modifikasi metode runge-kutta orde 4 pada persamaan … · 2019-10-05 · pernyataan mengenai...
TRANSCRIPT
MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE 4
PADA PERSAMAAN PENDULUM
JUNI DWI PURWANTI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Modifikasi
Metode Runge-Kutta Orde 4 pada Persamaan Pendulum adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2019
Juni Dwi Purwanti
NIM G54140032
ABSTRAK
JUNI DWI PURWANTI. Modifikasi Metode Runge-Kutta Orde 4 pada
Persamaan Pendulum. Dibimbing oleh ELIS KHATIZAH dan ALI
KUSNANTO.
Sistem persamaan diferensial pada pendulum sederhana merupakan
sistem persamaan diferensial tak linear. Dalam tulisan ini, penulis
menggunakan metode numerik untuk menyelesaikan persamaan tersebut.
Metode numerik yang digunakan adalah metode Runge-Kutta orde 4 (RK4)
serta modifikasinya dengan memanfaatkan fungsi energi pada persamaan
pendulum sederhana. Selanjutnya, hasil perhitungan numerik tersebut
dibandingkan dengan hasil pendekatan analitik (dengan linearisasi) dan
hasil yang diperoleh menggunakan Mathematica 11. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, galat relatif antara pendekatan analitik dan pendekatan
numerik modifikasi metode Runge-Kutta orde 4 (RK4 modif) lebih baik
dibandingkan dengan pendekatan numerik metode RK4 klasik untuk
simpangan yang kecil. Selanjutnya, ketika hasil pendekatan numerik dari
RK4 modif dan RK4 klasik dibandingkan dengan hasil numerik dari
Mathematica 11, dapat dilihat bahwa galat relatif dari metode RK4 modif
lebih baik daripada galat relatif metode RK4 klasik.
Kata kunci: pendulum sederhana, persamaan diferensial, metode Runge-
Kutta
ABSTRACT
JUNI DWI PURWANTI. The Modified order 4’s Runge-Kutta Method in
the Pendulum Equations. Supervised by ELIS KHATIZAH and ALI
KUSNANTO.
The system of differential equations in a simple pendulum is a
system of nonlinear differential equations. In this paper, the author uses
numerical methods to solve these equations. The numerical method is the
4th order Runge-Kutta method (RK4) and its modification by utilizing the
energy function in a simple pendulum equation. Furthermore, the result of
numerical calculations is compared to the result of the analytic approach
(with linearization) using Mathematica 11. The result shows that, the
relative error between the analytical approach and the numerical approach of
the modified 4th order Runge-Kutta method (RK4 modif) is better than the
numerical approach of the classic RK4 method for small deviations.
Furthermore, when the result of numerical approach of the classic RK4 and
RK4 modif is compared to the numerical result from Mathematica 11, it can
be seen the relative error of the RK4 modif method is better than the relative
error of the classic RK4 method.
Keywords: simple pendulum, differential equation, Runge-Kutta method
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Matematika
MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE 4
PADA PERSAMAAN PENDULUM
JUNI DWI PURWANTI
DEPARTEMEN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret
2018 ini ialah Runge-Kutta orde 4, dengan judul Modifikasi Metode Runge-
Kutta Orde 4 pada Persamaan Pendulum. Terimakasih penulis ucapkan
kepada:
1. Ibu Elis Khatizah, SSi, MSi dan bapak Drs Ali Kusnanto, MSi selaku
pembimbing, yang telah memberikan ilmu, arahan, motivasi dan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan
karya ilmiah ini,
2. Bapak Dr Ir Fahren Bukhari, MSc selaku penguji yang telah banyak
memberi saran dalam penulisan karya ilmiah ini,
3. Seluruh dosen dan staf Departemen Matematika IPB yang telah
membagikan ilmu serta pengalamannya serta membantu penulis selama
menempuh pendidikan di IPB,
4. Almarhum bapak Pujiyono yang selalu bekerja keras tanpa kenal lelah
untuk kedua anaknya, serta Ibu Parsih dan kakak Pujihartono tercinta
yang selalu mendukung secara moral ataupun material selama penulisan
skripsi dan proses pendidikan sarjana sains. Terima kasih atas cinta,
kasih sayang dan kesabaran dalam menghadapi penulis selama ini.
Penyusunan skripsi ini menjadi salah satu langkah penulis dalam
mengabdikan diri untuk senantiasa membahagiakan kalian. Mudah-
mudahan dengan selesainya skripsi yang menjadi syarat kelulusan di
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor menjadi salah satu kado terbaik atas perjuangan kalian selama ini
membesarkan penulis hingga menjadi seperti saat sekarang ini. Dan
khusus untuk almarhum Bapak, semoga ini menjadi salah satu amal
jariyah terbaik yang selalu mengalir untuk beliau agar diberikan tempat
terbaik di sisi Allah SWT,
5.. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku penyandang dana yang
telah memberikan beasiswa Bidikmisi kepada penulis pada tahun ajaran
2014 sampai 2018,
6. Teman-teman seperjuangan, Siti Lestari, Retno Puspitasari, Hanifah
Lestari Nurfitri, Dwi Ayu Ambarwati, dan Mutia Diska serta Prastika
Yossyanti Nur’Arisa, Mutiara Desrita, Iman Asmoro Kusumo Aji, Eka
Rulintang, yang selalu saling memotivasi dan memberikan dukungan
serta doanya,
7. Teman-teman Matematika 51 yang selalu berjuang bersama dan saling
mendoakan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2019
Juni Dwi Purwanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Persamaan Diferensial Biasa 2
Persamaan Pendulum Sederhana 4
Metode Runge-Kutta orde 4 dan Modifikasinya 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Pendekatan Analitik 8
Pendekatan Numerik 11
Perbandingan antara pendekatan Analitik dan Numerik 14
SIMPULAN DAN SARAN 16
Simpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL
1 Hasil perhitungan dengan pendekatan analitik untuk persamaan
pendulum sederhana ........................................................................... 10 2 Hasil penyelesaian numerik menggunakan metode RK4 serta
metode RK4 modif ............................................................................. 12 3 Hasil perhitungan dengan pendekatan numerik untuk persamaan
pendulum sederhana menggunakan Mathematica 11 ......................... 13 4 Galat antara penyelesaian persamaan pendulum dengan
pendekatan numerik dan pendekatan analitik ..................................... 15
DAFTAR GAMBAR
1 Sistem pendulum sederhana 4
2 Grafik penyelesaian persamaan pendulum sederhana dengan
pendekatan analitik 10 3 Grafik penyelesaian pendekatan numerik persamaan pendulum
sederhana menggunakan metode RK4 dan modifikasinya 12 4 Grafik perbesaran penyelesaian pendekatan numerik persamaan
pendulum sederhana menggunakan metode RK4 dan
modifikasinya 13 5 Grafik penyelesaian pendekatan numerik dengan bantuan
program Mathematica 11 14 6 Galat tiga dimensi antara penyelesaian dengan pendekatan
numerik dan penyelesaian berupa pendekatan analitik 15
DAFTAR LAMPIRAN
1 Penurunan persamaan diferensial orde 2 menjadi sistem
persamaan diferensial orde 1 18 2 Penurunan persamaan persamaan pendulum sederhana 18 3 Pendekatan berdasarkan simpangan sudut yang kecil 19
4 Program penyelesaian persamaan pendulum sederhana
menggunakan Mathematica 11 20 5 Program penyelesaian persamaan pendulum sederhana
menggunakan SCILAB 6.0.1 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu gelombang yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari
adalah gelombang pada pendulum. Kata pendulum berasal dari bahasa Latin
pendulus yang berarti menggantung. Pendulum dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pendulum biasa (direct pendulum) dan pendulum terbalik (inverted
pendulum) (Bakhtiar 2010). Prinsip pendulum pertama kali ditemukan pada
tahun 1602 oleh Galileo Galilei. Saat menjadi mahasiswa, Galileo meneliti
sebuah lampu gantung yang bergoyang dan memerhatikan bahwa waktu
yang diperlukan lampu itu untuk menyelesaikan ayunannya adalah tetap
sama, bahkan bila kecepatan ayunan lampu itu bertambah dengan cepat.
Galileo kemudian melakukan percobaan terhadap benda-benda tertentu dan
mendapati bahwa benda-benda tersebut juga mengalami hal yang sama, hal
ini mengingatkannya pada prinsip pendulum. Dengan penemuan ini, Galileo
dapat menemukan suatu alat untuk mengukur waktu, yang menurut para
dokter dapat digunakan untuk mengukur denyut nadi pasiennya. Christian
Huygens kemudian terinspirasi oleh prinsip pendulum yang ditemukan oleh
Galileo Galilei. Huygens mengambil prinsip ayunan pendulum untuk
membuat jam pendulum. Sejak ditemukan pada tahun 1656 sampai tahun
1930-an, jam pendulum merupakan pencatat waktu paling tepat di dunia.
Keuntungan jam pendulum sebagai penentu waktu adalah ayunan bolak-
balik dalam waktu yang tepat atau dengan kata lain dapat disebut dengan
perangkat resonan.
Persamaan pendulum sederhana merupakan persamaan diferensial
yang bersifat tak linear dan tak stabil, sehingga tidak dapat diselesaikan
secara analitik. Sistem pendulum tersebut bersifat tak linear karena
merupakan persamaan diferensial dengan turunan berpangkat 2 serta
mengandung fungsi sinus. Sistem pendulum dapat dilinearkan di sekitar titik
kesetimbangan, kemudian ditingkatkan kompleksitasnya melalui
penambahan pendulum atau modifikasi lainnya agar dapat diterapkan dalam
sistem aktual. Karakteristik itulah yang menyebabkan berbagai teori
pengendalian (control theory) banyak dievaluasi dan dibandingkan melalui
pengujian sistem pendulum (Edisusanto, B 2008). Di zaman modern ini,
pendulum biasa maupun terbalik merupakan alat yang sangat penting dalam
pendidikan dan penelitian di bidang teknik pengendalian (control
engineering). Di bidang teknik, pendulum biasa dan terbalik dipakai untuk
memantau pergerakan pondasi bendungan, jembatan, dermaga, dan struktur
bangunan lainnya. Salah satunya yaitu alat pengangkat besi (cranes) bekerja
atas dasar pendulum biasa, sedangkan salah satu penerapan pendulum
terbalik digunakan untuk mendeteksi usikan gelombang seismik dalam
tanah yang desebabkan oleh aktifitas seismik-makro, oseanik, dan
atmosferik. (Bakhtiar 2010)
Persamaan pendulum memiliki integral pertama 𝐸(𝑥(𝑡)) yang
merupakan suatu konstanta. Integral pertama yang diketahui pada
persamaan pendulum merupakan energi yang tersimpan dalam persamaan
2
tersebut. Pada penelitian karya ilmiah kali ini, penulis menggunakan
pendekatan numerik berupa, metode Runge-Kutta orde 4 (RK4) serta
modifikasinya (RK4 modif) untuk menyelesaikan persamaan pendulum
sederhana. Selanjutnya, hasil perhitungan numerik tersebut dibandingkan
dengan hasil pendekatan analitik dan hasil yang diperoleh dengan bantuan
software Mathematica 11. Modifikasi ini dilakukan untuk membandingkan
apakah penambahan fungsi energi mempengaruhi keakuratan hasil
penyelesaian persamaan pendulum.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah:
1. Menyelesaikan persamaan pendulum sederhana dengan pendekatan
analitik dan numerik,
2. Membandingkan hasil perhitungan numerik dengan hasil pendekatan
analitik dan hasil yang diperoleh dengan bantuan software
Mathematica 11.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dibahas mengenai model dan metode yang
digunakan dalam menyusun karya ilmiah ini. Model yang akan dibahas pada
karya ilmiah ini meliputi persamaan pendulum sederhana dan metode yang
digunakan pada karya ilmiah ini adalah metode RK4 beserta modifikasinya.
Persamaan Diferensial Biasa
Suatu persamaan diferensial yang memuat turunan biasa dan hanya
melibatkan satu variabel bebas disebut persamaan diferensial biasa.
Persamaan diferensial biasa dapat dituliskan dalam dua bentuk, yaitu bentuk
implisit dan eksplisit berikut
𝐹(𝑥, 𝑦, 𝑦′) = 0 dan 𝑦′ = 𝑓(𝑥, 𝑦). (Boyce dan DiPrima 2012)
Persamaan diferensial yang disertai dengan nilai awal disebut sebagai
masalah nilai awal, sedangkan yang disertai nilai batas disebut sebagai
masalah nilai batas. Nilai awal sebuah persamaan diferensial adalah nilai
fungsi atau nilai turunan fungsi yang diberikan pada kondisi awal,
sedangkan nilai fungsi ataupun nilai turunan fungsi yang diberikan pada
kondisi tertentu disebut sebagai nilai batas. Orde dari persamaan diferensial
merupakan derajat atau pangkat tertinggi dari turunan fungsi yang tak
diketahui atau dengan kata lain peubah tak bebas yang muncul dalam
persamaan diferensial. (Boyce dan DiPrima 2012).
Penyelesaian persamaan diferensial adalah persamaan berbentuk 𝑦 =𝑓(𝑥) atau berbentuk 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝐶, dengan 𝐶 konstanta. Penyelesaian
diferensial terdiri dari dua macam, yaitu
3
1. penyelesaian umum, yaitu penyelesaian yang masih mengandung
konstanta. Penyelesaian ini diperoleh jika tidak diberikan nilai awal
ataupun nilai batas,
2. penyelesaian khusus, yaitu penyelesaian yang tidak mengandung
konstanta karena telah disubstitusi oleh nilai awal atau nilai batas yang
diberikan
Persamaan diferensial biasa dibagi menjadi dua, yaitu persamaan
diferensial biasa linear dan tak linear. Perbedaan yang mendasar antara
persamaan diferensial linear dan tak linear yaitu, pada persamaan diferensial
linear terdapat penyelesaian umum yang memuat sebuah konstanta sebarang
yang memuat semua solusi, dan kemungkinan titik-titik diskontinu dari
penyelesaian nya dapat dilokalisasi titik-titik diskontinu dari koefisien-
koefisien. Akan tetapi dalam kasus tak linear tidak terdapat formula yang
bersesuaian sehingga lebih sulit untuk menyatakan sifat-sifat umum dari
penyelesaian nya.
Persamaan diferensial biasa linear memiliki bentuk umum sebagai
berikut.
𝑎0(𝑡)𝑑𝑛𝑥
𝑑𝑡𝑛+ 𝑎1(𝑡)
𝑑𝑛−1𝑥
𝑑𝑡𝑛−1+ ⋯ + 𝑎𝑛−1(𝑡)
𝑑𝑥
𝑑𝑡+ 𝑎𝑛(𝑡)𝑥 = 𝑓(𝑡)
dengan, 𝑎0 ≠ 0, 𝑎0,𝑎𝑛−1, 𝑎𝑛 disebut sebagai koefisien persamaan diferensial.
Fungsi 𝑓(𝑡) disebut input atau unsur nonhomogen. Jika 𝑓(𝑡) disebut
input, maka penyelesaian dari persamaan diferensial biasanya disebut output.
Jika ruas sebelah kanan 𝑓(𝑡) bernilai nol untuk semua nilai 𝑡 dalam interval
yang ditinjau, maka persamaan ini dikatakan homogen, sedangkan
persamaan diferensial dikatakan tak homogen jika 𝑓(𝑡) ≠ 0. Jika koefisien
persamaan diferensial merupakan suatu fungsi konstan, maka persamaan
diferensial dapat dikatakan memiliki koefisien konstan kecuali jika keadaan
sebaliknya. Oleh karena itu, harus selalu diasumsikan bahwa koefisien
adalah fungsi kontinu dan 𝑎0(𝑡) ≠ 0 disetiap interval pada persamaan
diferensial adalah terdefinisi. Jika suatu persamaan diferensial biasa orde ke-
𝑛 tidak dapat ditulis pada bentuk umum di atas maka persamaan diferensial
tersebut disebut persamaan diferensial biasa tak linear ke-𝑛. (Farlow 2007)
Pada karya ilmiah ini digunakan penyelesaian numerik dari sistem
persamaan diferensial tak linear sebagai berikut.
�̇�(𝑡) = 𝑓(𝑥(𝑡)) , (1)
dengan, 𝑓: 𝑅𝑑 → 𝑅𝑑 terturunkan secara kontinu, 𝑥(𝑡) ∈ 𝑅𝑑 vektor variabel
status, dan nilai awal 𝑥(0) = 𝑥0 diketahui. Diasumsikan bahwa sistem (1)
memiliki solusi unik. Selanjutnya diasumsikan bahwa fungsi energi sistem
(1), 𝐸(𝑥(𝑡)) merupakan konstanta yang diketahui.
4
𝐸(𝑥(𝑡)) = 𝐸(𝑥(0)) . (2)
(Guang-Da Hu 2014)
Salah satu persamaan diferensial biasa tak linear yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah persamaan pendulum sederhana.
Persamaan Pendulum Sederhana
Gerak harmonik adalah gerak sebuah partikel sebagai fungsi waktu
berupa sinusoidal yang dapat dinyatakan dalam bentuk sinus atau kosinus
dan digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu. Gerak
periodik merupakan gerak berulang atau berosilasi melalui titik setimbang
dalam interval waktu tetap. Ada beberapa macam gerak harmonik, salah
satunya adalah gerak harmonik sederhana (GHS). Gerak harmonik
sederhana adalah gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya
selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya.
Salah satu contoh Gerak Harmonik Sederhana Angular adalah gerak bandul
atau pendulum. (Tipler 1991)
Pendulum sederhana terdiri atas titik massa 𝑚 yang digantung
menggunakan seutas tali tak bermassa dengan ujung atasnya diikatkan pada
dinding diam seperti yang terlihat pada Gambar 1 dengan gaya gesek udara
diabaikan. Gerak benda terjadi pada bidang vertikal dan dikendalikan oleh
gaya gravitasi. Asal sudut simpangan 𝜃 kecil maka gerak benda adalah
getaran selaras sederhana.
Gambar 1 Sistem pendulum sederhana
Gambar 1 memperlihatkan pendulum sederhana yang terdiri dari tali
dengan panjang 𝐿 dan bola pendulum bermassa 𝑚. Gaya-gaya yang bekerja
pada pendulum adalah gaya tegang tali 𝑇 dan gaya berat (𝑤 = 𝑚 𝑔) .
Komponen radial (𝑇 = 𝑚 𝑔 cos 𝜃) tidak mengakibatkan percepatan pada
titik massa karena searah dengan tali. Sedangkan komponen tangensial gaya
5
gravitasi (𝑚 𝑔 sin 𝜃) selalu bekerja dengan arah menuju 𝜃 = 0 yang tegak
lurus dengan tali, sehingga berlawanan arah dengan simpangannya.
Gaya pemulih yang menyebabkan benda bermassa 𝑚 melakukan
gerak harmonik sederhana merupakan komponen 𝑤 yang tegak lurus pada
tali, yaitu 𝑚 g sin 𝜃 . Dengan demikian gaya pemulih yang bekerja pada
bola pendulum sederhana dinyatakan oleh
𝐹 = −𝑤 sin 𝜃 atau
𝐹 = −𝑚 𝑔 sin 𝜃 = 𝑚𝑑2𝑠
𝑑𝑡2 (3)
Dalam hal ini, kecepatan beban sepanjang lintasan yang berupa busur
lingkaran adalah 𝑠 = 𝐿𝜃, maka 𝑑2𝑠
𝑑𝑡2 = 𝐿𝑑2𝜃
𝑑𝑡2 sehingga Persamaan (3) dapat
dituliskan sebagai berikut
𝐹 = −𝑚 𝑔 sin 𝜃 = −𝑚 𝑔 sin 𝑠
𝐿 ,
𝑑2𝜃
𝑑𝑡2= −
𝑔
𝐿sin 𝜃 . (4)
Ruas kanan persamaan (4) berbanding lurus dengan sin 𝜃, bukan 𝜃.
Persamaan ini bukan persamaan diferensial linear sehingga, persamaan
simpangan pendulum matematis ini tidak mengikuti getaran selaras
sederhana. Namun, jika diambil nilai 𝜃 yang kecil maka dapat dilakukan
pendekatan sin 𝜃 ≈ 𝜃, dengan 𝜃 diukur dalam radian. Dengan pendekatan
ini, persamaan gerak pendulum matematis menjadi
𝑑2𝜃
𝑑𝑡2+
𝑔
𝐿𝜃 = 0 (5)
Periode getaran 𝑇 adalah waktu yang diperlukan benda untuk
menjalani gerakan satu putaran (cycle). Ini berarti nilai 𝜃 pada saat 𝑡 sama
dengan nilai 𝜃 pada saat 𝑡 + 𝑇. Dapat dituliskan sebagai
𝑇 =2𝜋
𝜔 (6)
Kebalikan dari periode dinamakan 𝑓. Frekuensi menyatakan jumlah
getaran per satuan waktu. Satuannya adalah hertz (Hz).
𝑓 =1
𝑇=
𝜔
2𝜋 (7)
Dari Persamaan (6) dan persamaan (7) dapat disusun bentuk frekuensi
sudut 𝜔 yaitu
6
𝜔 = 2𝜋𝑓 =2𝜋
𝑇
Dengan demikian, penyelesaian persamaan getaran pendulum
sederhana dengan simpangan kecil dapat dibentuk menjadi
𝜃 = 𝜃0 sin(𝜔𝑡 + 𝜙) (8)
Berdasarkan persamaan (8), dengan 𝜔2 =𝑔
𝐿 maka periode getaran
pendulum dapat ditentukan dari frekuensi sudut yaitu
𝑇 =2𝜋
𝜔= 2𝜋√
𝐿
𝑔 ,
dengan,
𝑚 = massa beban yang menggantung (𝐾𝑔)
𝑇 = gaya tegang tali (N)
𝑔 = gaya gravitasi (= 9,8𝑚
𝑠2)
𝐿 = panjang tali (𝑚)
𝜃 = simpangan (𝑟𝑎𝑑)
𝑤 = gaya berat (N)
𝐹 = gaya pemulih (N)
𝑠 = kecepatan beban sepanjang lintasan (𝑚
𝑠)
𝑇 = periode
𝜔 = kecepatan sudut (𝑟𝑎𝑑
𝑠)
𝑡 = waktu (𝑠) .
(Tipler 1991)
Persamaan pendulum sederhana merupakan persamaan diferensial tak
linear yang sulit diselesaikan dengan penyelesaian analitik sehingga
dibutuhkan metode lain dalam penyelesaiannya, yaitu dengan metode
numerik. Metode numerik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
persamaan diferensial antara lain metode RK4.
Metode Runge-Kutta orde 4 dan Modifikasinya
Metode Runge-Kutta merupakan metode yang relatif mudah
digunakan dan lebih akurat untuk menyelesaikan banyak masalah secara
efisien. Bentuk umum dari metode Runge-Kutta adalah:
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 + ∅(𝑡𝑖, 𝑥𝑖 , ℎ)ℎ
dengan ∅(𝑡𝑖, 𝑥𝑖, ℎ) adalah fungsi pertambahan yang merupakan kemiringan
rerata pada interval dan digunakan untuk mengekstrapolasi dari nilai 𝑥𝑖 ke
nilai baru 𝑥𝑖+1 sepanjang interval ℎ. (Boyce dan DiPrima 2012)
7
Metode Runge-Kutta yang paling sering digunakan untuk
menyelesaikan suatu persamaan diferensial adalah metode RK4. Metode
RK4 merupakan metode yang paling teliti dibandingkan dengan metode
Runge-Kutta yang berorde dibawahnya
Metode RK4 memiliki bentuk umum sebagai berikut:
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 +1
6(𝑘1 + 2𝑘2 + 2𝑘3 + 𝑘4)ℎ
dengan,
𝑘1 = 𝑓(𝑡𝑖, 𝑥𝑖),
𝑘2 = 𝑓 (𝑡𝑖 +1
2ℎ, 𝑥𝑖 +
1
2ℎ𝑘1),
𝑘3 = 𝑓 (𝑡𝑖 +1
2ℎ, 𝑥𝑖 +
1
2ℎ𝑘2),
𝑘4 = 𝑓 (𝑡𝑖 +1
2ℎ, 𝑥𝑖 +
1
2ℎ𝑘3).
(Mathews 1999)
Metode RK4 banyak digunakan para peneliti untuk dimodifikasi lebih
lanjut karena ketelitiannya dibandingkan dengan Metode Runge-Kutta orde
yang lainnya. Pada karya ilmiah ini, metode Runge-Kutta dibahas untuk
penyelesaian numerik pada sistem konservatif. Sistem konservatif muncul
dalam banyak masalah pada bidang sains dan teknik, misalnya, getaran
mekanis, mekanika selestial, dan sistem Hamiltonian. Banyak metode
numerik yang telah dikembangkan untuk menghemat energi sistem
konservatif.
Untuk menjadikan energi sistem konservatif sedekat mungkin dengan
energi awal, maka modifikasi metode Runge-Kutta disajikan. Orde metode
Runge–Kutta yang dimodifikasi sama dengan metode Runge–Kutta klasik.
Sistem (1) memiliki integral pertama 𝐸(𝑥(𝑡)), dan metode numerik yang
menyelesaikan metode ini biasanya disebut metode pelestarian energi.
Metode pelestarian energi adalah salah satu metode integrasi numerik
geometrik. Dalam karya ilmiah ini, dipelajari metode numerik yang
memberikan pendekatan solusi (1) dengan (2) melestarikan energi dalam
arti bahwa 𝐸(𝑥𝑛) mendekati 𝐸(𝑥(0)).
Prinsip dasar dari metode proyeksi Runge-Kutta untuk melestarikan
energi adalah sebagai berikut. Metode Runge-Kutta sembarang diterapkan
ke sistem (1) untuk mendapatkan penyelesaian numerik, kemudian
memproyeksikan penyelesaian numerik ke jenis yang ditentukan oleh fungsi
energi. Metode ini perlu menyelesaikan sistem persamaan tak linear pada
setiap langkah.
Tujuan dari perhitungan numerik adalah untuk mencari penyelesaian
numerik yang mendekati solusi yang tepat dengan sedekat mungkin
sehingga dalam menyelesaikan fungsi energi, penulis menggunakan
pendekatan dengan menggunakan penyelesaian numerik. Oleh karena itu
masuk akal bahwa fungsi energi dari penyelesaian numerik sedekat
mungkin dengan energi yang tepat.
Modifikasi yang dilakukan dalam karya ilmiah ini adalah dengan
mempertimbangkan sistem (1) dengan (2), menyajikan versi modifikasi
8
dari metode Runge-Kutta dengan gradien fungsi energi sehingga energi dari
penyelesaian numerik sedekat mungkin dengan energi awal. Tujuan
memodifikasi metode RK4 ini adalah untuk membandingkan keakuratan
hasil penyelesaian pendekatan analitik dengan hasil penyelesaian
pendekatan numerik pada persamaan pendulum sederhana.
Gradien dari 𝐸(𝑥) dapat didefinisikan sebagai berikut
∇𝐸(𝑥) = [𝜕𝐸(𝑥)
𝜕𝑥1,𝜕𝐸(𝑥)
𝜕𝑥2, … ,
𝜕𝐸(𝑥)
𝜕𝑥𝑑]
𝑇
dengan 𝑥 = [𝑥1, 𝑥2, … , 𝑥𝑑]𝑇
Formula modifikasi Runge-Kutta yang telah ditambahkan dengan
energi dapat dituliskan sebagai berikut
�̅�𝑛+1 = 𝑥𝑛+1 + 𝜆ℎ𝑝+1∇𝐸(𝑥𝑛+1)
dengan,
�̅�𝑛+1 = modifikasi Metode Runge Kutta.
𝑥𝑛+1 = Runge Kutta orde 4.
ℎ = interval
𝑝 = orde dari Runge-Kutta yang digunakan.
∇𝐸(𝑥𝑛+1) = gradien dari 𝐸(𝑥).
Dalam karya ilmiah ini, 𝜆 yang digunakan bernilai 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan penyelesaian persamaan pendulum
sederhana menggunakan pendekatan analitik dan numerik. Persamaan
pendulum sederhana yang diselesaikan melalui pendekatan analitik,
menggunakan konsep penyelesaian Persamaan Diferensial Biasa (PDB).
Sedangkan penyelesaian persamaan pendulum sederhana menggunakan
pendekatan numerik diselesaikan dengan metode RK4 beserta
modifikasinya dengan bantuan program SCILAB 6.0.1.
Pendekatan Analitik
Berdasarkan persamaan (5), persamaan diferensial tak linear untuk
pendulum sederhana tanpa pergeseran dapat dituliskan sebagai berikut
�̈� + 𝑎 sin 𝜃 = 0 (9)
dengan 𝑎 > 0 merupakan konstanta, serta 𝜃(𝑡) mengukur sudut yang
dibentuk oleh gaya tegang tali dan arah vertikal ke bawah.
9
Persamaan diferensial orde 2 tak linear tersebut didapatkan dari
penurunan persamaan pendulum sederhana. Penurunan lebih jelas dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Selanjutnya akan dicari penyelesaian analitik dari persamaan (9)
menggunakan pendekatan pada penyelesaian persamaan diferensial.
Persamaan diferensial orde 2 tak liner dapat direduksi menjadi bentuk
persamaan diferensial orde 1 yang dapat diselesaikan secara analitik.
Perluasan deret untuk sin 𝜃 dapat dituliskan sebagai berikut:
sin 𝜃 = 𝜃 −𝜃3
3!+
𝜃5
5!−
𝜃7
7!+
𝜃9
9!− ⋯
Untuk simpangan sudut yang kecil, besarnya sin 𝜃 dapat di sama
dengankan 𝜃, atau dengan kata lain sin 𝜃 ≈ 𝜃. Oleh karena itu, persamaan
(9) dapat dituliskan sebagai berikut
�̈� = −𝑎𝜃 (10)
yang merupakan persamaan diferensial orde 2 linear, sehingga dapat
diselesaikan dengan pendekatan analitik. Pada karya ilmiah ini, konstanta 𝑎
yang digunakan bernilai 1 atau berdasarkan persamaan (5), perbandingan
antara gaya gravitasi dengan panjang tali bernilai 1.
Solusi umum persamaan (10) adalah
𝜃(𝑡) = {𝐴1 sin 𝑡 + 𝐴2 cos 𝑡 𝐴3 sin −𝑡 + 𝐴4 cos −𝑡
.
Dengan nilai awal yang digunakan [𝜃(0), 𝜃′(0)]𝑇 = [2𝜋
3, 0]
𝑇
, maka
didapatkan solusi khusus sebagai berikut
𝜃(𝑡) = {
2𝜋
3cos 𝑡
2𝜋
3cos(−𝑡)
. (11)
Nilai 𝜃 pada rentang 0 ≤ 𝑡 ≤ 0.5 dengan ukuran langkah ℎ = 0.05
dituliskan dalam Tabel 1 sebagai berikut.
10
Tabel 1 Hasil perhitungan dengan pendekatan analitik untuk persamaan
pendulum sederhana
𝐭 𝜽(𝒕)𝑨𝒏𝒂𝒍𝒊𝒕𝒊𝒌
0 2.094
0.05 2.092
0.1 2.084
0.15 2.071
0.2 2.053
0.25 2.029
0.3 2.001
0.35 1.967
0.4 1.929
0.45 1.886
0.5 1.838
Grafik pendekatan analitik untuk persamaan pendulum dapat digambarkan
pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2 Grafik penyelesaian persamaan pendulum sederhana dengan
pendekatan analitik
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa pada saat 𝑡 = 0 , simpangan
yang dihasilkan oleh pendulum sebesar 2.094 dan seiring berjalannya waktu
simpangan yang dihasilkan akan semakin kecil mendekati titik
keseimbangan (𝜃 = 0). Nilai 𝜃 yang bernilai negatif menunjukkan posisi
tali pada pendulum berlawanan arah dari posisi 𝑡 = 0 . Besar simpangan
mula-mula turun sampai dengan nilai 𝑡 = 1.6 namun setelah melewati titik 𝑡
= 1.6 besar simpangan naik atau membesar sampai dengan 𝑡 = 3.2 dan
kembali turun mendekati titik kesetimbangan. Semakin bertambah nilai 𝑡
maka grafik akan terus berosilasi naik dan turun.
1 2 3 4 5t
2
1
1
2
11
Pendekatan Numerik
Sebelum digunakan dalam penyelesaian pendekatan numerik,
persamaan (9) yang berupa persamaan diferensial orde 2 tak linear tersebut
harus direduksi menjadi sistem persamaan diiferensial orde 1 terlebih
dahulu. Penurunan persamaan (9) dapat dituliskan sebagai berikut.
�̈� + 𝑎 sin 𝜃 = 0 → �̈� = −𝑎 sin 𝜃
dengan, 𝜃1(0) =2𝜋
3, 𝜃2(0) = 0
andaikan,
𝜃1 = 𝜃
𝜃2 = 𝜃1̇
𝜃2̇ = 𝜃1̈
𝜃2̇ = −𝑎 sin 𝜃
jadi, sistem persamaan diferensial orde 1 yang terbentuk adalah sebagai
berikut.
{𝜃1̇ = 𝜃2
𝜃2̇ = −𝑎 sin 𝜃
dengan nilai awal, 𝜃1(0) =2𝜋
3, 𝜃2(0) = 0.
Fungsi energi yang terkait dengan persamaan pendulum tersebut adalah
sebagai berikut.
𝐸(𝜃1, 𝜃2) =1
2𝜃2
2 + 1 − cos 𝜃1 ,
dengan, ∇𝐸(𝜃) = [𝜕𝐸(𝜃)
𝜕𝜃1,
𝜕𝐸(𝜃)
𝜕𝜃2, … ,
𝜕𝐸(𝜃)
𝜕𝜃𝑑]
𝑇
dan 𝜃 = [𝜃1, 𝜃2, … , 𝜃𝑑]𝑇. Untuk
persamaan pendulum diperoleh ∇𝐸(𝜃) = [ sin 𝜃1 , 𝜃2]𝑇 dan 𝑥 = [𝜃1, 𝜃2]𝑇.
Setelah diturunkan menjadi sistem persamaan diferensial orde 1,
maka penyelesaian pendekatan numerik dapat dilakukan. Formulasi yang
harus diselesaikan pada penyelesaian numerik adalah sebagai berikut.
�̅�𝑛+1 = 𝜃𝑛+1 + ℎ𝑝+1∇𝐸(𝜃𝑛+1)
dengan, 𝑝 = 4 dan ℎ = 0,05.
Formulasi tersebut diterapkan menggunakan bantuan software
SCILAB 6.0.1. Metode yang digunakan adalah metode RK4 klasik serta
metode RK4 modif. Perbedaan kedua metode tersebut adalah pada metode
RK4 modif terdapat fungsi energi. Fungsi energi tersebut dibubuhkan agar
energi yang\ dibutuhkan mendekati energi awal.
12
Hasil penyelesaian numerik menggunakan metode RK4 serta metode
RK4 modif dengan bantuan program SCILAB 6.0.1, dengan nilai 𝑡 yang
digunakan dari rentang 0 sampai dengan 0,5 dan ℎ = 0.05 dapat dituliskan
dalam Tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2 Hasil penyelesaian numerik menggunakan metode RK4 serta
metode RK4 modif
𝐭 𝜽(𝒕)𝑹𝑲 𝟒 𝜽(𝒕)𝑴𝒐𝒅𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒔𝒊
0 2.0933125 2.0933127
0.05 2.0900632 2.0900634
0.1 2.0846432 2.0846435
0.15 2.0770459 2.0770462
0.2 2.0672619 2.0672622
0.25 2.0552796 2.0552799
0.3 2.0410848 2.0410851
0.35 2.0246612 2.0246615
0.4 2.0059906 2.0059909
0.45 1.9850529 1.9850532
0.5 1.9618266 1.9618268
Grafik penyelesaian numerik menggunakan metode RK4 serta metode RK4
modif dapat digambarkan pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3 Grafik penyelesaian pendekatan numerik persamaan pendulum
sederhana menggunakan metode RK4 dan
modifikasinya
Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa grafik hasil penyelesaian
menggunakan pendekatan numerik pada persamaan pendulum
menggunakan metode RK4 beserta modifikasinya, menyerupai hasil dari
pendekatan analitiknya pada Gambar 2. Mula-mula pada saat 𝑡 = 0,
simpangan yang dihasilkan oleh pendulum sebesar 2.093 dan seiring
13
berjalannya waktu, simpangan yang dihasilkan semakin kecil mendekati
titik kesetimbangan (𝜃 = 0) dengan waktu yang ditempuh untuk mencapai
titik 𝜃 = 0 adalah 𝑡 = 2.1. Setelah melewati 𝑡 = 2.1, simpangan kembali
naik sampai dengan pada saat 𝑡 = 4.7. Jika waktu 𝑡 terus diperbesar, maka
grafik yang dihasilkan menggambarkan proses osilasi secara terus menerus.
Secara lebih detail penyelesaian pendekatan numerik persamaan
pendulum sederhana menggunakan metode RK4 dengan modifikasinya
ditunjukkan pada Gambar 4 berikut, yang merupakan perbesaran dari
Gambar 3.
Gambar 4 Grafik perbesaran penyelesaian pendekatan numerik persamaan
pendulum sederhana menggunakan metode RK4 dan
modifikasinya
Persamaan pendulum sederhana dapat pula diselesaikan menggunakan
bantuan program Mathematica 11. Hasil penyelesaian numerik
menggunakan program Mathematica 11 disajikan dalam Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Hasil perhitungan dengan pendekatan numerik untuk persamaan
pendulum sederhana menggunakan Mathematica 11
𝒕 𝜽(𝒕)𝑴𝒂𝒕𝒉𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄𝒂
0 2.094
0.05 2.093
0.1 2.090
0.15 2.085
0.2 2.077
0.25 2.067
0.3 2.055
0.35 2.041
0.4 2.025
0.45 2.006
0.5 1.985
14
Grafik penyelesaian pendekatan numerik dengan bantuan program
Mathematica 11 diberikan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5 Grafik penyelesaian pendekatan numerik dengan bantuan
program Mathematica 11
Berdasarkan Gambar 5, terlihat bahwa grafik yang dihasilkan pada
penyelesaian pendekatan numerik dengan program Mathematica 11 mirip
dengan penyelesaian dengan pendekatan analitik. Mula-mula pada saat 𝑡 =
0, simpangan yang dihasilkan oleh pendulum sebesar 2.094 dan seiring
berjalannya waktu, simpangan yang dihasilkan semakin kecil mendekati
titik kesetimbangan (𝜃 = 0) dengan waktu yang ditempuh untuk mencapai
titik 𝜃 = 0 adalah 𝑡 = 2.15. Setelah melewati 𝑡 = 2.15, simpangan kembali
naik sampai dengan pada saat 𝑡 = 3.1. Jika waktu 𝑡 terus diperbesar, maka
grafik yang dihasilkan menggambarkan proses osilasi secara terus menerus.
Secara umum, hasil penyelesaian pendekatan numerik menggunakan
program Mathematica 11 lebih mirip dengan hasil penyelesaian pendekatan
numerik menggunakan SCILAB 6.0.1.
Perbandingan antara pendekatan Analitik dan Numerik
Berdasarkan Tabel (1), (2), dan (3) dapat dihitung galat relatif yang
dihasilkan dari masing-masing pendekatan analitik dan numerik yang
disajikan pada Tabel 4.
1 2 3 4 5t
2
1
1
2
15
Tabel 4 Galat antara penyelesaian persamaan pendulum dengan
pendekatan numerik dan pendekatan analitik
𝒕 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭𝐑𝐊 𝟒∗) 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐑𝐊 𝟒 𝐌𝐨𝐝𝐢𝐟∗) 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐑𝐊 𝟒∗∗) 𝐆𝐚𝐥𝐚𝐭 𝐑𝐊 𝟒 𝐌𝐨𝐝𝐢𝐟∗∗)
0 0.0005169 0.0005168 0.0003283 0.0003282
0.05 0.0008196 0.0008196 0.0014032 0.0014031
0.1 0.0003413 0.0003415 0.0025631 0.0025629
0.15 0.0029787 0.0029789 0.0038149 0.0038148
0.2 0.0071202 0.0071203 0.0046885 0.0046884
0.25 0.0128095 0.0128097 0.0056702 0.0056701
0.3 0.0201078 0.0201080 0.0067714 0.0067712
0.35 0.0290958 0.0290960 0.0080053 0.0080051
0.4 0.0398768 0.0398770 0.0093874 0.0093872
0.45 0.0525803 0.0525805 0.0104422 0.0104421
0.5 0.0673676 0.0673677 0.0116743 0.0116742
∗) Dibandingkan dengan pendekatan penyelesaian analitik ∗∗) Dibandingkan dengan pendekatan Mathematica 11
Tabel 4 menunjukkan bahwa galat metode Runge-Kutta modifikasi
yang dibandingkan dengan pendekatan analitik bernilai lebih kecil pada dua
iterasi pertama jika dibandingkan dengan yang klasik. Hal tersebut karena
dalam menghitung pendekatan analitik, penyelesaiannya menggunakan
pendekatan sin 𝜃 ≈ 𝜃 yang mengharuskan nilai 𝜃 bernilai sangat kecil,
sehingga yang masuk dalam kriteria tersebut hanya dua iterasi pertama dan
selebihnya dianggap tidak memenuhi kriteria. Selanjutnya jika
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari Mathematica 11, terlihat
bahwa galat modifikasi Runge-Kutta lebih kecil. Dengan demikian, secara
umum dapat disimpulkan bahwa hasil penyelesaian persamaan pendulum
menggunakan metode RK4 modif lebih akurat dibandingkan dengan metode
RK4 klasik.
Gambar 6 Galat tiga dimensi antara penyelesaian dengan pendekatan
numerik dan penyelesaian berupa pendekatan analitik
0.000000000
0.020000000
0.040000000
0.060000000
0.080000000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ɛ
tError relatif RK 4 Error relatif RK Modif
Error relatif Mathematica vs RK 4 Error relatif Mathematica vs RK modif
16
Grafik pada Gambar 6 digunakan grafik 3D disebabkan karena
perbandingan antara grafik satu dengan yang lainnya sangat berdekatan
yang mengakibatkan tidak dapat dibandingkan perbedaannya. Dengan grafik
3D dapat dilihat selisih dari masing-masing grafik yang ada.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penyelesaian persamaan
pendulum menggunakan pendekatan analitik dan pendekatan numerik.
Galat relatif antara pendekatan analitik dan pendekatan numerik RK4
modif lebih baik dibandingkan dengan pendekatan numerik metode RK4
klasik untuk simpangan yang kecil. Selanjutnya, jika hasil perhitungan
numerik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan Mathematica 11, dapat dilihat bahwa galat relatif metode
RK4 modif lebih baik dibandingkan galat relatif metode RK4.
Dapat disimpulkan, secara umum hasil penyelesaian persamaan
pendulum menggunakan metode RK4 modif lebih akurat dibandingkan
dengan metode RK4.
Saran
Penyelesaian persamaan pendulum sederhana dengan metode RK4
modif dapat dibahas lebih lanjut dengan menggunakan nilai 𝜆 ≠ 1.
17
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, T. 2010. Masalah Galat Penjejakan Minimum pada Sistem
Pendulum Terbalik. Jurnal Matematika dan Aplikasinya. 9(1):11-17.
Boyce W.E and DiPrima, R.C. 2012. Elementary Differential Equations,
10𝑡ℎ𝑒𝑑. New York : John Wiley & Sons.Inc.
Edisusanto, B. 2008. Pemodelan Sistem Pendulum Terbalik dengan
Lintasan Miring dan Karakterisitik Parameter pada Masalah Tracking
Error Optimal. Thesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Farlow SJ, Hall JE, McDill JM, et al. 2007. Differential Equations and
Linear Algebra, 2𝑛𝑑𝑒𝑑 . New York : McGraw-Hill, Inc.
Hu, Guang-Da. 2014. A Modified Version of Explicit Runge-Kutta Methods
for Energy-Preserving. Beijing. University of Science and
Technology Beijing.
Mathews, J.H and Kurtis, D.F. 1999. Numerical Methods Using MATLAB
3𝑟𝑑 𝑒𝑑. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Tipler, P.A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Penurunan persamaan diferensial orde 2 menjadi sistem
persamaan diferensial orde 1
�̈� + 𝑎 sin 𝜃 = 0 → �̈� = −𝑎 sin 𝜃
dengan, 𝜃1(0) =2𝜋
3, 𝜃2(0) = 0
andaikan,
𝜃1 = 𝜃 𝜃2 = 𝜃1̇
𝜃2̇ = 𝜃1̈
𝜃2̇ = −𝑎 sin 𝜃
jadi, sistem persamaan diferensial orde 1 yang terbentuk adalah sebagai
berikut.
{𝜃1̇ = 𝜃2
𝜃2̇ = −𝑎 sin 𝜃
dengan nilai awal, 𝜃1(0) =2𝜋
3, 𝜃2(0) = 0
Lampiran 2 Penurunan persamaan persamaan pendulum sederhana
Persamaan gerak harmonik sederhana dari sebuah berdasarkan
Hukum II Newton dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐹 = 𝑚𝑎
Percepatan karena gaya gravitasi akan menjadi fungsi 𝜃. Pada saat 𝜃 =𝜋
2→
|𝑎| = 𝑔 dan saat 𝜃 = 0 → 𝑎 = 0 , dengan mempertimbangkan hubungan
antara percepatan dan 𝜃, maka didapatkan persamaan sebagai berikut:
𝑎 = −𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 (12)
Panjang busur (𝑎𝑟𝑐𝐿) pada dapat dianggap sebagai posisi dari sistem. Dapat
dituliskan sebagai berikut:
𝑎𝑟𝑐𝐿 = 𝐿 𝜃
Sehingga percepatan pada sistem dapat dituliskan sebagai:
𝑎 = 𝐿𝑑2𝜃
𝑑𝑡2 (13)
19
Substitusikan persamaan (12) dan (13), maka didapatkan persamaan gerak
harmonik sederhana pada pendulum sebagai berikut:
𝑑2𝜃
𝑑𝑡2+
𝑔
𝐿sin 𝜃 = 0 (14)
dengan,
𝑚 = massa beban yang menggantung (𝐾𝑔)
𝑎 = percepatan(𝑚
𝑠2)
𝑔 = gaya gravitasi (= 9,8𝑚
𝑠2)
𝐿 = panjang tali (𝑚)
𝜃 = simpangan (𝑟𝑎𝑑)
𝑡 = waktu (𝑠)
Lampiran 3 Pendekatan berdasarkan simpangan sudut yang kecil
Suatu persamaan diferensial dapat direduksi menjadi bentuk yang
dapat diselesaikan secara analitik. Perluasan deret untuk sin 𝜃 dapat
dituliskan sebagai berikut:
sin 𝜃 = 𝜃 −𝜃3
3!+
𝜃5
5!−
𝜃7
7!+
𝜃9
9!− ⋯
Untuk simpangan sudut yang kecil, besarnya sin 𝜃 dapat di sama dengankan
𝜃. Untuk perpindahan yang kecil, persamaan (5) dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑑2𝜃
𝑑𝑡2+
𝑔
𝐿𝜃 = 0
Persamaan tersebut mendekati persamaan (14) dan lebih mudah untuk
diselesaikan.
𝑑2𝜃
𝑑𝑡2≈ −
𝑔
𝐿𝜃
𝑚2 +𝑔
𝐿𝜃 = 0
𝑚 = ±√𝑔
𝐿𝑖
Dengan menggunakan kasus akar kompleks untuk penyelesaian
persamaan diferensial orde 2, didapatkan hasil sebagai berikut:
𝑦(𝑡) = 𝑒𝑎𝑡[𝐴1 cos(𝑏𝑡) + 𝐴2 sin(𝑏𝑡)] (15)
20
Selesaikan konstanta 𝐴1 dan 𝐴2 dengan memasukkan nilai awal 𝜃(0) =2𝜋
3
dan 𝜃′(0) = 0 pada persamaan (15). Sehingga didapatkan solusi umum
sebagai berikut:
𝜃(𝑡) =2𝜋
3 cos √
𝑔
𝐿𝑡 (16)
Lampiran 4 Program penyelesaian persamaan pendulum sederhana
menggunakan Mathematica 11
1. program Mathematica 11 yang digunakan untuk membuat grafik pada
penyelesaian pendekatan analitik persamaan pendulum sederhana
adalah sebagai berikut:
Plot[(2 ∗ Pi) 3⁄ Cos[𝑥], {𝑥, 0,5}, PlotRange → All, AxesLabel → {𝑡, 𝜃}]
2. program penyelesaian pendekatan numerik persamaan pendulum
sederhana dengan program Mathematica 11
𝑠 = NDSolve[{𝑥''[𝑡] + Sin[𝑥[𝑡]] == 0, 𝑥[0] == (2 ∗ Pi) 3⁄ , 𝑥′[0] ==0}, 𝑥, {𝑡, 0,100}]
Plot[Evaluate[𝑥[𝑡]/. 𝑠], {𝑡, 0,5}, PlotRange → All, AxesLabel → {𝑡, 𝜃}]
Lampiran 5 Program penyelesaian persamaan pendulum sederhana
menggunakan SCILAB 6.0.1
Program yang digunakan untuk penyelesaian pendekatan numerik
persamaan pendulum sederhana dengan menggunakan program SCILAB
6.0.1 adalah sebagai berikut..
function f=F(n, t, x)
f(1)=x(2);
f(2)=-sin(x(1));
endfunction
Dan program persamaan diferensial pada karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
function [y, z]=rk4_sistem1(nsteps)
x=[((2*%pi)/3),0];
n=length(x);
t=0;
h=0.05;
b=h^5;
y=zeros(1,n);
hasil=[];
m=[];
21
u=[];
p=0;
x2 = zeros(nsteps,2);
for j=1:nsteps
K(1:n,1)=F(n,t,x);
for i=1:n,
y(i)=x(i)+(h/2)*K(i,1);
end
K(1:n,2)=F(n,t+(h/2),y);
for i=1:n,
y(i)=x(i)+(h/2)*K(i,2);
end
K(1:n,3)=F(n,t+(h/2),y);
for i=1:n,
y(i)=x(i)+h*K(i,3);
end
K(1:n,4)=F(n,t+h,y);
for i=1:n,
x(i)=x(i)+(h/6)*(K(i,1)+2*K(i,2)+2*K(i,3)+K(i,4));
hasil=[hasil;j x(i)];
end
t=t+h;
end
for i = 1:nsteps
m=[m;i hasil(2*i-1,2) hasil(2*i,2)]
end
y=[m(:,2) m(:,3)]
for i =1:nsteps
z=[m(:,2) m(:,3)]+b*[sin(m(:,2)) m(:,3)];
end
disp("Solusi PDB RK4:")
for i=1:nsteps
u=[u;p]
p=p+h
end
plot(u,z(:,1),'r')
//plot(u,z(:,2),'g')
plot(u,y(:,1),'b')
//plot(u,y(:,2),'c')
xtitle( ' ', 't', 'θ' ) ;
hl=legend(['RK 4 modif';'RK 4 klasik']);
disp(u)
endfunction
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 Juni 1996 dari pasangan
bapak Pujiyono dan ibu Parsih. Penulis merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 74 Jakarta dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Undangan dan diterima di Departemen Matematika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menempuh studi S1 di IPB, penulis aktif berbagai kegiatan
non-akademik, diantaranya penulis pernah diamanahkan sebagai BPG
(Badan Pengawas Gumatika) Departemen PSDM (Pengembangan Sumber
Daya Mahasiswa) periode 2015-2016, Ketua Pemira (Pemilihan Raya)
Gumatika tahun 2016 dan Bendahara BPG periode 2016-2017. Selain itu,
penulis pernah menjadi Bendahara Divisi Konsumsi dalam acara
Matematika Ria 2016, Anggota Divisi Konsumsi dalam acara Matematika
Ria 2017, Bendahara Divisi Konsumsi dalam acara IPB Mathematics
Challenge (IMC) 2016 dan Ketua Divisi Konsumsi dalam acara IPB
Mathematics Challenge (IMC) 2017.