modul pemeriksaan fisik i

34
Job Sheet MODUL PRAKTIKUM Akademi Keperawatan Harum Jakarta Akademi Keperawatan Harum Jakarta 1 Job Sheet: 01 PEMERIKSAAN FISIK PENGANTAR nda masih ingat tentang konsep anatomi dan fisiolologi dari sistem tubuh manusia? Job sheet yang Anda pegang sekarang ini merupakan kelanjutan dari konsep anatomi tubuh manusia yang telah dipelajari sebelumnya, karena disini saudara akan diajarkan bagaimana cara memeriksa fisik dari ujung rambut hingga ujung kaki yang tentunya saudara harus tahu terlebih dahulu anatomi fisiologi tubuh manusia yang sehat dan tidak bermasalah. TUJUAN Setelah mengerjakan job sheet ini Anda diharapkan : 1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status kesehatan klien secara umum 2. Melengkapi riwayat keperawatan jika ditemukan hasil yang abnormal atau tanda-tanda yang menunjukan adanya masalah kesehatan, maka perawat akan memeriksa secara lebih spesifik sistem tubuh yang mengalami masalah. A

Upload: dimas-gondronk

Post on 02-Aug-2015

762 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

1

J ob S he et : 0 1

PEMERIKSAAN FISIK

PENGANTAR

nda masih ingat tentang konsep anatomi dan fisiolologi dari sistem

tubuh manusia?

Job sheet yang Anda pegang sekarang ini merupakan kelanjutan dari

konsep anatomi tubuh manusia yang telah dipelajari sebelumnya, karena

disini saudara akan diajarkan bagaimana cara memeriksa fisik dari ujung

rambut hingga ujung kaki yang tentunya saudara harus tahu terlebih dahulu

anatomi fisiologi tubuh manusia yang sehat dan tidak bermasalah.

TUJUAN

Setelah mengerjakan job sheet ini Anda diharapkan :

1. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran umum tentang status

kesehatan klien secara umum

2. Melengkapi riwayat keperawatan jika ditemukan hasil yang abnormal

atau tanda-tanda yang menunjukan adanya masalah kesehatan, maka

perawat akan memeriksa secara lebih spesifik sistem tubuh yang

mengalami masalah.

A

Page 2: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

2

BAHAN BACAAN

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari

seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda

klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.

Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan

diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian

kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ

utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,

beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli

medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar

penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes

akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri dari penilaian kondisi

pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,

tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu

dilakukan pertama kali.

Page 3: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

3

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat

dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu :

1. Ketiak

2. Mulut

3. Anus

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi

menjadi empat yaitu :

* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C

* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C

* Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C

* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh manusia dapat di uraikan

sebagai berikut :

1. Kecepatan Metabolisme Basal

Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini

memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda

pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait

dengan laju metabolisme.

Page 4: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

4

2. Rangsangan Saraf Simpatis

Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan

metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan

saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam

jaringan untuk dimetabolisme.

Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas.

Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu

yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin

yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan

peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,

produksi panas tubuh juga meningkat.

4. Hormon Tiroid

Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi

kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat

memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormon Kelamin

Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme

basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan

produksi panas.

Page 5: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

5

Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki

karena pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi

meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.

6. Demam (Peradangan)

Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan

metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status Gizi

Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme

20 – 30%. Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan

yang dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme.

Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah mengalami

penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan

lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena

lemak merupakan isolator yang cukup baik, dalam arti lemak

menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan jaringan

yang lain.

8. Aktivitas

Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme,

mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ yang

menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan

suhu tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.

Page 6: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

6

9. Gangguan Organ

Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus,

dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami

gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi

infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit

berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan

mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan

Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya

panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih

dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu

tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan

terjadi sebagian besar melalui kulit.

Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas

diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke

fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang

mengandung banyak otot.

Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi

(kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan

konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan

demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk

keseimbangan suhu tubuh.

Page 7: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

7

Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik

yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah

diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan,

kecuali pada lengan tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara

tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,

tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung

berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah

amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu, misalnya seorang pelari yang

baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang tinggi, namun

ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan

darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau

hipertensi diukur pada nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah

rendah disebut hipotensi.

Tekanan darah

Page 8: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

8

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri.

Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya

denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada

lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang

lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki.

Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan,

dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur

13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80

per menit.

Pemeriksaan fisik adalah salah satu tehnik pengumpul data untuk

mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Beraneka ragam

tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas

per menit.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan fisik :

1. Selalu meminta kesediaan/izin pada pasien untuk setiap

pemeriksaan

2. Jagalah privasi pasien

3. Pemeriksaan harus seksama dan sistematis

Denyut

Kecepatan pernapasan

Page 9: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

9

4. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan,

kegunaan, cara dan bagian yang akan diperiksa)

5. Beri instruksi spesifik yang jelas

6. Berbicaralah yang komunikatif

7. Ajaklah pasien untuk bekerjasama dalam pemeriksaan

8. Perhatikan ekspresi/ bahasa non verbal dari pasien

a. Definisi

Inspeksi adalah suatu tindakan pemeriksa dengan menggunakan

indera penglihatannya untuk mendeteksi karakteristik normal atau

tanda tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi

digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor dan

lainnya dari tubuh pasien. Hasilnya seperti : Mata kuning (ikterik),

terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis).

b. Cara Pemeriksaan

1). Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri

2). Bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka (diupayakan pasien

membuka sendiri pakaiannya Sebaiknya pakaian tidak dibuka

JENIS-JENIS PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan Inspeksi

Page 10: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

10

sekaligus, namun dibuka seperlunya untuk pemeriksaan

sedangkan bagian lain ditutupi selimut).

3). Bandingkan bagian tubuh yang berlawanan (kesimetrisan) dan

abnormalitas.

4). Catat hasilnya

a. Definisi

Palpasi adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan

perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari

atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu

tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk, kosistensi dan ukuran.

Rasa nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan

kata lain bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil

inspeksi, disamping untuk menemukan yang tidak terlihat. Misalnya

adanya tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang).

b. Cara Pemeriksaan

1). Posisi pasien bisa tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian

mana yang diperiksa dan Bagian tubuh yang diperiksa harus

terbuka.

2). Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang

nyaman untuk menghindari ketegangan otot yang dapat

mengganggu hasil pemeriksaan.

2. Pemeriksaan Palpasi

Page 11: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

11

3). Kuku jari-jari pemeriksa harus pendek, tangan hangat dan

kering

4). Minta pasien untuk menarik napas dalam agar meningkatkan

relaksasi otot.

5). Lakukan palpasi dengan sentuhan perlahan-lahan yaitu dengan

tekanan ringan dan perlahan-lahan.

6). Palpasil daerah yang dicurigai, adanya nyeri tekan menandakan

kelainan.

7). Lakukan Palpasi secara hati-hati apabila diduga adanya fraktur

tulang.

8). Hindari tekanan yang berlebihan pada pembuluh darah.

9). Lakukan palpasi ringan apabila memeriksa organ/jaringan yang

dalamnya kurang dari 1 cm.

10). Lakukan palpasi agak dalam apabila memeriksa organ/jaringan

dengan kedalaman 1-2,5 cm.

11). Lakukan Palpasi bimanual apabila melakukan pemeriksaan

dengan kedalaman lebih dari 2,5 cm. Yaitu dengan

mempergunakan kedua tangan dimana satu tangan

direlaksasi dan diletakkan dibagian bawah organ/jaringan

tubuh, sedangkan tangan yang lain menekan kearah tangan

yang dibawah untuk mendeteksi karakteristik organ/ jaringan.

12). Rasakan dengan seksama kelainan organ/jaringan, adanya

nodul, tumor bergerak/tidak dengan konsistensi padat/kenyal,

bersifat kasar/lembut, ukurannya dan ada/tidaknya getaran/

trill, serta rasa nyeri raba/tekan.

13). Catatlah hasil pemeriksaan yang didapat.

Page 12: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

12

a. Definisi

Perkusi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan

bunyi getaran/ gelombang suara yang dihantarkan kepermukaan

tubuh dari bagian tubuh yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan

dengan ketokan jari atau tangan pada permukaan tubuh. Perjalanan

getaran/ gelombang suara tergantung oleh kepadatan media yang

dilalui. Derajat bunyi disebut dengan resonansi. Karakter bunyi yang

dihasilkan dapat menentukan lokasi, ukuran, bentuk, dan kepadatan

struktur di bawah kulit. Sifat gelombang suara yaitu semakin banyak

jaringan, semakin lemah hantarannya dan udara/ gas paling resonan.

Pemeriksaan fisik secara perkusi yang dilakukan dengan mengetuk

bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek

hammer untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus).

Juga dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan

fisik klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru

(mengetahui pengembangan paru).

b. Cara Pemeriksaan

1) Metode langsung yaitu melakukan perkusi atau mengetokkan jari

tangan langsung dengan menggunakan 1 atau 2 ujung jari.

3. Pemeriksaan Perkusi

Page 13: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

13

2) Metode tidak langsung dengan cara sebagai berikut :

Jari tengah tangan kiri (yang tidak dominan) sebagai fleksimeter

diletakan dengan lembut di atas permukaan tubuh, upayakan

telapak tangan dan jari-jari lain tidak menempel pada permukaan

tubuh.

Ujung jari tengah dari tangan kanan (dominan) sebagai fleksor,

untuk memukul/mengetuk persendian distal dari jari tengah

tangan kiri.

Pukulan harus cepat, tajam dengan lengan tetap/tidak bergerak

dan pergelangan tangan rileks.

Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh

Bandingkan bunyi frekwensi dengan akurat :

* Bunyi timpani mempunyai intensitas keras, nada tinggi, waktu

agak lama dan kualitas seperti drum (lambung).

* Bunyi resonan mempunyai intensitas menengah, nada rendah,

waktu lama, kualitas bergema (paru normal).

* Bunyi hipersonor mempuyai intensitas amat keras, waktu lebih

lama, kualitas ledakan (empisema paru).

* Bunyi pekak mempunyai intensitas lembut sampai menegah,

nada tinggi, waktu agak lama kualitas seperti petir (hati).

* Bunyi kemps mempuyai intensitas lembut, nada tinggi, waktu

pendek, kualitas datar (otot).

Page 14: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

14

a. Definisi

Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan

bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk

mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan

bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar

suara napas, bunyi jantung dan bila dilakukan di abdomen

mendengarkan suara bising usus, biasanya menggunakan alat yang

disebut dengan stetoskop.

b. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :

1). Frekwensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit

2). Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar

3). Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/lemahnya suara

4). Kualitas yaitu warna nada/variasi suara

Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang

terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal

dapat di deteksi dengan sempurna. Untuk mendeteksi suara

diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi

menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara.

4. Pemeriksaan Auskultasi

Page 15: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

15

Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang

karet/plastik dan telinga. Selang karet/plastik stetoskop harus

lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop

yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya

mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu

digunakan menempel pada kulit pasien ada 2 jenis kepala

stetoskop yaitu :

1). Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada

tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila

ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar

lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara

kerjanya seperti diafragma.

2). Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi

usus dan paru.

c. Cara Pemeriksaan

1). Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian

mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus

terbuka.

2). Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman.

3). Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara

bagian kepala selang dan telinga.

Page 16: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

16

4). Pasanglah ujung stetoskop bagian telinga ke lubang telinga

pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya stetoskop

telinga.

5). Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada

telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian

pemeriksa.

6). Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan

diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan

sistimatis.

7). Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada

rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler

dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi

usus dan paru.

8). Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.

d. Posisi Pemeriksa

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal, maka posisi

pemeriksaan sangat menentukan. Beberapa posisi yang umum

dilakukan yaitu :

Page 17: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

17

1. Posisi duduk dapat dilakukan di kursi atau tempat tidur. Digunakan

untuk pemeriksaan pada kepala, leher, dada, jantung, paru,

mamae, ektremitas atas.

2. Posisi supine (terlentang) yaitu posisi berbaring terlentang dengan

kepala disangga bantal. Posisi ini untuk pemeriksaan pada kepala,

leher, dada depan, paru, mamae, jantung, abdomen, ektremitas

dan nadi perifer.

3. Posisi dorsal recumbent yaitu posisi berbaring dengan lutut ditekuk

dan kaki menyentuh tempat tidur.

4. Posisi sims (tidur miring) , untuk pemeriksaan rectal dan vagina.

5. Posisi Prone (telungkup), untuk evaluasi sendi pinggul dan

punggung.

6. Posisi lithotomi yaitu posisi tidur terlentang dengan lutut dalam

keadaan fleksi, untuk pemeriksaan rectal dan vagina.

7. Posisi knee chest (menungging), untuk pemeriksaan rectal.

8. Posisi berdiri yaitu untuk evaluasi abnormalitas postural, langkah

dan keseimbangan.

Page 18: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

18

1. Pengertian

Memberikan penilaian terhadap tanda-tanda vital, tinggi badan dan

berat badan, kebiasaan serta penampilan klien secara umum

2. Langkah-langkah

1). Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

2). Jaga privacy pasien

3). Cuci tangan

4). Pakai sarung tangan bersih

5). Kaji tingkat kesadaran subyektif

6). Kaji tingkat kesadaran berdasarkan GCS

7). Identifikasi status penampilan kesehatan : sakit ringan, sedang atau

berat

8). Identifikasi warna kulit

9). Ukur tinggi badan (dalam cm) dan bentuk tubuh (tinggi atau pendek)

10). Ukur berat badan (dalam kg) dan bentuk badan (kurus, gemuk atau

sedang)

11). Identifikasi ekspresi wajah : adakah tanda-tanda stress, senang dll

12). Identifikasi gaya berjalan dan keseimbangan

13). Identifikasi cara bicara

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK

Page 19: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

19

14). Identifikasi cara berpakaian dan berhias

15). Identifikasi kebersihan secara umum

16). Identifikasi adanya bau badan dan mulut

17). Mengukur tanda-tanda vital :

Ukur suhu badan

Hitung pernafasan dalam 1 menit

Hitung nadi dalam 1 menit

Ukur tekanan darah

18). Pemeriksaan kulit :

Inspeksi : warna, lokasi lesi (jika ada), bentuk (linear, berkumpul

atau dermatomal), tipe (makula, papula, pustula, bula atau tumor),

warna.

Palpasi : kelembaban, suhu, tekstur, turgor kulit (kecepatan kulit

untuk kembali ke keadaan semula), mobilitas (kemudahan lipatan

kulit untuk dapat digerakan, biasanya menurun pada klien dengan

edema)

19). Pemeriksaan kuku

Inspeksi : warna, bentuk, adanya lesi

Palpasi : bentuk

20). Pemeriksaan kepala dan rambut

Inspeksi : bentuk, simetris, adanya benjolan, lesi, rambut (warna,

distribusi, tekstur, adanya ketombe dan kutu, kuantitas)

Palpasi : benjolan nodul, deformitas (fraktur), rambut (tekstur)

Page 20: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

20

21). Pemeriksaan mata

Inspeksi : simetris, alis mata, kelopak mata (lingkaran hitam

dimata, odema), warna konjungtiva dan sklera

Pupil (ukuran, bentuk, simetrisitas, reflek pupil, adanya reaksi

dekat)

Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Minta klien untuk membaca

koran atau majalah, jika klien biasa memakai alat bantu seperti

kacamata atau lensa, maka biarkan klien memakai alat bantu

tersebut.

Pemeriksaan lapang pandang. Minta klien berdiri atau duduk 60

cm berhadapan dengan perawat dengan mata perawat sejajar

dengan mata klien. Minta klien menutup salah satu mata, sejajar

dengan salah satu mata perawat yang juga ditutup. Perawat

menggerakan tangan kearah superior, inferior, temporal dan

nasal. Klien mengikuti arah gerakan.

22). Pemeriksaan mulut

Inspeksi : warna mukosa, warna bibir, karang gigi (kelengkapan,

karies, karang gigi, infeksi), gusi (warna, lesi, perdarahan, tonus),

tonsil (warna, pembengkakan)

Palpasi : bibir dan lidah (nodul dan massal)

23). Pemeriksaan hidung dan sinus

Inspeksi : bentuk, mukosa, sekret, defikasi tulang, polip,

pembengkakan

Palpasi : sinus (maksilaris, frontalis, etmoidalis, spenoid)

Page 21: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

21

24). Pemeriksaan telinga

Inspeksi daun telinga (simetris, warna, ukuran, adanya inflamasi,

lesi, bengkak)

Inspeksi liang telinga (serumen, sekret)

Palpasi daun telinga (tekstur adanya lesi)

Pemeriksaan kekuatan pendengaran. Minta klien untuk menutup

mata, jarak antara klien dan perawat 15-60 cm. Perawat

melafalkan 2 suku kata dengan suara keras, lembut dan berbisik.

Minta klien untuk mengulangi ucapan perawat.

Jika diduga terdapat penurunan kekuatan pendengaran, lakukan

tes weber dan rinne.

Tes weber : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapak

tangan lalu letakan garpu penala ditengah atas kepala klien atau

didahi. Minta klien mendengarkan dan merasakan getaran suara

dan catar diarea telinga mana terdengar (bisa satu sisi atau dua

sisi telinga).

Tes rinne : pegang garpu penala dan hentakan ditulang telapak

tangan. Letakan garpu tala di prosesus mastoideus sampai klien

tidak lagi mendengar suaranya. Lalu pindahkan dengan cepat

garpu penala tersebut dekat dengan liang telinga. Pastikan

apakah klien dapat mendengarnya.

25). Pemeriksaan leher

Inspeksi : pembengkakan, pembesaran vena, lesi

Palpasi : posisi trakea, pembesaran kelenjar getah bening

Page 22: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

22

26). Pemeriksaan payudara

Inspeksi : simetris, lesi, puting, areola, sekret

Palpasi : massa, pembesaran kelenjar getah bening

27). Pemeriksaan thorax

Inspeksi : warna kulit dada (apakah sama dengan warna kulit

lainya), bentuk dada, pernafasan (jenis, irama, kedalaman),

kesimetrisan dada saat istirahat dan saat menarik nafas,

ekspansi dada, ada tidaknya pernafasan cuping hidung),

konfigurasi dinding dada, ada tidaknya masa/benjolan, adanya

hematom dan luka.

Palpasi : tempertur, pengembangan paru, vokal fremitus,

adanya nyeri tekan, adanya massa

Perkusi : seluruh lapangan paru

Auskultasi : suara nafas normal dan abnormal

28). Pemeriksaan jantung

Palpasi : nadi

Auskultasi : irama jantung, suara jantung

29). Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : simetris, bentuk/kontur, adanya pelebaran pembuluh

darah, bentuk umbilikus

Auskultasi : bising usus selama 1 menit (menggunakan

stetoskop diafragma, mulai dari kuadran kanan bawah) dan

bunyi pembuluh darah aorta, arteri renalis kanan kiri, arteri

iliaka kanan kiri (menggunakan stetoskop bell, amati adanya

bunyi friction rub)

Page 23: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

23

Palpasi : semua kuadran (kaji adanya hepatomegali dan

splenomegali, nyeri tekan)

Palpasi : letakan tangan kiri dibawah thorax posterior kanan

pada ICS 11-12 (area pinggang). Letakan tangan kanan pada

abdomen kuadran kanan atas atau dibawah batas bawah

hepar kemudian tekan kedalam dan keatas sepanjang batas

lengkung tulang rusuk. Normalnya hepar tidak teraba.

Bila pada palpasi kita dapat meraba pembesaran hati, maka

deskriptif berapa besar jari tangan dibawah lengkung iga

kanan, bagaimana keadaan tepi hati, bagaimana

konsistensinya, adanya nyeri tekan.

Palpasi limfa : pembesaran limfa diukur dengan menggunakan

garis schuffner. Dimulai dari regio iliaka kanan (titik schufner 8),

melewati umbilikus, menuju lengkukg iga kiri (titik schufner 1).

Instruksikan klien untuk inspirasi dalam melalui mulut (agar

diafragma akan turun dan limpa bergerak kearah ujung-ujung

jari tangan pemeriksa.

Setelah tepi bawah limfa teraba, maka dilakukan deskripsi :

berapa jauh dari lengkung iga kiri pada garis schuffner (S1 dan

S8), bagaimana konsistensinya.

Perkusi : seluruh kuadran (adanya nyeri ketok).

Page 24: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

24

Perkusi hepar (untuk mengukur batas bawah dan atas hati).

Dari arah iliaka sejajar midklavikula (suara yang pertama kali

didengar adalah timpani) dan dari arah dada ICS 4-5 sejajar

midklavikula (suara yang pertama kali terdengar adalah

resonan karena terdapat paru). Beri tanda titik ketika didengar

dulness (suara hepar normal adalah dullness ukuran normal 6-

12 cm).

Dari arah atas umbilikus sejajar sternum dan dari arah dada

dibawah sternum. Beri tanda titik ketika didengar dullness.

Ukuran normal 4-9 cm.

Perkusi limpa : (sepanjang bagian bawah kiri dada anterior)

sampai ditemui suara dullness. Normal akan didengar suara

dullness antara ICS 6-10.

30). Pemeriksaan genetalia

Inspeksi : pria (kebersihan, testis, nodul, lesi, cairan yang

keluar, peradangan. Wanita (kebersihan klitoris, labia minor

dan mayor, nodul, lesi, cairan yang keluar

Palpasi : massa

31). Pemeriksaan anus

Inspeksi : kulit, pembesaran pembuluh darah, polip, sekret

Palpasi : massa, spingter ani

32). Pemeriksaan ekstremitas

Inspeksi : pergerakan sendi, lesi, massa, tonus otot, warna kulit

Palpasi : temperatur, odema

Page 25: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

25

33). Merapihkan alat

34). Cuci tangan

35). Dokumentasi

Pengertian : Mengukur tekanan darah melalui permukaan dinding arteri

Tujuan :

1. Mengetahui nilai tekanan darah

2. Membantu menegakan diagnosa

Alat dan bahan :

1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri atas:

Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka

Manset udara

Slang karet

Pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup

2. Stetoskop

3. Buku catatan tanda vital

4. Pena

Pemeriksaan Tekanan Darah

Page 26: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

26

Prosedur kerja :

Cara Auskultasi

1. Jelaskan prosedur pada klien

2. Jaga privacy klien

3. Cuci tangan

4. Atur posisi klien

5. Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang

6. Lengan baju dibuka

7. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossa

cubiti

8. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra

9. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak

teraba

10. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialis

tidak teraba

Cara Palpasi

1. Jelaskan prosedur pada klien

2. Jaga privacy pasien

3. Cuci tangan

4. Atur posisi pasien

5. Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang

6. Lengan baju dibuka

7. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm diatas fossa

cubiti

Page 27: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

27

8. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra

9. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak

teraba

10. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik radialis

tidak teraba

11. Letakan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan kempeskan

balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan

memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam

12. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali.

Nilai ini menunjukan tekanan sistolik secara palpasi

13. Catat hasil

14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Untuk menambahkan wawasan pengetahuan saudara tentang bagaimana

cara pemeriksaan fisik dapat dibaca referensi yang lain yang dapat

menunjang pengetahuan.

Page 28: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

28

TUGAS

1. Tempat-tempat yang dugunakan untuk pemeriksaan suhu tubuh antara

lain.........

1) Ketiak

2) Mulut

3) Anus

4) Telinga

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia antara

lain......................

1. Kecepatan metabolisme

2. Minuman

3. Rangsangan saraf simpatis

4. Tekanan darah

3. Dapat dikatakan hipertemi jika suhu tubuh berkisar antara......................

a. Kurang dari 36 °C

b. Antara 36-37,5 °C

c. Antara 37,5-40° C

d. Lebih dari 40°C

Page 29: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

29

4. Dibawah ini yang termasuk dalam hormon yang dapat mempengaruhi

suhu tubuh antara lain............................

1. Hormon Pertumbuhan

2. Hormon Tiroid

3. Hormon Kelamin

4. Hormon Endokrin

5. Tempat-tempat pemerukisaan denyut nadi antara lain.........................

1. Arteri radialis

2. Arteri brachialis

3. Arteri karotis

4. Arteri poplitea

6. Arteri poplitea terdapat di organ tubuh bagian..........................

a. Pergelangan tangan

b. Lengan atas

c. Leher

d. Belakang lutut

7. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara...............

1. Inspeksi

2. Palpasi

3. Auskultasi

4. Perkusi

Page 30: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

30

8. Hasil pemeriksaan secara perkusi menghasilan suara, antara lain adalah

bunyi pekak.Apa yang dimaksud dengan bunyi pekak.......................

a. Mempuyai intensitas yang keras dan kualitas seperti drum

b. Mempuyai intensitas menengah dan kualitas bergema

c. Menpunyai intensitas amat keras dan kualitas ledakan

d. mempunyai intesitas lembut dan kualitas seperti petir

9. Hasil pemeriksaan secara perkusi menghasilan suara, antara lain adalah

bunyi resonan.Apa yang dimaksud dengan bunyi resonan..................

a. Mempuyai intensitas yang keras dan kualitas seperti drum

b. Mempuyai intensitas menengah dan kualitas bergema

c. Mempunyai intensitas amat keras dan kualitas ledakan

d. mempunyai intesitas lembut dan kualitas seperti petir

10. Untuk melakukan pemeriksaan pada kepala dan leher posisi yang di

gunakan adalah......................

a. Posisi duduk

b. Posisi supine

c. Posisi dorsal

d. Posisi sims

e. Posisi dorsal recumbent

Page 31: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

31

TOPIK DISKUSI

KRITERIA KEBERHASILAN

Kunci Jawaban : 1. A 2. B 3. D 4. A 5. E 6. D 7. E 8. D 9.D 10. B

Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

100%Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

80 - 89% = baik

70 - 79% = cukup

< 70% = kurang

NILAI

Diskusikan dengan kelompok Anda hal-hal berikut:

1. Coba lakukan pemeriksaan fisik pada teman disebelah saudara sesuai

dengan yang telah didemonstrasikan oleh pembimbing di ruang

laboratorium

2. Tn.A usia 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan tidak nafsu

makan dan berat badanya turun, lakukan pemeriksaan fisik head to too

pada Tn.A

”Selamat Berdiskusi”

Page 32: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

32

laporan hasil

1. Tuliskan hasil pemeriksaan fisik dari ujung rambut hingga ujung kaki

sesuai dengan yang saudara lakukan

2. Lakukan kembali pemeriksaan fisik pada teman yang lain kemudian

bandingkan apakah hasilnya sama dengan pemeriksaan yang

dilakukan pada teman sebelumnya

3. Tuliskan hasil pengkajian fisik berdasarkan kasus fiktif diatas

REFLEKSI DIRI

1. Kendala apa saja yang ditemukan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

2. Bagian yang paling berkesan selama melakukan kegiatan. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

Page 33: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

33

3. Apa yang dapat Anda kembangkan setelah menyelesaiakan job sheet ini. ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................

Page 34: Modul Pemeriksaan Fisik I

J o b S h e e t

MODUL PRAKTIKUM

A k a d e m i K e p e r a w a t a n H a r u m J a k a r t a

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

34

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz.2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. ECG:Jakarta

Iqbal Mubarak, Wahit. 2007. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:EGC

Kusyati,eni.2006, Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta : EGC

Perry,potter.2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : EGC

Perry,Peterson,Potter. 2005. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Eds 5 jakarta : EGC

Tarwoto.2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.