modul praktikum batubara 2011
DESCRIPTION
modulTRANSCRIPT
MODUL PRAKTIKUM BATUBARA
Disusun oleh:Tim Asisten Batubara
Laboratorium BatubaraTeknik Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
2011
Preparasi Batubara
Tujuan praktikum:
Praktikan mengerti dan mampu melaksanakan secara
sederhana proses preparasi sampel untuk analisa.
Bahan/dasar teori:
Ketika sampel batubara sudah ada maka preparasi yang
dipersiapkan adalah proses pengurangan ukuran partikel dan
jumlah yang sesuai dengan alat di laboratorium. Preparasi
sampel (ASTM D-2013) yaitu pengeringan pada udara
(drying); penggerusan (crushing); pencampuran (mixing);
dan pembagian sampel (dividing) sehingga sampel siap untuk
dianalisis.
Alat yang digunakan:
1. Crusher
2. Sendok
3. Ayakan/Sieve/screen dengan ukuran 0,212 mm.
4. Palu
5. Timbangan
6. Toples
7. Kuas
8. Penggaris
9. Peralatan Safety
Bahan yang digunakan:
1. Batubara
Prosedur kerja:
1. Sampel batubara yang ada dicrusher menjadi ukuran
0,212 mm.
2. Ditimbang berat sampel batubara yang dicrusher.
3. Sampel batubara ditumpahkan ke alas yang rata tanpa
diaduk.
4. Dilakukan pengambilan sampel secara random.
5. Ditimbang batubara yang sudah diambil.
6. Sampel siap dianalisis.
Briket Batubara Non-Karbonisasi
Tujuan praktikum:
Praktikan mengerti, mampu melaksanakan proses
pembuatan briket tidak dengan karbonisasi, dan menganalisa
campuran bahan dalam pembuatan briket.
Bahan/dasar teori:
Yang dimaksud dengan briket batubara non
karbonisasi adalah briket batubara yang tidak mengalami
dikarbonisasi sebelum di proses menjadi briket dan harganya
pun lebih murah karena zat terbangnya masih terkandung
dalam briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik
menggunakan tungku sehingga menghasilkan pembakaran
yang sempurna. Briket ini digunakan dalam industri kecil.
Pada briket jenis non karbonisasi seluruh zat terbang yang
muncul dari briket habis terbakar oleh lidah api di
permukaan tungku.
Adapun campuran yang digunakan dalam pembuatan
briket yaitu batubara, kaolin dan kanji. Fungsi dari batubara
dalam campuran briket adalah sebagai bahan bakar utama.
Kaolin berfungsi sebagai campuran untuk mengurangi asap
dan penstabilisasi panas dalam pembakaran briket. Kanji
digunakan sebagai perekat campuran batubara dan kanji
sehingga briket yang dihasilkan menjadi kompak dan kuat.
Proses pembuatan briket melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Penggerusan
2. Pencampuran
3. Pencetakan
4. Pengeringan
Alat yang digunakan:
Alat-alat yang digunakan, yaitu :
1. Crusher
2. Cetakan Briket
3. Ayakan (screen)
4. Timbangan
5. Palu
6. Sekop dan Sendok
7. Ember
Bahan yang digunakan:
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
1. Batubara
2. Kanji
3. Tanah Liat
4. Bahan lain pemicu terbakarnya briket.
Prosedur kerja:
1. Batubara dipecah menjadi ukuran 5 – 10 cm dengan
menggunakan palu.
2. Batubara digerus ukuran 5 – 10 cm dengan crusher
menjadi ukuran ± 3 mm (8 mesh).
3. Dilakukan proses pencampuran dengan total berat
campuran 200 gram:
4. Campuran material dicetak dengan alat Cetakan Briket.
5. Campuran material yang sudah selesai dicetak
dikeringkan.
6. Dilihat dan dicatat:
a. Campuran bahan briket.
b. Kekuatan fisik briket.
c. Bentuk hasil akhir cetakan.
No
Nama Samp
el
% Batuba
ra
% Kaolin
% Kanj
i
% Bahan lain
Keterangan
1.2.3.4.
Uji Pembakaran Briket Non-Karbonisasi
Tujuan praktikum:
Praktikan mampu menganalisa kaitan campuran bahan
dalam pembuatan briket non-karbonisasi dengan hasil
pembakaran briket non-karbonisasi.
Bahan/dasar teori:
Rancangan tungku batuabara pada dasarnya dibuat
untuk mencapai efisiensi pembakaranyang tinggi serta tak
kalah pentingnya untuk menekan emisi gas yang dihasilkan.
Jenis tungku sangat tergantung pada sector penggunaannya.
Tungku untuk industri berukuran lebih besar daripada
tungkuuntuk rumah tangga. Rata-rata tungku untuk industri
berukuran 5-10 kg, sedangkan untuk rumahtangga hanya 1-2
kg. Jenis tungku yang beredar saat ini terbuat dari tanah liat,
selain murah, juga mempunyai efisiensi antara 31-33% dan
sudah terbukti keandalannya dalam menenkan laju emisi.
Kinerja adalah karakteristik pembakaran yang
ditentukan oleh faktor waktu, suhu dan kualitas pembakaran.
Karakteristik pembakaran briket batubara dipengaruhi oleh
jumlah briket batubara yang dibakar dan jenis tungku yang
digunakan. Satu kilogram briket batubara dengan efisiensi
tungku 31-33% mempunyai efektifitas panas 1,5-2 jam
dengan kisaran suhu 300-5000oC. Untuk 2 kg briket batubara
Alat yang digunakan:
Alat-alat yang digunakan, yaitu :
1. Kompor briket
2. Korek api
3. Ember
Bahan yang digunakan:
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
1. Briket non-karbonisasi
2. Minyak tanah
Prosedur kerja:
1. Siapkan kompor briket di daerah atau tempat terbuka.
2. Masukkan briket dalam ember berisikan minyak tanah.
3. Masukkan briket yang sudah direndam dalam minyak
tanah ke dalam kompor briket.
4. Kemudian bakar briket tersebut.
5. Analisa hasil pembakaran.
6. Analisa dimasukkan ke dalam tabel :
No
Nama Samp
el
Analisa Kemudahan Terbakar
Analisa Asap
Analisa
Abu
Analisa Durasi
Pembakaran
Keterangan
1.2.3.4.5.
Briket Batubara Karbonisasi
Tujuan praktikum:
Praktikan mengerti mampu melaksanakan proses pembuatan
briket karbonisasi dan menganalisa campuran bahan dalam
pembuatan briket.
Bahan/dasar teori:
Batubara yang ada di Indonesia umumnya bituminus
dan sub-bituminus dengan kandungan zat terbang dan
kandungan air cukup tinggi, maka untuk menghasilkan briket
batubara yang tidak berasap dan tidak berbau terlebih dahulu
dilakukan proses karbonisasi (pengarangan Briket batubara
berkarbonisasi adalah briket batubara yang bahan bakunya
(batubara) dikarbonisasi sebelum menjadi briket. Prosesnya
sendiri mulai dari suhu 2000C sampai dengan di atas 10000C.
Memerlukan suhu yang tinggi menjadi alasan mengapa dalam
aplikasi pembuatan briket banyak ditinggalkan, terutama
skala kecil menengah. Fungsi utama karbonisasi adalah
meningkatkan nilai kalor karena pelepasan kandungan air.
Dengan karbonisasi zat yang terkandung dalam batubara
tersebut akan diturunkan yaitu zat terbang sehingga produk
akhirnya tidak berbau dan berasap. Namun akibatnya biaya
produksi meningkat karena pada batubara tersebut terjadi
rendemen 50 %.
Proses pembuatan briket melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Penggerusan
2. Pencampuran
3. Pencetakan
4. Pengeringan
Alat yang digunakan:
Alat-alat yang digunakan, yaitu :
1. Crusher
2. Cetakan Briket
3. Tungku Karbonisasi
4. Ayakan (screen)
5. Timbangan
6. Palu
7. Sekop dan Sendok
8. Ember
Bahan yang digunakan:
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
1. Batubara
2. Kanji
3. Tanah Liat
4. Bahan lain pemicu terbekarnya briket.
Prosedur kerja:
1. Batubara dipecah menjadi ukuran 5 – 10 cm dengan
menggunakan palu.
2. Batubara ukuran 5 – 10 cm yang telah digerus kemudian
dibakar di dalam tungku karbonisasi.
3. Batubara ukuran 5 – 10 cm yang telah dikarbonisasi
dengan crusher menjadi ukuran ± 3 mm (8 mesh).
4. Dilakukan proses pencampuran dengan total berat
campuran 200 gram:
No
Nama Samp
el
% Batuba
ra
% Kaolin
% Kanj
i
% Bahan lain
Keterangan
1.2.3.4.5.
5. Campuran material dicetak dengan alat Cetakan Briket.
6. Campuran material yang sudah selesai dicetak
dikeringkan.
7. Dilihat dan dicatat:
d. Campuran bahan briket.
e. Kekuatan fisik briket.
f. Bentuk hasil akhir cetakan.
Uji Pembakaran Briket Batubara Karbonisasi
Tujuan praktikum:
Praktikan mampu menganalisa kaitan campuran bahan
dalam pembuatan briket karbonisasi dengan hasil
pembakaran briket karbonisasi.
Bahan/dasar teori:
Batubara yang ada di Indonesia umumnya bituminus dan
sub-bituminus dengan kandungan zat terbang dan
kandungan air cukup tinggi, hal itu berpengaruh dalam
proses pembakaran dari briket batubara. Selain itu persen
campuran bahan dalam pembuatan briket juga berpengaruh.
Tingkat keberhasilan pembuatan briket dapat dianalisa salah
satunya dengan analisa dari uji pembakaran briket.
1. Pengeringan
Dalam proses ini bahan bakar pengalami proses
kenaikan temperatur yang akan mengakibatkan
menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan
bakar tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di
dalam akan menguap melalui pori-pori bahan bakar padat
tersebut.
2. Devolatilisasi
Merupakan proses bahan bakar mulai mengalami
dekomposisi setelah terjadi pengeringan.
3. Pembakaran Arang
Sisa dari pirolisis adalah arang (fix carbon) dan sedikit
abu, kemudian partikel bahan bakar mengalami tahapan
oksidasi arang yang memerlukan 70%-80% dari total waktu
pembakaran.
Alat yang digunakan:
Alat-alat yang digunakan, yaitu :
1. Kompor briket
2. Korek api
3. Ember
Bahan yang digunakan:
Bahan-bahan yang digunakan, yaitu :
1. Briket karbonisasi
2. Minyak tanah
Prosedur kerja:
1. Siapkan kompor briket di daerah atau tempat terbuka.
2. Masukkan briket dalam ember berisikan minyak tanah.
3. Masukkan briket yang sudah direndam dalam minyak
tanah ke dalam kompor briket.
4. Kemudian bakar briket tersebut.
5. Analisa hasil pembakaran.
6. Analisa dimasukkan ke dalam tabel :
No
Nama Samp
el
Analisa Kemudahan Terbakar
Analisa Asap
Analisa
Abu
Analisa Durasi
Pembakaran
Keterangan
1.2.3.4.5.
Analisa Total Moisture
Tujuan praktikum:Praktikan mengerti; mampu melaksanakan; dan menganalisa; membandingkan cara kerja analisa surface moisture batubara dengan metode ASTM dan ISO
Bahan/dasar teori:
Moisture batubara merupakan air yang menguap dari
batubara apabila dipanaskan pada suhu 105ºC - 110ºC.
Berdasarkan bentuk – bentuk air yang dianggap sebagai air
batubara, dengan beberapa istilah, yaitu sebagai berikut :
a) Inherent moisture, ialah air yang secara fisik terikat
didalam rongga – rongga kapiler serta pori – pori batubara
yang relatif kecil.
b) Free moisture, yaitu jumlah air yang menguap apabila
sample batubara dikeringkan dalam ruang terbuka pada
kondisi tertentu sampai didapat berat konstannya.
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara
maupun yang terurai dari batubara apabila dipanaskan
sampai kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk – bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam
batubara. Ada dua bentuk atau wujud moisture pada
batubara yaitu air yang terdapat langsung didalam batubara
serta air hasil penguraian zat organik karena adanya
oksidasi terhadap batubara tesebut.
Banyaknya jumlah inherent moisture dalam suatu
batubara dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi
rendahnya rank batubara tersebut. Semakin tinggi nilai
inherent moisture suatu batubara, semakin rendah tingkat
rank batubara tersebut. Istilah lain yang digunakan dari
inherent moisture adalah bed moisture. Air yang terdapat di
permukaan batubara didalam pori – pori batubara yang
relatif besar disebut dengan adherent moisture, air dalam
bentuk ini mudah menguap pada suhu ruang.
Alat yang digunakan:
Alat-alat yang digunakan, yaitu :
1. Oven
2. Cawan kaca
3. Timbangan
4. Sendok
Bahan yang digunakan:
Bahan yang digunakan adalah batubara yang telah
dipreparasi.
Prosedur kerja:
ASTM D-3302
1. Menimbang dan mencatat berat cawan kosong
2. Menimbang berat batubara yang sudah dipreparasi
seberat 1 gram (duplo) lalu mencatat
3. Meletakkan cawan dan sampel batubara di dalam oven
dengan temperature 106o C selama 1,5 jam.
4. Mengambil cawan yang berisi sampel kemudian
meletakkan di dalam desikator selama 5-10 menit.
5. Menimbang berat cawan dan sampel setelah dikeringkan.
ISO 11722
1. Menimbang dan mencatat berat cawan kosong
2. Menimbang berat batubara yang sudah dipreparasi
seberat 1 gram (duplo) lalu mencatat
3. Meletakkan cawan dan sampel batubara di dalam oven
dengan temperature 106o C selama 3 jam.
4. Mengambil cawan yang berisi sampel kemudian
mendinginkannya dan meletakkan di dalam desikator
selama 5-10 menit.
5. Menimbang berat cawan dan sampel setelah dikeringkan.
Tabel Pengamatan Surface Moisture ASTM dan ISO
No
Sampel
Berat Cawan(gram)
Berat Sampel(gram)
Berat Cawan + Berat Sampel
(gram)
Berat Setelah dikeringkan
(gram)
Berat Surface
Moisture(gram)
% Surface Moisture
(%)Keterangan
1 2=(3-1) 3 4 (3-4) 100*[(3-4)/(3-1)]1.2.3.4.
DAFTAR PUSTAKA
Seksi Laboratorium. Pembuatan Briket Batubara. 2007. Unit Pelayanan Jasa Sumberdaya Mineral dan Energi:Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Selatan
Speight , James G.. Handbook Of Coal Analysis. 2005. John Wiley & Sons, Inc: New Jersey USA