Led pada jalur H2 dan jalur L3-g mati setelah beberapa saat.

Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 3 pada demultiplexer.

Code word pada time slot 3 dari time multiplex signal diproses untuk

pelanggan 3.

5. Tombol STEP diaktifkan

Proses :

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 11

Multiplexer

⇒ LED Pada jalur L4-k dan jalur H1 menyala.

⇒ Beberapa saat kemudian green LED pada time slot 4 menyala.

⇒ Lalu LED pada jalur L4-k dan jalur H1 mati.

Penjelasan : Input 4 disambungkan ke output H1 pada multiplexer. Code

word yang berasal dari pelanggan 4 diproses dan tampak pada time slot 4 dari

time multiplex signal.

Demultiplexer

⇒ LED pada jalur H2 dan jalur L4-g menyala.

⇒ Setelah beberapa saat green LED CW8 menyala dan green LED pada time

slot 4 pada jalur H2 mati.

⇒ LED CW8 mati setelah beberapa saat.

⇒ Led pada jalur H2 dan jalur L4-g mati setelah beberapa saat.

Penjelasan : Input H2 disambungkan dengan output 4 pada demultiplexer.

Code word pada time slot 4 dari time multiplex signal diproses untuk

pelanggan 4.

6. Tombol STEP diaktifkan

Proses : Semua LED akan mati, jika tombol STEP diaktifkan maka akan terjadi

pengulangan proses.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 12

Gambar I.3 - Multiplexer dan Demultiplexer

d. Switching Network

Suatu time slot kosong dibutuhkan untuk membangun suatu hubungan, dimana

nantinya time slot ini akan independent ditinjau dari posisi waktu pada saat kanal

mengalami proses di jaringan. Posisi time slot tersebut harus dijaga sehingga pada

output Switching Network time slot sesuai dengan pengalamatan yang diinginkan.

Time Stage yang ada sebelum Space Stage berfungsi sebagai optimalisator. Time

Stage menyeleksi kemungkinan adanya timeslot yang kosong atau mengandung kode

bicara untuk kemudian di switch ke Space Stage.Karakteristik dari Space Stage di

Switching Network ditentukan berdasarkan fakta bahwa kanal (kode bicara 8 bit)

tidak dapat merubah posisinya berdasarkan waktu selama proses switching

Space Stage berfungsi untuk menjaga posisi dari time slot. Space Stage juga

melakukan pngalamatan tentang tujuan dari time slot. Pengalamatan ini menunjukkan

ke lokasi mana time slot ditujukan.Output dari Space Stage adalah sinyal time

multiplex, berupa kanal-kanal. Sebelum kana-kanal ini dikirim lebih lanjut, harus

dihasilkan urutan urutan yang memberikan identitas dari pelanggan. Urutan ini

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 13

dihasilkan oleh Time Stage yang ada setelah Space Stage. Setiap proses switch di

Time Stage, control memory memberikan instruksi time slot mana yang harus dibaca.

Alat ini adalah suatu TST Switching Network, dimana Space Stage terdiri dari 2

Space Switch. Input dari Space Stage, H3 dan H4, terhubung secara seri dengan 2

Time Switch incoming TSI, dimana hanya satu yang ditampilkan. Output dari Space

Stage, H5 dan H6, terhubung denga 2 Time Switch outgoing, dan juga hanya satu

yang ditampilkan.

Langkah-langkah praktikum :

Pada percobaan, akan dilakukan tiga operasi. Operasi pertama terdapat hubungan

melalui rute H3 (input 0) dari Space Stage ke pelanggan yang terhubung pada rute H2

( outgoing ). Rute incoming menghubungkan input H1 ke output H6 melalui rute H4

( input 1 ) di Space Stage.

I. Operasi Pertama Time Slot 1

#1 Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada rute H1 menyala.

Penjelasan : Time slot pertama sampai input TS 1 (rute H1). Time slot ini

kosong (diindikasikan oleh LED pada time slot 1 tidak menyala), sehingga

tidak ada informasi yang ditempatkan pada lokasi pertama dari Information

Memory.

#2 Tombol STEP diaktifkan

Proses : [1]

Penjelasan : Control memory ke 3 pada TS1 ditempatkan pada time slot 1.

Code word yang telah disimpan pada frame sebelumnya dibaca dari lokasi

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 14

memory ke 3 dari Information Memory. Code word akan tampil sebagai output

pada time slot 1. pada layar akan tampak bahwa input dari TS1 yang berasal

dari time slot 3 digeser ke time slot 1 pada output.

Proses : [2]

Penjelasan : Control memory dari SS0 akan menempatkan time slot 1 pada H4

ke time slot 1 pada H6.

#3 Tombol STEP diaktifkan

Proses : [1]

Penjelasan : Control memory dari SS1 akan menempatkan time slot 1 pada H3

ke time slot pada H5.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 15

Proses : [2]

Penjelasan : Code word akan tampak sebagai input dari TS0 pada time slot 1

(jalur H5) lalu dimasukkan ke lokasi penyimpanan 1 dari memori informasi dan

akan tetap berada di tempat tersebut sampai bisa ditransmisikan ke pelanggan

yang dituju.

#4 Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada jalur H2 menyala dan tampilan dari time slot 1 pada Control

Memory berupa strip/garis.

Penjelasan : Lokasi pertama dari Control Memory pada TS0 kosong.

II. Operasi Pertama Time Slot 2

#5…#8 Tombol STEP diaktifkan

Proses : Hanya LED pada jalur H1 yang menyala pada input TSI. Control

Memory pada space stage menampilkan tanda strip/garis, begitu pula dengan

Control Memory dari TSO. LED pada jalur H2 (output TSO) menyala.

Penjelasan : Time slot 2 pada input terisi. Time slot ke 2 pada Control Memory

kosong karena tidak ada masukan. Switching dari code word tidak terjadi.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 16

III. Operasi Pertama Time Slot 3

#9 Tombol STEP diaktifkan

Proses

Penjelasan : Code word mempunyai isi pada time slot ke 3 dari incoming

frame dan menjadi input untuk lokasi memory ke 3 pada Information Memory.

#10..#11 Tombol STEP diaktifkan

Proses : Control Memory pada space stage menampilkan strip/garis.

Penjelasan : Control memory dari time slot ke 3 kosong, tidak ada yang di

switch.

#12 Tombol STEP diaktifkan

Proses :

Penjelasan : Control memory dari TS0 berisi digit 1 pada time slot ke 3.

informasi yang sebelumnya menjadi input lokasi ke 1 pada Information

Memory di switch ke pelanggan ke 3 yang merupakan pelanggan yang

dihubungi.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 17

IV. Operasi Pertama Time Slot 4

#13 Tombol STEP diaktifkan

Proses : LED pada jalur H1 menyala.

Penjelasan : Time slot ke 4 dari incoming frame kosong, tidak ada data

masukan.

#14…#16 Tombol STEP diaktifkan

Proses : Control Memory pada space stage dan TSO menampilkan strip/garis.

Penjelasan : Control memory kosong, tidak ada yang di switch.

Gambar I.4 - Switching Network

e. System Terintegrasi Standar

Aktifkan alat tidak pada mode STEP-nya. Setelah power supply diaktifkan, “lamp

test” secara otomatis akan menyala selama 5 detik. Seluruh LED dan tampilan seven

segmen harus menyala. Pada telepon akan terdengar suara ring.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 18

Sistem mulai beroperasi, keempat time slot dari state inisialisasi berjalan

berkelanjutan (siklus). Diasumsikan pelanggan 1 menggunakan Push Button Pulse

Dialer DTMF dan pelanggan 2 menggunakan Push Button Pulse Dialer IWV. Angkat

gagang pada pelanggan 1, nada dial akan mengalir pada kawat a/b dari pelanggan 1.

Dialing :

Multi Frequency Receiver (MFR) diaktifkan pada digit pertama di dial. MFR

mengevaluasi digit-digit yang datang dan mengembalikannya ke Subscriber

Matching Unit, dimana setiap digit ditempatkan sementara sampai seluruh nomor

panggilan selesai di dial.

Pemilihan Jalur Bicara :

MFR dilepaskan. Nomor panggilan dikirim ke Control Unit. Pemilihan jalur

bicara di-inisialisasikan pada control unit. Pertama-tama ring outgoing dari

hubungan di kalkulasi. Ditunjukkan bahwa time slot ke 2 kosong, seperti yang

terjadi pada operasi single step di Switching Network. Setelah dilakukan

kalkulasi, data untuk control memory di bufferkan untuk kemudian dikirimkan ke

Switching Network (Speech Path Latching). Setelahnya, rute kembali ditentukan

di control unit. Time slot ke 3 (seperti yang ditunjukkan pada operasi single step

di Switching Network). Data dari control memory juga dibufferkan dan

dikirimkan ke switching network.

Pemanggilan Pelanggan 2 :

Lamanya waktu panggil tergantung dari status keseluruhan system. Ketika

pelanggan terpanggil, pada kawat a/b pelanggan terpanggil mengalir arus ringing

dan pada kawat a/b pelanggan pemanggil mengalir tone ringing.

Pelanggan 2 Mengangkat Telepon :

Arus ringing dan tone ringing diputus. Rute datang dan kembali telah tersedia

untuk pengiriman kode bicara bagi kedua arah tersebut.

Kode bicara dari pelanggan 1 dikirumkan dari output SMU, ketika time slot 1

sampai ke switching network selama siklus pengiriman timeslot. Kemudian kode

bicara yang siap untuk dikirimkan mengalir melalui multiplexer hingga ke input

dari time stage di switching network. Kode bicara kemudian disimpan di

information memory, selanjutnya informasi yang dibuffer pada time slot 2 di

kirimkan ke time stage outgoing melalui space stage. Pada time slot yang sama,

informasi dibaca pada time stage outgoing dan dikirimkan ke subscriber

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 19

matching unit melalui demultiplexer. Dengan cara ini kode bicara sampai ke

pelanggan 2.

Pada arah sebaliknya, kode bicara dari pelanggan 2 dikirimkan ketika time

slot 2 telah sampai. Kode tersebut dikirimkan melalui multiplexer dan dibufferkan

pada information memory. Selanjutnya, informasi time slot 1 yang di buffer

dikeluarkan dan dikirimkan ke pelanggan 1 melalui multiplexer.

Pemutusan Pembicaraan :

Ada 2 kemungkinan untuk mengakhiri pembicaraan, yaitu:

1. Pelanggan 2 (terpanggil) menutup telepon lebih dulu

Power supply bagi pelanggan 2 diputus dari Subscriber Matching Unit.

Walaupun kode bicara dari pelanggan 1 masih ada, tetapi kode tersebut

tidak dapat diteruskan ke pelanggan 2.

Pada Subcriber Matching Unit, sinyal busy dikirimkan ke pelanggan

pemanggil. Proses ini terus berlanjut hingga pelanggan 1 memutuskan

hubungan.

2. Pelanggan 1 (pemanggil) menutup telepon lebih dulu

Power supply bagi pelanggan 1 diputus dari SMU. Pemutusan ini

diinformasikan ke control, kemudian control unit memutuskan hubungan.

Pertama, rute outgoing diputuskan. Control memory, yang

berhubungan dengan hubungan harus dihapus. Proses ini dapat dilihat dari

control unit yang mengeluarkan instruksi “dashes” yang diteruskan ke

switching network.

Proses tersebut juga terjadi pada rute kembali, jadi pada akhirnya

kedua arah akan dalam posisi idle.

f. System Terintegrasi Lengkap

Aktifkan alat tidak pada mode STEP-nya. Setelah power supply diaktifkan, “lamp

test” secara otomatis akan menyala selama 5 detik. Seluruh LED dan tampilan seven

segmen harus menyala. Pada telepon akan terdengar suara ring. System mulai

beroperasi. Keempat time slot dari state inisialisasi berjalan berkelanjutan (siklus).

Hubungan dapat dilakukan dari dan ke sembarang telepon diantara 4 pelanggan

tersebut. Pembangunan hubungan dua telepon memungkinkan bila pelanggan

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 20

pemanggil dan terpanggil terkoneksi pada satu SMU. Juga perlu diperhatikan bahwa

hubungan kedua dapat terjadi setelah hubungan pertama telah selesai terbentuk.

Rute Outgoing :

Tampilan S : 2 ; Tampilan D : 4

TS1 : Masukan Control Memory : 2 pada time slot : 1

SS : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 1

TS0 : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 4

Rute Kembali :

Tampilan S : 4 ; Tampilan D : 2

TS1 : Masukan Control Memory : 4 pada time slot : 2

SS : Masukan Control Memory : 1 pada time slot : 2

TS0 : Masukan Control Memory : 2 pada time slot : 2

Proses pembangunan hubungan (call setup) dijelaskan pada percobaan system

lengkap untuk peralatan standar. Di bawah ini adalah contoh masukan bagi

control memory untuk hubungan dari pelanggan 2 ke pelanggan 4, dengan asumsi

tidaka ada hubungan sebelumnya pada system.

Proses Dari Pelanggan 2 Ke Pelanggan 4 :

Di time slot 2, kode bicara dari pelanggan 2 diambil dari SMU selama siklus

proses switch dari switching network dan diteruskan ke input switching network

melalui multiplexer. Kode bicara dialamatkan pada posisi kedua pada di

information memory dari TSI. Lokasi penempatan ini dibaca di time slot 1 dan

kode bicara diteruskan ke TS0 melalui space stage. Kode bicara disimpan pada

posisi pertama dari information memory. Pada time slot 4, kode bicara diteruskan

dari TSO ke pelanggan 4 melalui demultiplexer.

Proses Dari Pelanggan 4 Ke Pelanggan 2 :

Kode bicara dari pelanggan 4 ditempatkan pada time slot 4, masuk ke input

dari switching network melalui multiplexer. Kode bicara di buffer pada lokasi ke

empat dari information memory. Time slot 2, yang merupakan isi dari

penempatan tadi dikeluarkan untuk kemudian diteruskan ke TS0 melalui space

stage dan disimpan di lokasi ke 2 dari information memory. Time slot 2 akhirnya

diteruskan ke pelanggan 2 melalui demultiplexer.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 21

MODUL II COMPUTER TELEPHONY INTEGRATION

(CTI)

A. Tujuan Praktikum

� Pengenalan teknologi CTI dan aplikasinya.

� Memahami penggunaan software Envox WaveEditor, Envox Studio, dan

Envox Communication Server dalam proses pembuatan aplikasi CTI.

� Mengetahui cara kerja dari dialogic card yang dipakai sebagi hardware

pada teknologi CTI.

� Memahami blok - blok rangkaian dari script yang dipakai pada saat

praktikum.

� Memahami konfigurasi jaringan & konsep switching pada aplikasi CTI.

� Memotivasi untuk mempelajari aplikasi lain dari CTI secara lebih

mendalam lagi.

B. Peralatan Praktikum

� Dialogic card seri D41JCTLS

� Software Envox 4 (Envox WaveEditor, Envox Studio, dan Envox

Communication Server)

� Computer:

� 1 unit server (untuk CTI Server)

� 10 unit client

� Trixbox

� 10 Head Phone

� Line telepon:

� 2 line yang terhubung ke Dialogic Card pada server

� 10 line sebagai telepon pelanggan.

C. Dasar Teori

I. Pengertian

Kebutuhan akan layanan pada dunia telekomunikasi saat ini sangatlah

berkembang. Untuk sentral telepon biasa (sentral telepon konvensional-pen)

penambahan layanan pada sentral tersebut sangatlah tidak mungkin karena

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 22

setiap sentral / PBX yang diproduksi oleh suatu vendor mempunyai layanan

yang fix sehingga jika ingin menambah layanan baru maka user harus

membeli produk dari Vendor tersebut. Untuk mengatasi masalah ini maka

diciptakanlah teknologi yang bernama Computer Telephony Integration (CTI),

dengan memanfaatkan fasilas yang disediakan oleh CTI user dapat dengan

leluasa mengembangkan fitur-fitur yang diinginkan. Konsep CTI ini adalah

mengintegrasikan layanan komputer pada layanan telepon. Dapat juga

dikatakan bahwa CTI itu adalah suatu metoda agar seseorang dapat menambah

kemampuan intelejensia suatu sentral telepon / PBX. Caranya adalah dengan

menambahkan kemampuan yang ada pada komputer ke dalam sentral telepon

atau PBX tersebut.

Ada beberapa deskripsi dari beberapa orang ahli tentang teknologi CTI,

� David D. Bezar :

Solusi Computer Telephony Integration adalah kombinasi platform

komputer dan Application Program Interface (API) dari suatu produk

telekomunikasi. [BEZ95]

� Carl R. Strathmeyer :

Computer Telephony adalah suatu teknik untuk mengkoordinasi aksi dari

sistem telepon dan sistem komputer. [STR96]

� Houston H. Carr :

Computer Telephony Integration merupakan fusi dari pengoperasion

telepon dan komputer. [CAR97]

� Edwin K. Margulies :

Computer Telephony Integration merupakan koordinasi secara serasi

antara telepon dan sistem komputer serta menyangkut pula tentang

sinkronisasi kedua aksi teknologi tersebut. [MAR97]

II. Arsitektur Implementasi Koneksi pada CTI

Jaringan telepon merupakan sistem terdistribusi yang sangat luas untuk

suatu intelejensia switching titik terminal. Titik-titik terminal ini harus

mampu dikomunikasikan, dimana proses ini disebut dengan “signalling”.

Tingkat akurasi dan reabilitas koneksi pensinyalan antara sistem telepon dan

sistem computer merupakan suatu yang essensial sekali sebagai ukuran

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 23

kesuksesan dalam aplikasi CTI. Oleh karena itu, signalling ini dapat disebut

sebagai Call-Control Connection.[STR96]

Dalam implementasi koneksi Call-Controll ini terdapat dua model

arsitektur, yaitu : [BEZ95]

a. Koneksi First-Party.

Dalam arsitektur ini komputer dekstop terkoneksi ke server PBX.

Komputer akan melakukan emulasi pada telepon dengan menambah

kemampuan di sentral sehingga telepon dapat melakukan layanan

tambahan. Disini komputer desktop memiliki kedudukan yang sama

dengan telepon yaitu sebagai subscriber dari sentral. Koneksi first-party

ini mudah untuk diimplementasikan namun tidak cocok untuk aplikasi

skala besar.

STDI-K

Telephone

Telephone

Telephone`

CTI server

Arsitektur koneksi First-party

RJ-11

RJ-11

b. Koneksi Third-Party.

Arsitektur ini sama seperti arsitektur koneksi First-party, yang

membedakan adalah besarnya kapasitas client yang dapat ditangani oleh

CTI server. Ini disebabkan oleh perbedaan pada dialogic card yang

digunakan. Pada koneksi Third-party CTI server dapat melayani lebih

banyak client dibandingkan koneksi first-party. Koneksi third-party

cocok untuk aplikasi skala besar.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 24

Pada umumnya, aplikasi dari CTI juga dapat diimplementasikan dalam

perutingan panggilan dan membina sebuah hubungan sebagai berikut :

1. Menghubungkan panggilan dengan Sentral / PBX. Sentral dengan bantuan

dari link CTI akan memberitahukan kepada server CTI bahwa ada

panggilan yang datang kemudian melepaskan beberapa jaringan yang

sudah disertai dengan informasi seperti DNIS (Dialed Number

Identifications Identification Server) dan ANI (Automated Number

Identification).

2. Server CTI akan bertanya pada sistem informasi di call center dengan

menggunakan beberapa paket data yang telah disertai oleh DNIS dan ANI.

Kemudian paket-paket data itu kembali lagi ke CTI server dengan

membawa beberapa informasi tentang penelepon.

3. Server CTI akan melacak panggilan dengan bantuan dari sentral

berdasarkan informasi yang telah diperoleh, sehingga server CTI mendapat

beberapa informasi terbaru tentang penelepon.

4. Ketika terminal agen siap, CTI server mengenali ID atau nomor ekstensi

dari agen tersebut dan mencocokkannya dengan terminal agen dan

mengirimkan informasi pemanggil ke aplikasi desktop agen seperti halnya

PBX yang melayani panggilan pelanggannya.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 25

III. Aplikasi dari teknologi CTI

� Voice Mail

Kalau anda dapat telpon, namun anda tidak ada ditempat maka penelpon

dapat meninggalkan pesan di mailbox suara.

� Voice Email

Mengirim dan menerima email dari Phone atau HandPhone dengan

teknologi Text-To-Speech atau Speech Recognition.

� IVR (Interactive Voice Response)

Misal anda menghubungi 109 (untuk billing telepon) maka anda akan

dipandu oleh mesin otomatis. Misalnya tekan 1 untuk bahasa Indonesia

tekan 2 untuk bahasa Inggris ,dan seterusnya, contoh lain : 108 untuk

penerangan telepon. System ini bekerja dengan cara mendeteksi frekuensi

sinyal angka yang ditekan oleh penelpon sehingga dapat dibaca oleh server

CTI dan hal ini dikenal dengan Dual Tone Multi Frequency (DTMF).

� Phone Banking

Anda bisa melakukan berbagai transaksi banking via Phone.

� Voice Dial

Anda bisa menelepon seseorang cukup dengan mengucapkan nama orang

yang dituju, maka dengan teknologi Speech Recognition otomatis phone

anda akan dial ke nomor orang itu.

� VoIP

Teknologi ini memanfaatkan Jaringan komputer untuk digunakan sebagai

media transmisi suara (Voice).

� Call Center

Call center merupakan gabungan dari perangkat yang berintegrasi

sehingga mampu memenuhi fungsi-fungsi seperti penanganan panggilan,

pemberian informasi dan pemberian layanan lain yang dapat diakses

melalui telepon. Call Center ini paling banyak digunakan sebagai layanan

bagi pelanggan dari media jaringan telepon, seperti pada perusahaan-

perusahaan operator telekomunikasi.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 26

IV.Hardware dan Software Pendukung Teknologi CTI

IV.1 Hardware

Dalam menjalankan aplikasi CTI digunakan Dialogic Card yang

ditanamkan pada slot PCI board pada PC, yang berguna sebagai interface

antara jaringan telepon dengan system komputer. Dialogic card dapat

digunakan untuk berbagai aplikasi seperti dibawah ini:

� Messaging

� Contact center (Call Center) and e-Business

� PC-PBX

� Switching and call completion

� Prepaid/debit card

� Gateway switch

Dialogic Card Type D/41JCT-LS

Terdapat beberapa tipe Dialogic Card ini dapat digunakan untuk

beberapa nomor Call Center sesuai dengan jumlah port dari Dialogic Card

� D/41JCT-LS memiliki 4 port.

� D/120JCT-LS memiliki 12 port.

� D/240SC-T1

� D/300SC-E1

Dalam sebuah server CTI bisa menggunakan lebih dari 1 buah

Dialogic card. Untuk menghubungkan antar Dialogic card memakai interface

CT Bus. Sedangkan untuk hubungan keluarnya ada 4 lines yang terhubung ke

sentral seperti halnya pelanggan telepon PSTN biasa.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 27

Diagram konfigurasi D/41JCT-LS

Pada praktikum ini kita akan menggunakan Dialogic Card tipe

D/41JCT-LS memiliki 4 port line telepon Untuk dapat mengetahui cara

kerjanya, Dialogic card ini bisa digambarkan secara sederhana menjadi

beberapa blok fungsional yang terdiri dari:

� PCI ASIC adalah sebuah interface PCI Bus.

� Mikroprosesor 80186 mengontrol proses pengiriman data.

� Motorola 56303 DSP melakukan voice procesing terhadap DTMF dan

pensinyalan pada telepon.

� CT Bus digunakan untuk hubungan koneksi dengan produk CT Bus lain.

� Quad CODEC berfungsi sebagai PCM (melakukan proses Sampling,

Quantizing, Coding dan Multiplexing).

� Load start interface merupakan interface Dialogic Card dengan jaringan

PSTN.

Bagan Fungsional Dialogic Card D41JT-LS

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 28

Kemampuan dan keuntungan dariDialogic Card tipe D/41JCT-LS :

� Dengan pendeteksian digit dengan DTMF menguntungkan, karena dapat

mendeteksi suara. Hal ini dimanfaatkan untuk memasukkan beberapa

menu/pilihan (misalnya pada IVR) sehingga penelepon dapat memilih

menu dengan hanya menekan tombol dari digit tertentu.

� Menggunakan A-law atau µ-law pada voice coding dengan data rate yang

dinamis yaitu 24 Kb/s sampai 64 Kb/s.

� Dapat memantau semua status panggilan keluar dengan cepat dan tepat.

� Menggunakan bahasa C sebagai interface (API) untuk windows NT /

windows 2000 dan UNIX / Linux untuk memudahkan dalam

pengembangannya dan mempercepat pemasarannya.

Cara Kerja Dari Dialogic Card :

D41JCT-LS mengunakan arsitektur prosessor rangkap yang

menggabungkan kemampuan pemrosessan sinyal dari DSP dengan rangkaian

detektor dan penggerak data dari mikroprosessor 80186. Prosessor rangkap ini

mirip dengan arsitektur rangkaian detektor level rendah yang ada pada computer

dan hal ini memudahkan untuk dikembangkannya beberapa aplikasi. Arsitektur

ini mengatasi kesulitan dalam aplikasi real-time, manajemen laju data ke

computer untuk sistem yang membutuhkan respon sangat cepat, signalling pada

proses DTMF dan telepon dan untuk melakukan pemrosesan sinyal pada

panggilan yang masuk.

Masing-masing dari keempat interface saluran telepon (analog loop start

telepon line interface) berfungsi untuk menerima sinyal informasi suara dan

telepon yang masih analog dari jaringan telepon. Setiap interface saluran telepon

merupakan bagian penyambung dari pengait (hook) dan rangkaian detector

dering FCC bagian 68 kelas B. FCC berguna agar detector dering tahan terhadap

laju dering yang disebabkan oleh tegangan yang naik turun pada jaringan. Setiap

interface juga terdapat rangkaian yang berguna agar aman dari tegangan yang

sangat tinggi dan kondisi jaringan yang dapat merugikan dan memutuskan

aplikasi yang berlangsung tanpa merusak dialogic card.

Dalam pensinyalan telepon (detector dering, detector arus loop dan

informasi ID penelepon) akan dideteksi oleh interface saluran dan dirutekan

oleh control bus ke control processor. Control processor akan merespon sinyal

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 29

itu, memberitahukan aplikasi dari status pensinyalan sistem telepon dan

menugaskan interface saluran untuk mengirimkan sinyal keluar (on-hook/off-

hook) ke jaringan telepon.

Sinyal suara dari jaringan akan difilter menggunakan bandpass dan

biasanya dilakukan oleh interface saluran, yang kemudian diolah dalam

rangkaian CODEC (CODer / DECoder). Pada CODEC terjadi pemfilteran,

sampling dan digitalisasi dari sinyal suara analog dan hasilanya akan dilewatkan

pada DSP 56303 Motorola.

DSP juga mengolah data yang baru diterima dan melakukan beberapa

analisa sinyal seperti dijelaskan berikut ini :

� Penambahan control secara otomatis untuk mengganti kerugian akibat dari

perbedaan level dari sinyal suara yang datang.

� Menggunakan algoritma ADPCM (Adaptive Differential Pulse Code

Modulation) atau PCM (Pulse Code Modulation) untuk melakukan

kompresi suara yang sudah didigitalisasi dan menyimpannya ditempat

yang telah disiapkan.

� Mendeteksi kedatangan dari tone DTMF, MF atau sebuah aplikasi baik

single tone ataupun dual tone.

� Detektor diam digunakan untuk mendeteksi saat saluran diam dan

penelepon tidak memberikan respon.

Untuk data yang keluar, DSP melakukan beberapa fungsinya. Antara lain:

� Melakukan kompresi pada data yang berupa suara untuk dikirim kembali.

� Mengatur volume dan laju kecepatan data yang dikirim kembali atas

permintaan pelanggan.

� Membangkitkan nada (tones), DTMF, MF atau aplikasi lainnya.

Pensinyalan data (on / off hook, ringing, caller ID, ect) dilewatkan melalui

control processor dan dikirimkan ke pelanggan melalui dual-port RAM

dan slot PCI.

Sebuah chip CT612 mengatur sinyal yang masuk dari rangkaian pada

dialogic card dan bertindak sebagai pengatur trafik serta matrik penyambung

(matrix switch) ke buffer dengan kecepatan data digital yang tinggi dari bus

sampai pada channel yang dapat mengirimkan data ke DSP. Chip CT612

mengirimkan beberapa aliran data berkecepatan rendah melalui channel CT Bus

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 30

berkecepatan tinggi. Chip ini selalu bekerja sama dengan matrix switching.

Dibawah kendali dari control processor, chip CT612 dapat menghubungkan

bebepara panggilan sebelum diproses pada empat saluran analog atau ke

beberapa time slot CT bus 4096. Ini memungkinkan aplikasi switch call dari

lain sumber, misalnya faksimili, layanan suara yang membutuhkan perutean

ulang panggilan.

Control processor mengontrol seluruh operasi pada D41JCT-LS melalui

sebuah local bus dan melaksanakan perintah dari computer. Prosessor

menangani aplikasi realtime, mengatur aliran kecepatan data, mengolah

pensinyalan DTMF dan telepon sebelum dipakai saat aplikasi berlangsung

Komunikasi antara prosessor dan computer melalui RAM yang berperan

sebagai buffer input / output dan meningkatkan efisiensi dari file yang

ditransfer. RAM ini merupakan interface ke computer melalui PCI bus.

IV.2 Software

Banyak software yang dapat digunakan untuk membuat aplikasi CTI ini,

tetapi yang dibahas kali ini adalah software Envox versi 4.0. software ini

terdiri dari 3 software utama, yaitu:

1. Envox 4.0 Studio

Sebuah program Envox untuk membuat dan mengembangkan script

menjadi aplikasi-aplikasi CTI yang lebih beragam. Sehingga pada

Envox studio ini akan terbentuk script - script yang akan dieksekusi

oleh Envox comunication server.

2. Envox Wave Editor 2.0

Sebuah program yang digunakan untuk merekam dan mengolah file

suara yang akan digunakan, seperti untuk membuat, mengedit,

mengubah, dan mengatur file audio dalam bermacam-macam format.

3. Envox 4.0 Communication Server

Merupakan program yang dijalankan untuk mengeksekusi script-

script yang telah dibuat pada Envox Studio dan Envox Wave Editor.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 31

D. Pengenalan Software CTI

Sebelum kita membuat aplikasi dengan menggguanakan Envox 4.0, maka telebih

dahulu kita buka Program Envox 4.0. yaitu :

Start � Program � Envox � ( lalu muncul 3 Program utama Envox beserta

program pendukungnya ) Pilih Program mana yang mau dibuat biasanya kita

membuat sample suara (dengan Envox Wave Editor) terlebih dahulu agar

mempermudah kita merancang script-scriptnya (dengan Envox Studio) dalam

membangun aplikasi yang kita buat dimana suara hasil perekaman ini akan kita

masukkan pada blok-blok script yang kita dibuat yang kemudian dieksekusi oleh

Envox Communication Server.

1. Envox Wave Editor 2.0

2. Envox 4.0 Studio

Sebuah windows utama akan muncul pada layar anda yaitu:

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 32

Didalam menu-menu pada windows ini tersusun atas menu-menu tersendiri lagi.

Dengan menggunakan menu-menu tersebut, kita akan merancang script-script aplikasi

VoiceMail.

3. Envox 4.0 Communication Server

Untuk menrunning script yang telah di build. Yaitu :

1. Bukalah Envox communication server: File → All program → Envox → Envox

4.0 comunications server.

2. Pilih line yang akan dipakai. Klik timbol setting → Channnel Setting → pilih

script yang akan di running.

3. Klik tombol mode dan ubah statusnya menjadi aktif.

4. Teleponlah dari luar ke nomor line yang dipakai pada dialogic untuk mengetahui

hasilnya.

Jika dapat dijalankan, selamat anda telah berhasil membangun sebuah aplikasi

CTI.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 33

E. Konfigurasi Jaringan Saat Praktikum

Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus

memahami kondisi peralatan praktikum yang akan dijalankan. Dibawah ini

adalah kondisi praktikum yang akan kita laksanakan :

F. Langkah-Langkah Praktikum

1. Buka Envox 4.0 Wave Editor.

2. Buatlah beberapa rekaman suara dengan format “.vox” lalu beri nama sesuai tabel

dibawah ini dan simpan di “C:/Envox/J-XX” (“J-XX” adalah nama kelompok

kalian). Rekamannya sbb:

NO NAMA FILE ISI REKAMAN 1 Selamat_Datang Selamat datang di layanan voice mail Laboratorium

Teknik Switching. 2 No_Tujuan Silahkan masukkan nomor tujuan anda. 3 Tujuan_Tdk_Terdaftar Maaf, nomor tujuan anda tidak terdaftar. 4 Tinggalkan_Pesan Silahkan tinggalkan pesan setelah bunyi ‘Beep’ 5 Anda_Tdk_Terdaftar Maaf, nomor anda tidak terdaftar. 6 Edit Tekan 1 bila selesai, tekan 2 untuk mengganti pesan,

tekan 3 untuk mendengarkan kembali pesan anda. 7 No_Telp_Anda Silahkan masukkan nomor telp anda. 8 Pesan_Anda Pesan untuk anda adalah. 9 Tdk_Ada_Pesan Maaf, tidak ada pesan untuk anda. 10 Thx Terima kasih telah mengunjungi layanan kami,

sampai jumpa.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 34

3. Buka Envox 4.0 Studio, lalu buatlah script seperti dibawah ini.

klik blok “Rekam Pesan”, lalu buatlah script sbb:

4. Khusus untuk blok ‘No Tujuan’ dan ‘Record’ harus kita setting lebih dalam, yaitu:

• Blok ‘No Tujuan’:

� Klik pada bagian ‘Specific’ lalu klik dan isi nama variabel dengan

‘Praktikum’.

� Klik pada bagian ‘DTMF’ dan isi ‘How many DTMF digits to detect’

dengan ‘7’.

� Klik pada bagian ‘Tests’ lalu buatlah deskripsi baru lalu beri nama

‘OK’ dan isikan masing-masing box sbb:

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 35

• Blok ‘Record’:

� Klik pada bagian ‘Specific’ lalu isikan seperti dibawah ini:

� Klik pada bagian ‘Tests’ lalu isikan sbb (gunakan Help dengan

keyword ‘Record block’):

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 36

5. Klik pada masing-masing blok, lalu klik pada bagian ‘prompts’. Kemudian klik

‘New’ dan pilih ‘File’. Isikan seperti contoh dibawah ini:

6. Untuk ‘File Name’ isikan sbb:

NAMA FILE BLOK Selamat_Datang Wait Call No_Tujuan No Tujuan, pada pilihan ‘Show prompt for: Greeting message’ Tujuan_Tdk_Terdaftar Salah Input Tinggalkan_Pesan Record, pada pilihan ‘Show Prompt for: Greeting message’ Edit Record, pada pilihan ‘Show Prompt for: Editor’s menu’ Thx Record, pada pilihan ‘Show Prompt for: Recording end’

7. Klik atau tekan tombol F6 untuk mengecek apakah script anda sudah benar.

Bila di bawah script anda terdapat tampilan seperti dibawah ini berarti script anda

sudah benar.

8. Klik atau tekan tombol F7 untuk mengubah format file menjadi “.esq” dan

disimpan di “C:\Envox\Script”.

9. Simpan Envox Script Dokumen ( .ens ) di folder “C:/Envox/J-XX” dengan nama

‘Rekam_J-XX’.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 37

10. Buatlah script baru seperti dibawah ini.

klik blok “Dengar Pesan”, lalu buatlah script sbb:

11. Untuk blok ‘No Anda’ settinglah seperti men-setting blok ‘No Tujuan’.

12. Untuk blok ‘Cari File’ isilah bagian ‘Specific’ sbb:

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 38

13. Sama seperti langkah no 5, isikan ‘File Name’ sbb:

NAMA FILE BLOK Selamat_Datang Wait Call Anda_Tdk_Terdaftar Salah Input No_Telp_Anda No Anda, pada pilihan ‘Show prompt for: Greeting message’ Pesan_Anda Pesan Anda Tdk_Ada_Pesan Tidak Ada Pesan Thx Release Call 14. Cek script anda.

15. Simpan di folder “C:/Envox/J-XX” dengan nama ‘Dengar_J-XX’.

16. Sekarang cobalah!

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 39

MODUL III MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)

A. TUJUAN PRAKTIKUM

• Mengenal konsep dasar MPLS

• Mengetahui cara kerja MPLS

• Mengetahui komponen – komponen MPLS

• Memahami konsep forwarding dan routing pada MPLS

• Memahami pelabelan pada paket yang dikirimkan berbasis MPLS

B. PERALATAN PRAKTIKUM

• PC router

• GNS3

• VLC

• Wireshark

C. DASAR TEORI

1. Latar belakang MPLS

Multi-Protocol Label Switching (MPLS) adalah suatu metode

forwarding (meneruskan data melalui suatu jaringan dengan menggunakan

informasi dalam label yang dilekatkan pada IP), sehingga memungkinkan

router untuk meneruskan paket dengan hanya melihat label dari paket itu,

tidak perlu melihat alamat IP tujuannya.

Teknik pelabelan yang dipakai bukanlah teknik yang baru. Frame

Relay dan ATM menngunakan teknik ini untuk memindahkn frame atau sel

pada suatu jaringan, dimana pada Frame Relay panjang Frame disesuaikan

dengan besarnya paket dan pada ATM panjangnya frame tetap, yaitu 5 byte

untuk header dan 48 byte sebagai payload. Selain itu Frame Relay dan ATM

memiliki kesamaan yaitu penggantian label pada setiap hop dijaringan.

Proses seperti ini tidak terjadi pada proses penerusan paket dijaringan IP,

dimana pada jaringan IP tidak terjadi penggantian alamat tujuan, tetapi

melihat alamat dari tujuan paket itu sendiri kemudian dicocokkan dengan

table routing untuk kemudian diteruskan ke hop selanjutnya, denga proses

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 40

seperti itu maka waktu yang dibutuhkan dalam proses penerusan paket

menjadi lama. Atas dasar itulah maka teknologi MPLS ini dibuat.

Gambar Format MPLS Header

2. Komponen Header MPLS

• Label Value (LABEL)

Merupakan field yang terdiri dari 20 bit yang merupakan nilai dari label

tersebut.

• Experimental Use (EXP)

Secara teknis field ini digunakan untuk keperluan experiment. Field ini

dapat digunakan untuk menangani indicator QoS atau dapat juga

merupakan hasil salinan dari bit-bit IP precedence pada paket IP

• Bottom of Stack (BoS)

Pada sebuah paket memungkinkan menggunakan lebih dari sebuah label.

Field ini digunakan utuk mengetahui label stack yang paling bawah.

Label yang paling bawah dalam stack memiliki nilai suatu bit sedangkan

yang lain diberi nilai nol. Hal ini sangat diperlukan dalam label stacking

• Time to Live (TTL)

Field ini merupakan hasil salinan dari IP TTL header. Nilai bit TTL akan

berkurang satu setiap paket melalui hop untuk menghindari terjadinya

paket storms.

3. Komponen MPLS

Komponen dasar penyusun jaringan MPLS yaitu:

a. MPLS node

Router pada jaringan MPLS yang akan meneruskan paket yang

diterimanya berdasarkan label.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 41

b. MPLS Label

Merupakan header tambahan yang diletakkan diantara layer 2 dan IP

header

c. MPLS Ingress Node

MPLS node yang mengatur traffic saat paket memasuki MPLS core.

Ingress node biasa juga disebut PE (Provider Edge) Router

d. MPLS Egress Node

MPLS node yang mengatur traffic saat paket meninggalkan MPLS core.

Egress node biasa disebut juga PE (Provider Edge) Router

e. Label Edge Router (LER)

MPLS node yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node

yang berada diluar MPLS domain

f. Label Switch Path (LSP)

Merupakan jalur yang terbentuk dari serangkaian satu atau lebih Label

Switching Hop dimana paket diteruskan oleh Label Swapping

berdasarkan table Forwarding Equivalent Class (FEC) dari satu MPLS

node ke MPLS node yang lain.

g. Label Switching Router (LSR)

Router yang mendukung MPLS Forwarding, LSR biasa disebut juga P

(Provider) Router.

Gambar Komponen MPLS

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 42

Sistem Kerja MPLS

MPLS node mempunyai dua bidang arsitektural, yaitu: MPLS control plane,

dan MPLS forwarding plane.

a. Control Plane

Ketika paket IP sampai di LER (ingress router), dilakukan proses

klasifikasi paket ke dalam Forward Equivalence Class (FEC). Klasifikasi ke

dalam FEC dapat berdasarkan destination IP address maupun nilai dari IP

presedence pada header IP. Semua paket-paket yang diklasifikasikan ke dalam

FEC yang sama akan diperlakukan dengan perlakuan yang sama, misalnya dengan

meneruskan paket ke jalur tertentu. Setelah dilakukan klasifikasi, label diberikan

pada paket data (pushing) sesuai dengan klasifikasi FEC. Dengan demikian

klasifikasi paket hanya dilakukan di sisi edge. Sedangkan di sisi core (LSR)

dilakukan beberapa hal, yaitu:

• Melihat label (label lookup) terhadap paket yang datang.

• Menentukan outgoing interface dan outgoing label paket tersebut.

• Menukar label paket yang datang dengan outgoing label yang sesuai (label

swaping) dan mengirimkan melalui outgoing interface tertentu.

Ketika paket mencapai sisi edge (egress router) label paket akan dihapus (poping).

Pada control plane ini perlu diperhatikan beberapa hal pada jaringan MPLS

di antaranya yaitu:

• IGP (Interior Gateway Protocol)

IGP yang harus digunakan untuk traffic engineering pada jaringan MPLS

merupakan protokol link state (OSPF).

• Label Distribution Protocol

untuk distribusi label dengan traffic engineering perlu diperhatikan adanya

label distribution

• BGP (Border Gateway Protocol)

pada jaringan berbasis MPLS, BGP hanya diperlukan di sisi edge network.

b. Forwarding Plane

MPLS forwarding plane bertanggung jawab dalam meneruskan paket

berdasarkan harga dari label. Proses penerusan data juga berdasarkan informasi

pada LFIB (Label Forwarding Information Base). Setiap MPLS node akan

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 43

menggunakan dua label: Label Information Base (LIB) dan LFIB. LIB berisi

informasi semua label yang dimiliki oleh MPLS node lokal dan pemetaan label-

label tersebut terhadap label-label yang diterima dari MPLS node tetangga. LFIB

menggunakan sebagian label yang ada di dalam LIB untuk proses paket

forwarding.

Gambar MPLS IP forwarding melalui LSP

Gambar di atas memperlihatkan pembangunan LSP pada area MPLS serta

proses pemberian label pada paekt data IP yang melewati path tersebut. LSP

dibangun antara Ingress LER dengan Egress LER dengan router-router lain yang

termasuk di dalam LSP pada area MPLS. Protokol pensinyalan akan

memantapkan path melalui setiap router dan memesan bandwidth untuk data

flowing di dalam path. Sebagai contoh tabel forwarding beserta label yang

digunakan pada Ingress LER sebagai berikut:

Interface in Destination Interface Out Label out

3 47.1 1 0.50

Dari Ingress selanjutnya paket data akan di-forward ke router selanjutnya

dan label yang ada di header data akan dibaca oleh router tersebut untuk

mendapatkan informasi tabel forwarding yang diberikan. Selanjutnya router

tersebut akan mengganti label yang ada pada header dengan label baru sebagai

Intf In

Label In

Dest

Intf Out

Label Out

4 0.5 10.14 1 0.40

Intf In

Label In

Dest

Intf Out

Label Out

3 0.40 10.14 1 0.5

Intf In

Dest

Intf Out

Label Out

3 10.14 1 0.5

Intf In

Label in

Dest

Intf Out

3 0.5 10.14 1

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 44

informasi berikutnya untuk tabel forwarding yang baru. Berikut contoh tabel

forwarding yang baru:

Interface In Label In Destination Interface Out Label Out

3 0.50 47.1 1 0.50

Pada akhir dari path yakni di Egress LER, header yang diterima oleh

router tersebut akan dihapuskan dari paket data IP yang diterima, sehingga paket

data IP tersebut akan kembali ke bentuk semula seperti sebelum memasuki area

MPLS dan siap untuk dikirim ke router berikutnya.

4. GNS3

GNS3 atau Graphical Network Simulator adalah sebuah aplikasi open

source yang menyediakan simulasi dari jaringan yang kompleks. Dengan

aplikasi GNS3 kita dapat membuat sebuah simulasi jaringan tanpa harus

membeli perangkat keras yang harganya sangat mahal. Komponen utama

GNS3 adalah sebagai berikut:

• Dynamips, program utama yang menyediakan emulasi Cisco IOS

• Dynagen, front-end yang berbasis text untuk Dynamips.

5. VLC

VLC (Video LAN Client) adalah aplikai yang berfungsi menstreaming

video ke jaringan yang ada sehingga client dapat melihat video yang sudah

diputar.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 45

D. LANGKAH PRAKTIKUM

1. Konfigurasi jaringan MPLS

• Masuk ke GNS3

• Buat topologi jaringan yang akan digunakan

• Konfigurasi masing – masing router pada topologi yang telah dibuat

dengan cara klik kanan pada router yang mau di konfigurasi

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 46

• Tekan Enter apabila console tidak kunjung muncul

• Setelah itu konfigurasi router sebagai berikut:

Router (config) # ip cef [distributed]

Router (config) # router ospf proses id

Router (config-router) # network ip address

wildcard mask area area id

Atau

Router (config) #router isis area-tag

Router (config-router) # net network-entity-title

Router (config) # interface interface-type-number

Router (config-if) # ip router isis area-tag

Router (config) # mpls label protocol ldp

Router (config) # mpls ldp router-id interface-

type-number\

Router (config) # interface interface-type-number

Router (config-if) # mpls ip

Enable CEF

Konfigurasi IGP routing protokol

Optional: menetapkan LDP router ID

Optional: mendefinisikan LDP

Konfigurasi MPLS atau Label Forwarding

pada interface

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 47

2. Konfigurasi VLC streaming video

Buka VLC lalu setting VLC server sebagai berikut:

• File => Open File => Browse (Pilih video yang kita pilih)

• Centang Stream/Save => klik Setting

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 48

• Centang Play locally => Centang RTP (isikan alamat IP tujuan)

• Selesai

3. Capture data

• Lakukan streaming melalui VLC

• Lakukan capture data pada GNS3 pada setiap node router, dengan cara

klik kanan pada setiap node di GNS3.

MODUL PRAKTIKUM TEKNIK SWITCHING 2010/2011

Laboratorium Teknik Switching E 207 IT TELKOM 49

• Analisa data hasil capture menggunakan wireshark