modul 2 - bpsdm.pu.go.id filejembatan. oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan...

49
MODUL 2 PRINSIP PERENCANAAN TEKNIS PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN

Upload: others

Post on 13-Oct-2019

41 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

MODUL 2 PRINSIP PERENCANAAN TEKNIS

PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN

Page 2: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai
Page 3: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

i

KATA PENGANTAR

Volume/kuantitas item pekerjaan dijadikan dasar penawaran oleh penyedia

jasa dalam membuat dokumen penawaran pengadaan pekerjaan jalan dan

jembatan. Langkah – langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya review

desain perlu diketahui oleh personil di lingkungan Direktorat Jenderal Bina

Marga dan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab atas proyek

kebinamargaan sebagai upaya mendukung percepatan Pembangunan

Infrastruktur di Indonesia yang terkadang terganjal sengketa konstruksi.

Oleh karena itu Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan

Infrastruktur Wilayah menyelenggarakan pelatihan Perhitungan Kuantitas

Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal

Bina Marga, agar mampu menerapkan perhitungan kuantitas pekerjaan jalan

dan jembatan, sehingga tidak terjadi permasalahan/dispute dalam

pelaksanakan pekerjaan di lapangan serta meminimalisir terjadinya review

desain.

Kami mengaharapkan agar peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

Jalan dan Jembatan dapat memanfaatkan modul ini secara optimal, bahkan

dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para

Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan

berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami

ucapkan terima kasih. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Bandung, Desember 2018

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan

Infrastruktur Wilayah

Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng NIP. 19640520 198903 1020

Page 4: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .............................................................v

PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 2

B. Deskripsi Singkat.................................................................................. 2

C. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3

D. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok ................................................... 3

E. Estimasi Waktu .................................................................................... 4

DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN .................................................. 5

A. Dasar Hukum ....................................................................................... 6

B. Pengertian ........................................................................................... 6

C. Latihan Soal ......................................................................................... 9

D. Rangkuman .......................................................................................... 9

PRINSIP MANAJEMEN DESAIN .......................................................11

A. Tahapan Perencanaan ....................................................................... 12

B. Pokok-Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)......................................... 13

C. Kriteria Desain Jalan .......................................................................... 14

D. Kriteria Desain Jembatan ................................................................... 15

E. Produk Desain dan Permasalahannya ............................................... 20

F. Prinsip Perhitungan Kuantitas ........................................................... 29

G. Latihan Soal ....................................................................................... 30

H. Rangkuman ........................................................................................ 31

PENUTUP ......................................................................................33

A. Evaluasi Kegiatan Belajar ................................................................... 34

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................... 34

C. Kunci Jawaban ................................................................................... 35

Page 5: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

iii

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39

GLOSARIUM............................................................................................ 40

Page 6: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Permasalahan dan Solusi dari Hasil Desain ..................................... 26

Page 7: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

v

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta

Pelatihan Perhitungan dan Pengukuran Kuantitas Pekerjaan Jalan dan

Jembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan

beberapa petunjuk berikut ini.

1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda mempunyai

gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini.

2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep

pentingnya.

3. Segeralah membuat Ringkasan Materi tentang hal-hal esensial yang

terkandung dalam modul ini.

4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi modul ini, tangkaplah

konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan

antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.

5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang

relevan baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media

cetak maupun dari media elektronik.

6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi

modul ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri,

kemudian lihat kunci jawabannya.

7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman

sejawat atau widyaiswara atau catat untuk bahan diskusi pada saat

tutorial.

Peserta membaca dengan seksama setiap Sub Kegiatan belajar dan

bandingkan dengan pengalaman Anda yang dialami di lapangan.

Page 8: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai
Page 9: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

PENDAHULUAN

Page 10: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

2

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Latar Belakang

Proyek (Kegiatan Satuan Kerja/Satker) yang ditangani oleh Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sangat bervariasi, dari yang

sederhana/kecil sampai ke yang besar dan kompleks. Dalam setiap kegiatan

satker ada 3 jenis pelaku kegiatan, yaitu Pemilik/Pengguna Jasa, Pelaksana dan

Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan

konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil,

maka ketiga jenis pelaku kegiatan tersebut dapat ditangani sendiri oleh

pemilik, yang sekaligus berperan sebagai Pelaksana dan juga Pengawas. Satker

seperti ini disebut Satker Swakelola. Akan tetapi kalau kegiatan satker itu

semakin besar dan kompleks, maka ketiga pelaku tersebut seharusnya

dipisahkan, sehingga baik pelaksana maupun pengawas ditangani secara

professional oleh pihak kontraktor dan konsultan secara terpisah, dan

mengikat kontrak dengan pemilik pekerjaan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, para pihak tersebut diatas berpedoman

dengan gambar rencana dari Detail Engineering Design (DED) yang merupakan

dokumen lelang dan juga dokumen kontrak. Walaupun dalam gambar

rencana, spesifikasi teknis dan hasil rapat pra pelaksanaan (PCM) sudah

disepakati, namun masih sering terjadi perbedaan persepsi dalam cara

mengukur dan menghitung kuantitas/volume pekerjaan, termasuk dalam

mengoreksi gambar rencana, pengukuran awal, pengukuran ulang dalam

kajian teknis, opname hasil pekerjaan sebagai back up data Monthly

Certificate (MC) dan juga dalam pemeriksaan hasil pekerjaan dari auditor

(Inspektorat Jenderal maupun BPKP/BPK) dan bahkan perselisihan ini harus

diselesaikan melalui Badan Arbritase (BANI/BADAPSKI).

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kelancaran penyelenggaraan

kegiatan satker, Kasatker/PPK perlu melakukan tindakan pengendalian

pelaksanaan Satker khususnya dari aspek manajemen desain dan penyiapan

back up data dengan pengukuran dan perhitungan yang benar, tepat, efektif

dan efisien, maka diperlukan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat di

lapangan, baik dari penyiapan perencanaan teknis, penyiapan kuantitas dalam

Bill of Quantity (BOQ) dokumen lelang, persiapan pelaksanaan, proses

pelaksanaan di lapangan dan juga dalam penyiapan laporannya.

B. Deskripsi Singkat

Mata Pelatihan Prinsip Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan Jembatan ini

membekali para peserta agar mampu memahami prinsip perencanaan teknis

pekerjaan jalan dan jembatan, yaitu manajemen desain (volume based),

Page 11: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

3

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

antara lain tahapan perencanaan, pokok-pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK),

kriteria desain, produk desain dan permasalahannya serta prinsip perhitungan

kuantitas.

C. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar

sebagai berikut :

1. Hasil Belajar

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu menerapkan

prinsip perencanaan teknis pekerjaan jalan dan jembatan khususnya

manajemen desain (volume based) .

2. Indikator Hasil Belajar

Keberhasilan yang diharapkan dari peserta adalah setelah mengikuti pelatihan

ini peserta diharapkan akan mampu :

a. Menjelaskan dasar hukum dan pengertian tentang perencanaan teknis

pekerjaan jalan dan jembatan.

b. Menerapkan manajemen desain (volume based) pekerjaan jalan dan

jembatan.

D. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok

Dari indikator hasil belajar yang terdiri dari 2 (dua) kelompok dan dijabarkan

di masing-masing materi pokok tersebut ke sub materi pokok sebagai berikut:

1. Dasar hukum dan pengertian perencanaan teknis pekerjaan jalan dan

jembatan :

a. Dasar hukum

b. Pengertian perencanaan teknis jalan dan jembatan

2. Prinsip manajemen desain (volume based) :

a. Tahapan perencanaan

b. Pokok-pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)

c. Kriteria desain

d. Produk desain dan permasalahannya

e. Prinsip Perhitungan Kuantitas

Page 12: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

4

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

E. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

untuk mata pelatihan “Prinsip Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan

Jembatan” pada peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan

Jembatan ini adalah 4 (empat) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.

Page 13: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan

diharapkan mampu menjelaskan dasar hukum sebagai acuan

dan pengertian tentang perencanaan teknis pekerjaan jalan

dan jembatan.

Page 14: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

6

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Dasar Hukum

Acuan atau dasar hukum untuk penyiapan Perencanaan Teknis Jalan dan

Jembatan, antara lain :

1. UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

2. UU RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

3. PP RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

4. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah dan turunannya

5. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 : Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan

Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ)

6. Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ke-3 Permen PU

No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan

Konstruksi dan Jasa Konsultansi, dan akan disesuaikan dengan Perpres

No.16 Tahun 2018.

7. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017 tentang Perubahan SE

Dirjen Bina Marga No.UM.01.03-Db/242 tentang Penyampaian ketentuan

desain dan revisi desain jalan dan jembatan, serta kerangka acuan kerja

pengawasan teknis untuk dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina

Marga.

8. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 04/SE/Db/2017, Tgl 27 Juni 2017:

Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Tahun 2017, No.02/M/BM/2017.

9. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018, tanggal 20

September 2018 tentang Spesifikasi Umum Tahun 2018 untuk Pekerjaan

Konstruksi Jalan dan Jembatan.

10. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 03/SE/Db/2018, tanggal 12 November

2018 tentang Penyampaian Standar Dokumen Pemilihan Pengadaan

Pekerjaan Konstruksi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.

B. Pengertian

1. Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Dari berbagai literatur, pengertian Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of

Refference (TOR), adalah :

a. Suatu dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan

mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan

fungsi kementerian/ lembaga, yang memuat latar belakang, penilaian

Page 15: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

7

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang

diperhitungkan.

b. Dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/ keterangan

mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa

perkiraan biayanya suatu kegiatan.

c. Petunjuk dalam melakukan program/kegiatan yang memuat dengan

tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus), cara melaksanakan kegiatan

yang jelas dan evaluasi serta pelaporan.

d. Petunjuk bagi konsultan perencana yang memuat masukan, azas kriteria,

dan proses yang harus dipenuhi atau diperhatikan dan diinterpretasikan

dalam melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran

yang dimaksud.

2. Perencanaan Teknis

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, paragraf 2 pasal 86 -

88, adalah :

a. Perencanaan teknis merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana

teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan, dan harus

dilakukan secara optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup,

dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan terowongan.

b. Perencanaan teknis jalan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan

teknis mengenai :

1) Ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan;

2) Dimensi jalan;

3) Muatan sumbu terberat, volume lalu lintas, dan kapasitas;

4) Persyaratan geometrik jalan;

5) Konstruksi jalan;

6) Konstruksi bangunan pelengkap;

7) Perlengkapan jalan;

8) Ruang bebas;

9) Kelestarian lingkungan hidup, yang diakomodir dalam Spesifikasi

Umum 2018, Divisi 1 Seksi 1.17.

10) Keselamatan Jalan

Rencana teknis jalan wajib memperhitungkan kebutuhan fasilitas pejalan

kaki dan penyandang cacat, sesuai dengan pedoman teknis yang

Page 16: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

8

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

maupun Direktorat Jenderal Bina Marga.

Masing-masing ketentuan teknis di atas akan mempengaruhi

perhitungan kuantitas.

c. Perencanaan teknis jembatan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan

teknis beban rencana. Dan Ruang bebas bawah jembatan harus

memenuhi ketentuan ruang bebas untuk lalu lintas dan angkutan yang

melewatinya. Dan selanjutnya diatur dalam Surat Edaran Dirjen Bina

Marga No.05/SE/Db/2017 tentang Perubahan SE Dirjen Bina Marga

No.UM.01.03-Db/242 tentang Penyampaian ketentuan desain dan revisi

desain jalan dan jembatan, serta kerangka acuan kerja pengawasan teknis

untuk dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina Marga.

d. Perencanaan teknis terowongan, sekurang-kurangnya memenuhi

ketentuan teknis pengoperasian dan pemeliharaan, keselamatan, serta

keadaan darurat.

Berdasarkan Permen PU No.19 Tahun 2011, Prosedur Pelaksanaan

Perencanaan Teknis Jalan adalah tahapan dan ketentuan pelaksanaan

perencanaan teknis jalan yang harus diikuti oleh para perencana jalan.

3. Persyaratan Teknis Jalan

Berdasarkan Permen PU No.19 Tahun 2011, bahwa Persyaratan Teknis Jalan

adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan

dapat berfungsi secara optimal memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan

dalam melayani lalu lintas dan angkutan jalan.

4. Kriteria Teknis Jalan

Kriteria Perencanaan Teknis Jalan adalah ketentuan teknis jalan yang harus

dipenuhi dalam suatu perencanaan teknis jalan.

5. Keselamatan Jalan

Keselamatan Jalan adalah pemenuhan fisik elemen jalan terhadap persyaratan

teknis jalan dan kondisi lingkungan jalan yang menghindarkan atau tidak

menjadi sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Page 17: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

9

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

C. Latihan Soal

1. Jelaskan kaitannya perencanaan teknis dengan peraturan perundang-

undangan di bawah ini :

a. UU RI No.38 Tahun 2004 dan PP RI No.34 tahun 2006 tentang Jalan

b. UU RI No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

c. Perpres RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah

d. Permen PU N0.19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan (PTJ)

dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ)

2. Jelaskan pengertian dan pentingnya Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) ?

3. Jelaskan pengertian dan pentingnya perencanaan teknis yang terkait

dengan perhitungan kuantitas ?

D. Rangkuman

1. Perencanaan teknis jalan dan jembatan sangat terkait dengan peraturan

dan perundang-undangan yang berlaku dan cukup lengkap, dari Undang-

undang, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat, Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga dan

literatur lainnya.

2. Pengertian dan pentingnya Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau TOR telah

dijelaskan pada Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah dan literatur teknis lainnya.

3. Demikian juga pengertian dan pentingnya perencanaan teknis telah

dijelaskan dan diuraikan pada Peraturan Menteri PU No. 19 Tahun 2011

dan literatur lainnya.

4. Prinsip perencanaan teknis ini dikaitkan dengan perhitungan kuantitas,

misalnya dalam perencanaan teknis pada kondisi yang beragam, seperti

pembangunan jalan/jembatan baru, pelebaran, rekonstruksi,

pemeliharaan berkala dan lain-lain.

Page 18: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai
Page 19: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

PRINSIP MANAJEMEN DESAIN

Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta

pelatihan diharapkan mampu menerapkan

manajemen desain (volume based) pada

pekerjaan jalan dan jembatan, dari tahapan

perencanaan, penyusunan KAK, penetapan

Kriteria desain, menyiapkan produk desain dan

mengantisipasi permasalahannya dan

pengecekan perhitungan kuantitas pekerjaan

jalan dan jembatan.

Page 20: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

12

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Tahapan Perencanaan

Tahapan Perencanaan untuk jalan dan jembatan mengacu kepada Permen PU

No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria

Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ).

Tahapan perencanaan teknis jalan, meliputi :

1. Perencanaan Teknis Awal, yang melingkupi :

a. Perencanaan beberapa alternatif alinemen jalan yang akan dibangun;dan

b. Pertimbangan teknis, ekonomis, lingkungan, dan keselamatan yang melatar-belakangi konsep perencanaan.

2. Kajian kelayakan jalan (Feasibility study, FS), yang melingkupi :

a. Kajian kelayakan teknis, kelayakan ekonomi/finansial, lingkungan dan sosial, untuk setiap alternatif alinemen jalan keluaran perencanaan teknis awal; dan

b. Menetapkan pilihan alternatif yang paling layak dan mengakomodir keselamatan lalu lintas jalan.

c. Dari hasil kajian ini dihasilkan basic design (desain pendahuluan).

3. Perencanaan Teknis Akhir (Final Engineering Design), terdiri dari:

a. Diawali dengan desain pendahuluan, yang merupakan pelengkap data, pendukung untuk perencanaan termasuk tinjauan lapangan untuk penetapan alinemen Jalan yang final untuk alternatif alinemen terpilih hasil kajian kelayakan jalan;

b. Perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED); c. Audit keselamatan jalan (AKJ); dan d. Perencanaan teknis akhir.

Setiap perencanaan teknis jalan baik yang dilakukan perorangan maupun oleh

Badan Hukum termasuk Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota harus mengacu kepada persyaratan teknis Jalan dan

memenuhi Kriteria Perencanaan Teknis Jalan sebagaimana diuraikan di atas.

Prosedur detail tentang pelaksanaan perencanaan teknis Jalan dan Jembatan

mengacu kepada pedoman perencanaan teknis jalan yang ditetapkan oleh

Menteri Pekerjaan Umum dan atau Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat, misalnya perencanaan geometrik jalan, perencanaan simpang,

perencanaan perkerasan, perencanaan drainase dan pelengkap jalan.

Page 21: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

13

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Perhitungan kuantitas pekerjaan, harus diperhatikan sejak pada tahapan awal

dari proses perencanaan jalan dan jembatan, perencanaan teknis, pembuatan

Engineer’s Estimate (EE) sampai pembuatan Owner’s Estimate (OE) atau Harga

Perkiraan Sendiri (HPS), Kajian Teknis Lapangan dan perhitungan kuantitas

dari hasil pekerjaan.

B. Pokok-Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)

Pokok-pokok kerangka acuan kerja meliputi:

1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Refference (TOR)

Dalam penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang detil harus

memperhatikan semua aspek kebutuhan untuk pencapaian program, dan

berisi antara lain :

a. Latar belakang.

b. Obyektif /Tujuan

c. Ruang Lingkup

d. Batasan-batasan

e. Asumsi-asumsi

f. Kriteria Penerimaan

g. Tugas dan Tanggung jawab

h. Jadwal, Durasi dan Lokasi

i. Berapa Biaya yang dianggarkan

2. Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 pasal 19, dalam menyusun spesifikasi

Teknis/KAK :

a. menggunakan produk dalam negeri;

b. menggunakan produk bersertifikat SNI; dan

c. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau.

3. Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan

merek terhadap :

a. komponen barang/jasa;

b. suku cadang;

c. bagian dari satu sistem yang sudah ada;

d. barang/jasa dalam katalog elektronik; atau

e. barang/jasa pada Tender Cepat.

4. Pemenuhan penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksudkan

dan produk bersertifikat SNI dan dilakukan sepanjang tersedia dan

tercukupi.

Page 22: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

14

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

5. Spesifikasi/KAK ditetapkan oleh PPK.

6. KAK yang dimaksud di sini, diperuntukkan dalam menyusun perencanaan

teknis dan perhitungan kuantitas dari produk desain tersebut.

C. Kriteria Desain Jalan

Kriteria desain untuk jalan dan jembatan mengacu kepada Permen PU No.

19/PRT/M/2011 : Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria Perencanaan

Teknis Jalan (KPTJ), yaitu :

1. Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan ini

dimaksudkan sebagai panduan bagi para penyelenggara jalan dalam

penyelenggaraan jalan.

2. Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bertujuan

untuk mewujudkan:

3. tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan,

pembangunan, dan pengawasan Jalan;

4. tersedianya Jalan yang mewujudkan keselamatan, keamanan, kelancaran,

ekonomis, kenyamanan, dan ramah lingkungan.

5. Lingkup Persyaratan Teknis Jalan meliputi :

a. kecepatan rencana;

b. lebar badan jalan;

c. kapasitas jalan;

d. jalan masuk;

e. persimpangan sebidang dan fasilitas berputar balik;

f. bangunan pelengkap jalan;

g. perlengkapan jalan;

h. penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya; dan

i. ketidak terputusan jalan.

6. Lingkup Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, meliputi :

a. fungsi jalan;

b. kelas jalan;

c. bagian-bagian jalan;

d. dimensi jalan;

e. muatan sumbu terberat, volume lalu lintas, dan kapasitas jalan;

f. persyaratan geometrik jalan;

g. Konstruksi jalan;

h. konstruksi bangunan pelengkap jalan;

i. perlengkapan jalan;

j. kelestarian lingkungan hidup; dan

Page 23: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

15

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

k. ruang bebas.

7. Dari kriteria desain di atas merupakan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam menghitung kuantitas pekerjaan.

D. Kriteria Desain Jembatan

Perencanaan jembatan yang telah diuraikan terdahulu bahwa harus

memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut :

1) Kekuatan dan stabilitas struktur

2) Kenyamanan dan keselamatan

3) Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)

4) Ekonomis

5) Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan

6) Keawetan dan kelayakan jangka panjang

7) Estetika.

Kriteria desain/perencanaan jembatan, telah diatur dalam Surat Edaran

Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017, terdiri atas :

1. Kriteria Umum

a. Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun untuk komponen-

komponen jembatan (fondasi, bangunan bawah, gelagar, btang-

batang rangka dan sistem lantai)

b. Pembebanan jembatan menggunakan BM 100 termasuk juga

jembatan semi permanen dan panel darurat

c. Geometrik :

1) Badan jalan jembatan :

a) Bila bahu jalan tidak disediakan, maka harus menyediakan

lajur tepian dengan perkerasan yang berpenutup dikiri dan

kanan jalur lalu lintas paling sedikit 0,50 meter.

b) Di kedua sisi jalur lalu lintas harus disediakan jalur trotoar

sebagai fasilitas bagi pejalan kaki dan petugas

pemeliharaan, dengan lebar paling sedikit 0,50 meter.

c) Lebar jalur lalu lintas pada jembatan harus sama dengan

jalur lalu lintas pada bagian ruas jalan di luar jembatan.

d) Khusus untuk fungsi jalan arteri, lebar badan jalan pada

jembatan harus sama dengan lebar badan jalan pada

bagian ruas jalan di luar jembatan.

Page 24: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

16

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

2) Superelevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada permukaan

perkerasan lantai jembatan dan kemiringan memanjang

maksimum 5%.

3) Ruang bebas vertikal untuk lalu lintas minimal 5,1 m diukur dari

puncak perkerasan jembatan ke elevasi terendah dari bagian

atas jembatan.

4) Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan

mengikuti standar/ketentuan perencanaan terhadap

karakteristik/pola lalu lintas kapan dengan free boad :

a) min 0,5 m (utk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi)

b) min 1,0 m (utk aliran sungai yang tidak membawa

hanyutan)

c) min 1,5 m (utk aliran sungai yang membawa hanyutan)

dari muka air banjir dengan periode ulang 50 tahun.

5) Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata,

hand railing/parapet dapat dibuat khusus atas persetujuan

Pengguna Jasa dengan tetap mempertimbangkan aspek

keselamatan jalan.

6) Jika terdapat permukiman penduduk di kiri-kanan operit

jembatan, maka dapat disediakan akses penduduk.

7) Jembatan harus dilengkapi dengan tangga inspeksi dan

dudukan untuk bangunan atas.

8) Dibuat geometrik yang mulus/tidak terdapat perubahan

signifikan pada kelandaian alinyemen vertikal.

d. Material

i. Mutu beton bangunan lantai, bangunan atas, bangunan bawah

dan bore file minimal f’c 30 Mpa.

ii. Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk < D13, dan

BJTD D32 atau BJTD 39 untuk > D13, dengan variasi diameter

tulang dibatasi paling banyak 5 ukuran. Ukuran desain

bangunan lantai, khususnya pada daerah momen negatif

disarankan menggunakan BJTP 24.

iii. Mutu kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat kuat tarik

tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel

dan harus sesuai dengan SNI 1155:2016.

Page 25: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

17

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar

rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal

dan gambar standar.

2. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan

a. Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan

jembatan standar Bina Marga (gambar standar) sesuai dengan

bentang ekonomis.

b. Untuk perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu pada

ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen Bina Marga

No.05/SE/Db/2017.

c. Sistem lantai harus didesain secara non komposit, namun

pelaksanaan di lapangan harus dibuat komposit dengan penulangan

atas dan bawah (double layer). Permukaan lantai beton harus dilapis

dengan waterproofing dan lapisan dan lapisan aspal dengan tebal 5

cm dan/atau overlay 3 cm.

3. Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan

a. Perencanaan struktur bawah menggunakan Limit States/LRFD atau

Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan

Servicesability Limit State (SLS)

b. Abutment

a) Abutment tipe cap dengan tinggi tipikal 1,5 s.d. 2 meter.

b) Abutment tipe kodok dengan tinggi tipikal 2 s.d. 3,5 meter.

c) Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4 meter.

c. Pilar (ditambahkan dengan tinggi tipikal)

a) Pilar balok cap dengan tinggi tipikal < 10 meter (dihindarkan pada

daerah hanyutan dan lalu lintas yang dilewati kapal).

b) Pilar dinding penuh dengan tinggi tipikal < 25 meter.

c) Pilar portal satu tingkat dengan tinggi tipikal < 15 meter.

d) Pilar portal dua tingkat dengan tinggi tipikal < 25 meter.

e) Pilar kolom tunggal dengan tinggi tipikal < 15 meter (dihindarkan

untuk daerah zona gempa besar).

d. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka

panjang material dan kondisi lingkungan, antara lain : selimut beton

yang digunakan minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 70 mm

(daerah agresif), atau sesuai dengan ketentuan perencanaan yang

berlaku.

Page 26: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

18

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

4. Perencanaan Fondasi Jembatan

a. Perencanaan fondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)

b. Fondasi direncanakan dengan memperhitungkan potensiscouring

yang terjadi melalui analisa hidrolika.

c. Penentuan jenis fondasi jembatan :

1) Fondasi dangkal/fondasi telapak/fondasi langsung (dihindarkan

untuk daerah potensi scouring besar). Bebas dari pengaruh

scouring, kedalaman maksimum 3 meter.

2) Fondasi sumuran (caisson) : Diameter 3,0 s.d. 4,0 m, kedalaman

maksimum 6 meter.

3) Fondasi tiang pancang pipa baja : Diameter 0,4 s.d. 1,0 m,

kedalaman maksimum 60 meter.

4) Fondasi tiang pancang pipa beton pratekan : Diameter 0,4 s.d.

1,2 m, kedalaman maksimum 50 meter.

5) Fondasi tiang bor : Diameter 0,8 s.d. 1,2 m, kedalaman

maksimum 60 meter

d. Jenis fondasi seragam untuk satu lokasi jembatan termsuk dimensi-

dimensinya.

e. Fondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 yang diisi

dengan beton bertulang non-shringkage (semen tipe II) dengan

mutu material f’c 30 Mpa, hingga pada kedalaman 8 meter di bawah

dasar sungai (river bed), dibawahnya diisi dengan pasir.

f. Faktor keamanan :

1) Tiang pancang, SF Point bearing = 3 dan SF Friction pile = 3

2) Sumuran dan fondasi langsung SF daya dukung tanah = 2,0, SF

Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5.

g. Deformasi lateral dan penurunan

Deformasi lateral dan penurunan pada fondasi tiang dibatasi dengan

ketentuan :

1) Deformasi lateral fondasi tiang yang diijinkan maksimum 1 inchi

atau 2,5 cm yang di bawah pile cap.

2) Penurunan maksimum fondasi yang diijinkan 1 cm.

3) Kedalaman fondasi direncanakan hingga sampai pada tanah

keras, apabila tanah keras cukup dalam (> 50 m), maka fondasi

dapat direncanakan mengandalkan friksi saja akan tetapi enjadi

batasan adalah daya dukung dan penurunan.

Page 27: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

19

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

h. Kalendering terakhir :

1) Tiang pancang baja <= 2,5 cm/10 pukulan dan tiang pancang

beton 3-5 cm/10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis

hammer yang sesuai sehingga dapat memenuhi daya dukung

tiang rencana.

2) Apabila fondasi direncanakan tidak sampai pada kedalaman

tanah keras, maka diwajibkan untuk melakukan uji ulang.

5. Perencanaan Jalan Pendekat

a. Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H ijin :

H kritis = (c Nc + ẟ D Nq)/d; nilai c dan ẟ diperoleh dari hasil uji

laboratorium H ijin = H kritis/SF dengan SF = 1,5.

b. Bila tinggi timbunan melebihi H ijin harus direncanakan dengan

sistem perkuatan tanah dasar yang telah ada.

6. Perencanaan Pertimbangan Aspek Lingkungan dan Sosial

a. Penerapan pertimbangan aspek lingkungan harus mengacu pada

dokumen RKL atau UPL dan POS.

b. Rekomendasi dari dokumen RKL dan atau UKL harus dimasukkan

kedalam disain yang dapat berupa Gambar Disain, spesifikasi

dan/atau persyaratan teknis.

c. Jarak antar hand railling untuk daerah permukiman/banyak pejalan

kaki dibuat lebih rapat yaitu maksimal 20 cm.

7. Perencanaan Metode Konstruksi

Perencanaan Jembatan harus dilengkapi dengan metode konstruksi yang

memperhatikan ketersediaan alat dan material kondisi setempat serta

dapat dilaksanakan.

8. Perencanaan Aliran sungai

a. Ruang pengawasan jalan untuk jembatan di hulu dan di hilir paling

sedikit 100 meter atau ditentukan berdasarkan sifat dan morfologi

sungai (minimal 5 kelokan).

b. Bagian sungai jembatan harus dievaluasi minimal 500 meter ke arah

hulu/hilir dari jembatan meliputi hidrologi, pola aliran, morfologi

sungai, lokasi scouring yang membahayakan konstruksi jembatan.

Page 28: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

20

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

9. Prinsip Penerapan Keselamatan Jalan

Desain jembatan harus memperhitungkan keselamatan jalan, baik pada

jembatannya maupun pada jalan pendekatnya (setidaknya sekitar 500 –

1000 meter sebelum oprit jembatan) mengacu pada Instruksi Dirjen Bina

Marga No.02 Tahun 2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan

Jalan, antara lain :

a. Pada jembatan :

1) Marka garis pemisah lajur/jalur apabila lebar jalur lalu lintas

sedikitnya 6 meter.

2) Rambu larangan parkir di jembatan, dengan diperkuat dengan

marka garis kuning berbiku-biku.

3) Rambu larangan berjualan di sepanjang jembatan dan oprit

jembatan.

4) Rambu batas kecepatan (apabila diperlukan).

b. Pada jalan pendekat (kurang lebih 500 – 1000 meter sebelum oprit

jembatan) :

1) Rambu dan marka yang menunjukkan peringatan untuk merging

apabila terdapat duplikasi jembatan dan jumlah lajur berkurang

baik di jembatan maupun di jalan pendekat.

2) Rambu peringatan jembatan.

3) Bagi jembatan yang hanya mempunyai 1 lajur lalu lintas, perlu

memasang rambu larangan berjalan terus dan harus memberi

prioritas pada lalu lintas arah berlawanan, dan diperkuat dengan

tidak memasang marka garis di jembatan, dan marka garis harus

berhenti kurang lebih 20 -30 meter sebelum abutment jembatan.

4) Rambu batas kecepatan sebelum memasuki jembatan.

5) Rambu peringatan di jalan pendekat sesuai kebutuhan, misalnya

jika setelah jembatan terdapat tikungan tajam dan/atau alinyemen

vertikalnya curam, antara lain rambu pengarah tikungan, rambu

tikungan dan rambu cembungan.

E. Produk Desain dan Permasalahannya

Berikut ini adalah penjelasan mengenai produk desain dan permasalahan yang

terjadi :

Page 29: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

21

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

1. Produk Desain

Produk akhir desain adalah perencanaan teknis rinci (Detail Engineering

Design, DED) termasuk audit keselamatan jalan (AKJ), dan perencanaan

teknis akhir yang berdasarkan KAK paket Perencanaan Jalan, antara lain

berupa :

1) Laporan Perencanaan Jalan (Buku A), berisi antara lain :

a) Rincian perencanaan jalan

b) Referensi rumus-rumus/grafik yang digunakan dan lain-lain

c) Data perhitungan

d) Analisa hidrologi

e) Rekomendasi hasil analisa.

2) Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik/ Engineer’s Estimate

(EE) (Buku B), berisi antara lain :

a) Daftar kuantitas pekerjaan dan rincian perhitungannya

b) Analisa Harga Satuan

c) Perhitungan biaya pekerjaan

d) Daftar harga satuan dan upah.

3) Laporan Survai Topografi (Buku C), berisi antara lain :

a) Cakupan pemetaan

b) Data survai

c) Perhitungan koordinat/level

d) Penggambaran.

4) Dokumen Pelelangan/tender, berisi antara lain :

a) Buku I : Instruksi Kepada Peserta Lelang (IKP)

b) Buku II : Data Lelang

c) Buku III : Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat

Penunjukan dan Surat Perjanjian/Kontrak

d) Buku IV : Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)

e) Buku V : Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)

f) Buku VI : Spesifikasi Teknis (Spesifikasi Umum dan

Spesifikasi Khusus)

g) Buku VII : Gambar-gambar (Gambar Rencana)

h) Buku VIII : Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan

Metoda Pelaksanaan

i) Buku IX : Bentuk-bentuk jaminan

Dari hasil Gambar Rencana perlu disahkan oleh Atasan Langsung Kasatker P2JN yaitu Kepala Balai/Balai Besar PJN. Kemudian Kasatker P2JN menyerahkan hasil perencanaan teknis tersebut untuk dilaksanakan berupa

Page 30: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

22

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Dokumen Lelang/Tender yang sudah disesuaikan dengan Peraturan dan per-UU-an yang berlaku dan terbaru, dan Engineer’s Estimate (EE) sebagai acuan pembuatan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) oleh PPK dari Satker P2JN. 2. Permasalahan Produk Desain dan alternatif solusi

a. Permasalahan pada Tahap Perencanaan

Walaupun dalam Kerangka Acuan Kerja pada paket Peencanaan Teknis

Jalan sudah jelas, namun masin sering terjadi permasalahan dari hasil

desain pada tahap perencanaan, antara lain :

1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar

rencana dan jenis pekerjaan :

a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

terbaru dan sah;

b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan

spesifikasi teknis yang standar/legal.

2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

3) Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga

dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan

peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate

(EE).

4) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-

syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan

peraturan terbaru.

b. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Perencanaan

Pengecekan pada tahap ini dilakukan oleh Satker P2JN dan Bidang/Seksi

Perencanaan dan Pemantauan sebelum disahkan oleh Kepala

Balai/Balai Besar, antara lain :

1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun

oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh

Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah

ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan

Spesifikasi yang sah dan sesuai.

3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan

Daftar Kuantitas (BOQ).

4) Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari

asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan

Page 31: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

23

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang

digunakan.

5) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat

Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan

peraturan dan ketentuan terbaru.

c. Permasalahan pada Tahap Pengadaan

Sebelum dilakukan proses tender, maka pihak PPK dan Pokja Pemilihan

di Satker PJN melakukan pengecekan kembali dokumen tender yang

sudah diterima dari Satker P2JN, dan tentunya masih ada kemungkinan

terdapat permasalahan, antara lain :

1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar

rencana dan jenis pekerjaan :

a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

terbaru dan sah;

b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan

spesifikasi teknis yang standar/legal.

2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

3) Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga

dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan

peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate

(EE).

4) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-

syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan

peraturan terbaru.

5) Nama dan target dari paket yang akan disiapkan tidak sesuai antara

hasil desain dengan DIPA/POK, karena terjadi perubahan pada saat

pembahasan RKAKL untuk DIPA/POK.

6) Terdapat pertanyaan dari para Penyedia dalam tahap penjelasan

(aanwizing) yang cukup mendasar dan perlu perubahan dokumen

tender (Addendum).

d. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Pengadaan

Dari hasil pengecekan dari pihak PPK dan Pokja tersebut maka alternatif

solusi yang perlu dilakukan sebelum dilakukan pengesahan dokumen

tender atau addendum dokumen tender, antara lain adalah :

1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun

oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh

Page 32: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

24

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah

ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan

Spesifikasi yang sah dan sesuai.

3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan

Daftar Kuantitas (BOQ).

4) Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari

asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan

koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang

digunakan.

5) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat

Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan

peraturan dan ketentuan terbaru.

6) Dilakukan pengecekan terhadap nama paket, target dan dana yang

tersedia dalam DIPA/POK dengan tetap melibatkan pihak

perencana (Satker P2JN).

7) Apabila terdapat pertanyaan dari Penyedia pada saat penjelasan

kantor ataupun melalui elektronik dan penjelasan lapangan (bila

ada) yang cukup mendasar sehingga perlu dilakukan addendum

dokumen tender, maka segera dilakukannya.

e. Permasalahan pada Tahap Pelaksanaan Kontrak

Walaupun sudah dilakukan pengecekan secara bertahap dari proses

perencanaan dan proses pengadaan, namun pada tahap pelaksanaan

masih sering terjadi permasalahan yang terkadang permasalahan yang

sama pada tahapan sebelumnya, antara lain :

1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar

rencana dan jenis pekerjaan :

a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi

terbaru dan sah;

b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan

spesifikasi teknis yang standar/legal.

2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

3) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-

syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan

peraturan terbaru.

4) Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan, seperti :

Page 33: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

25

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

a) Koordinat/lokasi proyek tidak sesuai dengan kondisi di

lapangan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan

titik koordinat awal dari lokasi proyek tersebut, dan

menimbulkan perubahan gambar rencana, perubahan jenis dan

volume pekerjaan serta perubahan nilai kontrak;

b) Jenis item pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan,

misalnya jenis galian/batu dan jenis tanah timbunan tanah

biasa/ pilihan/berbutir;

c) Dimensi/ukuran jenis pekerjaan, misalnya ketinggian galian,

ketinggian timbunan tanah, ukuran diameter besi tulangan atau

kedalaman pondasi jembatan;

d) Ketidaktepatan prediksi kondisi lapangan, misalnya perkiraan

CBR atau jenis tanah asli, kedalaman tanah keras pada lokasi

jembatan atau penentuan jenis penanganan.

f. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Pelaksanaan Kontrak

Permasalahan dalam pelaksanaan di lapangan, ditemukan pada saat

melakukan survei awal dan pada kajian teknis lapangan. Solusi yang harus

dilakukan antara lain adalah :

1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun

oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh

Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah

ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan

Spesifikasi yang sah dan sesuai.

3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan

Daftar Kuantitas (BOQ).

4) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat

Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan

peraturan dan ketentuan terbaru.

5) Apabila gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan,

maka perlu dilakukan kesepakatan antara kontraktor dengan

pengawas pekerjaan, antara lain :

a) Disepakati lagi lokasi dan koondinat pada titik nol dari paket

tersebut sebagai titik awal proyek.

b) Jenis item pekerjaan diupayakan sesuai dengan BOQ yang ada

dlam kontrak, apabila tidak dimungkinkan maka perlu

dilakukan perubahan dengan diperkuat dengan justifikasi

Page 34: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

26

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

teknis yang mendapat persetujuan dari perencana dan

dilakukan negosiasi harga oleh Tim Peneliti Pelaksanaan

Kontrak.

c) Apabila terdapat persyaratan teknis yang tidak sesuai dengan

spesifikasi teknis maka perlu dilakukan perubahan dengan

melakukan perubahan kontrak atau addendum kontrak.

Permasalahan hasil desain dan alternatif solusinya dapat disusun dalam

bentul Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Permasalahan dan Solusi dari Hasil Desain

No. PERMASALAHAN SOLUSI

I. TAHAP PERENCANAAN

1.

Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak

sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;

b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.

a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.

2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)

3. Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate (EE).

Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan

4. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.

Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru

Page 35: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

27

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

No. PERMASALAHAN SOLUSI

II. TAHAP PENGADAAN

1. Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak

sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;

b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.

a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.

2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)

3. Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate (EE).

Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan

4. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.

Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru

5. Nama dan target dari paket yang akan disiapkan tidak sesuai antara hasil desain dengan DIPA/POK, karena terjadi perubahan pada saat pembahasan RKAKL untuk DIPA/POK

Dilakukan pengecekan terhadap

nama paket, target dan dana yang

tersedia dalam DIPA/POK dengan

tetap melibatkan pihak perencana

(Satker P2JN)

6. Terdapat pertanyaan dari para

Penyedia dalam tahap penjelasan

(aanwizing) yang cukup mendasar

dan perlu perubahan dokumen

tender (Addendum)

Apabila terdapat pertanyaan dari Penyedia pada saat penjelasan kantor ataupun melalui elektronik dan penjelasan lapangan (bila ada) yang cukup mendasar sehingga perlu dilakukan

Page 36: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

28

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

No. PERMASALAHAN SOLUSI

addendum dokumen tender, maka segera dilakukannya

III. TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK

1. Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak

sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;

b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.

a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.

b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.

2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.

Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)

3. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.

Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru

4. Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan, seperti: a. Koordinat/lokasi proyek tidak

sesuai dengan kondisi di lapangan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan titik koordinat awal dari lokasi proyek tersebut, dan menimbulkan perubahan gambar rencana, perubahan jenis dan volume pekerjaan serta perubahan nilai kontrak;

b. Jenis item pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya jenis galian/batu dan jenis tanah timbunan tanah biasa/ pilihan/berbutir;

a. Apabila gambar rencana tidak

sesuai dengan kondisi lapangan,

maka perlu dilakukan

kesepakatan antara kontraktor

dengan pengawas pekerjaan,

antara lain :

b. Disepakati lagi lokasi dan

koondinat pada titik nol dari

paket tersebut sebagai titik

awal proyek.

c. Jenis item pekerjaan

diupayakan sesuai dengan BOQ

yang ada dlam kontrak, apabila

tidak dimungkinkan maka perlu

dilakukan perubahan dengan

Page 37: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

29

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

No. PERMASALAHAN SOLUSI

c. Dimensi/ukuran jenis pekerjaan, misalnya ketinggian galian, ketinggian timbunan tanah, ukuran diameter besi tulangan atau kedalaman pondasi jembatan;

d. Ketidaktepatan prediksi kondisi lapangan, misalnya perkiraan CBR atau jenis tanah asli, kedalaman tanah keras pada lokasi jembatan atau penentuan jenis penanganan.

diperkuat dengan justifikasi

teknis yang mendapat

persetujuan dari perencana dan

dilakukan negosiasi harga oleh

Tim Peneliti Pelaksanaan

Kontrak.

d. Apabila terdapat persyaratan

teknis yang tidak sesuai dengan

spesifikasi teknis maka perlu

dilakukan perubahan dengan

melakukan perubahan kontrak

atau addendum kontrak

F. Prinsip Perhitungan Kuantitas

Dalam perhitungan kuantitas pekerjaan khususnya untuk paket pekerjaan

jalan dan jembatan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Spesifikasi Teknis

a. Perlu dilakukan pengecekan kembali kesesuaian antara gambar

rencana/desain dengan spesifikasi teknis yang diacu;

b. Spesifikasi teknis yang digunakan adalah spesifikasi umum tahun 2018

untuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, dan spesifikasi khusus

yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga dan atau

ketentuan teknis lainnya yang disusun oleh perencana dan disahkan

oleh yang berwenang dan perlu ada penjelasan yang terinci;

c. Pada prinsipnya, perhitungan kuantitas pekerjaan didasarkan dengan

ketentuan spesifikasi : “Pengukuran dan Pembayaran”

2. Gambar rencana/desain

a. Dipastikan kebenaran gambar rencana/desain, dari bentuk, ukuran/

dimensi, notasi, ketentuan tentang gambar rencana;

b. Perlu dicek kembali tentang dasar penentuan gambar rencana dan

dimensi/ukuran yang ditetapkan tersebut.

c. Pengecekan kesesuaian daftar kuantitas (BOQ) dan gambar rencana.

Page 38: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

30

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

3. Ketentuan lain

a. Ketentuan lain yang diacu harus sesuai dengan kaidah dan ketentuan

yang berlaku;

b. Ketentuan tambahan dan dimasukkan dalam ketentuan khusus,

seperti Spesifikasi khusus atau Syarat-syarat Khusus (SSK) pada

dokumen tender.

4. Strategi dan Pentahapan Pelaksanaan

a. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus

disesuaikan dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau

pentahapan penanganan dan ketersediaan dana, sehingga dapat

dibedakan perhitungan kuantitas apabila untuk pembangunan

jalan/jembatan baru, pelebaran, peningkatan, rekonstruksi atau

penanganan secara bertahap, misalnya dalam pemecahan paket atau

terdapat tahap I akan dilaksanakan sebagian dari target keseluruhan

dan sisanya akan ditangani pada tahap berikutnya;

b. Dalam penetapan pentahapan penanganan, harus disesuaikan

dengan perhitungan kuantitas yang berkesinambungan antara tahap I

dan tahap berikutnya.

c. Penentuan jenis pekerjaan pada pentahapan penanganan, harus

dipertimbangkan dengan kestabilan konstruksi jalan/jembatan pada

tahap I, misalnya penundaan pekerjaan drainase atau bahu jalan.

G. Latihan Soal

1. Jelaskan tahapan perencanaan teknis jalan dan jembatan ?

2. Jelaskan perbedaan tahapan perencanaan teknis paket jalan dan

perencanaan teknis paket jembatan ?

3. Jelaskan prinsip pembuatan dan penetapan kerangka acuan kerja (KAK) ?

4. Jelaskan kriteria desain untuk untuk paket pekerjaan jalan dan paket

pekerjaan jembatan ?

5. Jelaskan produk desain untuk pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan ?

6. Jelaskan permasalahan desain yang sering terjadi, dari proses penyiapan

desain dan pasca pengesahan hasil desain yang akan digunakan sebagai

dokumen tender ?

Page 39: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

31

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

7. Jelaskan prinsip perhitungan kuantitas untuk pekerjaan jalan dan

pekerjaan jembatan ?

8. Jelaskan strategi dan pentahapan pelaksanaan perencanaan teknis

pekerjaan jalan dan jembatan ?

H. Rangkuman

Secara garis besar Bab Prinsip Manajemen Desain ini menjelaskan tentang:

1. Metoda perhitungan kuantitas pekerjaan, harus diperhatikan sejak pada

tahapan awal dari proses perencanaan jalan dan jembatan, perencanaan

teknis, pembuatan HPS, pelaksanaan lapangan dan perhitungan kuantitas

dari hasil pekerjaan sebagai dasar pembayaran pekerjaan.

2. Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang berisi tentang Latar belakang,

Obyektif/Tujuan, Ruang Lingkup, Batasan-batasan, Asumsi-asumsi,

Kriteria Penerimaan, Tugas dan Tanggung jawab, Jadwal, Durasi dan

Lokasi, Berapa Biaya yang dianggarkan dari suatu kegiatan diperuntukkan

dalam menyusun perencanaan teknis dan perhitungan kuantitas dari

produk desain secara akurat.

3. Kriteria desain yang ditetapkan merupakan hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam menghitung kuantitas pekerjaan.

4. Produk perencanaan teknis akhir, sesuai dengan KAK paket perencanaan

adalah :

a. Laporan Perencanaan Jalan (Buku A), berisi antara lain : Rincian

perencanaan jalan; Referensi rumus-rumus/grafik yang digunakan

dan lain-lain; Data perhitungan; Analisa hidrologi dan Rekomendasi

hasil analisa.

b. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik/ Engineer’s Estimate

(EE) (Buku B), berisi antara lain : Daftar kuantitas pekerjaan dan

rincian perhitungannya; Analisa Harga Satuan; Perhitungan biaya

pekerjaan; dan Daftar harga satuan dan upah.

c. Laporan Survai Topografi (Buku C), berisi antara lain : Cakupan

pemetaan; Data survai; Perhitungan koordinat/level; dan

Penggambaran.

d. Dokumen Pelelangan/tender, berisi antara lain :

Buku I : Instruksi Kepada Peserta Lelang (IKP)

Buku II : Data Lelang

Page 40: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

32

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Buku III : Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan

dan Surat Perjanjian/Kontrak

Buku IV : Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)

Buku V : Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)

Buku VI : Spesifikasi Teknis (Spesifikasi Umum dan Spesifikasi

Khusus)

Buku VII : Gambar-gambar (Gambar Rencana)

Buku VIII : Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metoda

Pelaksanaan

Buku IX : Bentuk-bentuk jaminan.

5. Permasalahan yang sering timbul akibat ketidaksesuaian antara produk

desain dengan kondisi lapangan, dapat mengakibatkan perubahan

volume, perubahan nilai kontrak, perubahan waktu pelaksanaan serta

claim/tuntutan dari penyedia, sehingga perlu dilakukan pengecekan dari

tahap perencannaan, tahap pengadaan dan tahap pelaksanaan, dan

segera dilakukan solusi penanganannya.

6. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus disesuaikan

dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau pentahapan

penanganan dan ketersediaan dana. Selain itu harus didasarkan dengan

spesifikasi teknis, gambar rencana dan ketentuan khusus bila ada.

7. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus disesuaikan

dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau pentahapan

penanganan dan ketersediaan dana, sehingga dapat dibedakan

perhitungan kuantitas apabila untuk pembangunan jalan/jembatan baru,

pelebaran, peningkatan, rekonstruksi atau penanganan secara bertahap,

misalnya dalam pemecahan paket atau terdapat tahap I akan dilaksanakan

sebagian dari target keseluruhan dan sisanya akan ditangani pada tahap

berikutnya.

Page 41: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

PENUTUP

Page 42: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

34

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

A. Evaluasi Kegiatan Belajar

Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan,

yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut

kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber,

berupa soal/kuisioner tertulis:

1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan

evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi

perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait

dengan isi dari materi modul tersebut.

2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara dilakukan oleh para peserta

dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,

kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran,

ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-

lain.

3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Pelatihan, yaitu peserta

dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/ Penyelenggara

Pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan

prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.

4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada

peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun

pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Dari evaluasi proses kegiatan pelatihan dari peserta, pengajar/ widyaiswara

maupun penyelenggara melalui system monitoring, yang harus dilakukan

evaluasi secara keseluruhan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait

untuk perbaikan dan peningkatan pada proses yang akan datang.

1. Evaluasi dan umpan balik untuk peserta :

a. Jumlah peserta dan persyaratan peserta perlu dievaluasi terhadap

persyaratan dalam kurikulum yang direncanakan, dan perlu diseleksi

lebih baik dimasa akan datang;

b. Hasil internalisasi peserta setelah pelatihan di Unit Organisasinya

(UNOR) untuk mengetahui keberhasilan dari proses pelatihan dan

peningkatan proses pelatihan selanjutnya.

Page 43: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

35

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

2. Evaluasi dan umpan balik untuk pengajar

Hasil evaluasi/penilaian pengajar oleh peserta perlu segera disampaikan

kepada pengajar bersangkutan agar diketahui hasil penilaiannya dan untuk

perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.

3. Evaluasi dan Umpan Balik untuk Penyelenggara

Evaluasi Penyelenggara yang dilakukan oleh Peserta dan Pengajar, perlu

segera ditindaklanjuti untuk perbaikan yang akan datang.

C. Kunci Jawaban

Dalam menjawab soal-soal latihan, peserta dapat mendalami narasi dan isi

dari modul serta pengalaman peserta di lapangan, maupun literature yang

terkait.

Berikut adalah kunci jawaban untuk soal-soal yang ada dalam setiap akhir bab

modul ini.

BAB 2 DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN

Soal 1 : Jawaban :

a. Kaitan antara perencanaan teknis dengan UU RI No.38

tahun 2004 dan PP RI No.34 Tahun 2006 tentang Jalan

adalah karena perencanaan teknis telah diatur dalam PP

No.34 Tahun 2006 pasal 86 – 8 berupa definisi dan

ketentuan teknisnya.

b. Kaitan antara perencanaan teknis dengan UU RI No.2 Tahun

2017 tentang Jasa Konstruksi adalah hasil perencana harus

mengikuti ketentuan dalam UU No.2 tahun 2017 terkait

dengan kegagalan bangunan.

c. Kaitan antara perencanaan teknis dengan Perpres RI No.16

Tahun 2018 adalah karena hasil perencanaan teknis yang

merupakan bagian dari dokumen lelang, sehingga harus

mengikuti ketentuan dalam Perpres tersebut.

d. Kaitan antara perencanaan teknis dengan Permen PU No.19

Tahun 2011 adalah karena perencanaan teknis diatur dalam

Permen PU No.19 tahun 2011, yaitu berupa prosedur

pelaksanaan, tahapan dan ketentuan yang harus dipenuhi

dalam perencanaan teknis.

Page 44: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

36

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Soal 2 : Jawaban :

a. Pengertian KAK adalah Suatu dokumen yang

menginformasikan gambaran umum dan penjelasan

mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai

dengan tugas dan fungsi kementerian/ lembaga, yang

memuat latar belakang, penilaian manfaat, strategi

pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang

diperhitungkan.

b. Pentingnya KAK adalah karena diperlukan untuk memberi

petunjuk kepada Konsultan Perencana yang memuat

tentang masukn, azas, kriteria dan proses yang harus

dipenuhi dan diperhatikan.

Soal 3 : Jawaban :

a. Pengertian Perencanaan Teknis adalah merupakan kegiatan

penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi gambaran

produk yang ingin diwujudkan, dan harus dilakukan secara

optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup,

dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan

terowongan.

b. Pentingnya Perencanaan Teknis karena hasilnya antara lain

gambar rencana dan daftar kuantitas dan harga, yang

merupakan sebagai dasar perhitungan kuantitas dari

pekerjaan yang akan ditenderkan.

BAB 3 PRINSIP MANAJEMEN DESAIN

Soal 1 : Jawaban :

Tahapan perencanaan teknis jalan dan jembatan adalah

perencanaan teknis awal, Kajian Studi Kelayakan (FS) dan

perencanaan teknis akhir (FED).

Soal 2 : Jawaban :

Perbedaannya adalah terkait dengan penentuan alternatif

rute, jenis konstruksi dan metoda kerja.

Page 45: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

37

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Soal 3 : Jawaban :

Prinsip pembuatan KAK adalah harus memperhatikan semua

aspek kebutuhan untuk pencapaian program, ketentuan-

ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa maupun

spesifikasi teknis atau KAK pekerjaan yang terkait. KAK

ditetapkan oleh PPK.

Soal 4 : Jawaban :

Kriteria desain harus mengacu kepada Permen PU No.19 Tahun

2011 tentang PTJ dan KPTJ.

Soal 5 : Jawaban :

Produk desain pekerjaan jalan dan jembatan adalah

perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED), audit

keselamatan jalan (AKJ) dan perencanaan teknis akhir, berupa

gambar rencana dan daftar kuantitas (BOQ) sesuai dengan jenis

pekerjaan.

Soal 6 : Jawaban :

Permasalahan desain yang sering terjadi :

a. Spektek tidak sesuai dengan gambar rencana dan jenis

pekerjaan.

b. BOQ tidak sesuai dengan gambar rencana dan jenis

pekerjaan.

c. Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan.

d. Terjadi pemecahan paket karena alokasi dana dari gambar

rencana awal.

Soal 7 : Jawaban :

Prinsip perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan :

a. Mengikuti spektek sesuai dengan ketentuan “pengukuran

dan pembayaran “.

b. Pengecekan kembali kesesuaian gambar rencana dengan

BOQ.

c. Cek ketentuan yang dimasukkan dalan syarat-syarat khusus

(SSK).

Page 46: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

38

Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan

Soal 8 : Jawaban :

Strategi dan pentahapan pelaksanaan perencanaan teknis :

a. Sesuaikan perhitungan kuantitas dengan jenis penanganan

di lapangan, prioritas dan pentahapan pelaksanaan dan

ketersediaan dana.

b. Penyesuaian perhitungan kuantitas antara tahap pertama

dengan tahap berikutnya.

c. Penentuan jenis pekerjaan dengan penundaan pekerjaan

yang dianggap minor, misalnya bahu jalan dan saluran

samping.

Page 47: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia. 2004. UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Sekretariat

Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2017. UU RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.

Sekretariat Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. 2006. PP RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2018. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerintah. Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2011. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 : Persyaratan

Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ).

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2015. Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015 tentang

Perubahan Ke-3 Permen PU No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan

Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi.

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.

Republik Indonesia. 2017. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017

tentang Perubahan SE Dirjen Bina Marga No.UM.01.03-Db/242

tentang Penyampaian ketentuan desain dan revisi desain jalan dan

jembatan, serta kerangka acuan kerja pengawasan teknis untuk

dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina Marga. Direktorat Jenderal

Bina Marga. Jakarta

Republik Indonesia. 2017. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 04/SE/Db/2017

tentang Manual Desain Perkerasan Jalan, Revisi Tahun 2017.

Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta

Republik Indonesia. 2018. SE Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018, tanggal

20 September 2018 tentang Spesifikasi Umum Tahun 2018 untuk

Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Direktorat Jenderal Bina

Marga. Jakarta

Republik Indonesia. 2018. SE Dirjen Bina Marga No. 03/SE/Db/2018, tanggal

12 November 2018 tentang Penyampaian Standar Dokumen

Pemilihan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi di lingkungan Direktorat

Jenderal Bina Marga. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.

Page 48: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai

GLOSARIUM

Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan Jembatan

: Merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan, dan harus dilakukan secara optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan terowongan.

Kerangka Acuan Kerja (KAK)

: Suatu dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/ lembaga, yang memuat latar belakang, penilaian manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang diperhitungkan.

Produk Akhir Desain adalah perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED) termasuk audit keselamatan jalan (AKJ) dan perencanaan teknis akhir, berupa gambar rencana dan daftar kuantitas (BOQ) sesuai dengan jenis pekerjaan dan dokumen tender.

Page 49: MODUL 2 - bpsdm.pu.go.id fileJembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa petunjuk berikut ini. 1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai