modul pemeriksaan fisik iv

77
Job Sheet MODUL PRAKTIKUM Akademi Keperawatan Harum Jakarta Akademi Keperawatan Harum Jakarta 220 Job Sheet: 04 KONSEP NYERI PENGANTAR Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat harus peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien. Untuk itu diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan mengatasi rasa nyeri. Modul ini akan memberikan pemahaman pada peserta didik tentang konsep nyeri dan mengaplikasikan asuhan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada klien saat peserta didik melaksanakan praktik klinik keperawatan.

Upload: dimas-gondronk

Post on 31-Oct-2015

184 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

J ob S hee t : 0 4

KONSEP NYERI

PENGANTAR

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman

dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan

keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa

nyaman. Kondisi yang menyebabkan ketidaknyamanan klien adalah

nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat

individual. Klien merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara

berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif,

maka perawat harus peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien.

Untuk itu diperlukan kemampuan perawat dalam mengidentifikasi dan

mengatasi rasa nyeri.

Modul ini akan memberikan pemahaman pada peserta didik tentang

konsep nyeri dan mengaplikasikan asuhan keperawatan yang dapat

dilakukan untuk mengatasi nyeri pada klien saat peserta didik

melaksanakan praktik klinik keperawatan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TUJUAN

Dalam mempelajari modul ini peserta didik dapat membaca terlebih

dahulu tentang konsep nyeri dan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman : nyeri,

selanjutnya melaksanakan praktek satu per satu pada laboratorium

simulasi.

Setelah mempelajari modul ini peserta didik dapat memahami tentang

konsep nyeri meliputi pengertian, type nyeri, karakteristik nyeri, faktor-

faktor yang mempengaruhi nyeri, fisiologi nyeri serta asuhan

keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan pada klien

dengan gangguan kebutuhan rasa nyaman: nyeri

BAHAN BACAAN

Suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dimana eksistensinya di

ketahui jika seseorang pernah mengalaminya ( MC.Coffery,1970).

Suatu perasaan yang sangat tidak menyenangkan mengenai tubuh dan

mengakibatkan penderitaan yang di sebabkan oleh persepsi fisik

nyata,ancaman atau luka yang tidak tampak (enger,1970).

TU

DEFINISI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Oleh IASP (international Association for the Study of Pain), nyeri di

definisikan sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience

associated with actual or potential tissue damage or described in term

of such damage”.

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah

sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial,

atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Dari defenisi ini dapat di tarik dua kesimpulan. Yang pertama bahwa

persepsi nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan dan

pengalaman emosional menyusul adanya kerusakan jaringan yang

nyata. Jadi nyeri terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang nyata

(pain with nociception). Yang kedua, perasaan yang sama juga dapat

timbul tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata. Jadi nyeri dapat

terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain without

nociception).

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang

nyata, keadaan mana disebut sebagai nyeri akut misalnya nyeri pasca

bedah. Namun terdapat juga suatu keadaan dimana timbul keluhan

nyeri tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata atau nyeri timbul

setelah proses penyembuhan usai, keadaan mana disebut sebagai

nyeri kronik misalnya nyeri post-herpetic, nyeri phantom atau nyeri

trigeminal. Perjalanan Nyeri (Nociceptive Pathway).

1. Nyeri berdasarkan tempatnya

a. Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh

misalnya pada kulit dan mukosa.

b. Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang

lebih dalam atau pada organ-organ tubuh viseral.

c. Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit

organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh

di daerah yang berbeda, bukan daerah asalnya.

d. Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada

sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-

lain.

KLASIFIKASI NYERI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

2. Nyeri berdasarkan sifatnya

a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu

menghilang

b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan

dalam waktu yang lama

c. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi

dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap lebih ± 10 – 15

menit lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

3. Nyeri berdasarkan berat ringannya

a. Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah

b. Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi

c. Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi

4. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

a. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat

dan berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri

diketahui dengan jelas.

b. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan, pola

beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1. Reception /resepsi

Komponen neurofisiologis dan pengalaman nyeri menyebabkan

stimulus nyeri sehingga transmit impuls menghantarkan rangsang ke

syaraf aferen perifer kemudiann tulang belakang dan sampai di

sistim syaraf pusat reseptor khusus nyeri : kulit, otot, tulang dan

membran mukosa

a. Serabut C

Tanpa selubung myelin ,sangat kecil menghantarkan impuls

dengan lambat dan difus

b. Serabut A

Mempunyai myelin,lebih besar menghantarkan impuls cepat dan

systemik. Respon protektif 6system terjada ketika serabut A

menghantarkan impuls sensori ke spinal cord bersinap dengan

syaraf motorik kemudian ke busur yang dekta stimulus nyeri,

kontraksi otot yang akan terjadi akan menghindari sumber nyeri .

Faktor yang menggannggu resepsi nyeri adalah trauma, obat–

obatan, tumor dan penyakit sistem umum.

2. Perception / persepsi

Interpretasi dari nyeri di mulai ketika klien pertama kali merasakan

nyeri. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri :

KOMPONEN PENGALAMAN

NYERI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

a. Fisiologis

Impuls yang menghantarkan rangsang ke jalur spinotalamik dan

mengaktivasi sistem7umum retikuler (batang otak) serta sstem-

sstem lalu ke impuls kortek serebri interaksi retikuler. Sistem-

sistem dan pusat kortikol memberikan informasi sistem7umum

tentang lokasi, berat, dan karakter merupakan stimulus nyeri

teori gate sistem.

Fiber syaraf perifer yang membawa impuls nyeri ke sumsum

tulang belakang dapat dilakukan modifikasi terhadap impuls

sebelum ke otak. Sinaps pada dorsal sumsum kelabu

meyebabkan gatenya dapat membuka atau menutup yang

ditentukan oleh substansia gelatinosa.

b. Psikologis

Persepsi nyeri seseorang dipengaruhi oleh pengalaman, nilai–

nilai kultur, emosi dan stimulus nyeri.

c. Respon fisiologis

Nyeri keras, berat atau dalam dari organ visceral. Di sini syaraf

parasimpatik bekerja untuk nyeri rendah.

d. Respon tingkah laku

Bervariasi tergantung tingkah laku, motivasi nilai dan

penerimaan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1. Mekanik

a. Trauma jaringan (operasi)

b. Perubahan jaringan (oedema)

c. Penyempitan saluran tbh

d. Tumor

2. Spasme

Dasar fisiologis. Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor

nyeri inflamasi. Penekanan pada reseptor nyeri.

3. Termal (Panas atau Dingin)

Dasar fisiologis. Kerusakan jaringan perangsang pada reseptor nyeri.

4. Kimia

a. Iskemia jaringan karena sumbatan arteri koroner

b. Spasme otot

Dasar fisiologis

a. Perangsangan pada reseptor nyeri karena akumulasi asam laktat

atau zat kimia.

b. Sekunder terhadap stimulus mekanik yang menyebabkan iskemi

jaringan. Stiumulus merangsang reseptor nyeri merupakan

nocireseptor menyebabkan jaringan yang rusak untuk melepas

bradikinin, zat asam dan ion sistem umum.

PENYEBAB NYERI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1) Bahaya atau merusak

2) Komplikasi seperti infeksi

3) Penyakit yang berulang

4) Penyakit baru

5) Penyakit yang fatal

6) Peningkatan ketidakmampuan

7) Kehilangan mobilitas

8) Menjadi tua

9) Sembuh

10) Perlu untuk penyembuhan

11) Hukuman untuk berdosa

12) Tantangan

13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain

14) Sesuatu yang harus ditoleransi

15) Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki

ARTI NYERI BAGI INDIVIDU

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat

pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial

budaya

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri

adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap

stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut

juga nocireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada

yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nocireseptor dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam

(deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang

berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang

berbeda.

Nocireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang

berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan

didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua

komponen yaitu :

FISIOLOGI NYERI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

a. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det)

yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan.

b. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)

yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dilokalisasi.

Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang

terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan

penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang

timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini

meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan

sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak

sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap

penekanan, iskemia dan inflamasi.

Nyeri timbul disebabkan suatu stimulus dapat berupa zat kimia, listrik,

panas, dan mekanik maupun mikroorganisme. Informasi dari reseptor

nyeri mencapai sistem syaraf sentral melalui serabut syaraf asenden.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Bila informasi telah sampai di thalamus menimbulkan sensasi untuk

lokasi. Bila informasi sampai ke korteks serebri terlibat dengan

sensasi nyeri menginterpretasikan arti nyeri dan mencari cara untuk

menghindari sensasi lebih lanjut melalui Gate control.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana

nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini

dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri

dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling

relevan (Tamsuri, 2007).

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa

impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di

sepanjang sistem saraf pusat.

Teori Pengontrolan nyeri (Gate control theory)

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan

tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori

menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol

desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C

melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentranmisi

impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat

mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang

melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang

dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme

pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat

seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan

yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan

yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan

membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi

nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat

kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf

desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin,

suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator

ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan

substansi P. tehnik distraksi, konseling dan pemberian plasebo

merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter, 2005).

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1) Stimulasi Simpatik : (nyeri ringan, moderat, dan superficial)

a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

b) Peningkatan heart rate

c) Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP

d) Peningkatan nilai gula darah

e) Diaphoresis

f) Peningkatan kekuatan otot

g) Dilatasi pupil

h) Penurunan motilitas gastrointestinal

2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan heart rate dan BP

Respon fisiologis terhadap nyeri

Respon fisiologis terhadap nyeri

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

d) Nafas cepat dan irreguler

e) Nausea dan vomitus

f) Kelelahan dan keletihan

1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas,

Mendengkur).

2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir).

3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan

gerakan jari & tangan.

4. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,

Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus

pada aktivitas menghilangkan nyeri).

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat

bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama

beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan

keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau

menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien

dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir

dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

Respon tingkah laku terhadap nyeri

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:

1) Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena

fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini

memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk

menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat

penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.

2) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat

subyektif, maka tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-

beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu

orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi

tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus

kecil, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah

akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil. Klien dengan

tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa

bantuan, sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah

sudah mencari upaya mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.

Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan

bagaimana orang yang berbeda merasakan tingkat nyeri dari

stimulus yang sama.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Kadar endorfin berbeda tiap individu, individu dengan endorfin tinggi

sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit endorfin

merasakan nyeri lebih besar.

Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai

dari ekspresi wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang

ditunjukan klien itulah yang digunakan perawat untuk mengenali

pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan

pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan

nyerinya, karena belum tentu orang yang tidak mengekspresikan

nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu tentunya

membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien

mengkomunikasikan nyeri secara efektif.

3) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)

Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini

klien masih membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat

krisis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca

nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka respon

akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat.

Perawat berperan dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk

meminimalkan rasa takut akan kemungkinan nyeri berulang.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1. Proses Transduksi (Transduction)

Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) di

rubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung

saraf (nerve ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan),

suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).

2. Proses Transmisi (Transmison)

Dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui saraf sensoris

menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut

saraf A delta dan serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke

medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi

sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus sphinotalamikus

sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan

ke daerah somato sensoris di korteks serebri melalui neuron ketiga,

dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai

persepsi nyeri.

3. Proses Modulasi (Modulation)

Adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik

endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan imput nyeri yang

masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses

acendern yang di kontrol oleh otak.

PROSES TERJADINYA NYERI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin,

serotonin, dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan

impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Kornu posterior

ini dapat diiabaratkan sebagai pintu yang dapat tertetutup atau

terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesik

endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang

menyebabkan persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang per

orang.

4. Persepsi (perception)

Adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik

yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang

pada gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang

dikenal sebagai persepsi nyeri.

Respons Stress (Stress Responds)

Respons tubuh terhadap suatu pembedahan atau nyeri akan

menghasilkan reaksi endokrin dan immonologik, yang secara umum

disebut sebagai respons stress. Respons stress ini sangat merugikan

penderita karena selain akan menurunkan cadangan dan daya tahan

tubuh, meningkatkan kebutuhan oksigen otot jantung, mengganggu

fungsi respirasi dengan segala konsekuensinya, juga akan

mengundang resiko terjadinya tromboemboli yang pada gilirannya

meningkatkan morbiditas dan mortalitas.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Meskipun berbagai tehnik pengelolaan nyeri telah banyak

dikembangkan, namun mengontrol nyeri pascabedah, tidak selalu

menjadi jaminan untuk tidak terjadinya respons stress yang turut

berperan dalam prognosis penderita pasca bedah.

Hipersensitifitas dan plastisitas Susunan Saraf

Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa menyusul suatu trauma

atau operasi maka input nyeri dari perifer ke sentral akan mengubah

ambang reseptor nyeri baik di perifer maupun di sentral (kornu

posterior medulla spinalis). Kedua reseptor nyeri tersebut di atas akan

menurunkan ambang nyerinya, sesaat setelah terjadi input nyeri.

Perubahan ini akan menghasilkan suatu keadaan yang disebut sebagai

hipersensitifitas baik perifer maupun sentral. Perubahan ini dalam

klinik dapat dilihat, dimana daerah perlukaan dan sekitarnya akan

berubah menjadi hiperalgesia. Daerah tepat pada perlukaan akan

berubah menjadi allodini, artinya dengan stimulasi lemah, yang normal

tidak menimbulkan rasa nyeri, kini dapat menimbulkan rasa nyeri,

daerah ini disebut juga sebagai hiperalgesia primer. Di lain pihak

daerah di sekitar perlukaan yang masih nampak normal juga berubah

menjadi hiperalgesia, artinya dengan suatu stimuli yang kuat, untuk

cukup menimbulkan rasa nyeri, kini dirasakan sebagai nyeri yang lebih

hebat dan berlangsung lebih lama, daerah ini juga disebut sebagai

hiperalgesia sekunder.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Kedua perubahan tersebut di atas, baik hiperalgesia primer maupun

hiperalgesia sekunder merupakan konsekuensi terjadinya

hipersensitifitas perifer dan sentral menyusul suatu input nyeri akibat

suatu trauma atau operasi. Ini berarti bahwa susunan saraf kita, baik

susunan saraf perifer maupun susunan saraf sentral dapat berubah

sifatnya menyusul suatu input nyeri yang kontinyu. Dengan kata lain,

susunan saraf kita dapat disamakan sebagai suatu kabel yang kaku

(rigid wire), tapi mampu berubah sesuai dengan fungsinya sebagai alat

proteksi.

Kemampuan sususnan saraf kita yang dapat berubah mirip dengan

plastik disebut sebagia plastisitas susunan saraf (plasticity of the

nervous system). Analgesia Preemptif (Preemptive analgesia) Sekali

susunan saraf mengalami plastisitas, berarti akan menjadi hipersensitif

terhadap suatu stimuli dan penderita akan mengeluh dengan nyeri yang

lebih hebat sehingga dibutuhkan dosis obat analgesik yang tinggi untuk

mengontrolnya. Atas dasar itulah maka untuk mengurangi keluhan nyeri

pasca bedah, dilakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya

plastisitas susunan saraf. Salah satu cara untuk mengurangi plastisitas

tersebut pada suatu pembedahan elektif adalah dengan menggunakan

blok saraf (epidural/spinal), sebab dengan demikian input nyeri dari

perifer akan terblok untuk masuk ke kornu posterior medulla spinal.

Di lain pihak jika trauma terjadi sebelum operasi, maka pemberian

opioid secara sistemik dapat mengembalikan perubahan plastisitas

susunan saraf kembali menjadi normal.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Upaya-upaya mencegah terjadinya plastisitas ini disebut sebagai

analgesia preemptif (preemptive analgesia), artinya mengobati nyeri

sebelum terjadi (to treat pain before it occurs). Dengan cara demikian

keluhan nyeri pascabedah akan sangat menurun dibandingkan dengan

keluhan nyeri pascabedah penderita yang dioperasi dengan fasilitas

anastesi umum. Hal ini telah banyak dibuktikan melalui penelitian-

penelitian klinik.

Analgesia Balans (Balanced Analgesia) Sebagaimana telah diterangkan

sebelumnya bahwa konsep analgesia balans adalah upaya

mengintervensi nyeri pada proses perjalanannya yakni pada proses

transduksi, transmisi dan proses modulasi. Jadi merupakan intervensi

nyeri yang bersifat terpadu dan berkelanjutan, yang diilhami oleh

konsep plastisitas dan analgesia preemptif seperti disebutkan di

atas.Pengalaman menunjukkan bahwa dengan menggunakan

analgesia, pada awalnya akan diperoleh hasil yang cukup baik, tapi

cara ini mempunyai keterbatasan waktu.

Tidak mungkin analgesia dapat dipertahankan beberapa hari sampai

proses penyembuhan usai. Selain iti epidural kontinu dengan

menggunakan anastesi lokal, juga memiliki keterbatasan seperti

disebutkan sebelumnya.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa analgesia preemptif,

walaupun hasilnya sangat baik terutama dalam mencegah terjadinya

plastisitas pada kornu posterior, namun memiliki keterbatasan, yakni

sulitnya dipertahankan selama proses penyembuhan pascabedah.

Disinilah keunggulan dari analgesia balans dimana intervensi nyeri

dilakukan secara multimodal dan berkelanjutan.

Multimodal, dimaksudkan bahwa intervensi dilakukan pada ketiga

proses perjalanan nyeri yakni pada proses transduksi dengan

menggunakan NSAID, pada proses transmisi dengan anastetik lokal,

dan pada proses modulasi dengan opioid.

Dengan cara ini terjadi penekanan pada proses transduksi dan

peningkatan proses modulasi, guna mencegah terjadinya proses

hipersensitivitas baik di perifer maupun di central. Dengan kata lain,

analgesia balans dapat menghasilkan selain pain free juga stress

responses free. Dengan regimen analgesia balans ini akan

menghasilkan suatu analgesia pascabedah yang secara rasional akan

menghasilkan analgesia yang optimal bukan saja waktu istirahat, tapi

juga dalam keadaan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,

karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus

dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau

meninggal jika nyeri diperiksakan.

2) Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda

secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi

faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita

boleh mengeluh nyeri).

3) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut

kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena

mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada

nyeri.

Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

4) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap

nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan

upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi

nyeri.

6) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

7) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,

dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah

mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri

tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

8) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan

seseorang mengatasi nyeri.

9) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan

perlindungan.

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang

yang berbeda.

Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan

gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Intensitas Nyeri

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1)skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi

nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan

nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-

istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi

jenis ini juga sulit untuk dipastikan.

Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,

VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri

yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan

meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.

Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling

menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan

sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai

nyeri dengan menggunakan skala 0-10.

Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk

menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi.

VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini

memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan

nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih

sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian

dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan

dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya.

Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi

nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam

upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi

perubahan kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi

atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri

mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

A. PENGKAJIAN CIRI – CIRI NYERI DAN FAKTOR –FAKTOR

PENCETUS

1. Lokasi merupakan tempat dimana nyeri dirasakan, digunakan

istilah proksimal, distal, medial dan lateral

2. Intensitas adalah ringan, sedang, berat atau sangat nyeri

3. Waktu dan durasi yaitu sejak kapan nyeri dirasakan, berapa lama

terasa, apakah nyeri berulang, selang waktu berapa lama.

4. Kualitas yaitu sesuai dengan apa yang di utarakan klien.

Misalnya seperti dipukul–pukul atau diris-iris.

5. Perilaku non verbal adalah ekspresi wajah meringis kesakitan,

gigi mencengkram, memejamkan mata rapat-rapat, menggigit

bibir bawah.

6. Faktor pencetus nyeri adalah nyeri terasa setelah aktifitas pada

saat udara dingin

7. Riwayat nyeri meliputi lokasi, intensitas, durasi, kualitas, waktu

dan faktor pencetus.

8. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri :

a. Lingkungan yang berlebihan diantaranya kebisingan, cahaya

yang sangat terang,kesendirian

b. Usia : toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan

pertambahn usia, misalnya semakin bertambah usia

seseorang maka semakin bertambah pula pemahaman

terhadap nyeri dan usaha mengatasinya

ASUHAN KEPERAWATAN

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

c. Kelelahan : meningkatkan nyeri

d. Riwayat sebelumnya dan mekanisme pemecahan masalah

e. Support sistem : membantu dalam menghadapi nyeri.

B. MASALAH YANG SERING DITEMUI PADA PASIEN NYERI

1. Pusing atau sakit kepala : psikogenik (tekanan dan neurotik),

vaskuler (migrain, kluster, hipertensi) miselanous (sinusitis,

gangguan sendi dan kranial)

2. Low back pain : wanita hamil, penyakit persendian degeneratif,

pada tulang punggung, penyerta suatu pembedahan tulang

punggung

3. Nyeri pada kanker : memerlukan tindakan tertentu, infus, narkotik,

analgetik

4. Nyeri dada : disebabkan gangguan jantung atau bukan

5. Nyeri kaki : gangguan vaskuler

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN

NYERI

1. Perubahan kenyamanan/gangguan rasa nyeri berhubungan

dengan :

a. Kontraksi uterus, trauma pada perinium selama persalinan,

involusi uterus, dan pembengkakan payudara pada masa nifas

b. Trauma jaringan dan spasme otot :gangguan muskuloskeletal,

viseral, vaskuler dan kanker

c. Inflamasi : sendi, otot, syaraf.

d. Keletihan, malaise : penyakit menular, hepatitis, pankreatitis

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

e. Kram abdomen, diare, muntah : gastroenteritis, ulkus gastrikum

f. Inflamasi dan spasme otot : batu ginjal, infeksi gastrointestinal.

g. Trauma jaringan : pembedahan, kecelakaan, luka bakar.

2. Peningkatan persepsi nyeri berhubungan dengan :

a. Kegelisahan

b. Kelelahan/aktifitas berlebihan

c. Stress situasional

d. Pengalaman sebelumnya

e. Gangguan dari lingkungan

f. Depresi

g. Imobilisasi /posisi tdk tepat

3. Sakit kepala berhubungan dengan :

a. Depresi

b. Kegelisahan

c. Tekanan

d. Tumor otak

4. Gangguan mobilitas berhubungan dengan nyeri pada persendian

5. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan low back pain

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Tujuan umum :

Mempertahankan kenyamanan klien.

Tindakam khusus untuk menghilangkan nyeri

Menghilangkan perhatian klien pada hal–hal lain sehingga klien lupa

terhadap nyeri yang dialami. Teori gate control pada spinal cord

sel–sel reseptor yang menerima stimulus dari serabut–serabut saraf

yang lain karena pesan–pesan nyeri menjadi lebih lambat maka

pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan

klien merasa nyeri berkurang.

Beberapa tehnik distraksi :

a. Bernafas pelan–pelan, massage sambil bernafas pelan.

b. Mendengar lagu sambil menepuk–nepuk jari atau kaki

c. Melakukan kegiatan yang menyenangkan atau membayangkan

hal–hal indah sambil menutup mata.

INTERVENSI

Distraksi

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Hal utama yang perlu diperhatikan dalam relaksasi :

a. Posisi yang tepat : diatur senyaman, semua bagian tubuh

disokong, persendian fleksi dan otot–otot tidak tertarik.

b. Istirahatkan fikiran : untuk menenangkan

c. Pikiran klien dianjurkan pelan–pelan memandang sekeliling

ruangan dan sedikit tersenyum

d. Lingkungan yang tenang

e. Tarik nafas & menghembuskan pelan–pelan dan membiarkan

hanya kaki dan telapak kaki yang rileks, perawat minta klien

untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kaki sampai terasa

ringan dan hangat klien menarik nafas dalam dan mengisi paru–

paru dengan udara.

f. Perlahan–lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh

menjadi rileks merasakan nyaman.

g. Klien bernafas beberepa kali dengan irama normal

h. Klien menarik nafas dalam lagi

i. Klien mengulang langkah nomor sebelumnya dan

mengkonsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan

otot – otot lain

j. Setelah klien rileks, klien dianjurkan bernafas secara pelan–

pelan, bila nyeri menjadi hebat, klien bernafas secara dangkal

dan cepat.

Relaksasi

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan

memberikan beberapa keuntungan, antara lain :

1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan

dengan nyeri atau stress

2. Menurunkan nyeri otot

3. Menolong individu untuk melupakan nyeri

4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur

5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul

akibat nyeri

a. Kompres dingin : memperlambat impuls motorik menuju otot–otot

pada area yang nyeri menurunkan suhu tubuh

b. Kompres hangat : membebaskan nyeri, spasme otot,peradangan

atau kongesti, memberikan rasa hangat

c. Counteriritan, seperti plester hangat

d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang

berlawanan dengan area yang nyeri.

Kompres

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Massage punggung dapat meningkatkan relaksasi, meningkatkan

sirkulasi pada area yang di massage, mengkaji kondisi kulit,

mengurangi nyeri dan memberi rasa hangat. Stimulasi kontra lateral

: stimulasi kulit pada area yang berlawanan.

Analgetika mengurangi nyeri dengan menekan sistem syaraf pusat

pada thalamus dan korteks cerebri. Efektif diberikan sebelum klien

nyeri, diberikan dalam interval waktu teratur (4 jam) jenis analgetika

: narkotik (morphin, kodein) menghilangkan nyeri dengan merubah

aspek emosi terhadap pengalaman nyeri dan non narkotika (derifat

asam salisilat) membebaskan nyeri dengan aksi utamanya pada

saraf perifer blok saraf (nerve blok) injeksi anastesi lokal, misalnya

lidokain, procain. Stimulasi elektrik berfungsi untuk mengatasi nyeri

hebat, dipasang diatas area yang sakit dan serabut syaraf perifer.

Massage

punggung

Analgetika

Akupuntur

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Hipnotis digunakan untuk nyeri psikogenik mencapai kondisi

anasthesi dan meningkatkan keefektifan nyeri.

Pembedahan adalah memotong serabut yang menghantarkan nyeri.

Plasebo merupakan pengobatan atau tindakan keperawatan yang

lebih memberikan efek sugesti dari pada kandungan fisik atau

kimianya. Suatu obat yg tidak berisi analgetik tapi berisi gula, air atau

saline placebo, tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk

memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.

Penanganan nyeri pada kanker menggunakan obat–obatan

methadone, infus morphin (pada klien terminal tahap akhir).

Hipnotis

Pembedahan

Plasebo

Penanganan nyeri pada kanker

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

1. Tidak merasakan nyeri /nyeri berkurang

2. Dapat melakukan latihan bernafas atau relaksasi tanpa mengeluh

nyeri sesuai jadwal

3. Dapat melakukan aktifitas tanpa mengeluh nyeri

4. Otot–otot dalam keadaan rileks

EVALUASI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

“DISTRAKSI”

PENGERTIAN

Suatu metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan

perhatian klien pada hal-hal lain , sehingga klien akan lupa terhadap

nyeri yang dialami.

MACAM-MACAM TEHNIK DISTRAKSI

1. Bernafas pelan-pelan

2. Masase sambil menarik nafas pelan

3. Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepukan jari/kaki

4. Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata

5. Menonton TV (acara kegemaran)

BIMBINGAN IMAJINASI (GUIDED IMAGERY)

1. Bina Hubungan saling percaya

2. Jelaskan prosedur : tujuan, posisi, waktu, dan peran perawat sebagai

pembimbing.

3. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien

4. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.

5. Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

6. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak nyaman,

perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien

siap.

Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau

pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengan

suara yang lembut.

Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu

perawat tidak perlu bicara lagi.

Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak

nyaman, perawat harus menghentikan latihan dan memulainya lagi

ketika klien telah siap.

Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit, klien

harus memperhatikan tubuhnya, lalu catat daerah yang tegang dan

daerah ini akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien rileks

setelah menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut

sebagai background yang membantu.

Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan

informasi spesifik yang diberikan klien dan tidak membuat

perubahan pernyataan klien.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

“RELAKSASI”

PENGERTIAN

Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang

mengalami nyeri kronis.

Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh,

kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri.

TIGA HAL YANG UTAMA YANG DIBUTUHKAN DALAM TEHNIK

RELAKSASI

1. Posisi klien yang tepat

2. Pikiran beristirahat

3. Lingkungan yang tenang

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Atur posisi klien agar rileks, tanpa beban fisik . Posisi dapat duduk atau

berbaring terlentang.

2. Instruksikan klien untuk menghirup nafas dalam sehingga rongga paru

berisi udara bersih.

3. Instruksikan klien untuk secara perlahan menghembuskan udara dan

membiarkannya keluar dari setiap bagian anggota tubuh. Bersamaan

dengan hal ini, minta klien memusatkan perhatian ”betapa nikmat

rasanya ”

4. Instruksikan klien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat

(sekitar 1 – 2 menit).

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

5. Instruksikan klien untuk bernafas dalam,kemudian menghembuskan

perlahan-lahan, dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,

kaki, menuju keparu, kemudian udara dibuang keluar.

Minta klien memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara yang

dikeluarkan, dan merasakan kehangatannya.

6. Instruksikan klien untuk mengulangi prosedur no.5 dengan memusatkan

perhatian pada kaki dan tangan, punggung, perut, bagian tubuh yang

lain.

7. Setelah klien merasa rilesk, minta klien secara perlahan menambah

irama pernafasan. Gunakan pernafasan dada atau abdomen. Jika

frekuensi nyeri bertambah, gunakan pernafasan dangkal dengan

frekuensi yang lebih cepat.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

”RELAKSASI PROGESIF”

PENGERTIAN

Tehnik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi,

ketekunan, atau sugesti (Martha Davis).

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Bina Hubungan saling percaya

2. Jelaskan Prosedur:

Tujuan

Posisi berbaring atau duduk dikursi dengan kepala ditopang.

Waktu 2 x 15 menit per jam

Empat kelompok utama yang digunakan dalam tehnik relaksasi,

antara lain :

a. tangan, lengan bawah, dan otot bisep

b. Kepala, muka, tenggorokan, dan bahu termasuk pemusatan

perhatian pada pipi, hidung, mata, rahang, bibir, lidah dan leher.

Sedapat mungkin perhatian diarahkan pada kepala karena

secara emosional, otot yang paling penting dalam tubuh ada

disekitar area ini;

c. Dada, lambung, dan punggung bagian bawah

d. Paha, pantat, betis dan kaki.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

3. Anjurkan klien untuk mencari posisi yang nyaman dan ciptakan

lingkungan yang nyaman.

4. Bimbingan klien untuk melakukan tehnik relaksasi (prosedur diulang

paling tidak satu kali). Jika area tetap tegang dapat diulang lima kali

dengan melihat respon klien :

Kepalkan kedua telapak tangan, lalu kencangkan bisep dan lengan

bawah selama 5 – 7 detik. Bimbingan klien kearah otot yang tegang,

anjurkan klien untuk merasakannya, dan tegangkan otot

sepenuhnya kemudian relaks selama 12 – 30 detik.

Kerutkan dahi atas pada saat yang sama, tekan kepala sejauh

mungkin kebelakang, putar searah jarum jam dan kebalikannya,

kemudian anjurkan klien untuk mengerutkan otot muka, sep kenari :

cemberut, mata dikedip-kedipkan, bibir dimonyongkan kedepan ,

lidah ditekan kelangit-langit, dan bahu dibungkukkan selama 5 – 7

detik. Bimbingan klien kearah otot yang tegang, anjurkan klien untuk

memikirkan rasanya, dan tegangkan otot sepenuhnya kemudian

relaks selama 12-30 detik.

Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik nafas dalam,

tekan keluar lambung, tahan, lalu relaks. Tarik nafas dalam, tekan

keluar perut, tahan, relaks.

5. Selama melakukan tehnik relaksasi, catat respon non verbal klien. Klien

menjadi agitasi atau tidak nyaman, hentikan latihan dan jika klien

terlihat kesulitan, relaksasi hanya pada sebagian tubuh. Lambatkan

kecepatan latihan dan berkosentrasi pada bagian tubuh yang tegang

6. Dokumentasikan : respon klien terhadap tehnik relaksasi dan

perubahan tingkat kenyamanan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

”PEMIJATAN (MASASE)”

PENGERTIAN

Pengurutan dan pemijatan yang menstimulasi sirkulasi darah serta

metabolisme dalam jaringan.

TUJUAN

1. Mengurangi ketegangan otot

2. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis

3. Mengkaji kondisi kulit

4. Meningkatkan sir kulasi/peredaran darah pada area yang dimasase.

PERSIAPAN ALAT

Pelumas (minyak hangat/losion)

Handuk

PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan

2. Identifikasi klien

3. Beritahu klien tindakan yang akan dilakukan

4. Cuci tangan

5. Atur klien dalam posisi telungkup. Jika tidak biasa, dapat diatur dengan

posisi miring.

6. Letakkan sebuah bantal kecil dibawah perut klien untuk menjaga posisi

yang tepat.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

7. Tuangkan sedikit lotion ketangan (tangan perawat). Usapkan kedua

tangan sehingga losion akan rta pada permukaan tangan.

8. Lakukan masase pada punggung. Masase dilakukan dengan

menggunakan jari-jari dan telapak tangan, dan tekanan yang halus.

Gunakan losion sesuai kebutuhan.

9. Metode masase :

a. Selang seling tangan :

Masase punggung dengan tekanan pendek, cepat, bergantian

tangan.

b. Remasan

Usap otot bahu dengan setiap tangan anda yang dikerkan secara

bersama.

c. Gesekan

Masase punggung dengan ibu jari, dengan gerakan memutar

sepanjang tulang punggung dari sakrum kebahu.

d. Eflurasi

Masae punggung dengan kedua tangan, menggunakan tekanan

lebih halus dengan gerakan keatas untuk membantu aliran balik

vena.

e. Petriasi

Tekan punggung secara horizontal. Pindah tangan anda dengan

arah yang berlawanan dengan menggunakan gerakan meremas.

f. Tekanan Menyikat

Secara halus teka punggung denagn ujung-ujung jari. Untuk

mengakhiri masase.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

KOMPRES

KOMPRES PANAS KERING

PENGERTIAN

Memberikan rasa hangat pada klien dengan mengunakan cairan atau

alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang

memerlukannya.

TUJUAN

1. Memperlancar sirkulasi darah

2. Mengurangi rasa sakit

3. Merangsang peristaltik usus

4. Memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat)

5. Memberi rasa nyaman/hangat dan tenang

DILAKUKAN PADA :

1. Klien dengan perut kembung

2. Klien yang kedinginan, Mis : akibat narkose, iklim,dll.

3. Klien yang mengalami radang, mis : radang persendian

4. Kekejangan otot (spasmus)

5. Adanya abses (bengkak), hematom.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

METODE KOMPRES PANAS :

1. Kompres panas basah

2. Kompres panas kering:

a. Buli-buli panas (WWZ)

b. Bantal Listrik

c. Busur lampu/cahaya.

A. KOMPRES PANAS BASAH

Persiapan Alat :

1. Baki / nampan

2. Kom bertutup steril berisi cairan hangat sesuai kebutuhan (40-46 ˚ C).

3. Bak steril berisi pinset 2 buah, kasa beberapa potong dengan ukuran

yang sesuai.

4. Perban kasa atau kain segitiga.

5. Plester dan gunting plester

6. Pengalas

7. Sarung tangan bersih ditempatnya

8. Kapas dan wash bensin dalam botol kecil

9. Bengkok 2 (satu kosong, satu berisi lisol)

Prosedur Tindakan :

1. Berikan penjelasan kepada klien tentang perasat yang akan

dilakukan.

2. Bawa alat kedekat klien

3. Pasang sampiran, jika perlu

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

4. Bantu klien pada posisi yang nyaman dan tepat

5. Cuci tangan

6. Pasang pengalas dibawah area yang akan diberi kompres

7. Pakai sarung tangan

8. Buka balutan perban (jika diperban) dan buang bekas balutan

kedalam bengkok kosong.

9. Ambil beberapa potong kaka dengan pinset dari bak steril dan

masukkan kedalam kom berisi cairan hangat untuk mengompres.

10. Ambil pinset satu lagi untuk memegang dan memeras kasa kompres

hangat dan kom kompresan hangat agar kasa tidak terlalu basah.

11. Selanjutnya ambil kasa dengan cara direnggangkan/dibentangkan

dan letakkan diatas area yang membutuhkan kompres hangat.

12. Perhatikan respon klien, adakah rasa tidak nyaman dan dalam

beberapa detik setelah kasa hangat menempel dikulit, angkat tepi

kasa untuk mengkaji apakah terdapat kemerahan pada kulit yang

dikpmpres.

13. Jika klien menoleransi kompres hangt tersebut, tutup kasa kompres

hangat basah pada area yang memerlukan kompres, lalu lapisi

dengan kasa kering dan selanjutnya balut dengan perban ksa atau

kain segitiga serta fiksasi dengan plester atau ikat.

14. Lakukan prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program terapi

dan ganti balutan kompres hangat setiap 5 menit sekali.

15. Lepaskan sarung tangan dan masukkan kedalam tempatnya.

16. Atur posisi klien kembali nyaman.

17. Bereskan dan bersihkan alat-alat untuk disimpan kembali

18. Cuci Tangan

19. Dokumentasikan

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

B. KOMPRES PANAS KERING

Kompres Panas dengan Buli-buli Panas (WWZ)

Tujuan :

1. Mengurangi/membebaskan rasa nyeri, spasmus otot, peradangan

atau kongesti.

2. Memberikan rasa hangat.

Dilakukan pada :

1. KLien yang kedinginan

2. Atas saran dokter

3. Persiapan aether bed

Persiapan Alat :

1. Baki/zampan

2. Buli-buli panas dan sarungnya

3. Termos berisi air panas

4. Termometer air panas bila perlu

5. Lap verja

Prosedur Tindakan :

1. Berikan penjelasan lepada klien tentang perasat yang akan

diberikan.

2. Siapkan peralatan

3. Cuci tangan

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

4. Lakukan pemanasan pendahuluan pada buli-buli panas denagn cara

mengisi buli-buli dengan air panas, mengencangkan penutupnya,

kemuadian membalik posisi buli-buli berulang-ulang lalu kosongkan

isinya.

5. Siapkan dan ukur suhu air yang diinginkan (50º – 60º C)

6. Buli-buli dengan air panas sebanyak ½ bagian, lalu keluarkan

udaranya dengan cara :

7. Periksa buli-buli apakah bocor/tidak, lalu keringkan dengan lap kerja

dan masukkan dalam sarungnya.

8. Bawa buli-buli kedekat klien

9. Beritahu klien.

10. Siapkan/atur posisi klien

11. Letakkan/pasang buli-buli pada bagian/area yang memerlukannya.

12. Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetahui kelainan yang

timbul akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, misalnya

kemerahan, ketidaknyamanan/kebocoran.

13. Ganti buli-buli panas setelah 20 menit dipasang dengan air panas.

14. Bereskan dan kembalikan peralatan bila prasat sudah selesai

15. Cuci tangan

16. Dokumentasikan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Kompres Panas dengan Bantal Listrik

Dilakukan Pada :

1. Klien dengan sakit perut pada keadaan tertentu

2. Klien yang kedinginan

Persiapan Alat :

1. Bantal listrik dengan sarungnya.

2. Handuk

Prosedur Tindakan :

1. Berikan penjelasan lepada klien tentang prasat yang akan dilakukan.

2. Bawa alat-alat kedekat klien

3. Periksa tegangan listrik, sesuai voltase bantal listrik dengan stopkontak,

setelah itu masukkan bantal kedalam sarungnya.

4. Cuci tangan dan keringkan tangan.

5. Atur posisi klien

6. Letakkan handuk diatas bagian yang akan dipasang bantal listrik

7. Letakkan bantal listrik yang telah diberi sarung diatas handuk, lalu

nyalakan. Atur suhu jangan terlalu panas.

8. Awasi/tunggui klien selama pemakaian bantal listrik.

9. Angkat bantal listrik jika sudah selesai menggunakan.

10. Rapikan kembali klien.

11. Bereskan dan simpan kembali alat yang dipakai

12. Cuci tangan.

13. Dokumentasikan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

KOMPRES DINGIN

Terdiri Atas :

1. Kompres dingin basah

2. Kompres dingin kering

Pengertian

Memasang suatu zat dengan suhu rendah pada tubuh untuk tujuan

terapetik.

Tujuan

1. Menurunkan suhu tubuh

2. Mencegah peradangan meluas

3. Mengurangi kongesti

4. Mengurangi perdarahan lokal

5. Mengurangi rasa sakit lokal

6. Agar luka menjadi bersih.

Dilakukan pada :

1. Suhu tinggi

2. Radang.

3. Memar

4. Batuk/muntah darah

5. Pascatonsilektomi

6. Luka Tertutup/terbuka

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

A. Kompres Dingin Basah

Pengertian :

Pemberian kompres dingin basah steril dengan menggunakan larutan

obat antiseptik.

Persiapan Alat :

1. Baki berisi :

a. Mangkok bertutup steril

b. Cairan yang diperlukan (PK 1 : 4000/Rivanol 1 :1000 – 1:

3000/Betadin.

2. Bak steril berisi :

a. Pinset anatomis 2 buah

b. Beberapa potong kain kasa sesuai kebutuhan

c. Pembalut (jika perlu)

d. Perlak kecil dan alas

e. Sampiran (jika perlu)

Prosedur Tindakan :

1. Berikan penjelasan kepada klien mengenai tindakan yang akan

dilakukan

2. Bawa alat-alat kedekat klien

3. Pasang sampiran

4. Cuci tangan

5. Pasang alas dibawah bagian yang akan di kompres

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

6. Kocok obat/cairan kompres jika terdapat endepan.

7. Tuangkan cairan kedalam mangkok steril

8. Masukkan kasa kedalam cairan kompres

9. Peras kain kasa menggunakan 2 pinset

10. Bentangkan dan letakkan kasa diatas bagian yang akan dikompres,

lalu balut.

11. Tutup/pasang selimut jika perlu

12. Rapikan klien jika perasat sudah selesai.

13. Bereskan alat-alat dan simpan ketempat semula

14. Cuci tangan

15. Dokumentasikan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Kompres Dingin Basah dengan menggunakan air biasa/air es

Pengertian :

Memberikan dingin setempat dengan menggunakan lap/kain kasa yang

dicelupkan dalam air biasa /air es.

Tujuan :

1. Mengurangi rasa sakit setempat

2. Menurunkan suhu tubuh

3. Mengurangi perdarahan setempat

Tempat pengompresan :

1. Untuk menurunkan suhu tubuh : ketiak dan lipatan paha.

2. Untuk mengurangi perdarahan/rasa sakit : bergantung pada

tempatnya.

Persiapan Alat :

1. Baki

2. Baskom kecil berisi air es/air biasa

3. Pengalas (perlak kecil dan alas)

4. Beberapa buah waslap/kain kasa dengan usuran tertentu.

5. Selimut (jira perlu)

6. Sampiran

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Prosedur tindakan :

1. Berikan penjelasan lepada klien mengenai tindakan yang akan

dilakukan.

2. Bawa alat-alat kedekat klien.

3. Pasang sampiran, jika perlu

4. Cuci tangan

5. Rentangkan pengalas dibawah bagian yang akan dikompres.

6. Basahi waslap dengan airbiasa/es dan peras sampai lembab.

7. Letakkan waslap tersebut pada bagian tubuh yang akan dikompres.

8. Ganti waslap setiap kali waslap yang sudah terendam, ulangi terus

sampai suhu badan Turun

9. Rapihan klien jira sudah selesai.

10. Bereskan alat-alat dan simpan kembali

11. Cuci tangan

12. Dokumentasikan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

B. Kompres Dingin Kering

Pengertian :

Memasang eskap/eskrag pada tubuh untuk tujuan terapeutik dengan

menggunakan :

1. Kirbat es (eskap) : bentuk bundar/lonjong digunakan untuk bagian

kepala, dada, perut.

2. Eskrag : bentuk memanjang digunakan untuk bagian leher.

Tujuan :

1. Menurunkan suhu tubuh

2. Mengurangi nyeri/sakit setempat, Mis : radang usus buntu

3. Mengurangi perdarahan, misal : pascatonsilektomi, muntah/batuk

darah, perdarahan usus, perdarahan lambung, dan pascapartum.

Dilakukan pada :

1. Klien yang suhu tubuhnya tinggi

2. Klien dengan perdarahan Herat, misalnya epistaksis.

3. KLien yang kesakitan, misal : infiltrat apendikuler, sakit kepala Herat,

dll.

4. Klien pascabedah tonsil (tonsilektomi), dll.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Mengisi dan memberikan kirbat es/eskrag

Persiapan alat :

1. Baki

2. Eskrag berisi potongan-potongan kecil es dan satu sendok teh

garam (agar es tidak cepat mencair)

3. Air dalam baskom

4. Lap kerja

5. Perlak kecil dan alasnya.

Prosedur Pelaksanaan:

1. Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

2. Bawa alat-alat kedekat klien

3. Cuci tangan.

4. Masukkan potongan es dalam baskom air agar pinggir es tidak

tajam.

5. Isi kirbat es/eskrag dengan potongan es sebanyak ½ bagian.

6. Keluarkan udara dari eskrap/eskrag dengan melipatkan bagia yang

kosong, lalu tutup rapat.

7. Periksa eskrap/eskarg apakah bocor atau tidak

8. Keringkan eskap/eskarg dengan lap dan masukkan kedalam sarung

eskrap/eskrag.

9. Buka area yang akan diberi kompres dan atur posisi klien sesuai

kebutuhan.

10. Pasang pengalas pada bagian tubuh yang akan diberi kompres.

11. Letakkan eskrap pada bagian yang memerlukan kompres. Untuk

leher: letakkan eskrag diatas leher dan ikatkan dibelakang leher.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

12. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan

suhu tubuh (jika perlu).

13. Angkat eskrap/eskarg jika sudah cukup/selesai.

14. Atur posisi klien kembalipada posisi yang nyaman.

15. Bereskan alat-alat dan simpan ketempat semula.

16. Cuci tangan.

17. Catat kegiatan yang telah dikerjakan perawat, antara lain:

Waktu dan jenis kompres

Tindakan yang diberikan dan hasilnya.

Waktu pengambilan kompres

Pendidikan kesehatan yang diberikan.

Informasi untuk klien/keluarga :

1. Jelaskan tindakkan dan tujuannya pada klien.

2. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat jika merasa nyeri atau

mati rasa.

3. Beritahukan klien bahwa pemasangan kompres hanya dilakukan

oleh perawat.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Pemberian Kirbat Es Gantung (Eskap Melayang)

Pengertian :

Memasang kirbat es secara tidak langsung pada tubuh klien yang

memerlukan.

Tujuan :

Mengurangi perdarahan, nyeri, dan pergerakan

Dilakukan Pada :

Klien dengan perdarahan usus (dalam rongga perut), sakit kepala

hebat.

Persiapan alat :

1. Baki

2. Kirbat es yang sudah diisi es dalam sarungnya.

3. Duk/kain atau handuk

4. Keranda/busur Selimut atau bisa diganti dengan tali

Prosedur Pelaksanaan :

1. Berikan penjelasan kepada klien tentang tindakan yang akan

dilakukan.

2. Bawa alat-alatkedekat klien

3. Cuci tangan

4. Pasang keranda selimutdiatas bagian tubuh yang akan diberi kirbat es.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

5. Pasang kain/duk/handuk pada keranda/busur selimut agak kendor

sehingga bagian tengah melengkung kedalamdan hampir menyentuh

perut atau kepala klien (bagian yang memerlukan kompres), selanjutnya

pasang peniti pada ujung-ujung kain/duk/handuk.

6. Letakkan kirbat es diatas es diatas duk/kain/handuk tepat diatas bagian

tubuh yang memerlukan kompres.

7. Tutupi klien dengan selimut.

8. Kembalikan alat-alat yang sudah tidak diperlukan.

9. Cuci tangan

10. Dokumentasikan.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TEHNIK MENGATASI NYERI

”RENDAM”

PENGERTIAN

Tindakan keperawatan denagn cara merendam dengan menggunakan

cairan hangat yang dapat dilakukan pada daerah tangan, kaki,

glutea,seluruh bagian tubuh yang mengalami gangguan integritas,

gangguan sirkulasi, ketegangan otot atau terdapat luka kotor.

TUJUAN

1. Mengendorkan otot,tendon dan ligamen

2. Menghilangkan nyeri dan peradangan

3. Mempercepat penyembuhan jaringan

4. Memperbaiki sirkulasi

5. Membersihkan luka kotor.

PERSIAPAN ALAT:

1. Alat/tempat perendam

2. Larutan PK untuk rendam duduk/mandi rendam

3. Handuk

4. Pinset dan gunting steril

5. Kain kasa steril

6. Kapas sublimat

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Rendam Tangan dan Kaki

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakuakn

2. Cuci tangan

3. Mesukkan larutan hangat (40,5º C – 43˚ C) ke dalam alat/tempat

perendam

4. Tuangkan obat yang diperlukan pada air rendaman.

5. Letakkan pengalas dibawah tempat rendaman.

6. Masukkan bagian yang akan direndam (tangan/kaki).

7. Tutup bagian atas rendaman dengan handuk supaya tidak cepat

menguap panasnya.

8. Lakukan perendaman selama 5 – 10 menit.

9. Setelah selesai, bersihkan daerah yang rendam. Bila ada jaringan

yang kotor,lakukan pembersihan dengan kapas sublimat dengan

menggunakan sublimat atau dengan menggunakan jaringan yang

mati.

10. Cuci tangan setelah melakukan prosedur

11. Catat perubahan yang terjadi ( hasil rendaman, kondisi pasien,

reaksi kulit, dan cairan yang digunakan/obat).

B. Rendam Glutea (Rendam Duduk)

Dikukan pada :

1. Daerah luka sekitar anus dan genetalia

2. Jahitan epistomi pasca persalinan yang meradang

3. Pasien pasca operasi hemoroidektomi.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Untuk rendam duduk, larutan yang diperlukan adalah PK dengan

perbandingan 1:4.000 atau sesuai program dokter.

Prosedur Tindakan :

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

2. Cuci tangan

3. Masukkan larutan PK 1 : 4.000 pada larutan hangat untuk

merendam dan tuangkan kedalam tempat rendaman.

4. Pasang sampiran bila pasien dirawat dibangsal umum

5. Lakukan perendaman selama 5 – 10 menit. Setelah selesai,

bersihkan daerah luka dengan kapas sublimat dengan

menggunakan pinset.

6. Tutup luka dan keringkan dengan kasa steril lalu pasang perban.

7. Cuci tangan setelah prosedur tindakan.

8. Catat keadaan dan reaksi kulit dan hasil rendaman

C. Rendam Seluruh bagian Tubuh

Dilakukan apabila:

Luka mencapai seluruh tubuh, seperti luka bakar.

larutan yang diperlukan adalah PK dengan perbandingan 1:4.000 atau

sesuai program dokter.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

Prosedur Tindakan :

1. Cuci tangan

2. Masukkan larutan PK 1 : 4000 pada air ditempat rendaman dan

diaduk.

3. Masukkan bagian tubuh kedalamtempat rendaman selama 5 – 10

menit dan bersihkan daerah luka dengan kain kasa.

4. Setelah selesai, bersihkan luka dengan kain kasa steril dan

keringkan. Lalu beri obat sesuai program dokter.

5. Tutup luka dengan kain kasa.

6. Cuci tangan 7. Catat hasil rendaman dan keadaan luka.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TUGAS

1. Dibawah ini merupakan klasifikasi nyeri berdasarkan tempatnya

yaitu…..

1. Incidental pain

2. Deep pain

3. Paroxymal pain

4. Central pain

2. Sedangkan klasifikasi nyeri berdasarkan sifatnya yaitu…..

1. Deep pain

2. Central pain

3. Refered pain

4. Steady pain

3. Nyeri yang disebabkan karena penyakit organ/ struktur dalam

tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang

berbeda, bukan darah asalnya termasuk nyeri….

a. Pheriperal

b. Refered

c. Deep

d. Central

e. Steady

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

4. Nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang

lama termasuk nyeri…..

a. Steady pain

b. Incidental pain

c. Paroxymal pain

d. Pheriperal pain

e. Central pain

5. Komponen neurofisiologis dan pengalaman nyeri yang

menyebabkan stimulus nyeri antara lain…..

1. Kulit

2. Otot

3. Tulang

4. Membran mukosa

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain…..

1. Fisiologis

2. Psikologis

3. Respon fisiologis

4. Respon tingkah laku

7. Faktor-faktor yang menyebabkan nyeri antara lain……

1. Mekanik

2. Spasme

3. Termal

4. Kimia

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

8. Pengkajian nyeri meliputi…….

1. Lokasi

2. Intensitas

3. Waktu dan durasi

4. Kualitas

9. Masalah yang sering ditemui pada klien dengan nyeri meliputi…..

1. Pusing

2. Low back pain

3. Nyeri dada

4. Nyeri kaki

10. Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan nyeri….

1. Defisit perawatan diri

2. Perubahan kenyamanan/ gangguan rasa nyeri

3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

4. Peningkatan persepsi nyeri

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

KRITERIA KEBERHASILAN

Kunci Jawaban : 1. A 2. B 3. D 4. A 5. E 6. D 7. E 8. D 9.D 10. B

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

NILAI

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

TOPIK DISKUSI

Diskusikan dengan kelompok Anda hal-hal berikut:

Coba lakukan asuhan keperawatan nyeri pada teman di sebelah mu

dengan rangsangan nyeri yang berbeda lalu :

a. Bandingkan hasil data yang didapat

b. Masalah keperawatan yang ditemukan

c. Tentukan intervensi keperawatannya

d. Tindakan yang akan di berikan

e. Evaluasi tindakannya

”Selamat Berdiskusi”

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

laporan hasil 1. Tuliskan hasil asuhan keperawatan nyeri sesuai dengan yang saudara

lakukan

2. Lakukan kembali asuhan keperawatan nyeri pada teman yang lain

kemudian bandingkan apakah hasilnya sama dengan pemeriksaan

yang dilakukan pada teman sebelumnya

REFLEKSI DIRI

1. Kendala apa saja yang ditemukan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

2. Bagian yang paling berkesan selama melakukan kegiatan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

3. Apa yang dapat Anda kembangkan setelah menyelesaiakan job sheet

ini. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta

Iqbal Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC

Kusyati,eni.2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Perry,potter.2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Perry,Peterson,Potter. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Eds 5 jakarta : EGC

Potter. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533.

Priharjo, R (1993). Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC hal : 87

Ramali. A. (2000). Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan.

Shone, N. (1995). Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta : Arcan. Hlm : 76-80

Syaifuddin. (1997). Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Hlm : 123-136.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Hlm 1-63

Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

220