modul pengelolaan destinasi wisata web viewmodul pengelolaan destinasi wisata. oleh:rina kurniawati...
TRANSCRIPT
MODUL PENGELOLAAN DESTINASI WISATAOLEH:RINA KURNIAWATI S.PD, MM
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
I. ATTRIBUT DESTINASI WISATA
II. MANAJEMEN PENGUNJUNG
III. PERAN MANAJEMEN DALAM DESTINASI WISATA
IV. PENGEMBANGAN WISATA BAHARI
V. PENGEMBANGAN AGROWISATA
VI. MEMBANGUN PERSEPSI WISATAWAN
VII. E-MARKETING UNTUK MENINGKATKAN BRAND AWARENESS
BAB I
ATRIBUT DESTINASI WISATA
1. Pengertian Destinasi Wisata
Dalam Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 yang dimaksud dengan
destinasi wisata atau daerah tujuan wisata adalah “kawasan geografis yang berada
dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan”.
Destinasi wisata memiliki beberapa karakteristik seperti berikut ini:
a. Proses Lingkungan
Destinasi wisata terbentuk dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
daya tarik bagi wisatawan. Proses pembentukan itu meliputi topoligi, bentukan alam
(gunung, sungai, laut), flora dan fauna, temperatur, erosi dan proses yang lain.
b. Struktur Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menjadi ciri sebuah destinasi,termasuk tingkat
perekonomian,keragaman kegiatan ekonomi,karakter tata ruang,pola investasi,dan
karakteristik impor-ekspor.
c. Organisasi Politik
Kegiatan wisata dipengaruhi oleh faktor politik baik di negara asal wisatawan
maupun di negara tujuan wisata.Struktur politik yang mempengaruhi kegiatan
wisatawan,seperti peraturan,skema insentif investasi,dan prinsip kenegaraan.
d. Tingkat Pembangunan Destinasi
Pemberdayaan masyarakat menjadi perhatian dalam pembangunan sebuah destinasi
wisata.Hal ini merupakan salah satu tujuan pembangunan kepariwisataan.Selain
itu,tingkat pembangunan destinasi dapat diperoleh dari rata-rata
pertumbuhan,keragaman daya tarik wisata,jumlah sarana dan prasarana wisata,dan
peran perantara.
e. Organisasi dan Struktur Sosial
Kategori ini memasukan profil demografi masyarakat,kekuatan, kebudayaan
lokal,kesediaan infrastruktur,pola kehidupan sosial, peran wanita dalam tenaga
kerja,bahasa,sikap,perilaku, norma, nilai dan juga tradisi.
Sebagai destinasi wisata, haruslah memenuhi beberapa kriteria yaitu:
a. Harus ada sesuatu yang dapat dilihat
Tempat tersebut dapat menarik minat banyak wisatawan untuk mengunjunginya,
banyaknya wisatawan yang datang berarti tempat tersebut sudah bisa dijadikan obyek
wisata.
b. Harus ada sesuatu yang dapat dilakukan
Ada sesuatu yang dapat dilakukan oleh para wisatawan selama melakukan perjalanan
wisata pada obyek wisata yang dituju, contohnya: berjemur di pantai, memancing,
menyelam dan kegiatan lainnya.
c. Harus ada sesuatu yang dapat dibeli
Suatu obyek wisata harus mampu menjual barang-barang souvenir dari suatu objek
wisata tersebut sehingga wisatawan yang datang bisa sekaligus membeli buah tangan
untuk sanak saudaranya sehingga dapat meningkatkan jumlah pendapatan daerah.
Misalnya: Toko Cinderamata.
2. Pengertian Pengelolaan
Menurut Winarno Hamiseno, pengelolaan adalah:
“Penyelenggaraan atau perumusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan lancar,
efektif dan efisien. Dijelaskan pula bahwa pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan
semuanya itu bersama-sama menghasilkan suatu hasil akhir yang memberikan
informasi bagi penyempurnaan kegiatan”.
3. Objek Wisata
Suatu daerah dapat menjadi daerah tujuan wisata hanya jika mempunyai potensi
wisata untuk dikembangkan menjadi objek dan atraksi wisata yang harus
komplementer dengan motif perjalanan wisatawan. Potensi wisata tersebut berupa
potensi alam, potensi budaya dan potensi manusia (Soekardijo 1996:50). Potensi wisata
kemudian dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata.
Objek wisata sendiri adalah sesuatu yang dapat dilihat dan disaksikan tanpa
disiapkan terlebih dahulu, contohnya pemandangan alam, pantai, danau, gunung dan
sebagainya, sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan
melalui pertunjukan / show yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan, harus
dipersiapkan terlebih dahulu, sebagai contoh upacara tradisional, kesenian rakyat
tradisional dan lain-lain.
Pengangkatan suatu potensi wisata bisa dikatakan berhasil jika penampilannya
unik, khas dan menarik dan waktu pelaksanaanya sesuai dengan waktu luang yang
dimiliki calon wisatawan. Sesudah memenuhi dua syarat di atas, menurut Soekadijo
(1996:61) suatu objek atau atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan
wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka ditempat tersebut dalam jangka
waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan kepada wisatawan yang datang
berkunjung.
4. Macam-macam Jenis Wisata
Pariwisata memiliki banyak bentuk dan ragamnya,bahkan perkembangannya
mencapai hal-hal yang menurut manusia tak lagi lazim untuk diakui. Adapun bentuknya
adalah sebagai berikut:
a. Wisata Budaya
Ini dimaksudkan dengan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk
memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri,mempelajari keadaan
rakyat,kebiasaan,dan adat istiadat mereka,cara hidup budaya mereka dan seni
mereka. Sering perjalanan seperti ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari,
drama, music, dan seni suara) atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan
sebagainya.
b. Wisata Kesehatan
Hal ini dimaksudkan dengan seseorang berwisata dengan tujuan untuk meninggalkan
keadaan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan
beristirahat dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat-tempat seperti
mata air panas yang mengandung mineral yang dapat menyembuhkan,tempat yang
mempunyai iklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan
fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
c. Wisata Olahraga
Ini dimaksudkan dengan wisatawan melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga
atau menghadiri pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti: Asian Games,
Olympiade, Uber Cub, Thomas Cub, dan lain-lain. Olahraga lain yang tidak termasuk
dalam pesta olahraga atau games misalnya: berburu, memancing, berenang, dan
berbagai cabang olahraga di dalam air atau di pegunungan.
d. Wisata Komersial
Yang termasuk dalam wisata komersial ini adalah mengunjungi pameran-pamrean
dan pecan raya yang bersifat komersial seperti pameran industry, pameran
dagang,dan sebagainya. Pada mulanya orang berpendapat bahwa hal ini tidak dapat
digolongkan dalam dunia kepariwisataan dengan alasan bahwa kegiatan perjalanan
untuk pameran atau pekan raya ini hanya dilakukan oleh orang-orang yang khusus
mempunyai urusan bisnis.
Disamping itu dalam pameran atau pecan raya biasanya dimeriahkan dengan
berbagai atraksi atau pertunjukan kesenian. Itulah sebabnya wisata komersial ini
menjadi kenyataan yang sangat menarik dan menyebabkan kaum pengusaha
angkutan dan akomodasi membuat rancangan istomewah untuk keperluan tersebut.
e. Wisata Industri
Wisata industri ini erat hubungannya dengan perjalanan yang dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa,atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau
daerah perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar
dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan penelitian atau peninjauan. Jenis
kegiatan ini banyak dilakukan di negara-negara maju dimana masyarakat memiliki
kesempatan untuk mengadakan kunjungan ke daerah-daerah atau kompleks pabrik
industri.
f. Wisata Politik
Jenis wisata ini meliputi perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian dalam kegiatan pariwisata politik misalnya perayaan 17 Agustus
di Indonesia, Penobatan Ratu Inggris di London dan sebagainya.
Disamping itu yang termasuk dalam kegiatan wisata politik adalah pariwisata-
pariwisata penting seperti konferensi, musyawarah, kongres, atau konvensi politik
yang selalu disertai dengan kegiatan dharmawisata.
g. Wisata Konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan
fasilitas bangunan dengan ruang-ruang tempat bersidang bagi para peserta suatu
konverensi,musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat
nasional maupun internasional. Misalnya di Jerman Barat memiliki Internasional
Congress Center di Berlin. Indonesia memiliki Balai Sidang Senayan di Jakarta
untuk pemyelenggaraan sidang-sidang pertemuan yang besar dengan perlengkapan
yang modern.
h. Wisata Sosial
Yang dimaksud dengan wisata ini adalah pengorganisasian suatu perjalanan yang
murah dan mudah untuk memberi kesempatan kepada masyarakat ekonomi lemah
untuk mengadakan perjalanan, seperti mahawiswa, pemuda, pelajar, petani, kaum
buruh dan sebagainya. Organisasi ini berusaha untuk membantu mereka yang
mempunyai kemampuan terbatas dari segi financial untuk dapat memanfaatkan
waktu libur sehingga dapat menambah pengalaman dan memperbaiki kesehatan
jasmani dan mental mereka.
i. Wisata Pertanian
Seperti halnya wisata indusrti, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian
perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang
pembibitan, dan sebagainya dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan
peninjauan untuk tujuan studi maupun untuk sekedar menikmati aneka tanaman.
j. Wisata Maritim (Bahari)
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan dengan kegiatan olahraga di air, danau, pantai,
teluk dan laut. Misalnya memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan
pemotretan, kompetisi berselancar mendayung, berkeliling melihat-lihat taman laut
dengan pemandangan yang indah.
k. Wisata Cagar Alam
Untuk jenis wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang
mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah
cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan, dan sebagainya yang
kelestariannya dilindungi oleh Undang-Undang. Wisata ini banyak dikaitkan dengan
kegemaran akan keindahan alam,kesegaran hawa udara pegunungan, keajaiban hidup
binatang dan margasatwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang
ditemukan di tempat lain.
l. Wisata Buru
Jenis wisata ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memiliki daerah atau hutan
berburu yang diperbolehkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau
biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari buru ke daerah hutan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Seperti di Afrika berburu Gajah, Singa,
Jerapah,dan sebagainya.
m. Wisata Pilgrim
Wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan wisata agama, sejarah, adat istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata pilgrim banyak
dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci,ke makam orang
besar atau pemimpin yang diagungkan,ke bukit atau pegunungan yang dianggap
keramat.Dengan melakukan wisata ini,wisatawan berharap dapat memperoleh
restu,kekuatan batin,keteguhan iman, dan tidak jarang untuk memperoleh berkah dan
kekayaan yang melimpah.
Misalnya: orang-orang Khatolik melakukan wisata pilgrim ke Vatikan di Roma,
Orang Islam ke tanah suci, orang Budha ke tempat-tempat suci di India, Nepal, Tibet
dan sebagainya.
n. Wisata Bulan Madu
Merupakan perjalanan bagi pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu
dengan fasilitas-fasilitas khusus seperti kamar pengantin di hotel yang khusus
disediakan dengan peralatan serba istimewah,dekorasi dinding yang berselera
tinggi,cermin besar di berbagai sudut,dan fasilitas lain yang menimbulkan kesan
romantis bagi yang menikmati kamar tersebut.
5. Daya Tarik Wisata
Ismayanti (2010:147) mendefinisikan daya tarik wisata sebagai berikut:“fokus
utama penggerak pariwisata di sebuah destinas. Hal ini berarti bahwa daya tarik
wisata merupakan penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat”.
Adapun yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah sebagai berikut:
(Ismayanti,2010:148)Ilmu Pengantar Pariwisata
a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam
seperti flora dan fauna, seperti pemandangan alam,panorama indah, hutan rimba
dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.
b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud peninggalan sejarah,
peninggalan purbakala, museum, seni budaya dan tempat hiburan. Daya tarik
buatan manusia bisa juga merupakan perpaduan bantuan manusia dan keadaan
alami seperti wisata agro, wisata buru, wisata tirta, wisata petualangan, taman
rekreasi dan taman hiburan.
c. Sasaran wisata minat khusus seperti mendaki gunung, berburu, indusrti dan
kerajinan, tempat perbelanjaan dan tempat-tempat berziarah.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Bab 1
Pasal 1 tentang Kepariwisataan,yang dimaksud dengan daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan,keindahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata ini harus dikelola
sedemikian rupa agar keberlangsungan dan kesinambungannya terjamin.
Beberapa hal yang menjadi daya tarik wisata sehingga wisatawan datang ke
suatu daerah adalah:
a. Tata cara hidup manusia (way of life)
b. Hasil ciptaan manusia (man made supply) berupa benda-benda bersejarah,
kebudayaan dan keagamaan.
c. Benda-benda yang ada dan terdapat di alam semesta (natural aminities) antara
lain:
1) Flora dan fauna
2) Bentuk Tanah
3) Iklim
4) Pemandangan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa obyek wisata adalah unsur-unsur
lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam,sumber daya manusia,dan
sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik
untuk menjadi sasaran wisata.
BAB II
MANAJEMEN PENGUNJUNG
Pariwisata menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat secara ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya , pertahanan dan keamanan. Dampak pariwisata yang banyak mendapat ulasan
adalah dampak terhadap ekonomi. Soasial budaya dan lingkungan
Dampak parwisata terjadi akibat interaksi wisatawan dengan destinasiwisata. Elemen statik
terjadi ketika wisatawan di destinasi wisata melakukan hal yang tidak terlepas dari yang tersebut
di bawah ini:
a. Lama Tinggal di Destinasi Wisata
Semakin lama wisataan berkunjung ke sebuah destinasi, semakin banyak pengaruh yang
diberikan oleh wisatawn pada destinasi tersebut, baik pengaruh baik ataupun pengaruh buruk.
b. Jenis Aktifitas Wisatawan
Wisatawan dapat melakukan beragam aktifitas wisata mulai dari kegiatan bertema alam hingga
kegiatan bertema budaya. Seluruh variasi kegiatan tersebut harus diarahkana agar dapat
memberikan manfaat bagi wisatawan dan juga kepada destinasi
c. Tingkat Penggunaan
Jumlah wisatawn dan kontribusinya dalam menggunakan ruang dan waktu menimbulkan desitas
atau kepadatan pengunjung di destinasi wisata. Semakin banyak pengunjung, semakin padat
suatu wahana wisata maka semakin besar pula tekanan kepada area tersebut akibatnya semakin
besar pula dampaknya
d. Tingkat kepuasan Wisatawan
Jika wisatawan meras puas atas perjalanan wisata , kemungkinan besar ia akan kembali ketempat
yang sama untuk mengulangi perjalanan wisata, bahkan merekomendasikan kepada orang lain.
Maka secara tidak langsung kepuasan wisatawan akan menyebabkan kenaikan jumlah kunjungan
dan memungkinkan membrikan dampak yang lebih pada destinasi wisata
d. Karakteristik sosio ekonomi
Ciri demografi masyarakat seprti usia jenis kelamian pekerjaaan pendapatan, ukuran keluaran,
tradisi , kebiasaan dan ciri-ciri lain mempengaruhi aktifitas wisatwan di destinasi wisata
sehingga memberikan dampak pada destinasi wisata
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP EKONOMI
Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan dan cara
hidup modern. Indistri pariwisata memberi keunikan tersendiri dibanding dengan sektor ekonomi
lain karena empat faktor tsb di bawah ini:
Pertama, pariwisat aadalah industri ekspor fana. Segala transaksi yang terjadi di industri
pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat di
bawa pulang sebagai cendera mata.
Kedua, setiap kali wisatawan mengunjungi destinasi, ia selalu membutuhkan baeang dan jasa
tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bresih. Barang dan jasa tambahan harus
diciptakan dan dikembangkan untuk memnuhi kebutuhan wisatawan.
Ketiga, pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah (fragmentes) , tetapi terintegrasi dan
langsung memnpengaruhi sektor ekonomi lain. Seperti yang tercantum dalam UU nO. 10 Tahun
2009.
Keempat, pariwisata merupakan sektor yang sangat tidak stabil> sifat kepariwisataan ang
dinamis dan musiman membuat industri ini mengalami fluktuasi yang sangat tinggi. Industri
pariwisata sangat rentan terhadap banyak hal seperti politik, sosial budaya dan pertahanan
keamanan.
Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan negatif. Secara umum
dampak tersebut dapat dikelompokkan ( Cohen, 1984) dalam ismayanti, sbb
1. Dampak terhadap penerimaan devisa
2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. Dampak terhadap peluang kerja
4. Dampak terhadap harga dan tarif
5. Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan
6. Dampak terhadap kepemilikan da pengendalian
7. Dampak terhadap pembangunan
8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda ( multiplier effect)
dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memnerikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor
ekonomi yang langsung terkait dengan industri pariwisata tetapi juga industri yang tidak
langsung yang terkait dengan industri pariwisata
Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif yang juga memberikan kerugian
sebagai dampak negatif. Seperti yang tampak pada tabel di bawah ini:
Keuntungan Kerugian
1. Kontribusi pariwisata dalam devisa pada
neraca penerimaan negara
2. Menghasilkan pendapatan bagi masyarakat
3. Menghasilkan lapangan kerja
4. Meningkatkan stuktur ekonomi
5. Membuka peluang investasi
6. Mendorong aktivitas wirausaha
1. Bahaya ketergantungan terhadap industri
pariwisata
2. Peningkatan inflasi dan nilai lahan
3. Peningkatan frekuensi impor
4. Produksi musiman
5. Pengembalian modal lambat
6. Mendorong timbulnya biaya eksternal lain
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP SOSIAL BUDAYA
Pariwisata merupakan kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat
sehingga memberikan pengaruh terhadaop masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan
mempunyai energi pendobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat
mengalami perubahan, baik kearah perbaikan maupun kearah penurunan dalam berbagai aspek.
Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat,
kelompok organisasi dan kebudayaan.
Namun demikian, pada awal-awal penelitiannya (Mathieson, 1994) menilai dampak sosial dan
lingkungan dari pengembangan pariwisata, menyatakan bahwa dampak pariwisata muncul dalam
bentuk perubahan perilaku manusia akibat interaksi di dalam masyarakat antara wisatawan
dengan penduduk lokal dan pemerintahan setempat. Dengan demikian dipastikan bahwa interak-
si tersebut akan berdampak terhadap perubahan setiap elemen pariwisata baik perubahan ke arah
positif maupun ke arah negatif.
Analisis dampak sosial berfokus perubahan yang terjadi di dalam masyarakat sepert: (1)
perubahan dalam sistem sosial, (2) nilai-nilai individu dan kolektif, (3) perilaku hubungan sosial
(4) gaya hidup dan ekspresi mode serta (5) struktur masyarakat.
Dampak Sosial-Budaya Pariwisata
Positive Negative
Dampak terhadap populasi
Peningkatan populasi(imigrasi, tidak ada emigrasi)
Imigrasi tenaga kerja musiman(positif dalam kasus kurangnya tenaga kerja - negatif dalam kasus
pengangguran)
Kehadiran pemilik rumah kedua (pemilik villa-rumah peristirahatan di
destinasi)(positif jika terlibat dalam kehidupan masyarakat - negatif jika tidak terlibat)
Perubahan distribusi penduduk masyarkat (berdasarkan usia, gender, ras dan etnik)
Urbanisasi penduduk
Perubahan pasar kerja
Meningkatnya kesempatan kerja Banyak pekerjaan musiman
Banyaknya jenis pekerjaan baru di pariwisata
Banyak pekerjaan unskilled
Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bahasa
berkurangnya tenaga kerja di sektor tradisional
Diversifikasi kegiatan ekonomiMeningkatnya disparitas pendapatan
masyarakat
Stimulasi bagi pengembangan daerah tertinggal
Perubahan struktur, karakteristik masyarakat
Pendapatan dari pariwisataMeningkatnya jumlah pendatang baru (temporary residents) yang
biasanya tidak komitmen
Tumbuhnya sektor jasa, yang penting dalam kegiatan ekonomi
Potensi konflik dengan pemilik rumah (pendatang)
Stimulasi kehidupan sosial budaya,Kesulitan dalam memperoleh
perumahan
Peningkatan nilai tanah Kenaikan harga properti
Pembangunan infrastruktur Kenaikan harga, inflasi
Kesempatan yang lebih luas untuk pembelanjaan
Kehilangan identitas budaya
Peningkatan citra destinasi Transformasi sistem nilai
Meningkatnya kebanggaan warga terhadap wilayahnya (ekosistem)
Konflik agama (dengan pemilik rumah kedua, dan wisatawan)
Menurunnya prasangka buruk terhadap pengunjung, hilangnya
stereotip, dan meningkatnya toleransi
Ketergantungan pada pariwisata,kemacetan dan masalah lalu lintas
lainnya
Transformasi stratifikasi sosial, (pemilik sumber daya wisata meningkat, pemilik sumber daya tradisional turun)
Dampak pada Individual dan Keluarga
Meningkatnya mobilitas sosial (khususnya perempuan dan orang
muda)
Terganggunya jaringan sosial kemasyarkatan penduduk lokal
Meningkatnya peluang berwisata Adanya perubahan ritme kehidupan
Bertambahnya interaksi sosial karena banyak bertemu orang
Hilangnya/berkurangnya pertemanan penting
Meningkatnya kualitas hidupPeningkatan persepsi terhadap
bahaya(karena meningkatnya kriminalitas)
Keterampilan berbahasaXenofobia (rasa takut bertemu orang
asing)
Pendapatan dari pariwisataKomersialisasi hospitaliti (keramah-
tamahan)
Peningkatan sikap terhadap pekerjaan, kesantunan dan tatakrama
Perilaku menyimpang (alkoholisme, prostitusi, perjudian,
penyalahgunaan narkoba, vandalisme)
Tekanan terhadap bahasa lokal
Peningkatan kebebasan seksual
Transformasi struktur keluarga, trasformasi kebiasaan mengkonsumsi barang dan jasa, perubahan kondisi perumahan dan rumah tangga, tranformasi
perilaku dan kebiasaan
Dampak pada Budaya dan Sumber Daya Alam
Perlindungan sumber daya yang unik/langka serta keindahan alam
Penghilangan kebiasaan, tradisi
Bangkitnya seni-budaya lokal dan kerajinan, event budaya
Komersialisasi budaya
Kebangkitan tradisi arsitektur lokalMembuang sampah sembarangan,
polusi
DAMPAK PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN FISIK
Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan alam
merupakan merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan fisik
tersebut rapuh (fragile) dan tak terpisahkan (inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan
alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti
sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk
dapat menikmatinya.
Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Linkungan fisik meliputi lingkungan
alam ( flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan ( situs
kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan dan peninggalan sejarah ).
Pa riwisata dan lingkungan alam idealnya mempunyai hubungan yang bermanfaat. Wisatawan
menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk
melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan
pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya
konservasi, apresiasi dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi
kenyatannya hubungan yang ada antara keduanya justru menimbulkan konflik. Pariwisata lebih
sering mengekslpoitasi lingkungan alam. Ketidakselarasan lingkungan fisik dan pariwisata
terjadi karena adanya hal berikut di bawah ini:
1. Sifat dari pariwisata
Sifat tidak dapat dipisah menjadi faktor penting yang menimbulkan manfaat dan beban
pariwisata terhadap lingkungan fisik
2. Sifat dari daerah tujuan wisata lingkungan alam
Konsentrasi ruang untuk kegiatan pariwisata dapat menimbulkan tekanan pada
lingkungan alam karena sifat lingkungan alam yang rapuh.
3. Jenis aktifitas wisata
Beberapa aktifitas wisata mengeksploitasi lingkungan fisik secara berlebih yang semata-
mata dilakukan untuk mmenuhi kebutuhan wisatawan
4. Dimensi waktu
Secara teoritis, sifat musiman dari pariwisata memberikan manfaat bagi lingkungan alam
karena ketika musim sepi pengunjung lingkungan fisik dapat dipulihkan dari tekanan
kunjungan wisata. Kegiatan wisata sepanjang tahun justru akan memberikan tekanan
terhadap lingkungan alam yang berlebih dan berakibat pada kerusakan
Dampak
terhadap
Manfaat Beban
Air 1. Program kebersihan dan
penghematan air
2. Penggunaan alat transportasi air
ramah lingkungan ( seperti
perahu dayung)
1. Polusi pembuangan limbah
(polusi air)
2. Sulit mendapatkan air bersih
3. Gangguan kesehatan
masyarakat
4. Kerusakan vegetasi air
5. Estetika perairan berkurang
6. Makanan laut menjadi
berbahaya akibat air beracun
Udara 1. Penggunaan kendaraan ramah
lingkungan
1. Polusi udara
2. Polusi suara
2. Penggunaan alat angkutan udara
massal
3. Gangguan kesehatan
masyarakat
Pantai dan
pulau
1. Preservasi dan konservasi pantai
dan laut
2. Kegiatan wisata ramah
lingkungan
1. Lingkungan tepian pantai
rusak
2. Kerusakan karang laut
3. Hilangnya peruntukan lahan
pantai tradisional
4. Erosi pantai
Pegunungan
dan area liar
1. Reboisasi
2. Peremajaan pegunungan
1. Tanah longsor
2. Erosi tanah
3. Menipisnya vegetasi
lingkungan
4. Polusi visual
vegetasi 1. Upaya biodiversitas
2. Reboisasi
3. Konservasi
1. pembalakan liar
2. pembabatan pepohonan
3. bahaya kebakaran hutan
4. koleksi tanaman untuk
cinderamata
Kehidupan
Liar
1. Konservasi dan preservasi
2. Biodiversitas
3. Pembiakan satwa
4. Relokasi hewan ke habitat tadi
5. Pembuatan peraturan tentang
peraturan hewan
1. Pemburuan hewan sebagai
cendera mata
2. Pelecehan satwa liar untuk
fotografi
3. Eksploitasi hewan untuk
pertunjukkan
4. Gangguan reproduksi hewan
5. Perubahan insting hewan
6. Migrasi hewan
Situs sejarah,
budaya dan
keagamaan
1. Konservasi dan preservasi
2. Renovasi
3. Manajemen Pengunjung
1. Kepadatan di daerah wisata
2. Alterasi fungsi status
3. Komersialisasi daerah wisata
Wilayah
perkotaan dan
pedesaan
1. Penataan kota atau desa
2. Pemberdayaa masyarakat
3. Manajemen pengunjung
1. Tekanan terhadap lahan
2. Perubahan fungsi lahan tempat
tinggal menjadi lahan komersil
3. Kemacetan lalu lintas
4. Polusi suara, polusi udara,
polusi estetika
MANAJEMEN PENGUNJUNG
Dampak negatif pariwisata terhadap ekonomi , sosial budaya dan lingkungan fisik dapat diatasi
dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menjalankan mmanajemen pengunjung yang dapat
meminimalisasi dampak negatifdari kegiatan wisata. Konsep ini menggambarkan suatu proses
yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dan obyek wisata sehingga dapat
diartikan bahwa manajemen pengunjung merupakan suatu kegiatan untuk mengelola pengunjung
yang datang ke suatu obyek wisata sehingga memberikan manfaat.
Dalam manajemen pengunjung terdapat dua elemen dasar sbb:
1. Mencapai keseimbangan antara kebutuhan dan persyaratan dari obyek wisata dan
pengunjung
2. Menjadi bagian penting dalam pengembangan dan pengelolaan suatu obyek wisata
Pada intinya, manajemen pengunjung merupakan peluang untuk mempenagruhi pergerakan
pengunjung memenuhi kebutuhan pengunjung, mendorong penyebaran kunjungan secara merata
dan meberikan pengalaman wisata yang terbaik. Penerapan manajemen pengunjung hendaknya
diseusiakan dengan kebutuhan obyek wista dan wisatawan.
Dalam manajemen pengunjung terdapat dua elemen dasar seperti berikut ini :
1. Mencapai keseimbangan antara kebutuhan dan persyaratan dari obyek wisata dan pengunjung
2. Menjadi bagian penting dalam pengembangan dan pengelolaan suatu obyek wisata
Pada intinya, manajemen pengunjung merupakan peluang untuk mempengaruhi pergerakan
pengunjung, memenuhi kebutuhan pengunjung, mendorong penyebaran kunjungan secara merata
dan memberikan pengalaman wisata yang terbaik. Penerapan manajemen pengunjung hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan obyek wisata dan wisatawan.
Pada dasarnya, ada dua cara menerapkan manajemen pengunjung sebagai berikut :
1. Cara keras (hard measure), yaitu memaksa pengunjung untuk bertingkah laku sesuai dengan
keinginan pengelola obyek wiata dengan cara sebagai berikut :
a. Menutup sebagian atau seluruh area wiasta untuk perbaikan dan perawatan
Cara ini biasa diterapkan di obyek wisata yang terdiri dari zona-zona wisata. Pengelola dapat
menutup area yang dianggap sudah melebihi kapasitas atau perlu perawatan. Sebagai contoh,
pengelola Dunia Fantasi dapat menutup arena permainan Turbo Tur jika dianggap sudah
melebihi kapasitas daya tampung dan mesin-mesin permainan perlu diistirahatkan.
b. Memperketat waktu kunjungan di obyek wisata
Cara ini diterapkan untuk obyek wisata yang memiliki waktu kunjungan. Pengelola dapat
memperketat waktu kunjungan. Misalnya Musem Nasional memberlakukan jam buka pada pukul
08.30 - 14.30 Wib, selasa s.d. Kamis dan Minggu, pukul 8.30-11.30 untuk hari jumat, pukul
8.30-1330 untuk sabtu dan museum diistirahatkan pada hari senin.
c. Memperkenalkan konsep parkir jemput (park and ride)
Konsep ini mengajak kepada seluruh pengunjung agar wajib memakirkan kendadraan pribadi di
tem pat yang tersedia. Prosesi pengenalan mengggunakan bus pariwisata menuju daya tarik
wisata.
d. Memperketat perpakiran, lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki
Cara ini diterapkan oleh pengelola obyek wisata, seperti Taman Mini Indonesia Indah, dengan
menyediakan kendaraan keliling. Kendaraan ini berhenti pada stasiun-stasiun tertentu dan
pengunjung tinggal menunggu giliran untuk naik dan turun sesuai dengan keinginan.
e. Menciptakan konsep zonasi
Cara ini dilakukan, pada umumnya, oleh pengelola obyek wisata yang dilindungi, seperti Taman
Nasional Ujung Kulon. Manajemen taman nasional membagi area menjadi beberapa zona seperti
zona perlindungan, zona wisata dan zona fasilitas dengan tujuan agar setiap kegiatan wisata tidak
saling mengganggu, sekaligus menjaga kelestarian daerah-daerah yang rentan.
f. Memberlakukan pembayaran tiket masuk ke area wisata
Beberapa pengelola obyek wisata memberlakukan pembelian tiket masuk guna mengontrol
pengunjung yang benar-benar datang untuk berwisata, sekaligus hasil penjualan dimanfaatkan
untuk pemeliharaan dan pengembangan obyek wisata
g. Menggunakan strategi diskriminasi harga
Strategi diskriminasi harga merupakan cara dengan membeda-bedakan harga berdasarkan
demografi, psikografi dan/atau geografi. Sebagai contoh, harga rombongan lebih murah daripada
harga tiket individu.
2. Cara lunak (Soft Measure), yaitu memotivasi pengunjung untuk bertingkah laku sesuai
dengan keinginan pengelola obyek wisata dan masyarakat. Caranya sebagai berikut:
a. Aktivitas promosi, terutama sebelum dan sesudah kunjungan dengan menawarkan paket
kunjungan lebih dari satu hari untuk sasaran tertentu dengan tujuan meningkatkan kesadaran
pengunjung. Contoh : Taman Wisata Candi Borobudur menawarkan paket kunjungan tidak
hanya ke Candi Borobudur sebagai atraksi wisata utama, tetapi juga menggabungkan dengan
sendratari Ramayana yang dipertunjukkan pada hari berikutnya dan dengan kunjungan ke candi-
candi di sekitarnya, seperti Candi Prambanan.
b. Penyebaran informasi sebelum dan saat kunjungan bertujuan membantu pengunjung
merancang perjalanan wisata dan mendorong kunjungan ke daerah yang kurang populer
sehingga penyebaran kunjungan merata, menyediakan jadwal dan pemandu wisata guna
meringankan kepadatan pengunjung pada titik- titik daya tarik tertentu; dan memberikan saran
untuk kunjungan pada musim sepi guna mendapatkan pengalaman wisata yang optimal dan
mengurangi kemacetan kendaraan serta pengunjung.
c. Interpretasi, yakni mendorong apresiasi dan pengetahuan tentang suatu daerah wisata sehingga
menimbulkan pemahaman terhadap konservasi dan masalah lingkungan. Interpretasi bertujuan
tidak sekedar membreikan pemahaman tentang daya tarik wisata, tetapi juga meningkatkan
pengalaman wisasta,menghubungkan antara pemasaran dan pengunjung.
d. Interpretasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya personal attended services,
ketika pengunjung dapat berinteraksi langsung dengan interpreter, seperti tur yang dibimbing
(conducted tour),presentasi pada waktu-waktu tertentu, dan demontrasi atraksi wisata
e. Penggunaan papan penunjuk untuk mengarahkan pengunjung sesuai dengan jalur wisata untuk
menghin dari pengrusakan, mengurangi kemacetan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki,
meminimalisasi konflik antar pengunjung, menarik perhatian wisatawan ke daerah yang kurang
populer, dan memastikan pengunjung dapat mencapai obyek wisata cepat dan aman.
UNESCO memaparkan 7(tujuh) langkah yang perlu diperhitungkan dalam pengelolaan
Pengunjung, yaitu:
1.Memperhitungkan variabel kunci
Langkah ini adalah dengan memperhitungkan tingkat keramaian jumlah pengunjung yang
berkunjung di suatu obyek wisata. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu diperhitungkan
data atau jumlah pengunjung,yaitu musim dan tren kunjungan secara umum
2.Data informasi kunjungan
Data informasi kunjungan secara detail di buat dengan melalui beberapa mekanisme, yaitu: data
pembelian tiket pengunjung, survey kepada narasumber kunci, stok data, dan observasi.
3.Melakukan analisis Daya Dukung (Carryying Capacity) dari obyek wisata
Pengelola obyek wisata perlu mempertimbangkan daya dukung obyek wisatawan berdasarkan
kondisi tertentu yang mungkin dihadapi, seperti ketika high/low season, ketika musim-musim
tertentu yang mungkin berpengaruh terhadap pengunjung
4. Membuat Rencana Daya Dukung
Setelah melakukan analisis daya dukung kemudian,pengelola dapat membuat suatu rencana daya
dukung yang akan diterapkan. Beberapa rencana yang dapat dilakukan diantaranya, yaitu:
a. Membagi rata jumlah wisatawan terhadap area obyek wisata
b. Menutup area yang sensitive
c. Menaikkan harga untuk area tertentu
d. Membuat batas waktu berlaku tiket
5. Memilih metode untuk manajemen pengnjung
Metode yang dipilih dapat berupa misalnya:
a. Membatasi akses pengunjung
b. Mengatur pembagian jumlah pengunjung diberbagai area untuk meminimalisasi
dampak negative
c. Memberlakukan sistem tiket tertentu
d. Menaikkan harga tiket di waktu high season
e. Menyebar jumlah pengunjung
f. Menawarkan obyek wisata lain untuk mengurangi waktu dikala kepadatan
wisatawan terjadi
6. Memberikan informasi kepada wisatawan
Pengelola dapat memberikan informasi kepada wisatawan mengenai hal-hal yang harus
dilakukan selama melakukan kunjungan, dampak negative yang ditimbulkan dapat
diinformasikan sebelumnya untuk pencegahan. Sistem penggunaan guide juga perlu
diperhitungkan
7. Melibatkan partisipasi masyarakat
Untuk mengurangi kepadatan pengunjung, pengelola dapat mengajak warga untuk
menjual souvenir diarea yang tidak sensitif. Sehingga waktu kunjung wisatawan dapat
lebih lama.
BAB III
PERAN MANAJEMEN DALAM PENGELOLAAN DESTINASI
Sebuah lembaga sangat memerlukan manajemen, karena dengan adanya manajemen
seluruh aktivitas lembaga akan mengarah pada upaya pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, sehingga seluruh elemen yang ada dalam suatu lembaga akan berusaha
memfungsikan diri sesuai ketentuan lembaga tersebut. Oleh karena itu dalam proses
manajemen diperlukan perencanaan, pengorganisasi, penganggaran, kepemimpinan dan
pengendalian.
Menurut Oey Liang Lee, Manajemen adalah “seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh sebab itu jika dalam proses dan sistem
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan pengawasan kurang
baik, maka proses manajemen secara keseluruhan juga kurang baik”. (qtd.in
M.Manullang, 2012:5)
Manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang diorganisasi dan dalam semua
tipe organisasi.Dalam praktek, manajemen dibutuhkan di mana orang-orang bekerja
bersama (organisasi) untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dilain pihak, setiap manusia
dalam perjalanan hidupnya selalu akan menjadi anggota dari berbagai macam organisasi.
George R. Terry menjelaskan beberapa istilah fungsi dari manajemen yaitu:
1. Perencanaan (planning), Penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan .
2. Pengorganisasian (organizing), Penetapan suatu organisasi serta tugas dan fungsi-
fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan
sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.
3. Penggerakan (actuating), Implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian,
dimana seluruh komponen yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut
bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat
mewujudkan tujuan.
4. Pengendalian (controlling), Fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian,
bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan
ke jalan yang benar dengan maksud tercapainya tujuan yang sudah digariskan semula.
(qtd.in M. Manulang, 2012:8-12).
Dan tidak terlepas dari definisi POAC diatas, maka dalam hal ini untuk mencapai
suatu tujuan organisasi yang efektif, pihak manajemen kembali melakukan evaluasi
sistem manajemen yang lama. Perubahan tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia.
Perubahan mulai disadari menjadi bagian yang penting dari suatu organisasi. Dimulai
oleh dunia usaha yang lebih dulu menyadari pentingnya perubahan bagi peningkatan
kualitas produksi yang dihasilkan. Berbagai upaya dan pendekatan telah dilakukan untuk
memecahkan masalah yang timbul akibat adanya perubahan.
Manajemen Perubahan adalah suatu proses sistematis dalam menerapkan
pengetahuan, sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mempengaruhi perubahan
pada orang yang terkena dampak dari proses tersebut. Manajemen perubahan ditunjukan
untuk memberikan solusi bisnis yang diperlukan secara sukses dengan cara yang
terorganisir dan metode, melalui pengelolaan dampak perubahan pada orang yang
terlibat. Selain itu, upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang
ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi dapat terjadi karena sebab-
sebab yang berasal dari dalam maupun dari luar organisasi tersebut. Perubahan
mempunyai manfaat bagi kelangsungan hidup suatu organisasi, tanpa adanya perubahan
maka dapat dipastikan bahwa usia organisasi tidak akan bertahan lama. Perubahan
bertujuan agar organisasi tidak menjadi statis melainkan tetap dinamis dalam menghadapi
perkembangan jaman dalam peningkatan kesadaran akan pelayanan yang berkualitas.
(DRS. M. Nur Nasution, 2010:20)
1. Tahap-Tahap Perubahan Manajemen
Suatu perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya. Pertama-tama adanya dorongan dari
dalam (dorongan internal), kemudian ada dorongan dari luar (dorongan eksternal).
Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap
manajemen perubahan ada empat, yaitu:
a. Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi perubahan, diharapkan seseorang
dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan atau terjadi. Dalam tahap ini
seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan
mengidentifikasi tipe perubahan.
b. Tahap 2, tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai
diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan pemilihan. Dalam
proses ini perlu dipertimbangkan adanya faktor pendukung sehingga perubahan
dapat terjadi dengan baik.
c. Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana terjadi proses
pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan
sedang terjadi kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring
perubahan.
d. Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluasi
diperlukan data, oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan
evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat di umpan balik kepada tahap 1
sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya.
Suatu perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang yang
terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika perubahan melibatkan sebagian
besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka akan lebih sulit untuk merubahnya dan
membutuhkan waktu yang lama. Jika pimpinan manajemen perubahan mengetahui emosi
normal yang dicapai, ini akan lebih mudah untuk memahami dan menghandel emosi
secara benar.
Tanggung jawab terhadap pengelolaan perubahan ini harus mempertimbangkan
perasaan dan emosi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Jika hal ini diabaikan atau tim
manajemen perubahan tidak sensitif terhadap hal ini, perubahan tidak akan dapat terjadi
sesuai rencana yang telah dibuat. Perubahan dapat menjadi sangat resisten dan defensif.
Seseorang yang memimpin perubahan mungkin harus merubah kinerja perubahan
tersebut dengan maksud untuk memberikan dukungan yang lebih efektif.
Indikator Perubahan Manajemen :
1. Adaptive Change
Merupakan perubahan yang paling rendah tingkat kompleksitasnya, dan
ketidakpastiannya. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan perubahan yang sifatnya
berulang atau meniru perubahan dari unit kerja yang berbeda, dan karyawan tidak
merasakan kekhawatiran atas perubahan.
2. Innovative Change
Memperkenalkan praktik baru dalam organisasi. Perubahan ini berada di tengah
kontinum diukur dari kompleksitas, biaya dan ketidakpastiannya. Ketidakbiasaan
dalam mengerjakan sesuatu yang lebih besar akan hasilnya dapat membuat ketakutan
terhadap tipe baru.
3. Radically Innovative Change
Merupakan jenis perubahan yang paling sulit dilaksanakan, cenderung paling
menakutkan bagi manajer untuk melaksanakan, karena memberikan dampak kuat
pada keamanan kerja karyawan. Perubahn inovatif radikal merupakn perubahan yang
bersifat mendasar/fundamental dengan dampak dan risiko yang luas.
BAB IV
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI
1. Pengertian Kawasan
Kawasan adalah “wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya”
(Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Rumah). Lebih lanjut
dalam regulasi tersebut dijelaskan maksud daripada wilayah adalah ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsurterkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.
2. Taman Nasional
Taman Nasional menurut pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pada ayat 14, diartikan
sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan
sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
3. Pengertian Taman Laut
UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Yang dimaksud dengan Taman Laut ialah “tempat atau obyek yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi”
Konsep pengembangan kawasan wisata bahari berbasis masyarakat (Community
Based On Tourism) adalah Konsep Pariwisata berbasis masyarakat, yang nantinya
masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata dengan
terbukanya kesempatan kerja dan peluang usaha yang ada. Pada nantinya akan mampu
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan memberikan beberapa manfaat, yaitu untuk :
1. Peningkatan pendapatan masyarakat
2. Menjaga kelestarian sumberdaya pesisir
3. Menjaga integritas kultural masyarakat
Untuk itu pengelolaan berbasis masyarakat (community base management) sangat
penting dipertahankan dan disesuaikan dengan pendekatan konsep ko-manajemen
(kemitraan antara masyarakat, pemerintah dan stakeholders terkait lainnya).
Pengembangan kawasan wisata bahari adalah satu bentuk pengelolaan kawasan
wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan
pelestarian serta pemanfaatan potensi dan jasa lingkungan sumber daya.
Pemanfaatan secara optimal terhadap potensi kelautan, tidak berarti melupakan
faktor yang sangat penting bagi nilai pengembangan kawasan wisata bahari yang
berkelanjutan, yaitu upaya perbaikan terhadap kawasan yang rusak dan keanekaragaman
potensinya telah berkurang.
Tahun 2002 adalah tahun dimana dicanangkannnya Tahun Ekowisata dan
Pegunungan di Indonesia. Dari berbagai workshop dan diskusi yang diselenggarakan
pada tahun tersebut di berbagai daerah di Indonesia baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah, dirumuskan 5 (lima) Prinsip dasar pengembangan ekowisata di Indonesia yaitu
( Zalukhu : 2009) :
1. Pelestarian
Prinsip kelestarian pada ekowisata adalah kegiatan ekowisata yang dilakukan tidak
menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan dan budaya setempat. Salah satu
cara menerapkan prinsip ini adalah dengan cara menggunakan sumber daya local yang
hemat energi dan dikelola oleh masyarakat sekitar. Tak hanya masyarakat, tapi
wisatawan juga harus menghormati dan turut serta dalam pelestarian alam dan budaya
pada daerah yang dikunjunginya.
2. Pendidikan
Kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Hal ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi
menarik seperti nama dan manfaat tumbuhan dan hewan yang ada di sekitar daerah
wisata, dedaunan yang dipergunakan untuk obat atau dalam kehidupan sehari-hari,
atau kepercayaan dan adat istiadat masyarakat lokal. Kegiatan pendidikan bagi
wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam maupun budaya. Kegiatan ini
dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, buklet atau papan informasi.
3. Pariwisata
Pariwisata adalah aktivitas yang mengandung unsur kesenangan dengan berbagai
motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu lokasi. Ekowisata juga harus
mengandung unsur ini. Oleh karena itu, produk dan, jasa pariwisata yang ada di daerah
kita juga harus memberikan unsur kesenangan agar layak jual dan diterima oleh pasar.
4. Perekonomian
Ekowisata juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat terlebih lagi apabila
perjalanan wisata yang dilakukan menggunakan sumber daya lokal seperti transportasi,
akomodasi dan jasa pemandu. Ekowisata yang dijalankan harus memberikan
pendapatan dan keuntungan bagi penduduk sekitar sehingga dapat terus berkelanjutan.
5. Partisipasi masyarakat setempat
Partisipasi masyarakat akan timbul, ketika alam/budaya itu memberikan manfaat
langsung/tidak langsung bagi masyarakat. Agar bisa memberikan manfaat maka alam/
budaya itu harus dikelola dan dijaga. Begitulah hubungan timbal balik antara atraksi
wisata-pengelolaan manfaat yang diperoleh dari ekowisata dan partisipasi.
alah satu langkah yang saat ini banyak diterapkan dalam pengelolaan wilayah pesisir
adalah dengan memberlakukan konsep ekowisata bahari. Pada awalnya ekowisata
didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang menekankan tanggung jawab terhadap
kelestarian alam, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan
budaya bagi masyarakat setempat. Wisata bahari merupakan kesan yang penuh makna
bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan
alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi
langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang
mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran
bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir dimasa kini dan dimasa
yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara
langsung maupun tidak langsung (R.S Damardjati, 2007)
Banyak hal lain yang bisa dikembangkan dari wisata bahari selain pantai dan laut.
Salah satunya adalah konsep ekowisata yang berbasis pada pemadangan dan keunikan
alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai
kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Selanjutnya, kegiatan
ekowisata lain yang juga dapat dikembangkan, antara lain: berperahu, berenang,
snorkling, menyelam, memancing, kegiatan olahraga pantai dan piknik menikmati
atmosfer laut (Sukoraharjo,dkk, 2012).
Ceballos-Lascurain, penemu istilah ekowisata, pernah berkata : “Poin utamanya
adalah bahwa orang yang melakukan ekowisata mempunyai peluang untuk menceburkan
dirinya di alam dengan cara yang kebanyakan orang tidak bisa menikmatinya dalam
rutinitas mereka, dalam kehidupan perkotaan. Orang ini akhirnya akan memperoleh
kesadaran dan pengetahuan tentang lingkungan alam (natural environment), bersama
dengan aspek-aspek budayanya, yang akan mengubah mereka menjadi seseorang yang
begitu terlibat dalam isu-isu konservasi”. “seseorang seringkali melupakan cara dimana
ekowisata mendukung konservasi adalah para ekowisatawan itu sendiri, setelah kembali
ke tempat asal, ia bertindak sebagai pendukung daerah yang telah dikunjunginya itu”
(Sander, 2010).
BAB V
PENGEMBANGAN AGROWISATA DI INDONESIA
Agrowisata merupakan bidang usaha sebagai penunjang potensi pembangunan
agrobisnis serta menjadi sebuah produk yang mempunyai daya saing internasional.
Aktivitas agrowisata menggunakan usaha Agro sebagai objek wisata dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan dan hubungan usaha di sektor
pertanian. Agrowisata merupakan perpaduan antara pertanian dan wisata. Konsep
agrowisata yang berbeda dengan yang lain, membuat sektor ini mendapatkan perhatian
yang banyak dari masyarakat. Banyak agrowisata yang memunculkan beberapa produk
mereka akan tetapi juga menunjukkan keunikan mereka yang berlainan satu sama lain.
Bisnis agrowisata tersebut banyak bermunculan di daerah-daerah di seluruh Indonesia
(Departemen Pertanian: 2012)
Wisata pertanian atau agrowisata merupakan satu jenis wisata yang baru dikenal di
Indonesia. Secara sederhana, wisata pertanian merupakan rekreasi di lahan pertanian,
baik lahan perkebunan, lahan tanaman pangan dan holtikultura, peternakan, perikanan
dan hutan. Jenis wisata ini baru dikenal di Indonesia pada tahun 1980-an (Kompas,
Desember: 2000).
Agrowisata atau wisata pertanian adalah kegiatan berwisata dengan objek tujuan
daerah pertanian atau perkebunan yang khas, yang telah dikembangkan sehingga
berbagai aspek yang berkaitan dengan jenis tumbuhan yang dikembangkan itu
menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi pengunjung (wisatawan) untuk berekreasi di
sana. Aspek-aspek tersebuat antara lain; jenis tanaman yang khas, cara pengembangan
dan budi daya produk, penggunaan teknik dan teknologi, aspek sejarah, lingkungan alam,
serta sosial budaya di sekelilingnya ( in Damajati, 1995:85).
Sejalan dengan apa yang berkembang, pariwisata dan pertanian dapat saling
mengisi dan menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan produk
pertanian dalam rangka meningkatkan potensi wisata alam di Indonesia. Di samping
mampu memberikan dampak ekonomi terhadap pemerintah dan masyarakat, Pariwisata
(Agrowisata) juga merupakan paradigma pelestarian lingkungan hidup melalui kegiatan
wisata nusantara. Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan sektor yang
dominan dan merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Pemanfaatan potensi
sumber daya alam sering kali tidak dilakukan secara optimal dan cenderung eksploitatif.
Kecenderungan ini perlu segera dibenahi salah satunya melalui pengembangan wisata
agro dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati berbasis
pada pengembangan kawasan secara terpadu. Pengembangan kawasan agro akan
berdampak sangat luas dan signifikan melalui pengembangan yang tepat. Pengembangan
pariwisata khususnya agrowisata memerlukan kreativitas dan inovasi, kerjasama dan
koordinasi serta promosi dan pemasaran yang baik. Penganekaragaman potensi budidaya
pertanian yang dapat dijadikan agrowisata antara lain:
1. Lahan Perkebunan
Suatu kawasan perkebunan yang ideal untuk dapat dimanfaatkan sebagai objek dan
daya tarik agrowisata adalah kawasan perkebunan yang kegiatannya merupakan kesatuan
yang utuh mulai dari pembibitan sampai dengan pengolahan hasilnya. Hal ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa setiap kegiatan dan proses pengusahaan perkebunan dapat
dijadikan daya tarik atau atraksi yang menarik bagi wisatawan mulai dari pembibitan,
penanaman, pengolahan ataupun pengepakan hasil produksinya. Perkebunan sebagai
objek agrowisata terdiri dari perkebunan kelapa sawit, karet, teh kopi, kakao, tebu dan
lain-lain. Pada dasarnya luas suatu perkebunan ada batasnya, namun perkebunan yang
dijadikan sebagai objek agrowisata luasnya tidak dibatasi atau dengan kata lain luasnya
sesuai izin atau persyaratan objek agrowisata yang diberikan. Untuk menunjukkan
kepada wisatawan suatu perkebunan yang baik dan benar, semestinya dalam objek
dilengkapi dengan unit pengolahan, laboratorium, pengepakan hasil, sarana dan
prasarana.
2. Tanaman Pangan dan Hortikultura
Daya tarik tanaman pangan dan hortikultura sebagai objek agrowisata antara lain
dapat berupa kebun bunga, kebun buah-buahan, kebun sayur-sayuran, kebun tanaman
obat-obatan.
3. Peternakan
Potensi peternakan sebagai sumber daya wisata antara lain cara tradisional dalam
pemeliharaan ternak, aspek keunikan pengelolaan, produksi ternak, atraksi peternakan
dan peternakan khusus seperti bekisar dan burung puyuh misalnya.
4. Perikanan
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar terdiri dari perairan dengan potensi
sumber daya ikan yang jenis maupun jumlahnya cukup besar, kegiatan perikanan di
Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai obyek agrowisata.
Secara garis besar, kegiatan perikanan dibagi menjadi kegiatan penangkapan serta
kegiatan budidaya, dan kegiatan tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan
menjadi obyek agrowisata seperti budidaya ikan air tawar, budidaya tambak, budidaya
laut seperti kerang, rumput laut, kakap merah, dan mutiara.
5. Kebun Raya
Objek wisata yang berbentuk kebun raya mempunyai kekayaan tanaman-tanaman
yang berbeda-beda jenis spesiesnya. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada
pengunjung meliputi kekeyaan flora, keindahan pemandangan, dan kesegaran udara (in
Tirta Winata, 1999: 39).
Dalam pengembangan agrowisata diperlukan penangan secara cermat dan
profesional sehingga kehidupan pedesaan tidak mengalami kehancuran. Oleh kerena itu,
menurut Fachruddin dan Tirtawinata (1999) pengembangan wisata pertanian sebagai
upaya menggairahkan kepariwisataan, dan sebagai usaha dalam kegiatan diversifikasi
produk wisata baru, memberikan banyak keuntungan untuk kehidupan manusia
umumnya, masyarakat desa khususnya dan juga wisatawan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain:
1. Meningkatkan konservasi lingkungan
2. Meningkatkan nilai estetika
3. Memberikan nilai rekreasi
4. Menyemarakkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan
5. Maningkatkan keuntungan ekonomi, bagi daerah dan masyarakat serta tempat
agrowisata itu sendiri.
Jika melihat perkembangan saat ini, Preferensi dan motivasi wisatawan juga
berkembang secara dinamis. Namun, potensi Agrowisata yang sangat tinggi ini belum
sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu
pengelolaan objek agrowisata di era globalisasi dan otonomi daerah, sesuai dengan
keunikan kekayaan spesifik lokasi yang dimiliki, setiap daerah dan setiap objek wisata
dapat menentukan sasaran dan bidang garapan pasar yang dapat dituju. Dalam
pengembangan Agrowisata dibutuhkan kerjasama sinergis di antara pelaku yang terlibat
dalam pengelolaan Agrowisata, yaitu masyarakat, swasta dan pemerintah. Selain itu, ada
beberapa pendapat atau perspektif yang dapat dikemukakan tentang agrowisata, antara
lain:
Menurut Sudibya (2002) mengatakan, pariwisata international pada saat ini telah
mengalami pergeseran yang cenderung mengarah pada pariwisata ecotourism yang
berwawasan lingkungan, konservasi alam dengan pemanfaatan alam dan lingkungan
secara bertanggung jawab. Ecotourism dan wisata agro diyakini dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat, meningkatkan gairah untuk meningkatkan usaha kecil seperti
kerajinan rumah tangga, pertanian, dan bidang usaha lainnya karena wisatawan
ecotourism adalah wisatawan yang bersentuhan langsung dengan penduduk lokal dimana
objek tersebut dikembangkan. (qtd I Gusti Bagus Rai Utama, 2012:34)
Agrowisata adalah jenis wisata yang didukung oleh masyarakat tani dari sisi
penawaran para petani siap dengan produk mereka dan para wisatawan mengharapkan
suguhan produk yang ditawarkan oleh para petani. Proses terjadinya produksi agrowisata
adalah ketika terjadi “perkunjungan” yang mempertemukan antara penawaran dan
permintaan. Wilayah agrowisata dapat secara otomatis berfungsi sebagai pasar yang
mempertemukan antara para petani sebagai penghasil produk pertanian dengan para
wisatawan sebagai penikmat produk. Produk yang dimaksud tidak sebatas yang berwujud
seperti buah-buahan atau sayur-sayuran, tetapi dapat berupa jasa misalnya mengukir
buah, jasa lokal guide dan mungkin atraksi tari tarian para petani lokal yang
mengekpresikan kehidupan bertanian mereka.
Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi atau
pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. Agrowisata Ruang Terbuka Alami
Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada areal di mana kegiatan
tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan
keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa
mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk memberikan tambahan
kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh masyarakat
dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara fasilitas
pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan
dengan budaya dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh,
sanitasi, dan keamanan dari binatang buas.
2. Agrowisata Ruang Terbuka Buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasankawasan
yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang
peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang
dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang
diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas
pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.
Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi
parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.
3. Strategi Pengembangan Agrowisata
Pembangunan agrowisata merupakan paradigma pembangunan pertanian yang
didasarkan pada prinsip-prinsip wisata bisnis. Dengan demikian, strategi yang dibangun
mempertimbangkan dinamika untuk meningkatkan daya saing agribisnis dalam
perdagangan global. Dalam wisata agro, cenderung kepada penjualan jasa sumber daya
alam, untuk itu aspek kelestarian alam harus mendapat perhatian yang utama.
(http://database.deptan.go.id/agrowisata/)
Sesuai dengan cakupan tersebut, maka upaya pengembangan agrowisata secara
garis besar mencakup beberapa hal, diantaranya:
a. Sumber daya manusia
Peranan penting dalam pengembangan agrowisata adalah sumber daya manusia
mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat, hal ini merupakan kemampuan
pengelola agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,
menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi
yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan.
b. Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan Agrowisata.
Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui
leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media
audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran, bandara dan
lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek Agrowisata dengan Biro Perjalanan,
Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat berperan. Salah satu metode promosi yang dinilai
efektif dalam mempromosikan objek Agrowisata adalah metode "tasting", yaitu memberi
kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan untuk datang dan menentukan pilihan
konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga wisatawan
merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua
dan berantai dengan sendirinya.
c. Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha Agro wisata sangat mengandalkan
kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan tersebut
mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk
masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumber daya
alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan kelanjutan usaha Agro wisata.
Kondisi lingkungan masyarakat sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk
berkunjung. Sebaik apapun objek wisata yang ditawarkan namun apabila berada di
tengah masyarakat tidak menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran
objek wisata. Antara usaha Agro wisata dengan pelestarian sumber daya alam dan
lingkungan terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha Agro
wisata berkelanjutan membutuhkan terbinanya sumber daya alam dan lingkungan yang
lestari, sebaliknya dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumber daya
alam dan lingkungan yang lestari. Usaha Agro wisata bersifat jangka panjang dan hampir
tidak mungkin sebagai usaha jangka pendek, untuk itu segala usaha perlu dilakukan
dalam perspektif jangka panjang. Sekali konsumen/wisatawan mendapatkan kesan
buruknya kondisi sumber daya wisata dan lingkungan, dapat berdampak jangka panjang
untuk mengembalikannya. Dapat dikemukakan bahwa Agro wisata merupakan usaha
agro bisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.
d. Dukungan Sarana dan Prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan yang diciptakan,
mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada
kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal,
kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan bersih dan aman merupakan aspek
penting yang perlu diciptakan.
e. Kelembagaan
Pengembangan Agrowisata memerlukan dukungan semua pihak baik pemerintah
maupun swasta terutama pengusaha Agrowisata, lembaga yang terkait seperti perjalanan
wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah bertindak
sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya Agrowisata dalam bentuk
kemudahan perizinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada pengaturan agar
tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu kerja sama baik antara
pengusaha objek Agro wisata, maupun antara objek Agrowisata dengan lembaga
pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya) sangat penting. Terobosan
kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan usaha agro sangat diperlukan.
1. Kriteria Kawasan Agrowisata
Agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri
yang dapat dikenali (www.joecky.wordpress.com) . Kawasan agrowisata merupakan
suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura,
perikanan maupun peternakan.
b. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata
dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang
mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang
memacu berkembangnya sektor agro.
c. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan
kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata
dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
BAB VI
MEMBANGUNG PERSEPSI WISATAWAN
Menurut Simamora 2000, (in I Gusti Rai Utama, 2012 : 22), terdapat dua sumber
persepsi, antara lain, persepsi langsung dan tidak langsung. Persepsi tidak langsung
terbentuk dari media yang dipergunakan oleh produsen dalam memperkenalkan
produknya, dapat berupa suara manusia, kata-kata indah dan angka-angka cetakan di
media massa. Sedangkan persepsi langsung terbentuk dari indera penglihatan,
pendengaran, pembauan, pencicipan, dan perasa. Persepsi langsung dapat dibedakan
menurut sumbernya menjadi tiga, antara lain:
a. Persepsi tentang suatu produk yang diperoleh dari indikator-indikator yang
berhubungan langsung dengan suatu produk. Indikator-indikator tersebut misalnya,
ramainya pengunjung di suatu pusat perbelanjaan, banyaknya produk yang beredar di
masyarakat.
b. Persepsi yang diperoleh setelah melakukan preferensi atau perbandingan terhadap
produk/objek wisata lain yang sejenis, misalnya Kebun Raya Cibodas Bandung
dianggap lebih baik dari pada Kebun Raya Eka Karya Bali.
c. Persepsi yang terbentuk dari pengamatan langsung dan ini paling penting karena hal
ini merupakan latar belakang yang diperoleh seseorang dari pengamatan sebuah
situasi secara langsung.
Dalam konteks pembangunan Agro wisata, persepsi diharapkan terbentuk dari
pengamatan atas atribut yang dimiliki oleh sebuah Agro wisata atau wilayah secara
langsung melalui kelima indera wisatawan, yaitu penglihatan, penciuman, peraba, perasa,
dan pendengaran wisatawan yang berkunjung. Persepsi wisatawan terhadap atribut objek
wisata agro merupakan pandangan wisatawan berdasarkan atribut-atribut yang
ditawarkan oleh sebuah objek wisata agro. Persepsi positif akan mendorong wisatawan
untuk mengunjungi suatu objek wisata agro, sedangkan persepsi negatif akan mendorong
wisatawan untuk tidak mengunjungi suatu objek wisata agro tersebut.
2. Motivasi Wisatawan untuk Berwisata
Menurut Sharpley, 1994 dan Wahab, 1975 (in Pitana, 2005: 58) menekankan, motivasi
merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata,
karena motivasi merupakan “Trigger” dari proses perjalanan wisata, walau motivasi ini
acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang
melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi-motivasi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok besar sebagai berikut:
a. Physical or physiological motivation
Motivasi yang bersifat fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan,
berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai dan sebagainya.
b. Cultural motivation
Keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain.
c. Social or interpersonal motivation
Motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra
kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestice), melakukan
ziarah, pelarian dari situasi yang membosankan dan seterusnya.
d. Fantasy motivation
Adanya motivasi di daerah lain sesorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang
menjemukan dan yang memberikan kepuasan psikologis. (McIntosh, 1977 dan Murphy,
1985, in Pitana, 2005: 59). Pearce, 1998 (in Pitana, 2005: 59) berpendapat, wisatawan
dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yakni: Kebutuhan
fisiologis, keamanan, sosial, prestise, dan aktualiasasi diri.
3. Faktor Pendorong Wisatawan untuk Berwisata
Faktor-faktor pendorong untuk berwisata sangatlah penting untuk diketahui oleh
siapapun yang berkecimpung dalam industri pariwisata termasuk agrowisata. Dengan
adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi
belum jelas mana daerah yang akan dituju. Berbagai faktor pendorong seseorang
melakukan perjalanan wisata menurut Ryan, 1991 (in Pitana, 2005: 67), sebagai berikut:
a. Escape. Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau
kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari.
b. Relaxation. Keinginan untuk penyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi
untuk escape di atas.
c. Play. Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainan, yang merupakan
kemunculan kembali sifat kekanak-kanakan, dan melepaskan diri sejenak dari
berbagai urusan yang serius.
d. Strengthening family bond. Ingin mempererat hubungan kekerabatan, khususnya
dalam konteks (visiting, friends and relatives). Biasanya wisata ini dilakukan
bersama-sama (group tour).
e. Prestige. Ingin menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang
menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang juga merupakan dorongan untuk
meningkatkan status sosial atau social standing.
f. Social interaction. Untuk melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau
dengan masyarakat lokal yang dikunjungi.
g. Romance. Keinginan bertemu dengan orang-orang yang bisa memberikan suasana
romantis atau untuk memenuhi kebutuhan seksual.
h. Educational opportunity. Keinginan melihat suatu yang baru, memperlajari orang
lain dan/atau daerah lain atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan
pendorong dominan dalam pariwisata.
i. Self-fulfilment. Keinginan menemukan diri sendiri, karena diri sendiri biasanya
bisa ditemukan pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru.
j. Wish-fulfilment. Keinginan merealisasikan mimpi-mimpi, yang lama dicita-
citakan, sampai mengorbankan diri dalam bentuk penghematan, agar bisa melakukan
perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam perjalanan wisata religius, sebagai bagian
dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri.
4. Faktor-faktor Penarik (Daya Tarik Objek Wisata)
Menurut Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005: 68) terdapat 11 faktor yang menjadi
faktor penarik, yaitu: (1) location climate, (2) national promotion, (3) retail advertising,
(4) wholesale, (5) special events, (6) incentive schemes, (7) visiting friends, (8) visiting
relations, (9) tourist attractions, (10) culture, dan (11) natural environment and man-
made environment.
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang menentukan wisatawan untuk membeli
atau mengunjungi objek wisata. Medlik, 1980 (dalam Ariyanto 2005), menyatakan ada
lima faktor yang menentukan seseorang untuk membeli jasa atau mengunjungi objek
wisata, yaitu: (1) lokasi, (2) fasilitas, (3) citra atau image, (4) harga atau tarif, dan (5)
pelayanan. Membangun agrowisata tidak cukup hanya mengembangkan sektor pertanian
saja namun harus juga mampu membawa sektor pertanian tersebut menjadi kemasan
produk yang memiliki citra yang kuat. Citra yang kuat tentang wilayah agrowisata harus
dapat dikomunikasikan kepada calon wisatawan sehingga citra tersebut dapat menjadi
factor penarik dan pendorong yang akan disesuaikan dengan motivasi masing-masing
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata.
Setiap kawasan objek wisata, unsur-unsur seperti daya tarik fasilitas, infrastruktur,
transportasi, merupakan unsur yang sangat diperlukan di sektor pariwisata, tersedianya
unsur-unsur di atas akan memunculkan sesuatu yang memuaskan bagi pengunjung
kawasan wisata tersebut (in Bonafice, 1995: 44). Walaupun demikian, keberadaan
suatu kawasan wisata memiliki berbagai peran dari berbagai lembaga yang terkait,
maka Adapun pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji potensi agro wisata
untuk menarik pengunjung dilakukan dengan penilaian lingkungan yang merupakan
bagian dari analisis situasional dapat dikelompokkan kepada lingkungan eksternal dan
lingkungan internal. Pendekatan dalam menganalisis situasional diantaranya
pendekatan VICE.
Gambar 1: VICE sebagai kunci keberhasilan perencanaan strategis pariwisata
Berdasarkan faktor-faktor di atas, keberhasilan rencana strategis harus dapat
mengidentifikasi empat aspek yaitu:
a) Menyambut, melibatkan dan memuaskan Visitor (pengunjung),
b) Mencapai keuntungan dan kemakmuran bagi Industry,
c) Mengikutsertakan dan memberikan manfaat bagi Community (masyarakat),
d) Melindungi dan mempertahankan Environment (lingkungan) lokal.
Analisis situasional terhadap VICE harus berbasiskan pada penilaian keempat aspek
tersebut yang mana informasinya dihasilkan serangkaian riset dengan berbagai
metodologi. Adapun keterangannya yang dijelaskan oleh Kusmayadi dalam rancangan
bukunya yang berjudul “Riset Hospitaliti dan Pariwisata dalam Manajemen dan
Perencanaan Strategis”, sebagai berikut:
Visitor. Riset yang terkait dengan pengunjung meliputi usaha untuk memperoleh
serangkaian data berkala (time series) yang mencakup jumlah, karakteristik geo-
demografi pengunjung, untuk diketahui kecenderungan atau trend pengunjung dan
perilaku mereka dalam membeli produk-produk wisata termasuk kepuasan mereka.
Industry. Audit terhadap sektor industri hospitaliti dan pariwisata dilakukan
melalui riset untuk inventarisasi jenis, ukuran dan jumlah industri yang ada dan trend
di masa depan. Di samping itu, status kepemilikan usaha, dayaguna dan kinerja juga
perlu diteliti.
Community. Untuk memperoleh gambaran mengenai situasi dan kondisi masyarakat
termasuk pemerintahanya, perlu dilakukan berbagai riset sosial dan kebijakan publik.
Riset yang terkait dengan populasi penduduk, status sosial ekonomi, kebudayaan,
persepsinya terhadap pariwisata sangat penting diketahui guna menciptakan iklim
kondusif dalam mengembangkan pariwisata. Aspek lain yang perlu diketahui dalam
menganalisis masyarakat adalah trend mengenai jumlah dan aspek-aspek domografi
dari masyarakat tersebut.
Environment. Hasil riset dalam menganalisis lingkungan meliputi ketersediaan
infrastruktur untuk menunjang aksesibilitas dan berbagai kemudahan bagi kegiatan
pariwisata. Tentunya kapasitas dan kualitas sarana-prasarana yang ada dan kebutuhan
untuk beberapa tahun ke depan perlu dikaji secara mendalam. Di samping itu, aspek
kebijakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sampai otoritas terkecil
perlu diteliti tingkat dukungan dan keselarasannya.
Hasil analisis situational. Pengkajian yang mendalam dari keempat aspek VICE
harus mengidentfikasi dan menetapkan isu-isu kunci, hambatan, peluang dan
kesempatan, kinerja/daya guna serta dinamika berbagai aspek yang dianalisis.
BAB VII
PENGGUNAAN E-MARKETING DALAM MEMBANGUN
BRANDAWARENESS
E-marketing menurut Strauss dan Frost (2012), e-marketing adalah penggunaan
teknologi informasi dalam proses membuat, berkomunikasi, dan memberikan nilai
kepada pelanggan.
Melalui dua pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa e-marketingadalah
kegiatan yang dilakukan perushaan untuk menimbulkan nilai yang dimiliki produk
mereka di hati masyarakat. Kegiatan ini ditentukan oleh beberapa faktor antara lain
adalah oleh kualitas website yang ada di internet, dimana ditentukan antara lain oleh
kemudahan pencarian dan kualitas informasi yang didapat di internet.
Kotler dan Keller mengemukakan komponen-komponen yang dimiliki e-marketing
yang tergabung dalam 7P yaitu :
1. Produk
Yaitu barang atau jasa yang diproduksi dan dijual oleh perusahaan, sebuah produk
harus memiliki ciri khas untuk menunjukan keunggulannya.
2. Price
Selanjutnya harga, harga adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh konsumen
untuk dapat menikmati suatu produk. Penentuan harga menentukan kemampuan
bersaing suatu produk di pasaran.
3. Place
Yaitu tempat dimana produk atau jasa bisa ditemukan oleh konsumen, penentuan
tempat yang strategis bisa menambah daya saing yang dimiliki suatu perushaan.
4. Promotion
Promosi adalah cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkenalkan
produk mereka kepada konsumen secara luas. Kegiatan promosi yang baik mampu
meningkatkan kemampuan bersaing suatu perusahaan.
5. People
Kualitas sumber daya manusia yang baik mempengaruhi kegiatan penjualan.
Tentu saja hal ini akan mempengaruhi kemampuan bersaing suatu perusahaan.
6. Physical Evidence
Perusahaan harus bisa membuktikan bahwa produk adalah nyata sehingga
konsumen menjadi yakin akan produk yang akan dia beli.
7. Process
Proses pembelian mulai dari pemesanan, pengiriman barang, dan juga pembayaran
harus jelas, sehingga konsumen menjadi percaya dan yakin dalam membeli produk
tersebut.
Di dalam bidang pariwisata, banyak para pelaku bisnis bidang pariwisata yang
menggunakan e-marketing dalam menyebarluaskan produknya ke masyarakat luas. Hal
ini sangat mempengaruhi perkembangan suatu bisnis pariwisata, semakin banyaknya
masyarakat yang sadar akan keberadaan suatu objek wisata maka semakin meningkat
juga tingkat kunjungan wisatawan ke objek wisata tersebut.
Danau Ranau merupakan salah satu contohnya. Semakin meningkatnya tingkat
kunjungan wisatawan ke Danau Ranau setiap tahunnya tentu memiliki hubungan dengan
kegiatan e-marketing yang dilakukan oleh pengurus kawasan wisata tersebut.
Selain kegiatan e-marketingyang dilakukan oleh pengurus, kegiatan e-
marketingjuga dibantu oleh para wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut.
Semakin berkembangnya teknologi semakin memberikan kemudahan bagi semua orang
untuk melakukan kegiatan e-marketing. Kemudahan ini menjadikan internet sebagai
media yang sangat efektif dan paling banyak digunakan untuk memperkenalkan secara
luas suatu kawasan wisata.
Menurut Kwan (2001) pengetahuan terhadap keberadaan suatu produk berpengaruh
terhadap minat beli yang dimiliki konsumen. Sedangkan menurut Aaker dalam buku The
Power of Brandkarya Freddy Rangkuti (2009:39) brand awareness adalah kesanggupan
konsumen untuk mengenali dan mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori suatu produk tertentu. Melihat dari dua pernyataan diatas bisa dilihat
bahwa brand awareness adalah suatu kemampuan dari konsumen untuk mengenali dan
mengingat kembali suatu produk yang dimiliki perusahaan yang akan mempengaruhi
minat beli konsumen.
Dalam kaitannya dengan brand awareness wisatawan menunjukan bahwa
kunjungan wisatawan ke destinasi wisata salah satunya ditunjukan oleh faktor brand
awarenessyang antara lain adalah kepopuleran nama merk tersebut, dan juga minat beli
(ketertarikan wisatawan untuk berkunjung). Oleh karena itu brand awareness merupakan
hal yang sangat penting yang berpengaruh terhadap keinginan wisatawan untuk
berkunjung ke destinasi wisata tertentu. dalam hubungannya dengan suatu kawasan
wisata tentu tidak hanya dipengaruhi oleh brand awareness itu sendiri, tetapi juga banyak
faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor ini antara lain adalah kualitas kawasan wisata itu
sendiri, keadaan penduduk sekitar, aksesibilitas, serta faktor pendukung lainnya yang bisa
membantu untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama kunjungan. Di dalam
meningkatkan awareness itu sendiri juga harus diperhatikan 4 elemen penting, yaitu :
1. Reach. Awareness dihasilkan dari jangkauan yang luas. Dengan semakin banyakya
pelanggan yang bisa kita jangkau maka semakin banyak juga awareness yang berhasil
ditingkatkan. Tidak sampai disitu saja selanjutnya kita harus menganalisis perilaku
pelanggan sehingga bisa dijadikan pelanggan loyal.
2. Traffic. Kita harus memperbanyak iklan atau promosi mengenai produk kita dalam
internet traffic. Tidak hanya di akun khusus perusahaan kita, tetapi juga harus
memasang iklan di website lain.
3. New audiences. Setiap harinya pengguna internet semakin bertambah dan pelanggan
baru pun terbentuk. Disini perushaan harus mengerahkan strategi khusus untuk bisa
memikat pelanggan baru tersebut.
4. Expertise. Yaitu segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan
meningkatkan citra perusahaan itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan
kepercayaan pelanggan terhadap produk perusahaan tersebut.
Dengan memperhatikan keempat elemen penting diatas maka bisa dipastikan bahwa
awareness masyarakat terhadap perusahaan kita dan produk kita akan semakin
meningkat. Mereka bisa menjadi lebih yakin terhadap produk yang kita jual dan tanpa
mempertimbangkan akan langsung memilih produk kita dibandingkan dengan produk
lainnya.
Menurut Aaker, brand awareness memiliki 3 tingkatan, yaitu :
1. Brand recognition. Yaitu dimana para masyarakat beru mengenal produk kita
dan belum timbul suatu keyakinan. Mereka hanya mencoba produk kita
terlebih dahulu.
2. Brand recall. Yaitu tahapan dimana masyarakat telah mengingat produk
tersebut. Konsumen tidak memerlukan bantuan dalam mengingat produk
tersebut.
3. Top of mind. Produk tersebut telah menjadi pilihan utama bagi masyarakat.
Masyarakat memiliki prioritas untuk membeli produk tersebut dibanding
produk lainnya.
Brand awareness ini sangatlah penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Inti dari brand
awareness adalah menciptakan dan menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat
terhadap produk kita dan juga citra perusahaan yang kita miliki. Dengan meningkatkan
brand awareness maka destinasi kita bisa lebih dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, C, Hermawan, D. 2014. E-Business &E-marketing.Andi, Yogyakarta.
Bagus Rai Utama, I Gusti. 2012. Agrowisata Sebagai Wisata Alternatif di Indonesia
Damardjati, RS. Istilah-istilah Dunia Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita
Ekaningrum .2013. Http://Hotel.Nscpolteksby.Ac.Id/2013/06/Manajemen-Pengunjung.Html
Ismayanti. 2010. ILmu Pengantar Pariwisata. Jakarta
Kotler, P, Keller, L,K. 2004. Marketing Management, Global Edition, Pearson Prentice
Hall.
Muljadi. 2009. Kepariwisataan Dan Perjalanan.Jakarta.Raja Grafindo Persada
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap struktur sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Rangkuti, F. 2009. The Power of Brand. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Soewantoro,G. 2001. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: AndiSuyanto, M. 2003. Strategi Periklanan Pada E-marketing Perusahaan Top Dunia. Andi,
Yogyakarta.
Sander, B. 2010. The Importance of Education in Ecotourism Ventures. Boston:
Substansial Research Paper.
Sukoraharjo, S. 2012. Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis
Masyarakat. Yogyakarta: Andi Offset
Undang-Undang Republik Indonesia. (2009) Tentang Kepariwisataan
UNESCO. Tool Kit For Sustainable Tourism. http://whc.unesco.org/sustainabletourismtoolkit/sites/default/files/UNESCO%20toolkit%20PDFs%20guide%208C.pdf
Winarno. .2013. Manajemen Pembelajaraan Pengelolaan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka
Yoeti A Oka. 1986. Ilmu Pengantar Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
DRS. M. NUR NASUTION, M. SC., APU.2010. MANAJEMEN PERUBAHAN.
BOGOR : GHALIA INDONESIA
ALMA, BUCHARI (2013). MANAJEMEN PEMASARAN DAN PEMASARAN
JASA. BANDUNG : ALFABETA
WIBOWO, PROF, DR. S.E., M. PHIL. 2006. MANAJEMEN PERUBAHAN. PT
RAJAGRAFINDO PERSADA
PITANA, GEDE DAN GAYATRI, PUTU, 2005, SOSIOLOGI PARIWISATA,
YOGYAKARTA: PENERBIT ANDI.