modul praktikum komunikasi kesehatan · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1...

79
MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS IKESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2018/2019

Upload: others

Post on 25-Jun-2021

8 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

MODUL PRAKTIKUM

KOMUNIKASI KESEHATAN

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS IKESEHATAN DAN FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR

2018/2019

Page 2: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

ii

VISI, MISI DAN TUJUAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

MASYARAKAT

A. VISI

“Pada Tahun 2037, menjadi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang

islami berbasis teknologi informasi yang unggul di bidang pemberdayaan

masyarakat dan berkonstribusi terhadap penyelesaian masalah sosial dan

lingkungan”

B. MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan kesehatan masyarakat yang islami

berbasis teknologi informasi yang peka terhadap kesehatan di

masyarakat.

2. Mengembangkan riset dibidang kesehatan masyarakat untuk

berkonstribusi dalam penyelesaian masalah sosial dan lingkungan.

3. Menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan masyarakat

dalam bentuk pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Mengembangkan kerjasama dibidang kesehatan masyarakat dengan

berbagai pihak yang saling menguntungkan baik di dalam ataupun luar

negeri.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan tenaga kesehatan masyarakat yang berkarakter,

berwawasan dan berkemajuan yang berpijak pada nilai – nilai

keislaman dan mampu memanfaatkan teknologi informasi yang

berkontribusi terhadap pembangunan dan menjadi solusi masalah

sosial dan lingkungan.

Page 3: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

iii

2. Menghasilkan produk penelitian IPTEKS kesehatan masyarakat yang

berbasis teknologi informasi dan ramah lingkungan.

3. Melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat untuk

menjadi solusi masalah sosial khususnya pengangguran, kemiskinan

dan lingkungan.

4. Menghasilkan kerjasama dalam bidang Catur Dharma Perguruan

Tinggi yang produktif dan saling menguntungkan baik dalam dan luar

negeri

D. SASARAN

1. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan

2. Pengembangan SDM dosen dan tenaga kependidikan

3. Pengembangan wahana pendidikan

4. Pengembangan program studi baru

5. Peningkatan penelitian dan publikasi ilmiah

6. Optimalisasi pengabdian masyarakat yang diprioritaskan pada upaya

mengatasi masalah sosial, pengangguran dan lingkungan

7. Peningkatan kerjasama nasional maupun internasional

Page 4: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas

segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Modul pembelajaran tentang Komunikasi Kesehatan ini dengan baik

dan lancar. Dalam penyusunannya, penulis ucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan support kepada penulis untuk

menyelesaikan Modul ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

2. Dekan Fakultas llmu Kesehatan Dan Farmasi

3. Ketua Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

4. Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Namun disamping itu menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan

modul ini, oleh karena itu praktikan mengharapkan kritik dan saran yang

membangun agar modul ini dapat lebih baik lagi.

Samarinda, Agustus 2019

Penyusun

Page 5: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI ............................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Cara Berkomunikasi ............................................................................ 4

B. Komunikasi Interpersonal .................................................................... 9

C. Komunikasi Massa ............................................................................... 27

D. Komunikasi Kelompok ....................................................................... 35

E. Focus Group Discussion ..................................................................... 43

F. Wawancara .......................................................................................... 51

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 71

B. Saran .................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 73

FORMULIR PENILAIAN ............................................................................ 74

Page 6: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktifitas manusia yang sangat penting. Bukan

hanya dalam kehidupan organisasi, namun dalam kehidupan manusia secara

umum. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita

semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi.

Komunikasi dapat dilakukan dengan cara yang sederhana sampai yang

kompleks, dan teknologi kini telah merubah cara manusia berkomunikasi

secara drastis.

Komunikasi tidak terbatas pada kata-kata yang terucap belaka, melainkan

bentuk dari apa saja interaksi, senyuman, anggukan kepala yang membenarkan

hati, sikap badan, ungkapan minat, sikap dan perasaan yang sama. Diterimanya

pengertian yang sama adalah merupakan kunci dalam komunikasi. Tanpa

penerimaan sesuatu dengan pengertian yang sama, maka yang terjadi adalah

“dialog antara orang satu”.

Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan

dari seseorang kepada orang lain atau pihak lain. Menurut pemahaman seperti

ini, komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan

harus membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi

interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan

hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu

setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin

kerjasama untuk bisa bertahan hidup.

Keberhasilan seseorang pun dapat dilihat dari keterampilannya dalam

berkomunikasi. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan

kepribadian. Salah satu konteks komunikasi ini antara lain adalah komunikasi

massa. Cassandra (dalam Mulyana, 71;2002) menyebutkan bahwa jika konteks

komunikasi massa dibandingkan dengan konteks komunikasi lainnya maka

Page 7: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

2

dapat dijelaskan bahwa komunikasi massa merupakan sebuah bentuk

komunikasi yang memiliki jumlah komunikator yang paling banyak, derajat

kedekatan fisik yang paling rendah, saluran indrawi yang tersedia sangat

minimal dan umpan balik yang tertunda.

Istilah kelompok diskusi terarah atau dikenal sebagai Focus Group

Discussion (FGD) saat ini sangat populer dan banyak digunakan sebagai

metode pengumpulan data dalam penelitian sosial. Pengambilan data kualitatif

melalui FGD dikenal luas karena kelebihannya dalam memberikan kemudahan

dan peluang bagi peneliti untuk menjalin keterbukaan, kepercayaan, dan

memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan. FGD

memungkinkan peneliti dan informan berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam

membahas isu-isu yang sangat spesifik. FGD juga memungkinkan peneliti

mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang

memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu, dinamika kelompok

yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan

informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga.

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada

responden. Apabila wawancara dijadikan satu-satunya alat pengumpulan data,

atau sebagai metode diberi kedudukan yang utama dalam serangkaian metode-

metode pengumpulan data lainnya, ia akan memiliki ciri sebagai metode

primer. Sebaliknya jika ia digunakan sebagai alat untuk mencari informasi-

informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, ia akan menjadi metode

perlengkap. Pada saat-saat tertentu metode wawancara digunakan orang untuk

menguji kebenaran dan kemantapan suatu datum yang telah diperoleh dengan

cara lain, seperti observasi, test, kuesioner dan sebagainya. Digunakan untuk

keperluan semacam itu metode wawancara akan menjadi batu pengukur atau

kriterium.

Page 8: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

3

B. Tujuan

Tujuan penulisan Modul ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui cara berkomunikasi yang benar.

2. Mahasiswa mengetahui apa itu komunikasi interpersonal.

3. Mahasiswa mengetahui apa itu komunikasi massa.

4. Mahasiswa mengetahui apa itu komunikasi kelompok.

5. Mahasiswa mengetahui apa itu Focus Group Dsicussion.

6. Mahasiswa mengetahui apa itu wawancara.

Page 9: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Cara Komunikasi

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar pribadi dengan

menggunakan symbol, baik verbal maupun non verbal. Sedangkan

Komunikasi kebidanan adalah bentuk komunikasi yang digunakan oleh

bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, seperti ketika

seorang bidan mencari data atau mengkaji data klien, melaksanakan asuhan

ataupun melakukan evaluasi terhadap asuhan yang sudah diberikan. Unsur

komunikasi yang harus dipenuhi dalam melakukan komunikasi, menurut

Aristoteles, siapa yang berbicara (komunikator), apa yang dibicarakan

(pesan), siapa yang mendengarkan (komunikan), media apa yang digunakan

(chanel) dan apa umpan baliknya (feed back) (Sannon & Weaver, 1949).

Proses komunikasi dapat digambarkan dengan skema dibawah ini.

Sumber:

Page 10: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

5

Menurut Potter dan Perry (1993), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi komunikasi seperti berikut ini.

1. Perkembangan usia

Dalam perannya sebagai seorang komunikator, seoarnag bidan

harus memperhatikan pengaruh perkembangan usia, bahasa, proses

berpikir dari komunikan. Jadi Bidan dalam berkomunikasi harus

memperhatikan hal-hal tersebut agar komunikasi berjalan dengan baik.

2. Persepsi

Persepsi adalah pAndangan pribadi seseorang terhadap suatu

kejadian atau peristiwa.

3. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku.

4. Latar belakang sosial budaya

Latar belakang sosial budaya membatasi seseorang dalam

bertindak dan berkomunikasi. Contohnya, dalam budaya Jawa

orangnya cenderung tertutup dibandingkan dengan budaya Sumatera

atau daerah lainnya.

5. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian.

Setiap individu akan berbeda dalam meluapkan emosinya, bisa dalam

bentuk diam atau diungkapkan.

6. Jenis kelamin

Tanned (1990) menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan

mempunyai perbedaan dalam berkomunikasi. Perempuan

berkomunikasi untuk membangun dan mendukung keakraban,

sedangkan laki-laki berkomunikasi untuk mendapat kemandirian

aktifitas.

7. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan mempengaruhi penerimaan/respos bahasa

verbal, karena orang yang lebih tinggi tingkat pengetahuannyaakan

Page 11: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

6

mempunyai lebih banyak informasi dibandingkan dengan mereka yang

lebih rendah tingkat pengetahuannya.

8. Peran dan hubungan

Gaya komunikasi tergantung dengan peran yang disandang antara

komunikator dengan komunikan. Ketika seseorang mempunyai peran

dalam suatu lingkungan maka dia akan mempunyai rasa percaya diri

yang lebih tinggi terutama dalam memutuskan sesuatu karena dia

mempunyai kewenangan.

9. Lingkungan

Lingkungan interaksi berpegaruh terhadap komunikasi yang

efektif, misalnya suasana dan privacy akan mempengaruhi

kenyamanan dalam berkomunikasi. Ketika kita melakukan komunikasi

yang sifatnya pribadi di tempat terbuka, komunikasi tidak akan

berlangsung dengan lancar karena klien akan merasa malu atau takut

rahasianya diketahui orang lain

10. Jarak

Jarak merupakan tata ruang yang mempengaruhi komunikasi

terutama dalam rasa aman dan kontrol.

2. Bentuk Komunikasi

Ada empat bentuk komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal,

komunikasi intrapersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

a. Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi antara dua orang dan

terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan.

b. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi dalam diri

individu, yang berfungsi menjaga kesadaran akan kejadian di

sekitarnya.

c. Komunikasi Kelompok (Group Communication) adalah komunikasi

antara komunikator dengan sejumlah orang, lebih dari dua

orang/kelompok.

Page 12: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

7

d. Komunikasi Massa (Mass Communication) adalah komunikasi umum

bukan pribadi, pesan yang disampaikan ditujukan pada

khalayak/semua orang.

3. Fungsi Komunikasi

Setiap peristiwa komunikasi memiliki satu fungsi atau lebih. Yang

termasuk fungsi komunikasi adalah berikut ini.

a. Fungsi personal, yaitu tindak komunikasi untuk mengekspresikan

pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, seperti sedih, gembira, senang,

dan benci

b. Fungsi instrumental (direktif), yaitu kegiatan komunikasi yang

dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain,

seperti bujuk-rayuan, nasihat, adu pendapat, pembelaan diri,

permintaan, perintah.

c. Fungsi interaksional, yaitu perilaku komunikasi untuk menjalin kontak

dan hubungan sosial, seperti sapaan, basa-basi, simpati, dan

penghiburan.

d. Fungsi informatif, yaitu aktivitas komunikasi untuk menyampaikan

informasi, ilmu pengetahuan, dan budaya, seperti penyuluhan,

pemberian pelajaran, dan sarasehan.

e. Fungsi heurisyik, yaitu tindak komunikasi yang dimaksudkan untuk

belajar atau memperoleh informasi, seperti pertanyaan atau penjelasan

mengenai sesuatu hal.

f. Fungsi imajinatif, yaitu kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk

memenuhi rasa estetik (keindahan), seperti puisi, cerira, drama,dan

lagu.

4. Hambatan Komunikasi

a. Hambatan Teknis

Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi

teknologi, semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang

kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran

komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media

Page 13: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

8

komunikasi.Menurut dalam bukunya, 1976, Cruden dan

Sherman Personel Management jenis hambatan teknis dari komunikasi:

a) Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas

b) Kurangnya informasi atau penjelasan

c) Kurangnya ketrampilan membaca

d) Pemilihan media (saluran) yang kurang tepat.

b. Hambatan Semantik

Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian

pengertian atau secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi

idea atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata

membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian

(komunikator dan komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya

keliru. Tidak adanya hubungan antara Simbol (kata) dan apa yang

disimbolkan (arti atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang

dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan

sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang

komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan

karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran

terhadap kata-kata yang dipakainya.

c. Hambatan Manusiawi

Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi,

persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau

ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll.

Menurut Cruden dan Sherman :

1. Hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia. Perbedaan

persepsi, perbedaan umur, perbedaan keadaan emosi,

ketrampilan mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi,

penyaringan informasi

2. Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam

organisasi. Suasana iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

staf dan efektifitas komunikasi organisasi.

Page 14: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

9

B. Komunikasi Interpsersonal

1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal

maupun nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu menunjukkan

bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan

mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-

verbal secara simultan dan spontan.

R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi

atau communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang

berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim

dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara langsung (Cangara, 1998, p. 32).

Selaras dengan itu De Vito dalam Saudia (2013) menjelaskan

komunikasi interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau

sekelompok orang (komunikator) dan diterima oleh orang yang lain

(komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Dengan demikian, komunikasi interpersonal terjadi secara aktif bukan

pasif. Komunikasi ini merupakan komunikasi timbal balik antara pengirim

dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian

rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses

saling menerima dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh

masing-masing pihak. Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling

mengubah dan mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi

dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi,

semangat, dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap

sesuai dengan topik yang dikaji bersama. Di dalam suatu masyarakat,

komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi antara seseorang

dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis), komunikasi

Page 15: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

10

interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer dengan

karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain

dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu

yang bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi

interpersonal lebih bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26).Sehingga dapat

disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang

terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal sehingga

komunikator dan komunikan dapat menerima dan memberikan umpan balik

secara langsung yang dilakukan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih,

dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media.

Gambar 1 Komunikasi Tatap Muka

Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan

interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu

bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang

mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling

mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan

ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai

Page 16: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

11

pihak. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan

komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan.

2. Komponen Komunikasi Interpersonal

Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam

proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain

atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk

memberikan umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27) mengemukakan

komponen-komponen tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu

dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi,

(2) Sumber-penerima, (3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi,

(5) Pesan dan saluran, (6) Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek

komunikasi.

Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal

a. Konteks (lingkungan)

Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara

dimensi fisik, sosial-psikologis dan dimensi temporal saling

Page 17: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

12

mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti memahami bahwa kenyamanan

ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta hitungan waktu,

merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi.

Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu

dinamis.

b. Komponen sumber-penerima

Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam

berkomunikasi adalah sumber yang juga penerima. Sebagai sumber

dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita mengirim pesan. Kita

mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat

tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita

mendengarkan, melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau

menciumnya. Pada saat kita berbicara dengan orang lain, kita berusaha

memandangnya untuk memperoleh tanggapan: dukungan, pengertian,

simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap isyarat-isyarat non-

verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam berkomunikasi.

c. Enkoding-Dekoding

Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang

mengawali proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau

suatu ide) yang dituangkan ke dalam gelombang suara (lembut, berapi-

api, tegas, marah dan sebagainya) atau ke dalam selembar kertas. Kode-

kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui proses pengkodean

(enkoding). Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat tergantung pada

keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang

mempengaruhi.

Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam

berkomunikasi kita berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut

diterjemahkan lebih dahulu kedalam ragam kode atau simbol tertentu

oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca. Inilah

pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja

tidak akan lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya

Page 18: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

13

kodifikasi pesan oleh sipengirim, pengkodean di pihak penerimapun

dibatasi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya

yang dianut.

d. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam

berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan

tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan

komunikasi. Suatu topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu

layak dikomunikasikan pada orang tertentu dalam lingkungan tertentu,

tetapi hal itu pula tidak layak untuk orang dan lingkungan yang lain.

Kompetensi komunikasi juga mencakup kemampuan tentang tatacara

perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik, dan suara keras.

Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa

seseorang begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina

karir, begitu menyenangkan dalam berbicara, sedang yang lainnya tidak.

Anda di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi komunikasi,

sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda berperilaku.

e. Pesan dan Saluran

Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi.

Jika seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika

seseorang itu menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita melakukan

suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu dipengaruhi oleh

kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer makna

atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh keputusan memilih

dan menata kode dan isi tersebut.

Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa

kendala utama dalam berkomunikasi seringkali lambang atau simbol

yang sama mempunyai makna yang berbeda. Artinya, kekurangcermatan

di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan menata kode dan isi

pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu komunikasi

menurut mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana

Page 19: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

14

tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh,

kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan yang terlibat.

Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan.

Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam

organisasi biasanya ditetapkan menurut jaringan otoritas yang berlaku

bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal dalam organisasi

itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk

meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai

pesan-pesan yang disampaikan secara formal.

f. Umpan Balik

Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses

dicapai dalam mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan.

Setelah penerima pesan melaksanakan pengkodean kembali, maka yang

bersangkutan sesungguhnya telah berubah menjadi sumber. Maksudnya

bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan tertentu, yakni untuk

memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia harus melakukan

pengkodean sebuah pesan dan mengirimkannya melalui saluran tertentu

kepada pihak yang semula bertindak sebagai pengirim. Umpan balik

menentukan apakah suatu pesan telah benar-benar dipahami atau belum

dan adakah suatu perbaikan patut dilakukan.

g. Gangguan

Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan

membaurkan pesan. Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan

dan merintangi penerima dalam menerima pesan. Gangguan ini dapat

berupa fisik, psikologis dan semantik.

h. Efek Komunikasi

Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi

atau dampak atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa

perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru atau memperoleh cara-cara atau

gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik

Page 20: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

15

3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua

perspektif (Fajar, 2009, p. 80) yaitu:

a. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai

alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan

demikian komunikasi antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku

seseorang.

b. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari

komunikasi antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari

komunikasi antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri,

membuat hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh pengetahuan

tentang dunia luar.

Menurut Widjaja dalam bukunya (2010, p. 8) Fungsi komunikasi antar

pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha meningkatkan

hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi,

mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan

pengalaman dengan orang lain.

Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai

tujuan tertentu. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi

interpersonal adalah: 1) menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman;

3) menumbuhkan simpati; 4) melakukan kerja sama; 5) menceritakan

kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan motivasi (Purwanto, 2011, p.

27).

Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai berikut:

1. Menemukan diri sendiri

Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita

untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita.

Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka

seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenali jati diri,

atau dengan kata lain menemukan diri sendiri (Suranto, 2011, p. 20).

Melalui komunikasi interpersonal pula kita dapat belajar bagaimana

Page 21: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

16

kita belajar menghadapi orang lain, apa kekuatan dan kelemahan kita,

dan siapa yang kita sukai atau tidak.

2. Menemukan dunia luar

Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih

banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan

kita. Hal itu menjadikan kita memahami dunia luar, dan kita dapat

lebih banyak mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan,

sikap dan nilai-nilai kita secara tidak langsung dan tanpa sadar

dipengarui lebih banyak oleh pertemuan interpersonal daipada oleh

media atau pendidikan formal.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti

Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara

interpersonal dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan

membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang

demikian dapat membantu mengurangi kesepian dan depresi,

menjadikan kita sanggup saling berbagi, dan pada umumnya membuat

kita merasa lebih positif tentang diri kita.

4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling

efektif dan mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah sikap

seseorang. Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan

menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat

pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi

adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan

memberikan makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk

memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan

sikap. Misalnya seorang ayah menginginkan anaknya agar ada

perubahan sikap dan perilaku agar anaknya meningkatkan intensitas

belajarnya, dan mengurangi ketergantungan memainkan hand phone

dan internet.

Page 22: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

17

5. Untuk bermain dan kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama

adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai

aktivitas kita, berdiskusi, bercerita hal-hal ringan dan lucu, kegiatan

komunikasi semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang

penting dalma pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan

di lingkungan kita.

6. Untuk membantu (konseling)

Ada beberapa profesi yang memang mengandalkan kemampuan

komunikasi interpersonal untuk menjalankan pekerjaannya, seperti

seorang ahli psikologi. Kita semua juga pada umumnya berfungsi

membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.

Misalnya seorang remaja curhat kepada sahabatnya mengenai putus

cinta. Tanpa disadari bahwa tujuan melakukan curhat tersebut adalah

untuk mendapatkan bantuan pemikiran sehingga didapat solusi yang

terbaik. Contoh lain, seorang mahasiswa berkonsultasi dengan dosen

pembimbing akademik tentang suatu mata kuliah yang sebaiknya

diambil.

7. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk

menunjukan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk

menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup,

dingin dan cuek (Suranto, 2011, p. 19). Misalnya, seorang pemimpin

bertanya kepada karyawannya mengenai kabar karyawannya,

sebenarnya mungkin pemimpin tersebut tidak bermaksud mengorek

jawaban dari karyawan mengenai keadaan diri dan kesehatannya

secara, namun hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan positif

kepada karyawan dan tentunya menjaga hubungan yang baik dengan

karyawan tersebut.

Page 23: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

18

4. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan

fungsi pengambilan keputusan:

a. Fungsi Sosial

1) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis

Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan

hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk

memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi

kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui

komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan

meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih

sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati

dan kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai

kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan satu

dengan perasaan yang lain.

2) Mengembangkan hubungan timbal balik

Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi

yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara

verbal atau nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban

verbal atau menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi

lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari kedua, dan

begitu seterusnya. Jadi hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai

unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi antar pribadi sehingga

harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi sungguh-sunguh

terjadi.

3) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri

Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi

diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar

dari tekanan. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan

kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat

informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi

Page 24: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

19

diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah

yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika

berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada.

4) Menangani konflik

Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita

mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara.

Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah

radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi sangat

sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi

suara yang akan membantu individu untuk memberi penekanan pada

kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri

sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir lawan

bicara kita. Dengan demikian komunikasi antarpribadi berfungsi untuk

mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik didalam suatu

organisasi atau kelompok masyarakat.

b. Fungsi pengambilan keputusan

1) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi

Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat

memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini

komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan

yang dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan

komunikasi.

2) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain

Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan

persuasif dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai

bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk

diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara

tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan hidup

mereka.

Page 25: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

20

5. Jenis Komunikasi Interpesonal

Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan

jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c)

berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau

keintiman (Andi Nuraedah Nur, 2009, p. 4).

Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat,

dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan

diadik merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita

dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa

ciri khas hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik memiliki tujuan

khusus, individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang berbeda

dengan „wajah‟ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan

pada hubungan diadik berkembang pola komunikasi (termasuk pola

berbahasa) yang unik atau khas yang akan membedakan hubungan tersebut

dengan hubungan diadik yang lain.

Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang.

Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau

kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih

didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan

diambil melalui negosiasi).

Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi

menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas

merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan

sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya

hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam

kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan hubungan

sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk

menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan

sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua

orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

Page 26: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

21

Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi

2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan

jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar.

Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu

di jalan.

Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang

lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang

ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu,

komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak

maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.

Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di

atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan

atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan

akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali

tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau

intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim

suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri

tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka

waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang.

Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena

investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang

lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal

yang ritual.

6. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan

terjadinya kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi

interpersonal adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada

komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk

menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi

pada umumnya).

Page 27: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

22

Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar

manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Penginterprestasian

Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam

diri komunikator. Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula

sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil

menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih

abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut

interpreting.

b. Penyandian

Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat

abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang

komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi

sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.

c. Pengiriman

Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan

komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah

yang disebut transmitter, alat pengirimpesan.

d. Perjalanan

Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan

dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

e. Penerimaan

Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi

melalui peralatan jasmaniah komunikan.

f. Penyandian Balik

Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi

diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal

budinya berhasil menguraikannya (decoding).

Page 28: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

23

g. Penginterpretasian

Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi

berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

Gambar 3 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif:

1. Perspektif Psikologis

Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses

encoding, kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan

sehingga terjadi komunikasi interpersonal.

2. Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer

pesan dengan bahasa verbal/non verbal.

Komunikasi ini dibedakan menjadi:

1. Proses komunikasi primer.

2. Proses komunikasi sekunder.

3. Proses komunikasi linier.

4. Proses komunikasi sirkular.

Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh

komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.

Page 29: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

24

Proses Komunikasi Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan

menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses

Komunikasi linier adlah penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan sebagai titik terminal. Proses komunikasi sirkular yaitu

terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.

Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:

1. Komunikasi bersifat dinamis.

2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.

3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.

4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.

5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.

Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill

(Vardiansyah, 2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:

1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.

3. Pengirim menyampaikan pesan.

4. Penerima menerima pesan

5. Penerima menafsikan pesan.

6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada

pengirim.

Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan

dalam sebuah diagram berikut:

Tahap 1

pengirim mempunyai

gagasan

Tahapan 2

Pengirim mengubah ide

menjadi pesan

Tahapan 3

Pengirim mengirim

pesan

Tahapan 6

Penerima mengirim ide

pesan

Tahapan 5

Penerima menafsirkan

pesan

Tahapan 4

Penerima menerima

pesan

SALURAN dan

MEDIA

Page 30: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

25

Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi

1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengiriman

pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingn disampaikn

kepada pihak lain atau audiens.ide dapat diperoleh dari berbagai sumber

yang terbentang luas di hadapan kita. Dunia ini penuh dengn berbagai

macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar dibaui, dikecap,

maupun diraba.Ide-ide yang ada dalam benak kita disaring dan disusun

ke dalam suatu memori yang ada alam jaringan otak, yang merupakan

gambaran persepsi kira terdahap kenyataan. Setia orang akan memiliki

peta mental yang berbea karena kita memandang dunia dan menyerap

berbagai pengalaman dengan suatu cara yang unik dan bersifat

individual.

Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan

seseorang mungkin akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua

orang yang memiliki suatu pengalaman yang sama terhadap suatu hal

atau kejaidian, akan memiliki kesan ang tidak serupa. Sebagai contoh ada

dua orang yang sama-sama mengikuti briefing dari pemimpin

perusahaan.Apabla mereka diminta untuk menceritakan pengalaman

mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yang berbeda. Seseorang

komunikator yang baik, harus perhatian pada hal-hal yang memang

penting dan relevan.Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal

sebagai abstraksi (abstraction).

2. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau

imengerti dengan sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide

dalam pikiran, yang lalu diubah kedalam bentuk pesan-pesan seperti

dalam benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian

disampaikan kepada orang lain.

Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim

pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin

Page 31: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

26

disampaikan) maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar

belakang buaya. Seagai contoh sederhana, pada umumna orang timur

cenderung menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa

taklangsung dan bahasa yang halus. Untuk menyatakan sikap menolak,

seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka

yang bersifat netral, baru kemudan menyatakan sikap penolakan.

3. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya

adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran

yang ada kepada si penerima pesan.Saluran komunikasi yang digunakan

untuk menyampaikan pesan terkadang relative endek, tetapi ada juga

yang cuku panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang digunakan akan

berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan

pesa-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut

bias jadi terdistirsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya,

disamping itu, dalam menyampaian suatu pesan, berbagai media

komunikasi, media tertulis maupun lisan dapat digunakan. Leh karena

itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaian.

4. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan

Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila

pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima

(komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk

surat, komunikasi baru isa terjalin ba penerima surat membaca dan

memahami isinya.jika seseorang menyampaikan pidatonya di hadapan

umum, para pndengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang

dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan.

5. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia

dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus

mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima

pesan.Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditasirkan secara benar bila

Page 32: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

27

penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang

disampaikan oleh pengirim pesan.

6. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke

Pengirim

Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai

komunikasi.Umpan balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan

yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan.

Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan

dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal

yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu

senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut, memberi komentar sekilas

(singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis.

Sebagai contoh, seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat

dari pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima

beritaa yang menyenangkan dari piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi

wajah tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam berkomunikasi.

Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya

factor-faktor penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar

lbelakang, perbedaan penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara

emosional.

C. Komunikasi Massa

1. Pengertian Komunikasi Massa

Pengertian Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling

sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, 2003:188), yakni:

komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media

massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages

communicatedthrough a mass medium to a large number of people).

Definisi komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli

komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) “Mass

communication is the tehnologically and institutionally based production

Page 33: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

28

and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in

industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi

yang berlandaskan teknologidan lembaga dari arus pesan yang

kontinyuserta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri

(Rakhmat, 2003:188). Menyimak berbagai definisi komunikasi massa yang

dikemukakan para ahli komunikasi , tampaknya tidak ada perbedaan yang

mendasar atau prinsip, bahkan definisi-definisi itu satu sama lain saling

melengkapi. Hal ini telah memberikan gambaran yang jelas mengenai

pengertian komunikasi massa. Bahkan, secara tidak langsung dari

pengertian komunikasi massa dapat diketahui pula ciri-ciri komunikasi

massa yang membedakannya dari bentuk komunikasi lainnya. Rakhmat

merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi:

“komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan

kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui

media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara

serentak dan sesaat (Rakhmat, 2003:189).

2. Bentuk Proses Komunikasi Massa

a. Model Proses Efek Kuat

Pandangan proses satu arah memperlihatkan gambaran yang

sederhana di mana audiens berada pada posisi sebagai penerima pesan

yang bersikap pasif. Awal mulanya komunikasi di mulai dari tingkatan

source /komunikator. Jika kita berbicara tentang komunikasi massa,

maka source disini adalah media massa. Dimana disini dapat kita lihat

bahwa terpaan pesan dari media sangat kuat yang bergerak secara

linear/langsung dari satu titik ke titik lain hingga sampai kepada audiens.

Dinamakan model proses komunikasi massa efek kuat, karena pesan

yang diterima audiens adalah langsung mengikuti garis lurus. Sehingga

diibaratkan bahwa audiens pasif terhadap apa yang di produksi oleh

media.

Page 34: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

29

b. Model Proses Efek Terbatas

Pada model efek terbatas ini, sebenarnya skema perpindahan pesan

tersebut hampir sama dengan model efek kuat. Dimana prosesnya

melalui garis lurus dari titik satu ke titik lainya. Akan tetapi disini

kebalikannya dari efek kuat. Pada model efek kuat, proses komunikasi

berawal dari source / komunikator/ media itu sendiri. Akan tetapi pada

proses efek terbatas ini proses komunikasi massa yang terjadi bermula

dari audiens. Dengan asumsi bahwa audiens aktif, dan bebas memilih

media mana yang mereka inginkan dan cocok sesuai kebutuhan audiens.

c. Model Proses Selektif Interaksional

Pada model proses selektif interaksional ini berpandangan bahwa

proses komunikasi yang terjadi berlangsung dua arah. Ada pesan yang

berasal dari source dan ada pesan yang bersumber dari receiver.

d. Model Proses One Step

Model Proses one step ini hubungan media dengan audiens bersifat

langsung tanpa melewati saluran atau chanel

e. Model Proses Two Step

Model proses dua tahap memperlihatkan bahwa audiens media

tidaklah hanya orang – orang yang pasif saja akan tetapi sudah ada

orang-orang yang berpengaruh dalam masyarakat yaitu influencer atau

tokoh-tokoh masyarakat. Yang menentukan efek dari pesan tersebut

bukan lagi media akan tetapi masyarakat melalui tokoh-tokoh di dalam

masyarakat tersebut. Yaitu influncer yang mempunyai pengaruh yang

besar terhadap proses komunikasi tersebut.

f. Model Proses Multi Step

Pandangan proses banyak tahap memperlihatkan seolah audiens

merupakan sejumlah besar anggota masyarakat yang kompleks dan yang

di antara mereka berlangsung interaksi dan tidak saling terpisah, tak

hanya berinteraksi dengan media (seperti dalam pandangan proses satu

tahap).

Page 35: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

30

3. Karakteristik Komunikasi Massa

a. Komunikator Terlembagakan

Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Kita

sudah memahami bahwa komunikasi massa itu menggunakan media

massa, baik media cetak maupun elektronik. Dengan mengingat kembali

pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan

komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita

bayangkan secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator

sampai pesan itu diterima oleh komunikan.

b. Pesan Bersifat Umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu

ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok

orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum.

c. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen.

Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal

komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan,

pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan

perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak

mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan

media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi

massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat

yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama, dan

tingkat ekonomi. Hal ini dapat kita buktikan dengan melihat acara

“Seputar Indonesia” yang ditayangkan RCTI dan ditonton oleh jutaan,

bahkan puluhan juta pemirsa di Indonesia yang tersebar diberbagai kota.

d. Media Massa Menimbulkan Keserampakan

Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi

lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya

relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang

Page 36: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

31

banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan

memperoleh pesan yang sama pula.

e. Komunikasi Massa Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan

Salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi

mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan (Mulyana, 2000:99).

Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang

dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara

mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para

peserta komunikasi itu. Sementara Rahmat (2003) menyebutnya sebagai

proporsi unsur isi dan unsur hubungan. Dalam komunikasi antarpersona

yang diutamakan adalah unsur hubungan. Semakin saling mengenal

antarpelaku komunikasi, maka komunikasinya semakin efektif.

Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak selalu kenal

dengan komunikannya, dan sebaliknya. Yang penting, bagaimana

seorang komunikator menyusun pesan secara sistematis, baik, sesuai

dengan jenis medianya, agar komunikannya bisa memahami isi pesan

tersebut. Itulah sebabnya mengapa perlu menulis lead untuk media cetak,

lead untuk media elektronik (radio maupun televisi), cara menulis artikel

yang baik, dan seterusnya. Semua itu menunjukkan pentingnya unsur

komunikasi.

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah

Bersifat satu arah adalah ciri komunikasi massa yang merupakan

kelemahannya. Karena komunikasinya melalui media massa, maka

komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung.

Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima

pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog

sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona.

g. Stimulasi Alat Indera Terbatas

Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu

kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada

komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat

Page 37: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

32

indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikannya, dapat

digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat,

mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi

massa, stimulasi alat indra brgantung pada jenis media massa. Pada surat

kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan

rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media

televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed) dan Tidak Langsung (Indirect)

Komponen umpan balik atau yang lebih populer disebut dengan

feedback merupakan faktor penting dalam proses komunikasi

antarpersona, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Umpan

balik sebagi respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada

komunikasi antarperson. Bila penulis memberikan kuliah pada Anda

secara tatap muka, penulis akan memperhatikan bukan saja ucapan anda,

tetapi juga kedipan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan

gerakan lainnya yang dapat penulis artikan. Umpan balik ini bersifat

langsung (direct) dan segera (immediate). Sedangkan dalam proses

komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung (indirect) dan

tertunda (delayed). Artinya komunikator komunikasi massa tidak dapat

dengan segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan

yang disampaikannya. tanggapan khlayak bisa diterima lewat telepon, e-

mail, atau surat pembaca

4. Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Dominick (2001) terdiri dari:

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama: (1)

warning or beware surveillance (2) instrumental surveillance. Warning

surveillance terjadi ketika media massa menginformasikan tentang

ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, tayangan inflasi

atau adanya serangan militer. Instrumental surveillance adalah

penyampaian atau penyebaran informsi yang memiliki kegunaan atau

Page 38: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

33

dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Contoh:

produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep masakan, dsb.

2. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga

memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Contoh:

tajuk rencana surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini

yang ditujukan kepada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif

(sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.

3. Linkage (Pertalian)

Contoh kasus di Indonesia adalah kasus SBY yang sebelumnya

menjabat Menko Polkam dalam jajaran kabinet Gotong Royong

Presiden Megawati Soekarnoputri. Ketika beliau jarang diajak rapat

kabinet dan kemudian mengundurkan diri, maka tayangan beritanya di

TV, radio siaran, surat kabar telah menaikkan pamor Partai Demokrat

yang mencalonkan SBY sebagai presiden.

4. Transmission of Values (Penyebaran Nilai-Nilai)

Contoh : sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja belajar

tentang perilaku berpacaran dari menonton film dan acara TV yang

mengisahkan tentang pacaran, termasuk pacaran yang agak liberal atau

bebas. 1Dr Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu

Pengantar,Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 7-12.

Diantara semua media massa, TV sangat berpotensi untuk terjadinya

penyebaran nilai-nilai pada anak muda, terutama anak- anak yang telah

melampaui usia 16 tahun.

5. Entertainment (Hiburan)

Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain

tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak,

karena dengan membaca berita-berita ringan atau melihat tayangan

hiburan di TV dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

Page 39: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

34

Menurut Effendy (1933) terdiri dari:

1. Fungsi Informasi

2. Fungsi Pendidikan

3. Fungsi Memengaruhi

4. Fungsi Proses Pengembangan Mental

Menurut DeVito (1996) terdiri dari:

1. Fungsi Meyakinkan (to Persuade)

Contoh: jika kita menyukai Ilkom, kita akan cenderung memilih

kuliah di Fakultas Ilmu Komunikasi, membaca tulisan tentang

komunikasi, dan melakukan penelitian-penelitian dalam bidang

komunikasi.

2. Fungsi Menganugerahkan Status

Misalnya Harian Ekonomi Bisnis Indonesia menyajikan rubrik profil

dan views pengusaha dihalaman depan, sehingga menaikkan prestise

mereka sebagai pengusaha.

3. Fungsi Membius (Narcotization)

Misalnya, TV telah menayangkan tentang kematian tragis Putri Diana.

Media membuat tayangan sedemikian rupa sehingga pemirsa seolah-

olah terbius oleh tayangan tersebut.

4. Fungsi Menciptakan Rasa Kebersatuan

Sebagai contoh, seseorang yang sedang sendirian, kesepian dirumah

yang besar, duduk sambil minum teh dan menonton TV. Acara yang

ditayangkan TV membuat orang tersebut merasa menjadi anggota

keluarga, karena merasa terhibur dan menyatu dengan acara tersebut.

5. Fungsi Privatisasi

Adalah kecenderungan bagi seseoang untuk menarik diri dari

kelompok sosial dan mengucilkan diri kedalam dunianya sendiri.2 2

Dr Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,Bandung:

Simbiosa Rekatama Media, 2004, hlm. 15-29.

Page 40: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

35

D. Komunikasi Kelompok

1. Pengertian Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal

satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok

tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga,

kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang

tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi

kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan

teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara

beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat,

pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael

Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok

sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan

tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri,

pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat

karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi

komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya

komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan

memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149)

menyatakan komunikasi kelompok terjani ketika tiga orang atau lebih

bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk

mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain.

Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat

komunikasi kelompok sebagai berikut:

a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;

b. Kelompok memiliki sedikit partisipan;

c. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;

d. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;

Page 41: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

36

e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

2. Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya

Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para ilmuwan

sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya tiga

klasifikasi kelompok.

a. Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaluddin

Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu

kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan

menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok

sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak

akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan

karakteristik komunikasinya, sebagai berikut:

1) Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan

meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling

tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita

tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali

kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada

kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2) Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan

kelompok sekunder nonpersonal.

3) Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan

daripada aspek isi, sedangkan kelompok sekunder adalah sebaliknya.

4) Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan

kelompok sekunder instrumental.

5) Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan

kelompok sekunder formal.

b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok

keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference

Page 42: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

37

group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-

anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu.

Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai

alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk

sikap.

Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi

komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif. Saya menjadikan

Islam sebagai kelompok rujukan saya, untuk mengukur dan menilai

keadaan dan status saya sekarang (fungsi komparatif. Islam juga

memberikan kepada saya norma-norma dan sejumlah sikap yang harus

saya miliki-kerangka rujukan untuk membimbing perilaku saya,

sekaligus menunjukkan apa yang harus saya capai (fungsi normatif).

Selain itu, Islam juga memberikan kepada saya cara memandang dunia

ini-cara mendefinisikan situasi, mengorganisasikan pengalaman, dan

memberikan makna pada berbagai objek, peristiwa, dan orang yang saya

temui (fungsi perspektif). Namun Islam bukan satu-satunya kelompok

rujukan saya. Dalam bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia

(ISKI) adalah kelompok rujukan saya, di samping menjadi kelompok

keanggotaan saya. Apapun kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat

dipengaruhi, termasuk perilaku saya dalam berkomunikasi.

c. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok

menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan

klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara

alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok

deskriptif dibedakan menjadi tiga: a. kelompok tugas; b. kelompok

pertemuan; dan c. kelompok penyadar. Kelompok tugas bertujuan

memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang

kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang

menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap

anggota berusaha belajar lebih banyak tentang dirinya. Kelompok terapi

Page 43: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

38

di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok

penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik

yang baru. Kelompok revolusioner radikal; (di AS) pada tahun 1960-an

menggunakan proses ini dengan cukup banyak.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus

ditempuh anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan

dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu:

diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan

prosedur parlementer.

d. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi

1) Konformitas.

Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju

(norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau

dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau

melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan

dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk

menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam

kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-

rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh

anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota

berikutnya untuk setuju juga.

2) Fasilitasi sosial.

Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan

kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.

Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah.

Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-

dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu.

Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang

yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi

kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan

adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah

Page 44: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

39

yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah

yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah,

respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-

peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu.

3) Polarisasi.

Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila

sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak

mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi

mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota

kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan

menentang lebih keras.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok

Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua

tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-

anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut

prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan

(satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi

informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat

dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan

sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan

kelompok.

Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan

kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu:

a. Faktor situasional karakteristik kelompok:

1) Ukuran kelompok.

Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok

bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok.

Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan

interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar

dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif,

anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk

Page 45: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

40

menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada

kelompok tugas koatif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan

pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah

pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan

tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat

memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka

sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang.

Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan

ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok

memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang

benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama

bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan,

dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang

divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif),

diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.

Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat,

2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin

berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima

orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan

manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap

kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh

anggota-anggota kelompok.

2) Jaringan komunikasi.

Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah

sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam

hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk

kelompok tercepat dan terorganisir.

3) Kohesi kelompok.

Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong

anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan

mencegahnya meninggalkan kelompok. McDavid dan Harari (dalam

Page 46: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

41

Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankam bahwa kohesi diukur dari

beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara

interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan

dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok

sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal.

Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota

kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan

anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa

aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih

terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi,

para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin

mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin

mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin

tidak toleran pada anggota yang devian.

4) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi

kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan

adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi

kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh

White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya

kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan

otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya

ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan

pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk

membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan

laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk

mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi

pemimpin yang minimal.

Page 47: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

42

b. Faktor personal karakteristik kelompok:

1) Kebutuhan interpersonal

William C. Schultz (1966) merumuskan Teori FIRO (Fundamental

Interpersonal Relations Orientatation), menurutnya orang menjadi

anggota kelompok karena didorong oleh tiga kebutuhan intepersonal

sebagai berikut:

2) Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion).

3) Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control).

4) Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang

lain.

5) Tindak komunikasi

Mana kala kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap

anggota berusaha menyampaiakan atau menerima informasi (secara

verbal maupun nonverbal). Robert Bales (1950) mengembangkan

sistem kategori untuk menganalisis tindak komunikasi, yang

kemudian dikenal sebagai Interaction Process Analysis (IPA).

6) Peranan

Seperti tindak komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota

kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara

suasana emosional yang lebih baik, atau hanya menampilkan

kepentingan individu saja (yang tidak jarang menghambat kemajuan

kelompok). Beal, Bohlen, dan audabaugh (dalam Rakhmat, 2004: 171)

meyakini peranan-peranan anggota-anggota kelompok terkategorikan

sebagai berikut:

a) Peranan Tugas Kelompok. Tugas kelompok adalah memecahkan

masalah atau melahirkan gagasan-gagasan baru. Peranan tugas

berhubungan dengan upaya memudahkan dan mengkoordinasi

kegiatan yang menunjang tercapainya tujuan kelompok.

b) Peranan Pemiliharaan Kelompok. Pemeliharaan kelompok

berkenaan dengan usaha-usaha untuk memelihara emosional

anggota-anggota kelompok.

Page 48: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

43

c) Peranan individual, berkenaan dengan usahan anggota

kelompokuntuk memuaskan kebutuhan individual yang tidak

relevan dengantugas kelompok

E. Focus Group Discussion (FGD)

1. Definisi Focus Group Discussion (FGD)

Diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) adalah

suatu proses pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat

spesifik melalui diskusi kelompk, diskusi kelompok terarah adalah

wawancara dari sekelompok kecil orang yang dipimpin oleh seorang

narasumber atau moderator yang secara halus mendorong peserta untuk

berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap penting

yang berhungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi diantara peserta

merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunayi

kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan,

menanggapi, komentar maupun mengajukan pertanyaan.

FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri

khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitaif lainnya

(wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi! Hidup mati sebuah

FGD terletak pada ciri ini. Tanpa interaksi sebuah FGD berubah wujud

menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus Group Interview). Hal

ini terjadi apabila moderator cenderung selalu mengkonfirmasi setiap topik

satu per satu kepada seluruh peserta FGD. Semua peserta FGD secara

bergilir diminta responnya untuk setiap topik, sehingga tidak terjadi

dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung antara moderator

dengan informan A, informan A ke moderator, lalu moderator ke informan

B, informan B ke moderator. Yang seharusnya terjadi adalah moderator

lebih banyak “diam” dan peserta FGD lebih banyak omong alias “cerewet”.

Kondisi idealnya, Informan A merespon topik yang dilemparkan moderator,

disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh

informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan

Page 49: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

44

akhirnya ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat

interaktif, hidup, dinamis.

FGD adalah group bukan individu. Prinsip ini masih terkait dengan

prinsip sebelumnya. Agar terjadi dinamika kelompok, moderator harus

memandang para peserta FGD sebagai suatu group, bukan orang per orang.

Selalu melemparkan topik ke “tengah” bukan melulu tembak langsung ke

peserta FGD. FGD adalah diskusi terfokus bukan diskusi bebas. Prinsip ini

melengkapi prinsip pertama di atas. Diingatkan bahwa jangan hanya

mengejar interaksi dan dinamika kelompok, kalau hanya mengejar hal

tersebut diskusi bisa berjalan ngawur. Selama diskusi berlangsung

moderator harus fokus pada tujuan diskusi, sehingga moderator akan selalu

berusaha mengembalikan diskusi ke “jalan yang benar”. Moderator memang

dituntut untuk mencairkan suasana (ice breaking) agar diskusi tidak

berlangsung kaku, namun kadang-kadang proses ice breaking ini kelamaan,

moderator ikut larut dalam “keceriaan” kelompok, ber ha-ha-hi-hi, dan baru

tersadar ketika masih banyak hal yang belum tergali, sementara para peserta

sudah mulai kehilangan “energi”.

Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun informasi

mengenai suatu permasalahan. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan

oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.

2. Perbedaan FGD dengan Wawancara

Pada proses wawancara biasanya fasilitator bertanya dan menunjuk

sesorang yang ingin dituju. Dalam FGD tugas fasilitator tidaklah selalu

bertanya melainkan mengendalikan diskusi teresebut untuk menggali suatu

permasalahan yang dicari dalam penelitiannya. Fasilitator berperan agar

tidak terlalu didominasi oleh satu orang dan diskusi itu sendiri tidak macet.

Diperlukan suatu teknik tertentu dalam pelaksanaan FGD.

Seringkali dalam FGD di dominasi dari satu orang terhadap diskusi

tersebut, pertanyaan atau topik yang tidak dimengerti peserta diskusi

sehingga menjadi macet. Pertanyaan yang personal atau tabu untuk dijawab

didepan umum sehingga malu untuk menjawab. Adanya orang yang bukan

Page 50: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

45

peserta yang ikut mengganggu jalannya diskusi. Untuk itulah diperlukan

latihan khusus mulai dari panduan pertanyaan yang perlu diuji, keterampilan

fasilitator dan pengendalian variable pengganggu tersebut

3. Karakteristik FGD

Peserta terdiri dari 6 – 12 orang dengan maksud agar setiap individu

mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. Umumnya FGD

dilaksanakan pada populasi asaran yang homogen (mempunayi ciri-ciri

yang sama) < ciri-ciri yang sama tersebut ditentukan oleh tujuan dari

penelitian.

4. Sumber Yang Diperlukan Dalam FGD

a. Peserta

Tentunya yang paling esensial adalah peserta FGD siapa yang akan

di pilih menjadi peserta FGD dan berapa jumlahnya harus dapat di

tentukan dengan baik. Jumlah peserta yang teralu banyak juga tidak

efektif karena kurangnya kesempatan untuk mengyampaikan pendapat.

Kalau terlalu sedikit akan kurang variasi pernyataan yang didapat.

Jumlah peserta yang ideal antara 7-11 orang. Untuk itulah hal ini perlu

diperhatikan karena tidak mudah mengumpulkan masyarakat apalagi

dengan karakteristik tertentu. Siapa yang akan menjadi peserta harus

dibuat kriterianya sehingga dapat dengan jelas diketahui siapa saja yang

memenuhi syarat menjadi peserta.

Peserta yang tidak memenuhi syarat akan dikeluarkan (criteria

esklusi). perlu juga dipertimbangkan untuk mencari peserta cadangan

apabila nantinya peserta berhalangan hadir. Kriteria peserta yang sulit

dicari sebaiknya dihindari karena akan bermasalah dalam

mengumpulkannya. Peranan negosiasi dan transportasi disini cukup besar

dimana mereka agar setuju ikut kegiatan dan diangkut ketempat tersebut

secara bersamaan. Apabila tidak bersamaan ditakutkan akan tidak hadir.

b. Karakteristik peserta

Perlu diperhatikan bagaimana cara memilih peserta FGD tersebut

pertimbangan terhadap homogenitas dan heterogenitas perlu dilakukan.

Page 51: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

46

Terkait juga dengan tujuan dari penelitian tersebut. Kalau anggotanya

memiliki tingkat strata yang berbeda dimana ada pimpinan dan bawahan

maka hasilnya akan berpengaruh apabila yang berbicara adalah orang

dalam strata yang sama. Sebab pimpinan akan mendominasi dan

bawahan akan takut mengemukakan pendapatnya. Maka disarankan

menggunakan strata yang sama.

Peserta yang berasal dari tingkat pengetahuan berbeda-beda akan

memberi variasi jawaban dibandingkan yang sama tingkat

pengetahuannya. Sehingga dapat lebih digali lagi informasi yang

diperlukan. Dominasi satu orang terhadap pelaksanaan diskusi juga perlu

dihindari karena pada prinsipnya adalah semua peserta berhak

mengeluarkan pendapat, entah itu salah atau benar yang penting

berpendapat.

c. Anggota Pelaksana Kegiatan

Secara garis besar dalam menjalankan FGD kita membutuhkan

minimal 1 moderator, 1-2 pencatat, 1 bloker dan alat perekam suara.

Semua anggota tim haruslah bekerjasama dalam menyukseskan suatu

kegiatan.

1) Moderator

Moderator Adalah orang yang akan memimpin jalannya diskusi

tersebut. Mereka yang terpilih menjadi moderator sebaiknya sudah

dilatih sebelumnya. Karena bagaimana diskusi tersebut akan juga

tergantung bagaimana moderator itu mampu melakukan kontrol

terhadap jalannya diskusi. Dalam diskusi dapat saja terjadi saling

perbedaan pendapat yang bahkan menimbulkan perkelahian karena

menyinggung perbedaan SARA (Suku, Agama, Ras, Antar

Golongan). Peranan moderator disini cukup besar. dalam

melaksanakan FGD diperlukan seorang moderator. Moderator

berperan dalam membuka diskusi, mengendalikan jalan diskusi dan

selanjutnya menutup diskusi tersebut.

Page 52: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

47

2) Pencatat

Dalam pelaksanaan FGD kita menggunakan alat perekam biasanya,

jenisnya dapat bermacam-macam tape recorder, Handphone perekam,

MP3 perekam, bahkan ada ballpoint perekam apa saja dapat

digunakan asalkan dapat merekam dalam waktu 1 jam. Karena FGD

sebaiknya dilakukan paling lama 1,5 jam karena lebih dari itu

peserta/responden tersebut menjadi jenuh. Tenaga pencatat sebaiknya

1-2 orang. Kenapa membutuhkan pencatat data padahal sudah ada

perekam data, kita membutuhkan pencatat data karena pertama,

mereka akan dibutuhkan kalau hasil rekaman kita tidak jelas

didengarkan. Kedua, dalam rekaman data kita tidak dapat merasakan

sense pembicaraan bagaimana eskpresi wajah peserta tersebut maka

pencatat datalah yang dapat menjelaskan. Seringkali dalam

pelaksanaan FGD, hasil rekaman agak kabur padahal itu esensial,

sehingga tidak begitu jelas kita mengerti apa maksudnya maka

diperlukan catatan diskusi tersebut. Hal yang perlu diperhatikan oleh

pencatat diskusi :

a) Catatlah sedetail mungkin pembicaraan tersebut jangan

menyimpulkan

b) Buat juga eskpresi pembicara apakah lagi sedih, kecewa, senang,

marah, berbicara agak keras

c) Buat singkatan nama setiap peserta seperti (Ad, Ari, Kt dan

sebagainya).

3) Penghubung Peserta

Seperti kita bahas diatas kedatangan peserta itu penting kalau

tidak ada peserta maka kegiatan FGD akan batal begitu juga kalau

jumlah pesertanya terlalu sedikit misalnya 3 orang maka akan kurang

variasi pernyataan. Tenaga penghubung adalah yang menghubungkan

peserta dan membuat kesepakatan akan kesediaannya diperlukan

kemampuan komunikasi dan negosiasi yang baik. Kemudian tempat

Page 53: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

48

yang dipilih dalam pelaksanaannya dan transportasi yang akan

digunakan.

Bekerjasama dengan tokoh masyarakat sekitar juga kita perlukan

karena secara langsung dan tidak langsung peranan mereka dalam

menyukseskan kegiatan ini juga ada. Kita juga perlu mengajak mitra

lokal dalam menghubungkan dengan peserta. Sebaiknya sehari

sebelum kegiatan peserta dihubungi kembali untuk kesiapannya.

Sebab mungkin saja tiba-tiba ada suatu halangan didaerah tersebut

sehingga FGD harus ditunda.

4) Blocker

Mereka adalah orang yang akan menjaga pelaksaanaan FGD agar

tidak diganggu oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan. Peranan

blocker tidak dapat kita remehkan misalkan saja kita malaksanakan

FGD di balai desa dan ada Pak Lurah yang berkunjung kesana pada

saat diskusi berlangsung sehingga yang lainnya sibuk melayani

kedatangan Pal Lurah maka bisa jadi FGD menjadi bubar. Atau FGD

jadi terkesan kaku karena ada strata yang berbeda disana kurang bisa

mengungkapkan kondisi sebenarnya.

Untuk itulah dalam FGD disediakan tenaga blocker karena

gangguan dapat berupa apa saja termasuk gonggongan anjing, anak-

anak yang menangis, dan lainnya.

5) Tempat kegiatan

Ini adalah bagian dari persiapan logistik dimana akan

dilaksanakan kegiatan tersebut. Informasi ini biasanya kita dapat dari

mitra lokal kita sesuai dengan tujuan penelitian kita kalau berbau

politik seyogyanya mempertimbangkan tempat yang tepat juga.

tempat pelaksanaan dapat di balai desa, rumah tokoh masyarakat,

rumah penduduk Tentunya mempertimbangkan privasi dan gangguan

juga yang nanti akan timbul.

Page 54: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

49

5. Keuntungan dan Kelemahan FGD

a. Keuntungan Diskusi Kelompok Terarah

1) Biaya relatif murah.

2) Waktu yang digunakan cukup singkat.

3) Moderator relatif dapat dilakukan oleh siapa saja dengan melakukan

pelatihan pendek dan mengujicobakan menjalankan diskusi.

4) Dapat digunakan untuk menggali kebiasaan, keyakinan dan penilaian

dari sebuah kelompok.

5) Perhatian yang penting dan mungkin tidak muncul dalam kehidupan

sehari-hari, melalui diskusi kelompok ini dapat dimunculkan.

b. Kelemahan Diskusi Kelompok Terarah

1) Peserta seringkali tidak mewakili seluruh kelompok sasaran.

2) Kelompok yang terlibat mungkin sulit untuk dikendalikan.

3) Hasil dan kesimpulan diskusi dapat dipengaruhi oleh pandangan atau

pendekatan dari moderator.

4) Tidak mempunyai data statistik.

Meskipun Diskusi Kelompok Terarah mempunyai beberapa kelemahan,

tapi anda dapat mengeliminer kelemahan tersebut dengan melakukan 2 hal.

Pertama, proses diskusi kelompok terarah ini sangat tergantung pada

moderator untuk memandu proses diskusi dan menganalisa hasilnya.

Kelemahan-kelemahan pada Focus Group Discussion dapat anda atasi jika

sebelumnya sang moderator secara hati-hati menyusun pertanyaan panduan

diskusi, melakukan ujicoba pertanyaan dan secara seksama mencatat atau

merekam pernyataan serta reaksi yang muncul selama proses diskusi.

Kedua, seleksi dan mengumpulkan peserta memang bisa jadi dapat

menyulitkan anda. Solusinya, anda harus mempersiapkan dan menyebarkan

undangan secara hati – hati agar diskusi hanya diikuti oleh orang – orang

yang benar-benar dapat berdiskusi bersama – sama. Hal itu juga untuk

menghindari datangnya orang – orang yang tidak diharapkan hadir datang

dan membuat suasana diskusi terganggu.

Page 55: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

50

6. Alasan Penggunaan FGD

Ada beberapa alasan dipergunakannya FGD yaitu :

a. Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami

dengan metode survei atau wawancara.

b. Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif

singkat.

c. Sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat

sangat lokal dan sepesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan

masayarakat setempat dipandang sebgai pendekatan yang paling serasi.

d. Untuk menumbuhkan peranan memilih dari masyarakat yang diteliti,

sehingga pada peniliti memberikan rekomendasi, dengan mudah

masyarakat mau menerima rekomendasi tersebut.

Tiga alasan perlunya melakukan FGD, yaitu alasan filosofis, metodologis,

dan praktis.

a. Alasan Filosofis

Pengetahuan yang diperoleh dalam menggunakan sumber informasi

dari berbagai latar belakang pengalaman tertentu dalam sebuah proses

diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan

yang diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden.

Penelitian tidak selalu terpisah dengan aksi. Diskusi sebagai proses

pertemuan antarpribadi sudah merupakan bentuk aksi .

b. Alasan Metodologis

Adanya keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami

dengan metode survei atau wawancara individu karena pendapat

kelompok dinilai sangat penting.

Untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu relatif

singkat. FGD dinilai paling tepat dalam menggali permasalahan yang

bersifat spesifik, khas, dan lokal. FGD yang melibatkan masyarakat

setempat dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai.

Page 56: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

51

c. Alasan Praktis

Penelitian yang bersifat aksi membutuhkan perasaan memiliki dari

objek yang diteliti- sehingga pada saat peneliti memberikan rekomendasi

dan aksi, dengan mudah objek penelitian bersedia menerima rekomendasi

tersebut. Partisipasi dalam FGD memberikan kesempatan bagi

tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.

Kegunaan FGD di samping sebagai alat pengumpul data adalah sebagai

alat untuk meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-

check terhadap berbagai keterangan/informasi yang didapat melalui

berbagai metode penelitian yang digunakan atau keterangan yang diperoleh

sebelumnya, baik keterangan yang sejenis maupun yang bertentangan.

Dari berbagai keterangan di atas, dapat disimpulkan dalam kaitannya

dengan penelitian, FGD berguna untuk:

a. Memperoleh informasi yang banyak secara cepat;

b. Mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap

dan perilaku kelompok tertentu;

c. Menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih mendalam; dan

d. Cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.

F. Wawancara

1. Definisi Wawancara

Menurut Robert Kahn dan Channel, pengertian wawancara adalah suatu

pola khusus dari sebuah interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu

tujuan tertentu dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik dengan

suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara

berkelanjutan. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong pengertian wawancara

adalah suatu percakapan dengan tujuan-tujuan tertentu. Pada metode ini

peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk

mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang

dapat menjelaskan permasalahan penelitian.

Page 57: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

52

Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer,

pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data

yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab

pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi

sebagai sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara

digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh

dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para

kolektor data memeang telah memperoleh data dengan angket kepada

subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan sejumlah

sample subjek tertentu.

Mengenai latar belakang pengguanaan wawancara sebagai metode

pengumpulan data pada suatu penelitian, pendapat Allport (dalam Hadi,

1992) berikut perlu dipertimbangkan: “If we want to know how people feel,

what their experience and what they remember, what their emotions and

motives are like, and the reasons for acting as they do – why not ask them?”

Dari pendapat itu, kita mengetahui bahwa wawancara dapat atau lebih tepat

digunakan untuk memperoleh data mengenai perasaan, pengalaman dan

ingatan, emosi, motif, dan sejenisnya secara langsung dari subjeknya.

Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses

komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah

ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan

melibatkan tanya jawab”

Menurut beberapa ahli, wawancara merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber

data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara

lisan, baik langsung maupun tidak langsung (I. Djumhur dan Muh.Surya,

1981:50), sedangkan menurut Dewa Ketut Sukardi (2000:159) wawancara

adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab

antar interviewer (penanya) dengan interviewee (responden), atau dengan

kata lain dalam wawancara terdapat unsur-unsur sebagai berikut:

Page 58: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

53

a. Pertemuan tatap muka (face to face)

b. Cara yang dipergunakan dalam wawancara adalah cara lisan.

c. Pertemuan tatap muka itu mempunyai tujuan tertentu.

Berdasarkan pengertian di atas, pengertian wawancara secara umum

mengandung beberapa aspek atau unsur-unsur antara lain:

a. Proses tanya jawab (percakapan).

b. Melibatkan dua pihak (interviewer dan interviewee).

c. Komunikasi verbal dan non verbal.

d. Informasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan proses tanya

jawab (percakapan) antara interviewer dan interviewee untuk mendapatkan

suatu informasi yang dilakukan melalui komunikasi verbal dan didukung

oleh komunikasi non verbal, yang mempunyai tujuan antara lain:

a. Pengumpulan data.

b. Penyampaian informasi.

c. Penempatan.

Ada beberapa tujuan dilakukannya wawancara, yaitu :

1. Untuk memperoleh informasi guna menjelaskan suatu situasi

dankondisi tertentu

2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.

3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau

orangtertentu.

4. Untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,

motivasi serta memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi

yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

Terdapat 3 (tiga) fungsi dari wawancra, diantaranya :

1. wawancara dapat mengumpulkan atau menyampaikan informasi,

mempengaruhi sikap orang-orang dan kadang-kadang mempengaruhi

perilaku mereka.

2. Wawancara juga merupakan alat penelitian yang berharga, dimana

memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan informasi lengkap

Page 59: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

54

yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan telepondan juga

memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal.

3. Wawancara juga memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau

menjelaskan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mudah, sehingga

meningkatkan kemungkinan mendapatkan jawaban dari responden.

2. Jenis Wawancara

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Wawancara bebas

Dalam wawancara bebas, pewawancara bebas menanyakan apa

saja kepada responden, namun harus diperhatikan bahwa pertanyaan itu

berhubungan dengan data-data yang diinginkan. Jika tidak hati-hati,

kadang-kadang arah pertanyaan tidak terkendali.

b. Wawancara terpimpin

Dalam wawancara terpimpin, pewawancara sudah dibekali dengan

daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci.

c. Wawancara bebas terpimpin

Dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara

mengombinasikan wawancara bebas dengan wawancara terpimpin, yang

dalam pelaksanaannya pewawancara sudah membawa pedoman tentang

apa-apa yang ditanyakan secara garis besar.

d. Wawancara individual

Wawancara Individual yaitu wawancara yang dilakukan oleh

seorang (pewawancara) dengan responden tunggal. Wawancara

individual disebut juga sebagai wawancara secara perorangan.

Contohnya, wawancara formal maupun informal yang dilakukan oleh

seorang wartawan dengan seorang pejabat tertentu atau seorang

wartawan dengan seorang artis.

e. Wawancara kelompok

Wawancara kelompok yaitu wawancara yang dilakukan terhadap

sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh,

Page 60: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

55

wawancara yang dilakukan wartawan dengan sekelompok personal band

atau para pemain dari kesebelasan sepakbola tertentu.

f. Wawancara konferensi

Wawancara konferensi yaitu wawancara antara seorang

pewawancara dengan sejumlah responden atau wawancara antara

sejumlah pewawancara dengan seorang responden. Contohnya,

wawancara yang dilakukan wartawan terhadap sejumlah pimpinan

perusahaan saat melakukan konferensi pers untuk publisitas, wawancara

yang dilakukan oleh beberapa wartawan kepada pejabat yang

menyelenggarakan konferensi pers, wawancara yang dilakukan dengan

pola konferensi jarak jau (teleconference) seperti yang dilakukan oleh

pewawancara TV dengan beberapa pihak yang diwawancarai di berbagai

kota terpisah.

g. Wawancara terbuka

Wawancara terbuka, yaitu wawancara yang berdasarkan

pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat) jawabannya. Contohnya,

wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang menghendaki

penjelasan atau pendapat seseorang.

h. Wawancara tertutup

Wawancara tertutup yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan

yang terbatas jawabannya. Contohnya, wawancara yang menggunakan

lembar daftar pertanyaan (questionaire) dengan jawaban yang telah

dipersiapkan untuk dipilih, seperti setuju, tidak setuju, ya, tidak, sangat

baik, cukup, kurang.

3. Sikap-sikap Yang Harus Dimiliki Seorang Pewawancara

Saat melakukan wawancara, pewawancara harus dapat menciptakan

suasana agar tidak kaku sehingga responden mau menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan. Untuk itu, sikap-sikap yang harus dimiliki

seorang pewawancara adalah sebagai berikut:

Page 61: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

56

a) Netral; artinya, pewawancara tidak berkomentar untuk tidak setuju

terhadap informasi yang diutarakan oleh responden karena tugasnya

adalah merekam seluruh keterangan dari responden, baik yang

menyenangkan atau tidak.

b) Ramah; artinya pewawancara menciptakan suasana yang mampu menarik

minat si responden.

c) Adil; artinya pewawancara harus bisa memperlakukan semua responden

dengan sama. Pewawancara harus tetap hormat dan sopan kepada semua

responden bagaimanapun keberadaannya.

d) Hindari ketegangan; artinya, pewawancara harus dapat menghindari

ketegangan, jangan sampai responden sedang dihakimi atau diuji. Kalau

suasana tegang, responden berhak membatalkan pertemuan tersebut dan

meminta pewawancara untuk tidak menuliskan hasilnya. Pewawancara

harus mampu mengendalikan situasi dan pembicaraan agar terarah.

Pengarahan atau instruksi yang perlu diperhatikan oleh pewawancara

(interviewers) meliputi pedoman-pedoman sebagai berikut:

1. Tidak pernah “terjebak” dalam penjelasan yang panjang dari studi itu;

gunakan penjelasan standar yang diberikan pengawas. (“Never get

involved in long explanations of the study; use standard explanation

provided by supervisor”).

2. Tidak pernah menyimpang dari pengantar studi, urutan pertanyaan atau

rumusan pertanyaan. (“Never deviate from the study introduction,

sequence of questions, or question wording”).

3. Tidak pernah membiarkan individu lain melakukan interupsi

wawancara, jangan membiarkan individu lain menjawab untuk

responden, atau memberikan saran, atau pandangannya pada pertanyaan

itu. (“Never let another person interupt the interview; do not let another

person answer for the respondent or offer his or her opinions on the

questions”).

4. Tidak pernah menyarankan suatu jawaban atau setuju atau tidak setuju

dengan suatu jawaban. Jangan memberikan kepada responden suatu ide

Page 62: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

57

dari pandangan pribadi anda pada topik dari pertanyaan atau survey.

(“Never suggest an answer or agree or disagree with an answer. Do not

give the repondent any idea of your personal views on the topic of

questions or survey”).

5. Tidak pernah menafsirkan arti suatu pertanyaan, cukup hanya

mengulangi pertanyaan dan memberikan instruksi atau klarifikasi

seperti yang diberikan dalam latihan atau oleh pengawas. (“Never

interpret the meaning of a question; just repeat the questions and give

instructions or clarifications that are provided in training or by

supervisors”).

6. Tidak pernah memperbaiki, seperti menambahkan kategori-kategori

jawaban, atau membuat perubahan susunan kata-kata. (“Never

improvise, such as by adding answer categories, or make wording

changes”) (Denzin & Lincoln, 1994: 364).

4. Pelatihan Wawancara

Latihan wawancara dilakukan untuk memberikan bekal keterampilan

kepada pewawancara untuk mengumpulkan data dengan hasil baik. Karena

tidak ada ukuran standar untuk survey ataupun pewawancara, maka tidak

ada pula program latihan yang baku. Sifat, materi, dan lamanya program

latihan disesuaikan dengan kebutuhan survey yang akan dilakukan.

Misalnya tergantung pada jumlah dan kualitas pewawancara, waktu yang

disediakan, mudah atau sukarnya kuisioner yang harus dipelajari dan juga

besarnya anggaran yang tersedia (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,

1989). Pada prinsipnya yang harus diberikan selama masa pelatihan formal

adalah:

a) penjelasan tujuan penelitian

b) penjelasan tujuan tugas pewawancara dan menekankan pentingnya

peranan pewawancara

c) penjelasan tiap nomor pertanyaan dalam kuisioner, baik konsep yang

terkandung di dalamnya maupun tujuan pertanyaan tersebut.

Page 63: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

58

Pewawancara harus mengetahui dengan tepat maksud semua pertanyaan,

agar dapat mengumpulkan informasi yang tepat dan jelas.

d) Penjelasan cara mencatat jawaban responden.

e) Penjelasan cara pengisian dan arti dari semua tanda-tanda pengisian

kuisioner.

f) Pengertian yang mendalam mengenai pedoman wawancara, untuk

mengurangi sejauh mungkin kegagalan dalam mendekati responden.

Pedoman wawancara mencakup etika, sikap, persiapan, dan taktik

wawancara.

g) Prosedur wawancara, dari mulai memperkenalkan diri sampai dengan

meninggalkan respponden.

h) Orientasi tentang masalah apa yang dapat timbul di lapangan dan

bagaimana mengatasinya.

i) Latihan wawancara

j) Diskusi tentang masalah latihan wawancara tersebut.

Pelatihan biasanya diarahkan pada cara-cara berkomunikasi dan cara

memperoleh informasi secara lebih mendalam serta cara-cara untuk

menciptakan suasana wawancara yang kondusif untuk mendapatkan

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, cara untuk

melakukan pencatatan jawaban subjek juga perlu dilatih, terutama mengenai

hal-hal apa saja yang perlu dicatat dan tidak. Hal lain yan gperlu ditekankan

pada pelatihan adalah kewajiban pewawancara untuk menyampaikan ucapan

terima kasih dan meminta maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan

selama wawancara berlangsung dan meminta kesediaan subjek untuk

diwawancara kembali seandainya masih diperlukan.

Pada pelatihan juga perlu ditekankan agar pewawancara memeriksa

kelengkapan maupun kejelasan jawaban atas tiap pertanyaan yang diberikan

oleh subjek sebelum mengakhiri wawancara. Pewawancara perlu dilatih

untuk agar bersikap faktual, tidak menggunakan sudut pandang

pewawancara untuk melakukan penilaian atas jawaban subjek.

Page 64: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

59

Pada pelatihan yang berkaitan dengan cara pencatatan jawaban subjek,

pencatatan sebaiknya dilakukan dengan segera, tapi jangan sampai

menimbulkan kesan yang tidak baik bagi subjek. Hasil pelatihan terhadap

pewawancara sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu untuk memperoleh

umpan balik guna memperbaiki kualitasnya. (Lerbin R. Aritonang, 2007)

Pewawancara pada suatu penelitian dapat terdiri atas suatu atau

beberapa orang. Wawancara itu seharusnya dilakukan oleh orang-orang

yang telah terlatih. Hal itu terutama dibutuhkan pada wawancara mendalam

dan wawancara kelompok focus. Pewawancara itu biasanya dipilih dari

orang-orang yang memiliki disiplin psikologi yang telah memperoleh

pelatihan tambahan pada waktu kuliah (Lerbin, 2007).

Pelatihan biasanya diarahkan pada cara-cara berkomunikasi dan cara

memperoleh informasi secara lebih mendalam serta cara-cara untuk

menciptakan suasana wawancara yang kondusif untuk mendapatkan

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, cara untuk

melakukan pencatatan jawaban subjek juga perlu dilatih, terutamamengenai

hal-hal apa saja yang perlu dan tidak perlu untuk dicatat, bagaimana cara

mencatatnya dengan mudah, dan dalam keadaan yang bagaimana pencatatan

dilakukan. Hal lain yang perlu ditekankan pada pelatihan adalah kewajiban

pewawancara untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan meminta maaf

seandainya ada hal-hal yang tidak berkenen selama wawancara berlangsung

serta meminta kesediaan subjek untuk diwawancarai kembali seandainya

masih diperlukan.

Dalam mengajukan pertanyaan, pewawancara jangan bersikap seperti

polisi, hakim ataupun pihak yang paling mengetahui mengenai topic yang

dijelaskan. Demikian juga dengan nada bicara pewawancara. Dalam

keadaan tertentu, pewawancara perlu juga dilatih mengenai cara-cara

mendorong subjek untuk memberikan jawaban maupun mengorek lebih

mendalam informasi yang dibutuhkan, termasuk motivasi subjek serta

kejelasan maksud dari subjek atas jawaban yang diberikannya.

Page 65: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

60

Pada pelatihan perlu juga ditekankan agar pewawancara memeriksa

kelengkapan maupun kejelasan jawaban atas tiap pertanyaan yang diberikan

oleh subjek sebelum mengakhiri wawancara. Pada wawancara,

pewawancara sering kali harus memberikan penilaian sendiri atas jawaban

yang diberikan subjek. Sehubungan dengan itu, pewawancara perlu dilatih

agar bersikap factual, tidak menggunakan sudut pandang pewawancara

untuk melakukan penilaian atas jawaban subjek.

Pada pelatihan yang berkaitan dengan cara pencatatan jawaban subjek,

pencatatan sebaiknya dilakukan dengan segera, tetapi jangan sampai

menimbulkan kesan yang tidak baik bagi subjek. Hasil pelatihan terhadap

pewawancara sebaiknya diujucobakan lebih dulu untuk memperoleh umpan

balik guna memperbaiki kualitasnya.

Wawancara dilakukan setelah persiapan, untuk itu dimantapakan.

Dalam persiapan wawancara, sampel responden, kriteria-kriteria responden,

pewawancara, serta interview guide, telah disiapkan dahulu (Nazir, 1988).

Interview guide sudah harus disusun dan pewawancara harus mengerti

sekali akan isi serta makna dari interview guide tersebut. Segala pertanyaan

yang ditanyakan haruslah tidak menyimpang dari panduan yang telah

digariskan dalam interview guide tersebut. Latihan wawancara harus

diadakan sebelum wawancara diadakan.

Umumnya pewawancara memegang peranan yang amat penting dalam

memulai wawancara. Pewawancara harus dapat menggali keterangan-

keterangan dari responden, dan harus dapat merasa serta membawa

responden untuk memberikan informasi, baik dengan jalan:

1. membuat responden merasa bahwa dengan memberikan keterangan

tersebut responden telah melepaskan kepuasannya karena suatu tujuan

tertentu telah tercapai.

2. menghilangkan pembatas antara pewawancara dan responden sehingga

wawancara dapat berjalan lancar.

3. keterangan diberikan karena kepuasannnya bertatap muka dan berbicara

dengan pewawancara.

Page 66: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

61

Umumnya urutan-urutan prosedur dalam memulai wawancara adalah

sebagai berikut:

1. menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.

2. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancarai.

3. Menjelaskan institusia atau badan apa yang melaksanakan penelitian

tersebut.

4. Menerangkan bahwa wawancara tersebut merupakan suatu hal yang

confidensial.

Penjelasan tentang kegunaan dan tujuan penelitian dapat memberikan

motivasi kepada responden untuk berwawancara. Kesangsian responden

serta rasa curiga tentang keterlibatan atau pemilihan responden untuk

menjawab pertanyaan dapat dihilangkan dengan menjelaskan bagaimana

caranya dan mengapa responden yang bersangkutan terpilih sebagai

responden. Penjelasan tentang institusi atau badan yang melaksanakan

penelitian dapat membuat responden percaya bahwa keterangan-keterangan

yang diberikan akan digunakan untuk keperluan yang objektif pula. Sifat

wawancara yang konfidensial akan lebih mendorong responden untuk

memberikan keterangan tanpa sembunyi-sembunyi dan mendorong

responden memberikan keterangan secara jujur.

Kelancaran wawancara sangat dipengaruhi oleh adanya rapport.

Rapport adalah suatu situasi di mana telah terjadi hubungan psikologis

antara pewawancara dan responden, di mana rasa curiga responden telah

hilang; antara responden dan pewawancara terjalin suasana berkomunikasi

secara wajar dan jujur. Rapport adalah suasana atau atmosfir yang wajar

dalam berbincang-bincang, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang

ditanamkan ke dalam suatu wawancara. Jika wawancara dimulai dengan

“Assalamualaikum” atau selamat pagi, kemudian menanyakan keadaan

anak-anak dan sebagainya, belum tentu rapport sudah ada. Rapport adalah

hubungan yang mendalam, seperti keterbukaan, toleransi, ramah, dan

pengertian dan sebangsanya dalam proses wawancara. Cara berpakaian, cara

menggunakan kata-kata, sikap hormat dan ramah tamah serta sifat tidak sok

Page 67: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

62

dari pewawancara dapat menghasilkan suatu rapport sehingga komunikasi

dapat terjalin secara wajar dan tidak artificial. Air muka yang manis tanpa

terlalu banyak berbasa-basi juga perlu diperhatikan dalam mengadakan

rapport.

5. Keunggulan dan Kelemahan Wawancara

Kebaikan metode wawancara terletak pada keluwesannya. Artinya,

wawancara dapat dengan mudah disesuaikan dengan kondisi yang terjadi

pada saat wawancara berlangsung. Selain itu, melalui wawancara dapat juga

diungkap hal-hal yang tersembunyi yang mungkin tidak dapat diungkap

dengan metode lain, asalkan pewawancaranya memiliki ketrampilan yang

dibutuhkan.

Kelemahan metode wawancara adalah dari segi banyaknya waktu,

tenaga, dan biaya yang dibutuhkan. Selain itu, pewawancara yang memiliki

ketrampilan yang tinggi tidak mudah diperoleh, selain mahal, juga sulit atau

lama untuk melatihnya (Lerbin R. Aritonang, 2007).

Beberapa keuntungan metode wawancara ditinjau dari segi operasional

pekerjaan lapangan atau field work (Joseph R. Tarigan, 1995), antara lain:

1. mengumpulkan data melalui wawancara perorangan biasanya

persentase hasil yang diperoleh lebih tinggi karena hampir semua orang

dapat diajak bekerja sama

2. keterangan yang diperoleh melalui metode ini lebih dijamin

kebenarannya daripada metode lain, karena petugas pencacah dapat

menerangkan daftar/kuisioner tersebut kepada responden sehingga

responden memberikan jawaban yang teliti. Apabila responden dengan

sengaja memalsukan jawabannya, petugas pencacah akan mencoba

menyadarkannya dengan menggunakan pendekatan khusus untuk

mendapatkan jawaban yang betul

3. petugas pencacah dapat mengumpulkan keterangan yang lengkap

tentang karakteristik pribadi responden dan sekitarnya dapat

Page 68: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

63

menasirkan dan mengevaluasi hasil-hasil yang mewakili dari unit

survey

4. dengan mempertunjukkan secara visual, responden dapat menangkap

dan mengerti apa yang dimaksud

5. kunjungan ulang (re-visit) untuk melengkapi keterangan yang kurang

pada daftar (kuisioner) atau membetulkan kasalahan-kasalahan,

biasanya dapat dilakukan tanpa mengecewakan responden

6. petugas pencacah mungkin berhasil mendapatkan jawaban yang lebih

spontan daripada kalau kuisioner tersebut dikirim lewat pos atau

ditinggalkan untuk diisi oleh responden

Walaupun metode wawancara memiliki berbagai keuntungan dalam

pelaksanaan lapangan, tetapi metode ini tidak lepas dari kelemahan-

kelemahan, antara lain:

1. pengaruh pribadi petugas pencacah dalam pelaksanaan wawancara

dapat menghambat jawaban responden. Contohnya: apabila pencacah

menunjukkan sikap tertentu (memaksakan pendapat), maka tanpa

disadarinya akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan

konfirmasi atau menguatkan pandangannya sendiri. Bagi petugas

pencacah yang memiliki sikap wawancara seperti ini, dianjurkan untuk

menanyakan pertanyaan sesuai dengan kata-kata yang terdapat dalam

kuisioner.

2. Jika pencacah kenal dengan responden, maka mungkin responden akan

keberatan untuk memberikan keterangan-keterangan yang bersifat

pribadi. Responden mungkin menganggap hal ini sebagai mencampuri

urusan pribadi dan menghilangkan sifat rahasia survey ini.

Beberapa keuntungan melaksanakan pengumpulan data dengan

menggunakan metode wawancara adalah (Suparmoko, 1992):

1. pelaksanaan wawancara mungkin memakan waktu yang lebih lama

sehingga memungkinkan responden menjadi lebih mengerti akan topik

Page 69: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

64

yang ditanyakan, sehingga hubungannya dengan materi yang relevan

lebih memungkinkan.

2. Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya sangat sensitif untuk responden

dapat ditanyakan secara taktis oleh petugas pencacah sehingga tidak

menyinggung perasaan responden. Dengan melihat reaksi responden,

petugas pencacah dapat mengalihkan permasalahan kalau perlu

memberikan penjelasan-penjelasan mengenai persoalan survey ataupun

komentar-komentar lain unuk memancing responden memberikan

jawaban. Dengan kata lain, situasi yang agak rumit biasanya dapat

diatasi lebih baik dan efektif dengan persoalan metode wawancara

dibandingkan dengan metode lain.

3. Bahasa survey dapat disesuaikan dengan kemampuan atau tingkat

pendidikan responden. Oleh karena itu lebih mudah untuk

emnghindarkan salah pengertian atau salah pengarahan dari pertanyaan

yang ada. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa dalam survey

tertentu adalah penting untuk petugas pencacah supaya tidak merubah

kata-kata atau urutan pertanyaan yang ada, supaya mendapatkan

jawaban yang bisa dipercaya. Dalam hal ini kepada petugas pencacah

akan diberitahu selama mereka mengikuti latihan.

Kelemahan-kelemahan yang terdapat pada penggunaan metode

wawancara antara lain:

1. jika responden yang akan dikunjungi menyebar di daerah yang sangat

luas, maka biaya perjalanan dan waktu yang dibutuhkan untuk

mengunjungi responden tidak sedikit. Hal ini mungkin membuat

penggunaan metode wawancara menjadi tidak ekonomis dan tidak

efisien.

2. Dalam memilih, melatih, dan membimbing petugas pencacah lapangan

diperlukan suatu organisasi, sehingga dalam pelaksanaannya lebih

rumit dibandingkan dengan metode lain.

3. Kesempatan dan waktu wawancara dengan responden terbatas artinya

mungkin hanya dapat dilakukan malam hari saja atau hanya satu atau

Page 70: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

65

dua jam saja pada sore hari, sehingga membutuhkan banyak petugas

agar waktu yang ditentukan dapat dicapai.

6. Wawancara Kelompok Fokus Dan Wawancara Mendalam

a. Wawancara Kelompok Fokus

Bila pada suatu wawancara hanya terdapat satu pewawancara dan

satu subjek, maka wawancaranya dinamakan wawancara mendalam

individual. Bila pada suatu wawancara ada satu pewawancara dan

beberapa subjek, maka wawancaranya disebut wawancara kelompok

fokus. Subjek pada wawancara kelompok fokus itu biasanya terdiri atas 8

sampai dengan 12 orang. Bila pada wawancara itu ada satu pewawancara

dan 4 sampai dengan 5 subjek, wawancaranya disebut wawancara

kelompok kecil.

Pada wawancara kelompok fokus, pewawancara sebenarnya lebih

cenderung berfungsi sebagai moderator yang mengatur dan

memperlancar arus pembicaraan. Wawancara itu biasanya berlangsung

antara 1 samapai dengan 3 jam dalam suatu ruangan yang berlatar formal

dan santai.

Para subjek yang disertakan dalam kalompok fokus adalah para

subjek yang bersifat homogen. Untuk itu, para subjek harus telah

diseleksi sebelum wawancara sehingga dapat diperoleh para subjek yang

homogen. (Lerbin R. Aritonang, 2007)

Proses wawancara pada suatu kelompok fokus biasanya dicatat

dengan menggunakan alat bantu, seperti video. Kemudian hasil rekaman

video itulah yang akan dianalisis guna menjawab permasalahan

penelitian. Teknik-teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

kualitatif, seperti pada analisis isi. Pewawancara pada kelompok fokus

harus memiliki ketrampilan yang tinggi untuk memperlancar jalannya

diskusi dan untuk mengungkap hal-hal yang bersifat diagnostik.

Tujuan utama dari wawancara ini adalah untuk memperoleh

pangetahuan yang mendalam dengan mendengar sekelompok orang dari

Page 71: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

66

pasar sasaran yang tepat untuk membicarakan isu yang diamati dengan

peneliti. (Malhotra, 1993)

Wawancara itu difokuskan pada penghayatan pribadi seseorang

dalam menghadapi suatu situasi yang khusus, seperti dalam menghadapi

pimpinan rapat yang otoriter. Struktur situasi pada wawancara itu sendiri

harus telah diselidiki sebelumnya oleh peneliti sehingga dapat

menemukan unsur-unsur serta pola-polanya yang penting. Berdasarkan

hasil tersebut kemudian dibuat pedoman wawancara. (Hadi, 1993)

Orang-orang dalam sebuah wawancara berada dalam sebuah

hubungan interpersonal. Meskipun demikian, variasi-variasi tertentu dari

wawancara bisa mencakup orang-orang dalam kelompok-kelompok.

Umumnya, peran pewawancara akan dikembangkan dalam hal tiga

fungsi utamanya: (1) merencanakan strategi-strategi, (2) melaksanakan

atau mengatur wawancara, dan (3) mengukur hasil-hasilnya.

Proses-proses yang berhubungan dengan melaksanakan wawancara

adalah mensetting suasananya, mendengarkan, menyelidiki, memotivasi,

dan mengendalikan wawancara. Hal-hal ini melibatkan suatu teknik

komunikasi tingkat tinggi, dan panduan-panduan yang relevan.

Orang-orang melakukan wawancara kelompok fokus biasanya untuk

tujuan-tujuan yang berhubungan dengan tugas; mereka punya sesuatu

yang ingin mereka capai, yakni, menyeleksi seseorang untuk suatu

pekerjaan, mengumpulkan data penelitian, menerima pasien, atau

menulis kisah berita. Tujuan terkait tugas inilah yang membedakan

wawancara dari sekedar perbincangan biasa. Suatu percakapan bisa

sampai kemana saja; akan tetapi, wawancara harus difokuskan pada

kandungan isi yang sesuai dengan tujuan utama. (Nazir, 1989).

b. Wawancara Mendalam

Sering jawaban responden kurang memuaskan karena masih bersifat

terlalu umum, dan kurang khusus, misalnya: “Anak dapat membantu

orang tua”. Membantu dalam hal apa? Di sini terdapat beberapa

kemungkinan, kaena iu perlu ditanyakan lebih lanjut. Inilah yang disebut

Page 72: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

67

menggali informasi lebih dalam atau probing, sehingga diperoleh

jawaban yang labih khusus dan tepat.

Apabila jawaban responden kurang meyakinkan, maka perlu

ditanyakan keterangan lebih lanjut, dan kalimat yang disampaikan pun

harus bersifat netral.

Probing ini termasuk salah satu bagian yang paling sulit dalam

wawancara. Pengawas sebaiknya teliti dalam menilai jawaban-jawaban

hasil probing. Sangat baik dianjurkan kepada pewawancara agar selalu

menuliskan kalimat pertanyaan probing, di samping jawaban responden.

Dengan demikian pengawas dapat mengetahui apakah cara bertanya

sudah benar, tidak tendensius. (Masri Singarimbun, 1989)

Wawancara mendalam merupakan wawancara pribadi, langsung, dan

tidak terstruktur dengan seorang subjek yang diselidiki oelh

pewawancara yang sangat terampil untuk menemukan latar belakang

motivasi, kayakinan, sikap, dan perasaan subjek terhadap satu topik.

Wawancara ini biasanya berlangsung antara 30menit sampai dengan

lebih dari satu jam.

Wawancara mendalam sering digunakan untuk mengungkap hal-hal

yang tersembunyi, yang sulit untuk diungkap dengan metode atau teknik

pengukuran lainnya. Untuk itu, pewawancaranya harus memiliki

ketrampilan yang tinggi untuk mengungkapnya. Selain masalah

pewawancara, penentuan xubjek yang akan diwawancara seringkali juga

menjadi masalah. Wawancara ini biasanya digunakan pada penelitian

eksploratif. (Lerbin R. Aritonang, 2007)

Wawancara mendalam adalah suatu bentuk yang khusus dari

komunikasi oral dan berhadapan muka dalam suatu hubungan

interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang

diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Keefektifannya bisa dinilai

dalam hal tujuan wawancara, teknik-teknik yang digunakan, kerangka

waktunya, sudut pandang orang yang melakukan evaluasi, dan reliabilitas

dan validitas informasi yang diperoleh.

Page 73: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

68

Aspek-aspek wawancara mendalam yang dapat direncanakan adalah

tujuan-tujuan, pertanyaan-pertanyaan, setting, dan reaksi terhadap

permasalahan-permasalahan khusus. Perencanaan semacam itu bisa

memberikan kesiapan bagi si pewawancara untuk semua kemungkinan-

kemungkinan yang mungkin muncul dalam proses wawancara. (Robert

Kahn dan Charles Channel, 2003)

Wawancara-wawancara mendalam terjadi karena suatu tujuan, dan

memfokuskan pada jenis-jenis informasi tertentu. Salah satu karakteristik

dari pewawancara yang baik adalah kemampuan untuk mengendalikan

interaksi sehingga tujuan wawancara tercapai. Hal ini berarti bahwa tidak

semua komentar atau respon relevan. Oleh karenanya, anda mungkin

perlu menetapkan batasan-batasan mengenai jenis respon yang tepat.

Karena feedback adalah dimensi wawancara mendalam yang

penting, pewawancara perlu melakukan upaya yang sangat penuh

kesadaran dan terencana untuk mendapatkan feedback apabila tidak

diberikan secara sukarela. Saran-saran berikut adalah teknik-teknik yang

sangat bermanfaat guna menghasilkan feedback: (1) meminta feedback;

(2) mendengarkan ketika diberikan; (3) melatih orang-orang agar merasa

anda mau menerima feedback; dan (4) mempertahankan suasana yang

memungkinkan adanya feedback.

Semua wawancara mendalam tersusun atas dua dimensi penting

yang bisa dianalisa keefektifannya: kandungan isi dan hubungan. Yang

cenderung akan lebih difokuskan adalah isi. Hendaknya melakukan

wawancara untuk mendapatkan informasi atau untuk memberikan

informasi. Akan tetapi, menganggap bahwa hubungan antar

pewawancara dan orang yang diwawancarai sama pentingnya dalam

kebanyakan situasi. Bahkan, sifat-dasar hubungan tersebut bisa

menentukan apakah informasi tertentu telah disampaikan selama

wawancara atau tidak. (Dr. Nurul Murtadho, 1992).

Page 74: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

69

7. Sumber Kekeliruan Pelaporan Hasil Wawancara

Perolehan data dengan memanfaatkan manusia, memiliki beberapa

kelemahan sehingga hasil pengukuran yang diperoleh mengandung

kekeliruan. Pada konteks wawancara ada beberapa hal yang menjadi sumber

kekeliruan pengukurannya, baik dari pewawancara maupun dari orang yang

diwawancarai, yaitu:

a. Ingatan

b. hal yang seharusnya dilaporkan dilewatkan saja dan todak dilaporkan

c. melebih-lebihkan atau telah meramu jawabannya

d. mengganti hal yang tidak dapat diingat

e. tidak mampu mereproduksi kejadian menurut waktu atau hubungan

antarfakta seperti apa adanya. (Lerbin R. Aritonang, 2007)

Apabila responden menjawab ”tidak tahu”, maka pewawancara perlu

berhati-hati. Sebaiknya pewawancara tidak lekas-lekas meninggalkan

pertanyaan itu dan pindah ke pertanyaan lain. Jawaban ”tidak tahu” perlu

mendapat perhatian, sebab jawaban itu dapat mengandung bermacam-

macam arti, diantaranya:

1. responden tidak begitu mengerti pertanyaan pewawancara, sehingga

untuk menghindari menjawab ”tidak mengerti” maka menjawab ”tidak

tahu”

2. responden sebenarnya sedang berpikir, tapi karena merasa kurang

tentram kalau membiarkan pewawancara menunggu lama, maka dia

menjawab ”tidak tahu”

3. sering karena responden tidak ingin diketahui pikiran yang

sesungguhnya karena dianggap terlalu pribadi, maka dia menjawab

”tidak tahu”. Dapat juga terjadi karena responden ragu-ragu atau takut

mengutarakan pendapatnya responden memang benar-benar tidak tahu.

Tentu saja itu mencerminkan jawaban sebenarnya. Namun, adalah tugas

pewawancara untuk mengamati responden dengan cermat. Benarkah

responden tidak tahu, atau adakah hal-hal lain di balik pikirannya.

Dapat pula pewawancara mengulang pertanyaan sekali lagi atau

Page 75: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

70

menambah pertanyaan agar lebih yakin akan jawaban responden.

(Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989)

Sebagai contoh, Herbert Hyman melaporkan sejumlah penelitian yang

mempertanyakan reliabilitas data. Dalam sebuah penelitian, pewawancara

kulit hitam dan kulit putih mensurvey sebuah sampel orang-orang kulit

hitam dan mendapatkan informasi yang berbeda. Si pewawancara berkulit

hitam melaporkan lebih banyak kebencian mengenai diskriminasi

dibandingkan si peneliti yang berkulit putih. Kenapa bisa? Kita tidak tahu

pasti. Apakah orang-orang kulit hitam tersebut dengan sengaja menahan

informasi, atau apakah orang secara perseptual telah dibutakan atau bias?

Kita tidak tahu. Akan tetapi, fakta bahwa kedua kelompok tersebut berbeda

membuat kita mempertanyakan reliabilitas data. Ada banyak penelitian

seperti milik Hyman. Demikian pula, ketika dua orang petugas perekrutan

memiliki penilaian yang jauh berbeda mengenai seorang kandidat yang

sama, maka reliabilitasnya rendah. Karena jawaban-jawaban interviewee

tidak bisa dikendalikan sepenuhnya.

Salah satu penyebab terbesar dari permasalahan-permasalahan

komunikasi adalah bahwa kita menganggap bahwa orang-orang sama

seperti diri kita sendiri dan bukannya menyesuaikan diri dengan fakta

bahwa mereka mungkin berbeda dalam beberapa hal. Kadangkala harapan

untuk mendapatkan feedback tidak pernah diartikulasikan, dan orang-

orangpun tidak memberikannya. Sebagai contoh, dulu ada seorang

interviewee yang mendengarkan beberapa instruksi dari seorang

interviewer. Komentarnya cuma, “Ya, pak”. Inilah salah satu penyebab

sumber kekeliruan pelaporan hasil wawancara.

Page 76: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

71

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Focus Group Discussion (FGD) adalah suatu proses pengumpulan

informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompk,

diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil orang yang

dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus

mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal

yang dianggap penting yang berhungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi

diantara peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi.

Wawancara (interview) merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan

tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dengan yang

diwawancarai (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana

pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang

diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara

itu dirancang oleh pewawancara, maka hasilnya pun dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi pewawancara. Wawancara juga merupakan alat penelitian

yang berharga, dimana memungkinkan pewawancara untuk mengumpulkan

informasi lengkap yang dapat diperoleh lewat kuesioner atau percakapan

telepondan juga memanfaatkan isyarat verbal dan nonverbal. Wawancara juga

memungkinkan pewawancara untuk menafsirkan atau menjelaskan pertanyaan-

pertanyaan secara lebih mudah, sehingga meningkatkan kemungkinan

mendapatkan jawaban dari responden.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang – orang

secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi

orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Hal ini dapat

mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk,

menegaskan, bercerita dan sebagainya.

Page 77: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

72

B. Saran

Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi

Kesehatan Masyarakat dapat menggunakan komunikasi antar pribadi yang

efektif dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga hubungan yang terjadi dapat

berlangsung harmonis dan dapat membantu mempermudah pencapaian tujuan

dalam aktivitas pekerjaan.

Page 78: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

73

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar, 1984, Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas, Bandung:

Armico.

Applbaum, Ronald L, 1974, Strategies for Persuasive Communication, Charles E.

Merril Publishing Company, Columbus, Ohio.

Applbaum, Ronald L, 1974, Strategies for Persuasive Communication, Charles E.

Merril Publishing Company, Columbus, Ohio.

Atkinson RL. Pengantar Psikologi jilid 2,, edisi 11, Penerbit Interaksara, Batam

Centre. 1998.

Darmono. Stres : Tinjauan dari Segi Fisik, Kejiwaan dan Sosio Budaya, Medika

1985;11:1096-9

Fiske John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2200836-tujuan-wawancara/

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2170427-pengertian-dan-

fungsi-wawancara/

http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2035973-pengertian-

wawancara-dan-teknik-wawancara/

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka.

Pelajar.

Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

R. Wayne Pace dan Don F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi; strategi

meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Stoner, James A.F., 1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta

Dr Elvinaro Ardianto,dkk.,2004 Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung:

Simbiosa Rekatama Media. Wiryanto, 2000, Teori Komunikasi Massa, Jakarta:

Grasindo

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Page 79: MODUL PRAKTIKUM KOMUNIKASI KESEHATAN · 2020. 11. 12. · komunikasi kesehatan program studi s1 kesehatan masyarakat fakultas ikesehatan dan farmasi universitas muhammadiyah kalimantan

74

Formulir Penilaian Praktik Mandiri Komunikasi Kesehatan

No.

Aspek yang Dinilai

Bobot

Nilai

YA

TIDAK

1. Praktik Cara berkomunikasi 20

2. Praktik Komunikasi Interpersonal 20

3. Praktik Komunikasi Massa 15

4. Praktik Komunikasi Kelompok 15

5. Praktikum Focus Group Disscusion 15

6. Praktikum Wawancara 15

Jumlah 100