modul 3 penilaian kegiatan praktikum
TRANSCRIPT
1
Modul 3
PENILAIAN KEGIATAN PRAKTIKUM
Oleh: Suharto, S.Pd. M.T.
A. Pendahuluan
Telah kita ketahui bersama bahwa kurikulum berkembang pesat
mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Demikian pula pengembangan
kurikulum di tingkat sekolah dasar, sehingga sistem pembelajaran tentunya juga
menuntut pula adanya perkembangan dalam pemilihan jenis strategi, metode,
media maupun sistem penilaian. Sistem penilaian sangat terkait dengan strategi
pembelajaran yang digunakan. Sebagai contoh, kurikulum IPA menghendaki
pembelajaran secara kontekstual, mengkaitkan materi dengan dunia nyata atau
sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Guru mengajarkan sains
kepada siswa melalui pemecahan masalah, inkuiri, keterampilan proses, atau
kooperatif. Strategi pembelajaran ini tentunya menuntut siswa aktif, kreatif, kritis
sehingga mampu mengembangkan kemampuan nalar agar terjadi integrasi antar
materi, pendekatan, dan obyek yang dipelajari. Pada saat siswa menunjukkan
kompetensinya dengan berbagai sikap, perilaku, dan keterampilan yang mereka
miliki, tentunya ini perlu dinilai sebagai sumber informasi yang sangat
berharga untuk menentukan pencapaian kemajuan siswa, maka disinilah
perlunya sistem penilaian yang dapat mengukur kompetensi tersebut.
Kita mengenal ada berbagai jenis asesmen seperti penilaian klasikal/
tradisional, penilaian alternatif, penilaian kinerja, maupun penilaian yang
lainnya. Setiap sistem penilaian mempunyai karakteristik tersendiri yang
membedakan satu dengan lainnya. Dalam modul 54 ini Anda akan diantarkan
kepada suatu pemahaman mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan penilaian
kegiatan praktikum dan bagaimana penerapannya dalam proses pembelajaran.
Pada kegiatan belajar 1, akan diuraikan mengenai penilaian klasikal dalam
kegiatan praktikum, sedangkan pada kegiatan belajar 2 dan 3, akan diuraikan
penilaian alternatif yang diaplikasikan untuk menilain kelompok dan individu
2
dalam kegiatan praktikum. Semoga Anda dapat memahami secara menyeluruh
apa yang diuraikan dalam modul ini, sebab pemahaman tersebut akan menjadi
bekal dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Setelah mempelajari
modul ini, diharapkan Anda mampu menganalisis penerapan konsep penilaian
kegiatan praktikum. Secara lebih khusus, Anda diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA;
2. menjelaskan tujuan dan fungsi kegiatan praktikum;
3. mengidentifikasi bentuk-bentuk praktikum IPA;
4. menjelaskan pengertian penilaian klasikal;
5. mengidentifikasi karakteristik butir soal penilaian klasikal keterampilan proses
dasar;
6. mengembangkan penilaian klasikal untuk keterampilan proses IPA;
7. menjelaskan pengertian penilaian kelompok;
8. mengidentifikasi perlunya penilaian alternatif dalam penilaian kelompok;
9. mengidentifikasi karakteristik penilaian kinerja;
10. mengidentifikasi instrumen penilaian kinerja untuk digunakan pada kelompok
praktikum;
11. mengembangkan penilaian kinerja kelompok praktikum;
12. mengembangkan penilaian kinerja individua dalam kelompok.
Untuk mencapai tujuan di atas, sebaiknya Anda telah memahami isi modul
sebelumnya yaitu mengenai penilaian hasil belajar. Hal tersebut diperlukan
sebagai dasar bagi Anda dalam mengembangkan penilaian praktikum dalam
pembelajaran IPA. Kemampuan-kemampuan yang Anda kuasai setelah
mempelajari modul ini akan memperkaya penilaian dalam pembelajaran IPA.
Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar 1 disajikan
mengenai konsep dasar penilaian klasikal kegiatan praktikum, sedangkan dalam
kegiatan belajar 2 dan kegiatan belajar 3 disajikan mengenai penerapan penilaian
alternatif dalam penilaian kelompok dan individual kegiatan praktikum. Kegiatan
Belajar 1 dirancang untuk pencapaian tujuan 1 s.d. 6, sedangkan kegiatan
Belajar 2 untuk pencapaian tujuan 7 s.d. 11 dan 12 untuk kegiatan belajar 3.
3
Untuk membantu Anda dalam mempelajari modul ini, ada baiknya diperhatikan
beberapa petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami secara tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari
modul ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dari kata-kata
yang dianggap baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut
dalam kamus yang Anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman
sendiri dan tukar pikiran dengan teman sejawat atau dengan tutor Anda
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan dengan topik ini dari berbagai sumber, termasuk dari internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dalam modul dan
melalui kegiatan diskusi dalam kegiatan tutorial dengan teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan modul ini.
Selamat belajar !
4
Kegiatan Belajar 1
PENILAIAN KLASIKAL
Dalam kegiatan belajar 1 ini Anda akan mengkaji beberapa hal yang
berkaitan dengan penilaian klasikal dalam kegiatan praktikum IPA. Setelah
mengikuti kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan dapat: (1) mengidentifikasi
pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran IPA, (2) menjelaskan tujuan
dan fungsi kegiatan praktikum, (3) mengidentifikasi bentuk-bentuk praktikum
IPA, (4) Menjelaskan pengertian penilaian klasikal, (5) mengidentifikasi
karakteristik butir soal penilaian klasikal keterampilan proses dasar,
(6) mengembangkan penilaian klasikal untuk keterampilan proses IPA. Dengan
menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 1 ini, Anda akan lebih mantap
dalam penilaian kegiatan praktikul IPA secara klasikal. Oleh karena itu,
seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugas-
tugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai
tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam
mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat
membantu keberhasilan Anda.
A. Pentingnya Kegiatan Praktikum dalam Pembelajaran IPA
Sebelum lebih jauh ke materi, alangkah baiknya Anda renungkan
beberapa pertanyaan berikut atau coba tanyakan pada rekan Anda?
Dalam pendidikan IPA kegiatan praktikum merupakan bagian yang
tidak bisa dilepaskan dari kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) IPA
“Pernahkah Anda melakukan kegiatan praktikum pada kelas Anda?”
“Jika pernah, berapa seringkah Anda melakukan kegiatan praktikum? Mengapa
Anda melakukan kegiatan praktikum?
Apakah kegiatan praktikum menambah beban Anda sebagai guru?
Menurut Anda, apakah manfaat kegiatan praktikum bagi siswa?”
“Jika tidak pernah, kendala apa yang Anda hadapi?”
5
(Rustaman, 2005:136-137) dan pendidikan IPA tidak akan terlepas dari
hakekat IPA itu sendiri. IPA seharusnya tidak hanya dilihat sebagai kumpulan
konsep, penjelasan, deskripsi, generalisasi tentang fenomena alam, tetapi juga
keseluruhan cara, keingintahuan, ketekunan, dan ketelitian seseorang dalam
mengungkap suatu fenomena alam, yang biasanya dilakukan dalam bentuk
aktivitas percobaan atau praktikum. Perilaku guru dalam melaksanakan
pembelajaran IPA merupakan pencerminan terhadap keyakinannya terhadap
hakekat pendidikan IPA itu sendiri.
Woolnough & Allsop (Rustaman, 2005:136), mengemukan empat
alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum
membangkitkan motivasi belajar IPA. Belajar siswa dipengaruhi oleh
motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh
dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan praktikum siswa diberikan
kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip
ini akan menunjang kegiatan praktikum dimana siswa menemukan
pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam.
Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan
eksperimen. Eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh
para ilmuan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa
keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan
memanipulais peralatan IPA. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk
mengembangkan kemampuan bereskperimen dengan melatih kemampuan
mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat
dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan
menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan
eksperimen.
Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.
Banyak para pakar pendidikan IPA meyakini bahwa cara yang terbaik untuk
belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis.
Beberapa pakar pendidikan mempunyai pandangan yang berbeda
terhadap kegiatan praktikum, sehingga melahirkan beberapa model dan
6
metode praktium, seperti misalnya: model praktikum induktif, model
praktikum verifikasi, dan metode inkuiri.
Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum
memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan
teori. Selain itu praktikum dalam pelajaran IPA dapat membentuk ilustrasi
bagi konsep dan prinsip IPA. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat
disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran.
B. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Praktikum
Kegiatan praktikum mengandung beberapa tujuan pokok. Tujuan
pokok tersebut diantaranya (Gabel, dalam Wulan, 2003:13) adalah
membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi
dalam pembelajaran IPA, serta mengatasi miskonsepsi karena siswa
memperoleh konsep berdasarkan pengalaman nyata yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya.
Berdasarkan tujuan praktikum yang diungkapkan, tergambar bahwa
praktikum (Sutarno, 1995:13-14) memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.
1. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima,
sehingga antara teori dan praktikum bukan merupakan dua hal yang
terpisah
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa
3. Memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari
suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial
4. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat-media yang
tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran.
5. Memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah
seorang ilmuwan.
6. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat
keterampilan penemuan yang didapat dalam proses kegiatan
laboratorium.
7
C. Bentuk-Bentuk Praktikum IPA
Woolnough (dalam Nuryani Rustaman, 2000) mengemukakan bahwa
bentuk praktikum bisa berupa latihan, investigasi (penyelidikan) atau bersifat
pengalaman. Bentuk praktikum yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan
aspek tujuan dari praktikum yang diinginkan.
Bentuk praktikum latihan digunakan untuk mendukung aspek tujuan
mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan
melalui latihan-latihan menggunakan alat, mengobservasi, mengukur dan
kegiatan lainnya. Contoh kegiatan praktikum IPA yang bersifat latihan
misalnya adalah: menggunakan mata, kaca pembesar, mengukur dengan
mistar dll.
Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) digunakan untuk
aspek tujuan kemampuan memecahkan masalah. Dalam bentuk ini,
kemampuan bekerja siswa dikembangkan seperti seorang ilmuwan. Melalui
kegiatan praktikum siswa memperoleh pengalaman mengidentifikasi masalah
nyata yang dirasakannya, merumuskan masalah tersebut secara operasional,
merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya, dan mengevaluasi
hasilnya. Bentuk praktikum investigasi ini memberi kesempatan siswa untuk
belajar divergent thinking dan memberi pengalaman merekayasa suatu proses
yang diperlukan dalam mengembangkan teknologi.
Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman digunakan untuk
aspek tujuan peningkatan pemahaman materi pelajaran. Konstribusi
praktikum dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran dapat
terwujud apabila siswa diberi pengalaman untuk mengindera fenomena alam
dengan segenap inderanya (peraba, penglihatan, pembau, pengecap, dan
pendengar). Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi
prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. Apabila
kegiatan praktikum berformat discovery, maka fakta-fakta yang diamati
menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya.
Apabila kegiataan praktikum bersifat verifikasi, maka fakta-fakta yang
diamati menjadi bukti konkrit kebenaran konsep atau prinsip yang
8
dipelajarinya, sehingga pemahaman siswa lebih mendalam (Nuryani
Rustaman, 2000).
Dalam melaksanakan kegiatan praktikum, tentu saja diperlukan sarana
penunjang yang akan menjadikan kegiatan praktikum berjalan dengan
baik. Sarana penunjang yang dimaksud adalah ruangan yang disebut dengan
laboratorium dan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan praktikum.
D. Pengertian Penilaian Klasikal
Gejala umum yang terjadi pada setiap mata pelajaran, termasuk
pembelajaran IPA, telah lama didominasi oleh satu metode/teknik tes yang
disebut paper and pencil test (tes tertulis), yang mengukur kemampuan
kognitif siswa terhadap pengetahuan yang sifatnya faktual atau keterampilan
proses dasar. Tes semacam ini biasa disebut dengan penilaian klasikal atau
tradisional. Penilaian klasikal atau penilaian tradisional (Traditional
assessment) menurut Nur (2001) adalah suatu penilaian yang menggunakan
pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun pertanyaan-pertanyaan
tertutup. Pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka berwujud butir-butir
penilaian yang meminta siswa memberikan penjelasan-penjelasan tertulis,
gambar, atau diagram sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki.
Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban tertutup berwujud butir-butir
penilaian obyektif, yaitu butir-butir dengan suatu jawaban benar yang tidak
terbuka bagi siswa untuk melakukan interpretasi, seperti pilihan ganda, benar-
salah, isian, dan memasangkan/menjodohkan.
Tes klasikal/tradisional mengukur pencapaian dan daya serap siswa
tentang pengetahuan ilmiah dan mengukur kemampuan mereka untuk
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dengan pertanyaan-pertanyaan
jawaban terbuka dan obyektif. Bahan-bahan tes tradisional yang
Bentuk praktikum manakah yang sering Anda lakukan di kelas?
Bagaimana respon siswa ketika melakukan kegiatan tersebut?
Apakah ada kendala ketika Anda melakukan praktikumnya?
Apa tindakan Anda untuk mengatasinya?
Bagaimanakah Anda menilai kegiatan praktikum tersebut?
9
dikembangkan oleh McGraw-Hill dalam Nur (2001) dirancang untuk menilai
hal-hal sebagai berikut.
Pengertian atau pemahaman kata-kata IPA
Pemahaman konsep-konsep IPA dan Tujuan Pembelajaran Khusus
Keterampilan-keterampilan Proses IPA dan berpikir
Kemampuan untuk menganalisis informasi dan memecahkan masalah
Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ilmiah pada situasi-situasi
baru
E. Pengembangan Instrumen Penilaian Klasikal
Untuk mengembangkan instrumen penilaian klasikal yang berkaitan
dengan kegiatan praktikum, keterampilan proses dasar IPA, kita perlu
mengetahui karakteristik butir soal keterampilan proses dasar IPA,
penyusunan butir soal, cara pemberian skor, dan bentuk soalnya.
1. Karakteristik butir keterampilan proses dasar
Terdapat 2 (dua) karakteristik butir soal keterampilan proses dasar IPA,
yaitu karakteristik umum dan karakteristik khusus.
a. Karakteristik Umum
1) Tidak boleh dibebani konsep. Agar tidak rancu dengan pengukuran
penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh
penyusun soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa
(dekat dengan keadaan siswa sehari-hari).
2) Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh siswa.
Dapat berupa gambar, diagram, grafik, dan dalam tabel atau uraian
atau objek aslinya.
3) Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu
jenis aspek saja.
4) Sebaiknya ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan
objek.
b. Karakteristik khusus
Jenis Karakteristik Khusus
1. Observasi Objek/peristiwa yang sesungguhnya
2. Interpretasi Harus menyajikan sejumlah data utuk
10
Jenis Karakteristik Khusus
memperlihatkan pola
3. Klasifikasi Harus ada kesempatan mencari/menemukan
persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria
tertentu untuk melakukan pengelompokkan atau
ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk.
4. Prediksi Harus jelas pola atau kecenderungan untuk
mengajukan dugaan atau ramalan.
5. Berkomunikasi Harus ada bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke
bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke
bantuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
6. Berhipotesis Dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara,
atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung
hubungan dua variabel atau lebih, biasanya
mengandung cara kerja untuk menguji atau
membuktikan
7.Merencanakan
percobaan atau
penyelidikan
Harus memberi kesempatan untuk mengusulkan
gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan
digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh,
menentukan variabel, mengendalikan
variabel/perubah.
8.Menerapkan
konsep/prinsip
Harus memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan
tanpa menyebutkan nama konsepnya.
9.Mengajukan
pertanyaan
Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan,
mustahil, tidak biasa atau kontradiktif agar responden
atau siswa termotivasi untuk bertanya.
2. Penyusunan Butir Soal
Penyusunan butir soal keterampilan proses dasar menuntut
penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya (termasuk
pengembangannya). Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks.
Dengan mengingat karakteristik jenis keterampilan proses yang akan
diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu
ditetapkan pertanyaan atau suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh
respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk
respon atau jawaban yang diminta.
11
3. Bentuk soal
Bentuk soal untuk mengukur keterampilan proses dasar dapat
menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun
pertanyaan-pertanyaan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka
berwujud butir-butir penilaian yang meminta siswa memberikan
penjelasan-penjelasan tertulis, gambar, atau diagram. Pertanyaan-
pertanyaan tertutup berwujud butir-butir penilaian obyektif, yaitu butir-
butir dengan suatu jawaban benar yang tidak terbuka bagi siswa untuk
melakukan interpretasi, seperti pilihan ganda, benar-salah, isian, dan
memasangkan.
4. Pemberian skor butir soal
Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan
proses dasar IPA dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban
terbuka perlu diberi skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar
diberi skor dengan bobot tertentu, misalnya masing-masing 1 untuk setiap
soal dan untuk respon yang lebih kompleks, dapat diberi skor bervariasi
berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan hipotesis diberi
skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan
meminta penjelasan diberi skor 1.
F. Contoh Pengembangan Instrumen Penilaian Klasikal
Berikut ini disajikan salah satu contoh pengembangan instrumen untuk
mengukur keterapilan proses dasar
Topik : Suhu
Keterampilan proses dasar : Prediksi
Karakter khusus : Harus jelas pola atau kecenderungan untuk
mengajukan dugaan atau ramalan
Bentuk soal : Pertanyaan dengan jawaban tertutup, pilihan
ganda
12
Soal
1. Terdapat dua buah gelas, seperti gambar dibawah, berisi masing-masing
50 ml air murni dan 50 ml larutan garam. Jika kedua gelas tersebut
dipanaskan seperti pada gambar.
Menurut Anda apakah yang akan terjadi, jika kedua bejana dipanaskan
secara bersamaan?
A. X akan mendidih terlebih dahulu
B. Y akan mendidih terlebih dahulu
C. X dan Y tidak akan mendidih
D. X dan Y akan mendidih pada waktu yang bersamaan.
G. Latihan/Tugas
Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan tugas-
tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda
meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat
mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda.
1. Salah satu alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum dalam IPA adalah
dengan praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA. Menurut Anda
mengapa hal tersebut dapat terjadi? Jelaskan!
2. Menurut pemahaman Anda, bentuk praktikum-praktikum yang dilakukan
disekolah-sekolah bersifat latihan, investigasi atau pengalaman? Jelaskan!
3. Coba kembangkan soal-soal penilaian klasikal untuk mengetes keterampilan
proses dasar berhipotesis!
13
Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan
untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap
hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis
penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas
1. Dengan kegiatan praktikum siswa memperoleh kesempatan untuk memenuhi
dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisanya. Hal ini akan menunjang kegiatan
praktikum dimana siswa menemukan pengetahuan melalui eksplorasinya
terhadap alam.
2. Ketiganya memungkinkan tergantung tujuan praktikum yang hendak dipakai
dilakukan!
3. Pengembangan soal-soal tes kemampuan proses dasar mengacu kepada
krakteristik dari jenis keterampilan proses dasar tersebut.
Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat
rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan
rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.
H. Rangkuman
1. Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan (integral)
dari kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) IPA.
2. Terdapat empat alasan pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran
IPA, yaitu praktikum dapat membangkitkan motivasi siswa, mengembangkan
keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana belajar
pendekatan ilmiah, dan kegiatan praktikum menunjang kegiatan praktikum
3. Tujuan pokok kegiatan praktikum di sekolah adalah membangun konsep dan
mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran
IPA, serta mengatasi miskonsepsi karena siswa memperoleh konsep
berdasarkan pengalaman nyata yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya.
14
4. Praktikum-praktikum yang dilakukan di sekolah-sekolah dapat bersifat
latihan, investigasi (penyelidikan) atau pengalaman.
5. Penilaian klasikal atau penilaian tradisional merupakan suatu penilaian yang
menggunakan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun pertanyaan-
pertanyaan tertutup untuk mengukur kemampuan siswa terhadap pengetahuan
yang sifatnya faktual atau keterampilan proses dasar
6. Tes klasikal/tradisional mengukur pencapaian dan daya serap siswa tentang
pengetahuan ilmiah dan mengukur kemampuan mereka untuk menerapkan apa
yang telah mereka pelajari dengan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka
dan obyektif
7. Soal-soal keterampilan proses dasar IPA memiliki karakteristik umum dan
khusus.
8. Karakteristik umum soal-soal tes keterampilan proses dasar antara lain adalah
tidak boleh dibebani konsep, mengandung esjumlah informasi yang harus
diolah oleh siswa, aspek yang diukur harus jelas dan hanya mengandung satu
jenis aspek saja, dan untuk menghadirkan objeknya bisanya disertai gambar.
9. Karakteristik khusus soal-soal keterampilan proses dasar berkaitan dengan
karakteristik khusu yang dimiliki oleh jenis ketrampilan proses dasarnya
I. Tes Formatif 1
Bagian A:
Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian
pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang
(x) pada alternatif jawaban tersebut.
1. Berikut ini merupakan alasan-alasan mengapa kegiatan praktikum penting
dilakukan dalam pembelajaran IPA, kecuali …….
meningkatkan kecepatan siswa menguasai bahan pelajaran yang diberikan
membangkitkan motivasi siswa
mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen
menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
15
2. Tujuan pokok kegiatan praktikum adalah ...
a. Memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima,
sehingga antara teori dan praktikum bukan merupakan dua hal yang
terpisah
b. Memupuk keberanian untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari
suatu objek dari lingkungan alam dan lingkungan sosial
c. Menambah keterampilan dalam menggunakan alat-media yang tersedia
untuk mencari dan menemukan kebenaran.
d. membangun konsep dan mengkomunikasikan berbagai fenomena yang
terjadi dalam pembelajaran IPA
3. Memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat keterampilan
penemuan yang didapat dalam proses kegiatan laboratorium merupakan salah
satu ....
a. Tujuan praktikum
b. Sasaran praktikum
c. Fungsi praktikum
d. Manfaat praktikum
4. Berikut ini merupakan contoh kegiatan praktikum IPA yang bersifat latihan,
yaitu ....
a. Menentukan pengaruh kalor terhadap pemuaian logam
b. Menyelidiki pengaruh gaya terhadap gerak sebuah benda
c. Mengukur ketebalan sebuah benda dengan mistar
d. Menyelidiki pengaruh campuran zat terhadap titik didih air
5. Karakteristik khusus soal tes kemampuan proses dasar berhipotesis adalah ....
a. Harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan
dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus
ditempuh, menentukan variabel, mengendalikan variabel
b. Dapat menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua
variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau
membuktikan
16
c. Harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan,
atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokkan atau
ditentukan jumlah kelompok yang harus dibentuk.
d. Harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa
atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
Bagian B:
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda
1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan penilaian klasikal!
2. Sebutkan ciri-ciri penilaian klasikal!
3. Jelaskan tujuan dan fungsi kegiatan praktikum di sekolah!
4. Sebutkan dan jelaskan tiga alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum
IPA di sekolah!
5. Sebuah praktikum memiliki tujuan menyelidiki pengaruh gaya terhadap
sebuah benda, tentukan keterampilan proses dasar berhipotesis yang tepat
untuk tujuan praktikum tersebut!
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan tes formatif 1 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa pencapaian Anda
sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan Belajar 2, namun
jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari 80%, sebaiknya Anda
ulangi kembali kegiatan belajar 1 ini.
17
Kegiatan Belajar 2
Penilaian Kelompok
Dalam kegiatan belajar 2 ini Anda akan mengkaji mengenai bagaimana
melakukan penilaian untuk menilai pencapaian kompetensi atau hasil belajar
secara kelompok. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan
dapat, (1) menjelaskan pengertian penilaian kelompok, (2) mengidentifikasi
perlunya penilaian alternatif dalam penilaian kelompok, (3) mengidentifikasi
karakteristik penilaian kinerja, (4) mengidentifikasi instrumen penilaian kinerja
untuk digunakan pada kelompok praktikum, (5) mengembangkan penilaian
kinerja kelompok praktikum.
Dengan menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 2 ini, diharapkan
Anda akan lebih mantap lagi dalam mengembangkan penilaian kinerja yang
didesain khusus untuk menilai kegiatan praktikum secara kelompok. Oleh karena
itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah ini dengan cermat, kerjakan tugas-
tugas dan diskusikan dengan teman, serta kerjakan tes formatif untuk menguasai
tingkat penguasaan Anda terhadap isi modul ini. Kedisiplinan Anda dalam
mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi dalam uraian modul akan sangat
membantu keberhasilan Anda.
A. Pengertian Penilaian Kelompok
Penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi berdasarkan cakupan
kompetensi yang diukur dan sasaran pelaksanaannya. Berdasarkan cakupan
kompetensi yang diukur, sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 19 tahun 2005 bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik terdiri atas
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan
kenaikan kelas. Berdasarkan sasarannya, penilaian hasil belajar dapat diklasifikasi
atas penilaian individual dan penilaian kelompok.
Penilaian individual adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara perorangan. Penilaian individual
perlu memperhatikan nilai universal seperti: disiplin, jujur, tekun, cermat, teliti,
18
tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran, sederhana, bebas, antusias,
kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.
Penilaian kelompok adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara kelompok. Penilaian kelompok
perlu memperhatikan nilai universal seperti: kerjasama, menghargai pendapat
orang lain, kedamaian, cinta dan kasih sayang, toleran, dan lain-lain.
B. Perlunya Penilaian Alternatif dalam Penilaian Kelompok
Dalam melakukan kegiatan praktikum, peserta didik biasanya bekerja
dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang. Ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari sistem ini, antara lain:
1. Dalam kegiatan praktikum tertentu, beberapa tugas harus dilakukan secara
serentak dalam waktu yang sama. Misalnya memanaskan, mengamati
kenaikan suhu, mencatat waktu, menghitung jumlah tetes cairan yang
terjadi dalam dalam selang waktu tertentu, dst. Tugas simultan seperti ini
tentunya harus dilakukan oleh beberapa orang.
2. Hasil kerja sama dalam kelompok biasanya lebih baik dari hasil
perorangan.
3. Mengembangkan sikap kooperatif, dst.
Namun bertolak dari definisi bahwa penilaian merupakan proses
mengumpulkan informasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi
(Blaustein, D. et al dalam Ibrahim, 2002). Maka mengumpulkan data tentang
ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, terutama tujuan pembelajaran IPA,
adalah mustahil dilakukan hanya dengan menggunakan satu model penilaian saja.
Bagaimana kita dapat menilai kerjasama dalam sebuah kelompok praktikum?
Bagaimana kita dapat menilai bahwa setiap anggota kelompok saling menghargai
pendapat orang lain? Bagaimana kita dapat menilai kedamaian, cinta dan kasih
sayang, toleran, dan lain-lain dalam kegiatan praktikum? Tentunya hal ini tidak
bisa dilakukan dengan penilaian klasikal, oleh karena itu diperlukan penilaian
alternatif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
Ketika kita melakukan asesmen menggunakan paper and pencil test,
kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah kemampuan kognitif saja sedang
kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur, walau demikian guru sudah
19
dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut. Dengan
demikian sungguh kita tidak adil melakukan penilaian dengan cara demikian.
Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga
penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product)
tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran.
Penilaian alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru
tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran.
Jadi, penilaian alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes,
seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik
secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi
peserta didik dari golongan minoritas
Menurut Karim (2004), ada beberapa karakteristik asesmen alternatif yaitu:
(1) Meminta siswa untuk melakukan (perform), menciptakan, menghasilkan, atau
mengerjakan sesuatu, (2) Menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi, (3)
Menuntut keterampilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau diberikan
kebebasan untuk memecahkan masalah, (4) Menuntut penerapan dalam
kehidupan sehari-hari, (5) Dalam penyekoran dilakukan oleh manusia dan bukan
mesin, (6) Menuntut peranan pembelajaran yang baru bagi guru, (7) Menuntut
peranan asesmen yang baru bagi guru, (8) Menekankan pentingnya pengujian
proses dan hasil belajar, (9) Mendorong guru untuk pindah dari tugas yang hanya
membutuhkan satu jawaban benar ke tugas- tugas yang memiliki lebih dari satu
jawaban benar, (10) Menantang siswa untuk menyelidiki beberapa kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah, dan (11) Menantang siswa untuk menarik
kesimpulan sendiri terhadap suatu tugas atau problem yang dihadapi.
Ada banyak jenis asesmen alternatif, menurut McGraw-Hill School Division
(dalam Ibrahim, 2003), macam asesmen alternatif antara lain adalah:
1. Asesmen kinerja (Performance assessment).
2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Questioning).
3. Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
4. Proyek dan Investigasi.
5. Portofolio dan Jurnal.
6. Wawancara (interview) dan konferensi.
20
7. Evaluasi diri oleh siswa.
8. Tes buatan siswa.
9. Pekerjaan Rumah.
Penilaian alternatif yang dapat digunakan dan akan dijelaskan lebih lanjut
dalam modul ini adalah penilaian/asesmen kinerja.
C. Penilaian Kinerja (Performance assessment)
Standard asesmen pembelajaran sains telah mengalami pergeseran penekanan
dari ”yang mudah dinilai” menjadi ”yang penting untuk dinilai” (National
Research Council/NRC, 1996 dalam Ana Ratna Wulan, 2007). Penelitian
pembelajaran sains dewasa ini lebih dittekankan pada pemahaman dan penalaran
ilmiah. Tes tradisional (objective test) kurang sesuai untuk menilai pencapaian
tujuan penting pembelajaran sains (Marzano, 1994; NRC, 2000 dalam Ana Ratna
W., 2007). Kurikulum KTSP tahun 2006 memasukkan kemampuan inkuiri ke
dalam ruang lingkup bahan kajian. Oleh karena itu para guru sains dituntut untuk
menilai kemampuan inkuiri siswa (PUSKUR, 2006).
Performance assessment direkomendasikan sebagai penilaian yang sesuai
dengan hakikat sains yang mengutamakan proses dan produk (NSTA, 1998;
NRC, 2000 dalam Ana Ratna W., 2007).
1. Pengertian Asesmen kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu (Puskur, 2006),. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, presentasi,
diskusi, bermain peran, dll. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes
tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
Beberapa pengertian Performance assessment dapat disajikan sebagai berikut.
a. Performance assessment melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan
keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang
spesifik (Stiggins, 1994)
21
b. Performance assessment adalah tes yang melibatkan demonstrasi
pengetahuan atau keterampilan yang actual dalam kehidupan nyata (Feuer
dan Fulton, 1993 ; Hambleton 1996 ; dalam Slavin, 2000)
c. Performance assessment merupakan tes yang menginginkan siswa
mendemonstrasikan kinerjanya pada tugas tertentu, seperti : menulis esay,
melakukan eksperimen, memecahkan masalah, menyanyi, atau mewarnai
gambar (Arends, 2001)
Lebih jauh, O’Malley & Pierce (Nur, 2001) menyatakan asesmen kinerja adalah
sebagai berikut.
a. Bentuk asesmen dimana siswa menunjukkan atau mendemonstrasikan suatu
respon secara lisan, tertulis, atau menciptakan suatu karya. Respon siswa
tersebut dapat diperoleh guru dalam konteks asesmen formal atau
informal atau dapat diamati selama pengajaran di kelas atau seting di luar
pembelajaran.
b. Meminta siswa untuk “menyelesaikan tugas-tugas kompleks dan nyata
dengan mengerahkan pengetahuan awal, pembelajaran yang baru diperoleh,
dan keterampilan-keterampilan yang relevan untuk memecahkan masalah
realistik atau autentik”
c. Memungkian siswa menggunakan bahan-bahan atau melakukan kegiatan
hands-on dalam mencapai pemecahan masalah. Contohnya adalah
laporan-laporan lisan, contoh-contoh tulisan, proyek individual atau
kelompok, pameran, atau demonstrasi. Hibbard (1995) menyatakan asesmen
kinerja merupakan:
Suatu realistik yang terkait dengan tujuan pendidikan sains
Komponen utama program pendidikan bertujuan: (1) menanamkan
konsep dan informasi; (2) mengembangkan proses ilmiah, seperti
eksperimen, membuat keputusan, membangun model, dan penemuan
mesin; (3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah yang
melibatkan ilmu pasti dan informasi untuk mendukung metode ilmiah; (4)
mengembangkan keterampilan komunikasi untuk membantu siswa
menanamkan hal-hal lain secara efektif apa yang mereka telah
pelajari atau apa yang menjadi saran mereka sebagai solusi masalah; (5)
22
menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, seperti bertanggungjawab
secara individu, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan
keakuratan dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi.
Suatu sistem untuk menilai proses dan produk
Asesmen kinerja merupakan suatu sistem untuk menilai kualitas
penyelesaian tugas- tugas yang diberikan siswa. Tugas-tugas kinerja
seperti: (1) pentingnya aplikasi konsep sains dan mendukung informasi;
(2) pentingnya kebiasaan bekerja mengkaji atau mencari secara ilmiah; (3)
demonstrasi melek sains. Adapun komponen sistem asesmen kinerja
termasuk: (1) tugas-tugas yang menanyakan siswa untuk menggunakan
dan proses mereka yang telah dipelajari; (2) cheklist untuk
mengidentifikasi elemen kinerja atau hasil pakerjaan; (3) Rubrik
(perangkat yang mendeskripsikan proses dan atau kesatuan penilaian
kualitas) berdasarkan skor total; (4) contoh-contoh terbaik sebagai model
kerja yang akan dikerjakan.
Sebagai partner tes tradisional
Kadang-kadang tes tradisional digunakan untuk menjamin bahwa siswa
telah cukup memiliki informasi akurat untuk menggunakan asesmen
kinerja. Dilain pihak, asesmen kinerja digunakan sebagai strategi untuk
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Menurut Hibbard(1995) tugas-tugas kinerja menghendaki: (1) penerapan
konsep-konsep dan informasi penunjang penting lainnya, (2) budaya kerja
yang penting bagi studi atau kerja ilmiah, (3) literasi sains (penampakan
ketidakbutaan ilmiah). Asesmen kinerja (Performance) pada dasarnya
adalah asesmen autentik karena dalam asesmen siswa dituntut untuk
mendemonstrasikan inkuiri ilmiah mereka, melakukan penalaran dan
keterampilan dalam menyelesaikan berbagai tugas menarik dan menantang
dalam konteks kehidupan nyata (NSTA, 2002). Jika dibandingkan dengan
tes konvensional, penilaian kinerja memiliki beberapa penekanan, yaitu:
23
Tabel 1. Perbandingan antara Asesmen kinerja dengan tes konvensional
Asesmen Kinerja Tes Konvensional
1. Mementingkan kemampuan siswa
dalam menerapkan
pengetahuannya menjadi unjuk
kerja yang dapat diamati atau
produk yang dihasilkan
2. Memfokuskan pembelajaran pada
unjuk kerja siswa
1. Lebih mengutamakan pemahaman
konsep siswa
2. Memfokuskan pembelajaran pada
materi pelajaran
3. Memungkinkan untuk
mendiagnosis dan meremidiasi
kinerja siswa dan memetakan
kemajuan siswa sepanjang waktu
3. Memungkinkan untuk
mendiagnosis dan meremidiasi
kinerja siswa dan memeta-kan
kemajuan siswa sepanjang waktu
4. Membutuhkan waktu yang banyak
untuk membuat dan melaksanakan
tetapi menghasilkan format
penilaian yng dapat digunakan
berulang-ulang pada siswa yang
sama atau siswa baru
4. Membutuhkan waktu yang banyak
untuk pelaksanaannya, lebih cepat
dan dapat digunakan untuk siswa
dengan jumlah banyak secara
serentak, tetapi digunakan hanya
sekali untuk sekelompok siswa
2. Langkah-langkah Implementasi Penilaian Kinerja
Dalam menerapkan asesmen kinerja Anda perlu memperhatikan beberapa
tahapan. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat
penilaian kinerja yang baik antara lain:
a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan
mempengaruhi hasil akhir yang terbaik;
b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang
terbaik;
c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur
tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama
siswa melaksanakan tugas;
d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable) atau
karakteristik produk yang dihasilkan;
24
e. Urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang
dapat diamati;
f. Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan
yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
D. Instrumen Penilaian Kinerja Kelompok
Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan
berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara
yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik
akan lebih utuh. Untuk mengamati kinerja peserta didik secara kelompok dapat
menggunakan alat atau instrumen berikut:
1. Daftar Cek (Check-list)
Asesmen kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik-
tidak baik). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai bila
kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak
dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat
diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat nilai
tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah
besar.
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Asesmen kinerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai
memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian
nilai secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian
terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:1 = tidak
kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten dan 4 = sangat kompeten. Untuk
memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu
orang, agar hasil penilaian lebih akurat. Penilaian dengan “rating scale” dikenal
ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3)
25
descriptive rating scale. Dalam pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat memilih
apakah hendak menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
3. Rubrik
Rubrik biasanya digunakan untuk menskor respon/jawaban siswa terhadap
pertanyaan open ended. Rubrik juga dapat digunakan untuk menilai kinerja siswa.
Menurut Hidden dan Spears, rubrik merupakan skala tingkatan yang digunakan
untuk menilai tulisan siswa terhadap butir open ended. Rubrik menurut klasifikasi
nilai yang dapat diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang
ditunjukkan siswa. Berikut diberikan contoh rubrik untuk jawaban pertanyaan
open ended untuk penilaian kinerja.
E. Pengembangan Penilaian Kinerja Kelompok Praktikum
Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk membuat penilaian
kinerja:
Tugas (Task) : Melakukan praktikum untuk menentukan hubungan antara
kalor yang diserap dan perubahan suhu zat cair
Masalah : Bagaimana hubungan kalor yang diserap zat cair dengan
perubahan suhu zat cair
2
2
4
7
1 3
3
6 5
1. Statif
2. termometer
3. gelas kimia
4. Zat cair
5. Kasa
6. Kaki tiga
7. Pembakar spirtus
26
Kinerja (yang diharapkan)
1. Mempersiapkan alat dan bahan praktikum
2. Melaksanakan praktikum
3. Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan
Rubrik
1. Mempersiapkan alat dan bahan
skor 4 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli),
gelas kimia, statif, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa, stop watch
skor 3 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli),
gelas kimia, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa, stop watch
skor 2 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli),
gelas kimia, statif, lampu spirtus, kaki tiga dan kasa
skor 1 jika menggunakan komponen: termometer, zat cair (air atau oli),
gelas kimia, , lampu spirtus, kaki tiga.
2. Pelaksanaan Praktikum
skor 4 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, menggunakan kasa,
termometer digantung tidak menyentuh gelas kimia, lampu dekat
spirtus (tidak menyentuh) kasa.
skor 3 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, mengunakan kasa,
termometer digantung tidak menyentuh gelas kimia, lampu spirtus
terlalu jauh atau menyentuh gelas kimia.
skor 2 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, mengunakan kasa,
termometer menyentuh gelas , lampu spirtus terlalu jauh atau
menyentuh gelas kimia.
skor 1 jika volume zat cair separoh isi gelas kimia, tidak mengunakan
kasa, termometer menyentuh gelas , lampu spirtus terlalu jauh
atau menyentuh gelas kimia.
3. Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan
skor 4 jika menggunakan tabel, membuat grafik hubungan antara kalor
yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu, menyimpulkan
dari bentuk grafik.
27
skor 3 jika menggunakan tabel, tidak membuat grafik hubungan antara
kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu,
menyimpulkan dari data dalam tabel.
skor 2 jika tidak menggunakan tabel, membuat grafik hubungan antara
kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu,
menyimpulkan dari bentuk grafik.
skor 1 jika tidak menggunakan tabel, tidak membuat grafik hubungan
antara kalor yang diserap (lamanya pemanasan) dengan suhu,
menyimpulkan
Format Pengamatan Penilaian Kinerja dengan Skala Penilaian
No
Kinerja
Kelompok
Mempersiapka
n alat dan
Bahan
Pelaksanaan Menggunakan
hasil
pengukuran
untuk menarik
kesimpulan
Total
skor
Nilai
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Paskal v v v 11 9,2
2 Black v v v 10
3 Coulomb v v v 9
4 Ampere v v v 10
F. Latihan/Tugas
Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan
tugas-tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda
meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat
mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda.
“Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan
bagaimana mengatasi masalah tersebut?”
Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan
untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap
28
hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis
penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas
1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas,
reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan
kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan
kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut memilih, menentukan, dan mendesain instrumen sesuai indikator
dengan baik. Rubrik dapat merekam kemampuan semaksimal mungkin,
observer secara kualitas dan kuantitas baik.
Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat
rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan
rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.
G. Rangkuman
Dalam menerapkan asesmen kinerja perlu memperhatikan beberapa tahapan
penilaian kinerja yang baik antara lain: (1) Identifikasi semua langkah- langkah,
(2) Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik, (3) Usahakan untuk
membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur, (4) Definisikan dengan
jelas kriteria kemampuan yang akan diukur, (5) Urutkan kriteria kemampuan
yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati, (6) Kalau ada, periksa
kembali dan bandingkan dengan kriteria kemampuan yang sudah dibuat
sebelumnya oleh orang lain di lapangan. Beberapa cara menilai atau
menskor keterampilan atau kemampuan kinerja (performance assessment)
peserta tes dengan metode analitik antara lain dengan cara menggunakan (1)
checklist dan (2) rating scale. Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga
jenis, yaitu: (1) numerical rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3)
descriptive rating scale.
29
H. Tes Formatif 2
Bagian A:
Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian
pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang
(x) pada alternatif jawaban tersebut.
1. Apabila guru akan menilai kinerja siswa dalam hal membawa
peralatan untuk percobaan yang digunakan, maka teknik asesmen dan
penskoran yang paling sesuai adalah....
a. Asesmen kinerja dengan skala rentang
b. Asesmen kinerja dengan daftar ceklist
c. Asesmen fortofolio dengan daftar ceklis
d. Asesmen portofolio dengan skal rentang
2. Perbedaan utama asesmen kinerja dengan tes adalah ....
a. dibutuhkan unjuk keterampilan
b. dibutuhkan jawaban tertulis
c. diperlukan waktu tambahan di luar jam pelajaran
d. diperlukan banyak pengamat
3. Seorang guru SD akan membelajarkan topik tentang “Gaya” di kelas VI
dengan menggunakan metode praktikum. Untuk itu beliau membawa
bambu, paku, penggaris, dan tiga buah beban dari kayu dengan ukuran yang
berbeda. Guru tersebut kemudian mengajak siswa membuat model jungkit-
jungkit. Asesmen apakah yang harus dipersiapkan guru untuk menilai
kemampuan siswa merancang model jungkit- jungkit?
a. Asesmen respons terseleksi (Selected response assesment)
b. Asesmen bentuk essay (Essay Assesment)
c. Asesmen kinerja
d. Asesmen portofolio
4. Menurut Anda, bagimana pembelajaran yang harus dipersiapkan guru
agar aspek dalam asesmen di atas dapat ditampilkan oleh siswa
a. demonstrasi
b. diskusi
30
c. praktikum
d. presentasi siswa
5. Untuk soal no 2 dan 3 Perhatikan contoh asesmen di bawah ini
No Kegiatan Skala
1 2 3
1. Memberi label pada gelas plastik (A, B, C dan D)
2. Memasukkan jenis ikan atau organisme lain pada tiap
gelas sesuai dengan yang dituntut di LKS
3. Membedakan organisme yang ada pada tiap gelas
plastik
4. Kebersihan (memasukan air tanpa berceceran)
5. Kerjasama antar siswa
Asesmen tersebut mengukur kemampuan siswa dalam hal…
a. sikap siswa ketika praktikum
b. kinerja siswa dalam praktikum
c. pemahaman konsep siswa ketika praktikum
d. hasil karya siswa setelah praktikum
Bagian B:
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda
1. Apakah masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja dan
bagaimana mengatasi masalah tersebut?
2. Apa perbedaan asesmen kinerja dan konvensional?
3. Jelaskan kriteria tugas kinerja yang valid!
4. Buatlah rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan
erosi!
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan tes formatif 2 ini, Anda dapat memperkirakan
tingkat keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang
terdapat pada bagian akhir modul ini. Jika Anda memperkirakan bahwa
pencapaian Anda sudah melebihi 80%, silakan Anda terus mempelajari Kegiatan
Belajar 3, namun jika Anda menganggap pencapaian Anda masih kurang dari
80%, sebaiknya Anda ulangi kembali kegiatan belajar 1 ini.
31
Kegiatan Belajar 3
Penilaian Individual
-------------------------------------------------------------------------------------
A. Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar 3 ini Anda akan lebih difokuskan pada penilaian
individual dalam praktikum. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda
diharapkan dapat mengembangkan penilaian kinerja untuk menilai individual
dalam kelompok. Dengan menguasai materi kajian dalam kegiatan belajar 3 ini,
diharapkan Anda akan lebih mantap lagi dalam penilaian individual dalam
kegiatan praktikum. Oleh karena itu, seyogyanya Anda pelajari uraian di bawah
ini dengan cermat, kerjakan tugas-tugas dan diskusikan dengan teman, serta
kerjakan tes formatif untuk menguasai tingkat penguasaan Anda terhadap isi
modul ini. Kedisiplinan Anda dalam mengerjakan tugas-tugas yang terintegrasi
dalam uraian modul akan sangat membantu keberhasilan Anda.
B. Pengertian Penilaian Individual
Berbeda dengan penilaian kelompok, penilaian individual lebih
menitikberatkan pada penilaian pencapaian kompetensi atau hasil belajar secara
perorangan atau individu, baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Penilaian individual perlu memperhatikan nilai-nilai universal seperti: disiplin,
jujur, tekun, cermat, teliti, tanggungjawab, rendah hati, sportif, etos kerja, toleran,
sederhana, bebas, antusias, kreatif, inisiatif, tanggap dan peduli dan lain-lain.
Dalam melakukan kegiatan praktikum, peserta didik biasanya bekerja
dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang, dan setelah selesai
melaksanakan kegiatan praktikum, para siswa biasanya memperoleh nilai atas
penampilannya selama melakukan kegiatan praktikum. Guru bisanya memberi
satu nilai tunggal untuk kelompok, yakni nilai yang berlaku untuk masing-masing
anggota kelompok tersebut. Menilai siswa yang bekerja sendiri secara individual,
tidaklah begitu sulit, setiap siswa akan memperoleh nilai yang sesuai dengan
penampilannya sendiri. Namun, menilai seorang siswa/individu yang bekerja
sama dengan beberapa temannya dalam kelompok, akan menimbulkan masalah,
jika kita ingin penilaian kita lebih adil dan lebih cermat,
32
Penilaian yang digunakan dalam praktikum bersifat verifikasi biasanya
menggunakan essay assessment, tetapi untuk inkuiri banyak penilaian yang bisa
digunakan. Penilaian yang digunakan dalam kegiatan praktikum antara lain
dengan menggunakan asesmen kinerja (performance assessment), portofolio,
penilaian diri, peer assessment, dst. Dalam modul ini akan lebih difokuskan pada
penilaian kinerja.
C. Pengembangan Penilaian Kinerja Individu
Secara teoritis penilaian kinerja kegiatan praktikum secara individual
sama dengan penilaian kinerja secara kelompok. Oleh karena itu, agar Anda lebih
memahami teori penilaian kinerja sebaiknya dipahami terlebih dahulu pada
kegiatan belajar 2.
Pengamatan kinerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai kemampuan
berbicara peserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau observasi berbicara
yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
melakukan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik
akan lebih utuh. Untuk mengamati kinerja peserta didik secara individual dapat
menggunakan alat atau instrumen berikut:
1. Daftar Cek (Check-list)
Daftar cek digunakan untuk melihat penguasaan kompetensi tertentu oleh
peserta. Penguasaan kompetensi oleh peserta didik harus bisa diamati, jika tidak
dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Contoh:
Penilaian kinerja dalam mengukur volume air menggunakan gelas ukur,
dengan kriteria sebagai berikut.
cara meletakkan gelas ukur
cara menuang air
cara menambahkan volume air
cara membaca ukuran/volume air
cara mencatat hasil pengukuran
33
Daftar cek kinerja mengukur volume air menggunakan gelas ukur
No Kegiatan Cek
1 Meletakkan gelas ukur di atas tempat yang datar,
skala menghadap pengamat
2 Menuangkan air ke dalam gelas ukur sampai akhir
mencapai 100 ml, penuangan dihentikan
3 Menambah volume air setetes demi setetes
menggunakan pipet sampai mencapai 100 ml
4 Membaca air di dalam gelas ukur dengan posisi
sejajar mata
5 Mencatat hasil pengukuran dengan benar
2. Skala Penilaian (Rating Scale)
Dengan skala penilaian memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum di mana
pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Contoh:
Tugas (Task)
Ukurlah volume air sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur!
No Aspekyang dinilai Skor
4 3 2 1
1 Gelas ukur diletakkan di atas tempat yang
datar, skala menghadap pengamat
2 Menuang air ke dalam gelas ukur sampai
hampir mencapai 100 ml, penuangan
dihentikan
3 Volume air ditambah setetes demi setetes
menggunakan pipet sampai mencapai
100 ml
4 Permukaan air didalam gelas dibaca dengan
posisi sejajar mata
5 Hasil pengukuran dicatat dengan benar
34
Petunjuk penskoran:
4 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat
3 bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama
2 bila aspek tersebut dilakukan selesai tapi salah
1 bila dilakukan tapi tidak selesai
0 bila tidak ada usaha sama sekali
3. Rubrik
Rubrik merupakan skala tingkatan yang digunakan untuk menilai tulisan
siswa terhadap butir open ended. Rubrik menurut klasifikasi nilai yang dapat
diberikan pada siswa sesuai dengan hasil kerja atau kinerja yang ditunjukkan
siswa. Berikut diberikan contoh rubrik untuk jawaban pertanyaan open ended
untuk penilaian kinerja.
Contoh :
Rubrik penilaian kinerja “memiliki perencanaan penyelidikan”
Nilai Kriteria
4 Amat Baik
1. Merumuskan gagasan secara jelas dan memprediksi apa yang akan dikaji
2. Mengumpulkan informasi awal yang relevan.
3. Merencanakan pelaksanaan penyelidikan secara mendetail.
4. Memilih alat dan bahan yang paling tepat.
5. Mengajukan saran perbaikan yang tepat untuk
kebutuhan penyelidikan tersebut.
3 Baik
1. Merumuskan gagasan yang perlu diuji dalam percobaan/penyelidikan
2. Merencanakan suatu urutan pelaksanaan penyelidikan.
3. Memilih alat dan bahan yang cocok. 4. Mengajukan saran perbaikan penyelidikan tersebut
2
Cukup
1. Dengan bimbingan guru dapat mengajukan gagasan sederhana yang akan diuji.
2. Merencanakan percobaan tunggal secara garis besar. 3. Memilih alat dan bahan yang cocok. 4. Dapat menunjukkan adanya kelemahan dari rencana
yang dibuat.
35
Nilai Kriteria
1 Kurang
1. Dengan bimbingan guru dapat mengajukan gagasan sederhana yanga akan diuji.
2. Terdapat banyak kelemahan dalam rencana penyelidikan yang dibuat.
3. Alat dan bahan yang dipilih kurang sesuai. 4. Tidak menyadari adanya kelemahan dari rencana
yang dibuat
0 Sangat kurang
1. Tidak dapat mengajukan gagasan yang benar. 2. Belum memahami langkah-langkah penyelidikan. 3. Alat dan bahan yang dipilih tidak sesuai.
D. Interpretasi Tes Kinerja
Misalkan dengan menggunakan daftar penilaian guru menilai kinerja
Hudan dan Fauzan dalam mengukur volume air menggunakan gelas ukur. Jika
guru menganggap kelima aktifitas sama sehingga memberikan bobot yang sama,
misalnya 10 untuk kelima aktifitas tersebut. Hasil penilaian kinerja kedua siswa
sebagai berikut.
No Kegiatan Bobot Skor
Hudan Fauzan ,...
1 Meletakkan gelas ukur di atas
tempat yang datar, skala
menghadap pengamat
10 8 7
2 Menuangkan air ke dalam
gelas ukur sampai akhir
mencapai 100 ml, penuangan
dihentikan
10 9 6
3 Menambah volume air setetes
demi setetes menggunakan
pipet sampai mencapai 100 ml
10 8 7
4 Membaca air di dalam gelas
ukur dengan posisi sejajar mata
10 9 7
5 Mencatat hasil pengukuran
dengan benar
10 8 7
Jumlah 50 42 34
Nilai Hudan :
, dan Nilai Fauzan:
36
Bobot kelulusan 75, maka Hudan lulus dan Fauzan tidak lulus, jika batas
kelulusan 65, maka Hudan dan Fauzan dinyatakan lulus. Artinya, jika batas
kelulusan 65, maka Dedi dan Diana telah dinyatakan memiliki kemampuan
mengukur volume air dengan menggunakan gelas ukur Penilaian yang bersifat
dikotomis seperti di atas kurang dapat memberikan gambaran tentang tingkatan
pencapaian siswa. Untuk mengatasi hal semacam ini kita dapat mambagi
pencapaian siswa dalam beberapa level.
Misalnya dengan membagi 0-50 manjadi 5 kategori, yaitu :
0 – 10 Menyatakan kinerja sangat rendah
11 – 20 Menyatakan kinerja rendah
21 – 30 Menyatakan kinerja sedang
31 – 40 Menyatakan kinerja baik
41 – 50 Menyatakan kinerja sangat baik
E. Latihan/Tugas
Setelah membaca dengan cermat seluruh uraian di atas, serta mengerjakan
tugas-tugas kecil yang diberikan pada setiap bagian, kini tiba saatnya Anda
meningkatkan pemahaman dengan mengerjakan latihan berikut. Anda dapat
mengerjakan latihan secara individual atau bersama dengan teman Anda.
1. Dari uraian mengenai penilaian individu dalam praktikum, menurut Anda
permasalahan apakah yang akan dihadapi guru ketika melakukan penilaian
individual?
Setelah mengerjakan latihan, Anda dapat membaca rambu-rambu jawaban latihan
untuk membandingkan tingkat ketepatan hasil kerja Anda. Jika Anda menganggap
hasil latihan Anda belum sempurna, maka sebaiknya Anda menganalisis
penyebabnya dan kemudian memperbaikinya.
37
Rambu-rambu Penyelesaian Latihan/Tugas
Permasalahan utama yang biasanya dihadapi guru dalam menilai kegiatan
praktikum bagi masing-masing individu dalam kelompok adalah ketersediaan
instrumen untuk menilai, baik daftar cek atau skala penilaian, dan waktu serta
tenaga untuk menilai.
Setelah semua kegiatan latihan Anda kerjakan, ada baiknya Anda membuat
rangkuman dan butir-butir yang telah Anda capai. Anda dapat mencocokkan
rangkuman Anda dengan rangkuman berikut ini.
F. Rangkuman
Penilaian individu dalam kegiatan praktikum dalam dilakukan dengan
penilaian kinerja. Beberapa cara menilai atau menskor keterampilan atau
kemampuan kinerja (performance assessment) peserta tes dengan metode
analitik antara lain dengan cara menggunakan (1) checklist dan (2) rating scale.
Penilaian dengan “rating scale” dikenal ada tiga jenis, yaitu: (1) numerical
rating scale; (2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale.
G. Tes Formatif 3
Bagian A:
Silakan baca dengan cermat pertanyaan atau pernyataan di bawah ini, kemudian
pilih alternatif jawaban yang paling tepat dengan cara membubuhkan tanda silang
(x) pada alternatif jawaban tersebut.
1. Apakah kekhasan dari tes untuk mengukur kinerja?
a. Perlu ada tugas yang harus dikerjakan
b. Perlu ada pertanyaan yang harus dijawab
c. Perlu ada instruksi yang harus direspon
d. Perlu ada kegiatan yang harus ditampilkan
38
2. Berikut ini adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
seorang individu, kecuali ....
a. Daftar cek
b. Skala Penilaian
c. Tes
d. Rubrik
3. Klasifikasi nilai yang dapat diberikan kepada siswa sesuai dengan hasil
kerja atau kinerja yang ditunjukkannya adalah ....
a. Skala Penilaian
b. Rubrik
c. Daftar Cek
d. Skoring
4. Untuk melihat penguasaan kompetensi tertentu, misal dalam menggunakan
alat ukur oleh siswa, seorang guru biasanya menggunakan instrumen
berupa?
a. Tes
b. Rubrik
c. Uraian terbuka
d. Daftar Cek
5. Berikut ini merupakan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan penilaian kinerja, kecuali ....
a. tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang
terbaik;
b. usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan
diukur tidak terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat
diobservasi selama siswa melaksanakan tugas;
c. menanamkan kebiasaan bekerja dengan baik, bertanggungjawab secara
individu, keterampilan bekerja sama, tekun, memperhatikan keakuratan
dan kualitas, jujur, memperhatikan keamanan, dan rapi.
39
d. definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable)
atau karakteristik produk yang dihasilkan;
Bagian B:
Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan pemahaman Anda
1. Jelaskan langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan
penilaian kinerja individu dalam kegiatan praktikum!
2. Buatlah rubrik untuk menilai kinerja peserta didik dalam menggunakan
termometer untuk suhu badan!
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah menyelesaikan tes formatif 3 ini, Anda dapat memperkirakan tingkat
keberhasilan Anda dengan melihat kunci/rambu-rambu jawaban yang terdapat
pada bagian akhir modul ini.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2001. Learning To Teach. Fifth Edition. Singapore : McGraw-
Hill Book Co.
Slavin, Robert E. 2000. Educational Psychology : Theory and Practice. Sixth
Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Depdiknas. (2003). Assesmen Autentik, Materi Pelatihan Terintegrasi Kompetensi
Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Dikdasmen.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSN.
Gronlund, Norman E. (1998). Assesment of Student Achievment Sixth Edition.
Boston :Allyn and Bacon.
Hibbard, M. (1995). Performance Assessment in the Science Classroom. New
York: The McGraw-Hill Companies.
Jutengsih, N. (2006). Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan
KerjaIlmiah Siswa di Kelas XII Konsep Bioteknologi dengan pembelajaran
Inkuiri. Tesis Magister pada PPS UPI: Tidak diterbitkan.
Karim, Muchtar A. (2004). Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah. Makalah Seminar dan Workshop Calon Fasilitator Kolaborasi
Margono, H. (2000). Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan
BiologiFMIPA Universitas Negeri Malang Press.
Marimuthu, T. (2001). Amalan Dan Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri-
Penemuan Di Kalangan Guru Pelatih Sains Semasa Praktikum: Satu
Kajian Kes. Kedah: Maktab Perguruan Sultan Abdul Halim.
Nur, Mohammad. (2001). Performance Assessment dalam Pendidikan IPA.
Proyek peningkatan Mutu SLTP. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.
Pusat Kurikulum Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis
Kompetensi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Puskur
Balitbang Depdiknas.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang
(UM) Press.
Stiggins, R. J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York:
Maxwell Macmillan International
Setiadi, H. (2006). Penilaian Kinerja. Jakarta: Pusat Penelitian Balitbang
Depdiknas.
Sutarno, N. (1995). Peranan Laboratotium dalam Mengungkap Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum di Jurusan Pendidikan Biologi. Makalah pada Seminar
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI:
Wulan, A.R. (2003). Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan
Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya. Tesis Magister
pada PPS UPI :tidak diterbitkan.
Wulan, A. R. (2007). Pembekalan Kemampuan Performance Assessment kepada
Calon Guru Biologi dalam Menilai Kemampuan Inquiry. Disertasi Program
Pendidikan IPA. Bandung: SPs. UPI
Wulan, A.R. (2008). “Skenario Baru bagi Implementasi Asesmen Kinerja pada
Pembelajaran Sains di Indonesia”. Jurnal Kependidikan, Vol XXXII,(3).
Zainul, A. (2001). Alternative Assessment. Jakarta: PAU-PPAI Universitas
Terbuka.
41
Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 1
Bagian A:
1 = A
2 = D
3 = C
4 = C
5 = B
Bagian B:
a. Penilaian klasikal merupakan salah satu metode tes yang dikembangkan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa terhadap pengetahuan yang sifatnya
faktual atau keterampilan proses dasar IPA.
b. Ciri-ciri khusus penilaian klasikal adalah mengukur kemampuan kognitif
dalam pengetahuan yang sifatnya faktual dan mengukur keterampilan proses
dasar dengan pertanyaan-pertanyaan jawaban terbuka maupun tertutup
c. Tujuan pokok praktikum IPA di sekolah adalah membangun konsep dan
mengkomunikasikan berbagai fenomena yang terjadi dalam pembelajaran
IPA dan mengatasi miskonsepsi pada siswa. Sedangkan fungsi praktikum
IPA adalah memberikan kelengkapan bagi pelajaran teori yang telah diterima,
memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi siswa, memupuk keberanian
untuk mencari hakekat kebenaran ilmiah dari suatu objek dari lingkungan
alam dan lingkungan sosial, menambah keterampilan dalam menggunakan
alat media yang tersedia untuk mencari dan menemukan kebenaran, dan
memupuk rasa ingin tahu siswa sebagai modal sikap ilmiah seorang
ilmuwan serta memupuk dan membina rasa percaya diri sebagai akibat
keterampilan penemuan yang didapat dalam proses kegiatan laboratorium.
d. Tiga alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum yaitu praktikum
membangkitkan motivasi belajar IPA, praktikum mengembangkan
keterampilan dasar melakukan eksperimen, praktikum menjadi wahana
belajar pendekatan ilmiah.
42
Bagian A:
a. Hipotesis:
Gaya berpengaruh terhadap perubahan bentuk benda
Gaya berpengaruh terhadap kondisi gerak sebuah benda
Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 2
1 = C
2 = B
3 = C
4 = C
5 = D
Bagian B:
1. Masalah yang muncul jika menggunakan asesmen kinerja adalah validitas,
reliabilitas, dan fairness. Permasalahan disebabkan kekomplekan dan
kemampuan yang akan di ukur, kemampuan skor siswa dalam merefleksikan
kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan, peralatan, dan
kesempatan untuk belajar dan berlatih. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut memilih, menentukan, dan mendesain
instrumen sesuai indikator dengan baik. Rubrik dapat merekam kemampuan
semaksimal mungkin, observer secara kualitas dan kuantitas baik
2. Asesmen kinerja pada prinsipnya menekankan tidak hanya kemampuan
kognitif, tetapi juga produk, membutuhkan waktu lama tetapi dapat
dipakai berulang, dapat mendiagnosis dan meremidi, dan fokus pada
pembelajaran unjuk kerja. Sedang asesmen konvensional mengutamkan
pemahaman konsep, waktu tidak efektif, diagnosis dan remidi hanya untuk
soal uraian, fokus pembelajaran pada materi.
3. Kriteria tugas kinerja yang valid: aktivitas berpusat pada siswa dengan sistem
penilaian autentik.
4. Contoh rubrik untuk menilai kegiatan siswa dalam melakukan percobaan
erosi. Tentukan (1) komponen terjadinya erosi seperti air, tanah, tanaman
43
(rumput); (2) kondisi terjadinya peristiwa erosi meliputi minimnya tanaman
dengan debit air tinggi, (3) pembuatan laporan, (4) pelaksanaan diskusi.
Kunci/Rambu-rambu Jawaban Tes Formatif 3
Bagian A:
1 = D
2 = C
3 = B
4 = D
5 = C
Bagian B:
1. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan penilaian
kinerja individu:
identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan
tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan kinerja
buat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak
sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa
melaksanakan tugas;
definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur
berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable)
atau karakteristik produk yang dihasilkan;
urutkan kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan
yang dapat diamati.
2. Rubrik untuk menilai kinerja siswa dalam menggunakan termometer
Nilai Kriteria
4
Amat
Baik
Merumuskan gagasan secara jelas dan memprediksi apa yang
akan diuji
Mengunpulkan informasi awal yang relevan
Merencanakan pelaksanaan penyelidikan secara detail
Memilih alat dan bahan yang paling tepat
Mengajukan saran perbaikan yang tepat untuk kebutuhan
penyelidikan tersebut
44
Nilai Kriteria
3
Baik
Merumuskan gagasan yang perlu diuji dalam
percobaan/penyelidikan
Merencanakan suatu urutan pelaksanaan penyelidikan
Menilih alat dan bahan yang cocok
Mengajukan saran perbaikan penyelidikan tersebut
2
Cukup
Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana
yang akan diuji
Merencanakan percobaan tunggal secara garis besar
Menilih alat dan bahan yang cocok
Dapat menunjukkan adanya kelemahan dari rencana yang dibuat
1
Kurang
Dengan bimbingan guru, dapat mengajukan gagasan sederhana
yang akan diuji
Terdapat banyak kelemahan dalam rencana penyelidikan yang
dibuat
Alat dan bahan yang dipilih kurang sesuai
Tidak menyadari adanya kelemahan dari rencana yang dibuat
0
Sangat
Kurang
Tidak dapat mengajukan gagasan yang secara benar
Belum memahami langkah-langkah penyelidikan
Alat dan bahan yang dipilih tidak sesuai