model pengukuran “exem” pada berbagai produk unggulan industri kecil di kabupaten jember i

16
Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011 27 MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN JEMBER Supriyadi Staf pengajar Politeknik Negeri Jember Jl.Mastrip Jember Hp 08525820212 Abstract Sasaran dalam penelitian ini adalah pengusaha kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape di Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survey (survey research), dengan teknik analisis kualitatif yaitu analisis EXEM (Experiential Marketing and Emotional Branding) serta analisis kinerja yang meliputi: Analisis Market Share, Analisis Pangsa Pasar Relatif, dan Analisis BCG. Hasil penelitian diperoleh beberapa temuan bahwa pada dasarnya analisis EXEM model dapat diterapkan pada industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, dan sekaligus sebagai evaluasi pelaksanaan pemasaran produk yang mengedepankan emosional konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk analisis kinerja, baik analisis market share maupun analisis pangsa pasar relatif, produk unggulan batik sumber jambe lebih mengusai dibandingkan dengan dua produk unggulan yang lain. Sedangkan pendekatan melalui analisis BCG untuk produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara keseluruan berada dalam strategi pertumbuhan agresif dengan tetap mempertahankan bagian pasar relatif, dan terletak pada kuadran I, yang berarti tepat dalam melakukan strateginya, dengan demikian industri kecil ini berada pada posisi Bintang (Star). (Kata Kunci: EXEM Model, Produk Unggulan Industri Kecil Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape,) 1. Pendahuluan Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Jember diarahkan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan titik berat pada bidang ekonomi yang sekaligus berperan sebagai penggerak utama pembangunan di segala bidang untuk mencapai sasaran, yaitu pembangunan wilayah Kabupaten Jember sebagai wilayah Industri Pertanian (agribisnis, agroindustri dan agrowisata). Oleh karenanya usaha kecil yang beroperasi di Kabupaten Jember sebagian besar juga bergerak di bidang pertanian (38 usaha atau 87 % dari seluruh usaha kecil), dengan lokasi produksi yang juga berada di wilayah pedesaan atau periferi serta lebih banyak merupakan kegiatan yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah ( unpaid family labour). Beberapa industri bidang pertanian (agroindustri) di Kabupaten Jember yang berpotensi untuk dapat dikembangkan di masa mendatang sebagai produk unggulan adalah industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, yang selama ini telah dikenal konsumen. Dalam perkembangannya industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, sebagai produk unggulan di Kabupaten Jember ternyata relatif lemah dan kurang efisien dalam produktivitas dan daya saingnya. Dari sisi pandang sumber daya

Upload: edwin-octavian-mahendra

Post on 29-Jul-2015

160 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

27

MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI

PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL

DI KABUPATEN JEMBER

Supriyadi

Staf pengajar Politeknik Negeri Jember Jl.Mastrip Jember Hp 08525820212

Abstract

Sasaran dalam penelitian ini adalah pengusaha kecap air kelapa, batik sumber

jambe dan brownis tape di Kabupaten Jember Propinsi Jawa Timur. Metode penelitian

yang digunakan adalah penelitian survey (survey research), dengan teknik analisis

kualitatif yaitu analisis EXEM (Experiential Marketing and Emotional Branding) serta

analisis kinerja yang meliputi: Analisis Market Share, Analisis Pangsa Pasar Relatif,

dan Analisis BCG.

Hasil penelitian diperoleh beberapa temuan bahwa pada dasarnya analisis EXEM

model dapat diterapkan pada industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape, dan sekaligus sebagai evaluasi pelaksanaan pemasaran produk yang

mengedepankan emosional konsumen untuk melakukan pembelian. Untuk analisis

kinerja, baik analisis market share maupun analisis pangsa pasar relatif, produk unggulan

batik sumber jambe lebih mengusai dibandingkan dengan dua produk unggulan yang

lain. Sedangkan pendekatan melalui analisis BCG untuk produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape secara keseluruan berada dalam strategi pertumbuhan

agresif dengan tetap mempertahankan bagian pasar relatif, dan terletak pada kuadran I,

yang berarti tepat dalam melakukan strateginya, dengan demikian industri kecil ini

berada pada posisi Bintang (Star).

(Kata Kunci: EXEM Model, Produk Unggulan Industri Kecil Kecap air kelapa,

Batik sumber jambe dan Brownis tape,)

1. Pendahuluan

Kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Jember diarahkan untuk

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dengan titik berat pada bidang

ekonomi yang sekaligus berperan sebagai penggerak utama pembangunan di segala

bidang untuk mencapai sasaran, yaitu pembangunan wilayah Kabupaten Jember sebagai

wilayah Industri Pertanian (agribisnis, agroindustri dan agrowisata). Oleh karenanya

usaha kecil yang beroperasi di Kabupaten Jember sebagian besar juga bergerak di bidang

pertanian (38 usaha atau 87 % dari seluruh usaha kecil), dengan lokasi produksi yang

juga berada di wilayah pedesaan atau periferi serta lebih banyak merupakan kegiatan

yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah ( unpaid family labour).

Beberapa industri bidang pertanian (agroindustri) di Kabupaten Jember yang

berpotensi untuk dapat dikembangkan di masa mendatang sebagai produk unggulan

adalah industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, yang selama

ini telah dikenal konsumen.

Dalam perkembangannya industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape, sebagai produk unggulan di Kabupaten Jember ternyata relatif lemah dan

kurang efisien dalam produktivitas dan daya saingnya. Dari sisi pandang sumber daya

Page 2: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

28

(karena lokasi produksi yang berada di wilayah pedesaan atau periferi, serta lebih banyak

merupakan kegiatan yang melibatkan anggota rumah tangga yang tidak diupah),

memberikan penjelasan bahwa keberadaan industri kecil ini cenderung memanfaatkan

keuntungan komparatif dari pasar tenaga kerja yang murah dan pasar input sekaligus.

Sementara itu upaya untuk mengembangkan industri kecil khususnya dalam hal

memasarkan produk secara maksimal, juga merupakan salah satu hambatan. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya industri kecil belum mempunyai strategi pemasaran

yang terarah dan jangka panjang. Kendala juga dialami oleh industri kecil yang ada di

Kabupaten Jember, khususnya produk-produk unggulan seperti kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape. Tetapi dengan memilih strategi pengembangan

pemasaran yang tepat dengan cara melibatkan emosi dan perasaan konsumen, ditunjang

oleh kebijakan-kebijakan dan fasilitas-fasilitas yang mendukung dari pemerintah, maka

upaya industri kecil unggulan Jember untuk memperluas pangsa pasar sehingga dapat

meningkatkan omzet penjualan dan laba dapat dilakukan dengan baik.

Dari analisis terhadap situasi di atas, maka strategi pengembangan pemasaran

melalui pendekatan Experiential Marketing and Emotional Branding (EXEM) yang

diarahkan pada penilaian kinerja merek suatu produk sehingga dapat membangkitkan

emosi konsumen perlu segera diimplementasikan pada unit usaha industri kecil kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang ada di Kabupaten Jember.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

a) Bagaimana Strategi Experiential Modules pada produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape ?

b) Bagaimana Strategi Experiential Providers pada produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape ?

c) Bagaimana Emotional Branding produk kecap air kelapa, batik sumber jambe

dan brownis tape?

d) Bagaimana kinerja pada industri kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape ?

2. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan pada sentra industri kecil produk unggulan, khususnya

kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape di Kabupaten Jember Propinsi

Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian survai (survey research,)

dengan subyek penelitian adalah pengusaha kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape di Kabupaten Jember. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara

sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Jember memiliki sentra

usaha kecil bidang pertanian (agroindustri) yang berpotensi untuk dapat dikembangkan

di masa mendatang, yaitu industri kecil kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape. Metode Analisis yang digunakan adalah :

a.. Analisis EXEM

Untuk mengetahui tingkat kebutuhan dan emosional konsumen akan produk

industri kecil unggulan di Jember digunakan metode analisis pengukuran EXEM

(Experiential Marketing and Emotional Branding) yaitu analisis identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/industri,

Penilaian metode EXEM dilakukan dengan cara melakukan analisis kualitatif

mengenai (1) Experiential Marketing (EM) dari produk-produk unggulan Jember,

dengan menganalisis dimensi Strategi Experiential Modules (EM) dan Strategi

Page 3: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

29

Experiential Providers (EP), dan (2) Emotional Branding (EB). Sedangkan prosedur

penilaian EXEM sebagaimana pada diagram berikut :

Gambar 1. Prosedur Pengukuran EXEM

b.. Analisis Kinerja

1) Analisis Market Share

Untuk mengetahui potensi penjualan industri kecil unggulan dengan industri

pada umumnya, dicari market share-nya, dan dalam matrik Boston Consulting Group

dinyatakan dengan luasnya lingkaran, yang ditunjukkan dengan rumus,

Market Share = Permintaan Perusahaan x 100%

Permintaan Industri

(Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri, 1995)

Yang dimaksud permintaan perusahaan disini adalah tingkat pertumbuhan produk

industri kecil unggulan di Jember, sedangkan permintaan industri merupakan tingkat

pertumbuhan industri secara keseluruhan di Kabupaten Jember. Dengan market share ini

dapat dinilai posisi kinerja industri kecil unggulan Jember dengan industri pada

umumnya.

2) Analisis Pangsa Pasar Relatif

Kekuatan atau kelemahan perusahaan dalam matrik pertumbuhan pangsa pasar

diukur dengan tinggi rendahnya pangsa pasar relatif yang dimiliki perusahaan (Swarsono

Muhammad, 2000). Dalam formula, besarnya pangsa pasar relatif dihitung sebagai

berikut:

Pangsa Pasar Relatif = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N x 100%

Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N

c. Analisis BCG

Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dari Kelompok Konsultan Boston

(Boston Consulting Group/BCG) merupakan model yang sangat baik untuk

mengevaluasi strategi bisnis pada tingkat korporat. Tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui strategi korporat yang terbaik.

3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

3.1 Analisis EXEM untuk Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan

Penentuan Merk Strategi Experiential Marketing

Strategi Experiential Providers

Emotional Branding

Kinerja Produk

Page 4: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

30

Brownis Tape

A) Analisis Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber

Jambe dan Brownis tape

Analisis strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik sumber

jambe dan Brownis tape dilakukan pendekatan indikator sense, feel, think, act dan relate,

yang secara keseluruhan mempehatikan unsure panca indera dari konsumen.

Hasil penelitian Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik

sumber jambe dan Brownis tape yang memperhatikan indera, perasaan, pikiran, tindakan

dan keterkaitan yang menitik beratkan penciptaan persepsi positif konsumen, secara rinci

sebagaimana pada tabel 1, 2 dan 3 sebagai berikut.

Tabel 1. Experiential Modules Produk Kecap air kelapa

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

1. Sense

2.Feel

3.Think

4.Act

5.Relate

4

3

3

3

4

26

9

20

12

13

52

36

40

48

52

Rata – rata 3,4 16 45,6

Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 2. Experiential Modules Produk Batik sumber jambe

Indikator Jumlah Proporsi

Skor N

1. Sense

2.Feel

3.Think

4.Act

5.Relate

5

3

4

4

3

31

47

22

26

9

31

47

44

52

36

Rata – rata 3,8 27 42

Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 3. Experiential Modules Produk Brownis tape

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

1. Sense

2.Feel

3.Think

4.Act

5.Relate

3

3

4

3

4

20

12

13

22

20

40

48

52

44

40

Rata – rata 3,6 22,2 43,4

Sumber: data primer diolah, 2010

Dari analisis terhadap situasi sebagaimana pada tabel Experiential Modules

masing-masing produk di atas, maka strategi pengembangan pemasaran melalui

pendekatan Strategi Experiential Modules Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe

Page 5: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

31

dan Brownis tape yang diarahkan pada penilaian kinerja merek suatu produk sehingga

ternyata dapat membangkitkan emosi konsumen. Jika diamati lebih detail ternyata

strategi Experiential Modules bermanfaat untuk mendapatkan loyalitas konsumen jangka

panjang, selain kinerja merek secara umum dan ekuitasnya juga meningkat.

Dari tabel tersebut batik sumber jambe memiliki skor rata-rata tertinggi sebesar

3,8 diikuti oleh brownis tape 3,6 dan suwar suwir dengan skor 3,4 yang berarti bahwa

konsumen cukup merasakan puas dengan mengkonsumsi produk unggulan Jember dan

mampu membangkitkan konsumen untuk selalu mengingat produk kecap air kelapa,

batik sumber jambe maupun brownis tape jika mereka bepergian ke Jember dan merasa

tidak puas jika tidak membawa oleh-oleh khas Jember tersebut.

Dengan demikian produk kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis

tape mampu membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan. Bila hubungan

dengan pelanggan bisa langgeng, diharapkan akan diperoleh ekuitas pelanggan.

Selanjutnya akan berdampak pada semakin luasnya pangsa pasar, yang pada akhirnya

akan meningkatkan omzet penjualan dan laba perusahaan.

B. Analisis Strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber

Jambe dan Brownis tape

Analisis strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik sumber

jambe dan Brownis tape dilakukan pendekatan indikator yang dipertimbangkan, yaitu:

komunikasi (iklan atau aktivitas below the line), identitas produk, melalui co-branding,

lingkungan (environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya

dimensi interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk

tersebut ke konsumen..

Hasil penelitian Strategi Experiential Providers Produk Kecap air kelapa, Batik

sumber jambe dan Brownis tape yang memperhatikan indikator komunikasi (iklan atau

aktivitas below the line), identitas produk, melalui co-branding, lingkungan

(environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya dimensi

interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk tersebut ke

konsumen, secara rinci sebagaimana pada table berikut.

Tabel 4. Experiential Providers Produk Kecap air kelapa

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

1. Komunikasi Bisnis

2.Kemasan Produk

3.Identitas Produk

4.Co-branding

5.Environment

6.Website

7.People

3

4

3

3

3

3

4

47

22

9

20

12

22

20

47

44

36

40

48

44

40

Rata – rata 2,2 21,7 42,7

Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 5. Experiential Providers Produk Batik sumber jambe

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

Page 6: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

32

1. Komunikasi Bisnis

2.Kemasan Produk

3.Identitas Produk

4.Co-branding

5.Environment

6.Website

7.People

5

3

4

4

3

4

4

31

47

22

26

20

13

20

31

47

44

52

40

52

40

Rata – rata 3,8 25,5 43,7

Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 6. Experiential Providers Produk Brownis tape

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

1. Komunikasi Bisnis

2.Kemasan Produk

3.Identitas Produk

4.Co-branding

5.Environment

6.Website

7.People

4

3

3

3

4

3

4

26

9

20

12

13

22

20

52

36

40

48

52

44

40

Rata – rata 3,4 17,4 44,5

Sumber: data primer diolah, 2010

Dari analisis terhadap tabel Experiential Providers masing-masing produk di

atas, maka strategi pengembangan pemasaran melalui pendekatan Strategi Experiential

Providers Produk Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape yang

diarahkan pada komunikasi (iklan atau aktivitas below the line), identitas produk, melalui

co-branding, lingkungan (environment), website (misalnya tampilannya mengesankan

dan juga punya dimensi interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas

menawarkan produk tersebut ke konsumen ternyata dapat membangkitkan emosi

konsumen. Jika diperhatikan lebih detail ternyata strategi Experiential Providers

bermanfaat untuk mendapatkan loyalitas konsumen jangka panjang.

Dari tabel tersebut batik sumber jambe memiliki skor rata-rata tertinggi sebesar

3,8 diikuti oleh brownis tape 3,4 dan suwar suwir dengan skor 2,2 yang berarti bahwa

konsumen cukup merasakan tertarik dengan mengkonsumsi produk unggulan Jember dan

mampu membangkitkan konsumen untuk selalu ingin membeli produk suwar suwir,

batik sumber jambe maupun brownis tape jika mereka bepergian ke Jember dan merasa

tidak puas jika tidak membawa oleh-oleh khas Jember, hal tersebut hampir sama dengan

hasil analisis strategi Experiential Modules.

Dengan demikian produk kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis

tape mampu membangun hubungan yang langgeng dengan pelanggan melalui

pendekatan komunikasi, identitas produk, melalui co-branding, lingkungan

(environment), website (misalnya tampilannya mengesankan dan juga punya dimensi

interaktif yang tinggi) dan orang-orang yang bertugas menawarkan produk tersebut ke

konsumen.

Dari segi merk produk industri kecil unggulan Jember yang terdiri kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, ternyata merek dapat merasakan denyut

emosi dan keinginan konsumen dalam menciptakan suatu hubungan jangka panjang yang

kokoh. Koneksi emosional inilah unsur yang bisa membedakan antara merek satu dan

Page 7: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

33

yang lain dengan demikian merek berubah dari functional branding menjadi emotional

branding.

Experiential Providers dalam usaha kecil di Jember mampu menawarkan

pemahaman baru tentang hubungan antar produk dan konsumennya. Demi mendekati,

mendapatkan dan mempertahankan konsumen loyal, produsen melalui produknya perlu

menghadirkan pengalaman-pengalaman yang unik, positif dan mengesankan kepada

konsumen.

C. Analisis Emotional Branding Produk Kecap air kelapa, Batik Sumber Jambe

dan Brownis tape

Secara implisit implementasi Emotional Branding dapat diterapkan pada Unit

Jasa Industri “ kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape” di Jember,

dengan cara membangkitkan Brand Image “Produk Unggulan Jember” sebagai konsumsi

subtitusi utama di Jember dan sekitarnya, yang selanjutnya bagaimana “ kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape” yang memiliki image positif dan

konsumen merasa tidak puas jika tidak mengkonsumsi “ kecap air kelapa, batik sumber

jambe dan brownis tape”, akan mendorong pengusaha untuk mampu menambah

mendirikan Counter industri kecil di daerahnya.

Penilaian metode Emotional Branding dilakukan dengan cara melakukan analisis

kualitatif terhadap penciptaan merk-merk yang emosional (Emotional Branding),

melalui 10 indikator sebagai berikut: form consumer to people, from products to

experience, from honesty to trust, from quality to preference, from notoriety to

aspiration, from identity personality, from function to feel, from ubiquity to presence,

from communication to dialoque, dan from service to relationship.

Tabel 7. Branding/Merk yang Emosional Industri Unggulan Jember pada Produk

Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape secara Besama-

sama

Indikator Jumlah Proporsi

Skor n

1. From consumer to people

2.From produtcs to experience

3.From honesty to trust

4.From quality to preference

5.From notoriety to aspiration

6.From identity to personality

7.From function to feel

8.From ubiquity to presence

9.From communication to dialoque

10.From service to relationship

5

3

4

4

3

3

3

4

3

4

31

47

22

26

9

20

12

13

22

20

31

47

44

52

36

40

48

52

44

40

Rata – rata 3,6 22,2 43,4

Sumber: data primer diolah, 2010

1. From consumer to people

Secara keseluruhan Emotional Branding yang ditinjau dari indikator From

consumer to people dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dengan

melihat tolok ukur motif pembelian, informasi membeli, kesediaan membeli dan

Page 8: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

34

kesesuaian untuk membeli, memiliki skor positif terbesar 5 dari skala likert atau sebesar

31 % dan diikuti skor 3 sebesar 27%, yang berarti bahwa kesediaan konsumen membeli

kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan berakibat pada

kesediaan masyarakat lain untuk membeli, menerima dan menyesuaikan diri untuk

melakukan pembelian. Dengan demikian secara keseluruhan emotional branding kecap

air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape mampu meruntuhkan pertahanan

konsumen dari tidak ada keinginan membeli menjadi bersedia mengambil keputusan

untuk membeli. Akan tetapi jika dilihat dari komunikasi bisnis yang ditampilkan kecap

air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape masih perlu ditingkatkan terutama

dalam periklanan.

2. From product to experience

Indikator kedua dari konsep dasar Emotional Branding adalah From product to

experience yaitu menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan

produk dapat dilihat dari tolok ukur 1) tampilan produk, 2) pemenuhan kebutuhan

konsumen akan komposisi produk, 3) pemenuhan keinginan konsumen akan aktualisasi

diri dari produk, dan 4) kesesuaian harga konsumen dalam mendorong pembelian.

Emotional Branding kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape

diharapkan memberikan pengalaman mengkonsumsi kecap air kelapa, batik sumber

jambe dan brownis tape yang membangkitkan imajinasi konsumen, dilihat dari tolok ukur

tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dalam

memberikan kesan untuk melakukan pembelian kembali. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebagian besar berpendapat cukup menarik sebesar 60% dan sebesar 32%

berpendapat tampilan kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape menarik

dan hanya 4% berpendapat sangat menarik dan sisanya mengatakan tidak menarik. Hal

ini berarti bahwa salah satu cara untuk menggugah emosi konsumen agar melakukan

pembelian adalah melalui tampilan produk yang menarik, jika diperhatikan lebih

mendalam ternyata konsumen beranggapan bahwa tampilan kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape perlu ditingkatkan kembali tampilannya (performance)

untuk lebih menarik, baik dari segi kemasan, ukuran maupun bentuknya.

Berkaitan dengan komposisi produk yang dapat mendorong emosional konsumen

untuk membeli kembali kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape,

menunjukkan bahwa pemenuhan komposisi produk yang sesuai dengan keinginan

konsumen sebesar 88% menyatakan cukup terlaksana dan terlaksana dengan baik dan

12% menyatakan terlaksana dengan sangat baik, demikian juga dengan kesesuaian selera

konsumen tidak jauh berbeda dengan realitas komposisi produk yaitu sebesar 85%

mampu memenuhi selera konsumen. Data tersebut menunjukkan bahwa pemenuhan

kebutuhan dan pemenuhan keinginan yang melekat pada produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape telah mampu membangkitkan kepuasan bagi konsumen,

hanya saja untuk pengembangan tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe

dan brownis tape perlu inovasi baru setiap periodik berkaitan dengan bentuk, warna,

kemasan maupun ukuran sehingga mampu membangkitkan pengalaman dan kepuasan

konsumen.

Harga adalah salah satu tolok ukur keberhasilan penjualan suatu produk.

Tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang meliputi

unsur ukuran, bentuk, kemasan maupun warna pada dasarnya akan mempengaruhi harga

dan kepuasan. Dalam kaitannya dengan kesesuaian harga ternyata sebanyak 76%

penetapan harga kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape telah sesuai

dengan kemampuan konsumen, dan hanya sebagian kecil berketetapan kurang sesuai

dengan harga yang diharapkan konsumen. Berdasar data penelitian penetapan harga

Page 9: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

35

kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape masih dianggap terjangkau oleh

konsumen.

Secara keseluruhan emotional Branding ditinjau dari indikator From product to

experience dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dengan melihat

tolok ukur tampilan produk, pemenuhan kebutuhan konsumen akan komposisi produk,

pemenuhan keinginan konsumen akan aktualisasi diri dari produk, dan kesesuaian harga

konsumen dalam mendorong pembelian, memiliki skor positif 3 dari skala likert atau

sebesar 47% dan diikuti skor 4 sebesar 38%, yang berarti bahwa kemampuan perusahaan

menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan produk kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan cukup terlaksana dengan

baik.

3 From honesty to trust

Berdasarkan indikator From honesty to trust, maka kejujuran produk yang

mampu membangkitkan kepercayaan dan emosional konsumen dapat diukur melalui: 1)

pelaksanaan kejujuran produk, dan 2) pengawasan standar produk terhadap kepercayaan.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape berpendapat, pelaksanaan kejujuran produk kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape dapat dijalankan dengan baik yaitu sebesar

44% dan yang berpendapat cukup baik sebanyak 32%, sedangkan yang dijalankan

dengan sangat baik hanya 8%. Ini berati bahwa komposisi ramuan sebagaimana yang

tercantum dalam kemasan telah sesuai dengan produk yang telah dirasakan oleh

konsumen. Untuk pengembangan kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape

di masa yang akan datang perlu mempertahankan komposisi ramuan produk melalui

pengawasan standar produk secara ketat.

Ditinjau dari pengawasan standar produk yang dilakukan oleh manajemen kecap

air kelapa batik sumber jambe dan brownis tape diharapkan mampu membangkitkan

kepercayaan bagi konsumen. Salah satu hal yang dapat membangkitkan kepercayaan

konsumen akan suatu produk adalah melalui pengawasan standar produk secara ketat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen yakni 72% mengakui

bahwa pengawasan ketat standar produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape baik dan cukup baik, sedangkan 12% dari konsumen menyatakan sangat

baik. Artinya bahwa selama ini pihak manajemen kecap air kelapa, batik sumber jambe

dan brownis tape telah melakukan pengawasan secara ketat, hal ini dibuktikan melalui

tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape.

Jika dilihat dari skor skala likert, indicator From honesty to trust memiliki skor

positif 4 sebesar 44% dan diikuti skor 3 sebesar 30%, yang berarti bahwa kemampuan

perusahaan menciptakan kepercayaan terhadap konsumen akan produk kecap air kelapa

batik sumber jambe dan brownis tape terlaksana antara cukup baik dan baik. Hal ini

berarti bahwa ada sebagian jenis produk suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis

tape masih perlu ditingkatkan kepercayaannya.

4. From quality to preference

Berdasarkan indikator From quality to preference, maka penciptaan kualitas

produk secara menyeluruh yang dapat mendorong emosional konsumen untuk melakukan

pilihan dapat diukur melalui 2 tolok ukur, yaitu: 1) pilihan kualitas produk dan 2) harga

Page 10: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

36

identik dengan kualitas produk. Diharapkan produk yang mempunyai kualitas baik

menjadi pilihan konsumen, demikian juga dengan kesesuaian harga menunjukkan tingkat

kualitas produk.

Salah satu indikator From quality to preference adalah pilihan kualitas produk.

Produk yang mempunyai kualitas baik akan menjadi pilihan konsumen. Berdasarkan

hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hampir 80% konsumen

mengakui bahwa kualitas produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape

berada pada kisaran cukup baik dan baik, dan 16% menyatakan sangat baik

sehingga.konsumen menetapkan pilihannya.

Indikator yang lain adalah harga menunjukkan kualitas, yang berarti bahwa

penetapan tinggi rendahnya harga menunjukkan perbedaan kualitas produk. Dengan kata

lain, kesesuain harga menunjukkan tingkat kualitas produk. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa, 68% dari konsumen mengakui bahwa harga identik kualitas

produk untuk produk suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis tape menyatakan

cukup baik dan baik dan 16% menyatakan sangat baik. Hanya 20% yang menyatakan

bahwa harga identik kualitas produk kurang baik. Ini berarti bahwa tidak semua

konsumen beranggapan bahwa harga mencerminkan kualitas produk, hal ini perlu

pengkajian ulang bagi pihak manajemen.

5. From notoriety to aspiration

Indikator lain dari Emotional Branding kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape adalah From notoriety to aspiration, yaitu penciptaan kemashuran suatu

produk untuk menjadi terkenal yang dapat menumbuhkan aspirasi konsumen untuk

melakukan pembelian.

Kemashuran produk dapat dicapai melalui kualitas, harga, kemasan, tempat,

maupun promosi. Intensitas untuk menggalakkan kemashuran suaru produk akan

meningkatkan aspirasi konsumen. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,

kemashuran dari kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape yang

menimbulkan aspirasi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut cukup baik dan

baik (68%), sedangkan yang menyatakan sangat baik sebesar 20%, hanya 12% yang

kurang baik. Ini berarti bahwa kemashuran kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape belum sepenuhnya mampu memberikan aspirasi pembelian terhadap

konsumen.

6. From identity to personality

Konsep dasar dari Emotional Branding dengan indicator From identity to

personality adalah identitas yang menunjukkan karakter dan kharisma suatu produk yang

mampu menumbuhkan kepribadian konsumen. Tolok ukur dari indikator tersebut dapat

diukur melalui: 1) identitas produk sebagai kepribadian pembeli, dan 2) identitas produk

sebagai kepribadian produk itu sendiri.

Tolok ukur dari identitas produk sebagai kepribadian pembeli dimaksudkan

bahwa karakter yang melekat dari suau produk menimbulkan kharisma dari produk itu

sendiri, dengan demikian identitas produk mampu mengangkat kepribadian konsumen.

Data hasil penelitian menunjukkan 40% dari konsumen menyatakan bahwa identitas

produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape cukup mempengaruhi

kepribadian pembeli, 32% menyatakan baik, dan hanya 8% menyatakan sangat baik.

Sebaliknya 20% menyatakan kurang baik. Bedasarkan data tersebut ternyata tidak semua

konsumen merasakan adanya pengaruh kepribadian dengan mengkonsumsi kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape.

Page 11: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

37

Identitas produk sebagai kepribadian produk itu sendiri merupakan spesifikasi

atas suatu jenis produk akan keunggulan kualitasnya, data hasil penelitian menunjukkan

40% cukup baik, 24% baik, dan 16% sangat baik. Sementara 20% menyatakan kurang

baik, hal ini berarti sebagian besar konsumen meyakini produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape memiliki identitas tersendiri akan kualitas, sehingga

mampu merangsang emosional pembeli untuk memilih jenis produk, akan tetapi ada

sebagian yang beranggapan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis

tape tidak mencerminkan identitas kualitas, dengan demikian manajemen perlu

menganalisis lebih jauh atas identitas yang mencerminkan kualitas.

7. From function to feel

Indikator keberhasilan lain dari Emotional Branding kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape adalah From function to feel, yaitu mengembangkan

fungsi kemasan, ukuran dan desain produk menimbulkan rasa tersendiri bagi konsumen.

Data penelitian menunjukkan Fungsi produk menjadi rasa dalam pengalaman konsumen

sebesar 48% mengatakan cukup baik, 28% baik, dan 8% sangat baik. Sedangkan 8%

kurang baik. Dari data tersebut mengindikasikan bahwa konsumen tidak banyak berduli

dengan fungsi kemasan, ukuran maupun desain atas produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape, konsumen lebih menyukai rasa dan kurang pada fungsi

produk.

8. From ubiquity to presence

Konsep lain dari Emotional Branding dengan indikator From ubiquity to

presence adalah upaya untuk membangun ketersediaan produk dengan mudah dijangkau

sehingga mudah dihadirkan oleh konsumen. Kemudahan mendapatkan produk akan

berakibat pada kesediaan konsumen untuk membeli dan menerima suatu produk.

Ditinjau dari kemudahan konsumen mendapakan produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape, sebagian besar konsumen merasa mudah mendapatkan

produk sebesar 28% cukup baik, 52% baik, dan 16% sangat baik, dan hanya 4% kurang

baik. Berdasarkan data tersebut ternyata konsumen tidak kesulitan mendapatkan kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, dan hanya sebagian kecil yang merasakan

sulit menghadirkan suwar suwir, batik sumber jambe dan brownis tape.

9. From communication to dialoque

Indikator kesembilan dari Emotional Branding adalah From communication to

dialogue. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan-pesan dari seseorang

(sumber) kepada orang lain (penerima). Komunikasi merupakan faktor yang penting,

karena pada dasarnya adalah tentang informasi. Sedangkan informasi umumnya adalah

suatu pernyataan satu arah dari perusahaan kepada konsumen. Tolok ukur dari

komunikasi sebagai sarana dialog adalah informasi produk sebagai sarana dialog bagi

konsumen merupakan salah satu indicator dalam menilai Emotional Branding produk

kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape. Berdasarkan indikator tersebut

40% dari konsumen menyatakan bahwa informasi produk kecap air kelapa, batik sumber

jambe dan brownis tape sebagai sarana dialog cukup baik, 28% baik, 16% sangat baik.

Sebaliknya, hampir 24% dari konsumen menyatakan bahwa informasi produk kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape sebagai sarana dialog, kurang baik.

10. From service to relationship

Pelayanan adalah merupakan bagian dari penjualan. Salah satu bentuk pelayanan

kepada konsumen adalah tampilan produk. Tampilan produk dapat menggugah emosi

Page 12: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

38

konsumen untuk bisa mengajak membeli dan menyukai produk suwar suwir, batik

sumber jambe dan brownis tape.

Berdasarkan tampilan produk konsumen berpendapat sebesar 44% cukup baik,

32% baik, 8% sangat baik, dan 16% tidak baik, hal tersebut menunjukkan tidak semua

tampilan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape menarik, oleh

sebab itu perlu pengkajian untuk lebih meningkatkan tampilan produk kecap air kelapa,

batik sumber jambe dan brownis tape.

2. Kinerja Industri Kecap air kelapa, Batik Sumber Jambe dan Brownis tape

Untuk menganalisis kinerja Industri Kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan

Brownis tape tentang market share, pangsa pasar dan analisis BCG, dibutuhkan data

keuangan industri kecil di Kabupaten Jember yang antara lain data penjualan, nilai

investasi dan biaya operasi usaha, yang secara lengkap ditunjukkan table 8 dan 9.

Tabel 8. Data Penjualan Industri Kecil Kabupaten Jember

No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Industri Kecil

1 Industri Pengolahan dan Pengawetan 412,416,000 463,968,000 515,520,000

2 Minyak Kelapa 409,600,000 460,800,000 512,000,000

3 Gula Kelapa 122,880,000 138,240,000 153,600,000

4 Brownis tape 146,400,000 164,700,000 183,000,000

5 Kecap air kelapa 101,100,000 113,820,000 126,456,000

6 Suwar suwir 186,720,000 210,000,000 233,400,000

7 Kerajinan Tempurung Kelapa 84,480,000 95,040,000 105,600,000

8 Batik sumber jambe 380,800,000 428,400,000 476,000,000

Jumlah penerimaan penjualan 1,844,396,000 1,864,968,000 2,305,576,000

Sumber: data sekunder diolah, 2010

Tabel 9. Data Produksi Industri Kecil Kabupaten Jember

No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1

Industri Pengolahan dan

Pengawetan 204,135,200 224,714,600 245,294,000

2 Minyak Kelapa 368,770,400 185,214,600 284,794,000

3 Gula Kelapa 90,944,000 97,535,000 104,150,000

4 Brownis tape 95,940,000 102,950,000 110,050,000

5 Kecap air kelapa 64,999,200 70,436,600 75,874,000

6 Suwar suwir 134,871,200 146,792,600 158,714,000

7 Kerajinan Tempurung Kelapa 54,244,000 59,837,000 65,430,000

8 Batik sumber jambe 244,407,200 270,020,600 295,634,000

Jumlah Produksi 1,258,311,200 1,157,501,000 1,339,940,000

Sumber: data primer diolah, 2010

Tabel 10. Data Biaya Operasional Industri Kecil Kabupaten Jember

No Uraian Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun2009

1

Industri Pengolahan dan

Pengawetan 30,133,000 30,133,000 30,133,000

Page 13: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

39

2 Minyak Kelapa 48,825,000 48,825,000 48,825,000

3 Gula Kelapa 28,103,000 28,103,000 28,103,000

4 Brownis tape 28,735,000 28,735,000 28,735,000

5 Kecap air kelapa 25,733,000 25,733,000 25,733,000

6 Suwar suwir 24,483,000 24,483,000 24,483,000

7 Kerajinan Tempurung Kelapa 25,203,000 25,203,000 25,203,000

8 Batik sumber jambe 73,816,000 73,816,000 73,816,000

Total Biaya Operasi 285,034,000 285,034,000 285,034,000

Sumber: data primer diolah, 2010

A. Analisis Market Share

Untuk mengetahui potensi penjualan industri kecil unggulan dengan industri

pada umumnya, dicari market share-nya, dan dalam matrik Boston Consulting Group

dinyatakan dengan luasnya lingkaran, yang ditunjukkan dengan rumus,

Market Share = Permintaan Perusahaan x 100%

Permintaan Industri

Menurut Gunawan Adisaputra dan Marwan Asri, 1995, maka Market Share untuk

masing-masing Produk adalah :

a. Market Share kecap air kelapa = 126,456,000 x 100% = 5,84%

2,305,576,000

Hal ini berarti produk industri kecil kecap air kelapa menguasai 5,84% dari seluruh

industri kecil di Jember

b. Market Share Batik sumber jambe = 476,000,000 x 100% = 20,64%

2,305,576,000

Hal ini berarti produk industri kecil batik sumber jambe menguasai 20,64% dari seluruh

industri kecil di Jember.

c. Market Share Brownis tape = 183,000,000 x 100% = 7,93%

2,305,576,000

Hal ini berarti produk industri kecil brownis tape menguasai 7,93% dari seluruh industri

kecil di Jember.

B. Analisis Pangsa Pasar Relatif

Kekuatan atau kelemahan perusahaan dalam matrik pertumbuhan pangsa pasar

diukur dengan tinggi rendahnya pangsa pasar relatif yang dimiliki perusahaan (Swarsono

Muhammad, 2000). Dalam formula, besarnya pangsa pasar relatif dihitung sebagai

berikut:

Pangsa Pasar Relatif = Volume Penjualan Perusahaan Tahun N x 100%

Volume Penjualan Pesaing Pokok Tahun N

maka Market Share untuk masing-masing Produk adalah :

a. Pangsa Pasar Relatif kecap air kelapa = 126,456,000 x 100% = 16,09%

785,456,000

Page 14: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

40

Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil kecap air kelapa menguasai

16,09% dari dari volume total penjualan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe

dan brownis tape.

b. Pangsa Pasar Relatif Batik sumber jambe = 476,000,000 x 100% = 60,60%

785.456,000

Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil batik sumber jambe menguasai

60,60% dari dari volume total penjualan produk suwar suwir, batik sumber jambe dan

brownis tape.

c. Pangsa Pasar Relatif Brownis tape = 183,000,000 x 100% = 23,29%

785.456,000

Hal ini berarti volume penjualan produk industri kecil brownis tape menguasai 23,29%

dari dari volume total penjualan produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan

brownis tape.

C. Analisis BCG

Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dari Kelompok Konsultan Boston

(Boston Consulting Group/BCG) merupakan model yang sangat baik untuk

mengevaluasi strategi bisnis pada tingkat korporat. Tujuan utamanya adalah untuk

mengetahui strategi korporat yang terbaik.

Analisis matrik Pertumbuhan-Bagian Pasar dan Kelompok Konsultan Boston

(Boston Consulting Group) didasarkan pada penggunaan tingkat pertumbuhan segmen

pasar (market segment growth rate) dan bagian pasar relatif (market share) sebagai

pendekatan untuk posisi bersaing suatu unit dalam perusahaannya dan arus kas (cash

flow) bersih yang diperlukan untuk rnengoperasikan unit tersebut. Pemikiran ini

membawa kepada bagan portofolio pertumbuhan-bagian pasar, pada unit-unit industri

dapat dipetakan. Hal ini membawa beberapa implikasi terhadap industri, yaitu

bagaimana seharusnya industri membangun portofolionya secara keseluruhan.

Berdasarkan pada hasil analisis aspek-aspek manajemen strategis daripada

lingkungan eksternal dan internal, yang diformulasikan dalam diagram analisis matrik

Pertumbuhan Bagian Pasar dan Kelompok Konsultan Boston (Boston Consulting Group)

dan diagram analisis matrik Siklus Hidup Produk (Product life Cycle), serta

pertimbangan-pertimbangan mendasar guna menetapkan strategi, maka strategi

pengembangan usaha yang ditetapkan dan ditawarkan pada lndustri Kecil kecap air

kelapa, Batik sumber jambe dan Brownis tape di Kabupaten Jember adalah Strategi

Pertumbuhan Agresif dengan Tetap Mempertahankan bagian Pasar Relatif (Relative

Market Share).

Berdasarkan analisis aspek-aspek manajemen strategis daripada lingkungan

eksternal dan internal yang diformulasikan dalam diagram analisis BCG, maka strategi

pengembangan usaha Industri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis

tape Kabupaten Jember terletak pada Kuadran I. Oleh karenanya lndustri Kecil kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape Kabupaten Jember dalam pengembangan

bisnisnya melakukan Strategi Pertumbuhan Agresif adalah tepat. Pada Strategi

Pertumbuhan Agresif, Industri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis

tape Kabupaten Jember berada pada kondisi yang paling menguntungkan karena

memiliki banyak kesempatan dan kekuatan yang dapat digunakan untuk memanfaatkan

peluang yang ada untuk mencapai tujuan.

Page 15: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Jurnal ISEI Jember, Volume 1 Nomor 1, Oktober 2011

41

Berdasarkan analisis Matrik Pertumbuhan Bagian Pasar dan Boston Consulting

Group, lndustri Kecil kecap air kelapa, Batik sumber jambe dan brownis tape Kabupaten

Jember berada pada posisi Bintang (Star). ini berarti Industri Kecil tersebut memiliki

peluang bisnis yang besar karena bergerak pada Tingkat Pertumbuhan Pasar yang tinggi

dan Bagian Pasar Relatif yang baik. Besarnya aliran kas (cash flow) pengeluaran pad.a

unit bisnisnya digunakan untuk mempertahankan Bagian Pasar Relatifnya.

Kesimpulan

Pada dasarnya analisis EXEM model dapat diterapkan pada industri kecil kecap

air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape, dan sekaligus sebagai evaluasi

pelaksanaan pemasaran produk yang mengedepankan emosional konsumen untuk

melakukan pembelian. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Secara keseluruhan strategi Experiental Modules produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape, ternyata konsumen cukup merasa puas dengan

mengkonsumsi produk unggulan Jember dan mampu membangkitkan konsumen

untuk selalu mengingat produk unggulan tersebut, dengan skor tertinggi pada

batik sumber jambe dan diikuti brownis tape dan kecap air kelapa.

b) Secara keseluruhan strategi Experiental Providers produk kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape, ternyata dapat membangkitkan emosi konsumen

dan mampu mendapatkan loyalitas konsumen jangka panjang, dengan skor

tertinggi pada batik sumber jambe (3,8) dan diikuti brownis tape (3,4) dan suwar

suwir (2,2).

c) Secara keseluruhan Analisis Emotional Branding dari kecap air kelapa, batik

sumber jambe dan brownis tape dengan melihat tolok ukur tampilan produk,

pemenuhan kebutuhan konsumen akan komposisi produk, pemenuhan keinginan

konsumen akan aktualisasi diri dari produk, dan kesesuaian harga konsumen

dalam mendorong pembelian, memiliki skor positif 3 dari skala likert atau

sebesar 47% dan diikuti skor 4 sebesar 38%, yang berarti bahwa kemampuan

perusahaan menjaring konsumen untuk melakukan pembelian melalui performan

produk kecap air kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara signifikan

cukup terlaksana dengan baik.

d) Hasil analisis kinerja untuk market share kecap air kelapa menguasai 5,84%,

batik sumber jambe 20,64% dan brownis tape 7,93%.

e) Hasil analisis kinerja industri kecil untuk pangsa pasar relatif terhadap pesaing

untuk kecap air kelapa menguasai volume penjualan 16,09%, batik sumber jambe

60,60% dan brownis tape 23,29%.

f) Hasil analisis kinerja dengan pendekatan analisis BCG untuk produk kecap air

kelapa, batik sumber jambe dan brownis tape secara keseluruan berada dalam

strategi pertumbuhan agresif dengan tetap mempertahankan bagian pasar relatif,

dan terletak pada kuadran I, yang berarti tepat dalam melakukan strateginya,

dengan demikian industri kecil ini berada pada posisi Bintang (Star)

Daftar Referensi Terpilih

Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. 1995. Anggaran Perusahaan I. BPFE-UGM.

Yogyakarta.

Page 16: MODEL PENGUKURAN “EXEM” PADA BERBAGAI  PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL  DI KABUPATEN JEMBER  i

Supriyadi, Model Pengukuran “Exem”

42

Gobe, Mare. 2001. Emotional Branding, The New Paradigm for Connecting Brand to

People. Allworth Press.

Kotler, Philip. 1990. The Strategy Process: Concepts, Contexs and Cases. International

Edition. McGraw-Hill. Singapore.

_____________ 1990. The Strategy Process: Concepts, Contexs and Cases. International

Edition. McGraw-Hill. Singapore.

Kian Wie, Thee. 1998. Pengembangan Daya Saing Industri Kecil dan Menengah. Jurnal

Analisis Sosial.2(2): 19-37.

Lembaga Pengembangan Agribisnis (LPA) dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II

Jember. 2004. Wilayah Agribisnis, Agroindustri dan Agrowisata. Lernbaga

Pengembangan Agribisnis (LPA) dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat

II Jember. Jember.

Muhammad, Swarsono. 2000. Manajemen Strategik : Konsep dan Kasus. Edisi II.

AMP-YKPN. Yogyakarta.

Palupi, Dyah Hasto. 2001. Bagaimana Melibatkan Emosi dan Perasaan Konsumen.

Majalah SWA Sembada No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001.

Jakarta.

Porter, Michael.E. 1992. Strategi Bersaing: Terjemahan Agus Maulana. Erlangga

(Anggota IKAPI). Jakarta.

Schmitt, Bernd.H. 2000. Experiential Marketing. Universitas Columbia. New York.

Sudarmadi, dkk. 2001. Mengikat Konsumen dengan EXEM. Majalah SWA Sembada

No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001. Jakarta.

Supranto, J. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Termasuk Analisis Tingkat

Kepentingan dan Kinerja. Majalah Usahawan No. 05 TH XXVI Mei 1997.

Jakarta.

Tamrin, Juni. 1996. Kesiapan Industri Kecil Menghadapi Perdagangan Bebas. PELITA.

Selasa, 18 April 1995. Tahun XXII Nomor 6629. Jakarta.

Taufik. 2001. Apa dan Mengapa Experiential Marketing and Emotional Branding.

Majalah SWA Sembada No.24/XVII/22 November – 2 Desember 2001.

Jakarta.