analisis kelayakan geologi lingkungan dalam penataan ruang rencana tempat pengelolaan akhir.docx

14
Analisis Kelayakan geologi lingkungan Dalam Penataan Ruang Rencana Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah Terpadu Blang Bintang Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Submitted by admin on Tue, 08/20/2013 - 08:23 ANALISIS KELAYAKAN GEOLOGI LINGKUNGAN DALAM PENATAAN RUANG RENCANA TEMPAT PENGELOLAAN AKHIR (TPA) SAMPAH TERPADU BLANG BINTANG PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Oleh: Dikdik Riyadi* dan Hadianto* Sari Perkembangan penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah meningkat khususnya pasca tsunami. Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan, sehingga TPA yang ada tidak akan mampu menampung sampah sampai 20 tahun mendatang . Semakin sulitnya mencari lahan kosong untuk TPA di Kota Banda, maka dipandang perlu adanya kerjasama antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dalam menyediakan lahan untuk TPA. Kegiatan pembangunan TPA sampah direncanakan di Desa Data Makmur Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan sistem Sanitary Landfill Terpadu yang dilengkapi dengan industri pendukung hasil pemilahan dengan luas lahan 200 ha. Sarana dan prasarana utama yang akan dibangun adalah landfill, kolam lindi, kolam penampungan air hujan dan buffer zone. Sarana penunjangnya adalah kantor pengelola, perbengkelan dan garasi, sarana air bersih, unit pemilah dan sebagainya. Kondisi lingkungan fisik beraspek geologi yang mendukung diantaranya tapak kegiatan berada pada bentang alam punggungan bukit dengan relief permukaan relatif datar dan kedudukan muka air tanah yang dalam. Faktor kendala yaitu tanah pelapukan dari batuan gunung api yang erodible dan angka kelulusan >10 -5 cm/detik. Berdasarkan aspek geologi lingkungan untuk tata letak sarana utama TPA Sampah Terpadu berada pada zona leluasa, sedangkan buffer zone berfungsi sebagai penyangga dan dapat menyerap gas CO 2 , seperti tanaman Jatropha curcas (jarak) berada pada zona kurang leluasa dan zona tidak layak. Abstract The population of Banda Aceh City and Aceh Besar Regency has been developing since tsunami evidence. These development was also followed by increasing of waste disposal as far as the existing waste site cannot accommodate waste until next 20 years. Joint cooperation between Banda Aceh City and Aceh Besar Regency was already done to find the new waste site that situated at Data Makmur-Blang Bintang Village, Aceh Besar Regency. The new waste site covers an area of 200 ha with Sanitary Landfill System which is completely with supporting facilities such as leached

Upload: andy-age

Post on 28-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Analisis Kelayakan geologi lingkungan Dalam Penataan Ruang Rencana Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah Terpadu Blang Bintang Provinsi Nangroe Aceh DarussalamSubmitted by admin on Tue, 08/20/2013 - 08:23 ANALISIS KELAYAKAN GEOLOGI LINGKUNGAN DALAM PENATAAN RUANG RENCANA TEMPAT PENGELOLAAN AKHIR (TPA) SAMPAH TERPADU BLANG BINTANG PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAMOleh:Dikdik Riyadi* dan Hadianto*SariPerkembangan penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah meningkat khususnya pasca tsunami. Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan, sehingga TPA yang ada tidak akan mampu menampung sampah sampai 20 tahun mendatang . Semakin sulitnya mencari lahan kosong untuk TPA di Kota Banda, maka dipandang perlu adanya kerjasama antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dalam menyediakan lahan untuk TPA. Kegiatan pembangunan TPA sampah direncanakan di Desa Data Makmur Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan sistem Sanitary Landfill Terpadu yang dilengkapi dengan industri pendukung hasil pemilahan dengan luas lahan 200 ha. Sarana dan prasarana utama yang akan dibangun adalah landfill, kolam lindi, kolam penampungan air hujan dan buffer zone. Sarana penunjangnya adalah kantor pengelola, perbengkelan dan garasi, sarana air bersih, unit pemilah dan sebagainya. Kondisi lingkungan fisik beraspek geologi yang mendukung diantaranya tapak kegiatan berada pada bentang alam punggungan bukit dengan relief permukaan relatif datar dan kedudukan muka air tanah yang dalam. Faktor kendala yaitu tanah pelapukan dari batuan gunung api yang erodible dan angka kelulusan >10-5 cm/detik. Berdasarkan aspek geologi lingkungan untuk tata letak sarana utama TPA Sampah Terpadu berada pada zona leluasa, sedangkan buffer zone berfungsi sebagai penyangga dan dapat menyerap gas CO2, seperti tanaman Jatropha curcas (jarak) berada pada zona kurang leluasa dan zona tidak layak.AbstractThe population of Banda Aceh City and Aceh Besar Regency has been developing since tsunami evidence. These development was also followed by increasing of waste disposal as far as the existing waste site cannot accommodate waste until next 20 years. Joint cooperation between Banda Aceh City and Aceh Besar Regency was already done to find the new waste site that situated at Data Makmur-Blang Bintang Village, Aceh Besar Regency. The new waste site covers an area of 200 ha with Sanitary Landfill System which is completely with supporting facilities such as leached collection pond, reservoir of rain water, buffer zone, etc. The environmental geological aspect that supporting the includes relatively flat landscape, deep ground water table, however soil cover is erodible and permeability value (k) is > 10-5 cm/sec become constrain parameters. Based on environmental geologic aspects, the selected main waste site is situated in the suitable area whereas its buffer zone is innless suitable area and it will be planted by jatropha curcas. This plant can absorb of CO2 emission.

PENDAHULUANPerkembangan penduduk Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar telah meningkat khususnya pasca tsunami. Produksi sampah di Kota Banda Aceh yaitu sekitar 700 m3 per hari dan yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) baru 525 m3 per hari. Sedangkan volume sampah di Kabupaten Aceh Besar yang didominasi dari Pasar Lambaro, Keutapang dan sekitar mencapai 200 m3 per hari. Untuk itu Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan lokasi TPA Sampah Terpadu menurut SNI 01-3241-1994 di Desa Data Makmur Kec. Blang Bintang dari beberapa lokasi alternatif di Kec. Montasik dan Kec. Blang Bintang. Kajian ini menekankan terhadap aspek geologi lingkungan seperti: sifat fisik tanah dan batuan, tatanan air tanah dan bahaya geologi dan memberikan pengorganisasian keleluasaan serta desain tata letak sarana utama dan sarana penunjang ditinjau dari sudut pandang geologi lingkungan. TPA Sampah Terpadu direncanakan menggunakan sistem Sanitary Landfill Terpadu dengan luas total lahan 200 Ha dan dalam jangka

Gambar 1. Peta Petunjuk Lokasi TPA Blang Bintang

panjang akan dilengkapi dengan industri pendukung hasil pemilahan.KEADAAN UMUMLokasi KegiatanPembangunan dan pengolahan TPA Sampah Terpadu direncanakan menempati lahan lebih kurang 200 ha yang terletak di Desa Data Makmur, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar. Secara geografis berada pada 952750 s/d 952857 BT, 53036 s/d 53142 LU (Gambar 1).TPA Terpadu ini berjarak sekitar 25 km dari pusat Kota Banda Aceh dan sekitar 50 km dari ibukota kecamatan Kabupaten Aceh Besar (Kecamatan Jantho). Selain itu, lokasi rencana TPA terletak relatif dekat dari Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, yaitu hanya sekitar 5 km (jarak lurus).I k l i mData klimatologi seperti data curah hujan diperoleh dari stasiun BMG Blang Bintang, menurut pencatatan besarnya curah hujan periode 1989 1998, rata-rata dalam setahun 1.447 mm (Gambar 2), musim kering (< 100 mm) yang terjadi pada bulan Juni (66 mm) hingga September (64 mm). Menurut kategori iklim dari Schmidt dan Ferguson, menghasilkan nilai Q rata-rata sebesar 0.3952 sehingga iklim di daerah Aceh dapat dikategorikan sebagai iklim agak basah. Suhu udara rata-rata di daerah Blang Bintang dan sekitarnya antara 260C 280C dengan kelembaban udara berkisar dari 74% hingga 84%.

Gambar 2. Histogram Curah Hujan Blang Bintang 1989-1998Sampah Yang DikelolaJumlah sampah yang akan dikelola diprediksikan berdasarkan jumlah penduduk,

Tabel. 1 Prediksi Timbulan SampahTahunJumlah Penduduk TerlayaniTingkat Pelayanan (%)Sampah Yang Harus Dikelola di TPA Blang Bintang (ton/thn)

Kota Banda AcehKab. Aceh BesarKota Banda AcehKab. Aceh BesarKota Banda AcehKab. Aceh BesarTotal

2009231.280198.28175,540,342.83011.20054.030

2013250.345215.46877,541,547.09312.40259.495

2017270.981234.14679,542,751.74013.72165.461

2021293.319254.44281,543,956.80315.16771.970

2025317.497276.49883,545,162.31716.75079.067

standar timbulan dan tingkat pelayanan pengangkutan sampah. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2007). Adapun asumsi yang digunakan dalam proyeksi timbulan sampah yang harus dikelola dalam lokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang, dapat dilihat pada Tabel 1.PENILAIAN KESESUAIAN LOKASIKesesuaian Lokasi TPA Berdasarkan SNILokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang yang telah ditetapkan merupakan hasil evaluasi berdasarkan SNI 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (PU). Sebenarnya SNI 03-3241-1994 tentang pemilihan lokasi TPA digunakan untuk menilai keunggulan relatif satu calon lokasi TPA Sampah terhadap calon lokasi TPA Sampah lainnya. Tahapan penilaian ini terdiri dari 5 parameter umum dan 17 parameter lingkungan fisik, dengan kisaran nilai minimum 1 dan maksimum 10.Tabel 2 memperlihatkan analisis perhitungan kelayakan TPA Sampah Terpadu Blang Bintang dengan menggunakan metoda SNI.Nilai yang didapat untuk TPA Sampah terpadu Blang Bintang adalah 658, dan calon lokasi TPA Sampah dapat dikatakan ideal/sempurna jika total nilai yang didapat maksimum adalah 790. Jika calon lokasi TPA ideal tersebut diposisikan sebagai 100% maka nilai 658 yang diperoleh dari penilaian lokasi TPA Sampah Terpadu Blang Bintang ini berada pada posisi 83,29%. Hal ini disebabkan karena partisipasi masyarakat kurang berperan aktif, setempat merupakan daerah recharge, curah hujan tinggi, jalan masuk ke lokasi melalui permukiman berpenduduk sedang, dan berdampak sedang terhadap pertanian yang ada di sekitarnya.Kesesuaian Lokasi TPA Berdasarkan Tata RuangMenurut rencana pemanfaatan lahan yang tertuang dalam RTRWP NAD, lokasi TPA Blang Bintang terletak pada kawasan budi daya yang dialokasikan sebagai Hutan Produksi Terbatas (HTP).Sedangkan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang masih dalam proses Qanun, Kecamatan Blang Bintang berada pada kawasan budi daya dan termasuk dalam sistem kota metropolitan Banda Aceh yang mengemban peran sebagai kawasan yang diprioritaskan untuk pengembangan kota pelabuhan udara, karena secara eksisting sebagai lokasi Bandar Udara Sultan Iskandar Muda.Oleh karena lokasi TPA Terpadu Blang Bintang terletak pada kawasan hutan produksi terbatas, maka proses alih fungsi lahan melalui mekanisme pinjam pakai yang diatur dalam Permenhutbun P-14 tahun 2006 jungto Permenhutbun No. 64 tahun 2006.DESKRIPSI KEGIATANBerdasarkan kajian desain TPA Sampah Terpadu Blang Bintang ini akan dilengkapi dengan sarana utama dan sarana penunjang.Sarana Utama TPALandfillBerdasarkan hasil kajian Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda Nanggroe Aceh Darussalam (2007), bahwa model landfill yang akan dikembangkan dalam pembangunan TPA Terpadu adalah Teknologi Reusable Sanitary Landfill (Semi Aaerobic Wet-Cell System, Gas Recovery, and Reusable), seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan 4.

Tabel 2 Nilai Evaluasi Lokasi TPA Sampah Terpadudi Desa Data Makmur dengan SNI 03-3241-1994NoParameterBobotTPA TerpaduNilaiScore

IUMUM

1Batas Administrasi5Di dalam batas administrasi1050

2Pemilik Hak Atas Tanah3Pemerintah Daerah/Pusat1030

3Kapasitas Lahan5> 10 tahun1050

4Jumlah Pemilik Tanah31 KK1030

5Partisipasi Masyarakat3Digerakkan515

IILINGKUNGAN FISIK

1Tanah5Harga kelulusan 10-9 - 10-6 cm/detik (dengan bantuan teknologi)735

2Air Tanah5> 10 m dengan kelulusan < 10-6 cm/detik1050

3Sistem Aliran Air Tanah3Recharge area dan discharge area lokal515

4Pemanfaatan Air Tanah3Diproyeksikan untuk dimanfaat-kan dengan batas hidrolis515

5Bahaya Banjir2Tidak ada bahaya banjir1020

6Tanah Penutup4Tanah penutup cukup1040

7Intensitas Hujan31367 mm/tahun. Diatas 1000 mm/tahun.13

8Jalan Menuju lokasi5Datar dengan kondisi baik1050

9Transportasi Sampah5Antara 16 menit - 30 menit dari centroid sampah840

10Jalan Masuk4Truk sampah melalui daerah pemukiman berkepadatan sedang (< 300 jiwa/ha)520

11Lalu Lintas3Terletak 500 m dari jalan umum1030

12Tata Guna Lahan5Mempunyai dampak sedikit terhadap tata guna lahan sekitar1050

13Pertanian3Tidak ada dampak terhadap pertanian sekitar515

14Daerah Lindung/Cagar Alam2Tidak ada daerah lindung/cagar alam di sekitarnya1020

15Biologis3Nilai habitat yang rendah1030

16Kebisingan dan Bau2Terdapat zona penyangga1020

17Estetika3Operasi penutupan tidak terlihat dari luar1030

TOTAL SKOR658

Sarana Utama TPALandfillBerdasarkan hasil kajian Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda Nanggroe Aceh Darussalam (2007), bahwa model landfill yang akan dikembangkan dalam pembangunan TPA Terpadu adalah Teknologi Reusable Sanitary Landfill (Semi Aaerobic Wet-Cell System, Gas Recovery, and Reusable), seperti yang terlihat pada Gambar 3 dan 4. Metode ini mampu untuk mengendalikan sampah di TPA agar tetap basah dalam suasana semi aerobik, mempercepat proses degradasi sampah organik, yang pada akhirnya

Gambar 3. Konsep Teknologi Sanitary landfillSumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda NAD( 2007)

Gambar 4. Modifikasi Teknologi Semi-Aerobic Sanitary LandfillSumber: Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu Pemda NAD ( 2007)

dapat memperpanjang usia pakai TPA dan dapat dipakai berulang kali di lokasi yang sama.Kolam Lindi dan Pipa Gas MethaneFasilitas pengumpul air lindi dibuat dari perpipaan berlubang-lubang, dipasang dengan kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air lindi ke dasar TPA, mengarah pada suatu titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan air lindi berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit air lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran air lindi ke dalam kolam pengumpul dilakukan secara gravitasi.Kolam Penampung Air HujanAir hujan ditampung pada reservoir untuk dimanfaatkan keperluan operasional sehari-hari, terutama untuk pencucian truk sampah sebelum keluar lokasi. Kolam penampung air hujan secara topografi menempati daerah cekungan yang relatif tinggi di bagian timur tapak, yang dapat disalurkan secara gravitasi atau dipompakan ke lokasi TPA.Buffer ZoneTPA Terpadu ini dilengkapi dengan kawasan penyangga berupa hutan kota melingkari lokasi TPA. Kawasan penyangga ditumbuhi tanaman bermanfaat yang berfungsi dapat menyerap gas CO2, seperti tanaman Jatropha curcas (jarak).Sarana dan Prasarana PenunjangUntuk menunjang pengoperasian TPA Terpadu ini, diperlukan beberapa sarana dan prasarana penunjang, seperti perkantoran, bengkel dan garasi.Kantor PengelolaPembangunan kantor pengelola dengan jumlah personil yang bekerja sebanyak 20 orang. Selain itu juga akan dibangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian karyawan serta masyarakat di sekitar kegiatan.Perbengkelan dan GarasiPerbengkelan diperlukan bagi pemeli-haraan kendaraan yang melakukan aktivitas di TPA Terpadu, baik untuk kendaraan yang berada di sekitar maupun kendaraan yang membawa sampah dari luar.Sarana Air BersihSarana air bersih yang disediakan adalah berupa kolam penampung air yang berfungsi sebagai sumber air cadangan untuk keperluan kegiatan secara keseluruhan.Kolam Penampung Air HujanAir hujan yang tidak terkontaminasi ditampung pada reservoir air hujan dan air yang tertampung dimanfaatkan untuk keperluan operasional sehari-hari, terutama untuk pencucian truk sampah sebelum keluar lokasi.Jalan AksesSampah padat yang akan diolah berasal dari dua wilayah, yaitu dari Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Agar dapat diolah di lokasi tersebut, maka sampah yang dihasilkan dari kedua wilayah pelayanan ini harus diangkut melalui jalan darat dengan jarak 18 km dari Pusat Kota Banda Aceh dan 54 km dari pusat Kota Jantho, ibukota Kabupaten Aceh Besar.Unit Pencuci TrukPencucian mobil diperuntukkan khusus untuk mobil/truk sampah agar tidak menyisakan bau dan kotoran setelah kembali dari lokasi TPA.Unit TimbangTPA Terpadu Blang Bintang dilengkapi dengan jembatan timbang untuk mengetahui berat sampah yang masuk ke TPA.ANALISIS GEOLOGI LINGKUNGANBentang Alam (Landscape)Berdasarkan penafsiran citra satelit SPOT Image dan Satellite Radar Topographic Mission (SRTM-3) tahun 2004 dan dibantu dengan Peta Rupa Bumi skala 1:50,000 Lembar 0421-52 (Banda Aceh) yang diperoleh dari Bakosurtanal, bentang alam tapak menempati punggungan dengan relief permukaan dari landai hingga terjal. Punggungan bukit ini melandai dan miring ke arah barat daya dan berada pada elevasi dari 70 hingga 170 m di atas permukaan laut.Bentang alam di bagian timur dan selatan relatif landai dengan kemiringan kurang dari 8%, sedangkan di bagian tengah dan utara berlereng terjal lebih dari 15% (Gambar 5 dan 6). Bagian tepian (gawir) sungai yang terjal menempati bagian tengah dan utara memanjang dari timur laut barat daya, umumnya ditumbuhi oleh belukar dan rerumputan.Pada bagian gawir ini banyak dijumpai longsoran tanah dalam dimensi yang bervariasi kurang dari 25 m2.Sungai yang terdapat di tapak rencana kegiatan, umumnya berair sepanjang musim walaupun dalam musim kering (kemarau) menunjukkan surut maksimum. Sungai tersebut sebagai anak cabang dari Krueng (Sungai) Titi Puteh, yang disebut oleh penduduk setempat Krueng Uteun Seublah. Sungai ini dengan lebar berkisar dari 2 5 m.

Gambar 5. Bentang alam dataran hingga bergelombang lemah di bagian timur dan selatan tapak kegiatan TPA Sampah Terpadu.

Gambar 6. Bentang alam lembah di bagian tengah tapak kegiatan TPA Sampah terpadu dengan relief permukaan gawir terjal

Gambar 7. Erosi parit yang berkembang menjadi erosi lembah di tapak rencana TPA Sampah TerpaduBatuan dan StrukturBatuan yang menyusun tapak rencana kegiatan telah dikemukan di sebelumnya, tersusun oleh hasil produk gunung api Lam Teuba Jaman Kuarter yang terdiri dari lava andesit dan dasit, aglomerat, tufa dan breksi tufa. Adapun di bagian barat daya tersusun oleh Formasi Seulimeun, terdiri dari batu pasir tufaan dan gampingan, konglomerat dan sedikit mengandung batu lumpur (Bennett, et al., 1981).Batuan yang tersingkap di permukaan, terutama di bagian timur laut, barat daya dan tengah disusun oleh tufa aglomerat. Di bagian dasar sungai tersingkap batuan dasar yang masih segar yaitu breksi dan tufa.Struktur geologi yang terpetakan secara regional dan melintasi tapak rencana kegiatan berarah timur laut barat daya, struktur patahan ini berdasarkan analisis pengukuran titik duga geolistrik dapat terekam relatif berarah sama.Sifat Fisik Tanah dan BatuanTapak kegiatan tersusun oleh produk batuan gunung api, umumnya telah melapuk lanjut berupa lempung lanauan-pasiran (CH), yang mudah tertoreh aliran permukaan (erodible) seperti terlihat pada Gambar 7.Dari hasil pemboran dangkal (hand auger) ketebalan tanah lapukan itu bervariasi kurang dari 1 m hingga mencapai 5 m dan dari uji permeabilitas tanah melalui uji infiltrasi (di permukaan) dengan cara falling head method dan uji perkolasi (- 1 m di bawah muka tanah setempat) dengan cara kocoran (constan head test) menunjukkan angka permeabilitas untuk di permukaan berorde 10-3 cm/detik dan di bawah permukaan 10-5 cm/detik.Daya dukung tanah untuk tumpuan pondasi memakai cara Terzaghi (Bowles, 1989) dengan asumsi kedalaman pondasi 1 meter dan lebar pondasi 0,5 meter, maka akan diperoleh daya dukung ijin (Allowable bearing capacity) dari 19 hingga 39 ton/m2. Analisis kemantapan lereng dengan gabungan metoda Taylor Stability Numbers dan Hoek & Bray (Murthy, 1993) pada faktor keamanan Fs = 1.2, akan diperoleh rasio tinggi lereng (H) dan sengkedan (b) mencapai 5 : 1.Tatanan Air PermukaanBagian tengah tapak rencana kegiatan dibentuk oleh lembah sungai yang cukup dalam dengan beda tinggi di bagian dasar lembah dan atas punggungan mencapai 25 m, lebar lembah sungai ini ke arah hulu sempit dan ke arah hilir cukup lebar berkisar dari 3 hingga 6 meter. Sungai yang berada di tapak rencana kegiatan ini merupakan anak sungai dari Krueng (Sungai) Titi Puteh, yang oleh penduduk disebut Krueng Uteun Seublah. Sungai yang terdapat di dalam tapak kegiatan ini, umumnya berair sepanjang musim walaupun dalam musim kemarau airnya surut maksimum, dengan debit dari 5 liter/detik hingga 13 liter/detik.Tatanan Air TanahTapak rencana kegiatan disusun oleh kelompok Batuan Gunung Api Lam Teuba, terdiri dari bongkahan andesit dan dasit, breksi batu apung,tufa, aglomerat dan aliran abu. Batuan tersebut seperti telah dikemukakan umumnya telah melapuk, di permukaan mempunyai tingkat kelulusan dari sedang hingga rendah ( 10-3 - 10-5 cm/detik).Wilayah yang disusun oleh batuan ini, umumnya mempunyai akuifer produktif sedang, sedangkan wilayah di bagian barat daya dengan bentang alam yang bergelombang dengan kondisi batuan yang sama dibentuk oleh zona akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas (Soekiban, 1981). Untuk mengetahui keberadaan lapisan akuifer, maka telah dilakukan pengukuran titik duga geolistrik (Gambar 8) dengan metoda Schlumberger. Dari hasil pengukuran dan analisis pengukuran geolistrik dapat dibuatkan penampang susunan lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenis, sebagai berikut (Gambar 9) ;Kisaran harga tahanan jenis yang berhubungan dengan jenis batuan di tapak rencana kegiatan terdiri dari ;Rho lebih dari 75 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan tuff aglomerat pasiran/pasir tufaan (kering) - breksi tufa bersifat kompak.Rho 20-70 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan pasir tufaan breksi pasiran (diduga sebagai lapisan akuifer).Rho 119 Ohm-meter, ditafsirkan sebagai lapisan tuf / lempung lempung lanauan.Lapisan akuifer berada pada kedalaman 13 hingga 44 m di bawah muka tanah setempat dalam kondisi setengah tertekan sampai tertekan.Arah aliran aliran air tanah sesuai arah kemiringan lapisan akuifer dan topografi.Dari kegiatan pemboran sampai mencapai kedalaman dari 5 m belum dijumpai air tanah, data tentang sumur gali juga tidak dijumpai, sehingga untuk mengetahui kedudukan muka air sangat sulit. Dengan melihat bentang alam dan kedudukan lapisan akuifer dari diduga muka air tanah cukup dalam, yaitu lebih dari 10 m.Erosi dan SedimentasiErosi yang terjadi di tapak rencana kegiatan terutama pada lahan yang bervegetasi jarang hingga gundul, erosi tersebut berkembang dari erosi parit (sheet erosion) hingga erosi alur (gully erosion), seperti terlihat pada Gambar 7.Alur-alur erosi tersebut mencapai kedalaman hingga 3 m atau lebih, aliran air yang ada di dalamnya mengangkut material lepas menuju bagian anak cabang Krueng Uteun Seublah.Berdasarkan perhitungan empiris dengan cara Universal Soil Loss Equation, maka besarnya erosi pada kondisi awal tapak kegitan adalah berkisar dari 0,15 hingga 0,77 ton/ha/tahun. Untuk lahan yang ditumbuhi pohon kayu putih termasuk kedalam lahan perkebunan dengan penutupan tanah sebagian (CP = 0.07), maka besarnya erosi tanah yang terjadi berkisar dari 0,70 hingga 3,11 ton/ha/tahun. Berdasarkan klasifikasi besaran erosi menurut Departemen Kehutanan, besarnya erosi ini termasuk sangat rendah.KegempaanBerdasarkan Peta Seismotektonik Skala 1 : 250.000 (Firdaus dkk., 1996) tapak kegiatan dan sekitarnya menunjukkan bahwa pusat gempa berada kurang lebih 3 km ke bagian barat. Tapak kegiatan ini termasuk kedalam zona resiko gempa bumi dengan intensitas maksimum V Skala MMI (Modified Mercalli Intensity) dengan percepatan gempa 10 gal (0,01 g) dan kecepatan maksimum 2,46 cm/detik.KELELUASAAN PENGORGANISASIAN RUANGDari aspek fisik tanah rencana tapak kegiatan tidak memenuhi standar aturan SNI 03-3241-1996, karena mempunyai nilai kelulusan lebih besar dari 10-5 cm/detik. Hal ini dapat ditanggulangi dengan masukan rekayasa teknik untuk mendapat nilai kelulusan (k) 10-9 - 10-6 cm/detik, yaitu dengan melapisi permukaan tanah oleh geomembran/geotextile. Berdasarkan penilaian aspek geologi lingkungan lainnya, tapak rencana kegiatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah keleluasaan pengorganisasian ruang untuk dapat dijadikan sebagai TPA Sampah Terpadu Blang Bintang, yaitu zona leluasa, zona kurang leluasa dan zona tidak layak (Gambar 10).Zona LeluasaZona ini menempati relief permukaan yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 8%, tersusun oleh batuan gunung api tua yang telah melapuk kuat berupa lempung pasiran hinga lanauan (CH) dengan kelulusan berorde lebih dari 10-5 cm/detik. Kedudukan muka air tanah diduga dalam lebih dari 10 m.Zona Kurang LeluasaZona ini menempati relief permukaan agak miring dan merupakan bagian dari tepian tebing dengan kemiringan 8 - 15%, tersusun oleh batuan gunung api tua yang sama dengan zona leluasa tersebut di atas. Zona ini cukup rentan terhadap erosi yang berkembang menjadi longsoran berdimensi kecil.Zona Tidak LayakZona ini menempati relief permukaan terjal sebagai tebing lembah dengan kemiringan lebih dari 15%, tersusun oleh batuan gunung api tua yang sama dengan zona leluasa tersebut. Zona ini sangat rentan terhadap longsoran, juga merupakan zona sempadan sungai dan patahan.

Gambar 9. Penampamg susunan lapisan batuan berdasarkan nilai tahanan jenis

REKOMENDASI TATA LETAK TPA TERPADUTata letak TPA Sampah Terpadu Blang Bintang menurut deskripsi kegiatan yang direncanakan tersebut di atas umumnya dapat diletakkan pada zona leluasa, seperti terlihat pada Gambar 10. Sarana utama TPA Sampah Terpadu yang terdiri dari pengolahan leachate, Flare/Landfill Gas Treatment Energy, Sanitary Landfill berada pada zona leluasa. Untuk sarana penunjang seperti kantor pengelolaan, industri pengelolaan sampah, industri biofuel juga berada pada zona leluasa, sedangkan Green Belt dan kebun energi yang berfungsi sebagai penyangga dan dapat menyerap gas CO2, seperti tanaman Jatropha curcas (jarak) menempati zona kurang leluasa dan zona zona tidak leluasa.DAFTAR PUSTAKABennett, J.D., Bridge, D.McC., Cameron, N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jeffery, D.H., Kartawa. W., Keats. W., Rock, N.M.S., Thomson, S.J. dan Wandoyo, 1981. Peta Geologi Lembar Banda Aceh Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Penerbit Erlangga, JakartaFirdaus, M., Kertapati, E., dan Soehaimi, A., 1996. Neotectonic and Seismicity Map. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.Murthy,V.N.S, 1993, A Text Book of Soil Mechanics & Foundation Engineering, in SI Units, Revised and Enlatged Fourth Edition. Published by Sai Kripa Technical ConsultansSharada, 1692, 15th Main, 30th Cross Banashankari Second Stage, Bangalore 500 070Soekiban, S, 1981. Peta Hidrogeologi Lembar Banda Aceh Skala 1 : 250.000. Direktorat Geologi Tata Lingkungan.Tim Koordinasi Pengelolaan Sampah Terpadu, Pemda NAD, 2007, Rencana Pembangunan Sanitary Landfill Terpadu.