modul pemetaan tata ruang
DESCRIPTION
merencanakan pemetaan tata ruangTRANSCRIPT
Peta mempunyai peranan penting dalam kegiatan perencanaan
pembangunan, baik dalam skala regional maupun nasional. Perencanaan
pembangunan fisik, sarana maupun prasarana selalu memerlukan visualisasi
permukaan bumi dalam bentuk peta. Secara umum pengertian peta adalah
penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam suatu
bidang datar dengan menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu.
Berdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta topografi dan peta
tematik. Peta topografi disebut juga peta dasar karena digunakan sebagai
dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk pembuatan peta
tematik maupun untuk turunan peta topografi dengan skala yang lebih kecil,
Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi kwalitatif atau
kwantitatif dari suatu tema tertentu, dalam hubungannya dengan unsur-unsur
topografi yang spesifik.
Tujuan penataan ruang disamping terselenggaranya pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional, juga terselenggaranya pengaturan pemanfaatan
kawasan lindung dan kawasan budidaya dan tercapainya pemanfaatan ruang
yang berkualitas. Untuk itu ketersedian peta dasar Indonesia merupakan
syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam penataan ruang. Salah satu
masalah utama yang dihadapi dalam penataan ruang adalah tidak
seragamnya standar peta dasar yang digunakan. Hal tersebut menyebabkan
peta-peta tematik wilayah untuk pembuatan peta rencana tata ruang wilayah
(Peta RTRW) memiliki tingkat ketelitian dan sistem yang beraneka ragam.
Akibatnya peta-peta RTRW sebagai produk perencanaan memiliki kualitas
informasi spasial yang berbeda. Pada akhirnya informasi spasial tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan yang tidak tepat sehingga tujuan
penataan ruang tidak tercapai secara maksimal.
Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah mengacu kepada
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000. Tujuan pengaturan tingkat
ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah dimaksudkan untuk
mewujudkan kesatuan sistem penyajian data dan informasi penataan ruang
wilayah, sehingga dapat dihasilkan produk perencanaan yang berkualitas
untuk mendukung arah kebijakan yang tepat.
1
Maksud dan Tujuan
Pendahuluan
Modul ini dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi aparat Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten Kota dalam meningkatkan kemampuan pemetaan
untuk tata ruang.
Tujuan diadakannya bimbingan teknis ini adalah memberikan gambaran
umum dan pengetahuan tentang pemetaan yang menjadi salah satu kunci
utama dalam menyusun rencana tata ruang, serta memperkenalkan prinsip
dan tata cara pembuatan peta dasar dan peta tematik untuk perencanaan
tata ruang.
Melalui modul ini diharapkan sosialisasi dari PP No.10 Tahun 2000 ke instansi-
instansi yang berwenang dapat bejalan dengan baik. Walaupun dalam modul
ini tidak tercakup secara lengkap dan rinci mengenai isi Peraturan Pemerintah
tersebut beserta lampirannya, namun secara umum memberikan penjelasan
tentang pentingnya standarisasi peta-peta yang dipakai pada perencanaan
tata ruang.
Walaupun isi dari modul ini masih belum sempurna, diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pengguna khususnya yang terkait langsung dengan
aspek pemetaan untuk perencanaan tata ruang. Untuk itu segala saran dan
kritik membangun yang dapat melengkapi modul ini menjadi lebih baik, akan
kami terima dengan tangan terbuka.
2
Pengetahuan Peta
Peta dan Informasi
Peta menyajikan informasi permukaan bumi secara umum. Peta dasar
menyajikan informasi unsur-unsur di permukaan bumi, baik unsur alam
seperti sungai, garis pantai, danau, gunung, dan lain-lain, maupun unsur
buatan manusia seperti jalan, pemukiman, pelabuhan, pasar dan lain-lain.
Sedangkan peta tematik menyajikan informasi suatu tema tertentu saja,
dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik. Informasi dari peta
tersebut selanjutnya digunakan oleh berbagai pihak untuk mendukung
pengambilan keputusan.
Peta dasar dapat digunakan antara lain :
1. Sebagai acuan untuk mengetahui dan menghitung luas daerah
administrasi.
2. Sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan daerah.
3. Menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Selanjutnya peta dasar dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik,
antara lain :
1. Peta kemiringan lereng.
2. Peta tata guna lahan.
3. Peta kependudukan.
Ruang lingkup peta
Datum
Datum adalah besaran-besaran atau konstanta-konstanta yang
digunakan untuk mendefinisikan sistem koordinat yang diperlukan
untuk kontrol geodesi, dalam hal ini penentuan koordinat titik-titik di
permukaan bumi. Saat ini Indonesia menggunakan datum geosentrik
yang berlaku global dengan nama Datum Geodesi Nasional 1995 atau
dikenal dengan DGN 95.
Sistem Koordinat
Posisi suatu tempat pada permukaan bumi di nyatakan dalam suatu
sistem koordinat berdasarkan referensi tertentu yaitu datum geodesi.
Sistem koordinat dan datum geodesi ini penting untuk
menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya.
Terdapat banyak sistem koordinat yang digunakan saat ini, tapi pada
umumnya peta dasar dan peta tematik di Indonesia menggunakan
Sistem Koordinat Geografis dan Sistem Koordinat Kartesian pada
bidang datar yaitu Sistem Grid Universal Transverse Mercator (UTM).
3.2.1 Sistem Koordinat Geografis
Dalam sistem koordinat geofrafis suatu tempat di permukaan
bumi posisinya dinyatakan oleh besar sudut lintang () dari
ekuator dan sudut bujur () dari suatu meridian tertentu.
3
Garis meridian adalah ellips terbesar di permukaan bumi yang
melalui kutub-kutub bumi. Pengertian ellips terbesar di sini
adalah ellips yang titik pusatnya berimpit dengan titik pusat
bumi. Ellips besar yang melalui kutub-kutub dan kota
Greenwich di Inggris disebut sebagai Meridian Nol.
Garis parallel adalah lingkaran di permukaan bumi yang bidang
lingkarannya memotong tegak lurus sumbu putar bumi, atau
dengan perkataan lain titik pusat lingkaran parallel terletak
pada sumbu putar bumi. Paralel terbesar yang merupakan
lingkaran besar disebut ekuator atau parallel nol.
Koordinat geografi suatu titik di permukaan bumi ditentukan
dari perpotongan meridian dan parallel yang melalui titik
tersebut.
Lintang () adalah panjang busur yang diukur pada suatu
meridian dihitung dari ekuator sampai ke parallel yang melalui
titik tersebut. Ketetentuan untuk besaran lintang adalah
sebagai berikut :
Dari 0 - 90 ke arah kutub utara dari ekuator disebut lintang
utara (LU) bertanda positif (+).
Dari 0 - 90 ke arah kutub selatan dari ekuator disebut lintang
utara (LS) bertanda positif (-).
Bujur () adalah panjang busur yang diukur pada suatu garis
parallel antara meridian titik pengamatan dengan meridian nol
(meridian Greenwich). Ketetentuan untuk besaran bujur
sebagai berikut :
Dari 0 - 180 arah timur dari meridian nol disebut Bujur Timur
(BT) bertanda positif (+).
Dari 0 - 180 arah barat dari meridian nol disebut Bujur Barat
(BB) bertanda negatif (-).
4
U
S
P (,)
Meridian nol Ekuator
Gambar 3.1 Sistem Koordinat Geografis
3.2.2 Sistem Koordinat Kartesian.
Pada sistem koordinat kartesian, koordinat suatu titik
dinyatakan dengan besaran absis (X) dan ordinat (Y). Sumbu X
biasanya diambil garis proyeksi dari salah satu parallel atau
garis yang disinggungkan dengan proyeksi salah satu parallel
tersebut. Sumbu Y biasanya diambil garis proyeksi dari salah
satu meridian atau garis yang dihubungkan dengan meridian
tersebut. Pada sistem koordinat kartesian ini, besaran X dan Y
dinyatakan dalam dalam satuan panjang.
Gambar 3.2 Sistem Koordinat Kartesian
Bentuk bumi pada dasarnya mendekati bentuk suatu ellips
putar atau ellipsoida. Karena bentuk permukaan bumi yang
tidak datar tersebut maka untuk dapat digambarkan dalam
suatu bidang datar, harus melalui cara-cara tertentu sehingga
penyajian unsur di permukaan bumi tidak terlalu berbeda
dengan keadaan sebenarnya. Untuk keperluan ini dibutuhkan
suatu transformasi koordinat titik-titik di permukaan bumi yang
ditentukan oleh lintang () dan bujur (), ke dalam sistem
koordinat bidang datar (X dan Y). Cara ini disebut proyeksi peta
5
X
Y
A (Xa, Ya)
B(Xb, Yb)
yang merupakan suatu rumusan matematis untuk
mentransformasikan titik pada bidang ellips ke bidang datar,
dalam hal ini peta. Suatu sistem proyeksi peta akan menyajikan
bumi atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar
dengan beberapa aturan perspektif yang berlaku. Pemilihan
suatu sistem proyeksi peta bergantung pada posisi daerah yang
dipetakan serta bentuk dan ukuran daerah. Pada saat ini untuk
pembuatan peta dasar Indonesia menggunakan sistem proyeksi
Transverse Mercator.
Gambar 3.3 Proyeksi Transverse Mercator
Sistem Transvere Mercator adalah proyeksi transversal yang
bersifat konform. Sistem ini memproyeksikan koordinat ke
dalam silinder yang bersinggungan dengan ekuator dan
memotong pada satu meredian Untuk memperkecil distorsi,
bumi dirotasikan di dalam silinder yang menyebabkan meridian
yang berbeda menyinggung silinder pada area yang berbeda.
Ini menghasilkan bidang utara-selatan, yang dinamakan
sebagai zona. Titik asal (true origin) setiap zona adalah
perpotongan antara ekuator dan meridian tengah (perpotongan
antara meredian dengan silinder), biasanya untuk menghindari
nilai negatif pada koordinat digunakan koordinat semu (false
origin). Sistem proyeksi ini kemudian digunakan Indonesia
dengan nama datum ID-74 untuk memproduksi peta rupabumi
berbagai skala. Saat ini Indonesia mengunakan datum DGN-95
untuk memproduksi peta rupabumi berbagai skala, juga dalam
format dijital.
6
Di setiap negara umumnya dikembangkan suatu sistem
proyeksi peta yang dapat memenuhi kebutuhan dari negara
yang bersangkutan. Sistem proyeksi peta yang dapat menjadi
acuan untuk seluruh dunia yaitu sistem grid Universal
Transverse Mercator yang merupakan modifikasi dari sistem
proyeksi Transverse Mercator.
Gambar 3.4Proyeksi Universal Transverse Mercator
Di dalam penerapan sistem grid UTM untuk keperluan
pembuatan peta dasar nasional, seluruh wilayah Indonesia
terbagi dalam sembilan zone yaitu zone 46 sampai dengan
zone 54, mulai dari meridian 90 BT sampai dengan 144 BT
dengan batas paralel 6 LU dan 11 LS.
7
Gambar 3.5Pembagian zone di Indonesia
Skala Peta
Pada dasarnya peta adalah model permukaan bumi. Untuk
menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam suatu model, maka
diperlukan hubungan yang jelas antara peta dengan daerah yang
dipetakan. Dalam hal ini perbedaan ukuran pada peta dan daerah yang
dipetakan harus dinyatakan dalam bilangan pembanding tertentu.
Bilangan pembanding itu dikenal dengan istilah skala. Skala peta
adalah angka pembanding antara panjang suatu obyek atau jarak
antara dua titik di peta dengan panjang atau jarak antara dua titik
yang bersangkutan di lapangan.
Skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu secara grafis dan
secara numeris.
3.3.1 Skala Grafis
Skala grafis adalah bentuk penyajian skala peta diatas garis
lurus yang mempunyai panjang tertentu. Pada sisi garis yang
8
satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam satuan
cm), serta pada sisi yang lain dituliskan panjang garis tersebut
di lapangan (dalam satuan km), sehingga perbandingan kedua
panjang garis tersebut secara visual dapat terlihat.
Gambar 3.6Skala grafis
3.3.2 Skala Numeris
Skala numeris merupakan suatu cara penyajian skala peta
dengan menuliskan langsung besaran skala tersebut. Dengan
skala numeris ini pengguna peta dapat langsung mengetahui
besaran skala tersebut. Contoh penulisan pada peta misalnya
skala 1:25.000 dan skala 1:50.000.
Contoh :
Untuk menentukan panjang suatu jarak 5 km di atas
permukaan bumi pada Peta Dasar Rupabumi Skala 1 : 50.000
adalah :
1/50000 x jarak di permukaan bumi.
5 km = 5.000 m = 500.000 cm.
1/50.000 x 500.000 cm = 10 cm.
Jadi 5 km di permukaan bumi sama dengan 10 cm di atas peta
skala 1 : 50.000.
Kedua jenis skala ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing sehingga pada peta-peta dasar topografi nasional, kedua jenis
skala itu harus dicantumkan. Skala grafis sulit dibaca secara langsung
akan tetapi ikut berubah mengembang atau menciut sesuai dengan
perubahan bahan dasar peta yang bersangkutan. Sedangkan skala
numeris langsung dapat terbaca pada peta tetapi tidak ikut mengalami
perubahan bahan yang diakibatkan cuaca maupun karena
pencetakkan peta.
3.4 Penyajian Relief
Relief permukaan bumi adalah unsur penting yang disajikan dalam
peta dasar. Untuk menampilkan keadaan atau kondisi tinggi
9
rendahnya permukaan bumi (relief) dapat digunakan cara-cara
sebagai berikut :
3.4.1 Shading yaitu suatu teknik penggambaran untuk
memperlihatkan bentuk permukaan bumi seakan-akan
berbentuk tiga dimensi dengan mengunakan gradasi warna
(tinta).
Gambar 3.7Peta Dasar Rupabumi daerah Bandung
3.4.2 Kontur ketinggian adalah garis yang menghubungkan titik-titik
dengan ketinggian yang sama, serta menggambarkan bentuk
permukaan bumi dalam tiga dimensi pada bidang datar atau
peta. Penyajian garis kontur pada peta topografi adalah sesuatu
yang umum digunakan untuk menggambarkan relief, baik pada
peta skala besar maupun kecil. Garis kontur mempunyai jarak
vertikal yang sama ke kontur di atasnya atau di bawahnya.
Perbedaan nilai tinggi antar kontur disebut sebagai selang
kontur. Pada Peta Dasar Rupabumi Indonesia, nilai (angka)
tinggi biasa dicetak pada garis kontur indeks (yang
digambarkan lebih tebal) ditulis ke arah puncak (daerah yang
lebih tinggi). Selang kontur pada Peta Dasar Rupabumi
Indonesia adalah sebagai berikut :
Skala 1 : 10.000 mempunyai selang kontur 5 meter
Skala 1 : 25.000 mempunyai selang kontur 12.5 meter
Skala 1 : 50.000 mempunyai selang kontur 25 meter
Skala 1 : 100.000 mempunyai selang kontur 50 meter
Skala 1 : 250.000 mempunyai selang kontur 100 meter
Contohnya untuk kontur dengan selang 5 meter, maka indeks
garis kontur yang digambar lebih tebal adalah garis kontur yang
mempunyai tinggi 600 dan 620 meter dari permukaan air
laut rata-rata.
10
Gambar 3.8Garis kontur dengan dengan selang 5 meter indeks
Hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam penyajian garis
kontur adalah :
a. Garis kontur dengan jarak satu dengan lainnya rapat
menggambarkan kemiringan yang curam.
b. Garis kontur dengan jarak satu dengan lainnya renggang
menggambarkan kemiringan yang landai.
c. Bila jarak antar garis kontur, dibaca dari puncak (tinggi) ke
bawah (rendah), mengecil, maka kemiringan permukaan
tanah adalah cembung. Keadaan ini menyebabkan jarak
pandang yang pendek.
d. Bila jarak antar garis kontur, dibaca dari puncak (tinggi) ke
bawah (rendah), membesar, maka kemiringan permukaan
tanah adalah cekung. Keadaan ini menyebabkan jarak
pandang yang jauh.
Dengan hanya melihat bentuk garis kontur maka dapat
dibayangkan bentuk permukaan bumi yang sesungguhnya.
Pada gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana
kemiringan suatu permukaan bumi yang digambarkan dengan
garis kontur.
11
Gambar 3.9Garis kontur dan relief permukaan bumi
Untuk kemiringan yang curam gambar jarak antar garis kontur
akan rapat demikian pula untuk kemiringan yang landai maka
jarak antar garis kontur akan renggang. Setiap bentuk relief
permukaan bumi akan membentuk pola garis kontur yang
tertentu pula, mengerti atau mengetahui pola garis kontur
maka pekerjaan membaca peta akan menjadi lebih mudah. Bila
tidak ada nilai/angka tinggi yang tercetak di sekitar lokasi pada
peta tersebut, dan juga tidak ada aliran sungai yang
memperlihatkan arah dari kemiringan permukaan tanah, maka
telusuri terus garis kontur sampai mendapatkan nilai/angka
tinggi yang tercetak, biasanya di cetak pada garis kontur
indeks, sehingga dapat diketahui kemana arah kemiringan
permukaan tanah.
3.4.3 Kemiringan (Slope)
Kemiringan adalah perbandingan antara jarak vertikal JV
dengan jarak horisontal JH, Sebelum dapat menentukan
kemiringannya, terlebih dahulu mengetahui jarak vertikal JV
yaitu ditentukan dengan mengurangi titik tertinggi dengan titik
terendah pada kemiringan tersebut.
12
Gambar 3.10Kemiringan lereng
Untuk menghitung persentase kemiringan antara titik A dab B
pada gambar di bawah ini, adalah sebagai berikut :
Hitung ketinggian Titik A, yaitu 615 m dan tinggi titik B, yaitu
355 m. Kemudian hitung harak vertikal JV antara dua titik
dengan mengurangi tinggi titik A dengan tinggi titik B, maka
jarak vertikal JV antara titik A dan B adalah 615-355 = 260
meter.
Kemudian hitung jarak horisontal JH antara dua titik di atas
peta, jarak horisontal JH antara titik A dan titik B adalah 3000
meter.
Sedangkan untuk menghitung persentase kemiringan lereng
adalah sebagai berikut :
13
Jarak vertikal JV (A-B) = 260 meter
Jarak horisontal JH (A-B) = 3000 meter
Persentase Kemiringan (A-B) = (JV x 100) / JH
= (260 x 100) / 3000
= 8.6 %
3.5 Desain peta
Secara umum sebuah peta terdiri dari dua bagian penting yaitu muka
peta dan informasi tepi peta.
14
3.5.1 Muka peta
Pada umumnya pada muka peta disajikan garis kerangka atau
juga dikenal sebagai konstruksi peta dalam bentuk garis
gratikul dan grid.
Gratikul adalah garis-garis kerangka peta yang merupakan
proyeksi garis paralel dari lintang dan garis meridian dari bujur
yang tergambar pada muka peta dan garis tepi peta. Gratikul
mempunyai panjang busur yang berubah-ubah ke arah utara
dan selatan ekuator. Besaran bujur akan semakin kecil bila
menjauhi utara/selatan (mendekati ekuator). Gratikul umumnya
digunakan pada peta-peta skala kecil. Perpotongan antara dua
garis gratikul menyatakan posisi lintang dan bujur suatu titik di
permukaan bumi.
Kegunaan garis gratikul adalah :
1. Memberikan informasi mengenai data koordinat
geografis tempat pada peta
2. Memudahkan pembuatan sistem penomoran dan seri
peta untuk peta skala sedang dan kecil.
Grid adalah garis-garis yang tergambar pada muka peta saling
tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat bidang
datar proyeksi. Pada peta skala besar, garis grid juga berfungsi
sebagai garis tepi peta. Untuk suatu pemetaan sistematis harus
digunakan sistem grid yang sifatnya seragam (universal),
misalnya Universal Transverse Mercator (UTM) grid.
Garis grid terdiri dari dua seri garis sejajar yang saling tegak
lurus membentuk empat persegi panjang. Umumnya garis-garis
tersebut dihitung positif ke arah Timur (sumbu X) dan positif ke
arah Utara (sumbu Y).
Kegunaan garis grid adalah :
1. Memudahkan dalam menentukan koordinat suatu titik di
peta terhadap suatu sistem koordinat referensi tertentu.
2. Memudahkan tata letak peta dari suatu lembar peta dan
penggabungan lembar peta yang bersebelahan.
15
3. Koordinat titik kontrol dapat dihitung dan digambar dalam
suatu sistem koordinat bidang datar sehingga memudahkan
dalam perhitungan sudut dan jarak dengan rumus-rumus
pada bidang datar.
Gambar 3.7Muka peta dan Informasi Tepi
Informasi Tepi
Peta Dasar Rupabumi Indonesia mempunyai informasi yang penting dan diletakkan pada tepi peta. Informasi tersebut selalu sama tetapi juga dapat bervariasi untuk edisi peta yang berbeda dan skala peta yang berbeda.Informasi tepi peta di atas dan deskripsi di bawah ini digunakan pada peta dasar rupabumi skala 1 : 10.000,
16
skala 1 : 25.000, skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 250.000.a Judul dan Nomor Lembar Peta, biasanya nama yang
digunakan adalah nama kota atau daerah yang penting dan bisanya terletak di tengah-tengah peta.
b Petunjuk letak peta dan diagram lokasi.c Sistem Peta yang digunakan, Proyeksi, sistem grid, datum
geodesi dan satuand Penerbit dan Pembuat Petae Keterangan (Legenda dan Simbol) Petaf Riwayat Peta g Petunjuk transformasi koordinat peta (koordinat Geografi
ke UTM dan dari UTM ke Geografi)h Pembagian daerah Administrasii Selang Kontur, Skala Numerik dan Skala Grafisj Diagram dan keterangan yang menunjukan deviasi antara
Utara Geografi dan Utara Grid, dan deviasi antara Utara Grid dan Utara Magnet di pusat lembar peta. (Deklinasi Magnit)
3.6 Ukuran lembar peta
Ukuran lembar peta tergantung dari skala yang dibuat. Ukuran lembar
Peta Rupabumi Indonesia mengacu pada sistem grid UTM sebagai
berikut :
Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B)
1:1.000.000 4° 6°
1:500.000 2° 3°
17
1:250.000 1° 1°30'
1:100.000 30' 30'
1:50.000 15' 15'
1:25.000 7'30" 7'30"
1:10.000 2'30" 2'30"
6°
4°
3°
2°
1°
1°30’
1:25.000
Perbesaran Skala 1:25.000
2’30”
1:25.000
7’30”
7’30”
1:1.000.000
1:500.000
1:250.0001:100.000
1:50.000
1:10.000
Gambar 3.8Sistematika ukuran peta
mulai dari skala 1:1.000.000 sampai skala 1:10.000
3.7 Sistem penomoran lembar peta
Setiap negara mempunyai sistem penomoran peta masing-masing.
Oleh karena itu nomor peta umumnya unik. Sistem penomoran peta
rupabumi Indonesia dalam bentuk kode numerik. Dari nomor tersebut
dapat diketahui lokasi dimana suatu daerah berada lengkap dengan
skala petanya. Seri peta rupabumi Indonesia yang diterbitkan oleh
BAKOSURTANAL mengikuti aturan sebagai berikut, sebagai contoh :
18
Nomor NLP Keterangan
1209Nomor lembar peta skala 1:250.000 format 1° x 1 ° 30’. Satu NLP dibagi menjadi 6 NLP pada skala 1:100.000 masing-masing berukuran 30’ x 30’
1209-2Nomor lembar peta skala 1:100.000 format 30’ x 30’ Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1:50.000 masing-masing berukuran 15’ x 15’
1209-43Nomor lembar peta skala 1:50.000 format 15’ x 15’.Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1:25.000 masing-masing berukuran 7’ 30” x 7’ 30”
1209-224
Nomor lembar peta skala 1:25.000 format 7’ 30” x 7’ 30” Satu NLP dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1:10.000 masing-masing berukuran 2’ 30” x 2’ 30”
1209-6229Nomor lembar peta skala 1:10.000 format 2’ 30” x 2’ 30”
3 4
11 24 5 6
98721
43
65
2 33
1 21
43
21
43
12091
43
24
Gambar 3.9Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia
Untuk wilayah yang cukup luas, pembuatan peta dasar dilakukan dengan
media awal foto udara atau citra satelit. Tahapan pemetaan akan diuraikan di
bawah ini.
4.1 Pemotretan Udara
19
Proses Pemetaan untuk Peta Dasar
Pemotretan udara dilakukan dengan menggunakan kamera khusus
dengan ukuran 23 cm x 23 cm dan mempunyai panjang fokus lensa
yang tetap untuk jarak yang tak tehingga, misalnya lensa 152 cm, 225
cm atau 300 cm. Kamera udara diletakan di badan pesawat udara.
Tinggi terbang merupakan fungsi dari skala foto dan panjang fokus
lensa yang digunakan.
Gambar 4.1 Proses Pemotretan Udara
Film yang digunakan adalah film khusus untuk foto udara dengan
perbedaan pada jenis hitam-putih atau berwarna, panchromatic atau
infra merah, serta false color atau true color.
Agar diperoleh gambar dalam tiga dimensi (stereo) maka harus
diperoleh foto atau citra satelit yang saling overlap (bertampalan) yang
mana suatu obyek dapat terlihat dari dua sudut pandang yang
berbeda. Besarnya pertampalan ke kemuka sebesar 60% sedangkan
pertampalan ke samping sebesar 30%.
Gambar tiga dimensi tersebut selanjutnya digunakan dalam proses
fotogrametri untuk membedakan ketinggian dan menggambarkan
kontur.
Saat ini untuk mendapatkan jalur terbang yang teratur serta
mendapatkan posisi foto udara, maka dilakukan penentuan posisi
pusat proyeksi di pusat lensa kamera udara, yang dilakukan secara
simultan pada saat pemotretan dengan menempatkan GPS di pesawat
udara.
20
Gambar 4.2 Pemotretan udara dengan menggunakan teknologi GPS
4.2 Survey Lapangan
Untuk meyatukan sistem koordinat tanah dengan sistem koordinat
foto, maka diperlukan beberapa titik di lapangan yang diketahui
koordinatnya dan dapat diinterpretasi pada foto. Titik-titik tersebut
dinamakan Titik Kontrol Tanah atau Ground Control Point. Survey
lapangan diperlukan untuk mengukur titik-titik tersebut sehingga
diperoleh koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu.
Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS
ataupun metode pengukuran tanah biasa dengan menggunakan
theodolit.
Gambar 4.3 Survey Lapangan dengan teknologi GPS
4.3 Pengolahan Data
Proses selanjutnya adalah pengolahan data yang mencakup rektifikasi,
yaitu koreksi geometrik dari tiap foto udara dan menyusun foto-foto
terpisah tersebut dalam suatu mosaic foto.
Mosaic foto yang telah terkoreksi secara geometrik ini orientasi nya
relatif sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga dapat
dibuat menjadi peta foto.
Untuk memenuhi kebutuhan berbagai pengguna, maka dari peta foto
ini dibuat peta garis yang merupakan peta dasar, dimana semua detail
pada permukaan bumi digambarkan termasuk garis kontur dan titik
tinggi. Semua detail dan kontur ketinggian digambarkan melalui
pengamatan, interpretasi dan pengukuran dengan alat stereo
fotogrametri, baik secara digital maupun analog.
21
Gambar 4.4 Pengolahan data dan kompilasi fotogrametri
4.4 Survey kelengkapan lapangan
Untuk melengkapi detail yang tidak terlihat pada foto udara atau citra,
karena keterbatasan daya interpretasi, maka dilakukan survey
kelengkapan lapangan. Pada survey ini dilakukan identifikasi dan
pengklasifikasian berbagai macam obyek baik alam maupun buatan,
misalnya kelas jalan, batas administrasi, jenis tanaman, penggunaan
lahan serta bangunan-bangunan penting serta detail lainnya yang
tertutup awan.
4.5 Pengumpulan nama-nama geografi
Nama-nama geografi seperti nama-nama pemukiman, nama-nama
desa, kota, sungai gunung, danau, telaga, laut, pulau dan lain
sebagainya harus dicantumkan pada peta dasar tersebut. Data-data ini
diperoleh melalui survey yang biasanya dilakukan bersamaan dengan
survey kelengkapan lapangan. Setelah melalui penelitian nama resmi
yang digunakan oleh pemerintah setempat, maka selanjutnya
disahkan oleh pejabat setempat pada formulir setiap nama geografi.
4.6 Proses pemisahan warna.
Proses ini adalah proses konstruksi kartografi, dimana pada proses ini
dilakukan transfer data-data baik dari lapangan atau interpretasi foto
udara untuk disajikan menjadi peta. Tahapan ini merupakan proses
simbolisasi dari berbagai macam warna unsur rupabumi. Misalnya
warna biru untuk unsur yang berhubungan dengan air, kemudian
warna hijau untuk unsur yang berhubungan dengan vegetasi dan
sebagainya.
4.7 Reproduksi Peta
22
Setelah melalui proses editing melalui software kartografi misalnya
Freehand 10, maka dibuat proof atau cetak coba yang merupakan peta
dalam jumlah warna yang lengkap, sehingga dapat dilakukan
pengecekan kesalahan-kesalahan baik mengenai isi petanya maupun
penyajian sebelum dilakukan pencetakan.
4.8 Pencetakan
Setelah peta tersebut bebas dari kesalahan maka peta dapat dicetak
pada plotter berdasarkan ukuran lembar peta yang ditentukan.
Gambar 4.5
Pencetakan peta
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang
udara sebagai kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Tata
ruang adalah wujud struktural pola penataan dan pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak. Untuk mengelola sumber daya alam yang
terbatas agar dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memenuhi
kebutuhan seluruh rakyat, maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang
tentang Penataan Ruang dengan tujuan agar terselenggaranya pengaturan
pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada dasarnya
penataan ruang terdiri dari tiga komponen utama yaitu Perencanaan Tata
Ruang, Pemanfatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
23
Peta untuk Perencanaan Tata Ruang
Perencanaan tata ruang dapat dilihat sebagai gabungan dari dua kegiatan
utama yaitu alokasi pemanfaatan ruang dan penyusunan struktur tata ruang.
Produk dari perencanaan tata ruang ini adalah berupa rencana tata ruang.
Hasil dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam peta rencana
tata ruang wilayah atau peta RTRW dari wilayah yang bersangkutan. Peta
RTRW dibuat berdasarkan input dari peta-peta tematik wilayah yang berisi
data dan informasi tematik. Informasi tematik ini adalah karakteristik wilayah
bersangkutan, misalnya liputan lahan, bentuk lahan, kemiringan lereng,
potensi hutan, sebaran penduduk dan lain sebagainya. Peta tematik wilayah
diturunkan dari peta wilayah, dimana pada peta wilayah ini memuat unsur-
unsur rupabumi tertentu saja. Dasar dari pembuatan peta wilayah adalah peta
dasar yang menyajikan unsur-unsur alam dan buatan manusia yang berada di
permukaan bumi.
Peta RTRW merupakan bagian tidak terpisahkan dari rencana tata ruang
wilayah. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Provinsi, Kabupaten dan
Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah masing-masing, sehingga memiliki
kekuatan hukum. Untuk menghasilkan peta rencana tata ruang wilayah yang
memiliki tingkat ketelitian yang sesuai dengan skalanya, maka diperlukan
dukungan peta wilayah dan peta tematik wilayah dengan standar tertentu.
Standar ini berkaitan dengan tingkat ketelitian minimal peta-peta yang
digunakan dan kandungan informasinya, khususnya peta dasar sebagai dasar
pembuatan peta wilayah dan peta tematik wilayah.
Pada Peraturan Pemerintah no. 10 Tahun 2000 tercantum tingkat ketelitian
berbagai jenis peta yang dipergunakan untuk penyusunan peta rencana tata
ruang wilayah. Hal tersebut dimaksudkan agar terwujud kesatuan sistem
penyajian data dan informasi penataan ruang wilayah.
Peta dasar untuk keperluan pembuatan peta wilayah memiliki ketentuan
sebagai berikut :
1. Menggunakan sistem referensi menurut ketentuan Datum Geodesi
Nasional 1995 (DGN 95).
2. Sistem proyeksi Transverse Mercator.
3. Sistem grid Universal Transverse Mercator.
4. Sistem penomoran lembar peta secara Nasional.
Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah berdasarkan PP no. 10
Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
1. Peta Wilayah Negara Indonesia berpedoman pada tingkat ketelitian peta
minimal berskala 1:1.000.000.
2. Peta wilayah daerah provinsi berpedoman pada tingkat ketelitian peta
minimal berskala 1:250.000.
24
3. Peta wilayah daerah kabupaten berpedoman pada tingkat ketelitian peta
minimal berskala 1:100.000
4. Peta wilayah daerah kota berpedoman pada tingkat ketelitian peta
minimal berskala 1:50.000.
Peraturan Pemerintah no. 10 Tahun 2000 juga menetapkan standar kartografi
dari peta-peta yang dipakai pada pentaan ruang wilayah. Standar ini
mencakup penggunaan simbol dan pewarnaan serta tampilan peta secara
kartografis. Saat ini banyak peta-peta untuk penataan ruang wilayah tidak
memenuhi format standar dari PP no. 10 tahun 2000 tersebut, baik dalam
aspek ketelitiannya maupun tampilannya secara kartografis. Kerancuan dalam
masalah perpetaan ini mengakibatkan perbedaan dalam sistem penyajian
data dan informasi penataan ruang wilayah, sehingga dapat mengakibatkan
ketidakpaduan dan ketidaksesuaian dalam mengaplikasikan rencana di
lapangan.
25
SIMBOL DAN ATAU NOTASI UNSUR-UNSUR PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH SKALA 1:250.000
LAMPIRAN VIIIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 10 TAHUN 2000TANGGAL 21 PEBRUARI 2000
Pengertian Penggunaan Simbol dan atauNotasi
Simbol dan atauNotasi
SpesifikasiSistem Warna: Yellow, Magenta, Cyan
dan Black (YMCB).Jenis huruf univers tegak 10 point.
KAWASAN LINDUNG
1 a K a w a sa n ya n g m e m b e rik a np e r lin d u n g a n ka w a s a n b a w a h a n n ya
1 b
K a w a sa n p e le s ta ria n a la m1 d
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n s u a ka a la m .
1 2 3 4 5 6
No Nama Unsur 1.
2.
K a w a sa n ra w a n b e n ca n a a la m
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n y a n g m e m b e rik a np e rlin d u n g a n ka w a sa n b a w a h a n n ya .
7 0 0 0 7 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n ra w a n b e n ca n aa la m .
1
K a w a sa n p e r lin d u n g a n se te m pa t
1 c
K a w a sa n lin d u n g la in n ya
1 e
K a w a s a n y a n g m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p k a w a s a nb a w a h a n n ya ya n g m e n ca ku p h u ta n lin d u n g , b e rg a m b u t, d a n re sa pa na ir.
K a w a sa n su a ka a la m
K a w a sa n ca g a r b u d a y a
1 f
1 g
K a w a s a n y a n g m e m b e r ik a n p e r lin d u n g a n se te m p a t y a n g m e n c a ku ps e m p a d a n p a n ta i , s e m p a d a n s u n g a i , s e k i ta r d a n a u a ta u w a d u k ,s e k i ta r m a ta a ir d a n h i ja u k o ta te rm a s u k d i d a la m n y a h u ta n k o ta .
K a w a s a n d e n g a n c ir i k h a s te r te n tu , b a ik d i d a ra t m a u p u n d i p e ra ira ny a n g m e m p u n y a i fu n g s i p e r lin d u n g a n s is te m p e n y a n g g a k e h id u p a n ,p e n g a w e ta n k e a n e k a r a g a m a n je n is tu m b u h a n d a n s a tw a , s e r tap e m a n f a a t a n s e c a r a l e s t a r i s u m b e r d a y a a l a m h a y a t i d a ne ko s is te m n y a .
K a w a s a n y a n g s e r in g a ta u b e rp o te n s i t in g g i m e n g a la m i b e n c a n aa la m .
K a w a s a n se la in te rs e b u t d i a ta s
0 0 0 0 7 0 0 0S im b o l b is , le b a r 1 m m
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n p e le s ta ria n a la m .
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n c a g a r b u d a ya .
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n p e r lin d u n g a nse te m p a t
M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n lin d u n g la in n ya .Ll
Cb
Pa
Sa
Ls
Lb
1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
7 0 0 0 7 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,
w a rn a h u ru f h ita m
K a w a s a n y a n g d i t e ta p k a n d e n g a n f u n g s i u t a m a m e l i n d u n g ik e le s ta r ia n lin g ku n g a n h id u p ya n g m e n c a k u p su m b e r d a ya a la m d a ns u m b e r d a y a b u a ta n .
K a w a s a n d e n g a n c ir i k h a s te rte n tu b a ik d i d a ra t m a u p u n d i p e ra ira ny a n g m e m p u n y a i fu n g s i p o k o k s e b a g a i k a w a s a n p e le s ta r ia n a ta up e r lin d u n g a n k e a n e k a ra g a m a n je n is tu m b u h a n d a n s a tw a b e s e r tae k o s i s t e m n y a , y a n g j u g a b e r f u n g s i s e b a g a i w i l a y a h s i s t e mp e n ya n g g a ke h id u pa n .
K a w a s a n y a n g m e ru p a k a n lo k a s i b a n g u n a n h a s i l b u d a y a m a n u s iay a n g b e rn i la i t in g g i m a u p u n b e n tu k a n g e o lo g i a la m i y a n g k h a s .
2. Kawasan budidaya................
Gambar 5.1Contoh Lampiran pada PP No. 10 Tahun 2000
tentang penggunaan simbol dan anotasi peta RTRW
Peta-peta RTRW yang dihasilkan masih belum sesuai dengan PP No.10 Tahun 2000
dalam hal ketelitian peta, informasi tepi, legenda peta, simbol dan pewarnaan.
26
SKALA 1:850.000PROYEKSI TRANSVERSE MERCATORSISTEM GRID UTM, GEODETICDATUM WGS 84ZONE 48
Gambar 5.2Contoh Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi Jawa Barat
27
FORMAT PETA YANG TIDAK SESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000INFORMASI TEPI, LEGENDA, SIMBOL DAN PEWARNAAN
Gambar 5.3Contoh Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bogor
Peta rencana tata ruang suatu wilayah adalah peta wilayah daerah yang
bersangkutan beserta tema tertentu misalnya kawasan, jaringan, sarana dan
prasarana. Proses penyusunan peta untuk penataan ruang membutuhkan
28
FORMAT PETA YANG TIDAK SESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000 SIMBOL DAN PEWARNAAN KURANG LENGKAP
SKALA 1:50.OOOSESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000PROYEKSI PETA, SISTEM GRID, DATUM TIDAK DICANTUMKAN
Penyusunan Peta untuk Penataan Ruang Wilayah
ketersedian peta dasar sebagai dasar pembuatan peta wilayah. Dalam hal
tidak tersedianya peta dasar, maka peta lain dapat digunakan sebagai dasar
bagi pembuatan peta wilayah setelah peta lain tersebut ditransformasikan ke
sistem referensi dan sistem proyeksi yang ditentukan berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Gambar 6.1Contoh peta dasar
Peta wilayah diturunkan dari peta dasar sedemikian rupa sehingga hanya
memuat unsur-unsur rupabumi yang diperlukan. Selanjutnya peta wilayah ini
digunakan sebagai media penggambaran peta-peta tematik wilayah. Peta
tematik wilayah memuat satu atau beberapa tema tertentu yang sesuai untuk
keperluan penataan ruang. Contoh peta tematik ini misalnya peta liputan
lahan, peta kemiringan lereng, peta daerah aliran sungai, peta kawasan
lindung, dan sebagainya. Peta tematik wilayah ini pada akhirnya menjadi
bahan analisis penyusunan tata ruang. Proses penyusunan peta tematik
wilayah sebagai bahan analisis pembuatan peta RTRW dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
29
Gambar 6.2Proses penyusunan peta tematik wilayah
Peta wilayah untuk penataan ruang berdasarkan luas cakupan wilayahnya
terbagi dalam :
1. Peta Wilayah Negara Indonesia skala 1:1.000.000 berisi unsur-unsur :
a. Garis pantai
b. Hidrografi
c. Pemukiman
d. Jaringan transportasi
e. Batas Administrasi
f. Nama-nama geografis
2. Peta Wilayah daerah Propinsi skala 1:250.000 berisi unsur-unsur :
a. Garis pantai
b. Hidrografi
c. Pemukiman
d. Jaringan transportasi
e. Batas Administrasi
f. Nama-nama geografis
g. Titik tinggi
h. Garis kontur
3. Peta Wilayah daerah Kabupaten skala 1:100.000 berisi unsur-unsur :
a. Garis pantai
b. Hidrografi
c. Pemukiman
d. Jaringan transportasi
e. Batas Administrasi
f. Nama-nama geografis
g. Titik tinggi
h. Garis kontur
4. Peta Wilayah daerah Kota skala 1:50.000 berisi unsur-unsur :
a. Garis pantai
b. Hidrografi
30
c. Pemukiman
d. Jaringan transportasi
e. Batas Administrasi
f. Nama-nama geografis
g. Titik tinggi
h. Garis kontur
Gambar 6.3Contoh Peta Wilayah Kec. Pangandaran Kab. Ciamis skala 1:25.000yang diturunkan dari Peta Rupabumi Kab. Ciamis skala 1:150.000
untuk Penataan untuk Penataan
7.1 Sekilas tentang SIG
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan
untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,
memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data-data yang berhubungan
dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan
operasi database yang umum seperti query, analisis statistik dengan
visualisasi yang unik dan keuntungan analisis geografik yang ditawarkan oleh
peta. Kemampuan ini membedakan SIG dari sistem informasi yang berguna
31
Penggunaan SIG dalam Penataaan Ruang
untuk para user dalam menjelaskan peristiwa, memperkirakan hasil dan
perencanaan strategis.
SIG memiliki lima komponen utama yaitu :
1. Sumberdaya manusia, berupa staf komputer, tenaga ahli dari
berbagai disiplin keilmuan, operator SIG, tenaga ahli SIG dan para
pengembang aplikasi.
2. Data, yang bisa dalam bentuk spasial, temporal dan atribut.
3. Mesin, yang menjalankan berbagai penyimpanan data, pencarian
data analisis, pelaporan dan fungsi-fungsi komunikasi.
4. Perangkat lunak (Software).
5. Perangkat keras (Hardware), termasuk workstation dan networks,
disk atau tape storage, plotter dan peralatan komunikasi.
7.1.1 Sumberdaya manusia
Sistem SIG tidak pernah vakum karena pada sistem tersebut terdapat
interaksi antar manusia. Interaksi yang terjadi antara :
Pengguna sistem adalah mereka yang menggunakan SIG untuk
memecahkan masalah-masalah spasial.
Operator sistem bertanggung jawab dalam operasional harian
sistem, lebih sering melakukan tugas-tugas yang memungkinkan
pengguna sistem berfungsi secara efisien. Mereka bertindak sebagai
administrator sistem, administrator database, menjaga trek keamanan
dan integritas database untuk mencegah kemungkinan hilang atau
terkorupsi.
Suplier SIG bertanggung jawab untuk menyediakan software dan
updating software untuk dimasukkan ke sistem. Mereka umumnya
bekerjasama dengan perusahaan pengembang software dalam
menyiapkan sekumpulan paket software dan hardware.
Suplier data adalah semua pihak yang menyediakan data untuk
sistem tersebut. Dalam perencanaan tata ruang, umumnya data-data
tersebut disediakan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang
berwenang.
Pengembang aplikasi umumnya adalah programer terlatih yang
menyediakan user interface untuk mengurangi ketergantungan pada
para profesional bidang SIG untuk melakukan-tugas-tugas biasa.
Analis sistem SIG adalah sekelompok orang yang mengkhususkan
diri dalam studi rancangan sistem. Umumnya analisis sistem adalah
bagian dari tim profesional yang bertanggungjawab dalam
menetapkan gol dan tujuan dari sistem SIG di dalam organisasi.
7.1.2 Data
SIG harus mampu menyerap data dalam berbagai format, bukan hanya
format asli dari SIG tertentu. Contoh suatu peta outline mungkin
32
tersedia dalam bentuk file format AutoCAD DXF. SIG seharusnya bisa
menyerap file DXF tanpa terlalu banyak memodifikasi sistem.
Fungsi SIG yang cukup penting adalah kemampuannya untuk
mengkonversi antara data raster dan vektor. Aplikasi yang cukup
penting saat ini adalah menggabungkan berbagai sumberdata seperti
data GPS dengan foto udara atau citra satelit.
7.1.3 Mesin
Kemampuan SIG secara fungsional dapat dikelompokkan ke dalam
empat katagori yaitu :
Data Capture, yaitu memasukkan data ke dalam sistem, baik
data spasial maupun textual. Proses ini adalah proses yang
panjang meliputi scanning, digitasi, editing, edgematching dan
sebagainya sebelum dimasukkan ke dalam database. SIG harus
mampu mengerjakan semua proses ini.
Penyimpanan data, menyangkut kemampuan sistem untuk
menyimpan data dalam jumlah besar, metode penyimpanan
dan juga perangkat keras untuk penyimpanan.
Manajemen data atau lebih dikenal dengan Database
Management System memungkinkan fungsi-fungsi data entry,
data editing dan mengintegrasikan data dari berbagai bentuk
dan sumber data.
Data retrieval, analisis dan tampilan.
Fungsi utama SIG adalah data retrieval atau pencarian data.
SIG membantu mendapatkan kembali fitur baik dengan atribut
aslinya atau karakteristik spasialnya. Analisis geografi
memerlukan satu hubungan yang erat antara elemen spasial
dengan data atributnya. Hal ini sebelumnya ditangani dan
dikelola secara terpisah masing-masing dalam paket kartografi
otomatis dan database. SIG melengkapi teknologinya untuk
melakukan analisis yang lebih canggih yang memanfaatkan link
antara keduanya.
7.1.4 Perangkat lunak
SIG dipengaruhi oleh jenis sistem operasi yang dipakai, misalnya
Windows NT, Windows 98, Apple MacIntosh dan IBM OS/2.
7.1.5 Perangkat keras
Hardware komputer yang digunakan untuk membantu SIG merupakan
komponen yang tidak tetap dari keseluruhan sistem. Para pengguna
33
akan meng-customize hardware mereka untuk memenuhi
kebutuhannya. Namun dalam semua kasus, SIG yang harus berfungsi
penuh harus mempunyai hardware yang mendukung input data,
output data, penyimpanan data, pencarian data, tampilan dan analisis.
7.2 SIG untuk Tata Ruang
Salah satu kemampuan SIG adalah melakukan analisis spasial dan analisis
atribut. SIG dapat mengolah dan mengelola data dalam jumlah besar. Salah
satu tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data
dengan cara baru, misalnya dengan overlay layer yang berbeda. SIG juga
dapat mengintegrasikan data secara matematis. Tools pada SIG tersebut
membuat kemampuan analisis spasial dan atribut yang dilakukan SIG cukup
baik dan akurat.
Secara umum penyusunan rencana tata ruang dapat dikelompokkan dalam
tiga kegiatan besar, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan
terakhir tahap penyusunan rencana. Kemampuan SIG khususnya fungsi
analisis spasial ini sangat membantu bagi pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang.
Analisis yaitu tahapan pekerjaan yang merupakan penilaian terhadap
berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, pendekatan
dan metode serta teknik analisis perencanaan wilayah yang
dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun praktis. Dalam
keseluruhan analisis pada prinsipnya terdapat empat jenis penilaian utama
yaitu :
34
Analisis keadaan dasar, yaitu menilai kondisi existing
Analisis kecenderungan perkembangan, yaitu menilai kecenderungan
sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinan di
masa mendatang, terutama pengaruh timbulnya fungsi baru terhadap
perkembangan wilayah.
Analisis sistem serta kebutuhan ruang, yaitu menilai hubungan
ketergantungan antar subsistem atau antar fungsi dan pengaruhnya
apabila subsistem itu berkembang, serta perhitungan ruang yang
dibutuhkan pada suatu wilayah sebagai akibat perkembangan di masa
depan.
Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah, yaitu menilai
kondisi keuangan daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan
pembangunan, personalia baik pada saat sekarang maupun yang
diperlukan pada masa mendatang.
Perumusan alternatif / draft rencana, yaitu merupakan suatu tahap
sebelum mencapai penyusunan rencana final dimaksudkan untuk
menghasilkan suatu draft rencana sebagai bahan pembahasan.
Rencana final merupakan tahap akhir dari pekerjaan teknik
penyusunan rencana.
Sebagai bahan analisis spasial dibutuhkan ketersediaan peta dasar sebagai
dasar pembuatan peta wilayah. Dalam hal tidak tersedia peta dasar, maka
peta lain dapat digunakan sebagai dasar bagi pembuatan peta wilayah,
setelah peta lain itu ditransformasikan ke sistem referensi dan sistem
proyeksi yang ditentukan berdasarkan PP. Selanjutnya peta wilayah
digunakan sebagai media penggambaran peta-peta tematik wilayah. Peta
tematik wilayah ini kemudian menjadi bahan analisis penyusunan rencana
tata ruang wilayah. Pada skema dibawah ini terlihat fungsi SIG sebagai alat
bantu dalam analisis spasial, dalam proses penataan tata ruang.
35
Peta Peta WilayahWilayah
1:1.000.000 1:250.000 1:50.0001:25.0001:10.000
1:10.000
1:25.000
1:50.000
1:250.000
Peta Peta RupabumiRupabumi
1:1.000.000
OthersForest
Geology
Soil
Land Use
Peta TematikPeta TematikSumberdaya WilayahSumberdaya Wilayah
1:10.0001:25.000
1:50.000
1:250.000
1:1.000.000
Peta RTRWPeta RTRW
DATA & INFORMASI :DATA & INFORMASI :- Sumberdaya alam- Sumberdaya alam- Geografi dan Kependudukan- Geografi dan Kependudukan- Sosial Budaya- Sosial Budaya- Pertahanan dan Keamanan- Pertahanan dan Keamanan
DATA & INFORMASI :DATA & INFORMASI :- Sumberdaya alam- Sumberdaya alam- Geografi dan Kependudukan- Geografi dan Kependudukan- Sosial Budaya- Sosial Budaya- Pertahanan dan Keamanan- Pertahanan dan Keamanan
ANALISIS SPASIAL ANALISIS SPASIAL BERBASIS TEKNOLOGI BERBASIS TEKNOLOGI
SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)GEOGRAFIS (SIG)
ANALISIS SPASIAL ANALISIS SPASIAL BERBASIS TEKNOLOGI BERBASIS TEKNOLOGI
SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)GEOGRAFIS (SIG)
Gambar 7.1Skema SIG sebagai alat analisis dalam proses penataan ruang
Tahap analisis dilakukan setiap penyusunan rencana tata ruang yang baru.
Untuk RTRW Kabupaten, penyusunan rencana dilakukan setiap 10 tahun
sekali, Sedangkan untuk Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detil Tata
Ruang dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam pengendalian rencana tata
ruang terdapat kegiatan pemantauan dan pembuatan laporan yang dilakukan
secara reguler, serta kegiatan evaluasi yang dilakukan ketika penyusunan
rencana tata ruang yang baru. Evaluasi dilakukan jika terjadi perubahan
terhadap rencana tata ruang. Pengendalian rencana tata ruang dilakukan
melalui analisis peta rencana tata ruang dan peta kondisi existing. Apabila
perubahan yang terjadi masih dalam skala kecil atau bukan merupakan
perubahan yang mendasar, maka perubahan tersebut masih bisa diterima.
Akan tetapi bila terjadi perubahan yang mendasar, maka diadakan peninjauan
kembali terhadap rencana tata ruang.
Kendala dalam pengendalian rencana tata ruang adalah sulitnya kegiatan
tersebut, dimana untuk melakukan pemantauan dan pelaporan secara terus
menerus diperlukan ketersedian data dan informasi untuk mengindikasikan
perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini berarti adanya kegiatan
mengumpulkan dan memperbaharui (up-dating) data secara terus menerus.
Hal ini juga berarti pengolahan data spasial dalam jumlah besar, berupa peta-
peta dan data atributnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengelolaan data
dan informasi yang teratur dan terpadu yaitu Sistem Informasi Geografis.
36
----
Contact Person :
Dra. Titiek Suparwati / Ryan Pribadi, [email protected] dan [email protected]
Bidang Pemetaan Dasar Tata RuangTelp (021) 87906060
DR. Poentodewo, S.S.OPusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata RuangBadan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46,Telp & Fax (021) 87901254 Cibinong
37
38