modul 4 kelayakan lingkungan dan sosial filemodul ini dengan baik. modul ini membahas tentang...
TRANSCRIPT
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
BANDUNG
2017
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
i
1 KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami selaku penyelenggara
Diklat Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur (KPPI) dapat menyelesaikan
modul ini dengan baik. Modul ini membahas tentang kelayakan lingkungan dan
sosial yang terdiri dari beberapa materi pokok yaitu, aspek lingkungan, aspek
sosial dan evaluasi kelayakan lingkungan dan sosial.
Kami menyadari bahwa modul ini masih ada kekurangan dan kelemahannya,
baik pada isi, bahasa, maupun penyajiannya. Kami sangat mengharapkan adanya
tanggapan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan modul ini. Semoga
modul ini bermanfaat khususnya bagi peserta Diklat Kelayakan Proyek
Penyediaan Infrastruktur (KPPI)
Bandung, Agustus 2017
Kepala Pusdiklat SDA dan
Konstruksi
Dr. Ir. Suprapto. M. Eng.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
ii
2 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1
2. DESKRIPSI SINGKAT ..................................................................................... 1
3. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................. 1
4. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK ................................................. 2
BAB II ASPEK LINGKUNGAN
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 3
2. IDENTIFIKASI DATA AWAL ............................................................................ 3
2.1 Rona Lingkungan Hidup Awal ................................................................. 3
2.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Proyek Dengan Rencana Tata Ruang ....... 4
2.3 Dampak Penting ...................................................................................... 5
2.4 Klasifikasi Proyek Penyediaan Infrastruktur ............................................. 7
2.5 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ................ 17
2.6 Pembiayaan .......................................................................................... 19
2.7 Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup ............ 19
2.8 Tugas .................................................................................................... 19
3. TINDAK LANJUT ........................................................................................... 20
3.1 Dasar Hukum ........................................................................................ 20
3.2 Klasifikasi Proyek .................................................................................. 21
3.3 Dokumen AMDAL .................................................................................. 24
3.4 Dokumen UKL/UPL ............................................................................... 28
3.5 Tugas .................................................................................................... 29
BAB III ANALISIS DAMPAK SOSIAL
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 30
2. IDENTIFIKASI ASPEK SOSIAL ..................................................................... 30
3. MITIGASI LINGKUNGAN .............................................................................. 33
3.1 Tugas .................................................................................................... 35
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
iii
4. PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI.................................. 35
4.1 Pengadaan Tanah ................................................................................ 35
4.2 Permukiman kembali ......................................................................... 39
4.3 Tugas .................................................................................................... 42
BAB IV EVALUASI KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
1. EVALUASI HASIL ANALISIS ......................................................................... 43
2. PENYUSUNAN HASIL ANALISIS .................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
iv
3 DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis Rencana/Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL.... 8
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
1
4 BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam rangka alih pengetahuan terkait studi kelayakan untuk menyiapkan proyek
penyediaan infrastuktur, maka disusunlah Modul 4 – Kelayakan Lingkungan dan
Sosial. Dimana modul ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ke-4
modul lainnya yang dipersiapkan untuk Diklat Kelayakan Proyek Penyediaaan
Infrastuktur (KPPI).
2. DESKRIPSI SINGKAT
Mata Diklat ini memberikan penjelasan kepada Peserta mengenai regulasi terkait
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup. Peserta juga akan mengetahui
resiko dampak lingkungan dan sosial yang berpotensi terjadi dari proyek, baik
pada tahapan pra-konstruksi, kontruksi dan pasca konstruksi, sehingga harus
mengetahui tahapan apa saja yang diperlukan dalam rangka meminimalisasi
terjadinya resiko tersebut.
Untuk itu peserta dibekali pengetahuan mengenai acuan normatif, analisa dampak
lingkungan, analisa dampak sosial serta hal-hal yang terkait pengadaan tanah dan
permukiman kembali.
3. TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Dasar pembelajaran ini adalah menjelaskan kajian kelayakan
lingkungan dan sosial dalam Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur (KPPI).
Indikator keberhasilan yang diharapkan setelah selesai mempelajari modul ini
adalah :
1. Peserta mengetahui dan memahami kelayakan lingkungan yang berperan
dalam Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur
2. Peserta mengetahui dan memahami kelayakan sosial yang berperan dalam
Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur
3. Peserta mengetahui dan memahami evaluasi kelayakan lingkungan dan
sosial
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
2
4. terkait rencana pengadaan lahan dan permukiman kembali dalam
Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur
4. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK
Materi Pokok 1 – Aspek Lingkungan
1. Dasar Hukum
2. Klasifikasi Proyek
3. Jenis Dokumen Lingkungan Hidup
4. Materi Dokumen Lingkungan Hidup
5. Rona Lingkungan Hidup Awal
6. Kesesuaian Lokasi Rencana Proyek Dengan Rencana Tata Ruang
7. Hasil Konsultasi Masyarakat
8. Dampak Penting
9. Klasifikasi Proyek Penyediaan Infrastruktur
10. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
11. Pembiayaan
12. Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Materi Pokok 2 – Aspek Sosial
1. Identifikasi Aspek Sosial
2. Mitigasi Lingkungan
3. Rencana Perlindungan Sosial
Materi Pokok 3 – Evaluasi Kelayakan Lingkungan dan Sosial
1. Evaluasi Hasil Analisis
2. Penyusunan Hasil Analisis
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
3
5 BAB II
ASPEK LINGKUNGAN
1. PENDAHULUAN
Dalam Kajian Lingkungan terkait Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur,
khusus untuk Aspek Lingkungan ada beberapa hal yang akan dicapai :
Analisis Awal Dampak Lingkungan, bertujuan :
1. menetapkan karakteristik lingkungan dan dampak yang akan timbul dari
proyek;
2. menetapkan klasifikasi proyek dalam memperkirakan dampak yang akan
ditimbulkan terhadap lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3. menentukan peningkatan kapasitas dan program pelatihan untuk
melaksanakan program perlindungan lingkungan, jika diperlukan;
4. memperkirakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan Ijin yang
diperlukan terkait lingkungan hidup; dan
5. menyiapkan rencana dan jadwal untuk melaksanakan program kepatuhan
lingkungan dan melakukan pencatatan untuk persetujuan lingkungan.
Analisis awal dampak lingkungan digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk
menyusun dokumen lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Selanjutnya akan dijelaskan lebih lanjut terkait Kajian Aspek Lingkungan berikut ini.
2. IDENTIFIKASI DATA AWAL
2.1 Rona Lingkungan Hidup Awal
Rona Lingkungan Hidup Awal (environmental setting) adalah uraian mengenai
rona lingkungan hidup (environmental setting) secara umum di lokasi rencana
usaha dan/atau kegiatan yang mencakup :
Kompetensi : Peserta mengetahui dan memahami aspek-aspek
dalam penilaian kelayakan lingkungan
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
4
1. Komponen lingkungan terkena dampak (komponen/features lingkungan yang
ada disekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan serta kondisi
lingkungannya), yang pada dasarnya paling sedikit memuat :
- Komponen geo-fisik-kimia, seperti sumber daya geologi, tanah, air
permukaan, air bawah tanah, udara, kebisingan, dan lain sebagainya;
- Komponen biologi, seperti vegetasi/flora, fauna, tipe ekosistem,
keberadaan spesies langka dan/atau endemik serta habitatnya, dan lain
sebagainya;
- Komponen sosio-ekonomi-budaya, seperti tingkat pendapatan, demografi,
mata pencaharian, budaya setempat, situs arkeologi, situs budaya dan lain
sebagainya;
- Komponen kesehatan masyarakat, seperti perubahan tingkat kesehatan
masyarakat.
2. Usaha dan/atau kegiatan yang ada di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan yang diusulkan beserta dampak yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan hidup.
Deskripsi rona lingkungan hidup harus menguraikan data dan informasi yang
terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin terjadi. Deskripsi ini didasarkan
data dan informasi primer dan/atau sekunder yang bersifat aktual dan
mengunakan sumber data-informasi yang valid untuk data sekunder yang resmi
dan/atau kredibel untuk menjamin validitas data-informasi serta didukung oleh
hasil observasi lapangan.
Data dan informasi rinci terkait dengan rona lingkungan hidup dimaksud dapat
disampaikan dalam lampiran.
Dalam hal terdapat beberapa alternatif lokasi, maka uraian rona lingkungan hidup
harus dilakukan untuk masing-masing alternatif lokasi. Deskrisi rona lingkungan
hidup awal dapat disajikan dalam bentuk data dan informasi spasial.
2.2 Kesesuaian Lokasi Rencana Proyek Dengan Rencana Tata Ruang
Bagi semua Dokumen Lingkungan Hidup diwajibkan untuk melihat apakah
kegiatan yang akan dilakukan sudah sesuai dengan tata ruang, jika tidak sesuai
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
5
kegiatan tersebut harus ditolak untuk proses penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup nya.
Hasil penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup dapat menjadi bahan kajian dalam
penyusunan tata ruang wilayah. Kesesuaian tata ruang hanyalah salah satu hal
yang mempurmudah perencanaan dan penanganan lingkungan. Walaupun sudah
sesuai dengan tata ruang, suatu kegiatan atau usaha bisa bermasalah terhadap
lingkungan jika tidak melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan dengan
baik.
Kesesuaian tata ruang ini dibuktikan dalam bentuk Surat Keterangan yang
dikeluarkan oleh SKPD yang bersangkutan (Bappeda, Dinas Tata Ruang).
2.3 Dampak Penting
Dampak penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang
diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
Prakiraan dampak penting pada dasarnya adalah informasi mengenai besaran
dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji,
dimana didalamnya diuraikan hasil prakiraan secara cermat mengenai besaran
dan sifat penting dampak untuk setiap dampak penting hipotetik (DPH) yang dikaji.
Perhitungan dan analisis prakiraan dampak penting hipotetik tersebut
menggunakan metode prakiraan dampak yang tercantum dalam kerangka acuan.
Metode prakiraan dampak penting menggunakan metode-metode ilmiah yang
berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai
dengan kaidah ilmiah metode prakiraan dampak penting dalam Amdal.
Dalam menguraikan prakiraan dampak penting tersebut, hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Penggunaan data runtun waktu (time series) yang menunjukkan perubahan
kualitas lingkungan dari waktu ke waktu.
Prakiraan dampak dilakukan secara cermat mengenai besaran dampak penting
dari aspek biogeofisik-kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan
masyarakat pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pascaoperasi
usaha dan/atau kegiatansesuai dengan jenis rencana usaha dan/atau
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
6
kegiatannya. Tidak semua jenis rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki seluruh
tahapan tersebut.
Telaahan dilakukan dengan cara menganalisis perbedaan antara kondisi kualitas
lingkungan hidup yang diprakirakan dengan adanya usaha dan/atau kegiatan, dan
kondisi kualitas lingkungan hidup yang diprakirakan tanpa adanya usaha dan/atau
kegiatan dalam batas waktu yang telah ditetapkan, dengan menggunakan metode
prakiraan dampak.
Dalam melakukan telaahan tersebut perlu diperhatikan dampak yang bersifat
langsung dan/atau tidak langsung. Dampak langsung adalah dampak yang
ditimbulkan secara langsung oleh adanya usaha dan/atau kegiatan, sedangkan
dampak tidak langsung adalah dampak yang timbul sebagai akibat berubahnya
suatu komponen lingkungan hidup dan/atau usaha atau kegiatan primer oleh
adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Dalam kaitan ini maka perlu
diperhatikan mekanisme aliran dampak pada berbagai komponen lingkungan
hidup, antara lain sebagai berikut :
3. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat;
4. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen geofisik-kimia-biologi;
5. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat, kemudian
menimbulkan rangkaian dampak lanjutan berturut-turut terhadap komponen
geofisik-kimia dan biologi;
6. Kegiatan menimbulkan dampak penting yang bersifat langsung pada
komponen geofisik-kimia-biologi, kemudian menimbulkan rangkaian dampak
lanjutan berturut-turut terhadap komponen biologi, sosial, ekonomi, budaya
dan kesehatan masyarakat;
7. Dampak penting berlangsung saling berantai di antara komponen sosial,
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat dan geofisik-kimia dan biologi itu
sendiri;
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
7
8. Dampak penting pada huruf a sampai dengan huruf e yang telah diutarakan
selanjutnya menimbulkan dampak balik pada rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam hal rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada pada tahap pemilihan
alternatif komponen rencana usaha dan/atau kegiatan (misalnya: alternatif lokasi,
penggunaan alat-alat produksi, kapasitas, spesifikasi teknik, sarana usaha
dan/atau kegiatan, tata letak bangunan, waktu dan durasi operasi, dan/atau
bentuk alternatif lainnya), maka telaahan sebagaimana tersebut dilakukan untuk
masing-masing alternatif.
Proses analisis prakiraan dampak penting dilakukan dengan menggunakan
metode-metode ilmiah yang berlaku secara nasional dan/atau internasional di
berbagai literatur. Dalam melakukan analisis prakiraan besaran dampak penting
tersebut sebaiknya digunakan metode-metode formal secara matematis, terutama
untuk dampak-dampak penting hipotetik yang dapat dikuantifikasikan.
Penggunaan metode non formal hanya dilakukan bilamana dalam melakukan
analisis tersebut tidak tersedia formula- formula matematis atau hanya dapat
didekati dengan metode non formal.
Ringkasan dasar-dasar teori, asumsi-asumsi yang digunakan, tata cara, rincian
proses dan hasil perhitungan-perhitungan yang digunakan dalam prakiraan
dampak, dapat dilampirkan sebagai bukti.
2.4 Klasifikasi Proyek Penyediaan Infrastruktur
Berikut ini jenis Rencana/Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal,
yang dibagi untuk 3 (tiga) bidang, yaitu : Bidang Pekerjaan Umum, Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman serta Bidang Multi Sektor. Selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
8
Tabel 1 Jenis Rencana/Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
A BIDANG PEKERJAAN UMUM
1 Pembangunan Bendungan/Waduk atau Jenis Tampungan Air lainnya
a Termasuk dalam kategori “large dam” (bendungan besar)
a Tinggi; atau > 15 m b Pada skala ini dibutuhkan spesifikasi khusus baik bagi material dan desain konstruksinya
c Pada skala ini diperlukan quarry/borrow area yang besar, sehingga berpotensi menimbulkan dampak
d Jika terjadi failure maka akan menimbulkan bencana banjir
b Daya tampung waduk, atau ≥ 500.000 m3 Kegagalan bendungan pada daya tampung ≥ 500.000 m3
c Luas genangan > 200 ha a Pengadaan tanah untuk tapak bendungan dan daerah genangan waduk memerlukan pembebasan kawasan yang relatif luas dan menyangkut keberlanjutan kehidupan penduduk dan ekosistem
b Akan mempengaruhi pola iklim mikro pada kawasan disekitarnya dan ekosistem pada daerah hulu dan hilir bendungan/waduk
2 Daerah irigasi a Mengakibatkan perubahan pola iklim mikro dan ekosistem kawasan a Pembangunan baru dengan luas ≥ 3.000 ha
b Selalu memerlukan bangunan utama (headworks) dan bangunan penunjang (oppurtenants structures) yang besar sehingga berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada
c Mengakibatkan mobilisasi tenaga kerja yang signifikan pada daerah sekitarnya, baik pada saat pelaksanaan maupun setelah pelaksanaan
d Membutuhan pembebasan lahan yang besar sehingga berpotensi menimbulkan dampak sosial
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
9
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
e menyesuaikan dengan PP Nomor 20 Tahun 2006 tentang irigasi, terkait kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Pusat untuk pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dengan luas ≥ 3.000 ha
b Peningkatan dengan luas tambahan > 1.000 ha a Berpotensi menimbulkan dampak negatif akibat perubahan ekosistem pada kawasan tersebut.
b Memerlukan bangunan tambahan yang berpotensi untuk mengubah ekosistem yang ada.
c Mengakibatkan mobilisasi manusia yang dapat menimbulkan dampak sosial.
d Perubahan neraca air
c Pencetakan sawah, luas (perkelompok) > 500 ha a Memerlukan alat berat dalam jumlah yang cukup banyak.
b Perubahan Tata Air.
3 Pengembangan Rawa : Reklamasi rawa untuk kepentingan irigasi
> 1.000 ha a Berpotensi mengubah ekosistem dan iklim mikro pada kawasan tersebut dan berpengaruh pada kawasan di sekitarnya.
b Berpotensi mengubah sistem tata air yang ada pada kawasan yang luas secara drastis.
4 Pembangunan Pengaman Pantai dan perbaikan muara sungai :
> 500 m a Pembangunan pada rentang kawasan pantai selebar > 500 m berpotensi mengubah ekologi kawasan pantai dan muara sungai sehingga berdampak terhadap keseimbangan ekosistem yang ada.
- Jarak dihitung tegak
b Gelombang pasang laut (tsunami) di Indonesia berpotensi menjangkau kawasan sepanjang 500 m dari tepi pantai, sehingga diperlukan kajian khusus untuk pengembangan kawasan pantai yang mencakup rentang lebih dari 500 m dari garis pantai.
5 Normalisasi Sungai (termasuk sodetan) dan Pembuatan Kanal Banjir
a Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan. a Kota besar/metropolit an
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
10
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- Panjang, atau > 5 km b Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak - Volume pengerukan > 500.000 m3
c Perubahan hidrologi dan pengaliran air hujan (run- off)
b Kota sedang a Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.
- Panjang, atau > 10 km
- Volume pengerukan > 500.000 m3
b Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak
c Perubahan hidrologi dan pengaliran air hujan (run- off)
c Pedesaan a Terjadi timbunan tanah galian di kanan kiri sungai yang menimbulkan dampak lingkungan, dampak sosial, dan gangguan.
- Panjang, atau > 15 km
- Volume pengerukan > 500.000 m3
b Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dan dampak
c Perubahan hidrologi dan pengaliran air hujan (run- off)
6 Pembangunan dan/atau peningkatan jalan tol yang membutuhkan pengadaan lahan diluar rumija (ruang milik jalan) dengan skala/besaran panjang (km) dan skala/besaran luas pengadaan lahan (ha) :
a Luas wilayah kegiatan operasi produksi berkorelasi dengan luas penyebaran dampak
b Memicu alih fungsi lahan beririgrasi teknis menjadi lahan permukiman dan industri
c Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial a Di kota metropolitan/besar
- panjang jalan dengan luas lahan pengadaan lahan; atau
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >10 ha
- Luas pengadaan lahan ≥ 30 ha
b Di kota sedang a a. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial - panjang jalan dengan luas pengadaan
lahan; atau ≥ 5 km dengan pengadaan
lahan >20 ha
- Luas pengadaan lahan ≥ 30 ha b b. Ahli fungsi lahan
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
11
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
c Di pedesaan a a. Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial - panjang jalan dengan luas pengadaan
lahan; atau ≥ 5 km dengan pengadaan
lahan >30 ha
- luas pengadaan lahan ≥ 40 ha b b. Ahli fungsi lahan
7 Pembangunan dan/atau peningkatan jalan dengan pelebaran yang membutuhkan pengadaan lahan (di luar rumija):
Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan, getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual dan dampak sosial
a Di kota metropolitan/besar
- panjang jalan dengan luas pengadaan lahan; atau
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >20 Ha
- luas pengadaan lahan ≥ 30 ha
b Di kota sedang
- panjang jalan dengan luas pengadaan lahan; atau
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >30 Ha
- luas pengadaan lahan ≥ 40 ha
c Pedesaan
- panjang jalan dengan luas pengadaan lahan; atau
≥ 5 km dengan pengadaan lahan >40 Ha
- luas pengadaan lahan ≥ 50 ha
8 a Pembangunan subway / underpass, terowongan/ tunnel, jalan layang/flyover, dengan panjang
> 2 km Berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan kestabilan lahan (land subsidence), air tanah serta gangguan beupa dampak terhadap emisi, lalu lintas, kebisingan, getaran, gangguan pandangan, gangguan jaringan prasarana sosial (gas, listrik, air minum, telekomunikasi) dan dampak sosial disekitar kegiatan tersebut
b Pembangunan jembatan, dengan panjang
> 500 m
9 Persampahan a penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA a Pembangunan TPA sampah domestik
pembuangan dengan sistem controlled landfill/sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya
b Perubahan paradigma dari tempat pembuangan/penampunga n akhir menjadi tempat pengolahan akhir.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
12
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- luas kawasan > 10 ha c UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA. Bukan lagi “open dumping” tapi sebagai tempat pengolah akhir, sehingga ada composting dan landfill gas (waste to energy). untuk insinerator biasanya untuk kapasitas yang kecil (<100 ton per hari) prosesnya kurang sempurna sehingga dampaknya dapat lebih penting
- kapasitas total ≥ 100.000 ton
b TPA di daerah pasang surut, Semua kapasitas/besaran Pengaturan TPA ini lebih ketatdari pada di wilayah lain. secara teknis, daerah pasang surut tidak direkomendasikan untuk menjadi lahan TPA. Tetapi untuk beberapa wilayah yang tidak punya pilihan wilayah lain maka tetap dapat diperbolehkan membangun TPA di daerah pasang surut
- luas landfill, atau
- kapasitas total
c Pembangunan transfer station Lokasi transfer station pada umumnya terletak di dalam atau di pinggiran kota dan dibangun pada luas lahan yang terbatas - kapasitas ≥ 500 ton/hari
d Pembangunan instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
≥ 500 ton/hari Guna mendorong minat swasta/masyarakat
- Kapasitas
e Pengolahan dengan insinerator pengolahan sampah domestik berapapun kapasitasnya harus dilengkapi dengan amdal karena saat ini sampah domestik masih tercampur dengan limbah B3.
- kapasitas Semua kapasitas
f Composting Plant kapasitas composting plant diperbesar untuk mendorong minat swasta/masyarakat dalam komposting - kapasitas ≥ 500 ton/hari
10 Air Limbah Domestik a Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
a Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya
b Dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual.
- Luas, atau ≥ 2 ha
- Kapasitasnya ≥ 11 m3/hari
b Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya
Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
13
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- Luas, atau ≥ 3 ha
- Beban organik ≥ 2,4 ton/hari
c Pembangunan sistem perpipaan air limbah, luas layanan
a Setara dengan layanan 100.000 orang.
b Setara dengan 20.000 unit sambungan air limbah.
- Luas layanan, atau ≥ 500 ha
- Debit air limbah ≥ 16.000 m3/hari c Dampak potensial berupa gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana umum, ketidaksesuaian atau nilai kompensasi
11 Pembangunan saluran drainase (primer dan/atau sekunder) di permukiman
Berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air di sekitar jaringan, bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat di sekitar jaringan. Pembangunan drainase sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat
a Kota besar/metropolitan, panjang ≥ 5 km
b Kota sedang, panjang ≥ 10 km
12 Jaringan air bersih di kota besar / metropolitan
> 250 l/detik, ini setara dengan kebutuhan air bersih 250.000
orang
a. Kalau berdasarkan kapasitas 250 l/detik, itu setara dengan (sambungan ke pelanggan) 250.000 orang dengan asumsi 1 lt/det/orang atau 86,41 lt/org/hari b. dengan asumsi per SL untuk 6 orang, akan memenuhi kebutuhan 250.000 penduduk. c. Potensi konflik penggunaan air dengan pengguna air lainnya d. gangguan neraca air Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan keterbatasan air Konflik sosial pemakaian air di sepanjang jaringan pipa
a Pengambilan air bersih dari danau, sungai, mata air, atau sumber air permukaan lainnya - debit pengambilan
b Pembangunan jaringan distribusi
- luas layanan > 500 ha
c Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km
B BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
1 Pembangunan Perumahan dan kawasan Permukiman dengan pengelola tertentu :
Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman berdasarkan :
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
14
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
a a. Kota Metropolitan, luas > 25 ha a Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung; b b. Kota besar, luas > 50 ha
c c. Kota sedang dan kecil, luas >100 ha
d d. Untuk keperluan settlement transmigrasi
> 2000 ha b Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
c Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dengan pengembangan lingkungan hunian perdesaan;
d Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
e Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan privat.
f Analisis teknis, meliputi:
g Tingkat pembebasan lahan.
h Daya dukung lahan, seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per-hektar
i Tingkat kebutuhan air sehari-hari.
j Limbahyang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman.
k Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material, manusia, dan lalu lintas)
l KDB (Koefisien dasar bangunan) dan KLB (Koefisien luas bangunan).
m Peningkatan air larian (run-off) yang mengakibatkan banjir dihilirnya.
C BIDANG MULTISEKTOR
1 Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dengan
> 25 ha Berpotensi menimbulkan dampak terhadap, antara lain :
a Luas area reklamasi, > 500.000 m3 a hidrooseanografi, meliputi pasang surut, arus, gelombang, dan sedimen dasar laut. b Volume material urug, atau > 50 m (tegak lurus ke arah
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
15
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
c Panjang reklamasi laut dari garis pantai) b Hidrologi, meliputi curah hujan, air tanah, debit air sungai atau saluran, dan air limpasan.
c Batimetri, meliputi kontur kedalaman dasar perairan.
d Topografi, meliputi kontur permukaan daratan.
e Geomorfologi, meliputi bentuk dan tipologi pantai.
f Geoteknik, meliputi sifat-sifat fisis dan mekanis lapisan tanah.
g ampak sosial.
2 Pemotongan bukit dan pengurugan lahan dengan Volume
> 500.000 m3 a Mengubah bentang alam
b Longsor dan peningkatan run-off dan banjir
3 Pengambilan air bawah tanah sumur sungai, mata air, atau sumber air permukaan lainnya
> 250 l/detik, ini setara dengan kebutuhan air bersih 250.000
orang
a Kalau berdasarkan kapasitas 250 l/detik, itu setara dengan (sambungan ke pelanggan) 250.000 orang dengan asumsi 1 lt/det/orang atau 86,41 lt/org/hari - debit pengambilan
b dengan asumsi per SL untuk 6 orang, akan memenuhi kebutuhan 250.000 penduduk.
c Potensi konflik penggunaan air dengan pengguna air lainnya
d gangguan neraca air
4 Pengambilan air bawah tanah (sumur tanah dangkal, sumur tanah dalam)
≥ 50 liter/detik (dari satu atau beberapa sumur pada
kawasan < 10 ha)
Potensi gangguan terhadap kondisi lingkungan, antara lain amblesan tanah (land subsidence), intrusi air laut/asin (salt water intrusion) dan kekeringan terhadap sumur bor dangkal/gali yang dipergunakan masyarakat sekitar.
5 Pembangunan bangunan gedung Besaran diperhitungkan berdasarkan :
- Luas lahan, atau > 5 ha a Pembebasan lahan.
- Bangunan >10.000 m2 b Daya dukung lahan.
c Tingkat kebutuhan air sehari-hari.
d Limbah yang dihasilkan.
e Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara, dan lain-lain).
f KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB. (koefisien luas
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
16
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus
bangunan)
g Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang.
h Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi).
i Struktur bangunan bertingkat tinggi dan basement menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiang-tiang pancang terhadap akuifer sumber air sekitar.
j Bangkitan pergerakan (traffic) dan kebutuhan permukiman dari tenaga kerja yang besar.
k Bangkitan pergerakan dan kebutuhan parkir pengunjung.
Produksi sampah, limbah domestik. Genangan/banjir lokal.
Sunber : Permen LH No 5 Tahun 2012
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
17
2.5 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Lingkup Rencana pengelolaan Lingkungan Hidup
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) memuat upaya-upaya
mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan
hidup dan dampak lingkungan hidup lainnya yang bersifat negatif dan
meningkatkan dampak positif yang timbul sebagai akibat dari suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan. Dalam pengertian tersebut upaya pengelolaan
lingkungan hidup antara lainmencakup kelompok aktivitas sebagai berikut :
Pengelolaan lingkungan yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
dampak negatif lingkungan hidup;
Pengelolaan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menanggulangi,
meminimisasi, atau mengendalikan dampak negatif baik yang timbul pada saat
usaha dan/atau kegiatan; dan/atau Pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat
meningkatkan dampak positif sehingga dampak tersebut dapat memberikan
manfaat yang lebih besar baik kepada pemrakarsa maupun pihak lain terutama
masyarakat yang turut menikmati dampak positif tersebut.
Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dari studi Andal dan
dampak lingkungan hidup lainnya, pengelolaan lingkungan hidup yang
dirumuskan dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan
lingkungan hidup yang selama ini dikenal seperti: teknologi, sosial ekonomi,
maupun institusi.
Lingkup Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dapat digunakan untuk
memahami fenomena-fenomena yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai
dari tingkat proyek (untuk memahami perilaku dampak yang timbul akibat usaha
dan/atau kegiatan), sampai ke tingkat kawasan atau bahkan regional;
tergantung pada skala masalah yang dihadapi.
Pemantauan merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus- menerus,
sistematis dan terencana. Pemantauan dilakukan terhadap komponen
lingkungan yang relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
18
penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis (critical
level) dari suatu pengelolaan lingkungan hidup.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merumuskan rencana
pemantauan lingkungan, yakni :
1. Komponen/parameter lingkungan hidup yang dipantau mencakup
Komponen/parameter lingkungan hidup yang mengalami perubahan
mendasar, atau terkena dampak penting dan komponen/parameter
lingkungan hidup yang terkena dampak lingkungan hidup lainnya.
2. Aspek-aspek yang dipantau perlu memperhatikan benar dampak penting
yang dinyatakan dalam Andal dan dampak lingkungan hidup lainnya, dan
sifat pengelolaan dampak lingkungan hidup yang dirumuskan rencana
pengelolaan lingkungan hidup.
3. Pemantauan dapat dilakukan pada sumber penyebab dampak dan/atau
terhadap komponen/parameter lingkungan hidup yang terkena dampak.
Dengan memantau kedua hal tersebut sekaligus akan dapat dinilai/diuji
efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dijalankan.
4. Pemantauan lingkungan hidup harus layak secara ekonomi. Biaya yang
dikeluarkan untuk pemantauan perlu diperhatikan mengingat kegiatan
pemantauan senantiasa berlangsung sepanjang usia usaha dan/atau
kegiatan.
5. Rencana pengumpulan dan analisis data aspek-aspek yang perlu dipantau,
mencakup : jenis data yang dikumpulkan; lokasi pemantauan; frekuensi dan
jangka waktu pemantauan; metode pengumpulan data (termasuk peralatan
dan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data); metode analisis
data.
6. Rencana pemantauan lingkungan perlu memuat tentang kelembagaan
pemantauan lingkungan hidup. Kelembagaan pemantauan lingkungan hidup
yang dimaksud di sini adalah institusi yang bertanggungjawab sebagai
pelaksana pemantauan, pengguna hasil pemantauan, dan pengawas
kegiatan pemantauan.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
19
2.6 Pembiayaan
Dalam rangka pelaksanaan Kajian Aspek Lingkungan harus dipersiapkan
alokasi pembiayaan, diantaranya untuk kebutuhan :
1. Personil (Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung)
2. Survei Data Primer dan Data Sekunder
3. Konsultasi Publik (AMDAL)
4. Sidang KA-AMDAL, ANDAL, RKL/RPL (Amdal)
5. Presentasi (UKL/UPL)
6. Lain-lain
2.7 Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
Setelah Dokumen Lingkungan Hidup tersusun, dalam pelaksanaannya nanti di
lapangan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disusun akan dijadikan acuan
dalam pengelolaan dan pemantauan dampak yang terjadi pada Tahap Pra
Konstruksi, Konstruksi dan Pasca Konstruksi.
Kewajiban pelaksana kegiatan fisik untuk melaksanakan RKL/RPL yang terlah
disusun. Semuanya dituangkan dalam Laporan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan. Laporan tersebut diserahkan kepada instansi berwenang (Badan
Lingkungan Hidup).
2.8 Tugas
Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kota A mengambil
Sumber Air Baku dari Sungai yang berada di Kota B dengan jarak 15 km. Debit
pengolahan SPAM Regional tersebut direncanakan 500 L/detik.
Tugas-1 :
Jenis Dokumen Lingkungan Hidup apa yang harus disusun dengan kondisi
tersebut diatas ?
Tugas-2 :
Apa saja Data Rona Lingkungan Awal yang harus dikumpulkan terkait dengan
kondisi tersebut ?
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
20
Tugas-3 :
Sebutkan Dampak Penting untuk Kegiatan tersebut !
3. TINDAK LANJUT
3.1 Dasar Hukum
Berikut ini dasar hukum terkait penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup,
diantaranya :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan (ditambah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35 / PUU-X /
2012)
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Penggundulan hutan (UUP3H)
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1994 tentang Ratifikasi
Konvensi Pedoman Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 tentang
Ratifikasi Protokol Kyoto untuk Pedoman Konvensi Perubahan Iklim PBB
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1994 tentang Ratifikasi
Konvensi Internasional tentang Keanekaragaman Hayati Perserikatan
Bangsa Bangsa
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Konservasi Tanah dan Air Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2014 tentang Kelautan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2010 tentang Warisan Budaya Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Air dan
Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Peraturan
Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan Bahan limbah
Berbahaya dan Beracun Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2009
tentang Penghematan Energi
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
21
10. Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999 tentang amandemen Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Bahan
limbah Berbahaya dan Beracun
11. Peraturan Menteri Lingkungan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana
usaha dan / atau Kegiatan usaha yang wajib memiliki AMDAL
12. Peraturan Menteri Lingkungan Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyususnan Dokumen Lingkungan
13. Peraturan Menteri Lingkungan Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman
Keterlibatan Masyarakat dalam Proses AMDAL dan Izin Lingkungan
14. Peraturan Menteri Lingkungan Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Perizinan untuk Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 39 / Menhut-II / Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Lokal melalui Kemitraan Hutan
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 16 / Menhut-II / Tahun 2014 tentang
Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.
17. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 05 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah
18. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik
19. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor KEP-48 / MENLH / 11/1996 tentang
Baku Kebisingan
20. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor KEP-49 / MENLH / 11/1996 tentang
Baku Getaran
21. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor KEP-50 / MENLH / 11/1996 tentang
Tingkat Kebauan
22. Keputusan Menteri Lingkungan Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
3.2 Klasifikasi Proyek
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah diuraikan
sebelumnya, Kelayakan Lingkungan terhadap Proyek Infrastruktur PUPR akan
teridentifikasi melalui Dokumen Lingkungan Hidup yang disusun.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
22
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup, ada 3 (tiga) jenis
Dokumen Lingkungan Hidup, yaitu :
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL)
adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau
Kegiatan.
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL)
adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas
dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar Usaha
dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL.
Jenis Dokumen Lingkungan Hidup yang disusun ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Daftar Jenis
Rencana/Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal.
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup (Amdal) ditetapkan berdasarkan :
Potensi dampak penting Potensi dampak penting bagi setiap jenis usaha
dan/atau kegiatan tersebut ditetapkan berdasarkan :
a) besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan;
b) luas wilayah penyebaran dampak;
c) intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d) banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
23
e) sifat kumulatif dampak;
f) berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan
g) kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
dan/atau
h) referensi internasional yang diterapkan oleh beberapa negara sebagai
landasan kebijakan tentang Amdal.
Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi
dampak penting negatif yang akan timbul.
Selain berdasarkan itu, Lokasi Proyek yang berada atau berbatasan atau dapat
merubah fungsi kawasan lindung wajib menyusun AMDAL. Adapun daftar
kawasan lindung tersebut adalah :
1. Kawasan Hutan Lindung
2. Kawasan Bergambut
3. Kawasan Resapan Air
4. Sempadan Pantai
5. Sempadan Sungai
6. Kawasan Sekitar Danau/Waduk
7. Kawasan Sekitar Mata Air
8. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan
Wisata, Daerah Perlindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian
Satwa).
9. Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan laut,
perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu
karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau
keunikan ekosistem)
10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove)
11. Taman Nasional
12. Taman Hutan Raya
13. Taman Wisata Alam
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
24
Dalam Tabel 1 - Jenis Rencana/Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki
Amdal dapat diketahui Klasifikasi Proyek Penyediaan Infrastruktur yang
kemudian menentukan jenis Dokumen Lingkungan Hidup yang harus disusun
dalam rangka Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur.
3.3 Dokumen AMDAL
Latar Belakang Amdal
Analisis mengenai dampak lingkungan lahir dengan ditetapkannya NEPA
(National Environmental Policy Act), pada tahun 1969, yaitu undang- undang
tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,NEPA merupakan suatu reaksi
terhadap kerusakan lingkungan oleh aktivitas manusia yang semakin meningkat,
seperti tercemarnya lingkungan oleh pestisida, limbah industri dan transportasi,
rusaknya habitat tumbuhan dan hewan langka, serta menurunnya estetika alam.
Sebagai contoh kerusakan lingkungan :
1. Di Los Angeles, USA (1950), kesehatan masyarakatnya telah terganggu
oleh smog (smoke and fog), yang menyelubungi kota. Asap dan kabut
berasal dari limbah kendaraan dan pabrik yang mengalami fotooksidasi.
Dengan adanya inversi termal di udara pada waktu-waktu tertentu, asap
kabut terperangkap di udara di atas kota
2. Di sekitar teluk Minamata, baratdaya pulau Kyushu, Jepang (1953), terjadi
wabah neurologis yang tidak menular diantara penduduk nelayan dan
keluarganya. Penderita mengalami lemah otot, hilangnya penglihatan,
terganggunya fungsi otak dan kelumpuhan yang banyak berakhir dengan
kematian. Pada tahun 1959 diketahui bahwa penyakit tersebut disebabkan
oleh konsumsi ikan yang tercemar metilmerkuri, yang berasal dari limbah
yang mengandung Hg dari beberapa pabrik kimia yang memproduksi plastik
(PVC). Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit minamata.
3. Di sekitar Nigata, di utara Tokyo (1964-1965), terjadi ledakan kedua penyakit
minamata. Di sini pun ikan merupakan konsumsi harian para korban. Ikan
yang berasal dari laut dan dari sungai Agano yang mengandung limbah
pabrik alat listrik.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
25
4. Ledakan ketiga terjadi pada tahun 1973 di Goshonoura, pulau Amasuka
yang berhadapan dengan Minamata
Walaupun air raksa di dalam air laut semula rendah, organisme tertentu dapat
menimbun air raksa yang diserapnya dari lingkungan ke dalam tubuhnya.
Peristiwa itu disebut sebagai bioakumulasi. Rantai makanan berlanjut dengan
dimakannya ikan oleh burung, kucing, dan manusia. Karena itu gejala penyakit
minamata tidak hanya terdapat pada manusia, melainkan juga pada burung dan
kucing. Peningkatan kadar suatu zat melalui rantai makanan disebut sebagai
pelipatan biologi.
Dokumen Amdal terdiri dari 4 (empat) bagian :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-AMDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4. Dokumen Rencana pemantauan Lingkungan (RPL)
Prosedur AMDAL terdiri dari :
Proses penapisan (Screening)
Penapisan dilakukan untuk memilih rencana pembangunan mana yang harus
dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan. Tahap ini penting
bagi pemrakarsa untuk dapat mengetahui sedini mungkin apakah proyeknya
akan terkena AMDAL. Hal ini berkenaan dengan rencana biaya dan waktu.
Dengan penapisan ini diharapkan kepedulian terhadap lingkungan tidak akan
mengakibatkan bertambahnya waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan yang
diperlukan untuk pembangunan. Di Indonesia penapisan dilakukan dengan
daftar positif seperti ditentukan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup.
Proses Pelingkupan (Scoping)
- Pelingkupan ialah penentuan ruang lingkup studi ANDAL yaitu bagian
AMDAL yang terdiri atas identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak.
Yang perlu diidentifikasi ialah komponen dan proses yang penting.
- Batasan penting inilah yang menjadi patokan dalam pelingkupan AMDAL.
Jadi penting bagi ilmu pengetahuan saja misalnya, tetapi tidak penting bagi
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
26
pengambilan keputusan tentang proyek pembangunan yang sedang
direncanakan, tidak perlu tercakup dalam penelitian AMDAL. Karena
AMDAL adalah penelitian tentang dampak, pelingkupan berarti usaha untuk
membatasi penelitian pada dampak yang penting saja.
- Pelingkupan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
data yang harus dikumpulkan yang diperlukan untuk menyusun garis dasar.
Setiap kali data akan dikumpulkan haruslah ditanyakan “perlukan data
tersebut untuk pengambilan keputusan?” Dengan demikian apabila
pelingkupan telah berjalan dengan baik, penelitian menjadi terfokus. Data
yang dikumpulkan hanya terbatas yang diperlukan saja, sehingga biaya,
tenaga, dan waktu dapat digunakan dengan efektif dan efisien.
- Jadi untuk dapat melakukan pelingkupan haruslah dilakukan identifikasi
dampak selengkapnya, kemudian ditentukan dampak mana yang penting.
Dampak penting inilah yang dimasukkan ke dalam ruang lingkup studi
ANDAL, sedangkan dampak yang tidak penting dikeluarkan.
Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL
- Kerangka acuan merupakan uraian tugas yang harus dilaksanakan dalam
studi ANDAL. Kerangka acuan dijabarkan dari pelingkupan, sehingga
kerangka acuan memuat tugas-tugas yang relevan dengan dampak penting.
Karena kerangka acuan didasarkan pada pelingkupan dan pelingkupan
mengharuskan adanya identifikasi dampak penting, maka pemrakarsa
harus mempunyai kemampuan untuk melakukan identifikasi dampak
penting tersebut, baik oleh dirinya sendiri ataupun atas bantuan konsultan.
- Jika pelaksana ANDAL adalah konsultan yang membantu pemrakarsa
dalam menyusun kerangka acuan, maka tidak akan terjadi perbedaan
antara dampak penting yang diidentifikasinya dengan yang tertera dalam
kerangka acuan. Tapi jika konsultannya lain, dapatlah terjadi bahwa
dampak penting yang teridentifikasi olehnya tidak termuat dalan kerangka
acuan. Atau sebaliknya.
- Dalam hal ini konsultan ANDAL seyogyanya merundingkan dengan pihak
pemrakarsa agar dilakukan pekerjaan tambah, atau dilakukan pekerjaan
kurang. Menurut Kepmen, kerangka acuan harus disetujui oleh instansi
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
27
berwenang, maka baik dalam pekerjaan tambah maupn kurang, persetujuan
haruslah yang bersifat resmi yang disetujui tidak saja oleh pemrakarsa,
melainkan oleh instansi yang berwenang.
- Setelah selasai disusun KA-AMDAL diserahkan ke Tim Penilai Amdal
Penyusunan ANDAL
- Penelitian ANDAL terfokus pada prakiraan dan evaluasi dampak penting
saja, yaitu yang hanya teridentifikasi dalam pelingkupan dan tertera dalam
kerangka acuan. Besarnya dampak harus diprakirakan dengan
menggunakan metoda yang sesuai dalam bidang yang bersangkutan.
Metode tersebut mungkin telah ada atau mungkin juga harus dikembangkan
atau dimodifikasi dari metode yang ada.
- Besar dan penting suatu dampak mempunyai konsep yang berbeda. Nilai
besar dampak menunjukkan besarnya perubahan yang terjadi karena
kegiatan, misalnya suhu dalam derajat celcius, luas dalam Ha, oksigen
terlarut dalam mg/liter. Sedangkan nilai penting dampak menunjukkan nilai
yang kita berikan pada dampak tersebut untuk pengambilan keputusan.
- Umumnya nilai penting dampak bersifat kualitatif, misalnya nilai tinggi,
sedang atau rendah. Banyak usaha dilakukan untuk membuat nilai kualitatif
di kuantitatifkan, misalnya dengan memberi skala atau skor, namun usaha
kuantifikasi sifat kualitatif ini masih banyak kesulitan, misalnya ada nilai
yang tidak boleh dioperasikan secara matematik, ada yang dibolehkan
namun dengan terbatas, dan ada yang sepenuhnya dapat dilakukan melalui
operasi matematik.
- Selain itu antara besar dan pentingnya dampak dapat memiliki hubungan,
namun ada juga yang tidak memiliki hubungan antara keduanya. Hal
tersebut jelas menunjukkan perlunya pakar yang menguasai bidang yang
diliput dalam AMDAL tertentu. Pakar tersebut tidak perlu memiliki keaahlian
AMDAL, dimana hasil pekerjaannya merupakan masukkan untuk digunakan
dalam penyusunan AMDAL.
Penyusunan RKL dan RPL
- Dalam pengelolaan lingkungan, pemantauan merupakan komponen yang
penting. Pemantauan diperlukan sebagai sarana untuk memeriksa apakah
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
28
persyaratan lingkungan dipatuhi dalam pelaksanaan proyek. Informasi yang
didapat dari pemantauan juga berguna sebagai peringatan dini, baik dalam
arti positif maupun negatif, tentang perubahan lingkungan yang mendekati
atau melampaui nilai ambang batas serta tindakan apa yang perlu diambil.
Juga untuk mengetahui apakah prakiraan yang dibuat dalam ANDAL sesuai
dengan dampak yang terjadi.
- Karena itu pemantauan sering juga disebut post-audit yang berguna
sebagai masukkan untuk memperbaiki ANDAL di kemudian hari dan untuk
perbaikan kebijaksanaan lingkungan. Seperti halnya metode prakiraan
dampak, metode untuk pengelolaan dan pemantauan dampak juga harus
menggunakan pakar dari bidang yang bersangkutan.
3.4 Dokumen UKL/UPL
Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan
menyusun AMDAL
dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk
pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan
atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi
dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Tanda tangan dan cap
Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah
kabupaten/kota
2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
29
3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih
dari satu propinsi atau lintas batas negara
3.5 Tugas
Tugas-4 :
5. Sebutkan jenis Dokumen Lingkungan Hidup !
6. Apa yang menjadi dasar perbedaan jenis Dokumen Lingkungan Hidup
tersebut ?
7. Berikan contoh 1 kegiatan dengan lingkup yang berbeda untuk masing-
masing jenis Dokumen Lingkungan Hidup !
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
30
6 BAB III
ANALISIS DAMPAK SOSIAL
1. PENDAHULUAN
Dalam Kajian Sosial terkait Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur, khusus
untuk Aspek Sosial ada beberapa hal yang akan dicapai :
1. Menentukan dampak sosial proyek infrastruktur terhadap masyarakat;
2. Menyusun rencana mitigasinya;
3. Menyusun rencana untuk pembebasan lahan dan pemukiman kembali;
4. Menentukan rencana pelatihan dalam rangka melaksanakan program
perlindungan sosial untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang terkena
dampak.
Selengkapnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
2. IDENTIFIKASI ASPEK SOSIAL
Aspek sosial dalam Dokumen Lingkungan Hidup adalah telaahan yang
dilakukan terhadap komponen demografi, ekonomi, dan budaya.
Komponen Demografi mencakup :
Struktur Penduduk :
a. Komposisi penduduk menurut kelompok umur jenis kelamin, mata
pencaharian, pendidikan, agama;
b. Kepadatan penduduk
Proses Penduduk :
a. Pertumbuhan Penduduk (tingkat kelahiran, tingkat kematian bayi, tingkat
kematian kasar, pola perkembangan)
b. Mobilitas Penduduk (migrasi masuk, migrasi keluar, pola migrasi, pola
persebaran penduduk)
Tenaga Kerja :
a. Tingkat partisipasi angkatan kerja
b. Tingkat pengangguran
Kompetensi : Peserta mampu menganalisis dan mengevaluasi kelayakan sosial
yang berperan dalam Kelayakan Proyek Penyediaan Infrastruktur
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
31
Komponen Ekonomi mencakup :
1. Ekonomi Rumah Tangga :
a. tingkat pendapatan
b. pola nafkah ganda
2. Ekonomi Sumber Daya Alam :
a. pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam
b. pola pemanfaatan sumber daya alam
c. pola penggunaan lahan
d. nilai tanah dan sumber daya alam lainnya
e. sumber daya alam milik umum (common property)
3. Perekonomian Lokal dan Regional
a. kesempatan kerja dan berusaha
b. nilai tambah karena proses manufaktur
c. jenis dan jumlah aktivitas ekonomi non-formal d. distribusi pendapatan
d. efek ganda ekonomi (multiplier effect)
e. produk Domestik Regional Bruto
f. pendapatan asli daerah
g. pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
h. fasilitas umum dan fasilitas sosial
i. aksesibilitas wilayah
Komponen Budaya mencakup :
1. Kebudayaan :
a. adat-istiadat
b. nilai dan norma budaya
2. Proses Sosial :
a. proses asosiatif (kerjasama)
b. proses disosiatif (konflik sosial) c. akulturasi
c. asimilasi dan integrasi
d. kohesi sosial
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
32
3. Pranata Sosial/Kelembagaan Masyarakat di bidang :
a. ekonomi, misal hak ulayat
b. pendidikan
c. agama
d. sosial
e. keluarga
4. Warisan Budaya :
a. situs purbakala
b. cagar budaya
5. Pelapisan Sosial berdasarkan :
a. pendidikan
b. ekonomi
c. pekerjaan
d. kekuasaan
6. Kekuasaan dan kewenangan :
a. kepemimpinan formal dan informal
b. kewenangan formal dan informal
c. mekanisme pengambilan keputusan di kalangan masyarakat
d. kelompok / individu yang dominan
e. pergeseran nilai kepemimpinan
7. Sikap dan Persepsi Masyarakat usaha atau kegiatan
8. Adaptasi Ekologis
Semua data-data tersebut dihimpun sebagai data dasar yang selanjutnya
dijadikan pelengkap dalam Dokumen Lingkungan Hidup yang akan disusun.
Tugas-5 :
Masih dengan Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kota A
mengambil Sumber Air Baku dari Sungai yang berada di Kota B dengan jarak
15 km. Debit pengolahan SPAM Regional tersebut direncanakan 500 L/detik.
Sebutkan Aspek Demografi, Ekonomi dan Budaya yang harus diidentifikasi
untuk Kegiatan diatas !
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
33
3. MITIGASI LINGKUNGAN
Secara umum mitigasi lingkungan adalah merupakan upaya-upaya untuk
mencegah dampak negatif yang diperkirakan akan terjadi atau telah terjadi
karena adanya rencana kegiatan atau menanggulangi dampak negatif yang
timbul sebagai akibat adanya suatu kegiatan/usaha. Mitigasi Lingkungan dalam
konteks mencegah atau mengendalikan dampak negatif dari suatu rencana
kegiatan dapat dilakukan melalui proses analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan/atau Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL).
Prinsip Mitigasi Lingkungan :
1. Program mitigasi lingkungan berupa prinsip-prinsip atau persyaratan untuk
menanggulangi dampak lingkungan
2. Program mitigasi lingkungan dirumuskan secara rinci, sehingga dapat
dipakai sebagai dasar pelaksanaan kegiatan mitigasi lingkungan. Apabila
upaya mitigasi lingkungan ditempuh melalui penerapan teknologi tertentu,
maka harus disertakan desain teknologinya berupa Detail Desaign
Engineering ( rancangan rinci rekayasa)
3. Dalam upaya mitigasi lingkungan mencakup pula upaya peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan kemandirian para transmigran atau
stakeholder dalam mitigasi lingkungan melalui bimbingan teknis
4. Upaya mitigasi lingkungan mencakup pula pembentukan organisasi
pelaksanaan mitigasi lingkungan
Langkah-langkah Mitigasi Lingkungan :
1. Menghindarkan impak suatu kegiatan dengan melakukan pembatalan,
modifikasi atau menghilangkan beberapa tahapan tertentu.
2. Memperkecil impak dengan membatasi skala kegiatan.
3. Memperbaiki suatu yang merusak lingkungan dengan melakukan restorasi,
repairing atau rehabilitasi.
4. Mengurangi atau menghilangkan impak yang sedang terjadi dengan
pengelolaan yang tepat dan effisien.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
34
5. Memberikan kompensasi suatu impak melalui relokasi, pembangunan
fasilitas baru, pembuktian yang masuk akal (sound proofing), penyejukan
(airconditioning).
6. Memberikan perlakuan yang sebaik-baiknya terhadap semua yang terkena
dampak.
7. Melakukan daur ulang material.
8. Memanfaatkan teknologi yang paling minimal menghasilkan limbah.
9. Organisasi lingkungan hidup adalah kelompok orang yang terbentuk atas
kehendak dan keinginan sendiri ditengah masayarakat yang kegiatannya
dibidang lingkungan hidup.
10. Dampak besar dan penting adalah perubahan lingkungan hidup yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan
11. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas
suatu rencana usaha dan atau kegiatan yang (akan) dilaksanakan.
Pendekatan Mitgasi Lingkungan :
1. Pendekatan Teknologi
- Mitigasi lingkungan melalui pendekatan teknologi adalah cara-cara atau
penggunaan teknologi untuk menanggulangi dampak negatif lingkungan.
Teknologi yang akan diterapkan oleh masyarakat (transmigran) harus
mempertimbangkan kemampuan dan keahlian transmigran serta budaya
setempat.
2. Pendekatan Sosial Ekonomi Budaya
- Ketergantungan sistim sosial pada lingkungan sekitarnya perlu dicermati
karena dapat meningkatkan eksploitasi lingkungan dan sumber daya
alam lokasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya intrusi dan akulturasi
budaya di kawasan transmigrasi dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Peralihan sistem ekonomi lokal dan mata pencaharian menimbulkan
terjadinya kesenjangan sosial.
- Pendekatan Sosial Ekonomi Budaya merupakan langkah-langkah yang
akan ditempuh dalam menanggulangi dampak lingkungan melalui upaya-
upaya sosial atau tindakan-tindakan yang bermotifkan sosial ekonomi
misalnya;
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
35
- Melibatkan masyarakat disekitar lokasi kegiatan untuk berpartisipasi aktif
dalam kegiatan mitigasi lingkungan
- Memprioritaskan penyerapan tenaga kerja setempat dalam mitigasi
lingkungan
- Menjalin interaksi sosial yang harmonis antara transmigran dengan
penduduk sekitar.
3. Pendekatan Kelembagaan dan Stakeholder.
- Kelembagaan merupakan salah satu unsur penting yang menentukan
keberlanjutan dan berjalannya suatu program secara berkesinambungan.
Kerjasama dan hubungan baik antara lembaga terkait dan stakeholders
sangat diperlukan dalam penyusunan pedoman mitigasi lingkungan.
3.1 Tugas
Tugas-6 :
Masih dengan Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kota A
mengambil Sumber Air Baku dari Sungai yang berada di Kota B dengan jarak
15 km. Debit pengolahan SPAM Regional tersebut direncanakan 500 L/detik.
Sebutkan Mitigasi Lingkungan yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan
Kegiatan diatas !
4. PENGADAAN TANAH DAN PERMUKIMAN KEMBALI
4.1 Pengadaan Tanah
Pengadaan tanah pada dasarnya dilakukan demi melakukan pelakasanaa
pembangunan, namun dalam melaksanakannya dibutuhkan tanah, sehingga
proses dalam penyediaan tanah dalam rangka pembangunan ini yang disebut
proses pengadaan tanah
Dalam menjalani proses pengadaan tanah, terdapat peraturan- peraturan yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tantang Undang- Undang Pokok
Agraria (UUPA). Didalam undang-undang ini, pasal yang terkait dengan
pengadaan tanah ada didalam
a. Pasal 14 ayat (1) dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 2 ayat (2)
dan (3), Pasal 9 ayat (2), Pasal 10 ayat (1) dan (2), Pemerintah membuat
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
36
rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi,
air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya;
- Untuk keperluan negara;
- Untuk keperluan peribadatan dan keperluan-keperluan suci lainnya
sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa;
- Untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial,
kebuadayaan dan lain-lain kesejahteraan;
- Untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, perternakan,
dan perikanan serta sejalan dengan itu;
- Untuk keperluan memperkembangakan industri, transmigrasi dan
peertambangan.
b. Pasal 18 menyatakan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk
kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari selurh
rakyat. Hak-Hak Atas Tanah dapat dicabut dengan memberikan ganti
rugi kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan udang-
undang,
2. Selain terkandung didalam Undang-Undang, peraturan mengenai
pengadaan tanah juga didatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri,
antara lain :
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Ketentuan-ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976 tentang
Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Pemerintah
Bagi Pembebasan Tanah Olehh Pihak Swasta.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1985 tentang Cara
pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Proyek Di wilayah Kecamatan.
Namun, ketiga perakturan mentri diatas, dinyatakan tidak berlaku, lagi
dengan dikeluarkanya.
3. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaaan Tanah
bagi Pelaksanan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang
dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkanya:
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
37
4. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, yang telah
disempurnakan oleh:
5. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah
bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 jo Nomor 36 Tahun 2006 hanya
mengatur mekanisme pengadaaan tanah dan tidak digunakan untuk
melakakukan Hak Atas Tanah yang pada hakikatnya merupakan
subtansi undang-undang.
6. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BBPN Nomor 1 Tahun 1994 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993.
Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomr 1 Tahun 1994 ini masih
digunakan sebagai pediman pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembagunan untuk kepentingan umum karena hingga saat ini belum ada
peraturan pelaksana dari Peraturan Presdien Nomor 65 Tahun 2006.
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak
Atas Tanah dan Benda-Benda Ynag Ada Di Atasnya. Jika keadaan
mengharuskan dilakukannya pencabutan Hak Atas Tanah maka
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 jo Nomor 65 Tahun 2006 tida
lagi dapat diterapkan dengan langkah berikutnya adalah dengan
menggunakan instrumen Undang-Unddang Nomor 20 Tahun 1961 dan
peraturan Pelaksanaannya.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973 tentang Acara Penetapan
Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi Sehubungan Dengan Pencabutan
Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Diatasnya.
9. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1973 tentang Pelaksanaan
Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-benda yang ada diatasnya.
10. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
38
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
12. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.
Prinsip Pengadaan Tanah
Implemetasi pengadaan tanah perlu memerhatikan beberapa prinsip (asas)
sebagaimana tersirat dalam peraturan perundang-undangan dan ketentuan
terkait yang mengaturnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapa pun dan untuk keperluan
apa pun harus ada landasan haknya.
2. Semua hak atas tanah secara langsung maupun tidak langsung
bersumber pada hak bangsa.
3. Cara untuk memperoleh tanah yang sudah dihaki oleh seseorang/badan
hukum harus melalui kata sepakat antarpihak yang bersangkutan dan
4. Dalam keadaan yang memaksa, artinya jalan lain yang ditempuh agar
maka presiden memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan hak,
tanpa persetujuan subyek hak menurut UU Nomor 20 Tahun 1961.
Pembebasan Tanah Dan Pelepasan Hak Atas Tanah
Dalam melakukan pembebasan tanah dan pelepasan hak atas tanah demi
pembangunan yang dilakukan pemeritah yang berlandaskan atas fungsi sosial
tentuya dilakukan dengan beberapa cara. Dalam Hukum Tanah Nasional
menyediakan cara memperoleh tanah dengan melihat keadaan sebagai berikut
:
1. Status tanah yang tersedia, tanahnya merupakan tanah negara atau
tanah hak;
2. Apabila tanah hak, apakah pemegang haknya bersedia atau tidak
menyerahkan hak atas tanahnya tersebut;
3. Apabila pemegang hak bersedia menyerahkan atau memindahkan
haknya, apakah yang memerlukan tanh memenuhi syarat sebaai
pemegang hak atas tanah yang bersangkutan atau tidak memenuhi
syarat.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
39
Pelepasan hak tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara
pemegangan hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan
memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Cara memperoleh tanah
dengan pelepasan hak atas tanah ini ditempuh apabila yang membutuhkan
tanah tidak memenihi syarat sebagai pemegang hak atas tanah.
Pelepasan hak atas anah dan pencabutan hak atas tanah merupakan 2 (dua)
cara untuk memperoleh tanah hak, dimana yang membutuhkan tanah tidak
memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah. Pelepasan hak atas tanah
adalah melepaskan hubugan hukum anatra pemegang hak atas tanah dengan
tanah yang dikuasainya, dengan memebrikan ganti rugi atas dasar
musyawarah. Pembebasan tanah adalah melepaskan hubungan hukum yang
semula diantara pemegang hak/menguasai tanah dengan cara memberikan
ganti rugi. Kedua perbuatan hukum tersebut mempunyai pengertian yang sama,
perbedaannya pembebasan hak atas tanah adalah dilihat dari yang
membutuhkan tanah, biasanya dilakukan untuk areal tanah yang luas
sedangkan pelepasan hak atas tanah dilihat dari yang memiliki tanah, dimana Ia
melepaskan haknya kepada Negara untuk kepentingan pihak lain.
Pelepasan hak tanah yang dilakukan oleh pihak yang tanahnya diambil demi
pembangunan harus diimbangi dengan pemberian ganti kerugian atau
kompensasi yang layak. Hal ini berkaitan dengan bagaimana peran tanah yanh
dilepas bagi kehidupan pemegang hak dan prinsip penghormatan terhadap hak-
hak yang sah atas tanah. Kemudian setelah pemberian kompensasi yang layak,
maka ketika melakukan musyawarah antara pemegang hak atas tanah dengan
pemerintah maka kedua belah pihak harus berada dalam posisi yang setara dan
seimbang.
4.2 Permukiman kembali
Dalam rangka rencana pengadaan tanah yang digunakan untuk proyek
infrastruktur, ada kegiatan lanjutan sebagai dampak dari pengadaan tanah itu
sendiri, yaitu : kompensasi, pemukiman kembali dan bantuan lainnya.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
40
Kompensasi
Orang yang terkena dampak pemindahan memiliki hak untuk menerima biaya
penggantian/pemindahan yang sebenarnya adalah :
Untuk lahan di wilayah perkotaan, nilai pasar dari lahan di lokasi sebelum
dipindahkan dengan ukuran dan penggunaan yang sama, dengan yang sejenis
atau dengan pelayanan prasarana dan sarana umum yang lebih baik, serta
berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang terkena proyek, ditambah biaya-
biaya untuk pendaftaran, biaya balik nama dan pajak.
Untuk lahan pertanian, nilai lahan sebelum sub-proyek/program atau sebelum
pemindahan, meskipun lebih tinggi. Lahan pengganti harus sama produktifnya
atau potensi penggunaannya, berlokasi tidak terlalu jauh dari lahan yang lama,
termasuk biaya-biaya untuk penyiapan lahan sehingga menyerupai lahan
sebelumnya, ditambah biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama
dan pajak.
Untuk rumah-rumah dan bangunan lainnya, nilai pasar dari material untuk
membangun sebuah bangunan pengganti, atau untuk memperbaiki sebagian
bangunan yang terkena, ditambah biaya pengangkutan material bangunan ke
lokasi pembangunan, ditambah biaya buruh dan jasa kontraktor, ditambah
biaya-biaya untuk pendaftaran, dan biaya balik nama dan pajak. Dalam hal
perhitungan biaya penggantian dari sebuah aset yang terkena dampak, perlu
dijelaskan bahwa depresiasi dari aset dan nilai dari sejumlah material tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan, dan juga tidak diperhitungkan keuntungan-
keuntungan yang diperoleh dari kegiatan sub-proyek/program yang dikerjakan.
Kompensasi dari tanaman, pohon-pohon, dan aset lainnya akan didasarkan
pada nilai penggantian dengan menggunakan harga yang ada per pohon yang
disiapkan oleh lembaga / dinas terkait, diambil dari perhitungan harga pasar
setempat (lokal).
Nilai kompensasi akan bergantung pada status penguasaan atas lahan dan
bangunan dari orang yang akan dipindahkan seperti ditetapkan.
Orang yang terkena dampak yang ; (i) sisa lahan dan bangunannya tidak bisa
digunakan untuk hunian atau tempat bekerja; atau (ii) sisa lahannya kurang dari
60 m2; (iii) sisa lahan pertaniannya kurang dari 50% dari ukuran tertentu
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
41
sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan; atau (iv) sisa bangunan kurang
dari 21 m2; memiliki pilihan dimasukkan sebagai orang-orang yang secara fisik
dipindahkan/tergusur dan mendapat kompensasi untuk aset yang terkena
dampak. Orang yang terkena dampak yang sisa lahannya kurang dari 60 m2
dan bangunannya kurang dari 21 m2, akan memperoleh pilihan untuk pindah ke
sebuah lokasi baru pada persil minimum seluas 60 m2 dan bangunan minimum
seluas 21 m2. Mereka juga akan mendapat kompensasi di lokasi baru sesuai
kerugian mereka
Pemukiman Kembali
Tapak atau lahan pemukiman kembali yang disediakan untuk orang- orang yang
tergusur akan termasuk juga sarana dan prasarana umum sehingga baik untuk
tinggal dan memungkinkan pengembangan sebuah kehidupan sosial dan
ekonomi yang lebih baik, termasuk (a) jalan dan jalan setapak yang diperlukan;
(b) sistem drainase; (c) penyediaan air bersih (jika distribusi air melalui pipa
tidak memungkinkan, maka harus ada sumur dangkal yang memenuhi standar
kesehatan); (d) listrik; (e) fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat kerja, fasilitas
keagamaan, dan fasilitas olahraga, sesuai dengan ukuran jumlah komunitas
yang baru; dan (f) fasilitas transportasi umum untuk mencapai kehidupan yang
layak.
Orang yang secara fisik dipindahkan akan pindah ke lokasi baru setelah sarana
dan prasarana di lokasi pemukiman kembali selesai dan layak untuk dihuni yang
dinyatakan oleh KMW dan LKM. Orang yang terkena dampak akan
diinformasikan tentang penyelesaian dari lahan pemukiman kembali
sekurangnya satu bulan sebelum pemindahan, dan mereka akan diundang
untuk meninjau lokasi baru tersebut. Tapak pemukiman sudah harus ada
sebelum mulai dengan subproyek terkait.
Lokasi yang disediakan (dicadangkan) untuk pemukiman kembali secara luas
akan dipublikasikan sehingga masyarakat secara luas akan mendapat
informasi.
Bantuan Lainnya
Orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang kehilangan
pekerjaan/sumber pendapatan, akan menerima bantuan untuk memulihkan ini.
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
42
Bentuk-bentuk bantuannya akan dikonsultasikan oleh LKM dan disepakati oleh
KMW. Pelatihan dan bantuan yang dapat disediakan termasuk; pengembangan
motivasi, pelatihan keterampilan dan jenis pekerjaan tertentu, bimbingan untuk
memulai dan mengembangkan usaha kecil, kredit usaha kecil, pengembangan
pemasaran, bantuan selama periode transisi, dan penguatan dari organisasi
masyarakat dan pelayanan lainnya. Dalam pelaksanaan bantuan melalui
pendampingan, perlu diperhatikan untuk harmonisasi komunitas baru dengan
masyarakat setempat di wilayah pemukiman kembali melalui upaya-upaya
pendampingan dan upaya integrasi sosial. Pendampingan dapat dikaitkan
dengan program-program dan sumberdaya yang ada lainnya.
4.3 Tugas
Tugas-7 :
Masih dengan Kegiatan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kota A
mengambil Sumber Air Baku dari Sungai yang berada di Kota B dengan jarak
15 km. Debit pengolahan SPAM Regional tersebut direncanakan 500 L/detik.
Jelaskan terkait pengadaan lahan dan permukiman kembali yang harus
dilakukan dalam rangka pelaksanaan Kegiatan diatas !
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT SUMBER DAYA AIR DAN KONTRUKSI
43
7 BAB IV
EVALUASI KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
1. EVALUASI HASIL ANALISIS
Evaluasi kelayakan lingkungan dan sosial dilakukan terhadap beberapa
indikator berikut ini :
1. Kelayakan Lingkungan
- Jenis Dokumen Lingkungan Hidup
- Kesesuaian dengan RTRW
- Rona Lingkungan Awal
- Matriks Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
- Rekomendasi Lingkungan
2. Kelayakan Sosial
- Data Sosial Budaya
- Pelaksanaan dan Hasil Konsultasi Publik
- Upaya Mitigasi Lingkungan
- Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali
2. PENYUSUNAN HASIL ANALISIS
Hasil Analisis Kelayakan Lingkungan dan Sosial disajikan dalam bentuk
pelaporan yang mencantumkan kelengkapan yang harus ada serta tingkat
kedalamannya.
Kompetensi : Peserta mampu mengetahui dan memahami evaluasi
kelayakan lingkungan dan sosial dalam proyek
penyediaan infrastruktur
MODUL 4 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL
8 DAFTAR PUSTAKA
1. PT. Penjamin Infrastruktur Indonesia, “Buku Panduan Penerapan Tinjauan
Aspek Lingkungan dan Sosial Dalam Proses Penjaminan Proyek
Infrastruktur Dalam Skema KPS”, Juni 2014
2. PT. Sarana Multi Infrastruktur, “Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan
dan Sosial”, 2017
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012
TentangPenyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2012TentangPedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan
Hidup
6. Diktat Kuliah AMDAL