model pengukuran “exem” pada berbagai produk unggulan industri kecil di kabupaten jember i
TRANSCRIPT
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
27
MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI
PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL
DI KABUPATEN JEMBER
Supriyadi
Staf pengajar Politeknik Negeri Jember Jl.Mastrip Jember Hp 08525820212
Abstract
Sasaran dalam penelitian ini adalah pengusaha kecap air kelapa, batik sumber
jambe dan brownis tape di Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian survey (survey research), dengan teknik analisis
kualitatif yaitu analisis EXEM (Experiential Marketing and Emotional Branding) serta
analisis kinerja yang meliputi: Analisis Market Share, Analisis Pangsa Pasar Relatif,
dan Analisis BCG.
Hasil penelitian diperoleh beberapa temuan bahwa pada dasarnya analisis EXEM
model dapat diterapkan pada industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape, dan sekaligus sebagai evaluasi pelaksanaan pemasaran produk yang
mengedepankan emosional konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk analisis
kinerja, baik analisis market share maupun analisis pangsa pasar relatif, produk unggulan
batik sumber jambe lebih mengusai dibandingkan dengan dua produk unggulan yang
lain. Sedangkan pendekatan melalui analisis BCG untuk produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape secara keseluruan berada dalam strategi pertumbuhan
agresif dengan tetap mempertahankan bagian pasar relatif, dan terletak pada kuadran I,
yang berarti tepat dalam melakukan strateginya, dengan demikian industri kecil ini
berada pada posisi Bintang (Star).
(Kata Kunci: EXEM Model, Produk Unggulan Industri Kecil Kecap air kelapa,
Batik sumber jambe dan Brownis tape,)
1. Pendahuluan
Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Jember diarahkan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan titik berat pada bidang
ekonomi yang sekaligus berperan sebagai penggerak utama pembangunan di segala
bidang untuk mencapai sasaran, yaitu pembangunan wilayah Kabupaten Jember sebagai
wilayah Industri Pertanian (agribisnis, agroindustri dan agrowisata). Oleh karenanya
usaha kecil yang beroperasi di Kabupaten Jember sebagian besar juga bergerak di bidang
pertanian (38 usaha atau 87 % dari seluruh usaha kecil), dengan lokasi produksi yang
juga berada di wilayah pedesaan atau periferi serta lebih banyak merupakan kegiatan
yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah ( unpaid family labour).
Beberapa industri bidang pertanian (agroindustri) di Kabupaten Jember yang
berpotensi untuk dapat dikembangkan di masa mendatang sebagai produk unggulan
adalah industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, yang selama
ini telah dikenal konsumen.
Dalam perkembangannya industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape, sebagai produk unggulan di Kabupaten Jember ternyata relatif lemah dan
kurang efisien dalam produktivitas dan daya saingnya. Dari sisi pandang sumber daya
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
28
(karena lokasi produksi yang berada di wilayah pedesaan atau periferi, serta lebih banyak
merupakan kegiatan yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah),
memberikan penjelasan bahwa keberadaan industri kecil ini cenderung memanfaatkan
keuntungan komparatif dari pasar tenaga kerja yang murah dan pasar input sekaligus.
Sementara itu upaya untuk mengembangkan industri kecil khususnya dalam hal
memasarkan produk secara maksimal, juga merupakan salah satu hambatan. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya industri kecil belum mempunyai strategi pemasaran
yang terarah dan jangka panjang. Kendala juga dialami oleh industri kecil yang ada di
Kabupaten Jember, khususnya produk-produk unggulan seperti kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape. Tetapi dengan memilih strategi pengembangan
pemasaran yang tepat dengan cara melibatkan emosi dan perasaan konsumen, ditunjang
oleh kebijakan-kebijakan dan fasilitas-fasilitas yang mendukung dari pemerintah, maka
upaya industri kecil unggulan Jember untuk memperluas pangsa pasar sehingga dapat
meningkatkan omzet penjualan dan laba dapat dilakukan dengan baik.
Dari analisis terhadap situasi di atas, maka strategi pengembangan pemasaran
melalui pendekatan Experiential Marketing and Emotional Branding (EXEM) yang
diarahkan pada penilaian kinerja merek suatu produk sehingga dapat membangkitkan
emosi konsumen perlu segera diimplementasikan pada unit usaha industri kecil kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang ada di Kabupaten Jember.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
a) Bagaimana Strategi Experiential Modules pada produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape ?
b) Bagaimana Strategi Experiential Providers pada produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape ?
c) Bagaimana Emotional Branding produk kecap air kelapa, batik sumber jambe
dan brownis tape?
d) Bagaimana kinerja pada industri kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape ?
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada sentra industri kecil produk unggulan, khususnya
kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape di Kabupaten Jember Propinsi
Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian survai (survey research,)
dengan subyek penelitian adalah pengusaha kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape di Kabupaten Jember. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Jember memiliki sentra
usaha kecil bidang pertanian (agroindustri) yang berpotensi untuk dapat dikembangkan
di masa mendatang, yaitu industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape. Metode Analisis yang digunakan adalah :
a.. Analisis EXEM
Untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan emosional konsumen akan produk
industri kecil unggulan di Jember digunakan metode analisis pengukuran EXEM
(Experiential Marketing and Emotional Branding) yaitu analisis identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/industri,
Penilaian metode EXEM dilakukan dengan cara melakukan analisis kualitatif
mengenai (1) Experiential Marketing (EM) dari produk-produk unggulan Jember,
dengan menganalisis dimensi Strategi Experiential Modules (EM) dan Strategi
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
29
Experiential Providers (EP), dan (2) Emotional Branding (EB). Sedangkan prosedur
penilaian EXEM sebagaimana pada diagram berikut :
Gambar 1. Prosedur Pengukuran EXEM
b.. Analisis Kinerja
1) Analisis Market Share
Untuk mengetahui potensi penjualan industri kecil unggulan dengan industri
pada umumnya, dicari market share-nya, dan dalam matrik Boston Consulting Group
dinyatakan dengan luasnya lingkaran, yang ditunjukkan dengan rumus,
Market Share = Permintaan Perusahaan x 100%
Permintaan Industri
(Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri, 1995)
Yang dimaksud permintaan perusahaan disini adalah tingkat pertumbuhan produk
industri kecil unggulan di Jember, sedangkan permintaan industri merupakan tingkat
pertumbuhan industri secara keseluruhan di Kabupaten Jember. Dengan market share ini
dapat dinilai posisi kinerja industri kecil unggulan Jember dengan industri pada
umumnya.
2) Analisis Pangsa Pasar Relatif
Kekuatan atau kelemahan perusahaan dalam matrik pertumbuhan pangsa pasar
diukur dengan tinggi rendahnya pangsa pasar relatif yang dimiliki perusahaan (Swarsono
Muhammad, 2000). Dalam formula, besarnya pangsa pasar relatif dihitung sebagai
berikut:
Pangsa Pasar Relatif = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N x 100%
Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N
c. Analisis BCG
Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dari Kelompok Konsultan Boston
(Boston Consulting Group/BCG) merupakan model yang sangat baik untuk
mengevaluasi strategi bisnis pada tingkat korporat. Tujuan utamanya adalah untuk
mengetahui strategi korporat yang terbaik.
3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
3.1 Analisis EXEM untuk Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan
Penentuan Merk Strategi Experiential Marketing
Strategi Experiential Providers
Emotional Branding
Kinerja Produk
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
30
Brownis Tape
A) Analisis Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber
Jambe dan Brownis tape
Analisis strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik sumber
jambe dan Brownis tape dilakukan pendekatan indikator sense, feel, think, act dan relate,
yang secara keseluruhan mempehatikan unsure panca indera dari konsumen.
Hasil penelitian Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik
sumber jambe dan Brownis tape yang memperhatikan indera, perasaan, pikiran, tindakan
dan keterkaitan yang menitik beratkan penciptaan persepsi positif konsumen, secara rinci
sebagaimana pada tabel 1, 2 dan 3 sebagai berikut.
Tabel 1. Experiential Modules Produk Kecap air kelapa
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
1. Sense
2.Feel
3.Think
4.Act
5.Relate
4
3
3
3
4
26
9
20
12
13
52
36
40
48
52
Rata – rata 3,4 16 45,6
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel 2. Experiential Modules Produk Batik sumber jambe
Indikator Jumlah Proporsi
Skor N
1. Sense
2.Feel
3.Think
4.Act
5.Relate
5
3
4
4
3
31
47
22
26
9
31
47
44
52
36
Rata – rata 3,8 27 42
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel 3. Experiential Modules Produk Brownis tape
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
1. Sense
2.Feel
3.Think
4.Act
5.Relate
3
3
4
3
4
20
12
13
22
20
40
48
52
44
40
Rata – rata 3,6 22,2 43,4
Sumber: data primer diolah, 2010
Dari analisis terhadap situasi sebagaimana pada tabel Experiential Modules
masing-masing produk di atas, maka strategi pengembangan pemasaran melalui
pendekatan Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
31
dan Brownis tape yang diarahkan pada penilaian kinerja merek suatu produk sehingga
ternyata dapat membangkitkan emosi konsumen. Jika diamati lebih detail ternyata
strategi Experiential Modules bermanfaat untuk mendapatkan loyalitas konsumen jangka
panjang, selain kinerja merek secara umum dan ekuitasnya juga meningkat.
Dari tabel tersebut batik sumber jambe memiliki skor rata-rata tertinggi sebesar
3,8 diikuti oleh brownis tape 3,6 dan suwar suwir dengan skor 3,4 yang berarti bahwa
konsumen cukup merasakan puas dengan mengkonsumsi produk unggulan Jember dan
mampu membangkitkan konsumen untuk selalu mengingat produk kecap air kelapa,
batik sumber jambe maupun brownis tape jika mereka bepergian ke Jember dan merasa
tidak puas jika tidak membawa oleh-oleh khas Jember tersebut.
Dengan demikian produk kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis
tape mampu membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan. Bila hubungan
dengan pelanggan bisa langgeng, diharapkan akan diperoleh ekuitas pelanggan.
Selanjutnya akan berdampak pada semakin luasnya pangsa pasar, yang pada akhirnya
akan meningkatkan omzet penjualan dan laba perusahaan.
B. Analisis Strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber
Jambe dan Brownis tape
Analisis strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik sumber
jambe dan Brownis tape dilakukan pendekatan indikator yang dipertimbangkan, yaitu:
komunikasi (iklan atau aktivitas below the line), identitas produk, melalui co-branding,
lingkungan (environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya
dimensi interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk
tersebut ke konsumen..
Hasil penelitian Strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik
sumber jambe dan Brownis tape yang memperhatikan indikator komunikasi (iklan atau
aktivitas below the line), identitas produk, melalui co-branding, lingkungan
(environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya dimensi
interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk tersebut ke
konsumen, secara rinci sebagaimana pada table berikut.
Tabel 4. Experiential Providers Produk Kecap air kelapa
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
1. Komunikasi Bisnis
2.Kemasan Produk
3.Identitas Produk
4.Co-branding
5.Environment
6.Website
7.People
3
4
3
3
3
3
4
47
22
9
20
12
22
20
47
44
36
40
48
44
40
Rata – rata 2,2 21,7 42,7
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel 5. Experiential Providers Produk Batik sumber jambe
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
32
1. Komunikasi Bisnis
2.Kemasan Produk
3.Identitas Produk
4.Co-branding
5.Environment
6.Website
7.People
5
3
4
4
3
4
4
31
47
22
26
20
13
20
31
47
44
52
40
52
40
Rata – rata 3,8 25,5 43,7
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel 6. Experiential Providers Produk Brownis tape
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
1. Komunikasi Bisnis
2.Kemasan Produk
3.Identitas Produk
4.Co-branding
5.Environment
6.Website
7.People
4
3
3
3
4
3
4
26
9
20
12
13
22
20
52
36
40
48
52
44
40
Rata – rata 3,4 17,4 44,5
Sumber: data primer diolah, 2010
Dari analisis terhadap tabel Experiential Providers masing-masing produk di
atas, maka strategi pengembangan pemasaran melalui pendekatan Strategi Experiential
Providers Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape yang
diarahkan pada komunikasi (iklan atau aktivitas below the line), identitas produk, melalui
co-branding, lingkungan (environment), website (misalnya tampilannya mengesankan
dan juga punya dimensi interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas
menawarkan produk tersebut ke konsumen ternyata dapat membangkitkan emosi
konsumen. Jika diperhatikan lebih detail ternyata strategi Experiential Providers
bermanfaat untuk mendapatkan loyalitas konsumen jangka panjang.
Dari tabel tersebut batik sumber jambe memiliki skor rata-rata tertinggi sebesar
3,8 diikuti oleh brownis tape 3,4 dan suwar suwir dengan skor 2,2 yang berarti bahwa
konsumen cukup merasakan tertarik dengan mengkonsumsi produk unggulan Jember dan
mampu membangkitkan konsumen untuk selalu ingin membeli produk suwar suwir,
batik sumber jambe maupun brownis tape jika mereka bepergian ke Jember dan merasa
tidak puas jika tidak membawa oleh-oleh khas Jember, hal tersebut hampir sama dengan
hasil analisis strategi Experiential Modules.
Dengan demikian produk kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis
tape mampu membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan melalui
pendekatan komunikasi, identitas produk, melalui co-branding, lingkungan
(environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya dimensi
interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk tersebut ke
konsumen.
Dari segi merk produk industri kecil unggulan Jember yang terdiri kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, ternyata merek dapat merasakan denyut
emosi dan keinginan konsumen dalam menciptakan suatu hubungan jangka panjang yang
kokoh. Koneksi emosional inilah unsur yang bisa membedakan antara merek satu dan
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
33
yang lain dengan demikian merek berubah dari functional branding menjadi emotional
branding.
Experiential Providers dalam usaha kecil di Jember mampu menawarkan
pemahaman baru tentang hubungan antar produk dan konsumennya. Demi mendekati,
mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, produsen melalui produknya perlu
menghadirkan pengalaman-pengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada
konsumen.
C. Analisis Emotional Branding Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber Jambe
dan Brownis tape
Secara implisit implementasi Emotional Branding dapat diterapkan pada Unit
Jasa Industri “ kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape” di Jember,
dengan cara membangkitkan Brand Image “Produk Unggulan Jember” sebagai konsumsi
subtitusi utama di Jember dan sekitarnya, yang selanjutnya bagaimana “ kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape” yang memiliki image positif dan
konsumen merasa tidak puas jika tidak mengkonsumsi “ kecap air kelapa, batik sumber
jambe dan brownis tape”, akan mendorong pengusaha untuk mampu menambah
mendirikan Counter industri kecil di daerahnya.
Penilaian metode Emotional Branding dilakukan dengan cara melakukan analisis
kualitatif terhadap penciptaan merk-merk yang emosional (Emotional Branding),
melalui 10 indikator sebagai berikut: form consumer to people, from products to
experience, from honesty to trust, from quality to preference, from notoriety to
aspiration, from identity personality, from function to feel, from ubiquity to presence,
from communication to dialoque, dan from service to relationship.
Tabel 7. Branding/Merk yang Emosional Industri Unggulan Jember pada Produk
Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape secara Besama-
sama
Indikator Jumlah Proporsi
Skor n
1. From consumer to people
2.From produtcs to experience
3.From honesty to trust
4.From quality to preference
5.From notoriety to aspiration
6.From identity to personality
7.From function to feel
8.From ubiquity to presence
9.From communication to dialoque
10.From service to relationship
5
3
4
4
3
3
3
4
3
4
31
47
22
26
9
20
12
13
22
20
31
47
44
52
36
40
48
52
44
40
Rata – rata 3,6 22,2 43,4
Sumber: data primer diolah, 2010
1. From consumer to people
Secara keseluruhan Emotional Branding yang ditinjau dari indikator From
consumer to people dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dengan
melihat tolok ukur motif pembelian, informasi membeli, kesediaan membeli dan
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
34
kesesuaian untuk membeli, memiliki skor positif terbesar 5 dari skala likert atau sebesar
31 % dan diikuti skor 3 sebesar 27%, yang berarti bahwa kesediaan konsumen membeli
kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan berakibat pada
kesediaan masyarakat lain untuk membeli, menerima dan menyesuaikan diri untuk
melakukan pembelian. Dengan demikian secara keseluruhan emotional branding kecap
air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape mampu meruntuhkan pertahanan
konsumen dari tidak ada keinginan membeli menjadi bersedia mengambil keputusan
untuk membeli. Akan tetapi jika dilihat dari komunikasi bisnis yang ditampilkan kecap
air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape masih perlu ditingkatkan terutama
dalam periklanan.
2. From product to experience
Indikator kedua dari konsep dasar Emotional Branding adalah From product to
experience yaitu menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan
produk dapat dilihat dari tolok ukur 1) tampilan produk, 2) pemenuhan kebutuhan
konsumen akan komposisi produk, 3) pemenuhan keinginan konsumen akan aktualisasi
diri dari produk, dan 4) kesesuaian harga konsumen dalam mendorong pembelian.
Emotional Branding kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape
diharapkan memberikan pengalaman mengkonsumsi kecap air kelapa, batik sumber
jambe dan brownis tape yang membangkitkan imajinasi konsumen, dilihat dari tolok ukur
tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dalam
memberikan kesan untuk melakukan pembelian kembali. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar berpendapat cukup menarik sebesar 60% dan sebesar 32%
berpendapat tampilan kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape menarik
dan hanya 4% berpendapat sangat menarik dan sisanya mengatakan tidak menarik. Hal
ini berarti bahwa salah satu cara untuk menggugah emosi konsumen agar melakukan
pembelian adalah melalui tampilan produk yang menarik, jika diperhatikan lebih
mendalam ternyata konsumen beranggapan bahwa tampilan kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape perlu ditingkatkan kembali tampilannya (performance)
untuk lebih menarik, baik dari segi kemasan, ukuran maupun bentuknya.
Berkaitan dengan komposisi produk yang dapat mendorong emosional konsumen
untuk membeli kembali kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape,
menunjukkan bahwa pemenuhan komposisi produk yang sesuai dengan keinginan
konsumen sebesar 88% menyatakan cukup terlaksana dan terlaksana dengan baik dan
12% menyatakan terlaksana dengan sangat baik, demikian juga dengan kesesuaian selera
konsumen tidak jauh berbeda dengan realitas komposisi produk yaitu sebesar 85%
mampu memenuhi selera konsumen. Data tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan
kebutuhan dan pemenuhan keinginan yang melekat pada produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape telah mampu membangkitkan kepuasan bagi konsumen,
hanya saja untuk pengembangan tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe
dan brownis tape perlu inovasi baru setiap periodik berkaitan dengan bentuk, warna,
kemasan maupun ukuran sehingga mampu membangkitkan pengalaman dan kepuasan
konsumen.
Harga adalah salah satu tolok ukur keberhasilan penjualan suatu produk.
Tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang meliputi
unsur ukuran, bentuk, kemasan maupun warna pada dasarnya akan mempengaruhi harga
dan kepuasan. Dalam kaitannya dengan kesesuaian harga ternyata sebanyak 76%
penetapan harga kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape telah sesuai
dengan kemampuan konsumen, dan hanya sebagian kecil berketetapan kurang sesuai
dengan harga yang diharapkan konsumen. Berdasar data penelitian penetapan harga
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
35
kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape masih dianggap terjangkau oleh
konsumen.
Secara keseluruhan emotional Branding ditinjau dari indikator From product to
experience dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dengan melihat
tolok ukur tampilan produk, pemenuhan kebutuhan konsumen akan komposisi produk,
pemenuhan keinginan konsumen akan aktualisasi diri dari produk, dan kesesuaian harga
konsumen dalam mendorong pembelian, memiliki skor positif 3 dari skala likert atau
sebesar 47% dan diikuti skor 4 sebesar 38%, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan
menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan produk kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan cukup terlaksana dengan
baik.
3 From honesty to trust
Berdasarkan indikator From honesty to trust, maka kejujuran produk yang
mampu membangkitkan kepercayaan dan emosional konsumen dapat diukur melalui: 1)
pelaksanaan kejujuran produk, dan 2) pengawasan standar produk terhadap kepercayaan.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape berpendapat, pelaksanaan kejujuran produk kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dapat dijalankan dengan baik yaitu sebesar
44% dan yang berpendapat cukup baik sebanyak 32%, sedangkan yang dijalankan
dengan sangat baik hanya 8%. Ini berati bahwa komposisi ramuan sebagaimana yang
tercantum dalam kemasan telah sesuai dengan produk yang telah dirasakan oleh
konsumen. Untuk pengembangan kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape
di masa yang akan datang perlu mempertahankan komposisi ramuan produk melalui
pengawasan standar produk secara ketat.
Ditinjau dari pengawasan standar produk yang dilakukan oleh manajemen kecap
air kelapa batik sumber jambe dan brownis tape diharapkan mampu membangkitkan
kepercayaan bagi konsumen. Salah satu hal yang dapat membangkitkan kepercayaan
konsumen akan suatu produk adalah melalui pengawasan standar produk secara ketat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yakni 72% mengakui
bahwa pengawasan ketat standar produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape baik dan cukup baik, sedangkan 12% dari konsumen menyatakan sangat
baik. Artinya bahwa selama ini pihak manajemen kecap air kelapa, batik sumber jambe
dan brownis tape telah melakukan pengawasan secara ketat, hal ini dibuktikan melalui
tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape.
Jika dilihat dari skor skala likert, indicator From honesty to trust memiliki skor
positif 4 sebesar 44% dan diikuti skor 3 sebesar 30%, yang berarti bahwa kemampuan
perusahaan menciptakan kepercayaan terhadap konsumen akan produk kecap air kelapa
batik sumber jambe dan brownis tape terlaksana antara cukup baik dan baik. Hal ini
berarti bahwa ada sebagian jenis produk suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis
tape masih perlu ditingkatkan kepercayaannya.
4. From quality to preference
Berdasarkan indikator From quality to preference, maka penciptaan kualitas
produk secara menyeluruh yang dapat mendorong emosional konsumen untuk melakukan
pilihan dapat diukur melalui 2 tolok ukur, yaitu: 1) pilihan kualitas produk dan 2) harga
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
36
identik dengan kualitas produk. Diharapkan produk yang mempunyai kualitas baik
menjadi pilihan konsumen, demikian juga dengan kesesuaian harga menunjukkan tingkat
kualitas produk.
Salah satu indikator From quality to preference adalah pilihan kualitas produk.
Produk yang mempunyai kualitas baik akan menjadi pilihan konsumen. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hampir 80% konsumen
mengakui bahwa kualitas produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape
berada pada kisaran cukup baik dan baik, dan 16% menyatakan sangat baik
sehingga.konsumen menetapkan pilihannya.
Indikator yang lain adalah harga menunjukkan kualitas, yang berarti bahwa
penetapan tinggi rendahnya harga menunjukkan perbedaan kualitas produk. Dengan kata
lain, kesesuain harga menunjukkan tingkat kualitas produk. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa, 68% dari konsumen mengakui bahwa harga identik kualitas
produk untuk produk suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis tape menyatakan
cukup baik dan baik dan 16% menyatakan sangat baik. Hanya 20% yang menyatakan
bahwa harga identik kualitas produk kurang baik. Ini berarti bahwa tidak semua
konsumen beranggapan bahwa harga mencerminkan kualitas produk, hal ini perlu
pengkajian ulang bagi pihak manajemen.
5. From notoriety to aspiration
Indikator lain dari Emotional Branding kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape adalah From notoriety to aspiration, yaitu penciptaan kemashuran suatu
produk untuk menjadi terkenal yang dapat menumbuhkan aspirasi konsumen untuk
melakukan pembelian.
Kemashuran produk dapat dicapai melalui kualitas, harga, kemasan, tempat,
maupun promosi. Intensitas untuk menggalakkan kemashuran suaru produk akan
meningkatkan aspirasi konsumen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
kemashuran dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang
menimbulkan aspirasi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut cukup baik dan
baik (68%), sedangkan yang menyatakan sangat baik sebesar 20%, hanya 12% yang
kurang baik. Ini berarti bahwa kemashuran kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape belum sepenuhnya mampu memberikan aspirasi pembelian terhadap
konsumen.
6. From identity to personality
Konsep dasar dari Emotional Branding dengan indicator From identity to
personality adalah identitas yang menunjukkan karakter dan kharisma suatu produk yang
mampu menumbuhkan kepribadian konsumen. Tolok ukur dari indikator tersebut dapat
diukur melalui: 1) identitas produk sebagai kepribadian pembeli, dan 2) identitas produk
sebagai kepribadian produk itu sendiri.
Tolok ukur dari identitas produk sebagai kepribadian pembeli dimaksudkan
bahwa karakter yang melekat dari suau produk menimbulkan kharisma dari produk itu
sendiri, dengan demikian identitas produk mampu mengangkat kepribadian konsumen.
Data hasil penelitian menunjukkan 40% dari konsumen menyatakan bahwa identitas
produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape cukup mempengaruhi
kepribadian pembeli, 32% menyatakan baik, dan hanya 8% menyatakan sangat baik.
Sebaliknya 20% menyatakan kurang baik. Bedasarkan data tersebut ternyata tidak semua
konsumen merasakan adanya pengaruh kepribadian dengan mengkonsumsi kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape.
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
37
Identitas produk sebagai kepribadian produk itu sendiri merupakan spesifikasi
atas suatu jenis produk akan keunggulan kualitasnya, data hasil penelitian menunjukkan
40% cukup baik, 24% baik, dan 16% sangat baik. Sementara 20% menyatakan kurang
baik, hal ini berarti sebagian besar konsumen meyakini produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape memiliki identitas tersendiri akan kualitas, sehingga
mampu merangsang emosional pembeli untuk memilih jenis produk, akan tetapi ada
sebagian yang beranggapan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis
tape tidak mencerminkan identitas kualitas, dengan demikian manajemen perlu
menganalisis lebih jauh atas identitas yang mencerminkan kualitas.
7. From function to feel
Indikator keberhasilan lain dari Emotional Branding kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape adalah From function to feel, yaitu mengembangkan
fungsi kemasan, ukuran dan desain produk menimbulkan rasa tersendiri bagi konsumen.
Data penelitian menunjukkan Fungsi produk menjadi rasa dalam pengalaman konsumen
sebesar 48% mengatakan cukup baik, 28% baik, dan 8% sangat baik. Sedangkan 8%
kurang baik. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa konsumen tidak banyak berduli
dengan fungsi kemasan, ukuran maupun desain atas produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape, konsumen lebih menyukai rasa dan kurang pada fungsi
produk.
8. From ubiquity to presence
Konsep lain dari Emotional Branding dengan indikator From ubiquity to
presence adalah upaya untuk membangun ketersediaan produk dengan mudah dijangkau
sehingga mudah dihadirkan oleh konsumen. Kemudahan mendapatkan produk akan
berakibat pada kesediaan konsumen untuk membeli dan menerima suatu produk.
Ditinjau dari kemudahan konsumen mendapakan produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape, sebagian besar konsumen merasa mudah mendapatkan
produk sebesar 28% cukup baik, 52% baik, dan 16% sangat baik, dan hanya 4% kurang
baik. Berdasarkan data tersebut ternyata konsumen tidak kesulitan mendapatkan kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, dan hanya sebagian kecil yang merasakan
sulit menghadirkan suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis tape.
9. From communication to dialoque
Indikator kesembilan dari Emotional Branding adalah From communication to
dialogue. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan-pesan dari seseorang
(sumber) kepada orang lain (penerima). Komunikasi merupakan faktor yang penting,
karena pada dasarnya adalah tentang informasi. Sedangkan informasi umumnya adalah
suatu pernyataan satu arah dari perusahaan kepada konsumen. Tolok ukur dari
komunikasi sebagai sarana dialog adalah informasi produk sebagai sarana dialog bagi
konsumen merupakan salah satu indicator dalam menilai Emotional Branding produk
kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape. Berdasarkan indikator tersebut
40% dari konsumen menyatakan bahwa informasi produk kecap air kelapa, batik sumber
jambe dan brownis tape sebagai sarana dialog cukup baik, 28% baik, 16% sangat baik.
Sebaliknya, hampir 24% dari konsumen menyatakan bahwa informasi produk kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape sebagai sarana dialog, kurang baik.
10. From service to relationship
Pelayanan adalah merupakan bagian dari penjualan. Salah satu bentuk pelayanan
kepada konsumen adalah tampilan produk. Tampilan produk dapat menggugah emosi
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
38
konsumen untuk bisa mengajak membeli dan menyukai produk suwar suwir, batik
sumber jambe dan brownis tape.
Berdasarkan tampilan produk konsumen berpendapat sebesar 44% cukup baik,
32% baik, 8% sangat baik, dan 16% tidak baik, hal tersebut menunjukkan tidak semua
tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape menarik, oleh
sebab itu perlu pengkajian untuk lebih meningkatkan tampilan produk kecap air kelapa,
batik sumber jambe dan brownis tape.
2. Kinerja Industri Kecap air kelapa, Batik Sumber Jambe dan Brownis tape
Untuk menganalisis kinerja Industri Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan
Brownis tape tentang market share, pangsa pasar dan analisis BCG, dibutuhkan data
keuangan industri kecil di Kabupaten Jember yang antara lain data penjualan, nilai
investasi dan biaya operasi usaha, yang secara lengkap ditunjukkan table 8 dan 9.
Tabel 8. Data Penjualan Industri Kecil Kabupaten Jember
No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Industri Kecil
1 Industri Pengolahan dan Pengawetan 412,416,000 463,968,000 515,520,000
2 Minyak Kelapa 409,600,000 460,800,000 512,000,000
3 Gula Kelapa 122,880,000 138,240,000 153,600,000
4 Brownis tape 146,400,000 164,700,000 183,000,000
5 Kecap air kelapa 101,100,000 113,820,000 126,456,000
6 Suwar suwir 186,720,000 210,000,000 233,400,000
7 Kerajinan Tempurung Kelapa 84,480,000 95,040,000 105,600,000
8 Batik sumber jambe 380,800,000 428,400,000 476,000,000
Jumlah penerimaan penjualan 1,844,396,000 1,864,968,000 2,305,576,000
Sumber: data sekunder diolah, 2010
Tabel 9. Data Produksi Industri Kecil Kabupaten Jember
No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
1
Industri Pengolahan dan
Pengawetan 204,135,200 224,714,600 245,294,000
2 Minyak Kelapa 368,770,400 185,214,600 284,794,000
3 Gula Kelapa 90,944,000 97,535,000 104,150,000
4 Brownis tape 95,940,000 102,950,000 110,050,000
5 Kecap air kelapa 64,999,200 70,436,600 75,874,000
6 Suwar suwir 134,871,200 146,792,600 158,714,000
7 Kerajinan Tempurung Kelapa 54,244,000 59,837,000 65,430,000
8 Batik sumber jambe 244,407,200 270,020,600 295,634,000
Jumlah Produksi 1,258,311,200 1,157,501,000 1,339,940,000
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel 10. Data Biaya Operasional Industri Kecil Kabupaten Jember
No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun2009
1
Industri Pengolahan dan
Pengawetan 30,133,000 30,133,000 30,133,000
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
39
2 Minyak Kelapa 48,825,000 48,825,000 48,825,000
3 Gula Kelapa 28,103,000 28,103,000 28,103,000
4 Brownis tape 28,735,000 28,735,000 28,735,000
5 Kecap air kelapa 25,733,000 25,733,000 25,733,000
6 Suwar suwir 24,483,000 24,483,000 24,483,000
7 Kerajinan Tempurung Kelapa 25,203,000 25,203,000 25,203,000
8 Batik sumber jambe 73,816,000 73,816,000 73,816,000
Total Biaya Operasi 285,034,000 285,034,000 285,034,000
Sumber: data primer diolah, 2010
A. Analisis Market Share
Untuk mengetahui potensi penjualan industri kecil unggulan dengan industri
pada umumnya, dicari market share-nya, dan dalam matrik Boston Consulting Group
dinyatakan dengan luasnya lingkaran, yang ditunjukkan dengan rumus,
Market Share = Permintaan Perusahaan x 100%
Permintaan Industri
Menurut Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri, 1995, maka Market Share untuk
masing-masing Produk adalah :
a. Market Share kecap air kelapa = 126,456,000 x 100% = 5,84%
2,305,576,000
Hal ini berarti produk industri kecil kecap air kelapa menguasai 5,84% dari seluruh
industri kecil di Jember
b. Market Share Batik sumber jambe = 476,000,000 x 100% = 20,64%
2,305,576,000
Hal ini berarti produk industri kecil batik sumber jambe menguasai 20,64% dari seluruh
industri kecil di Jember.
c. Market Share Brownis tape = 183,000,000 x 100% = 7,93%
2,305,576,000
Hal ini berarti produk industri kecil brownis tape menguasai 7,93% dari seluruh industri
kecil di Jember.
B. Analisis Pangsa Pasar Relatif
Kekuatan atau kelemahan perusahaan dalam matrik pertumbuhan pangsa pasar
diukur dengan tinggi rendahnya pangsa pasar relatif yang dimiliki perusahaan (Swarsono
Muhammad, 2000). Dalam formula, besarnya pangsa pasar relatif dihitung sebagai
berikut:
Pangsa Pasar Relatif = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N x 100%
Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N
maka Market Share untuk masing-masing Produk adalah :
a. Pangsa Pasar Relatif kecap air kelapa = 126,456,000 x 100% = 16,09%
785,456,000
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
40
Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil kecap air kelapa menguasai
16,09% dari dari volume total penjualan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe
dan brownis tape.
b. Pangsa Pasar Relatif Batik sumber jambe = 476,000,000 x 100% = 60,60%
785.456,000
Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil batik sumber jambe menguasai
60,60% dari dari volume total penjualan produk suwar suwir, batik sumber jambe dan
brownis tape.
c. Pangsa Pasar Relatif Brownis tape = 183,000,000 x 100% = 23,29%
785.456,000
Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil brownis tape menguasai 23,29%
dari dari volume total penjualan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan
brownis tape.
C. Analisis BCG
Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dari Kelompok Konsultan Boston
(Boston Consulting Group/BCG) merupakan model yang sangat baik untuk
mengevaluasi strategi bisnis pada tingkat korporat. Tujuan utamanya adalah untuk
mengetahui strategi korporat yang terbaik.
Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dan Kelompok Konsultan Boston
(Boston Consulting Group) didasarkan pada penggunaan tingkat pertumbuhan segmen
pasar (market segment growth rate) dan bagian pasar relatif (market share) sebagai
pendekatan untuk posisi bersaing suatu unit dalam perusahaannya dan arus kas (cash
flow) bersih yang diperlukan untuk rnengoperasikan unit tersebut. Pemikiran ini
membawa kepada bagan portofolio pertumbuhan-bagian pasar, pada unit-unit industri
dapat dipetakan. Hal ini membawa beberapa implikasi terhadap industri, yaitu
bagaimana seharusnya industri membangun portofolionya secara keseluruhan.
Berdasarkan pada hasil analisis aspek-aspek manajemen strategis daripada
lingkungan eksternal dan internal, yang diformulasikan dalam diagram analisis matrik
Pertumbuhan Bagian Pasar dan Kelompok Konsultan Boston (Boston Consulting Group)
dan diagram analisis matrik Siklus Hidup Produk (Product life Cycle), serta
pertimbangan-pertimbangan mendasar guna menetapkan strategi, maka strategi
pengembangan usaha yang ditetapkan dan ditawarkan pada lndustri Kecil kecap air
kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape di Kabupaten Jember adalah Strategi
Pertumbuhan Agresif dengan Tetap Mempertahankan bagian Pasar Relatif (Relative
Market Share).
Berdasarkan analisis aspek-aspek manajemen strategis daripada lingkungan
eksternal dan internal yang diformulasikan dalam diagram analisis BCG, maka strategi
pengembangan usaha Industri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis
tape Kabupaten Jember terletak pada Kuadran I. Oleh karenanya lndustri Kecil kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape Kabupaten Jember dalam pengembangan
bisnisnya melakukan Strategi Pertumbuhan Agresif adalah tepat. Pada Strategi
Pertumbuhan Agresif, Industri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis
tape Kabupaten Jember berada pada kondisi yang paling menguntungkan karena
memiliki banyak kesempatan dan kekuatan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan
peluang yang ada untuk mencapai tujuan.
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011
41
Berdasarkan analisis Matrik Pertumbuhan Bagian Pasar dan Boston Consulting
Group, lndustri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis tape Kabupaten
Jember berada pada posisi Bintang (Star). ini berarti Industri Kecil tersebut memiliki
peluang bisnis yang besar karena bergerak pada Tingkat Pertumbuhan Pasar yang tinggi
dan Bagian Pasar Relatif yang baik. Besarnya aliran kas (cash flow) pengeluaran pad.a
unit bisnisnya digunakan untuk mempertahankan Bagian Pasar Relatifnya.
Kesimpulan
Pada dasarnya analisis EXEM model dapat diterapkan pada industri kecil kecap
air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, dan sekaligus sebagai evaluasi
pelaksanaan pemasaran produk yang mengedepankan emosional konsumen untuk
melakukan pembelian. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :
a) Secara keseluruhan strategi Experiental Modules produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape, ternyata konsumen cukup merasa puas dengan
mengkonsumsi produk unggulan Jember dan mampu membangkitkan konsumen
untuk selalu mengingat produk unggulan tersebut, dengan skor tertinggi pada
batik sumber jambe dan diikuti brownis tape dan kecap air kelapa.
b) Secara keseluruhan strategi Experiental Providers produk kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape, ternyata dapat membangkitkan emosi konsumen
dan mampu mendapatkan loyalitas konsumen jangka panjang, dengan skor
tertinggi pada batik sumber jambe (3,8) dan diikuti brownis tape (3,4) dan suwar
suwir (2,2).
c) Secara keseluruhan Analisis Emotional Branding dari kecap air kelapa, batik
sumber jambe dan brownis tape dengan melihat tolok ukur tampilan produk,
pemenuhan kebutuhan konsumen akan komposisi produk, pemenuhan keinginan
konsumen akan aktualisasi diri dari produk, dan kesesuaian harga konsumen
dalam mendorong pembelian, memiliki skor positif 3 dari skala likert atau
sebesar 47% dan diikuti skor 4 sebesar 38%, yang berarti bahwa kemampuan
perusahaan menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan
produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan
cukup terlaksana dengan baik.
d) Hasil analisis kinerja untuk market share kecap air kelapa menguasai 5,84%,
batik sumber jambe 20,64% dan brownis tape 7,93%.
e) Hasil analisis kinerja industri kecil untuk pangsa pasar relatif terhadap pesaing
untuk kecap air kelapa menguasai volume penjualan 16,09%, batik sumber jambe
60,60% dan brownis tape 23,29%.
f) Hasil analisis kinerja dengan pendekatan analisis BCG untuk produk kecap air
kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara keseluruan berada dalam
strategi pertumbuhan agresif dengan tetap mempertahankan bagian pasar relatif,
dan terletak pada kuadran I, yang berarti tepat dalam melakukan strateginya,
dengan demikian industri kecil ini berada pada posisi Bintang (Star)
Daftar Referensi Terpilih
Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 1995. Anggaran Perusahaan I. BPFE-UGM.
Yogyakarta.
Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”
42
Gobe, Mare. 2001. Emotional Branding, The New Paradigm for Connecting Brand to
People. Allworth Press.
Kotler, Philip. 1990. The Strategy Process: Concepts, Contexs and Cases. International
Edition. McGraw-Hill. Singapore.
_____________ 1990. The Strategy Process: Concepts, Contexs and Cases. International
Edition. McGraw-Hill. Singapore.
Kian Wie, Thee. 1998. Pengembangan Daya Saing Industri Kecil dan Menengah. Jurnal
Analisis Sosial.2(2): 19-37.
Lembaga Pengembangan Agribisnis (LPA) dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Jember. 2004. Wilayah Agribisnis, Agroindustri dan Agrowisata. Lernbaga
Pengembangan Agribisnis (LPA) dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat
II Jember. Jember.
Muhammad, Swarsono. 2000. Manajemen Strategik : Konsep dan Kasus. Edisi II.
AMP-YKPN. Yogyakarta.
Palupi, Dyah Hasto. 2001. Bagaimana Melibatkan Emosi dan Perasaan Konsumen.
Majalah SWA Sembada No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001.
Jakarta.
Porter, Michael.E. 1992. Strategi Bersaing: Terjemahan Agus Maulana. Erlangga
(Anggota IKAPI). Jakarta.
Schmitt, Bernd.H. 2000. Experiential Marketing. Universitas Columbia. New York.
Sudarmadi, dkk. 2001. Mengikat Konsumen dengan EXEM. Majalah SWA Sembada
No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001. Jakarta.
Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Termasuk Analisis Tingkat
Kepentingan dan Kinerja. Majalah Usahawan No. 05 TH XXVI Mei 1997.
Jakarta.
Tamrin, Juni. 1996. Kesiapan Industri Kecil Menghadapi Perdagangan Bebas. PELITA.
Selasa, 18 April 1995. Tahun XXII Nomor 6629. Jakarta.
Taufik. 2001. Apa dan Mengapa Experiential Marketing and Emotional Branding.
Majalah SWA Sembada No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001.
Jakarta.