modul pemetaan tata ruang

46
MODUL BIMBINGAN TEKNIS PEMETAAN UNTUK PENATAAN RUANG

Upload: yudi-zulkarnaen

Post on 26-Oct-2015

264 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

merencanakan pemetaan tata ruang

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Pemetaan Tata Ruang

MODUL BIMBINGAN TEKNIS PEMETAAN

UNTUK PENATAAN RUANG

Page 2: Modul Pemetaan Tata Ruang

Peta mempunyai peranan penting dalam kegiatan perencanaan

pembangunan, baik dalam skala regional maupun nasional. Perencanaan

pembangunan fisik, sarana maupun prasarana selalu memerlukan visualisasi

permukaan bumi dalam bentuk peta. Secara umum pengertian peta adalah

penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi dalam suatu

bidang datar dengan menggunakan skala dan suatu sistem proyeksi tertentu.

Berdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi peta topografi dan peta

tematik. Peta topografi disebut juga peta dasar karena digunakan sebagai

dasar untuk pembuatan peta-peta lainnya, baik untuk pembuatan peta

tematik maupun untuk turunan peta topografi dengan skala yang lebih kecil,

Peta tematik adalah peta yang memperlihatkan informasi kwalitatif atau

kwantitatif dari suatu tema tertentu, dalam hubungannya dengan unsur-unsur

topografi yang spesifik.

Tujuan penataan ruang disamping terselenggaranya pemanfaatan ruang yang

berwawasan lingkungan yang berlandaskan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional, juga terselenggaranya pengaturan pemanfaatan

kawasan lindung dan kawasan budidaya dan tercapainya pemanfaatan ruang

yang berkualitas. Untuk itu ketersedian peta dasar Indonesia merupakan

syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam penataan ruang. Salah satu

masalah utama yang dihadapi dalam penataan ruang adalah tidak

seragamnya standar peta dasar yang digunakan. Hal tersebut menyebabkan

peta-peta tematik wilayah untuk pembuatan peta rencana tata ruang wilayah

(Peta RTRW) memiliki tingkat ketelitian dan sistem yang beraneka ragam.

Akibatnya peta-peta RTRW sebagai produk perencanaan memiliki kualitas

informasi spasial yang berbeda. Pada akhirnya informasi spasial tersebut akan

mempengaruhi pengambilan keputusan yang tidak tepat sehingga tujuan

penataan ruang tidak tercapai secara maksimal.

Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah mengacu kepada

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000. Tujuan pengaturan tingkat

ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah dimaksudkan untuk

mewujudkan kesatuan sistem penyajian data dan informasi penataan ruang

wilayah, sehingga dapat dihasilkan produk perencanaan yang berkualitas

untuk mendukung arah kebijakan yang tepat.

1

Maksud dan Tujuan

Pendahuluan

Page 3: Modul Pemetaan Tata Ruang

Modul ini dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi aparat Pemerintah

Provinsi dan Kabupaten Kota dalam meningkatkan kemampuan pemetaan

untuk tata ruang.

Tujuan diadakannya bimbingan teknis ini adalah memberikan gambaran

umum dan pengetahuan tentang pemetaan yang menjadi salah satu kunci

utama dalam menyusun rencana tata ruang, serta memperkenalkan prinsip

dan tata cara pembuatan peta dasar dan peta tematik untuk perencanaan

tata ruang.

Melalui modul ini diharapkan sosialisasi dari PP No.10 Tahun 2000 ke instansi-

instansi yang berwenang dapat bejalan dengan baik. Walaupun dalam modul

ini tidak tercakup secara lengkap dan rinci mengenai isi Peraturan Pemerintah

tersebut beserta lampirannya, namun secara umum memberikan penjelasan

tentang pentingnya standarisasi peta-peta yang dipakai pada perencanaan

tata ruang.

Walaupun isi dari modul ini masih belum sempurna, diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan pengguna khususnya yang terkait langsung dengan

aspek pemetaan untuk perencanaan tata ruang. Untuk itu segala saran dan

kritik membangun yang dapat melengkapi modul ini menjadi lebih baik, akan

kami terima dengan tangan terbuka.

2

Pengetahuan Peta

Page 4: Modul Pemetaan Tata Ruang

Peta dan Informasi

Peta menyajikan informasi permukaan bumi secara umum. Peta dasar

menyajikan informasi unsur-unsur di permukaan bumi, baik unsur alam

seperti sungai, garis pantai, danau, gunung, dan lain-lain, maupun unsur

buatan manusia seperti jalan, pemukiman, pelabuhan, pasar dan lain-lain.

Sedangkan peta tematik menyajikan informasi suatu tema tertentu saja,

dalam hubungannya dengan detail topografi yang spesifik. Informasi dari peta

tersebut selanjutnya digunakan oleh berbagai pihak untuk mendukung

pengambilan keputusan.

Peta dasar dapat digunakan antara lain :

1. Sebagai acuan untuk mengetahui dan menghitung luas daerah

administrasi.

2. Sebagai dasar dalam perencanaan pengembangan daerah.

3. Menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Selanjutnya peta dasar dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta tematik,

antara lain :

1. Peta kemiringan lereng.

2. Peta tata guna lahan.

3. Peta kependudukan.

Ruang lingkup peta

Datum

Datum adalah besaran-besaran atau konstanta-konstanta yang

digunakan untuk mendefinisikan sistem koordinat yang diperlukan

untuk kontrol geodesi, dalam hal ini penentuan koordinat titik-titik di

permukaan bumi. Saat ini Indonesia menggunakan datum geosentrik

yang berlaku global dengan nama Datum Geodesi Nasional 1995 atau

dikenal dengan DGN 95.

Sistem Koordinat

Posisi suatu tempat pada permukaan bumi di nyatakan dalam suatu

sistem koordinat berdasarkan referensi tertentu yaitu datum geodesi.

Sistem koordinat dan datum geodesi ini penting untuk

menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya.

Terdapat banyak sistem koordinat yang digunakan saat ini, tapi pada

umumnya peta dasar dan peta tematik di Indonesia menggunakan

Sistem Koordinat Geografis dan Sistem Koordinat Kartesian pada

bidang datar yaitu Sistem Grid Universal Transverse Mercator (UTM).

3.2.1 Sistem Koordinat Geografis

Dalam sistem koordinat geofrafis suatu tempat di permukaan

bumi posisinya dinyatakan oleh besar sudut lintang () dari

ekuator dan sudut bujur () dari suatu meridian tertentu.

3

Page 5: Modul Pemetaan Tata Ruang

Garis meridian adalah ellips terbesar di permukaan bumi yang

melalui kutub-kutub bumi. Pengertian ellips terbesar di sini

adalah ellips yang titik pusatnya berimpit dengan titik pusat

bumi. Ellips besar yang melalui kutub-kutub dan kota

Greenwich di Inggris disebut sebagai Meridian Nol.

Garis parallel adalah lingkaran di permukaan bumi yang bidang

lingkarannya memotong tegak lurus sumbu putar bumi, atau

dengan perkataan lain titik pusat lingkaran parallel terletak

pada sumbu putar bumi. Paralel terbesar yang merupakan

lingkaran besar disebut ekuator atau parallel nol.

Koordinat geografi suatu titik di permukaan bumi ditentukan

dari perpotongan meridian dan parallel yang melalui titik

tersebut.

Lintang () adalah panjang busur yang diukur pada suatu

meridian dihitung dari ekuator sampai ke parallel yang melalui

titik tersebut. Ketetentuan untuk besaran lintang adalah

sebagai berikut :

Dari 0 - 90 ke arah kutub utara dari ekuator disebut lintang

utara (LU) bertanda positif (+).

Dari 0 - 90 ke arah kutub selatan dari ekuator disebut lintang

utara (LS) bertanda positif (-).

Bujur () adalah panjang busur yang diukur pada suatu garis

parallel antara meridian titik pengamatan dengan meridian nol

(meridian Greenwich). Ketetentuan untuk besaran bujur

sebagai berikut :

Dari 0 - 180 arah timur dari meridian nol disebut Bujur Timur

(BT) bertanda positif (+).

Dari 0 - 180 arah barat dari meridian nol disebut Bujur Barat

(BB) bertanda negatif (-).

4

U

S

P (,)

Meridian nol Ekuator

Page 6: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 3.1 Sistem Koordinat Geografis

3.2.2 Sistem Koordinat Kartesian.

Pada sistem koordinat kartesian, koordinat suatu titik

dinyatakan dengan besaran absis (X) dan ordinat (Y). Sumbu X

biasanya diambil garis proyeksi dari salah satu parallel atau

garis yang disinggungkan dengan proyeksi salah satu parallel

tersebut. Sumbu Y biasanya diambil garis proyeksi dari salah

satu meridian atau garis yang dihubungkan dengan meridian

tersebut. Pada sistem koordinat kartesian ini, besaran X dan Y

dinyatakan dalam dalam satuan panjang.

Gambar 3.2 Sistem Koordinat Kartesian

Bentuk bumi pada dasarnya mendekati bentuk suatu ellips

putar atau ellipsoida. Karena bentuk permukaan bumi yang

tidak datar tersebut maka untuk dapat digambarkan dalam

suatu bidang datar, harus melalui cara-cara tertentu sehingga

penyajian unsur di permukaan bumi tidak terlalu berbeda

dengan keadaan sebenarnya. Untuk keperluan ini dibutuhkan

suatu transformasi koordinat titik-titik di permukaan bumi yang

ditentukan oleh lintang () dan bujur (), ke dalam sistem

koordinat bidang datar (X dan Y). Cara ini disebut proyeksi peta

5

X

Y

A (Xa, Ya)

B(Xb, Yb)

Page 7: Modul Pemetaan Tata Ruang

yang merupakan suatu rumusan matematis untuk

mentransformasikan titik pada bidang ellips ke bidang datar,

dalam hal ini peta. Suatu sistem proyeksi peta akan menyajikan

bumi atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar

dengan beberapa aturan perspektif yang berlaku. Pemilihan

suatu sistem proyeksi peta bergantung pada posisi daerah yang

dipetakan serta bentuk dan ukuran daerah. Pada saat ini untuk

pembuatan peta dasar Indonesia menggunakan sistem proyeksi

Transverse Mercator.

Gambar 3.3 Proyeksi Transverse Mercator

Sistem Transvere  Mercator adalah proyeksi transversal yang

bersifat konform. Sistem ini memproyeksikan koordinat ke

dalam silinder yang bersinggungan dengan ekuator dan

memotong pada satu meredian Untuk memperkecil distorsi,

bumi dirotasikan di dalam silinder yang menyebabkan meridian

yang berbeda menyinggung silinder pada area yang berbeda.

Ini menghasilkan bidang utara-selatan, yang dinamakan

sebagai zona. Titik asal (true origin) setiap zona adalah

perpotongan antara ekuator dan meridian tengah (perpotongan

antara meredian dengan silinder), biasanya untuk menghindari

nilai negatif pada koordinat digunakan koordinat semu (false

origin). Sistem proyeksi ini kemudian digunakan Indonesia

dengan nama datum ID-74 untuk memproduksi peta rupabumi

berbagai skala. Saat ini Indonesia mengunakan datum DGN-95

untuk memproduksi peta rupabumi berbagai skala, juga dalam

format dijital. 

6

Page 8: Modul Pemetaan Tata Ruang

Di setiap negara umumnya dikembangkan suatu sistem

proyeksi peta yang dapat memenuhi kebutuhan dari negara

yang bersangkutan. Sistem proyeksi peta yang dapat menjadi

acuan untuk seluruh dunia yaitu sistem grid Universal

Transverse Mercator yang merupakan modifikasi dari sistem

proyeksi Transverse Mercator.

Gambar 3.4Proyeksi Universal Transverse Mercator

Di dalam penerapan sistem grid UTM untuk keperluan

pembuatan peta dasar nasional, seluruh wilayah Indonesia

terbagi dalam sembilan zone yaitu zone 46 sampai dengan

zone 54, mulai dari meridian 90 BT sampai dengan 144 BT

dengan batas paralel 6 LU dan 11 LS.

7

Page 9: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 3.5Pembagian zone di Indonesia

Skala Peta

Pada dasarnya peta adalah model permukaan bumi. Untuk

menggambarkan bentuk permukaan bumi dalam suatu model, maka

diperlukan hubungan yang jelas antara peta dengan daerah yang

dipetakan. Dalam hal ini perbedaan ukuran pada peta dan daerah yang

dipetakan harus dinyatakan dalam bilangan pembanding tertentu.

Bilangan pembanding itu dikenal dengan istilah skala. Skala peta

adalah angka pembanding antara panjang suatu obyek atau jarak

antara dua titik di peta dengan panjang atau jarak antara dua titik

yang bersangkutan di lapangan.

Skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu secara grafis dan

secara numeris.

3.3.1 Skala Grafis

Skala grafis adalah bentuk penyajian skala peta diatas garis

lurus yang mempunyai panjang tertentu. Pada sisi garis yang

8

Page 10: Modul Pemetaan Tata Ruang

satu dituliskan panjang garis tersebut di peta (dalam satuan

cm), serta pada sisi yang lain dituliskan panjang garis tersebut

di lapangan (dalam satuan km), sehingga perbandingan kedua

panjang garis tersebut secara visual dapat terlihat.

Gambar 3.6Skala grafis

3.3.2 Skala Numeris

Skala numeris merupakan suatu cara penyajian skala peta

dengan menuliskan langsung besaran skala tersebut. Dengan

skala numeris ini pengguna peta dapat langsung mengetahui

besaran skala tersebut. Contoh penulisan pada peta misalnya

skala 1:25.000 dan skala 1:50.000.

Contoh :

Untuk menentukan panjang suatu jarak 5 km di atas

permukaan bumi pada Peta Dasar Rupabumi Skala 1 : 50.000

adalah :

1/50000 x jarak di permukaan bumi.

5 km = 5.000 m = 500.000 cm.

1/50.000 x 500.000 cm = 10 cm.

Jadi 5 km di permukaan bumi sama dengan 10 cm di atas peta

skala 1 : 50.000.

Kedua jenis skala ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-

masing sehingga pada peta-peta dasar topografi nasional, kedua jenis

skala itu harus dicantumkan. Skala grafis sulit dibaca secara langsung

akan tetapi ikut berubah mengembang atau menciut sesuai dengan

perubahan bahan dasar peta yang bersangkutan. Sedangkan skala

numeris langsung dapat terbaca pada peta tetapi tidak ikut mengalami

perubahan bahan yang diakibatkan cuaca maupun karena

pencetakkan peta.

3.4 Penyajian Relief

Relief permukaan bumi adalah unsur penting yang disajikan dalam

peta dasar. Untuk menampilkan keadaan atau kondisi tinggi

9

Page 11: Modul Pemetaan Tata Ruang

rendahnya permukaan bumi (relief) dapat digunakan cara-cara

sebagai berikut :

3.4.1 Shading yaitu suatu teknik penggambaran untuk

memperlihatkan bentuk permukaan bumi seakan-akan

berbentuk tiga dimensi dengan mengunakan gradasi warna

(tinta).

Gambar 3.7Peta Dasar Rupabumi daerah Bandung

3.4.2 Kontur ketinggian adalah garis yang menghubungkan titik-titik

dengan ketinggian yang sama, serta menggambarkan bentuk

permukaan bumi dalam tiga dimensi pada bidang datar atau

peta. Penyajian garis kontur pada peta topografi adalah sesuatu

yang umum digunakan untuk menggambarkan relief, baik pada

peta skala besar maupun kecil. Garis kontur mempunyai jarak

vertikal yang sama ke kontur di atasnya atau di bawahnya.

Perbedaan nilai tinggi antar kontur disebut sebagai selang

kontur. Pada Peta Dasar Rupabumi Indonesia, nilai (angka)

tinggi biasa dicetak pada garis kontur indeks (yang

digambarkan lebih tebal) ditulis ke arah puncak (daerah yang

lebih tinggi). Selang kontur pada Peta Dasar Rupabumi

Indonesia adalah sebagai berikut :

Skala 1 : 10.000 mempunyai selang kontur 5 meter

Skala 1 : 25.000 mempunyai selang kontur 12.5 meter

Skala 1 : 50.000 mempunyai selang kontur 25 meter

Skala 1 : 100.000 mempunyai selang kontur 50 meter

Skala 1 : 250.000 mempunyai selang kontur 100 meter

Contohnya untuk kontur dengan selang 5 meter, maka indeks

garis kontur yang digambar lebih tebal adalah garis kontur yang

mempunyai tinggi 600 dan 620 meter dari permukaan air

laut rata-rata.

10

Page 12: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 3.8Garis kontur dengan dengan selang 5 meter indeks

Hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam penyajian garis

kontur adalah :

a. Garis kontur dengan jarak satu dengan lainnya rapat

menggambarkan kemiringan yang curam.

b. Garis kontur dengan jarak satu dengan lainnya renggang

menggambarkan kemiringan yang landai.

c. Bila jarak antar garis kontur, dibaca dari puncak (tinggi) ke

bawah (rendah), mengecil, maka kemiringan permukaan

tanah adalah cembung. Keadaan ini menyebabkan jarak

pandang yang pendek.

d. Bila jarak antar garis kontur, dibaca dari puncak (tinggi) ke

bawah (rendah), membesar, maka kemiringan permukaan

tanah adalah cekung. Keadaan ini menyebabkan jarak

pandang yang jauh.

Dengan hanya melihat bentuk garis kontur maka dapat

dibayangkan bentuk permukaan bumi yang sesungguhnya.

Pada gambar di bawah ini memperlihatkan bagaimana

kemiringan suatu permukaan bumi yang digambarkan dengan

garis kontur.

11

Page 13: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 3.9Garis kontur dan relief permukaan bumi

Untuk kemiringan yang curam gambar jarak antar garis kontur

akan rapat demikian pula untuk kemiringan yang landai maka

jarak antar garis kontur akan renggang. Setiap bentuk relief

permukaan bumi akan membentuk pola garis kontur yang

tertentu pula, mengerti atau mengetahui pola garis kontur

maka pekerjaan membaca peta akan menjadi lebih mudah. Bila

tidak ada nilai/angka tinggi yang tercetak di sekitar lokasi pada

peta tersebut, dan juga tidak ada aliran sungai yang

memperlihatkan arah dari kemiringan permukaan tanah, maka

telusuri terus garis kontur sampai mendapatkan nilai/angka

tinggi yang tercetak, biasanya di cetak pada garis kontur

indeks, sehingga dapat diketahui kemana arah kemiringan

permukaan tanah.

3.4.3 Kemiringan (Slope)

Kemiringan adalah perbandingan antara jarak vertikal JV

dengan jarak horisontal JH, Sebelum dapat menentukan

kemiringannya, terlebih dahulu mengetahui jarak vertikal JV

yaitu ditentukan dengan mengurangi titik tertinggi dengan titik

terendah pada kemiringan tersebut.

12

Page 14: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 3.10Kemiringan lereng

Untuk menghitung persentase kemiringan antara titik A dab B

pada gambar di bawah ini, adalah sebagai berikut :

Hitung ketinggian Titik A, yaitu 615 m dan tinggi titik B, yaitu

355 m. Kemudian hitung harak vertikal JV antara dua titik

dengan mengurangi tinggi titik A dengan tinggi titik B, maka

jarak vertikal JV antara titik A dan B adalah 615-355 = 260

meter.

Kemudian hitung jarak horisontal JH antara dua titik di atas

peta, jarak horisontal JH antara titik A dan titik B adalah 3000

meter.

Sedangkan untuk menghitung persentase kemiringan lereng

adalah sebagai berikut :

13

Page 15: Modul Pemetaan Tata Ruang

Jarak vertikal JV (A-B) = 260 meter

Jarak horisontal JH (A-B) = 3000 meter

Persentase Kemiringan (A-B) = (JV x 100) / JH

= (260 x 100) / 3000

= 8.6 %

3.5 Desain peta

Secara umum sebuah peta terdiri dari dua bagian penting yaitu muka

peta dan informasi tepi peta.

14

Page 16: Modul Pemetaan Tata Ruang

3.5.1 Muka peta

Pada umumnya pada muka peta disajikan garis kerangka atau

juga dikenal sebagai konstruksi peta dalam bentuk garis

gratikul dan grid.

Gratikul adalah garis-garis kerangka peta yang merupakan

proyeksi garis paralel dari lintang dan garis meridian dari bujur

yang tergambar pada muka peta dan garis tepi peta. Gratikul

mempunyai panjang busur yang berubah-ubah ke arah utara

dan selatan ekuator. Besaran bujur akan semakin kecil bila

menjauhi utara/selatan (mendekati ekuator). Gratikul umumnya

digunakan pada peta-peta skala kecil. Perpotongan antara dua

garis gratikul menyatakan posisi lintang dan bujur suatu titik di

permukaan bumi.

Kegunaan garis gratikul adalah :

1. Memberikan informasi mengenai data koordinat

geografis tempat pada peta

2. Memudahkan pembuatan sistem penomoran dan seri

peta untuk peta skala sedang dan kecil.

Grid adalah garis-garis yang tergambar pada muka peta saling

tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat bidang

datar proyeksi. Pada peta skala besar, garis grid juga berfungsi

sebagai garis tepi peta. Untuk suatu pemetaan sistematis harus

digunakan sistem grid yang sifatnya seragam (universal),

misalnya Universal Transverse Mercator (UTM) grid.

Garis grid terdiri dari dua seri garis sejajar yang saling tegak

lurus membentuk empat persegi panjang. Umumnya garis-garis

tersebut dihitung positif ke arah Timur (sumbu X) dan positif ke

arah Utara (sumbu Y).

Kegunaan garis grid adalah :

1. Memudahkan dalam menentukan koordinat suatu titik di

peta terhadap suatu sistem koordinat referensi tertentu.

2. Memudahkan tata letak peta dari suatu lembar peta dan

penggabungan lembar peta yang bersebelahan.

15

Page 17: Modul Pemetaan Tata Ruang

3. Koordinat titik kontrol dapat dihitung dan digambar dalam

suatu sistem koordinat bidang datar sehingga memudahkan

dalam perhitungan sudut dan jarak dengan rumus-rumus

pada bidang datar.

Gambar 3.7Muka peta dan Informasi Tepi

Informasi Tepi

Peta Dasar Rupabumi Indonesia mempunyai informasi yang penting dan diletakkan pada tepi peta. Informasi tersebut selalu sama tetapi juga dapat bervariasi untuk edisi peta yang berbeda dan skala peta yang berbeda.Informasi tepi peta di atas dan deskripsi di bawah ini digunakan pada peta dasar rupabumi skala 1 : 10.000,

16

Page 18: Modul Pemetaan Tata Ruang

skala 1 : 25.000, skala 1 : 50.000 dan skala 1 : 250.000.a Judul dan Nomor Lembar Peta, biasanya nama yang

digunakan adalah nama kota atau daerah yang penting dan bisanya terletak di tengah-tengah peta.

b Petunjuk letak peta dan diagram lokasi.c Sistem Peta yang digunakan, Proyeksi, sistem grid, datum

geodesi dan satuand Penerbit dan Pembuat Petae Keterangan (Legenda dan Simbol) Petaf Riwayat Peta g Petunjuk transformasi koordinat peta (koordinat Geografi

ke UTM dan dari UTM ke Geografi)h Pembagian daerah Administrasii Selang Kontur, Skala Numerik dan Skala Grafisj Diagram dan keterangan yang menunjukan deviasi antara

Utara Geografi dan Utara Grid, dan deviasi antara Utara Grid dan Utara Magnet di pusat lembar peta. (Deklinasi Magnit)

3.6 Ukuran lembar peta

Ukuran lembar peta tergantung dari skala yang dibuat. Ukuran lembar

Peta Rupabumi Indonesia mengacu pada sistem grid UTM sebagai

berikut :

Skala Peta Ukuran Lintang (L) Ukuran Bujur (B)

1:1.000.000 4° 6°

1:500.000 2° 3°

17

Page 19: Modul Pemetaan Tata Ruang

1:250.000 1° 1°30'

1:100.000 30' 30'

1:50.000 15' 15'

1:25.000 7'30" 7'30"

1:10.000 2'30" 2'30"

1°30’

1:25.000

Perbesaran Skala 1:25.000

2’30”

1:25.000

7’30”

7’30”

1:1.000.000

1:500.000

1:250.0001:100.000

1:50.000

1:10.000

Gambar 3.8Sistematika ukuran peta

mulai dari skala 1:1.000.000 sampai skala 1:10.000

3.7 Sistem penomoran lembar peta

Setiap negara mempunyai sistem penomoran peta masing-masing.

Oleh karena itu nomor peta umumnya unik. Sistem penomoran peta

rupabumi Indonesia dalam bentuk kode numerik. Dari nomor tersebut

dapat diketahui lokasi dimana suatu daerah berada lengkap dengan

skala petanya. Seri peta rupabumi Indonesia yang diterbitkan oleh

BAKOSURTANAL mengikuti aturan sebagai berikut, sebagai contoh :

18

Page 20: Modul Pemetaan Tata Ruang

Nomor NLP Keterangan

1209Nomor lembar peta skala 1:250.000 format 1° x 1 ° 30’. Satu NLP dibagi menjadi 6 NLP pada skala 1:100.000 masing-masing berukuran 30’ x 30’

1209-2Nomor lembar peta skala 1:100.000 format 30’ x 30’ Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1:50.000 masing-masing berukuran 15’ x 15’

1209-43Nomor lembar peta skala 1:50.000 format 15’ x 15’.Satu NLP dibagi menjadi 4 NLP pada skala 1:25.000 masing-masing berukuran 7’ 30” x 7’ 30”

1209-224

Nomor lembar peta skala 1:25.000 format 7’ 30” x 7’ 30” Satu NLP dibagi menjadi 9 NLP pada skala 1:10.000 masing-masing berukuran 2’ 30” x 2’ 30”

1209-6229Nomor lembar peta skala 1:10.000 format 2’ 30” x 2’ 30”

3 4

11 24 5 6

98721

43

65

2 33

1 21

43

21

43

12091

43

24

Gambar 3.9Contoh urutan penomoran Peta Rupabumi Indonesia

Untuk wilayah yang cukup luas, pembuatan peta dasar dilakukan dengan

media awal foto udara atau citra satelit. Tahapan pemetaan akan diuraikan di

bawah ini.

4.1 Pemotretan Udara

19

Proses Pemetaan untuk Peta Dasar

Page 21: Modul Pemetaan Tata Ruang

Pemotretan udara dilakukan dengan menggunakan kamera khusus

dengan ukuran 23 cm x 23 cm dan mempunyai panjang fokus lensa

yang tetap untuk jarak yang tak tehingga, misalnya lensa 152 cm, 225

cm atau 300 cm. Kamera udara diletakan di badan pesawat udara.

Tinggi terbang merupakan fungsi dari skala foto dan panjang fokus

lensa yang digunakan.

Gambar 4.1 Proses Pemotretan Udara

Film yang digunakan adalah film khusus untuk foto udara dengan

perbedaan pada jenis hitam-putih atau berwarna, panchromatic atau

infra merah, serta false color atau true color.

Agar diperoleh gambar dalam tiga dimensi (stereo) maka harus

diperoleh foto atau citra satelit yang saling overlap (bertampalan) yang

mana suatu obyek dapat terlihat dari dua sudut pandang yang

berbeda. Besarnya pertampalan ke kemuka sebesar 60% sedangkan

pertampalan ke samping sebesar 30%.

Gambar tiga dimensi tersebut selanjutnya digunakan dalam proses

fotogrametri untuk membedakan ketinggian dan menggambarkan

kontur.

Saat ini untuk mendapatkan jalur terbang yang teratur serta

mendapatkan posisi foto udara, maka dilakukan penentuan posisi

pusat proyeksi di pusat lensa kamera udara, yang dilakukan secara

simultan pada saat pemotretan dengan menempatkan GPS di pesawat

udara.

20

Page 22: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 4.2 Pemotretan udara dengan menggunakan teknologi GPS

4.2 Survey Lapangan

Untuk meyatukan sistem koordinat tanah dengan sistem koordinat

foto, maka diperlukan beberapa titik di lapangan yang diketahui

koordinatnya dan dapat diinterpretasi pada foto. Titik-titik tersebut

dinamakan Titik Kontrol Tanah atau Ground Control Point. Survey

lapangan diperlukan untuk mengukur titik-titik tersebut sehingga

diperoleh koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu.

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS

ataupun metode pengukuran tanah biasa dengan menggunakan

theodolit.

Gambar 4.3 Survey Lapangan dengan teknologi GPS

4.3 Pengolahan Data

Proses selanjutnya adalah pengolahan data yang mencakup rektifikasi,

yaitu koreksi geometrik dari tiap foto udara dan menyusun foto-foto

terpisah tersebut dalam suatu mosaic foto.

Mosaic foto yang telah terkoreksi secara geometrik ini orientasi nya

relatif sama dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga dapat

dibuat menjadi peta foto.

Untuk memenuhi kebutuhan berbagai pengguna, maka dari peta foto

ini dibuat peta garis yang merupakan peta dasar, dimana semua detail

pada permukaan bumi digambarkan termasuk garis kontur dan titik

tinggi. Semua detail dan kontur ketinggian digambarkan melalui

pengamatan, interpretasi dan pengukuran dengan alat stereo

fotogrametri, baik secara digital maupun analog.

21

Page 23: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 4.4 Pengolahan data dan kompilasi fotogrametri

4.4 Survey kelengkapan lapangan

Untuk melengkapi detail yang tidak terlihat pada foto udara atau citra,

karena keterbatasan daya interpretasi, maka dilakukan survey

kelengkapan lapangan. Pada survey ini dilakukan identifikasi dan

pengklasifikasian berbagai macam obyek baik alam maupun buatan,

misalnya kelas jalan, batas administrasi, jenis tanaman, penggunaan

lahan serta bangunan-bangunan penting serta detail lainnya yang

tertutup awan.

4.5 Pengumpulan nama-nama geografi

Nama-nama geografi seperti nama-nama pemukiman, nama-nama

desa, kota, sungai gunung, danau, telaga, laut, pulau dan lain

sebagainya harus dicantumkan pada peta dasar tersebut. Data-data ini

diperoleh melalui survey yang biasanya dilakukan bersamaan dengan

survey kelengkapan lapangan. Setelah melalui penelitian nama resmi

yang digunakan oleh pemerintah setempat, maka selanjutnya

disahkan oleh pejabat setempat pada formulir setiap nama geografi.

4.6 Proses pemisahan warna.

Proses ini adalah proses konstruksi kartografi, dimana pada proses ini

dilakukan transfer data-data baik dari lapangan atau interpretasi foto

udara untuk disajikan menjadi peta. Tahapan ini merupakan proses

simbolisasi dari berbagai macam warna unsur rupabumi. Misalnya

warna biru untuk unsur yang berhubungan dengan air, kemudian

warna hijau untuk unsur yang berhubungan dengan vegetasi dan

sebagainya.

4.7 Reproduksi Peta

22

Page 24: Modul Pemetaan Tata Ruang

Setelah melalui proses editing melalui software kartografi misalnya

Freehand 10, maka dibuat proof atau cetak coba yang merupakan peta

dalam jumlah warna yang lengkap, sehingga dapat dilakukan

pengecekan kesalahan-kesalahan baik mengenai isi petanya maupun

penyajian sebelum dilakukan pencetakan.

4.8 Pencetakan

Setelah peta tersebut bebas dari kesalahan maka peta dapat dicetak

pada plotter berdasarkan ukuran lembar peta yang ditentukan.

Gambar 4.5

Pencetakan peta

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang

udara sebagai kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup

dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Tata

ruang adalah wujud struktural pola penataan dan pemanfaatan ruang, baik

direncanakan maupun tidak. Untuk mengelola sumber daya alam yang

terbatas agar dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat memenuhi

kebutuhan seluruh rakyat, maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang

tentang Penataan Ruang dengan tujuan agar terselenggaranya pengaturan

pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pada dasarnya

penataan ruang terdiri dari tiga komponen utama yaitu Perencanaan Tata

Ruang, Pemanfatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

23

Peta untuk Perencanaan Tata Ruang

Page 25: Modul Pemetaan Tata Ruang

Perencanaan tata ruang dapat dilihat sebagai gabungan dari dua kegiatan

utama yaitu alokasi pemanfaatan ruang dan penyusunan struktur tata ruang.

Produk dari perencanaan tata ruang ini adalah berupa rencana tata ruang.

Hasil dari perencanaan tata ruang wilayah dituangkan dalam peta rencana

tata ruang wilayah atau peta RTRW dari wilayah yang bersangkutan. Peta

RTRW dibuat berdasarkan input dari peta-peta tematik wilayah yang berisi

data dan informasi tematik. Informasi tematik ini adalah karakteristik wilayah

bersangkutan, misalnya liputan lahan, bentuk lahan, kemiringan lereng,

potensi hutan, sebaran penduduk dan lain sebagainya. Peta tematik wilayah

diturunkan dari peta wilayah, dimana pada peta wilayah ini memuat unsur-

unsur rupabumi tertentu saja. Dasar dari pembuatan peta wilayah adalah peta

dasar yang menyajikan unsur-unsur alam dan buatan manusia yang berada di

permukaan bumi.

Peta RTRW merupakan bagian tidak terpisahkan dari rencana tata ruang

wilayah. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Provinsi, Kabupaten dan

Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah masing-masing, sehingga memiliki

kekuatan hukum. Untuk menghasilkan peta rencana tata ruang wilayah yang

memiliki tingkat ketelitian yang sesuai dengan skalanya, maka diperlukan

dukungan peta wilayah dan peta tematik wilayah dengan standar tertentu.

Standar ini berkaitan dengan tingkat ketelitian minimal peta-peta yang

digunakan dan kandungan informasinya, khususnya peta dasar sebagai dasar

pembuatan peta wilayah dan peta tematik wilayah.

Pada Peraturan Pemerintah no. 10 Tahun 2000 tercantum tingkat ketelitian

berbagai jenis peta yang dipergunakan untuk penyusunan peta rencana tata

ruang wilayah. Hal tersebut dimaksudkan agar terwujud kesatuan sistem

penyajian data dan informasi penataan ruang wilayah.

Peta dasar untuk keperluan pembuatan peta wilayah memiliki ketentuan

sebagai berikut :

1. Menggunakan sistem referensi menurut ketentuan Datum Geodesi

Nasional 1995 (DGN 95).

2. Sistem proyeksi Transverse Mercator.

3. Sistem grid Universal Transverse Mercator.

4. Sistem penomoran lembar peta secara Nasional.

Tingkat ketelitian peta untuk penataan ruang wilayah berdasarkan PP no. 10

Tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Peta Wilayah Negara Indonesia berpedoman pada tingkat ketelitian peta

minimal berskala 1:1.000.000.

2. Peta wilayah daerah provinsi berpedoman pada tingkat ketelitian peta

minimal berskala 1:250.000.

24

Page 26: Modul Pemetaan Tata Ruang

3. Peta wilayah daerah kabupaten berpedoman pada tingkat ketelitian peta

minimal berskala 1:100.000

4. Peta wilayah daerah kota berpedoman pada tingkat ketelitian peta

minimal berskala 1:50.000.

Peraturan Pemerintah no. 10 Tahun 2000 juga menetapkan standar kartografi

dari peta-peta yang dipakai pada pentaan ruang wilayah. Standar ini

mencakup penggunaan simbol dan pewarnaan serta tampilan peta secara

kartografis. Saat ini banyak peta-peta untuk penataan ruang wilayah tidak

memenuhi format standar dari PP no. 10 tahun 2000 tersebut, baik dalam

aspek ketelitiannya maupun tampilannya secara kartografis. Kerancuan dalam

masalah perpetaan ini mengakibatkan perbedaan dalam sistem penyajian

data dan informasi penataan ruang wilayah, sehingga dapat mengakibatkan

ketidakpaduan dan ketidaksesuaian dalam mengaplikasikan rencana di

lapangan.

25

SIMBOL DAN ATAU NOTASI UNSUR-UNSUR PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH SKALA 1:250.000

LAMPIRAN VIIIPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 10 TAHUN 2000TANGGAL 21 PEBRUARI 2000

Pengertian Penggunaan Simbol dan atauNotasi

Simbol dan atauNotasi

SpesifikasiSistem Warna: Yellow, Magenta, Cyan

dan Black (YMCB).Jenis huruf univers tegak 10 point.

KAWASAN LINDUNG

1 a K a w a sa n ya n g m e m b e rik a np e r lin d u n g a n ka w a s a n b a w a h a n n ya

1 b

K a w a sa n p e le s ta ria n a la m1 d

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n s u a ka a la m .

1 2 3 4 5 6

No Nama Unsur 1.

2.

K a w a sa n ra w a n b e n ca n a a la m

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n y a n g m e m b e rik a np e rlin d u n g a n ka w a sa n b a w a h a n n ya .

7 0 0 0 7 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n ra w a n b e n ca n aa la m .

1

K a w a sa n p e r lin d u n g a n se te m pa t

1 c

K a w a sa n lin d u n g la in n ya

1 e

K a w a s a n y a n g m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p k a w a s a nb a w a h a n n ya ya n g m e n ca ku p h u ta n lin d u n g , b e rg a m b u t, d a n re sa pa na ir.

K a w a sa n su a ka a la m

K a w a sa n ca g a r b u d a y a

1 f

1 g

K a w a s a n y a n g m e m b e r ik a n p e r lin d u n g a n se te m p a t y a n g m e n c a ku ps e m p a d a n p a n ta i , s e m p a d a n s u n g a i , s e k i ta r d a n a u a ta u w a d u k ,s e k i ta r m a ta a ir d a n h i ja u k o ta te rm a s u k d i d a la m n y a h u ta n k o ta .

K a w a s a n d e n g a n c ir i k h a s te r te n tu , b a ik d i d a ra t m a u p u n d i p e ra ira ny a n g m e m p u n y a i fu n g s i p e r lin d u n g a n s is te m p e n y a n g g a k e h id u p a n ,p e n g a w e ta n k e a n e k a r a g a m a n je n is tu m b u h a n d a n s a tw a , s e r tap e m a n f a a t a n s e c a r a l e s t a r i s u m b e r d a y a a l a m h a y a t i d a ne ko s is te m n y a .

K a w a s a n y a n g s e r in g a ta u b e rp o te n s i t in g g i m e n g a la m i b e n c a n aa la m .

K a w a s a n se la in te rs e b u t d i a ta s

0 0 0 0 7 0 0 0S im b o l b is , le b a r 1 m m

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n p e le s ta ria n a la m .

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n c a g a r b u d a ya .

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n p e r lin d u n g a nse te m p a t

M e n u n ju kk a n a re a l ka w a sa n lin d u n g la in n ya .Ll

Cb

Pa

Sa

Ls

Lb

1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

7 0 0 0 7 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

1 0 7 0 4 0 0 0G a r is b is h ita m le b a r 0 ,1 m m ,

w a rn a h u ru f h ita m

K a w a s a n y a n g d i t e ta p k a n d e n g a n f u n g s i u t a m a m e l i n d u n g ik e le s ta r ia n lin g ku n g a n h id u p ya n g m e n c a k u p su m b e r d a ya a la m d a ns u m b e r d a y a b u a ta n .

K a w a s a n d e n g a n c ir i k h a s te rte n tu b a ik d i d a ra t m a u p u n d i p e ra ira ny a n g m e m p u n y a i fu n g s i p o k o k s e b a g a i k a w a s a n p e le s ta r ia n a ta up e r lin d u n g a n k e a n e k a ra g a m a n je n is tu m b u h a n d a n s a tw a b e s e r tae k o s i s t e m n y a , y a n g j u g a b e r f u n g s i s e b a g a i w i l a y a h s i s t e mp e n ya n g g a ke h id u pa n .

K a w a s a n y a n g m e ru p a k a n lo k a s i b a n g u n a n h a s i l b u d a y a m a n u s iay a n g b e rn i la i t in g g i m a u p u n b e n tu k a n g e o lo g i a la m i y a n g k h a s .

2. Kawasan budidaya................

Page 27: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 5.1Contoh Lampiran pada PP No. 10 Tahun 2000

tentang penggunaan simbol dan anotasi peta RTRW

Peta-peta RTRW yang dihasilkan masih belum sesuai dengan PP No.10 Tahun 2000

dalam hal ketelitian peta, informasi tepi, legenda peta, simbol dan pewarnaan.

26

SKALA 1:850.000PROYEKSI TRANSVERSE MERCATORSISTEM GRID UTM, GEODETICDATUM WGS 84ZONE 48

Page 28: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 5.2Contoh Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

Propinsi Jawa Barat

27

FORMAT PETA YANG TIDAK SESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000INFORMASI TEPI, LEGENDA, SIMBOL DAN PEWARNAAN

Page 29: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 5.3Contoh Peta Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bogor

Peta rencana tata ruang suatu wilayah adalah peta wilayah daerah yang

bersangkutan beserta tema tertentu misalnya kawasan, jaringan, sarana dan

prasarana. Proses penyusunan peta untuk penataan ruang membutuhkan

28

FORMAT PETA YANG TIDAK SESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000 SIMBOL DAN PEWARNAAN KURANG LENGKAP

SKALA 1:50.OOOSESUAI DENGAN PP NO.10 TAHUN 2000PROYEKSI PETA, SISTEM GRID, DATUM TIDAK DICANTUMKAN

Penyusunan Peta untuk Penataan Ruang Wilayah

Page 30: Modul Pemetaan Tata Ruang

ketersedian peta dasar sebagai dasar pembuatan peta wilayah. Dalam hal

tidak tersedianya peta dasar, maka peta lain dapat digunakan sebagai dasar

bagi pembuatan peta wilayah setelah peta lain tersebut ditransformasikan ke

sistem referensi dan sistem proyeksi yang ditentukan berdasarkan Peraturan

Pemerintah.

Gambar 6.1Contoh peta dasar

Peta wilayah diturunkan dari peta dasar sedemikian rupa sehingga hanya

memuat unsur-unsur rupabumi yang diperlukan. Selanjutnya peta wilayah ini

digunakan sebagai media penggambaran peta-peta tematik wilayah. Peta

tematik wilayah memuat satu atau beberapa tema tertentu yang sesuai untuk

keperluan penataan ruang. Contoh peta tematik ini misalnya peta liputan

lahan, peta kemiringan lereng, peta daerah aliran sungai, peta kawasan

lindung, dan sebagainya. Peta tematik wilayah ini pada akhirnya menjadi

bahan analisis penyusunan tata ruang. Proses penyusunan peta tematik

wilayah sebagai bahan analisis pembuatan peta RTRW dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

29

Page 31: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 6.2Proses penyusunan peta tematik wilayah

Peta wilayah untuk penataan ruang berdasarkan luas cakupan wilayahnya

terbagi dalam :

1. Peta Wilayah Negara Indonesia skala 1:1.000.000 berisi unsur-unsur :

a. Garis pantai

b. Hidrografi

c. Pemukiman

d. Jaringan transportasi

e. Batas Administrasi

f. Nama-nama geografis

2. Peta Wilayah daerah Propinsi skala 1:250.000 berisi unsur-unsur :

a. Garis pantai

b. Hidrografi

c. Pemukiman

d. Jaringan transportasi

e. Batas Administrasi

f. Nama-nama geografis

g. Titik tinggi

h. Garis kontur

3. Peta Wilayah daerah Kabupaten skala 1:100.000 berisi unsur-unsur :

a. Garis pantai

b. Hidrografi

c. Pemukiman

d. Jaringan transportasi

e. Batas Administrasi

f. Nama-nama geografis

g. Titik tinggi

h. Garis kontur

4. Peta Wilayah daerah Kota skala 1:50.000 berisi unsur-unsur :

a. Garis pantai

b. Hidrografi

30

Page 32: Modul Pemetaan Tata Ruang

c. Pemukiman

d. Jaringan transportasi

e. Batas Administrasi

f. Nama-nama geografis

g. Titik tinggi

h. Garis kontur

Gambar 6.3Contoh Peta Wilayah Kec. Pangandaran Kab. Ciamis skala 1:25.000yang diturunkan dari Peta Rupabumi Kab. Ciamis skala 1:150.000

untuk Penataan untuk Penataan

7.1 Sekilas tentang SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem komputer yang digunakan

untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan,

memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data-data yang berhubungan

dengan posisi-posisi di permukaan bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan

operasi database yang umum seperti query, analisis statistik dengan

visualisasi yang unik dan keuntungan analisis geografik yang ditawarkan oleh

peta. Kemampuan ini membedakan SIG dari sistem informasi yang berguna

31

Penggunaan SIG dalam Penataaan Ruang

Page 33: Modul Pemetaan Tata Ruang

untuk para user dalam menjelaskan peristiwa, memperkirakan hasil dan

perencanaan strategis.

SIG memiliki lima komponen utama yaitu :

1. Sumberdaya manusia, berupa staf komputer, tenaga ahli dari

berbagai disiplin keilmuan, operator SIG, tenaga ahli SIG dan para

pengembang aplikasi.

2. Data, yang bisa dalam bentuk spasial, temporal dan atribut.

3. Mesin, yang menjalankan berbagai penyimpanan data, pencarian

data analisis, pelaporan dan fungsi-fungsi komunikasi.

4. Perangkat lunak (Software).

5. Perangkat keras (Hardware), termasuk workstation dan networks,

disk atau tape storage, plotter dan peralatan komunikasi.

7.1.1 Sumberdaya manusia

Sistem SIG tidak pernah vakum karena pada sistem tersebut terdapat

interaksi antar manusia. Interaksi yang terjadi antara :

Pengguna sistem adalah mereka yang menggunakan SIG untuk

memecahkan masalah-masalah spasial.

Operator sistem bertanggung jawab dalam operasional harian

sistem, lebih sering melakukan tugas-tugas yang memungkinkan

pengguna sistem berfungsi secara efisien. Mereka bertindak sebagai

administrator sistem, administrator database, menjaga trek keamanan

dan integritas database untuk mencegah kemungkinan hilang atau

terkorupsi.

Suplier SIG bertanggung jawab untuk menyediakan software dan

updating software untuk dimasukkan ke sistem. Mereka umumnya

bekerjasama dengan perusahaan pengembang software dalam

menyiapkan sekumpulan paket software dan hardware.

Suplier data adalah semua pihak yang menyediakan data untuk

sistem tersebut. Dalam perencanaan tata ruang, umumnya data-data

tersebut disediakan oleh lembaga-lembaga pemerintah yang

berwenang.

Pengembang aplikasi umumnya adalah programer terlatih yang

menyediakan user interface untuk mengurangi ketergantungan pada

para profesional bidang SIG untuk melakukan-tugas-tugas biasa.

Analis sistem SIG adalah sekelompok orang yang mengkhususkan

diri dalam studi rancangan sistem. Umumnya analisis sistem adalah

bagian dari tim profesional yang bertanggungjawab dalam

menetapkan gol dan tujuan dari sistem SIG di dalam organisasi.

7.1.2 Data

SIG harus mampu menyerap data dalam berbagai format, bukan hanya

format asli dari SIG tertentu. Contoh suatu peta outline mungkin

32

Page 34: Modul Pemetaan Tata Ruang

tersedia dalam bentuk file format AutoCAD DXF. SIG seharusnya bisa

menyerap file DXF tanpa terlalu banyak memodifikasi sistem.

Fungsi SIG yang cukup penting adalah kemampuannya untuk

mengkonversi antara data raster dan vektor. Aplikasi yang cukup

penting saat ini adalah menggabungkan berbagai sumberdata seperti

data GPS dengan foto udara atau citra satelit.

7.1.3 Mesin

Kemampuan SIG secara fungsional dapat dikelompokkan ke dalam

empat katagori yaitu :

Data Capture, yaitu memasukkan data ke dalam sistem, baik

data spasial maupun textual. Proses ini adalah proses yang

panjang meliputi scanning, digitasi, editing, edgematching dan

sebagainya sebelum dimasukkan ke dalam database. SIG harus

mampu mengerjakan semua proses ini.

Penyimpanan data, menyangkut kemampuan sistem untuk

menyimpan data dalam jumlah besar, metode penyimpanan

dan juga perangkat keras untuk penyimpanan.

Manajemen data atau lebih dikenal dengan Database

Management System memungkinkan fungsi-fungsi data entry,

data editing dan mengintegrasikan data dari berbagai bentuk

dan sumber data.

Data retrieval, analisis dan tampilan.

Fungsi utama SIG adalah data retrieval atau pencarian data.

SIG membantu mendapatkan kembali fitur baik dengan atribut

aslinya atau karakteristik spasialnya. Analisis geografi

memerlukan satu hubungan yang erat antara elemen spasial

dengan data atributnya. Hal ini sebelumnya ditangani dan

dikelola secara terpisah masing-masing dalam paket kartografi

otomatis dan database. SIG melengkapi teknologinya untuk

melakukan analisis yang lebih canggih yang memanfaatkan link

antara keduanya.

7.1.4 Perangkat lunak

SIG dipengaruhi oleh jenis sistem operasi yang dipakai, misalnya

Windows NT, Windows 98, Apple MacIntosh dan IBM OS/2.

7.1.5 Perangkat keras

Hardware komputer yang digunakan untuk membantu SIG merupakan

komponen yang tidak tetap dari keseluruhan sistem. Para pengguna

33

Page 35: Modul Pemetaan Tata Ruang

akan meng-customize hardware mereka untuk memenuhi

kebutuhannya. Namun dalam semua kasus, SIG yang harus berfungsi

penuh harus mempunyai hardware yang mendukung input data,

output data, penyimpanan data, pencarian data, tampilan dan analisis.

7.2 SIG untuk Tata Ruang

Salah satu kemampuan SIG adalah melakukan analisis spasial dan analisis

atribut. SIG dapat mengolah dan mengelola data dalam jumlah besar. Salah

satu tools SIG yang paling powerful dan mendasar adalah integrasi data

dengan cara baru, misalnya dengan overlay layer yang berbeda. SIG juga

dapat mengintegrasikan data secara matematis. Tools pada SIG tersebut

membuat kemampuan analisis spasial dan atribut yang dilakukan SIG cukup

baik dan akurat.

Secara umum penyusunan rencana tata ruang dapat dikelompokkan dalam

tiga kegiatan besar, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan

terakhir tahap penyusunan rencana. Kemampuan SIG khususnya fungsi

analisis spasial ini sangat membantu bagi pengambilan keputusan dalam

perencanaan tata ruang.

Analisis yaitu tahapan pekerjaan yang merupakan penilaian terhadap

berbagai keadaan yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip, pendekatan

dan metode serta teknik analisis perencanaan wilayah yang

dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun praktis. Dalam

keseluruhan analisis pada prinsipnya terdapat empat jenis penilaian utama

yaitu :

34

Page 36: Modul Pemetaan Tata Ruang

Analisis keadaan dasar, yaitu menilai kondisi existing

Analisis kecenderungan perkembangan, yaitu menilai kecenderungan

sejak masa lalu sampai sekarang dan kemungkinan-kemungkinan di

masa mendatang, terutama pengaruh timbulnya fungsi baru terhadap

perkembangan wilayah.

Analisis sistem serta kebutuhan ruang, yaitu menilai hubungan

ketergantungan antar subsistem atau antar fungsi dan pengaruhnya

apabila subsistem itu berkembang, serta perhitungan ruang yang

dibutuhkan pada suatu wilayah sebagai akibat perkembangan di masa

depan.

Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan daerah, yaitu menilai

kondisi keuangan daerah, organisasi pelaksana dan pengawasan

pembangunan, personalia baik pada saat sekarang maupun yang

diperlukan pada masa mendatang.

Perumusan alternatif / draft rencana, yaitu merupakan suatu tahap

sebelum mencapai penyusunan rencana final dimaksudkan untuk

menghasilkan suatu draft rencana sebagai bahan pembahasan.

Rencana final merupakan tahap akhir dari pekerjaan teknik

penyusunan rencana.

Sebagai bahan analisis spasial dibutuhkan ketersediaan peta dasar sebagai

dasar pembuatan peta wilayah. Dalam hal tidak tersedia peta dasar, maka

peta lain dapat digunakan sebagai dasar bagi pembuatan peta wilayah,

setelah peta lain itu ditransformasikan ke sistem referensi dan sistem

proyeksi yang ditentukan berdasarkan PP. Selanjutnya peta wilayah

digunakan sebagai media penggambaran peta-peta tematik wilayah. Peta

tematik wilayah ini kemudian menjadi bahan analisis penyusunan rencana

tata ruang wilayah. Pada skema dibawah ini terlihat fungsi SIG sebagai alat

bantu dalam analisis spasial, dalam proses penataan tata ruang.

35

Peta Peta WilayahWilayah

1:1.000.000 1:250.000 1:50.0001:25.0001:10.000

1:10.000

1:25.000

1:50.000

1:250.000

Peta Peta RupabumiRupabumi

1:1.000.000

OthersForest

Geology

Soil

Land Use

Peta TematikPeta TematikSumberdaya WilayahSumberdaya Wilayah

1:10.0001:25.000

1:50.000

1:250.000

1:1.000.000

Peta RTRWPeta RTRW

DATA & INFORMASI :DATA & INFORMASI :- Sumberdaya alam- Sumberdaya alam- Geografi dan Kependudukan- Geografi dan Kependudukan- Sosial Budaya- Sosial Budaya- Pertahanan dan Keamanan- Pertahanan dan Keamanan

DATA & INFORMASI :DATA & INFORMASI :- Sumberdaya alam- Sumberdaya alam- Geografi dan Kependudukan- Geografi dan Kependudukan- Sosial Budaya- Sosial Budaya- Pertahanan dan Keamanan- Pertahanan dan Keamanan

ANALISIS SPASIAL ANALISIS SPASIAL BERBASIS TEKNOLOGI BERBASIS TEKNOLOGI

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)GEOGRAFIS (SIG)

ANALISIS SPASIAL ANALISIS SPASIAL BERBASIS TEKNOLOGI BERBASIS TEKNOLOGI

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)GEOGRAFIS (SIG)

Page 37: Modul Pemetaan Tata Ruang

Gambar 7.1Skema SIG sebagai alat analisis dalam proses penataan ruang

Tahap analisis dilakukan setiap penyusunan rencana tata ruang yang baru.

Untuk RTRW Kabupaten, penyusunan rencana dilakukan setiap 10 tahun

sekali, Sedangkan untuk Rencana Umum Tata Ruang dan Rencana Detil Tata

Ruang dilakukan setiap 5 tahun sekali. Dalam pengendalian rencana tata

ruang terdapat kegiatan pemantauan dan pembuatan laporan yang dilakukan

secara reguler, serta kegiatan evaluasi yang dilakukan ketika penyusunan

rencana tata ruang yang baru. Evaluasi dilakukan jika terjadi perubahan

terhadap rencana tata ruang. Pengendalian rencana tata ruang dilakukan

melalui analisis peta rencana tata ruang dan peta kondisi existing. Apabila

perubahan yang terjadi masih dalam skala kecil atau bukan merupakan

perubahan yang mendasar, maka perubahan tersebut masih bisa diterima.

Akan tetapi bila terjadi perubahan yang mendasar, maka diadakan peninjauan

kembali terhadap rencana tata ruang.

Kendala dalam pengendalian rencana tata ruang adalah sulitnya kegiatan

tersebut, dimana untuk melakukan pemantauan dan pelaporan secara terus

menerus diperlukan ketersedian data dan informasi untuk mengindikasikan

perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini berarti adanya kegiatan

mengumpulkan dan memperbaharui (up-dating) data secara terus menerus.

Hal ini juga berarti pengolahan data spasial dalam jumlah besar, berupa peta-

peta dan data atributnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem pengelolaan data

dan informasi yang teratur dan terpadu yaitu Sistem Informasi Geografis.

36

Page 38: Modul Pemetaan Tata Ruang

----

Contact Person :

Dra. Titiek Suparwati / Ryan Pribadi, [email protected] dan [email protected]

Bidang Pemetaan Dasar Tata RuangTelp (021) 87906060

DR. Poentodewo, S.S.OPusat Pemetaan Dasar Rupabumi dan Tata RuangBadan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional

Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 46,Telp & Fax (021) 87901254 Cibinong

37

Page 39: Modul Pemetaan Tata Ruang

38