MODUL 2 PRINSIP PERENCANAAN TEKNIS
PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN
i
KATA PENGANTAR
Volume/kuantitas item pekerjaan dijadikan dasar penawaran oleh penyedia
jasa dalam membuat dokumen penawaran pengadaan pekerjaan jalan dan
jembatan. Langkah – langkah preventif untuk meminimalisir terjadinya review
desain perlu diketahui oleh personil di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Marga dan dinas-dinas terkait yang bertanggung jawab atas proyek
kebinamargaan sebagai upaya mendukung percepatan Pembangunan
Infrastruktur di Indonesia yang terkadang terganjal sengketa konstruksi.
Oleh karena itu Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah menyelenggarakan pelatihan Perhitungan Kuantitas
Pekerjaan Jalan dan Jembatan. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat
membantu meningkatkan kompetensi ASN di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Marga, agar mampu menerapkan perhitungan kuantitas pekerjaan jalan
dan jembatan, sehingga tidak terjadi permasalahan/dispute dalam
pelaksanakan pekerjaan di lapangan serta meminimalisir terjadinya review
desain.
Kami mengaharapkan agar peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan
Jalan dan Jembatan dapat memanfaatkan modul ini secara optimal, bahkan
dapat menggali kedalaman substansinya di antara sesama peserta dan para
Widyaiswara dalam berbagai kegiatan pembelajaran selama pelatihan
berlangsung.
Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami
ucapkan terima kasih. Semoga modul ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Bandung, Desember 2018
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah
Ir. Thomas Setiabudi Aden, M.Sc.Eng NIP. 19640520 198903 1020
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .............................................................v
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat.................................................................................. 2
C. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3
D. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok ................................................... 3
E. Estimasi Waktu .................................................................................... 4
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN .................................................. 5
A. Dasar Hukum ....................................................................................... 6
B. Pengertian ........................................................................................... 6
C. Latihan Soal ......................................................................................... 9
D. Rangkuman .......................................................................................... 9
PRINSIP MANAJEMEN DESAIN .......................................................11
A. Tahapan Perencanaan ....................................................................... 12
B. Pokok-Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)......................................... 13
C. Kriteria Desain Jalan .......................................................................... 14
D. Kriteria Desain Jembatan ................................................................... 15
E. Produk Desain dan Permasalahannya ............................................... 20
F. Prinsip Perhitungan Kuantitas ........................................................... 29
G. Latihan Soal ....................................................................................... 30
H. Rangkuman ........................................................................................ 31
PENUTUP ......................................................................................33
A. Evaluasi Kegiatan Belajar ................................................................... 34
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................... 34
C. Kunci Jawaban ................................................................................... 35
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39
GLOSARIUM............................................................................................ 40
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Permasalahan dan Solusi dari Hasil Desain ..................................... 26
v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta
Pelatihan Perhitungan dan Pengukuran Kuantitas Pekerjaan Jalan dan
Jembatan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan
beberapa petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda mempunyai
gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini.
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
pentingnya.
3. Segeralah membuat Ringkasan Materi tentang hal-hal esensial yang
terkandung dalam modul ini.
4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi modul ini, tangkaplah
konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan
antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.
5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang
relevan baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media
cetak maupun dari media elektronik.
6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi
modul ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri,
kemudian lihat kunci jawabannya.
7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman
sejawat atau widyaiswara atau catat untuk bahan diskusi pada saat
tutorial.
Peserta membaca dengan seksama setiap Sub Kegiatan belajar dan
bandingkan dengan pengalaman Anda yang dialami di lapangan.
PENDAHULUAN
2
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Latar Belakang
Proyek (Kegiatan Satuan Kerja/Satker) yang ditangani oleh Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sangat bervariasi, dari yang
sederhana/kecil sampai ke yang besar dan kompleks. Dalam setiap kegiatan
satker ada 3 jenis pelaku kegiatan, yaitu Pemilik/Pengguna Jasa, Pelaksana dan
Pengawas (Penyedia pekerjaan konstruksi dan Penyedia jasa pengawasan
konstruksi/ konsultan supervisi). Apabila kegiatan satker sederhana/kecil,
maka ketiga jenis pelaku kegiatan tersebut dapat ditangani sendiri oleh
pemilik, yang sekaligus berperan sebagai Pelaksana dan juga Pengawas. Satker
seperti ini disebut Satker Swakelola. Akan tetapi kalau kegiatan satker itu
semakin besar dan kompleks, maka ketiga pelaku tersebut seharusnya
dipisahkan, sehingga baik pelaksana maupun pengawas ditangani secara
professional oleh pihak kontraktor dan konsultan secara terpisah, dan
mengikat kontrak dengan pemilik pekerjaan.
Dalam pelaksanaan di lapangan, para pihak tersebut diatas berpedoman
dengan gambar rencana dari Detail Engineering Design (DED) yang merupakan
dokumen lelang dan juga dokumen kontrak. Walaupun dalam gambar
rencana, spesifikasi teknis dan hasil rapat pra pelaksanaan (PCM) sudah
disepakati, namun masih sering terjadi perbedaan persepsi dalam cara
mengukur dan menghitung kuantitas/volume pekerjaan, termasuk dalam
mengoreksi gambar rencana, pengukuran awal, pengukuran ulang dalam
kajian teknis, opname hasil pekerjaan sebagai back up data Monthly
Certificate (MC) dan juga dalam pemeriksaan hasil pekerjaan dari auditor
(Inspektorat Jenderal maupun BPKP/BPK) dan bahkan perselisihan ini harus
diselesaikan melalui Badan Arbritase (BANI/BADAPSKI).
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kelancaran penyelenggaraan
kegiatan satker, Kasatker/PPK perlu melakukan tindakan pengendalian
pelaksanaan Satker khususnya dari aspek manajemen desain dan penyiapan
back up data dengan pengukuran dan perhitungan yang benar, tepat, efektif
dan efisien, maka diperlukan pelatihan kepada semua pihak yang terlibat di
lapangan, baik dari penyiapan perencanaan teknis, penyiapan kuantitas dalam
Bill of Quantity (BOQ) dokumen lelang, persiapan pelaksanaan, proses
pelaksanaan di lapangan dan juga dalam penyiapan laporannya.
B. Deskripsi Singkat
Mata Pelatihan Prinsip Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan Jembatan ini
membekali para peserta agar mampu memahami prinsip perencanaan teknis
pekerjaan jalan dan jembatan, yaitu manajemen desain (volume based),
3
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
antara lain tahapan perencanaan, pokok-pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK),
kriteria desain, produk desain dan permasalahannya serta prinsip perhitungan
kuantitas.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar
sebagai berikut :
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta mampu menerapkan
prinsip perencanaan teknis pekerjaan jalan dan jembatan khususnya
manajemen desain (volume based) .
2. Indikator Hasil Belajar
Keberhasilan yang diharapkan dari peserta adalah setelah mengikuti pelatihan
ini peserta diharapkan akan mampu :
a. Menjelaskan dasar hukum dan pengertian tentang perencanaan teknis
pekerjaan jalan dan jembatan.
b. Menerapkan manajemen desain (volume based) pekerjaan jalan dan
jembatan.
D. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok
Dari indikator hasil belajar yang terdiri dari 2 (dua) kelompok dan dijabarkan
di masing-masing materi pokok tersebut ke sub materi pokok sebagai berikut:
1. Dasar hukum dan pengertian perencanaan teknis pekerjaan jalan dan
jembatan :
a. Dasar hukum
b. Pengertian perencanaan teknis jalan dan jembatan
2. Prinsip manajemen desain (volume based) :
a. Tahapan perencanaan
b. Pokok-pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)
c. Kriteria desain
d. Produk desain dan permasalahannya
e. Prinsip Perhitungan Kuantitas
4
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata pelatihan “Prinsip Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan
Jembatan” pada peserta Pelatihan Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan
Jembatan ini adalah 4 (empat) jam pelajaran (JP) @ 45 menit.
DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta pelatihan
diharapkan mampu menjelaskan dasar hukum sebagai acuan
dan pengertian tentang perencanaan teknis pekerjaan jalan
dan jembatan.
6
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Dasar Hukum
Acuan atau dasar hukum untuk penyiapan Perencanaan Teknis Jalan dan
Jembatan, antara lain :
1. UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
2. UU RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
3. PP RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
4. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah dan turunannya
5. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 : Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ)
6. Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015 tentang Perubahan Ke-3 Permen PU
No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi dan Jasa Konsultansi, dan akan disesuaikan dengan Perpres
No.16 Tahun 2018.
7. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017 tentang Perubahan SE
Dirjen Bina Marga No.UM.01.03-Db/242 tentang Penyampaian ketentuan
desain dan revisi desain jalan dan jembatan, serta kerangka acuan kerja
pengawasan teknis untuk dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina
Marga.
8. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 04/SE/Db/2017, Tgl 27 Juni 2017:
Manual Desain Perkerasan Jalan Revisi Tahun 2017, No.02/M/BM/2017.
9. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018, tanggal 20
September 2018 tentang Spesifikasi Umum Tahun 2018 untuk Pekerjaan
Konstruksi Jalan dan Jembatan.
10. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 03/SE/Db/2018, tanggal 12 November
2018 tentang Penyampaian Standar Dokumen Pemilihan Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga.
B. Pengertian
1. Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Dari berbagai literatur, pengertian Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of
Refference (TOR), adalah :
a. Suatu dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan
mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan
fungsi kementerian/ lembaga, yang memuat latar belakang, penilaian
7
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang
diperhitungkan.
b. Dokumen perencanaan kegiatan yang berisi penjelasan/ keterangan
mengenai apa, mengapa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa
perkiraan biayanya suatu kegiatan.
c. Petunjuk dalam melakukan program/kegiatan yang memuat dengan
tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus), cara melaksanakan kegiatan
yang jelas dan evaluasi serta pelaporan.
d. Petunjuk bagi konsultan perencana yang memuat masukan, azas kriteria,
dan proses yang harus dipenuhi atau diperhatikan dan diinterpretasikan
dalam melaksanakan tugasnya dengan baik untuk menghasilkan keluaran
yang dimaksud.
2. Perencanaan Teknis
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, paragraf 2 pasal 86 -
88, adalah :
a. Perencanaan teknis merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana
teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan, dan harus
dilakukan secara optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup,
dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan terowongan.
b. Perencanaan teknis jalan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan
teknis mengenai :
1) Ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan;
2) Dimensi jalan;
3) Muatan sumbu terberat, volume lalu lintas, dan kapasitas;
4) Persyaratan geometrik jalan;
5) Konstruksi jalan;
6) Konstruksi bangunan pelengkap;
7) Perlengkapan jalan;
8) Ruang bebas;
9) Kelestarian lingkungan hidup, yang diakomodir dalam Spesifikasi
Umum 2018, Divisi 1 Seksi 1.17.
10) Keselamatan Jalan
Rencana teknis jalan wajib memperhitungkan kebutuhan fasilitas pejalan
kaki dan penyandang cacat, sesuai dengan pedoman teknis yang
8
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
maupun Direktorat Jenderal Bina Marga.
Masing-masing ketentuan teknis di atas akan mempengaruhi
perhitungan kuantitas.
c. Perencanaan teknis jembatan sekurang-kurangnya memenuhi ketentuan
teknis beban rencana. Dan Ruang bebas bawah jembatan harus
memenuhi ketentuan ruang bebas untuk lalu lintas dan angkutan yang
melewatinya. Dan selanjutnya diatur dalam Surat Edaran Dirjen Bina
Marga No.05/SE/Db/2017 tentang Perubahan SE Dirjen Bina Marga
No.UM.01.03-Db/242 tentang Penyampaian ketentuan desain dan revisi
desain jalan dan jembatan, serta kerangka acuan kerja pengawasan teknis
untuk dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina Marga.
d. Perencanaan teknis terowongan, sekurang-kurangnya memenuhi
ketentuan teknis pengoperasian dan pemeliharaan, keselamatan, serta
keadaan darurat.
Berdasarkan Permen PU No.19 Tahun 2011, Prosedur Pelaksanaan
Perencanaan Teknis Jalan adalah tahapan dan ketentuan pelaksanaan
perencanaan teknis jalan yang harus diikuti oleh para perencana jalan.
3. Persyaratan Teknis Jalan
Berdasarkan Permen PU No.19 Tahun 2011, bahwa Persyaratan Teknis Jalan
adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan
dapat berfungsi secara optimal memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan
dalam melayani lalu lintas dan angkutan jalan.
4. Kriteria Teknis Jalan
Kriteria Perencanaan Teknis Jalan adalah ketentuan teknis jalan yang harus
dipenuhi dalam suatu perencanaan teknis jalan.
5. Keselamatan Jalan
Keselamatan Jalan adalah pemenuhan fisik elemen jalan terhadap persyaratan
teknis jalan dan kondisi lingkungan jalan yang menghindarkan atau tidak
menjadi sebab terjadinya kecelakaan lalu lintas.
9
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
C. Latihan Soal
1. Jelaskan kaitannya perencanaan teknis dengan peraturan perundang-
undangan di bawah ini :
a. UU RI No.38 Tahun 2004 dan PP RI No.34 tahun 2006 tentang Jalan
b. UU RI No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
c. Perpres RI No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah
d. Permen PU N0.19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan (PTJ)
dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ)
2. Jelaskan pengertian dan pentingnya Kerangka Acuan Kerja (KAK/TOR) ?
3. Jelaskan pengertian dan pentingnya perencanaan teknis yang terkait
dengan perhitungan kuantitas ?
D. Rangkuman
1. Perencanaan teknis jalan dan jembatan sangat terkait dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku dan cukup lengkap, dari Undang-
undang, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga dan
literatur lainnya.
2. Pengertian dan pentingnya Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau TOR telah
dijelaskan pada Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah dan literatur teknis lainnya.
3. Demikian juga pengertian dan pentingnya perencanaan teknis telah
dijelaskan dan diuraikan pada Peraturan Menteri PU No. 19 Tahun 2011
dan literatur lainnya.
4. Prinsip perencanaan teknis ini dikaitkan dengan perhitungan kuantitas,
misalnya dalam perencanaan teknis pada kondisi yang beragam, seperti
pembangunan jalan/jembatan baru, pelebaran, rekonstruksi,
pemeliharaan berkala dan lain-lain.
PRINSIP MANAJEMEN DESAIN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta
pelatihan diharapkan mampu menerapkan
manajemen desain (volume based) pada
pekerjaan jalan dan jembatan, dari tahapan
perencanaan, penyusunan KAK, penetapan
Kriteria desain, menyiapkan produk desain dan
mengantisipasi permasalahannya dan
pengecekan perhitungan kuantitas pekerjaan
jalan dan jembatan.
12
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Tahapan Perencanaan
Tahapan Perencanaan untuk jalan dan jembatan mengacu kepada Permen PU
No. 19/PRT/M/2011 tentang Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ).
Tahapan perencanaan teknis jalan, meliputi :
1. Perencanaan Teknis Awal, yang melingkupi :
a. Perencanaan beberapa alternatif alinemen jalan yang akan dibangun;dan
b. Pertimbangan teknis, ekonomis, lingkungan, dan keselamatan yang melatar-belakangi konsep perencanaan.
2. Kajian kelayakan jalan (Feasibility study, FS), yang melingkupi :
a. Kajian kelayakan teknis, kelayakan ekonomi/finansial, lingkungan dan sosial, untuk setiap alternatif alinemen jalan keluaran perencanaan teknis awal; dan
b. Menetapkan pilihan alternatif yang paling layak dan mengakomodir keselamatan lalu lintas jalan.
c. Dari hasil kajian ini dihasilkan basic design (desain pendahuluan).
3. Perencanaan Teknis Akhir (Final Engineering Design), terdiri dari:
a. Diawali dengan desain pendahuluan, yang merupakan pelengkap data, pendukung untuk perencanaan termasuk tinjauan lapangan untuk penetapan alinemen Jalan yang final untuk alternatif alinemen terpilih hasil kajian kelayakan jalan;
b. Perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED); c. Audit keselamatan jalan (AKJ); dan d. Perencanaan teknis akhir.
Setiap perencanaan teknis jalan baik yang dilakukan perorangan maupun oleh
Badan Hukum termasuk Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota harus mengacu kepada persyaratan teknis Jalan dan
memenuhi Kriteria Perencanaan Teknis Jalan sebagaimana diuraikan di atas.
Prosedur detail tentang pelaksanaan perencanaan teknis Jalan dan Jembatan
mengacu kepada pedoman perencanaan teknis jalan yang ditetapkan oleh
Menteri Pekerjaan Umum dan atau Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, misalnya perencanaan geometrik jalan, perencanaan simpang,
perencanaan perkerasan, perencanaan drainase dan pelengkap jalan.
13
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Perhitungan kuantitas pekerjaan, harus diperhatikan sejak pada tahapan awal
dari proses perencanaan jalan dan jembatan, perencanaan teknis, pembuatan
Engineer’s Estimate (EE) sampai pembuatan Owner’s Estimate (OE) atau Harga
Perkiraan Sendiri (HPS), Kajian Teknis Lapangan dan perhitungan kuantitas
dari hasil pekerjaan.
B. Pokok-Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Pokok-pokok kerangka acuan kerja meliputi:
1. Kerangka Acuan Kerja (KAK) atau Term of Refference (TOR)
Dalam penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang detil harus
memperhatikan semua aspek kebutuhan untuk pencapaian program, dan
berisi antara lain :
a. Latar belakang.
b. Obyektif /Tujuan
c. Ruang Lingkup
d. Batasan-batasan
e. Asumsi-asumsi
f. Kriteria Penerimaan
g. Tugas dan Tanggung jawab
h. Jadwal, Durasi dan Lokasi
i. Berapa Biaya yang dianggarkan
2. Menurut Perpres No. 16 Tahun 2018 pasal 19, dalam menyusun spesifikasi
Teknis/KAK :
a. menggunakan produk dalam negeri;
b. menggunakan produk bersertifikat SNI; dan
c. memaksimalkan penggunaan produk industri hijau.
3. Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan
merek terhadap :
a. komponen barang/jasa;
b. suku cadang;
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada;
d. barang/jasa dalam katalog elektronik; atau
e. barang/jasa pada Tender Cepat.
4. Pemenuhan penggunaan produk dalam negeri sebagaimana dimaksudkan
dan produk bersertifikat SNI dan dilakukan sepanjang tersedia dan
tercukupi.
14
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
5. Spesifikasi/KAK ditetapkan oleh PPK.
6. KAK yang dimaksud di sini, diperuntukkan dalam menyusun perencanaan
teknis dan perhitungan kuantitas dari produk desain tersebut.
C. Kriteria Desain Jalan
Kriteria desain untuk jalan dan jembatan mengacu kepada Permen PU No.
19/PRT/M/2011 : Persyaratan Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan (KPTJ), yaitu :
1. Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan ini
dimaksudkan sebagai panduan bagi para penyelenggara jalan dalam
penyelenggaraan jalan.
2. Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan bertujuan
untuk mewujudkan:
3. tertib penyelenggaraan jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan Jalan;
4. tersedianya Jalan yang mewujudkan keselamatan, keamanan, kelancaran,
ekonomis, kenyamanan, dan ramah lingkungan.
5. Lingkup Persyaratan Teknis Jalan meliputi :
a. kecepatan rencana;
b. lebar badan jalan;
c. kapasitas jalan;
d. jalan masuk;
e. persimpangan sebidang dan fasilitas berputar balik;
f. bangunan pelengkap jalan;
g. perlengkapan jalan;
h. penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya; dan
i. ketidak terputusan jalan.
6. Lingkup Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, meliputi :
a. fungsi jalan;
b. kelas jalan;
c. bagian-bagian jalan;
d. dimensi jalan;
e. muatan sumbu terberat, volume lalu lintas, dan kapasitas jalan;
f. persyaratan geometrik jalan;
g. Konstruksi jalan;
h. konstruksi bangunan pelengkap jalan;
i. perlengkapan jalan;
j. kelestarian lingkungan hidup; dan
15
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
k. ruang bebas.
7. Dari kriteria desain di atas merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menghitung kuantitas pekerjaan.
D. Kriteria Desain Jembatan
Perencanaan jembatan yang telah diuraikan terdahulu bahwa harus
memenuhi pokok-pokok perencanaan sebagai berikut :
1) Kekuatan dan stabilitas struktur
2) Kenyamanan dan keselamatan
3) Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
4) Ekonomis
5) Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan
6) Keawetan dan kelayakan jangka panjang
7) Estetika.
Kriteria desain/perencanaan jembatan, telah diatur dalam Surat Edaran
Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017, terdiri atas :
1. Kriteria Umum
a. Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun untuk komponen-
komponen jembatan (fondasi, bangunan bawah, gelagar, btang-
batang rangka dan sistem lantai)
b. Pembebanan jembatan menggunakan BM 100 termasuk juga
jembatan semi permanen dan panel darurat
c. Geometrik :
1) Badan jalan jembatan :
a) Bila bahu jalan tidak disediakan, maka harus menyediakan
lajur tepian dengan perkerasan yang berpenutup dikiri dan
kanan jalur lalu lintas paling sedikit 0,50 meter.
b) Di kedua sisi jalur lalu lintas harus disediakan jalur trotoar
sebagai fasilitas bagi pejalan kaki dan petugas
pemeliharaan, dengan lebar paling sedikit 0,50 meter.
c) Lebar jalur lalu lintas pada jembatan harus sama dengan
jalur lalu lintas pada bagian ruas jalan di luar jembatan.
d) Khusus untuk fungsi jalan arteri, lebar badan jalan pada
jembatan harus sama dengan lebar badan jalan pada
bagian ruas jalan di luar jembatan.
16
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
2) Superelevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada permukaan
perkerasan lantai jembatan dan kemiringan memanjang
maksimum 5%.
3) Ruang bebas vertikal untuk lalu lintas minimal 5,1 m diukur dari
puncak perkerasan jembatan ke elevasi terendah dari bagian
atas jembatan.
4) Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan
mengikuti standar/ketentuan perencanaan terhadap
karakteristik/pola lalu lintas kapan dengan free boad :
a) min 0,5 m (utk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi)
b) min 1,0 m (utk aliran sungai yang tidak membawa
hanyutan)
c) min 1,5 m (utk aliran sungai yang membawa hanyutan)
dari muka air banjir dengan periode ulang 50 tahun.
5) Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata,
hand railing/parapet dapat dibuat khusus atas persetujuan
Pengguna Jasa dengan tetap mempertimbangkan aspek
keselamatan jalan.
6) Jika terdapat permukiman penduduk di kiri-kanan operit
jembatan, maka dapat disediakan akses penduduk.
7) Jembatan harus dilengkapi dengan tangga inspeksi dan
dudukan untuk bangunan atas.
8) Dibuat geometrik yang mulus/tidak terdapat perubahan
signifikan pada kelandaian alinyemen vertikal.
d. Material
i. Mutu beton bangunan lantai, bangunan atas, bangunan bawah
dan bore file minimal f’c 30 Mpa.
ii. Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk < D13, dan
BJTD D32 atau BJTD 39 untuk > D13, dengan variasi diameter
tulang dibatasi paling banyak 5 ukuran. Ukuran desain
bangunan lantai, khususnya pada daerah momen negatif
disarankan menggunakan BJTP 24.
iii. Mutu kawat (wire) pra-tegang harus terdiri dari kawat kuat tarik
tinggi dengan panjang menerus tanpa sambungan atau kopel
dan harus sesuai dengan SNI 1155:2016.
17
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar
rencana diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal
dan gambar standar.
2. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
a. Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan
jembatan standar Bina Marga (gambar standar) sesuai dengan
bentang ekonomis.
b. Untuk perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu pada
ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen Bina Marga
No.05/SE/Db/2017.
c. Sistem lantai harus didesain secara non komposit, namun
pelaksanaan di lapangan harus dibuat komposit dengan penulangan
atas dan bawah (double layer). Permukaan lantai beton harus dilapis
dengan waterproofing dan lapisan dan lapisan aspal dengan tebal 5
cm dan/atau overlay 3 cm.
3. Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
a. Perencanaan struktur bawah menggunakan Limit States/LRFD atau
Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan
Servicesability Limit State (SLS)
b. Abutment
a) Abutment tipe cap dengan tinggi tipikal 1,5 s.d. 2 meter.
b) Abutment tipe kodok dengan tinggi tipikal 2 s.d. 3,5 meter.
c) Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4 meter.
c. Pilar (ditambahkan dengan tinggi tipikal)
a) Pilar balok cap dengan tinggi tipikal < 10 meter (dihindarkan pada
daerah hanyutan dan lalu lintas yang dilewati kapal).
b) Pilar dinding penuh dengan tinggi tipikal < 25 meter.
c) Pilar portal satu tingkat dengan tinggi tipikal < 15 meter.
d) Pilar portal dua tingkat dengan tinggi tipikal < 25 meter.
e) Pilar kolom tunggal dengan tinggi tipikal < 15 meter (dihindarkan
untuk daerah zona gempa besar).
d. Struktur bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan, antara lain : selimut beton
yang digunakan minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 70 mm
(daerah agresif), atau sesuai dengan ketentuan perencanaan yang
berlaku.
18
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
4. Perencanaan Fondasi Jembatan
a. Perencanaan fondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)
b. Fondasi direncanakan dengan memperhitungkan potensiscouring
yang terjadi melalui analisa hidrolika.
c. Penentuan jenis fondasi jembatan :
1) Fondasi dangkal/fondasi telapak/fondasi langsung (dihindarkan
untuk daerah potensi scouring besar). Bebas dari pengaruh
scouring, kedalaman maksimum 3 meter.
2) Fondasi sumuran (caisson) : Diameter 3,0 s.d. 4,0 m, kedalaman
maksimum 6 meter.
3) Fondasi tiang pancang pipa baja : Diameter 0,4 s.d. 1,0 m,
kedalaman maksimum 60 meter.
4) Fondasi tiang pancang pipa beton pratekan : Diameter 0,4 s.d.
1,2 m, kedalaman maksimum 50 meter.
5) Fondasi tiang bor : Diameter 0,8 s.d. 1,2 m, kedalaman
maksimum 60 meter
d. Jenis fondasi seragam untuk satu lokasi jembatan termsuk dimensi-
dimensinya.
e. Fondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 yang diisi
dengan beton bertulang non-shringkage (semen tipe II) dengan
mutu material f’c 30 Mpa, hingga pada kedalaman 8 meter di bawah
dasar sungai (river bed), dibawahnya diisi dengan pasir.
f. Faktor keamanan :
1) Tiang pancang, SF Point bearing = 3 dan SF Friction pile = 3
2) Sumuran dan fondasi langsung SF daya dukung tanah = 2,0, SF
Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5.
g. Deformasi lateral dan penurunan
Deformasi lateral dan penurunan pada fondasi tiang dibatasi dengan
ketentuan :
1) Deformasi lateral fondasi tiang yang diijinkan maksimum 1 inchi
atau 2,5 cm yang di bawah pile cap.
2) Penurunan maksimum fondasi yang diijinkan 1 cm.
3) Kedalaman fondasi direncanakan hingga sampai pada tanah
keras, apabila tanah keras cukup dalam (> 50 m), maka fondasi
dapat direncanakan mengandalkan friksi saja akan tetapi enjadi
batasan adalah daya dukung dan penurunan.
19
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
h. Kalendering terakhir :
1) Tiang pancang baja <= 2,5 cm/10 pukulan dan tiang pancang
beton 3-5 cm/10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis
hammer yang sesuai sehingga dapat memenuhi daya dukung
tiang rencana.
2) Apabila fondasi direncanakan tidak sampai pada kedalaman
tanah keras, maka diwajibkan untuk melakukan uji ulang.
5. Perencanaan Jalan Pendekat
a. Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H ijin :
H kritis = (c Nc + ẟ D Nq)/d; nilai c dan ẟ diperoleh dari hasil uji
laboratorium H ijin = H kritis/SF dengan SF = 1,5.
b. Bila tinggi timbunan melebihi H ijin harus direncanakan dengan
sistem perkuatan tanah dasar yang telah ada.
6. Perencanaan Pertimbangan Aspek Lingkungan dan Sosial
a. Penerapan pertimbangan aspek lingkungan harus mengacu pada
dokumen RKL atau UPL dan POS.
b. Rekomendasi dari dokumen RKL dan atau UKL harus dimasukkan
kedalam disain yang dapat berupa Gambar Disain, spesifikasi
dan/atau persyaratan teknis.
c. Jarak antar hand railling untuk daerah permukiman/banyak pejalan
kaki dibuat lebih rapat yaitu maksimal 20 cm.
7. Perencanaan Metode Konstruksi
Perencanaan Jembatan harus dilengkapi dengan metode konstruksi yang
memperhatikan ketersediaan alat dan material kondisi setempat serta
dapat dilaksanakan.
8. Perencanaan Aliran sungai
a. Ruang pengawasan jalan untuk jembatan di hulu dan di hilir paling
sedikit 100 meter atau ditentukan berdasarkan sifat dan morfologi
sungai (minimal 5 kelokan).
b. Bagian sungai jembatan harus dievaluasi minimal 500 meter ke arah
hulu/hilir dari jembatan meliputi hidrologi, pola aliran, morfologi
sungai, lokasi scouring yang membahayakan konstruksi jembatan.
20
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
9. Prinsip Penerapan Keselamatan Jalan
Desain jembatan harus memperhitungkan keselamatan jalan, baik pada
jembatannya maupun pada jalan pendekatnya (setidaknya sekitar 500 –
1000 meter sebelum oprit jembatan) mengacu pada Instruksi Dirjen Bina
Marga No.02 Tahun 2012 tentang Panduan Teknis Rekayasa Keselamatan
Jalan, antara lain :
a. Pada jembatan :
1) Marka garis pemisah lajur/jalur apabila lebar jalur lalu lintas
sedikitnya 6 meter.
2) Rambu larangan parkir di jembatan, dengan diperkuat dengan
marka garis kuning berbiku-biku.
3) Rambu larangan berjualan di sepanjang jembatan dan oprit
jembatan.
4) Rambu batas kecepatan (apabila diperlukan).
b. Pada jalan pendekat (kurang lebih 500 – 1000 meter sebelum oprit
jembatan) :
1) Rambu dan marka yang menunjukkan peringatan untuk merging
apabila terdapat duplikasi jembatan dan jumlah lajur berkurang
baik di jembatan maupun di jalan pendekat.
2) Rambu peringatan jembatan.
3) Bagi jembatan yang hanya mempunyai 1 lajur lalu lintas, perlu
memasang rambu larangan berjalan terus dan harus memberi
prioritas pada lalu lintas arah berlawanan, dan diperkuat dengan
tidak memasang marka garis di jembatan, dan marka garis harus
berhenti kurang lebih 20 -30 meter sebelum abutment jembatan.
4) Rambu batas kecepatan sebelum memasuki jembatan.
5) Rambu peringatan di jalan pendekat sesuai kebutuhan, misalnya
jika setelah jembatan terdapat tikungan tajam dan/atau alinyemen
vertikalnya curam, antara lain rambu pengarah tikungan, rambu
tikungan dan rambu cembungan.
E. Produk Desain dan Permasalahannya
Berikut ini adalah penjelasan mengenai produk desain dan permasalahan yang
terjadi :
21
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
1. Produk Desain
Produk akhir desain adalah perencanaan teknis rinci (Detail Engineering
Design, DED) termasuk audit keselamatan jalan (AKJ), dan perencanaan
teknis akhir yang berdasarkan KAK paket Perencanaan Jalan, antara lain
berupa :
1) Laporan Perencanaan Jalan (Buku A), berisi antara lain :
a) Rincian perencanaan jalan
b) Referensi rumus-rumus/grafik yang digunakan dan lain-lain
c) Data perhitungan
d) Analisa hidrologi
e) Rekomendasi hasil analisa.
2) Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik/ Engineer’s Estimate
(EE) (Buku B), berisi antara lain :
a) Daftar kuantitas pekerjaan dan rincian perhitungannya
b) Analisa Harga Satuan
c) Perhitungan biaya pekerjaan
d) Daftar harga satuan dan upah.
3) Laporan Survai Topografi (Buku C), berisi antara lain :
a) Cakupan pemetaan
b) Data survai
c) Perhitungan koordinat/level
d) Penggambaran.
4) Dokumen Pelelangan/tender, berisi antara lain :
a) Buku I : Instruksi Kepada Peserta Lelang (IKP)
b) Buku II : Data Lelang
c) Buku III : Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat
Penunjukan dan Surat Perjanjian/Kontrak
d) Buku IV : Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)
e) Buku V : Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)
f) Buku VI : Spesifikasi Teknis (Spesifikasi Umum dan
Spesifikasi Khusus)
g) Buku VII : Gambar-gambar (Gambar Rencana)
h) Buku VIII : Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan
Metoda Pelaksanaan
i) Buku IX : Bentuk-bentuk jaminan
Dari hasil Gambar Rencana perlu disahkan oleh Atasan Langsung Kasatker P2JN yaitu Kepala Balai/Balai Besar PJN. Kemudian Kasatker P2JN menyerahkan hasil perencanaan teknis tersebut untuk dilaksanakan berupa
22
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Dokumen Lelang/Tender yang sudah disesuaikan dengan Peraturan dan per-UU-an yang berlaku dan terbaru, dan Engineer’s Estimate (EE) sebagai acuan pembuatan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) oleh PPK dari Satker P2JN. 2. Permasalahan Produk Desain dan alternatif solusi
a. Permasalahan pada Tahap Perencanaan
Walaupun dalam Kerangka Acuan Kerja pada paket Peencanaan Teknis
Jalan sudah jelas, namun masin sering terjadi permasalahan dari hasil
desain pada tahap perencanaan, antara lain :
1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar
rencana dan jenis pekerjaan :
a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi
terbaru dan sah;
b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan
spesifikasi teknis yang standar/legal.
2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
3) Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga
dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan
peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate
(EE).
4) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-
syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan terbaru.
b. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Perencanaan
Pengecekan pada tahap ini dilakukan oleh Satker P2JN dan Bidang/Seksi
Perencanaan dan Pemantauan sebelum disahkan oleh Kepala
Balai/Balai Besar, antara lain :
1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun
oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh
Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah
ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan
Spesifikasi yang sah dan sesuai.
3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan
Daftar Kuantitas (BOQ).
4) Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari
asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan
23
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang
digunakan.
5) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat
Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan
peraturan dan ketentuan terbaru.
c. Permasalahan pada Tahap Pengadaan
Sebelum dilakukan proses tender, maka pihak PPK dan Pokja Pemilihan
di Satker PJN melakukan pengecekan kembali dokumen tender yang
sudah diterima dari Satker P2JN, dan tentunya masih ada kemungkinan
terdapat permasalahan, antara lain :
1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar
rencana dan jenis pekerjaan :
a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi
terbaru dan sah;
b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan
spesifikasi teknis yang standar/legal.
2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
3) Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga
dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan
peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate
(EE).
4) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-
syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan terbaru.
5) Nama dan target dari paket yang akan disiapkan tidak sesuai antara
hasil desain dengan DIPA/POK, karena terjadi perubahan pada saat
pembahasan RKAKL untuk DIPA/POK.
6) Terdapat pertanyaan dari para Penyedia dalam tahap penjelasan
(aanwizing) yang cukup mendasar dan perlu perubahan dokumen
tender (Addendum).
d. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Pengadaan
Dari hasil pengecekan dari pihak PPK dan Pokja tersebut maka alternatif
solusi yang perlu dilakukan sebelum dilakukan pengesahan dokumen
tender atau addendum dokumen tender, antara lain adalah :
1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun
oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh
24
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah
ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan
Spesifikasi yang sah dan sesuai.
3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan
Daftar Kuantitas (BOQ).
4) Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari
asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan
koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang
digunakan.
5) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat
Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan
peraturan dan ketentuan terbaru.
6) Dilakukan pengecekan terhadap nama paket, target dan dana yang
tersedia dalam DIPA/POK dengan tetap melibatkan pihak
perencana (Satker P2JN).
7) Apabila terdapat pertanyaan dari Penyedia pada saat penjelasan
kantor ataupun melalui elektronik dan penjelasan lapangan (bila
ada) yang cukup mendasar sehingga perlu dilakukan addendum
dokumen tender, maka segera dilakukannya.
e. Permasalahan pada Tahap Pelaksanaan Kontrak
Walaupun sudah dilakukan pengecekan secara bertahap dari proses
perencanaan dan proses pengadaan, namun pada tahap pelaksanaan
masih sering terjadi permasalahan yang terkadang permasalahan yang
sama pada tahapan sebelumnya, antara lain :
1) Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar
rencana dan jenis pekerjaan :
a) Spesifikasi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi
terbaru dan sah;
b) Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan
spesifikasi teknis yang standar/legal.
2) Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
3) Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-
syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan terbaru.
4) Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan, seperti :
25
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
a) Koordinat/lokasi proyek tidak sesuai dengan kondisi di
lapangan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan
titik koordinat awal dari lokasi proyek tersebut, dan
menimbulkan perubahan gambar rencana, perubahan jenis dan
volume pekerjaan serta perubahan nilai kontrak;
b) Jenis item pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan,
misalnya jenis galian/batu dan jenis tanah timbunan tanah
biasa/ pilihan/berbutir;
c) Dimensi/ukuran jenis pekerjaan, misalnya ketinggian galian,
ketinggian timbunan tanah, ukuran diameter besi tulangan atau
kedalaman pondasi jembatan;
d) Ketidaktepatan prediksi kondisi lapangan, misalnya perkiraan
CBR atau jenis tanah asli, kedalaman tanah keras pada lokasi
jembatan atau penentuan jenis penanganan.
f. Solusi Pemecahan Permasalahan pada Tahap Pelaksanaan Kontrak
Permasalahan dalam pelaksanaan di lapangan, ditemukan pada saat
melakukan survei awal dan pada kajian teknis lapangan. Solusi yang harus
dilakukan antara lain adalah :
1) Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun
oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh
Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah
ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
2) Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan
Spesifikasi yang sah dan sesuai.
3) Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan
Daftar Kuantitas (BOQ).
4) Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat
Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan
peraturan dan ketentuan terbaru.
5) Apabila gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan,
maka perlu dilakukan kesepakatan antara kontraktor dengan
pengawas pekerjaan, antara lain :
a) Disepakati lagi lokasi dan koondinat pada titik nol dari paket
tersebut sebagai titik awal proyek.
b) Jenis item pekerjaan diupayakan sesuai dengan BOQ yang ada
dlam kontrak, apabila tidak dimungkinkan maka perlu
dilakukan perubahan dengan diperkuat dengan justifikasi
26
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
teknis yang mendapat persetujuan dari perencana dan
dilakukan negosiasi harga oleh Tim Peneliti Pelaksanaan
Kontrak.
c) Apabila terdapat persyaratan teknis yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis maka perlu dilakukan perubahan dengan
melakukan perubahan kontrak atau addendum kontrak.
Permasalahan hasil desain dan alternatif solusinya dapat disusun dalam
bentul Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Permasalahan dan Solusi dari Hasil Desain
No. PERMASALAHAN SOLUSI
I. TAHAP PERENCANAAN
1.
Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak
sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;
b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.
a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.
2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)
3. Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate (EE).
Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan
4. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.
Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru
27
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
No. PERMASALAHAN SOLUSI
II. TAHAP PENGADAAN
1. Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak
sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;
b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.
a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.
2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)
3. Perhitungan, asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan dalam perhitungan Engineer’s Estimate (EE).
Dilakukan pengecekan kebenaran dasar penyusunan EE dari asumsi, analisa harga satuan pekerjaan dan harga dasar dan koefisien dari komponen tenaga kerja, material dan peralatan yang digunakan
4. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.
Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru
5. Nama dan target dari paket yang akan disiapkan tidak sesuai antara hasil desain dengan DIPA/POK, karena terjadi perubahan pada saat pembahasan RKAKL untuk DIPA/POK
Dilakukan pengecekan terhadap
nama paket, target dan dana yang
tersedia dalam DIPA/POK dengan
tetap melibatkan pihak perencana
(Satker P2JN)
6. Terdapat pertanyaan dari para
Penyedia dalam tahap penjelasan
(aanwizing) yang cukup mendasar
dan perlu perubahan dokumen
tender (Addendum)
Apabila terdapat pertanyaan dari Penyedia pada saat penjelasan kantor ataupun melalui elektronik dan penjelasan lapangan (bila ada) yang cukup mendasar sehingga perlu dilakukan
28
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
No. PERMASALAHAN SOLUSI
addendum dokumen tender, maka segera dilakukannya
III. TAHAP PELAKSANAAN KONTRAK
1. Spesifikasi teknis yang digunakan tidak mendukung gambar rencana dan jenis pekerjaan : a. Spesifikasi yang digunakan tidak
sesuai dengan spesifikasi terbaru dan sah;
b. Dasar perhitungan desain tidak didasarkan dengan ketentuan spesifikasi teknis yang standar/legal.
a. Dilakukan pengecekan terhadap spesifikasi teknis yang disusun oleh perencana dengan Spesifikasi Umum yang ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga terakhir dan Spesifikasi Khusus yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bina Marga.
b. Dasar perhitungan desain yang dipakai juga perlu dicek dengan Spesifikasi yang sah dan sesuai.
2. Daftar kuantitas (BOQ) tidak sesuai dengan gambar rencana.
Dilakukan pengecekan kebenaran dari gambar rencana dengan Daftar Kuantitas (BOQ)
3. Dokumen tender berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak tidak sesuai dengan ketentuan dan peraturan terbaru.
Dilakukan pengecekan terhadap dokumen berupa Syarat-syarat Umum Kontrak dan Syarat-syarat Khusus Kontrak dengan peraturan dan ketentuan terbaru
4. Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan, seperti: a. Koordinat/lokasi proyek tidak
sesuai dengan kondisi di lapangan, hal ini menyebabkan kesulitan dalam menentukan titik koordinat awal dari lokasi proyek tersebut, dan menimbulkan perubahan gambar rencana, perubahan jenis dan volume pekerjaan serta perubahan nilai kontrak;
b. Jenis item pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi lapangan, misalnya jenis galian/batu dan jenis tanah timbunan tanah biasa/ pilihan/berbutir;
a. Apabila gambar rencana tidak
sesuai dengan kondisi lapangan,
maka perlu dilakukan
kesepakatan antara kontraktor
dengan pengawas pekerjaan,
antara lain :
b. Disepakati lagi lokasi dan
koondinat pada titik nol dari
paket tersebut sebagai titik
awal proyek.
c. Jenis item pekerjaan
diupayakan sesuai dengan BOQ
yang ada dlam kontrak, apabila
tidak dimungkinkan maka perlu
dilakukan perubahan dengan
29
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
No. PERMASALAHAN SOLUSI
c. Dimensi/ukuran jenis pekerjaan, misalnya ketinggian galian, ketinggian timbunan tanah, ukuran diameter besi tulangan atau kedalaman pondasi jembatan;
d. Ketidaktepatan prediksi kondisi lapangan, misalnya perkiraan CBR atau jenis tanah asli, kedalaman tanah keras pada lokasi jembatan atau penentuan jenis penanganan.
diperkuat dengan justifikasi
teknis yang mendapat
persetujuan dari perencana dan
dilakukan negosiasi harga oleh
Tim Peneliti Pelaksanaan
Kontrak.
d. Apabila terdapat persyaratan
teknis yang tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis maka perlu
dilakukan perubahan dengan
melakukan perubahan kontrak
atau addendum kontrak
F. Prinsip Perhitungan Kuantitas
Dalam perhitungan kuantitas pekerjaan khususnya untuk paket pekerjaan
jalan dan jembatan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Spesifikasi Teknis
a. Perlu dilakukan pengecekan kembali kesesuaian antara gambar
rencana/desain dengan spesifikasi teknis yang diacu;
b. Spesifikasi teknis yang digunakan adalah spesifikasi umum tahun 2018
untuk pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, dan spesifikasi khusus
yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga dan atau
ketentuan teknis lainnya yang disusun oleh perencana dan disahkan
oleh yang berwenang dan perlu ada penjelasan yang terinci;
c. Pada prinsipnya, perhitungan kuantitas pekerjaan didasarkan dengan
ketentuan spesifikasi : “Pengukuran dan Pembayaran”
2. Gambar rencana/desain
a. Dipastikan kebenaran gambar rencana/desain, dari bentuk, ukuran/
dimensi, notasi, ketentuan tentang gambar rencana;
b. Perlu dicek kembali tentang dasar penentuan gambar rencana dan
dimensi/ukuran yang ditetapkan tersebut.
c. Pengecekan kesesuaian daftar kuantitas (BOQ) dan gambar rencana.
30
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
3. Ketentuan lain
a. Ketentuan lain yang diacu harus sesuai dengan kaidah dan ketentuan
yang berlaku;
b. Ketentuan tambahan dan dimasukkan dalam ketentuan khusus,
seperti Spesifikasi khusus atau Syarat-syarat Khusus (SSK) pada
dokumen tender.
4. Strategi dan Pentahapan Pelaksanaan
a. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus
disesuaikan dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau
pentahapan penanganan dan ketersediaan dana, sehingga dapat
dibedakan perhitungan kuantitas apabila untuk pembangunan
jalan/jembatan baru, pelebaran, peningkatan, rekonstruksi atau
penanganan secara bertahap, misalnya dalam pemecahan paket atau
terdapat tahap I akan dilaksanakan sebagian dari target keseluruhan
dan sisanya akan ditangani pada tahap berikutnya;
b. Dalam penetapan pentahapan penanganan, harus disesuaikan
dengan perhitungan kuantitas yang berkesinambungan antara tahap I
dan tahap berikutnya.
c. Penentuan jenis pekerjaan pada pentahapan penanganan, harus
dipertimbangkan dengan kestabilan konstruksi jalan/jembatan pada
tahap I, misalnya penundaan pekerjaan drainase atau bahu jalan.
G. Latihan Soal
1. Jelaskan tahapan perencanaan teknis jalan dan jembatan ?
2. Jelaskan perbedaan tahapan perencanaan teknis paket jalan dan
perencanaan teknis paket jembatan ?
3. Jelaskan prinsip pembuatan dan penetapan kerangka acuan kerja (KAK) ?
4. Jelaskan kriteria desain untuk untuk paket pekerjaan jalan dan paket
pekerjaan jembatan ?
5. Jelaskan produk desain untuk pekerjaan jalan dan pekerjaan jembatan ?
6. Jelaskan permasalahan desain yang sering terjadi, dari proses penyiapan
desain dan pasca pengesahan hasil desain yang akan digunakan sebagai
dokumen tender ?
31
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
7. Jelaskan prinsip perhitungan kuantitas untuk pekerjaan jalan dan
pekerjaan jembatan ?
8. Jelaskan strategi dan pentahapan pelaksanaan perencanaan teknis
pekerjaan jalan dan jembatan ?
H. Rangkuman
Secara garis besar Bab Prinsip Manajemen Desain ini menjelaskan tentang:
1. Metoda perhitungan kuantitas pekerjaan, harus diperhatikan sejak pada
tahapan awal dari proses perencanaan jalan dan jembatan, perencanaan
teknis, pembuatan HPS, pelaksanaan lapangan dan perhitungan kuantitas
dari hasil pekerjaan sebagai dasar pembayaran pekerjaan.
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang berisi tentang Latar belakang,
Obyektif/Tujuan, Ruang Lingkup, Batasan-batasan, Asumsi-asumsi,
Kriteria Penerimaan, Tugas dan Tanggung jawab, Jadwal, Durasi dan
Lokasi, Berapa Biaya yang dianggarkan dari suatu kegiatan diperuntukkan
dalam menyusun perencanaan teknis dan perhitungan kuantitas dari
produk desain secara akurat.
3. Kriteria desain yang ditetapkan merupakan hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam menghitung kuantitas pekerjaan.
4. Produk perencanaan teknis akhir, sesuai dengan KAK paket perencanaan
adalah :
a. Laporan Perencanaan Jalan (Buku A), berisi antara lain : Rincian
perencanaan jalan; Referensi rumus-rumus/grafik yang digunakan
dan lain-lain; Data perhitungan; Analisa hidrologi dan Rekomendasi
hasil analisa.
b. Perhitungan Perkiraan Biaya Pekerjaan Fisik/ Engineer’s Estimate
(EE) (Buku B), berisi antara lain : Daftar kuantitas pekerjaan dan
rincian perhitungannya; Analisa Harga Satuan; Perhitungan biaya
pekerjaan; dan Daftar harga satuan dan upah.
c. Laporan Survai Topografi (Buku C), berisi antara lain : Cakupan
pemetaan; Data survai; Perhitungan koordinat/level; dan
Penggambaran.
d. Dokumen Pelelangan/tender, berisi antara lain :
Buku I : Instruksi Kepada Peserta Lelang (IKP)
Buku II : Data Lelang
32
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Buku III : Bentuk Surat Penawaran, Lampiran, Surat Penunjukan
dan Surat Perjanjian/Kontrak
Buku IV : Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK)
Buku V : Syarat-syarat Khusus Kontrak (SSKK)
Buku VI : Spesifikasi Teknis (Spesifikasi Umum dan Spesifikasi
Khusus)
Buku VII : Gambar-gambar (Gambar Rencana)
Buku VIII : Daftar Kuantitas, Analisa Harga Satuan dan Metoda
Pelaksanaan
Buku IX : Bentuk-bentuk jaminan.
5. Permasalahan yang sering timbul akibat ketidaksesuaian antara produk
desain dengan kondisi lapangan, dapat mengakibatkan perubahan
volume, perubahan nilai kontrak, perubahan waktu pelaksanaan serta
claim/tuntutan dari penyedia, sehingga perlu dilakukan pengecekan dari
tahap perencannaan, tahap pengadaan dan tahap pelaksanaan, dan
segera dilakukan solusi penanganannya.
6. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus disesuaikan
dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau pentahapan
penanganan dan ketersediaan dana. Selain itu harus didasarkan dengan
spesifikasi teknis, gambar rencana dan ketentuan khusus bila ada.
7. Perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan harus disesuaikan
dengan jenis penanganan di lapangan, prioritas atau pentahapan
penanganan dan ketersediaan dana, sehingga dapat dibedakan
perhitungan kuantitas apabila untuk pembangunan jalan/jembatan baru,
pelebaran, peningkatan, rekonstruksi atau penanganan secara bertahap,
misalnya dalam pemecahan paket atau terdapat tahap I akan dilaksanakan
sebagian dari target keseluruhan dan sisanya akan ditangani pada tahap
berikutnya.
PENUTUP
34
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
A. Evaluasi Kegiatan Belajar
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan,
yaitu evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut
kepada para peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber,
berupa soal/kuisioner tertulis:
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan
evaluasi berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait
dengan isi dari materi modul tersebut.
2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara dilakukan oleh para peserta
dengan melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi,
kerapihan pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran,
ketepatan waktu dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-
lain.
3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Pelatihan, yaitu peserta
dan pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/ Penyelenggara
Pelatihan terkait dengan penyiapan perlengkapan pelatihan, sarana dan
prasarana untuk belajar, fasilitas penginapan, makanan dll.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada
peserta, dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun
pengamat materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Dari evaluasi proses kegiatan pelatihan dari peserta, pengajar/ widyaiswara
maupun penyelenggara melalui system monitoring, yang harus dilakukan
evaluasi secara keseluruhan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait
untuk perbaikan dan peningkatan pada proses yang akan datang.
1. Evaluasi dan umpan balik untuk peserta :
a. Jumlah peserta dan persyaratan peserta perlu dievaluasi terhadap
persyaratan dalam kurikulum yang direncanakan, dan perlu diseleksi
lebih baik dimasa akan datang;
b. Hasil internalisasi peserta setelah pelatihan di Unit Organisasinya
(UNOR) untuk mengetahui keberhasilan dari proses pelatihan dan
peningkatan proses pelatihan selanjutnya.
35
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
2. Evaluasi dan umpan balik untuk pengajar
Hasil evaluasi/penilaian pengajar oleh peserta perlu segera disampaikan
kepada pengajar bersangkutan agar diketahui hasil penilaiannya dan untuk
perbaikan dalam pembelajaran berikutnya.
3. Evaluasi dan Umpan Balik untuk Penyelenggara
Evaluasi Penyelenggara yang dilakukan oleh Peserta dan Pengajar, perlu
segera ditindaklanjuti untuk perbaikan yang akan datang.
C. Kunci Jawaban
Dalam menjawab soal-soal latihan, peserta dapat mendalami narasi dan isi
dari modul serta pengalaman peserta di lapangan, maupun literature yang
terkait.
Berikut adalah kunci jawaban untuk soal-soal yang ada dalam setiap akhir bab
modul ini.
BAB 2 DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN
Soal 1 : Jawaban :
a. Kaitan antara perencanaan teknis dengan UU RI No.38
tahun 2004 dan PP RI No.34 Tahun 2006 tentang Jalan
adalah karena perencanaan teknis telah diatur dalam PP
No.34 Tahun 2006 pasal 86 – 8 berupa definisi dan
ketentuan teknisnya.
b. Kaitan antara perencanaan teknis dengan UU RI No.2 Tahun
2017 tentang Jasa Konstruksi adalah hasil perencana harus
mengikuti ketentuan dalam UU No.2 tahun 2017 terkait
dengan kegagalan bangunan.
c. Kaitan antara perencanaan teknis dengan Perpres RI No.16
Tahun 2018 adalah karena hasil perencanaan teknis yang
merupakan bagian dari dokumen lelang, sehingga harus
mengikuti ketentuan dalam Perpres tersebut.
d. Kaitan antara perencanaan teknis dengan Permen PU No.19
Tahun 2011 adalah karena perencanaan teknis diatur dalam
Permen PU No.19 tahun 2011, yaitu berupa prosedur
pelaksanaan, tahapan dan ketentuan yang harus dipenuhi
dalam perencanaan teknis.
36
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Soal 2 : Jawaban :
a. Pengertian KAK adalah Suatu dokumen yang
menginformasikan gambaran umum dan penjelasan
mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai
dengan tugas dan fungsi kementerian/ lembaga, yang
memuat latar belakang, penilaian manfaat, strategi
pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang
diperhitungkan.
b. Pentingnya KAK adalah karena diperlukan untuk memberi
petunjuk kepada Konsultan Perencana yang memuat
tentang masukn, azas, kriteria dan proses yang harus
dipenuhi dan diperhatikan.
Soal 3 : Jawaban :
a. Pengertian Perencanaan Teknis adalah merupakan kegiatan
penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi gambaran
produk yang ingin diwujudkan, dan harus dilakukan secara
optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup,
dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan
terowongan.
b. Pentingnya Perencanaan Teknis karena hasilnya antara lain
gambar rencana dan daftar kuantitas dan harga, yang
merupakan sebagai dasar perhitungan kuantitas dari
pekerjaan yang akan ditenderkan.
BAB 3 PRINSIP MANAJEMEN DESAIN
Soal 1 : Jawaban :
Tahapan perencanaan teknis jalan dan jembatan adalah
perencanaan teknis awal, Kajian Studi Kelayakan (FS) dan
perencanaan teknis akhir (FED).
Soal 2 : Jawaban :
Perbedaannya adalah terkait dengan penentuan alternatif
rute, jenis konstruksi dan metoda kerja.
37
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Soal 3 : Jawaban :
Prinsip pembuatan KAK adalah harus memperhatikan semua
aspek kebutuhan untuk pencapaian program, ketentuan-
ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa maupun
spesifikasi teknis atau KAK pekerjaan yang terkait. KAK
ditetapkan oleh PPK.
Soal 4 : Jawaban :
Kriteria desain harus mengacu kepada Permen PU No.19 Tahun
2011 tentang PTJ dan KPTJ.
Soal 5 : Jawaban :
Produk desain pekerjaan jalan dan jembatan adalah
perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED), audit
keselamatan jalan (AKJ) dan perencanaan teknis akhir, berupa
gambar rencana dan daftar kuantitas (BOQ) sesuai dengan jenis
pekerjaan.
Soal 6 : Jawaban :
Permasalahan desain yang sering terjadi :
a. Spektek tidak sesuai dengan gambar rencana dan jenis
pekerjaan.
b. BOQ tidak sesuai dengan gambar rencana dan jenis
pekerjaan.
c. Gambar rencana tidak sesuai dengan kondisi lapangan.
d. Terjadi pemecahan paket karena alokasi dana dari gambar
rencana awal.
Soal 7 : Jawaban :
Prinsip perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan :
a. Mengikuti spektek sesuai dengan ketentuan “pengukuran
dan pembayaran “.
b. Pengecekan kembali kesesuaian gambar rencana dengan
BOQ.
c. Cek ketentuan yang dimasukkan dalan syarat-syarat khusus
(SSK).
38
Perhitungan Kuantitas Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Soal 8 : Jawaban :
Strategi dan pentahapan pelaksanaan perencanaan teknis :
a. Sesuaikan perhitungan kuantitas dengan jenis penanganan
di lapangan, prioritas dan pentahapan pelaksanaan dan
ketersediaan dana.
b. Penyesuaian perhitungan kuantitas antara tahap pertama
dengan tahap berikutnya.
c. Penentuan jenis pekerjaan dengan penundaan pekerjaan
yang dianggap minor, misalnya bahu jalan dan saluran
samping.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2004. UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Sekretariat
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2017. UU RI No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi.
Sekretariat Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. 2006. PP RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2018. Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2011. Permen PU No. 19/PRT/M/2011 : Persyaratan
Teknis Jalan (PTJ) dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan (KPTJ).
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2015. Permen PUPR No. 31/PRT/M/2015 tentang
Perubahan Ke-3 Permen PU No. 07/PRT/M/2011 tentang Standar dan
Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta.
Republik Indonesia. 2017. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No.05/SE/Db/2017
tentang Perubahan SE Dirjen Bina Marga No.UM.01.03-Db/242
tentang Penyampaian ketentuan desain dan revisi desain jalan dan
jembatan, serta kerangka acuan kerja pengawasan teknis untuk
dijadikan acuan di lingkungan Ditjen Bina Marga. Direktorat Jenderal
Bina Marga. Jakarta
Republik Indonesia. 2017. Surat Edaran Dirjen Bina Marga No. 04/SE/Db/2017
tentang Manual Desain Perkerasan Jalan, Revisi Tahun 2017.
Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta
Republik Indonesia. 2018. SE Dirjen Bina Marga No. 02/SE/Db/2018, tanggal
20 September 2018 tentang Spesifikasi Umum Tahun 2018 untuk
Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan. Direktorat Jenderal Bina
Marga. Jakarta
Republik Indonesia. 2018. SE Dirjen Bina Marga No. 03/SE/Db/2018, tanggal
12 November 2018 tentang Penyampaian Standar Dokumen
Pemilihan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Marga. Direktorat Jenderal Bina Marga. Jakarta.
GLOSARIUM
Perencanaan Teknis Pekerjaan Jalan dan Jembatan
: Merupakan kegiatan penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi gambaran produk yang ingin diwujudkan, dan harus dilakukan secara optimal dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, dan mencakup perencanaan teknis jalan, jembatan, dan terowongan.
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
: Suatu dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan mengenai keluaran kegiatan yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/ lembaga, yang memuat latar belakang, penilaian manfaat, strategi pencapaian, waktu pencapaian dan biaya yang diperhitungkan.
Produk Akhir Desain adalah perencanaan teknis rinci (Detail Engineering Design, DED) termasuk audit keselamatan jalan (AKJ) dan perencanaan teknis akhir, berupa gambar rencana dan daftar kuantitas (BOQ) sesuai dengan jenis pekerjaan dan dokumen tender.