modul phpt

47
PETUNJUK PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU TANAMAN (PHPT) AGEN HAYATI DAN PESTISIDA NABATI

Upload: nindyrestu

Post on 01-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

modul praktikum phpt

TRANSCRIPT

PETUNJUK PRAKTIKUMPENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU TANAMAN(PHPT)

AGEN HAYATI DAN PESTISIDA NABATI

LABORATORIUM AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASABANTEN2015KATA PENGANTARBuku/Diktat petunjuk praktikum Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman ini disusun dengan maksud dan tujuaN membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Pengelolaan Hama Penyakit Terpadu Tanaman. Keahlian dan keterampilan kerja di laboratorium sangat membantu dalam memahami teori yang telah diperoleh di kuliah sehingga dapat saling membangun antara teori dengan kenyataan. Diktat praktikum ini disusun dan dilengkapi dengan gambar sehingga memudahkan praktikan memahami dan mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan praktikum. Materi yang disajikan dalam diktat ini mencakup teknik dasar yang lazim dilakukan di Laboratorium HPT pada umumnya. Harapan kami, buku ini dapat bermanfaat bagi praktikan mikrobiologi dasar serta bagi mahasiswa yang memerlukannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi buku ini sangat dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.

Serang, Maret 2015

Penyusun

TATA TERTIB PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN A. Ketentuan Sebelum Praktikum Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari10 menit tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu. Setiap kali praktikum, praktikan membawa jas lab dan petunjuk praktikum. Sebelum masuk ruang praktikum, praktikan menyerahkan laporan praktikum sementara.B. Ketentuan Selama Dan Sesudah Praktikum Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang dipakai dan mengembalikannya pada laboran sesuai dengan jumlahnya. Setiap praktikan atau kelompok mengganti alat yang rusak atau hilang selama di pakai atau dipinjam sebelum ujian akhir praktikum (UAP). Posttest/pretest di adakan sebelum atau sesudah praktikum Hasil pengamatan selama praktikum dilaporkan segera setelah praktikum selesai hari itu sebagai laporan sementara. Untuk pengamatan yang melibatkan kelompok lain (kolektif) setiap kelompok harus menempelkan hasil pengamatannya di papan pengumuman yang telah disediakan.C. Laporan Praktikum dan Tugas Laporan praktikum dikerjakan dirumah dan dikumpulkan 1(satu) minggu setelah pengamatan terakhir dilakukan, Di kumpulkan secara kolektif menurut asisten yang membimbing pada saat praktikum Laporan sementara praktikum boleh ditulis tangan dengan syarat tulisan harus rapi, dan asisten berhak mengembalikan laporan tersebut jika laporan dianggap tidak layak untuk dikumpulkan dan dikoreksi. Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, keterlambatan dalam mengumpulkan akan dikenai sanksi pengurangan nilai.D. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke koordinator asisten untuk mendapatkan ijin mengikuti praktikum Pada kelompok lain. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sampai 2(dua) kali tanpa keterangan dianggap mengundurkan diri dan praktikumnya dianggap gugurE. Mengikuti Praktikum pada Kelompok Lain1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum pada kelompok lain harus sudahseijin asisten kelompok yang diikuti, setelah sebelumnya sudah melapor ke asisten kelompok asal, dan telah mengkonfirmasi pada kordinator asisten.2. Praktikan yang sudah selesai mengikuti praktikum pada kelompok lain, melapor kembali pada asisten Kelompok asal dan menyerahkan laporan pada asisten kelompok asal.F. Mahasiswa Dilarang1. Membawa buku laporan praktikum mahasiswa angkatan sebelumnya kedalam ruang praktikum.2. Makan, Minum dan bergurau di dalam ruang praktikum.G. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini diatur kemudian

Serang, Maret 2015Koordinator Praktikum Bioteknologi Pertanian

KEGIATAN PRAKTIKUM PHPT NoKegiatan

1EKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI

2PEMBIAKAN MASAL AGEN HAYATI

3PRODUKSI PESTISIDA NABATI

4TEKNIS PEMANFAATAN

6UJIAN PRAKTIKUM

PENDAHULUAN Penggunaan pstisida kimia sbagai sarana pengengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Khusus pada tanaman pangan dan hortikultura dirasakan manfaatnya berupa pningkatan produksi. Pestisida dengan cpat dapat mnurunkan populasi atau intnsitas srangan OPT, shingga mluasnya srangan dapat dicgah. Namun selain berdampak positif, penggunaan pestisida kimia yang kurang bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif berupa resurgnsi, resistnsi, matinya musuh alami dan pencmaran lingkungan melalui residu yang ditinggalkan srta menyebabkan keracunan pada manusia yang dampaknya untuk jangka panjang lebih merugikan dibandingkan dngan manfaat yang diperoleh. Dalam upaya mngantisipasi hal tersebut maka dikembangkan konsep PHPT (pengndalian hama dan penyakit terpadu). Dalam PHPT penggunaan pestisida tidak dilarang, namun dinyatakan bahwa penggunaan pstisida sharusnya mungkin dengan menaati aturan penggunaanna. Agar dapat menurunkan pnggunaan pestisida tersbut perlu dilakukan pengembangan dan pemanfaatan agn hayati sebagai sarana pengendali OPT.Potensi bahan alami sebagai sgens hayati tersdia cukup banyak, disamping juga pngembangannya tidak memerlukan tknologi yang terlalu tinggi. Agen hayati tersebut meliputi cendawan, bakteri, nematoda, virus , protozoa, prdator, parasit dan parasitoid. Slain itu bberapa spsis tanaman juga mngandung snyawa yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian hama penyakit yang dikenal sbagai pestisida botani. Patogen hama dan pestisida botani biasanya disbut sebagai biopestisida.Beberapa bioinsektisida telah diproduksi scara massal, namun produksi massal olh industri bsar sangat terbatas. Bacillus thuringiensis mrupakan contoh spektakuler kbrhasilan industri biopestisida. Contoh yang biasa diknal ptani indonsia adalah Dipel, Thuricide, Bactospeine,. Bioinsktisida dari kelompok patogen lain yang diproduksi, tetapi dalam skala yang lbih kecil bukan perusahaan bsar (Beuveria bassiana, metarrhizium anisopliae, verticillium lecanii, steinernema spp., NPV dll)Biopestisida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pestisida kimia sintetik dalam konteks pengendalian hama terpadu dalam sistem pengendalian hama terpadu dalam sistm pertanian berkelanjutan. Keunggulan utamana mngurangi pencmaran lingkungan dan keamanan trhadap pngguna dan organisme berguna lainnya. Kelemahan biopestisida yaitu masa efktif tidak mengkondisikan trjadinya rsurgensi, dan resistnsi terhadap pestisida shlf time yang pendek dan 20 daya bunuh yang umumnya lamban. Bbrapa kelemahan lain bersifat spesifik tergantung kelompok entomopatogen. Dari alasan-alasan trsbut, pestisida kimia sintetik menjadi lbih mudah untuk dipasarkan dibandingkan dengan pestisida kimia non sintetik.Pengendalian hayati patogen tumbuhan dapatn dilakukan melalui sebagai berikut :1. Teknik budidaYA (manajemen habitat) yang menciptakan lingkungan yang sesuai bagi agen antagonis, inang yang resisten atau kduanya 2. Pemuliaan tanaman yang dapat mnstimulasi kehidupan agen antagonis vs patogen 3. Introduksi massal dari agen antagonis, strain patogen yang non patognil atau organisme/agens yang menguntugkan lainnyaDalam upaya perbanykan dan aplikasi agen hayati, khususnya bakteri dan cendawan antagonis disyaratkan harus memiliki sifat mampu menekan patogen secara efktif dan efesien baik melalui mekanisme antibiosis, enzim, hiperparasitisme, kompetitif dan atau induksi ktahanan. Disamping itu prosdur penglolaannya harus hati-hati shingga tidak trkontaminasi dengan mikroorganisme yang patognik terhadap inang lainnya dan aman bagi penggunaan Pengendalian hayati suatu patogen adalah suatu penekanan jumlah inokulom atau aktifitas patogen melalui penggunaan salah satu atau lebih organisme selain manusia. Organisme yang dapat melakukan pengendalian hayati adalah mikroorganisme organisme hidup yang dapat 1) menekan populasi patogen 2) aktifitas patogen dalam fase patogenesis; dan 3) patogen pada fase saprogenesis. Pengndalian Hayati dapat berhasil dilapangan apabila petani mau dan mampu memahami dengan baik kondisi agroekosistemnya melalui pengamatan secara rutin proses yang terjadi. Pelaksanaan secara berkelompok akan lebih efesien dan efektif dibandingkan oleh petani perseorangan.

PRAKTIKUM IEKSPLORASI, IDENTIFIKASI AGENS HAYATI

Kompetensi : Mahasiswa dapat melakukan Eksplorasi serta Isolasi serta Identifikasi Agen HayatiDalam kegiatan pengembangan patogen serangga khususnya pada tanaman padi, ditempuh beberapa tahapan yang merupakan prosedur umum, yang terdiri dari :1.1 Eksplorasi Patogen seranggaEksplorasi patogen serangga dilaksanakan dengan mngumpulkan serangga terserang dari daerah serangan hama, kemudian diidentifikasi berdasarkan kenampakan visual sebagai berikut :a. Cendawan Aktifitas makan berkurang, lemah dan mengalami disorientasi Terjadi perubahan warna pada kutikula ( umumya menjadi lebih gelap) Apabila miselia telah masuk ke dalam tubuh dan berkmbang, maka tubuh serangga akan mngalami pengerasan (mumifikasi), fase berikutnya miselia patogen serangga akan menerobos kutikula dan tumbuh diprmukaan. Tubuh serangga tertutupi oleh miselia dan spora yang warnanya tergantung jenis cendawan yang menginfeksi, warna miselia pada tubuh serangga ini dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi jenis patogen serangganyab. Bakteri Aktivitas makan berkurang, lemah dan mengalami diare Serangga terserang bersembunyi di tempat terlindung Terjadinya perubahan warna tergantung jnis bakteri yang menginfeksi Serangga yang sudah mati cepat terkontaminasi oleh bakteri lain yang akan menimbulkan bauc. Virus Aktivitas serangga lamban tubuhnya mengkilat Tubuh serangga sangat mudah pecah apabila tersentuh Serangga yang mati umumnya menggantung melalui bagian posterior pada ranting tanaman atau daun tanaman.d. Nematoda Serangga akan mengalami perubahan bntuk dan ukuran tubuh tergantung pada tingkat infeksinya Warna kulit serangga menghitam Ditemukannya nematoda dalam tubuh serangga terserang.Cara lain eksplorasi adalah dengan melakukan pengumpanan, misalnya tanah dari lapangan dibawa ke laboratorium. Pada tanah tersebut dimasukan serangga umpan kalau dapat gunakan ulat lilin Galleria melonella atau dapat juga digunakan ulat kawat Tenebrio mollitor. Juga supaya tanah tetap lmbab, tetapi tidak basah. Amati tiap hari sampai dijumpai adanya serangga yang mati . serangga mati mungkin tidak diakibatkan oleh cendawan, tetapi bisa saja oleh nematoda.

1.2 Eksplorasi Agen AntagonisEksplorasi agen antagonis dilakukan dengan mengumpulkan agens antagonis mellalui tahapan sebagai berikut :a. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada kedalaman tanah 15-30 cm dari permukaan tanah, sedangkan agens antagonis dari bagian tanaman diatas tanah dapat diambil dari phyllosphere dan atau phyllosplane serta bagian tanaman lain dari tanamn yang menunjukan gejala penyakit. b. Sampel tanah atau bagian tanaman yang menunjukan gejala penyakit ditempatkan dalam kantong plastik dengan mletakan kapas yang dibasahi sair steril dan disimpan pada suhu 20-25o C untuk kemudian analisa. Pemilihan sampel tanah atau bahan tanaman dilapangan dapat dilihat dari kebugaran tanaman. Apabila dalam satu hamaparan sebagian besar tanaman menunjukan hal yang sebaliknya, maka tanaman yang tidak menunjukan gejala sakit tersbut diasumsikan atau diharapkan banyak mengandung agens antagonis.Agen antagonis yang banyak dieksplorasi adalah cendawan dan bakteri dengan cara sebagai berikut :a. Cendawan Cndawan antagonis umumnya mampu mengendalikan patogn tanaman yang berupa cndawan, bakteri, nematoda, atau virus Umunya daerah rhizosphere dan rhizosplane merupakan lokasi yang paling ideal untuk mendapatkan cendawan antagonisb. Bakteri Bakteri antagonis dapat mengendalikan cendawan maupun bakteri patogen tanaman. Eksplorasi dapat dilakukan d daerah rhizosphere atau rhizosplane, untuk penytakit tanaman yang bersifast sistemik, Untuk bagian phyllosphere atau phyllosplane atau bagian lain tanaman 1.3 Isolasi Patogen Seranggaa. Cendawan Isolasi pada cendawan patogen serangga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan mikroorganisme patogen dari inangnya, sehingga diperoleh isolat murni.Isolasi cendawan patogen srangga dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: Sterilisasi permukaan tubuh serangga dengan cara mencelupkannya ke dalam larutan desinfektan (misalnya larutan 5% NaClO, alkohol 70%) selama 2-5 menit, kemudian bilas dengan air steril minimal 3 kali. Letakan serangga pada caawan petri yang steril, bedah tubuhnya dan ambil sebagian kcil jaringan terinfeksi dan tanam pada media buatan (misalnya PDA) Kelembapan dijaga dengan memberi air steril ke kertas hisap. Inkubasi pada suhu 25oC selama 1-2 minggu dalam kondisi gelap karena sinar dapat menghalangi tumbuhnya koloni. Diharapkan dengan cara ini cendawan akan bersporulasi. Tahap selanjutnya adalah melakukan pemurnian. Untuk meyakinkan patogen serangga, perlyu dilakukan pengujian kembali ke serangga dengan menggunakan postulat koch. Tahapan Uji Postulat Koch sebagai berikut : Hasil isolasi diencerkan dengan air steril shingga kepadatan spora dalam larutan mncapai 106-107 spora/mili liter Semprotkan larutan tersebut pada serangga uji Plihara serangga uji samapai mati Apabila pada permukaan tubuh serangga yang mati tumbuh spora maka lakukan reisolasi Lakukan reinokulasi dengan menggunakan hasl reisolasi untuk membuktikan bahwa cndawan tersebut adalah patogen serangga. PDA adalah media yang umum dapat dipakai dan murah, namun media ini tidak selektif sehingga cendawan lain mungkin juga dapat tumbuh dengan mudah terutama kontaminan seperti Aspergillus dan Mucor. Medium SDA dengan tambahan yeast lebih selektif dibandingkan dengan PDA. Ke dalam media dapat ditambahkan antibiotik misalnya Streptomycin sulfat (0,08%) dan Penicillin (0,03%) untuk mencegah pertumbuhan cendawan. b. Bakteri Sterilisasi permukaan tubuh serangga dengan cara mencelupkannya ke dalam desinfektan (misalnya larutan etanol 70% atau NaClO% selama beberapa menit ) Masukan ke dalam larutan 10% sodium thiosulfat selama 3,5 menit untuk menghilangkan chlorine, kemudian bilas dengan air steril minimal 3 kali Letakan serangga pada cawan petri yang steril, bedah tubuhnya pada bagian dursal dan ambil cairan tubuh dengan menggunakan pipet kapiler dan masukan dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml air steril Tuangkan larutan tersebut pada media NA (nutrien agar) atau media yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri Inkubasi pada suhu 25-27oC selama 2 hari Murnikan masing-masing isolat bakteri yang munculc. Virus/NPV Serangga terinfeksi virus dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi air steril dan diinkubasikan selama kurang lebih 2-3 hari. Selanjutnya inclussion bodies akan membentuk lapisan putih di dasar tabung reaksi inclussion bodies dipisahkan dari jaringan serangga inang, sel baktri dan bahan lainnya dengan pencucian berulang-ulang dan sentrifugasi dengan kecepatan yang berbeda \d. Nematoda Pemerangkapan nematoda dari tanah dapat dilakukan sebagai berikut : Pemerangkapan dilakukan dengan larva Tenebrio molitor (Ordo Coleoptera; Famili Tenebrionidae) Tanah lembab (+ 150 ml) dimasukan dalam wadah plastik yang diberi 5-10 larva Wadah kemudian dibalikkan sehingga larva T. Molitor terkubur tanah, selanjutnya diinkubasikan pada suhu ruangan Setelah 3-4 hari bangkai larva diangkat dan dibilas dengan akuades Bangkai yang terserang nematoda kemudian diproses lebih lanjut dengan perangkap White. Perangkap White (White Trap) Tempatkan tutup cawan petri (100 x 15 mm) dalam cawan petri yang lebih besar 9150 x 25 mm) Alasi tutup cawan petri dengan kertas saring Susun ulat T. Mollitor yang sudah mati (oleh nematoda entomopatogen) di atas krtas saring Tambahkan air ke dalam cawan petri hingga mnyentuh kertas saring Inkubasikan perangkap White di tempat yang gelap pada suhu ruangan Nematoda Junvenil infektif nmatoda akan muncul dari bangkai ulat (5-10 hari kmudian ) dan bergrak ke dalam air Cuci nmatoda bbrapa kali dalam saringan 400-500 Mesh dengan air, nematoda kemudian dapat dikumpulkan dan disimpan.1.4 Isolasi Agen Antagonis Isolasi dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran sebagai berikut : a. Cendawan Isolasi cendawan agen antagonis penyakit tumbuhan dapat dilaksanakan dengan metode pengenceran, sebagai berikut : Sampel tanah atau bagian tanaman 10 gram dimasukan ke dalam 10 ml air steril dalam tabung reaksi, kemudian digoyang-goyangkan secara horizontal selama 15 menit, Encerkan larutan yang didapat sampai 106, Ambil 1 ml masing-masing pngenceran dan masukan cawan petri (media PDA atau PSA), martin agar, Inkubasi selama 24-72 jam Murnikan masing-masing isolat cndawan yang didapat.Selain teknik isolasi tersebut diatas, agns antagonis penyakit tumbuhan dari golongan cndawan (non-obligat) dapat diisolasi dngan tknik monokonidia. Scara lengkap prosedur isolasi adalah sebagai berikut :Secara penempelan langsung : Bagian tanaman yang tidak bergejala srangan penyakit dilmbabkan di dalam cawan petri dengan water agar atau PDA selama 24 jam Amati pertumbuhan spora atau miselia, spora atau miselia yang tumbuh ditempelkan pada water agar Dengan bantuan mikroskop, pindahkan satu spora/konidia cawan petri lain yang berisi media PDA Inkubasi selama 2-3 hari Miselia yang tumbuh dari spora tersbut dipindahkan ke dalam tabung reaksi dengan media PDA atau PSA Inkubasi sampai seluruh permukaan media ditumbuhi miselia mb. BakteriIsolasi bakteri agen antagonis pnyakit tumbuhan dapat dilaksanakan dengan metode pengenceran. Secara lngkap prosedur isolasi bakteri antagonis adalah sebagai berikut: 10 gram sampel tanah atau bagian tanamn dimasukan ke dalam 100 ml air steril, kemudian digoyang-goyang secara horisontal selama 20 menit. Buat seri larutan pengenceran dari 10-1 s/d 10-9. Ambil 1 ml hasil pengenceran dan masukan ke dalam cawan petri yanvg berisi NA atau Kings B, dan inkubasikan selama 24 jam. Mum,ikan masing-masing isolat bakteri yang diproleh . khusus untuk bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunkan lampu ultra violet. Koloni P. fluorescens di bawah klampu ultra violet akan memendar warna putih khijauan . sedangkan Corynebacterium berwarna putih kotor, di bawah lampu ultra violet tidak bereaksi seperti P. fluorescens.

1.5 Identifikasi Patogen HamaIdentifikasi patogen serangga meliputi 2 (dua) aspek yaitu identifikasi status dan identifikasi taksonomi. Identifikasi taksonomi dapat dilakukan dengan memanfaatkan refrensi yang ada atau tenaga ahli Identifikasi status dimaksudkan untuk mengklasifikasi apakah cendawan yang ditmukan mrupakan patogen srangga atau bukan. Identifikasi status ini dilakukan dengan menggunakan Postulat Koch Cendawan Spora cendawan diencerkan dengan air steril sehingga kpadatan spora dalam larutan mncapai 106 spora/ml. Semprotkan suspnsi tersebut pada seangga uji. Pelihara srangga uji sampai mati Apabila pada permukaan tubuh srangga yang mati telah tumbuh spora, maka lakukan re-isolasi, atau Apabila pada permukaan tubu serangga yang mati blum tumbuh spora, lembabkan dalam cawan petri sampai tumbuh spora dan lakukan re-isolasi Lakukan re-isolasi dengan mnggunakan hasil reisolasi untuk mmbuktikan bahwa cendawan tersebut patogen serangga.Identifikasi taksonomi terhadap cendawan didasarkan pada bentuk dan ukuran spora, bentuk dan ukuran miselia, warna koloni dan inang. Bakteri Hasil isolasi diencerkan dengan air steril sehingga kerapatannya mencapai 106 Colont Forming Unit (CPU), Semprotkan suspensi tersebut pada pakan (daun atau makanan buatan) dan tiriskan (kering angin). Lepaskan serangan uji (sehat) sehingga makan pakan yang telah diprlakukan dengan larutan baktri, Plihara dan amati prubahan tingkah laku dan morfologi serangga uji. Lakukan re-isolasi bakteri dari serangga uji yang mnunjukan gejala tersrang bakteri Lakukan re-inokulasi terhadap serangan sehat untuk membuktikan bahwa bakteri tersebut adala patogen serangga.Identfikasi taksonomi trhadap bakteri didasarkan pada reaksi fisiologis (reaksi terhadap karbohidrat, asam, protein, dan nitrogen), bentuk morfologis sel bakteri (keberadaan, jumlah dan ukuran flagla) dan bentuk morfologi koloni pada media buatan.c. Nematoda Tempatkan 2 lapis kertas sarinbg dalam cawan petri (ukuran 100x15mm) Siramkan 23 ml suspnsi nematoda (1000-5000 juvenil infektif/Jl). Kertas saring harus basah tetapi tidak boleh ada air yang menggenang. Pindahakan sjumlah ulat bembu (T. molitor) ke dalam cawan. Jumlah ulat tergantung pada ukuran cawan petri misalnya ke dalam cawan petri ukuran 100x 15 mm ditambahkan 10-25 ulat untuk 1000-5000 nematoda. Biakan kmudian diinkubasi pada suh kamar dan ulat bambu akan mati dalam waktu kurang lbih 2 hari setelah inokulasi. Lakukan re-isolasi terhadap serangga uji yang amtyi Lakukan reinokulasi dengan menggunakan hasil re-isolasi untuk mmbuktikan bahwa nematoda trsebut patogen sangga.Identifikasi taksonomi terhadap nematoda didasarkan pada bentuk morfologinya.1.6 Identifikasi Agen Antagonis Identifikasi antagonis meliputi 2 aspek yaitu identifikasi status dan identifikasi taksonomi. Identifikasi status mikroorganisme dan identifikasi taksonomi. Identifikasi taksonomi dapat dilakukan dengan kunci atau rifikasi yang ada atau tenaga ahli. Identifikasi agen antagonis dilakasanakan dengan uji efek antagonis dengan metode ganda pada mdia (in vitro). Tahapan uji efek antagonis secara rinci adalah sbagai berikut a. Cendawan Siapkan media PDA/PSA pada petri dengan volume 7-10 ml per cawan petr. Siapkan umur inokulim 5-7 hari pada PDA untuk cendawan sedangkan umur inokulum 24-48 jm pada NA Siapkan potongan kertas saring stril dengan diameter 0,5 cm, lalu celupkan masing-masing ke dalam larutan calon antagonis dan patogen tumbuhan. Letakan potongan kertas yang telah diperlakukan pada permukaan media dengan membentuk satu garis lurus dengan jarak 4 cm. Inkubasikan pada suhu ruang (25oC) slama 1-7 hari, kemudian amati pertumbuhan masing-masing mikroorganisme pada media buatan tersebut, Apabila perkembangan koloni calon agen antagonis berlangsung lebih cepat (mmbnttuk zona pnghambatan pertumbuhan patogen, terjadinya hyperparasitisme terhadap patogen dan blokade zone tumbuh) maka mikroorganisme uji tersbut mrupakan agn antagonis dari patogenb. Bakteri Identifikasi bakteri agen antagonis dilaksanakan dengan uji efek antagonis dengan metode ganda pada media (in vitro). Tahaan uji efek antagonisme scara rinci adalah sbagai berikut : Siapkan mdia NA pada cawan petri dengan volume 7-10 l per cawan petri Siapkan larutan calon antagonis dan patogen tumbuhan yang diuji dhingga kepadatan sl bakteri dalam larutan mencapai 106-107 CFU (Coloni Forming Unit) dengan metode pengenceran dihitung koloni per unitnya. Untuk mengamati sel baktri digunakan pembesaran 1000 kali dengan minyak imersi. Siapkan potongan kertas steril dengan diameter 0,5 cm, lalu celupkan masing-masing ke dalam larutan calon antagonis dan patogn tumbuhan. Letakan potongan kertas yang telah diperlakukan pada permukaan media dengan membentuk satu garis lurus dengan jarak 4 cm. Inkubasikan pada suhu ruang (25oC) slama 1-7 hari, kemudian amati pertumbuhan masing-masing mikroorganisme pada media buatan tersebut, Apabila perkembangan koloni calon agen antagonis berlangsung lebih cepat (mmbnttuk zona pnghambatan pertumbuhan patogen, terjadinya hyperparasitisme terhadap patogen dan blokade zone tumbuh) maka mikroorganisme uji tersbut mrupakan agn antagonis dari patogen.

PRAKTIKUM IIPEMBIAKAN MASAL AGEN HAYATI

2.1 Pembiakan massal patogen seranggaPembiakkan massal atau produksi massal yang dimaksudkan adalah keahlian untuk memproses dan memperbanyak cendawan pathogen serangga dengan biaya produksi murah, serta fektif dan stabil. Produksi massal pathogen serangga umumnya dengan menggunakan inang atau alternative yang disesuaikan dengan sifat-sifatnya yaitu parasit obligat atau non obligat. Parasit obligat hanya dapat diperbanyak dengan inang alaminya, sedangkan parasit non obligat dapat diperbanyak dengan media buatan (yang mudah dan murah). Dalam hal ini perbanyakan massal cendawan yaitu sebagai berikut.a. CendawanProduksi massal cendawan pathogen serangga umumnya dengan menggunakan media buatan yang terutama mengandung karbohidrat dan protein dalam jumlah yang cukup. Tahapan untuk perbanyakan massal yang sering digunakan dengan media jagung pecah atau menggunakan beras. Dalam hal ini beras yang digunakan yaitu beras meniran. Rendam media (jagung pecah atau beras) dalam air selama kurang lebih 24 jam, kemudian tiriskan atau kukus media selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian tiriskan. Kemas media tersebut dengan plastik tahan panas masing-masing berisi 100-200 gram. Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang digunakan, kemudian dinginkan. Inokulasikan biakan murni (kurang lebih 1 sendok the media padat) secara aseptic ke dalam masing-masing kantong plastic. Inkubasikan pada suhu kamar (27C) dan amati perkembangannya. Setelah biakan berumur 7-21 hari, lakukan perhitungan jumlah spora/konidiospora. Lakukan tahapan tersebut diatas untuk generasi-generasi yang lain. Miselia cendawan akan tumbuh merata pada beras/jagung setelah 7 hari, untuk Beuveria sp berwarna putih dan Metharrizium sp. berwarna hijau.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam produksi massal cendawan pathogen serangga sebagai berikut : Penggunaan media, alat dan ruangan harus benar-benar bersih/steril. Starter yang digunakan tidak terkontaminasi. Penurunan virulensi dapat terjadi selama pertumbuhan dan perkembangan dalam media buatan.Perbanyakan secara massal dapat menggunakan media beras dan jagung. Media jagung bagus untuk pertumbuhan vegetative tetapi konidiagenesis (pembentukan konidia) lebih rendah disbanding dengan beras. Perlu diingat bahwa untuk tahap pengeringan cendawan sesudah pemanenan, sama sekali tidak dibenarkan mengeringkan langsung di bawah sinar matahari, karena akan menurunkan viabilitas atau daya kecambah konidia.Uji kestabilan dilakukan untuk mengetahui efektivitas cendawan pathogen serangga setelah melalui beberapa cara dan lama waktu penyimpanan. Untuk menguji kestabilan dapat digunakan metode uji keefektivitan seperti tersebut diatas.Cara aplikasi : Siapkan suspense semprot dengan cara mencuci hasil biakan cendawan dalam media padat 1 bungkus (100 gram) dalam 1 liter air. Saring dengan kain dan masukan larutan yang didapat ke dalam tangki semprot kemudian tambahkan 10 liter air (tambahkan larutan perekat). Dapat diaplikasikan untuk OPT sasaran sesuai dengan ambang pengendalian pada sore hari untuk menghindari sinar ultra violet. Amati hasil pengendalian setiap hari atau minimal setiap minggu.

2.2 Pembiakan massal agen antagonisProduksi massal yang dimaksudkan adalah keahlian untuk memproses dan memperbanyak bakteri antagonis dengan biaya produksi yang murah, serta efektivitas stabil. Produksi massal agens antagonis umumnya dengan menggunakan media alternative, yang umumnya bahan-bahan limbah pertanian yang mudah didapatkan dan murag harganya. Dalam hal ini perbanyakan massal cendawan yaitu sebagai berikut.a. Cendawan Produksi massal cendawan antagonis umumnya dengan menggunakan media buatan terutama limbah pertanian campuran. Tahapan untuk perbanyakan massal adalah sebagai berikut.Media beras Rendam media dalam air selama kurang lebih 24 jam, kemudian tiriskan hingga mencapai kadar air 45%. Kemas media tersebut dengan plastic tahan panas masing-masing berisi 40-50 gram. Sterilkan dengan uap panas sesuai dengan jenis peralatan yang tersedia, kemudian dinginkan (menggunakan autoclave 1 jam atau menggunakan dandang 2x1 jam). Inokulasikan biakan murni yang berumur maksimum 7 hari (kurang lebih 0,5 cm2 media agar atau 1 sendok the media padat) secara aseptis ke dalam masing-masing kantong plastic. Inkubasikan pada suhu kamar (27C) dan amati perkembangannya. Setelah biakan berumur 4 hari, lakukan perhitungan jumlah spora/konidiospora sampai berumur 14 hari. Lakukan tahapan tersebut untuk generasi yang lain.

PRAKTIKUM IIIPRODUKSI PESTISIDA NABATI

Pestisida nabati dapat tumbuh atau menggangu serangan hama dan penyakit melalui carakerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangan spesifik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atausecara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu : Merusak perkembangan telur, larva dan pupa Menghambat pergantian kulit Mengganggu komunikasi serangga Menyebabkan serangga menolak makan Menghambat reproduksi serangga betina Mengurangi nafsu makan Memblokir kemampuan makan serangga Mengusir serangga Menghambat perkembangan pathogen penyakitKeunggulan pestisida nabati adalah :Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani relative aman terhadap lingkungan tidak menyebabkan keracunan pada tanaman sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia.Sirsak (Annona muricata L.)Sirsak tak hanya kaya kandungan vitamin A, B dan C tetapi bijinya masih dapat dimanfaatkan sebagai penumpas hama Crocidolomia binotalis (ulatperusak daun) pada kubis, sawi dan petai. Biji sirsak mengandung senyawa annonain dan 42% minyak. Sebagai pestisida nabati ia bersifat biodegradable (mudah terurai di alam). Kandungan daun sirsak mengandung senyawa acetogenin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin.Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewaan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi berkeinginan untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama mati.Manfaat :Daun sirsak mengandung bahan aktif annonain dan resin. Pestisida nabati daun sirsak efektif untuk mengendalikan hama Trip, Belalang dan Wereng Coklat.Bahan : 50 lembar daun sirsak Satu genggam (100 gr) serai Satu suing bawang putih Sabun colek 20 grCara membuat : Daun sirsak, serai dan bawang putih dihaluskan Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air selama 2 hari. Larutan disaring Untuk aplikasi 1 liter dicampur dengan 10-15 liter airCara penggunaan :Larutan ekstrak sirsak dimasukkan ke dalam hand sprayer sesuai dengan kapasitasnya. Selanjutnya, larutan ekstrak disemprotkan setiap serangga hama.

PRAKTIKUM IVTEKNIS PEMANFAATAN 4.1 Uji Keefektifan 4.1.1 Patogen serangga a. CendawanUji keefktifan cndawan patogn sangga dilakukan secara langsung dengan mengaplikasikannya pada serangga sasaran (uji) . Tahapan kegiatan dalam uji keefektifan cndawan patogen srangga adalah sebagai berikut : Siapkan srangga uji dan tanaman inang dalam pot Siapkan suspnsi cndawan patogn dngan konsntrasi jumlah spora/konidiospora 106 pr mili litr kontrol Aplikasi pada srangga uji dan amati setiap hari selama kurang lebih 7 hari. Apabila presntase kematian serangga uji menjapai minimal 50% maka dapat dikatakan efektif. Lakukan tahap tersbut diatas untuk mngetahui kstabilan keefektifitasan dari bbrapa turunan isolat.Prosedur pngujian patognitas cendawan terhadap serangga pada prinsipnya sama dngan pngujian bakteri. Perbedaannya terltak pada proses infksinya kalau bakteri harus trmakan leh serangga, sedangkan cndawan ntomopatogen harus mnmpel pada kulit tubuh (integumen) srangga. Suspnsi cndawan dapat diolskan, dicelupkan atau dismprotkan k tubuh srangga. Pada umumnya yang digunakan untuk pngujian adalah konidia, akan tetapi propagul lain sprti miselia dan blastospora juga dapat digunakan. Harus diingat cara kerja cndawan, supaya propagul cndawan tersbut dapat fektif bekrja. Sring terjadi konidia bberapa jenis cendawan sulit skali menybar dengan rata dalam air, karna mmpunyai sifat hidrofob, sprti konidia Beuveria Bassiana. Untuk mngatas hal ini prlu ditambahkan bahan perata sprti tween 80.b. Bakteri Uji efktifitas bakteri patogn sangga dapat dilakukan dengan uji scara langsung atau tidak langsung. Uji scara langsung dilakukan dengan memasukan suspensi sel baktri dngan mnggunakan hypodmic syringe mlalui mulut srangga inang dengan dosis yang bervariasi. Sdangkan uji tidak langsung dilakukan dngan mmperlakukan pakan (tanaman/pakan buatan) dengan larutan sel bakteri dngan dodis yang berbeda. Tahapan kgiatan dalam uji keefektifan bakteri adalah sbagai berikut : Siapkan srangga uji dan pakan (tanaman/pakan buatan) Siapkan suspensi sl bakteri dngan kepadatan sel yang berbeda Inokulasikan scara langsung larutan sl bakteri dngan bantuan hypodmic syringe ke dalam mulut serangga uji, atau Rendam/semprot pakan (daun) atau campurkan (pelet) dngan larutan sel bakteri, Plihara dalam suhu ruangan sampai kurang lbih 3-4 hari, Amati dan evaluasi tingkat efktivitasnya, Ulangi tahapan trsbut di atas untuk generasi-generasi yang lain.c. Nematoda Siapkan srangga uji dan tanah (mdia untuk nematoda) Siapkan suspensi nematoda dengan kepadatan yang berbeda, Usahakan kontak antara nmatoda dengan sangga sasaran. Misalnya, untuk serangga hama pemakan daun, nematoda dismprotkan ke daun. Amati tingkat efektivitasnya dengan mnghitung jumlah kematian srangga uji setelah 2-3 hari.4.1.2 Agen antagonisa. Cendawan Uji efektifitas cndawan antagonis dilakukan scara langsung dengan mencampurkan antara cendawan antagonis dengan patogen tumbuhan dan mengaplikasikannya pada media tanah yang akan digunakan untuk pertanaman tanaman inang patognnya. Tingat fektivitasnya dilihat brdasarkan kebugaran tanaman dan atau gejala penyakit yang muncul. Tahapan kgiatan dalam uji efktifitas cndawan antagonis adalah sebagai berikut : Siapkan suspensi larutan inokulum umur 5-7 hari pada PDA dengan konsntrasi yang berbeda Siapkan larutan inokulum patogn tumbuhan dengan konsntrasi jumlah 106 spora .konidiiospora.cndawan per mili liter Biarkan inokulum patogn slama 1 minggu kemudian diinvestasikan agen antagonis. Atau siapkan dulu agn antagonis kemudian biarkan 1 (satu) minggu baru invstasikan dengan patogen Tanam/smai bnih tanaman uji dan plihara sampai tumbuh Lakukan pngamatan 7 dan 14 hari stlah tanam/smai, dan bandingkan kbugaran tanaman pada masing-masing perlakuan dan bandingkan dengan kontrol, atau Amati kmunculan gejala penyakit pada tanamn uji masing-masing dan dibandingkan dengan kontrol ulangi tahapan tersbut di atas untuk rekultura atau turunan isolat berikutnya b. Bakteri Uji efktifitas baktri agens antagonis dilakukan dengan mencampur anatar bakteri antagonis dengan patogen tumbuhan dan mengaplikasikannya pada tanamn inang (shat). Tingkat efektifitasnya dilihat dengan membandingkan kemunculan gjala penyakit laju infeksinya pada tanaman uji (sehat), tanamn dengan patogen dan tanamn tanpa patogn (kontrol). Tahapan kegiatan dalam uji efektivitas bakteri agns antagonis adalah sbagai brikut : Siapkan tanaman uji (inang patogen tumbuhan) Siapkan larutan bakteri antagonis dengan konsentrasi 106-107 cfu/ml Siapkan larutan patogen tumbuhan dengan konsentrasi minimal 106 cfu/ml Tanam/smai bnih tanamn uji dan plihara sampai tumbuh Amati kmunculan gelaja penyakit pada tanaman uji masing-masing dan dibandingkan dengan kontrol Lakukan tahap tersbut di atas untuk mngetahui kesetabilan efktivitas dari beberapa turunan isolat

4.2 Uji Efektivitas Skala Lapang Uji skala lapang perlu dilakukan terhadap patogen serangga sebelum dimasyarakatkan secara luas. Efektifitas agen hayati di lapangan dipengaruhi olh faktor biotik (makanan, persaingan predasi dan parasitasi, infeksi patogen) dan abiotik (suhu,angin, kelmbaban). Olh sbab itu dalam melaksanakan uji efektifitas, cendawan patogen serangga harus dipertimbangkan kdua faktor tersebut. tahapan pelaksanaan uji efktifitas agn hayati skala lapang sebagai berikut : Memilih tempat pengujian di daerah serangan endemis OPT sasaan Membuat rancangan petak uji yang memenuhi standar uji stastistik perlakuan standar yang harus ada dalam rancangan tersbut adalah petak perlakuan cendawan patogen serangga dan kotrol (tanppa prlakuan atau dengan aplikasi oestisida/agen hayati yang telah mantap) Pengamatan populasi awal (seangga hama) atau intnsitas penyakit dilakukan 1 (satu) hari sebelum diaplikasi Aplikasi patogn srangga umumnya dilakukan sor hari untuk mnghindari krusakan akibat deraan sinar UV Efektifitas cndawan patogen serangga dapat diamati sjak 7 hari setelah aplikasi intrval 1 minggu Pengamatan dampak aplikasi cndawan patogn sangga bukan sasaran, juga diamati pada saat yang bersamaan

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pembuatan Nutrient Agar Nutrient Agar (NA) merupakan media umum untuk bakteri.Bahan : Beef extract Yeast extract Pepton (bacteriological) Sodium Chloride (Na Cl) Agar-agar Air Steril Alat : Autoclave Kompor Panci Glass ware (gelas piala, cawan petri, tabung reaksi, dll) Clean benchCara pembuatan :1. Campur bahan (1,2,3,4) Kecuali agar-agar 2. Aduk sampai larutan terlihat homogen 3. Masukan kedalam panci dan panaskan dengan api kcil, sambil diaduk tambahkan agar-agar.4. Tuangkan ke dalam erlenmeyer/tabung reaksi. Kemudian strilkan dengan autoclave pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.

Lampiran 2. Pembuatan Media Potato Dextro Agar (PDA)/ Potato Sucrose Agar (PSA)

Bahan : 200 gram kentang 20 gram gula pasir 20 gram agar-agar 1 liter aquades Peralatan Gelas piala (500 ml, 1ml) Alumunium foil Pisau Kertas atau Kompor Kapas Petridish Tabung Reaksi Autoclave (dapat pula Digunakan panci) Pengaduk Cara Pembuatan :1. Kupas kentang, kemudian dipotong kecil-kecil ( + 1cm x 1cm), kemudian dicuci sampai bersih.2. Rebus potongan kentang selama + 15 Menit 3. Saring 4. Pada ekstrak kentang tersebut tambahkan agar, gula pasir dan aquades hingga volume menjadi 1 liter, dan diaduk hingga larut.5. Tuang ke dalam tabung reaksi (+ 5 ml) atau petridish (+ 10 ml) 6. Sterilkan dengan menggunakan autoclave (suhu 120oC selama 15 menit)7. Kemudian didinginkan. Sebaiknya tabung gelas siletakan agak miring untuk memperoleh permukaan agar-agar yang lbih luas. Jangan ditutup sebelum media menjadi dingin8. Simpan di almari es

Lampiran 3. Pembuatan Kings Medium B

Kings mdium B, umunya digunakan untuk mndiagnosa bakteri-bakteri yang menghasilkan pigmen flourescens.

Bahan : Proteose pepton Glycrol K2 HPO4 Mg SO4 7 H20 Agar Air steril Alat : Ph meter/kertas indikator Homogenizer (stirer) Autoclave Kompor dan Panci Glass ware (gelas piala, cawan ptri, tabung raksi, dll) Clean Bench Cara pembuatan :1. Campur bahan 1,2,3,4, dangan air stril 2. Aduk dngan stirer, sampai larutan trlihat homogen.3. Tes larutan sampai dengan PH 7,2 4. Masukan larutan ke dalam panci dan panaskan dengan api kecil, sambil diaduk masukan agar sampai larutan homogen.5. Masukan k dalam erlenmeyer, kemudian sterilkan dengan autoclave pada suhu 121o C, tkanan 1 atm dan waktu 15 menit.Cara sterilisasi1. Dengan mengukus selama 2-3 jam, atau secara bertingkat 2 x 2 jam. Kemudian bahan yang dikukus dikeluarkan dari dandang dan dibiarkan dingin. Keesokan hariannya, setelah 24 jam, dilakukan sterilisasi kembali selama 2 jam.2. Sterilisasi dengann menggunakan autoclave, dikenal sebagai steilisasi basah. Cara ini digunakan untuk sterilisasi media atau bahan kimia lain. Suhu 120-121oC selama 15-20 menit biasanya memadai untuk mematikan sebagian bsar mikroba.3. Sterilisasi dengan menggunakan oven, dikenal sebagai sterilisasi kering, cara ini digunakan untuk sterilisasi alat gelas. Suhu 160oC selama 2 jam biasanya memadai.4. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah stelan suhu. Bahan yang terbuat dari selain gelas dan logam (dan bahan-bahan plastik tertentu) akan rusak/meleleh di atas suhu 142oC. Jadi alat-alat yang demikian jangan disterilkan dengan menggunakan oven.5. Bahan kimia tertentu seperti gula akan rusak bila disterilkan di atas suhu 80oC. Untuk itu harus digunakan teknik filtrasi (misalnya dengan Millipore) jika diperlukan (cari informasi lebih lanjut ke laboratorium yang kompenen)

PENULISAN LAPORAN FORMAT JURNALLaporan Jurnal PHPT ditulis menggunakan hurufTimes New Roman ukuran 12 dengan jarakbaris 1,15 spasi, ukuran kertas A-4, margin kiri 4 cm, margin kanan, atas, dan bawahmasing-masing 3 cm, serta mengikuti sistematika sebagai berikut.a. HALAMAN SAMPUL (Lampiran 2.16).ISI ARTIKEL1. JUDULJudul tulisan hendaknya menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas.2. NAMA PENULISNama-nama penulis dituliskan tepat dibawah judul, disertai dengan alamat institusipenulis, serta catatan kaki untuk penulis korespondensi.3. ABSTRAK DAN ABSTRACT (maksimum satu halaman)Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Abstrak berisi tidak lebihdari 250 kata dan merupakan intisari seluruh tulisan yang meliputi: latar belakang,tujuan, metode, hasil dan kesimpulan dan ditulis dengan jarak baris 1,0 spasi. Dibawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).4. PENDAHULUANPendahuluan merupakan gambaran umum dari observasi awal dan fenomenamengenai topik yang diangkat. Latar belakang, rumusan, tujuan dari kegiatan(penelitian, pengabdian, atau yang lainnya) serta manfaat untuk waktu yang akandatang ditunjukkan dalam pendahuluan. Dengan merujuk dari berbagai sumberpustaka, pandangan singkat dari para penulis/peneliti lain yang pernah melakukanpembahasan topik terkait dapat dikemukakan di sini untuk menerangkankemutakhiran substansi pekerjaan.5. TUJUANTujuan artikel ilmiah harus diungkapkan secara jelas dan mencerminkan judulartikel.6. METODEJudul dari bagian ini dapat diganti dengan Metode Penelitian, Metode Pelaksanaanatau Bahan dan Metode, namun dapat diberi judul lain bergantung pada kegiatandan metodologi yang telah dilakukan sehingga penulis diberi kebebasan untukmemberi judul lain seperti Pendekatan Teoritik atau Konsideran Percobaan. Secaraumum, metode berisi tentang bagaimana observasi dilakukan termasuk waktu,lama, dan tempat dilakukannya observasi, bahan dan alat yang digunakan, metodeuntuk memperoleh data/informasi, serta cara pengolahan data dan analisis yangdilakukan. Metode harus dijelaskan secara lengkap agar peneliti lain dapatmelakukan uji coba ulang. Acuan (referensi) harus dimunculkan jika metode yangditawarkan kurang dikenal atau unik.7. HASIL DAN PEMBAHASANBagian ini menjelaskan tentang apa saja yang diperoleh dari observasi. Data dapatdiringkas dalam bentuk tabel dan gambar. Tidak ada spekulasi dan interpretasidalam bagian ini, yang ada hanya fakta. Umumnya berisi uraian dan analisisberkaitan dengan temuan-temuan dari observasi yang telah dilakukan, terutamadalam konteks yang berhubungan dengan apa yang pernah dilakukan oleh oranglain. Interpretasi dan ketajaman analisis dari penulis terhadap hasil yang diperolehdikemukakan di sini, termasuk pembahasan tentang pertanyaan2 yang timbul darihasil observasi serta dugaan ilmiah yang dapat bermanfaat untuk kelanjutan bagipenelitian mendatang. Pemecahan masalah yang berhasil dilakukan, perbedaan danpersamaan dari hasil pengamatan terhadap informasi yang ditemukan dalamberbagai pustaka (penelitian terdahulu) perlu mendapatkan catatan disini. Hasil danPembahasan handaknya menjadi satu kesatuan, dan tidak dipisah menjadi subbabtersendiri.8. KESIMPULANKesimpulan merupakan bagian akhir tulisan yang membawa pembaca keluar daripembahasan. Secara umum kesimpulan menunjukkan jawaban atas tujuan yangtelah dikemukakan dalam pendahuluan.9. UCAPAN TERIMAKASIHApabila memang ada pihak yang telah membantu dalam kegiatan yang dilakukan,maka ucapan terima kasih dapat disampaikan di sini.10. DAFTAR PUSTAKADaftar pustaka berisi informasi tentang sumber pustaka yang telah dirujuk dalamtubuh tulisan. Untuk setiap pustaka yang dirujuk dalam naskah harus muncul dalamdaftar pustaka, begitu juga sebaliknya setiap pustaka yang muncul dalam daftarpustaka harus pernah dirujuk dalam tubuh tulisan. Format perujukan pustakamengikuti Harvard style.Contoh :Buller H, Hoggart K. 1994a. New drugs for acute respiratory distress syndrome.NewEngland J Med 337(6): 435-439.Buller H, Hoggart K. 1994b. The social integration of British home owners into rench rural communities. J Rural Studies 10(2):197210.Dower M. 1977. Planning aspects of second homes. di dalam Coppock JT (ed.),SecondHomes: Curse or Blessing? Oxford: Pergamon Pr. Hlm 210237.Grinspoon L, Bakalar JB. 1993. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale Univ Press.Palmer FR. 1986. Mood and Modality. Cambridge: Cambridge Univ Press.Contoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan:"Smith (1983) menemukan bahwa tumbuhan pengikat N dapat diinfeksi oleh beberapaspesies Rhizobium yang berbeda.

"Integrasi vertikal sistem rantai pasokan dapat menghemat total biaya distribusi antara15% sampai 25 % (Smith, 1949, Bond et al., 1955, Jones dan Green, 1963)."

"Walaupun keberadaan Rhizobium normalnya mampu meningkatkan pertumbuhankacang-kacangan (Nguyen, 1987), telah didapat pula hasil yang berbedad. LAMPIRAN-LAMPIRAN