modifikasi desain jalan babat - bts. kab. jombang...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR TERAPAN – RC 145501
MODIFIKASI DESAIN JALAN BABAT - BTS.
KAB. JOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN
RIGID PAVEMENT PADA STA 5+400 – STA
9+400 DI KABUPATEN LAMONGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa
FAJAR MALIK
NRP : 3114 030 134
REZA ALFATHAN PURNADI
NRP : 3114 030 146
Dosen Pembimbing
Ir. Ahmad Faiz Hadi Prayitno, M.S
NIP : 196303101989081004
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA (2017)
TUGAS AKHIR TERAPAN – RC 145501
MODIFIKASI DESAIN JALAN BABAT - BTS.
KAB. JOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN
RIGID PAVEMENT PADA STA 5+400 – STA
9+400 DI KABUPATEN LAMONGAN
PROVINSI JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa
FAJAR MALIK
NRP : 3114 030 134
REZA ALFATHAN PURNADI
NRP : 3114 030 146
Dosen Pembimbing
Ir. Ahmad Faiz Hadi Prayitno, M.S
NIP : 196303101989081004
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA (2017)
APPLIED FINAL PROJECT – RC 145501
DESIGN MODIFICATION ROAD OF BABAT –
JOMBANG DISTRICT BOUNDARY USING
RIGID PAVEMENT IN STA 5+400 – STA 9
+400 LAMONGAN DISTRICT EAST JAVA
PROVINCE
Student Name
FAJAR MALIK
NRP : 3114 030 134
REZA ALFATHAN PURNADI
NRP : 3114 030 146
Consellor Lecture
Ir. Ahmad Faiz Hadi Prayitno, M.S
NIP : 196303101989081004
CIVIL ENGINEERING DIPLOMA 3 DEGREE
CIVIL INFRASTRUCTURE ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF VOCATION
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA (2017)
LEMBAR PENGESAHAN
:\10DIFIKASI DESAIN JALAN BABAT- BTS. KAB. JOMBANG PADA STA 5+400- STA 9+400 DENGAN
MENGGUNAKAN RIGID PAVEMENTDI KABUPATEN LAMONGAN PROVISIJAWA TIMUR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Departemen Teknik Infrastmktur Sipil
Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Smabaya
.\lAHASlSWA I
FAJARMALIK ~RP: 3114030134
Disusun OJeh: MAHA.SISW A II
~ REZA ALFATHAN P
NRP:3114030146
2 4 JUL 2017
NIP: 196303101989081004
Surabaya, 21 Juli 2017
i
MODIFIKASI DESAIN JALAN BABAT – BTS. KAB. JOMBANG DENGAN MENGGUNAKAN RIGID PAVEMENT PADA STA 5+400 – STA 9 +400 DI
KABUPATEN LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR Nama Mahasiswa 1 : Fajar Malik NRP Mahasiswa 1 : 3114030134 Nama Mahasiswa 2 : Reza Alfathan Purnadi NRP Mahasiswa 2 : 3114030146 Departemen : Teknik Infrastruktur Sipil Bidang Studi : Bangunan Transportasi Dosen Pembimbing : Ir. Achmad Faiz Hadi P,.MS NIP : 19630310 1989031 004
ABSTRAK Ruas jalan Babat – Bts. Kab. Jombang merupakan salah
satu akses yag menghubungkan kota Babat dan dan kabupaten Jombang. Ruas jalan tersebut di prediksi akan dilalui oleh beberapa kendaraan berat. Selain itu jalan tersebut sering terganggu akibat longsornya tebing di sekitar ruas jalan yang mengakibatkan terganggunya pengguna jalan. Proyek peningkatan jalan Babat – Bts. Kab. Jombang merupakan proyek peningkatan jalan yang bertujuan untuk mengembalikan kualitas jalan dan memberikan pelayanan yang lebih baik pada pengguna jalan.
Perencanaan peningkatan ruas jalan Babat – Bts. Kab.
Jombang STA 5+400 – STA 9+400 ini menggunakan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement) dengan pertimbangan umur rencana yang lebih panjang yaitu 20 tahun. Analisa perhitungan yang dilakukan pada perencanaan jalan ini diantaranya analisa kapasitas jalan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, perhitungan tebal perkerasan kaku dengan menggunakan Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003), kontrol geometrik jalan dengan
`
ii
menggunakan Perencanaan Geometrik Jalan, Perencanaan Drainase dengan metode SNI 03-342-1994, dan perencanaan anggaran biaya menggunakan buku petunjuk teknis Harga Satuan Pokok (HSPK) 2015 ditambah dengan perkiraan kenaikan harga barang sesuai hingga tahun 2017 berdasarkan data inflasi Bank Indonesia (Mei 2017). Dari hasil perhitungan derajat kejenuhan pada awal tahun rencana s/d akhir umur rencana (2016-2036) untuk perencanaan ruas jalan tersebut didapatkan kesimpulan bahwa jalan tersebut tidak membutuhkan pelebaran. Tebal untuk perkerasan kaku adalah 20 cm dengan beton K-400. Hasil analisa kontrol geometrik jalan yang dilakukan tidak terdapat perubahan geometrik jalan pada ruas jalan ini. Perencanaan saluran tepi drainase menggunakan beton pracetak tipe U-Ditch dengan dimensi drainase yang bervariasi. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan proyek ini adalah sebesar Rp. 13.533.153.176,18 (Terbilang Tiga belas Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Juta Seratus Lima Puluh Tiga Ribu Seratus Tujuh Puluh Enam Rupiah). Kata kunci : Perkerasan Beton Semen, Geometrik Jalan, Drainase.
`
iii
DESIGN MODIFICATION ROAD OF BABAT – JOMBANG DISTRICT BOUNDARY
USING RIGID PAVEMENT IN STA 5+400 – STA 9 +400 LAMONGAN DISTRICT EAST JAVA PROVINCE
Student Name 1 : Fajar Malik Student’s ID 1 : 3114030134 Student Name 2 : Reza Alfathan Purnadi Student’s ID 2 : 3114030146 Department : Teknik Infrastruktur Sipil Field of Study : Bangunan Transportasi Consellor Lecture : Ir. Achmad Faiz Hadi P,.MS Lecture’s ID : 19630310 1989031 004
ABSTRACT
Segment of road Babat – Jombang district is one of road access which connected between Babat and Jombang district. That road is predicted and will be acrossed by Heavy. Project improvement road of Pacitan – Ponorogo district is the improvement road project to restore the quality of road and give better service for the road users by give prevention method against the landslide that may occur at several point along the road
The planning of road improvement in road Babat –
Jombang district STA 5+400 – STA 9+400 is using a rigid pavement structure with a longer age of planning considerations for 20 years. The method used in the planning of this road include road capacity analysis using Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, the calculating of rigid pavement thickness by using the Planning Guildlines Cement Concrete Pavement Road (Pd T-14-2003), Geometric Control path by using Geometric Roads Planning, Drainage planning by SNI 03-342- 1994, the budget plan by using Technical Manuals Principal Activities Unit Price
`
iv
(HSPK) 2015 with addition of increase price of goods untill May 2017 based on Inflation Data Bank of Indonesia. Based from the calculation of the degree of saturation on the first year of planning until the end year of planning (year 2017-2037) for the planning of road is concluded that road does not need to be widened. The thickness of rigid pavement is 20 cm using K-400 concrete. The result of the road geometrical control that conducted is there is no changing of road geometrical in this road. The planning of drainage channel using a square form with a varied dimensions. The cost that needed for this project construction is Rp. 13.533.153.176,18 (Said, Thirteen Billion and Five Hundred and Thirty Three Million One Hundred and Fifty Three Thousand One Hundred and Seventy Six Rupiah). Keywords: Rigid Pavement, Geometric, Drainage.
`
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Modifikasi Desain Jalan Babat – Bts. Kab. Jombang STA 5 + 400 – STA 9 + 400 Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur ini dengan baik dan lancar. Segala hambatan dan rintangan yang telah kami alami dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini telah menjadi sebuah pelajaran dan pengalaman berharga bagi kami untuk meningkatkan kinerja kami.
Terwujudnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan, serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih yang sebesar-besarmya patut kami berikan kepada :
1. Orang tua, yang selalu membantu, baik secara moral maupun material.
2. Ir. Achmad Faiz Hadi Prayitno, MS, selaku dosen pembimbing kami, yang senantiasa membimbing dan mengarahkan kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.
3. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tgas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat dan bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Tetapi, tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan kami. Kami menyadari, bahwa dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan koreksi dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Surabaya, Juli 2017
`
vi
URAIAN SINGKAT
Transportasi adalah salah satu bagian dari kebutuhan dan kepentingan keseluruhan manusia yang disebabkan oleh adanya suatu sistem pergerakan atau perpindahan objek, baik berupa manusia ataupun barang dari satu tempat asal ke tempat tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan jalan, di mana jalan itu sendiri merupakan prasarana perhubungan darat yang mempunyai peranan penting untuk memperlancar kegiatan ekonomi di suatu daerah. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan melaksanakan pembangunan Jalan Lingkar Luar Timur Surabaya yang dikarenakan arus lalu lintas yang melewati semakin hari semakin bertambah padat.
Modifikasi Desain Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 ini menggunakan struktur perkerasan kaku (Rigid Pavement) dengan pertimbangan umur rencana yang lebih panjang yaitu 20 tahun. Analisa perhitungan yang dilakukan pada perencanaan jalan ini diantaranya analisa kapasitas jalan dengan menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, perhitungan tebal perkerasan kaku dengan menggunakan Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Pd T-14-2003), kontrol geometrik jalan dengan menggunakan Perencanaan Geometrik Jalan, Perencanaan Drainase dengan metode SNI 03-342-1994, dan perencanaan anggaran biaya menggunakan buku petunjuk teknis
Kata kunci : Perkerasan Beton Semen, Geometrik Jalan, Drainase.
`
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................... v
URAIAN SINGKAT ................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................. xvi
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................... 2
1.3 Batasan Masalah .................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ................................................... 3
1.5 Manfaat Penulisan ................................................. 3
1.6 Lokasi .......................................................................... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 5
2.1 Umum.................................................................... 5
2.2 Kapasitas Jalan ...................................................... 6
2.2.1 Analisa Kapasitas Jalan ............................. 6
2.2.2 Menentukan Kelas Jalan ............................ 6
2.2.3 Pertumbuhan Lalu Lintas Tahunan ............ 8
2.2.4 Kapasitas Jalan (C) .................................... 8
`
viii
2.3 Kontrol Geometrik Jalan ..................................... 18
2.3.1 Sistem Jaringan ........................................ 19
2.3.2 Jarak Pandang .......................................... 19
2.3.3 Penampang Melintang ............................. 23
2.3.4 Alinyemen Horizontal.............................. 27
2.3.5 Alinyemen Vertikal ................................. 34
2.4 Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) 40
2.4.1. Struktur Dan Jenis Perkerasan ................ 42
2.4.2 Persyaratan Teknis ................................... 43
2.4.3 Beton Semen ............................................ 47
2.4.4 Penentuan Besaran Rencana .................... 47
2.4.5 Perencanaan Sambungan ......................... 52
2.4.6 Prosedur Perencanaan .............................. 55
2.4.7 Perencanaan Tulangan ............................. 62
2.5 Perencanaan Drainase Untuk Saluran Tepi .......... 63
2.5.1. Analisa Data Hidrologi ........................... 64
2.6 Rencana Anggaran Biaya ............................................ 74
2.6.1. Umum ..................................................... 74
2.6.2. Volume Pekerjaan ................................... 75
2.6.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan ............. 75
`
ix
BAB III
METODOLOGI ....................................................................... 77
3.1 Pekerjaan Persiapan ............................................. 77
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan data ..................... 78
3.4 Survey Lokasi ...................................................... 78
3.5 Analisis dan Pengolahan Data ............................. 78
3.6 Kontrol Geometrik Jalan ..................................... 79
3.7 Desain Struktur Perkerasan Kaku ........................ 79
3.8 Desain Drainase ................................................... 80
3.9 Gambar Rencana ................................................. 80
3.10 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) ..... 80
3.11 Kesimpulan dan Saran ......................................... 80
BAB IV
PENGUMPULAN DATA ........................................................ 85
4.1 Umum.................................................................. 85
4.2 Pengumpulan Data .............................................. 86
4.2.1 Peta Lokasi .............................................. 86
4.2.2 Data Geometrik Jalan raya ....................... 86
4.2.3 Data Lalu Lintas ......................................... 87
4.2.4 Data CBR ................................................... 88
4.2.5 Data Curah Hujan ....................................... 89
4.2.6 Gambar Kondisi Eksisting .......................... 90
4.3 Penyajian Data ..................................................... 90
4.3.1 Data Lalu Lintas ...................................... 90
`
x
4.3.2 Data Curah hujan ..................................... 93
BAB V
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA ................................ 99
5.1 Analisa Data Lalu Lintas ..................................... 99
5.1.1 FAsitas Kondisi Jalan Eksisting .............. 99
5.2 Perencanaan Geometrik Jalan ............................ 108
5.2.1 Kontrol Alinyemen ............................... 108
5.3 Koordinasi alinyemen .............................................. 124
5.4 Perencanaan Perkerasan .................................... 125
5.4.1 Analisa Lalu Lintas ................................ 125
5.4.2 Perhitungan Tebal Perkerasan ................ 136
5.4.3 Analisa CBR .......................................... 137
5.4.4 Pondasi Bawah ...................................... 138
5.4.5 Beton Semen .......................................... 138
5.4.6 Umur Rencana ....................................... 138
5.4.7 Perhitungan Tebal Pelat Beton ............... 138
5.5 Perhitungan Penulangan dan Sambungan .......... 148
5.6 Perencanaan Sistem Drainase ............................ 153
5.6.1 Pengolahan Data Curah Hujan ............... 154
5.6.2 Penentuan Dimensi Drainase ............................. 158
`
xi
BAB VI
METODE PELAKSANAAN ................................................. 165
6.1 Metode Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan Babat – Bts.Kab Jombang STA 5+400 – 9+400 dengan Menggunakan Perkerasan Kaku ..................................... 165
6.1.1 Urutan Pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 dengan Menggunakan Perkerasan Kaku ............ 165
6.1.2 Skema Pengaturan Lalu Lintas .............. 183
BAB VII
RENCANA ANGGARAN BIAYA ........................................ 185
7.1 Volume Pekerjaan ............................................. 185
7.2 Daftar Harga Satuan .......................................... 189
7.3 Harga Satuan Pokok Pekerjaan .......................... 191
7.4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya .............. 200
BAB VIII
PENUTUP ............................................................................. 203
8.1 Kesimpulan ....................................................... 203
8.2 Saran.................................................................. 207
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 208
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Bebas Hambatan .............. 9
Tabel 2.2 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) ................................................................................... 10
Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah (FCSP) ................................................................................... 11
Tabel 2.4 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan ....................... 12
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) ............................................................................. 13
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arag (FCSP) ................................................................................... 14
Tabel 2.7 Kriteria Kelas Hambatan Samping ............................ 15
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) Pada Jalan Perkotaan Dengan Bahu ................................................................................... 16
Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Ukuran Kota (FCCS) ... 17
Tabel 2.10 Jarak Pandang Henti Minimum ............................... 21
Tabel 2.11 Jarak Pandang Menyiap minimum........................... 22
Tabel 2.12 Tipe – Tipe Jalan ..................................................... 23
Tabel 2.13 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan ............................ 24
Tabel 2.14 Lebar Median Jalan dan Lebar Jalur Tepian ............ 27
Tabel 2.15 Panjang Bagian Lengkung Minimum ...................... 33
Tabel 2.16 Kelandaian Maksimum yang Diijinkan untuk Jalan Arteri Perkotaan ....................................................................... 34
Tabel 2.17 Kontrol Perencanaan Untuk Lengkung Vertikal Cembung Berdasarkan Jarak Pandang Henti ............................. 36
`
xiii
Tabel 2.18 Kontrol Perencanaan Untuk Lengkung Vertikal Cekung Berdasarkan Jarak Pandang Henti ............................... 38
Tabel 2.19 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana 49
Tabel 2. 20 Faktor keamanan beban ......................................... 51
Tabel 2. 21 Langkah-Langkah Perencanaan Beton Semen ........ 57
Tabel 2. 22 Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton .............................................................................. 59
Tabel 2. 23 Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton .............................................................................. 64
Tabel 2. 24 Hubungan Kemiringan Selokan Samping dan Jenis Material 64
Tabel 2. 25 Periode Ulang ........................................................ 67
Tabel 2. 26 Nilai Yn ................................................................. 67
Tabel 2. 27 Nilai Sn ................................................................. 68
Tabel 2. 28 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien Hambatan ................................................................................. 70
Tabel 2. 29 Kecepatan Aliran yang Diizinkan Berdasarkan Jenis Material 71
Tabel 2. 30 Kemiringan Melintang Perkerasan Bahu Jalan ....... 73
Tabel 4.1 Karakteristik Jalan .................................................... 87
Tabel 4.2 Volume LHR dari Tahun 2012-2014 ........................ 87
Tabel 4.3 Nilai CBR untuk Ruas Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 ................................................................. 88
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Tahun 2005-2014......................... 89
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pertumbuhan Lalu Lintas Tiap Kendaraan ................................................................................... 92
Tabel 4.6 Menentukan Standar Deviasi dari Data Curah Hujan ................................................................................... 93
`
xiv
Tabel 4.7 Nilai Yn .................................................................... 94
Tabel 4.8 Nilai Yt ..................................................................... 95
Tabel 4.9 Nilai Sn ..................................................................... 95
Tabel 5.1 Rekapitulasi Perhitungan ΔH .................................... 99
Tabel 5.2 Rekapitulasi Sudut (Δ) Alinyemen Horizontal ......... 101
Tabel 5.3 Tipe Alinyemen Berdasaran .................................... 102
Tabel 5.4 Kapasitas Dasar pada Jalan Luar ............................. 102
Tabel 5.5 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu ........... 103
Tabel 5.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah ........ 104
Tabel 5.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan ..... 104
Tabel 5.8 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan Eksisting 2/2 UD Tahun 2016 ........................................ 106
Tabel 5.9 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Eksisting 2/2 UD Tahun 2037 ................................................. 106
Tabel 5.10 Rekapitulasi Perhitungan DS ................................. 107
Tabel 5.11 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Horizontal ... 113
Tabel 5.12 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Vertikal ....... 121
Tabel 5.13 Rekapitulasi Kontrol Fase Alinyemen ................... 124
Tabel 5.14 Pertumbuhan rata-rata kendaraan .......................... 125
Tabel 5.15 Data Muatan dan Pengelompokan Kendaraan Niaga ................................................................................. 126
Tabel 5.16 Pembagian Sumbu As (berdasarkan pengukuran beban) ................................................................................. 126
Tabel 5.17 Data Lalu Lintas Rencana Tahun 2017 .................. 131
Tabel 5.18 Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan ................. 132
Tabel 5.19 Jumlah Lajur Berdasar Lebar Perkerasan ............... 135
Tabel 5.20 Faktor Keamanan Beban ....................................... 135
`
xv
Tabel 5.21 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana ................... 136
Tabel 5.22 Rekapitulasi Perhitungan Analisa Fatik dan Erosi . 145
Tabel 5.23 Hubungan antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji ................................................................................. 151
Tabel 5.24 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana ................... 154
Tabel 5.25 Yn ........................................................................ 155
Tabel 5.26 Sn ......................................................................... 156
Tabel 5.27 Yt ......................................................................... 156
Tabel 6. 1 Nilai Uji Slump untuk Pekerjaan Beton ................. 175
Tabel 6. 2 Nilai Kuat Tekan Minimum Beton ......................... 176
Tabel 7.1 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Galian Tanah ......... 185
Tabel 7.2 Harga Satuan Pekerja .............................................. 189
Tabel 7.3 Harga Satuan Alat Berat ......................................... 190
Tabel 7.4 Harga Satuan Alat Berat ......................................... 190
Tabel 7.5 HSPK Pengukuran Lapangan .................................. 191
Tabel 7.6 HSPK Pekerjaan Saluran Drainase .......................... 192
Tabel 7.7 HSPK Pekerjaan Urugan Tanah Dengan Pemadatan 193
Tabel 7.8 HSPK Pekerjaan Instalasi Saluran Drainase ............ 194
Tabel 7.9 HSPK Pekerjaan Beton K-400 ................................ 195
Tabel 7.10 HSPK Pekerjaan Pembesian (Polos) ..................... 196
Tabel 7.11 HSPK Pekerjaan Pembesian (Ulir) ........................ 197
Tabel 7.12 HSPK Pekerjaan Instalasi Bekisting...................... 198
Tabel 7.13 HSPK Pekerjaan Minor ........................................ 199
Tabel 7.14 Tabel Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya ........ 200
`
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Lokasi Proyek ......................................................... 4
Gambar 2.1 Jarak Pandang Menyiap ......................................... 21
Gambar 2.2 Tipikal Kemiringan Melintang Bahu Jalan ............. 26
Gambar 2.3 Bentuk Lengkung Full Circle................................. 28
Gambar 2.4 Bentuk Lengkung Spiral-Circle-Spiral ................... 30
Gambar 2.5 Bentuk Lengkung Spiral- Spiral ............................ 32
Gambar 2.6 Pandang Lengkung Vertikal Cembung (S<L) ........ 35
Gambar 2.7 Jarak Pandang Lengkung Vertikal Cembung ......... 36
Gambar 2.8 Lengkung Vertikal Cekung (S<L) ......................... 37
Gambar 2.9 Lengkung Vertikal Cekung (S>L) ......................... 38
Gambar 2.10 Susunan Lapisan Perkerasan Kaku....................... 40
Gambar 2.11 Tebal Pondasi Bawah Minimum Untuk Perkerasan Beton Semen ............................................................................ 44
Gambar 2.12 R Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah 45
Gambar 2.13 Sambungan Memanjang (Tie Bars) ...................... 52
Gambar 2.14 Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji ............. 54
Gambar 2.15 Sambungan Susut Melintang Dengan Ruji ........... 54
Gambar 2.16 Sistem Perencanaan Beton Semen ....................... 56
Gambar 2.17 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan, Dengan/Tanpa Bahu Beton ............................ 60
Gambar 2.18 Analisa Erosi Dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan Faktis Erosi, Dengan Bahu Beton ......................... 61
Gambar 2. 19 Perencanaan Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan .................................................................................. 63
Gambar 2.20 Kurva Basis ......................................................... 68
`
xvii
Gambar 3.1 Bagan Metodologi Proyek Akhir ........................... 82
Gambar 3.1 Bagan Metodologi Proyek Akhir ........................... 82
Gambar 3.2 Bagan Metodologi Perkerasan Kaku .................... 83
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Proyek ...................................... 90
Gambar 4. 4 Kurva Basis ......................................................... 96
Gambar 5.1 Sketsa Lengkung Vertikal Cembung STA ........... 114
Gambar 5.2 Sketsa Lengkung Vertikal Cekung STA .............. 118
Gambar 5.4 Grafik Analisa Erosi STRT t = 20 cm ................. 139
Gambar 5.5 Grafik Analisa Fatik STRT t = 20 cm ................. 140
Gambar 5.6 Grafik Analisa Erosi STRG t = 20 cm ................. 141
Gambar 5.7 Grafik Analisa Fatik STRG t = 20 cm ................. 142
Gambar 5.8 Grafik Analisa Erosi STdRG t = 20 cm ............... 143
Gambar 5.9 Grafik Analisa Fatik STdRG t = 20 c m .............. 144
Gambar 5.10 Sketsa Perkerasan Kaku .................................... 146
Gambar 5.11 Sambungan Susut Melintang (Contraction Joint)151
Gambar 5.12 Sambungan Susut Memanjang (Construction Joint) 152
Gambar 5.13 Denah Penulangan dan Sambungan .................. 152
Gambar 5.14 Kurva Basis untuk Menentukan nilai I .............. 159
Gambar 6. 10 Proses Pemasangan .......................................... 171
Gambar 6. 10 Proses Pemasangan .......................................... 171
Gambar 6. 11 Persiapan Lahan beserta Pemasangan dowel dan tie bars....... 172
Gambar 6. 12 Alat Fixedform Concrete Paver ........................ 173
Gambar 6. 13 Peta Lokasi Batching Plant ............................... 174
Gambar 6. 14 Benda Uji untuk Tes Slump dan Uji Kuat Taik Lentur... ................................................................................. 175
`
xviii
Gambar 6. 14 Benda Uji untuk Uji Kuat Tekan....................... 175
Gambar 6. 15 Proses Penghamparan Beton ............................. 176
Gambar 6. 16 Penghambaran Beton dengan Fixedform Concrete Paver Manual ......................................................................... 177
Gambar 6. 17 Alat .................................................................. 177
Gambar 6. 19 Proses Cutting .................................................. 178
Gambar 6. 20 Proses Curing ................................................... 178
Gambar 6. 21 Pemasangan Plastic .......................................... 179
Gambar 6. 22 Pengisian Joint ................................................. 179
Gambar 6. 23 Flow Chart Pekerjaan Perkerasan Beton ........... 182
Gambar 6. 24 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah Ponorogo -Pacitan.... .............................................................................. 184
Gambar 6. 25 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah Pacitan - Ponorogo ................................................................................ 184
Gambar 7.1 Pekerjaan Galian ................................................. 185
Gambar 7.2 Pekerjaan Urugan ................................................ 187
Gambar 8.1 Saluran Drainase ................................................. 204
Gambar 8.2 Metode Pelaksanaan ............................................ 204
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ruas Babat – Bts. Kab Jombang di Kabupaten Lamongan merupakan akses jalan Kolektor yang dilalui oleh berbagai macam kendaraan mulai kendaraan ringan sampai kendaraan berat. Ruas jalan Babat – Bts. Kab. Jombang saat ini merupakan salah satu akses jalan utama dari babat menuju Jombang atau sebaliknya, sehingga ruas jalan tersebut sangat memegang peranan penting dalam pengembangan wilayah untuk daerah tersebut.
Dalam pengerjaan tugas akhir ini, diambil judul tentang Modifikasi Perencanaan Jalan Babat – Bts. Kab. Jombang dengan menggunakan rigid pavement pada STA 5+400 – 9+400. Alasan diadakan proyek pembangunan jalan ini dikarenakan untuk mengatasi kemacetan, memperlancar distribusi barang dan jasa, sehingga dapat meningkatkan perekonomian, kesejahteraan dalam kehidupan sosial di masyarakat, serta menambah akses dalam transportasi.
Pada perencanaan Jalan Ruas Babat – Bts. Kab. Jombang ini, perencanaan menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement) dikarenakan untuk mencapai desain umur rencana (UR) 20 tahun. Diharapkan pembangunan ini dapat mendukung kelancaran dan kenyamanan berlalu lintas.
2
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka perumusan masalah ditinjau dari segi teknis perencanaan jalan dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Berapa hasil analisa kapasitas jalan 2. Berapa ketebalan perkerasan kaku untuk Umur
Rencana jalan (UR) 20 mendatang ? 3. Berapa dimensi saluran tepi yang direncanakan
untuk jalan tersebut setelah diperlebar ? 4. Berapa rancana anggaran biaya untuk pekerjaan
peningkatan jalan pada segmen jala yang direncanakan ?
5. Bagaimana metode pelaksanaan dalam proyek jalan ini ?
1.3 Batasan Masalah
Mengingat permasalahan yang ada begitu luas, maka kami memberikan batasan permasalahan. Batasan masalah pada proyek akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Tidak merencanakan desain bangunan pelengkap
seperti jembatan dan gorong-gorong. 2. Tidak merencanakan waktu pekerjaan. 3. Melakukan survey lalu lintas bila diperlukan.
3
1.4 Tujuan Penulisan Dengan berlandasan pada masalah diatas, maka
tujuan dari penulisan tugas akhir terapan ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung kapasitas jalan pada jalan yang
direncananakan 2. Mengontrol geometrik jalan pada segmen yang
direncanakan 3. Menghitung tebal perkerasan kaku untuk Umur
Rencana (UR) 20 tahun mendatang. 4. Merencanakan dimensi saluran tepi jalan
(drainase) 5. Menghitung anggaran biaya yang dibutuhkan. 6. Merencanakan metode pelaksanaan apa saja yang
harus dikerjakan.
1.5 Manfaat Penulisan Manfaat dari pekerjaan perencanaan Jalan Ruas Babat –
Bts. Kab. Jombang ini adalah : 1. Memahami dan mengetahui tata cara desain
modifikasi peningkatan jalan dengan rigid pavement dengan kualitas sesuai Umur Rencana (UR).
2. Mampu menentukan spesifikasi teknik yang diperlukan untuk proyek Ruas Jalan.
3. Mampu merencanakan peningkatan jalan dan dimensi saluran tepi jalan.
4. Mampu merencanakan metode pelaksanaan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
4
1.6 Lokasi Lokasi jalan yang akan didesain ulang adalah :
Gambar 1.1 Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan teori dasar yang digunakan sebagai dasar acuan perhitungan dalam proses pengolahan data adalah :
2.1 Umum Sebagai langkah awal dalam merencanakan jalan
adalah menentukan jenis konstruksi jalan tersebut. Kemudian, melaksanakan semua prosedur perencanaan jalan sesuai dengan konstruksi yang dipilih, sehingga menghasilkan perencanaan jalan yang akurat, agar dalam pelaksanaannya nanti memberikan hasil yang optimal dan dapat memecahkan masalah yang telah diprediksi sampai umur rencana.
Sebagai dasar perencanaan jalan ini, tidak terlepas dari kerangka acuan yang telah diteapkan, khususnya standart-standart yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia pada umumnya.
Bab ini menjelaskan tentang dasar teori yang akan digunakan dalam perencanaan jalan Proyek Akhir, yang meliputi : a Analisa Kapasitas Jalan b Kontrol geometrik jalan c Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan d Perencanaan saluran tepi jalan (Drainase) e Perhitungan anggaran biaya
6
2.2 Kapasitas Jalan 2.2.1 Analisa Kapasitas Jalan
Analisa kapasitas jalan bertujuan untuk mengetahui kapasitas jalan pada arah tertentu yang diperlukan untuk mempertahankan perilaku lalu lintas yang dikehendaki sekarang dan yang akan datang. Sesuai dengan MKJI tahun 1997, nalisa kapasitas jalan dilakukan pada masing-masing jalur jalan yang direncanakan.
Pada sub bab ini, kan dijabarkan mengenai penentan kapasitas jalan pada kondisi eksisting dan penentuan nilai Derajat Kejenuhan (DS). Hal ini digunakan sebagai langkah awal untuk menentukan lebar jalan guna mengakomodasi pertumbuhan lalu lintas hingga akhir rencana.
Sedangkan LHR (Lalu Lintas Harian Rata-Rata) adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan beroda empat atau lebih yang dicatat selama 24 jam untuk kedua jurusan. LHR untuk setiap jenis kendaraan ditentukan awal umur rencana yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa menggunakan median, maupun menggunakan median.
2.2.2 Menentukan Kelas Jalan Menurut UU 38/2004 pasal 8 tentang jalan, pada dasarnya jalan umum dibagi dalam 5 kelompok berdasarkan fungsinya, yaitu :
a Jalan Arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jau, kecepatan rata-rata tinggi, dan
7
sejumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan / pembagian dengan ciri-ciri perjalanan sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
d Jalan Nasional, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan menteri. Jakan umum yang termasuk jalan nasionak disebut Jalan Negara.
e Jalan Daerah, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah. Jalan umum dikelompokkan kedalam :
• Yang dibina oleh pemerintah daerah tingkat 1 dapat disebut sebagai Jalan Provinsi.
• Yang dibina oleh pemerintah daerah tingkat 1 dapat disebut sebagai Jalan Kabupaten/Kotamadya.
• Yang dibina oleh pemerintah daerah tingkat 1 dapat disebut sebagai Jalan Desa.
8
2.2.3 Pertumbuhan Lalu Lintas Tahunan Pertumbuhan lalu lintas (%) merupKn
perhitungan yang digunakan untuk menghitung volume lalu lintas rencana. Volume lalu lintas adalah salah satu komponen dasar perencanaan jalan yang digunakan untuk menghitung volume kendaraan yang akan mempergunakan jalan, jika jalan dibuka untuk lalu lintas. Dalam perencanaan pertumbuhan lalu lintas, yang diperhitungkan adalah : a Pertumbuhan lalu lintas sebelum jalan
dibuka adalah penambahan volume lalu lintas yang telah menggunakan jalan sebelum jalan dibuka, diambil dari data lalu lintas harian rata-rata, sebaiknya minimal 5 tahun ke belakang.
b Pertumbuhan lalu lintas pada saat ini, penambahan volume lalu lintas pada saat jalan baru dibuka ditambah lalu lintas yang tertarik setelah jalan dibuka.
c Pertumbuhan lalu lintas yang akan datang, penambahan volume lalu lintas pada saat ini ditambah lalu lintas yang dibangkitkan.
2.2.4 Kapasitas Jalan (C) Kapasitas didefinisikan sebagai arus lalu
lintas (stabil) maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu geometrik, disribusi arah dan kombinasi lalu lintas, serta faktor lingkungan
9
2.2.4.1 Main Road untuk jalan hambatan pada main road, berlaku ketentuan sebagai berikut :
𝐶 = 𝐶𝑜 × 𝐹𝐶𝑤 × 𝐹𝐶𝑠𝑝 (𝑠𝑚𝑝
𝑗𝑎𝑚⁄ )
Dimana :
a Kapasitas Dasar (Co) Kapasitas dasar meru[akan
arus lalu lintas total pada suatu bagian jalan untuk suatu kondisi tertentu yang telah ditentukan sebelumnya (kondisi lingkungan, volume lalu lintas dan geometrik jalan). Tipe alinyemen mempengaruhi kapasitas dasar total bagian jalan seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Bebas Hambatan Tipe Jalan
Bebas Hambatan /
Tipe Alinyemen
Kapasitas Dasar
(smp/jam/lajur)
▪ Datar 2300 ▪ Bukit 2250 ▪ Gunung 2150
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan Bebas Hambatan
b Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Faktor penyesuaian kapasitas ini tergantung dari lebar efektif jalur lalu lintas, tipe jalan tersebut terlihat
10
pada tabel Tabel 0.2 Faktor Penyesuaian Lebar Jalur (FCw) untuk jalan perkotaan empat lajur terbagi, sebagai berikut :
Tabel 2.2 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Bebas
Hambatan
Lebar Efektif Jalur Lalu-
Lintas Wc (m)
FCw
Empat-lajur terbagi Enam-lajur terbagi
Per lajur 3,25 0,96
3,50 1,00 3,75 1,03
Dua-lajur tak-terbagi
Total kedua arah 6,5
0,96
7 1,00 7,5 1,04
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan Bebas Hambatan
c Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah
Pemisah arah adalah pembagian arah arus pada jalan. Cara menemukan faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah adalah berdasarkan pada tabel dibawah ini.
11
Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah (FCSP)
Pemisah Arah 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
FCSP
Dua-lajur 2/2
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat-lajur 4/2
1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan Bebas Hambatan
d Derajat Kejenuhan (DS) Derajat kejenuhan dapat
diperoleh dari pembagian arus lalu lintas dengan kapasitas kendaraan yang ada. Derajat Kejenuhan ini diberi batasan 0,75. Bila melebihi dari 0,75 maka dianggap jalan sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas. Jadi harus ada pelebaran jalan. Derajat Kejenuhan dapat ditentukan menggunakan rumus dibawah ini Rumus yang digunakan :
𝐷𝑆 =𝑄
𝐶⁄ Dimana : DS = Derajat Kejenuhan Q = Arus total lalu lintas (smp/jam) Syarat = 𝑄
𝐶⁄ < 0,75
12
2.2.4.2 Frontage Road Untuk jalan perkotaan, berlaku ketentuan
sebagai berikut :
𝐶 = 𝐶𝑜 × 𝐹𝐶𝑤 × 𝐹𝐶𝑠𝑝 ×𝐹𝐶𝑐𝑠 (𝑠𝑚𝑝
𝑗𝑎𝑚)⁄
Dimana :
a Kapasitas Dasar (Co) dapat ditentukan berdasarkan tabel
Tabel 2.4 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan Tipe Jalan Kapasitas
Dasar (smp/jam)
Catatan
4/2 D atau jalan satu arah
1650 Per lajur (satu arah)
4/2 UD 1500 Per lajur 2/2 UD 2900 Total dua
arah Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan Perkotaan
b Faktor penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Cara menentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCw) adalah berdasar pada lebar efektif jalur lalu lintas (Wc) dan tipe jalan. Berikut adalah tabel untuk menentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat lebar jalur lalu lintas (FCw). Faktor penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) untuk jalan perkotaan dua lajur tak terbagi, sebagai berikut :
13
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas (m)
FCw
4/2 D atau jalan satu arah
Lebar per lajur
3,00 0,92 3,25 0,96 3,5 1,00
3,75 1,04 4,00 1,08
4/2 UD Lebar per lajur
3,00 0,91 3,25 0,95 3,50 1,00 3,75 1,05 4,00 1,09
2/2 UD Lebar jalur 2 arah
5 0,56 6 0,87 7 1,00 8 1,14 9 1,25 10 1,29 11 1,34
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan antar Kota c Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat
Pemisah Arah (FCSP) Cara menentukan faktor penyesuaian
kapasitas pemisah arah adalah berdasarkan pada tabel dibawah ini :
14
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisahan Arah (FCSP)
Pemisahan arah SP %-%
50-50
55-45
60-40
65-35
70-30
FCP
A
Dua-lajur 2/2
1,00 0,97 0,9
4 0,91 0,88
Empat-lajur 4/2
1,00
0,985
0,97
0,955
0,94
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan antar Kota
d Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCSF)
Faktor akibat hambatan samping tergantung pada lebar efektif bahu jalan dan banyaknya aktivitas samping jalan, seperti pejalan kaki, pemberhentian angkutan umum dan kendaraan lain, kendaraan berjalan dengan lambat, kendaraan keluar masuk dari lahan samping jalan, ditentukan berdasarkan tabel 2
15
Tabel 2.7 Kriteria Kelas Hambatan Samping
Kelas Hambatan Samping
Kode
Nilai Frekuensi Kejadian
dikali Bobot
Ciri-Ciri Khusus
Sangat Rendah SR <100 Daera Pemukiman
Rendah
R 100 – 299
Daerah Pemukiman,beberapa kendaraan umum, dsb
Sedang S 300 –
499
Daerah industri, beberapa took di sisi jalan
Tinggi T 500 –
899
Daerah Komersial., aktivitas sisi jalan tinggi
Sangat Tinggi ST >900
Daerah komersial dengan aktivitas pasar di samping jalan
Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan antar Kota
16
Cara menentukan faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping adalah berdasar pada lebar efektif bahu (Ws) dan kelas hambatan samping. Berikut adalah tabel untuk menentukan daktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping.
Tabel 2.8 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu (FCSF) Pada Jalan Perkotaan Dengan Bahu
Tipe Jalan
Kelas Hambatan Samping
Faktor penyesuaian untuk hambatan samping dan
lebar bahu FCSF Lebar bahu efektif rata-
rata (Ws) ≤
0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
4/2 D SR 0,96 0,98 1,01 1,03 R 0,94 0,97 1,00 1,02 S 0,92 0,95 0,98 1,00 T 0,88 0,92 0,95 0,98
ST 0,84 0,88 0,92 0,96 4/2 UD
SR 0,96 0,99 1,01 1,03 R 0,94 0,97 1,00 1,02 S 0,92 0,95 0,98 1,00 T 0,87 0,91 0,94 0,98
ST 0,80 0,86 0,90 0,95 2/2 UD
SR 0,94 0,96 0,99 1,01 R 0,92 0,94 0,97 1,00 S 0,89 0,92 0,95 0,98 T 0,82 0,86 0,90 0,95
ST 0,73 0,79 0,85 0,91 Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan antar Kota
17
e Faktor Penyesuaian Kapasitas Ukuran Kota (FCCS)
Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Ukuran Kota (FCCS)
Ukuran Kota Jutaan Penduduk
Faktor Penyesuaian Kapasitas Ukuran
Kota (FCCS) < 0,1 0,86
0,1 – 0,5 0,90 0,55 – 1,0 0,94 1,0 – 3,0 1,00
> 3,0 1,04 Sumber : MKJI 1997 untuk Jalan antar Kota
f Derajat Kejenuhan (DS) Derajat kejenuhan adalah ratio arus
terhadap kapasitas yang digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu lintas pada suatu simpang dan juga segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut layak digunakan atau tidak. Perencanaan jalan perkotaan harus dapat memastikan, bahwa Derajat Kejenuhan (DS) tidak melebihi nilai yang dapat diterima yaitu 0,75. Rumus yang digunakan :
18
𝐷𝑆 =𝑄
𝐶⁄ Dimana : DS = Derajat Kejenuhan Q = Arus total lalu lintas
(smp/jam) Syarat = 𝑄
𝐶⁄ < 0,75
2.3 Kontrol Geometrik Jalan Kontrol geometrik jalan secara umum menyangkut
aspek-aspek bagian jalan, lebar bahu jalan, tipe alinyemen, kebebasan samping, jarak pandang, serta kemiringan melintang. Adapun tujuan dari kontrol geometrik adalah untuk mengetahui tipe alinyemen pada proyek tersebut. Tipe alinyemen dapat ditentukan dengan menghitung lengkung vertikal dan lengkung horizontal.
Lengkung horizontal adalah perbandingan antara jumlah setiap lengkung yang telah diuhbah menjadi radian dengan panjang jalan (km), sedangkan lengkung vertikal adalah perbandingan antara beda tinggi elevasi jalan (m) dengan panjang jalan (km). Sehingga dapat terlihat gambaran kemiringan datar, alinyemen bukit, dan alinyemen gunung.
Umumnya, geometrik pada jalan raya terbagi menjadi 2, yaitu :
1 Alinyemen Horizontal 2 Alinyemen Vertikal
19
2.3.1 Sistem Jaringan Sistem jaringan terdapat dua jenis, yaitu
primer dan sekunder. Sistem jaringan primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi, untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional dengan simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Yang dimaksud dengan simpul distribusi adalah suatu simpul yang terjadi akibat berlakunya pola-pola efisiensi pada arus barang atau orang. Jaringan primer ini berkaitan erat dengan jalan dari segi pelayanannya, seperti jalan arteri, kolektor, dan lokal. Sistem jaringan jalan sekunder adaah jaringan pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat di dalam kota. Jaringan sekunder ini sangat berperan penting membangun pengembangan kota yang menurut pelayanannya, seerti jalan arteri, kolektor, dan jalan lokal
2.3.2 Jarak Pandang Jarak pandang adalah panjang bagian jalan
di depan pengemudi yang dilihat secara jelas dari kedudukan pengemudi. Untuk mendapatkan keamanan dari lalu lintas dalam menghadapi penghalang yang berada pada lintas sejajar, maupun berlawanan. Sehingga, diperlukan jarak pandang guna menghasilkan kendaraan, maupun gerakan menyiap kendaraan lain di depannya.
20
a Jarak Pandang Henti (Ss) Jarak pandang henti adalah jarak
minimum yang diperlukan pengemudi dengan kecepatan rencana untuk menghentikan kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya rintangan pada jalur yang dilaluinya. Jarak pandang heni terdiri dari 2 elemen jarak, yaitu : 1) Jarak awal reaksi (Sr), adalah jarak
pergerakan kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem.
2) Jarak awal pengereman (Sb), adalah jarak pergerakan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai dengan kendaraan tersebut berhenti. Jarak Pandang Henti (Ss) :
𝑆𝑟 = 0,275×𝑉𝑟×𝑇 + 0,039𝑉𝑟2
𝑎
Dimana : Vr : Kecepatan rencana (km/jam) T : Waktu reaksi, ditetapkan 2,5 detik A : Tingkat perlambatan
(meter/detik2), ditetapkan 3,4 meter/detik2
Berikut adalah jarak henti (Jh) minimum yang dihitung dengan pembulatan-pembulatan untuk berbagai kecepatan rencana (Vr).
21
Tabel 2.10 Jarak Pandang Henti Minimum Vr (km/h)
120 100 80 60 50 50 40 30
Ss min
250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
b Jarak Pandang Menyiap Jarak pandang menyiap adalah jarak
yang diperlukan pengemudi untuk dapat mendahului kendaraan lain pada jalan dua jalur dengan aman. Jarak pandang mendahuluhi dapat diukur berdasarkan tinggi mata pengemudi yang diasumsikan dan tinggi dari halangan.
Gambar 2.1 Jarak Pandang Menyiap
22
▪ Jarak Pandang Menyiap (JPM) 𝐽𝑑 = 𝑑1 + 𝑑2 + 𝑑3 + 𝑑4
Dimana :
𝑑1 = 0,278 ×(𝑉 − 𝑚 +1
2𝑎𝑡)
- Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
𝑑2 = 0,278 ×𝑉𝑡2 - Jarak yang ditempuh selama mendahului
(m) 𝑑3 = 30 − 100 𝑚 - Jarak kendaraan mendahului dengan
kendaraan berlawanan arah (m)
𝑑4 = 2
3𝑑2
- Jarak yang ditempuh kendaraan yang datang dari arah berlawanan (m)
Jarak pandang menyiap minimum dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.11 Jarak Pandang Menyiap minimum Vr (km/jam)
120 100 80 60 50 40 30 20
Jd(m) 800 670 550 350 250 200 150 100 Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
23
2.3.3 Penampang Melintang Penampang melintang jalan adalah
potongan suatu jalan tegak lurus terhadap as jalan yang menunjukkan bentuk dan susunan bagian jalan dalam arah melintang. Penampang melintang terdiri dari jalur lalu lintas, bahu jalan, saluran samping, median, trotoar, jalur sepeda, sepedator, jalur lambat, dan lereng.
a Jalur Lalu Lintas Kendaraan
Jalur lalu lintas kendaraan adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalu lintas dapat berupa median jalan, bahu jalan, trotoar, dan sepedator jalan.
Tabel 2.12 Tipe – Tipe Jalan Tipe Jalan Jalur di sisi jalan utama
Perlu jalur lambat
Perlu trotoar
2-lajur-2-arah-tak terbagi ∎ ∎
4-lajur-2-arah terbagi ∎∎ ∎∎ 6-lajur-2-arah terbagi ∎∎ ∎∎ Lebih dari 1 lajur-1-arah ∎∎ ∎∎
Catatan : ∎ = disarankan dilengkapi tergantung kebutuhan
∎∎ = dilengkapi Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
24
b Lebar Jalur Lebar jalur ditentukan oleh jumlah dan
lebar lajur, serta bahu jalan. Tabel menetapkan ukuran lebar lajur dan bahu jalan sesuai dengan kelas jalannya. Lebar jalur minimum adalah 4,5 m, memungkinkan 2 kendaraan lebar maksimum 2,5 m yang terjadi sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.
Tabel 2.13 Lebar Lajur Jalan dan Bahu Jalan
VLHR (smp/hari)
ARTERI KOLEKTOR LOKAL
Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal Minimum
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
Lebar Jalur (m)
Lebar Bahu (m)
<3.000 6 1,5 4,5 1 6 1,5 4,5 1 6 1 4,5 1
3.000 - 10.000 7 2 6 1,5 7 1,5 6 1,5 7 1,5 6 1
10.001 - 25.000 7 2 7 2 7 2 **) **) - - - -
>25.000 2nx3,5*) 2,5 2×7,0*) 2 2nx3,5*) 2 **) **) - - - -
Keterangan : **)= Mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing – masing n × 3, 5m, di mana n= Jumlah lajur per jalur
- = Tidak ditentukan Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
Pada jalan arteri, jalur kendaraan tidak
bermotor disarankan dipisah dengan jalur kendaraan bermotor. Bila banyak kendaraan lambat, jalur boleh lebih lebar. Lebar bahu jalan sebelah dalam pada median yang datar, minimum sebesar 0,50.
25
c Lajur Apabila lajur dibatasi oleh marka garis
membujur terputus, maka lebar lajur diukur dari sisi dalam garis tengah marka garis tepi jalan sammpai dengan garis tengah marka garis pembagi arah pada jalan 2 lajur 2 arah atau sampai dengan garis tengah garis pembagi lajur pada jalan berlajur lebih dari satu. Apabila lajur dibatasi oleh marka garis membujur utuh, maka lebar lajur diukur dari masing-masing tepi sebelah dalam marka membujur garis utuh.
d Kemiringan Melintang Jalan Untuk kelancaran drainase permukaan,
lajur lalu lintas pada bagian alinyemen jalan yang lurus memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut : - Untuk perkerasan aspal dan perkerasan
beton/semen, kemiringan melintang 2-3, pada jalan berlajur lebih dari 2, kemiringan melintang ditambah 1% ke arah yang sama.
- Untuk jenis perkerasan lain, kemiringan melintang disesuaikan dengan karakteristik permukaannya.
e Bahu Jalan - Kemiringan melintang bahu jalan yang
normal adalah 3-5%. - Lebar minimal bahu jalan untuk bahu luar
dan bahu dalam dapat dilihat di tabel. - Untuk jenis perkerasan lain, kemiringan
melintang disesuaikan dengan karakteristik permukaannya.
26
- Ketinggian permukaan bahu jalan harus menerus dengan permukaan perkerasan jalan.
Gambar 2.2 Tipikal Kemiringan Melintang Bahu Jalan
f Median Jalan ▪ Fungsi median jalan adalah :
✓ Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah.
✓ Mencegah kendaraan belok kanan. ✓ Lapak tunggu penyebrang jalan. ✓ Penempatan fasilitas pendukung jalan. ✓ Cadangan lajur (jika cukup luas). ✓ Tempat prasarana kerja sementara. ✓ Dimanfaatkan untuk jalur hijau.
▪ Jalan dua arah dengan empat lajur atau lebih harus dilengkapi median.
▪ Jika lebar ruang yang tersedia untuk median < 2,5 m, median harus ditinggikan atau dilengkapi dengan pembatas fisik, agar tidak dilanggar oleh kendaraan.
▪ Lebar minimum media, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur,
27
ditetapkan sesuai tabel. Dalam hal pengguna median untuk pemasangan fasilitas jalan, agar dipetimbangkan keperluan ruang bebas kendaraan untuk setiap arah.
Tabel 2.14 Lebar Median Jalan dan Lebar Jalur Tepian
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
2.3.4 Alinyemen Horizontal Alinyemen horizontal adalah garis-garis proyeksi yang tegak lurus sumbu jalan bidang peta situasi jalan. Bagian yang sangat kritis dari alinyemen horizontal adalah tikungan, karena pada tikungan akan bekerja gaya sentrifugal. a Bentuk Tikungan Tikungan terdiri atas 3 bentuk umum, yaitu :
▪ Lengkung Full Circle (FC) Yaitu tikungan yang berbentuk busur lingkaran secara penuh. Tikungan ini memiliki satu titik pusat lingkaran dengan jari-jari yang seragam. Bentuk tikungan ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dengan sudut tangent yang relatif kecil.
Bentuk Median Lebar Minimum (m) Ditinggikan 2,00 Direndahkan 7,00
28
Gambar 2.3 Bentuk Lengkung Full Circle Dimana : PI : Point of Intersection Δ : Sudut Tangen (derajat) Tc : Tangen Circle Rc : Jari-jari (m) Rumus-rumus yang digunakan adalah :
- 𝑇𝑐 = 𝑅 𝑡𝑔 (1
2∆)
𝜃𝑠.𝜋𝑅𝑐
90
- 𝐸 = 𝑅
𝑐𝑜𝑠(1
2∆)
− 𝑅
- 𝐿𝑐 = (∆𝜋
180) + 𝑅
Keterangan : Tc : Panjang tangen dari PI (Point of Intersection) m : Titik awal peralihan dari posisi lurus ke lengkung R : Jari-jari alinyemen horizontal (m) Δ : Sudut alinyemen horizontal (°) E : Jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran (m)
E
TC CT
TC
RcRc
Lc
29
Lc : Panjang busur lingkaran (m)
▪ Lengkung Spiral Circle Spiral (SCS) Yaitu tikungan yang terdiri atas 1 lengkung circle dan 2 lengkung spiral. Lengkung spiral-circle-spiral ini dikenal dengan lengkung peralihan (Ls), yaitu lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus jalan dan bagian lengkung jalan berjari-jari tetap R. pada umumnya digunakan jika panjang Lc > 20 meter. Bentuk lengkung ini dipakai bila jari-jari lebih kecil dari batas yang ditentukan untuk bentuk full circle. Selain itu jari-jari yang diambil harus sesuai dengan kecepatan rencana. Jari-jari yang diambil harus sesuai dengan kecepatan rencana dan tidak boleh mengakibatkan adanya kemiringan tikungan lebih dari harga maksimum yang ditentukan. Jari-jari lengkung ditentukan berdasarkan kemiringan tikungan, tikungan maksimum dan koefisien gesek melintang maksimum.
30
Gambar tikungan spiral circle spiral dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.4 Bentuk Lengkung Spiral-Circle-Spiral Keterangan : TS : Tangen spiral, titik peralihan dari
lurus ke bentuk spiral SC : Spiral circle, titik peralihan dari
spiral ke circle CS : Circle spiral, titik peralihan dari
circle ke spiral PI : Point of Intersection, titik
pertemuan kedua tangen Δ : sudut perpotongan kedua tangen 𝜃𝑠 : sudut pusat lengkung spiral TS-CS
atau ST-CS 𝜃𝑐 : sudut pusat sudut lingkaran
s s
pYs
Es
TS
SC CS
ST
TS
Xs
k
RcRcLs
Lc
31
Rumus-rumus yang digunakan adalah :
▪ 𝜃𝑠 =𝐿𝑠.90
𝜋.𝑅
▪ 𝜃𝑐 = 𝛽 − 2𝜃𝑠 ▪ 𝐿𝑐 =
(𝛽−2𝜃𝑠)𝜋𝑅
180
▪ 𝐿 = 𝐿𝑐 + 2𝐿𝑠 ▪ 𝑝 =
𝐿𝑠
6𝑅− 𝑅(1 − 𝐶𝑂𝑆𝜃𝑆)
▪ 𝑘 = 𝐿𝑠 −𝐿𝑠
2
40𝑅2 − 𝑅𝑠𝑖𝑛𝜃𝑠
▪ 𝑇𝑠 = (𝑅 + 𝑝)𝑡𝑔 (1
2∆) + 𝑘
▪ 𝐸𝑠 =(𝑅+𝑝)
𝑐𝑜𝑠(1
2∆)
− 𝑅
▪ 𝑋𝑠 = 𝐿𝑠 (1 −𝐿𝑠
2
40𝑅2)
▪ 𝑌𝑠 = (𝐿𝑠
2
6𝑅)
32
Jika menggunakan tabel : 𝑝 = 𝑝 ∗ 𝑥𝐿𝑠 𝑘 = 𝑘 ∗ 𝑥𝐿𝑠 Keterangan : 𝜃𝑠 : sudut spiral pada titik SC. 𝐿𝑆 : panjang lengkung spiral. 𝑅 : jari-jari alinyemen horizontal. ∆ : sudut alinyemen horizontal. (°) 𝐿𝑐 : panjang busur lingkaran. (m) 𝑇𝑠 : jarak titik TS dari PI. (m) : titik awal mulai masuk ke daerah lengkung. 𝐸 : jarak dari PI ke sumbu jalan arah pusat lingkaran. (m) 𝑋𝑠, 𝑋𝑠 : koordinat titik peralihan dari spiral ke circle (SC). (m)
▪ Spiral spiral, yaitu tikungan yang terdiri atas 2 lengkung spiral.
Gambar 2.5 Bentuk Lengkung Spiral- Spiral
Untuk bentuk spiral-spiral berlaku rumus sebagaii berikut :
33
𝐿𝑐 = 0 dan 𝜃𝑠 =1
2∆
𝐿𝑡𝑜𝑡 = 2𝐿𝑠 Untuk menentukan 𝜃𝑠dapat menggunakan rumus :
𝐿𝑠 =𝜃𝑠 . 𝜋𝑅𝑐
90
b Panjang Tikungan
Panjang tikungan terdiri atas panjang busur lingkaran (𝐿𝑐) dan panjang 2 lengkung spiral (𝐿𝑠) yang diukur sepanjang sumbu jalan. Untuk menjamin kelancaran dan kemudahan mengemudikan kendaraan pada saat menikung pada jalan arteri perkotaan, maka panjang suatu tikungan sebaiknya tidak kurang dari 6 detik perjalanan. Panjang ini dapay diperhatikan berdasarkan Vr yang ditetapkan sesuai table. Pada tikungan full circle, nilai 𝐿𝑠 = 0, sehingga 𝐿𝑡 = 𝐿𝑐 Pada tikungan spiral-spiral, nilai 𝐿𝑐 = 0, sehingga 𝐿𝑡 = 2𝐿𝑠
Tabel 2.15 Panjang Bagian Lengkung Minimum Vr (km/h) Panjang Tikungan Minimum (m)
100 170 90 155 80 135 70 120 60 100 60 85 40 70 30 55
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
34
2.3.5 Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal merupakan
perpotongan pada bidang vertikal dengan bidang permukaan jalan melalui sumbu jalan. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian lurus dapat berupa landai positif (tanjakan) atau landai negatif (turunan), atau landai nol (datar). Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung atau lengkung cembung.
2.3.5.1. Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum ditentukan untuk berbagai varian kecepatan rencana, dimaksudkan agar kendaraan dapat bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Kelandaian didasarkan pada kecepatan truk bermuatan penuh mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula tanpa menggunakan gigi rendah. Kelandaian maksimum yang sesuai dengan Vr, ditetapkan sesuai tabel. Untuk keperluan penyandang cacat, kelandaian maksimum ditetapkan 5%.
Tabel 2.16 Kelandaian Maksimum yang Diijinkan untuk Jalan Arteri Perkotaan
Vr (km/h) 120 110 100 80 60 50 40 <40 Kelandaian Maks (%) 3 4 4 5 8 9 10 10
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
35
2.3.5.2. Panjang Lengkung Vertikal Lengkung vertikal harus disediakan pada
setiap lokasi yang mengalami perubahan kelandaian, dengan tujuan : ▪ Mengurangi goncangan akibat perubahan
kelandaian. ▪ Menyediakan jarak pandang henti. Lengkung vertikal dalam standar ini ditetapkan berbentuk parabola sederhana.
a Lengkung Vertikal Cembung Panjang lengkung vertikal cembung,
berdasarkan jarak pandangan henti, dimana dapat ditentukan dengan rumus berikut :
▪ Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang vertikal (S<L)
Gambar 2.6 Pandang Lengkung Vertikal Cembung (S<L)
L =AS2
658
Keterangan : Titik PLV : Peralihan lengkung vertikal Titik PPV : Pusat perpotongan Vertikal Titik PTV : Peralihan tangen vertikal L : Jarak antara kedua titik (m) A : Perbedaan aljabar untuk kelandaian (%) G1, G2 : Kelandaian
36
▪ Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S>L)
Gambar 2.7 Jarak Pandang Lengkung Vertikal Cembung
Seperti halnya perhitungan lengkung cembung dengan S<L, persamaan untuk perhitungan lengkung ini sesuai dengan jarak pandang henti atau jarak pandang menyiap.
L = 2S −658
A
Panjang minimum vertikal cembung berdasarkan jarak pandang henti, untuk setiap kecepatan rencana (Vr) dapat menggunakan tabel.
Tabel 2.17 Kontrol Perencanaan Untuk Lengkung Vertikal Cembung Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Kecepatan Rencana (km/h)
Jarak Pandang
Henti (m)
Nilai Lengkung Vertikal
(K) 20 30 40 50 60 70 80
20 35 50 65 85
105 100
1 2 4 7 11 17 25
37
90 100
160 185
39 52
Keterangan : Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cembung (L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L / A
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
b Lengkung Vertikal Cekung
Berbeda dengan lengkung vertikal cembung, lengkung vertikal cekung dipengaruhi jarak penyinaran lampu kendaraan. Pada perencanaan tinggi lampu yang digunakan adalah 60 cm dengan sudut penyebaran sinar sebesar 1°. Perhitungan lengkung vertikal cekung dihitung berdasarkan letak lampu dengan kendaraan dapat dibedakan menjadi dua keadaan.
▪ Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan (S<L)
Gambar 2.8 Lengkung Vertikal Cekung (S<L)
Dengan asumsi perencanaan yakni tinggi lampu 60 cm dan sudut penyebaran sinar sebesar 1°, maka :
L =𝐴𝑆2
120 + 3.50. S
38
▪ Lengkung vertikal cekung dengan jarak penyinaran lampu depan (S>L)
Gambar 2.9 Lengkung Vertikal Cekung (S>L)
Dengan asumsi perencanaan yang sama dengan persamaan di atas, untuk hal ini maka :
L = 2S −120 + 3.50. 𝑆
A
Dengan pengertian : L : Panjang lengkung cekung (m) A : Perbedaan aljabar landai (%) S : Jarak pandang henti (m)
Tabel 2.18 Kontrol Perencanaan Untuk Lengkung Vertikal Cekung Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Kecepatan Rencana (km/h)
Jarak Pandang
Henti (m)
Nilai Lengkung Vertikal
(K) 20 30 40 50 60 70 80 90
100
20 35 50 65 85
105 100 160 185
3 6 9
13 18 23 30 38 45
39
Keterangan : Nilai K adalah perbandingan antara panjang lengkung vertikal cekung (L) dan perbedaan aljabar kelandaian (A), K = L / A
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, No. 038/TBM/1997
2.3.5.3. Koordinasi Alinyemen Alinyemen vertikal, alinyemen
horizontal, dan potongan melintang jalan arteri perkotaan harus dikoordinasikan sedemikian, sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan horizontal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : ▪ Lengkung horizontal sebaiknya berhimpit
dengan lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.
▪ Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
▪ Lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang panjang harus dihindarkan.
40
▪ Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal, harus dihindarkan.
▪ Tikungan yang tajam di antara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan.
2.4 Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) Perkerasan kaku (perkerasan beton semen) adalah
struktur yang terdiri atas plat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat pada gambar 2.10
Gambar 2.10 Susunan Lapisan Perkerasan Kaku
Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa pelayanan.
Adapun syarat konstruksi perkerasan kaku adalah :
a. Memiliki tebal total dan tegangan ijin yang cukup.
41
b. Mampu mencegah deformasi yang tetap akibat beban roda.
c. Tahan terhadap perubahan bentuk yang terjadi akibat perubahan kadar air.
d. Mempunyai bentuk permukaan yang rata, tahan terhadap gesekan dan tahan terhadap pengaruh beban maupun zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi konstruksi perkerasan jalan. Perkerasan kaku memiliki modulus elastisitas yang tinggi, yang akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup tua, sehingga bagian terbesar dari area kapasitas struktur perkerasn diperoleh dari slab beton itu sendiri. Lapisan pondasi yang ada di bawah beton tersebut harus mampu menopang kekuatan beton. Fungsi dari lapisan pondasi bawah adalah : ▪ Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah
dasar. ▪ Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar,
(k) menjadi modulus reaksi komposit. ▪ Melindungi gejala pumping (adalah proses
keluarnya air dan butiran tanah dasar atau pondasi bawah melalui sambungan dan retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas setelah adanya air bebas yang terakumulasi di bawah pelat.
▪ Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton.
▪ Sebagai perkerasan lantai kerja selama perkerasan.
42
Keuntungan dari menggunakan perkerasan kaku adalah :
▪ Pada umumnya, digunakan pada jalan kelas tinggi.
▪ Job mix lebih mudah dikendalikan kualitasnya. Modulus elastisitas antara lapisan permukaan dan pondasi sangat berbeda.
▪ Dapat lebih bertahan terhadap kondisi drainase yang lebih buruk.
▪ Jika terjadi kerusakan, maka kerusakan tersebut cepat, dan dalam waktu singkat.
▪ Pada umumnya, biaya awal konstruksi tinggi. Namun, pemeliharaannya, relatif tidak ada.
▪ Kekuatan konstruksi perkerasan kaku berada pada pelat beton sendiri.
▪ Tebal konstruksi kekuatan kaku adalah tebal pelat beton, tidak termasuk pondasi.
▪ Indeks pelayanan tetap baik, hampir selama umur rencana. Terutama jika transverse joints dikerjakan dan dipelihara dengan baik.
2.4.1. Struktur Dan Jenis Perkerasan Perkerasan kaku dapat dikelompokkan ke dalam : a. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku
dengan beton semen sebagai lapisan aus. Terdapat empat jenis perkerasan beton semen :
▪ Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan.
▪ Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan.
▪ Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan.
43
▪ Perkerasan beton semen pra tegang. b. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku
dengan pelat beton semen sebagai lapis pondasi dan aspal beton sebagai lapis permukaan.
2.4.2 Persyaratan Teknis a. Tanah Dasar
Kekuatan tanah dasar dinyatakan sebagai (k) yang ditentukan dengan nilai pengujian CBR insitu (SNI 03-1731-1989) untuk perencanaan tebal perkerasan jalan lama atau CBR laboratorium dan untuk perencanaan jalan baru (SNI 03-1744-1989). Apabila nilai tanah dasar < 2%, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai CBR tanah dasar efektif 5%.
b. Pondasi Bawah Bahan pondasi bawah dapat berupa :
▪ Bahan berbutir. ▪ Stabilisasi atau dengan beton kurus (Lean
Rolled Concrete). ▪ Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan mempertimbangkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi perilaku tanah ekspansif.
44
Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan dan CBR tanah dasar efektif dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.11 Tebal Pondasi Bawah Minimum Untuk Perkerasan Beton Semen
45
Gambar 2.12 R Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah
c. Pondasi Bawah Material Berbutir Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3%-5%. Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100%, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.
46
d. Pondasi bawah dengan bahan pengikat (Bound Sub-Base) Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari :
▪ Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahann pengikat yang sesuai dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan ketahanan terhadap erosi.
▪ Jenis bahan pengikat dapat meliputi semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.
▪ Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt).
▪ Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 Mpa (55 kg/cm2).
e. Pondasi bawah dengan campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete) Campuran beton kkurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 Mpa (50 kg/cm2) tanpa menggunakan abu terbang, atau 7 Mpa (70 kg/cm2) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm.
47
2.4.3 Beton Semen Kekuatan beton harus dinyatakan dalam
nilai kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm2). Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat baja, aramit, atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5-5,5 Mpa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur karakteristik yan dibulatkan hingga 0,25 Mpa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja antara 15 mm dan 50 mm yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang antara 15 dan 50 mmdapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45 kg/m3.
Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan betn harus dipilih dan sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
2.4.4 Penentuan Besaran Rencana
a. Lalu Lintas Penentuan beban lalu lintas rencana untuk
perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah
48
sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana.
Lalu lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir.
Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton.
Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut : ▪ Sumbu tunggal roda tunggal (STRT). ▪ Sumbu tunggal roda ganda (STRG). ▪ Sumbu tandem roda ganda (STdRG). ▪ Sumbu tridem roda ganda (STrRG).
b. Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefisien distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan.
49
Tabel 2.19 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan dan Koefisien Distribusi (C) Kendaraan Niaga Pada Lajur Rencana
Lebar perkerasan (Lp)
Koefisien distribusi 1 arah 2 arah
Lp < 5,50 m 1 1 5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 0,70 0,50 8,25 m ≤ Lp < 11,25 0,50 0,475
11,23 m ≤ Lp < 15,00 m
- 0,45
15,00 m ≤ Lp < 18,75 m
- 0,425
18,75 m ≤ Lp < 22,00 m
- 0,40
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD T-14-2003
c. Umur Rencana
Umur rencana adalah waktu dalam tahun, dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianngap diberi lapisan permukaan baru. Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas dasar pertimbangan klasifikasi fungsinal jalan, pola lalu lintas, serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan.
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan atas pertimbangan klasifikasi fungsional jalan, pola lalu-lintas serta nilai ekonomi jalan yang bersangkutan, yang dapat ditentukan antara lain dengan metode Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, kombinasi dari metode tersebut atau cara lain yang tidak terlepas dari pola pengembangan wilayah. Umumnya perkerasan
50
beton semen dapat direncanakan dengan umur rencana (UR) 30 tahun sampai 40 tahun. d. Pertumbuhan Lalu Lintas
Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
Di mana : R : Faktor pertumbuhan lalu lintas I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam % UR : Umur rencana (tahun)
e. Lalu Lintas Rencana Lalu-lintas rencana adalah jumlah
kumulatif sumbu kendaraan niaga pada lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan.
Beban pada suatu jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila diambil dari survai beban. Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus berikut :
51
JSKN = JSKNH x 365 x R x C Di mana : JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana. JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka. R : Faktor pertumbuhan komulatif, yang
besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana.
C : Koefisien distribusi kendaraan.
f. Faktor Keamanan Beban Pada penentuan beban rencana, beban
sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (FKB). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti telihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. 20 Faktor keamanan beban
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD T-14-2003
52
2.4.5 Perencanaan Sambungan Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk
: ▪ Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang
disebabkan oleh penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
▪ Memudahkan pelaksanaan. ▪ Mengakomodasi gerakan pelat. Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis
sambungan antara lain : ▪ Sambungan memanjang ▪ Sambungan melintang ▪ Sambungan isolasi Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler). 2.4.5.1. Sambungan Memanjang dengan Batang
Pengikat (Tie Bars) Pemasangan sambungan memanjang
ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m. Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm.
Gambar 2.13 Sambungan Memanjang (Tie Bars)
53
Ukuran batang pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
At = 204 x b x h I = (38,3 x Ф) +75 Dengan pengertian : At = Luas penampang tulangan per meter
panjang sambungan (mm2). B = Jarak terkecil antar sambungan atau
jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m).
H = Tebal pelat (m). L = Panjang batang pengikat (mm). Φ = Diameter batang pengikat yang dipilih
(mm). Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75
cm.
2.4.5.2. Sambungan Susut Melintang Kedalaman sambungan kurang lebih
mencapai seperempat dari tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau sepertiga dari tebal pelat untuk lapis pondasi stabilisasi semen.
Jarak sambungan susut melintang untuk perkerasan beton bersambung tanpa tulangan sekitar 4 - 5 m, sedangkan untuk perkerasan beton bersambung dengan tulangan 8 - 15 m dan untuk sambungan perkerasan beton menerus dengan tulangan sesuai dengan kemampuan pelaksanaan.
Sambungan ini harus dilengkapi dengan ruji polos panjang 45 cm, jarak antara ruji 30 cm, lurus dan bebas dari tonjolan tajam yang akan mempengaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut.
54
Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton.
Gambar 2.14 Sambungan Susut Melintang Tanpa Ruji
Gambar 2.15 Sambungan Susut Melintang Dengan Ruji
2.4.5.3. Bahan Penutup Sambungan Penutup sambungan dimaksudkan
untuk mencegah masuknya air dan atau benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda-benda lain yang masuk ke dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan atau pelat beton yang saling menekan ke atas (blow up).
Bahan penutup sambungan adalah bahan yang tahan terhadap tarikan dan tekanan, dan masih tahan untuk tetap melekat pada dinding-dinding sambungan, di mana bahan
55
tersebut terbuat dari bahan elastis seperti karet, sehingga mampu mencegah batu-batu yang tajam atau benda-benda lainnya.
2.4.6 Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan yaitu : ▪ Retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat. ▪ Erosi pada pondasi bawah atau tanah dasar
yang diakibatkan oleh lendutan berulang pada sambungan dan tempat retak yang direncanakan.
Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai perkerasan bersambung yang dipasang ruji. Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana.
2.4.6.1. Perencanaan Tebal Pelat
Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung berdasarkan komposisi lalu-lintas selama umur rencana. Jika kerusakan fatik atau erosi lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikan dan proses perencanaan diulangi.
Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total fatik dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%.
Langkah-langkah perencanaan tebal pelat diperlihatkan pada gambar dan tabel di bawah ini.
56
Gambar 2.16 Sistem Perencanaan Beton Semen
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD T-14-2003
57
Tabel 2. 21 Langkah-Langkah Perencanaan Beton Semen Langkah Uraian Kegiatan
1. Pilih jenis perkerasan beton semen, bersambung tanpa ruji, bersambung dengan ruji, atau menerus dengan tulangan.
2. Tentukan, apakah menggunakan bahu beton atau bukan. 3. Tentukan jenis dan pondasi bawah berdasarkan nilai CBR
rencana dan perkirakan jumlah sumbu kendaraan niaga selama umjur rencana.
4. Tentukan CBR efektif berdasarkan nilai CBR rencana dan pondasi bawah yang dipilih.
5. Pilih kuat Tarik Tarik lentur atau kuat tekan beton pada umur 28 hari.
6. Pilih factor keamanan beban lalu lintas (FKB) 7. Taksir tebal pelat beton (taksiran awal dengan tebal tertentu
berdasarkan pengalaman atau menggunakan contoh yang tersedia)
8. Tentukan tegangan ekivalen dan factor erosi untuk STRT. 9. Tentukan factor rasio tegangan dengan membagi tegangan
ekivalen ole kuat Tarik lentur. 10. Untuk setiap rentang beban kelompok sumbu tersebut,
tentukan beban per roda dan kalikan dengan factor keamanan beban untuk menentukan beban rencana per roda. Jika beban rencana per roda ≥65 kN, anggap dan gunakan niali tersebut sebagai batas tertinggi.
11. Dengan factor rasio tegangan, dan beban rencana, tentukan jumlah repetisi ijin untuk erosi.
12. Hitung presentase dari repetisi fatik yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin
13. Dengan menggunakan faktor erosi, tettukan jumlah repetisi ijinuntuk erosi.
14. Hitung presentase dari repetisi erosi, yang direncanakan terhadap jumlah repetisi ijin.
58
15. Ulangi langkah 11 sampai dengan14 untuk setiap beban per roda pada sumbu tersebut sampai jumlah repetisi beban ijin, yang masing-masing mencapai 10 juta dan 100 juta repetisi.
16. Hitung jumlah total fatik dengan menjumlahkan presentase fatik dari setiap beban roda pada STRT tersebut. Dengan cara yang sama, hitung jumlah total erosi dari setiap beban roda pada STRT tersebut.
17. Ulangi langkah 8 sampai dengan langkah 16 untuk setiap jens kelompok lainnya.
18. Hitung jumlah totalkerusakan akibat fatik dan jumlah total kerusakan akibat erosi untuk seluruh jenis kelompok sumbu.
19. Ulangi langkah 7 sampai dengan langkah 18 hingga diperoleh ketebalan tertipis yang menghasilkan total kerusakan akibat fatik dan erosi ≤ 100 %. Tebal tersebut sebagai tebal perkerasan beton semen yang direncanakan.
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD T-14-2003
59
Tabel 2. 22 Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
Sumber : SNI Perencanaan Perkerasan Beton Semen PD T-14-2003
60
Gambar 2.17 Analisa Fatik dan Beban Repetisi Ijin Berdasarkan Rasio Tegangan, Dengan/Tanpa Bahu Beton
61
Gambar 2.18 Analisa Erosi Dan Jumlah Repetisi Beban Berdasarkan Faktis Erosi, Dengan Bahu Beton
62
2.4.7 Perencanaan Tulangan Tujuan utama penulangan untuk : ▪ Membatasi lebar retakan, agar kekuatan
pelat tetap dapat dipertahankan ▪ Memungkinkan penggunaan pelat yang
lebih panjang agar dapat mengurangi jumlah sambungan melintang sehingga dapat meningkatkan kenyamanan
▪ Mengurangi biaya pemeliharaan Jumlah tulangan yang diperlukan
dipengaruhi oleh jarak sambungan susut, sedangkan dalam hal beton bertulang menerus, diperlukan jumlah tulangan yang cukup untuk mengurangi sambungan susut.
a. Perkerasan Beton Semen Bersambung Tanpa
Tulangan Pada perkerasan beton semen bersambung
tanpa tulangan, ada kemungkinan penulangan perlu dipasang guna mengendalikan retak. Bagian-bagian pelat yang diperkirakan akan mengalami retak akibat konsentrasi tegangan yang tidak dapat dihindari dengan pengaturan pola sambungan, maka pelat harus diberi tulangan.
Umumnya, perkerasan ini lebarnya 1 lajur dengan panjang 4-5 meter. Perkerasan ini tidak menggunakan tulangan, namun menggunakan ruji (dowel) dan batang pengikat (tie bar). Penerapan tulangan, umumnya dilaksanakan pada : ▪ Pelat dengan bentuk tak lazim Pelat disebut tidak lazim apabila perbandingan
antara panjang dengan lebar lebih bear dari 1,25, atau bila pola sambungan pada pelat
63
tidak benar-benar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang.
▪ Pelat dengan sambungan tidak sejalur ▪ Pelat berlubang.
Gambar 2. 1 Perencanaan Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan
2.5 Perencanaan Drainase Untuk Saluran Tepi
Saluran drainase jalan merupakan saluran yang dibuat ditepi jalan yang berfungsi menampung serta mengalirkan air dari permukaan jalan dan daerah sekitar jalan yang masih terdapat pada suatu catchment area. Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan system drainase untuk jalan raya, yaitu: ▪ Drainase permukaan ▪ Drainase bawah permukaan
Adanya drainase permukaan dimaksud untuk menampung,mengalirkan dan membuang air hujan yang jatuh dipermukaan perkerasan jalan agar tidak merusak kontruksi jalan yang ada.Fungsidari drainase adalah: ▪ Menjaga agar permukaan jalan selalu tampak kering
terhadap air. ▪ Menjaga kestabilan bahu jalan yang disebabkan oleh
erosi.
64
Permukaan yang baik pada perkerasan maupun drainase dibuat miring dengan tujuan agar air hujan dapat mengalir dari perkerasan jalan.
Tabel 2. 23 Ekivalen dan Faktor Erosi Untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
Sedangkan, kemiringan selokan samping ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan. Hubungan antara bahan yang digunakan dengan kemiringan selokan samping arah memanjang yang dikaitkan erosi aliran, dapat dilihat di table.
Tabel 2. 24 Hubungan Kemiringan Selokan Samping dan Jenis Material Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
2.5.1. Analisa Data Hidrologi Ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan pada
analisa hidrologi: a. Data Curah Hujan
No. Jenis Lapisan Permukaan Jalan
Kemiringan Melintang Normal
(i) 1. Beraspal,beton 2%-3% 2. Japat dan Tanah 4%-6% 3. Kerikil 3%-6% 4. Tanah 4%-6%
Jenis Material Kemiringan Selokan Samping
Tanah Asli 0-5 Kerikil 5-7,5
Pasangan 7,5
65
Data curah hujan yang dipakai dalam perencanaan jalan system drainase jalan adalah data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan dalam mm/hari.Data curah hujan ini diperoleh dari stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi system drainase,jumlah data curah hujan paling sedikit diperkirakan sekitar 10 tahun.
b. Waktu Curah Hujan
Lamanya waktu curah hujan ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen bahwa hujan harian yang terkonsentrasi selama 4jam dengan jumlah hujan terbesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam.
66
)( 11 nn
x YYSS
RR
nRR
S x
21 )(
4%90 1RI
c. Tinggi Hujan Rencana
Untuk mendapatkan tinggi hujan rencana
dengan masa ulang T tahun dapat ditentukan
dengan rumus :
Dimana :
Maka,
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
Keterangan :
Rt = Besar curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm)
R = Tinggi hujan maksimum rata-rata Sx = Standart deviasi Yt = Variasi yang merupakan fungsi
periode ulang Yn = Nilai yang tergantung pada n Sn = Standart deviasi yang merupakan
fungsi dari n
67
Tabel 2.25 Periode Ulang Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
Yn dapat ditentukan menggunakan tabel dibawah ini :
Tabel 2. 26 Nilai Yn
Sumber:tata cara perencanaan drainase jalan SNI 03-3424-1994
Periode Ulang(Tahun) Variasi yang berkurang 2 0,3665 5 1,4999
10 2,2502 25 3,1985 50 3,9019 100 4,6001
n 0 1 2 3 4 5 6 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,4952 0,5225 0,5352 0,5435 0,5485 0,5521 0,5548 0,5569 0,5566
0,4996 0,5252 0,5371 0,5422 0,5485 0,5534 0,5552 0,5570 0,5589
0,5035 0,5288 0,5380 0,5448 0,5493 0,5527 0,5555 0,5572 0,5589
0,5070 0,5283 0,5388 0,5453 0,5497 0,5530 0,5555 0,5574 0,5591
0,5100 0,5255 0,5402 0,5458 0,5501 0,5533 0,5557 0,5576 0,5592
0,5126 0,5309 0,5402 0,5453 0,5504 0,5535 0,5559 0,5578 0,5593
0,5157 0,5320 0,5410 0,5468 0,5508 0,5538 0,5561 0,5580 0,5595
68
Nilai Sn dapat ditentukan menggunakan tabel dibawah ini :
Tabel 2.27 Nilai Sn
Sumber:Tata Cara Perencanaan Drainase Jalan SNI 03-3424-1994
Setelah memperoleh nilai I dari persamaan di atas,maka diplot pada kurva basis, sehingga didapatkan kurva I rencana.
Gambar 2.20 Kurva Basis
n 0 1 2 3 4 5 6
10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,9496 0,0628 0,1124 0,1413 0,1607 0,1747 0,1899 0,1938 0,2007
0,9676 1,0695 1,1199 1,1435 1,1523 1,1759 1,1653 1,1945 1,2013
0,9833 1,0695 1,1199 1,1435 1,1523 1,1759 1,1653 1,1945 1,2020
0,9971 1,0811 1,1226 1,1480 1,1558 1,1782 1,1681 1,1959 1,2025
1,0095 1,0854 1,1255 1,1499 1,1557 1,1782 1,1690 1,1967 1,2032
1,0206 1,0915 1,1285 1,1519 1,1581 1,1803 1,1698 1,1973 1,2038
1,0316 1,0961 1,1313 1,1538 1,1596 1,1814 1,1906 1,1980 1,2044
KURVA BASIS
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
Waktu Intensitas (menit)
Inte
nsita
s H
ujan
(mm
/jam
)
Kurva Basis
69
xVLt
602
d. Waktu konsentrasi (Tc) Waktu konsentrasi adalah lama
waktu yang dibutuhkan oleh aliran air untuk dapat mencapai suatu titik tertentu pada saluran drainase. Waktu konsentrasi dipengaruhi oleh kemiringan sakeluran, kecepatan aliran dan kondisi permukaan saluran. Dari ketiga hal tersebut,perhitungan waktu konsentrasi dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Tc= t1 + t2 Dimana:
167.0
32
1 28,3
sndLot
Keterangan : Tc = Waktu konsentrasi t1 = Inlet time (overload flow time),
yaitu : waktu yang diperlukan oleh air limpahan untuk mencapai lokasi fasilitas drainase (inlet) dari titik terjauh yang terletak di Catchment Area dan jalan itu sendiri.
t2 = Time of flow (channel/ditch flow time), yaitu waktu yang diperlukan oleh air limpahan untuk untuk mengalir melalui drainase.
Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)
L = Panjang Saluran (m) Nd = Koefesien hambatan
70
S = Kemiringan daerah pengaliran V = Kecepatan air rata-rata diselokan
(m/dt)
Tabel 2. 28 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien Hambatan
Sumber : Tata cara perencanaan Drainase Jalan SNI 03-3424-1994
No Kondisi Lapis Permukaan nd 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
Lapisan semen dan aspal beton Permukaan licin dankedap air Permukaanlicindan kokoh Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit kasar Padang rumput dan rerumputan Hutan gundul Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput jarang sampai rapat
0,013 0,020 0,100 0,200
0,400 0,600 0,800
71
Tabel 2. 29 Kecepatan Aliran yang Diizinkan Berdasarkan Jenis Material
No. Jenis Bahan Kecepatan aliran yang diizinkan (m/s)
1 Pasir halus 0.45
2 Lempung kepasiran 0.5
3 Lanau alluvial 0.6
4 Kerikil halus 0.75
5 Lempung Kokoh 0.75
6 Lempung padat 1.1
7 Kerikil kasar 1.2
8 Batu-batu besar 1.5
9 Pasangan batu 0.60-1.80
10 Beton 0.60-3.00 11 Beton bertulang 0.60-3.00
Sumber : Tata cara perencanaan Drainase Jalan SNI 03-3424-1994
e. Luas Daerah Pengaliran Luas daerah pengaliran batasnya
tergantung dari daerah pembebasan dan daerah sekelilingnya:
L = L1+L2+L3 A = L(L1+L2+L3)
Dimana: L = Batas daerah pengaliran yang
diperhitungkan
72
L1 = Ditetapkan dari as jalan bagian tepi perkerasan
L2 = Ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai bahu jalan
L3 =Tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum100 m
A = Luas daerah pengaliran
f. Intensitas Hujan Maksimum Untuk mendapatkan intensitas
hujan maksimum maka hasil perhitungan waktu konsentrasi diplotkan pada kurva basis rencana. g. Menentukan Koefesien Pengaliran
Aliran yang masuk kedalam saluran drainase berasal dari suatu catchment area disekitar saluran drainase untuk menentukan koefesien pengaliran dipergunakan persamaan :
......
321
332211
AAAACACACC
Dimana: C1,C2,C3 = Koefesien pengaliran
yang sesuai dengan tipe kondisipermukaan
A1,A2,A3 = Luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan kondisipermukaan.
h. Debit Aliran Debit aliran air adalah jumlah air
yang mengalir masuk kedalam saluran
73
%1001 xL
tti o
2/13/21 xixRn
V
tepi. Dari keseluruhan analisa hidrologi di atas,maka debit air yang melalui saluran drainase dapat dihitung dengan persamaan :
CIAQ6.3
1
Dimana: Q = Debit air(m/detik) C = Koefesien pengaliran I = Intensitas hujan(mm/jam) A = Luas daerah pengaliran(km2)
i. Kemiringan Saluran (i) Kemiringan saluran ditentukan
dari hasil pengukuran di lapangan, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Tabel 2. 30 Kemiringan Melintang Perkerasan Bahu Jalan No. Jalan lapis
permukaan jalan
Kemiringan Melintang normal (%)
1. 2. 3. 4.
Beraspal, Beton Japat
Kerikil Tanah
2 – 3% 4 – 6 % 3 – 6 % 4 – 5 %
Sumber : Tata cara perencanaan Drainase Jalan SNI 03-3424-1994
j. Kecepatan Rata-Rata (V) Dimana :
74
V = Kecepatan rata-rata (m/dt) R = Jari-jari (m) i = Kemiringan saluran n = Koefisien kekasaran
2.6 Rencana Anggaran Biaya
2.6.1. Umum Perhitungan rencana anggaran biaya
adalah proses perhitungan untuk menentukan nilai atau besarnya kebutuhan biaya untuk mendirikan suatu konstruksi bangunan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan besarnya harga satuan bangunan, yaitu : a. Volume pekerjaan b. Harga bahan dan peralatan c. Upah untuk tenaga pekerjaan
Perhitungan rencana anggaran biaya dibuat sebelum dilakukannya pembangunan, tepatnya setelah perencanaan fisik bangunan. Oleh karena itu, jumlah anggaran yang didapatkan hanyalah merupakan taksiran biaya, bukan biaya sebenarnya. Sesuai atau tidaknya perhitungan, tergantung dari kemampuan personel berdasarkan pengalaman. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan menghasilkan ketepatan perhitungan yang lebih optimal.
Dalam perhitungan rencana anggaran biaya yang akan dipaparkan dalam laporan ini, diguankandaftar analisa harga satuan pekerjaan yang diperoleh dari buku panduan Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina
75
Marga, yakni Buku Petunjuk Analisa Biaya Harga Satuan Pekerjaan”. Sehingga, tidak ditunjukkan perhitungan unutuk menentukan koefisien tenaga kerja, bahan, dan peralatan yang digunakan pada tiap-tiap satuan pekerjaan.
2.6.2. Volume Pekerjaan Volume pekerjaan merupakan salah satu
factor yang sangat penting dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya, yaitu sebagai salah satu faktor pengali untuk harga satuan. Perhitungan volume ini didasarkan pada perencanaan profil melintang (cross section) dan profil memanjang (long section).
2.6.3. Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh dari proses perhitungan dari masukan – masukan anatara lain berupa harga sauna dasar untuk bahan, alat, upah, tenaga kerja serta biaya umum dan laba. Berdasarkan masukan tersebut dilakukan perhitungan untuk menentukan koefisien bahan, upah tenaga kerja dan peralatan setelah lebih dahulu menentukan asumsi – asumsi dan faktor – faktor serta prosedur kerjanya. Jumlah dari seluruh hasil perkalian koefisien tersebut dengan harga satuan ditambah dengan biaya minimum dan laba akan menghasilkan harga satuan pekerjaan. Analisa harga satuan pekerjaan ini meliputi beberapa item pekerjaan : ▪ Pekerjaan Persiapan
• Pengukuran • Mobilisasi dan demobilisasi • Papan nama proyek • Direksi keet
76
▪ Pekerjaan Tanah
• Pembersihan Lapangan dan Perataan • Pengurugan dengan pemadatan
▪ Pekerjaan Perkerasan Kaku (Rigid)
• Pekerjaan Lapis Pondasi dengan Agregat Kelas A
• Pekerjaan Lean Concrete (Beton K-175)
• Pekerjaan Beton K-400 ▪ Pekerjan Drainase
• Pekerjaan Galian untuk Drainase • Beton K-350
▪ Pekerjaan Pelengkap
• Pekerjaan Median Jalan • Pekerjaan Marka Jalan
77
BAB III
METODOLOGI
Dalam suatu perencanaan, perlu adanya metodologi, karena hal tersebut adalah cara dan urutan pekerjaan pada suatu perhitungan rencana. Metodologi suatu perencanaan adalah cara dan urutan kerja suatu perhitungan untuk mendapatkan hasil dari lebar jalan yang dibutuhkan, tebal perkerasan jalan, alinyemen horizontal, alinyemen vertikal, dan saluran drainase.
3.1 Pekerjaan Persiapan Sebelum memulai suatu pekerjaan, pertama yang
harus dilakukan adalah tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan awal, dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Persiapan merupakan serangkaian pekerjaan yang meliputi :
a. Mencari informasi mengenai tempat meminjam data untuk dijadikan sebagai bahan Tugas Akhir.
b. Mencari data ke instansi/perusahaan yang terkait antara lain Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur, serta meminta ijin kepada instansi tersebut yang memiliki proyek data guna dijadikan sebagai bahan Tugas Akhir.
c. Membuat dan mengajukan berkas-berkas yang diperlukan untuk memperoleh data. Dalam hal ini yatu prosposal dan surat pengantar dari Kaprodi
d. Mengumpulkan data dan segala bentuk kegiatan/hasil/ survey yang sekiranya dapat mendukung dalam penyusunan laporan Tugas Akhir.
e. Mempelajari semua data dan yang berkaitan dengan hal-hal yang menunjang isi Tugas Akhir.
78
3.2 Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan pengumpulan dan pengolahan
data, maka terlebih dahulu mempelajari dan emahami tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam proyek akhir ini. Dalam mempelajari dan memahaminya, dapat dilakukan dengan mengetahui data-data apa saja yang diperlukan untuk perencanaan modifikasi struktur jalan dalam tugas akhir ini. Tinjauan pustaka yang digunakan, mengacu pada buku-buku perencanaan jalan yang terdapat dalam daftar pustaka.
3.3 Pengumpulan dan Pengolahan data
Data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan tugas akhir ini antara lain :
a. Peta lokasi beserta profilnya b. Peta/data topografi c. Data geometrik jalan d. Gambar eksisting e. Data CBR tanah f. Data lalu lintas g. Data curah hujan
3.4 Survey Lokasi Mengetahui kondisi lingkungan lokasi suatu proyek
yang diperlukan untuk data perhitungan perencanaan. Dari hasil survey didapatkan data berupa gambar kondisi lokasi proyek.
3.5 Analisis dan Pengolahan Data Data-data yang terkumpul, kemudian dianalisa
dan diolah, sehingga didapatkan hasil perhitungan sesuai dengan teori dan ketentuan yang ada.
79
a. Pengolahan Data Lalu Lintas Data Lalu lintas yang berupa data lalu lintas harian
(LHR) rata-rata dianalisa untuk menghitung tebal perkerasan jalan, dimana diperlukan data-data beban kendaraan. Yaitu beban yang berkaitan dengan beban sumbu kendaraan, volume lalu lintas, pertumbuhan lalu lintas, dan konfigurasi roda.
b. Pengolahan Data CBR Tanah Dasar Analisa tanah dasar dilakukan untuk mengetahui
besarnya daya dukung tanah dasar karena mutu dan daya bahan suatu konstruksi perkesaran tidak lepas dari sifat tanah dasar. Pada analisa ini, diperlukan data CBR dari beberapa tempat, sehingga didapatkan daya dukung tanah dasar yang dinyatakan dengan modulus reaksi tanah dasar.
c. Pengolahan Data Hujan Pengolahan data hujan digunakan untuk
perencanaan besarnya debit limpasan yang terjadi pada suatu area, dimana besarnya debit untuk menghitung dimensi saluran drainase jalan. Data curah hujan diambil dari stasiun hujan terdekat dengan lokasi proyek.
3.6 Kontrol Geometrik Jalan a. Alinyemen Horizontal b. Alinyemen Vertikal
3.7 Desain Struktur Perkerasan Kaku a. Struktur dan jenis perkerasan b. Penentuan besarnya rencana
80
3.8 Desain Drainase Langkah-langkah merencanakan Drainase adalah : a. Analisa Hidrologi b. Menghitung Koefisien Pengaliran c. Menghitung Kemiringan Saluran d. Menghitung Kecepatan rata-rata e. Menghitung debit aliran f. Menghitung dimensi saluran
3.9 Gambar Rencana Pada tahap ini, gambar rencana berupa gambar dari
hasil perhitungan jalan dan perencanaan drainase. Setelah perencanaan jalan dan perencanaan drainase, dilanjutkan dengan pembuatan gambar rencana. Gambar rencana ini digunakan sebagai media komunikasi dalam tahap pelaksanaan.
3.10 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya merupakan perencanaan
besarnya biaya yang diperlukan untuk membiayai perencanaan hasil.
3.11 Kesimpulan dan Saran Metode pelaksanaan merupakan urut-urutan kerja
pada pelaksanaan konstruksi jalan yang direncanankan. Bagan Metodologi Sebagai Berikut:
81
MEMENUHI
TIDAK MEMENUHI
Mulai
Pengumpulan Data
Pekerjaan Persiapan
Data LHR Data CBR
Data Curah
Hujan
Analisa Analisa CBR Analisa
Data Hujan
Volume dan
Pertumbuh
an lalu
lintas
sampai UR
CBR Segmen
dan DDT
Intensitas
Hujan
Analisa Kapasitas
Nilai
Kapasitas (c)
Disain Pavement
A
DS < 0,75
Pelebaran Jalan
82
Gambar 3.1 Bagan Metodologi Proyek Akhir
A
Gambar Rencana
Menentukan Metode Pelaksanaan
Perhitungan
Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan
Analisa Harga
Satuan Pekerjaan
Rekapitulasi Anggaran Biaya
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
83
Gambar 3.2 Bagan Metodologi Perkerasan Kaku
84
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
85
BAB IV
PENGUMPULAN DATA
4.1 Umum Perencanaan peningatan ruas jalankabupaten Babat – Bts. Kab. Jombang STA 5+400 – 9+400 mengacu pada kondisi jalan sebelum pelaksanan proyek peningkatan jalan dimulai. Data-data kondisi jalan sebelum proyek peningkatan dilksanakan atau disebut data eksisting dapat berupa data primer maupun data sekunder. Pengertian data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut :
• Data primer : Data yang didapatkan melalui survey atau riset yang dilakukan sendiri
• Data sekunder : adalah data yang didapatkan melalu tangan kedua atau ketiga, dalam hal ini adalah data yang diberikan surveyor atau kontraktor dan konsultan yang bersangkutan
Sehingga untuk mendukung perencanaan peningkatan
jalan dengan menggunakan perkerasan rigi diperlukan data-data sebagai berikut :
a. Peta Lokasi Proyek b. Data Geometrik Jalan c. Data CBR Tanah Dasar d. Data Lalu Lintas (LHR) e. Data Curah Hujan f. Data Foto Kondisi Existing Jalan g. Gambar Long Section dan Cross Section
86
4.2 Pengumpulan Data 4.2.1 Peta Lokasi
Jalan yang akan ditingkatkan adalah termasuk dalam ruas jalan Babat – Bts. Kab. Jombang, tepatnya pada STA 5+400 sampai STA 9+400. Lokasi jalan tersebut ditunjukkan oleh peta berikut ini :
Gambar 4.1 Peta Lokasi Proyek
4.2.2 Data Geometrik Jalan raya
Kondisi geometrik jalan secara umum menyangkut aspek – aspek bagian jalan seperti : lebar perkerasan, lebar bahu jalan, alinyemen vertikal dan horizontal, kebebasan samping, kemiringan melintang dan super elevasi. Tujuan utama penggunaan prinsip geometrik adalah tercapainya syarat – syarat konstruksi jalan yang aman dan nyaman.
Berdasarkan data dari pihak perencana, diketahui kriteria geometrik jalan sebagai berikut :
Lokasi Proyek Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400
87
Tabel 4.1 Karakteristik Jalan No. Uraian Satuan Tipe 1. Fungsi jalan Kolektor 2. Tipe jalan III A 3. Tipe medan Datar 4. Kecepatan rencana
( V ) Km/jam 60 s/d 90
5. Lebar perkerasan m 2 x 3,5 Sumber : CV. Mitra Cipta Engineering
4.2.3 Data Lalu Lintas Data LHR yangkami peroleh berasal dari Perencanaan Peningkatan Jalan Babat – Bts. Kab. Jombang CV MCE CONSULTANT. Data LHR tersebut berupa jumlah volume kendaraan rata-rata per tahun dalam 1 hari. Data LHR tersebut berisi volume kendaraan dari tahun 2016 - 2036. Data Lalu lintas ini diperlukan untuk memperkirakan adanya pelebaran jalan dengan disertai perkiraan adanya perkembangan lalu lintas harian rata – rata pertahun sampai umur rencana.selain itu digunakan juga untuk merencanakan tebal lapis perkerasan pelebaran jalan dan lapis ulang. Berikut adalah tabel yang bersi jumlah volume kendaraan mulai dari tahun 2016-2036.
Tabel 4.2 Volume LHR dari Tahun 2012-2014 No Jenis
Kendaraan Tahun
2012 2013 2014 2015 2016 1 Sepeda motor,
Sekuter, Spd kumbang,
17589 18818 20726 20751 21835
2 Sedan, Jeep, Minibus, Van, Station wagon
1227 1338 1448 1579 1701
88
3 Oplet, Pick-up Oplet, Combi
305 325 358 365 406
4 Pick-up, Micro truck, mobil box
669 729 750 792 812
5 Bus Kecil 28 29 32 35 40 6 Bus Besar 637 705 721 737 829 7 Truck Sedang,
Truck Berat 2 as
166 168 210 255 257
8 Truck Berat 3 as
24 26 30 30 32
9 Truck Gandeng
40 46 49 52 58
10 Truck Trailer 254 264 300 362 409 Sumber: Dinas PU Bina Marga
4.2.4 Data CBR
Data CBR yang kami gunakan adalah data CBR yang kami peroleh dari CV. Aria Jasa Reksamata selaku Konsultan Perencana proyek untuk ruas jalan tersebut. Data CBR yang kami peroleh merupakan hasil dari uji langsung di lapangan pada 3 titik untuk mengetahui nilai daya dukung dari tanah dasar untuk ruas jalan tersebut. Berikut ini adalah tabel yang berisi nilai CBR pada ruas jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400.
Tabel 4.3 Nilai CBR untuk Ruas Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 No STA Kondisi Tanah Nilai CBR 1 6 + 000 sudah rendam 1.34% 2 7 + 100 sudah rendam 1.55% 3 8 + 550 sudah rendam 3.10%
Sumber: CV. Mitra Cipta Engineering
89
4.2.5 Data Curah Hujan Data curah hujan yang kami gunakan pada tugas
akhir ini kami peroleh dari Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur yang berasal dari stasiun hujan Babat. Data curah hujan yang kami gunakan merupakan data curah hujan puncak tiap tahunnya.Data tersebut berisikan curah hujan puncak pada 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2005-2015. Berikut ini adalah tabel data curah hujan 10 tahun terakhir.
Tabel 4.4 Data Curah Hujan Tahun 2005-2014
Tahun Hujan Harian Max (Xi)
2005 93 2006 78 2007 89 2008 92 2009 97 2010 86 2011 94 2012 90 2013 123 2014 118 2015 108
n = 10 1068 Sumber: Dinas PU Pengairan Provinsi Jawa Timur
90
4.2.6 Gambar Kondisi Eksisting
Gambar 4.2 Kondisi Eksisting Proyek
4.3 Penyajian Data Data-data yang sudah didapatkan tersebut
kemudian harus diolah terlebih dahulu agar dapat ditentutukan parameter-parameter yang ingin dicapai.
4.3.1 Data Lalu Lintas
Data jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2012 sampai tahun 2016 digunakan untuk mengetahui angka pertumbuhan lalu lintas untuk masing – masing jenis kendaraan. Dalam mencari pertumbuhan lalu lintas,
91
dipergunakan program Ms. Excel untuk memperoleh rumus pertumbuhan dari regresi yang dilakukan. Kemudian kami olah lagi kedalam program Ms. Excel untuk mencari pertumbuhan lalu lintas (i) rata – rata. Berikut langkah – langkah yang dipergunakan untuk mencari pertumbuhan lalu lintas tiap kendaraan :
a. Membust grafik dan persamaan regresi dari data masing-masing jumlah kendaraan bermotor dalam program MS.Excel dengan memasukkan data kendaraan sebagai kolom “y” dan tahun perolehan data-data lalu lintas tersebut sebagai kolom “x” secara berurutan mulai dari tahun pertama sampai tahun akhir data.
b. Blok kolom “x” dan kolom, “y” sehingga menghasilkan grafik regresi.
c. Cek grafik regresi dengan cara menghitung persamaan regresi tersebut.
d. Dari persamaan regresi tersebut dipindah dalam program Ms. Excel untuk mencari prediksi pertumbuhan tiap kendaraan ditiap-tiap tahun untuk umur rencana 20 tahun mendatang.
e. Dari hasil perhitungan persamaan regresi dapat diperoleh pertumbuhan tiap kendaraan untuk masing-masing tahun dengan rumus : 𝑥1 =
𝑦1−𝑦0
𝑦0 𝑥5 =
𝑦5−𝑦4
𝑦4
f. Dengan jumlah hasil perhitungan persamaan pertumbuhan lalu lintas pada tiap kendaraan untuk masing-masing tahun dapat kita peroleh pertumbuhan lalu lintas (i) dengan rumus :
𝑖 = Σ𝑥
𝑛
92
g. Kemudian hasil dari rata-rata pertumbuhan lalu lintas (i) diubah kedalam bentuk persen (%)
Data yang dianalisis adalah data volume lalu lintas kendaraan pada Tabel 4.2 dalam melakukan analisa data lalu lintas, dapat digunakan sebagai acuan untuk mencari pertumbuhan kendaraan atau lalu lintas per tahun untuk masing-masing kendaraan. Untuk mencari pertumbujan lalu lintas kami menggunakan rumus yang terdapat pada hasil regresi pertumbuhan lalu lintas yang terdapat di dalam program Ms. Excel. Kemudian kita olah kembali ke dalam Ms. Excel untuk mencari pertumbuhan lalu lintas rata-rata per tahun (i).
Tabel 4.5 Rekapitulasi Pertumbuhan Lalu Lintas Tiap Kendaraan No Jenis Kendaraan i (%)
1 Sepeda motor, Sekuter, Spd kumbang,
5,21
2 Sedan, Jeep, Minibus, Van, Station wagon
7,84
3 Oplet, Pick-up Oplet, Combi
6,85
4 Pick-up, Micro truck, mobil box
4,70
5 Bus Kecil 8,47 6 Bus Besar 6,28 7 Truck Sedang, Truck
Berat 2 as 9,90
8 Truck Berat 3 as 6,82 9 Truck Gandeng 8,82 10 Truck Trailer 11,10
Sumber: Hasil Pengolahan Data
93
4.3.2 Data Curah hujan Data curah hujan adalah tinggi hujan dalam satu
tahun waktu yang dinyatakan dalam mm/hari.Data curah hujan ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur untuk stasiun curah hujan terdekat dengan lokasi sistem drainase. Data curah hujan dari pengamatan didapatkan curah hujan rata – rata terbesar per tahun selama 10 tahun terakhir sebagi mana terlihat pada table 4.4. Dari data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan Intensitas hujan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Menentukan Standar Deviasi dari Data Curah Hujan
Sumber : Hasil Pengolahan Data
No Tahun
Hujan Harian Max (Xi)
Deviasi (Xi-X)
1 2005 93 -4,09 16,74 2 2006 78 -19,09 364,46 3 2007 89 -8,09 65,46 4 2008 92 -5,09 25,92 5 2009 97 -0,09 0,01 6 2010 86 -11,09 123,01 7 2011 94 -3,09 9,55 8 2012 90 -7,09 50,28 9 2013 123 25,91 671,28 10 2014 118 20,91 437,19 11 2015 108 10,91 119,01
Jumlah n = 11 1068
1882,91 Rata - rata = 97,09
(𝑋𝑖 − 𝑋)2
𝛴(𝑅𝑖 − 𝑅)2 =
94
Perhitungan : a) Tinggi hujan maksimum rata-rata :
X’ = Σ𝑥
𝑛
X’ = 1069
10 = 97,09
b) Perhitungan Standar Deviasi
Sx = √Σ(𝑋𝑖−𝑋′)2
𝑛
Sx = 13,72 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
Ditentukan periode ulang (T) untuk selokan samping 5 tahun
Tabel 4.7 Nilai Yn n 0 1 2 3 4 5 6 10 0,4952 0,4996 0,5035 0,507 0,51 0,5126 0,5157 20 0,5225 0,5252 0,5288 0,5283 0,5255 0,5309 0,532 30 0,5352 0,5371 0,538 0,5388 0,5402 0,5402 0,541 40 0,5435 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5453 0,5468 50 0,5485 0,5485 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 60 0,5521 0,5534 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538 70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 80 0,5569 0,557 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558 90 0,5566 0,5589 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595
Sumber : SNI 03-3424-1994 Hal 16
Dari tabel tersebut didapatkan nilai Yn untuk Jumlah Data (n) = 11 tahun adalah Yn= 0,4952
95
Tabel 4.8 Nilai Yt
Periode Ulang
(Tahun)
Variasi yang
berkurang 2 0,3665 5 1,4999
10 2,2502 25 3,1985 50 3,9019
100 4,6001 Sumber : SNI 03-3424-1994 Hal 16
Dari tabel diatas dapat ditentukan nilai Yt untuk periode
ulang (T) 5 tahun adalah Yt = 2,2502
Tabel 4.9 Nilai Sn n 0 1 2 3 4 5 6 10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 20 0,0628 1,0695 1,0695 1,0811 1,0854 1,0915 1,0961 30 0,1124 1,1199 1,1199 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 40 0,1413 1,1435 1,1435 1,148 1,1499 1,1519 1,1538 50 0,1607 1,1523 1,1523 1,1558 1,1557 1,1581 1,1596 60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1782 1,1803 1,1814 70 0,1899 1,1653 1,1653 1,1681 1,169 1,1698 1,1906 80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,198 90 0,2007 1,202 1,202 1,2025 1,2032 1,2038 1,2044
Sumber : SNI 03-3424-1994 Hal 16
Dari tabel diatas dapat diketahui nilai Sn untuk periode ulang (T) adalah Sn= 0,9496
96
Setelah nilai Yn, Yt, Sn diketahui kemudian menentukan nilai Xt sebagai berikut :
Xt = 𝑋′+𝑆𝑥
𝑆𝑛 𝑥 (𝑌𝑡−𝑌𝑛)
Xt = 97,09 + 1372
0,9496 𝑥 (1,4999−0,4952)
Xt = 122,446 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 Kemudian setelah nilai Xt diketahui, maka setelah itu
dapat menentukan intensitas curah hujan dengn cara sebagai berikut :
I = 90% 𝑥 𝑋𝑡
4
I = 0,9 𝑥122,446
4
I = 27,55 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 Hasil dari perhitungan Intensitas kemudian di plotkan
kedalam kurva basis,yang kemudian digunakan untuk mencari nilai I dari tc (waktu konsentrasi) untuk mencari nilai Q atau debit air. Langkah-langkah adalah sebagai berikut :
• Gambar kurva basis yang belum di plotkan intensitas hujan
Gambar 4. 4 Kurva Basis
97
• Mem-plotkan nilai I yang sudah dapat yaitu 27,55. Kemudian ditarik garis lurus sepanjang sumbu horizontal kurva
• Dari ujung sumbu horizontal dibuat garis
lengkung seperti garis hitam yang sudah ada
98
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
99
BAB V
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
5.1 Analisa Data Lalu Lintas
perhitungan dari kapasitas dasar (Co), menentukan factor penyesuaian akibat jalus lalu lintas (FCw), menentukan factor penyesuaian akibat pemisah arah (FCsp) dan menentukan factor penyesuaian akibat hambatan samping. Dari serangkaian data tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai derajat kejenuhan (DS) pada kondisi eksisting.
5.1.1.1 Menetukan Kapasitas Dasar
Kapasitas dasar jalan dapat ditentukan dengan mengetahui dan melihat tipe ainyemen pada daerah perencanaan. Dari hasil perhitungan tipe alinyemen tersebut diatas, maka ruas jalan Babat – Bts. Kab. Jombang STA 5+400 – 9+400 direncanakan 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD) adalah datar dengan menggunakan Pers. 2.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Rekapitulasi Perhitungan ΔH
STA Elevasi ΔH
5 + 437,5 50,6345 -1,3325 5+ 475 51,967
5 + 500 51,964 0,003 5 + 537,5 50,663 1,301 5 + 638,3 49,886 0,777
5.1.1 Fasilitas Kondisi Jalan Eksisting Dalam analisa kapasitas dibutuhkan hasil
100
5 + 675 49,988 -0,102 5 + 725 49,995 -0,007
5 + 806,5 50,1715 -0,1765 5 + 998,8 50,1175 0,054 6 + 075 50,246 -0,1285 6 + 150 50,185 0,061
6 + 235,9 50,5755 -0,3905 6 + 497,5 49,9775 0,598 6 + 769,7 50,5165 -0,539 7 + 085,7 50,5705 -0,054 7 + 182,9 50,6895 -0,119 7 + 250 50,849 -0,1595
7 + 346,1 50,9255 -0,0765 7 + 442,423 51,198 -0,2725 7 + 675,2 51,337 -0,139 8 + 074,3 51,944 -0,607 8 + 453,3 53,562 -1,618 8 + 620,5 54,464 -0,902 8 + 757 54,71 -0,246 8 + 850 55,03 -0,32 8 + 900 55,057 -0,027
8 + 952,3 55,438 -0,381 8 + 990,9 55,524 -0,086 9 + 190,02 57,0725 -1,5485
9 + 350 57,325 -0,2525 9 + 407,08 57,487 -0,162
Ʃ -6,8525 Sumber : Hasil Pengolahan Data
101
Sehingga :
𝛥𝐻
Ʃ𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 = 6,8525
3,5 = 1,958 m/km < 10 m/km
maka tipe alinyemen vertikal tergolong DATAR. Untuk alinyemen horizontal :
Tabel 5.2 Rekapitulasi Sudut (Δ) Alinyemen Horizontal STA Δ
5+618,950 4 5+875 6
6+268,092 15 7+190,035 4 8+601,988 6
Jumlah 35 Sumber : Hasil Pengolahan Data
Sehingga perhitungan dilanjutkan menggunakan Pers. 2.2:
(35
360 x 2𝜋
3,5) = 0,174 rad/km < 1 rad/km
Maka tipe alinyemen horizontal ruas jalan
tersebut tergolong DATAR.
102
Tabel 5.3 Tipe Alinyemen Berdasaran
Sumber : MKJI 1997 hal. 6-40 Jalan Luar Kota
Kemudian dari tabel kapasitas dasar (Co) pada jalan luar kota 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD) untuk tipe alinyemen datar diperoleh nilai Co = 3100.
Tabel 5.4 Kapasitas Dasar pada Jalan Luar
Sumber : MKJI 1997 hal. 6-65 Jalan Luar Kota
5.1.1.2 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw)
Dari tabel factor penyesuaian akiat lebar jalur lalu lintas untuk tipe jalan 2/2 UD dengan lebar efektif pada tabel sebesar 7 m, maka didapatkan nilai FCw.
103
Tabel 5.5 Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Jalur Lalu
Sumber : MKJI 1997 hal. 6-66 Jalan Luar Kota
5.1.1.3 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah Arah (FCsp)
Pada data lalu lintas yang kami dapat sudah dicantumkan bahwa ruas jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 - STA 9+400 untuk faktor penyesuaian kapasitas pemisah arah adalah 50% - 50%, dan untuk nilai FCsp yang didapat dari tabel sebesar = 1,00.
104
Tabel 5.6 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Pemisah
Sumber : MKJI 1997 hal. 6-67 Jalan Luar Kota
5.1.1.4 Menentukan Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan Samping (FCsf)
Berdasarkan data jalan dan hasil survey lapangan, dapat ditentukan bahwa ruas jalan Babat – Bts.Kab. Jombang terdapat pemukiman, perbukitan, dan pertokoan sehingga kelas hambatan samping pada lokasi dapat digolongkan pada kelas rendah (L). Dari tabel faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf) untuk tipe jalan 2 jalur 2 arah (2/2 UD) dengan kelas hambatan samping rendah dengan adanya bahu jalan selebar 2 m, sehingga nilai FCsf = 1,00
Tabel 5.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat Hambatan
Sumber : MKJI 1997 hal. 6-67 Jalan Luar Kota
105
5.1.1.5 Menentukan Nilai Kapasitas (C) Nilai kapasiatas (C) dapat ditentukan dengan
menggunakan Pers. 2.3 berikut:
Co = 3100 smp/jam FCw = 1,00 FCsp = 1,00 FCsf = 1,00
C = Co x FCw x FCsp x FCsf ………….(Pers. 2.3) = 3100 smp/jam x 1,00 x 1,00 x 1,00 = 3100 smp/jam
5.1.1.6 Menentukan Derajat Kejenuhan (DS) Rumus yang digunakan untuk menentukan nilai DS
dapat menggunakan Pers. 2.4 sebagai berikut :
𝐷𝑆 = 𝑄
𝐶.............(Pers. 2.4)
Dengan rumus tersebut untuk mendapatkan nilai Q menggunakan rumus berikut:
Q = LHRT x k x emp
Berikut adalah contoh perhitungan DS pada kondisi eksisting jalan.
106
Tabel 5.8 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Jalan Eksisting 2/2 UD Tahun 2016
Awal Umur Rencana Tahun 2016
No Jenis Kendaraan Tahun
K Q ren/jam emp Q
smp/jam C DS 2016
1 Sedan, Jeep, Minibus, Van, Station wagon 24195,2
0,11
2661 1 293
3100 0,3
2 Oplet, Pick-up Oplet, Combi 2201,0 242 1 27 3 Pick-up, Micro truck, mobil box 12726,8 1400 1 154 4 Bus Kecil 1774,5 195 1,3 28 5 Bus Besar 916,2 101 1,5 17 6 Truck Sedang, Truck Berat 2 as 8751,3 963 1,5 159 7 Truck Berat 3 as 2311,6 254 2,5 70 8 Truck Gandeng 2137,8 235 2,5 65
9 Truck Trailer 800,4 88 0,5 5
Jumlah 6139,6 816,2
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.9 Perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) Pada Kondisi Eksisting 2/2 UD Tahun 2037
Awal Umur Rencana Tahun 2036
No Jenis Kendaraan Tahun
K Q ren/jam emp Q
smp/jam C DS 2036
1 Sedan, Jeep, Minibus, Van, Station wagon 50473,4
0,11
5552,08 1 610,73
3100 0,5
2 Oplet, Pick-up Oplet, Combi 4591,5 505,06 1 55,56 3 Pick-up, Micro truck, mobil box 26549,4 2920,43 1 321,25 4 Bus Kecil 3701,8 407,19 1,3 58,23 5 Bus Besar 1911,3 210,24 1,5 34,69 6 Truck Sedang, Truck Berat 2 as 18256,1 2008,17 1,5 331,35 7 Truck Berat 3 as 4822,2 530,44 2,5 145,87 8 Truck Gandeng 4459,7 490,56 2,5 134,91 9 Truck Trailer 1669,6 183,66 0,5 10,10
Jumlah 12807,8 1702,7
Sumber : Hasil Pengolahan Data
107
Berikut ini adalah rekapitulasi perhitungan DS dari mulai awal umur rencana hingga akhir umur rencana yaitu pada tahun 2016-2036 :
Tabel 5.10 Rekapitulasi Perhitungan DS Tahun (x) DS
2016 0,3 2017 0,32 2018 0,34 2019 0,36 2020 0,38 2021 0,4 2022 0,406 2023 0,412 2024 0,418 2025 0,424 2026 0,43 2027 0,436 2028 0,442 2029 0,448 2030 0,454 2031 0,46 2032 0,466 2033 0,472 2034 0,478 2035 0,484 2036 0,5
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa nilai derajat kejenuhan (DS) selama umur rencana berada pada nilai ≤ 0,75, maka dapat disimpulkan bahwa ruas jalan Babat – Bts. Kab. Jombang STA 5+400 – 9+400 selama umur perencanaan peningkatan jalan tidak membutuhkan pelebaran.
108
5.2 Perencanaan Geometrik Jalan Dalam perencanaan jalan raya perlu dipertimbangkan juga
mengenai aspek kenyamanan untuk pengguna jalan, untuk itu perlu dilakukan kontrol geometrik jalan yang akan direncanakan.
5.2.1 Kontrol Alinyemen
Untuk melakukan kontrol geometrik diperlukan rencana jari-jari lengkung minimum, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Rmin = 𝑣2
127 (em+fm)
= 602
127 (0,06+0,14)
= 38,306023 m
5.2.1.1 Alinyemen Horizontal Untuk kontrol alinyemen horizontal terdiri
dari bagian lurus dan bagian lengkung (tikungan) yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan saat melaju dengan kecepatan tertentu. Dari data yang ada pada ruas jalan Babat - Bts. Kab. Jombang STA 5+400 – STA 5+900 terdapat tikungan sebagai berikut :
1. Full Circle Perhitungan STA 5+618,950 dengan data sebagai berikut : Vr = 60 km/jam R = 190 m Δ = 4°
109
Menentukan nilai Tc Tc = = 190m x tg(1
2 𝑥 4)
= 16,51716 m Menentukan nilai Ec Ec = Tc.Tg 1
4∆
= 16,51716m x tg( 1
4 x 4°)
= 0,28822 m
Menentukan nilai Lc Lc = ( ∆𝜋
360) x 2.Rc
= (4° 𝑥 𝜋
360) x (2 x 190m)
= 13,25777 m
Kontrol Lc < 2.Tc 13,258 < 2x41,3875 13,258 < 82,775 (OK !)
2. Spiral – Spiral Perhitungan STA 5+875 dengan data sebagai berikut : Vr = 60 km/jam R = 220 m Δ = 6°
Menentukan θs Θs = 1
2∆
= 12
6 = 3
Rc.Tg1
2∆
110
Menentukan nilai Ls Ls = ( 2𝜋
360) x 2.θs.R
= (6° 𝑥 𝜋
360) x (2 x 3 x 200m)
= 62,8 m
Menentukan nilai P dan K
P = 𝐿𝑠2 6𝑅𝑐
− 𝑅𝑐(1-cosθs)
= 69,082 6.220
− 220(1 - cos3) = 3,31368
K = Ls − 𝐿𝑠2
40𝑅𝑐 − 𝑅𝑐sinθs
= 69,08 − 69,082 40.220
− 220.sin3 = 57,002381
Menentukan Nilai Ts Ts = (R+P) tan( 1
2∆) + K
= (220 + 3,31368) x tan(3) + 57,0238 = 68,72718
Menentukan Nilai Es Es = (R+P) sec( 1
2∆) - R
= (220+3,31368) x sec(3) – 220 = 3,62014
Kontrol 2Ls < 2Ts 2 x 62,8 < 2 x 68,7272 125,6 < 137,4544 (OK!)
111
3. Spiral-Cirlcle-Spiral Perhitungan STA 6+268,092 dengan data sebagai berikut : Vr = 60 km/jam R = 180 m Δ = 15° Ls = 19,231
Menentukan nilai Xs dan Ys
Xs = Ls (1 − 𝐿𝑠2
40𝑅𝑐 )
= 19,231 (1 − 19,2312 40.1802 )
= 19,22551
Ys = ( 𝐿𝑠2 6.𝑅𝑐
)
= ( 19,2312
6.180 )
= 0,16209 Menentukan θs Θs = (90.𝐿𝑠
𝜋.𝑅𝑐)
= (90 𝑥 19,231
𝜋.180)
= 3,06226 Menentukan Nilai P
P = 𝐿𝑠2 6𝑅𝑐
− 𝑅𝑐(1-cosθs)
= 19,2312 6 𝑥 180
− 180(1-cos 3,06226) = 0,0854 Menentukan Nilai K
K = Ls - 𝐿𝑠2 40𝑅𝑐
− 𝑅𝑐(sinθs)
112
= 19,231 - 19,2312 40.180
− 180(sin3,06226) = 9,54584 Menentukan Nilai Ts Ts = (R+P) tan( 1
2∆) + K
= (180+0,0854) tan(7,5) + 9,54584 = 33,25453 Menentukan Nilai Es Es = (R+P) sec( 1
2∆) - R
= (180+0,0854) sec(7,5) - 180 = 1,639 Mnentukan Nilai Lc Lc = (∆−2𝜃𝑠
180) x 𝜋 Rc
= (15−2 𝑥 3,06226
180) x 𝜋 x 180
= 27,968 Menentukan Nilai Ltot Ltot = Lc + 2Ls = 27,869 + 2x19,231 = 66,331 Kontrol Ltot < 2Ts 66,331 < 2x33,2545 66,331 < 66,509 (OK!)
113
Tabel 5.11 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Horizontal
Sumber : Pengolahan Data
STA R θs Ls Lc P k TS Vren Rmin Es Ec Tc Ltot tipe kontrol
5 + 618,95 190 - - 13,25778 - - - 60 38,30602 - 0,288224 16,51716 - FC Ok
5+875 200 3 62,8 - 3,31368 57,02381 68,72718 3,62014 - - - SS Ok
6 + 268,1 160 3,06226 19,231 27,869 0,0854 9,54584 33,25453 1,639 - - 66,331 S-C-S Ok
6 + 987,48 225 2 15,7 - 0,04552 7,82022 15,67898 0,18269 - - - SS Ok
8 + 601,98 235 - - 24,596 - - - - 0,3225 12,31582 - FC Ok
114
5.2.1.2 Alinyemen Vertikal Alinyemen vertikal merupakan perpotongan
pada bidang vertikal dengan bidang permukaan jalan melalui garis semu perpanjangan.Kelandaian diasumsikan bernilai positif (+) jika tanjakan dan bernilai negative (-) jika turunan.
D-ari data yang ada pada ruas jalan Babat – Bts. Kab .Jombang STA 5+400 – 9+400 terdapat beberapa lengkung sebagai berikut :
1. Perhitungan Lengkung Vertikal Cembung
(STA 5+475) Kecepatan Rencana (V) = 60 km/jam Jarak Pandang Henti (S) = 75 m Jarak pandang mendahului (S) = 350 m G1 = 4,268% G2 = 0% L lapangan = 20 m Perbedaan Aljabar% (A) = G2-G1 = 0% - 4,268% = -4,268% (cembung)
Gambar 5.1 Sketsa Lengkung Vertikal Cembung STA
115
Menentukan Nilai L 1. Berdasarkan Jarak Henti
S > L L = 2S - 399
𝐴
= 2 x 75 - 399
4,268
= 56,51359 (sesuai) S < L
L = 𝐴𝑆2 399
= 4,268 𝑥 1202 399
= 60,16917
2. Berdasarkan Jarak Pandang Mendahului S > L L = 2S - 960
𝐴
= 2 x 350 - 960
4,268
= 475,0703 (sesuai) S < L
L = 𝐴𝑆2 960
= 4,268 𝑥 5502 960
= 544,6146 (sesuai)
3. Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi
L = 𝐴 𝑥 𝑉2
389
= 4,268 𝑥 802
389
= 39,4982 4. Berdasarkan Keluwesan
L = 0,6 x V = 0,6 x 60
116
= 30 m 5. Berdasarkan Ketentuan Drainase
L = 40 x A = 40 x 4,268 = 170,72 m
Menentukan EV (Pergeseran Vertikal) Maka L yang diambil adalah L lapangan EV = 𝐴 𝑥 𝐿
800
= 4,268 𝑥 25
800
= 0,177833 m
Menentukan Elevasi dan STA PLV Elevasi PLV = elevasi PPV - ½ x L x g1 = 51,874 -1/2 x 20 x 4,268/100 = 51,4472 STA PLV = STA PPV rencana - ½L = 5+475 – 10 = 5+465 Elevasi ¼ L y’ = 𝐴
200 𝑥 𝐿𝑋2
= 4,268
200 𝑥 2052
= 0,026 Elevasi = Elevasi PPV rencana + g1(¼L) – y’ = 51,874 + 4,268/100 (5) - 0,026 = 52,0614 Elevasi PPV Elevasi = Evelasi Rencana – Ev = 51,874 – 0,133375 = 51,74063
117
Elevasi ¾ L y’ = 𝐴
200 𝑥 𝐿𝑋2
= 4,628
200 𝑥 20152
= 0,26 Elevasi = elevasi renc. PPV + g2 x (3/4 L) – y’ = 5+475 + (0/100) x 15 - 0,26 = 479,74
Mencari Elevasi dan STA PTV Elevasi = elevasi PPV rencana + ½ L x g2 = 51,874 + 10 x 0 = 51,874 STA = STA PPV + ½ L = 5+475 + 10 = 5+485
2. Perhitungan Lengkung Vertikal Cekung (STA 5+437.600)
Kecepatan rencana (V) = 60 km/jam Jarak pandang henti (S) = 75 m Jarak pandang mendahului (S) = 350 m G1 = 1,692% G2 = 4,628% L lapangan = 25 m Perbedaan Aljabar% (A) = G2-G1 = 4,268% – 1,692% = 2,576% (cekung)
118
Gambar 5.2 Sketsa Lengkung Vertikal Cekung STA Menentukan Nilai L
1. Berdasarkan Jarak Pandang Henti (S) S > L L = 2S - 150+(3,5𝑆)
𝐴
= 2x75 - 150+(3,5 𝑥 120)
2,576
= -111,902 (sesuai) S < L
L = 𝐴𝑆2
150+(3,5𝑆)
= 2,576 𝑥 1202
150+(3,5 𝑥 120)
= 34,29586 2. Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap (S)
S >L L = 2S - 150+(3,5𝑆)
𝐴
= 2 x 350 - 150+(3,5 𝑥 550)
2,576
= 64,4565 S < L L = 𝐴𝑆
2
150+(3,5𝑆)
= 2,576 𝑥 5502
150+(3,5 𝑥 550)
= 227,841
119
3. Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi L = 𝐴 𝑥 𝑉2
389
= 2,576 𝑥 802
389
= 23,8396
4. Berdasarkan Keluwesan L = 0,6 x V = 0,6 x 60 = 36
5. Berdasarkan Ketentuan Drainase L = 40 x A = 40 x 2,576 = 103,04
Menentukan EV ( Pergeseran Vertikal) EV = 𝐴 𝑥 𝐿
800
= 2,576 𝑥 375,5373
800
= 1,61231 Menetukan Elevasi dan STA PLV Elevasi LV = elevasi PPV - ½ L x g1 = 60,273 - 187.768 x (1,692/100) = 5+249,732 Elevasi ¼ L
Y’ = 𝐴
200 𝑥 𝐿𝑋2
= 2,576
200 𝑥 375,53793,8842
= 0,302
120
Elevasi = elevasi renc. PPV + g1 x (1/4 L) – y’ = 2,576
200 𝑥 375,53793,8842
= 0,302
Elevasi PPV Elevasi = Elevasi rencana – Ev = 60,273 - 1,209 = 59,064 Elevasi ¾ L Y’ = 𝐴
200 𝑥 𝐿𝑋2
= 2,576
200 𝑥 375,537281,6532
= 2,72 Elevasi = elevasi renc. PPV + g2 x (3/4 L) – y’ = 60,273 + (4,628/100) x 93,884 - 2,72 = 61,898 Mencari Elevasi dan STA PTV Elevasi = Elevasi renc. PPV + ½ L x g2 = 60,273, + 187,768 x (4,628/100) = 68,9629 STA = STA PPV + ½ L = 5+437,600 + 187,768 = 5+625,268
121
STA PPV A Tipe Alinyemen
L Lapangan (m)
S Jarak Pandang
Henti (m)
S Jarak Pandang Menyiap
(m)
Jarak Pandang Henti Jarak Pandang Menyiap
Keluwesan Kenyamanan Drainase Kontrol Jarak
Pandang Menyiap
Kontrol Jarak Pandang Henti
Kontrol Keluwes
an
Kontrol Kenyamanan
S>L S<L S>L S<L
5 + 437,5 2,58 Cekung 25 75 350 -101,90 35,13 74,46 229,50 36 23,84 103,04 ok ok not ok ok
5+ 475 -4,27 Cembung 20 75 350 243,49 -60,17 924,93 -757,72 36 -39,50 -170,72 ok ok not ok ok
5 + 500 -4,41 Cembung 20 75 350 240,52 -62,14 917,79 -782,58 36 -40,79 -176,32 ok ok not ok ok
5 + 537,5 3,81 Cekung 30 75 350 -68,92 51,94 228,39 339,35 36 35,25 152,36 ok ok not ok not ok
5 + 638,3 1,14 Cekung 20 75 350 -230,26 15,55 -524,56 101,56 36 10,55 45,6 ok ok not ok ok
5 + 675 -0,59 Cembung 30 75 350 822,85 -8,36 2318,89 -105,28 36 -5,49 -23,72 ok ok not ok ok
5 + 725 0,30 Cekung 30 75 350 -863,49 4,15 -3479,61 27,08 36 2,81 12,16 ok ok not ok ok
5 + 806,5 -0,30 Cembung 50 75 350 1488,93 -4,20 3921,48 -52,91 36 -2,76 -11,92 ok ok ok ok
5 + 998,8 0,26 Cekung 40 75 350 -1001,91 3,57 -
4125,57 23,34 36 2,42 10,48 ok ok ok ok
6 + 075 -0,39 Cembung 40 75 350 1186,36 -5,43 3193,51 -68,35 36 -3,56 -15,4 ok ok ok ok
6 + 150 0,75 Cekung 50 75 350 -348,14 10,28 -1074,67 67,17 36 6,98 30,16 ok ok ok ok
6 + 235,9 -0,87 Cembung 50 75 350 610,74 -12,21 1808,55 -153,75 36 -8,01 -34,64 ok ok ok ok
6 + 497,5 0,50 Cekung 100 75 350 -530,30 6,75 -1924,75 44,1 36 4,58 19,8 ok ok ok ok
6 + 769,7 -0,14 Cembung 50 75 350 3020,50 -1,96 7606,47 -24,68 36 -1,29 -5,56 ok ok ok ok
7 + 085,7 -0,15 Cembung 50 75 350 2864,29 -2,07 7230,61 -26,10 36 -1,36 -5,88 ok ok ok ok
7 + 182,9 0,38 Cekung 50 75 350 -698,14 5,13 -2707,98 33,50 36 3,48 15,04 ok ok ok ok
Tabel 5.12 Rekapitulasi Perhitungan Alinyemen Vertikal
1
122
7 + 250 -0,24 Cembung 30 75 350 1819,46 -3,37 4716,74 -42,43 36 -2,21 -9,56 ok ok not ok ok
7 + 346,1 0,26 Cekung 50 75 350 -1021,40 3,50 -
4216,54 22,90 36 2,38 10,28 ok ok ok ok
7 + 442,423 -0,28 Cembung 50 75 350 1554,93 -4,00 4080,28 -50,42 36 -2,63 -11,36 ok ok ok ok
7 + 675,2 0,15 Cekung 100 75 350 -1785,71 2,00 -
7783,33 13,10 36 1,36 5,88 ok ok ok ok
8 + 074,3 0,19 Cekung 100 75 350 -1353,09 2,65 -
5764,43 17,28 36 1,80 7,76 ok ok ok ok
8 + 453,3 0,24 Cekung 50 75 350 -1080,25 3,31 -
4491,15 21,65 36 2,25 9,72 ok ok ok ok
8 + 620,5 -0,49 Cembung 50 75 350 959,33 -6,95 2647,26 -87,53 36 -4,56 -19,72 ok ok ok ok
8 + 757 0,23 Cekung 50 75 350 -1136,36 3,15 -
4753,03 20,58 36 2,14 9,24 ok ok ok ok
8 + 850 -0,39 Cembung 30 75 350 1173,08 -5,50 3161,54 -69,24 36 -3,61 -15,6 ok ok not ok ok
8 + 900 0,71 Cekung 30 75 350 -368,16 9,72 -1168,09 126,58 36 6,60 28,52 ok ok not ok ok
8 + 952,3 -0,55 Cembung 30 75 350 879,43 -7,71 2455,03 -97,11 36 -5,06 -21,88 ok ok not ok ok
8 + 990,9 0,79 Cekung 30 75 350 -330,60 10,83 -992,82 140,96 36 7,35 31,76 ok ok not ok ok
9 + 190,02 -0,92 Cembung 100 75 350 584,17 -12,96 1744,61 -163,16 36 -8,50 -36,76 ok ok ok ok
9 + 350 0,40 Cekung 30 75 350 -652,99 5,48 -2497,26 71,37 36 3,72 16,08 ok ok not ok ok
9 + 407,08 -0,56 Cembung 30 75 350 861,23 -7,91 2411,23 -99,60 36 -5,19 -22,44 ok ok not ok ok
Sumber : Hasil Pengolahan Data
123
5.2.1.3 Evaluasi Alinyemen Horizontal dan Alinyemen Vertikal
a. Alinyemen Horizontal
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas diketahui bahwa untuk aspek yang dikontrol sudah memenuhi syarat sehingga dapat disimpulkan bahwa alinyemen horizontal pada segmen jalan tersebut sudah baik.
b. Alinyemen Vertikal
Dari hasil perhitungan pada tabel diatas terdapat hasil kontrol alinyemen vertikal yang tidak memenuhi dikarenakan L lapangan < L hitungan. STA yang tidak memenuhi adalah STA 5 + 437,5, STA 5+ 475, STA 5 + 500, STA 5 + 537,5, STA 5 + 638,3, STA 5 + 675, STA 5 + 725, STA 7 + 250, STA 8 + 850, STA 8 + 900, 8 + 952,3, STA 9 + 350 dan STA 9 + 407,08. Karena kontrol yang tidak memenuhi adalah Kontrol L dari persyaratan jarak pandang menyiap maka kami memberikan saran pada STA yang tersebut diatas harus dipasang rambu dilarang mendahului dan marka jalan dibuat garis lurus untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Gambar 5. 3 Rambu Dilarang Sumber : Doumentasi Penulis
124
5.3 Koordinasi alinyemen Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal, dan
potongan melintang jalan tol harus dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman.
Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan memberikan kesan atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui didepannya, sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) lengkung horizontal sebaiknya berimpit dengan lengkung vertikal, dan secara ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.
b) tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan.
c) lengkung vertikal cekung pada landai jalan yang lurus dan panjang, harus dihindarkan.
d) dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindarkan.
e) tikungan yang tajam di antara dua bagian jalan yang lurus dan panjang harus dihindarkan.
Tabel 5.13 Rekapitulasi Kontrol Fase Alinyemen No STA
Horizontal STA
Vertikal Tipe
Horizontal Tipe
Vertikal Kontrol Sefase
1 2 3 4 5
5 + 619 5 + 875 6 + 268
7 + 987,5 8 + 601
5 + 600 5 + 870 6 + 270 6 + 970 6 + 600
FC SS
S-C-S SS FC
Cekung Cembung Cembung Cembung Cembung
Tidak Sefase Tidak Sefase
Sefase Tidak Sefase Tidak Sefase
Dari tabel diatas maka disimpulkam bahwa hanya ada satu tikingan yang sefase karena kebanyakan titik lengkung vertikal dan horizontal tidak bersiggungan.
125
5.4 Perencanaan Perkerasan
5.4.1 Analisa Lalu Lintas 5.4.1.1 Pertumbuhan Kendaraan
Pertumbuhan kendaraan rata-rata tiap jenis kendaraan bergantung pada pertambahan volume kendaraan jenis tersebut setiap tahun nya. Rata-rata pertumbuhan tiap jenis kendaraan tersebut disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 5.14 Pertumbuhan rata-rata kendaraan No Tahun i (%) 1 2012 1,00 2 2013 7,72 3 2014 6,69 4 2015 9,19 5 2016 6,80
i total 7,60 Sumber : Hasil Pengolahan Data
5.4.1.2 Perhitungan Muatan Maksimum Kendaraan Dari nilai i diatas yang merupakan jumlah
pertumbuhan kendaraan rata rata akan digunakan untuk mencari faktor pertumbuhan komulatif (R) yang selanjutnya nilai R tersebut akan digunakan untuk menentukan nilai Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN). Pada perkerasan kaku beban yang diperhitungkan ialah beban kendaraan niaga yang lebih besar dari 5 ton sehingga beban yang kurang dari 5 ton tidak dihiraukan, oleh karena itu perlu dilakukan pengelompokan kendaraan niaga untuk mengetahui kendaraan yang memiliki beban >5 Ton.
126
Tabel 5.15 Data Muatan dan Pengelompokan Kendaraan Niaga
Sumber: Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur
Tabel 5.16 Pembagian Sumbu As (berdasarkan pengukuran beban)
Sumber: Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur
No Jenis Kendaraan Pengelompokan Dalam
Perhitungan
Berat Max.
(Kg)
1 Kendaraan Ringan Mobil Penumpang 2000
2 Bus Besar Bus 9000
3 Truk 2 As kecil atau Bus Kecil Truk 2 As kecil 8300
4 Truk 2 As Truk 2 As 18200
5 Truk 3 As Truk 3 As 25000
6 Trailler Trailler 42000
7 Truk Gandeng Truk Gandeng 31000
No. Jenis Kendaraan Bebas As Jenis As
1. Mobil penumpang 2 ton 1
1
STRT
STRT
2. Bus besar 9 ton 3,06
5,94
STRT
STRG
3. Truk 2 As ¾ atau Bus kecil 8,3 ton 2,82
5,48
STRT
STRG
4. Truk 2 As 18,2 ton 6,19
12,01
STRT
STRG
5. Truk 3 As 25 ton 6,25
18,75
STRT
STdRG
6. Trailler 42 ton
7,56
11,76
22,68
STRT
STRG
STdRG
7. Truk gandeng 31 ton
5,02
11,30
7,54
7,54
STRT
STRG
STRG
STRG
127
5.4.1.3 Perhitungan Data Muatan Maksimum Kendaraan Dalam survey muatan maksimum kendaraan
digunakan untuk mengetahui angka ekuivalen untuk tiap-tiap jenis kendaraan, berikut ini penjelasan perhitungan distribusi beban sumbu pada tiap-tiap jenis kendaraan :
a. Mobil Penumpang Muatan maksimal = 2000 kg = 2 ton. Total 2 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 50% × 2 𝑡𝑜𝑛 = 1 ton
Beban sumbu belakang (STRT) = 50% × 2 𝑡𝑜𝑛 = 1 ton
b. Truk 2 As 3/4 atau bus kecil Muatan maksimal = 8300 kg = 8,3 ton Total 8,3 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 34% × 8,3 𝑡𝑜𝑛 = 2,82 ton
50% 50%
34% 66%
128
Beban sumbu belakang (STRG) = 66% × 8,3 𝑡𝑜𝑛 = 5,48 ton
c. Bus Besar Muatan maksimal = 9000 kg = 9 ton Total 9 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 34% × 9 𝑡𝑜𝑛 = 3,06 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 66% × 9 𝑡𝑜𝑛 = 5,94 ton
d. Truk 2 as Muatan maksimal = 18200 kg = 18,2 ton Total 18,2 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 34% × 18,2 𝑡𝑜𝑛 = 6,19 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 66% × 18,2 𝑡𝑜𝑛 = 12,01 ton
34% 66%
34% 66%
129
e. Truk 3 as
Muatan maksimal = 25000 kg = 25 ton Total 25 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 25% × 25 𝑡𝑜𝑛
= 6,25 ton Beban sumbu belakang (STRG) = 75% × 25 𝑡𝑜𝑛
= 18,75 ton
f. Truk Trailer Muatan maksimal = 42000 kg = 42 ton Total 42 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 18% × 42 𝑡𝑜𝑛 = 7,56 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 28% × 42 𝑡𝑜𝑛 = 11,76 ton
Beban sumbu belakang (STdRG)= 54% × 42 𝑡𝑜𝑛 = 22,68 ton
25% 75%
18% 28% 54%
130
g. Truk Gandeng Muatan maksimal = 31000 kg = 31 ton Total 31 ton dengan distribusi beban sumbu sebagai berikut :
Beban sumbu depan (STRT) = 17% × 31 𝑡𝑜𝑛 = 5,02 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 36% × 31 𝑡𝑜𝑛 = 11,30 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 23,5% × 31 𝑡𝑜𝑛 = 7,54 ton
Beban sumbu belakang (STRG) = 23,5% × 31 𝑡𝑜𝑛 = 7,54 ton
17% 23,5% 23,5% 36%
131
5.4.1.4 Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Dibawah ini merupakan tabel dari jumlah
kendaraan yang direncanakan dan konfigurasi sumbu dari masing-masing pada tahun awal rencana :
Tabel 5.17 Data Lalu Lintas Rencana Tahun 2017
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Jenis Kendaraan Beban Sumbu Jumlah (bh)
Mobil Penumpang 1 + 1 3716
Bus kecil 2,82 + 5,48 169
Bus Besar 3,06 + 5,94 87
Truk 2 As 6,19 + 12,01 831
Truk 3 As 6,25 + 18,75 220
Trailler
7,56 + 11,76 +
22,68 76
Truk Gandeng 5,02 + 11,30 +
7,54 + 7,54 203
132
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Jenis Kendaraan Konfigurasi beban sumbu (ton) Jml.
Kend (bh)
Jml. Sumbu
per Kend (bh)
Jml. Sumbu
(bh)
STRT STRG STdRG
RD RB RGD RGB BS JS BS JS BS JS
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) MP 1 1 - - 3716 2 7432 Bus Kecil 2,82 5,48 - - 169 2 338 2,82 169 5,48 169 Bus Besar 3,06 5,94 - - 87 2 512 3,06 87 5,94 87 Truk 2 as 6,19 12,01 - - 831 2 1662 6,19 831 12,01 831
Truk 3 as Td 6,25 18,75 - - 220 2 880 6,25 220 18,75 220 T. Gandeng 5,02 11,3 7,54 7,54 203 4 812 5,02 203 11,3 203 7,54 203 7,54 203 Truk Trailer 7,56 11,76 - 22,68 76 3 228 7,56 76 11,76 76 22,68 76 Total 11526
Tabel 5.18 Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan
133
Penjelasan tabel diatas :
• Kolom (1) : Jenis-jenis kendaraan yang dihitung dalam Perencanaan tebal perkerasan kaku yaitu kendaraan dengan berat 5 ton <
• Kolom (2) s/d kolom (4) : Konfigurasi beban sesuai dengan jenis kendaraan masing masing
• Kolom (6) : Jumlah kendaraan pada awal umur rencana yaitu pada tahun 2018
• Kolom (7) : jumlah sumbu masing-masing kendaraan • Kolom (8) : jumlah sumbu total masing masing
kendaaraan dapat dihitung dengan perkalian kolom (6) dan kolom (7)
• Kolom (9) s/d kolom (14) : pengelompokan jenis sumbu dari roda depan dan roda belakang
134
Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan lalu lintas (R) yang dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Diketahui :
𝑖 = 7,6% UR = 20 tahun 𝑅 =
(1+𝑖)𝑈𝑅−1
𝑖
𝑅 =(1 + 0,076)20 − 1
0,076
𝑅 = 43,784 Perhitungan jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana 20 tahun
JSKN adalah jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana yang telah ditetapkan yaitu 20 tahun, JSKN tersebut dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini:
𝐽𝑆𝐾𝑁 = 𝐽𝑆𝐾𝑁𝐻 × 365 × 𝑅 × 𝐶 JSKNH = Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada
saat jalan dibuka R = Faktor pertumbuhan komulatif yang besarnya
tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur rencana
C = Koefisien distribusi kendaraan
135
5.4.1.5 Lajur Rencana dan Koefisien Distribusi Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu
lintas dari suatu ruasjalan raya yang menampung lalu lintas kendaraan niaga terbesar. Nilai C dapat diperoleh dari tabel dibawah ini.
Tabel 5.19 Jumlah Lajur Berdasar Lebar Perkerasan
Sumber: SNI Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan beban (Fkb). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya berbagai tingkat realibilitas perencanaan seperti terlihat pada tabel.
Tabel 5.20 Faktor Keamanan Beban
Sumber: SNI Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
Lebar Perkerasan (LP) Jumlah Lajur (n)
Koefisien Distribusi
1 Arah 2 Arah
Lp < 5,50 m 1 Lajur 1 1 5,50 m ≤ Lp < 8,25 m 2 Lajur 0,70 0,50 8,25 m ≤ Lp < 11,25 m 3 Lajur 0,5 0,475 11,23 m ≤ Lp < 15,00 m 4 Lajur - 0,45 15,00 m ≤ Lp < 18,75 m 5 Lajur - 0,425 18,75 m ≤ Lp < 22,00 m 6 Lajur - 0,40
No Penggunaan Nilai FKB
1
Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang aliran lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi. Bila menggunakan data lalu lintas dari hasil survey beban (weight-in-motion) dan adanya kemungkinan route alternatifnya maka nilai faktor keamanan beban dapat dikurangi menjadi 1,15.
1,2
2 Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan niaga menengah 1,1
3 Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah 1,0
136
Maka jumlah jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana 20 tahun adalah :
𝐽𝑆𝐾𝑁 = 𝐽𝑆𝐾𝑁𝐻 × 365 × 𝑅 × 𝐶............................(Pers) 𝐽𝑆𝐾𝑁 = 11526 × 365 × 43,784 × 0,5 𝐽𝑆𝐾𝑁 = 92099425,08
5.4.2 Perhitungan Tebal Perkerasan Perhitungan repetisi sumbu rencana
Tabel 5.21 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana
Jenis Sumbu (1)
Beban Sumbu (2)
Jumlah Sumbu (3)
Proporsi Beban (4)
Proporsi Sumbu (5)
Lalu-lintas Rencana (6)
Repetisi yang terjadi (7)
STRT
7,56 76 0,04
0,48
92099425,08 1914408,56
6,25 220 0,13 92099425,08 5541709,00
6,19 831 0,47 92099425,08 20932546,25
5,48 169 0,10 92099425,08 4257040,09
5,02 203 0,12 92099425,08 5113486,03
3,06 87 0,05 92099425,08 2191494,01 2,82 169 0,10 92099425,08 4257040,09
Total 1755
STRG
12,01 831 0,52
0,44
92099425,08 21007631,81
11,76 76 0,05 92099425,08 1921275,592
11,3 203 0,13 92099425,08 5131828,227
7,54 203 0,13 92099425,08 5131828,227
7,54 203 0,13 92099425,08 5131828,227
5,94 87 0,05 92099425,08 2199354,954
Total 1603
STdRG 22,68 220 0,74
0,08 92099425,08 5476182,032
18,75 76 0,26 92099425,08 1891771,975
Total 296 92099425,08
Sumber: Hasil Pengolahan Data
137
Keterangan tabel diatas : • Kolom (1) : Jenis sumbu kendaraan • Kolom (2) : Sumbu kendaraan yang telah dikelompokkan
berdasarkan jenis sumbu kendaraan (STRT,STRG,STdRG) • Kolom (3) : Jumlah sumbu kendaraan • Kolom (4) : (jumlah sumbu kendaraan) / (jumlah total sumbu)
Contoh : 76 / 1755 • Kolom (5) : (jumlah total sumbu) / (jumlah sumbu total)
Contoh : 1755 / (1755+1603+296) • Kolom (6) : jumlah lalu lintas rencana dari nilai JSKN • Kolom (7) : (4) × (5) × (6)
5.4.3 Analisa CBR
a Perkerasan kaku diatas perkerasan lentur Tebal lapis tambahan perkerasan beton semen
diatas perkerasan lentur dihitung dengan cara yang sama seperti perhitungan tebal pelat beton semen pada perencanaan jalan baru. Modulus reaksi perkerasan lama (k) diperoleh dengan melakukan pengujian pembebanan pelat (plate bearing test) menurut AASHTO T.222-81 di atas permukaan perkerasan lama yang selanjutnya dikorelasikan terhadap nilai CBR. Bila nilai k lebih besar dari 140 kPa/mm (14 kg/cm3), maka nilai k dianggap sama dengan 140 kPa/mm (14 kg/cm3) dengan nilai CBR 50%. (SNI Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen hal.32)
138
b Nilai CBR lapangan Pada perencanaan peningkatan jalan ini untuk
perhitungan tebal pelat beton pada badan jalan digunakan CBR 50%. Sedangkan jika nanti diperlukan pelebaran nilai CBR yang digunakan pada daerah pelebaran adalah nilai CBR lapangan.
5.4.4 Pondasi Bawah Pondasi bawah yang digunakan pada proyek akhir ini adalah lapisan perkerasan lentur perencanaan sebelumnya.
5.4.5 Beton Semen Kekuatan beton yang digunakan pada perencanaan jalan pada proyek akhir ini adalah K-400.
5.4.6 Umur Rencana Perencanaan peningkatan jalan menggunakan perkerasan kaku pada proyek akhir ini adalah 20 tahun
5.4.7 Perhitungan Tebal Pelat Beton Jenis Perkerasan = Beton Bersambung
Dengan Tulangan Jenis Bahu = Dengan Bahu Beton Umur Rencana = 20 tahun JSKN = 92099425,08 Faktor Keamanan = 1 Kuat Tarik Lentur Beton = 4,25 Mpa CBR Tanah Dasar = 50% Tebal Taksiran = 20 cm
139
Gambar 5.4 Grafik Analisa Erosi STRT t = 20 cm
37,8
31,25
30,95
25,1
15,3
14,1
140
Gambar 5.5 Grafik Analisa Fatik STRT t = 20 cm
37,8
31,25
30,95
27,4
15,3
25,1
14,1
141
Gambar 5.6 Grafik Analisa Erosi STRG t = 20 cm
14,85
18,85
28,25
30,025 29,4
142
Gambar 5.7 Grafik Analisa Fatik STRG t = 20 cm
29,4
30,025
28,25
18,85
14,85
143
Gambar 5.8 Grafik Analisa Erosi STdRG t = 20 cm
23,44
28,35
144
Gambar 5.9 Grafik Analisa Fatik STdRG t = 20 c m
23,44
28,35
145
Jenis Sumbu
(1)
Beban Sumbu Beban Renc. Per Roda (4)
Repetisi yang Terjadi (5)
Faktor Tegangan
dan Erosi (6)
Analisa Fatik Analisa Erosi
Ton (2) kN (3) Repetisi Ijin (7)
Persen Rusak (8)
Repetisi Ijin (9)
Persen Rusak (10)
STRT 7,56 75,60 34,40 1914408,56 TE = 0.91 TT 0 TT 0 6,25 62,50 28,44 5541709,00 FRT = 0.214 TT 0 TT 0 6,19 61,90 28,16 20932546,25 FE = 1.8 TT 0 TT 0 5,48 54,80 24,93 4257040,09
TT 0 TT 0
5,02 50,20 22,84 5113486,03 TT 0 TT 0 3,06 30,60 13,92 2191494,01 TT 0 TT 0 2,82 28,20 12,83 4257040,09 TT 0 TT 0
STRG 12,01 120,10 58,85 21007631,81 TE = 1.47 11000000 1,90978471 3000000 7,002543936 11,76 117,60 57,62 1921275,59 FRT = 0.346 20000000 9,606377962 4000000 0,480318898 11,30 113,00 55,37 5131828,23 FE = 2.4 100000000 5,131828227 6000000 0,855304705 7,54 75,40 36,95 5131828,23
TT 0 TT 0
7,54 75,40 36,95 5131828,23 TT 0 TT 0 5,94 59,40 29,11 2199354,95 TT 0 TT 0
STdRG 22,68 226,80 72,01 5476182,03 TE = 1.27 TT 0 2000000 2,738091016 18,75 187,50 59,53 1891771,97 FRT = 0.299 TT 0 20000000 0,094588599
FE = 2.52
Total 16,6479909 11,17084715 <100% <100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.22 Rekapitulasi Perhitungan Analisa Fatik dan Erosi
146
Kesimpulan : Dari tabel perhitungan tersebut diketahui bahwa nilai persen rusak dari analisa fatik sebesar 1,39 % dan nilai persen rusak dari analisa erosi sebesar 7,60 %. Nilai tersebut sudah memenuhi syarat karena < 100%, maka dalam tugas akhir ini kami merencanakan menggunakan tebal perkerasan 20 cm.
Gambar 5.10 Sketsa Perkerasan Kaku
147
Penjelasan tabel taksiran perkerasan diatas : • Kolom (1) : Jenis sumbu kendaraan • Kolom (2) (3) : sumbu kendaraan yang telah
dikelompokkan berdasarkan jenis sumbu kendaraan (STRT,STRG,STdRG) dalam Ton dan Kn
• Kolom (4) : Beban rencana tiap roda Cara perhitungan : 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 (𝑘𝑛) × 𝐹𝑘𝑏
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢
: 75,6 ×1
2
: 37,8 𝑘𝑛 • Kolom (5) : Repetisi sumbu masing-masing kendaraan • Kolom (6) : Faktor tegangan ekivalen dan tegangan erosi,
Fe dan Te di kolom diambil langsung dari tabel, dan FRT : 𝑇𝑒
𝐾𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑙𝑒𝑛𝑡𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛
• Kolom (7) : Repetisi ijin ini didapat dengan cara menarik garis pada nomogram yang disediakan (Analisa erosi), beban per roda ditarik pada faktor rasio tegangan dan akhirnya didapat nilai Repetisi ijin (dijelaskan pada gambar)
• Kolom (8) : 𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 ×100
𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑖𝑗𝑖𝑛
Hasil penjumlahan dari kolom (8) atau persen rusak tidak boleh melebihi 100%
• Kolom (9) : faktor erosi ini didapat dengan cara menarik garis pada nomogram yang disediakan (Faktor rasio tegangan), beban per roda ditarik pada faktor rasio tegangan dan akhirnya didapat nilai analisa erosi (dijelaskan pada gambar)
• Kolom (10) : 𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑚𝑏𝑢 ×100
𝑟𝑒𝑝𝑒𝑡𝑖𝑠𝑖 𝑖𝑗𝑖𝑛
Hasil penjumlahan dari kolom (10) atau persen rusak tidak boleh melebihi 100%
148
5.5 Perhitungan Penulangan dan Sambungan Perhitungan beton bersambung dengan tulangan (BBDT): ➢ Spesifikasi beton yang ditulangi :
• Tebal pelat beton = 200 mm • Lebar pelat = 3,50 m • Panjang plat beton = 20 m
➢ Material : Beton K-400 • Kuat tekan beton (fc’) = 350 kg/cm2 • Tegangan leleh baja (fy) = 2400 kg/cm2 • Es/Ec (n) = 6 • Koefisien gesek antara beton dan fondasi bawah (μ) = 1,0 • fcf = 4,25 Mpa • Ambil fct = 0,5 x 42,5
= 21,25 kg/cm2
Baja BJTU-24 • Kuat tarik baja leleh (fy) = 240 Mpa • Kuat tarik ijin (fa) = 0,6 x 240 Mpa = 144 Mpa • Gravitasi = 9,81 m/det2
5.5.1 Perhitungan Penulangan
➢ Penulangan Memanjang 𝐴𝑠 =
𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
2𝑓𝑠
= 1,8 × 20 × 2400 × 9,81 × 0,2
2 ×240
= 352,8 mm2
As min = 0,10% × 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 1000 = 0,10% × 200 × 1000 = 200 mm2
149
Digunakan tulangan : • Jarak tulangan = 250 mm • Diameter tulangan = 8 mm
As yang digunakan = 1000
225× 0,25 × 𝜋 × 𝑑2
= 502,654 mm2 Perhitungan diatas memenuhi persyarata As digunakan > AS min; 502,654 mm2 > 200 mm2, maka dipasang tulangan D8-250 mm
➢ Penulangan Melintang
𝐴𝑠 =
𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
2𝑓𝑠
=1,8 × 7 × 2400 × 9,8 × 0,2
2 ×240
= 123,48 mm2 As min = 0,10% × 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑡 × 1000
= 0,10% × 200 × 1000 = 200 mm2
Digunakan tulangan : • Jarak tulangan = 400 mm • Diameter tulangan = 8 mm
As yang digunakan = 1000
450× 0,25 × 𝜋 × 𝑑2
= 251,33 mm2 Perhitungan diatas memenuhi persyarata As digunakan > AS min; 502,654 mm2 > 200 mm2, maka dipasang tulangan D8-400 mm
150
5.5.2 Perhitungan Sambungan Sambungan memanjang menggunakan batang pengikat Tie Bars (construction joint) Spesifikasi : Lebar Jalan = 7 m Lebar Lajur (b) = 3,5 m Tebal Pelat (h) = 0,2 m 𝐴𝑡 = 204 × 𝑏 × ℎ = 204 × 3,5 × 0,2 = 142,8 mm2
Direncanakan sambungan menggunakan tulangan diameter 16 mm (minimal) maka luasnya : 𝐴𝑡 = 0,25 × 𝜋 × 𝑑2 = 0,25 × 𝜋 × 162 = 200,96 mm2
Kebutuhan sambungan memanjang per meter nya :
𝐴𝑡
𝐴 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖=
142,8
200,96= 0,7105 = 1 𝑏𝑢𝑎ℎ
Jarak antar sambungan adalah 1000 mm Jarak maksimal tie bars adalah 750 mm Panjang batang pengikat : 𝐼 = (38,3 × 𝜙) + 75 = 687,8 mm Sambungan susut melintang (contraction joint) menggunakan dowel
151
Sambungan susut melintang ini menggunakan ruji polos sepanjang 45 cm dengan jarak antar ruji 30 cm lurus dan bebas dan bebas dari tonjolan tajam yang akan memperngaruhi gerakan bebas pada saat pelat beton menyusut. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri bahan anti lengket.
Tabel 5.23 Hubungan antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji N0 Tebal plat beton h Diameter ruji
1 125<h<140 20 2 140<h<160 24 3 160<h<190 28 4 190<h<220 33 5 220<h<250 36
Sumber: SNI Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
Maka dowel dipasang sebagai berikut : Panjang dowel = 45 cm Diameter dowel = 32 mm Jarak dowel = 300 mm
Gambar 5.11 Sambungan Susut Melintang (Contraction Joint)
D 8 mm
152
Gambar 5.12 Sambungan Susut Memanjang (Construction Joint)
Gambar 5.13 Denah Penulangan dan Sambungan
D 8 mm
153
5.6 Perencanaan Sistem Drainase Sistem drainase permukaan adalah bagian jalan yang
berkaitan dengan pengendalian air yang ada di permukaan jalan. Secara umum drainase memiliki fungsi yaitu : • Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar
dari permukaan jalan dan selanjutnya dialirkan lewat saluran samping; menuju saluran pembuang akhir.
• Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke daerah perkerasan jalan.
• Mencegah kerusakan lingkungan di sekitar jalan akibat aliran air. Karena pentingnya fungsi drainase tersebut, maka
perencanaan drainase merupakan bagian yang wajib diperhatikan karena tanpa drainase yang baik, kontruksi jalan akan cepat mengalami kerusakan.
Data-data yang diperlukan pada perhitungan perencanaan saluran tepi (drainase) itu sendiri meliputi data perencanaan dimensi saluran tepi dan data curah hujan yang didapatkan dari stasiun di daerah sekitar lokasi jalan yang direncanakan. Perencanaan drainase saluran tepi meliputi perhitungan debit dan dimensi saluran. Perhitungan debit melalui inlet time, flow time, waktu konsentrasi, intensitas hujan, nilai koefisien pengaliran, dan debit aliran. Perhitungan dimensi saluran membahas tentang perhitungan luas penampang, kemiringan saluran, dan kecepatan aliran rata-rata.
Hal-hal yang dibutuhkan dalam perhitungan perencanaan saluran tepi (drainase) adalah analisa curah hujan serta perencanaan desain saluran tepi (drainase) agar dapat menampung debit air yang mengalir.
154
5.6.1 Pengolahan Data Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh pada
permukaan tanak datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) diatas permukaan yang horizontal. Data curah hujan yang digunakan merupaka data sekunder yang didapat dari kantor PU pengairan. Data curah hujan ini sangat diperlukan untuk menghitung tinggi hujan rencana dan digunakan untuk merencanakan saluran tepi.Data curah hujan dari pengamatan didapat curah hujan harian maksimum pertahun mulai dari 2005-2014.
Berikut ini adalah analisa data curah hujan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan (I) pada stasiun Babat sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 5.24 Perhitungan Repetisi Sumbu Rencana
Tahun Hujan Harian Max (𝑋𝑖)
Deviasi (𝑋𝑖 − 𝑋)2 (𝑋𝑖 − 𝑋)2
2005 93 -4.09 16.74 2006 78 -19.09 364.46 2007 89 -8.09 65.46 2008 92 -5.09 25.92 2009 97 -0.09 0.01 2010 86 -11.09 123.01 2011 94 -3.09 9.55 2012 90 -7.09 50.28 2013 123 25.91 671.28 2014 118 20.91 437.19 2015 108 10.91 119.01 n = 10 1068 Ʃ = (𝑋𝑖 − 𝑋)2
1882,91 Rata-rata 97,09 Sumber : Hasil Pengolahan Data
155
Perhitungan analisa frekuensi curah hujan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan (I), secara analitis :
(a) Tinggi hujan maksimum rata-rata
𝑋′ =Ʃ𝑋𝑖
𝑛
=1068
10
= 97,09 𝑚𝑚
(b) Standar Deviasi
𝑆𝑥 = √Ʃ = (𝑋𝑖 − 𝑋)2
𝑛
= √1882,91
10
= 13,72 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 Untuk menentukan besarnya curah hujan pada periode
T tahun dengan periode ulang (T) untuk selokan samping ditentukan 10 tahun yaitu mencari Xt terlebih dahulu : • Menentukan Yn, Yt, dan Sn terlebih dahulu
Tabel 5.25 Yn n 0 1 2 3 4 5 6
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,507 0,51 0,5126 0,5157
20 0,5225 0,5252 0,5288 0,5283 0,5255 0,5309 0,532
30 0,5352 0,5371 0,538 0,5388 0,5402 0,5402 0,541
40 0,5435 0,5422 0,5448 0,5453 0,5458 0,5453 0,5468
50 0,5485 0,5485 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508
60 0,5521 0,5534 0,5527 0,553 0,5533 0,5535 0,5538
70 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561
80 0,5569 0,557 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,558
90 0,5566 0,5589 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595
Sumber : SNI 03-3424-1994
156
Tabel 5.26 Sn n 0 1 2 3 4 5 6 10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316
20 0,0628 1,0695 1,0811 1,0854 1,0915 1,0915 1,0961
30 0,1124 1,1199 1,1199 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313
40 0,1413 1,1435 1,1435 1,148 1,1499 1,1519 1,1538
50 0,1607 1,1523 1,1523 1,1558 1,1557 1,1581 1,1596
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1782 1,1803 1,1814
70 0,1899 1,1653 1,1653 1,1681 1,169 1,1698 1,1906
80 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,198
90 0,2007 1,202 1,202 1,2025 1,2032 1,2038 1,2044
Sumber : SNI 03-3424-1994
Tabel 5.27 Yt Periode Ulang
(Tahun) Variasi yang Berkurang
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001 Sumber : SNI 03-3424-1994
157
• Mencari nilai Xt Dengan : Yt = 2,2502 Yn = 0,4952 Sn = 0,9496
𝑋𝑡 = 𝑋′ +𝑆𝑥
𝑆𝑛(𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
= 97,09 +13,72
0,9496(1,4999 − 0,4952)
= 122,446 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚 Keterangan : 𝑆𝑥 = Standar deviasi 𝑋𝑡 = Besar curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm/jam) 𝑋′ = Rata-rata tinggi hujan maksimum 𝑌𝑡 = Variasi yang merupakan fungsi periode ulang 𝑌𝑛 = Nilai berdasarkan jumlah data curah hujan 𝑆𝑛 = Standar deviasi yang merupakan fungsi n
• Menentukan nilai I
Bila curah hujan efektif fianggap mempunyai penyebaran seragam 4 jam, maka I didapatkan dari persamaan berikut :
𝐼 =90% × 𝑋𝑡
4
=90% × 122,446
4
= 27,55 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
158
5.6.2 Penentuan Dimensi Drainase perencanaan dimensi saluran tepi (drainase) pada STA 5+450 – 5+750
a kondisi eksisting
• Lo perkerasan sisi kanan = 3,50 m • Lo perkerasan sisi kiri = 3,50 m • Lo bahu jalan = 2,00 m • Lo daerah pinggir kota = 100 m • S perkerasan sisi kanan = 2% • S perkerasan sisi kiri = 2% • S daerah pinggir kota = 6% • Panjang saluran = 450 m
b Menentukan waktu konsentrasi (Tc) • Menentukan inlet time t1 dengan menggunakan
pers. Berikut :
t perkerasan kanan = (2
3 × 3,28 × 𝐿𝑜 ×
𝑛𝑑
√𝑠)0,167
= (2
3 × 3,28 × 3,5 ×
0,013
√0,02)0,167
= 0,14 menit t perkerasan kiri = (2
3 × 3,28 × 𝐿𝑜 ×
𝑛𝑑
√𝑠)0,167
= (2
3 × 3,28 × 3,5 ×
0,013
√0,02)0,167
= 0,14 menit t bahu jalan = (2
3 × 3,28 × 𝐿𝑜 ×
𝑛𝑑
√𝑠)0,167
= (2
3 × 3,28 × 2 ×
0,013
√0,04)0,167
= 2,77 menit t daerah pinggir kota = (2
3 × 3,28 × 𝐿𝑜 ×
𝑛𝑑
√𝑠)0,167
= (2
3 × 3,28 × 100 ×
0,2
0,245)0,167
= 2,38 menit
159
T1 = 0,14 + 0,14 + 2,77 + 2,38 = 5,43 menit
T2 = 0 Tc = t1 + t2
= 5,43 menit
Gambar 5.14 Kurva Basis untuk Menentukan nilai I
Kemudian waktu konsentrasi tc = 5,43 menit dimasukkan dalam kurva basis dan ditarik vertikal keatas dan didapatkan I= 165 mm.
c Menentukan Luas daerah pengaliran dan koefisien pengaliran • Luas Daerah Pengaliran
Perkerasan kanan (A1) = 3,5 𝑚 × 450 𝑚 =
1575 𝑚2
160
Perkerasan kiri (A2) = 3,5 𝑚 × 450 𝑚 =
1575 𝑚2 Bahu Jalan (A3) = 2 𝑚 × 450 𝑚 =
900 𝑚2 Daerah pinggir kota (A4) = 100 𝑚 × 450 𝑚 =
45000 𝑚2 A total = 1575 + 900 + 45000 =
47475 𝑚2 • Menentukan besarnya koefisien pengaliran
Perkerasan Jalan C1 = 0,70 Perkerasan Jalan C2 = 0,70 Bahu Jalan C3 = 0,70 Persawahan C4 = 0,45
• Perhitungan nilai C
𝐶 =𝐶1 . 𝐴1 + 𝐶2 . 𝐴2 + 𝐶3 . 𝐴3 + 𝐶4 . 𝐴4
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐶 =0,75 . 350 + 0,75 . 600 + 0,4 . 30000
47475
𝐶 = 0,46
d Menentukan debit aliran (Q) A = 0,047 km2 C = 0,46 I = 165 mm/jam
𝑄 =1
3,6 × 𝐶 × 𝐼 × 𝐴
𝑄 =1
3,6 × 0,46 × 190 × 0,047
𝑄 = 0,99 m3/detik
161
e Perencanaan dimensi saluran • Perencanaan penampang basah dengan tinjauan
paling ekonomis (Fe) Direncanakan penampang berbentuk persegi, mempunyai syarat sbb : B = 2h Perhitungan luasan basah untuk drainase bentuk persegi sbb : 𝐴 = 𝐵 × ℎ 𝐴 = 2ℎ × ℎ 𝐴 = 2ℎ2
• Perencanaan dimensi penampang basah dengan tinjauan kecepatan aliran
𝐹𝑑 = 𝑄
𝑣
𝐹𝑑 = 0,99
1,5
𝐹𝑑 = 0,66
• Merencanakan dimensi saluran dengan persamaan Fd = Fe 𝐹𝑑 = 𝐹𝑒 0,80 = 2ℎ2
ℎ = √0,66
2
ℎ = 0,57 𝑚 ~ 0,6 𝑚 𝐵 = 2ℎ 𝐵 = 2 × 0,6 𝑚 𝐵 = 1,2 𝑚 Maka direncanakan dimensi saluran drainase menggunakan B = 1,4 m dan h = 0,6 m
162
Dengan tinggi jagaan : 𝑊 = √0,5 × ℎ 𝑊 = √0,5 × 0,6 𝑊 = 0,55 𝑚
• Mencari jari-jari hidrolis saluran
𝑅 =ℎ
2
𝑅 =0,6
2
𝑅 = 0,30 𝑚
• Mencari kemiringan ijin drainase
𝐼 = (𝑣 × 𝑛
𝑅23
)2 ×100%
𝐼 = (1,5 × 0,016
0,3523
)2 ×100%
𝐼 = 0,001 = 0,1%
• Menghitung kemiringan rencana STA 5+450 = 50,807 STA 5+750 = 49,847
𝐼 =𝑡1 − 𝑡2
𝐿 ×100%
𝐼 =50,807 − 49,847
300 ×100%
𝐼 = 0,4% Kemiringan ijin lebih besar dari rencana, maka tidak membutuhkan bangunan pematah arus
163
• Kontrol dimensi saluran bentuk persegi 𝐴 = 2ℎ2 𝐴 = 2 × 0,62 𝐴 = 0,72 𝑚2
𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝐴 × 𝑣 𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 0,72 𝑚2 × 1,5 𝑚/𝑠 𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 = 1,08 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑄𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 > 𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 1,08 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 > 0,99 𝑚3/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
164
Tabel 5.28 Rekapitulasi Perhitungan Saluran Drainase
Sumber : Hasil Pengolahan Data
No STA drainase b d w d+w I ijin Ieksisting I kontrol Q total Q sal Q kontrol
1 5+000 - 5+450 1.2 0.6 0.6 1.2 0.1 0.4 NOT OK 1.16 1.47 OK
2 6+350 - 6+500 0.8 0.4 0.4 0.8 0.3 0.1 OK 0.38 0.48 OK
3 7+650 - 8+050 1.2 0.6 0.6 1.1 0.09 0.074 OK 1.02 1.08 OK
4 8+100 - 8+200 0.8 0.4 0.4 0.8 0.6 0.5 OK 0.26 0.48 OK
5 8+250 - 9+000 1.6 0.9 0.7 1.5 0.1 0.2 NOT OK 1.91 2.43 OK
165
BAB VI
METODE PELAKSANAAN
6.1 Metode Pelaksanaan Peningkatan Ruas Jalan Babat – Bts.Kab Jombang STA 5+400 – 9+400 dengan Menggunakan Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku (Rigid Pavement) adalah suatu susunan konstruksi perkerasan dimana sebagai lapisan atas digunakan peFFlat beton (lean concrete) yang terletak diatas tanah dasar (subgrade) atau diatas pondasi, atau diatas tanah dasar pondasi.Pada awalnya perkerasan kaku hanya diletakkan langsung di atas tanah tanpa adanya pertimbangan terhadap jenis tanah dasar dan drainasenya. Seiring dengan perkembangan zaman, beban lalu lintas pun bertambah, pada akhirnya para engineer menyadari bahwa betapa pentingnya pengaruh jenis tanah dasar terhadap pengerjaan perkerasan terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Pumping merupakan proses pengocokan butiran-butiran subgrade atau subbase pada daerah-daerah sambungan (basah ataupun kering) akibat gerakan vertikal pelat karena beban lalu lintas yang mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.
6.1.1 Urutan Pekerjaan Peningkatan Ruas Jalan Babat –
Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 dengan Menggunakan Perkerasan Kaku
6.1.1.1 Pekerjaan Persiapan a. Pembuatan Direksi keet (Kantor lapangan)
Pembuatan direksi keet ini ditujukan untuk mempermudah pengawasan pekerjaan dan juga untuk mempermudah pekerjaan yang bersifat administratif selama proyek berlangsung.
166
b. Mobilisasi Peralatan Seluruh peralatan yang akan digunakan dalam
pelaksanaan proyek ini didatangkan dan ditempatkan disekitar lokasi proyek. Adapun alat-alat yang karna digunakan selama pelaksanaan proyek peningkatan ruas jalan ini adalah :
1. Dump Truck 2. Excavator 3. Truck Mixer 4. Fixed form Concrette Paver 5. Stampper 6. Water Tank Truck
6.1.1.2 Metode Pelaksaan Pekerjaan Drainase Setelah ditinjau ulang perhitungan drainase
ternyata dalam perencanaan menggunakan bentuk dan dimensi drainase yang berbeda dengan kondisi eksisting. Pada kondisi eksisting sebagian besar drainase yang ada menggunakan bentuk trapesium dan hanya berupa galian tanah. Pada perencanaan yang baru ini dipasang bentuk drainase persegi dengan dimensi bervariasi dan semuanya adalah pasangan batu kali.
Berikut ini adalah serangkaian metode
pelaksanaan pekerjaan drainase:
a) Pembersihan Drainase 1. Membersihkan tumbuh-tumbuhan dan
benda – benda dari saluran tepi jalan yang ada, sehingga tidak mempengaruhi aliran air yang melewati drainase tersebut.
2. Mengecek kembali apakah terdapat penghalang/sumbatan pada drainase dan gorong – gorong yang ada, apabila terjadi
167
penyumbatan maka dilakukan upaya pembersihan berupa menggali beberapa saluran yang tertutup lumpur atau kotoran. Beberapa drainase eksisting tertutup oleh lumpur sehingga mengurangi kinerja nya
b) Pekerjaan Galian dan Timbunan 1. Membongkar drainase eksisting yang ada
dikarenakan dimensi saluran eksisting tidak sesuai dengan dimensi perencanaan yang baru.
2. Melakukan galian sesuai dengan dimensi saluran drainase baru.
3. Melakukan timbunan pada dasar drainase sesuai dengan gambar rencana, hal ini diperlukan karena menyesuaikan dengan tinggi overlay perkerasan kaku.
4. Memasang rambu “Hati-Hati Ada Pekerjaan Galian/Timbunan” pada saat melaksanaakan pekerjaan galian/timbunan untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan.
5. Pekerjaan galian dilakukan dengan pekerja secara manual.
6. Tanah hasil galian diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan Dump Truck.
c) Pekerjaan Saluran Drainase Beton Pracetak (U-Ditch)
Metode Kerja Pelaksanaan Saluran Drainase Beton Pracetak u-ditch. Saluran Drainase pracetak berlubang didefinisikan
168
sebagai saluran air hujan yang dibuat dari bahan beton bertulang dengan pelubangan sesuai desain dan kriteria yang telah ditetapkan, dibuat dengan cara proses sistem pracetak. Saluran drainase ini berfungsi untuk mengalirkan dan atau meresapkan air hujan dari suatu tempat ke tempat lain.
• Pengukuran Pengukuran ini meliputi pengukuran panjang pekerjaan dan elevasi. Elevasi yang tertera pada shop drawing diterapkan di lapangan dengan memasang patok-patok dan bouwplank untuk menyimpan elevasi.
• Tahapan Galian Tanah Setelah melakukan pengukuran dan memasang patok dan titik elevasi. Sekarang lakukan penggalian tanah dengan menggunakan alat berat backhoe. Kita juga harus mengontrol galian tanah tersebut sesuai dengan elevasi patok yang sudah kita tandai.Dalam target kurang lebih 1 hari pekerjaan galian tersebut selesai
• Pembuangan tanah bekas galian Selama pekerjaan galian tanah ini berlangsung, kita juga harus mempersiapkan dump truck untuk membuang tanah bekas galian. Tanah bekas yang dibuang harus sudah direncanakan dibuang pada tempat luar area proyek. Tapi kita juga harus menyiapkan sebagian tanah bekas
169
tersebut untuk melakukan pengurugan tanah kembali. Dengan demikian area saluran drainase proyek tersebut ketika sudah selesai akan terlihat bersih.
• Urug Sirtu Tahapan setelah galian mencapai panjang sesuai perencanaan. 1 hari sebelum pengurugan, sirtu harus siap di sisi galian. Untuk segmen selanjutnya sirtu didatangkan bertahap berdasarkan kebutuhan setiap segmen galian. Pengurugan menggunakan excavator dengan bantuan tenaga manusia untuk meratakannya.
• Lantai Kerja Pada umumnya ketebalan untuk lantai kerja biasanya 10 cm dengan dengan menggunakan pasir. Fungsi dari lantai kerja disini adalah untuk mengontrol elevasi pada permukaan saluran drainase yang akan dipasang. Sehingga disaat beton pracetak diturunkan elevasi sudah bisa diaplikasikan dengan baik.
• Pemasangan Beton Pracetak U-Ditch • Beton Pracetak U-Ditch yang sudah
berumur lebih dari 7 hari dari fabrikasi dikirim ke lokasi dan di stok di lokasi dekat pemasangan.
• Pemindahan Beton Pracetak U-Ditch dari stock yard ke tempat pemasangan menggunakan forklift dengan kapasitas sesuai berat material. Biasanya kapasitan
170
forklift yang harus disediakan adalah 2 x berat material.
• Pemasangan Beton Pracetak U-Ditch menggunakan excavator atau crane tergantung pada berat material yang diangkat. Biasanya kapasitas crane atau excavator = 5 x berat material yang diangkat. Pemasangan dilakukan setelah cor lantai kerja berumur minimal 1 hari. Target pemasangan setiap hari rata-rata 6 unit.
• Di atas Beton Pracetak U-Ditch sebaiknya dipasang caping beam dari beton cor di tempat, berfungsi untuk menjaga posisi beton pracetak u-dtich agar tidak bergeser ke kiri atau ke kanan oleh desakan tanah setelah pengurugan kembali.
• Pengelasan plat penyambung antar Beton Pracetak U-Ditch
• Pekerjaan nat • Spasi antar BETON PRACETAK U-
DITCH ditutup dengan campuran semen.
6.1.1.3 Pekerjaan Perkerasan Kaku a) Pengukuran elevasi menggunakan theodolite
• Menentukan elevasi kemiringan jalan yang akan dilakukan rigid pavement (perkerasan kaku).
b) Pengaturan lalu lintas dan pemasangan rambu • Memasasang rambu lalu lintas di lokasi
proyek, rambu yang digunakan :
171
1. Rambu peringatan adanya pekerjaan proyek pembangunan jalan
2. Rambu kecepatan maksimum 3. Rambu Hati – Hati 4. Rambu penunjuk arah lalu lintas
c) Pekerjaan Tulangan Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1. Membersihkan tulangan sesaat sebelum
pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
2. Menempatkan tulangan akurat sesuai dengan gambar dan dengan kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
3. Mengikat batang tulangan kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
Gambar 6. 10 Proses Pemasangan Sumber: https://ririztheone.wordpress.com/2013/10/09/dowel-bars-dan-tie-bars/
172
Gambar 6. 11 Persiapan Lahan beserta Pemasangan dowel dan tie bars
Sumber: https://ririztheone.wordpress.com/2013/10/09/dowel-bars-dan-tie-bars/
d) Pekerjaan Rigid Pavement
1. Persiapan lahan rigid yang meliputi : persiapan instalasi secara manual sambungan dan tulangan sesuai dengan panjang area yang akan di-rigid ( dalam hal ini per 100 m akan dilakukan pekerjaan rigid pavement).
Spesifikasi sambungan yang digunakan : • Dowel
Diameter tulangan = 33 mm Panjang tulangan = 450 mm Jarak = 300 mm
• Tie bar Diameter tulangan = 16 mm Panjang tulangan = 687,8 mm Jarak = 750 mm
Spesifikasi tulangan yang digunakan : • Tulangan memanjang
Diameter tulangan = 8 mm Jarak = 250 mm
• Tulangan melintang Diameter tulangan = 8 mm Jarak = 400 mm
173
2. Penyiapan alat fixedform concrete finisher yang akan digunakan untuk meratakan permukaan beton. Berikut ini adalah contoh gambar alat fixed form concrete paver
Gambar 6. 12 Alat Fixedform Concrete Paver Sumber:http://www.apolloinffratech.com/fixed_form_concrete_paver.html
3. Pengukuran dan pengecekan elevasi rigid
serta pemasangan slink pada tepi area yang akan dilaksanakan pekerjaan rigid.
4. Melakukan pemasangan decking. 5. Pendatangan Truck Mixer dari tempat
readymix setempat dengan keadaan drymix (campuran kering) mengingat jarak lokasi proyek dari tempat batching plants cukup jauh agar adonan beton tidak mengeras sebelum sampai ke lokasi proyek. Berikut adalah gambar lokasi bacthing plant ke lokasi proyek
174
Gambar 6. 13 Peta Lokasi Batching Plant Sumber: Dokumentasi Penulis
6. Sebelum dihampar, beton readymix tersebut diambil beberapa sempel untuk dilakukan serangkaian uji tes apakah beton tersebut sudah sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Adapun beberapa uji tes beton adalah uji kuat tekan, uji slump, uji kuat lentur, tes kubus. Berikut ini adalah beberapa contoh pengambilan benda uji sebelum dilakukannya serangkaian tes.
175
Gambar 6. 14 Benda Uji untuk Tes Slump dan Uji Kuat Tarik Lentur
Gambar 6. 14 Benda Uji untuk Uji Kuat Tekan Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA
Berikut adalah syarat beton yang harus dipenuhi untuk mutu beton K-400 :
Tabel 6. 1 Nilai Uji Slump untuk Pekerjaan Beton
Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-2004-B
176
Tabel 6. 2 Nilai Kuat Tekan Minimum Beton
Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-2004-B
7. Penghamparan beton readymix dari Truck Mixer ke area yang telah disiapkan lalu diratakan oleh para pekerja.
Gambar 6. 15 Proses Penghamparan Beton Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA
8. Setelah beton readymix dihamparkan lalu
dipadatkan dengan menggunakan vibrator oleh para pekerja, kemudian diratakan dengan menggunakan alat fixedform concrete finisher oleh para pekerja.berikut adalah ilustrasi
177
bagaimana proses pemerataan perkerasan beton menggunakan fixedform concrete paver.
Gambar 6. 16 Penghambaran Beton dengan Fixedform Concrete Paver Manual
Sumber : http://kampus-sipil.blogspot.co.id/2013/03/metode-pelaksanaanpekerjaan-beton.html
9. Finishing Rigid Pavement • Grooving/ Brushing Tekstur Permukaan,
agar permukaan jalan tidak licin.
Gambar 6. 17 Alat Gambar 6. 18 Proses Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA
• Melaksanakan Cutting Beton sebelum retak
awal muncul pada permukaan jalan yaitu pada sekitar jam ke 4 s/d ke 24 dan disarankan pada jam ke 18.
178
Gambar 6. 19 Proses Cutting Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA
• Melaksanakan pekerjaan curing beton dengan
menggunakan water tank. Setelah proses curing permukaan beton ditutup dengan menggunakan plastic sheet/terpal untuk menjaga kadar air dalam beton agar tetap terjaga.
Gambar 6. 20 Proses Curing Sumber:http://docplayer.info/106913-Teknis-pelaksanaan jalan-beton-semen-oleh-ir-nurcahyo-b-santoso.html/
179
Gambar 6. 21 Pemasangan Plastic Sumber: CV. GAYO MEDIA PRATAMA
• Bagian atas sambungan muai dan sambungan
yang digergaji harus ditutup dengan bahan penutup yang memenuhi persyaratan spesifikasi sebelum lalu lintas diijinkan melewati perkerasan.
Gambar 6. 22 Pengisian Joint Sumber: http://aspalbinder.blogspot.co.id/
• Membongkar bekisting acuan 8 jam setelah
penghamparan beton.
180
• Pembukaan lalu lintas dapat dilakukan ketika kuat tekan minimum sesuai tabel berikut:
Tabel 6.3 Kuat Tekan Untuk Pembukaan Lalu-Lintas Umum
Sumber : SNI Pelaksanaan Pekerjaan Beton Untuk Jalan Pd. T-05-2004-B
10. Selanjutnya para pekerja dengan menggunakan alat fixedform concrete finisher akan bergerak terus hingga akhir pelaksanaan rigid yang telah ditentukan. Berikut adalah flow Chart pekerjaan perkerasan kaku :
181
MULAI
Pengaturan Arus
Pengukuran /Penentuan Elevasi
Persiapan dan Pemasangan Tulangan
A
Persiapan Dowel
Pengangkutan Beton dengan Truck Mixer
182
Gambar 6. 23 Flow Chart Pekerjaan Perkerasan Beton
A
Penuangan beton
Penghamparan dan Pemadatan menggunakan fixedform concrete
paver
Finishing Permukaan dengan grooving
Curing Beton
Cutting dan pengisian sambungan dengan joint filler
SELESAI
183
6.1.2 Skema Pengaturan Lalu Lintas Pada saat perencanaan peningkatan jalan
kabupaten pacitan ponorogo sedang dilaksanakan maka dapat dipastikan banyak sekali kegiatan konstruksi di lapangan yang mengganggu ruas jalan. Ruas jalan jalan yang terganggu oleh kegiatan konstruksi di lapangan tersebut tentu berakibat pada kenyamanan pengguna jalan. Pengguna jalan berkurang kenyamananya karena tidak dapat menggunakan ruas jalan secara maksimal, oleh karena itu dibuat suatu pengaturan lalu lintas agar lalu lintas pada jalan yang sedang di rehabilitasi tidak lumpuh. Pengaturan lalu lintas tersebut seperti :
• Kegiatan konstruksi jalan terfokus pada satu jalur terlebih dahulu dalam hal ini disimulasikan pada jalan arah
• Agar lalu lintas tidak banyak terganggu pekerjaan konstruksi dilakukan sepanjang 300 meter dengan jeda sepanjang 500 meter pada satu lajur tersebut
• Setelah konstruksi pertama pada 300 meter selesai maka dilanjutkan dengan menutup celah sepanjang 500 meter tersebut
• Setelah satu lajur selesai maka dilanjutkan dengan lajur berikutnya dengan cara yang sama persis
184
Gambar 6.24 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah Babat – Kab. Jombang
Gambar 6.25 Skema Pengaturan Lalu-Lintas dari arah Kab. Jombang - Babat
185
BAB VII
RENCANA ANGGARAN BIAYA
7.1 Volume Pekerjaan 1. Pekerjaan Tanah
• Galian tanah (m3) Galian tanah disini adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menggali tanah sebagai tempat penempatan beton precast saluran drainase. Berikut ini adalah tabel rekapitulasi perhitungan volume galian tanah.
Gambar 7.1 Pekerjaan Galian
Tabel 7.1 Tabel Rekapitulasi Perhitungan Galian Tanah
STA Galian (m2) Jarak Volume
(m3) 5+400 2.234 50 36.71949 5+450 0.000 50 9.1327775 6+350 0.341 50 8.5706575 6+400 0.890 50 15.4730275 6+450 0.770 50 16.3599875 6+500 0.369 50 12.576605 7+650 1.222 50 10.69802 7+700 1.156 50 15.191585
186
7+750 1.608 50 10.9149625 7+800 1.431 50 8.5599675 7+850 1.413 50 8.21036 7+900 1.259 50 19.70032 7+950 0.931 50 20.0007925 8+000 1.429 50 12.44351 8+050 0.664 50 38.1249275 8+100 0.000 50 39.8623275 8+150 0.000 50 20.1248075 8+200 0.000 50 19.6268975 8+250 2.015 50 12.1096575 8+300 1.594 50 29.15603 8+350 2.891 50 60.7454025 8+400 2.939 50 92.742745 8+450 4.921 50 137.911315 8+500 6.248 50 168.47025 8+550 7.230 50 90.375075
Total 913.801
2. Pekerjaan Perkerasan Berbutir • Pengurugan sirtu padat (Bahu Jalan)
- Lebar bahu : 2,00 m - Tebal : 0,20 m - Panjang jalan : 4000 m
Volume : 2,00 m × 0,20 m × 4000 m × 2 = 3200 𝑚3
187
Gambar 7.2 Pekerjaan Urugan
3. Pekerjaan Beton • Beton K-400 (m3)
- Lebar Jalan : 7,00 m - Tebal Perkerasan : 0,20 m - Panjang Jalan : 4000 m
Volume :7,00 m × 0,20 m × 4000 m = 5600 𝑚3
• Penulangan (kg) - Tulangan memanjang Ø 8 mm :
0,395 𝑘𝑔/𝑚 × 224000 𝑚 = 88480 𝑘𝑔 - Tulangan melintang Ø 8 mm :
0,395 𝑘𝑔/𝑚 × 140000 𝑚 = 55300 𝑘𝑔 - Dowel D-32 :
6,31 𝑘𝑔/𝑚 × 2800 𝑚 = 17668 𝑘𝑔 - Tie Bar D-16
1,58 𝑘𝑔/𝑚 ×14933,3 𝑚 = 23594,6 𝑘𝑔
188
4. Pekerjaan Drainase • Pengadaan saluran drainase baru dengan
menggunakan precast beton. Berikut adalah perhitungan kebutuhan jumlah precast beton Tipe U 80×80×120
Panjang saluran : 250 meter Panjang dimensi : 1,2 meter Kebutuhan item : 250
1,2=
208,33~ 208 buah Tipe U 120×120×120
Panjang saluran : 350 meter Panjang dimensi : 1,2 meter Kebutuhan item : 350
1,2=
291,67~ 292 buah Tipe U 140×140×120
Panjang saluran : 50 meter Panjang dimensi : 1,2 meter Kebutuhan item : 50
1,2=
41,67~ 42 buah Tipe U 180×180×120
189
Panjang saluran : 750 meter Panjang dimensi : 1,2 meter Kebutuhan item : 750
1,2=
625 buah
5. Pekerjaan Minor • Marka tengah : asumsi 1 km = 16,2 m2
Total : 3,5 × 16,2 = 56,7 𝑚2 • Marka tepi : 0,12 𝑚 × 2 = 0,24 𝑚
Total : 0,24 𝑚 × 4000 𝑚 = 960 𝑚2 Volume : 56,7 + 960 = 1016,7𝑚2
7.2 Daftar Harga Satuan
Tabel 7.2 Harga Satuan Pekerja
No Nama Pekerja Upah (jam) Upah (hari) 1 Pembantu Tukang Rp 6,925 Rp 55,400 2 Tukang Rp 8,300 Rp 66,400 3 Mandor Rp 9,670 Rp 77,360 4 Operator Rp 8,300 Rp 66,400 5 Mekanik Rp 8,300 Rp 66,400 6 Kepala Tukang Rp 8,500 Rp 68,000
190
Tabel 7.3 Harga Satuan Alat Berat
No Nama Alat Satuan Harga Satuan
Total Harga (hari)
1 Dump Truck Bh Rp 258,125 Rp 2,065,000 2 Truck Mixer Bh Rp 950,000 Rp 7,600,000 3 Excavator Bh Rp 453,291 Rp 3,626,328
4 Vibrator Truss Screed Hari Rp 200,000 Rp 1,600,000
Tabel 7.4 Harga Satuan Alat Berat
No Nama Bahan Satuan Harga Satuan Total Harga 1 Semen PC 40 kg kg Rp 1,550 Rp 62,000 2 Pasir Beton m3 Rp 251,563 Rp 251,563 3 Air Liter Rp 241,700 Rp 241,700 4 Kayu Meranti Bekisting batang Rp 2,800,000 Rp 2,800,000 5 Paku Usuk kg Rp 16,000 Rp 16,000 6 Minyak Bekisting ltr Rp 27,500 Rp 27,500 7 Kayu Kamper 4/6 batang Rp 5,203,125 Rp 5,203,125 8 Tripleks 9mm lembar Rp 98,000 Rp 98,000 9 besi beton polos/ulir batang Rp 11,000 Rp 11,000 12 Kawat ikat kg Rp 16,800 Rp 16,800 13 Semen PC 50 kg kg Rp 1,550 Rp 77,500
191
7.3 Harga Satuan Pokok Pekerjaan 1. Pengukuran Lapangan
Tabel 7.5 HSPK Pengukuran Lapangan PEKERJAAN PENGUKURAN LAPANGAN
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA SATUAN DASAR TOTAL HARGA
A TENAGA
1 SURVEYOR GEODESI 0.0067 OH Rp 158,000 Rp 1,058.60
2 PEMBANTU TUKANG 0.0133 OH Rp 110,000 Rp 1,463.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 2,521.60
B PERALATAN
1 SEWA THEODOLITE 0.0067 Hari Rp 368,800 Rp 2,470.96
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 2,470.96
D TOTAL (A + B + C) Rp 4,992.56
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 499.26
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 5,491.82
192
2. Pekerjaan Tanah
Tabel 7.6 HSPK Pekerjaan Saluran Drainase PEKERJAAN GALIAN SALURAN DRAINASE DENGAN ALAT BERAT
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA SATUAN
DASAR TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.0643 OH Rp 7,354 Rp 472.86
2 PEKERJA 0.0321 OH Rp 11,394 Rp 365.75
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 838.61
B BAHAN
JUMLAH HARGA TENAGA Rp -
C PERALATAN
1 EXCAVATOR 0.0321 JAM Rp 446,325 Rp 14,327.03
2 DUMP TRUCK 0.0806 JAM Rp 252,809 Rp 20,376.41
3 ALAT BANTU 1 Ls Rp 75 Rp 75.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 34,778.44
D TOTAL (A + B + C) Rp 35,617.05
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 3,561.70
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 39,178.75
193
3. Pekerjaan Urugan Tanah
Tabel 7.7 HSPK Pekerjaan Urugan Tanah Dengan Pemadatan TIMBUNAN TANAH DENGAN PEMADATAN
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA SATUAN
DASAR TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.0178 OH Rp 7,354 Rp 130.90
2 PEKERJA 0.0714 OH Rp 11,394 Rp 813.53
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 944.43
B BAHAN
1 PASIR URUG 1.2 m3 Rp 77,000 Rp 92,400.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 92,400.00
C PERALATAN
1 SEWA TEMPER
0.012 JAM Rp 36,274 Rp 435.29
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 435.29
D TOTAL (A + B + C) Rp 93,779.72
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 9,377.97
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 103,157.69
194
4. Pekerjaan Pemasangan Saluran Drainase
Tabel 7.8 HSPK Pekerjaan Instalasi Saluran Drainase
PEKERJAAN SALURAN DRAINASE (U-DITCH)
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN
HARGA SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.083 OH Rp77,360 Rp6,420.88
2 PEKERJA 0.0321 OH Rp11,394 Rp365.75
JUMLAH HARGA TENAGA Rp6,786.63
B BAHAN
1 PRE-CAST U DITCH 80 x 80 x 120 Pcs Rp970,000 Rp970,000
2 PRE-CAST U DITCH 140 x 140 x 120 Pcs
Rp3,205,000 Rp3,205,000
3 PRE-CAST U DITCH 120 x 120 x 120 Pcs
Rp1,942,000 Rp1,942,000
4 PRE-CAST U DITCH 180 x 180 x 120 Pcs
Rp4,410,000 Rp4,410,000
JUMLAH HARGA TENAGA
Rp10,527,000.00
C PERALATAN
1 EXCAVATOR 0.0321 JAM Rp446,325 Rp14,327
2 ALAT BANTU 1
JUMLAH HARGA TENAGA Rp14,327.03
D TOTAL (A + B + C) Rp10,548,113.66
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp1,054,811.37
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp11,602,925.03
195
5. Pekerjaan Perkerasan Beton
Tabel 7.9 HSPK Pekerjaan Beton K-400
PEKERJAAN BETON K-400 KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA
SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.15 OH Rp 77,360 Rp 11,604.00 2 KEPALA TUKANG 0.035 OH Rp 68,000 Rp 2,380.00 3 TUKANG 0.703 OH Rp 66,400 Rp 46,679.20 4 PEMBANTU TUKANG 1.41 OH Rp 55,400 Rp 78,114.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 138,777.20 B BAHAN
1 SEMEN PC 40 kg 0.62 ZAK Rp 62,000 Rp 38,440 2 PASIR COR/BETON 0.79 m3 Rp 251,563 Rp 198,735
3 AIR 215 Liter Rp 27 Rp 5,805 4 AGREGAT KASAR 0.5412789 kg Rp 241,700 Rp 130,827
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 373,806.88
C PERALATAN
1 TRUK MIXER 0.142857 JAM Rp 950,000 135714.15 2 VIBRATORY TRUSS
SCREED 1.142857 JAM Rp 200,000 228571.4
3 ALAT BANTU 1 Ls
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 364,285.55
D TOTAL (A + B + C) Rp 876,869.63 E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 87,686.96 F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 964,556.59
196
6. Pekerjaan Pembesian (Polos)
Tabel 7.10 HSPK Pekerjaan Pembesian (Polos) PENGERJAAN PEMBESIAN (Polos)
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA
SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.0004 OH 77360 30.944
2 KEPALA TUKANG 0.0007 OH 68000 47.6
3 TUKANG 0.007 OH 66400 464.8
4 PEKERJA 0.007 OH 55400 387.8
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 931.14
B BAHAN
1 BESI BETON POLOS D12
BATANG Rp 84,500 Rp 84,500
2 BESI BETON POLOS D32
BATANG Rp 598,000 Rp 598,000
3 KAWAT 0.015 kg Rp 16,800 Rp 252
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 682,752.00
C PERALATAN
JUMLAH HARGA TENAGA Rp-
D TOTAL (A + B + C) Rp 683,683.14
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 68,368.31
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 752,051.46
197
7. Pekerjaan Pembesian (Ulir)
Tabel 7.11 HSPK Pekerjaan Pembesian (Ulir) PENGERJAAN PEMBESIAN (Ulir)
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA
SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.0004 OH Rp 77,360 Rp 30.94
2 KEPALA TUKANG
0.0007 OH Rp 68,000 Rp 47.60
3 TUKANG 0.007 OH Rp 66,400 Rp 464.80
4 PEKERJA 0.007 OH Rp 55,400 Rp 387.80
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 931.14
B BAHAN
1 BESI BETON ULIR
BATANG Rp 149,500 Rp 149,500
2 KAWAT 0.015 kg Rp 16,800 Rp 252
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 149,752.00
C PERALATAN
JUMLAH HARGA TENAGA Rp-
D TOTAL (A + B + C) Rp 150,683.14
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 15,068.31
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 165,751.46
198
8. Pekerjaan Instalasi Bekisting
Tabel 7.12 HSPK Pekerjaan Instalasi Bekisting INSTALASI BEKISTING
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA
SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.033 OH Rp 77,360 Rp 2,552.88
2 KEPALA TUKANG 0.033 OH Rp 68,000 Rp 2,244.00
3 TUKANG 0.33 OH Rp 66,400 Rp 21,912.00
4 PEKERJA 0.66 OH Rp 55,400 Rp 36,564.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 63,272.88
B BAHAN
1 PAKU ETERNIT 0.4 m3 Rp 16,000 Rp 6,400.00
2 PLYWOOD uk. 122 X 244 X 9 mm
0.35 Lembar Rp 93,600 Rp 32,760.00
3 KAYU KAMPER BALOK 4/6, 4/7
0.015 m3 Rp 6,400,000 Rp 96,000.00
4 KAYU MERANTI BEKISTING
0.04 m3 Rp 3,200,000 Rp 128,000.00
5 MINYAK BEKISTING 0.2 Liter Rp 28,300 Rp 5,660.00
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 268,820.00
C PERALATAN
JUMLAH HARGA TENAGA Rp-
D TOTAL (A + B + C) Rp 332,092.88
E OVERHEAD PROFIT 10% (10% X D) Rp 33,209.29
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 365,302.17
199
9. Pekerjaan Minor
Tabel 7.13 HSPK Pekerjaan Minor PEKERJAAN MINOR
KOMPONEN KOEFISIEN SATUAN HARGA
SATUAN DASAR
TOTAL HARGA
A TENAGA
1 MANDOR 0.075 OH Rp 77,360 Rp 5,802
2 TUKANG 0.225 OH Rp 66,400 Rp 14,940
3 PEMBANTU TUKANG 0.6 OH Rp 55,400 Rp 33,240
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 53,982.00
B BAHAN
1 THERMOPLASTIC 1.95 kg Rp 444,000 Rp 865,800
2 GLASS BEAD 0.45 kg Rp 35,000 Rp 15,750
3 MINYAK THINNER 1.05 Liter Rp 27,500 Rp 28,875
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 910,425.00
C PERALATAN
1 COMPRESSOR 0.075 JAM Rp 152,723 Rp11,454.23
2 ALAT BANTU 1 Ls
JUMLAH HARGA TENAGA Rp 11,454.23
D TOTAL
Rp 975,861.23
E OVERHEAD PROFIT
Rp 97,586.12
F TOTAL HARGA SATUAN PEKERJAAN
Rp1,073,447.35
200
7.4 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya
Tabel 7.14 Tabel Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya JENIS PEKERJAAN VOLUME SATUAN HARGA SATUAN TOTAL SATUAN
A PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 DIREKSI KEET 1 Ls Rp 4,500,000 Rp 4.500.000
2 MOBILISASI PERALATAN 1 Ls Rp 7,000,000 Rp 4.000.000
3 PENGUKURAN LAPANGAN 1 Ls Rp 2,000,000 Rp 2.000.000
4 PEMASANGAN RAMBU PENGAMAN 1 Ls Rp 2,500,000 Rp 2.500.000
JUMLAH I Rp 13.500.000
B PEKERJAAN DRAINASE
1 PEMBERSIHAN DRAINASE 1 Ls Rp 3.500.000 Rp 3.500.000
2 GALIAN UNTUK DRAINASE DENGAN ALAT BERAT 913.801 m3 Rp 39.179 Rp 35.801.582,98
3 PEMASANGAN SALURAN DRAINASE
U 80x80x120 208 Unit Rp 970.000 Rp 201.760.000
U 120x120x120 292 Unit Rp 1.942.000 Rp 56.064.000
U 140x140x120 42 Unit Rp 3.205.000 Rp 134.610.000
U 160x160x120 625 Unit Rp 3.682.000 Rp 2.301.25.000
JUMLAH II Rp 3.243.985.853
PEKERJAAN BEKISTING
1 BEKISTING UNTUK PERKERASAN BETON 1470.96 m2 Rp 365,302 Rp 537.344.877
JUMLAH III Rp 537.344.877
D PEKERJAAN PERKERASAN
1 PEKERJAAN TULANGAN
BESI POLOS (STRUKTUR) 143780 kg Rp 11,000 Rp 1,581,580,000
BESI POLOS (DOWEL) 17668 kg Rp 11,000 Rp 194,348,000
201
BESI ULIR 23594.6 kg Rp 11,000 Rp 259,540,600
2 PERKERASAN BETON K-400 5600 m3 Rp 964,557 Rp 5,401,516,922
JUMLAH IV Rp 7.436.985.522
E PEKERJAAN MINOR
1 PEKERJAAN MARKA DAN RAMBU 580 m2 Rp 1,073,447 Rp 622,599,462
JUMLAH V Rp 622.599.462
JUMLAH Rp 11.854.415.443
PPN 10% Rp 1.815.441.544
INFLASI MEI 2017 (4,33%) Rp 513.296.1897
TOTAL BIAYA Rp 13.553.153.176
202
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
203
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan Modifikasi Desain Jalan
Babat – Bts. Kab. Jombang dengan menggunakan Rigid Pavement pada STA 5+400 – 9+400 Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur dengan panjang 4000 m dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan analisa kapasitas jalan pada
kondisi eksisting 2/2 UD dengan lebar badan jalan 7 m selama umur rencana yaitu mlai tahun 2016 – 2036 ternyata tidak diperlukan pelebaran jalan karena nilai DS sampai akhir umur rencana masih di bawah 0,75.
2. Peningkatan jalan menggunakan Beton K – 400 dengan tebal slab beton 20 cm. Kemudian untuk tulangan memanjang menggunakan diameter 8 mm dengan jarak 250 mm dan tulangan melintang menggunakan diameter 8 mm dengan jarak 400 mm.
3. Perencanaan saluran tepi menggunakan Beton Pracetak U-Ditch dengan dimensi dengan desain seperti berikut :
204
Gambar 8.1 Saluran Drainase
4. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan dalam Modifikasi Desain Jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 dengan menggunkan rigid pavement adalah Rp. 13.533.153.176,18 (Terbilang Tiga belas Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Tiga Juta Seratus Lima Puluh Tiga Ribu Seratus Tujuh Puluh Enam Rupiah).
5. Berikut adalah metode pelaksanaan peningkatan jalan dengan menggunakan perkerasan kaku pada ruas jalan Babat – Bts.Kab.Jombang STA 5+400 – 9+400 :
205
MULAI
Pengaturan Arus
Pengukuran /Penentuan Elevasi
Persiapan dan Pemasangan Tulangan
Persiapan Dowel
Pengangkutan Beton dengan Truck Mixer
Penulangan beton
A
206
Gambar 8.2 Metode Pelaksanaan
A
Penghamparan dan Pemadatan menggunakan fixedform concrete
paver
Finishing Permukaan dengan grooving
Curing Beton
Cutting dan pengisian sambungan dengan joint filler
SELESAI
207
8.2 Saran
Dari hasil uraian di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Aspal pada perkerasan yang lama digunakan sebagai lantai kerja untuk jalan beton dan CBR Tanah Dasar diasumsikan > 5%
2. Pada tugas akhir ini perhitungan tebal perkerasan jalan hanya selebar badan jalan eksisting karena dalam perencanaan tugas akhir ini tidak membutuhkan pelebaran jalan. Apabila nantinya diperlukan pelebaran jalan maka perlu dihitung kembali kebutuhan tebal perkerasan jalan pada pelebaran jalan dengan menggunakan data tanah yang sudah ada atau diperbarui.
3. Perencanaan saluran tepi jalan dibuat tidak mengikuti sepanjang jalan karena ada saluran yang berbelok ke arah luar jalan dan beberapa saluran di STA tertentu digunakan untuk irigasi sawah.
4. Karena semua tikungan hanya ada satu tikungan yang
sefase maka pihak pengelola jalan diharapkan dapat memperbaiki trase jalan di kesempatan yang akan datang, agar dapat mengurangi resiko kecelakaan di jalan.
208
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “Manual Kapasitas Jalan Indonesia”, 1997.
2. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “ Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota”,1997.
3. Standar Nasional Indonesia, “Perencanaan Perkerasan
Beton Semen”, PD T-14-2003. 4. Sukirman, Silvia, “Dasar dasar Perencanaan Geometrik
Jalan”, Nova, 1999. 5. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “Tata
Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan”, (SNI 03-3424-1994)
6. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “Buku
Petunjuk Teknis Analisa Biaya Harga Satuan Pekerjaan Surabaya”.
7. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga “
Spesifikasi Teknik Daerah Provinsi Jawa Timur”,2015.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Fajar
Malik merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara, Lahir di
Surabaya pada tanggal 30 Maret
1996. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di SDN
Balas Klumprik II, SMPN 16
Surabaya, MAN Surabaya.
Setelah lulus dari SMA pada
tahun 2014, penulis diterima di Departemen Teknik Infrastruktur
Sipil Program Studi Diploma 3 pada tahun 2014, terdaftar dengan
NRP 3114030134. Di Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ini,
penulis mengambil bidang studi Bangunan Transportasi. Penulis
juga pernah aktif dalam beberapa kegiatan kerohanian kampus,
diantaranya menjadi staff Jama’ah Masjid Al-Azhar, dan ketua
divisi Forum Dakwah Luar Kampus (FDLK) Jama’ah Masjid
Manarul Ilmi. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai
kepanitiaan beberapa kegiatan yang ada selama menjadi
mahasiswa. Penulis bisa dihubungi via email
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Reza
Alfathan Purnadi merupakan
anak pertama dari tiga
bersaudara, Lahir di Surabaya
pada tanggal 11 September
1996. Penulis telah menempuh
pendidikan formal di SD
Muhammadiyah 1 Waru, SMP
Al-Falah Deltasari Sidoarjo,
SMA Muhammadiyah 2
Sidoarjo. Setelah lulus dari SMA pada tahun 2014, penulis diterima
di Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Program Studi Diploma
3 pada tahun 2014, terdaftar dengan NRP 3114030146. Di
Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ini, penulis mengambil
bidang studi Bangunan Transportasi. Penulis juga pernah aktif
dalam beberapa kegiatan kemahasiswaan, diantaranya menjadi
staff Media dan Informasi Himpunan Mahasiswa Diploma Sipil
ITS pada tahun 2015 dan 2016. Selain itu, penulis juga aktif dalam
berbagai kepanitiaan beberapa kegiatan yang ada selama menjadi
mahasiswa. Penulis bisa dihubungi via email
DETAIL TULANGAN.................................................................................................... 1DETAIL TURAB............................................................................................................2DETAIL SHEET PILE................................................................................................... 3DETAIL DIMENSI DRAINASE..................................................................................... 4TIPIKAL DIAGRAM SUPERELEVASI..........................................................................5LONG SECTION.......................................................................................................... 6CROSS SECTION.......................................................................................................20
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:50Detail Turab
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
800
500
1500
1
3
Pasangan Batu
Pipa PVC Ø3" tiap 3 m
02 42
DOSEN PEMBIMBING
350
500
Tulangan Memanjang Ø8 - 250 mm
Tulangan Melintang Ø8 - 400 mm
Dowel D 32 - 300 mm
Tie Bars D16 - 750 mm
25
350
40
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:75Detail Tulangan
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
Joint sealent
Ø Dowel
32mm - 300 mm
Concrete K-400
350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Tulangan Memanjang
Ø 8mm - 400 mm
Tulangan Melintang
Ø 8mm - 250 mm
Spacer Bar U
Ø8mm
19
100
100
200
112 60 60
Dowel dengan pelapis
350
100
100
200
19
Joint sealent
Ø Tie Bar
16mm - 450 mm
Tulangan Memanjang
Ø 8mm - 400 mm
Tulangan Melintang
Ø 8mm - 250 mm
Concrete K-400
Spacer Bar U
Ø8mm
DETAIL LAPIS PERKERASANSKALA 1 : 1/2
SKALA 1 : 1
DETAIL TULANGAN MELINTANGSKALA 1 : 1
DETAIL TULANGAN MEMANJANG28
120
01
20
80
DOSEN PEMBIMBING
42
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:50Detail Turab
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
800
500
1500
1
3
Pasangan Batu
Pipa PVC Ø3" tiap 3 m
02 42
DOSEN PEMBIMBING
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:25Sheet Pile
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
500
320
260
50
TAMPAK ATASSKALA 1 : 10
TAMPAK SAMPINGTAMPAK DEPAN1735
150
50
260
1810
03
DOSEN PEMBIMBING
SHEET PILE TYPE
FPC - 320, N - 500
42
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:50Saluran Drainase
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
GAMBAR STANDAR SALURAN SAMPING BERBAGAI UKURAN
80 1010
10
80
U 80X80X120
120 1212
12
120
140 1515
15
140
U 140X140X120
U 120X120X120
U 160X160X120
04
DOSEN PEMBIMBING
42
640
80
80 640 80
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
V = 1:100Tipikal DiagramSuperelevasi
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
H = 1:1000
DOSEN PEMBIMBING
5 42
TS ST
E = 4%
E = 2% E = 2%
Lc = 13,25778
TS ST
Lc = 62,8
E = 4%
E = 2% E = 2%
STA 5 + 618,950(Full Circle)
STA 5 + 875(Spiral - Spiral)
TS ST
SC CS
STA 5 + 875(Spiral - Spiral)
E = 4%
E = - 4%
E = 2% E = 2%
Lc = 27,869
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
V = 1:100Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
5+450 5+500 5+600 5+650 5+700
46
48
50
52
56
60
54
58
5+400 5+550
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
H = 1:1000
06
49.6
3949
.839
50.0
62
50.8
07
51.7
67
50.1
50
51.7
64
49.9
96
49.8
47
49.6
97
49.6
75
50.7
76
49.7
88
50.2
62
51.0
07
51.9
67
50.3
50
51.9
64
50.2
96
50.0
47
49.8
97
49.8
75
50.9
76
49.9
88
: DASAR SALURAN
-3,33%
42
DOSEN PEMBIMBING
1,692 %
4,268 % -4,408 %
-0,599 %0,541 % -0,052 %
5 + 650
5 + 400 5 + 450 5 + 500 5 + 550
5 + 606.847 5 + 618.950 5 + 631.053
5 + 600
5 + 700
Tidak Sefase
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
5+700 5+750 5+800 5+850 5+900 5+950 6+000
46
48
50
52
56
60
54
58
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
V = 1:100H = 1:1000
07
49.7
97
49.7
95
49.8
47
49.9
10
49.9
70
49.9
63
49.9
58
49.9
46
49.9
35
49.9
23
49.9
80
49.9
12
49.9
97
49.9
95
50.0
47
50.1
10
50.1
70
50.1
63
50.1
58
50.1
46
50.1
35
50.1
23
50.1
80
50.1
12
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,252 % -0,046 %
5 + 750
5 + 800
5 + 847 5 + 902
5 + 887
5 + 950
6 + 0005 + 700
Tidak Sefase
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
6+000 6+050 6+100 6+150 6+200 6+250 6+300
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
08
49.9
15
49.9
57
50.0
11
50.0
46
49.9
85
50.0
23
49.0
84
50.2
31
50.3
60
50.3
91
49.9
80
50.3
31
50.1
15
50.1
57
50.2
11
50.2
46
50.1
85
50.2
23
49.2
84
50.4
31
50.5
60
50.5
91
50.1
80
50.5
31
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,216 % -0,169 %0,585 %
6 + 100
6 + 050
6 + 200
6 + 150
6 + 220.46 + 239.675
6 + 296.509
6 + 000
Sefase
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
6+300 6+350 6+400 6+450 6+500 6+550 6+600
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
09
50.2
61
50.1
91
50.1
20
50.0
50
49.8
39
49.9
80
49.7
88
49.7
67
49.7
77
49.8
18
49.9
10
49.8
71
50.4
61
50.3
91
50.3
20
50.2
50
50.0
39
50.1
80
49.9
88
49.9
67
49.9
77
50.0
18
50.1
10
50.0
71
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
2,27%
42
DOSEN PEMBIMBING
-0,281 %
6 + 315.739
6 + 350 6 + 400 6 + 5006 + 450 6 + 550 6 + 6006 + 300
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
6+600 6+650 6+700 6+750 6+800 6+850 6+900
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
10
49.9
25
49.9
78
50.0
32
50.0
85
50.2
46
50.1
39
50.2
87
50.3
11
50.3
30
50.3
48
50.1
92
50.3
67
50.1
25
50.1
78
50.2
32
50.0
85
50.5
46
50.3
39
50.4
87
50.5
11
50.5
30
50.5
48
50.3
92
50.5
67
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,214 %
6 + 750 6 + 9006 + 7006 + 650 6 + 800 6 + 8506 + 600
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
6+900 6+950 7+000 7+050 7+100 7+150 7+200
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
11
50.3
86
50.4
05
50.4
23
50.4
42
50.4
98
50.4
61
50.5
14
50.5
13
50.4
96
50.4
78
50.4
80
50.4
71
50.5
86
50.6
05
50.6
23
50.6
42
50.6
98
50.6
61
50.7
14
50.7
13
50.6
96
50.6
78
50.6
80
50.6
71
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,075 %-0,072 %
6 + 949.903 7 + 025.062
7 + 2007 + 150
6 + 900
7 + 1007 + 050
Tidak Sefase
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
7+200 7+250 7+300 7+350 7+400 7+450 7+500
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
12
50.5
08
50.5
82
50.6
49
50.6
74
50.7
44
50.6
90
50.8
13
50.8
93
50.9
72
51.0
24
50.7
07
51.0
43
50.7
08
50.7
82
50.8
49
50.8
74
50.9
44
50.8
90
51.0
13
51.0
93
51.1
72
51.2
24
50.9
07
51.2
43
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,304 %0,065 %
0,322 %
7 + 5007 + 4507 + 4007 + 3507 + 3007 + 2507 + 200
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
7+500 7+550 7+600 7+650 7+700 7+750 7+800
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
13
51.0
52
51.0
62
51.0
71
51.0
81
51.1
14
51.0
90
51.1
37
51.1
70
51.2
11
51.2
58
51.1
00
51.3
04
51.2
52
51.2
62
51.2
71
51.2
81
51.3
14
51.2
90
51.3
37
51.3
70
51.5
11
51.5
58
51.3
00
51.5
04
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
0.90%
42
DOSEN PEMBIMBING
0,308 %
7 + 8007 + 7507 + 7007 + 6507 + 6007 + 5507 + 500
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
7+800 7+850 7+900 7+950 8+000 8+050 8+100
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
14
51.3
50
51.3
97
51.4
43
51.4
89
51.6
28
51.5
36
51.6
75
51.7
21
51.7
67
51.8
20
51.5
82
51.8
85
51.5
50
51.5
97
51.6
43
51.6
89
51.8
28
51.7
36
51.8
75
51.9
21
51.9
67
52.0
20
51.7
82
52.0
85
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
0,90%
42
DOSEN PEMBIMBING
0,185 %
8 + 1008 + 0508 + 0007 + 9507 + 9007 + 8507 + 800
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
8+100 8+150 8+200 8+250 8+300 8+350 8+400
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
15
51.9
62
52.0
51
52.1
45
52.2
40
52.5
24
52.3
35
52.6
19
52.7
14
52.8
09
52.9
03
52.4
30
52.9
98
52.1
62
52.2
51
52.3
45
52.4
40
52.7
24
52.5
35
52.8
19
52.9
14
53.0
09
53.1
03
52.6
30
53.1
98
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
0,60%1,0%
42
DOSEN PEMBIMBING
0,379 %
8 + 4008 + 3508 + 3008 + 2508 + 2008 + 1508 + 100
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
8+400 8+450 8+500 8+550 8+600 8+650 8+700
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
16
53.0
93
53.1
88
53.2
94
53.4
30
53.8
97
53.5
88
54.0
52
54.2
07
54.3
21
54.3
74
53.7
41
54.4
08
53.2
93
53.3
88
53.4
94
53.6
30
54.0
97
53.7
88
54.2
52
54.4
07
54.5
21
54.5
74
53.9
41
54.6
08
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
1,0%
42
DOSEN PEMBIMBING
0,622 %
0,129 %
8 + 500 8 + 5508 + 4508 + 400
8 + 572.889
8 + 650
8 + 700
Tidak Sefase
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
8+700 8+750 8+800 8+850 8+900 8+950 9+000
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
17
54.4
38
54.4
71
54.5
10
54.5
76
54.8
30
54.6
65
54.8
37
54.8
57
55.0
01
55.1
57
54.7
55
55.2
19
54.6
38
54.6
71
54.7
10
54.7
76
55.0
30
54.8
65
55.0
37
55.0
57
55.2
01
55.3
57
54.9
55
55.5
19
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING0,360 %
-0,030 % 0,684 %0,136 %
8 + 700 8 + 750 8 + 800 8 + 850 8 + 900 8 + 950 9 + 000
1,0%
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
9+150 9+200 9+250 9+300
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
9+000 9+050 9+100
V = 1:100H = 1:1000
18
55.3
29
55.5
57
55.7
89
56.0
22
56.7
15
56.2
54
56.8
96
57.0
19
57.0
85
57.0
98
56.4
87
57.1
01
55.5
29
55.7
57
55.9
89
56.2
22
56.9
15
56.4
54
57.0
96
57.2
19
57.2
85
57.2
98
56.6
87
57.3
01
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,930 %
0,011%
9 + 000 9 + 050 9 + 100 9 + 150 9 + 200 9 + 250 9 + 300
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Long Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
9+300 9+350 9+400 9+450
ELEVASI FINISHGRADEELEVASIEKSISTING
46
48
50
52
56
60
54
58
V = 1:100H = 1:1000
19
57.1
07
57.1
25
57.2
13
57.2
95
57.2
79
57.1
04
57.2
42
57.3
07
57.3
25
57.4
13
57.4
95
57.4
79
57.3
04
57.4
42
56.7
0556
.905
TEBAL PERKERASAN RENCANA:
: DASAR SALURAN
42
DOSEN PEMBIMBING
0,413 % -0,148 %
9 + 300 9 + 350 9 + 400 9 + 450
C
L
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
100200
- 2.829
180 1818
18
180
+ 0.00
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:75Cross Section
DOSEN PEMBIMBING
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
20 42
TYPICAL CROSS SECTION
200
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
C
L
Sirtu, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
150200
1
3
- 1.943
180 1818
18
180
Sirtu, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:75Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
21 42
DOSEN PEMBIMBING
TYPICAL CROSS SECTION
150
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
JURUSAN
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:200Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
5 + 500
Agregat Kelas B, t = 30 cm
200
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
5 + 550
700
200350 350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
200
200
C
L
5 + 400
Agregat Kelas B, t = 30 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
+ 0.00
- 2.489
200200
C
L
5 + 450
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
- 4.007
+ 0.00
200 200
140 1515
15
140
140 1515
15
140
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
22 42
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
5 + 600
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
5 + 650
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
5 + 700
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
SHEET PILE
FPC - 320, N - 500
L = 6.00 M
C
L
5 + 750
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
SHEET PILE
FPC - 320, N - 500
L = 6.00 M
200 200
200 200
200200
200
200
1:200
JURUSAN
23 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
5 + 800
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
SHEET PILE
FPC - 320, N - 500
L = 6.00 M
C
L
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B
5 + 850
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
C
L
5 + 900
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
5 + 950
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
1
129200
349350
699
200200
200200
200200
1:200
JURUSAN
24 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
6 + 000
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 050
Agregat Kelas B, t = 20 cm
350 350
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 100
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 150
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200
700
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200200
1:200
JURUSAN
25 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
Agregat Kelas B
Agregat Kelas B
C
L
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
6 + 250
C
L
6 + 200
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
350 350 200200
Agregat Kelas B
200
Agregat Kelas B
200
6 + 300
C
L
6 + 350
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
700
350 350
700
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
- 1.820
190200
AC, t = 5 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200
1:200
80 1010
10
80
JURUSAN
26 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
6 + 400
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
6 + 450
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
109200
C
L
6 + 500
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
6 + 550
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
100200
1:200
- 1.765
- 1.714
- 1.547
80 1010
10
80
101
80 1010
10
80
80 1010
10
80
200
JURUSAN
27 42
DOSEN PEMBIMBING
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
6 + 600
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
6 + 650
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
6 + 700
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
100200
C
L
6 + 750
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
200
200
700
100
200
1:200
JURUSAN
28 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:200Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
6 + 800
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 850
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 900
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
C
L
6 + 950
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
126200
136
134200
200
148200
JURUSAN
29 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:200Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
7 + 000
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 050
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 100
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 150
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
200
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
199
Urpil, t = 30 cm
199
199
700
JURUSAN
30 42
DOSEN PEMBIMBING
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
1:200Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
7 + 200
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200200
C
L
7 + 250
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
150
200
C
L
7 + 300
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
700
350 200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
700
JURUSAN
31 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
C
L
7 + 400
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
150200
C
L
7 + 450
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 500
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
C
L
7 + 550
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
150350
700
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
200
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
1:200
JURUSAN
32 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
7 + 600
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
+ 0.00
200 200
C
L
7 + 650
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
150200
C
L
7 + 700
700
350 350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
121200
C
L
7 + 750
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
125200
1
3
1:200
- 1.829
- 1.820
- 1.943
120 1212
12
120
120 1212
12
120
120 1212
12
120
JURUSAN
33 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
7 + 800
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
134200
1
3
C
L
7 + 850
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
100200
C
L
7 + 900
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
150200
C
L
7 + 950
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
700
350 350
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
143200
1
3
1:200
- 1.875
-1.903
- 1.931
- 1.958
120 1212
12
120
120 1212
12
120
120 1212
12
120
120 1212
12
120
JURUSAN
34 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
8 + 000
Beton Semen, t = 20 cm
AC, t = 5 cm
ATB, t = 7 cm
Beton Semen, t = 20 cm
AC, t = 5 cm
ATB, t = 7 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
C
L
8 + 050
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
C
L
8 + 100
C
L
8 + 150
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
Urpil, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
CTB, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cm
CTB, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Beton Semen, t = 20 cm
AC, t = 5 cm
ATB, t = 7 cm
Beton Semen, t = 20 cm
AC, t = 5 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cm
CTB, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
139350350200
699
200350350200
700
155350350200
700
200350350200
700
1:200
- 1.986
- 2.162
80 1010
10
80
- 2.020
8010
10
80
12
- 2.300
120 1212
120
80 10
80
10
10
JURUSAN
35 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
8 + 200
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
C
L
8 + 250
CTB REKON, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 300
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cmCTB REKON, t = 30 cm
200350350200
700
100350350200
700
100350350200
700
100350350200
700
1:200- 2.724
- 2.829
- 2.928
- 2.450
80
10
1010
80
180 2020
20
180
180 2020
20
180
180 2020
20
180
JURUSAN
36 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
8 + 400
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 450
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 500
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cmCTB REKON, t = 30 cm
C
L
8 + 550
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
CTB REKON, t = 30 cmCTB REKON, t = 30 cm
100350350200
700
100350350200
700
100350350200
700
163350
700
350200
1:200- 3.144
- 3.033
180 2020
20
180
180 2020
20
180
- 3.353
180 2020
20
180
- 3.572
180 2020
20
180
JURUSAN
37 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
8 + 600
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 650
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 700
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
0.70
0.50
1.20
1
3
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 750
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
101350350200
700
200350350200
700
100350350200
700
100350350200
700
1:200
JURUSAN
38 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
8 + 800
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
C
L
8 + 850
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
0.80
0.50
1.50
1
3
C
L
8 + 900
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
C
L
8 + 950
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
100350350200
700
100350350200
700
100350350200
700
100350350198
700
1:200
JURUSAN
39 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
C
L
9 + 000
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
0.80
0.50
1.50
1
3
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
9 + 050
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
9 + 100
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
9 + 150
100350350200
700
C
L
C
L
C
L
201350
700
350200
350 201350
700
200
201350350200
700
1:200
JURUSAN
40 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cmSirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm
Urpil, t = 30 cm
9 + 200
CTB REKON, t = 30 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
9 + 250
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
9 + 350
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Urpil, t = 30 cm Urpil, t = 30 cm
9 + 300
C
L
C
L
C
L
C
L
200 350 350 200
700
200 350 350 200
700
351 200350200
700
200350350200
700
1:200
JURUSAN
41 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
InstitutTeknologiSepuluh Nopember
D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPILFAKULTAS VOKASI
NAMA GAMBAR
JUDUL GAMBAR SKALA
Cross Section
MAHASISWA
JUMLAH HALAMAN
REZA ALFATHAN PURNADI3114030146
NOMOR HALAMAN
Ir. Achmad Faiz Hadi, MS.
KETERANGAN :
Modifikasi DesainPerkerasan Kaku
FAJAR MALIK3114030134
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
9 + 400
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Beton Semen, t = 20 cm
ATB, t = 7 cm
CTB, t = 30 cm
AC, t = 5 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
Agregat Kelas B, t = 20 cm
9 + 450
C
L
C
L
350 350 200
700
200
200350350200
700
1:200
JURUSAN
42 42
DOSEN PEMBIMBING
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm
Sirtu, t = 20 cm